KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK CEKO MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Praha, Ceko, pada tanggal 17 September 1998 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal, sebagai hasil perundingan antara Delegasidelegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK CEKO MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Praha, Ceko, pada tanggal 17 September 1998 sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Ceko dan Inggeris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA Ttd PROF. DR. H. MULADI, S.H. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 97 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------CATATAN PERSETUJUAN ANTARAPEMERINTAH REPUBLIK INDONESIADANPEMERINTAH REPUBLIK CEKO MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGANATAS PENANAMAN MODAL Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"); Mengingat persahabatan dan hubungan kerjasama yang telah terjalin antara kedua negara dan rakyatnya; Bermaksud untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi penanaman modal oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lainnya didasarkan atas kedaulatan yang sama dan saling menguntungkan; Mengakui bahwa Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal tersebut akan mendorong untuk merangsang kegiatan investasi di kedua Negara; Telah menyetujui sebagai berikut : PASAL I DEFINISI Untuk tujuan Persetujuan ini : 1. Istilah "penanaman modal" harus diartikan sebagai segala bentuk aset yang ditanam dalam kaitan dengan kegiatan ekonomi oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lainnya, sesuai dengan peraturan hukum dan perundang-undangan pihak terakhir, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. benda bergerak dan tidak bergerak termasuk hak-hak lain seperti hipotek, hak istimewa, jaminan dan hak-hak serupa lainnya; b. hak-hak yang diperoleh dari saham, surat obligasi dan setiap bentuk lainnya dari hasil bunga dalam perusahaan atau usaha patungan di wilayah Pihak lain; c. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. tagihan atas uang atau tagihan atas setiap pelaksanaan yang mempunyai nilai ekonomi dan keuangan yang terdapat dalam penanaman modal. d. hak atas kekayaan intelektual, proses teknik, muhibah, dan keahlian; e. konsesi usaha yang diberikan oleh undang-undang atau berdasarkan kontrak yang berkaitan dengan penanaman modal termasuk konsesi untuk mencari, menambang, mengelola atau mengeksploitasi sumber daya alam. Setiap perubahan bentuk asset yang ditanamkan tidak akan mempengaruhi karakternya sebagai penanaman modal. Istilah "penanam modal" bagi masing-masing Pihak, terdiri dari: (i) seseorang yang mempunyai kewarganegaraan dari satu Pihak sesuai dengan hukumnya dan menanamkan modal di wilayah Pihak lain. (ii) badan hukum yang sah sesuai dengan hukum yang berlaku dari satu Pihak yang bertempat tinggal pihak tersebut dan menanamkan modal di wilayah Pihak lain. Istilah "tanpa penundaan" dianggap telah dipenuhi jika suatu transfer dilakukan dalam jangka waktu yang lazim dipersyaratkan dalam praktek keuangan internasional. Istilah "wilayah" harus diartikan sebagai: a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia: Wilayah Republik Indonesia seperti yang ditetapkan dalam perundang-undangannya. b. Dalam hubungan dengan Republik Ceko: Wilayah dimana Republik Ceko melaksanakan kedaulatan dan yurisdiksi sesuai dengan hukum internasional. PASAL II PENINGKATAN DAN PERLINDUNGANATAS PENANAMAN MODAL Masing-masing Pihak diwilayahnya harus mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanam modal dari Pihak lain untuk menanam modal di wilayahnya, serta mengizinkan penanaman modal tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Penanaman modal oleh penanam modal dari masing-masing Pihak setiap waktu harus diperlakukan secara wajar dan seimbang serta harus mendapat perlindungan dan keamanan yang memadai di wilayah Pihak lain. PASAL III KETENTUAN PERLAKUAN NEGARA SAHABAT Masing-masing Pihak di wilayahnya harus menjamin perlakuan yang wajar dan seimbang bagi penanaman modal dan pendapatan dari penanam modal Pihak lain dan harus tidak lebih menguntungkan dari pada yang diberikan kepada penanaman modal dan pendapatan dari penanaman modal pihak ketiga. Masing-masing Pihak diwilayahnya menjamin penanam modal dari Pihak lain yang berkaitan dengan manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemilikan atau pengaturan penanaman modal, perlakuan yang wajar dan seimbang dan tidak lebih menguntungkan dari yang diberikan kepada penanam modal pihak ketiga. Jika salah satu Pihak memberikan perlakuan khusus kepada para penanam modal negara Ketiga berdasarkan persetujuan mengenai pembentukan kesatuan pabean, 4. 