Patologi Khusus Fisioterapi Pertemuan 1

PATOLOGI
SISTEM INTEGUMENTARI
(KULIT)
Disusun oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
Manajemen Medis
Revisi 2011
1
DESKRIPSI
• Kulit sebagai jaringan penutup terluar tubuh
adalah jaringan yang terlebar, sel-selnya
kontinue setelah aus, robek atau rusak, akan
diganti langsung oleh yang baru. Berbagai
penyakit bisa menimbulkan gangguan kulit,
iritasi, penyakit infeksi dan alergi gejala yang
berbeda-beda, bisa menimbulkan:
(1) gangguan kosmetik,
(2) gangguan yang perlu layanan fisio-terapi.
2
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu
memahami berbagai gejala gangguan
penyakit-penyakit kulit dan berbagai
jenis penyakit kulit yang mungkin
menyertai pasien atau mempengaruhi
kondisi pasien yang memerlukan berbagai
modalitas tindakan layanan fisio-terapi.
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Menjelaskan:
- Bentuk berbagai rash (ruam kulit)
- Gejala dermatitis, exzyme, acne,
- Cara dan akibat penyakit infeksi kulit
menular: measle, rubella, herpes simplek 1, 2
varicella, herpes zoster, verucca (wart)
impetigo, cellulits , erysepelas dan mycosis.
- Bahaya cedera thermal, dekubitus, scabies.
- Implikasi simtoma gangguan kulit bagi
modalitas tindakan fisioterapis.
4
DEFINISI BENTUK LESI pada KULIT
•
•
•
•
Lesi kulit dibedakan berdasarkan ukuran,
kedalaman dan konsistensinya.
Contoh:
Alopecia = rambut hilang/botak
Blepharitis = radang kelenjar, folikel bulu mata
pada kelopak mata
Boil/furuncle = bisul
Bula (bullae) = gelembung/pelepuh berukuran
besar s/d 1.5 cm berisi cairan (luka bakar)
5
(Lanjutan -1) Definisi bemtuk ….
• Carbuncle = bisul pada kumpulan folikel
rambut yang saling berhubungan
= bisul besar.
• Comedo (comedones) = kumpulan keratin
dan sebum dalam folikel rambut
(infeksi bakterial) yang menjadi 
whitehead  terbuka  blackhead
• Desquamation = pengelupasan kulit bersisik
6
(Lanjutan -2) Definisi bemtuk ….
• Echymosis = memar warna merah batas tegas
disebabkan adanya aliran darah
bertambah di dalam kulit dan
jaringan subkutan.
• Erythema = kemerahan akibat kongesti kapiler
darah di lapisan bawah kulit timbul bersama
cedera kulit, infeksi atau peradangan.
7
(Lanjutan -3) Definisi bemtuk ….
• Excoriation = UKK (ujud kelainan kulit) kelupas
berupa goresan/garukan (contoh: kulit
lutut terkelupas)
• Fisura = UKK berbentuk celah linier (contoh:
infeksi kutu air pada athelete’s foot
• Folliculitis = radang pada folikel rambut.
• Furuncle = boil = bisul
8
(Lanjutan -4) Definisi bemtuk ….
• Furunculosis = bisul persisten (bermingguminggu, berbulan-bulan)
• Erosion = UKK berupa hilangnya epidermis
superficial, basal, tidak berdarah (Contoh:
kulit setelah suatu pelepuh/vesikel pecah)
• Ichthyosis = kumpulan gejala gangguan kulit
dengan tanda kering, kasar, kelupas dan
terjadi penebalan kulit  keadaan mirip
kondisi kulit buaya.
9
(Lanjutan -5) Definisi bemtuk ….
• Induration = benjolan pengerasan
• Keratitis = radang pada kornea mata
• Crusta (krusta) = UKK yang terjadi akibat
akumulasi eksudat serosa atau mukopurulent (pus) yang mengering (Contoh;
impetigo, lesi herpes)
10
(Lanjutan -6) Definisi bemtuk ….
• Keloid = UKK bentuk jaringan parut di kulit
yang melebihi cedera awalnya  kulit
menjadi gembung, merah dan padat.
(Banyak pada anak-anak Amerika turunan
Afrika)
• Lichentification = UKK berbentuk kulit kasar
dan menebal, bisa terjadi akibat terusmenerus mendapat iritasi (Contoh:
dermatitis atopik)
11
(Lanjutan -7) Definisi bemtuk ….
• Maceration = pelunakan kulit dan basah.
• Macule (maculae) = UKK datar ditandai oleh
perubahan warna. Ukuran bisa < 1cm
(Contoh: freckle)
• Nevus (pl. nevi) = tahi lalat (mole)
• Nodule (nodus) = UKK berupa masa padat,
menonjol, ukuran antara 0.5 cm. Distensi
nodus lebih padat dari papulae (kista, cyst).
12
(Lanjutan -8) Definisi bemtuk ….
• Papula (pl. papulae) = UKK berupa masa padat
meninggi ukuran sampai 0.5 cm
(Contoh: nevus = tahi lalat/tanda lahir)
• Petechiae = UKK berupa bercak merah yang
merupakan perdarahan kecil di bawah kulit
(Contoh: percerminan adanya gangguan
perdarahan atau masalah fragilitas = kerapuhan kapiler).
13
(Lanjutan -9) Definisi bemtuk ….
• Plaque = UKK berbentuk permukaan datar
menjadi menonjol dan berukuran dari 0.5cm
(Contoh: terjadi dari papula yang menyatu)
• Purpura = UKK berupa bercak-bercak ukuran
kecil disertai diskolorasi keunguan di bawah
kulit terkait berupa perdarahan. Lesi ini
menandakan ada perdarahan di tubuh,
bisa juga di otak, timbul akibat trombositopenia, trauma, dan respons alergik.
14
(Lanjutan -10) Definisi bemtuk ….
• Pustule (pustulae) = vesikel kulit isi pus
(nanah)
• Pyoderma = penyakit kulit berpustulae
• Spider angioma = Spider nevi = tumor benign
terjadi dari pelebaran pembuluh darah
(telengangiectasia) yang membentuk
gambaran mirip laba-laba, umumnya
timbul akibat gangguan hati (hepar).
15
(Lanjutan -11) Definisi bemtuk ….
• Squama = UKK bersisik pada epidermis
(contoh: ketombe dan kulit mengering)
• Pruritis = UKK menimbulkn rasa gatal, terjadi
sebagai respons primer iritant permukaan/
inflamasi (Contoh: post gigitan nyamuk, atau
kulit kering)
• Pruritis primer = ini timbul akibat pelepasan
histamin selama peradangan
16
(Lanjutan -12) Definisi bemtuk ….
• Pruritis sistemik = timbul akibat penyakit
sistemik (Contoh: gagal hati, gagal ginjal)
Pada tipe ini toksin-toksin hasil metabolik
tertimbun di cairan interstisium di bawah
kulit.
• Cicatrix (jaringan parut) = Daerah yang kulitnya
digantikan jaringan fibrosa (Contoh: bekas
luka bakar, luka yang dalam)
17
(Lanjutan -13) Definisi bemtuk ….
• Tumor = Masa padat, membesar, meninggi,
ukuran > 2cm.
• Ulcer = UKK berupa hilangnya epidermis
(lapisan terluar) dan lapisan yang lebih
dalam, dapat berdarah dan disertai jaringan
parut dekubitus (pressure sore)
• Verruca = tonjolan pertumbuhan jaringan
dan berwarna.
18
(Lanjutan -14) Definisi bemtuk ….
• Vesicle (vesicula) = tonjolan < 1cm berisi cairan
bening ( contoh: pada blister, herpes simplek,
herpes zoster).
• Wheal (urticaria) = biduran (kaligata), ini adalah
edem kulit yang menggembung, hanya
muncul singkat dan menimbulkan rasa gatal
(Contoh: gigitan nyamuk dan serangga lainlain)
19
(Lanjutan -15) Definisi bemtuk ….
• Xeroderma = kulit kering  pengelupasan.
Bisa timbul akibat defisiensi vitamin A.
Pada lansia sering mengalami purpura dan
petekia, terutama di tungkai bawah,
biasanya menandakan:
rapuhnya pembuluh darah atau
ada gangguan trombosit,
pada sebagian kasus keadaan ini timbul murni
akibat terjatuh (trauma) , atau tindak kekerasan.
20
Penyebab Lesi Kulit
• Kontak dengan agen penyebab cedera (zat
racun kimia).
• Kontak dengan organisme penyebab infeksi
• Reaksi terhadap medikasi
• Trauma fisik
• Faktor heriditer; Reaksi terhadap alergen
• Asal gangguan sistemik (penyakit dengan UKK)
• Luka bakar (termal, elektrik, kimia, inhalasi)
• Neoplasm (radiasi ultraviolet kronik)
21
SYSTEMIC CAUSES PRURITIS
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Diabetes mellitus
Hipersensitif obat
Hiperteroidism
Parasit intestinal
Anemia defisiensi besi; policythemia vera
Penyakit Ginjal
Leukemia
Penyakit hepar
Lymphoma; solid tumor malignancies
22
Tanda dan Gejala Gangguan Kulit
•
•
•
•
•
•
•
•
Pruritis
Urticaria
Rash
Xeroderma
Unusual spots, moles, nodules, cysts
Edema, or swelling
Changes in appearance of nails
Changes in skin pigmentation, turgor, texture.
23
PENGARUH USIA pada KULIT
• STRUKTURAL
-
Dermal-epidermal junction menipis
Perubahan pada sel basal
Penurunan jumlah sel-sel Langerhans
Penurunan jumlah melanocytes
Penurunan jumlah/ukuran tebal
Penurunan vaskularisasi
24
(Lanjutan -1) Pengaruh usia ….
• Degenerasi serabut elastin
• Penurunan jumlah dan perubahan struktur
kelenjar keringat
• Penurunan jumah dan distorsi struktur akhir
serabut saraf khusus
• Penurunan jumlah melanocytes akar rambut.
25
(Lanjutan -2) Pengaruh usia ….
• FUNGSIONAL
- Perubahan permeabilitas kulit
- Penurunan responsiveness thdp. Inflamasi
- Penurunan responsiveness imunologik
- Gangguan penyembuhan luka
- Penurunan excrine pengeluaran keringat
- Penurunan elastisitas
- Penurunan produksi vit. D
- Gangguan persepsi sensoris.
26
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
1. LESI KULIT
Pasien dengan lesi kulit harus dievaluasi
lebih lanjut.  Perlu rujukan dokumentasi
kondisi medisnya. Perhatikan sitenya:
- ukuran , iregulasi, warna
suhu, kelembaban,
ulserasi,
27
(Lanjutan-1)
-
tektur kulit,
tebal gangguan,
mobilitas,
edema,
turgor,
bau dan
rasa sakit yang menyertainya.
28
(Lanjutan-2)
• Apabila ada lebih dari dua bagian kulit
yang cedera, maka perhatikan:
- pola distribusinya,
- lokalisasinya:
terbatas atau
terisolasi,
regional,
umum; atau
universal (menyeluruh) meliputi
rambut dan kuku.
29
(Lanjutan – 3)
Lesinya: unilateral atau bilateral,
simetris atau asimetris,
Perhatikan juga tatanan lesinya:
bergerombol atau linear,
(khususnya bila ada kaitan dengan:
pakaian yang menekan,
- perhiasan, atau
- benda-benda lain yang menyertai di
tubuh pasien. (Norris et. Al., 1995)
30
(Lanjutan-4)
PERHATIKAN:
Apakah ada kemungkinan perubahan
pada kulit tersebut merupakan:
Kelanjutan dari suatu
kondisi sistemik ?
Gegala malignansi dan potensial infektif ?
Kondisi seborrheic keratosis bisa
digerakan melalui friksi, berdarah namun
tidak malignan.
