Konsep dan Teori Ekonomika Pembangunan Dr. Mudrajad Kuncoro 1 Masalah Migrasi dan Sektor Informal Strategi industrialisasi yang diterapkan di Indonesia menimbulkan polarisasi dan dualisme proses pembangunan Dua sektor ekonomi,sektor manufaktur dan sektor pertanian,yang berbeda karakteristiknya saling berhadapan Dualisme terjadi karena adanya urbanisasi Tingkat urbanisasi suatu wilayah dapat dinyatakan sebagai besarnya proporsi penduduk perkotaan pada wilayah tersebut (BPS, 1997: bab IV). 2 Ciri-ciri sektor informal di Indonesia: Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik Tidak memiliki izin usaha Pola usaha tidak teratur Usaha pemerintah membantu golongan lemah tidak sampai ke sektor ini Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke sub-sektor lainnya Teknologi primitif Modal kecil Tidak diperlukan pendidikan formal Unit usaha termasuk golongan one-man-enterprise Sumber modal sendiri atau badan keuangan tak remi Hasil produksi umumnya dikonsumsi golongan masyarakat berpenghasilan kecil dan menengah. 3 Migrasi desa – kota Menurut Todaro model migrasi desa- kota didasari pemikiran –Migrasi dirangsang oleh pertimbangan ekonomi yang rasional antara keubtungan dan biaya dari migrasi itu sendiri –Keputusan bermigrasi bergantung pada tingkat pendapatan aktual di pedesaan dengan tingkat pendapatan yang diharapkan di kota –Kemungkinan mendapat pekerjaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan –Migrasi terus berlangsung meskipun pengangguran sudah cukup tinggi 4 WHY STUDY AGGLOMERATION? Increasing role of geography in industrialization due to: – Massive globalisation reinforces agglomerations & clusters (sticky places in slippery space) – Limited explanation of traditional location theory – Why a cluster arise in a specific location? – Growing awareness on spatial aspects but yet little tested empirically, in particular in Indonesia 5 Mega-cities and urbanisation UN Report (1998): – by 1995 almost half of the world’s population lived in urban areas – just after the turn of the millennium, urban dwellers will outnumber those in rural areas – by 2030 three of every five persons in the world will be living in urban areas In the process of world urbanisation, several megacities, defined as cities with more than 10 million inhabitants, have emerged strikingly in Asia over the last four decades: – the largest increase in the urban population has occurred in the less developed countries rather than in developed countries – Asia is represented by the emergence of Tokyo, Shanghai and Bombay among the 5 largest agglomerations (See table 1) 6 Table 1. The 5 Largest Urban Agglomerations and ASEAN Cities, 1960-1995 Agglomerations, 1960 1995 country Ra Popula Rank Popula nk tion tion New York, USA 14.2 16.3 1 4 Tokyo, Japan 11.0 27.0 2 1 London, UK 9.1 7.6 25 3 Shanghai, China 8.8 13.6 6 4 Paris, France 7.2 9.5 18 5 Mexico City, Mexico 5.4 16.6 2 14 Sao Paulo, Brazil 4.7 16.5 3 15 Bombay, India 4.1 15.1 5 6 Jakarta, Indonesia 28 2.7 MetroManila,Philippines na na Bangkok, Thailand na na na = data not available Source: United Nations (1998), World Urbanization Prospects The 1996 New York 22 20 29 8.6 9.3 6.5 Revision, UN: 7 Current Trends The most striking features of the geography of economic activity is concentration and unevenness: – – – – extended metropolitan regions emergence of mega-cities transformation of urbanisation agglomerations and clusters Location does really matter even in the wave of globalisation – Mega global trend: 3F (food, fun, fashion)==> spatial widening of economic activity (borderless world) – Paradox of space: globalisation vs localisation leading to glocalisation strategy (think globally but act locally) – Paradox of regional economic integration (AFTA, EC, APEC, etc.) vs WTO Key questions – How significantly has urban form being altered? – How have these changes varied geographically? – How differently does urban life