PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS INTRAPRENEURSHIP: AKULTURASI SIKAP INTRAPRENEURSHIP DALAM DUNIA PENDIDIKAN Dr. Sjamsul Arifin Malang, 9 Juli 2011 SEMINAR NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG OUTLINE PRESENTASI 2 I. PENDAHULUAN 1. Konsep Terkait Intrapreneurship II. ANALISIS KONSEP DAN MODEL INTRAPRENEURSHIP 1. 2. Analisis Variabel Model Corporate Intrapreneurship III. INTRAPRENEURSHIP DI PT 1. Persamaan Antara Badan Usaha dan PT 2. Persepsi PT Terhadap Entrepreneurship 3. Landasan Teori Pengajaran Entrepeneurship 4. Strategi Akulturasi Intrapreneurship di PT 5. Diagnosa Organisasi 6. Proses Perubahan Organisasi 7. Langkah dan Kegiatan untuk Perubahan 8. Faktor Penghambat Pengembangan Intrapreneurship di PT IV. KESIMPULAN PENDAHULUAN 3 1. Dunia terus berubah dan organisasi dituntut menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan 2. Lingkungan PT mengalami perubahan dan tuntutan stakeholder PT berubah: menghasilkan lulusan PT yang mampu menciptakan lapangn kerja, bukan hanya mencari kerja. Lulusan PT menganggur 182, 2 ribu tahun 2006 Melonjak menjadi 409,9 ribu 2007 3. Terdapat perubahan paradigma bahwa entrepreneurship dapat diajarkan di PT. 4. Bagaimana persyaratan yang harus dipenuhi agar PT mampu berinovasi sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman? 5. Intrapreneurship konsep yang relatif baru dan dapat berkontribusi pada kinerja organisasi. Apa yang dimaksud dengan intrepreneurship dan bagaimana menanamkan sikap tersebut di PT? KONSEP TERKAIT INTRAPRENEURSHIP 4 Intrapreneurship o o ”internal corporate entrepreneurship” (Arslan & Cevher, 2007). “entrepreneurship practiced by individuals inside founded organizations” (Shetty, 2004: 9). Entrepreneur Bentuk-bentuk kombinasi baru termasuk melaksanakan hal-hal baru atau melaksanakan hal-hal yang sudah ada dengan cara baru, termasuk: i. pengenalan produk baru; ii. metoda produksi baru; iii. pembukaan pasar baru; iv. sumber supply yang baru; v. organisasi baru Inovasi The successful creation, development and introduction of new products or processes (Arslan & Cevher, 2007). (Keberhasilan dalam penciptaan, pengembangan, dan pengenalan suatu produk atau proses). KONSEP TERKAIT INTRAPRENEURSHIP 5 Intrapreneurship: dalam dunia PT, intrapreneurship adalah semangat dan kegiatan yang bersifat entrepreneurship yang dipraktekkan di PT. Entrepreneurship: merupakan kegiatan yang menghasilkan inovasi baik berupa produk barang dan jasa maupun proses produksi barang dan jasa. Contoh, dalam dunia pedidikan, produk atau proses tersebut dapat berupa pengajaran dan pembelajaran, riset, knowledge transfer, kurikulum baru, dan perubahan kualitas alumni (Mitchell: 2007). Inovasi: Keberhasilan dalam penciptaan, pengembangan, dan pengenalan suatu produk atau proses Self-employed Entrepreneurial Independent entrepreneur Managerial (Managerial) business owners Employee Intrapreneurs (or corporate entrepreneurs) Executive managers INTRAPRENEURSHIP DALAM MODEL STRATEGIC MANAGEMENT 6 Elemen-elemen yang berpengaruh pada variabel “intrapreneurship” Seberapa kuat semangat intrapreneurship dalam suatu organisasi yang terefleksi pada “innovative venturing” & “strategic renewal” FRAMEWORK OF CORPORATE ENTREPRENEURING 7 Perilaku yang mendorong motif intrapreneurship saling berinteraksi Hasil akhir dari interaksi seberapa kuat semangat untuk mengimplementasikan ide baru DIMENSI INTRAPRENEURSHIP 8 1. New ventures dan new businesses: Pendirian perusahaan dan bisnis (usaha) 2. 3. 4. 5. 6. 