Sebaiknya lesi terkait jangan diraba-raba!
31
(Lanjutan- 5)
• Harus diperhatikan apabila terapi harus
penggunakan modalitas:
elektrik atau
thermal (panas atau dingin)
dan pasien adalah manula.
• Extra toweling (diusap dengan handuk) dan
supervisi ketat diperlukan untuk mencegah
komplikasi.
32
(Lanjutan-6)
Pada manula terjadi:
Penurunan sirkulasi ,
Pengurangan adipose subcutan, serta
Perubahan metabolisme
 Resistensi initial kulit terhadap elektrik, atau
kekurangan kemampuan menghamburkan
panas atau dingin, maka
Bisa menimbulkan kerusakan jaringan.
33
DERMATITIS (Radang Kulit)
Dermatitis kontak (contact dermatitis):
Timbul akibat:
Kulit terpajan akut/kronik ke satu
iritant atau
alergen (penimbul alergi)
 usahakan tahu apa bentuk iritan
dan alergen-nya?
34
Eczyma dermatitis (atopik):
• Dermatitis yang timbul akibat:
Rangsangan berlebih sel limfosit T dan
mast-cell  histamin  gatal, eritema,
> pada bayi (bokong, wajah), kanak-kanak, j
uga dewasa.
Sifat alergi bisa diturunkan, kadang
sembuh sendiri setelah anak tumbuh, ada
juga yang sampai dewasa baru hilang.
35
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
2. ATOPIC DERMATITIS (Eczyma)
Pendidikan pasien terkait hydrasi dan lubrikasi
kulit. Pemberian 2-3x sehari emolients akan
mencegah evaporasi kulit dan mempertahankan
kondisi moisterasi kulit . Krim/salep mengandung petrolatum atau lanolin harus digunakan
kecuali pasien peka terhadapnya, yang
mengandung urea, lactic acid bisa meningkatkan ikatan air di kulit dan mencegah
evaporasi (penguapan).
36
(Lanjutan-1) Atopic ….
• Pengetahuan terkait pola penyakit dan
pemberat adalah krusial bagi efektifitas
management gangguan terkait.
• Kenalilah:
kausa sebab pencetus dan
berkembangnya atopik dermatitis.
• Hindari mandi harian
37
(Lanjutan-2) Atopik ….
• Manula  mandi dengan air yang tidak deras
dengan sabun tidak menimbulkan kondisi
kering kulit, tidak berparfume, atau agen lain
yang tidak cocok.
• Emolients harus digunakan dalam waktu 5 menit
setelah mandi, terutama bila berada di daerah
udara kering  mencegah kulit jadi lebih
kering (Xeroderma).
38
(Lanjutan-3) Atopik ….
Dermatitis adalah satu peringatan
bahwa:
“ Fisioterapist harus berhati-hati,
bila ada atau tidak kontraindikasi
terhadap modalitas terapi
yang harus diterapkan ke pasiennya.”
39
(Lanjutan – 4) Atopik ….
• Penggunaan air, alkohol, harus dihindarkan.
Agen topical ber-alkohol dipantang.
Agent topical: ultrasound gel, mobilisasi krim,
harus digunakan dengan hati-hati, perhatikan
Kemungkinan timbulnya reaksi kulit,
tidak hanya saat tersebut atau bisa
juga di kemudian hari.
40
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
3. CONTACT DERMATITIS
Terapist harus senantiasa waspada adanya
kemungkinan reaksi pasien terhadap substansi
eksternal (krim, agen topikal lain, solutio)
berbagai modalitas yang digunakan di layanan
fisioterapi bisa sebagai causa ( whirlpool additives,
ultrasound gels, self –sticking, pemeriksaan
sebelum dan sesudah terapi).  apa ada
adverse reaction?
41
(Lanjutan – 1) Contact ….
• Pasien kontak dermatitis terkait silicon sleeve
atau interface dengan alat prosthetic harus
berhati-hati dengan penggunaan sabun, tidak
termasuk rinsing agen.
(Banyak agen sabun antibakterial dan
antiperspirant meninggalkan partikel di
atas kulit dan beraksi sebagai barrier di atas
permukaan kulit terhadap invasi bakterial).
42
(Lanjutan – 2) Contact ….
• Ruam/blister bisa timbul pada area bercakbercak sejalan dengan titik tekanan friksi
pada interface, bisa mendorong partikel sabun
masuk kembali ke dalam kulit. (Callaghan, 1996)
• Fisioterapist bisa menawarkan rencana
terapi bagi dermatitis kontak.
43
(Lanjutan – 3) Contact ….
• Hindari: Penggunaan alkohol, lubricant atau
sabun, sabun antibacterial atau antifungal
tanpa rinsing agent, juga lanolin.
Gunakan: Soap free cleansing agen atau soft
soap harus untuk pembersih harian berserta
salep pethroleum, bisa untuk tungkai bawah,
sebelum masuk ke liner.
44
(Lanjutan – 4) Contact ….
• Water-based ointment dihindari bila menggunakan urethane untuk melekatkannya ke kulit,
sehingga bila liner diangkat kulit bisa ikut
terangkat.
• Alkohol based lubricants atau sabun harus
dihindari dengan produk urethane karena
komponen ini beraksi sebagai solvent urethane,
akan meningkatkan kelengketan urethane
(Callaghen, 1996)
45
BERBAGAI GANGGUAN KULIT
ACNE (Akne, jerawat)
Jerawat adalah penyakit peradangan kelenjar
sebacea yang sering dijumpai/ berkaitan dengan
folikel rambut (pilosebacea).
Ada dua jenis:
yang meradang dan
yang tidak meradang.
ditandai: pembentukan sebum berlebih, tertimbun di folikel  bengkak.
46
(Lanjutan- 1) ACNE ….
Meradang disertai infeksi  pecah, sebum &
bakteri ke luar, masuk ke dermis  peradangan
jaringan dermis.
Non-radang: folikel tidak pecah, namun tetap
dilatasi, sebum mengalir ke permukaan kulit
(blackhead, komedo terbuka) atau kanalis tetap
tersumbat (whitehead, komedo tertutup)
47
(Lanjutan-2) Acne
Penyebab:
-
Rangsangan androgen (> testosteron)
-
Infeksi diperparah oleh higiene yang
jelek, gizi buruk dan stres.
-
Ada faktor genetik yang  orang jadi
rentan terhadap timbulnya akne.
48
(Lanjutan-3) Acne - (penyebab)
-
Estrogen: >< aktivitas androgen pada
kelenjar sebacea dan mengurangi akne
-
Pada wanita bisa meningkat sebelum
atau selama haid akibat kadar estrogen
terendah.
-
Komplikasi: timbul jaringan parut yang
mengganggu kosmetik.
49
(Lanjutan-4) Acne - (terapi)
• Terapi:
obat topikal benzoit peroksida dan
asam retinoat (vit. A) untuk mengatasi
kering/mengelupaskan kulit  folikel
terbuka dan memudahkan keluarnya
sebum ke permukaan kulit.
50
GUNAKAN ANTIBAKTERIAL
• Terapi antibiotika:
> tetrasiklin dapat mengurangi
proliferasi bakteri di folikel.
Perlu beberapa hari-bulan agar efektif:
C.i. (kontra-indikasi):
wanita hamil atau
yang berencana untuk hamil.
51
(Lanjutan – 1) Gunakan
• Pil KB yang mengandung estrogen dapat
menekan pembentukan sebum  mengobati
akne pada gadis .
• Asam 13-sis-retinoat (isoretinoin) sistemik
untuk kasus parah (menimbulkan cacat lahir).
C.i.: wanita hamil
• Gunakan sabun antibakterial
52
PENYAKIT INFEKSI disertai RUAM KULIT
• RUBEOLA
• (MEASLE, CAMPAK 10 hari atau
CAMPAK MERAH)
Campak merupakan infeksi saluran napas atas
(ISPA) oleh paramikso-virus.
>> menyerang kanak-kanak, ditularkan melalui
percikan liur (droplets) atau terhirup.
53
RUBEOLA
• Masa inkubasi: 7-12 hari pre gejala muncul
 Sangat contagious.
• Ruam berawal di wajah (muka, daerah belakang
telinga)  menyebar ke badan, akhirnya ke
ekstrimitas dan menetap selama 4 hari.
• Komplikasi: encephalitis primer atau sekunder
dan pneumonia.
54
(Lanjutan -1) Rubelola ….
• Vaksinasi:
- pada bayi usia 15 bulan dan
- suntikan booster pada usia 4-5 tahun,
- kemudian pada remaja.
• Terapi: -
suportif
antibiotik untuk infeksi sekunder.
55
RUBELA
• Ini adalah CAMPAK JERMAN
Infeksi virus saluran napas atas.
Inkubasi 14-21 hari diikuti gejala prodromal
selama sekitar 1-4 hari, baru muncul ruam.
Contagious selama stadium prodromal,
tidak lagi setelah ruam muncul.
Tanda pada stadium prodromal: demam
ringan, malaise, pembesaran kelenjar limfe
(post auricular) nyeri tenggorokan dan kepala.
56
(Lanjutan-1) Rubela
• Bentuk UKK/ruam: makropapular, berawal di
wajah menyebar ke badan dan ekstrimitas,
bertahan 2-3 hari.
• Penularan melalui bumil ke janin atau
orang ke orang lain melalui dropslet.
Gejala pada anak lebih ringan dari pada
dewasa.
57
(Lanjutan-2) Rubela
• Yang paling berbahaya bila menyerang bumil
pada masa kehamilan trimester I (3 bulan
pertama)  virus akan menginfeksi janin 
defek congenital = Rubella syndrome
• Rubella adalah suatu agen teratogenik
(penyebab cacat lahir) kuat dan sangat menular
sebelum individu memperlihatkan tanda-tanda
infeksi yang jelas.
58
(Lanjutan-3) Rubela
• Untuk melindungi bumil dari infeksi dan cedera
lebih lanjut terhadap janinnya, maka dianjurkan
semua anak divaksinasi terhadap virus di
awal masa kanak-kanak.
• Hal ini akan melindungi bumil yang mungkin
berkontak dengan mareka.
59
(Lanjutan-4) Rubela
• Komplikasi: Umumnya menyerang usia 6-12
tahun, dan gejala ringan. Komplikasi menjadi
berbahaya bila menyerang bumil trimester 1
 cacat lahir, parah janin.
• Terapi:
- Vaksinasi (usia 15 bulan  4-5 tahun dan
remaja).
Memanfaatkan vaksin kombinasi antara
rubeola, parotitis, rubela. (MMR)
60
(Lanjutan – 5) Rubela
• Wanita pada masa subur:
Uji titer rubela
• Yang belum memiliki antibodi  divaksinasi
Post vaksinasi tunggu sampai 3 bulan
baru boleh hamil.
61
HERPES SIMPLEKS 1 dan 2
• Herpes menimbulkan ruam khas di kulit dan
selaput lendir.
• Ditularkan melalui virus shedding lesi kulit .
Masa inkubasi 2-4 hari setelah infeksi.
• Lesi muncul pada periode prodromal, pada
periode ini dan saat lesi terbuka virus sangat
menular, kira-kira selama 2-6 minggu.
62
(Lanjutan-1) Herpes ….
• Post infeksi awal virus bisa menetap dengan
tenang (dorman) di serabut saraf sensoris
yang terkena, dan ini bisa menjadi aktif kembali
setiap saat, menimbulkan lesi baru.
• Reaktivitas virus laten bisa saat pasien:
- sakit stres,
- terpajan sinar matahari berlebih, saat
tertentu masa daur haid.
63
(Lanjutan-2) Herpes ….
Virus Herpes:
Herpes simplek 1: merupakan penyebab
cold sore di wajah.
Herpes simplek 2: menyebabkan infeksi
genital, anus, penularan
bisa kontak seksual
-
Kedua virus tersebut bisa menginfeksi
setiap site bagian di tubuh.