feel? And for whom? 8 WHY INDONESIA? – Indonesia provides an excellent laboratory for studying the pattern of geographic concentration in LDCs 9 BIAS KE KABARIN Konsentrasi spasial ke Kabarin: – Main industrial areas in Indonesia have been located overwhelmingly in Java & Sumatra. – Java with more than half of Indonesians inhabitants offers a huge potential market and is importance by its own rights. – Most of investments, either foreign or domestic, have been concentrating in Java. Employment Distribution (% of total) Main Island 1976 1999 Sumatra 6.7 11.7 Java 89.1 81.1 Kalimantan 1.8 3.8 Sulawesi 0.9 1.6 Eastern 1.5 1.9 Islands INDONESIA 100 100 10 Keterkaitan Geografi ekonomi, Teknologi, dan Strategi GEOGRAFI EKONOMI • Where • Why TEKNOLOGI • Inovasi • Trajectories • Knowledge spillover STRATEGI • Globalisasi (slippery space) • Sticky places (local embeddedness) Mengapa aktivitas ekonomi cenderung untuk terkonsentrasi dan mengelompok secara geografis di beberapa tempat ? 11 Aglomerasi skala kecil=Kluster industri * berada dalam satu wilayah tertentu Industri karpet di Dalton, Georgia, USA (Krugman, 1991) dan industri tekstil Italia di kota Prato (Pyke, Bacattini dan Sangenberger, 1990; Porter, 1990) Aglomerasi skala besar * melintasi batas wilayah dan negara Manufacturing Belt di USA (yang meliputi wilayah : Green Bay-Saint Louis-Baltimore-Portland) dan Hot Banana di Eropa (meliputi daerah antara Milan dan London : Italia bagian Utara, Jerman bagian Selatan, Perancis bagian Tenggara, wilayah Ruhr, Ile de France, Belgia, Belanda dan Inggris bagian Tenggara) 12 Aglomerasi Industri Manufaktur Teori Lama Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) Teori Baru New Economic Geography / Geographical Economics 13 Teori Lama Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) Pengelompokan industri muncul minimalisasi biaya transport, produksi dan kekuatan aglomeratif (Weber, 1909; Isaard, 1956; Hoover, 1984) permintaan pasar (Losch, 1959) maksimalisasi laba perusahaan (Isard, 1957; Greenhut, 1956; Hotelling, 1929) Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) Industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu daerah perkotan, mendorong berkembangnya kegiatan industri lain keseluruh daerah dalam 14 lingkup yang luas Teori Baru New Economic Geography / Geographical Economics Muncul karena paradigma lama memiliki banyak kelemahan dan kekurangan yang umumnya hanya memberikan penjelasan ‘secara klasik’ berdasarkan atas penghematan aglomerasi (agglomeration economies) dalam bentuk : Penghematan lokalisasi (localisation economies) Penghematan urbanisasi (urbanisation economies) 15 Konsep Dasar Pengertian Aglomerasi pengelompokan ……… terjemahan bahasa konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi dikawasan perkotaan sebagai akibat terjadinya penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) ……….. Montgomery suatu lokasi yang ‘tidak pernah berubah’ sebagai akibat adanya penghematan eksternal (external economies) yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya berdekatan dengan perusahan lain serta penyedian jasa-jasa pendukung dan bukan sebagai akibat dari kalkulasi perusahaan/ pekerja secara individual …….. Markusen pola lokasi yang terpadu atau berdekatan/ pola kebersamaan lokasi ……. Soepomo sekumpulan kluster industri ……………….. Kuncoro 16 Perspektif Aglomerasi Teori dan studi tentang aglomerasi dapat digolongkan dalam 2 (dua) perspektif yaitu : Perspektif Klasik Perspektif Modern 17 Perspektif Klasik Ada dua pendekatan yang digunakan untuk melihat aglomerasi dari perspektif klasik Pendekatan Penghematan Aglomerasi merupakan bentuk spasial dan para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi (agglomeration economies) dalam bentuk penghematan lokalisasi (localisation economies) dan penghematan urbanisasi (urbanisation economies) 18 Penghematan Lokalisasi (Localisation Economies) Terjadi apabila biaya total