manrisk-risiko keuangan

advertisement

Mengidentifikasi Kerentanan (Exposure):

◦ Kerentanan Risiko Pasar

◦ Kerentanan Valuta Kompetitif

Mengukur Pertukaran Keuangan (Financial

Trade-offs)

Risiko Keuangan : Kerugian yang timbul akibat perubahan harga mata uang tingkat bunga, komoditas dan ekuitas.

Risiko Pasar :

 Risiko Likuiditas : karena tidak semua produk menajemen risiko keuangan dapat diperdagangkan dengan bebas.

 Risiko Kredit : kemungkinan rekan kontrak manajemen risiko tidak memenuhi kewajibanya

 Risiko Peraturan : risiko karena penguasa melarang produk keuagan dijual sebagai pelindung terhadap risiko harga ekuitas sebelum dimiliki.

Risiko Pasar (lanjutan) :

◦ Risiko Pajak : risiko bahwa transaksi lindung

( hedging ) tertentu tidak menerima perlakuan pajak yang diinginkan.

◦ Risiko Akuntansi : risiko transaksi lindung karena tidka diperhitungkan sebagai bagian transaksi yang dimaksudkan untuk dilindungi.

Akuntansi tradisional mengukur pusat kerentanan pertukaran luar negeri atas dasar dua bentuk kerentanan :

◦ Kerentanan Translasi :

Mengukur pengaruh perubahan kurs FX (forward exchange contract) terhadap ekuivalen mata uang domestik.

◦ Kerentanan Transaksi

Kerentanan aset > Kerentanan Kewajiban = Kerentanan Positif

Devaluasi Valas Revaluasi Valas

Kerugian Translasi Keuntungan Translasi

Kerentanan aset < Kerentanan Kewajiban = Kerentanan Negatif

Devaluasi Valas

Kerugian Translasi

Revaluasi Valas

Keuntungan Translasi

Forward Exchange Contract :

persetujuan untuk mengirimkan atau menerima sejumlah tertentu valas yang dipertukarkan dengan valuta domestik pada tanggal depan pada kurs tetap yang disebut kurs forward.

Financial Future Contract :

komitmen membeli atau menyerahkan sejumlah tertentu valas pada harga tetap pada suatu tanggal di masa depan.

Ada 10 faktor yang menyebabkan perubahan kurs pertukaran :

 Diferensial inflasi

 Kebijakan moneter

 Neraca perdagangan

 Neraca pembayaran

 Cadangan moneter

 Anggaran nasional

 Kuotasi pertukaran depan

 Kurs tidak resmi

 Perilaku mata uang yang berkaitan

 Diferensial tingkat bunga

Bahan Ajar CAS / ARIA Financial Risk Management

Seminar -- Denver, CO April, 1999Rick Gorvett, FCAS,

Ph.D.The College of Insurance

Bahan Ajar Manajemen Risiko Keuangan Lana

Sularto

Muslich, Mohamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern

(Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta: Bumi

Aksara.

(Edward I. Altman, www.stern.nyu.edu/~ealtman/zscorepresentation.pdf, p.22).

By Ben McClure on January 15, 2011 A A A Filed Under:

Accounting , Corporate Debt , Fundamental Analysis , WorldCom

(has been downloaded on April, 16th 2014)

N

YU Stern Finance Professor, Edward Altman, developed the Altman Z-score formula in 1967. In 2012, he released an updated version called the Altman Z-score Plus, that can be used to evaluate both public and private companies, both manufacturing and nonmanufacturing companies and both U.S. and non-U.S. companies.

Investors can use Altman Z-scores to help determine whether they should buy or sell a particular stock if they're concerned about the underlying company's financial strength. The Altman Z-score Plus can be used to evaluate corporate credit risk.

 The output of a credit-strength test that gauges a publicly traded manufacturing company's likelihood of bankruptcy.

 Metode Z-Score (Altman) adalah suatu alat yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.

The Altman Z-score, is based on five financial ratios.

The Altman Z-score is calculated as follows:

Z-Score = 1.2A + 1.4B + 3.3C + 0.6D + 1.0E

Where:

A = Working Capital/Total Assets

B = Retained Earnings/Total Assets

C = Earnings Before Interest & Tax/Total Assets

D = Market Value of Equity/Total Liabilities

E = Sales/Total Assets

INTERPRETASI

NILAI Z SCORE

Dalam model tersebut

Perusahaan yang mempunyai skor Z >

2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat

Perusahaan yang mempunyai skor Z <

1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.