64
(Lanjutan-3) Herpes ….
• Gambaran:
Selama periode prodormal
demam ringan
malaise
rasa pedih terbakar atau gatal di
mulut,
genitalia atau
bagian tubuh lain yang terkena.
65
(Lanjutan-4) Herpes ….
• Saat infeksi aktif,  vesikel berkelompokkelompok  rasa nyeri di bibir, wajah, kulit
hidung, mukosa mulut, genitalia atau anus.
• Vesikel  rasa panas dan gatal, akan pecah
dalam 3-4 minggu  krusta.  umumnya
akan menghilang pada minggu berikutnya.
66
(Lanjutan-5) Herpes ….
• Komplikasi:
- Infeksi sekunder Herpes simplek 1 
mata  keratoconjunctivitis  buta
-
Infeksi primer herpes simplek 2 selama
kehamilan  kerusakan susunan saraf
pusat janin  buta dan retardasi mental
-
Infeksi pada neonatus: bisa asendens atau
saat bayi di jalan lahir.
67
(Lanjutan-6) Herpes ….
• Terapi:
Asiklovir (Zovirax) topikal, oral (antiviral
untuk mengurangi durasi dan intensitas lesi.
Seksio sesar (caesaria) apabila infeksi
herpes genitalia aktif atau bila bumil dalam
stadium prodormal.
68
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
4. HERPES ZOZTER
Penderita dewasa contagious bagi dewasa lain
yang belum pernah sakit varicella (cacar air)
Untuk ini fisioterapist yang belum pernah
varicella harus divaksinasi dahulu; komplikasi
dan morbiditas terkait dengan yang timbulnya
pada dewasa harus menjadi perhatian.
69
(Lanjutan-1)
Semua pasien yang diterapi bisa
saja menularkan varicella !
• Fisioterapist wanita yang sedang hamil atau
berencana untuk hamil hendaknya dites status
imunitasnya dahulu apabila kepastian riwayat
sakitnya meragukan.
Ini perlu menjadi perhatian karena transibilitas
virus timbul sampai 2 -3 hari sebelum simtoma
muncul sampai semua lesi mengering,
mengelupas.
70
(Lanjutan – 2) Herpes ….
• CDC (USA) menerapkan petunjuk peraturan
pelayanan tentang kehati-hatian berkaitan
dengan transmisi semua pasien penyakit
infeksi kulit . Universal precaution tersebut
hendaknya ditaati bagi pelayanan semua
pasien tanpa memikirkan apakah status
kesehatannya. Intinya adalah semua lesi
dipandang potensial infeksius dan harus
ditangani sesuai petunjuk yang berlaku.
71
VARICELLA dan CACAR ULAR
• Varicella (Cacar Air)
Cacar air adalah infeksi primer, sangat
contagious melalui droplets.
>> pada kanak-kanak, namun bisa juga
menyerang dewasa yang baru pertama kali
jumpa virus ini bisa terkena infeksi.
72
(Lanjutan-1) Cacar …
Masa inkubasi 7-12 hari, contagious selama
periode prodormal singkat (24 jam sebelum
lesi kulit muncul) s/d semua lesi menjadi krusta.
Penyakit akan sembuh sendiri dalam 7-14 hari.
• Cacar Ular (Herpes Zosters, Shingles)
Ini timbul oleh infeksi virus golongan varicelazoster  vesikel-vesikel pruritik yang berair di
sepanjang serabut saraf sensorik di permukaan
kulit.
73
(Lanjutan-2) Varicella dan ….
• Cacar ular bisa timbul beberapa tahun setelah
infeksi varicella.
• Penyebab: virus varicella yang berada laten di
serabut saraf sensorik setelah pasien pulih
dari cacar air.
• Apabila ia muncul kembali maka disebut
Zoster.
Penularan bisa melalui kontak langsung
dengan lesi kulit.
74
(Lanjutan-2) Varicella dan ….
• Vesikel timbul pada dermatom (sepanjang
serabut) yang disarafi saraf yang terinfeksi.
• Penyakit ini >> timbul pada orang tua atau
orang yang sedang dalam penurunan
sistem imunitasnya.
• Gambaran: demam ringan dan malaise
selama 24 jam sebelum vesikel muncul.
75
(Lanjutan-3) Varicella dan ….
• Vesikel varicella >> timbul di badan dan
menyebar ke wajah serta ekstrimitas.
Juga bisa muncul di: - mulut,
- labium dan
- vagina.
• Vesikel berawal sebagai lesi kemerahan
yang berisi cairan dan pecah dalam
beberapa hari  krusta.
76
(Lanjutan-4) Varicella dan ….
• Pada saat yang bersamaan  banyak vesikel
dalam berbagai stadium pembentukan dan
krustasi.
• Vesikel herpes zoster: bisa timbul di kulit
secara unilateral di sepanjang dermatom
yang terinfeksi.
Tempat yang sering terinfeksi adalah:
wajah, leher dan dada.
77
(Lanjutan-5) Varicella dan ….
• Komplikasi:
-
Infeksi bakteri sekunder pada vesikel
Pneumonia,
Encephalitis (varicella)
Sindrom Reye pada anak yang diberi
aspirin sewaktu mengidap varicella.
78
(Lanjutan-5) Varicella dan ….
• Orang dewasa: Varicella dapat mengalami
perjalanan penyakit yang parah dan berisiko
lebih besar  pneumonia.
• Varicella dan Herpes zoster dapat menyebar
secara internal pada orang defisiensi imunitas.
• Neuralgia pasca herpes zoster terjadi pada
20% kasus  perlu tindakan Fisio-terapi.
79
(Lanjutan-6)
TERAPI
• Suportif dan ditujukan untuk mencegah
infeksi bakteri sekunder
• Antivirus asiklovir (Zovirax) diberikan saat terjadi
tanda-tanda paling awal infeksi orang dewasa/
anak dengan gangguan kekebalan untuk membatasi infeksinya.
Juga dapat dipertimbangkan untuk anak-anak
yang mengidap varicella.
80
VERRUCA (WART)
• Kausa veruka infeksi virus papiloma
(HPV, Human Papilloma-virus).
Veruka = papula jinak yang dapat timbul di
bagian kulit mana saja.
• Terdapat banyak turunan HPV, sebagian
 menginfeksi daerah alat kelamin
atau anus,  veruka biasa.
81
(Lanjutan-1 ) Verucca ….
• Veruka plantar: tumbuh di bagian bawah
kaki dan meluas ke dalam (bukan ke luar).
Penularan melalui kontak kulit.
Veruka genital dianggap sebagai PMS
• Penelitian menemukan 40% wanita yang
menggunakan pusat pelayanan kesehatan
universitas untuk perawatan ginekologis
mengidap veruka genital (USA)
82
(Lanjutan-2) Verucca ….
• Turunan tertentu veruka genital berkaitan
dengan kanker serviks uteri.
Risiko terkena kanker serviks tinggi pada
wanita yang mengidap ini dan merokok.
 kemungkinan besar berkaitan dengan
toksin tembakau, yang bekerja sinergis
dengan HPV untuk menimbulkan kanker
serviks.
83
(Lanjutan-3) Verucca ….
• Gambaran:
Berbentuk bulat/datar, besar/kecil.
Veruka genital memiliki gambaran seperti
kembang kol.
Veruka jenis ini dapat ditemukan di:
ujung atau batang penis pria
labium (wanita)
vagina wanita atau
di sekitar anus.
84
(Lanjutan-3) Verucca ….
• Komplikasi:
Kanker serviks (wanita) = PMS yang terjadi
akibat infeksi kuman turunan tertentu HPV.
Walau jarang: bayi baru lahir yang terpajan
veruka genital ibu selama proses
kelahirannya,  dapat mengidap veruka
esofagus.
85
(Lanjutan-4) Verucca ….
• Terapi:
Bisa hilang sendiri setelah sistem imun
terangsang (terjadi setelah vaskularisasi
atau perdarahan).
Iritasi dengan asam salisilat, formaldehida,
atau iritan lain yang merangsang sistem
imun tubuh.
Nitrogen cair, bedah beku (cryosurgery),
laser bisa digunakan.
86
IMPETIGO
• Infeksi kulit superfisial yang biasanya disebabkan Stafilikokal atau Streptokokal grup A,
 infeksi kulit menular pada kanak-kanak.
• Tanda: pustul kulit  pecah  krusta.
Sangat contagious, mudah ditularkan dari satu
bagian tubuh ke bagian lain, dari orang ke orang
lain melalui kontak infeksi.
87
(Lanjutan-1 ) IMPETIGO….
• Gambaran: pustula lokal yang pecah
berkrusta.
• Komplikasi:
Glomerulonephritis pasca- streptokokal
akut dan dapat terjadi akibat pengendapan
komplek antibodi-antigen di ginjal
(respons hipersensitivitas tipe III)
88
(Lanjutan-2 ) IMPETIGO ….
• Terapi:
- antibiotik sistemik (identifikasi kuman)
- bila vesikel kecil diberi antibiotika topikal
Sterilisasi handuk dan sering-sering
mencuci tangan adalah tindakan profilaksi
terhadap:
- penyebaran ke bagian tubuh lain dan
- penularan ke anggota keluarga lain.
89
CELLULITIS (SELULITIS)
• Cellulitis adalah infeksi lapisan dermis atau
subkutis oleh bakteri, biasanya terjadi setelah
luka atau gigitan di kulit.
• Gambaran: - kemerahan,
- membengkak
- panas, demam
- nyeri
• Terapi: antibiotika sistemik yang sesuai
90
ERISIPELAS
• Erisipelas: infeksi kulit akibat streotococcal,
>> menyerang: muka, bisa juga lengan
atau tungkai bawah.
• Gambaran khas: bengkak merah berbatas
jelas (membedakan inflamasi erysipelas
dengan selulitis sebab lain). Pasien nampak
sakit berat dengan suhu tinggi.
• Terapi: yang terampuh: penicillin V.
91
MYCOSES (INFEKSI JAMUR)
• Infeksi jamur superfisial, disebut sesuai
tempat infeksinya, contoh: Tinea:
 Tinea pedis: infeksi jamur pada kaki
(athlete’s foot)
Tinea corporis: infeksi jamur pada badan
(ringworm)
Tinea capitis: infeksi jamur di kepala
Tinea barbe: infeksi jamur di janggut.
92
(Lanjutan-1) Mycoses
• Thrush adalah infeksi jamur di:
mulut,
saluran cerna,
Pada vagina biasanya disebabkan oleh
Candida albicans (jamur mirip ragi):
 Candidiasis (Kandidiasis)
Candida albicans adalah bagian flora normal
manusia, yang dalam kondisi tertentu ia
bermultiplikasi berlebih  gejala infeksi.
93
(Lanjutan –2) Mycoses ….
• Infeksi jamur pada saluran napas, atau otak
biasanya terjadi pada imunitas yang terganggu
dan dianggap sebagai Infeksi Oportunistik.
Histoplasmosis adalah infeksi jamur
pada:
- saluran napas yang juga bisa timbul pada
- orang imunitasnya nomal.
94
(Lanjutan –3) Mycoses ….
• Penyebab infeksi jamur:
Jamur berkembang baik pada orang yang
imunitasnya menurun, di antaranya: DM,
hamil, bayi, manula, atau AIDS
Infeksi ragi vagina dan mulut sering
merupakan infeksi opportunistik dan
ditemukan pada pasien HIV.
Pasien dengan infeksi jamur kronik harus
dievaluasi: adanya DM atau AIDS.
95
(Lanjutan –4) Mycoses ….
• Terapi:
Antibiotika membunuh bakteri vagina
normal yang biasanya berada dalam
keseimbangan dengan ragi vagina 
menimbulkan infeksi ragi vagina
Gambaran: infeksi kulit, dengan inflamasi
disertai eritema dan gatal-gatal.
