Azmi : Pengaturan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Batubara Masih Perlu Dikaji Sumber daya Mineral dan Batubara merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu negara sehingga pemanfaatannya harus diatur dalam undang- undang. Sehubungan dengan hal ini pemerintah mengeluarkan kebijakan melalaui UU No.32 tahun 2004 tentang kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam pemanfaat sumber daya Mineral dan Batubara dan UU No.4 tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan Batubara. Kedua peraturan pemerintah ini dinilai masih perlu dikaji ulang mengingat hubungan antara pusat dan daerah dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia hingga saat ini masih belum dilaksanakan. Oleh karena itu Azmi Fendri, salah seorang mahasiswa S3 Fakultas Hukum UB mengangkat studi kasus ini sebagai bahan disertasinya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam mengenai prinsipprinsip dasar pengaturan kewenangan pemerintah dalam pemanfaatan sumber daya Mineral dan Batubara ke depan. Dalam penelitian ini Azmi menggunakan 5 teori yang menjadi dasar analisis, dengan grand theory nya yaitu Teori Negara Hukum yang didasari konsep penguasaan negara terhadap sumber daya alam termasuk pertambangan Mineral dan Batubara yang pelaksanaannya didelegasikan kepada pemerintah sebagai institusi yang menjalankan fungsi – fungsi negara welfare state. Sedangkan untuk middle theory Azmi menggunakan Teori Pembagian Kekuasaan, Teori Wewenang serta Teori Perundang – undangan. Teori Pembagian Kekuasaan didasari atas prinsip negara kesatuan di mana terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang pada akhirnya melahirkan wewenang untuk menyelenggarakan urusan pemerintah, termasuk bidang sumber daya alam. Dan untuk menghindari ketidakkonsitenan atau disharmonisasi pengaturan kewenagan dibidang sumber daya alam, khususnya Mineral dan Batubara perlu dianalisis menggunakan Teori Perundang – undangan. Terakhir sebagai applied theory Azmi menggunakan Teori Desentralisasi, yang digunakan untuk menganalisis pelaksanaan otonomi daerah terutama dalam pengelolaan sumber daya Mineral dan Batubara. Dari penelitian ini ditemukan sejumlah bukti yang mengungkapkan, pada prinsipnya semua undang-undang pemerintahan daerah menganut prinsip otonomi, namun pengaturan bidang sumber daya alam khususnya Mineral dan Batubara belum mencerminkan prinsip otonomi daerah pertambangan. Selain itu hasil penelitiannya juga mengungkapkan bahwa sentralisasi pengaturan pertambangan tidak lepas dari situasi ekonomi politik. Hal ini diungkapkan Azmi dalam ujian disertasinya pada Sabtu (16/7) di Gedung Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya (UB) lantai 6. “Sentralisasi pengaturan pertambangan tidak lepas dari situasi ekonomi politik yang tidak stabil, sehingga politik hukum yang dikembangakan oleh pemerintah adalah politik hukum dengan menarik investor untuk menanamkan investasi, khususnya dibidang pertambangan” ungkapnya. Diharapkan dari penelitian ini pengaturan kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam pemanfaatan sumber daya alam kedepan harus memperhatikan prinsip bernegara (staatsidee) sebagai landasan filosofis dalam pemnfaatan sumber daya Mineral danBatubara yang kemudian dinormatisasikan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Aspek penyerasian lingkungan hidup, penyerasian tata ruang, dan penerapan asas proporsionalitas dalam pengaturan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam pemanfaatan sumber daya Mineral dan Batubara yang meliputi, pembagian kewenangan, bagi hasil pertambangan dan proporsional dalam hal tanggung jawab recovery areal pertambangan juga perlu diperhatikan. [nik/re/pon] Azmi: Setting the Utilization of Mineral Resources and Coal Still Need Assessed Coal and Mineral Resources are valuable asset for a country so that the utilization should be regulated by law. Related to this, the government issued a policy through Act No.32 of 2004 on the authority of government and local governments in utilizing Minerals resources and Coal and Act No.4 of 2009 on Mineral and Coal mining. Both government regulations are still considered need to be re-examined considering the relationship between central and local use and management of natural resources in Indonesia until now which is still not implemented. Therefore Fendri Azmi, one of the students of S3 of Law Faculty UB raises this case study as a dissertation. In general, this study aims to analyze in depth about the basic principles of regulation of government authority in the utilization of mineral and coal resources in the future. In this study Azmi used five theories that became the basis of analysis, with his grand theory of the State Theory of Law that is based on the concept of state control over natural resources including mineral and coal mining whose implementation is delegated to the government as an institution that runs the functions of state welfare. As for the middle theory, Azmi used the Theory of Power Divisions, Power Theories and the Theory of Legislations. The Theory of Power Division is based on the principle of state unitary in which there is division of power between central and local government that eventually gave birth to the authority to conduct government business, including the field of natural resources. And to avoid the setting of unconsistent policies or disharmony in the field of natural resources, particularly the Mineral and Coal Regulations need to be analyzed using the theories of law. Finally, as the applied theory, Azmi used Theory of Decentralization, which is used to analyze the implementation of regional autonomy, especially in the management of mineral and coal resources. From this study, it found some evidences, in principle all the laws of local governments adhere to the principle of autonomy, but the regulation of natural resources, especially mineral and coal do not reflect the principle of autonomy of mining area. Besides that, his research results also revealed that the centralization of mining regulation cannot be separated from political economic situation. This was stated by Azmi in his dissertation exam on Saturday (16/7) in the 6th floor building of Faculty of Law (FH) Universitas Brawijaya (UB) . "Centralization of mining regulation cannot be separated from unstable political economic situation, so the politics of law developed by the government is the politics of law by attracting investors to invest, particularly in mining" he said. From this research, It is expected that the arrangements between government authorities and local governments in the utilization of natural resources in the future should pay attention to the principle of nationhood (staatsidee) as a philosophical foundation in the use of Coal and Mineral Resources which then normatized in Article 33 paragraph (3) of 1945 Constitution. The aspects of environmental harmonizing, the harmonization of spatial, and application of the principle of proportionality in setting the government and local government authority in the utilization of mineral and coal resources which include, the division of authority, for the mining and proportionate in terms of responsibility for recovery of mining areas also need attention. [nik/re/lb]