Skor 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu (Muslich, 2000:60).

Input

A

B

C

D

E

Z-score

Financial Ratio

Working capital/ Total Assets

1999

-0.09

2000

-0.08

2001

0

Retained earnings/Total Assets

EBIT/Total Assets

Market Value/Total Liabilities

Sales/Total Assets

-0.02

0.09

3.7

0.51

0.03

0.08

1.2

0.42

0.04

0.02

0.50

0.3

 Berdasarkan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa persamaan Z-Score Model Altman tahun 1968 hanya mempunyai keakuratan 30 %. Untuk itu pada tahun 1983

Altman merevisinya dengan persamaan yang baru:

 Z' = 0.7 * Working capital/total assets + 0.847 * Retained earnings/total assets + 3.107 * EBIT/total assets + 0.420 *

Market value equity/book value of total debt + 0.998 *

Total assets turnover

N

YU Stern Finance Professor, Edward Altman, developed the Altman Z-score formula in 1967. In 2012, he released an updated version called the Altman Z-score Plus, that can be used to evaluate both public and private companies, both manufacturing and nonmanufacturing companies and both U.S. and non-U.S. companies.

Investors can use Altman Z-scores to help determine whether they should buy or sell a particular stock if they're concerned about the underlying company's financial strength. The Altman Z-score Plus can be used to evaluate corporate credit risk.

 The output of a credit-strength test that gauges a publicly traded manufacturing company's likelihood of bankruptcy.

 Metode Z-Score (Altman) adalah suatu alat yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.

The Altman Z-score, is based on five financial ratios.

The Altman Z-score is calculated as follows:

Z-Score = 1.2A + 1.4B + 3.3C + 0.6D + 1.0E

Where:

A = Working Capital/Total Assets

B = Retained Earnings/Total Assets

C = Earnings Before Interest & Tax/Total Assets

D = Market Value of Equity/Total Liabilities

E = Sales/Total Assets

WCTA (Working capital to total asset atau modal kerja dibagi total aset)

RETA (Retained earning to total asset atau laba ditahan dibagi total aktiva)

EBITTA (Earning before interest and taxes to total asset atau laba sebelum pajak dan bunga dibagi total aktiva)

MVEBVL (Market value of equity to book value of liability atau nilai pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku utang)

STA (Sales to total asset atau penjualan dibagi total aktiva).

INTERPRETASI

NILAI Z SCORE

Dalam model tersebut

Perusahaan yang mempunyai skor Z >

2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat

Perusahaan yang mempunyai skor Z <

1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.

Skor 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu (Muslich, 2000:60).

Input

A

B

C

D

E

Z-score

Financial Ratio

Working Capital/ Total

Assets

Retained Earnings/Total

Assets

EBIT/Total Assets

Market Value/Total

Liabilities

Sales/Total Assets

1999

-0.09

-0.02

0.09

3.70

0.51

2.50

2000

-0.08

0.03

0.08

1.2

0.42

1.40

2001

0

0.04

0.02

0.50

0.30

0.86

 Berdasarkan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa persamaan Z-Score Model Altman tahun 1968 hanya mempunyai keakuratan 30 %. Untuk itu pada tahun 1983

Altman merevisinya dengan persamaan yang baru:

 Z' = 0.7 * Working capital/total assets + 0.847 * Retained earnings/total assets + 3.107 * EBIT/total assets + 0.420 *

Market value equity/book value of total debt + 0.998 *

Total assets turnover

 Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z yang diperoleh, yaitu:

• Bila Z >2.9, maka termasuk perusahaan sehat

• Bila Z <1.23, maka termasuk perusahaan yang bangkrut

• Bila Z berada diantara 1.23 sampai 2.9, maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).

Ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan.

Apabila emiten melakukan perbaikan kerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar ada ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada kenyataannya prediksi masih selalu digunakan untuk pengambilan keputusan.

Darsono dan Ashari. 2004. Pedoman Praktis Memahami Laporan

Keuangan. Semarang: Penerbit Andi.

Muslich, Mohamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern (Analisis,

Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta: Bumi Aksara.

(Edward I. Altman, www.stern.nyu.edu/~ealtman/zscorepresentation.pdf, p.22).

By Ben McClure on January 15, 2011 A A A Filed Under: Accounting ,

Corporate Debt , Fundamental Analysis , WorldCom (has been downloaded on April, 16th 2014)

Download