7. baru merupakan dimensi paling penting karena dapat menciptakan bidang usaha baru dalam suatu organisasi yang telah berdiri. Product innovation: Schumpeter menekankan peran entreprenuer sebagai inovator. Schumpeter: entrepreneur membuat kombinasi baru terhadap sumber daya untuk menciptakan produk yang sebelumnya tidak ada. Process innovation: Intrapreneurship meliputi cara atau prosedur baru dalam proses produksi (Antoncic & Hisrich, 2003: 16) Self-renewal: Intrapreneurship berarti transformasi organisasi melalui pembaruan ide dasar sehingga berbeda dibandingkan dengan ide dasar pada saat organisasi didirikan. Risk taking: Entrepreneur berani mengambil risiko, bersedia untuk menyediakan waktu dan tenaga untuk mewujudkan ide baru menjadi inovasi dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan keahlian dan pengalamannya. Pro-activeness: sebagai pionir untuk kelangsungan hidup organisasi, menunjukkan tekad untuk meraih peluang yang menjanjikan dan bukan hanya reaktif terhadap langkah yang ditempuh pesaing. Competitive aggressiveness: kecenderungan perusahaan untuk menantang pesaingnya. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN INDIVIDU INTRAPRENEURSHIP 9 TINGKAT ORGANISASI 1. 2. 3. 4. 5. Management support Work discretion Rewards/reinforcement Time availability Organizational boundaries TINGKAT INDIVIDU 1. 2. 3. 4. 5. Risk taking propensity Desire for autonomy Need for achievement Goal orientation Internal locus of control FAKTOR PENGHAMBAT INTRAPRENEURSHIP 10 1. 2. 3. 4. 5. Arah Stratejik: tidak terdapat strategi entrepreneurship secara formal dari pimpinan puncak (visi, role model sasaran inovasi, dan komitmen para eksekutif). Sistem: sistem evaluasi dan reward yang kurang tepat, sistem perencanaan dan alokasi anggaran yang kaku. berpengaruh sebagai diinsentif bagi entrepreneurship. Struktur: terlalu hirarkis, manajemen top-down, rentang kendali yang terlalu sempit, silo, komunikasi terbatas, dan akuntabilitas tidak jelas. sebagai karakter organisasi besar. Kebijakan dan prosedur: prosedur persetujuan panjang dan berbelit, persyaratan dokumen yang berlebihan, dan sasaran yang tidak realistis. Budaya kerja: budaya kerja yang tidak mendukung semangat inovatif dan tidak terdapat konsensus terhadap prioritas. Budaya kerja merupakan perekat yang menyatukan organisasi entrepreneural secara keseluruhan. Dalam kultur tradisional suatu perusahaan, i. ii. iii. iv. 6. 7. Patuhi perintah yang diberikan; Jangan membuat kesalahan; Jangan melampaui batas wilayah; dan Waspadai sekeliling anda. Kapabilitas entrepreneurship rendah: entrepreneur memerlukan jiwa, semangat, dan keahlian SDM: karakter individu karena learning is path dependent Resistence to change Inertia Status quo ORGANISASI ENTREPRENEURIAL VERSUS BIROKRATIS 11 ENTREPRENEURIAL ORGANIZATIONS BUREAUCRATIC ORGANIZATIONS Take risk Avoid risks Stay innovative Do routine work Focus on result Focus on activities Focus on teamwork Focus structures Do technical work Do administrative work Stay flexible Have tight controls See the organization as a system Practice parochialism and “nichemanship” See change as good Prefer the status quo Tolerate and learn from mistakes Avoid and punish mistakes Believe managers are motivated by creating something out of nothing Believe that managers are motivated by upward movement in an established structure ENTREPRENEURIAL LEADER VERSUS MANAGERIAL LEADER 12 ENTREPRENEURIAL LEADER MANAGERIAL LEADER Encourage their people to go beyond their momentary Knock the pioneering