Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized 51194 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Terbitlah Terang September 2009 Pengantar Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia menyajikan dan menggabungkan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan itu dalam konteks jangka panjang dan global serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Pokok bahasan mencakup makroekonomi, pasar keuangan sampai indikator pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Laporan ini ditujukan untuk khalayak ramai, termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia. Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia disiapkan dan dikompilasi oleh tim analisis makroekonomi kantor perwakilan Bank Dunia di Jakarta. Kontribusi diberikan oleh Ian Amalo (ekonomi internasional), Andrew Blackman bersama Fitria Fitrani dan Sjamsu Rahardja (arus perdagangan dan neraca pembayaran), Andrew Carter (pendapatan pemerintah), Andrew Ceber dan Preya Sharma (indikator kegiatan dan akun nasional), Faya Hayati (harga), serta Ahya Ihsan dan Dhanie Nugroho (pengeluaran pemerintah), Diva Singh (indikator sektor perbankan dan pasar keuangan), dan Matt Wei-Poi (analisis pasar tenaga kerja dan kemiskinan). Magda Adriani dan Fitria Fitrani menyediakan dukungan data untuk tim. Tim Bulman melakukan koordinasi dan suntingan. Tim ini disupervisi oleh Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, di bawah pimpinan Kepala Ekonom William E. Wallace. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia mengenai ekonomi Indonesia… Tim makroekonomi Bank Dunia di Indonesia telah mulai menulis blog. Baca komentar terakhir Nalar Ekonomi Indonesia mengenai perkembangan ekonomi Indonesia, dan ikuti diskusi melalui link berikut http://eapblog.worldbank.org/ Untuk mendaftarkan diri dalam daftar distribusi email untuk rangkaian Perkembangan Triwulan ini dan publikasi terkait, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk mengajukan pertanyaan dan komentar terkait publikasi ini, silakan hubungi tbulman@worldbank.org. Untuk informasi mengenai Bank Dunia dan kegiatannya di Indonesia, silakan kunjungi www.worldbank.org/id i Daftar isi Pengantar i Ringkasan: Menuju pemulihan i A. 1 INFORMASI TERBARU EKONOMI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua 1 Inflasi berada pada titik balik 4 Arus perdagangan Indonesia mulai pulih 7 …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal 8 Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi yang baik dan menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua. 9 a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret ......... 9 b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama ............................................................................................................. 10 c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan masih bertahan relatif tinggi......................................................................................................... 12 d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya biaya dana ...................................................................................................................................... 13 Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh pertama 15 a. Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan perekonomian Indonesia ........................................................................................................................................ 15 b. Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan pendapatan, tapi sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan pendapatan........................................... 15 c. Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama 2009, walaupun hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan. ............................................ 16 Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara kemiskinan terus turun 18 MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP 1. 2. 3. 4. 5. 20 Prospek ekonomi Indonesia telah membaik 20 Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan 22 a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia ................................................ 22 b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah besar dan secara mendadak telah berkurang ............................................................................. 23 Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga komoditas global 25 Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada yang dianggarkan 27 Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut 29 APENDIKS: RINGKASAN GAMBARAN EKONOMI INDONESIA 32 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata terakhirnya .................................................................................... 1 Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai pulih di kuartal kedua ........................ 1 Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung pengeluaran ............................................................................................... 2 Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA..................................... 2 Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia ........................................................................... 3 Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat ...................................................................... 4 Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual .................................................................... 4 Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa bulan terakhir menunjukkan titik balik dari tingkat laju inflasi IHK ................................................................................... 5 Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009 ........ 5 Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan harga komoditas belakangan ini.... 6 Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan mitra dagangnya… ......................................................................................................... 6 Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain ............. 6 Gambar 13: Arus perdagangan membaik… ........................................................................................ 7 Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor perdagangan Indonesia ................................................................................................. 7 Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak pertengahan April ......................................................................................................... 10 Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi dengan cepat terhadap dolar Amerika ....................................................................... 10 Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong penguatan rupiah belakangan ini .... 11 Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negaranegara Asia lainnya ...................................................................................................... 11 Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai dengan datar yang tidak lazim karena hasil jangka pendek yang sangat tinggi ........................................................ 12 Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika telah menyusut sejak Februari dan kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia ......................................... 12 Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga kredit perbankan .......................................................................................................... 13 Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sektor perbankan yang relatif kokoh . 13 Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap berada di bawah angka tahun 2006-2007, sementara kredit pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008 ........... 14 Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia dibanding tempat lain, relatif terhadap pertumbuhan kredit yang sangat cepat pada tahun sebelumnya ............ 14 Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus dan simpanan pemerintah di BI yang lebih rendah menanggapi perlambatan ...................................................................... 15 Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada perlambatan PDB nominal ................ 15 Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang mencerminkan harga komoditas yang rendah, permintaan yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat pajak .............................................................................................................................. 17 Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan awal 2009 memberi kontribusi signifikan kepada pemotongan pendapatan nonpajak ............................................. 17 Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar menyeimbangkan peningkatan belanja program pemerintah pusat ............................................................................. 17 Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun terjadi penurunan secara global, dengan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan peningkatan terbesar ................................................................................................... 18 Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi dalam jenis lapangan kerja yang kurang formal ............................................................................................................... 18 Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal 2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun .............................. 19 Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 2011................ 20 Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam dua tahun mendatang .................................................................................................. 20 Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi Indonesia....................................................................................................................... 22 Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 2009 ...... 24 Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan inflasi sebelum krisis ..................................................................................... 26 Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut ...................................................... 26 Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan ............................................................ 30 DAFTAR TABEL Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di tahuntahun mendatang .......................................................................................................... iii Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang disesuaikan secara musiman memberikan perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun........................................................................................ 3 Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua, memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang meningkat tipis ............................................................................................................... 9 Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja ................................................................ 16 Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia .................................................................. 21 Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 2010…22 Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan menjadi defisit .............................................................................................................. 23 Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan mendatang ......................................................................................... 24 Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika ..................................................................................................... 24 Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil ................................... 28 Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun................................................................ 29 Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi.................................................. 31 DAFTAR KOTAK Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi ........................... 3 Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010 ..................................................................................... 30 Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan ................................................................ 31 Ringkasan: Menuju pemulihan Pada pertengahan 2009, ekonomi Indonesia mulai pulih dari guncangan ekonomi yang terjadi pada awal tahun Pada pertengahan 2009, ekonomi Indonesia telah memasuki siklus tahap pemulihan ekonomi. Pertumbuhan kuartalan berakselerasi sejak awal 2009, setelah terhenti di kuartal akhir 2008, walaupun tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun terus melambat menjadi 4,0 persen sampai KUARTAL KEDUA. Tren pemulihan bertahap yang relatif stabil ini diproyeksikan berlanjut sampai 2011. Pemulihan Indonesia terjadi bersamaan dengan membaiknya lingkungan eksternal. Pertumbuhan PDB KUARTAL KEDUA di seluruh negara tujuan ekspor utama lebih baik daripada yang diperkirakan dan sebagian besar telah keluar dari resesi pada pertengahan tahun. Harga internasional sebagian besar komoditi ekpor Indonesia telah menembus penurunan yang terjadi akhir 2008. Perkembangan ini mendukung ekonomi Indonesia dengan ekspor pulih lebih cepat daripada impor. Konsumsi domestik tetap kuat Konsumsi domestik terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di kuartal kedua. Di kuartal pertama, sejumlah besar belanja kampanye untuk pemilihan legislatif mengangkat konsumsi swasta. Belanja untuk kampanye pemilihan presiden tampaknya jauh lebih kecil dan konsumsi swasta tidak terlalu banyak berubah dibandingkan KUARTAL PERTAMA. Namun, konsumsi pemerintah yang tinggi menyeimbangkan hal ini karena pemerintah mempercepat pencairan anggaran 2009. Berlanjutnya ketahanan dalam konsumsi domestik terutama mendukung industri jasa yang outputnya mengalami akselerasi dibandingkan KUARTAL PERTAMA. Sebagian besar indikator kondisi ekonomi domestik juga menguat mulai dari awal tahun, dengan tingkat keyakinan konsumen mencapai rekor historis dan terus naik, penjualan ritel dan kendaraan membaik, serta kegiatan industri mulai pulih dari penurunan yang terjadi di akhir 2008. …walaupun investor menjadi sangat berhatihati Walaupun ada daya tahan dalam ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan lingkungan bisnis, investor tetap waspada di pertengahan 2009. Pembelian barang modal tetap terbatas, walaupun pertumbuhan dalam investasi bangunan baru tetap kuat. Perlambatan dalam investasi secara keseluruhan ini sejalan dengan tidak bergeraknya pemberian pinjaman untuk investasi dan modal kerja sejak akhir 2008, yang berlawanan dengan pertumbuhan cepat dalam pemberian pinjaman pada awal tahun itu. Sektor perbankan terbukti jauh lebih kuat daripada perkiraan sebagian besar pengamat walaupun pinjaman baru tetap terbatas Sektor perbankan Indonesia tetap dalam keadaan sehat secara keseluruhan. Rasio kredit macet stabil walaupun diperkirakan naik pada pergantian tahun karena pengambil pinjaman yang terpengaruh oleh perlemahan ekonomi tidak akan dapat memenuhi komitmen pembayaran mereka. Di bulan September, Bank Indonesia tidak mengubah suku bunga acuan setelah melakukan pemotongan sejumlah 300 basis poin dalam 9 bulan terakhir. Hanya sedikit dari pemotongan suku bunga acuan ini yang diterapkan oleh bank, sehingga pada akhir Agustus BI meminta 14 bank terbesar untuk menurunkan suku bunga tabungan mereka secara progresif sampai 200 basis poin di atas suku bunga acuan BI. BI berharap hal ini akan mengurangi biaya dana sehingga memampukan bank untuk memberikan lebih banyak pinjaman pada suku bunga yang lebih rendah. Pasar keuangan terus menguat sepanjang pertengahan 2009 