1. 2. 3. 1. kesatuan ekonomi, kesatuan moneter atau lembaga serupa lainnya, atau berdasarkan persetujuan yang mengarah pada kesatuan atau lembaga dan persetujuan internasional atau pengaturan yang berkaitan dengan perpajakan, pihak tersebut tidak wajib memberikan perlakuan khusus tersebut kepada penanam modal dari Pihak lain. Jika Pemerintah Republik Indonesia pada masa mendatang setelah berlakunya Persetujuan ini menjamin penanaman modal dan pendapatan dari penanam modal negara ketiga atau yang berkaitan dengan manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemilikan atau pengaturan penanaman modal, perlakuan yang diberikan kepada penanam modalnya atau kepada penanaman modal dan pendapatannya, Pemerintah Republik Indonesia akan memberitahukan Pemerintah Republik Ceko mengenai hal tersebut dan perlakuan yang sama akan diberikan atas dasar timbal balik. PASAL IV PENGAMBIL-ALIHAN Masing-masing Pihak harus tidak melakukan tindakan apapun dari pengambilalihan, nasionalisasi, atau segala bentuk pencabutan hak milik lainnya, yang berakibat sama dengan nasionalisasi atau pengambil-alihan terhadap penanaman modal dari penanam modal Pihak lainnya kecuali berdasarkan syarat-syarat di bawah ini: (a) tindakan dilakukan untuk kepentingan umum dan sesuai dengan proses hukum; (b) tindakan tidak berdasarkan diskriminasi; (c) tindakan yang disertai dengan ketentuan untuk pembayaran ganti rugi yang cepat, memadai dan efektif. Besarnya ganti rugi harus sesuai dengan harga pasar yang pantas tanpa penundaan sebelum tindakan pencabutan hak milik diumumkan. Harga pasar tersebut harus ditentukan sesuai praktek-praktek dan metode-metode yang diakui secara internasional, atau bilamana harga pasar tersebut tidak dapat ditetapkan, ganti rugi tersebut harus merupakan jumlah yang wajar sebagaimana disetujui bersama antara para Pihak, dan jumlah tersebut harus dapat ditransfer secara bebas dalam mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas. Legalitas setiap pengambil-alihan dan prosedurnya, jumlah dan metode pembayaran ganti rugi harus tergantung pada proses hukum atau lembaga peradilan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku dari Pihak yang melakukan expropriasi, dan berdasarkan prinsip yang dicantumkan dalam Pasal ini. Ketentuan pada ayat 1 Pasal ini harus berlaku dimana satu Pihak mengambil alih aset perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku di setiap bagian wilayahnya dan dimana penanam modal dari Pihak lain memiliki saham. PASAL V GANTI RUGI ATAS KERUGIAN Penanam modal dari satu Pihak, yang penanaman modalnya di wilayah Pihak lain mengalami kerugian karena perang atau konflik bersenjata, negara dalam keadaan 2. 1. 2. 1. darurat, revolusi pemberontakan, kerusuhan atau kejadian yang sama lainnya di wilayah Pihak lainnya, harus diberikan perlakuan oleh Pihak tersebut terakhir berkenaan dengan restitusi, indemnifikasi, ganti rugi atau penyelesaian lainnya yang tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan oleh Pihak tersebut terakhir kepada penanam modal sendiri maupun penanam modal dari negara Ketiga. Tanpa mengecualikan ayat 1 Pasal ini, penanam modal dari satu Pihak yang mengalami kerugian di wilayah pihak lain akibat penghapusan milik karena tindakan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang dari pihak terakhir, harus mempunyai hak untuk mengajukan kasus tersebut ke pengadilan untuk mendapatkan ganti rugi yang adil, cukup dan memadai. PASAL VI TRANSFER Masing-masing Pihak harus menjamin transfer atas pembayaran yang berkaitan dengan penanaman modal. Transfer tersebut dilakukan dalam mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas, tanpa pembatasan atau penundaan. Transfer tersebut meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. laba, bunga, dividen dan penghasilan lainnya; b. dana-dana yang dibutuhkan (i) untuk akuisisi bahan baku atau bahan pembantu, barang setengah jadi ataupun barang jadi, atau (ii) untuk mengganti aset modal guna melindungi kesinambungan penanaman modal; c. dana tambahan yang dibutuhkan untuk pengembangan penanaman modal; d. dana pembayaran pinjaman; e. royalti atau biaya; f. pendapatan perorangan yang berkaitan dengan penanaman modal; g. hasil penjualan atau likuidasi dari penanaman modal; h. ganti rugi atas kerugian; i. ganti rugi atas pengambil-alihan. Untuk tujuan Persetujuan ini, tingkat