World Bank Document

advertisement
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
51194
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN
INDONESIA
Terbitlah Terang
September 2009
Pengantar
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia menyajikan dan menggabungkan
perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini
menempatkan perkembangan itu dalam konteks jangka panjang dan global serta menilai
implikasinya terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Pokok
bahasan mencakup makroekonomi, pasar keuangan sampai indikator pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Laporan ini ditujukan untuk khalayak ramai, termasuk
pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan
profesional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia.
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia disiapkan dan dikompilasi oleh tim
analisis makroekonomi kantor perwakilan Bank Dunia di Jakarta. Kontribusi diberikan oleh
Ian Amalo (ekonomi internasional), Andrew Blackman bersama Fitria Fitrani dan Sjamsu
Rahardja (arus perdagangan dan neraca pembayaran), Andrew Carter (pendapatan
pemerintah), Andrew Ceber dan Preya Sharma (indikator kegiatan dan akun nasional),
Faya Hayati (harga), serta Ahya Ihsan dan Dhanie Nugroho (pengeluaran pemerintah),
Diva Singh (indikator sektor perbankan dan pasar keuangan), dan Matt Wei-Poi (analisis
pasar tenaga kerja dan kemiskinan). Magda Adriani dan Fitria Fitrani menyediakan
dukungan data untuk tim. Tim Bulman melakukan koordinasi dan suntingan. Tim ini
disupervisi oleh Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, di bawah pimpinan Kepala
Ekonom William E. Wallace.
Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia
mengenai ekonomi Indonesia…
Tim makroekonomi Bank Dunia di Indonesia telah mulai menulis blog. Baca komentar
terakhir Nalar Ekonomi Indonesia mengenai perkembangan ekonomi Indonesia, dan ikuti
diskusi melalui link berikut http://eapblog.worldbank.org/
Untuk mendaftarkan diri dalam daftar distribusi email untuk rangkaian Perkembangan
Triwulan ini dan publikasi terkait, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk
mengajukan pertanyaan dan komentar terkait publikasi ini, silakan hubungi
tbulman@worldbank.org. Untuk informasi mengenai Bank Dunia dan kegiatannya di
Indonesia, silakan kunjungi www.worldbank.org/id
i
Daftar isi
Pengantar
i
Ringkasan: Menuju pemulihan
i
A.
1
INFORMASI TERBARU EKONOMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B.
Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua
1
Inflasi berada pada titik balik
4
Arus perdagangan Indonesia mulai pulih
7
…dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal
8
Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi yang baik dan
menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua.
9
a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak bulan Maret ......... 9
b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka pendek maupun
panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding hasil yang dicatat oleh obligasi
lain di wilayah yang sama ............................................................................................................. 10
c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit perbankan
masih bertahan relatif tinggi......................................................................................................... 12
d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah meningkatnya
biaya dana ...................................................................................................................................... 13
Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh pertama
15
a. Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan perekonomian
Indonesia ........................................................................................................................................ 15
b. Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan pendapatan, tapi
sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan pendapatan........................................... 15
c. Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama 2009, walaupun
hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan. ............................................ 16
Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara kemiskinan terus turun 18
MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP
1.
2.
3.
4.
5.
20
Prospek ekonomi Indonesia telah membaik
20
Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi
neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan
22
a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi
diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia ................................................ 22
b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah
besar dan secara mendadak telah berkurang ............................................................................. 23
Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga
komoditas global
25
Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada
yang dianggarkan
27
Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut
29
APENDIKS: RINGKASAN GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal akhir 2008, namun kembali naik
mendekati rata-rata terakhirnya .................................................................................... 1
Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai pulih di kuartal kedua ........................ 1
Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan konsumsi pemerintah yang terus naik
mendukung pengeluaran ............................................................................................... 2
Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak kontribusi terhadap pertumbuhan
PDB di KUARTAL KEDUA daripada di KUARTAL PERTAMA..................................... 2
Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia ........................................................................... 3
Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat ...................................................................... 4
Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual .................................................................... 4
Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa bulan terakhir menunjukkan titik
balik dari tingkat laju inflasi IHK ................................................................................... 5
Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit bergerak pada paruh awal tahun 2009 ........ 5
Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan harga komoditas belakangan ini.... 6
Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari hampir seluruh negara tetangga dan
mitra dagangnya… ......................................................................................................... 6
Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia sejalan dengan ekonomi lain ............. 6
Gambar 13: Arus perdagangan membaik… ........................................................................................ 7
Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang telah meningkatkan harga ekspor
perdagangan Indonesia ................................................................................................. 7
Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding kebanyakan indeks lainnya sejak
pertengahan April ......................................................................................................... 10
Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak awal maret, Rupiah terapresiasi
dengan cepat terhadap dolar Amerika ....................................................................... 10
Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong penguatan rupiah belakangan ini .... 11
Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut sejak bulan Maret tetapi tetap lebih
tinggi dan lebih mudah berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negaranegara Asia lainnya ...................................................................................................... 11
Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai dengan datar yang tidak lazim
karena hasil jangka pendek yang sangat tinggi ........................................................ 12
Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika telah menyusut sejak Februari dan
kini lebih rendah dari rata-rata pasar berkembang dunia ......................................... 12
Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga
kredit perbankan .......................................................................................................... 13
Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan sektor perbankan yang relatif kokoh . 13
Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap berada di bawah angka tahun
2006-2007, sementara kredit pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008 ........... 14
Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia dibanding tempat lain, relatif
terhadap pertumbuhan kredit yang sangat cepat pada tahun sebelumnya ............ 14
Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus dan simpanan pemerintah di BI yang
lebih rendah menanggapi perlambatan ...................................................................... 15
Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada perlambatan PDB nominal ................ 15
Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang mencerminkan harga komoditas yang
rendah, permintaan yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat
pajak .............................................................................................................................. 17
Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan awal 2009 memberi kontribusi
signifikan kepada pemotongan pendapatan nonpajak ............................................. 17
Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar menyeimbangkan peningkatan
belanja program pemerintah pusat ............................................................................. 17
Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun terjadi penurunan secara global,
dengan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan
peningkatan terbesar ................................................................................................... 18
Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi dalam jenis lapangan kerja yang
kurang formal ............................................................................................................... 18
Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal
2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun .............................. 19
Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 2011................ 20
Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam
dua tahun mendatang .................................................................................................. 20
Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi
Indonesia....................................................................................................................... 22
Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 2009 ...... 24
Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi
yang lebih tinggi dari rata-rata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan
dengan inflasi sebelum krisis ..................................................................................... 26
Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan
pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut ...................................................... 26
Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi
ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan ............................................................ 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di tahuntahun mendatang .......................................................................................................... iii
Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang disesuaikan secara musiman memberikan
perspektif yang sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun-ke-tahun........................................................................................ 3
Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua,
memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang
meningkat tipis ............................................................................................................... 9
Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja ................................................................ 16
Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia .................................................................. 21
Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 2010…22
Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan
menjadi defisit .............................................................................................................. 23
Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika
dalam 12 bulan mendatang ......................................................................................... 24
Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10
miliar dolar Amerika ..................................................................................................... 24
Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga
yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil ................................... 28
Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun................................................................ 29
Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan
penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi.................................................. 31
DAFTAR KOTAK
Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi ........................... 3
Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010 ..................................................................................... 30
Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan ................................................................ 31
Ringkasan: Menuju pemulihan
Pada pertengahan 2009,
ekonomi Indonesia mulai
pulih dari guncangan
ekonomi yang terjadi
pada awal tahun
Pada pertengahan 2009, ekonomi Indonesia telah memasuki siklus tahap pemulihan
ekonomi. Pertumbuhan kuartalan berakselerasi sejak awal 2009, setelah terhenti di
kuartal akhir 2008, walaupun tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun terus melambat
menjadi 4,0 persen sampai KUARTAL KEDUA. Tren pemulihan bertahap yang relatif
stabil ini diproyeksikan berlanjut sampai 2011.
Pemulihan Indonesia terjadi bersamaan dengan membaiknya lingkungan eksternal.
Pertumbuhan PDB KUARTAL KEDUA di seluruh negara tujuan ekspor utama lebih baik
daripada yang diperkirakan dan sebagian besar telah keluar dari resesi pada pertengahan
tahun. Harga internasional sebagian besar komoditi ekpor Indonesia telah menembus
penurunan yang terjadi akhir 2008. Perkembangan ini mendukung ekonomi Indonesia
dengan ekspor pulih lebih cepat daripada impor.
Konsumsi domestik tetap
kuat
Konsumsi domestik terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di kuartal kedua. Di
kuartal pertama, sejumlah besar belanja kampanye untuk pemilihan legislatif mengangkat
konsumsi swasta. Belanja untuk kampanye pemilihan presiden tampaknya jauh lebih kecil
dan konsumsi swasta tidak terlalu banyak berubah dibandingkan KUARTAL PERTAMA.
Namun, konsumsi pemerintah yang tinggi menyeimbangkan hal ini karena pemerintah
mempercepat pencairan anggaran 2009. Berlanjutnya ketahanan dalam konsumsi
domestik terutama mendukung industri jasa yang outputnya mengalami akselerasi
dibandingkan KUARTAL PERTAMA. Sebagian besar indikator kondisi ekonomi domestik
juga menguat mulai dari awal tahun, dengan tingkat keyakinan konsumen mencapai rekor
historis dan terus naik, penjualan ritel dan kendaraan membaik, serta kegiatan industri
mulai pulih dari penurunan yang terjadi di akhir 2008.
…walaupun investor
menjadi sangat berhatihati
Walaupun ada daya tahan dalam ekonomi secara keseluruhan dan peningkatan
lingkungan bisnis, investor tetap waspada di pertengahan 2009. Pembelian barang modal
tetap terbatas, walaupun pertumbuhan dalam investasi bangunan baru tetap kuat.
Perlambatan dalam investasi secara keseluruhan ini sejalan dengan tidak bergeraknya
pemberian pinjaman untuk investasi dan modal kerja sejak akhir 2008, yang berlawanan
dengan pertumbuhan cepat dalam pemberian pinjaman pada awal tahun itu.
Sektor perbankan terbukti
jauh lebih kuat daripada
perkiraan sebagian besar
pengamat walaupun
pinjaman baru tetap
terbatas
Sektor perbankan Indonesia tetap dalam keadaan sehat secara keseluruhan. Rasio kredit
macet stabil walaupun diperkirakan naik pada pergantian tahun karena pengambil
pinjaman yang terpengaruh oleh perlemahan ekonomi tidak akan dapat memenuhi
komitmen pembayaran mereka. Di bulan September, Bank Indonesia tidak mengubah
suku bunga acuan setelah melakukan pemotongan sejumlah 300 basis poin dalam 9
bulan terakhir. Hanya sedikit dari pemotongan suku bunga acuan ini yang diterapkan oleh
bank, sehingga pada akhir Agustus BI meminta 14 bank terbesar untuk menurunkan suku
bunga tabungan mereka secara progresif sampai 200 basis poin di atas suku bunga
acuan BI. BI berharap hal ini akan mengurangi biaya dana sehingga memampukan bank
untuk memberikan lebih banyak pinjaman pada suku bunga yang lebih rendah.
Pasar keuangan terus
menguat sepanjang
pertengahan 2009
Sepanjang pertengahan 2009 pasar keuangan Indonesia terus menguat, pada umumnya
lebih besar dibandingkan dengan pasar lain di wilayah ini. Rupiah terus mengalami
apresiasi terhadap dolar Amerika yang melemah, walaupun lebih lambat, dan stabil di
sekitar 10.000 per dolar Amerika pada awal September. Pasar saham terus menguat,
naik lebih dari 20 persen dari akhir Mei sampai awal September. Pada awal Juni, imbalan
obligasi rupiah pemerintah kembali ke tingkat awal 2008, sementara sebaran obligasi
dolar Amerika pemerintah Indonesia turun melampaui rata-rata pasar negara berkembang
global. Dalam tiga bulan berikut, imbalan obligasi dalam mata uang setempat sangat
stabil, sementara sebaran obligasi dolar Amerika kembali turun satu poin persentase.
Peningkatan kondisi pasar ini memampukan pemerintah untuk terus membiayai
anggarannya melalui pasar obligasi, mengakses dana untuk jangka panjang dan dengan
imbalan yang terus turun.
…dan portofolio investor
Peningkatan kondisi pasar keuangan terjadi bersamaan dengan arus transaksi modal
kembali ke pasar
Indonesia yang tidak bergejolak, dan posisi eksternal Indonesia di bulan September 209
Indonesia. Tingkat
lebih kuat daripada awal tahun. Secara keseluruhan, neraca pembayaran tetap surplus di
perpanjangan utang tinggi
kuartal kedua walaupun lebih sedikit dibandingkan kuartal pertama. Surplus transaksi
i
sehingga neraca
pembayaran mengalami
sedikit defisit di
KUARTAL KEDUA
berjalan sedikit naik karena membaiknya lingkungan eksternal mengangkat ekspor lebih
daripada impor. Walaupun investor asing kembali sebagai pembeli bersih atas aset
keuangan Indonesia, transaksi berjalan mengalami defisit terutama karena investasi
langsung asing bersih lebih lambat setelah mengalami arus masuk yang besar dalam
beberapa kuartal. Sebagian besar utang eksternal terjadwal Indonesia diperpanjang di
paruh pertama 2009 yang mengatasi kekhawatiran di awal tahun bahwa tingkat
perpanjangan akan rendah dan jumlah utang lebih besar daripada laporan resmi. Devisa
stabil di sepanjang pertengahan 2009, sekitar 58 miliar dolar Amerika.
Inflasi, setelah lebih
Setelah tertahan lebih lama daripada yang diperkirakan, inflasi mulai naik di bulan Juli dan
rendah daripada perkiraan Agustus, sementara inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sedikit naik menjadi 2,8 persen
di awal tahun, mulai naik
tahun-ke-tahun dan inflasi masyarakat miskin naik menjadi 3,8 persen. Inflasi inti, yang
di bulan Agustus
tidak menyertakan efek pemotongan dalam harga bahan bakar pada pergantian tahun
dan stabilnya harga pangan sepanjang semester pertama, tetap jauh lebih tinggi daripada
IHK yaitu 4,8 persen. Inflasi Indonesia turun lebih dari sebagian besar mitra dagangnya,
tapi tetap tinggi.
Lapangan kerja
meningkat, lebih daripada
peningkatan populasi usia
kerja, walaupun hanya
sedikit lapangan kerja
formal yang baru
Lapangan kerja meningkat lebih cepat daripada populasi usia kerja sampai bulan
Februari, dan tingkat pengangguran turun walaupun sebagian besar populasi usia kerja
memasuki angkatan kerja. Namun, sebagian besar pekerjaan baru adalah informal,
terutama bagi perempuan. Lapangan kerja yang tinggi, harga yang stabil, tahap akhir
program Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah, dan perlambatan pertumbuhan yang
terbatas menghasilkan penurunan 1,2 poin persentase pada tingkat kemiskinan sampai
bulan Maret 2009, menjadi 14,2 persen.
Keuangan publik lebih
memberikan stimulus
daripada tahun-tahun
sebelumnya
Keuangan publik lebih memberikan stimulus daripada tahun-tahun sebelumnya Sampai
bulan Juli, anggaran pemerintah mengalami defisit. Biasanya anggaran mencatatkan
surplus besar di semester pertama. Pendapatan menurun karena pemotongan tingkat
pajak yang dijadwalkan dalam paket stimulus pemerintah dan laba yang lebih rendah
karena turunnya harga komoditas dan permintaan eksternal walaupun data bulan Juli
menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada periode yang sama, pemerintah
membelanjakan lebih banyak program inti dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
Penurunan subsidi energi menurunkan belanja pemerintah secara keseluruhan. Setelah
berjalan sangat lambat di awal, belanja pemerintah untuk paket stimulus mengalami
akselerasi pada pertengahan Juli.
…dan ada peluang untuk
belanja yang lebih
ambisius di tahun 2010
daripada yang
diperkirakan usulan
anggaran pemerintah
Realisasi defisit anggaran kemungkinan lebih kecil daripada yang dianggarkan, sekitar 2,2
persen PDB. Usulan anggaran pemerintah untuk 2010 memproyeksikan defisit 1,6 persen
PDB, tapi pertumbuhan PDB nominal dan asumsi harga minyak yang konservatif
menunjukkan bahwa realisasi defisit mungkin jauh lebih kecil daripada usulan rencana
belanja yang menciptakan peluang untuk belanja yang lebih ambisius.
Tren pemulihan ekonomi
secara bertahap terus
berlanjut ke 2011 melalui
akselerasi output dan
harga sementara akhir
bantuan langsung tunai
pemerintah
memperlambat penurunan
tingkat kemiskinan
Pemulihan bertahap di pertengahan 2009 akan berlanjut selama satu setengah tahun.
Pertumbuhan kuartalan diperkirakan naik secara perlahan dari tingkat di KUARTAL
KEDUA dan pertumbuhan tahun-ke-tahun akan mulai naik pada akhir tahun dan secara
bertahap mencapai sedikit di atas 6 persen tahun 2011. (Tabel 1) Permintaan domestik
kemungkinan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan karena pemerintah terus
mencairkan stimulusnya dan tahun 2010 kepercayaan investor akan pulih. Ekspor bersih
kemungkinan tidak akan terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan di 2010 karena
ekonomi Indonesia kemungkinan akan terus tumbuh lebih cepat daripada mitra
dagangnya tapi akan lebih mendukung di tahun 2011 karena ekonomi global secara
perlahan kembali ke tren pertumbuhan. Melemahnya surplus perdagangan dan pemulihan
dalam harga komoditas membuat transaksi berjalan kemungkinan mendekati
keseimbangan atau bahkan mencatatkan sedikit defisit di tahun 2011. Namun, neraca
pembayaran akan tetap surplus dan cadangan devisa secara perlahan bertambah karena
pembiayaan terjadwal Indonesia tetap berlanjut dan kondisi pasar keuangan global
menjadi lebih mendukung pasar negara berkembang. Naiknya permintaan domestik dan
harga komoditas global diperkirakan mendorong naik inflasi IHK dan masyarakat miskin,
kecuali BI mengubah kebijakan menjadi lebih agresif dalam membatasi inflasi dan
ekspektasi inflasi dari sebelumnya. Perkembangan ini, ditambah selesainya program BLT,
kemungkinan akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan dalam 18 bulan
mendatang.
Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan secara bertahap kembali ke tingkat sebelumnya di
tahun-tahun mendatang
(perubahan persentase tahunan)
Gross domestic product
2008
2009
2010
2011
6.1
4.3
5.4
6.0
Consumer price index
9.8
4.7
5.6
6.5
Major trading partner growth
2.1
-1.8
3.3
3.4
15.4
14.2
13.6
11.5
Poverty rate
Sumber: Depkeu, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
A. INFORMASI TERBARU EKONOMI
1. Pertumbuhan di Indonesia, dan secara global, pulih di kuartal kedua
Pertumbuhan naik di
seluruh dunia, termasuk
Indonesia, di KUARTAL
KEDUA
Ekonomi Indonesia berakselerasi sejak awal tahun ini setelah terhenti di KUARTAL
KEEMPAT 2008. (Gambar 1) Kenaikan ini seiring dengan pertumbuhan di sebagian besar
perekonomian besar. (Gambar 2) Hasil KUARTAL KEDUA yang didapat mitra dagang
utama Indonesia melampaui perkiraan, dan hampir semua mitra dagang Indonesia
sekarang telah keluar dari resesi. Amerika Serikat tetap merupakan penghambat besar
pertumbuhan global, namun tingkat penurunannya telah berkurang dan ada semakin
1
banyak bukti bahwa resesi pascaperang terpanjang sepertinya telah berakhir.
Estimasi yang
disesuaikan secara
musiman menunjukkan
bahwa depresi dalam
pertumbuhan Indonesia
telah berlalu
Ekonomi Indonesia tampaknya telah melewati depresi dalam pertumbuhan. Di KUARTAL
KEDUA, output naik sebesar 1,2 persen kuartal-ke-kuartal (disesuaikan secara musiman)
sedikit di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata di tahun-tahun terakhir. Pertumbuhan
kuartalan naik dari KUARTAL PERTAMA, setelah tidak mengalami perubahan di
KUARTAL KEEMPAT 2008 saat gejolak ekonomi dan keuangan mencapai puncaknya.
Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) terus menurun. Di
KUARTAL KEDUA, pertumbuhan tahun-ke-tahun adalah 4,0 persen, turun dari 6,4 persen
di KUARTAL KETIGA 2008. Berlanjutnya penurunan dalam tingkat pertumbuhan tahunke-tahun sebagian disebabkan ekonomi yang kuat di awal 2008. (Kotak 1 menjelaskan
penyesuaian musiman atas data berfrekuensi tinggi.)
Gambar 1: Ekonomi Indonesia mengalami depresi di kuartal Gambar 2: …dan ekonomi global menjadi stabil dan mulai
akhir 2008, namun kembali naik mendekati rata-rata
pulih di kuartal kedua
(persen pertumbuhan per kuartal disesuaikan secara
terakhirnya
musiman)
(persen pertumbuhan)
Per cent
4 Per cent
8
6
Per cent
Per cent
6
Year on year (RHS)
3
3
3
0
0
-3
-3
6
QoQ seasonally
adjusted (LHS)
2
4
-6
1
Q4 2008
2
Q1 2009
-6
Q2 2009
-9
Jun-09
Japan
U.S.
Philip.
Thailand
Sep-07
Malaysia
Dec-05
Euro Area
Mar-04
Indonesia
Jun-02
0
India
0
China
-9
Sumber: BPS melalui CEIC. Penyesuaian musiman Bank Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan
Dunia.
penyesuaian musiman Bank Dunia jika data dipublikasikan
tanpa disesuaikan secara musiman
Pertumbuhan KUARTAL
KEDUA Indonesia
didorong pemulihan
dalam ekspor dan
konsumsi pemerintah,
sementara konsumsi
swasta stabil
Pendorong pertumbuhan utama di kuartal kedua berasal dari pemulihan volume ekspor
yang lebih cepat daripada impor. (Gambar 3). Konsumsi pemerintah melanjutkan
pertumbuhannya yang kuat, naik 2,7 persen kuartal-ke-kuartal menjadi 17,0 persen lebih
tinggi tahun-ke-tahun, jauh di atas rata-rata 5 tahunnya. Konsumsi swasta hanya naik 0,1
persen kuartal-ke-kuartal, mengikuti pertumbuhan kuat (2,4 persen) di KUARTAL
PERTAMA, terkait dengan tingkat belanja tinggi untuk kampanye pemilu anggota DPR
dan panen yang baik. Konsumsi rumah tangga nonpangan, sebagian besar didukung
belanja terkait pemilihan umum di KUARTAL PERTAMA, sedikit mengalami penurunan di
KUARTAL KEDUA, sementara konsumsi pangan naik 0,4 persen. Hal ini menunjukkan
1
Untuk informasi lebih lanjut mengenai ekonomi global dan regional, baca East Asia and Pacific
Economic Update Bank Dunia yang akan datang, yang akan diluncurkan di minggu pertama
November di www.worldbank.org/eap.
1
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
jeda dalam pertumbuhan konsumsi swasta di KUARTAL KEDUA kemungkinan hanya
sementara.
…sementara investasi
tetap menghambat
pertumbuhan
Pengeluaran investasi tumbuh lebih kecil dari rata-rata lima tahunnya, tumbuh sebesar
0,3 persen dari KUARTAL PERTAMA sampai KUARTAL KEDUA menjadi 2,7 persen lebih
tinggi dari satu tahun sebelumnya. Ini merupakan titik balik dari kuartal pertama saat total
investasi mengalami penurunan. Di kuartal kedua, belanja untuk mesin dan peralatan
serta barang transportasi dikurangi lebih lanjut. Komponen mesin dan peralatan impor
turun dalam dua kuartal berturut-turut, mencatatkan penurunan terbesar sejak akhir 2005
(turun 7,7 persen dari KUARTAL PERTAMA ke KUARTAL KEDUA). Pertumbuhan
investasi bangunan tidak melambat secara drastis dan pertumbuhan kuartalan sedikit naik
di KUARTAL KEDUA dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Berlanjutnya perlambatan
dalam investasi secara keseluruhan di kuartal kedua konsisten dengan rendahnya
investasi oleh bisnis sejak awal tahun (didiskusikan di bawah).
Penguatan dalam
kegiatan sektor jasa
mendukung kenaikan
PDB di KUARTAL KEDUA
Sepanjang KUARTAL KEDUA, akselerasi dalam kegiatan sektor jasa mendukung
kenaikan pertumbuhan PDB agregat. Ini merupakan titik balik perlambatan yang dimulai
di pertengahan 2008. Akselerasi sebagian besar dihasilkan oleh sektor ritel yang
merupakan bagian terbesar sektor jasa dan didukung oleh kenaikan bertahap dalam
indeks penjualan ritel bulanan. Pertumbuhan di sektor industri tetap stabil walaupun
diperkirakan mengalami perlambatan, naik mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata lima
tahunnya di kuartal ini. Sebagian besar sektor industri mengalami pertumbuhan yang
kuat, yang diimbangi pertambangan yang terus mengalami penurunan kegiatannya.
Setelah mengalami pertumbuhan cepat di KUARTAL PERTAMA, total produksi pertanian
melambat bersamaan dengan kontraksi output pertanian pangan dan nonpangan
(Gambar 4).
Gambar 3: Pemulihan dalam ekspor terhadap impor dan
konsumsi pemerintah yang terus naik mendukung
pengeluaran
Gambar 4: …sementara kegiatan jasa memberi lebih banyak
kontribusi terhadap pertumbuhan PDB di KUARTAL KEDUA
daripada di KUARTAL PERTAMA
(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap
pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)
(kontribusi poin persentase kuartal-ke-kuartal terhadap
pertumbuhan PDB agregat, disesuaikan secara musiman)
2
Percentage points
Percentage points
Net
exports
Govt
cons
1
1.0
Per cent
Q1
GDP
Per cent
1.0
Q2
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.4
0.2
0.2
1
0
-1
2
0
Priv
cons
Investment
Discrepancy
Q1
-1
0.0
0.0
Q2
Agriculture
-2
Mining
Industry
Services
-2
Catatan dan sumber: Kontribusi poin persentasei yang disesuaikan secara musiman mungkin tidak setara dengan
pertumbuhan PDB agregat. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Indikator ekonomi lain
juga melaporkan
perbaikan kondisi sejak
awal tahun
Penguatan dalam konsumsi swasta didukung oleh indikator belanja dan keyakinan
konsumen terbaru (Gambar 6). Survei BI tentang sentimen konsumen menunjukkan hasil
yang kuat tahun ini - data bulan Juli merupakan hasil tertinggi kedua dalam sejarah
rangkaian - sementara indeks penjualan ritel BI kembali ke tingkat pertengahan 2008
setelah jatuh di awal tahun. Penjualan kendaraan bermotor dan sepeda motor tetap lemah
dibandingkan pertengahan 2008, tapi mulai pulih sejak awal tahun dan telah mencapai
tingkat awal 2008. (Gambar 7)
Indikator produksi juga menunjukkan bahwa ekonomi mulai pulih dari perlambatan di akhir
2008. Indeks produksi industri menunjukkan bahwa kedalaman kontraksi di akhir 2008
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
2
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
hanyalah sementara, dan indeks melaporkan naiknya kegiatan di perusahaan menengah
dan besar yang disurvei sejak awal tahun. Konsumsi semen, yang sangat terkait dengan
produksi industri, juga terus menunjukkan tren naik yang dimulai awal tahun ini. Produksi
sekarang lebih tinggi dari satu tahun sebelumnya. Satu indikator parsial yang tetap lemah
adalah kredit bank (lihat bagian 5d di bawah).
Kotak 1: Penyesuaian secara musiman dan peningkatan pengawasan ekonomi
Data rangkaian waktu makroekonomi, seperti produk domestik bruto atau indeks harga, cenderung bergerak dengan tiga proses
utama: komponen siklus tren, komponen musiman dan komponen iregular. Komponen siklus tren adalah gerakan jangka panjang
dan jangka menengah rangkaian ini - dalam hal PDB riil, hal ini mencakup tingkat pertumbuhan rata-rata dan fluktuasi siklus
bisnis. Komponen musimannya adalah fluktuasi dalam setahun yang berulang dengan cara yang sama di bulan atau kuartal yang
sama dari tahun ke tahun, misalnya musim panen yang menghasilkan peningkatan hasil pertanian jangka pendek, masa liburan
yang sama mengurangi kegiatan industri, atau penyesuaian kembali harga pada awal tahun sekolah atau tahun kalender baru.
Komponen iregular adalah yang tersisa setelah komponen musiman dan siklus tren dihilangkan. Mungkin hal ini dikarenakan
fluktuasi pengambilan sampel dalam proses pengumpulan data atau fluktuasi dalam kegiatan karena suatu kejadian khusus.
Saat menganalisis perkembangan dalam ekonomi, komponen siklus tren suatu rangkaian dapat menyediakan informasi berguna
bagi pembuat keputusan. Sebagai contoh, apakah suatu perekonomian sedang mengalami perlambatan atau akselerasi, apakah
tingkat pertumbuhan saat ini berada di atas atau di bawah tren yang sedang berjalan, atau apakah tekanan inflasi sedang
terbentuk. Pengidentifikasian gerakan tersebut dalam tingkat pertumbuhan per kuartal atau per bulan dalam data yang tidak
disesuaikan secara musiman dapat sangat sulit dilakukan. (Gambar 5) Penyesuaian musiman membantu tugas ini dengan
menghilangkan komponen musiman dari data rangkaian waktu ekonomi, menyisakan komponen siklus tren dan variasi acak
dalam data.
Pendekatan paling sederhana untuk perhitungan musiman adalah memeriksa tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun. Pertumbuhan
tahun-ke-tahun (tahun-ke-tahun) menjelaskan siklus musiman rutin dengan membandingkan tingkat dalam suatu periode dalam
setahun (misalnya, kuartal Maret 2009 saat terjadi panen raya) dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini akan
menyertakan pergerakan kumulatif di bulan Maret yang sedang berjalan, ditambah kuartal Desember, September dan Juni
sebelumnya. Hal ini menghilangkan sebagian volatilitas per kuartal. Namun, tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun juga dapat
menghilangkan titik balik dalam rangkaian mendasar. Hal ini terlihat pada rangkaian PDB agregat terbaru. (Gambar 5) Tingkat
pertumbuhan tahun-ke-tahun menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia terus melambat dari 6,4 persen di KUARTAL KETIGA 2008
menjadi 4,0 persen di kuartal terbaru KUARTAL KEDUA 2009. Penurunan ini sebagian diakibatkan oleh tingkat pertumbuhan
kuartalan yang tinggi di akhir 2007 dan awal 2008 yang 'keluar' dari perhitungan tahun-ke-tahun, dan keberadaannya yang masih
terasa dalam perhitungan pertumbuhan yang hampir nol tahun-ke-tahun di akhir 2008. Interpretasi ini dapat dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan kuartal-ke-kuartal yang telah disesuaikan secara musiman, yang menunjukkan pertumbuhan stabil dan
relatif kuat sampai KUARTAL KETIGA 2008, pertumbuhan nyaris nol di KUARTAL KEEMPAT terjadi di puncak guncangan
keuangan dan ekonomi, yang kemudian disusul oleh pemulihan pertumbuhan yang progresif di kuartal pertama dan kedua 2009.
Hal ini pun terjadi sepanjang paruh pertama 2009 pada indikator ekonomi utama Indonesia lainnya. (Tabel 2) Sebagai contoh,
ekspor dan impor menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam data KUARTAL KEDUA tapi tetap rendah dalam tahun-ke-tahun.
Secara singkat, penyesuaian musiman memampukan peningkatan pengawasan atas ekonomi Indonesia, terutama sekitar titik
balik dalam ekonomi.
Gambar 5: Tiga versi pertumbuhan PDB Indonesia
(persen pertumbuhan)
6
Per cent
Per cent
8
YoY (RHS)
Tabel 2: Tingkat pertumbuhan kuartalan yang
disesuaikan secara musiman memberikan perspektif yang
sangat berbeda atas ekonomi Indonesia dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun
(persen pertumbuhan)
4
6
2008
2
4
0
2
QoQ SA
(LHS)
-2
-4
0
QoQ NSA
(LHS)
Jun-05
Jun-06
-2
Jun-07
Jun-08
Jun-09
2009
2008
2009
Q4
Q1
QoQ growth
Q2
Q4
Q1
YoY growth
Q2
GDP
0.2
1.0
1.2
5.2
4.0
Domestic
Private consumption
1.1
2.4
0.1
4.8
6.0
4.8
Gov Consumption
Investment
4.1
1.3
2.7
-1.6
-1.2
0.3
16.4
9.1
19.2
3.4
17.0
2.7
External
Exports
-5.2
-14.4
4.8
1.8
-18.7
-15.7
Imports
-6.7
-19.5
9.9
-3.5
-26.0
-23.9
4.4
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Badan statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), tidak mempublikasikan estimasi rangkaian makroekonimi yang
disesuaikan secara musiman. Ada beberapa pendekatan untuk mengestimasi dan menghilangkan komponen musiman dalam
rangkaian ekonomi. Cara paling sederhana adalah melakukan regresi atas dummy untuk setiap periode rutin pada rangkaian
sebenarnya. Pendekatan ini berasumsi bahwa pergerakan musiman dalam periode tertentu tidak berubah secara signifikan
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
3
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
bersamaan dengan berjalannya waktu. Pendekatan lain yang lebih canggih tidak terlalu memperhitungkan asumsi ini dengan
memperbolehkan faktor musiman untuk berubah secara berkala. Pendekatan yang segera dapat digunakan dan umum
digunakan adalah paket X12-ARIMA. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung data Indonesia yang disesuaikan secara
musiman yang dilaporkan dalam Perkembangan Triwulan ini.
Penyesuaian data Indonesia untuk faktor musiman memiliki komplikasi tambahan dengan memperhitungkan hari libur umat
Muslim. Hari libur ini mengikuti kalender bulan yang maju sekitar 11 hari setiap tahunnya terhadap kalender Masehi. Ramadan
dan Idul Fitri memiliki dampak signifikan terhadap perilaku ekonomi melalui peningkatan konsumsi makanan, pengurangan jam
kerja dan penggunaan hari libur. Untuk data kuartalan, dampak Ramadan terhadap pola musiman tidak signifikan, terutama jika
faktor musiman dapat disesuaikan secara perlahan, misalnya melalui teknik X12-ARIMA. Untuk data bulanan, jika liburan umat
Muslim memiliki dampak signifikan, dampak tersebut dapat dihitung dengan melakukan regresi terhadap rangkaian yang
disesuaikan secara musiman untuk beragam hari libur.
Gambar 6: Indikator sentimen konsumen sangat kuat
Gambar 7: …dan hal ini terbukti pada penjualan aktual
(indeks)
(pembelian bulanan)
120
110
100
Index
Index
BI Retail sales
(RHS)
BI Consum er
Survey Index
(LHS)
230
210
700
'000
600
'000
170
80
150
500
50
400
40
70
130
300
Jul-06
60
Motor cycles (LHS)
190
90
60
Jul-05
70
Jul-07
Jul-08
110
Jul-09
Motor vehicles (RHS)
30
200
20
100
10
0
Jul-05
Jul-06
Jul-07
Jul-08
0
Jul-09
Catatan dan sumber: Indeks keyakinan konsumen BI berada Sumber: GAI dan Astra melalui CEIC
pada tingkat 100 yang menunjukkan jumlah responden
bersih yang memiliki pandangan positif sama dengan jumlah
yang memiliki pandangan negatif. BI melalui CEIC.
2. Inflasi berada pada titik balik
Tingkat laju inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK)
telah meningkat untuk
pertama kali sejak 10
bulan
Harga-harga konsumen masih tetap tertekan pada pertengahan tahun 2009, sebelum
mencatat sedikit peningkatan pada bulan Juli dan Agustus. (Gambar 8) Inflasi tahun-ketahun tampaknya telah mencapai dasarnya, menyentuh 2,7 persen pada bulan Juli
(tahun-ke-tahun) dan meningkat menjadi 2,8 persen pada bulan Agustus, peningkatan
pertama dalam 10 bulan terakhir. Peningkatan harga bahan pangan, yang sebagian
disebabkan oleh bulan Ramadan,2 mendorong peningkatan ini. Dampaknya paling
dirasakan oleh keluarga berpenghasilan rendah, yang terus menghadapi peningkatan
harga yang lebih cepat dari rata-rata. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk konsumsi
meningkat sebesar 3,8 persen pada tahun berjalan sampai Agustus, sedikit lebih tinggi
dibanding pada bulan Juli. Tanpa menyertakan harga bahan pangan yang cepat berubah,
dan penurunan harga bahan bakar bersubsidi pada pergantian tahun, telah terjadi inflasi
yang jauh lebih tinggi, sebesar 4,8 persen selama tahun berjalan sampai bulan Agustus.