• Kurap (ringworm) menimbulkan gambaran lesi
mirip cicin.
96
(Lanjutan –6) Mycoses ….
• Infeksi ragi:
Muncul sebagai pustul yang meradang,
sangat gatal dan nyeri.
infeksi di vagina menimbulkan bentuk
putih seperti keju.
infeksi di mulut menimbulkan ulkus
putih yang dikelilingi oleh eritema,
yang bisa menimbulkan rasa sangat
nyeri (sariawan mulut).
97
(Lanjutan –7) Mycoses ….
• Komplikasi:
Infeksi  laju morbiditas dan mortalitas
bermakna.
Lesi mulut yang nyeri akan:
mengganggu makan
turunnya berat badan pada pasien AIDS.
98
(Lanjutan –8) Mycoses ….
• Terapi:
Infeksi kulit: Antifungal tipe spesifik
topikal atau terkadang secara sistemik.
Kandidiasis: krim atau suppositoria
antijamur (antimycotic)
Mitra seksual dari wanita terinfeksi ragi
vagina kronik juga perlu diterapi.
99
(Lanjutan –9) Mycoses ….
• Infeksi jamur di organ dalam (paru dll)
bisa asimtomatik atau hanya sulit menelan.
• Bayi dan ibu harus diterapi, karena infeksi
bisa berpindah-pindah dari mulut ke putting
susu dan sebaliknya.
100
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
5. INFEKSI JAMUR
Ringworm
Sifat alamiah semua infeksi jamur memerlukan
ukuran peringkat higiene kondisi infeksi khusus.
Pasien terinfeksi tidak boleh memakai secara
bersama alat merawat/merapikan rambut (sisir,
sikat rambut, head-gear), pakaian, atau artikel
lain yang mungkin bisa harus menyentuh
daerah yang terinfeksi
101
(Lanjutan: 1 Implikasi …. (jamur)
Pasien harus menggunakan peralatan rambut
juga alat lain yang mungkin kontak dengan areal
tubuh yang sakit, handuk dan spreinya secara
sendiri - sendiri.
Mengingat infeksi bisa ditularkan melalui
transmisi hewan ke manusia, maka periksakan
kemunginan hewan pemelirahaan ada yang
terinfeksi jamur.
102
(Lanjutan: 2 Implikasi …. (jamur)
• Sumber infeksi juga bisa ada di:
Sandaran bantal duduk: di
tempat umum,
transportasi publik atau
tempat duduk lain yang bekas
terduduki oleh pasien yang infectious.
(Wong, 1993)
103
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
6. ATHELETE ‘S FOOT
Bila ditemukan infeksi ini, diskusikan dengan
pasiennya.
Walau pasien menganggapnya kondisi ini
biasa tidak mengkhawatirkan, namun kondisi
terkait dapat menjadi port entry bagi infeksi
bakterial, terutama pada manula.
104
(Lanjutan – 1) Athelete ….
Pengontrolan yang baik athelete’s foot
bisa mencegah cellulitis,
infeksi bakterial pada tungkai bawah,
terutama penting bagi pasien DM.
(Halpen. 1993)
105
SCABIES (SKABIES)
• Akibat infestasi kutu Sarcoptes scabies, masuk
ke lapisan kulit, menetaskan telurnya. Kutu yang
menetas bisa terpindakan ke orang lain yang
berdiri berdekatan dengannya, bisa juga melalui
kontak tubuh (kontak seksual)
• Lesi: pembengkakan berkelupas kecil-kecil
berwarna abu-abu, di antara jari-jari, pergelangan tangan, genital, ketiak. Kemudian menjadi
merah pada tungkai dan badan  gatal
106
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
7. SCABIES
Pada pasien rawat rumah sakit terkena
scabies, (umumnya gatal-gatal pada malam
hari) cegah transimisi pada dirinya dan orang
lain dengan cara: Menerapkan teknik
mencuci tangan, gunakan sarung tangan
saat memeriksa pasien terkait.
Perhatikan luka kulit selama 24 jam setelah
terapi scabies.
107
(Lanjutan-2) Implikasi … 7 Scabies ….
• Alat pengukur tekanan darah di sterilisasi
gas-autoclave sebelum digunakan untuk
mengukur pasien lain.
• Semua linen dan handuk harus diisolasi
sebelum digunakan untuk pasien lain, sampai
pasien menjadi noninfektsius.
• Apabila diterapi di luar rumah sakit (di atas tikar
tindakan ataupun lain-alin)  area terkait
didisinfektan setiap akhir satu sesi terapi.
108
LICE (Pediculosis)
• Kutu (insekta kecil) pemakan darah manusia.
bertubuh pipih, ukuran antara: 1/8 inci.
• Ada 3 (tiga) species:
- Pediculus humanus capitis (kutu kepala)
 menyerap darah kulit kepala
- Pediculus corporis (kutu badan)
bisa tumbuh di pakaian  penyebab: typhus
epidemic dan relapsing fever.
- Phthirus pubis (crab, kuku pubik) umumnya
didapat dari kontak seksual.
109
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
7 PEDICULOSIS
Fisioterapist harus senantiasa sadar tentang
higiene semua pasiennya.
Setiap orang bisa terkena pediculosis, tua
ataupun muda, status ekonomik apa saja,
status kebersihan individualnya.
Gunakan sarung tangan bila memeriksa kepala
dewasa ataupun kanak-kanak yang rentan
kena trauma lecet kulit.
110
(Lanjutan – 1) Pedculosis …
• Perhatikan goresan yang ada, kemerahan,
gerak yang memperjelek kondisi, adanya
bagian yang lepas.
• Manakala terekpose ke kutu, pasien dan
juga terapist memerlukan data peringkat
exposurenya.
• Model pelayanan seperti pada scabies.
111
Gangguan Kulit
Akibat Disfungsi Imunitas
PSORIASIS
Psoriasis merupakan penyakit kulit:
- kronis, diturunkan,
- inflamasi dermatosis yang kumat-kumat,
dengan gejala khas:
plaques erythematous yang
berbatas jelas dengan kelupas
kulit berwarna keperakan.
112
(Lanjutan – 1) Psoriasis ….
• Timbul pada:
kedua sek, dan
terbanyak pada dewasa muda (sekitar
27 tahun),
namun bisa saja ditemukan pada bayi,
jarang pada kanak-kanak 6 tahunan.
Jarang pada kulit hitam,
1% – 2% pada populasi kulit putih.
113
(Lanjutan – 2) Psoriasis ….
• Terapi:
Ada 5 kategori umum:
1.
Topical
2.
Phototherapy
3.
Vitamin A analogues
4.
Antimetabolites
5.
5-lipoxygenase inhibitors.
114
(Lanjutan – 3) Psoriasis …
• Agen terapi topikal:
corticosteroids
salep: petroleum yelly
asam salicylic
salep urea
oathmeal baths,
emollients
open wet dressing untuk mengatasi
pruritis dan tar.
115
(Lanjutan – 4) Psoriasis ….
• Corticosteroid : obat yang paling banyak
diresepkan bagi psoriasis, namun insiden
side efeknya meningkat dengan penggunaan
obat-obat superpotent flourinated.
• Hydrocortisone yang digunakan adalah
konsentrasi 0.5% atau 1.0% untuk kulit muka,
perineum, atau daerah sensitif lain (permukaan
flexor lengan, abdomen).
116
(Lanjutan – 5) Psoriasis
• Crude coal tar:
Satu terapi kuno psoriasis yang berefek
antimiototic (membantu mempercepat produksi
sel yang retard), terdiri dari aplikasi 2% - 5%
crude coal tar dikombinasi dengan:
tar bath dan
sinar U-V.
117
(Lanjutan – 6) Psoriasis ….
• Pajanan ke sinar:
UV (fototerapi),
UVB atau sinar matahari alamiah
bisa membantu retard cell production.
PUVA berkaitan dengan kombinasi obat
photosensitizing Psoralen ditambah:
1 – 11/2 jam radiasi UVA ditambah
1 – 11/2 jam radiasi UVA .
118
(Lanjutan – 7) Psoriasis ….
• Lebih efektif untuk psoriasis tipe plaque yang
tebal,
pustular psoriasis, dan
erythroderma generalized.
• Jenis terapi lain: retinoid etrenate (Tegison),
methrotrexate, antagonist asam folat digunakan
untuk yang severe  menghambat sinthese
DNA, bersama terapi antimitotic
119
(Lanjutan – 7) Psoriasis
•
•
•
•
•
•
hydroxyurea dan
azathioprine,
Sulfasalazine (Azulfidine),
5-lipoxygenase inhibitor,
Aspirin dan
terapi lokal untuk outome fungsional dan
nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAIDs)
bagi kasus berat.
120
(Lanjutan-8) (Psoriasis)
Prognosis:
kumat-kumat sesuai interval waktu
dan meningkatkan periode sakit.
Belum dijumpai yang sembuh spontan,
Sedangkan risiko infeksinya tinggi
(Banyak bakteri stafilokoken di atas plaque
psoriaticnya).
121
(Lanjutan – 9) Psoriasis
Orang dengan psoriasis yang human immunodeficiency virus (HIV) positif berisiko tinggi
terkena infeksi self-inoculation.
Sebanyak 20% pasien yang menderita PsA
bisa terkena gangguan persendian dini dan
kerusakan sendi yang berat disertai deformitas
dan disabilitas.  bisa memerlukan layanan
fisioterapi.
122
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
8.
PSORIASIS
Aplikasi krim steroid harus diberi di atas film
tipis, gosok dengan halus sampai krimnya habis
dari permukaan kulit. Semua aplikasi medikasi
topikal khusus yang mengandung anthralin dan
tar, dioles ke arah bawah dalam agar tidak
mengena folikel rambut untuk tidak menimbulkan
radang folikulitis. Oleskan obat hanya pada lesinya,
jangan mengena kulit sehat.
123
(Lanjutan - 1) Implikasi …. Psoriasis
• Selalu gunakan sarung tangan saat mengaplikasikan krim mengingat anthralin, membuat
noda dan cedera kulit.
• Kemudian setelah aplikasi tersebut, pasien
harus menggosok dengan talk untuk mencegah
anthralin menempel ke baju.
124
(Lanjutan - 2) Implikasi …. Psoriasis
• Mineral oil diikuti sabun dan air untuk menghilangkan anthralin; kulit tidak boleh digosok dengan kasar, hanya sikat gosok halus bisa
digunakan untuk menghilangkna scales (sisik).
• Bila ada side effects, khususnya reaksi
alergik terhadap anthralin, atrophy dan acne
dari steroid, radang rasa terbakar, dan
nausea harus dilapor ke dokternya dengan
segera.
125
(Lanjutan - 3) Implikasi …. Psoriasis
Epithelioma sel squameous bisa menjadi
PUVA.
Cytotoxins dari terapi methotrexate therapy
bisa menimbulkan toxisitas pada hepar dan
juga sumsum tulang.
126
Psoriatic Arthritis
PsA secara klinis beda dengan arthritis
rheumatoid, banyak melibatkan persendian
distal interphalangeal, distribusi tidak
simetris, adanya spondyloarthropathy, ada
gambaran gangguan extra-articular.
Sendi lebih sakit dari pada PsA, rasa sakit
dan kaku meningkat akibat imbobilisasi yang
diperpanjang dan peningkatan aktivitas fisik.
Disertai efusi..
127
(Lanjutan-3) Psoriasis ….
Psychological considerations
Psoriasis bisa menghasilkan masalah
psychological akibat lesi kulitnya bisa
menimbulkan gangguan perasaan bahwa
dirinya sebagai tempat penularan dan tidak
boleh ada kontak kulit.
Bau obat-obat topical dan warna gangguan
bisa menambah reaksi psikososialnya.