nilai tukar haruslah pada tingkat pasar yang berlaku efektif bagi transaksi yang dilakukan pada tanggal transfer, kecuali jika terdapat tanggal lain yang disetujui kedua belah pihak. PASAL VII SUBROGASI Jika salah satu Pihak atau perwakilan yang ditugaskan olehnya membuat pembayaran kepada penanam modal sesuai dengan kebijakan asuransi yang meliputi risiko non komersial yang disetujui dalam kaitan dengan penanam modal di wilayah pihak lain, pihak terakhir harus mengakui : a. penugasan, sesuai hukum atau transaksi hukum, atas hak atau tuntutan oleh penanam modal tersebut terhadap pihak sebelumnya atau perwakilannya yang ditunjuk. b. pihak pertama atau perwakilan yang ditunjuk berhak, karena subrogasi, untuk melaksanakan haknya dan mengajukan tuntutan pada penanam modal. 2. Tuntutan atau hak subrogasi harus tidak melebihi hak atau tuntutan yang dimiliki oleh penanam modal tersebut. PASAL VIII PENYELESAIAN PERSELISIHANANTARAPENANAM MODAL DAN PIHAK 1. Setiap Perselisihan antara Pihak dan penanam modal Pihak lainnya, mengenai penanaman modal pihak yang disebut terakhir di wilayah yang disebut sebelumnya, harus diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi. 2. Jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam waktu enam bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis oleh salah satu Pihak yang meminta penyelesaian secara damai, perselisihan tersebut atas permintaan penanam modal yang bersangkutan harus disampaikan kepada: a. peradilan yang terdapat pada Pihak yang bersangkutan; b. Pusat Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal Internasional (International Centre for Settlement Disputes/ICSID) dengan merujuk pada ketentuan yang berlaku dari Konvensi Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dengan Penanam Modal (Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and National of Others States) yang ditandatangani di Washington, D.C., pada tanggal 18 Maret 1965; atau c. peradilan arbitrasi atau peradilan internasional sementara yang dibentuk sesuai dengan Peraturan Arbitrasi dari Komisi Hukum Perdagangan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Comission on International Trade Law/UNCITRAL). Keputusan arbitrasi harus merupakan keputusan akhir dan mengikat kedua belah pihak yang berselisih. PASAL IX PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTAR PIHAK MENGENAIPENAFSIRAN DAN PENERAPAN PERSETUJUAN 1. Perselisihan antara para Pihak mengenai penafsiran atau pelaksanaan Persetujuan ini, jika mungkin, harus diselesaikan melalui konsultasi dan negosiasi. 2. Jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam waktu 6 bulan, atas permintaan salah satu Pihak, dapat diajukan kepada Peradilan Arbitrasi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal ini. 3. Peradilan Arbitrasi tersebut harus dibentuk untuk setiap kasus dengan cara berikut. Dalam masa 3 bulan setelah permintaan diadakannya arbitrasi, masingmasing Pihak harus menunjuk satu anggota Peradilan. Kedua anggota tersebut kemudian harus memilih seorang warga negara dari negara ketiga yang disetujui oleh kedua belah Pihak untuk ditunjuk sebagai Ketua Peradilan (selanjutnya disebut sebagai "Ketua"). Ketua tersebut harus ditunjuk dalam masa 2 bulan setelah tanggal penunjukan kedua anggota. 4. Jika dalam waktu yang ditentukan pada ayat 3 Pasal ini, penunjukan yang diperlukan belum juga dilakukan, permintaan untuk melakukan penunjukan dapat diajukan kepada Ketua Mahkamah Internasional. Apabila Ketua itu merupakan warga negara salah satu Pihak atau yang bersangkutan berhalangan untuk 5. melaksanakan tugas tersebut, Wakil Ketua harus diminta untuk melakukan pengangkatan dimaksud. Apabila Wakil Ketua tersebut adalah warga negara salah satu Pihak atau yang bersangkutan juga berhalangan untuk melaksanakan tugas tersebut, anggota Mahkamah Internasional senior berikutnya yang bukan warga negara salah satu Pihak harus diminta untuk melakukan penunjukan yang diperlukan. Peradilan arbitrasi tersebut harus mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak. Keputusan itu harus mengikat kedua belah Pihak. Masing-masing Pihak harus menanggung biaya bagi anggota arbitrasinya sendiri dan perwakilannya dalam proses arbitrasi; biaya Ketua serta biaya-biaya lainnya harus ditanggung bersama oleh para Pihak. Namun demikian, Peradilan arbitrasi dapat memutuskan untuk membebankan biaya yang lebih tinggi bagi salah satu Pihak. Peradilan arbitrasi harus menentukan prosedurnya sendiri. PASAL X PEMBERLAKUAN PERSETUJUAN Persetujuan ini berlaku terhadap penanaman modal oleh