Pengukuran inflasi 'inti' ini, seperti inflasi IHK, telah menurun dengan cepat sejak awal
tahun 2009 sampai bulan Juli, tetapi kini tampaknya telah mendekati titik paling
rendahnya.
2
Perhitungan bulan Ramadan berdasarkan peredaran bulan, yang maju sekitar 11 hari setiap tahun
dari kalender Masehi.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
4
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 8: Peningkatan harga yang berarti pada beberapa
bulan terakhir menunjukkan titik balik dari tingkat laju inflasi Gambar 9: Harga rata-rata konsumen sangat sedikit
bergerak pada paruh awal tahun 2009
IHK
(inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun dan bulan-ke-bulan) (pertumbuhan kumulatif dalam inflasi IHK)
6
Per cent
Per cent
Food
(RHS)
5
24
20
4
Poverty
basket
(RHS)
Inflation
(RHS)
2
12
8
1
4
0
0
Aug-07
Per cent
Per cent
12
2008
9
9
16
3
-1
12
Inflation - monthly
(LHS)
Feb-08
Aug-08
-4
Feb-09
Sumber: Bank Indonesia, BPS dan Bank Dunia
Aug-09
2006
6
6
2007
3
3
2009
0
0
-3
-3
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Harga bahan bakar dan
bahan pangan yang lebih
rendah menyebabkan
turunnya inflasi IHK
Faktor-faktor utama yang menurunkan inflasi IHK tahun-ke-tahun pada kuartal terakhir
tidak disertakan dalam pengukuran inti. Inflasi IHK tahun-ke-tahun mencatat penurunan
yang besar pada bulan Juni dan Juli, dengan meningkatnya harga bahan bakar bersubsidi
pada akhir bulan Mei 2008 dan keseimbangan harga-harga baru tidak disertakan dalam
perhitungan. Dengan harga-harga dunia yang lebih rendah, harga bahan bakar diturunkan
pada pergantian tahun, dan harga bahan pangan segar turun setiap bulan pada kuartal
kedua. Sejak awal tahun hingga bulan Agustus, Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya
meningkat tipis sebesar 1,2 persen, jauh lebih rendah dibanding 8 bulan pertama tahuntahun yang lalu. (Gambar 9) Jatuhnya harga-harga bahan pangan pada paruh awal tahun
2009 telah membawa berkah terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah,
dengan besarnya proporsi bahan pangan pada keseluruhan pengeluargan mereka,
dengan perkiraan Bank Dunia yang menunjukkan laju inflasi mereka telah turun lebih dari
setengahnya antara bulan Maret hingga Agustus. (Gambar 8)
Peningkatan Rupiah sejak
bulan Maret telah
mengimbangi sebagian
besar peningkatan pada
harga-harga dunia
Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun. Peningkatan rupiah
memberikan pengimbang yang lebih dari cukup bagi peningkatan sebagian besar
komoditas bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang penting—yang
menyebabkan jatuhnya harga bahan-bahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10)
Akan tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih cepat dari peningkatan nilai
Rupiah. Sementara sistem subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara waktu,
melindungi biaya energi rumah tangga dari dampak langsung peningkatan tersebut, biaya
untuk energi yang harus dibayar industri telah meningkat. Sebagai akibatnya, harga dari
barang-barang perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga dunia dan kurs
tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
5
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 10: Peningkatan Rupiah mengimbangi peningkatan Harga komoditas dunia telah meningkat sejak awal tahun.
Peningkatan rupiah memberikan pengimbang yang lebih
harga komoditas belakangan ini
(persentase perubahan harga komoditas kuartal-ke-kuartal
dalam rupiah; laju inflasi tahun-ke-tahun)
20
IDR per USD
Per cent 20
Tradeable
Inflation
10
10
0
0
Global
food prices
-10
dari cukup bagi peningkatan sebagian besar komoditas
bahan pangan—dengan gula sebagai pengecualian yang
penting—yang menyebabkan jatuhnya harga bahanbahan pangan dalam hitungan rupiah. (Gambar 10) Akan
tetapi, harga bahan bakar dunia telah meningkat lebih
cepat dari peningkatan nilai Rupiah. Sementara sistem
subsidi bahan bakar pemerintah telah, untuk sementara
waktu, melindungi biaya energi rumah tangga dari
dampak langsung peningkatan tersebut, biaya untuk
energi yang harus dibayar industri telah meningkat.
Sebagai
akibatnya,
harga
dari
barang-barang
perdagangan, yang sangat peka pada pergerakan harga
dunia dan kurs tukar, mulai beranjak naik. (Gambar 10)
-10
Global energy
prices
-20
-20
Aug-06
Aug-07
Aug-08
Aug-09
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Laju inflasi Indonesia
masih cukup tinggi
Laju inflasi Indonesia masih tetap lebih tinggi dibanding mitra-mitra dagangnya—yang
sebagian besar sedang menghadapi deflasi—seperti yang umum terjadi sebelumnya.
(Gambar 11) Akan tetapi, laju inflasi Indonesia telah turun lebih banyak dibanding hampir
seluruh mitra dagangnya sejak akhir tahun 2008. (Gambar 12) Ini terjadi di tengah
keprihatinan bahwa penurunan nilai rupiah di akhir tahun 2008, dan peningkatan perkiraan
inflasi ke tingkat yang lebih tinggi pada awal tahun 2008 sewaktu laju inflasi meningkat
pesat, mungkin telah menggeser laju inflasi struktural Indonesia ke tingkat yang lebih
tinggi lagi.
Gambar 12: …walaupun penurunan laju inflasi Indonesia
sejalan dengan ekonomi lain
Gambar 11: Laju inflasi Indonesia tetap lebih tinggi dari
hampir seluruh negara tetangga dan mitra dagangnya…
(perubahan persentase dalam inflasi harga konsumen tahunke-tahun, puncak tahun 2008 sampai pengamatan paling
akhir)
(inflasi harga konsumen tahun-ke-tahun)
20
Per cent
Per cent
Indonesia
15
20
15
India
10
0
-5
-5
-10
-10
10
China
5
5
0
0
Japan
Thailand
-5
Aug-05
0
-5
Aug-06
Aug-07
Aug-08
Aug-09
-15
Percentage point
Percentage point
-15
Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia
Harga-harga sektor hulu
tetap stabil sejak bulan
Februari
Harga grosir mengalami sedikit perubahan di kuartal pertama 2009. Harga sebagian besar
subkomponen tetap datar, termasuk harga di bidang pertambangan, di tengah
meningkatnya harga komoditas tersebut di dunia internasional pada periode tersebut.
Peningkatan sebesar 5 persen harga di bidang pertanian diimbangi oleh penurunan tipis
pada harga ekspor yang dilaporkan. Harga-harga sektor hulu tetap lebih lemah dibanding
harga pada pertengahan tahun 2008, secara keseluruhan lebih rendah 7,7 persen,
terutama karena harga industri dan perdagangan yang lebih rendah.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
6
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
…sementara harga-harga
pada keseluruhan
ekonomi terus meningkat
dengan cukup kuat
Terbitlah Terang
Melambatnya inflasi harga konsumen pada tahun lalu telah menurunkan pertumbuhan
harga keseluruhan ekonomi, seperti diukur dengan penurunan laju inflasi PDB, menjadi
6,8 persen tahun berjalan pada kuartal kedua tahun 2009—tingkat pertumbuhan paling
rendah dalam 5 tahun. Tetapi penurunan laju inflasi PDB tetap lebih tinggi secara
signifikan dibanding IHK, karena ia menyertakan harga barang-barang investasi dan
layanan pemerintah (seperti gaji pegawai negeri), yang tetap tumbuh relatif cepat.
3. Arus perdagangan Indonesia mulai pulih
Arus perdagangan mulai
pulih sejak kuartal kedua,
yang didukung oleh
peningkatan dalam harga
komoditas dan
permintaan eksternal
Arus perdagangan Indonesia mulai bangkit bulan-ke-bulan pada pertengahan tahun
berjalan 2009, walaupun masih di bawah puncaknya pada tahun 2008. (Gambar 13)
Sejak bulan Februari, arus perdagangan telah didukung oleh pemulihan bertahap dalam
harga komoditas dan peningkatan yang berarti dalam permintaan eksternal. (Gambar 13
dan Gambar 14)
Pada bulan Juli, nilai ekspor sudah 35 persen lebih tinggi dari nilainya di bulan Februari,
tetapi masih seperempat di bawah nilai yang dicatat satu tahun yang lalu. Sementara
semua golongan ekspor telah mencatat pertumbuhan yang positif sejak bulan Februari,
pemulihan pada umumnya didorong oleh peningkatan dalam ekspor pertambangan dan
mineral (hampir 80 persen lebih tinggi) dan ekspor minyak dan gas bumi (naik 44 persen).
Harga komoditas dunia yang lebih tinggi ditambah permintaan dalam negeri yang kokoh
mendorong nilai impor barang dagangan naik hampir 50 persen dari nilai terendah di
bulan Februari. Impor telah menorehkan peningkatan pada seluruh golongan. Produk
minyak dan gas bumi mencatatkan peningkatan tertinggi (naik lebih dari 90 persen),
barang setengah jadi (masukan yang telah diproses untuk proses lebih lanjut) (naik 40
persen) dan barang-barang konsumsi (naik 47 persen). Investasi yang lebih rendah pada
pabrik dan peralatan terlihat jelas pada minimnya impor barang-barang modal pada
kuartal dua. Tetapi tampaknya akan mulai pulih pada pertengahan tahun, dengan
meningkatnya impor hampir sebesar 20 persen di bulan Juli.
Gambar 14: bersama-sama dengan harga komoditas, yang
telah meningkatkan harga ekspor perdagangan Indonesia
Gambar 13: Arus perdagangan membaik…
(nilai dan neraca perdagangan, juta dolar Amerika)
USD billion
6 Trade Balance (LHS)
USD billion
(diindeks sampai 100 pada bulan Juli 2007)
15
Index
Index
190
190
Exports
4
10
2
5
0
0
-2
-5
-10
-4
Energy
160
160
130
130
Exports
100
100
Non-energy
70
70
Im ports
-6
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Perdagangan jasa juga
mulai pulih
-15
Jul-09
40
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
40
Jul-09
Sumber: Harga komoditas dunia Bank Dunia. Harga ekspor
Indonesia yang dihitung oleh Bank Dunia dari data
perdagangan BPS.
Arus perdagangan jasa juga mulai pulih pada kuartal kedua dari penyusutan yang parah
pada pergantian tahun. Pemulihan pada impor jasa jauh lebih kuat dibanding ekspornya,
berlawanan dengan perdagangan barang. Setelah menyusut hampir 16 persen pada
kuartal pertama, ekspor jasa meningkat tipis sebesar 3,3 persen pada kuartal kedua,
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
7
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah dan belanja turis. Impor jasa meningkat
cukup kuat pada kuartal kedua (naik 11,8 persen)—terutama didorong oleh belanja
transportasi yang lebih tinggi untuk perdagangan minyak dan gas bumi Indonesia yang
meningkat, dan dengan meningkatnya perjalanan ke luar negeri oleh penduduk
Indonesia.
4. …dan arus keuangan eksternal telah kembali ke pola yang lebih normal
Surplus neraca
pembayaran menyusut
pada kuartal kedua
Arus neraca luar negeri Indonesia mulai pulih pada kuartal kedua, setelah melewati
pergerakan yang liar pada masa pergantian tahun. Perubahan haluan menjadi defisit
neraca keuangan menyusutkan neraca pembayaran Indonesia dari dari 4,0 miliar dolar
Amerika pada kuartal satu menjadi 1,1 milyar dolar Amerika pada kuartal dua. (Tabel 3)
Perubahan haluan dibanding kuartal pertama disebabkan banyaknya likuiditas aktiva
asing yang dibeli oleh orang Indonesia (misalnya saham dan tabungan pada rekening
bank) untuk menurunkan investasi bersih di Indonesia oleh pihak asing dan untuk
menyesuaikan arus kuartalan, seperti jadwal pembayaran utang luar negeri.
Surplus perdagangan
yang lebih besar
memperluas surplus
rekening berjalan
Pemulihan yang lebih kuat dalam ekspor relatif kepada impor pada kuartal kedua
meningkatkan surplus perdagangan Indonesia dan keseluruhan surplus neraca berjalan.
Walaupun mendorong surplus perdagangan, harga komoditas yang lebih tinggi
menyebabkan defisit penerimaan bersih yang lebih besar dengan meningkatnya
keuntungan dari operasi investor-investor asing. Pada kuartal kedua, kiriman uang dari
pekerja Indonesia di luar negeri sudah mendekati nilai rata-ratanya pada beberapa tahun
terakhir, pulih dari suatu penyusutan yang berarti pada kuartal pertama.
Arus liar pada neraca
permodalan telah
bergeser menuju pola
yang lebih umum
Arus pada rekening keuangan telah kembali ke pola yang lebih normal setelah bergerak
liar selama setengah tahun, terutama bagi perkiraan-perkiraan yang mudah berubah.
Investor portofolio asing telah kembali sebagai pembeli bersih pada pasar-pasar modal
dan obligasi pemerintah setelah sempat menurunkan kegiatan mereka selama setengah
tahun yang lalu. Sementara itu penduduk Indonesia hanya memindahkan tabungan
mereka ke luar negeri pada tingkat yang hanya sedikit lebih tinggi dari tingkat normalnya.
Kredit perdagangan berlipat ganda dari kuartal pertama—sejalan dengan peningkatan
kegiatan perdagangan—tetapi tetap sangat kecil dibanding tingkat yang pernah dicapai
pada tahun-tahun terakhir. Juga terdapat selentingan bahwa banyak perusahaan mulai
kembali meningkatkan utang luar negeri mereka setelah lama menghilang dari pasar surat
utang.
Pengecualian terbesar dari kecenderungan umum 'normalisasi' arus keuangan Indonesia
ini terletak pada penurunan drastis pada masuknya penanaman modal asing, yang
disebabkan oleh rendahnya investasi pada bidang-bidang selain minyak dan gas bumi.
Penurunan ini terjadi setelah titik tertinggi penanaman modal asing di Indonesia tercapai
pada dua kuartal sebelumnya. Walau demikian, rangkaian pengumuman rencana
investasi asing yang mulai meningkat pada bulan Mei masih belum berkurang hingga
bulan September.
Cadangan telah kembali
pada tingkat sebelum
krisis
Cadangan devisa Indonesia meningkat hingga 60,3 miliar dolar Amerika pada awal bulan
September, mendekati nilai puncaknya yang tercatat sebelum krisis pada bulan Juli 2008.
Surplus dalam neraca pembayaran mendorong peningkatan bertahap ini, seperti juga
tambahan 1,74 miliar alokasi hak penarikan khusus (senilai 2,7 miliar dolar Amerika) oleh
IMF pada tanggal 21 Agustus.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
8
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Tabel 3: Surplus neraca berjalan menutupi arus keluar modal bersih mini pada kuartal kedua,
memberikan surplus tipis pada neraca pembayaran dan cadangan yang meningkat tipis
(miliar dolar Amerika kecuali disebutkan lain)
2008
2005 2006 2007 2008
Q1
Q2
Q3
Q4
Balance of payments
0.6 13.9 14.1
-1.8
1.0
1.3
-0.1
-4.2
% GDP 0.2% 3.8% 3.3% -0.4% 0.8% 1.0% -0.1% -3.8%
Current account
0.3 10.9 10.5
0.3
2.8
-1.0
-0.9
-0.7
% GDP 0.1% 3.0% 2.4% 0.1% 2.3% -0.7% -0.6% -0.6%
Goods balance
17.5 29.7 32.8 22.9
7.5
5.4
5.8
4.2
Services balance
-9.1
-9.9 -11.8 -12.7
-3.0
-3.3
-3.2
-3.3
Net income & transfers
-8.1
-8.9 -10.4
-9.9
-1.7
-3.1
-3.5
-1.6
Capital & financial account
0.3
3.0
3.6
-2.1
-1.4
2.5
0.9
-3.3
% GDP 0.1% 0.8% 0.8% -0.4% -1.2% 1.9% 0.6% -3.0%
Direct investment (net)
5.3
2.2
2.3
2.0
-0.3
0.6
0.4
2.1
Inflows
8.3
4.9
6.9
7.9
1.5
2.0
1.9
3.3
Outflows
-3.1
-2.7
-4.7
-5.9
-1.7
-1.4
-1.5
-1.2
Portfolio investment (net)
Inflows
Outflows
Other investment (net)
Government
Private
4.2
4.3
5.6
1.7
21.7 22.0 43.7 47.9
-11.6 -15.3 -36.2 -41.8
-9.4
-0.8
-8.6
-3.8
-2.5
-1.3
2.0
12.5
-10.2
2009
Q1
Q2
4.0
1.1
3.5% 0.8%
2.9
3.1
2.6% 2.4%
7.0
8.7
-2.5
-3.1
-1.5
-2.5
1.7
-2.4
1.6% -1.8%
1.7
0.0
2.5
1.0
-0.8
-1.0
4.2
-0.1
13.7 13.1
-9.2 -13.0
-4.4
8.6
-9.4
1.9
11.9
-7.4
2.0
9.3
-7.5
-4.8
-2.4
-2.4
-6.2
-1.4
-4.7
-3.2
-0.4
-0.6
-2.3
-1.5
0.3
0.4
-0.1
0.2
-1.1
0.5
-1.5
-1.8
0.0
-1.0
-4.5
-2.0
0.2
Reserves
34.7 42.6 56.9
Sumber: BI, BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
51.6
59.0
59.5
57.1
51.6
54.8
57.6
5. Sejalan dengan ekonomi riil, pasar uang Indonesia telah mencetak prestasi
yang baik dan menemukan pijakan yang kokoh pada kuartal kedua.
a. Pasar saham dan mata uang rupiah telah pulih dengan meyakinkan sejak
bulan Maret
Indeks harga saham
gabungan (IHSG)
meningkat lebih tajam
dibanding indeks-indeks
Asia lain sejak bulan Juli
sampai Agustus
Pasar keuangan Indonesia terus melanjutkan kecenderungan penguatan yang dimulai
pada bulan Maret sampai ke kuartal ketiga tahun 2009. Pada awal bulan September,
pasar saham Indonesia telah meningkat 89 persen dibanding nilai rendahnya pada bulan
Maret. Ledakan bom tanggal 17 Juli di hotel Ritz-Carlton dan Marriott di Jakarta tidak
menggoyahkan kepercayaan investor dan IHSG mencatat penguatan tertinggi dibanding
indeks-indeks negara Asia lain dari pertengahan April hingga Agustus (Gambar 15).