128
(Lanjutan-4) Psoriasis ….
Yakinkan pada pasien bahwa psoriasis
tidak menular.
Flare-ups-nya bisa:
diterapi dan
kontrol stres
bisa mencegah kumat kembali.
129
Lupus Erythematosus
• Peradangan kronik dari jaringan ikat.
Bisa tampil dalam berbagai bentuk.
Di antaranya:
- DLE = Discoid lupus erythematosus
(hanya menyerang kulit)
- SLE = Systemic lupus erythromatosus
(menyerang berbagai organ sistem)
130
(Lanjutan -1) Lupus ….
• Arti kata Lupus [L] = wolf (srigala) karena pada
mulanya (1800-an) dipercaya bahwa erosi kulit
yang terjadi adalah akibat gigitan srigala.
Sifat khusus ruam adalah merah maka disebut
erythematosus (Matassarin-Jacobs, 1993).
Dikenal ada dua bentuk:
- Discoid lupus Erythematosus
- Systemic Lupus Erythematosus.
131
(Lanjutan-2) Lupus ….
• DLE: tampil sebagai erupsi kulit yang kronik,
yang bila tidak diatasi  jaringan parut
 mengganggu tampilan kulit.
> pada wanita (690%) pada usia 20-an.
Jarang ditemukan pada kanak-kanak.
Causa belum diketahui, ada bukti sebagai
gangguan defek autoimun.
Nampak ada interrelasi imunologik,
environmental, hormonal dan
factor genetik.
132
(Lanjutan-3) Lupus ….
• Faktor risiko dan patogenesis
- Pasien harus menghindari terpajan sinar
matahari untuk waktu lama. Pakai pakaian
pelindung sinar, agen sunscreening, hindari
aktivitas di udara terbuka (Bagaimana sinar
matahari mempengaruhi, masih kurang
jelas)
Satu teori menyebut bahwa: DNA + Lupus
bila terekspose sinar matahari  > antigenic
 > reaksi (menimbulkan rerpons imun
spesifik)
133
(Lanjutan-4) Lupus ….
• Antigenisitas menimbulkan percepatan reaksi
antigen >< antibodi maka deposisi imun
komplek  meningkat dalam kulit pada site
dermal-epidermal junction.
• Fotosensitivitas adalah paling umum berkaitan
dengan LE dan bukan penyakit rheumatologik
lain-lain
134
(Lanjutan-5) Lupus ….
• Mansifestasi klinik:
Lesi DLE meninggi, merah, plaque mengelupas
berikut tonjolan folikuler dan daerah sentral
atrofi, menghasilkan bentuk mirip koin.
Bisa tumbuh di site tubuh mana saja, terumum
adalah di muka, kulit kepala, telinga, leher,
lengan, bagian lain yang terekpose sinar
matahari.
135
(Lanjutan-6) Lupus ….
• Rambut jadi getas, rontok dalam patches.
• Plague facial kadang membentuk gambar
kupu-kupu bersayap di kanan-kiri hidung.
• Tampilan ruam dari yang seperti luka bakar
sampai yang bentuk lesi discoid (plaquelike)
(Arnold et al., 1990; Norris et al.; 1995)
136
(Lanjutan-7) Lupus ….
• SLE
SLE ini adalah gangguan peradangan
jaringan ikat multiple organ, yang kronik,
dan sistemik, termasuk kulit, sendi, ginjal,
jantung, organ pembentuk darah, sistem
saraf, membrane serosa melapisi cavitas
tubuh dan pembungkus organs yang ada di
dalam cavitas terkait.
137
(Lanjutan-8) Lupus ….
• Gejala:
- malaise, rasa lelah yang berkepanjangan
- arthralgia, arthritis
- demam, ruam kulit
- sensitif terhadap cahaya
- anemia, rambut rontok
- Raynaud’s phenomenon dan
- Gejala urologik yang berkaitan dengan
ginjal.
138
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
9.
Lupus Erythematosus
Pasien DLE atau SLE dengan gangguan
kulit memerlukan asesmen yang cermat,
supportive measures dan suport emosional.
Lesi kulit: dicek teliti pada setiap kontrol.
Anjurkan: istirahat cukup, ikuti petunjuk
konservasi tenaga yang dianjurkan, dan
mengkonsumsi nutrisi yang baik.
139
(Lanjutan-1) LE ….
• Terapis bisa berperan sebagai instrumental
teaching  membantu asuhan kulit 
pencegahan kerusakan kulit, ROM exercises,
prevensi deformitas ortopedik, latihan
ergonomik dan postural serta cara
menghilangkan rasa sakit persendiannya.
• Pasien LE harus meminum kortikosteroid jangka
panjang maka harus taat betul. Perhatikan side
efek obat yang harus diminum.
140
Systemic Sclerosis
• Systemic sclerosis (SSc, progressive systemic
sclerosis, PSS, scleroderma) adalah penyakit
jaringan ikat difuse yang menimbulkan
fibrosis kulit, sendi, pembuluh darah,
organ internal.
SSc adalah penyakit kronik, bisa beberapa
bulan, tahun, atau seumur hidup, diklasifikasi
berdasarkan derajat + luas penebalan kulit.
141
(Labnjutan -1) Systemik Sclerosis
• Ada dua bentuk SSc:
- Systemic scleroderma
Bisa dalam 3 bentuk:
- dSSc (diffuse) 15% - 20%
- LSSc (limited) 75% - 80% Crest syndr.,
calcinosis, raynaud’s phenomenon,
esophageal dysmotility, sclerodactyly, dan
telangiectasia.
- overlap antara diffuse dan limited
142
(Labnjutan -2) Systemik Sclerosis
• Localized scleroderma primer menyerang kulit
pada satu atau banyak area tubuh tanpa
melibatkan organ dalam tubuh, maka
termasuk yang tidak ganas.
Morphea adalah localized scleroderma yang
keras, bentuk oval pada kulit umumnya di
badan, berwarna putih dengan lingkaran purple.
143
(Labnjutan -3) Systemik Sclerosis
• Linear adalah berbentuk mirip pita pada areal
lengan kaki dan dahi. Tulang dan otot di
bawahnya bisa terkena. ROM dan pertumbuhan
anak sangat terpengaruh. Linear scleroderma
sering tumbuh pada kanak-kanak (Arnold et al,
1990)
• Localized scleroderma (chemically induced),
eosinophilic myalgia syndrome (berhubungan
dengan makan L-tritophan) toxic oil syndrome,
graft-vs-host disease.
144
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
10. SYSTEMIC SCLEROSIS
Skin Ulcers
Mengatasi ulkus lokal di ujung jari meliputi
pembalutan occlusive untuk meningkatkan
penyembuhan luka dan memproteksinya
dari trauma dan infeksi.
Commercial occlusive dressing khusus
untuk mengatasi ulkus besar non-infeksi.
145
(Lanjutan -1) Systemik ….
• Ulkus terinfeksi diatasi dengan trial pemberian
oral anti-staphylococcal antibiotik dan bisa
memerlukan operasi debridement dari jaringan
yang nekrosis
• Perawatan lokal kulit tidak boleh sering mandi
atau menggunakan krim pelembab (moisturizing
creams) yang mengandung glycerin.
146
(Lanjutan-2) Systemik ….
Muscle (Otot)
Myositis diterapi dengan corticosteroids dan
terkadang memerlukan tambahan dari
immuno-suprressive drugs, sedangkan
fibrotic myopathy terbaik dimanage dengan
menguatkan melalui latihan ROM
Kemampuan memobilisasi soft tissue atau
teknik lain yang sama belum diteliti (1998).
147
(Lanjutan-1) Muscle
• Pelaksanaan terapi, seperti yang tersebut di
atas, harus berhati-hati, mengingat bahwa
kondisi kulit pasien-pasien gangguan tersebut
- umumnya sangat sclerosed dan
- sensitif terhadap tekanan.
• Aquatic therapy (terapi air) adalah pilihan
yang sangat baik bagi pasien dengan kondisi
tersebut.
148
Joint and Tendons (Sendi dan Tendo)
Bisa diterapi dengan NSAIDs.
Pada stadium dini dSSc (diffuse Systemic
Sclerotic ), tenosynovitis bisa dirasa sangat
sakit, dan gerak sendi terbatas.
Di samping NSAIDs terapi dini agresif
sangat penting untuk mencegah atau
meminimalkan kontraktur otot.
149
(Lanjutan – 3) Muscle
Latihan stretching aktif dan pasif sangat
diperlukan namun sulit bila disertai rasa sakit
yang extreme.
• Analgesia dibutuhkan untuk mengoptimalkan
partisipasi pasien dalam program latihan
(exercise).
• Dynamic splinting belum dibuktikan efectif
dalam mencegah flexion contractures.
.
150
Carpal tunnel syndrome,
Carpal tunnel syndrome, yang sering
ditemukan sebelum diagnosis scleroderma
ditegakkan, seringnya sangat responds
terhadap terapi konservatif tanpa
memerlukan tindakan operasi.
151
(Lanjutan – 4) Muscle
• Exercise (Latihan)
Scleroderma: exercise yang regular bisa
membantu memelihara kulit dan flesibilitas
sendi-sendi, memaintain aliran darah menjadi
lebih baik, serta mencegah kontraktur.
Memproteksi bengkak dan rasa sakit sendi dari
stresses (tekanan) and strains (tarikan)
merupakan faktor penting. Ini memerlukan
pembelajaran terkait aktivitas ADL tanpa
menimbulkan strain pada persendian .
(There may be a necessity for lightweigth splints
to provide joint protection).
152
(Lanjutan – 5) Muscle
• Psychological Considerations
Pasien dSSc dengan atau tanpa keterlibatan
gangguan pada organ sering cemas karena
keadaan tubuh cepat menjadi berubah dalam
kondisi waktu yang tidak diperkirakan.
Mereka bisa atau tidak bisa mengerti grave
nature penyakitnya.
153
(Lanjutan – 6) Muscle
Pasien dSSc berisiko tinggi menderita
penyakit visceral serta mortalitas dini.
Pendidikan dan informasi terkait kondisi
penyakitnya sangat penting untuk membantu
mengidentifikasi apakah mereka berada
dalam kelompok dengan riwayat yang
berisiko terkena penyakit SSc.
154
(Lanjutan – 7) Muscle
• Penderita gangguan ini hendaknya diberi
semangat untuk mengukur tekanan darah
di rumah sedikitnya 3x dalam satu minggu,
mengingat bahwa ini adalah metode tindakan
untuk skrining hipertensi akut.
Fisioterapist hendaknya juga menyekrin
tekanan darah pasiennya.
155
Classification
of Inflammation Myopathies
• Type I Primary idiopathic polymyositis
• Type II Primary idiopathic dermatomyositis
• Type III Dermatomyositis or polymyositis
associated with malignancy (lung,
breast and others)
Type IV Childhood polymyositis or
dermatomyositis
156
(Lanjutan -1) Classification ….
• Type V
Polymyositis associated with other
connective tisssue diseases
Sjogren’s syndrome
Mixed connective tissue disease
Rheumatioid arthritis
Systemic lupus erythematosus
Scleroderma
Type VI Inclusion body myositis
Type VII Miscellaneous (eosinophilic myositis,
localized nodular myositis)
157
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
11. Polymyositis dan Dermatomyositis
Polimiositis (PM) dan dermatomiositis (DM)
sangat difuse, merupakan inflamasi miopatis
yang menghasilkan kelemahan simteris otot
lurik tubuh, terutama otot bahu, pelvis, leher,
dan faring (Norris et al., 1995; Lotz et al.,
1993) Penyakit ini termasuk ke kategori
penyakit rheumatic. Ada 7 tipe yang dikenal,
perjalanan lamban, kadang execerbasi dan
kadang remisi.
158
(lanjutan-1)
Pada terapi myositis, para fisioterapist
berperan sangat penting.