para penanam modal dari Republik Ceko di wilayah Republik Indonesia yang telah mendapat izin sebelumnya sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1967 mengenai Penanaman Modal Asing dan setiap undang-undang yang mengubah atau menggantikannya, dan terhadap penanaman modal yang akan datang yang dilakukan penanam modal dari Republik Indonesia di wilayah Republik Ceko dan juga penanaman modal Indonesia yang ada di wilayah Republik Ceko sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi penanaman modal yang masih berlaku saat Persetujuan ini mulai berlaku. PASAL XI PENERAPAN KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Apabila ketentuan hukum dari salah satu Pihak atau kewajiban berdasarkan hukum internasional yang berlaku sekarang atau dibuat di masa depan antar Pihak sebagai tambahan terhadap Persetujuan ini yang memuat peraturan, baik umum maupun khusus, yang memberi hak penanaman modal oleh penanam modal dari Pihak lainnya perlakuan yang lebih menguntungkan daripada Persetujuan ini, maka peraturan yang lebih menguntungkan yang berlaku. 1. 2. 1. PASAL XII KONSULTASI DAN PERUBAHAN Masing-masing pihak dapat meminta diadakannya konsultasi mengenai setiap masalah yang menyangkut Persetujuan ini. Pihak lain harus mempertimbangkan usulan tersebut dan mengupayakan kesempatan untuk berkonsultasi. Persetujuan ini dapat diubah setiap waktu, jika dianggap perlu, dengan kesepakatan bersama. PASAL XIII MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTUDAN PENGAKHIRAN Persetujuan ini harus berlaku pada tanggal pemberitahuan terakhir oleh salah satu Pihak yang telah memenuhi prosedur internal ratifikasi. 2. Persetujuan ini berlaku untuk jangka waktu 10 tahun dan tetap berlaku untuk 10 tahun berikutnya dan demikian seterusnya kecuali jika salah satu Pihak secara tertulis menyampaikan maksudnya untuk mengakhiri Persetujuan ini satu tahun sebelum masa berlakunya berakhir. 3. Dalam hal penanaman modal yang dilakukan sebelum pengakhiran Persetujuan ini efektif, ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 -12 dari Persetujuan ini akan terus berlaku untuk jangka waktu 10 tahun berikutnya sejak tanggal berakhirnya Persetujuan ini. Sebagai bukti, yang bertanda tangan di bawah ini, yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani Persetujuan ini. DIBUAT dalam rangkap dua di Praha pada tanggal 17 September 1998 dalam Bahasa Indonesia, Ceko dan Inggris. Semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Jika terdapat perbedaan mengenai penafsiran, maka naskah dalam bahasa Inggris harus berlaku. UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA ttd. UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK CEKO ttd. Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Czech Republic for the Promotion and Protection of Investments The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Czech Republic (hereinafter referred to as the "Contracting Parties") Bearing in mind the friendly relations and economic cooperation existing between the two countries and their people; Intending to create and maintain favourable conditions for investments by investors of one Contracting Party in the territory of the other Contracting Party on the basis of sovereign equality and mutual benefit; Recognizing that the Agreement for the Promotion and Protection of Investments will be conducive to the stimulation of investment activities in both countries; Have agreed as follows: Article 1 Definitions For the purposes of this Agreement: 1. The term "investment" shall comprise every kind of asset invested in connection with economic activities by investors of one Contracting Party in the territory of the other Contracting Party in accordance with the laws and regulations of the latter and shall include, in particular, though not exclusively: a) movable and immovable property as well as any other property rights in rem such as mortgages, liens, pledges and similar rights; b) 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. rights derived from shares, bonds and any other form of interest in companies or joint ventures in the territory of the other Contracting Party; c) claims to money or to any performance having an economic and financial value associated with an investment; d) intellectual property rights, technical processes, goodwill and know-how; e) business concessions conferred by law or under contract related to investment including concessions to search for, extract, cultivate or exploit natural resources. Any alteration of the form in which assets