Sepanjang pertengahan 2009 pasar keuangan Indonesia terus menguat, pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan pasar lain di wilayah ini. Rupiah terus mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika yang melemah, walaupun lebih lambat, dan stabil di sekitar 10.000 per dolar Amerika pada awal September. Pasar saham terus menguat, naik lebih dari 20 persen dari akhir Mei sampai awal September. Pada awal Juni, imbalan obligasi rupiah pemerintah kembali ke tingkat awal 2008, sementara sebaran obligasi dolar Amerika pemerintah Indonesia turun melampaui rata-rata pasar negara berkembang global. Dalam tiga bulan berikut, imbalan obligasi dalam mata uang setempat sangat stabil, sementara sebaran obligasi dolar Amerika kembali turun satu poin persentase. Peningkatan kondisi pasar ini memampukan pemerintah untuk terus membiayai anggarannya melalui pasar obligasi, mengakses dana untuk jangka panjang dan dengan imbalan yang terus turun. …dan portofolio investor Peningkatan kondisi pasar keuangan terjadi bersamaan dengan arus transaksi modal kembali ke pasar Indonesia yang tidak bergejolak, dan posisi eksternal Indonesia di bulan September 209 Indonesia. Tingkat lebih kuat daripada awal tahun. Secara keseluruhan, neraca pembayaran tetap surplus di perpanjangan utang tinggi kuartal kedua walaupun lebih sedikit dibandingkan kuartal pertama. Surplus transaksi i sehingga neraca pembayaran mengalami sedikit defisit di KUARTAL KEDUA berjalan sedikit naik karena membaiknya lingkungan eksternal mengangkat ekspor lebih daripada impor. Walaupun investor asing kembali sebagai pembeli bersih atas aset keuangan Indonesia, transaksi berjalan mengalami defisit terutama karena investasi langsung asing bersih lebih lambat setelah mengalami arus masuk yang besar dalam beberapa kuartal. Sebagian besar utang eksternal terjadwal Indonesia diperpanjang di paruh pertama 2009 yang mengatasi kekhawatiran di awal tahun bahwa tingkat perpanjangan akan rendah dan jumlah utang lebih besar daripada laporan resmi. Devisa stabil di sepanjang pertengahan 2009, sekitar 58 miliar dolar Amerika. Inflasi, setelah lebih Setelah tertahan lebih lama daripada yang diperkirakan, inflasi mulai naik di bulan Juli dan rendah daripada perkiraan Agustus, sementara inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sedikit naik menjadi 2,8 persen di awal tahun, mulai naik tahun-ke-tahun dan inflasi masyarakat miskin naik menjadi 3,8 persen. Inflasi inti, yang di bulan Agustus tidak menyertakan efek pemotongan dalam harga bahan bakar pada pergantian tahun dan stabilnya harga pangan sepanjang semester pertama, tetap jauh lebih tinggi daripada IHK yaitu 4,8 persen. Inflasi Indonesia turun lebih dari sebagian besar mitra dagangnya, tapi tetap tinggi. Lapangan kerja meningkat, lebih daripada peningkatan populasi usia kerja, walaupun hanya sedikit lapangan kerja formal yang baru Lapangan kerja meningkat lebih cepat daripada populasi usia kerja sampai bulan Februari, dan tingkat pengangguran turun walaupun sebagian besar populasi usia kerja memasuki angkatan kerja. Namun, sebagian besar pekerjaan baru adalah informal, terutama bagi perempuan. Lapangan kerja yang tinggi, harga yang stabil, tahap akhir program Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah, dan perlambatan pertumbuhan yang terbatas menghasilkan penurunan 1,2 poin persentase pada tingkat kemiskinan sampai bulan Maret 2009, menjadi 14,2 persen. Keuangan publik lebih memberikan stimulus daripada tahun-tahun sebelumnya Keuangan publik lebih memberikan stimulus daripada tahun-tahun sebelumnya Sampai bulan Juli, anggaran pemerintah mengalami defisit. Biasanya anggaran mencatatkan surplus besar di semester pertama. Pendapatan menurun karena pemotongan tingkat pajak yang dijadwalkan dalam paket stimulus pemerintah dan laba yang lebih rendah karena turunnya harga komoditas dan permintaan eksternal walaupun data bulan Juli menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada periode yang sama, pemerintah membelanjakan lebih banyak program inti dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Penurunan subsidi energi menurunkan belanja pemerintah secara keseluruhan. Setelah berjalan sangat lambat di awal, belanja pemerintah untuk paket stimulus mengalami akselerasi pada pertengahan Juli. …dan ada peluang untuk belanja yang lebih ambisius di tahun 2010 daripada yang diperkirakan usulan anggaran pemerintah Realisasi defisit anggaran kemungkinan lebih kecil daripada yang dianggarkan, sekitar 2,2 persen PDB. Usulan anggaran pemerintah untuk 2010 memproyeksikan defisit 1,6 persen PDB, tapi pertumbuhan PDB nominal dan asumsi harga minyak yang konservatif menunjukkan bahwa realisasi defisit mungkin jauh lebih kecil daripada usulan rencana belanja yang menciptakan peluang untuk belanja yang lebih ambisius. Tren pemulihan ekonomi secara bertahap terus berlanjut ke 2011 melalui akselerasi output dan harga sementara akhir bantuan langsung tunai pemerintah memperlambat penurunan tingkat kemiskinan Pemulihan bertahap di pertengahan 2009 akan berlanjut selama satu setengah tahun. Pertumbuhan kuartalan diperkirakan naik secara perlahan dari tingkat di KUARTAL KEDUA dan pertumbuhan tahun-ke-tahun akan mulai naik pada akhir tahun dan secara bertahap mencapai sedikit di atas 6 persen tahun 2011. (Tabel 1) Permintaan domestik kemungkinan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan karena pemerintah terus mencairkan stimulusnya dan tahun 2010 kepercayaan investor akan pulih. Ekspor bersih kemungkinan tidak akan terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di 2010 karena ekonomi Indonesia kemungkinan akan terus tumbuh lebih cepat daripada mitra dagangnya tapi akan lebih mendukung di tahun 2011 karena ekonomi global secara perlahan kembali ke tren pertumbuhan. Melemahnya surplus perdagangan dan pemulihan dalam harga komoditas membuat transaksi berjalan kemungkinan mendekati keseimbangan atau bahkan mencatatkan sedikit defisit di tahun 2011. Namun, neraca pembayaran akan tetap surplus dan cadangan devisa secara perlahan bertambah karena pembiayaan terjadwal Indonesia tetap berlanjut dan kondisi pasar keuangan global menjadi lebih mendukung pasar negara berkembang. Naiknya permintaan domestik dan harga komoditas global diperkirakan mendorong naik inflasi IHK dan masyarakat miskin, kecuali BI mengubah kebijakan menjadi lebih agresif dalam membatasi inflasi dan ekspektasi inflasi dari sebelumnya. Perkembangan ini, ditambah selesainya program BLT, kemungkinan akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dalam 18 bulan mendatang. Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di tahun-tahun mendatang (perubahan persentase tahunan) Gross domestic product 2008 2009 2010 2011 6.1 4.3 5.4 6.0 Consumer price index 9.8 4.7 5.6 6.5 Major trading partner growth 2.1 -1.8 3.3 3.4 15.4 14.2 13.6 11.5 Poverty rate Sumber: Depkeu, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia A. INFORMASI TERBARU EKONOMI 1. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua Pertumbuhan naik di seluruh dunia, termasuk Indonesia, di KUARTAL KEDUA Ekonomi Indonesia berakselerasi sejak awal tahun ini setelah terhenti di KUARTAL KEEMPAT 2008. (Gambar 1) Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan di sebagian besar perekonomian besar. (Gambar 2) Hasil KUARTAL KEDUA yang didapat mitra dagang utama Indonesia melampaui perkiraan, dan hampir semua mitra dagang Indonesia sekarang telah keluar dari resesi. Amerika Serikat tetap merupakan penghambat besar pertumbuhan global, namun tingkat penurunannya telah berkurang dan ada semakin 1 banyak bukti bahwa resesi pascaperang terpanjang sepertinya telah berakhir. Estimasi yang disesuaikan secara musiman menunjukkan bahwa depresi dalam pertumbuhan Indonesia telah berlalu Ekonomi Indonesia tampaknya telah melewati depresi dalam pertumbuhan. Di KUARTAL KEDUA, output naik sebesar 1,2 persen kuartal-ke-kuartal (disesuaikan secara musiman) sedikit di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata di tahun-tahun terakhir. Pertumbuhan kuartalan naik dari KUARTAL PERTAMA, setelah tidak mengalami perubahan di KUARTAL KEEMPAT 2008 saat gejolak ekonomi dan keuangan mencapai puncaknya. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) terus menurun. Di KUARTAL KEDUA, pertumbuhan tahun-ke-tahun adalah 4,0 persen, turun dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008. Berlanjutnya penurunan dalam tingkat pertumbuhan tahunke-tahun sebagian disebabkan ekonomi yang kuat di awal 2008. (Kotak 1 menjelaskan penyesuaian musiman atas data berfrekuensi tinggi.) Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata pulih di kuartal kedua (persen pertumbuhan per kuartal disesuaikan secara terakhirnya musiman) (persen pertumbuhan) Per cent 4 Per cent 8 6 Per cent Per cent 6 Year on year (RHS) 3 3 3 0 0 -3 -3 6 QoQ seasonally adjusted (LHS) 2 4 -6 1 Q4 2008 2 Q1 2009 -6 Q2 2009 -9 Jun-09 Japan U.S. Philip. Thailand Sep-07 Malaysia Dec-05 Euro Area Mar-04 Indonesia Jun-02 0 India 0 China -9 Sumber: BPS melalui CEIC. Penyesuaian musiman Bank Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Dunia. penyesuaian musiman Bank Dunia jika data dipublikasikan tanpa disesuaikan secara musiman Pertumbuhan KUARTAL KEDUA Indonesia didorong pemulihan dalam ekspor dan konsumsi pemerintah, sementara konsumsi swasta stabil Pendorong pertumbuhan utama di kuartal kedua berasal dari pemulihan volume ekspor yang lebih cepat daripada impor. (Gambar 3). Konsumsi pemerintah melanjutkan pertumbuhannya yang kuat, naik 2,7 persen kuartal-ke-kuartal menjadi 17,0 persen lebih tinggi tahun-ke-tahun, jauh di atas rata-rata 5 tahunnya. Konsumsi swasta hanya naik 0,1 persen kuartal-ke-kuartal, mengikuti pertumbuhan kuat (2,4 persen) di KUARTAL PERTAMA, terkait dengan tingkat belanja tinggi untuk kampanye pemilu anggota DPR dan panen yang baik. Konsumsi rumah tangga nonpangan, sebagian besar didukung belanja terkait pemilihan umum di KUARTAL PERTAMA, sedikit mengalami penurunan di KUARTAL KEDUA, sementara konsumsi pangan naik 0,4 persen. Hal ini menunjukkan 1 Untuk informasi lebih lanjut mengenai ekonomi global dan regional, baca East Asia and Pacific Economic Update Bank Dunia yang akan datang, yang akan diluncurkan di minggu pertama November di www.worldbank.org/eap. 1 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang jeda dalam pertumbuhan konsumsi swasta di KUARTAL KEDUA kemungkinan hanya sementara. …sementara investasi tetap menghambat pertumbuhan Pengeluaran investasi tumbuh lebih kecil dari rata-rata lima tahunnya, tumbuh sebesar 0,3 persen dari KUARTAL PERTAMA sampai KUARTAL KEDUA menjadi 2,7 persen lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Ini merupakan titik balik dari kuartal pertama saat total investasi mengalami penurunan. Di kuartal kedua, belanja untuk mesin dan peralatan serta barang transportasi dikurangi lebih lanjut. Komponen mesin dan peralatan impor turun dalam dua kuartal berturut-turut, mencatatkan penurunan terbesar sejak akhir 2005 (turun 7,7 persen dari KUARTAL PERTAMA ke KUARTAL KEDUA). Pertumbuhan investasi bangunan tidak melambat secara drastis dan pertumbuhan kuartalan sedikit naik di KUARTAL KEDUA dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Berlanjutnya perlambatan dalam investasi secara keseluruhan di kuartal kedua konsisten dengan rendahnya investasi oleh bisnis sejak awal tahun (didiskusikan di bawah). Penguatan dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan PDB di KUARTAL KEDUA Sepanjang KUARTAL KEDUA, akselerasi dalam kegiatan sektor jasa mendukung kenaikan pertumbuhan PDB agregat. Ini merupakan titik balik perlambatan yang dimulai di pertengahan 2008. Akselerasi sebagian besar dihasilkan oleh sektor ritel yang merupakan bagian terbesar sektor jasa dan didukung oleh kenaikan bertahap dalam indeks penjualan ritel bulanan. Pertumbuhan di sektor industri tetap stabil walaupun diperkirakan mengalami perlambatan, naik mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata lima tahunnya di kuartal ini. Sebagian besar sektor industri mengalami pertumbuhan yang kuat, yang diimbangi pertambangan yang terus mengalami penurunan kegiatannya. Setelah mengalami pertumbuhan cepat di KUARTAL PERTAMA, total produksi pertanian melambat bersamaan dengan kontraksi output pertanian pangan dan nonpangan (Gambar 4). Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung pengeluaran Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA (kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman) (kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman) 2 Percentage points Percentage points Net exports Govt cons 1 1.0 Per cent Q1 GDP Per cent 1.0 Q2 0.8 0.8 0.6 0.6 0.4 0.4 0.2 0.2 1 0 -1 2 0 Priv cons Investment Discrepancy Q1 -1 0.0 0.0 Q2 Agriculture -2 Mining Industry Services -2 Catatan dan sumber: Kontribusi poin persentasei yang disesuaikan secara musiman mungkin tidak setara dengan pertumbuhan PDB agregat. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Indikator ekonomi lain juga melaporkan perbaikan kondisi sejak awal tahun Penguatan dalam konsumsi swasta didukung oleh indikator belanja dan keyakinan konsumen terbaru (Gambar 6). Survei BI tentang sentimen konsumen menunjukkan hasil yang kuat tahun ini - data bulan Juli merupakan hasil tertinggi kedua dalam sejarah rangkaian - sementara indeks penjualan ritel BI kembali ke tingkat pertengahan 2008 setelah jatuh di awal tahun. Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor tetap lemah dibandingkan pertengahan 2008, tapi mulai pulih sejak awal tahun dan telah mencapai tingkat awal 2008. (Gambar 7) Indikator produksi juga menunjukkan bahwa ekonomi mulai pulih dari perlambatan di akhir 2008. Indeks produksi industri menunjukkan bahwa kedalaman kontraksi di akhir 2008 THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 2 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang hanyalah sementara, dan indeks melaporkan naiknya kegiatan di perusahaan menengah dan besar yang disurvei sejak awal tahun. Konsumsi semen, yang sangat terkait dengan produksi industri, juga terus menunjukkan tren naik yang dimulai awal tahun ini. Produksi sekarang lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Satu indikator parsial yang tetap lemah adalah kredit bank (lihat bagian 5d di bawah). Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi Data rangkaian waktu makroekonomi, seperti produk domestik bruto atau indeks harga, cenderung bergerak dengan tiga proses utama: komponen siklus tren, komponen musiman dan komponen iregular. Komponen siklus tren adalah gerakan jangka panjang dan jangka menengah rangkaian ini - dalam hal PDB riil, hal ini mencakup tingkat pertumbuhan rata-rata dan fluktuasi siklus bisnis. Komponen musimannya adalah fluktuasi dalam setahun yang berulang dengan cara yang sama di bulan atau kuartal yang sama dari tahun ke tahun, misalnya musim panen yang menghasilkan peningkatan hasil pertanian jangka pendek, masa liburan yang sama mengurangi kegiatan industri, atau penyesuaian kembali harga pada awal tahun sekolah atau tahun kalender baru. Komponen iregular adalah yang tersisa setelah komponen musiman dan siklus tren dihilangkan. Mungkin hal ini dikarenakan fluktuasi pengambilan sampel dalam proses pengumpulan data atau fluktuasi dalam kegiatan karena suatu kejadian khusus. Saat menganalisis perkembangan dalam ekonomi, komponen siklus tren suatu rangkaian dapat menyediakan informasi berguna bagi pembuat keputusan. Sebagai contoh, apakah suatu perekonomian sedang mengalami perlambatan atau akselerasi, apakah tingkat pertumbuhan saat ini berada di atas atau di bawah tren yang sedang berjalan, atau apakah tekanan inflasi sedang terbentuk. Pengidentifikasian gerakan tersebut dalam tingkat pertumbuhan per kuartal atau per bulan dalam data yang tidak disesuaikan secara musiman dapat sangat sulit dilakukan. (Gambar 5) Penyesuaian musiman membantu tugas ini dengan menghilangkan komponen musiman dari data rangkaian waktu ekonomi, menyisakan komponen siklus tren dan variasi acak dalam data. Pendekatan paling sederhana untuk perhitungan musiman adalah memeriksa tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun. Pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) menjelaskan siklus musiman rutin dengan membandingkan tingkat dalam suatu periode dalam setahun (misalnya, kuartal Maret 2009 saat terjadi panen raya) dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini akan menyertakan pergerakan kumulatif di bulan Maret yang sedang berjalan, ditambah kuartal Desember, September dan Juni sebelumnya. Hal ini menghilangkan sebagian volatilitas per kuartal. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun juga dapat menghilangkan titik balik dalam rangkaian mendasar. Hal ini terlihat pada rangkaian PDB agregat terbaru. (Gambar 5) Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia terus melambat dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 4,0 persen di kuartal terbaru KUARTAL KEDUA 2009. Penurunan ini sebagian diakibatkan oleh tingkat pertumbuhan kuartalan yang tinggi di akhir 2007 dan awal 2008 yang 'keluar' dari perhitungan tahun-ke-tahun, dan keberadaannya yang masih terasa dalam perhitungan pertumbuhan yang hampir nol tahun-ke-tahun di akhir 2008. Interpretasi ini dapat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan kuartal-ke-kuartal yang telah disesuaikan secara musiman, yang menunjukkan pertumbuhan stabil dan relatif kuat sampai KUARTAL KETIGA 2008, pertumbuhan nyaris nol di KUARTAL KEEMPAT terjadi di puncak guncangan keuangan dan ekonomi, yang kemudian disusul oleh pemulihan pertumbuhan yang progresif di kuartal pertama dan kedua 2009. Hal ini pun terjadi sepanjang paruh pertama 2009 pada indikator ekonomi utama Indonesia lainnya. (Tabel 2) Sebagai contoh, ekspor dan impor menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam data KUARTAL KEDUA tapi tetap rendah dalam tahun-ke-tahun. Secara singkat, penyesuaian musiman memampukan peningkatan pengawasan atas ekonomi Indonesia, terutama sekitar titik balik dalam ekonomi. Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia (persen pertumbuhan) 6 Per cent Per cent 8 YoY (RHS) Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang disesuaikan secara musiman memberikan perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun (persen pertumbuhan) 4 6 2008 2 4 0 2 QoQ SA (LHS) -2 -4 0 QoQ NSA (LHS) Jun-05 Jun-06 -2 Jun-07 Jun-08 Jun-09 2009 2008 2009 Q4 Q1 QoQ growth Q2 Q4 Q1 YoY growth Q2 GDP 0.2 1.0 1.2 5.2 4.0 Domestic Private consumption 1.1 2.4 0.1 4.8 6.0 4.8 Gov Consumption Investment 4.1 1.3 2.7 -1.6 -1.2 0.3 16.4 9.1 19.2 3.4 17.0 2.7 External Exports -5.2 -14.4 4.8 1.8 -18.7 -15.7 Imports -6.7 -19.5 9.9 -3.5 -26.0 -23.9 4.4 Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Badan statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), tidak mempublikasikan estimasi rangkaian makroekonimi yang disesuaikan secara musiman. Ada beberapa pendekatan untuk mengestimasi dan menghilangkan komponen musiman dalam rangkaian ekonomi. Cara paling sederhana adalah melakukan regresi atas dummy untuk setiap periode rutin pada rangkaian sebenarnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa pergerakan musiman dalam periode tertentu tidak berubah secara signifikan THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 3 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang bersamaan dengan berjalannya waktu. Pendekatan lain yang lebih canggih tidak terlalu memperhitungkan asumsi ini dengan memperbolehkan faktor musiman untuk berubah secara berkala. Pendekatan yang segera dapat digunakan dan umum digunakan adalah paket X12-ARIMA. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung data Indonesia yang disesuaikan secara musiman yang dilaporkan dalam Perkembangan Triwulan ini. Penyesuaian data Indonesia untuk faktor musiman memiliki komplikasi tambahan dengan memperhitungkan hari libur umat Muslim. Hari libur ini mengikuti kalender bulan yang maju sekitar 11 hari setiap tahunnya terhadap kalender Masehi. Ramadan dan Idul Fitri memiliki dampak signifikan terhadap perilaku ekonomi melalui peningkatan konsumsi makanan, pengurangan jam kerja dan penggunaan hari libur. Untuk data kuartalan, dampak Ramadan terhadap pola musiman tidak signifikan, terutama jika faktor musiman dapat disesuaikan secara perlahan, misalnya melalui teknik X12-ARIMA. Untuk data bulanan, jika liburan umat Muslim memiliki dampak signifikan, dampak tersebut dapat dihitung dengan melakukan regresi terhadap rangkaian yang disesuaikan secara musiman untuk beragam hari libur. Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual (indeks) (pembelian bulanan) 120 110 100 Index Index BI Retail sales (RHS) BI Consum er Survey Index (LHS) 230 210 700 '000 600 '000 170 80 150 500 50 400 40 70 130 300 Jul-06 60 Motor cycles (LHS) 190 90 60 Jul-05 70 Jul-07 Jul-08 110 Jul-09 Motor vehicles (RHS) 30 200 20 100 10 0 Jul-05 Jul-06 Jul-07 Jul-08 0 Jul-09 Catatan dan sumber: Indeks keyakinan konsumen BI berada Sumber: GAI dan Astra melalui CEIC pada tingkat 100 yang menunjukkan jumlah responden bersih yang memiliki pandangan positif sama dengan jumlah yang memiliki pandangan negatif. BI melalui CEIC. 2. Inflasi berada pada titik balik Tingkat laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) telah meningkat untuk pertama kali sejak 10 bulan Harga-harga konsumen masih tetap tertekan pada pertengahan tahun 2009, sebelum mencatat sedikit peningkatan pada bulan Juli dan Agustus. (Gambar 8) Inflasi tahun-ketahun tampaknya telah mencapai dasarnya, menyentuh 2,7 persen pada bulan Juli (tahun-ke-tahun) dan meningkat menjadi 2,8 persen pada bulan Agustus, peningkatan pertama dalam 10 bulan terakhir. Peningkatan harga bahan pangan, yang sebagian disebabkan oleh bulan Ramadan,2 mendorong peningkatan ini. Dampaknya paling dirasakan oleh keluarga berpenghasilan rendah, yang terus menghadapi peningkatan harga yang lebih cepat dari rata-rata. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk konsumsi meningkat sebesar 3,8 persen pada tahun berjalan sampai Agustus, sedikit lebih tinggi dibanding pada bulan Juli. Tanpa menyertakan harga bahan pangan yang cepat berubah, dan penurunan harga bahan bakar bersubsidi pada pergantian tahun, telah terjadi inflasi yang jauh lebih tinggi, sebesar 4,8 persen selama tahun berjalan sampai bulan Agustus. Pengukuran inflasi 'inti' ini, seperti inflasi IHK, telah menurun dengan cepat sejak awal tahun 2009 sampai bulan Juli, tetapi kini tampaknya telah mendekati titik paling rendahnya. 2 Perhitungan bulan Ramadan berdasarkan peredaran bulan, yang maju sekitar 11 hari setiap tahun dari kalender Masehi. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 4 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa bulan terakhir menunjukkan titik balik dari tingkat laju inflasi Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009 IHK (inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun dan bulan-ke-bulan) (pertumbuhan kumulatif dalam inflasi IHK) 6 Per cent Per cent Food (RHS) 5 24 20 4 Poverty basket (RHS) Inflation (RHS) 2 12 8 1 4 0 0 Aug-07 Per cent Per cent 12 2008 9 9 16 3 -1 12 Inflation - monthly (LHS) Feb-08 Aug-08 -4 Feb-09 Sumber: Bank Indonesia, BPS dan Bank Dunia Aug-09 2006 6 6 2007 3 3 2009 0 0 -3 -3 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber: BPS dan Bank Dunia Harga bahan bakar dan bahan pangan yang lebih rendah menyebabkan turunnya inflasi IHK Faktor-faktor utama yang menurunkan inflasi IHK tahun-ke-tahun pada kuartal terakhir tidak disertakan dalam pengukuran inti. Inflasi IHK tahun-ke-tahun mencatat penurunan yang besar pada bulan Juni dan Juli, dengan meningkatnya harga bahan bakar bersubsidi pada akhir bulan Mei 2008 dan keseimbangan harga-harga baru tidak disertakan dalam perhitungan. Dengan harga-harga dunia yang lebih rendah, harga bahan bakar diturunkan pada pergantian tahun, dan harga bahan pangan segar turun setiap bulan pada kuartal kedua. Sejak awal tahun hingga bulan Agustus, Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya meningkat tipis sebesar 1,2 persen, jauh lebih rendah dibanding 8 bulan pertama tahuntahun yang lalu. (Gambar 9) Jatuhnya harga-harga bahan pangan pada paruh awal tahun 2009 telah membawa berkah terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, dengan besarnya proporsi bahan pangan pada keseluruhan pengeluargan mereka, dengan perkiraan Bank Dunia yang menunjukkan laju inflasi mereka telah turun lebih dari setengahnya antara bulan Maret hingga Agustus. (Gambar 8) Peningkatan Rupiah sejak bulan Maret telah mengimbangi sebagian besar peningkatan pada harga-harga dunia Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10) THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 5 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih harga komoditas belakangan ini (persentase perubahan harga komoditas kuartal-ke-kuartal dalam rupiah; laju inflasi tahun-ke-tahun) 20 IDR per USD Per cent 20 Tradeable Inflation 10 10 0 0 Global food prices -10 dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahanbahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10) -10 Global energy prices -20 -20 Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09 Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Laju inflasi Indonesia masih cukup tinggi Laju inflasi Indonesia masih tetap lebih tinggi dibanding mitra-mitra dagangnya—yang sebagian besar sedang menghadapi deflasi—seperti yang umum terjadi sebelumnya. (Gambar 11) Akan tetapi, laju inflasi Indonesia telah turun lebih banyak dibanding hampir seluruh mitra dagangnya sejak akhir tahun 2008. (Gambar 12) Ini terjadi di tengah keprihatinan bahwa penurunan nilai rupiah di akhir tahun 2008, dan peningkatan perkiraan inflasi ke tingkat yang lebih tinggi pada awal tahun 2008 sewaktu laju inflasi meningkat pesat, mungkin telah menggeser laju inflasi struktural Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan mitra dagangnya… (perubahan persentase dalam inflasi harga konsumen tahunke-tahun, puncak tahun 2008 sampai pengamatan paling akhir) (inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun) 20 Per cent Per cent Indonesia 15 20 15 India 10 0 -5 -5 -10 -10 10 China 5 5 0 0 Japan Thailand -5 Aug-05 0 -5 Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09 -15 Percentage point Percentage point -15 Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia Harga-harga sektor hulu tetap stabil sejak bulan Februari Harga grosir mengalami sedikit perubahan di kuartal pertama 2009. Harga sebagian besar subkomponen tetap datar, termasuk harga di bidang pertambangan, di tengah meningkatnya harga komoditas tersebut di dunia internasional pada periode tersebut. Peningkatan sebesar 5 persen harga di bidang pertanian diimbangi oleh penurunan tipis pada harga ekspor yang dilaporkan. Harga-harga sektor hulu tetap lebih lemah dibanding harga pada pertengahan tahun 2008, secara keseluruhan lebih rendah 7,7 persen, terutama karena harga industri dan perdagangan yang lebih rendah. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 6 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia …sementara harga-harga pada keseluruhan ekonomi terus meningkat dengan cukup kuat Terbitlah Terang Melambatnya inflasi harga konsumen pada tahun lalu telah menurunkan pertumbuhan harga keseluruhan ekonomi, seperti diukur dengan penurunan laju inflasi PDB, menjadi 6,8 persen tahun berjalan pada kuartal kedua tahun 2009—tingkat pertumbuhan paling rendah dalam 5 tahun. Tetapi penurunan laju inflasi PDB tetap lebih tinggi secara signifikan dibanding IHK, karena ia menyertakan harga barang-barang investasi dan layanan pemerintah (seperti gaji pegawai negeri), yang tetap tumbuh relatif cepat. 3. Arus perdagangan Indonesia mulai pulih Arus perdagangan mulai pulih sejak kuartal kedua, yang didukung oleh peningkatan dalam harga komoditas dan permintaan eksternal Arus perdagangan Indonesia mulai bangkit bulan-ke-bulan pada pertengahan tahun berjalan 2009, walaupun masih di bawah puncaknya pada tahun 2008. (Gambar 13) Sejak bulan Februari, arus perdagangan telah didukung oleh pemulihan bertahap dalam harga komoditas dan peningkatan yang berarti dalam permintaan eksternal. (Gambar 13 dan Gambar 14) Pada bulan Juli, nilai ekspor sudah 35 persen lebih tinggi dari nilainya di bulan Februari, tetapi masih seperempat di bawah nilai yang dicatat satu tahun yang lalu. Sementara semua golongan ekspor telah mencatat pertumbuhan yang positif sejak bulan Februari, pemulihan pada umumnya didorong oleh peningkatan dalam ekspor pertambangan dan mineral (hampir 80 persen lebih tinggi) dan ekspor minyak dan gas bumi (naik 44 persen). Harga komoditas dunia yang lebih tinggi ditambah permintaan dalam negeri yang kokoh mendorong nilai impor barang dagangan naik hampir 50 persen dari nilai terendah di bulan Februari. Impor telah menorehkan peningkatan pada seluruh golongan. Produk minyak dan gas bumi mencatatkan peningkatan tertinggi (naik lebih dari 90 persen), barang setengah jadi (masukan yang telah diproses untuk proses lebih lanjut) (naik 40 persen) dan barang-barang konsumsi (naik 47 persen). Investasi yang lebih rendah pada pabrik dan peralatan terlihat jelas pada minimnya impor barang-barang modal pada kuartal dua. Tetapi tampaknya akan mulai pulih pada pertengahan tahun, dengan meningkatnya impor hampir sebesar 20 persen di bulan Juli. Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor perdagangan Indonesia Gambar 13: Arus perdagangan membaik… (nilai dan neraca perdagangan, juta dolar Amerika) USD billion 6 Trade Balance (LHS) USD billion (diindeks sampai 100 pada bulan Juli 2007) 15 Index Index 190 190 Exports 4 10 2 5 0 0 -2 -5 -10 -4 Energy 160 160 130 130 Exports 100 100 Non-energy 70 70 Im ports -6 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Sumber: BPS dan Bank Dunia Perdagangan jasa juga mulai pulih -15 Jul-09 40 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 40 Jul-09 Sumber: Harga komoditas dunia Bank Dunia. Harga ekspor Indonesia yang dihitung oleh Bank Dunia dari data perdagangan BPS. Arus perdagangan jasa juga mulai pulih pada kuartal kedua dari penyusutan yang parah pada pergantian tahun. Pemulihan pada impor jasa jauh lebih kuat dibanding ekspornya, berlawanan dengan perdagangan barang. Setelah menyusut hampir 16 persen pada kuartal pertama, ekspor jasa meningkat tipis sebesar 3,3 persen pada kuartal kedua, THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 7 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah dan belanja turis. Impor jasa meningkat cukup kuat pada kuartal kedua (naik 11,8 persen)—terutama didorong oleh belanja transportasi yang lebih tinggi untuk perdagangan minyak dan gas bumi Indonesia yang meningkat, dan dengan meningkatnya perjalanan ke luar negeri oleh penduduk Indonesia. 4. …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal Surplus neraca pembayaran menyusut pada kuartal kedua Arus neraca luar negeri Indonesia mulai pulih pada kuartal kedua, setelah melewati pergerakan yang liar pada masa pergantian tahun. Perubahan haluan menjadi defisit neraca keuangan menyusutkan neraca pembayaran Indonesia dari dari 4,0 miliar dolar Amerika pada kuartal satu menjadi 1,1 milyar dolar Amerika pada kuartal dua. (Tabel 3) Perubahan haluan dibanding kuartal pertama disebabkan banyaknya likuiditas aktiva asing yang dibeli oleh orang Indonesia (misalnya saham dan tabungan pada rekening bank) untuk menurunkan investasi bersih di Indonesia oleh pihak asing dan untuk menyesuaikan arus kuartalan, seperti jadwal pembayaran utang luar negeri. Surplus perdagangan yang lebih besar memperluas surplus rekening berjalan Pemulihan yang lebih kuat dalam ekspor relatif kepada impor pada kuartal kedua meningkatkan surplus perdagangan Indonesia dan keseluruhan surplus neraca berjalan. Walaupun mendorong surplus perdagangan, harga komoditas yang lebih tinggi menyebabkan defisit penerimaan bersih yang lebih besar dengan meningkatnya keuntungan dari operasi investor-investor asing. Pada kuartal kedua, kiriman uang dari pekerja Indonesia di luar negeri sudah mendekati nilai rata-ratanya pada beberapa tahun terakhir, pulih dari suatu penyusutan yang berarti pada kuartal pertama. Arus liar pada neraca permodalan telah bergeser menuju pola yang lebih umum Arus pada rekening keuangan telah kembali ke pola yang lebih normal setelah bergerak liar selama setengah tahun, terutama bagi perkiraan-perkiraan yang mudah berubah. Investor portofolio asing telah kembali sebagai pembeli bersih pada pasar-pasar modal dan obligasi pemerintah setelah sempat menurunkan kegiatan mereka selama setengah tahun yang lalu. Sementara itu penduduk Indonesia hanya memindahkan tabungan mereka ke luar negeri pada tingkat yang hanya sedikit lebih tinggi dari tingkat normalnya. Kredit perdagangan berlipat ganda dari kuartal pertama—sejalan dengan peningkatan kegiatan perdagangan—tetapi tetap sangat kecil dibanding tingkat yang pernah dicapai pada tahun-tahun terakhir. Juga terdapat selentingan bahwa banyak perusahaan mulai kembali meningkatkan utang luar negeri mereka setelah lama menghilang dari pasar surat utang. Pengecualian terbesar dari kecenderungan umum 'normalisasi' arus keuangan Indonesia ini terletak pada penurunan drastis pada masuknya penanaman modal asing, yang disebabkan oleh rendahnya investasi pada bidang-bidang selain minyak dan gas bumi. Penurunan ini terjadi setelah titik tertinggi penanaman modal asing di Indonesia tercapai pada dua kuartal sebelumnya. Walau demikian, rangkaian pengumuman rencana investasi asing yang mulai meningkat pada bulan Mei masih belum berkurang hingga bulan September. Cadangan telah kembali pada tingkat sebelum krisis Cadangan devisa Indonesia meningkat hingga 60,3 miliar dolar Amerika pada awal bulan September, mendekati nilai puncaknya yang tercatat sebelum krisis pada bulan Juli 2008. Surplus dalam neraca pembayaran mendorong peningkatan bertahap ini, seperti juga tambahan 1,74 miliar alokasi hak penarikan khusus (senilai 2,7 miliar dolar Amerika) oleh IMF pada tanggal 21 Agustus. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 8 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua, memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang meningkat tipis (miliar dolar Amerika kecuali disebutkan lain) 2008 2005 2006 2007 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Balance of payments 0.6 13.9 14.1 -1.8 1.0 1.3 -0.1 -4.2 % GDP 0.2% 3.8% 3.3% -0.4% 0.8% 1.0% -0.1% -3.8% Current account 0.3 10.9 10.5 0.3 2.8 -1.0 -0.9 -0.7 % GDP 0.1% 3.0% 2.4% 0.1% 2.3% -0.7% -0.6% -0.6% Goods balance 17.5 29.7 32.8 22.9 7.5 5.4 5.8 4.2 Services balance -9.1 -9.9 -11.8 -12.7 -3.0 -3.3 -3.2 -3.3 Net income & transfers -8.1 -8.9 -10.4 -9.9 -1.7 -3.1 -3.5 -1.6 Capital & financial account 0.3 3.0 3.6 -2.1 -1.4 2.5 0.9 -3.3 % GDP 0.1% 0.8% 0.8% -0.4% -1.2% 1.9% 0.6% -3.0% Direct investment (net) 5.3 2.2 2.3 2.0 -0.3 0.6 0.4 2.1 Inflows 8.3 4.9 6.9 7.9 1.5 2.0 1.9 3.3 Outflows -3.1 -2.7 -4.7 -5.9 -1.7 -1.4 -1.5 -1.2 Portfolio investment (net) Inflows Outflows Other investment (net) Government Private 4.2 4.3 5.6 1.7 21.7 22.0 43.7 47.9 -11.6 -15.3 -36.2 -41.8 -9.4 -0.8 -8.6 -3.8 -2.5 -1.3 2.0 12.5 -10.2 2009 Q1 Q2 4.0 1.1 3.5% 0.8% 2.9 3.1 2.6% 2.4% 7.0 8.7 -2.5 -3.1 -1.5 -2.5 1.7 -2.4 1.6% -1.8% 1.7 0.0 2.5 1.0 -0.8 -1.0 4.2 -0.1 13.7 13.1 -9.2 -13.0 -4.4 8.6 -9.4 1.9 11.9 -7.4 2.0 9.3 -7.5 -4.8 -2.4 -2.4 -6.2 -1.4 -4.7 -3.2 -0.4 -0.6 -2.3 -1.5 0.3 0.4 -0.1 0.2 -1.1 0.5 -1.5 -1.8 0.0 -1.0 -4.5 -2.0 0.2 Reserves 34.7 42.6 56.9 Sumber: BI, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia 51.6 59.0 59.5 57.1 51.6 54.8 57.6 5. Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi yang baik dan menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua. a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret Indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat lebih tajam dibanding indeks-indeks Asia lain sejak bulan Juli sampai Agustus Pasar keuangan Indonesia terus melanjutkan kecenderungan penguatan yang dimulai pada bulan Maret sampai ke kuartal ketiga tahun 2009. Pada awal bulan September, pasar saham Indonesia telah meningkat 89 persen dibanding nilai rendahnya pada bulan Maret. Ledakan bom tanggal 17 Juli di hotel Ritz-Carlton dan Marriott di Jakarta tidak menggoyahkan kepercayaan investor dan IHSG mencatat penguatan tertinggi dibanding indeks-indeks negara Asia lain dari pertengahan April hingga Agustus (Gambar 15). Tanpa mengurangi optimisme, penting dicatat bahwa jumlah saham yang diperdagangkan dan total kapitalisasi pasar IHSG tetap relatif kecil, sehingga dibutuhkan kecermatan yang tinggi untuk menghubungkan antara gerakan pasar saham yang positif dan pembangunan ekonomi riil. Rupiah telah menguat secara berarti sejak bulan Maret, dan cukup stabil berada pada tingkat sekitar 10.000 setelah menguat menjadi 9.850 per 1 dolar Amerika pada awal bulan Agustus Seperti saham-saham, rupiah juga terus menguat terhadap dolar Amerika sejak bulan April. Setelah melemah melebihi Rp 12.000 per dolar Amerika pada bulan Maret, rupiah telah bangkit dan diperdagangkan pada kisaran 10.100-10.300 pada sebagian besar bulan Juni dan Juli. Angka-angka neraca perdagangan yang kuat membantu mendorong kurs tukar hingga sedikit di bawah Rp 10.000 per dolar Amerika di bulan Agustus. Menuju ke depan, pergerakan pada pasar Amerika Serikat pada musim gugur di belahan Utara akan menjadi penunjuk penting akan kekuatan pemulihan Amerika, dan apakah pemulihan itu akan tetap positif atau merosot untuk kedua kalinya. Kebangkitan Amerika Serikat yang kuat dan menguatnya dolar Amerika terhadap berbagai mata uang dapat kembali menekan kurs tukar rupiah/dolar Amerika, yang telah mengikuti kecenderungan penguatan dan pelemahan dolar Amerika sejak krisis dimulai (Gambar 16). Selain itu, karena penguatan rupiah yang baru terjadi juga disebabkan oleh saldo positif neraca perdagangan Indonesia, suatu penurunan pada surplus perdagangan Indonesia karena terus berlangsungnya pemulihan ekonomi secara relatif terhadap mitra-mitra dagang Indonesia juga dapat menekan rupiah (Gambar 17). THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 9 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi dengan cepat terhadap dolar Amerika Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak pertengahan April (Rupiah per dolar Amerika; indeks dolar Bank Sentral Amerika terhadap berbagai mata uang, diindeks sampai 100 pada 21 Jan 1997) (diindeks sampai 100 pada 2 Januari 2008) 115 Index Index Thailand SET Singapore SGX 100 115 Jakarta JCI 70 55 Dollar Index (RHS) 11,500 110 10,500 100 55 Shanghai Composite 9,500 25 25 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Pengangkatan kabinet baru di bulan November dapat berdampak pada rupiah dan pasar uang di Indonesia 2-Jul-09 90 IDR/USD (LHS) 40 2-Apr-08 120 85 70 40 2-Jan-08 Index IDR per USD 100 Bombay BSE 85 12,500 July 17 Jakarta Bombings 8,500 2-Jan-08 2-Apr-08 80 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia Pengangkatan kabinet baru pada awal bulan November mungkin akan membawa dampak pada pasar saham dan uang di Indonesia. Pada titik ini, terdapat nuansa ketidakpastian yang menyelubungi jajaran departemen-departmen utama, seperti pertanian, kesehatan, perdagangan dan badan usaha publik, yang semuanya berperan dalam pengelolaan ekonomi riil. Masuknya tokoh koalisi dan pengangkatan mereka sebagai menteri utama dapat memicu fluktuasi pasar uang. b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama Hasil dari obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah dan dolar Amerika telah pulih setara dengan tingkat yang dicapai pada awal tahun 2008 Seperti pada saham dan perdagangan valuta asing, pasar pendapatan tetap di Indonesia juga terus memulihkan diri hingga pertengahan tahun 2009. Hasil yang diterima dari obligasi pemerintah dalam rupiah 5 tahun menyusut dari hampir 14 persen di bulan Maret menjadi sedikit di bawah 10 persen pada bulan Agustus—tingkat yang terakhir dicatat pada bulan Maret 2008. (Gambar 18) Selain itu, hasil dari obligasi jangka pendek dan panjang telah mulai menyusut sejak bulan Maret, dan kurva hasil makin menjadi curam setelah sempat mendatar (dan meningkat) di luar kebiasaan pada periode DesemberJanuari (Gambar 19). Sebaran pada obligasi pemerintah Indonesia dalam dolar Amerika juga telah menyusut, dan pada bulan Juli jatuh di bawah rata-rata pasar negara berkembang dunia untuk pertama kali sejak bulan Agustus 2007 (Gambar 20). Walaupun merupakan perkembangan yang positif, sebaran rata-rata EMBI dunia belum pulih ke tingkat sebelum krisis. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 10 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong penguatan rupiah belakangan ini Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negara-negara Asia lainnya (Rupiah per dolar Amerika; neraca perdagangan dalam juta dolar Amerika) (persentase hasil obligasi pemerintah 5 tahun dalam mata uang lokal) IDR per USD Per cent USD billions 12,500 4 Trade Balance (RHS) Per cent 24 21 11,500 3 21 18 18 Indonesia 15 10,500 2 15 12 12 Philippines 9 IDR/USD (LHS) trade surplus 9,500 trade deficit 0 9 Thailand 6 6 Malaysia 3 8,500 Jan-07 -1 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Sumber: BPS dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia …tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding ekonomi negara tetangganya Jul-09 24 3 0 2-Jan-08 0 2-Apr-08 2-Jul-08 2-Oct-08 2-Jan-09 2-Apr-09 2-Jul-09 Sumber: Bursa-bursa nasional lewat CEIC Walaupun terjadi penguatan harga untuk obligasi dalam rupiah pada beberapa bulan terakhir, hasil dari obligasi Indonesia masih lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding obligasi pemerintah lain di wilayah itu. (Gambar 18) Tambahan risiko dan kepekaan ini, terutama pada hasil jangka panjang, berasal dari beberapa faktor, terutama inflasi dan keberanian investor asing dalam menanggung risiko.3 Inflasi di Indonesia umumnya lebih tinggi dibanding kebanyakan negara (Gambar 11), dan juga meningkatkan risiko perubahan dengan adanya penyesuaian besar kepada harga bahan bakar di bawah sistem subsidi bahan bakar yang berlaku sekarang. Penetapan penyesuaian itu tidak dapat dipastikan, dan ketidakpastian ini berdampak pada hasil jangka panjang. Arus dana dan selera risiko investor asing juga berdampak pada hasil jangka panjang, tetapi biasanya tidak erat hubungannya dengan hal-hal pokok di Indonesia dan lebih peka terhadap kecenderungan dan peristiwa ekonomi global. 3 R Goyal dan M Ruiz-Arranz, ‘Explaining Indonesia’s Sovereign Sebarans’, IMF Indonesia Selected Issues Paper, 30 Juni 2009. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 11 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai telah menyusut sejak Februari dan kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia dengan datar yang tidak lazim karena hasil jangka pendek (Sebaran EMBI Indonesia terhadap Bendahara Amerika yang sangat tinggi (persentase hasil 1 sampai 15 tahun obligasi pemerintah dalam rupiah) 14 Per cent Per cent Serikat dan perbedaan antara sebaran Indonesia dan ratarata pasar berkembang dunia, dalam poin) Basis points 14 13 13 5 January 2009 12 Basis points 1200 400 Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS) 1000 300 12 800 1 May 2009 11 11 600 10 28 August 2009 9 8 8 7 1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia Reformasi subsidi bahan bakar, bila diterapkan, dapat membuahkan inflasi yang lebih jinak dan penyusutan ketidakpastian sehingga membawa hasil ke jangka menengah-panjang 100 10 9 7 200 Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS) 400 0 200 -100 0 Jan-05 -200 Sep-05 May-06 Jan-07 Sep-07 May-08 Jan-09 Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia Jika pemerintah melanjutkan langkah menuju pengundangan reformasi subsidi bahan bakar, seperti disinggung pada pidato presiden mengenai anggaran tahunan, maka hal itu dapat memangkas sumber utama bagi ketidakpastian dan pergerakan liar inflasi yang mendorong hasil obligasi. Defisit fiskal yang diperkirakan untuk tahun 2009 dan 2010 juga berdampak pada harga-harga obligasi, sesuai dengan kebutuhan pendanaan pemerintah untuk sisa tahun ini dan setahun berikutnya. Defisit yang lebih rendah dari yang diperkirakan akan menurunkan kebutuhan penerbitan obligasi di tahun 2010 sehingga akan menopang harga. c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan masih bertahan relatif tinggi Dengan suku bunga acuan berada 300 poin di bawah puncaknya dan dengan mulai meningkatnya laju inflasi, BI telah memberi sinyal untuk menghentikan pemotongan suku bunga acuan Dengan jatuhnya inflasi dan kondisi ekonomi yang melemah, Bank Indonesia memotong suku bunganya sebanyak 300 poin antara Desember 2008 dan Agustus 2009, termasuk pemotongan 25 poin pada rapat-rapat Dewannya pada bulan Juni sampai Agustus. Selanjutnya, dengan makin menguatnya tanda-tanda pemulihan kondisi ekonomi dan harga-harga dunia meningkat dari titik rendahnya di akhir 2008, BI memberi sinyal bahwa siklus pemotongan suku bunga tahun 2009 telah berakhir, dan mempertahankan suku bunga acuan pada 6,50 persen pada rapatnya di bulan September. Dalam risalah rapat dewan di bulan September, BI menyerukan kewaspadaan untuk prospek inflasi di tahun 2010. Pengamat pasar sedang berspekulasi kapan suku bunga akan meningkat, dengan harapan peningkatan itu akan mengangkat hasil jangka pendek obligasi pemerintah dalam rupiah dan memicu pendataran kurva hasil. …tetapi suku bunga tabungan dan kredit kokoh bertahan walaupun suku bunga rujukan telah turun Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga tabungan dan kredit perbankan. (Gambar 21) Untuk mempercepat proses ini, bank sentral telah menandatangani suatu perjanjian dengan 14 bank umum terbesar pada bulan Agustus untuk membatasi suku bunga tabungan mereka tidak lebih dari 150 basis poin di atas suku bunga acuan pada bulan November. Bersama-sama, bank-bank itu memiliki sekitar empat per lima dari dana tabungan Indonesia. Hal ini didorong oleh dua hal yang berhubungan: untuk menurunkan persaingan antarbank untuk tabungan yang telah meningkatkan biaya dana secara berarti bagi perbankan; dan dengan turunnya biaya dana, perbankan dapat menurunkan suku bunga tabungan. Perjanjian ini menimbulkan keprihatinan pada sebagian pengamat bila tabungan akan lari ke bank-bank yang lebih besar di tempat lain yang menawarkan hasil yang lebih tinggi, tetapi gerakan ini mungkin hanyalah kecil karena tampaknya terdapat porsi tabungan yang THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 12 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang besar yang dimiliki oleh badan usaha milik negara yang tidak memiliki rencana untuk memindahkan dana mereka, dan para penabung besar lainnya juga telah meragamkan penempatan tabungan mereka sehingga kemungkinan mereka memindahkan dananya cukup kecil. d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya biaya dana Berbagai indikator agregat seperti tingkat CAR, ROA dan NPL menunjukkan bahwa kesehatan keseluruhan sektor perbankan masih utuh Secara keseluruhan sektor perbankan tampak berada dalam keadaan baik, seperti diukur dengan berbagai indikator agregat resmi, seperti kecukupan modal dan tingkat pengembalian aktiva (Gambar 22). Persentase kredit macet pada bank-bank umum tetap stabil di tengah krisis. Setelah meningkat sedikit di atas 4 persen pada bulan April dan Mei, kredit macet menyusut kembali menjadi 3,94 persen pada bulan Juni. Walaupun sedikit lebih tinggi dari rasio rata-rata kredit macet di tahun 2008, nilainya jauh lebih rendah dibanding angka di tahun 2006-2007 dan bahkan angka pada awal tahun 2008. (Gambar 23) Likuiditas antar bank juga cukup perkasa pada bulan Juni dan Juli. Berpijak pada daerah yang rentan pada bulan Desember 2008, tampaknya sektor perbankan Indonesia telah berhasil melalui titik terberat dari krisis tanpa guncangan yang berarti. Pada awal Agustus, Moody’s menurunkan prospek sektor perbankan Indonesia dari stabil menjadi negatif. Moody’s menurunkan penilaiannya karena berbagai faktor, termasuk peningkatan pinjaman yang cepat pada beberapa tahun terakhir, meningkatnya biaya dana, dan kelebihan kapasitas pada sistem perbankan. Akan tetapi, Moody’s tetap mempertahankan peringkat kekuatan keuangan bank (BFSR) dari 10 bank Indonesia yang dinilainya pada nilai rata-rata berbobot D. Selain itu, Moody's juga menurunkan peringkat berbagai negara lainnya, dan penurunan itu mungkin lebih banyak disebabkan oleh penyesuaian internal pada model pemeringkatan dari lembaga itu dibanding keadaan Indonesia. Kemudian di bulan itu juga, Fitch menegaskan peringkat stabilnya untuk prospek masa depan sektor perbankan Indonesia. Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sangatlah minim terhadap suku bunga kredit perbankan sektor perbankan yang relatif kokoh (rata-rata berbobot suku bunga kredit bank umum untuk (rata-rata Rasio Kecukupan Modal, Rasio Pinjaman terhadap modal kerja dan suku bunga acuan) Tabungan dan Tingkat Pengembalian atas Aktiva untuk seluruh bank umum, dalam persen) 18 Per cent Basis points 1,800 Working capital lending rate (LHS) 1,500 15 12 9 6 BI policy rate (LHS) Lending rate less policy rate (bps, RHS) Sep-06 Sep-07 Per cent 3.5 Loan to Deposits Ratio (LHS) 75 3 1,200 60 2.5 Return on Assets (RHS) 900 45 300 Sep-05 Per cent 2 600 3 0 Sep-04 90 Sep-08 0 Sep-09 30 Capital Adequacy Ratio (LHS) 1.5 15 Jan-06 1 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Catatan dan sumber: Suku bunga acuan adalah suku bunga Sumber: BI dan Bank Dunia SBI satu bulan untuk kuartal kedua tahun 2008, dan suku bunga overnight. BI lewat CEIC dan Bank Dunia Bank-bank Indonesia membatasi pemberian kredit baru pada paruh awal tahun 2009, berbeda jauh dengan peningkatan pemberian kredit yang Kredit bank umum adalah satu dari sedikit indikator yang belum meningkat pada beberapa bulan terakhir. Jumlah kredit yang berputar berkisar pada Rp 1,3 triliun pada bulan Juni. Angka ini lebih tinggi 3 persen dari angka pada awal tahun, setelah melalui penurunan tajam dalam persetujuan kredit baru pada akhir tahun 2008, semester dengan pertumbuhan paling lambat pada dekade ini. Beberapa indikator kembali ke posisi yang THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 13 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia cepat pada periode sebelumnya Terbitlah Terang lebih normal pada kuartal kedua, dengan peningkatan kredit sebesar 2,3 persen relatif terhadap kuartal pertama. (Gambar 23) Sementara kredit baru sulit mendapat persetujuan pada sebagian besar ekonomi pada wilayah itu sejak dibukanya tahun 2009 (dengan India sebagai pengecualian), di tempat lain telah terjadi peningkatan kredit yang lebih beralasan. (Gambar 24) Tekanan pada pertumbuhan kredit di Indonesia disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran, yang sulit dipisahkan untuk menentukan faktor mana yang lebih dominan. Pada sisi penawaran, terjadi pengetatan standar kredit karena bank-bank mencoba untuk mengamankan modal mereka terhadap perkiraan kondisi ekonomi yang melemah, ditambah dengan tingginya biaya ketersediaan dana sekunder, sehingga membatasi tersedianya kredit baru. Permintaan juga menyusut karena peningkatan penghindaran risiko oleh perusahaan dan rumah tangga menurunkan keinginannya untuk mendapatkan kredit baru, dan kebutuhan modal kerja yang lebih sedikit dengan lemahnya harga-harga dan penjualan yang lebih lemah lagi, dan penurunan terbatas dalam biaya peminjaman (Gambar 21). Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia berada di bawah angka tahun 2006-2007, sementara kredit dibanding tempat lain, relatif terhadap pertumbuhan kredit pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008 yang sangat cepat pada tahun sebelumnya (total kredit dan komposisinya dalam triliun rupiah; total persentase kredit macet) IDR trillions Per cent 1600 Non-Performing Loans (RHS) (kredit bank umum, diindeks sampai 100 pada bulan Januari 2006) 8 Total Loans (LHS) 1200 270 Index Index India 250 6 250 230 230 210 210 Indonesia 190 190 800 4 170 400 Consumption Loans (LHS) Investment Loans (LHS) 2 0 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Sumber: BI dan Bank Dunia Terdapat beberapa keprihatinan bahwa ketidakcocokan antara tabungan dan kredit dapat memicu pengetatan likuiditas pada sistem perbankan pada kemudian hari Singapore USA 130 Thailand 110 0 Jan-09 Philippines 150 130 110 90 90 Jan-06 170 Malaysia 150 Working Capital Loans (LHS) Jan-06 270 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Sumber: Bank-bank sentral nasional lewat CEIC dan Bank Dunia Menuju ke depan, terdapat keprihatinan bahwa pembatasan suku bunga tabungan dapat menurunkan tingkat tabungan di bank bersamaan dengan mulai meningkatnya kredit (karena suku bunga kredit yang lebih rendah dan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut), sehingga terjadi bentrokan likuiditas. Tekanan ini mungkin tidak dirasakan sampai awal tahun depan, terutama karena adanya peningkatan belanja anggaran negara dan penjualan obligasi yang lebih rendah sampai akhir tahun. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 14 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang 6. Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh pertama a. Posisi fiskal pemerintah di tahun 2009 membantu pemulihan ekonomi b. Pendapatan pemerintah turun bersama pemotongan pajak serta harga komoditas dan laba yang lebih rendah. Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan perekonomian Indonesia Berbeda dengan paruh pertama tahun-tahun sebelumnya, stabilisator otomatis berupa tingkat pajak progresif yang dikenakan pada laba ditambah keputusan kebijakan untuk memotong berbagai pajak, dan pencairan dana yang lebih cepat dari biasanya (dibahas di bawah), telah menjadi bantalan yang menahan dampak perlambatan ekonomi. Dalam semester pertama 2009, pendapatan yang melemah dan penurunan terbatas pada pengeluaran secara keseluruhan membuat saldo fiskal menjadi defisit, berbeda dengan surplus di tahun-tahun sebelumnya (Gambar 25). Sebagai tambahan, walaupun pemerintah tetap melanjutkan praktik mengonsentrasikan sebagian besar kebutuhan pembiayaannya di muka, saldo simpanan pemerintah mengalami penurunan di semester pertama 2009 dibandingkan dengan tahun lalu, konsisten dengan sikap ekspansif yang diambil pemerintah. Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan pendapatan, tapi sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan pendapatan. Pendapatan pemerintah di akhir Juli 2009 lebih rendah 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk memotong pajak secara bertahap sekaligus memberi stimulus dan lingkungan ekonomi yang melemah. Semua faktor ini menghasilkan penurunan tajam dalam pendapatan pajak dibandingkan PDB nominal. Selaras dengan tanda-tanda pemulihan pertumbuhan ekonomi, indikasi awal pun sudah ada yang menunjukkan bahwa pendapatan pajak sepertinya telah mencapai titik balik di pertengahan tahun. (Gambar 26) Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus dan simpanan pemerintah di BI yang lebih rendah menanggapi perlambatan Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada perlambatan PDB nominal (dalam triliun rupiah) (perubahan persentase tahun-ke-tahun) 80 IDR trillion IDR trillion 60 160 120 40 60 Per cent 40 Per cent 40 30 Total tax revenue (LHS) 80 20 20 40 0 0 Fiscal Balance 0 10 Nominal GDP (RHS) Govt. deposits at BI (RHS) -20 -40 S1 2005 S1 2006 20 S1 2007 S1 2008 S1 2009 Catatan dan sumber: Depkeu -20 0 Jun-03 Jun-04 Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 Jun-09 Sumber: BPS dan Depkeu Harga komoditas yang rendah ditambah permintaan eksternal dan domestik, untuk beberapa sektor, yang lemah mengurangi perputaran dan laba serta kemungkinan memotong upah dan jumlah lapangan kerja sektor formal. Hal ini tercermin pada perlambatan tajam yang dilaporkan PDB nominal dari rekor pertumbuhan tertinggi sebesar 29 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 11 persen di KUARTAL KEDUA 2009. Perlambatan ini biasanya menghasilkan penurunan yang lebih tajam dalam pendapatan pajak, karena pendapatan pajak biasanya jauh lebih bervariasi daripada perubahan dalam pertumbuhan ekonomi karena volatilitas yang lebih besar pada laba dan progresivitas dalam tingkat pajak baik pada saat perekonomian melemah maupun THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 15 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang pulih. Pendapatan minyak dan gas memberikan contoh yang paling jelas: dalam semester pertama 2009, pemerintah menerima kurang dari separuh pendapatan semester pertama 2008 karena harga minyak mentah Indonesia secara rata-rata lebih rendah 47 persen tanpa ada perubahan besar dalam tingkat produksi. Program pemotongan pajak pemerintah semakin mengurangi pendapatan pajak. Sebagian pemotongan ini diprogramkan tahun 2008 untuk memperluas jumlah pembayar pajak terdaftar. Nilai teoritis pemotongan ini adalah 43,0 triliun Rupiah atau 17 persen dari penerimaan pajak pendapatan nonminyak dan gas 2008. Program lain diperkenalkan untuk mendukung belanja dan pemberian kerja di sektor yang rentan terhadap jatuhnya harga komoditas dan penurunan ekonomi global, dengan perkiran nilai sebesar 13,3 triliun Rupiah. Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja (pendapatan dan belanja pemerintah pusat) 2006 2007 2008 To July 2009* Explanation Annual percent change and YoY percentage percentage point contributions point contrib's Tax revenue 17.9 20.4 33.4 -5.9 7.3 2.3 6.3 1.3 7.1 0.5 7.8 0.7 11.0 6.4 11.1 0.4 -0.9 2.0 -3.2 -1.4 Cuts in tax rates, low er profits and formal w ages w ith low er commodity prices and slow er activity grow th Low er profits w ith low er commodity prices & demand; cuts in tax rates Around a 50% fall in the international oil price; slightly low er production Less discretionary spending, partic. for goods subject to luxury tax rates Slow er investment Non-oil and gas Oil & Gas VAT Land and building tax Duties on land and building transfer Excise Other taxes Import duties Export duties -0.1 0.7 -0.1 0.0 Reduced economic activity 1.3 0.1 -0.8 0.2 1.7 0.1 1.1 0.8 1.3 0.1 1.2 1.9 0.9 0.0 -0.6 -2.7 Slow ing in consumption, offsetting the increase in cigarette excise rate Slow ing of economic activity Reduced import values w ith low er commodity prices and destocking Low er commodity prices and w eak export volumes Non-tax Oil Gas Mining Forestry Fishery SOE transfer Other 54.5 35.6 1.4 2.4 -0.6 0.0 6.9 8.8 -5.2 -13.9 -0.8 -0.4 -0.1 0.0 0.1 9.9 49.1 35.0 5.3 1.4 0.2 0.0 2.7 4.6 -35.9 -47.4 8.9 0.4 -0.2 0.0 -2.2 4.5 Significant falls in oil prices Around a 50 per cent fall in international oil prices Gas production remains steady Low er prices and some w eakening in volume demand reducing profits Slow ing demand for w oods and related products A small item w here contributions to grow th remain low Reduced domestic demand reducing activity Low er fee collection through the slow ing of domestic activity 21.8 14.7 37.3 -7.2 Grow th in programmatic spending offset by a sharp decline in subsidies 5.3 5.0 6.1 4.4 1.0 3.9 1.7 2.1 2.1 -5.0 4.4 0.5 1.6 1.4 2.9 3.3 3.3 1.2 3.7 2.8 3.8 0.2 1.7 2.0 -3.7 9.7 24.8 -23.6 Grow th in line w ith previous years' and streamlined 13th month salary Increase in government consumption and early procurement Planned government investment being spent earlier in the year Grow th in social expenditure and the BLT program Election spending and increased 'planned expenditure' In line w ith projections, w ith appreciation in IDR offsetting higher interest costs on new debt Refined fuel prices have halved and the government continues to encourage less consumption of higher cost-energy Central gov't expenditure Salaries Goods and services Capital Social assistance Others Interest payments Subsidies Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia c. Belanja pemerintah untuk program naik dibandingkan tahun 2008, sementara belanja subsidi yang lebih rendah menurunkan total pengeluaran. Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama 2009, walaupun hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan. Penurunan belanja sekitar dua pertiga untuk subsidi energi mengurangi pengeluaran pemerintah pusat secara keseluruhan sekitar 7 persen dalam tujuh bulan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Harga energi internasional yang lebih rendah, penyesuaian tarif dan program konversi minyak tanah ke LPG yang sedang berjalan merupakan alasan penurunan ini. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 16 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Sebagai pembanding, belanja program inti pemerintah lebih tinggi daripada tahun 2008. (Gambar 29) Alokasi yang lebih tinggi untuk gaji, karena pemerintah merampingkan program pembayaran 'bulan ketigabelasnya', memberi kontribusi positif terbesar kepada belanja pemerintah pusat. Belanja modal naik sekitar seperlima dan pembelian barang dan jasa naik separuh, yang didukung oleh pengenalan proses di bulan Oktober 2008 yang memampukan pengadaan dimulai sebelum awal tahun fiskal. Realisasi program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan belanja pemilihan umum mendorong bantuan sosial dan kategori pengeluaran 'lain' hampir sebesar dua pertiga. Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang mencerminkan harga komoditas yang rendah, permintaan yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat pajak Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan awal 2009 memberi kontribusi signifikan kepada pemotongan pendapatan nonpajak (perubahan persentase tahunan) (perubahan persentase tahunan) 40 Per cent Per cent 40 60 30 30 40 40 20 20 20 20 0 0 10 10 0 0 -10 -10 Per cent Per cent -20 -20 -40 -40 -60 -60 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Oil & gas Non-oil & gas VAT Oil Gas Mining Property & Land Forestry & fishery Transf. from SOEs Other Excise & Other 2003 Trade 60 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia Sekitar sepertiga belanja anggaran pemerintah pusat Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar menyeimbangkan peningkatan belanja program pemerintah Indonesia untuk 2009 dicairkan di paruh pertama tahun itu, jumlah yang serupa dengan tingkat pencairan 2008. pusat (perubahan persen tahunan dan kontribusi poin persentase dalam belanja pemerintah pusat) 40 Per cent Per cent 40 30 30 20 20 10 10 0 0 -10 -10 -20 -20 -30 Namun, ada perbedaan komposisi penting antara kedua tahun tersebut. Di tahun 2008, subsidi energi besar yang tidak terduga mendominasi belanja dan mengangkat tingkat pencairan secara keseluruhan. Sejauh ini, sekitar 27 persen subsidi, modal dan anggaran bantuan sosial, dan sekitar separuh alokasi untuk gaji dan bunga, telah dibelanjakan. Sementara itu, 9,7 persen dari belanja stimulus senilai 12 triliun Rupiah telah dicairkan pada akhir Juli, belanja ini meningkat dengan sekitar 5 persen dibelanjankan pada bulan Juli. -30 2006 Salaries 2007 2008 Goods & services 2009* Capital Social assistance Interest & other Subsidies Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan terkait dengan data sampai Juli 2009 dibandingkan dengan Juli 2008. Depkeu dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 17 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang 7. Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara kemiskinan terus turun Pasar tenaga kerja lebih kuat bulan Februari ini dibandingkan setahun lalu Lapangan kerja tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan ekonomi pada saat pergantian tahun. (Survei angkatan kerja Indonesia dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus.) Laporan mengenai pemutusan hubungan kerja tidak pernah mencapai skala besar dan semakin jarang terdengar di kuartal kedua, walaupun ada wilayah dan sektor yang memang terkena dampak yang lebih besar dibandingkan rata-rata nasional. Lapangan kerja naik 2,4 persen atau 2,44 juta pekerja sampai Februari menjadi 104,5 juta, lebih cepat 1,6 persen dibandingkan pertumbuhan dalam populasi berusia 15 tahun ke atas. (Gambar 30) Jumlah pekerja perempuan meningkat 3,3 persen, hampir dua kali lebih cepat dibandingkan pekerja laki-laki, dan tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat untuk kedua jender menjadi rata-rata 68,5 persen secara keseluruhan. Perdagangan memberi kontribusi terbesar kepada peningkatan lapangan kerja dengan 21,8 juta orang Indonesia bekerja di sektor ini di bulan Februari 2009, sementara 43,0 juta bekerja di sektor pertanian, naik 0,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Semua peningkatan ini lebih dari cukup untuk menyerap pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan partisipasi, sehingga tingkat pengangguran turun 0,3 poin persentase menjadi 8,14 persen. (Gambar 32) Pertumbuhan lapangan kerja ini hanya sedikit berpengaruh pada 'karyawan' atau 'pemberi kerja'. (Gambar 31) Angkatan kerja nonpertanian lepas meningkat 7,3 persen, dan buruh tanpa bayaran naik 4,0 persen menjadi 18,7 juta; sementara jumlah 'pemberi kerja' hampir tidak mengalami perubahan. Lapangan kerja lepas secara khusus berpengaruh pada pekerja perempuan: hanya 39 persen pekerja perempuan melaporkan diri sebagai 'pemberi kerja' atau 'karyawan', sementara hampir 60 persen pekerja laki-laki berada dalam kategori ini, dan tren ini semakin kuat sampai bulan Februari lalu. Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun terjadi penurunan secara global, dengan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan peningkatan terbesar Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi dalam jenis lapangan kerja yang kurang formal (juta pekerja, Februari) (juta pekerja, Februari) Millions Millions Millions Millions 110 110 110 88 88 88 88 66 66 66 66 44 44 44 44 22 22 22 22 110 0 2006 2007 2008 Agriculture Manufacturing Trade Transport. Comm. services Others 0 2009 Construction Finance 0 0 2006 Employer Casual 2007 2008 Employee Ow n account 2009 Unpaid Sumber: BPS dan Bank Dunia …dan tingkat kemiskinan menurun Proporsi penduduk Indonesia yang tinggal dalam kemiskinan juga menurun sampai dengan bulan Maret, dari 15,4 persen menjadi 14,2 persen. (Gambar 32) Penurunan ini terjadi walaupun ada peningkatan biaya hidup, terutama di kalangan rumah tangga miskin, sampai kuartal ketiga 2008, dan penurunan dalam pendapatan dan lapangan kerja yang kemungkinan telah terjadi sekitar pergantian ke tahun 2009 saat harga komoditas anjlok dan kegiatan ekonomi tidak bergerak. Model ekonomi menunjukkan bahwa sebagian penurunan dalam tingkat kemiskinan adalah hasil dari tambahan pendapatan rumah tangga miskin yang berasal dari program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemberian terakhir BLT dilakukan di bulan Februari, dan survei yang dilakukan di kuartal kedua 2009 kemungkinan akan melaporkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 18 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah Terang Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal 2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun (persen keseluruhan dan populasi usia kerja secara berurutan) 25 Per cent Per cent 25 Poverty rate Open unemployment rate 20 20 15 15 10 10 5 5 0 0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 19 B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP 1. Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik dalam tiga bulan terakhir. Ekonomi diperkirakan tumbuh 4,3 persen di tahun 2009, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen. Tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 5,4 persen, sebelum kembali ke tingkat pertumbuhan potensial Indonesia saat ini sebesar 6 sampai 6,5 persen mulai 2011. (Gambar 33, Tabel 5) Perkiraan pertumbuhan lintas tujuan ekspor Indonesia pun menguat Bersamaan dengan menguatnya pertumbuhan di Indonesia, pemulihan global pun terjadi lebih awal daripada perkiraan, dibarengi perbaikan prospek untuk mitra dagang utama (MTP) Indonesia. Output lintas MTP Indonesia diproyeksikan turun sebesar 1,7 persen secara keseluruhan di tahun 2009, jauh lebih sedikit daripada kontraksi sebesar 3 persen yang diproyeksikan terjadi bulan Juni (Gambar 34). Walaupun pengisian ulang barang dan stimulus fiskal tampaknya sampai saat ini telah mendukung pemulihan bertahap, belanja swasta diperlukan untuk menggantikan belanja publik dalam memastikan berlanjutnya pemulihan. Walaupun telah direvisi naik, perkiraan pertumbuhan MTP tahun 2010 masih jauh lebih lemah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sementara risiko negatif telah jauh melunak. Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 2011 Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam dua tahun mendatang (perubahan persentase tahunan) (perubahan persentase tahunan) 8 Per cent Per cent 8 6 Per cent Per cent 6 Forecasts 6 6 4 4 2 2 0 0 2001 2003 2005 2007 Sumber: BPS, CEIC dan Bank Dunia 2009 2011 3 3 0 0 Jun-09 Sep-09 2005 2007 -3 -3 2001 2003 2009 2011 Catatan dan sumber: Perkiraan pertumbuhan PDB MTP No 2011 yang diterbitkan dalam Economic Quarterly bulan Juni. CEIC dan Bank Dunia Pertumbuhan tahun 2009 diperkirakan akan didukung oleh konsumsi domestik yang kuat Pendorong utama pertumbuhan Indonesia tahun 2009 diperkirakan tetap berasal dari permintaan domestik, didukung oleh pemulihan di sektor eksternal (Gambar x). Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat, naik sekitar 4,5 persen di tahun 2009 dengan belanja terkait pemilihan umum di paruh pertama ditambah dengan stimulus fiskal di paruh kedua. Pertumbuhan investasi diperkirakan tetap lemah di tahun 2009, konsisten dengan harga komoditas, permintaan eksternal, dan pertumbuhan kredit yang lebih lemah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Konsumsi pemerintah diperkirakan terus berkembang bersamaan dengan terus dikeluarkannya stimulus fiskal dan pencairan dana. Di seluruh sektor produksi, kontraksi sektor industri di KUARTAL KEEMPAT 2008 pulih di kuartal berikutnya dan kegiatan industri diperkirakan akan lebih kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya di sepanjang tahun 2009. …dengan pemulihan investasi di tahun 2010 Di tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi didukung oleh investasi yang kuat, dibantu oleh kredit yang lebih mudah tersedia dan peningkatan kepercayaan investor saat harga komoditas dan pertumbuhan global pulih. Produksi jasa diperkirakan meningkat di atas tren setelah melambat di tahun 2009, karena konsumsi 20 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies swasta tetap kuat dan kredit konsumsi tetap meningkat. Pertumbuhan di sektor pertanian mengalami sedikit dampak dari pola cuaca El Nino yang diperkirakan sedang terjadi oleh para ahli meteorologi. (Kotak 4) 2011 akan menyaksikan kembalinya pertumbuhan potensial Saat ekonomi dunia mulai mendekati tingkat pertumbuhan yang lebih normal di tahun 2011, ekonomi Indonesia diperkirakan untuk mendekati potensi pertumbuhan tahunannya sebesar 6 sampai 6,5 persen. Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia Perubahan persen kecuali jika dinyatakan lain 1. Main economic indicators Total Consumption expenditure Private consumption expenditure Government consumption Gross fixed capital formation Exports of goods and services Imports of goods and services Gross Domestic Product Agriculture Industry Services 2. External indicators Trade balance (USD bn) Balance of payments (USD bn) Financial account balance (b) 3. Other economic measures Consumer price index Poverty basket Index GDP Penurun laju inflasi Nominal GDP 4. Economic assumptions Exchange rate (IDR/USD) Interest rate (SBI, 1 month) Oil price (Indonesian crude price) (c) Major trading partner growth 2008 Annual 2009 2010 2011 2008 Year on Year (a) 2009 2010 2011 5.9 5.3 10.4 11.7 9.5 10.0 6.1 4.8 3.7 8.9 5.2 4.5 10.8 2.7 ‐12.2 ‐18.4 4.3 3.0 2.8 6.2 5.0 4.7 6.2 8.1 9.6 13.2 5.4 2.8 3.4 8.0 4.9 5.0 4.7 6.8 11.4 11.7 6.0 4.3 3.8 8.7 6.4 4.8 16.4 9.1 1.8 ‐3.5 5.2 4.7 2.6 7.8 3.2 3.4 3.8 2.8 ‐4.0 ‐7.0 5.2 2.3 3.5 5.8 5.4 5.1 7.5 8.7 7.7 9.3 5.0 4.4 3.9 8.0 5.2 5.1 5.8 5.7 13.6 12.9 6.1 3.5 4.0 10.3 10.2 ‐1.9 ‐1.6 16.9 12.0 3.5 11.9 8.0 5.5 11.2 2.2 3.1 n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a 9.8 11.6 18.2 25.4 4.7 5.7 9.0 13.8 5.6 5.7 11.3 17.2 6.5 6.3 10.0 16.5 11.5 13.5 17.1 23.1 2.4 2.9 9.2 14.8 6.8 6.4 12.9 18.5 6.0 6.2 7.2 13.7 9757 10516 10000 10000 11365 10000 10000 10000 8.7 7.4 7.0 7.0 9.4 7.0 7.0 7.0 97.0 60.2 74.1 75.6 52.8 70.4 75.6 75.6 2.1 ‐1.8 3.3 3.4 ‐1.6 1.7 3.0 3.6 Catatan: Proyeksi ini adalah untuk arus perdagangan yang dilaporkan dalam akun nasional yang mungkin lebih saji dalam pergerakan sebenarnya dalam volume dagang dan kurang saji dalam pergerakan harga. Akun nasional melaporkan nilai rupiah ekpor turun sebesar 15 persen sampai pertengahan 2009 - konsisten dengan data neraca pembayaran - sementara volume ekspor turun sekitar 16 persen menyatakan bahwa harga ekspor Indonesia dalam rupiah naik 1,3 persen terlepas dari jatuhnya harga komoditas dalam periode ini dan depresiasi rupiah sebesar 12 persen. Skenario alternatif untuk lingkungan sekitar ekonomi Indonesia menunjukkan serangkaian jalur pertumbuhan potensial, terutama tahun 2010 Karena besarnya ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi Indonesia dan global, skenario pertumbuhan alternatif telah dipertimbangkan. (Tabel 6 dan Gambar 35) 'Skenario tinggi' mengasumsikan pemulihan ekonomi global lebih besar dari yang diantisipasikan saat ini. Dalam skenario ini, harga ekspor dan kredit domestik diperkirakan akan berakselerasi. Skenario tinggi juga memperkirakan Rupiah mengalami apresiasi ke tingkat yang sebelumnya pernah tercapai sebelum terjadi penghindaran risiko di bulan Oktober tahun lalu. Skenario tinggi dapat menambahkan 1 poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 21 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Dalam skenario 'rendah', pemulihan dunia diasumsikan terjadi lebih lama dibandingkan perkiraan saat ini. Sebagai tambahan, diasumsikan adanya masa penghindaran risiko pada akhir tahun ini dan awal tahun depan, yang walaupun tidak separah di bulan Oktober 2008, masih mengakibatkan stagnasi pertumbuhan ekonomi global. Kredit domestik diasumsikan tetap lemah, konsisten dengan pertumbuhan yang lemah di tahun 2009. Harga ekspor Indonesia pun diasumsikan turun secara signifikan bersamaan dengan penurunan harga komoditas global. Rupiah diasumsikan terdepresiasi ke tingkat yang dialami tahun lalu. Skenario rendah dapat mengurangi sampai 1¼ poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan. Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 2010… Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi Indonesia (Perubahan persen) (Perubahan persen) MTP* Credit Export prices Rupiah (USD/IDR) 2009 Reference ‐1.8 12 0.9 10476 High ‐1.5 14 2.8 10426 Low ‐2.4 12 ‐1.2 10724 2010 Reference 3.3 14 0.5 9920 High 4.2 17 5.7 9245 Low 1.4 12 ‐4.0 12039 2011 Reference 3.4 22 7.5 9920 High 5.2 26 10.9 8967 Low 2.4 18 1.5 11385 Catatan dan sumber: * MTP merujuk pada pertumbuhan mitra dagang utama. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia. 7 Per cent High Per cent Low 7 Reference 6 6 5 5 4 4 3 3 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia 2. Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia Prospek arus perdagangan Indonesia tahun 2009 telah membaik Turunnya arus perdagangan Indonesia tahun 2009 dibandingkan 2008 kemungkinan lebih sedikit dari perkiraan awal tahun. Lingkungan eksternal Indonesia pulih lebih cepat daripada perkiraan dan prospek sepanjang sisa tahun membaik. (Tabel 5) Dalam setahun penuh, impor diproyeksikan turun lebih besar daripada ekspor. Hal ini karena pengurangan biaya impor pada pergantian tahun yang lebih besar menyeimbangkan pemulihan impor di paruh kedua yang didorong peningkatan prospek permintaan domestik dan harga impor. …dan arus perdagangan harus berbalik dengan kuat di tahun 2010 dan 2011 Pemulihan bertahap ekonomi dunia diperkirakan terus mendukung pertumbuhan volume dan harga ekspor Indonesia. (Tabel 5) Pada akhir 2010, volume akan mencapai di atas tingkat sebelum krisis. Nilai harus naik lebih cepat, berakselerasi sampai 2011, karena proyeksi harga komoditas yang lebih tinggi. Impor diperkirakan terus pulih lebih cepat daripada ekspor karena ekonomi domestik tumbuh lebih cepat daripada tujuan ekspor Indonesia dan pemulihan produksi barang ekspor memerlukan lebih banyak input impor. …dengan pertumbuhan yang lebih kuat dalam impor mempersempit surplus perdagangan Neraca perdagangan 2009 diperkirakan sebesar 17 miliar dolar Amerika, lebih besar dua pertiga daripada 2008. (Tabel 7) Penurunan impor terhadap ekspor pada pergantian tahun 2009 mendorong perluasan surplus dagang. Arus impor dan ekspor yang lebih kuat di pertengahan 2009 meningkatkan nilai nominal proyeksi neraca perdagangan untuk tahun ini. Surplus ini akan turun dalam tahun-tahun mendatang saat impor terus pulih lebih cepat daripada ekspor. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 22 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah besar dan secara mendadak telah berkurang Neraca pembayaran secara keseluruhan tampaknya akan surplus di tahun 2009... Neraca Pembayaran diperkirakan akan mencatatkan surplus di KUARTAL KETIGA dan KUARTAL KEEMPAT 2009 karena pihak asing terus berinvestasi dalam pasar aset lancar domestik,d an program pinjaman resmi pemerintah dicairkan. Hal ini sebagian akan diimbangi dengan mempersempit transaksi berjalan yang didorong dengan mempersempit neraca perdagangan saat nilai impor pulih menjadi sedikit lebih kuat daripada nilai ekspor. Digabungkan dengan surplus yang tercatat di KUARTAL PERTAMA dan KUARTAL KEDUA, Neraca Pembayaran diperkirakan untuk mencatatkan surplus di atas 10 miliar dolar Amerika di tahun 2009. …sebelum menyempit di tahun 2010 dan 2011, saat pemulihan harga komoditas dan impor membawa transaksi berjalan mendekati keseimbangan pada akhir 2010 Ke depan, Neraca Pembayaran diperkirakan mendekati keseimbangan di tahun 2010 dan 2011, bersama dengan transaksi berjalan. Penyeimbangan sebagian diperkirakan oleh adanya surplus pada transaksi keuangan, dengan surplus sekitar 6 miliar dolar Amerika diperkirakan terjadi di tahun 2010, sebelum sedikit menyempit di tahun 2011 (Tabel 7). Penyempitan transaksi berjalan dikarenakan surplus perdagangan diperkirakan jatuh bersama dengan meluasnya defisit pendapatan. Defisit pendapatan bersih diperkirakan meluas karena dikeluarkannya laba oleh pemegang saham asing dalam produksi minyak dan gas meningkat bersamaan dengan tingginya harga energi global. Transfer diperkirakan akan stabil. Transaksi keuangan diperkirakan akan didukung oleh harapan bahwa arus modal di Indonesia relatif moderat - mencerminkan pemulihan bertahap dalam pasar kredit global dan keyakinan investor (asing dan domestik) - bersama dengan prospek positif atas arus masuk investasi langsung asing (FDI). Prospek FDI bersih mengikuti laporan tidak resmi mengenai sejumlah besar proyek FDI, mulai dari lahan minyak, pengoperasian kertas dan serpihan kayu, investasi India di pabrik tekstil dan pengolahan aluminium, serta perluasan investasi dalam pabrikan sepeda motor. Kredit perdagangan diperkirakan akan naik dengan volum perdagangan yang tinggi. Selama lebih dari 12 bulan sampai pertengahan 2010, total kewajiban pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini adalah 22 miliar dolar Amerika, berdasarkan laporan BI mengenai jumlah utang jatuh tempo saat ini (Tabel 8). Proyeksi kebutuhan pembiayaan tidak terjadwal (misalnya, penjualan umum aset lancar keuangan historis), ditambah proyeksi arus masuk modal berdasarkan asumsi yang cukup konservatif, menghasillkan proyeksi arus masuk bersih sekitar 32 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan sampai pertengahan 2010. Semuanya ini menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika, konsisten dengan proyeksi yang dipresentasikan dalam Tabel 7. Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan menjadi defisit (miliar dolar Amerika) Balance of Payments Current Account 2007 2008 2009 2010 2011 12.7 -1.9 12 8 2 10.5 0.3 9 2 -1 20.9 -15.5 5.1 10.2 -15.3 5.4 17 -13 5 12 -15 6 11 -18 6 Capital and Financial Accounts 3.6 -1.4 4 6 4 Capital Account 0.5 0.3 0 0 0 Financial Account Direct Investment Portfolio Investment Other Investment 3.0 2.3 5.6 -4.8 -1.6 2.8 1.7 -6.2 3 3 5 -5 6 4 6 -4 3 5 5 -6 Foreign Reserves (a) 56.9 51.6 60.3 Trade Balance Income Balance Current Transfers Balance Asumsi yang mendasari proyeksi ini selaras dengan tren terbaru. 95 persen tingkat perpanjangan SBIs lebih rendah daripada tingkat realisasi sepanjang paruh pertama 2009. 