Manual muscle testing dan test-test
kemampuan berfungsi sangat berarti untuk
mengetahui progresivitas penyakitnya dan
respons terapeutik jangka panjang.
Program exercise individual bisa membantu
meningkatkan kekuatan ototnya.
159
(Lanjutan -2 ) Polymyositis ….
• Disarankan terapi medis dilaksanakan
sebelum exercise dimulai.
Pada stadium dini menangani myositis, serabut
saraf sangat halus dan rapuh dan bisa mudah
rusak,  rhabdomyolisis (disintergrasi serabut
otot lurik) akibat exercisenya atupun bentuk
terapi lain-lain.
160
(Lanjutan -3 ) Polymyositis ….
• Fisioterapist hendaknya senantiasa membina
cara kontak langsung dengan dokter yang akan
melengkapi hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium pasien terkait, untuk bisa menentukan waktu yang paling tepat untuk memulai
program exercise yang berjenjang.
Terkadang modalitas panas, whirlpools, dan
massage sangat efektif sebagai menunjang
terapi. Terapi kolam renang bisa dimulai dini
sebelum modalitas terapi lain dijalankan.
161
(Lanjutan -4 ) Polymyositis ….
• Pada pasien yang harus tinggal di tempat
tidur proteksi terhadap timbulnya
footdrop
kontraktur
pencegahan terjadinya dekubitus
sangat esensial.
• Pada pasien dengan ruam kulit, fisioterapist
harus berhati-hati tentang kemungkinan
terjadinya infeksi akibat garukan.
162
(Lanjutan -5 ) Polymyositis ….
• Pada yang memperoleh terapi antipruritik dan
tidak menghilangkan rasa gatalnya,
bisa diberi tepid sponges atau kompres.
• Apabila pasien dalam terapi kortikosteroid, 
perhatikan bila ada efek samping yang timbul
(di antaranya: berat badan naik, acne, edema,
hipertensi, striae, mudah memar).
163
(Lanjutan -6 ) Polymyositis ….
• Penggunaan steroid jangka panjang, akan
menurunkan resistensi terhadap infeksi. DM,
kehilangan kalium melalui urin, iritasi lambung..
• Manakala timbul efek samping yang menonjol
 hentikan terapi korticosteroidnya segera,
sampai pasien konsult ke dokternya.
Diet rendah sodium (garam dapur) bisa
membantu mencegah retensi cairan!
164
CEDERA THERMAL
• CEDERA DINGIN
Cedera dingin bisa akibat udara dingin atau
air, bisa menyerang:
- beku lokal atau
- beku sistemik (hypothermia)
Cedera beku yang tidak tertangani dengan
baik  gangrene  amputasi dan rehabilitasi
Hypothermia adalah kasus emergensi.
165
(Lanjutan -1) Thermal ….
• Pemanfaatan cryotherapy sebagai modalitas
di antara populasi umum bisa berhasil sebagai
kerusakan jaringan setempat, yang perlu
didokumentasikan dengan jelas. Berikut
evaluasi medis dan terapi, dan evaluasi.
• Massage bisa menjadi sebab damage jaringan
dan hendaknya tidak dilakukan sampai jaringan
setempat terkait betul sembuh.
166
(Lanjutan – 2) Thermal ….
• Patogenesis dan Manifestasi Klinis:
- Bagian tubuh yang tertekan oleh suhu
dingin  sel yang tertekan bisa ruptur,
gangguan:
aktivitas ensimatik dan
metabolisme tubuh.
 Permeabilitas kapiler meningkat dibarengi
pelepasan histamin  agregitasi sel eritrosit
 Penutupan mikrosirkulasi.
167
(Lanjutan – 3) Thermal ….
-
Bisa superfisial: menyerang kulit dan
jaringan subkutan, >> muka, telinga,
ekstrimitas dan bagian tubuh yang
terekpose/tidak tertutup pakaian.
 akan dirasa setelah sampai di suhu pana
sebagai: terbakar, tingling, baal, bengkak,
bercak-bercak, warna kulit biru-abu-abu.
Manakala daerah terserang mulai
dipanaskan  terasa sakit.
168
(Lanjutan – 4) Thermal
• Cedera beku yang dalam bisa meluas, bisa
menyerang sampai jaringan subkutan:
umumnya menyerang kaki dan tangan.
 kulit nampak putih sampai bekunya
terlunakan
 akan berubah menjadi biru keunguan
 rasa sakit
 blister (vesicle berair)
 jaringan nekrosis
 gangrene
169
(Lanjutan – 5) Thermal
• Diagnosis:
- riwayat sakit
- simtom yang nampak
- arteriografi ,
- scintiscanning
 untuk mengetahui luas cedera atau
 untuk membuka vasokontriksinya.
170
(Lanjutan -6) Thermal ….
• Terapi:
pemanasan tanpa rubbing/massaging
analgetika,
atur posisi tidur tubuh  cegah
maserasi.
Kontraindikasi: debridement.
Perband tebal membantu drainage dan proteksi.
Bebaskan tekanan selimut di area terkena.
Obat: - vasodilatator
- pemblokir saraf
171
(Lanjutan -7) Thermal ….
• Pada yang timbul Compartment syndrome:
Fasciotomy  meningkatkan sirkulasi
dengan menurunkan tekanan edem
jaringan
• Pada yang gangrene:
Amputasi
• Merokok menimbulkan vasokontriksi dan
meperlambat penyembuhan  dilarang
merokok.
172
(Lanjutan -8) Thermal ….
• Prognosis
- bergantung pada luas yang terkena
dan perkembangan komplikasi
( - sindroma kompartemen,
- necrosis
- gangrene)
Efek jangka panjang: meningkatkan sensitivitas terhadap suhu dingin, rasa terbakar bila
terkena suhu dingin, dan meningkatkan
pengeluaran keringat daerah yang terkena.
173
(Lanjutan -8) Thermal ….
• Pencegahan cedera dingin
gunakan windproof
water resistant
pakaian yang tebal berlapis-lapis
moisture-wicking socks
penutup kepala
mittens untuk ganti kaus tangan
alat pemanas dalam kantung baju atau
kaus berbaterei
174
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
12. TERMAL INJURIES
• Cold Injuries yang umum dikirim ke fisioterapis
adalah yang terkomplikasi. Di antaranya:
necrosis dan gangrene yang diamputasi.
• Whirlpool dengan agitasi halus directed away
dari site sakit bisa menjadi bagian yang perlu
pemanasan. Suhu air berdasar tissue temperatur
dan hendaknya ditentukan sesuai perintah staf
medis.
175
(Lanjuta-1) Implikasi ….
• Penggunaan cryotherapy sebagai modalitas
di antara populasi umum bisa menghasilkan
kerusakan lokal jaringan yang memerlukan
dokumentasi yang cermat (MR, pengisian form
laporan cedera dingin), bagi kepentingan
evaluasi medis dan terapi (USA).
• Massage bisa menimbulkan kerusakan jaringan
dan harus dijalankan setelah jaringan lokal yang
terkena sudah sembuh betul.
176
BURNS (LUKA BAKAR)
• Luka bakar terjadi akibat kontak langsung
atau terpajan:
suhu panas,
kimiawi,
listrik, atau
radiasi.
• Luka bakar timbul manakala suhu panas sumber
ditransfer ke dalam jaringan tubuh.
177
(Lanjutan -1) Burns ….
• Dalamnya cedera dan durasi pajanan (exposure) akan mengganggu fungsi:
pengaturan suhu, dan
sumber energi.
• Beratnya cedera luka bakar di samping risiko
mortalitas adalah juga kosmetik atau gangguan
fungsi bagian tubuh yang terkena.
178
(Lanjutan -2) Burns ….
• Faktor-faktor pengaruh severitas (beratnya)
cedera luka bakar meliputi:
- dalamnya luka
- ukuran (% area tubuh terkena)
- lokasi cedera
- usia
- kesehatan umum
- mekanisme cederanya.
179
(Lanjutan -3) Burns ….
• Dalam luka dibagi menjadi derajat 0, 1, 2,
dan 3 (WHO, ICD):
Derajat 0 = Tingkat gangguan tidak dirinci
Derajat 1 = Erythema
Derajat 2 = Blister, epidermis mengelupas
Derajat 3 = Nekrosis dalam dari jaringan di
bawah kulit
Tebal seluruh kulit hilang/lepas
180
(Lanjutan -3) Burns ….
• Luas luka bakar dirinci sebagai berikut:
(ICD, WHO)
< 10%
50-59%
10-19%
60-69%
20-29%
70-79%
30-39%
80->89%
40-49%
90-99%
181
(Lanjutan -4) Burns ….
• Teknik penentuan ukuran luka bakar:
-
“Rule of Nines”
Berdasarkan devisi tubuh sesuai seksi
anatomik, masing-masing mewakili 9%
atau perkalian 9 dari TBSA.  metode
ini banyak digunakan di layanan emergensi.
182
(Lanjutan -5) Burns ….
Lund and Browder Method:
Metode yang memodifikasi % segmen tubuh
dengan perkiraan yang lebih akurat terkait
luas, berikut
usia.
183
(Lanjutan -5) Burns ….
Lihat: Gambar Figure 8-19
Burn injury classification according
to depth of injury
di halaman 204,
Section 2, Clinical Medicine,
Chapter 8: Integumentary System
Buku: Pathology: Implications for the
Physical Therapist
184
(Lanjutan -6) Burns ….
Lihat Gambar Figure 8-20
The “rule of nine” provides a quick method
for estimating the extent of burn injury
di halaman 205,
Section 2, Clinical Medicine,
Chapter 8: Integumentary System
Buku: Pathology: Implications for the
Physical Therapist
185
(Lanjutan -7) Burns ….
Medical Management
Terapist di UGD bisa terlibat pada kasus luka
bakar yang minor terdiri dari:
- Membersihkan,
- Mengangkat agen penyebab (zat kimia, tar,
dsb.)
- Debridement jaringan yang mengelupas,
jaringan yang nonviable,
 harus hati-hati jangan memecah blister!
- Kemudian menutup luka dengan salep (krim)
antimikroba, penutup harus steril
186
(Lanjutan - 8 ) Burns ….
• Instruksi perawatan di rumah, meliputi:
- Obervasi klinik,
- Exercise ROM aktif untuk
mempertahankan fungsi sendi agar
tetap normal,
mengurangi edem, dan
menurunkan kemungkinan
pembentukan jaringan parut.
187
(Lanjutan - 9) Burns ….
• Terapi luka bakar yang luas juga meliputi
tindakan lifesaving
(ABCs: - saluran napas,
- pernapasannya,
- sirkulasinya)
segera setelah cedera terjadi, untuk:
- asuhan restorative ( kontrol infeksi),
- asuhan luka, skin gratf, manajemen sakit,
selama fase akut sampai penutupan luka
tercapai.
188
(Lanjutan - 10) Burns ….
Fisioterapist
akan terlibat pada akut fase
penyembuhan untuk menghasilkan:
penyembuhan fungsional
dan
keluaran terkait kosmetik.
189
(Lanjutan - 11) Burns ….
Intervensi terapeutik meliputi:
wound care
setelah skin-graft  positioning &
imobilisasi untuk cegah gerak dan
kerusakan grafs, jaringan parut dan
kontraktur,
exercise, ambulation, dan ADL.
Pakaian elastic akan membantu mengurangi
hipertrofi dan dipakai selama 2 tahun setelah
dipulangkan dari rumah sakit.
190
(Lanjutan - 12) Burns ….
Skin graft dapat digunakan untuk meminimalkan
kehilangan cairan dan protein tubuh.
infeksi
dan mengurangi rasa sakit.
Tipe graft temporer:
- allografts (homograft) (cadaver skin)
- xenografts (heterograft) (temporer: pigskins)
- biosynthetic grafts, yang merupakan
kombinasi dari kolagen dan sintetik.