spirit out of people Give confidence to act on initiative Give little or o responsibility Foster entrepreneurship through example Are not role models for entrepreneurship Don’t allow structure to hinder creativity Allow slow decision to extinguish creativity Perceive entrepreneurs to be purposeful initiators Perceive entrepreneurs to be rash risk-takers Give innovation priority over operational efficiency Allow operational efficiency to have priority over innovation Forgive rather than insist on permission Dominate with blame more than stimulate with praise Are interested in everyone’s entrepreneurial development Are more interested in their own entrepreneurial development Communicate by listening attentively Communicate only when they want something Embrace change all the time Do not like change because too busy 13 III. INTRAPRENEURSHIP DI PT PERSAMAAN ANTARA BADAN USAHA DAN PT 14 Intrapreneurship di PT (riset) pada dasarnya tidak berbeda dengan di perusahaan (komersial) dalam tahapannya. Persamaan lain: Memiliki visi, misi, strategi Tidak terlepas dari pengaruh lingkungan Memiliki sumber daya dan kapabilitas PERSEPSI PT TERHADAP ENTREPRENEURSHIP 15 1. PT sebagai ivory tower, berubah menjadi research university dan selanjutnya entrepreneurial university 2. Kesenjangan antara hasil penelitian dengan kebutuhan nyata 3. Perubahan kebutuhan lulusan PT 4. Terjadi perubahan paradigma bahwa kewirausahaan dapat diajarkan a. b. c. Semula entrepreneurship dianggap tidak memerlukan pendidikan formal Kewirausahaan dapat diajarkan di PT (Fiet, 200) Pengajaran entrepreneurship terbukti telah mengubah pola pikir dan perilaku mahasiswa dan membangkitkan kecenderungan untuk menjadi wirausaha. LANDASAN TEORI PENGAJARAN ENTREPENEURSHIP 16 Cognitive Model of Entrepreneurship Teori Entrepreneurial Development (Pinchot, 1985) (Ajzen, 1991) Didasarkan pada teori planned behavior Asumsi: individu akan terdorong menggali potensi entrepreneurship apabila percaya memiliki kemampuan, terdapat lingkungan yang mendukung, dan terdapat dukungan sosial. Faktor yang perlu diperhatikan: i. ii. iii. Masyarakat khususnya harus menunjukkan sikap positif terhadap tujuan ini; kalangan akademik harus yakin bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakannya; dan Bagi kalangan staf akademik perlu meyakini perlunya semangat intrapreneurship. Apabila suatu organisasi yang telah berdiri bermaksud untuk melakukan perubahan mendasar (transformasi) degan tujuan mengembangkan semangat entrepreneurship maka diperlukan faktor-faktor pendukung seperti: i. ii. iii. iv. v. vi. komitmen pimpinan tertinggi dan para pejabat senior; corporate model; pengembangan budaya; identifikasi intrapreneurship talent; reward (dalam bentuk uang dan non-materi); sistem penilaian. 17 STRATEGI AKULTURASI INTRAPRENEURSHIP DI PT DIAGNOSA ORGANISASI 18 SURVEI REVIEW ORGANISASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. Review strategi yang ada sekarang untuk mendukung kegiatan entreprenurship. Review lingkungan organisasi. Review pemahaman tentang inovasi yang ingin dicapai PT. Identifikasi sasaran untuk mencapai tujuan strategi corporate entrepreneuring dan program untuk mencapainya Lakukan penilaian bahwa sistem, struktur, dan budaya kerja tidak menghambat kegiatan untuk berinovasi Berikan insentif dan sarana untuk melaksanakan proyek-proyek entrepreneural. 1. 2. 3. 4. 