are invested shall not affect their character as investment. The term "investor" shall comprise with regard to either Contracting Party a) natural person having the nationality of one of the Contracting Parties in accordance with its laws and investing in the territory of the other Contracting Party; b) legal person constituted or incorporated in accordance with the laws of one the Contracting Parties having the permanent seat in the territory of that Contracting Party and investing in the territory of the other Contracting Party. The term "without delay" shall be deemed to be fulfilled if a transfer is made within such period as is normally required by international financial practices. The term "territory" shall mean: a) In respect of the Republic of Indonesia, the territory of the Republic of Indonesia as defined in its laws. b) In respect of the Czech Republic, the territory, over which the Czech Republic, in accordance with international law exercises sovereign rights and jurisdiction. Article 2 Promotion and Protection of Investments Each Contracting Party shall encourage and create favourable conditions for investors of the other Contracting Party to invest in its territory and shall admit such investments, in accordance with its laws and regulations. Investments od investors of either Contracting Party shall at all times be accorded fair and equitable treatment and shall enjoy adequate protection and security in the territory of the other Contracting Party. Article 3 Most-Favoured-Nation Provisions Each Contracting Party shall in its territory accord to investments and returns of investors of the other Contracting Party treatment which is fair and equitable and not less favourable than that which it accords to investments and returns of investors of any third State. Each Contracting Party shall in its territory accord to investors of the other Contracting Party, as regards management, maintenance, use, enjoyment or disposal of their investment, treatment which is fair and equitable and not less favourable than that which it accords to investors of any third State. 3. 4. 1. 2. 3. 1. If a Contracting Party has accorded special advantages to investors of any third State by virtue of agreements establishing customs unions, economic unions, monetary unions or similar institutions, or on the basis of interim agreements leading to such unions or institutions and any international agreements or arrangements related to taxation, that Contracting Party shall not obliged to accord such advantages to investors of the other Contracting Party. If the Government of the Republic of Indonesia accords in the future after entering into force this Agreement to investments and returns of investors of any third State or to investors of any third State, as regards management, maintenance, use, enjoyment or disposal of their investment, treatment which it accords to its own investors or to investments and returns of its own investors, it shall notify the Government of the Czech Republic of that event and the same treatment shall be mutually accorded. Article 4 Expropriation Each Contracting Party shall not take any measures of expropriation, nationalization or any other dispossession, having effect equivalent to nationalization or expropriation against the investments of investors of the other Contracting Party except under the following conditions: a) the measures are taken for public purpose and under due process of law; b) the measures are not discriminatory; c) the measures are accompanied by provisions for the payment of prompt, adequate and effective compensation. Such compensation shall amount to the fair market value without delay before the measure of dispossession became public knowledge. Such market value shall be determined in accordance with internationally acknowledged practices and methods or, where such market value cannot be determined, it shall be reasonable amount as may be mutually agreed between the Contracting Parties hereto, and it shall be freely transferable in a freely convertible currency from the Contracting Party. The legality of any expropriation and its procedures, the amount and the method of payment of compensation shall be subject to review under due process of law by a judicial authority in accordance with the laws and regulations in force of the expropriating Contracting Party, and the principles set out in this Article. The provisions of paragraph 1 of this Article shall also apply where a Contracting Party expropriates the assets of a company which is incorporated or constituted under the law in force in any part of its own territory, and in which investors of the other Contracting Party own shares. Article 5 Compensation for Losses Investors of one Contracting Party whose investments in the territory of the other Contracting Party suffer losses owing to war, armed conflict, a state of national emergency, revolt, insurrection, riot or other similar events, shall be accorded by the latter Contracting Party treatment, as regards restitution, indemnification, 2. 