Tanpa mengurangi optimisme, penting dicatat bahwa jumlah saham yang diperdagangkan
dan total kapitalisasi pasar IHSG tetap relatif kecil, sehingga dibutuhkan kecermatan yang
tinggi untuk menghubungkan antara gerakan pasar saham yang positif dan pembangunan
ekonomi riil.
Rupiah telah menguat
secara berarti sejak bulan
Maret, dan cukup stabil
berada pada tingkat
sekitar 10.000 setelah
menguat menjadi 9.850
per 1 dolar Amerika pada
awal bulan Agustus
Seperti saham-saham, rupiah juga terus menguat terhadap dolar Amerika sejak bulan
April. Setelah melemah melebihi Rp 12.000 per dolar Amerika pada bulan Maret, rupiah
telah bangkit dan diperdagangkan pada kisaran 10.100-10.300 pada sebagian besar
bulan Juni dan Juli. Angka-angka neraca perdagangan yang kuat membantu mendorong
kurs tukar hingga sedikit di bawah Rp 10.000 per dolar Amerika di bulan Agustus. Menuju
ke depan, pergerakan pada pasar Amerika Serikat pada musim gugur di belahan Utara
akan menjadi penunjuk penting akan kekuatan pemulihan Amerika, dan apakah
pemulihan itu akan tetap positif atau merosot untuk kedua kalinya. Kebangkitan Amerika
Serikat yang kuat dan menguatnya dolar Amerika terhadap berbagai mata uang dapat
kembali menekan kurs tukar rupiah/dolar Amerika, yang telah mengikuti kecenderungan
penguatan dan pelemahan dolar Amerika sejak krisis dimulai (Gambar 16). Selain itu,
karena penguatan rupiah yang baru terjadi juga disebabkan oleh saldo positif neraca
perdagangan Indonesia, suatu penurunan pada surplus perdagangan Indonesia karena
terus berlangsungnya pemulihan ekonomi secara relatif terhadap mitra-mitra dagang
Indonesia juga dapat menekan rupiah (Gambar 17).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
9
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 16: Karena indeks broad USD FRB melemah sejak
awal maret, Rupiah terapresiasi dengan cepat terhadap dolar
Amerika
Gambar 15: IHSG mencatat penguatan lebih di banding
kebanyakan indeks lainnya sejak pertengahan April
(Rupiah per dolar Amerika; indeks dolar Bank Sentral
Amerika terhadap berbagai mata uang, diindeks sampai 100
pada 21 Jan 1997)
(diindeks sampai 100 pada 2 Januari 2008)
115
Index
Index
Thailand SET
Singapore SGX
100
115
Jakarta JCI
70
55
Dollar Index
(RHS)
11,500
110
10,500
100
55
Shanghai
Composite
9,500
25
25
2-Jul-08
2-Oct-08
2-Jan-09 2-Apr-09
Sumber: CEIC dan Bank Dunia
Pengangkatan kabinet
baru di bulan November
dapat berdampak pada
rupiah dan pasar uang di
Indonesia
2-Jul-09
90
IDR/USD
(LHS)
40
2-Apr-08
120
85
70
40
2-Jan-08
Index
IDR per USD
100
Bombay BSE
85
12,500
July 17 Jakarta
Bombings
8,500
2-Jan-08 2-Apr-08
80
2-Jul-08
2-Oct-08
2-Jan-09 2-Apr-09
2-Jul-09
Sumber: FRB dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia
Pengangkatan kabinet baru pada awal bulan November mungkin akan membawa dampak
pada pasar saham dan uang di Indonesia. Pada titik ini, terdapat nuansa ketidakpastian
yang menyelubungi jajaran departemen-departmen utama, seperti pertanian, kesehatan,
perdagangan dan badan usaha publik, yang semuanya berperan dalam pengelolaan
ekonomi riil. Masuknya tokoh koalisi dan pengangkatan mereka sebagai menteri utama
dapat memicu fluktuasi pasar uang.
b. Hasil dari obligasi pemerintah Indonesia telah menyusut baik untuk jangka
pendek maupun panjang, walaupun nilainya masih relatif tinggi dibanding
hasil yang dicatat oleh obligasi lain di wilayah yang sama
Hasil dari obligasi
pemerintah dalam mata
uang rupiah dan dolar
Amerika telah pulih setara
dengan tingkat yang
dicapai pada awal tahun
2008
Seperti pada saham dan perdagangan valuta asing, pasar pendapatan tetap di Indonesia
juga terus memulihkan diri hingga pertengahan tahun 2009. Hasil yang diterima dari
obligasi pemerintah dalam rupiah 5 tahun menyusut dari hampir 14 persen di bulan Maret
menjadi sedikit di bawah 10 persen pada bulan Agustus—tingkat yang terakhir dicatat
pada bulan Maret 2008. (Gambar 18) Selain itu, hasil dari obligasi jangka pendek dan
panjang telah mulai menyusut sejak bulan Maret, dan kurva hasil makin menjadi curam
setelah sempat mendatar (dan meningkat) di luar kebiasaan pada periode DesemberJanuari (Gambar 19). Sebaran pada obligasi pemerintah Indonesia dalam dolar Amerika
juga telah menyusut, dan pada bulan Juli jatuh di bawah rata-rata pasar negara
berkembang dunia untuk pertama kali sejak bulan Agustus 2007 (Gambar 20). Walaupun
merupakan perkembangan yang positif, sebaran rata-rata EMBI dunia belum pulih ke
tingkat sebelum krisis.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
10
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 17: Surplus perdagangan membantu mendorong
penguatan rupiah belakangan ini
Gambar 18: Hasil obligasi 5 tahun Indonesia telah menyusut
sejak bulan Maret tetapi tetap lebih tinggi dan lebih mudah
berubah dibanding hasil obligasi pemerintah negara-negara
Asia lainnya
(Rupiah per dolar Amerika; neraca perdagangan dalam juta
dolar Amerika)
(persentase hasil obligasi pemerintah 5 tahun dalam mata
uang lokal)
IDR per USD
Per cent
USD billions
12,500
4
Trade Balance
(RHS)
Per cent
24
21
11,500
3
21
18
18
Indonesia
15
10,500
2
15
12
12
Philippines
9
IDR/USD
(LHS)
trade surplus
9,500
trade deficit
0
9
Thailand
6
6
Malaysia
3
8,500
Jan-07
-1
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
Sumber: BPS dan BI lewat CEIC dan Bank Dunia
…tetapi tetap lebih tinggi
dan lebih mudah berubah
dibanding ekonomi
negara tetangganya
Jul-09
24
3
0
2-Jan-08
0
2-Apr-08
2-Jul-08
2-Oct-08
2-Jan-09
2-Apr-09
2-Jul-09
Sumber: Bursa-bursa nasional lewat CEIC
Walaupun terjadi penguatan harga untuk obligasi dalam rupiah pada beberapa bulan
terakhir, hasil dari obligasi Indonesia masih lebih tinggi dan lebih mudah berubah
dibanding obligasi pemerintah lain di wilayah itu. (Gambar 18) Tambahan risiko dan
kepekaan ini, terutama pada hasil jangka panjang, berasal dari beberapa faktor, terutama
inflasi dan keberanian investor asing dalam menanggung risiko.3 Inflasi di Indonesia
umumnya lebih tinggi dibanding kebanyakan negara (Gambar 11), dan juga meningkatkan
risiko perubahan dengan adanya penyesuaian besar kepada harga bahan bakar di bawah
sistem subsidi bahan bakar yang berlaku sekarang. Penetapan penyesuaian itu tidak
dapat dipastikan, dan ketidakpastian ini berdampak pada hasil jangka panjang. Arus dana
dan selera risiko investor asing juga berdampak pada hasil jangka panjang, tetapi
biasanya tidak erat hubungannya dengan hal-hal pokok di Indonesia dan lebih peka
terhadap kecenderungan dan peristiwa ekonomi global.
3
R Goyal dan M Ruiz-Arranz, ‘Explaining Indonesia’s Sovereign Sebarans’, IMF Indonesia Selected
Issues Paper, 30 Juni 2009.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
11
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 20: Sebaran obligasi Indonesia dalam dolar Amerika
Gambar 19: Kurva hasil menjadi lebih curam setelah dimulai telah menyusut sejak Februari dan kini lebih rendah dari
rata-rata pasar berkembang dunia
dengan datar yang tidak lazim karena hasil jangka pendek
(Sebaran EMBI Indonesia terhadap Bendahara Amerika
yang sangat tinggi
(persentase hasil 1 sampai 15 tahun obligasi pemerintah
dalam rupiah)
14
Per cent
Per cent
Serikat dan perbedaan antara sebaran Indonesia dan ratarata pasar berkembang dunia, dalam poin)
Basis points
14
13
13
5 January 2009
12
Basis points
1200
400
Indonesian EMBI
USD Bond Spreads
(LHS)
1000
300
12
800
1 May 2009
11
11
600
10
28 August 2009
9
8
8
7
1Y
2Y
3Y
4Y
5Y
6Y
7Y
8Y
9Y
10Y 11Y 12Y 13Y 14Y 15Y
Sumber: FRB, CEIC dan Bank Dunia
Reformasi subsidi bahan
bakar, bila diterapkan,
dapat membuahkan
inflasi yang lebih jinak
dan penyusutan
ketidakpastian sehingga
membawa hasil ke jangka
menengah-panjang
100
10
9
7
200
Indonesian Spreads
Less Global EMBI
Average (RHS)
400
0
200
-100
0
Jan-05
-200
Sep-05
May-06
Jan-07
Sep-07
May-08
Jan-09
Sumber: JP Morgan, Datastream dan Bank Dunia
Jika pemerintah melanjutkan langkah menuju pengundangan reformasi subsidi bahan
bakar, seperti disinggung pada pidato presiden mengenai anggaran tahunan, maka hal itu
dapat memangkas sumber utama bagi ketidakpastian dan pergerakan liar inflasi yang
mendorong hasil obligasi. Defisit fiskal yang diperkirakan untuk tahun 2009 dan 2010 juga
berdampak pada harga-harga obligasi, sesuai dengan kebutuhan pendanaan pemerintah
untuk sisa tahun ini dan setahun berikutnya. Defisit yang lebih rendah dari yang
diperkirakan akan menurunkan kebutuhan penerbitan obligasi di tahun 2010 sehingga
akan menopang harga.
c. Siklus pemotongan suku bunga acuan telah berakhir, tetapi suku bunga kredit
perbankan masih bertahan relatif tinggi
Dengan suku bunga
acuan berada 300 poin di
bawah puncaknya dan
dengan mulai
meningkatnya laju inflasi,
BI telah memberi sinyal
untuk menghentikan
pemotongan suku bunga
acuan
Dengan jatuhnya inflasi dan kondisi ekonomi yang melemah, Bank Indonesia memotong
suku bunganya sebanyak 300 poin antara Desember 2008 dan Agustus 2009, termasuk
pemotongan 25 poin pada rapat-rapat Dewannya pada bulan Juni sampai Agustus.
Selanjutnya, dengan makin menguatnya tanda-tanda pemulihan kondisi ekonomi dan
harga-harga dunia meningkat dari titik rendahnya di akhir 2008, BI memberi sinyal bahwa
siklus pemotongan suku bunga tahun 2009 telah berakhir, dan mempertahankan suku
bunga acuan pada 6,50 persen pada rapatnya di bulan September. Dalam risalah rapat
dewan di bulan September, BI menyerukan kewaspadaan untuk prospek inflasi di tahun
2010. Pengamat pasar sedang berspekulasi kapan suku bunga akan meningkat, dengan
harapan peningkatan itu akan mengangkat hasil jangka pendek obligasi pemerintah dalam
rupiah dan memicu pendataran kurva hasil.
…tetapi suku bunga
tabungan dan kredit
kokoh bertahan walaupun
suku bunga rujukan telah
turun
Dampak pemotongan suku bunga acuan sangatlah minim terhadap suku bunga tabungan
dan kredit perbankan. (Gambar 21) Untuk mempercepat proses ini, bank sentral telah
menandatangani suatu perjanjian dengan 14 bank umum terbesar pada bulan Agustus
untuk membatasi suku bunga tabungan mereka tidak lebih dari 150 basis poin di atas suku
bunga acuan pada bulan November. Bersama-sama, bank-bank itu memiliki sekitar empat
per lima dari dana tabungan Indonesia.
Hal ini didorong oleh dua hal yang berhubungan: untuk menurunkan persaingan antarbank untuk tabungan yang telah meningkatkan biaya dana secara berarti bagi perbankan;
dan dengan turunnya biaya dana, perbankan dapat menurunkan suku bunga tabungan.
Perjanjian ini menimbulkan keprihatinan pada sebagian pengamat bila tabungan akan lari
ke bank-bank yang lebih besar di tempat lain yang menawarkan hasil yang lebih tinggi,
tetapi gerakan ini mungkin hanyalah kecil karena tampaknya terdapat porsi tabungan yang
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
12
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
besar yang dimiliki oleh badan usaha milik negara yang tidak memiliki rencana untuk
memindahkan dana mereka, dan para penabung besar lainnya juga telah meragamkan
penempatan tabungan mereka sehingga kemungkinan mereka memindahkan dananya
cukup kecil.
d. Sektor perbankan bertahan relatif perkasa selama krisis, walaupun ditengah
meningkatnya biaya dana
Berbagai indikator
agregat seperti tingkat
CAR, ROA dan NPL
menunjukkan bahwa
kesehatan keseluruhan
sektor perbankan masih
utuh
Secara keseluruhan sektor perbankan tampak berada dalam keadaan baik, seperti diukur
dengan berbagai indikator agregat resmi, seperti kecukupan modal dan tingkat
pengembalian aktiva (Gambar 22). Persentase kredit macet pada bank-bank umum tetap
stabil di tengah krisis. Setelah meningkat sedikit di atas 4 persen pada bulan April dan
Mei, kredit macet menyusut kembali menjadi 3,94 persen pada bulan Juni. Walaupun
sedikit lebih tinggi dari rasio rata-rata kredit macet di tahun 2008, nilainya jauh lebih
rendah dibanding angka di tahun 2006-2007 dan bahkan angka pada awal tahun 2008.
(Gambar 23) Likuiditas antar bank juga cukup perkasa pada bulan Juni dan Juli. Berpijak
pada daerah yang rentan pada bulan Desember 2008, tampaknya sektor perbankan
Indonesia telah berhasil melalui titik terberat dari krisis tanpa guncangan yang berarti.
Pada awal Agustus, Moody’s menurunkan prospek sektor perbankan Indonesia dari stabil
menjadi negatif. Moody’s menurunkan penilaiannya karena berbagai faktor, termasuk
peningkatan pinjaman yang cepat pada beberapa tahun terakhir, meningkatnya biaya
dana, dan kelebihan kapasitas pada sistem perbankan. Akan tetapi, Moody’s tetap
mempertahankan peringkat kekuatan keuangan bank (BFSR) dari 10 bank Indonesia
yang dinilainya pada nilai rata-rata berbobot D. Selain itu, Moody's juga menurunkan
peringkat berbagai negara lainnya, dan penurunan itu mungkin lebih banyak disebabkan
oleh penyesuaian internal pada model pemeringkatan dari lembaga itu dibanding keadaan
Indonesia. Kemudian di bulan itu juga, Fitch menegaskan peringkat stabilnya untuk
prospek masa depan sektor perbankan Indonesia.
Gambar 21: Dampak pemotongan suku bunga acuan Gambar 22: Rata-rata CAR, ROA dan LDR menunjukkan
sangatlah minim terhadap suku bunga kredit perbankan
sektor perbankan yang relatif kokoh
(rata-rata berbobot suku bunga kredit bank umum untuk (rata-rata Rasio Kecukupan Modal, Rasio Pinjaman terhadap
modal kerja dan suku bunga acuan)
Tabungan dan Tingkat Pengembalian atas Aktiva untuk
seluruh bank umum, dalam persen)
18
Per cent
Basis points
1,800
Working capital
lending rate (LHS)
1,500
15
12
9
6
BI policy
rate (LHS)
Lending rate
less policy rate (bps, RHS)
Sep-06
Sep-07
Per cent
3.5
Loan to Deposits
Ratio (LHS)
75
3
1,200
60
2.5
Return on Assets
(RHS)
900
45
300
Sep-05
Per cent
2
600
3
0
Sep-04
90
Sep-08
0
Sep-09
30
Capital Adequacy Ratio
(LHS)
1.5
15
Jan-06
1
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
Catatan dan sumber: Suku bunga acuan adalah suku bunga Sumber: BI dan Bank Dunia
SBI satu bulan untuk kuartal kedua tahun 2008, dan suku
bunga overnight. BI lewat CEIC dan Bank Dunia
Bank-bank Indonesia
membatasi pemberian
kredit baru pada paruh
awal tahun 2009, berbeda
jauh dengan peningkatan
pemberian kredit yang
Kredit bank umum adalah satu dari sedikit indikator yang belum meningkat pada beberapa
bulan terakhir. Jumlah kredit yang berputar berkisar pada Rp 1,3 triliun pada bulan Juni.
Angka ini lebih tinggi 3 persen dari angka pada awal tahun, setelah melalui penurunan
tajam dalam persetujuan kredit baru pada akhir tahun 2008, semester dengan
pertumbuhan paling lambat pada dekade ini. Beberapa indikator kembali ke posisi yang
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
13
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
cepat pada periode
sebelumnya
Terbitlah Terang
lebih normal pada kuartal kedua, dengan peningkatan kredit sebesar 2,3 persen relatif
terhadap kuartal pertama. (Gambar 23) Sementara kredit baru sulit mendapat persetujuan
pada sebagian besar ekonomi pada wilayah itu sejak dibukanya tahun 2009 (dengan India
sebagai pengecualian), di tempat lain telah terjadi peningkatan kredit yang lebih
beralasan. (Gambar 24)
Tekanan pada pertumbuhan kredit di Indonesia disebabkan oleh faktor permintaan dan
penawaran, yang sulit dipisahkan untuk menentukan faktor mana yang lebih dominan.