5. Apakah organisasi/PT saudara mendorong perkembangan para staf yang berjiwa entrepreneurship? Apakah individu di organissai/PT saudara diijinkan untuk mengerjakan pekerjaannya dengan caranya sendiri ataukah mereka harus selalu meminta ijin sebelumnya? Apakah organisasi/PT saudara telah mengembangkan cara untuk mengelola produk eksperimental dan produk komersial? Apakah sistem dalam organisasi/PT saudara telah dibangun untuk mendorong pekerjaaan yang bersifat risk taking dan mentolerir kesalahan? Apakah para staf di organisasi/PT saudara lebih cenderung untuk mengembangkan ide baru atau mempertahankan kartu masingmasing? INTRAPRENEURSHIP DAN KINERJA ORGANISASI 19 Tujuan diagnosa: Mengukur masing-masing variabel di atas yang berpengaruh pada kinerja organisasi PROSES PERUBAHAN ORGANISASI 20 1. 2. 3. Unfreezing: mencairkan perilaku individu dan organisasi dari kondisi saat ini yang tidak diinginkan. Change: melaksanakan perubahan perilaku individu dan organisasi sesuai dengan yang diinginkan. Refreezing: membekukan kembali perilaku individu dan organisasi setelah terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang diinginkan. LANGKAH DAN KEGIATAN UNTUK PERUBAHAN 21 ACTIONS ACTIVITY 1 Endorsement Oleh pimpinan tertinggi. Pejabat senior berperan sebagai role model. 2 Incorporation Kedalam program Universitas, Fakultas, Departemen, dan Rencana individu 3 Implementation & Communication Penetapan sasaran yang akan dimonitor, Publikasi & sosialisasi strategi 4 Encouragement & support Hard support: penyediaan fasilitas pendukung, seperti laboratorim, preinkubator, inkubator, science park, ruang diskusi, sarana komputer dan kebutuhan peralatan lainnya, serta dana yang memadai. Soft support: training, mentoring dan konsultasi, dukungan manajerial dan teknis lainnya. 5 Recognition and reward organization Pemberian imbalan (reward) yang adil termasuk promosi (kenaikan pangkat) Pengembangan riset antar disiplin ilmu, pengajaran kelompok, pendidikan mengenai kewirausahaan, pendirian pusat pengembangan Entrepreneurship. 6 Promotion activity Kompetisi penyusunan business plan, entrepreneurship halls of fame, kisahkisah keberhasilan, role model. FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN INTRAPRENEURSHIP DI PT (Kirby, 2006) 22 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Karakter hubungan yang bersifat impersonal. Struktur organisasi hierarkis dan memerlukan banyak tingkat persetujuan Pengawasan ketat sebagai akibat dari berbagai aturan dan prosedur. Budaya lembaga yang konservatif. Kurang urgensi ketersediaan hasil dengan segera. Kurang kapabilitas kewirausahaan karena tidak berpengalaman sebagai wirausaha dan bukan merupakan tradisi PT Metode pemberian kompensasi yang kurang tepat Mengurangi kualitas PT yang lebih fundamental (integritas pengembangan ilmu) Peran sebagai ilmuwan dan bukan sebagai pengusaha KESIMPULAN 23 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kalangan akademik telah menyadari pentingnya pengembangan karakter intrapreneurship di PT Intrapreneurship memiliki karakter berbeda dengan karakter tradisional universitas Perubahan menjadi universitas berkarakter intrapreneurship merupakan bentuk proses transformasi organisasi yang perlu dikelola dengan dengan menggunakan framework yang jelas Melakukan perubahan di PT merupakan tantangan besar Keberhasilan dalam menerapkan semangat entrepreneurship akan meningklatkan kinerja PT dan bermanfaat secara langsung bagi para lulusannya. UM telah memiliki track record dalam mereformasi organisasi dan melakukan perubahan: i. ii. iii. IKP UM Webometrics (peringkat 1256 tahun 2010; Unibraw 2026; Unair 1628) Learning university 24 Terima Kasih