1. 2. 1. 2. compensation or other settlement, not less favourable than that which the latter Contracting Party accords to its own investors or to investors of any third State. Without prejudice to paragraph 1 of this Article, investors of one Contracting Party who in any of the events referred to in that paragraph suffer losses in the territory of the other Contracting Party resulting from requisitioning or destruction of their property caused by actions undertaken by the authorities of the latter Contracting Party, shall have the right to bring the case before the court to obtain restitution or just and adequate compensation for the losses. Article 6 Transfers The Contracting Parties shall guarantee that the payments relating to an investment may be transferred. The transfers shall be made in a freely convertible currency, without restriction or delay. Such transfers include in particular though not exclusively: a) profit, interest, dividends and other current income; b) funds necessary (i) for the acquisition of raw or auxiliary materials, semi-fabricated or finished products, or (ii) to replace capital assets in order to safeguard the continuity of an investment; c) additional funds necessary for the development of an investment; d) funds in repayment of loans; e) royalties or fees; f) earnings of natural persons; g) the proceeds of sale or liquidation of the investment; h) compensation for losses; i) compensation for expropriation. For the purpose of this Agreement, exchange rates shall be the prevailing market rates effective for the current transaction at the date of transfer, unless other date agreed upon by the parties. Article 7 Subrogation If either Contracting Party or an agency designated by it makes payment to an investor under a policy of insurance covering non-commercial risks, which it has accorded in respect of any investment in the territory of the other Contracting Party, the latter Contracting Party shall recognize: a) the assignment, whether under law or pursuant to a legal transaction, of any right or claim by that investor to the former Contracting Party or its designated agency; and b) that the former Contracting Party or its designated agency is entitled by virtue of subrogation to exercise the rights and enforce the claims of such an investor. The subrogated rights or claims shall not exceed the original rights or claims of the investor. 1. 2. Article 8 Settlement of Investment Disputes between a Contracting Party and an Investor Any disputes between a Contracting Party and an investor of the other Contracting Party concerning an investment of the latter in the territory of that former, shall be settled amicably through consultations and negotiations. If such a dispute cannot be settled within a period of six months from the date of a written notification by which either party requested amicable settlement, the dispute shall, at the request of the investor concerned, be submitted either to: a) the competent court of the Contracting Party concerned; b) the International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) having regard to the applicable provisions of the Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States opened for signature at Washington D.C. on 18 March 1965; or c) an arbitrator or international ad hoc arbitral tribunal established under the Arbitration Rules of the United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL). The parties to the dispute may agree in writing to modify these Rules. The arbitral awards shall be final and binding on both parties to the dispute. Article 9 Settlement of Disputes between the Contracting Parties Concerning Interpretation and Application of the Agreement 1. Disputes between the Contracting Parties concerning the interpretation or application of this Agreement shall, if possible, be settled through consultation or negotiation. 2. If the dispute cannot be thus settled within six months, it shall upon the request of either Contracting Party, be submitted to an Arbitral Tribunal in accordance with the provisions of this Article. 