Pada sisi penawaran, terjadi pengetatan standar kredit karena bank-bank mencoba untuk
mengamankan modal mereka terhadap perkiraan kondisi ekonomi yang melemah,
ditambah dengan tingginya biaya ketersediaan dana sekunder, sehingga membatasi
tersedianya kredit baru. Permintaan juga menyusut karena peningkatan penghindaran
risiko oleh perusahaan dan rumah tangga menurunkan keinginannya untuk mendapatkan
kredit baru, dan kebutuhan modal kerja yang lebih sedikit dengan lemahnya harga-harga
dan penjualan yang lebih lemah lagi, dan penurunan terbatas dalam biaya peminjaman
(Gambar 21).
Gambar 23: Rasio kredit macet jatuh di bulan Juni dan tetap Gambar 24: Pertumbuhan kredit lebih melambat di Indonesia
berada di bawah angka tahun 2006-2007, sementara kredit
dibanding tempat lain, relatif terhadap pertumbuhan kredit
pada umumnya stabil sejak akhir tahun 2008
yang sangat cepat pada tahun sebelumnya
(total kredit dan komposisinya dalam triliun rupiah; total
persentase kredit macet)
IDR trillions
Per cent
1600
Non-Performing Loans
(RHS)
(kredit bank umum, diindeks sampai 100 pada bulan Januari
2006)
8
Total Loans
(LHS)
1200
270
Index
Index
India
250
6
250
230
230
210
210
Indonesia
190
190
800
4
170
400
Consumption Loans
(LHS)
Investment Loans
(LHS)
2
0
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Sumber: BI dan Bank Dunia
Terdapat beberapa
keprihatinan bahwa
ketidakcocokan antara
tabungan dan kredit dapat
memicu pengetatan
likuiditas pada sistem
perbankan pada
kemudian hari
Singapore
USA
130
Thailand
110
0
Jan-09
Philippines
150
130
110
90
90
Jan-06
170
Malaysia
150
Working Capital
Loans (LHS)
Jan-06
270
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
Jul-09
Sumber: Bank-bank sentral nasional lewat CEIC dan Bank
Dunia
Menuju ke depan, terdapat keprihatinan bahwa pembatasan suku bunga tabungan dapat
menurunkan tingkat tabungan di bank bersamaan dengan mulai meningkatnya kredit
(karena suku bunga kredit yang lebih rendah dan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut),
sehingga terjadi bentrokan likuiditas. Tekanan ini mungkin tidak dirasakan sampai awal
tahun depan, terutama karena adanya peningkatan belanja anggaran negara dan
penjualan obligasi yang lebih rendah sampai akhir tahun.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
14
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
6. Pertumbuhan belanja dan pendapatan pemerintah mendapat dukungan di paruh
pertama
a.
Posisi fiskal pemerintah
di tahun 2009 membantu
pemulihan ekonomi
b.
Pendapatan pemerintah
turun bersama
pemotongan pajak serta
harga komoditas dan laba
yang lebih rendah.
Stimulus fiskal dan stabilisator otomatis memberi kontribusi pada ketahanan
perekonomian Indonesia
Berbeda dengan paruh pertama tahun-tahun sebelumnya, stabilisator otomatis berupa
tingkat pajak progresif yang dikenakan pada laba ditambah keputusan kebijakan untuk
memotong berbagai pajak, dan pencairan dana yang lebih cepat dari biasanya (dibahas di
bawah), telah menjadi bantalan yang menahan dampak perlambatan ekonomi. Dalam
semester pertama 2009, pendapatan yang melemah dan penurunan terbatas pada
pengeluaran secara keseluruhan membuat saldo fiskal menjadi defisit, berbeda dengan
surplus di tahun-tahun sebelumnya (Gambar 25). Sebagai tambahan, walaupun
pemerintah tetap melanjutkan praktik mengonsentrasikan sebagian besar kebutuhan
pembiayaannya di muka, saldo simpanan pemerintah mengalami penurunan di semester
pertama 2009 dibandingkan dengan tahun lalu, konsisten dengan sikap ekspansif yang
diambil pemerintah.
Pemotongan pajak dan perekonomian yang lebih lemah menurunkan
pendapatan, tapi sudah ada tanda-tanda mulai pulihnya pertumbuhan
pendapatan.
Pendapatan pemerintah di akhir Juli 2009 lebih rendah 15 persen dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2008. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk
memotong pajak secara bertahap sekaligus memberi stimulus dan lingkungan ekonomi
yang melemah. Semua faktor ini menghasilkan penurunan tajam dalam pendapatan pajak
dibandingkan PDB nominal. Selaras dengan tanda-tanda pemulihan pertumbuhan
ekonomi, indikasi awal pun sudah ada yang menunjukkan bahwa pendapatan pajak
sepertinya telah mencapai titik balik di pertengahan tahun. (Gambar 26)
Gambar 25: Saldo fiskal yang lebih memberikan stimulus
dan simpanan pemerintah di BI yang lebih rendah
menanggapi perlambatan
Gambar 26: Pendapatan pajak turun lebih cepat daripada
perlambatan PDB nominal
(dalam triliun rupiah)
(perubahan persentase tahun-ke-tahun)
80
IDR trillion
IDR trillion
60
160
120
40
60 Per cent
40
Per cent
40
30
Total tax revenue (LHS)
80
20
20
40
0
0
Fiscal Balance
0
10
Nominal GDP (RHS)
Govt. deposits at BI (RHS)
-20
-40
S1 2005 S1 2006
20
S1 2007 S1 2008 S1 2009
Catatan dan sumber: Depkeu
-20
0
Jun-03 Jun-04 Jun-05 Jun-06 Jun-07 Jun-08 Jun-09
Sumber: BPS dan Depkeu
Harga komoditas yang rendah ditambah permintaan eksternal dan domestik, untuk
beberapa sektor, yang lemah mengurangi perputaran dan laba serta kemungkinan
memotong upah dan jumlah lapangan kerja sektor formal. Hal ini tercermin pada
perlambatan tajam yang dilaporkan PDB nominal dari rekor pertumbuhan tertinggi
sebesar 29 persen di KUARTAL KETIGA 2008 menjadi 11 persen di KUARTAL KEDUA
2009. Perlambatan ini biasanya menghasilkan penurunan yang lebih tajam dalam
pendapatan pajak, karena pendapatan pajak biasanya jauh lebih bervariasi daripada
perubahan dalam pertumbuhan ekonomi karena volatilitas yang lebih besar pada laba
dan progresivitas dalam tingkat pajak baik pada saat perekonomian melemah maupun
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
15
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
pulih. Pendapatan minyak dan gas memberikan contoh yang paling jelas: dalam semester
pertama 2009, pemerintah menerima kurang dari separuh pendapatan semester pertama
2008 karena harga minyak mentah Indonesia secara rata-rata lebih rendah 47 persen
tanpa ada perubahan besar dalam tingkat produksi.
Program pemotongan pajak pemerintah semakin mengurangi pendapatan pajak.
Sebagian pemotongan ini diprogramkan tahun 2008 untuk memperluas jumlah pembayar
pajak terdaftar. Nilai teoritis pemotongan ini adalah 43,0 triliun Rupiah atau 17 persen dari
penerimaan pajak pendapatan nonminyak dan gas 2008. Program lain diperkenalkan
untuk mendukung belanja dan pemberian kerja di sektor yang rentan terhadap jatuhnya
harga komoditas dan penurunan ekonomi global, dengan perkiran nilai
sebesar 13,3 triliun Rupiah.
Tabel 4: Perkembangan dalam pendapatan dan belanja
(pendapatan dan belanja pemerintah pusat)
2006
2007
2008 To July 2009* Explanation
Annual percent change and YoY percentage
percentage point contributions point contrib's
Tax revenue
17.9
20.4
33.4
-5.9
7.3
2.3
6.3
1.3
7.1
0.5
7.8
0.7
11.0
6.4
11.1
0.4
-0.9
2.0
-3.2
-1.4
Cuts in tax rates, low er profits and formal w ages w ith low er commodity
prices and slow er activity grow th
Low er profits w ith low er commodity prices & demand; cuts in tax rates
Around a 50% fall in the international oil price; slightly low er production
Less discretionary spending, partic. for goods subject to luxury tax rates
Slow er investment
Non-oil and gas
Oil & Gas
VAT
Land and building tax
Duties on land and
building transfer
Excise
Other taxes
Import duties
Export duties
-0.1
0.7
-0.1
0.0
Reduced economic activity
1.3
0.1
-0.8
0.2
1.7
0.1
1.1
0.8
1.3
0.1
1.2
1.9
0.9
0.0
-0.6
-2.7
Slow ing in consumption, offsetting the increase in cigarette excise rate
Slow ing of economic activity
Reduced import values w ith low er commodity prices and destocking
Low er commodity prices and w eak export volumes
Non-tax
Oil
Gas
Mining
Forestry
Fishery
SOE transfer
Other
54.5
35.6
1.4
2.4
-0.6
0.0
6.9
8.8
-5.2
-13.9
-0.8
-0.4
-0.1
0.0
0.1
9.9
49.1
35.0
5.3
1.4
0.2
0.0
2.7
4.6
-35.9
-47.4
8.9
0.4
-0.2
0.0
-2.2
4.5
Significant falls in oil prices
Around a 50 per cent fall in international oil prices
Gas production remains steady
Low er prices and some w eakening in volume demand reducing profits
Slow ing demand for w oods and related products
A small item w here contributions to grow th remain low
Reduced domestic demand reducing activity
Low er fee collection through the slow ing of domestic activity
21.8
14.7
37.3
-7.2
Grow th in programmatic spending offset by a sharp decline in subsidies
5.3
5.0
6.1
4.4
1.0
3.9
1.7
2.1
2.1
-5.0
4.4
0.5
1.6
1.4
2.9
3.3
3.3
1.2
3.7
2.8
3.8
0.2
1.7
2.0
-3.7
9.7
24.8
-23.6
Grow th in line w ith previous years' and streamlined 13th month salary
Increase in government consumption and early procurement
Planned government investment being spent earlier in the year
Grow th in social expenditure and the BLT program
Election spending and increased 'planned expenditure'
In line w ith projections, w ith appreciation in IDR offsetting higher interest
costs on new debt
Refined fuel prices have halved and the government continues to
encourage less consumption of higher cost-energy
Central gov't
expenditure
Salaries
Goods and services
Capital
Social assistance
Others
Interest payments
Subsidies
Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia
c.
Belanja pemerintah untuk
program naik
dibandingkan tahun 2008,
sementara belanja
subsidi yang lebih rendah
menurunkan total
pengeluaran.
Pencairan dana untuk program inti pemerintah meningkat di paruh pertama
2009, walaupun hanya sekitar 10 persen paket stimulus yang telah dibelanjakan.
Penurunan belanja sekitar dua pertiga untuk subsidi energi mengurangi pengeluaran
pemerintah pusat secara keseluruhan sekitar 7 persen dalam tujuh bulan sampai Juli
2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Harga energi internasional
yang lebih rendah, penyesuaian tarif dan program konversi minyak tanah ke LPG yang
sedang berjalan merupakan alasan penurunan ini.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
16
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Sebagai pembanding, belanja program inti pemerintah lebih tinggi daripada tahun 2008.
(Gambar 29) Alokasi yang lebih tinggi untuk gaji, karena pemerintah merampingkan
program pembayaran 'bulan ketigabelasnya', memberi kontribusi positif terbesar kepada
belanja pemerintah pusat. Belanja modal naik sekitar seperlima dan pembelian barang
dan jasa naik separuh, yang didukung oleh pengenalan proses di bulan Oktober 2008
yang memampukan pengadaan dimulai sebelum awal tahun fiskal. Realisasi program
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan belanja pemilihan umum mendorong bantuan sosial
dan kategori pengeluaran 'lain' hampir sebesar dua pertiga.
Gambar 27: Penerimaan pajak biasanya lebih lemah yang
mencerminkan harga komoditas yang rendah, permintaan
yang lemah ditambah pemotongan pemerintah atas tingkat
pajak
Gambar 28: Jatuhnya harga minyak di akhir tahun 2008 dan
awal 2009 memberi kontribusi signifikan kepada
pemotongan pendapatan nonpajak
(perubahan persentase tahunan)
(perubahan persentase tahunan)
40 Per cent
Per cent 40
60
30
30
40
40
20
20
20
20
0
0
10
10
0
0
-10
-10
Per cent
Per cent
-20
-20
-40
-40
-60
-60
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
Oil & gas
Non-oil & gas
VAT
Oil
Gas
Mining
Property & Land
Forestry & fishery
Transf. from SOEs
Other
Excise & Other
2003
Trade
60
2004
2005
2006
2007
2008 2009*
Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap pertumbuhan menunjukkan pertumbuhan sampai Juli 2009 dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2008. Depkeu, Bank Dunia
Sekitar sepertiga belanja anggaran pemerintah pusat
Gambar 29: Penurunan belanja subsidi lebih dari sekadar
menyeimbangkan peningkatan belanja program pemerintah Indonesia untuk 2009 dicairkan di paruh pertama tahun
itu, jumlah yang serupa dengan tingkat pencairan 2008.
pusat
(perubahan persen tahunan dan kontribusi poin persentase
dalam belanja pemerintah pusat)
40 Per cent
Per cent 40
30
30
20
20
10
10
0
0
-10
-10
-20
-20
-30
Namun, ada perbedaan komposisi penting antara kedua
tahun tersebut. Di tahun 2008, subsidi energi besar yang
tidak terduga mendominasi belanja dan mengangkat
tingkat pencairan secara keseluruhan. Sejauh ini, sekitar
27 persen subsidi, modal dan anggaran bantuan sosial,
dan sekitar separuh alokasi untuk gaji dan bunga, telah
dibelanjakan. Sementara itu, 9,7 persen dari belanja
stimulus senilai 12 triliun Rupiah telah dicairkan pada
akhir Juli, belanja ini meningkat dengan sekitar 5 persen
dibelanjankan pada bulan Juli.
-30
2006
Salaries
2007
2008
Goods & services
2009*
Capital
Social assistance
Interest & other
Subsidies
Catatan dan sumber: * Kontribusi 2009 terhadap
pertumbuhan terkait dengan data sampai Juli 2009
dibandingkan dengan Juli 2008. Depkeu dan Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
17
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
7. Lapangan kerja meningkat walaupun terjadi perlambatan, sementara
kemiskinan terus turun
Pasar tenaga kerja lebih
kuat bulan Februari ini
dibandingkan setahun
lalu
Lapangan kerja tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan ekonomi pada saat
pergantian tahun. (Survei angkatan kerja Indonesia dilakukan setiap bulan Februari dan
Agustus.) Laporan mengenai pemutusan hubungan kerja tidak pernah mencapai skala
besar dan semakin jarang terdengar di kuartal kedua, walaupun ada wilayah dan sektor
yang memang terkena dampak yang lebih besar dibandingkan rata-rata nasional.
Lapangan kerja naik 2,4 persen atau 2,44 juta pekerja sampai Februari menjadi 104,5
juta, lebih cepat 1,6 persen dibandingkan pertumbuhan dalam populasi berusia 15 tahun
ke atas. (Gambar 30) Jumlah pekerja perempuan meningkat 3,3 persen, hampir dua kali
lebih cepat dibandingkan pekerja laki-laki, dan tingkat partisipasi angkatan kerja
meningkat untuk kedua jender menjadi rata-rata 68,5 persen secara keseluruhan.
Perdagangan memberi kontribusi terbesar kepada peningkatan lapangan kerja dengan
21,8 juta orang Indonesia bekerja di sektor ini di bulan Februari 2009, sementara 43,0 juta
bekerja di sektor pertanian, naik 0,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Semua
peningkatan ini lebih dari cukup untuk menyerap pertumbuhan angkatan kerja dan
peningkatan partisipasi, sehingga tingkat pengangguran turun 0,3 poin persentase
menjadi 8,14 persen. (Gambar 32)
Pertumbuhan lapangan kerja ini hanya sedikit berpengaruh pada 'karyawan' atau 'pemberi
kerja'. (Gambar 31) Angkatan kerja nonpertanian lepas meningkat 7,3 persen, dan buruh
tanpa bayaran naik 4,0 persen menjadi 18,7 juta; sementara jumlah 'pemberi kerja'
hampir tidak mengalami perubahan. Lapangan kerja lepas secara khusus berpengaruh
pada pekerja perempuan: hanya 39 persen pekerja perempuan melaporkan diri sebagai
'pemberi kerja' atau 'karyawan', sementara hampir 60 persen pekerja laki-laki berada
dalam kategori ini, dan tren ini semakin kuat sampai bulan Februari lalu.
Gambar 30: Lapangan kerja terus meningkat, walaupun
terjadi penurunan secara global, dengan jumlah pekerja di
sektor perdagangan dan industri jasa lain mencatatkan
peningkatan terbesar
Gambar 31: ...tapi sebagian besar pertumbuhan ini terjadi
dalam jenis lapangan kerja yang kurang formal
(juta pekerja, Februari)
(juta pekerja, Februari)
Millions
Millions
Millions
Millions
110
110
110
88
88
88
88
66
66
66
66
44
44
44
44
22
22
22
22
110
0
2006
2007
2008
Agriculture
Manufacturing
Trade
Transport.
Comm. services
Others
0
2009
Construction
Finance
0
0
2006
Employer
Casual
2007
2008
Employee
Ow n account
2009
Unpaid
Sumber: BPS dan Bank Dunia
…dan tingkat kemiskinan
menurun
Proporsi penduduk Indonesia yang tinggal dalam kemiskinan juga menurun sampai
dengan bulan Maret, dari 15,4 persen menjadi 14,2 persen. (Gambar 32) Penurunan ini
terjadi walaupun ada peningkatan biaya hidup, terutama di kalangan rumah tangga
miskin, sampai kuartal ketiga 2008, dan penurunan dalam pendapatan dan lapangan
kerja yang kemungkinan telah terjadi sekitar pergantian ke tahun 2009 saat harga
komoditas anjlok dan kegiatan ekonomi tidak bergerak. Model ekonomi menunjukkan
bahwa sebagian penurunan dalam tingkat kemiskinan adalah hasil dari tambahan
pendapatan rumah tangga miskin yang berasal dari program Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Pemberian terakhir BLT dilakukan di bulan Februari, dan survei yang dilakukan di
kuartal kedua 2009 kemungkinan akan melaporkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
18
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah Terang
Gambar 32: Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka turun dari awal 2008 sampai awal
2009, walaupun ekonomi melemah di sekitar pergantian tahun
(persen keseluruhan dan populasi usia kerja secara berurutan)
25
Per cent
Per cent
25
Poverty rate
Open unemployment rate
20
20
15
15
10
10
5
5
0
0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
19
B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP
1. Prospek ekonomi Indonesia telah membaik
Prospek ekonomi
Indonesia telah membaik
Prospek ekonomi Indonesia telah membaik dalam tiga bulan terakhir. Ekonomi
diperkirakan tumbuh 4,3 persen di tahun 2009, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya
sebesar 3,5 persen. Tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 5,4
persen, sebelum kembali ke tingkat pertumbuhan potensial Indonesia saat ini sebesar 6
sampai 6,5 persen mulai 2011. (Gambar 33, Tabel 5)
Perkiraan pertumbuhan
lintas tujuan ekspor
Indonesia pun menguat
Bersamaan dengan menguatnya pertumbuhan di Indonesia, pemulihan global pun terjadi
lebih awal daripada perkiraan, dibarengi perbaikan prospek untuk mitra dagang utama
(MTP) Indonesia. Output lintas MTP Indonesia diproyeksikan turun sebesar 1,7 persen
secara keseluruhan di tahun 2009, jauh lebih sedikit daripada kontraksi sebesar 3 persen
yang diproyeksikan terjadi bulan Juni (Gambar 34). Walaupun pengisian ulang barang
dan stimulus fiskal tampaknya sampai saat ini telah mendukung pemulihan bertahap,
belanja swasta diperlukan untuk menggantikan belanja publik dalam memastikan
berlanjutnya pemulihan. Walaupun telah direvisi naik, perkiraan pertumbuhan MTP tahun
2010 masih jauh lebih lemah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sementara risiko
negatif telah jauh melunak.
Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat
potensialnya di tahun 2011
Gambar 34: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan
terus pulih secara bertahap dalam dua tahun mendatang
(perubahan persentase tahunan)
(perubahan persentase tahunan)
8
Per cent
Per cent
8
6
Per cent
Per cent
6
Forecasts
6
6
4
4
2
2
0
0
2001
2003
2005
2007
Sumber: BPS, CEIC dan Bank Dunia
2009
2011
3
3
0
0
Jun-09
Sep-09
2005
2007
-3
-3
2001
2003
2009
2011
Catatan dan sumber: Perkiraan pertumbuhan PDB MTP No
2011 yang diterbitkan dalam Economic Quarterly bulan Juni.
CEIC dan Bank Dunia
Pertumbuhan tahun 2009
diperkirakan akan
didukung oleh konsumsi
domestik yang kuat
Pendorong utama pertumbuhan Indonesia tahun 2009 diperkirakan tetap berasal dari
permintaan domestik, didukung oleh pemulihan di sektor eksternal (Gambar x).
Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat, naik sekitar 4,5 persen di tahun
2009 dengan belanja terkait pemilihan umum di paruh pertama ditambah dengan stimulus
fiskal di paruh kedua. Pertumbuhan investasi diperkirakan tetap lemah di tahun 2009,
konsisten dengan harga komoditas, permintaan eksternal, dan pertumbuhan kredit yang
lebih lemah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Konsumsi pemerintah
diperkirakan terus berkembang bersamaan dengan terus dikeluarkannya stimulus fiskal
dan pencairan dana. Di seluruh sektor produksi, kontraksi sektor industri di KUARTAL
KEEMPAT 2008 pulih di kuartal berikutnya dan kegiatan industri diperkirakan akan lebih
kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya di sepanjang tahun 2009.
…dengan pemulihan
investasi di tahun 2010
Di tahun 2010, pertumbuhan diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi didukung
oleh investasi yang kuat, dibantu oleh kredit yang lebih mudah tersedia dan peningkatan
kepercayaan investor saat harga komoditas dan pertumbuhan global pulih. Produksi jasa
diperkirakan meningkat di atas tren setelah melambat di tahun 2009, karena konsumsi
20
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
swasta tetap kuat dan kredit konsumsi tetap meningkat. Pertumbuhan di sektor pertanian
mengalami sedikit dampak dari pola cuaca El Nino yang diperkirakan sedang terjadi oleh
para ahli meteorologi. (Kotak 4)
2011 akan menyaksikan
kembalinya pertumbuhan
potensial
Saat ekonomi dunia mulai mendekati tingkat pertumbuhan yang lebih normal di tahun
2011, ekonomi Indonesia diperkirakan untuk mendekati potensi pertumbuhan tahunannya
sebesar 6 sampai 6,5 persen.
Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia
Perubahan persen kecuali jika dinyatakan lain
1. Main economic indicators
Total Consumption expenditure
Private consumption expenditure
Government consumption
Gross fixed capital formation
Exports of goods and services
Imports of goods and services
Gross Domestic Product
Agriculture
Industry
Services
2. External indicators
Trade balance (USD bn)
Balance of payments (USD bn)
Financial account balance (b)
3. Other economic measures
Consumer price index
Poverty basket Index
GDP Penurun laju inflasi
Nominal GDP
4. Economic assumptions
Exchange rate (IDR/USD)
Interest rate (SBI, 1 month)
Oil price (Indonesian crude price) (c)
Major trading partner growth
2008
Annual
2009 2010
2011
2008
Year on Year (a)
2009 2010 2011
5.9
5.3
10.4
11.7
9.5
10.0
6.1
4.8
3.7
8.9
5.2
4.5
10.8
2.7
‐12.2
‐18.4
4.3
3.0
2.8
6.2
5.0
4.7
6.2
8.1
9.6
13.2
5.4
2.8
3.4
8.0
4.9
5.0
4.7
6.8
11.4
11.7
6.0
4.3
3.8
8.7
6.4
4.8
16.4
9.1
1.8
‐3.5
5.2
4.7
2.6
7.8
3.2
3.4
3.8
2.8
‐4.0
‐7.0
5.2
2.3
3.5
5.8
5.4
5.1
7.5
8.7
7.7
9.3
5.0
4.4
3.9
8.0
5.2
5.1
5.8
5.7
13.6
12.9
6.1
3.5
4.0
10.3
10.2
‐1.9
‐1.6
16.9
12.0
3.5
11.9
8.0
5.5
11.2
2.2
3.1
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
9.8
11.6
18.2
25.4
4.7
5.7
9.0
13.8
5.6
5.7
11.3
17.2
6.5
6.3
10.0
16.5
11.5
13.5
17.1
23.1
2.4
2.9
9.2
14.8
6.8
6.4
12.9
18.5
6.0
6.2
7.2
13.7
9757 10516 10000 10000 11365 10000 10000 10000
8.7
7.4
7.0
7.0
9.4
7.0
7.0
7.0
97.0 60.2 74.1 75.6 52.8 70.4 75.6 75.6
2.1
‐1.8
3.3
3.4
‐1.6
1.7
3.0
3.6
Catatan: Proyeksi ini adalah untuk arus perdagangan yang dilaporkan dalam akun nasional
yang mungkin lebih saji dalam pergerakan sebenarnya dalam volume dagang dan kurang saji
dalam pergerakan harga. Akun nasional melaporkan nilai rupiah ekpor turun sebesar 15 persen
sampai pertengahan 2009 - konsisten dengan data neraca pembayaran - sementara volume
ekspor turun sekitar 16 persen menyatakan bahwa harga ekspor Indonesia dalam rupiah naik
1,3 persen terlepas dari jatuhnya harga komoditas dalam periode ini dan depresiasi rupiah
sebesar 12 persen.
Skenario alternatif untuk
lingkungan sekitar
ekonomi Indonesia
menunjukkan
serangkaian jalur
pertumbuhan potensial,
terutama tahun 2010
Karena besarnya ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi Indonesia dan
global, skenario pertumbuhan alternatif telah dipertimbangkan. (Tabel 6 dan Gambar 35)
'Skenario tinggi' mengasumsikan pemulihan ekonomi global lebih besar dari yang
diantisipasikan saat ini. Dalam skenario ini, harga ekspor dan kredit domestik diperkirakan
akan berakselerasi. Skenario tinggi juga memperkirakan Rupiah mengalami apresiasi ke
tingkat yang sebelumnya pernah tercapai sebelum terjadi penghindaran risiko di bulan
Oktober tahun lalu. Skenario tinggi dapat menambahkan 1 poin persentase ke
pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
21
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Dalam skenario 'rendah', pemulihan dunia diasumsikan terjadi lebih lama dibandingkan
perkiraan saat ini. Sebagai tambahan, diasumsikan adanya masa penghindaran risiko
pada akhir tahun ini dan awal tahun depan, yang walaupun tidak separah di bulan
Oktober 2008, masih mengakibatkan stagnasi pertumbuhan ekonomi global. Kredit
domestik diasumsikan tetap lemah, konsisten dengan pertumbuhan yang lemah di tahun
2009. Harga ekspor Indonesia pun diasumsikan turun secara signifikan bersamaan
dengan penurunan harga komoditas global. Rupiah diasumsikan terdepresiasi ke tingkat
yang dialami tahun lalu. Skenario rendah dapat mengurangi sampai 1¼ poin persentase
ke pertumbuhan PDB dari 2009 sampai 2011 dibandingkan dengan skenario rujuukan.
Tabel 6: Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial
diprediksikan terjadi tahun 2010…
Gambar 35: …dan hal ini menghasilkan distribusi jalur
potensial yang luas untuk ekonomi Indonesia
(Perubahan persen)
(Perubahan persen)
MTP* Credit
Export prices
Rupiah (USD/IDR)
2009 Reference
‐1.8
12
0.9
10476
High
‐1.5
14
2.8
10426
Low
‐2.4
12
‐1.2
10724
2010 Reference
3.3
14
0.5
9920
High
4.2
17
5.7
9245
Low
1.4
12
‐4.0
12039
2011 Reference
3.4
22
7.5
9920
High
5.2
26
10.9
8967
Low
2.4
18
1.5
11385
Catatan dan sumber: * MTP merujuk pada pertumbuhan
mitra dagang utama. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia.
7
Per cent
High
Per cent
Low
7
Reference
6
6
5
5
4
4
3
3
2001
2003
2005
2007
2009
2011
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
2. Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan,
dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang
berkelanjutan
a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas
yang tinggi diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia
Prospek arus
perdagangan Indonesia
tahun 2009 telah
membaik
Turunnya arus perdagangan Indonesia tahun 2009 dibandingkan 2008 kemungkinan lebih
sedikit dari perkiraan awal tahun. Lingkungan eksternal Indonesia pulih lebih cepat
daripada perkiraan dan prospek sepanjang sisa tahun membaik. (Tabel 5) Dalam setahun
penuh, impor diproyeksikan turun lebih besar daripada ekspor. Hal ini karena
pengurangan biaya impor pada pergantian tahun yang lebih besar menyeimbangkan
pemulihan impor di paruh kedua yang didorong peningkatan prospek permintaan
domestik dan harga impor.
…dan arus perdagangan
harus berbalik dengan
kuat di tahun 2010 dan
2011
Pemulihan bertahap ekonomi dunia diperkirakan terus mendukung pertumbuhan volume
dan harga ekspor Indonesia. (Tabel 5) Pada akhir 2010, volume akan mencapai di atas
tingkat sebelum krisis. Nilai harus naik lebih cepat, berakselerasi sampai 2011, karena
proyeksi harga komoditas yang lebih tinggi. Impor diperkirakan terus pulih lebih cepat
daripada ekspor karena ekonomi domestik tumbuh lebih cepat daripada tujuan ekspor
Indonesia dan pemulihan produksi barang ekspor memerlukan lebih banyak input impor.
…dengan pertumbuhan
yang lebih kuat dalam
impor mempersempit
surplus perdagangan
Neraca perdagangan 2009 diperkirakan sebesar 17 miliar dolar Amerika, lebih besar dua
pertiga daripada 2008. (Tabel 7) Penurunan impor terhadap ekspor pada pergantian
tahun 2009 mendorong perluasan surplus dagang. Arus impor dan ekspor yang lebih kuat
di pertengahan 2009 meningkatkan nilai nominal proyeksi neraca perdagangan untuk
tahun ini. Surplus ini akan turun dalam tahun-tahun mendatang saat impor terus pulih
lebih cepat daripada ekspor.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
22
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar
dalam jumlah besar dan secara mendadak telah berkurang
Neraca pembayaran
secara keseluruhan
tampaknya akan surplus
di tahun 2009...
Neraca Pembayaran diperkirakan akan mencatatkan surplus di KUARTAL KETIGA dan
KUARTAL KEEMPAT 2009 karena pihak asing terus berinvestasi dalam pasar aset lancar
domestik,d an program pinjaman resmi pemerintah dicairkan. Hal ini sebagian akan
diimbangi dengan mempersempit transaksi berjalan yang didorong dengan mempersempit
neraca perdagangan saat nilai impor pulih menjadi sedikit lebih kuat daripada nilai ekspor.
Digabungkan dengan surplus yang tercatat di KUARTAL PERTAMA dan KUARTAL
KEDUA, Neraca Pembayaran diperkirakan untuk mencatatkan surplus di atas 10 miliar
dolar Amerika di tahun 2009.
…sebelum menyempit di
tahun 2010 dan 2011, saat
pemulihan harga
komoditas dan impor
membawa transaksi
berjalan mendekati
keseimbangan pada akhir
2010
Ke depan, Neraca Pembayaran diperkirakan mendekati keseimbangan di tahun 2010 dan
2011, bersama dengan transaksi berjalan. Penyeimbangan sebagian diperkirakan oleh
adanya surplus pada transaksi keuangan, dengan surplus sekitar 6 miliar dolar Amerika
diperkirakan terjadi di tahun 2010, sebelum sedikit menyempit di tahun 2011 (Tabel 7).
Penyempitan transaksi berjalan dikarenakan surplus perdagangan diperkirakan jatuh
bersama dengan meluasnya defisit pendapatan. Defisit pendapatan bersih diperkirakan
meluas karena dikeluarkannya laba oleh pemegang saham asing dalam produksi minyak
dan gas meningkat bersamaan dengan tingginya harga energi global. Transfer
diperkirakan akan stabil.
Transaksi keuangan diperkirakan akan didukung oleh harapan bahwa arus modal di
Indonesia relatif moderat - mencerminkan pemulihan bertahap dalam pasar kredit global
dan keyakinan investor (asing dan domestik) - bersama dengan prospek positif atas arus
masuk investasi langsung asing (FDI). Prospek FDI bersih mengikuti laporan tidak resmi
mengenai sejumlah besar proyek FDI, mulai dari lahan minyak, pengoperasian kertas dan
serpihan kayu, investasi India di pabrik tekstil dan pengolahan aluminium, serta perluasan
investasi dalam pabrikan sepeda motor. Kredit perdagangan diperkirakan akan naik
dengan volum perdagangan yang tinggi.
Selama lebih dari 12 bulan sampai pertengahan 2010, total kewajiban pembiayaan
eksternal terjadwal Indonesia saat ini adalah 22 miliar dolar Amerika, berdasarkan laporan
BI mengenai jumlah utang jatuh tempo saat ini (Tabel 8). Proyeksi kebutuhan pembiayaan
tidak terjadwal (misalnya, penjualan umum aset lancar keuangan historis), ditambah
proyeksi arus masuk modal berdasarkan asumsi yang cukup konservatif, menghasillkan
proyeksi arus masuk bersih sekitar 32 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan sampai
pertengahan 2010. Semuanya ini menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 10
miliar dolar Amerika, konsisten dengan proyeksi yang dipresentasikan dalam Tabel 7.
Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit
karena transaksi berjalan menjadi defisit
(miliar dolar Amerika)
Balance of Payments
Current Account
2007
2008
2009
2010
2011
12.7
-1.9
12
8
2
10.5
0.3
9
2
-1
20.9
-15.5
5.1
10.2
-15.3
5.4
17
-13
5
12
-15
6
11
-18
6
Capital and Financial Accounts
3.6
-1.4
4
6
4
Capital Account
0.5
0.3
0
0
0
Financial Account
Direct Investment
Portfolio Investment
Other Investment
3.0
2.3
5.6
-4.8
-1.6
2.8
1.7
-6.2
3
3
5
-5
6
4
6
-4
3
5
5
-6
Foreign Reserves (a)
56.9
51.6
60.3
Trade Balance
Income Balance
Current Transfers Balance
Asumsi yang mendasari proyeksi ini selaras dengan
tren terbaru. 95 persen tingkat perpanjangan SBIs lebih
rendah daripada tingkat realisasi sepanjang paruh
pertama 2009. 90 persen tingkat perpanjangan utang
swasta jangka pendek mencerminkan kondisi kredit
global yang masih rentan, ditambah pengurangan
beberapa proyek sejalan dengan penurunan investasi
setelah terjadi penurunan kegiatan ekonomi global dan
harga
komoditas.
Tingkat
perpanjangan
ini
dibandingkan dengan tingkat perpanjangan tersirat
pada total utang eksternal, yang melampaui 100 persen
di paruh pertama 2009, menunjukkan bahwa sektor
publik dan swasta mampu mempertahankan akses ke
utang eksternal bahkan dalam kondisi pasar keuangan
yang penuh gejolak baru-baru ini (Gambar 36).
Catatan dan sumber: (a) Nilai cadangan devisa 2009 pada awal
September. BI dan Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
23
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini
memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan
mendatang
Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus
Neraca Pembayaran sekitar 10 miliar dolar Amerika
(miliar dolar Amerika)
(miliar dolar Amerika)
22.3 PROJECTED EXTERNAL FI NANCING SOURCES
Current account balance
8.5
Trade balance
9.7 Net inc ome and transfers balance
EXTERNAL FINANCING NEEDS
Maturing short-term FCU pr ivate debt
Amortization of medium and long-term FCU debt
Public
6.5 Net FDI Infl ows (a)
3.1 Offici al For eign Fi nancing
Private (a)
Shor t-term I DR liabilities to non-residents
3.4
Gambar 36: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia
tinggi di paruh pertama 2009
(peluncuran dan pembayaran pokok bulanan)
USD billion
Drawings
USD billion
6
6
Issuance
4
Net Issuance
2
2
0
0
-2
-2
Repaym ent
-4
-4
Feb
Mar
Apr
May
Sumber: BI dan Bank Dunia
Terlepas dari
perkembangan positif
yang sedang berjalan,
Indonesia tetap rentan
terhadap arus keluar
modal walaupun risiko itu
telah menurun dalam
setengah tahun lalu
20.7
9.9
Public (SBIs) (b)
Private (notes)
IDR debt (c)
2.5
7.4
.7
FCU debt
o/ w loans
6.8
8.6
o/ w trade credits (d)
-2.3
Medium and Long-Term Bonds
Public (SUN)
Foreign investment in IDR bonds (e)
10.8
4.8
1.8
Jun
3.0
Private (bonds)
Non-r esidents' net purchases of debt and equity on
secondary markets (f)
Public (SUN and SBIs)
Privat e (debt and equity)
Jan
5.0
FCU bonds
4
-8.8
-6.3
.7 New Debt Issuances
Short-Term Debt I nstruments
Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk utang tidak
bergerak sebesar 6,5 miliar dolar Amerika. BI dan Bank
Dunia
3.8
12.6
2.8
-1.4
Repayments
Amortization of medium and long-term IDR debt to nonresidents
32.3
Net investm ent offshore by r esidents ( g)
o/w outflows on currency and deposits (g,h)
6.0
6.9
3.0
3.9
-.5
.9
Catatan dan sumber: (a) mencerminkan peningkatan arus
masuk FDI; (b) mengasumsikan tingkat perpanjangan 95
persen; (c) mengasumsikan tingkat perpanjangan 90
persen; (d) diperkirakan naik bersama kenaikan arus
perdagangan; (e) mengasumsikan kepemilikan asing 16
persen atas SUN baru; (f) mencerminkan peningkatan
pembelian bersih aset domstik oleh pihak asing; (g) negatif
mencerminkan arus keluar; dan (h) mencerminkan
penduduk yang memasukkan kembali aset dari rekening
bank asing. Perhitungan Bank Dunia.