rata-rata (produksi) dari perusahaan yang sejenis pada lokasi yang sama turun bila jumlah produksi dari industri itu naik. Ada 3 (tiga) alasan penyebabnya Pembelian input bersama dalam jumlah besar dari perusahaan sejenis dalam lokasi yang sama dari perusahaan input yang sama Ekonomi pasar tenaga kerja, dimana pekerja mudah berganti pekerjaan dilokasi yang sama Komunikasi ekonomi, dimana mudahnya pertukaran informasi dan penyebaran teknologi antara pekerja dan perusahaan 19 Penghematan Urbanisasi (Urbanisation Economies) Terjadi apabila biaya total rata-rata (produksi) dari tiap perusahaan (yang berbeda) turun bila jumlah produksi dari berbagai industri dilokasi yang sama naik. Penghematan urbanisasi terjadi untuk alasan yang sama seperti penghematan lokalisasi, hanya bedanya : Perusahaan dari berbagai industri (yang tidak sejenis) dilokasi yang sama dapat membeli secara bersama pada perusahaan bahan baku yang sama Dari sisi pekerja, mereka yang diberhentikan di suatu industri mudah mendapat pekerjaan di industri lain, dan dari sisi perusahaan, mereka dapat dengan mudah merubah / mengurangi pekerja karena biaya mencari pekerja dan biaya pindah murah Aglomerasi mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi dan penyebaran teknologi 20 Pendekatan Eksternalitas Aglomerasi merupakan bentuk spasial melalui konsep eksternalitas. Eksternalitas dapat dibedakan menjadi : 1. External agglomeration economies 2. Internal agglomeration economies 3. Economies of scale 4. Economies of scope 21 External Agglomeration Economies Penghematan aglomerasi eksternal melihat penurunan biaya yang terjadi akibat aktivitas diluar lingkup perusahaan/ industri, dengan cara beraglomerasi secara spasial dalam bentuk : penghematan biaya, dimana perusahaan dalam industri yang sama bersaing satu dengan yang lainnya untuk memperoleh pasar atau konsumen penghematan tenaga kerja terampil penghematan bahan baku 22 Internal Agglomeration economies Penghematan aglomerasi internal melihat penurunan biaya secara internal di dalam suatu perusahaan/ industriakibat adanya efisiensi dalam kegiatan produksi, dalam bentuk : Pembagian kerja (spesialisasi) Mekanisasi Sub kontrak aktivitas rposes produksi kepada perusahaan lain Kontinuitas dan stabilitas titik optimum produksi yang akan meminimumkan biaya 23 Economies of Scale Penghematan skala terjadi karena perusahaan/ industri menaikkan tingkat produksi melalui perluasan skala ekonomi (dengan memperbesar/ memperluas pabrik) Penghematan biaya terjadi dengan meningkatkan skala pabrik sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan Economies of Scope Penghematan cakupan teerjadi karena seluruh unit produksi yang ada dalam perusahaan/ industri bekerja secara bersama sehingga dapat dilakukan penghematan biaya. 24 Perspektif Modern Meskipun konsep-konsep dasar perspektif Klasik secara intuitif dapat memberikan penjelasan yang beralasan dan dinamik mengapa aktivitas ekonomi cenderung untuk terkonsentrasi secara geografis di suatu/ beberapa tempat saja, tetap saja memiliki kelemahan mendasar yaitu tidak dapat memperhitungkan berbagai biaya yang hendak diminimalkan oleh perusahaan. Untuk itu dikembangkaan pemikiran-pemikiran baru yang mencoba menjelaskan mengapa aglomerasi terjadi di daerah tertentu. Pemikiran baru tersebut diantaranya : Eksternalitas Dinamis Paradigma Pertumbuhan Perkotaan Geografi Ekonomi Baru Analisis Biaya Transaksi 25 Konsep dan teori yang telah dikemukakan mengenai aglomerasi di atas menyajikan sumbangan pemikiran yang sangat berharga dalam menganalisa perilaku pengelompokan industri secara spasial. Namun konsep dan teori ini sebenarnya belumlah cukup apabila kita ingin mengetahui mengapa industri (khususnya manufaktur) cenderung mengelompok disuatu atau beberapa daerah tertentu. Analisis kluster (tepatnya industrial cluster/ industrial district) dapat membantu melengkapi analisa perilaku industri secara spasial tersebut. 26