191
(Lanjutan - 13) Burns ….
Untuk mengatasi luka bakar yang menyerang
jaringan total kulit, diperlukan autograft.
• Jaringan yang ditransplantasi meliputi untuk
menutup semua area penampilan dan gerak
sendi penting, namun graft bisa dicampur
(fenestrated) untuk menutup kira-kira 3 x dari
size luas yang original.
192
(Lanjutan - 14) Burns ….
• Metode baru test-tube skin graft:
- untuk menutup seluruh permukaan tubuh
yang terkena cedera.
• Biopsi sebagian yang sesuai tebal jaringannya
akan menghasilkan sel yang dikultur menjadi
lapisan kulit halus dan digraft ke atas daerah
luka bakar terkait. (Norris et al;, 1995)
193
(Lanjutan - 15) Burns ….
• Prognosis:
Feller (1980): penanganan luka bakar bisa
ditingkatkan pada dekade akhir ini, yang
menghasilkan penurunan laju mortalitas.
Usia pasien menentukan severitas dan
outcome luka bakar.
Laju mortalitas tinggi pada usia di bawah 4
tahun dan di atas 60 (Linn, 1980).
194
(Lanjutan - 16) Burns ….
• Faktor-faktor: obesitas,
alkoholisme,
gangguan jantung,
yang berpengaruh pada kesehatan umum,
khususnya gangguan yang mengganggu
aliran sirkulai darah periferal (periferal
vascular disease) telah diobservasi bisa
meningkatkan komplikasi dan mortalitas pasien
luka bakar (Heombach, 1983; Jones, 1989)
195
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
13. BURN (LUK BAKAR)
Statistik menunjukkan bahwa luka bakar banyak
terjadi pada manula (>70 tahun) (yang banyak
menggunakan peralatan panas)  memerlukan
edukasi.
Fisioterapist yang terlibat di pelayanan unit
emergensi akan banyak terlibat dalam
penanganan pasien luka bakar.
196
(Lanjutan -1) Implikasi ….
• Pendidikan meliputi: hati-hati saat masak,
jangan meninggalkan nyala api atau aliran listrik.
Pada layanan di luar emergensi fisioterapist
bertugas melatih:
- pernapasan dalam pengembangan paru;
- > > penyembuhan luka,
- << edem , dan
- >> venous return,
197
(Lanjutan -2) Implikasi ….
-
-
mencegah atau meminimalkan
deformitas dan
hipertrofik jaringan parut,
>> ROM, kekuatan, dan fungsi;
>> independensi aktivitas harian dan
self care, kesehatan emosional dan
psychologis.
• Beri tahu perawatnya bila ada terjadi sesuatu
pada saat assessment dan terapi.
198
(Lanjutan -3) Implikasi ….
• Di samping layanan emergensi akut,
tetap harus memperhatikan pengembangan
komplikasi medis di antaranya:
ilues,
ulcer gastrik,
gangguan respiratoris,
infeksi dan
gangguan sirkulasi darah.
199
(Lanjutan -3) Implikasi ….
• Luas area yang cedera harus diminimalkan
untuk mencegah hypothermia akibat panas
yang hilang melalui permukaan yang terbuka
 evaporasi  dehidrasi.
• Hidroterapi dibatasi 30 menit atau kurang
dengan suhu air 98 – 102 derajat F.
Bisa dibantu dengan radiasi lampu panas.
200
(Lanjutan -4) Implikasi ….
• Pasien yang tidak di hydroterapi adalah
pasien yang hemodynamik tidak stabil dan
yang baru di-graft (Carrougher & Marvin, 1989).
• Pasien luka bakar rentan terinfeksi karena
kehilangan barrier kulit dan gangguan
respons imunitas pasiennya.
• Teknik kontrol infeksi harus dipratekkan setiap
saat.
201
(Lanjutan -5) Implikasi ….
• Site donor kulit memerlukan asuhan sejenis
serta kehati-hatian terkait kulit yang partial
hilang harus bisa pertumbuhannya meningkat
dan tidak terinfeksi.
Atur terapi yang menimbulkan rasa sakit agar
bersamaan dengan pengobatannya (45 menit
untuk oral, 30 menit IM dan 5 – 10 menit untuk
IV) Kombinasikan teknik relaksasi, terapi musik,
distraksi, dan teknik wound care bisa menolong.
202
(Lanjutan -5) Implikasi ….
• Area luka bakar harus dipertahankan dalam
posisi fungsi fisiologik dalam batas akibat
cederanya, graftingnya, dan alat terapeutik
lain-lain.
• Area luka bakar peka untuk terjadi kontraktur
yang memerlukan asesmen ROM dan
kekuatan otot.
203
(Lanjutan -6) Implikasi ….
• ROM hendaknya sekurang-kurangnya setiap
2 jam saat pasien sedang bangun kecuali ada
kontraindikasi lain berkaitan dengan prosedur
graftingnya.
• Selama terapi harus jujur dan memberi
semangat positif, harus disadari bahwa masing
pasien akan menuju ke penolakan, kesedihan
dan menerima cedera dan kesembuhannya.
204
(Lanjutan -7) Implikasi ….
• Selama rehabilitasi rasa sakit kronis harus
juga diatasi.
• Baca: Table 8-11
Hal 208, Section 2. Clinical Medicine
The integumentum System
Pathology, implications for the Physical Therapist
205
Decubitus Ulcers (Pressure Ulcers)
• Decubitus = kedudukan badan horisontal
(terlentang)
Decubitus ulcers (Bed-sore)
Ulserasi disebabkan karena tekanan
pada tempat tidur, umumnya terjadi
pada pasien yang baring dalam
kedudukan menengadah terlentang
di tempat tidur untuk waktu lama.
206
Stages of Pressure Ulcers
Modified from Pressure Ulcers in adults:
Prediction and prevention.
Clinical practice guideline, No. 3,
Rockville, Md, US Department of Health
and Human Services,
AHCPR Publication No. 92-0047. 1992
(Halaman 209)
Chapter 8: integumentum System
Pathology: Implication for the Physical Therapist
207
(Lanjutan -1) Stages Pressure Ulcers
Stage I
Nonblanchable erythema of intack
skin; the heralding lesion of skin
ulceration.
Note: Reactive hyperaemia can normally be
expected to be present for one half to three
fourths as long as the pressure occluded flood
flow to the area; it should not be confused with a
stage I pressure ulcer.
208
(Lanjutan -2) Stages Pressure Ulcers
Stage II
Partial thickness skin loss involving
epidermis or dermis, or both.
The ulcer is superficial and presents
clinically as:
an abrasion
blister, or
shallow crater
209
(Lanjutan -3) Stages Pressure Ulcers
Stage III
Full thickness skin loss involving
damage or necrosis of subcutaneous
tissue that may extend down to,
but not through, underlying fascia.
The ulcer presents clinically as a deep crater
with or without
undermining of adjacent tissue.
210
(Lanjutan -3) Stages Pressure Ulcers
Stage IV
Full-thickness skin loss with extensive
destruction, tissue necrosis, or damage
to muscle, bone, or supporting
structures (e.g. tendon or joint
capsule).
Note: Undermining and sinus attracts may also
be associated with stage IV pressure ulcers.
211
Etiologi dan Faktor Resiko
Risiko primer terjadinya decubitus akibat
tekanan (pressure ulcers):
(1) Interface pressure (externally)
(2) Friction (rubbing of the skin against another
surface)
(3) Shearing forces (two layers sliding against
each other in opposite directions causing
damage to the underlying tissues)
(4) Maceration (softening caused by excessive
moisture)
212
(Lanjutan – 1 ) Etiologi ….
Pasien-pasien kursi roda, yang harus berbaring
terus, tidak mampu menggerakan badannya
harus dibantu, dengan faktor tambahan risiko
terjadinya decubitus, gangguan meliputi:
- mobilitas yang menurun, atau imobilitas
- kontraktur; meningkatkan tonus otot
- hilangnya sensasi; incontinensia; obesitas
- faktor nutrisi, penyakit kronis dengan anemia
- edema, gagal ginjal, sepsis, gangguan
kesadaran.
213
(Lanjutan – 2 ) Etiologi ….
• Tekanan dapat menimbulkan ulcer bentuk
lain (arterial, venous, atau DM), begitu juga
penyebab dasarnya ulcer lain.
• Walau demikian, penyebab ulcer lain bisa
menjadi penyebab terjadinya decubitus ulcers.
• Decubitus ulcer memang merupakan kesatuan
terpisah dari jenis ulcer lain,
214
(Lanjutan – 3) Etiologi ….
• Gunakan validated risk assessment tool dari
Braden Scale sebagai:
- sistemic risk assessment evaluation both
sensation and physical risk of pressure
ulcers.
(Lihat: Lampiran Table 8-11 dan 13).
215
(Lanjutan – 4 ) Etiologi ….
PATHOGENESIS
Tekanan dari luar  ischemia  nekrosis
Tekanan yang berlanjut pada jaringan lunak
(di antara tulang dan alas keras)  menekan
kapilar darah dan menutup aliran darah.
Yang normal tekanan darah kapiler ujung
arteria rata-rata 32mmHg.
216
(Lanjutan – 5) Etiologi
Pada jaringan yang tertekan dari luar, tekanan
 lebih tinggi,  menurunkan suplei aliran
darah berikut drainage limfe daerah yang bersangkutan.
Saat tekanan dihilangkan, terjadi period rebound
dari dilatasi kapiler (reactive hyperaemia)
timbul, dan tidak terjadi kerusakan jaringan.
217
(Lanjutan – 6) Etiologi ….
• Manakala tekanan tidak dihilangkan sel
endotelium lapisan kapiler darah akan
disrupted oleh agregigasi platelet, membentuk
microthrombi yang menyumbat aliran darah
 anoxic nekrotik jaringan sekitarnya
 predisposisi terserang infeksi bakterial
 penyembuhan granulasi jaringan sehat
akan terganggu (Hockenberger and Black,
1993)
218
(Lanjutan – 7 ) Etiologi ….
• Manifestasi Klinis
Ulcus decubitus umumnya timbul di daerah
tulang menonjol, lain dari ulcus tungkai
karena venous return terganggu kronik.
Ulcus decubitus umumnya terjadi di sacrum
karena friksi parallel. Ulkus dalam timbul dekat
tulang akibat distorsi jaringan dan oklusi aliran
darah akibat tekanan yang jatuh tegak
padanya.(tumit, trochanter dan ischia).
219
(Lanjutan – 8) Etiologi ….
• Lesi dalam sering tak terdeteksi sampai
kerusakan jaringan kulitnya nampak.
• Luka umumnya berwarna merah, coklat
sampai hitam atau kuning, infeksi tertentu
bisa terlokasi dan batasan cedera nyata.
Ensim proteolitik dari bakteri dan makrofag
melarutkan jaringan nekrosis dan menimbulkan bau tidak sedap dan mengeluaran cairan
mirip nanah (bukan nanah)
220
(Lanjutan – 9) Etiologi ….
• Ulcus decubitus  rasa sakit pada individu
yang sensasi trauma spinal cord dan
neuropatInya tidak terganggu.
• Adanya jaringan necrosis menghasilkan
respons:
inflamasi ,
hiperemia,
demam,
meningkatnya leukosit,
221
Lanjutan – 10) Etiologi ….
• Manakala ulcerasinya lebar, toxicity dan
rasa sakit akan menimbulkan:
penurunan nafsu makan,
debility, dan
insufiensi gingal.
Pasien yang imunodefisiensi atau DM  infeksi
dan inflamasi jaringan sekitarnya  septicemia.
222
Managemen Medis
• Diagnosis: Pencegahan adalah utama.
Data laboratoris:
darah,
Hb,
hematocrit,
albumin,
total protein, dan
lymphocytes perlu diperiksa.