Di pertengahan 2009, tidak ada pemicu domestik yang signifikan yang mengakibatkan
arus keluar transaksi modal yang besar dan mendadak. Walaupun demikian, transaksi
modal terbuka Indonesia, pasar keuangan yang bergerak tipis, jumlah simpanan yang
sedang dan pengalaman historis menunjukkan tetap adanya risiko arus keluar. Banyak
penduduk yang memiliki kekayaan bersih tinggi mempunyai rekening bank di luar negeri
dan secara historis cenderung memindahkan dana ke luar negeri. Serangkaian besar
faktor dapat memicu hal ini, walaupun risiko hal ini terus menurun dalam bulan-bulan
terakhir. Gelombang kedua gejolak pasar keuangan global juga akan menekan transaksi
modal Indonesia. Kejadian seperti ini akan kembali menimbulkan penarikan diri investor
asing secara besar-besaran dari aset lancar domestik dan dapat mengakibatkan arus
keluar modal oleh penduduk Indonesia seperti yang dijelaskan di atas.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
24
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
3. Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn
naiknya harga komoditas global
Laju inflasi untuk tahun
2009 diperkirakan akan
lebih lemah dari perkiraan
sebelumnya, pada 4,7
persen
Laju inflasi kuartal kedua yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan penguatan rupiah
menunjukkan bahwa inflasi tahun 2009 dapat lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Laju
inflasi tahunan untuk 2009 akan berkisar pada 4,7 persen, di tengah sasaran inflasi BI
sebesar 4,5 persen (±1 persen). Laju inflasi bulanan diperkirakan akan meningkat
menjelang menjelang akhir tahun dengan menipisnya dampak peredam karena harga
energi yang rendah dan dampak peningkatan harga komoditas dunia mulai dirasakan oleh
konsumen. Dengan proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi baru kembali pada laju
potensialnya pada tahun 2011, tekanan harga karena terbatasnya penawaran tampaknya
sulit terjadi dalam waktu dekat.
Perkiraan inflasi yang rendah tampaknya juga akan membatasi inflasi jangka pendek.
Perkiraan inflasi konsumen untuk enam bulan ke depan tetap berada pada titik paling
rendahnya sejak tahun 2005 ketika inflasi yang terjadi hampir menyentuh 5 persen pada
bulan Juli, walaupun perkiraan itu telah meningkat dari nilai rendahnya di bulan Februari.
Sektor usaha juga telah menyusutkan perkiraan inflasi mereka, walaupun mereka tetap
memperkirakan laju inflasi yang lebih tinggi dari laju yang terjadi. Hampir sepertiga dari
peserta dalam survei kuartal kedua BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen pada
paruh tahun kedua, dibandingkan dengan seperdelapan yang memperkirakan angka yang
sama ketika BI melakukan survei pada kuartal ketiga tahun 2008.
…dengan inflasi bagi
masyarakat miskin lebih
tinggi 1 persen
Inflasi yang dihadapi oleh keluarga berpenghasilan rendah tampaknya akan tetap berada
di atas laju inflasi IHK sampai akhir tahun, rata-rata sekitar 5,7 persen untuk tahun 2009.
Dengan peningkatan harga bahan pangan yang mendorong harga konsumen Indonesia
pada kuartal-kuartal yang akan datang, dampaknya akan lebih besar pada inflasi
masyarakat miskin dibanding pada inflasi IHK. Harga perkulakan produk pertanian
meningkat pada kuartal kedua dan mungkin merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan harga eceran bahan pangan pada bulan Juli dan Agustus, selain dampak
lanjutan dari tingginya harga gula dunia.
Harga komoditas dan
pertumbuhan permintaan
yang lebih kuat pada
tahun 2010 diperkirakan
akan mengangkat inflasi
menjadi antara 5 dan 6
persen
Pada tahun 2010, peningkatan harga-harga komoditas yang masih berlangsung dan
tertundanya dampak penciutan suku bunga BI tampaknya akan meningkatkan laju inflasi
menjadi antara 5 dan 6 persen. Dengan berakhirnya dampak dari biaya transportasi yang
lebih rendah pada laju inflasi IHK dan harga komoditas energi dan nonenergi mulai
meningkat dalam rupiah pada awal tahun 2010, tampaknya laju inflasi IHK akan bergerak
di atas laju inflasi inti.
Inflasi masyarakat miskin diperkirakan akan menyatu dengan inflasi IHK pada akhir tahun
2010 dengan asumsi harga bahan pangan telah mencapai titik stabil, yang membentuk
bagian IHK agregat yang lebih besar, yang lebih cepat mendorong meningkatnya inflasi
IHK. Pada tahun 2011, inflasi diperkirakan akan mencapai titik stabil pada kisaran 6,5
persen, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan global.
BI mungkin dapat
menurunkan laju inflasi
struktural pada jangka
menengah
Sejauh mana BI berusaha untuk mengatur perkiraan inflasi pada tingkatnya yang rendah
sekarang dan untuk menurunkan laju inflasi struktural Indonesia yang tinggi akan menjadi
penentu utama bagi prospek inflasi jangka menengah. Jika BI tetap memiliki komitmen
yang kuat untuk menjaga inflasi agar mendekati sasaran yang telah diumumkan, biaya
output jangka pendek yang dibutuhkan untuk kegiatan penjagaan tersebut tampaknya
akan menurun dan Indonesia dapat menikmati manfaat jangka panjang dari stabilnya
pertumbuhan dan pasar keuangan yang dekat hubungannya dengan inflasi yang rendah
dan stabil. Tidak seperti mitra dagang wilayahnya, Indonesia tidak mampu menekan laju
inflasinya setelah krisis keuangan Asia. Indonesia bahkan tercatat sebagai satu-satunya
kekuatan ekonomi di wilayahnya yang mencatat laju inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata
sejak masa krisis. (Gambar 37)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
25
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama
di wilayahnya dengan laju inflasi yang lebih tinggi dari ratarata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan
inflasi sebelum krisis
(rata-rata inflasi harga konsumen tahunan)
12 Per cent
Per cent 12
Pre-crisis (1985-1997)
• Post-crisis
(1999-2008)
Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat
dibanding harga-harga konsumen, dan pemisahan ini
diperkirakan akan terus berlanjut
(rata-rata tahunan inflasi harga konsumen dan persentase
perubahan dalam penurun laju inflasi PDB implisit)
20
Per cent
Per cent
20
Forecast
8
8
4
4
15
10
10
5
5
0
Indonesia
-4
US
Taiwan
Philippines
Malaysia
Korea
Japan
-4
Thailand
0
15
Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank
Dunia
0
0
2005
2006
2007
CPI
2008
2009
2010
GDP Deflator
Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia
Terdapat peningkatan
risiko untuk masa depan
harga konsumen…
Ketidakpastian akan kekuatan pemulihan global pada tahun 2010 dan 2011 menempatkan
risiko pada peramalan inflasi. Pemulihan permintaan global yang lebih kuat dari perkiraan,
atau suatu penyamaan yang berarti dari kurs valuta asing, kemungkinan besar akan
meningkatkan harga-harga komoditas dan meningkatkan inflasi. Pada sisi domestik, jika
likuiditas pasar modal terus meningkat dan pertumbuhan kredit kembali pada tingkatnya
pada awal tahun 2008, maka harga konsumen akan mendapat tekanan yang cukup
berarti. Dampak dari peristiwa El-Nino yang tingkat menengah sampai parah (lebih parah
dari tingkat jinak yang diramalkan oleh ahli meteorologi) pada produksi pertanian dapat
menyebabkan peningkatan harga bahan pangan pada akhir tahun 2009 dan awal 2010.
(Kotak 4) Dengan penanaman telah tertunda selama dua bulan, risiko akan peningkatan
harga bagi para produsen beras cukup tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal pada
daerah-daerah yang lebih terpencil (yang umumnya lebih miskin). Selain itu, pemerintah
juga telah menunjukkan rencananya untuk meningkatkan beberapa harga yang dikelola,
termasuk harga LNG, setelah bulan Ramadan, dan sedang mempertimbangkan suatu
program subsidi dengan sasaran yang lebih terpusat yang pada akhirnya akan
meningkatkan rata-rata harga.
…dan harga-harga pada
keseluruhan ekonomi
tampaknya akan terus
meningkat lebih cepat
dari HKI
Harga-harga pada keseluruhan ekonomi, seperti diukur oleh penurun laju inflasi PDB
agregat yang implisit, telah meningkat lebih cepat dari biaya-biaya untuk barang-barang
yang umum dibeli oleh konsumen selama bertahun-tahun. (Gambar 38) Tren ini
cenderung berlanjut walaupun saat ini harga konsumen dan perdagangan lemah. Penurun
laju inflasi PDB pada tahun 2009 diperkirakan bertumbuh sedikit di atas 11 persen,
dibanding 18,2 persen pada tahun 2008, karena peningkatan yang cepat dalam investasi
dan harga layanan pemerintah memisahkannya dengan inflasi IHK. Pada tahun 2010,
penurunan laju inflasi PDB diperkirakan berada di bawah 10 persen, berdasarkan prospek
pertumbuhan rata-rata pada harga komoditas dan pengaturan pada biaya-biaya lain,
terutama pertumbuhan upah nominal setelah melambatnya pertumbuhan harga-harga
konsumen.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
26
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
4. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih
sedikit daripada yang dianggarkan
Prospek 2009 pemerintah
tentang pendapatan yang
sedikit melemah dan
pengurangan belanja
menunjukkan defisit
sedikit di bawah
anggaran
Dalam revisi usulan anggaran tengah tahun, pemerintah memproyeksikan pendapatan
2009 mendekati anggaran awal walaupun pertumbuhan diperkirakan lebih lemah dalam
ekonomi riil dan harga. Pemerintah memperkirakan realisasi belanja sedikit berkurang
dari anggaran awal walaupun perbedaannya kemungkinan lebih kecil daripada tahuntahun sebelumnya. Asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi (rata-rata 61 dolar
Amerika per barel terhadap proyeksi awal 45 dolar Amerika) akan mengangkat proyeksi
pendapatan minyak dan gas tapi hal ini kemungkinan lebih dari sekadar menyeimbangkan
biaya subsidi energi dan transfer dana ke pemerintah daerah. Semua faktor ini
menunjukkan bahwa defisit anggaran untuk 2009 mungkin sedikit lebih kecil daripada
proyeksi APBN-P di bulan Februari sebagai persentase PDB dan sekitar 20 triliun Rupiah
lebih kecil dalam nominal, karena perkiraan terakhir pemerintah atas nominal PDB 2009
berada di bawah asumsi anggaran (Tabel 10).
Pemerintah mengusulkan
defisit yang lebih kecil di
tahun 2010
Usulan anggaran 2010 pemerintah yang dipresentasikan kepada DPR di awal Agustus
memproyeksikan defisit anggaran akan berkontraksi menjadi 1,6 persen PDB. (Lihat
Kotak 3) Hal ini sejalan dengan ekspektasi pemulihan sedang dalam pertumbuhan PDB
nominal menjadi 11,5 persen yang berarti titik balik total pendapatan hanya 4,5 persen.
Pertumbuhan yang relatif rendah dalam proyeksi pendapatan didorong ekspektasi
Pemerintah Indonesia atas pendapatan nonpajak yang lebih sedikit daripada 2009
terutama dari minyak dan gas dengan penurunan 17,6 persen dari 2009 ke 2010.
Pendapatan pajak, yang lebih mirip dengan PDB nominal diperkirakan tumbuh sekitar 12
persen dengan pemulihan dalam ekonomi riil dan pertumbuhan harga. Di sisi
pengeluaran, pemerintah mengusulkan pertumbuhan belanja hanya 0,4 persen.
Pertumbuhan yang rendah ini tercapai melalui pemotongan subsidi agregat (-9,8 persen),
bantuan sosial (-11,2 persen) dan pengeluaran 'lain' (-40,3 persen), yang diimbangi oleh
pertumbuhan kuat dalam pengeluaran untuk gaji pemerintah (21,0 persen).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
27
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Tabel 10: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 2009 dan 2010 sensitif terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih
cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil
2007
2008
2009
2009 (f)
2010
2010 (p)
Actual
Actual
Proposed
revised
WB
estimate
Proposed
(RAPBN)
WB
estimate
A. State revenues and grants
1. Tax revenues
a. Domestic tax
i. Income tax
- Oil and gas
- Non oil and gas
ii. Other domestic tax
b. International trade tax
i. Import duties
ii.Export tax
2. Non Tax Receipts
o/w natural resources
i. Oil and gas
ii. Non Oil and gas
707,808
490,989
470,053
238,431
44,000
194,431
231,622
20,936
16,699
4,237
215,121
132,893
124,784
8,109
981,609
658,701
622,359
327,498
77,019
250,479
294,861
36,342
22,764
13,578
320,605
224,463
211,617
12,846
872,632
652,122
632,099
340,376
49,500
290,876
291,723
20.023
18,624
1,400
219,518
139,997
129,088
10,909
854,609
642,827
622,915
332,885
52,627
280,257
290,030
19,912
18,612
1,300
210,789
125,979
115,498
10,481
911,476
729,165
702,034
340,322
39,883
300,439
361,712
27,131
19,498
7,634
180,889
111,454
101,259
10,195
974,698
753,695
726,432
377,852
56,073
321,779
348,580
27,263
20,692
6,571
219,581
141,094
129,443
11,651
B. Expenditures
1. Central government
- Personnel
- Material expenditure
- Capital expenditure
- Interest payments
- Subsidies
- Grants expenditure
- Social expenditure
- Other expenditures
2. Transfers to the regions
757,651
504,625
90,425
54,511
64,289
79,808
150,215
0
49,756
15,621
253,026
985,731
693,356
112,830
55,964
72,773
88,430
275,292
0
57,741
30,328
292,434
1,005,674
696,101
133,709
87,004
74,281
110,051
159,951
32
77,765
53,309
309,572
979,827
670,254
127,113
75,903
72,366
110,051
156,924
32
77,765
50,101
309,572
1,009,486
699,688
161,736
100,170
76,893
115,595
144,355
34
69,078
31,827
309,798
1,020,437
710,640
153,757
87,389
74,911
115,595
179,964
34
69,078
29,912
309,798
29,965
84,309
C. Primary Balance
(22,991)
(15,167)
17,585
69,856
(49,843)
(1.3)
(4,122)
(0.1)
(133,042)
(2.5)
(125,218)
(2.2)
(98,010)
(1.6)
(45,739)
(0.7)
Economic assumptions/outcomes
Domestic product (Bruto)
3,957,404
Economic growth (%)
6.3
Inflation (%)
6.6
Exchange rate (Rp/US$)
9,419
Crude-oil price (US$/Barrel)
78.0
Oil production (barrel per day)
0.9
% of civil service wages increase
15.0
Interest rate of SBI (average %)
8.0
4,954,029
6.1
11.1
9,691
97.0
0.9
20.0
9.3
5,425,405
4.3
5.0
10,600
61.0
1.0
15.0
7.5
5,635,502
4.3
9.0
10,516
60.2
1.0
15.0
7.4
6,050,055
5.0
5.0
10,000
60.0
1.0
5.0
6.5
6,604,772
5.4
11.3
10,000
74.1
1.0
5.0
7.0
D. SURPLUS / DEFICIT
Deficit (% of GDP)
Catatan dan sumber: Proyeksi Pemerintah Indonesia untuk 2009 dan 2010 merupakan
presentasi anggaran resmi kepada DPR. Presentasi ini direvisi berkonsultasi dengan DPR
pada saat laporan ini dicetak. Revisi akhir anggaran 2009 dan 2010 kemungkinan berbeda
dari angka yang disajikan di atas. Proyeksi Depkeu dan Bank Dunia.
Jika ekonomi nominal
tumbuh lebih cepat
daripada proyek
pemerintah, defisit
anggaran kemungkinan
lebih rendah di tahun ini
dan berikutnya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi riil, penurun laju inflasi PDB, dan harga minyak mentah
disajikan yang dalam Tabel 5 berbeda dari proyeksi pemerintah. Proyeksi ini
menunjukkan bahwa ekonomi nominal akan tumbuh lebih cepat dariapda proyeksi
pemerintah dalam revisi usulan anggaran 2009 (RAPBN-P) dan usulan anggaran
(RAPBN) 2010. Penggunaan pengukuran harga yang berbeda mendasari proyeksi
pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat. Proyeksi dalam Tabel 5 mendasarkan
pertumbuhan PDB nominal pada total proyeksi pertumbuhan dalam PDB riil ditambah
pertumbuhan dalam penurun laju inflasi PDB. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan
PDB nominal sebagai total proyeksi pertumbuhan riil ditambah peningkatan inflasi harga
konsumen. Walaupun lebih dikenal dan lebih umum dipahami, IHK merupakan indikator
harga yang lebih sempit daripada penurun laju inflasi PDB. Penurun laju inflasi PDB
melaporkan perubahan bukan hanya dalam harga konsumen, tapi juga harga dagang,
biaya investasi, dan bahkan biaya penyediaan layanan pemerintah. Pertumbuhan dalam
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
28
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
pendapatan pemerintah tergantung pertumbuhan nominal faktor-faktor ini. Dalam tahuntahun terakhir, defaltor PDB tumbuh lebih cepat daripada IHK, dan perbedaan ini
tampaknya akan berlanjut (Gambar 38).