90 persen tingkat perpanjangan utang swasta jangka pendek mencerminkan kondisi kredit global yang masih rentan, ditambah pengurangan beberapa proyek sejalan dengan penurunan investasi setelah terjadi penurunan kegiatan ekonomi global dan harga komoditas. Tingkat perpanjangan ini dibandingkan dengan tingkat perpanjangan tersirat pada total utang eksternal, yang melampaui 100 persen di paruh pertama 2009, menunjukkan bahwa sektor publik dan swasta mampu mempertahankan akses ke utang eksternal bahkan dalam kondisi pasar keuangan yang penuh gejolak baru-baru ini (Gambar 36). Catatan dan sumber: (a) Nilai cadangan devisa 2009 pada awal September. BI dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 23 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan mendatang Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika (miliar dolar Amerika) (miliar dolar Amerika) 22.3 PROJECTED EXTERNAL FI NANCING SOURCES Current account balance 8.5 Trade balance 9.7 Net inc ome and transfers balance EXTERNAL FINANCING NEEDS Maturing short-term FCU pr ivate debt Amortization of medium and long-term FCU debt Public 6.5 Net FDI Infl ows (a) 3.1 Offici al For eign Fi nancing Private (a) Shor t-term I DR liabilities to non-residents 3.4 Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 2009 (peluncuran dan pembayaran pokok bulanan) USD billion Drawings USD billion 6 6 Issuance 4 Net Issuance 2 2 0 0 -2 -2 Repaym ent -4 -4 Feb Mar Apr May Sumber: BI dan Bank Dunia Terlepas dari perkembangan positif yang sedang berjalan, Indonesia tetap rentan terhadap arus keluar modal walaupun risiko itu telah menurun dalam setengah tahun lalu 20.7 9.9 Public (SBIs) (b) Private (notes) IDR debt (c) 2.5 7.4 .7 FCU debt o/ w loans 6.8 8.6 o/ w trade credits (d) -2.3 Medium and Long-Term Bonds Public (SUN) Foreign investment in IDR bonds (e) 10.8 4.8 1.8 Jun 3.0 Private (bonds) Non-r esidents' net purchases of debt and equity on secondary markets (f) Public (SUN and SBIs) Privat e (debt and equity) Jan 5.0 FCU bonds 4 -8.8 -6.3 .7 New Debt Issuances Short-Term Debt I nstruments Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk utang tidak bergerak sebesar 6,5 miliar dolar Amerika. BI dan Bank Dunia 3.8 12.6 2.8 -1.4 Repayments Amortization of medium and long-term IDR debt to nonresidents 32.3 Net investm ent offshore by r esidents ( g) o/w outflows on currency and deposits (g,h) 6.0 6.9 3.0 3.9 -.5 .9 Catatan dan sumber: (a) mencerminkan peningkatan arus masuk FDI; (b) mengasumsikan tingkat perpanjangan 95 persen; (c) mengasumsikan tingkat perpanjangan 90 persen; (d) diperkirakan naik bersama kenaikan arus perdagangan; (e) mengasumsikan kepemilikan asing 16 persen atas SUN baru; (f) mencerminkan peningkatan pembelian bersih aset domstik oleh pihak asing; (g) negatif mencerminkan arus keluar; dan (h) mencerminkan penduduk yang memasukkan kembali aset dari rekening bank asing. Perhitungan Bank Dunia. Di pertengahan 2009, tidak ada pemicu domestik yang signifikan yang mengakibatkan arus keluar transaksi modal yang besar dan mendadak. Walaupun demikian, transaksi modal terbuka Indonesia, pasar keuangan yang bergerak tipis, jumlah simpanan yang sedang dan pengalaman historis menunjukkan tetap adanya risiko arus keluar. Banyak penduduk yang memiliki kekayaan bersih tinggi mempunyai rekening bank di luar negeri dan secara historis cenderung memindahkan dana ke luar negeri. Serangkaian besar faktor dapat memicu hal ini, walaupun risiko hal ini terus menurun dalam bulan-bulan terakhir. Gelombang kedua gejolak pasar keuangan global juga akan menekan transaksi modal Indonesia. Kejadian seperti ini akan kembali menimbulkan penarikan diri investor asing secara besar-besaran dari aset lancar domestik dan dapat mengakibatkan arus keluar modal oleh penduduk Indonesia seperti yang dijelaskan di atas. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 24 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies 3. Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga komoditas global Laju inflasi untuk tahun 2009 diperkirakan akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya, pada 4,7 persen Laju inflasi kuartal kedua yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan penguatan rupiah menunjukkan bahwa inflasi tahun 2009 dapat lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Laju inflasi tahunan untuk 2009 akan berkisar pada 4,7 persen, di tengah sasaran inflasi BI sebesar 4,5 persen (±1 persen). Laju inflasi bulanan diperkirakan akan meningkat menjelang menjelang akhir tahun dengan menipisnya dampak peredam karena harga energi yang rendah dan dampak peningkatan harga komoditas dunia mulai dirasakan oleh konsumen. Dengan proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi baru kembali pada laju potensialnya pada tahun 2011, tekanan harga karena terbatasnya penawaran tampaknya sulit terjadi dalam waktu dekat. Perkiraan inflasi yang rendah tampaknya juga akan membatasi inflasi jangka pendek. Perkiraan inflasi konsumen untuk enam bulan ke depan tetap berada pada titik paling rendahnya sejak tahun 2005 ketika inflasi yang terjadi hampir menyentuh 5 persen pada bulan Juli, walaupun perkiraan itu telah meningkat dari nilai rendahnya di bulan Februari. Sektor usaha juga telah menyusutkan perkiraan inflasi mereka, walaupun mereka tetap memperkirakan laju inflasi yang lebih tinggi dari laju yang terjadi. Hampir sepertiga dari peserta dalam survei kuartal kedua BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen pada paruh tahun kedua, dibandingkan dengan seperdelapan yang memperkirakan angka yang sama ketika BI melakukan survei pada kuartal ketiga tahun 2008. …dengan inflasi bagi masyarakat miskin lebih tinggi 1 persen Inflasi yang dihadapi oleh keluarga berpenghasilan rendah tampaknya akan tetap berada di atas laju inflasi IHK sampai akhir tahun, rata-rata sekitar 5,7 persen untuk tahun 2009. Dengan peningkatan harga bahan pangan yang mendorong harga konsumen Indonesia pada kuartal-kuartal yang akan datang, dampaknya akan lebih besar pada inflasi masyarakat miskin dibanding pada inflasi IHK. Harga perkulakan produk pertanian meningkat pada kuartal kedua dan mungkin merupakan salah satu faktor yang meningkatkan harga eceran bahan pangan pada bulan Juli dan Agustus, selain dampak lanjutan dari tingginya harga gula dunia. Harga komoditas dan pertumbuhan permintaan yang lebih kuat pada tahun 2010 diperkirakan akan mengangkat inflasi menjadi antara 5 dan 6 persen Pada tahun 2010, peningkatan harga-harga komoditas yang masih berlangsung dan tertundanya dampak penciutan suku bunga BI tampaknya akan meningkatkan laju inflasi menjadi antara 5 dan 6 persen. Dengan berakhirnya dampak dari biaya transportasi yang lebih rendah pada laju inflasi IHK dan harga komoditas energi dan nonenergi mulai meningkat dalam rupiah pada awal tahun 2010, tampaknya laju inflasi IHK akan bergerak di atas laju inflasi inti. Inflasi masyarakat miskin diperkirakan akan menyatu dengan inflasi IHK pada akhir tahun 2010 dengan asumsi harga bahan pangan telah mencapai titik stabil, yang membentuk bagian IHK agregat yang lebih besar, yang lebih cepat mendorong meningkatnya inflasi IHK. Pada tahun 2011, inflasi diperkirakan akan mencapai titik stabil pada kisaran 6,5 persen, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan global. BI mungkin dapat menurunkan laju inflasi struktural pada jangka menengah Sejauh mana BI berusaha untuk mengatur perkiraan inflasi pada tingkatnya yang rendah sekarang dan untuk menurunkan laju inflasi struktural Indonesia yang tinggi akan menjadi penentu utama bagi prospek inflasi jangka menengah. Jika BI tetap memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga inflasi agar mendekati sasaran yang telah diumumkan, biaya output jangka pendek yang dibutuhkan untuk kegiatan penjagaan tersebut tampaknya akan menurun dan Indonesia dapat menikmati manfaat jangka panjang dari stabilnya pertumbuhan dan pasar keuangan yang dekat hubungannya dengan inflasi yang rendah dan stabil. Tidak seperti mitra dagang wilayahnya, Indonesia tidak mampu menekan laju inflasinya setelah krisis keuangan Asia. Indonesia bahkan tercatat sebagai satu-satunya kekuatan ekonomi di wilayahnya yang mencatat laju inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata sejak masa krisis. (Gambar 37) THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 25 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi yang lebih tinggi dari ratarata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan inflasi sebelum krisis (rata-rata inflasi harga konsumen tahunan) 12 Per cent Per cent 12 Pre-crisis (1985-1997) • Post-crisis (1999-2008) Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut (rata-rata tahunan inflasi harga konsumen dan persentase perubahan dalam penurun laju inflasi PDB implisit) 20 Per cent Per cent 20 Forecast 8 8 4 4 15 10 10 5 5 0 Indonesia -4 US Taiwan Philippines Malaysia Korea Japan -4 Thailand 0 15 Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia 0 0 2005 2006 2007 CPI 2008 2009 2010 GDP Deflator Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Terdapat peningkatan risiko untuk masa depan harga konsumen… Ketidakpastian akan kekuatan pemulihan global pada tahun 2010 dan 2011 menempatkan risiko pada peramalan inflasi. Pemulihan permintaan global yang lebih kuat dari perkiraan, atau suatu penyamaan yang berarti dari kurs valuta asing, kemungkinan besar akan meningkatkan harga-harga komoditas dan meningkatkan inflasi. Pada sisi domestik, jika likuiditas pasar modal terus meningkat dan pertumbuhan kredit kembali pada tingkatnya pada awal tahun 2008, maka harga konsumen akan mendapat tekanan yang cukup berarti. Dampak dari peristiwa El-Nino yang tingkat menengah sampai parah (lebih parah dari tingkat jinak yang diramalkan oleh ahli meteorologi) pada produksi pertanian dapat menyebabkan peningkatan harga bahan pangan pada akhir tahun 2009 dan awal 2010. (Kotak 4) Dengan penanaman telah tertunda selama dua bulan, risiko akan peningkatan harga bagi para produsen beras cukup tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal pada daerah-daerah yang lebih terpencil (yang umumnya lebih miskin). Selain itu, pemerintah juga telah menunjukkan rencananya untuk meningkatkan beberapa harga yang dikelola, termasuk harga LNG, setelah bulan Ramadan, dan sedang mempertimbangkan suatu program subsidi dengan sasaran yang lebih terpusat yang pada akhirnya akan meningkatkan rata-rata harga. …dan harga-harga pada keseluruhan ekonomi tampaknya akan terus meningkat lebih cepat dari HKI Harga-harga pada keseluruhan ekonomi, seperti diukur oleh penurun laju inflasi PDB agregat yang implisit, telah meningkat lebih cepat dari biaya-biaya untuk barang-barang yang umum dibeli oleh konsumen selama bertahun-tahun. (Gambar 38) Tren ini cenderung berlanjut walaupun saat ini harga konsumen dan perdagangan lemah. Penurun laju inflasi PDB pada tahun 2009 diperkirakan bertumbuh sedikit di atas 11 persen, dibanding 18,2 persen pada tahun 2008, karena peningkatan yang cepat dalam investasi dan harga layanan pemerintah memisahkannya dengan inflasi IHK. Pada tahun 2010, penurunan laju inflasi PDB diperkirakan berada di bawah 10 persen, berdasarkan prospek pertumbuhan rata-rata pada harga komoditas dan pengaturan pada biaya-biaya lain, terutama pertumbuhan upah nominal setelah melambatnya pertumbuhan harga-harga konsumen. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 26 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies 4. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada yang dianggarkan Prospek 2009 pemerintah tentang pendapatan yang sedikit melemah dan pengurangan belanja menunjukkan defisit sedikit di bawah anggaran Dalam revisi usulan anggaran tengah tahun, pemerintah memproyeksikan pendapatan 2009 mendekati anggaran awal walaupun pertumbuhan diperkirakan lebih lemah dalam ekonomi riil dan harga. Pemerintah memperkirakan realisasi belanja sedikit berkurang dari anggaran awal walaupun perbedaannya kemungkinan lebih kecil daripada tahuntahun sebelumnya. Asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi (rata-rata 61 dolar Amerika per barel terhadap proyeksi awal 45 dolar Amerika) akan mengangkat proyeksi pendapatan minyak dan gas tapi hal ini kemungkinan lebih dari sekadar menyeimbangkan biaya subsidi energi dan transfer dana ke pemerintah daerah. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit anggaran untuk 2009 mungkin sedikit lebih kecil daripada proyeksi APBN-P di bulan Februari sebagai persentase PDB dan sekitar 20 triliun Rupiah lebih kecil dalam nominal, karena perkiraan terakhir pemerintah atas nominal PDB 2009 berada di bawah asumsi anggaran (Tabel 10). Pemerintah mengusulkan defisit yang lebih kecil di tahun 2010 Usulan anggaran 2010 pemerintah yang dipresentasikan kepada DPR di awal Agustus memproyeksikan defisit anggaran akan berkontraksi menjadi 1,6 persen PDB. (Lihat Kotak 3) Hal ini sejalan dengan ekspektasi pemulihan sedang dalam pertumbuhan PDB nominal menjadi 11,5 persen yang berarti titik balik total pendapatan hanya 4,5 persen. Pertumbuhan yang relatif rendah dalam proyeksi pendapatan didorong ekspektasi Pemerintah Indonesia atas pendapatan nonpajak yang lebih sedikit daripada 2009 terutama dari minyak dan gas dengan penurunan 17,6 persen dari 2009 ke 2010. Pendapatan pajak, yang lebih mirip dengan PDB nominal diperkirakan tumbuh sekitar 12 persen dengan pemulihan dalam ekonomi riil dan pertumbuhan harga. Di sisi pengeluaran, pemerintah mengusulkan pertumbuhan belanja hanya 0,4 persen. Pertumbuhan yang rendah ini tercapai melalui pemotongan subsidi agregat (-9,8 persen), bantuan sosial (-11,2 persen) dan pengeluaran 'lain' (-40,3 persen), yang diimbangi oleh pertumbuhan kuat dalam pengeluaran untuk gaji pemerintah (21,0 persen). THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 27 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil 2007 2008 2009 2009 (f) 2010 2010 (p) Actual Actual Proposed revised WB estimate Proposed (RAPBN) WB estimate A. State revenues and grants 1. Tax revenues a. Domestic tax i. Income tax - Oil and gas - Non oil and gas ii. Other domestic tax b. International trade tax i. Import duties ii.Export tax 2. Non Tax Receipts o/w natural resources i. Oil and gas ii. Non Oil and gas 707,808 490,989 470,053 238,431 44,000 194,431 231,622 20,936 16,699 4,237 215,121 132,893 124,784 8,109 981,609 658,701 622,359 327,498 77,019 250,479 294,861 36,342 22,764 13,578 320,605 224,463 211,617 12,846 872,632 652,122 632,099 340,376 49,500 290,876 291,723 20.023 18,624 1,400 219,518 139,997 129,088 10,909 854,609 642,827 622,915 332,885 52,627 280,257 290,030 19,912 18,612 1,300 210,789 125,979 115,498 10,481 911,476 729,165 702,034 340,322 39,883 300,439 361,712 27,131 19,498 7,634 180,889 111,454 101,259 10,195 974,698 753,695 726,432 377,852 56,073 321,779 348,580 27,263 20,692 6,571 219,581 141,094 129,443 11,651 B. Expenditures 1. Central government - Personnel - Material expenditure - Capital expenditure - Interest payments - Subsidies - Grants expenditure - Social expenditure - Other expenditures 2. Transfers to the regions 757,651 504,625 90,425 54,511 64,289 79,808 150,215 0 49,756 15,621 253,026 985,731 693,356 112,830 55,964 72,773 88,430 275,292 0 57,741 30,328 292,434 1,005,674 696,101 133,709 87,004 74,281 110,051 159,951 32 77,765 53,309 309,572 979,827 670,254 127,113 75,903 72,366 110,051 156,924 32 77,765 50,101 309,572 1,009,486 699,688 161,736 100,170 76,893 115,595 144,355 34 69,078 31,827 309,798 1,020,437 710,640 153,757 87,389 74,911 115,595 179,964 34 69,078 29,912 309,798 29,965 84,309 C. Primary Balance (22,991) (15,167) 17,585 69,856 (49,843) (1.3) (4,122) (0.1) (133,042) (2.5) (125,218) (2.2) (98,010) (1.6) (45,739) (0.7) Economic assumptions/outcomes Domestic product (Bruto) 3,957,404 Economic growth (%) 6.3 Inflation (%) 6.6 Exchange rate (Rp/US$) 9,419 Crude-oil price (US$/Barrel) 78.0 Oil production (barrel per day) 0.9 % of civil service wages increase 15.0 Interest rate of SBI (average %) 8.0 4,954,029 6.1 11.1 9,691 97.0 0.9 20.0 9.3 5,425,405 4.3 5.0 10,600 61.0 1.0 15.0 7.5 5,635,502 4.3 9.0 10,516 60.2 1.0 15.0 7.4 6,050,055 5.0 5.0 10,000 60.0 1.0 5.0 6.5 6,604,772 5.4 11.3 10,000 74.1 1.0 5.0 7.0 D. SURPLUS / DEFICIT Deficit (% of GDP) Catatan dan sumber: Proyeksi Pemerintah Indonesia untuk 2009 dan 2010 merupakan presentasi anggaran resmi kepada DPR. Presentasi ini direvisi berkonsultasi dengan DPR pada saat laporan ini dicetak. Revisi akhir anggaran 2009 dan 2010 kemungkinan berbeda dari angka yang disajikan di atas. Proyeksi Depkeu dan Bank Dunia. Jika ekonomi nominal tumbuh lebih cepat daripada proyek pemerintah, defisit anggaran kemungkinan lebih rendah di tahun ini dan berikutnya Proyeksi pertumbuhan ekonomi riil, penurun laju inflasi PDB, dan harga minyak mentah disajikan yang dalam Tabel 5 berbeda dari proyeksi pemerintah. Proyeksi ini menunjukkan bahwa ekonomi nominal akan tumbuh lebih cepat dariapda proyeksi pemerintah dalam revisi usulan anggaran 2009 (RAPBN-P) dan usulan anggaran (RAPBN) 2010. Penggunaan pengukuran harga yang berbeda mendasari proyeksi pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat. Proyeksi dalam Tabel 5 mendasarkan pertumbuhan PDB nominal pada total proyeksi pertumbuhan dalam PDB riil ditambah pertumbuhan dalam penurun laju inflasi PDB. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan PDB nominal sebagai total proyeksi pertumbuhan riil ditambah peningkatan inflasi harga konsumen. Walaupun lebih dikenal dan lebih umum dipahami, IHK merupakan indikator harga yang lebih sempit daripada penurun laju inflasi PDB. Penurun laju inflasi PDB melaporkan perubahan bukan hanya dalam harga konsumen, tapi juga harga dagang, biaya investasi, dan bahkan biaya penyediaan layanan pemerintah. Pertumbuhan dalam THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 28 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies pendapatan pemerintah tergantung pertumbuhan nominal faktor-faktor ini. Dalam tahuntahun terakhir, defaltor PDB tumbuh lebih cepat daripada IHK, dan perbedaan ini tampaknya akan berlanjut (Gambar 38). Pendekatan yang berbeda dalam memperkirakan pertumbuhan PDB nominal menunjukkan bahwa pendapatan kemungkinan tumbuh lebih kuat daripada proyeksi pemerintah saat ini untuk 2009 dan 2010. Di tahun 2009, dengan berasumsi bahwa belanja mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, dengan pengecualian pada subsidi energi yang kemungkinan akan lebih sedikit daripada yang diumumkan karena harga minyak dunia diasumsikan lebih rendah, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat mengurangi defisit anggaran di tahun 2009 menjadi 2,2 persen PDB. Proyeksi ini menjelaskan realisasi pendapatan dan belanja sampai Juli 2009 dengan proyeksi hanya untuk lima bulan terakhir tahun ini. Di bulan-bulan ini, alokasi diberikan untuk perkiraan kenaikan dalam ekonomi nominal. Pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat dan harga minyak yang lebih tinggi diproyeksikan terjadi di tahun 2010 (Tabel 5), menghasilkan proyeksi defisit yang lebih rendah tahun itu, yaitu 0,7 persen PDB. Proyeksi pertumbuhan dalam PDB nominal lebih cepat daripada proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan juga akan tumbuh lebih cepat. Asumsi harga minyak yang lebih tinggi juga kemungkinan akan mengangkat pendapatan. Proyeksi defisit yang lebih kecil ini mengasumsikan bahwa realisasi belanja 2010 mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, kecuali subsidi energi yang disesuaikan utnuk menjelaskan asumsi harga minyak mentah yang tinggi. 5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut Kemiskinan kemungkinan terus turun walaupun penurunan tersebut cenderung terbatas setelah pengakhiran program BLT Perkiraan pertumbuhan PDB dan inflasi yang disajikan di Tabel 5, ditambah usulan anggaran pemerintah untuk 2010, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan akan terus turun walaupun lebih lambat daripada tahun lalu. (Tabel 11) Perlambatan penurunan kemiskinan sebagian besar dikarenakan penghentian program BLT tapi pendapatan riil dan pertumbuhan lapangan kerja diproyeksikan terus berlanjut. Berdasarkan skenario pertumbuhan alternatif yang disajikan di Tabel 6 dan Gambar 35, tingkat kemiskinan kemungkinan tetap terus turun tapi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih cepat secara berurutan untuk kasus lemah dan kuat. Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun 2008 2009 2010 2011 Reference projection 15..4 14.2 13.6 11.5 High scenario 15..4 14.2 13.9 11.8 Low scenario 15..4 14.2 13.4 11.3 Sumber: Estimasi dan perkiraan BPS dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 29 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010 Pemerintah mengumumkan proposal anggaran 2010 dalam pidato kepresidenan tanggal 3 Agustus. Total anggaran mencapai 1.009 triliun Rupiah dalam nominal (atau 16,7 persen PDB), 0,5 persen lebih tinggi dari revisi anggaran 2009. Proyeksi defisit fiskal adalah sebesar 1,6 persen PDB. Dua pertiga anggaran akan dilaksanakan pemerintah pusat dan sepertiga sisanya akan diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Beberapa fitur utama usulan anggaran 2010 mencakup: Pengeluaran gaji dan bahan diantisipasi naik 21 persen dan 15 persen dibandingkan tahun 2009, mencerminkan reformasi birokrasi yang sedang berjalan dan peningkatan gaji secara keseluruhan sebesar 5 persen. Dua poin anggaran ini akan meningkatkan konsumsi pemerintah menjadi 4,3 persen PDB dari 4,1 persen tahun lalu. Pengeluaran modal hanya naik 3,5 persen, menjadi 1,3 persen PDB. Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan Subsidi tetap besar dan akan menghabiskan sekitar 20 persen anggaran pemerintah psuat walaupun jumlah (yang diproyeksikan dengan buruk dalam draf anggaran di bawah sistem subsidi energi saat ini) yang dianggarkan diproyeksikan turun sebesar 10 persen dibandingkan 2009. (triliun Rupiah) Komposisi belanja sektoral tidak berubah. Administrasi pemerintah tetap merupakan poin terbesar yang mengonsumsi 15 persen anggaran pemerintah pusat, diikuti dengan pendidikan (11 persen), dan infrastruktur (6,3 persen). Pertahanan akan mendapat 44 persen peningkatan anggaran sementara kesehatan hanya mendapatkan tambahan 7,4 persen dibandingkan dengan revisi anggaran 2009. Notes and source: * proposed mid-year revised budget. ** proposed budget. Ministry of Finance Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 30 Indonesia Economic Quarterly Clearing skies Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan El Niño adalah peningkatan suhu permukaan bagian timur Samudra Pasifik yang signifikan dan berkepanjangan yang mengakibatkan pola cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan harga pertanian. Hal ini menimbulkan risiko signifikan terutama bagi masyarakat miskin yang sebagian besar sangat rentan terhadap guncangan di sektor pertanian. Penilaian terbaru Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa tahun 2009 akan menjadi tahun El Niño. Namun, nilai Southern Oscillation Index untuk bulan September yang mengukur tekanan ketinggian laut relatif antara Tahiti dan Darwin mengindikasikan bahwa perkembangan El Niño di awal September 2009 tidak seakut di bulan Juli. Walaupun tahun-tahun El Niño yang ekstrem, misalnya 1997/98 dan 2006 yang tidak terlalu ekstrem, dapat memiliki dampak serius terhadap sektor pertanian, 2009/10 tidak dianggap masuk dalam kategori tersebut. Tahun 2009/10 diperkirakan akan ada El Niño yang tidak terlalu kuat dengan dampak terbatas pada hasil ekonomi dan sosial. Walaupun begitu, dampak harga dan kemiskinan patut dipertimbangkan dalam kejadian yang tidak terduga jika El Niño ternyata lebih parah daripada yang diperkirakan. Di antara dampak lain, El Niño cenderung mengakibatkan cuaca kering di Indonesia yang menunda musim tanam padi. Panen di musim kemarau, setelah panen musim hujan, cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada biasanya. Walaupun demikian, penurunan sementara pada produksi beras dapat mengakibatkan peningkatan harga jangka pendek. Hal ini akan mengurangi daya beli konsumen, terutama mereka yang memiliki alokasi pangan besar dalam keseluruhan konsumsi mereka - mereka yang berada di bawah atau di sekitar garis kemiskinan. Panen lain yang memerlukan irigasi dan sensitif terhadap curah hujan yang rendah juga akan terkena dampaknya, misalnya pohon sawit muda. Departemen Pertanian memperkirakan produksi kelapa sawit mentah dapat turun 15 sampai 20 persen dari target jika El Niño mengakibatkan kerusakan menengah atau parah, walaupun total produksi diperkirakan masih terus naik tahun ini karena peningkatan area perkebunan. Simulasi atas dampak berulangnya kondisi cuaca El Niño tahun 1998 dan 2006 pada harga beras di tahun 2009/10 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan 2010 akan naik menjadi 16,3 dan 15,5 persen secara berurutan dari perkiraan dasar. (Tabel 12) Dalam mengantisipasi El Niño, Pemerintah Indonesia telah menggandakan cadangan beras daruratnya untuk menjaga harga. Biaya peredaman efek El-Niño terhadap kemiskinan, sebelum memperhitungkan penjagaan harga dari cadangan darurat, menggunakan program BLT adalah 62.000 Rupiah per rumah tangga/bulan berdasarkan skenario El Niño 2006. Dalam kedua skenario, biaya pemulihan dampak lebih kecil dari BLT awal sebesar 100.000 Rupiah per rumah tangga/bulan. Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi Scenarios Base 2010 forecast given current EL Niño projection El Niño (1998) El Niño (2006) Southern Oscillation Index(a) -0.5 -5.4 -2.7 Poverty Basket Inflation(b) 4.8 10.1 8.5 Poverty rate BLT per household per month that would be needed to maintain poverty at base levels (IDR) 13.6 16.3 15.5 - 91,000 62,000 a) Pembacaan puncak SOI saat terjadi El-Niño. b) Tingkat year on year Maret 2010. Sumber dan catatan: Bank Dunia. Skenario mengasumsikan kondisi cuaca yang sama seperti yang diukur Southern Oscillation Index pada saat terjadi El Niño tahun 1998 dan 2006. Model mengukur dampak perubahan dalam SOI dan dampak terkait pada harga beras kualitas rendah di Indonesia dan dampak berikutnya pada inflasi masyarakat miskin dan tingkat kemiskinan. Sumber: ‘Using El Niño/Southern Oscillation Climate Data to predict rice production in Indonesia’. Naylor, R.L., Falcon, W.P., Rochberg, D., Wada, N. Climatic Change 50: 255–265, 2001. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 31 APENDIKS: RINGKASAN GAMBARAN EKONOMI INDONESIA A1: GDP growth has picked up (QoQ sa & YoY growth) A2: Consumption and NX contributed to growth (Contributions to QoQ growth, sa) Per cent 8 Per cent Percentage points 8 8 Q1 YoY grow th 6 6 4 Percentage points 8 4 Priv cons Imports Q2 GDP Investment 4 0 0 Govt cons Quarterly grow th, seasonally adjusted 2 2 Discrepancy -4 -4 0 Jun-05 Jun-06 Jun-07 0 Jun-09 Jun-08 Exports -8 -8 Source: BPS via CEIC and World Bank Source: BPS via CEIC and World Bank A3: Services is the largest contributor (Contributions to YoY growth) A4: IP growth is recovering (YoY growth) 5 4 Percentage points Q1 Percentage points 5 15 Per cent Per cent 30 Q2 4 4 10 3 3 2 2 1 1 0 0 Agriculture Industry Services GDP 20 IP (LHS) 5 10 0 0 -5 Jul-07 Cem ent consum ption (RHS) Jan-08 Jul-08 Source: BPS via CEIC Source: CEIC A5: Consumer indicators are picking up (Index) A6: MTP growth recovered in Q2 (QoQ sa & YoY) 120 110 Index Index BI Consum er Survey Index (LHS) 90 6 Per cent Per cent 6 YoY Grow th 4 4 190 2 2 170 0 210 BI Retail sales (RHS) 100 230 -10 Jan-09 0 Quarterly grow th 80 150 -2 -2 70 130 -4 -4 60 Jul-07 Jan-08 Source: BI via CEIC Jul-08 Jan-09 110 Jul-09 -6 Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 -6 Jun-09 Source: National statistics agencies via CEIC 32 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah terang A8: Trade balance remains positive (Values, USD billions) A7: Real trade flows have rebounded (QoQ growth) Per cent Per cent 10 10 5 5 0 0 -5 -5 -10 -10 Im ports -15 -15 -20 -20 Dec-07 Jun-08 Dec-08 USD billion Trade Balance (LHS) 4 Exports -25 Jun-07 USD billion 6 -25 Jun-09 Export s 5 0 0 -2 -5 -10 -4 Im ports -6 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Source: BPS and World Bank A9: Net inflow on the BOP in Q2 (USD billions) A10: FX accumulation has stabilized (USD billions) USD billion USD billion 6 65 4 4 2 2 0 0 -2 -2 -4 -4 CA -6 Jun-07 C&FA Dec-07 Jun-08 Error 10 2 Source: BPS and World Bank 6 15 USD billion -15 Jun-09 USD billion 65 60 60 55 55 50 50 45 45 BOP Dec-08 -6 Jun-09 Source: BPS and World Bank 40 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 40 Jul-09 Source: BPS and World Bank A11: Current account surplus offsets net capital outflow in Q2 2008 Q2 Q3 1.3 -.1 1.0 -0.1 Q4 -4.2 -3.8 2.8 2.3 4.6 -1.0 -0.7 2.2 -.9 -0.6 2.6 -.7 -0.6 .9 2.9 2.6 4.4 3.1 2.4 5.6 -9.9 -1.7 -3.1 -3.5 -1.6 -1.6 -2.5 3.6 1.0 2.3 5.6 -4.8 -1.4 -0.3 2.8 1.7 -6.2 -1.4 -1.2 -.3 2.0 -3.2 2.5 1.9 .6 4.2 -2.3 .9 0.6 .4 -.1 .4 -3.3 -3.0 2.1 -4.4 -1.1 1.8 1.6 1.7 1.9 -1.8 -2.4 -1.8 .0 2.0 -4.5 .6 -1.4 -.9 -.4 -.2 -.1 -.2 -.7 .4 42.6 56.9 51.6 59.0 59.5 57.1 51.6 54.8 57.6 USD billions 2005 .4 0.2 2006 14.5 5.1 2007 12.7 3.5 2008 -1.9 -0.5 Q1 1.0 0.8 Trade Balance Net Inome & Current Transfers .3 0.1 8.4 10.9 3.8 19.8 10.5 2.9 20.9 .3 0.1 10.2 -8.1 -8.9 -10.4 Capital & Financial Accounts % GDP Direct Investment Portfolio Investment Other Investment .3 0.1 5.3 4.2 -9.4 3.0 1.1 2.2 4.3 -3.8 -.2 34.7 Foreign Reserves Source: BI, BPS via CEIC and World Bank Balance of Payments % GDP Current Account % GDP Errors & Ommissions THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2009 Q1 Q2 4.0 1.1 3.5 0.8 September 2009 33 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah terang A12: Inflation may have reached a turning point (MoM & YoY) 4 Per cent Per cent A13: Inflation for the poor slowed most (YoY) Per cent Per cent 16 25 12 20 2 8 15 15 1 4 10 10 25 Inflation (RHS) Food 3 BI Rate (RHS) 0 20 Poverty Basket Inflation 5 5 0 Inflation Monthly inflation (LHS) -1 Jul-07 -4 Dec-07 May-08 Oct-08 Mar-09 Aug-09 0 0 Aug 07 Dec 07 Apr 08 Aug 08 Dec 08 Apr 09 Aug 09 Source: BI, BPS and World Bank Source: BPS and World Bank A14: Inflation remains high in the region (August inflation, YoY) A15: Poverty fell in 2009 (Per cent of total population) Per cent 25 Per cent Per cent 25 Poverty rate Indonesia Open unemployment rate 20 20 15 15 10 10 5 5 Philippines* Singapore* Thailand Malaysia* China* Japan* 0 0 -4 -2 0 2 1999 4 Source: CEIC and World Bank. *July data. 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Source: BPS A16: Fiscal deficit is likely to be smaller than originally budgeted IDR Billion A. State revenues and grants 1. Tax revenues o/w natural resources - Oil and gas - Non oil and gas 2. Non Tax Receipts o/w natural resources i. Oil and gas ii. Non oil and gas B. Expenditures 1. Central government 2. Transfers to the regions 2008 2009 2009 (f) 2010 2010 (p) Actual Revised* WB estimate Proposed WB estimate 981,609 658,701 327,498 77,019 250,479 320,605 224,463 211,617 12,846 872,632 652,122 340,376 49,500 290,876 219,518 139,997 129,088 10,909 854,609 642,827 332,885 52,627 280,257 210,789 125,979 115,498 10,481 911,476 729,165 340,322 39,883 300,439 180,889 111,454 101,259 10,195 974,698 753,695 377,852 56,073 321,779 219,581 141,094 129,443 11,651 985,731 693,356 292,434 1,005,674 696,101 309,572 979,827 670,254 309,572 1,009,486 699,688 309,798 1,020,437 710,640 309,798 C. Primary Balance 84,309 (22,991) (15,167) 17,585 69,856 D. SURPLUS / DEFICIT Deficit (% of GDP) (4,122) (0.1) (133,042) (2.5) (125,218) (2.2) (98,010) (1.6) (45,739) (0.7) Source and notes: MoF and World Bank. *Proposed. THE WORLD BANK | BANK DUNIA September 2009 34 Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia Terbitlah terang A18:IDR appreciated rapidly against USD (IDR/USD level & Index) A17: IDX performed well in the region (Index, 2 Jan 2009=100) 115 Index Index 115 Thailand SET Singapore SGX 100 IDR per USD 12,500 Index 100 Bom bay BSE 85 120 Dollar Index (RHS) 11,500 110 10,500 100 9,500 90 85 Jakarta JCI 70 70 55 55 40 Shanghai Com posite 25 Jan-08 Apr-08 40 25 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 IDR/USD (LHS) 8,500 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Source: CEIC and World Bank Source: FRB and BI via CEIC and World Bank A19: Yield curve has steepened (Yield, 1 to 15 year IDR sovereign bonds) A20: Indonesian spread below EM average (Basis point difference with UST) 14 Per cent Per cent 13 Basis points Basis points 80 400 14 1200 13 1000 300 800 200 5 January 2009 12 12 1 May 2009 11 11 28 August 2009 10 9 9 8 8 7 7 Indonesian Spreads Less Global EMBI Average (RHS) 600 10 1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10 11 12 13 14 15 100 0 400 -100 200 Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS) 0 Jan-05 -200 Nov-05 Sep-06 Jul-07 May-08 Mar-09 Source: IDX via CEIC Source: JP Morgan, Datastream and World Bank A21: 5 year yield remains high in the region (5 year local currency sovereign bond yield) A22: NPLs remain low despite recent increases (IDR trillions and per cent of total loans) 24 Per cent Per cent 24 1600 Indonesia IDR trillions Per cent 20 20 16 16 12 12 6 1200 800 Philippines 8 4 Thailand Malaysia 400 4 0 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Source: National exchanges via CEIC THE WORLD BANK | BANK DUNIA Total Loans (LHS) 4 Consumption Loans (LHS) 8 0 Jan-08 Apr-08 Jul-08 8 Non-performing Loans (RHS) Investment Loans (LHS) 2 Working Capital Loans (LHS) 0 0 Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Source: BI and World Bank September 2009 35