Prof. Dr. Isrok, S.H.,M.S: Nilai Moral Perkuat Sebuah Negara Indonesia bukanlah negara gagal yang diambang kehancuran. Persepsi sebagai negara gagal sirna setelah bangsa ini berhasil melewati krisis multi dimensi pada 1998-1999. Demikian disampaikan Prof. Dr. Isrok, S.H.,M.S. dalam orasi ilmiahnya pada pengukuhan sebagai Guru Besar yang berjudul "Negara yang Gagal Ditinjau Dari Aspek Bernegara Yang Demokratis Berkeadilan." Selasa (27/09) di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya. Isrok dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Hukum Tata Negara ke 202 Universitas Brawijaya.Lebih jauh disampaikan, sebuah negara diawali adanya manusia berkumpul dan membuat samyiah, dimana mereka bermufakat untuk mengenyahkan orang-orang yang bersalah melakukan kejahatan danti sosial dan yang melanggar pemufakatan itu. Negara Tidak Menginginkan Kejahatan Anti Sosial Negara yang bertujuan mensejahterakan rakyatnya tidak memnginginkan siapa saja yang melakukan kejahatan anti sosial. Seharusnya sebuah negara mengutamakan kebahagiaan individu, pemeliharaan perdamaian, ketertiban, keamanan dan keadilan serta kesejahteraan bagi warganegaranya. "Negara yang demokratis atau berkedaulatan rakyat adalah negara yang memberdayakan rakyat, sehingga berkemampuan untuk menentukan hidup dan masa depannya sendiri. Oleh karena itu sistem politik yang dibangun seharusnya memberi kemampuan pada rakyat agar dapat mengarahkan dan mengontrol jalannya pemerintahan". Ungkapnya. Menjalankan negara dan roda pemerintahan, berorganisasi, hidup berkelanjutan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersumber pada alam dan budaya bangsa atau suasanan kebatinan bangsa Indonesia, tercipta masyarakat adil makmur, kesejahteraan dan bangsa yang cerdas dengan pilar Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara Demokratis Berkeadilan Indonesia tidak bisa disebut negara gagal apabila sudah sepenuhnya melaksanakan tiga tujuan nasional yang termaktub dalam alenia empat pembukaan UUD 45 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Langkah tegas dan pasti bagi Indonesia terletak pada dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 dan Pancasila. Di sana disebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah negara hukum" yang menunjukan bahwa hukum yang ada harus ditegakkan tanpa pandang bulu dengan perlakuan yang sama terhadap semua orang dihadapan hukum. Cara pandang kaum modernis yang memfigurkan sebagai Dewi Themis yang tulus, dengan mata tertutup memegang pedang dan timbangan (keadilan) dan mengayunkan pedang kepada siapa saja yang dianggap bersalah harus tetap dipertahankan dan ditegakkan. Sekalipun langit akan runtuh hukum harus tetap ditegakkan. Menurut Isrok, adalah tidak mungkin langit runtuh, akan tetapi ungkapan itu menunjukan bahwa nilai adagium secara filsafati begitu tinggi. Membangun negara kesemuanya itu harus berlandaskan nilai moral dan sosial yang menunjukan kejujuran, keseimbangan, kesederhanaan dan keterusterangan. "Demikian pula dalam ajaran agama salah satu kunci keberhasilan pemimpin yang harus diutamakan adalah masalah kejujuran." Pungkasnya. Curriculum Vitae Prof. Dr. Isrok, S.H.,M.S. lahir di Malang 65 tahun silam. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas di kota kelahirannya. Suami dari Lilik Inayati ini meraih gelar Sarjana dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (1975), Master di Program Magister Sain di Universitas Airlangga Surabaya (1987) dan Doktor Ilmu Hukum UB [arr] Prof. Dr. Isrok, S.H., M.S: Moral Values to Strengthen a Nation Indonesia is not a failed nation on the verge of collapse. Perception as a failed nation is gone after this nation had gone through a multi-dimensional crisis in 1998-1999. That was delivered by Prof. Dr. Isrok, S.H., M.S. in his scientific oration at an inauguration as a Professor entitled "A Failed Nation is Seen from the Democratic Aspects of Nationhood in Justice" on Tuesday (09/27) in Widyaloka Building Universitas Brawijaya. Isrok was inaugurated as the 202th Professor of Constitutional Law in Universitas Brawijaya. He said further, a state was preceded by the existence of human beings come together and make samyiah, where they agree to get rid of people who are guilty of committing crimes and violating social rules. A Nation doesn’t Want Anti-Social Crimes A nation that has a purpose to increase the welfare of its people doesn’t want anyone to do anti-social crimes. A country should prioritise the happiness of individuals, the maintenance of peace, order, security and justice and prosperity for its citizens. "A democratic nation or people sovereignty is a nation that empowers people, therefore it is able to determine its own future and life. Therefore, a built political system should give the ability to people to direct and control the running of the government". He said. Running a nation and wheel of government, organizing, sustainable living to achieve certain goals that stem from the nation's natural and cultural or mystical atmoshpere of Indonesia, creating a just and prosperous society, welfare and intelligent of nation by pillars of Belief in God the Almighty. Democratic Justice Nation Indonesia cannot be called as a failed nation if it has fully implemented the three national objectives which are set in the fourth paragraph of UUD 45 which protect the whole Indonesian and the entire homeland of Indonesia, promote the general welfare and intellectual life of the nation and participate in the establishment of world order. Firm and sure step for Indonesia lies at the base and the nation ideology, UUD NRI 1945 and Pancasila. It is mentioned that "Indonesia is a nation of law" which indicates that the existing law should be enforced indiscriminately with equal treatment of all people in front of the law. The worldview of the modernists who figure it as a honest Themis (an ancient Greek Goddess), with closed eyes holds a sword and scales (of justice) and swings her sword to anyone who is found guilty should be maintained and enforced. Even if the sky is falling, the law must still be upheld. According to Isrok, it is not possible that the sky falls, but the expression shows that the value of philosophical adage is so high. Building a nation thereof must be based on moral and social values that show fairness, balance, simplicity and straightforwardness. "Similarly in religious teachings, one of the keys of leaders’ success, it must prioritise the matter of honesty." He concluded. Curriculum Vitae Prof. Dr. Isrok, S.H, M.S., was born in Malang 65 years ago. He completed his basic education to secondary school in his hometown. A husband of Inayati Lilik earned a bachelor Degree from Law School Universitas Brawijaya (1975), Master degree in Science Master Program at Universitas of Airlangga, Surabaya (1987) and Doctor of Jurisprudence in UB [arr/ps2]