Pendekatan yang berbeda dalam memperkirakan pertumbuhan PDB nominal
menunjukkan bahwa pendapatan kemungkinan tumbuh lebih kuat daripada proyeksi
pemerintah saat ini untuk 2009 dan 2010. Di tahun 2009, dengan berasumsi bahwa
belanja mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, dengan pengecualian pada
subsidi energi yang kemungkinan akan lebih sedikit daripada yang diumumkan karena
harga minyak dunia diasumsikan lebih rendah, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat
mengurangi defisit anggaran di tahun 2009 menjadi 2,2 persen PDB. Proyeksi ini
menjelaskan realisasi pendapatan dan belanja sampai Juli 2009 dengan proyeksi hanya
untuk lima bulan terakhir tahun ini. Di bulan-bulan ini, alokasi diberikan untuk perkiraan
kenaikan dalam ekonomi nominal.
Pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat dan harga minyak yang lebih tinggi
diproyeksikan terjadi di tahun 2010 (Tabel 5), menghasilkan proyeksi defisit yang lebih
rendah tahun itu, yaitu 0,7 persen PDB. Proyeksi pertumbuhan dalam PDB nominal lebih
cepat daripada proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan juga akan tumbuh
lebih cepat. Asumsi harga minyak yang lebih tinggi juga kemungkinan akan mengangkat
pendapatan. Proyeksi defisit yang lebih kecil ini mengasumsikan bahwa realisasi belanja
2010 mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, kecuali subsidi energi yang
disesuaikan utnuk menjelaskan asumsi harga minyak mentah yang tinggi.
5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut
Kemiskinan kemungkinan
terus turun walaupun
penurunan tersebut
cenderung terbatas
setelah pengakhiran
program BLT
Perkiraan pertumbuhan PDB dan inflasi yang disajikan di Tabel 5, ditambah usulan
anggaran pemerintah untuk 2010, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan akan terus
turun walaupun lebih lambat daripada tahun lalu. (Tabel 11) Perlambatan penurunan
kemiskinan sebagian besar dikarenakan penghentian program BLT tapi pendapatan riil
dan pertumbuhan lapangan kerja diproyeksikan terus berlanjut. Berdasarkan skenario
pertumbuhan alternatif yang disajikan di Tabel 6 dan Gambar 35, tingkat kemiskinan
kemungkinan tetap terus turun tapi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih cepat
secara berurutan untuk kasus lemah dan kuat.
Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun
2008
2009
2010
2011
Reference projection
15..4
14.2
13.6
11.5
High scenario
15..4
14.2
13.9
11.8
Low scenario
15..4
14.2
13.4
11.3
Sumber: Estimasi dan perkiraan BPS dan Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
29
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 2010
Pemerintah mengumumkan proposal anggaran 2010 dalam pidato kepresidenan tanggal 3 Agustus.
Total anggaran mencapai 1.009 triliun Rupiah dalam nominal (atau 16,7 persen PDB), 0,5 persen
lebih tinggi dari revisi anggaran 2009. Proyeksi defisit fiskal adalah sebesar 1,6 persen PDB. Dua
pertiga anggaran akan dilaksanakan pemerintah pusat dan sepertiga sisanya akan
diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Beberapa fitur utama usulan anggaran 2010 mencakup:

Pengeluaran gaji dan bahan diantisipasi naik 21 persen dan 15 persen dibandingkan tahun
2009, mencerminkan reformasi birokrasi yang sedang berjalan dan peningkatan gaji secara
keseluruhan sebesar 5 persen. Dua poin anggaran ini akan meningkatkan konsumsi
pemerintah menjadi 4,3 persen PDB dari 4,1 persen tahun lalu.

Pengeluaran modal hanya
naik 3,5 persen, menjadi 1,3
persen PDB.
Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat
memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi
ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan

Subsidi tetap besar dan akan
menghabiskan sekitar 20
persen anggaran pemerintah
psuat walaupun jumlah (yang
diproyeksikan dengan buruk
dalam draf anggaran di bawah
sistem subsidi energi saat ini)
yang
dianggarkan
diproyeksikan turun sebesar
10 persen dibandingkan 2009.
(triliun Rupiah)

Komposisi belanja sektoral
tidak berubah. Administrasi
pemerintah tetap merupakan
poin
terbesar
yang
mengonsumsi
15
persen
anggaran pemerintah pusat,
diikuti dengan pendidikan (11
persen), dan infrastruktur (6,3
persen). Pertahanan akan
mendapat
44
persen
peningkatan
anggaran
sementara kesehatan hanya
mendapatkan tambahan 7,4
persen dibandingkan dengan
revisi anggaran 2009.
Notes and source: * proposed mid-year revised budget.
** proposed budget. Ministry of Finance
Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
30
Indonesia Economic Quarterly
Clearing skies
Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan
El Niño adalah peningkatan suhu permukaan bagian timur Samudra Pasifik yang signifikan dan
berkepanjangan yang mengakibatkan pola cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan harga
pertanian. Hal ini menimbulkan risiko signifikan terutama bagi masyarakat miskin yang sebagian
besar sangat rentan terhadap guncangan di sektor pertanian. Penilaian terbaru Australian Bureau of
Meteorology mengindikasikan bahwa tahun 2009 akan menjadi tahun El Niño. Namun, nilai
Southern Oscillation Index untuk bulan September yang mengukur tekanan ketinggian laut relatif
antara Tahiti dan Darwin mengindikasikan bahwa perkembangan El Niño di awal September 2009
tidak seakut di bulan Juli.
Walaupun tahun-tahun El Niño yang ekstrem, misalnya 1997/98 dan 2006 yang tidak terlalu
ekstrem, dapat memiliki dampak serius terhadap sektor pertanian, 2009/10 tidak dianggap masuk
dalam kategori tersebut. Tahun 2009/10 diperkirakan akan ada El Niño yang tidak terlalu kuat
dengan dampak terbatas pada hasil ekonomi dan sosial. Walaupun begitu, dampak harga dan
kemiskinan patut dipertimbangkan dalam kejadian yang tidak terduga jika El Niño ternyata lebih
parah daripada yang diperkirakan.
Di antara dampak lain, El Niño cenderung mengakibatkan cuaca kering di Indonesia yang menunda
musim tanam padi. Panen di musim kemarau, setelah panen musim hujan, cenderung memberikan
hasil yang lebih baik daripada biasanya. Walaupun demikian, penurunan sementara pada produksi
beras dapat mengakibatkan peningkatan harga jangka pendek. Hal ini akan mengurangi daya beli
konsumen, terutama mereka yang memiliki alokasi pangan besar dalam keseluruhan konsumsi
mereka - mereka yang berada di bawah atau di sekitar garis kemiskinan.
Panen lain yang memerlukan irigasi dan sensitif terhadap curah hujan yang rendah juga akan
terkena dampaknya, misalnya pohon sawit muda. Departemen Pertanian memperkirakan produksi
kelapa sawit mentah dapat turun 15 sampai 20 persen dari target jika El Niño mengakibatkan
kerusakan menengah atau parah, walaupun total produksi diperkirakan masih terus naik tahun ini
karena peningkatan area perkebunan.
Simulasi atas dampak berulangnya kondisi cuaca El Niño tahun 1998 dan 2006 pada harga beras di
tahun 2009/10 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan 2010 akan naik menjadi 16,3 dan 15,5
persen secara berurutan dari perkiraan dasar. (Tabel 12) Dalam mengantisipasi El Niño, Pemerintah
Indonesia telah menggandakan cadangan beras daruratnya untuk menjaga harga. Biaya peredaman
efek El-Niño terhadap kemiskinan, sebelum memperhitungkan penjagaan harga dari cadangan
darurat, menggunakan program BLT adalah 62.000 Rupiah per rumah tangga/bulan berdasarkan
skenario El Niño 2006. Dalam kedua skenario, biaya pemulihan dampak lebih kecil dari BLT awal
sebesar 100.000 Rupiah per rumah tangga/bulan.
Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 2009/10 akan menghapuskan
penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi
Scenarios
Base 2010 forecast given
current EL Niño projection
El Niño
(1998)
El Niño
(2006)
Southern Oscillation Index(a)
-0.5
-5.4
-2.7
Poverty Basket Inflation(b)
4.8
10.1
8.5
Poverty rate
BLT per household per month that would be
needed to maintain poverty at base levels (IDR)
13.6
16.3
15.5
-
91,000
62,000
a) Pembacaan puncak SOI saat terjadi El-Niño. b) Tingkat year on year Maret 2010.
Sumber dan catatan: Bank Dunia. Skenario mengasumsikan kondisi cuaca yang sama
seperti yang diukur Southern Oscillation Index pada saat terjadi El Niño tahun 1998 dan
2006. Model mengukur dampak perubahan dalam SOI dan dampak terkait pada harga beras
kualitas rendah di Indonesia dan dampak berikutnya pada inflasi masyarakat miskin dan
tingkat kemiskinan.
Sumber: ‘Using El Niño/Southern Oscillation Climate Data to predict rice production in
Indonesia’. Naylor, R.L., Falcon, W.P., Rochberg, D., Wada, N. Climatic Change 50: 255–265,
2001.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
31
APENDIKS: RINGKASAN GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
A1: GDP growth has picked up
(QoQ sa & YoY growth)
A2: Consumption and NX contributed to growth
(Contributions to QoQ growth, sa)
Per cent
8
Per cent
Percentage points
8
8
Q1
YoY grow th
6
6
4
Percentage points
8
4
Priv
cons
Imports
Q2
GDP
Investment
4
0
0
Govt
cons
Quarterly grow th, seasonally adjusted
2
2
Discrepancy
-4
-4
0
Jun-05
Jun-06
Jun-07
0
Jun-09
Jun-08
Exports
-8
-8
Source: BPS via CEIC and World Bank
Source: BPS via CEIC and World Bank
A3: Services is the largest contributor
(Contributions to YoY growth)
A4: IP growth is recovering
(YoY growth)
5
4
Percentage points
Q1
Percentage points
5
15
Per cent
Per cent
30
Q2
4
4
10
3
3
2
2
1
1
0
0
Agriculture
Industry
Services
GDP
20
IP (LHS)
5
10
0
0
-5
Jul-07
Cem ent consum ption
(RHS)
Jan-08
Jul-08
Source: BPS via CEIC
Source: CEIC
A5: Consumer indicators are picking up
(Index)
A6: MTP growth recovered in Q2
(QoQ sa & YoY)
120
110
Index
Index
BI Consum er Survey
Index (LHS)
90
6
Per cent
Per cent 6
YoY Grow th
4
4
190
2
2
170
0
210
BI Retail sales
(RHS)
100
230
-10
Jan-09
0
Quarterly grow th
80
150
-2
-2
70
130
-4
-4
60
Jul-07
Jan-08
Source: BI via CEIC
Jul-08
Jan-09
110
Jul-09
-6
Jun-05
Jun-06
Jun-07
Jun-08
-6
Jun-09
Source: National statistics agencies via CEIC
32
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah terang
A8: Trade balance remains positive
(Values, USD billions)
A7: Real trade flows have rebounded
(QoQ growth)
Per cent
Per cent
10
10
5
5
0
0
-5
-5
-10
-10
Im ports
-15
-15
-20
-20
Dec-07
Jun-08
Dec-08
USD billion
Trade Balance
(LHS)
4
Exports
-25
Jun-07
USD billion
6
-25
Jun-09
Export
s
5
0
0
-2
-5
-10
-4
Im ports
-6
Jun-07
Dec-07
Jun-08
Dec-08
Source: BPS and World Bank
A9: Net inflow on the BOP in Q2
(USD billions)
A10: FX accumulation has stabilized
(USD billions)
USD billion
USD billion
6
65
4
4
2
2
0
0
-2
-2
-4
-4
CA
-6
Jun-07
C&FA
Dec-07
Jun-08
Error
10
2
Source: BPS and World Bank
6
15
USD billion
-15
Jun-09
USD billion
65
60
60
55
55
50
50
45
45
BOP
Dec-08
-6
Jun-09
Source: BPS and World Bank
40
Jul-07
Jan-08
Jul-08
Jan-09
40
Jul-09
Source: BPS and World Bank
A11: Current account surplus offsets net capital outflow in Q2
2008
Q2
Q3
1.3
-.1
1.0
-0.1
Q4
-4.2
-3.8
2.8
2.3
4.6
-1.0
-0.7
2.2
-.9
-0.6
2.6
-.7
-0.6
.9
2.9
2.6
4.4
3.1
2.4
5.6
-9.9
-1.7
-3.1
-3.5
-1.6
-1.6
-2.5
3.6
1.0
2.3
5.6
-4.8
-1.4
-0.3
2.8
1.7
-6.2
-1.4
-1.2
-.3
2.0
-3.2
2.5
1.9
.6
4.2
-2.3
.9
0.6
.4
-.1
.4
-3.3
-3.0
2.1
-4.4
-1.1
1.8
1.6
1.7
1.9
-1.8
-2.4
-1.8
.0
2.0
-4.5
.6
-1.4
-.9
-.4
-.2
-.1
-.2
-.7
.4
42.6
56.9
51.6
59.0
59.5
57.1
51.6
54.8
57.6
USD billions
2005
.4
0.2
2006
14.5
5.1
2007
12.7
3.5
2008
-1.9
-0.5
Q1
1.0
0.8
Trade Balance
Net Inome & Current
Transfers
.3
0.1
8.4
10.9
3.8
19.8
10.5
2.9
20.9
.3
0.1
10.2
-8.1
-8.9 -10.4
Capital & Financial Accounts
% GDP
Direct Investment
Portfolio Investment
Other Investment
.3
0.1
5.3
4.2
-9.4
3.0
1.1
2.2
4.3
-3.8
-.2
34.7
Foreign Reserves
Source: BI, BPS via CEIC and World Bank
Balance of Payments
% GDP
Current Account
% GDP
Errors & Ommissions
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
2009
Q1
Q2
4.0
1.1
3.5
0.8
September 2009
33
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah terang
A12: Inflation may have reached a turning point
(MoM & YoY)
4
Per cent
Per cent
A13: Inflation for the poor slowed most
(YoY)
Per cent
Per cent
16
25
12
20
2
8
15
15
1
4
10
10
25
Inflation (RHS)
Food
3
BI Rate (RHS)
0
20
Poverty Basket
Inflation
5
5
0
Inflation
Monthly inflation (LHS)
-1
Jul-07
-4
Dec-07 May-08 Oct-08 Mar-09 Aug-09
0
0
Aug 07 Dec 07 Apr 08 Aug 08 Dec 08 Apr 09 Aug 09
Source: BI, BPS and World Bank
Source: BPS and World Bank
A14: Inflation remains high in the region
(August inflation, YoY)
A15: Poverty fell in 2009
(Per cent of total population)
Per cent
25
Per cent
Per cent
25
Poverty rate
Indonesia
Open unemployment rate
20
20
15
15
10
10
5
5
Philippines*
Singapore*
Thailand
Malaysia*
China*
Japan*
0
0
-4
-2
0
2
1999
4
Source: CEIC and World Bank. *July data.
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Source: BPS
A16: Fiscal deficit is likely to be smaller than originally budgeted
IDR Billion
A. State revenues and grants
1. Tax revenues
o/w natural resources
- Oil and gas
- Non oil and gas
2. Non Tax Receipts
o/w natural resources
i. Oil and gas
ii. Non oil and gas
B. Expenditures
1. Central government
2. Transfers to the regions
2008
2009
2009 (f)
2010
2010 (p)
Actual
Revised*
WB estimate
Proposed
WB estimate
981,609
658,701
327,498
77,019
250,479
320,605
224,463
211,617
12,846
872,632
652,122
340,376
49,500
290,876
219,518
139,997
129,088
10,909
854,609
642,827
332,885
52,627
280,257
210,789
125,979
115,498
10,481
911,476
729,165
340,322
39,883
300,439
180,889
111,454
101,259
10,195
974,698
753,695
377,852
56,073
321,779
219,581
141,094
129,443
11,651
985,731
693,356
292,434
1,005,674
696,101
309,572
979,827
670,254
309,572
1,009,486
699,688
309,798
1,020,437
710,640
309,798
C. Primary Balance
84,309
(22,991)
(15,167)
17,585
69,856
D. SURPLUS / DEFICIT
Deficit (% of GDP)
(4,122)
(0.1)
(133,042)
(2.5)
(125,218)
(2.2)
(98,010)
(1.6)
(45,739)
(0.7)
Source and notes: MoF and World Bank. *Proposed.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
September 2009
34
Laporan Kuartalan Ekonomi Indonesia
Terbitlah terang
A18:IDR appreciated rapidly against USD
(IDR/USD level & Index)
A17: IDX performed well in the region
(Index, 2 Jan 2009=100)
115
Index
Index
115
Thailand SET
Singapore SGX
100
IDR per USD
12,500
Index
100
Bom bay BSE
85
120
Dollar Index
(RHS)
11,500
110
10,500
100
9,500
90
85
Jakarta JCI
70
70
55
55
40
Shanghai
Com posite
25
Jan-08 Apr-08
40
25
Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09
Jul-09
IDR/USD (LHS)
8,500
Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09
Source: CEIC and World Bank
Source: FRB and BI via CEIC and World Bank
A19: Yield curve has steepened
(Yield, 1 to 15 year IDR sovereign bonds)
A20: Indonesian spread below EM average
(Basis point difference with UST)
14
Per cent
Per cent
13
Basis points
Basis points
80
400
14
1200
13
1000
300
800
200
5 January 2009
12
12
1 May 2009
11
11
28 August 2009
10
9
9
8
8
7
7
Indonesian Spreads Less
Global EMBI Average (RHS)
600
10
1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10 11 12 13 14 15
100
0
400
-100
200
Indonesian EMBI USD Bond Spreads (LHS)
0
Jan-05
-200
Nov-05 Sep-06
Jul-07
May-08 Mar-09
Source: IDX via CEIC
Source: JP Morgan, Datastream and World Bank
A21: 5 year yield remains high in the region
(5 year local currency sovereign bond yield)
A22: NPLs remain low despite recent increases
(IDR trillions and per cent of total loans)
24
Per cent
Per cent
24
1600
Indonesia
IDR trillions
Per cent
20
20
16
16
12
12
6
1200
800
Philippines
8
4
Thailand
Malaysia
400
4
0
Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09
Source: National exchanges via CEIC
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Total Loans (LHS)
4
Consumption Loans (LHS)
8
0
Jan-08 Apr-08 Jul-08
8
Non-performing Loans (RHS)
Investment Loans (LHS)
2
Working Capital Loans (LHS)
0
0
Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09
Source: BI and World Bank
September 2009
35
Download