3. The Arbitral Tribunal shall be constituted for each individual case in the following way. Within three months of the receipt of the request for arbitration, each Contracting Party shall appoint one member of the Tribunal. These two members shall then select a national of a third State who on approval of the two Contracting Parties shall be appointed Chairman of the Tribunal (hereinafter referred to as the "Chairman"). The Chairman shall be appointed within two months from the date of appointment of the other two members. 4. If within the periods specified in paragraph 3 of this Article the necessary appointments have not been made, a request may be made to the President of the International Court of Justice to make the appointments. If he is a national of either Contracting Party, or if he is otherwise prevented from discharging the said function, the Vice-President shall be invited to make the appointments. If the Vice-President also happens to be a national of either Contracting Party or is prevented from discharging the said function, the member of the International Court of Justice next in seniority who is not a national of either Contracting Party shall be invited to make the appointments. 5. The Arbitral Tribunal shall reach its decisions by a majority of votes. Such decision shall be binding. Each Contracting Party shall bear the cost of its own arbitrator and its representation in the arbitral proceedings; the cost of the Chairman and the remaining costs shall be borne in equal parts by both Contracting Parties. The Arbitral Tribunal may, however, in its decision direct that a higher proportion of costs shall be borne by one of the two Contracting Parties, and this award shall be binding on both Contracting Parties. The Arbitral Tribunal shall determine its own procedure. Article 10 Applicability of this Agreement This Agreement shall apply to investments made by investors of the Czech Republic in the territory of the Republic of Indonesia admitted in accordance with the Law No. 1 of 1967 concerning Foreign Investment and any law amending or replacing it, and to the future investments made by investors of the Republic of Indonesia in the territory of the Czech Republic and also to the Indonesian investments existing in the territory of the Czech Republic in accordance with the laws applicable to investments, which are valid on the date this Agreement entered into force. Article 11 Application of other Provisions If the provisions of law of either Contracting Party or obligations under international law existing at present or established hereafter between the Contracting Parties in addition to the present Agreement contain a regulation, whether general or specific, entitling investments by investors of the other Contracting Party to a treatment more favourable than is provided for by the present Agreement, such regulation shall, to the extent that it is more favourable, prevail over the present Agreement. 1. 2. 1. 2. Article 12 Consultation and Amendment Either Contracting Party may request that consultations be held on any matter concerning this Agreement. The other Party shall accord sympathetic consideration to the proposal and shall afford adequate opportunity for such consultations. This Agreement may be amended at any time, if deemed necessary, by mutual consent. Article 13 Entry into Force, Duration and Termination The present Agreement shall enter into force on the date of the latter notification by any Contracting Party of the accomplishment of its internal procedures of ratification. This Agreement shall remain in force for a period of ten years and shall continue in force thereafter for another period of ten years and so forth unless denounced in writing by either Contracting Party one year before its expiration. 3. In respect of investments made prior to the date of termination of this Agreement becomes effective, the provisions of Articles 1 to 12 of the present Agreement shall remain in force for a further period of ten years from the date of termination of the present Agreement. IN WITNESS WHEREOF, the undersigned duly authorized have signed this Agreement. DONE in duplicate at Prague, this 17th day of September, 1998, in the Indonesian, Czech and English languages. All texts are equally authentic. If there is any divergence concerning interpretation, the English text shall prevail. For the Government of the Republic of Indonesia ttd. For the Government of the Czech Republic ttd.