223
(Lanjutan – 1) Manajemen Medis
Diagnose harus menentukan:
- Penyebab integritas kehilangan kulitnya.
Deteksi mikroorganisme penyebab infeksinya
untuk menentukan antibiotika.
Antibiotik topikal tidak efektif.
224
TERAPI
• Dibersihkan
• Penyembuhan spontan lebih cepat manakala
ulcur tetap basah dan tertutup verband dengan
baik.
• Antiseptik (H2O2, atau Iodine adalah
kontroversal ) merusak granulasi jaringan.
• Pengurangan tekanan secara kontinue dan
pencegahan infeksi akan banyak menolong.
225
(Lanjutan -1 ) Terapi ….
• Adanya jaringan nekrosis adalah rentan
terinfeksi bakterial  angkat jaringan nekrosis
secepat mungkin.
• Intervensi terapoetik bisa meliputi:
hidroterapi, elektrik stimulasi, ultrasound
atau kombinasi antara mereka.
• Kemudian luka ditutup dengan cara tepat.
226
(Lanjutan -2) Terapi ….
• Luka lebar dan dalam, perlu  debridemen
kimiawi dengan menggunakan proteolytic enzim
atau tindakan operatif dan pasang drainage.
• Manakala luka tertutup  skin grafting
• Pada stadium III ulcers, jaringan sehat sekitar
luka  dirotasi untuk menutup luka.
• Pada stadium IV, flaps musculoskeletal dan
skin grafting teknik bisa efektif untuk menutup
luka.
227
PROGNOSIS
• Umumnya penyembuhan tidak terlalu baik.
• Masing pasien responsnya berbeda-nbeda.
• Apabila: tanpa infeksi,
aliran darah baik dan
tekanan dieliminasi,
tanpa komplikasi medis lain
penutupan luka bisa sukses
• Adanya gangguan faktor-faktor di atas bisa
menimbulkan prognosis negatif.
228
IMPLIKASI KHUSUS
BAGI FISIOTERAPIST
14.
ULCUS DECUBITUS (PRESSURE
ULCERS)
Fisioterapist berperan pivotal dalam prevensi
dan manajemen pressure ulcers. Harus expert
dalam melaksanakan modalitas terapeutik,
harus juga pandai mengatur pasien dalam
posisi yang tepat, manajemen jaringan
(aksi faktor mekanik pada jaringan), dan
mobilitas yang baik sangat esensial untuk
mengsukseskan intervensinya.
229
(Lanjutan -1) Implikasi ….
• Pasien berisiko tinggi harus diidentifikasi,
kemungkinan penggunaan Braden Scale,
namun semua pasien dengan:
asuhan akut,
asuhan kesehatan rumah, atau
asuhan jangka panjang
harus ditata dan dievaluasi peringkat risikonya
dan di-reassist setiap 3 bulan untuk perubahan
statusnya.
230
(Lanjutan -2) Implikasi ….
• Pasien berisiko tinggi, memerlukan sering
sering perubahan posisi (sedikitnya setiap
2 jam satu kali)
• Bar trapeze, turning sheet, atau transfer
board dimanfaatkan untuk mencegah robek
cedera kulitnya.
231
(Lanjutan -3) Implikasi ….
• Sering-sering menggeserkan berat tubuh
mencegah ischaemia dengan meredistribusi
berat badan dan darah bisa bersirkulasi.
• Alat pengurangan tekanan statis dan dinamis
menggunakan udara, gel atau air, foam atau
substansi lain bisa dibeli bebas. Mengurangi
tekanan pada kulit harus dibarengi dengan
intake cairan dan nutrisi yang cukup.
232
(Lanjutan -4) Implikasi ….
• Pasien incontinent memberi tantangan
tambahan, kulit harus senantiasa bersih dan
kering. Feces atau urin merupakan iritan dan
menambah risiko perusakan kulit pasiennya.
• Luka yang telah terkontaminasi oleh drainage
luka, keringat, urine, atau feces senantiasa
bisa menyerang populasi pasien terkait.
233
(Lanjutan -5) Implikasi ….
• Mencuci luka hendaknya dengan agen kimiawi
lunak yang meminimalkan iritasi dan kekeringan
kulitnya.
• Hindarkan:
- sabun alkali kuat.
- produk berbasis alkohol  vasokrontstriksi
- tincture benzoin (sakit, erosi)
Hexachlorophene (iritasi CNS) petrolatum gauze
• Tekanan pada waktu mencuci asuhan luka
kulit harus minimize.
234
GANGGUAN PIGMENTASI
• Warna atau pigmentasi kulit ditentukan oleh
deposit melanin, yang merupakan polymer
hitam di
kulit, dan rambut,
ciliary body,
choroid mata
lapisan pigmen retina, dan
sel saraf tertentu.
235
(Lanjutan -1) Pigmentasi ….
• Melanin dibentuk di melanocytes lapisan
basal epidermis dan diregulasi melalui
pelepasan hormon pineal melatonin.
• Hyperpigmentasi adalah peningkatan abnormal
pigmentasi hasil peningkatan produk melanin.
• Hypopigmentasi adalah penurunan abnormal
pigmentasi hasil penurunan produk melanin.
236
(Lanjutan -2) Pigmentasi ….
• Gangguan pigmentasi bisa:
- primer bisa sekunder.
• Perubahan pigmentasi sekunder timbul
sebagai hasil kerusakan kulit akibat:
- iritasi, alergi, infeksi
- excoriation (pengelupasan)
- luka bakar (combustion)
- terapi dermatologik: curettage, dermabrasi,
pengelupasan kimiawi, beku (nitrogen cair).
237
(Lanjutan -3)
Etiologi dan Faktor-faktor Risiko
Formasi dan disposisi melanin bisa
terpengaruh external, di antaranya:
terpajan panas
trauma,
solar atau radiasi ionisasi, logam berat,
perubahan potensial O2
 hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi atau kedua-duanya.
238
(Lanjutan -4) Pigmentasi ….
-
Trauma lokal bisa:
menghancurkan melanocytes
secara temporer atau permanent
 hypopigmentation
Terkadang: disertai hiperpigmentasi di
sekitar site cederanya.
239
(Lanjutan -4) Pigmentasi ….
• Gangguan pigmentasi juga terjadi akibat:
- eksposur terkena pigmen exogenous
di antaranya:
carotene (wortel)
metal tertentu, dan
tinta tattoo,
timbul akibat caroten darah terlalu
banyak akibat makanan tertentu
(carrot, buah kuning, kuning telur);
DM dan hipothyroidea.
240
(Lanjutan -5) Pigmentasi ….
• Pajanan terhadap metal (perak)  argyria,
merupakan tanda keracunan, nampak warna
abu-abu debu permanent di kulit, konjungtiva
mata, organ internal.
• Logam emas manakala diberikan secara
kronis untuk terapi arthritis, juga bisa
menimbulkan perubahan pigmentasi.
241
Manifestasi Klinis
• Hiperpigmentasi primer:
- nevi pigmentosa;
- juvenile freckles -ephelides);
- lentigines (liver spots) (pajanan sinar.m)
- café au late spots yang berkaitan dengan
neurofibomatosis
- hipermelanosis akibat meningkatnya
melanocyte-stimulating hormone
(contoh: pada Addison’s disease)
242
(Lanjutan -1) Manifestasi klinis
• Hiperpigmentasi sekunder:
- sering timbul akibat kondisi dermatologik
(contoh post acne, >> pada penduduk
kulit hitam))
Melasma, hiperpigmentasi terpeta jelas pada
muka, akibat hormon steroid, estrogen dan
progesteron, segera setelah kehamilan dan 3050% timbul pada wanita berpil KB (chloasma).
Juga bisa timbul akibat reaksi phototosik terhadap medikasi, minyak parfum, kimiawi dalam
lime, buah jeruk dan celery.
243
(Lanjutan -2) Manifestasi klinis
• Hipopigmentasi dan Depigmentasi
- umum nampak sebagai vitiligo, sel pigment
melanin rusak mengakibatkan lingkaran area
depigmentasi terkadang dikelilingi hiperpigmentasi yang dengan lambat akan melebar.
Bisa timbul akibat: hipertiroid, hipoteroid,
anemia perniciosa, DM, Addison’s disease
dan karcinoma lambung.
244
(Lanjutan -3) Manifestasi klinis
• Hypopigmentasi :
juga bisa timbul pada kulit akibat:
-
penggunaan nitrogen liquid.
-
suntikan intra-artikuler konsentrasi
tinggi kortikosteroid  lokal hipopigmentasi
yang temporer.
245
Blistering Diseases
Bisa dijumpai pada terapi fisik pasien yang
gejalanya berat yang memerlukan terapi lokal.
(mirip wound care, ulcer care atau burn care)
Pada kasus timbul blister di kulit dan selaput
mukosa sebagai phemphigus (intraepidermal
blister yang sel epidermoidnya memisah satu
dengan yang lain). > pada usia pertengahan
atau manula semua race dan etnik.
246
(Lanjutan – 1) Blistering Disease
• Kausa belum jelas, ada yang terbukti akibat
gangguan autoimun dan drug-induced akibat
penicillamine dan captopril (untuk hipertensi).
• Paraneoplastik pemphigus (akibat efek metabolik jaringan kanker yang terletak jauh dari
kankernya) = syndroma yang menggambarkan
histologis dan klinis yang khusus.
• Bentuk pemphigus ini berprognosis jelek 
malignancy.
247
(Lanjutan – 2)
Manifestasi Klinis
Penyakit berblister ditandai adanya formasi
bullae, atau blister.
Bullae timbul spontaneous, kadang pada mukosa oral, kulit kepala dan relatif asimtomatik.
Erosi dan crustae timbul di atas blister 
toxemia dan berbau tikus (mousy).
Lesi meluas  infeksi  toxicity  debility
Bisa terjadi: gangguan balans elektrolit.
248
(Lanjutan – 3)
Manajemen Medis
Bisa perlu rawat rumah sakit, yang berat perlu
bedrest, IV antibiotics dan feeding.
Yang lain: bisa perlu corticosteroid (prednisone)
dan penilaian peringkat sakit lokalnya.
Penyakit menuju kronik dengan diperlukan
dosis tinggi kortisone sehingga perlu perhatian
risiko tinggi terjadinya infeksi.
Bila tidak diterapi  fatal dalam 2 bulan – 5 th.
249
SARCOIDOSIS
• Ini adalah penyakit yang menyerang
multisistem, dengan tanda khas adanya
formasi granulomas, lesi inflamasi yang
mengandung mononuclear phagocytes yang
umumnya dikelilingi oleh gugusan lymphocytes.
• Granuloma ini bisa timbul di paru, hepar,
tulang atau mata dan dapat disertai lesi kulit.
250
(Lanjutan )
• Di USA terbukti banyak di antara kulit hitam,
2 x lebih banyak pada wanita maupun pria.
• Sarcoidosis akut umumnya dapat diatasi
dalam waktu 2 tahun.
• Sarcoidosis kronik progresif, jarang, bisa
disertai fibrosis paru, dan disabilitas paru
progresif.
251
TUGAS
READING
1.
2.
3.
4.
5.
DECUBITUS
HERPES ZOSTER
ACNE
STRIA (STRETCH MARK)
BEDSORES
252
Lampiran Gambar dan Tabel
Halaman 1:
Halaman 2:
Halaman 3:
Halaman 4:
Structure of skin.
Overall skin structure
Table 8-1 Skin Structure
Table 8-2 Effects of Aging On The
Skin
Table 8-3 Infections Of The Skin
Types of Receptor
Prevention Bedsores
Table 8-14 Guidelines for Prevention
Pressure Ulcers in Adult
253
(Lanjutan-1: Lampiran)
Halaman 5:
Halaman 6:
Box 8-1 Causes of Skin Lesions
Box 8-2 Systemic Causes of Pruritis
Box 8-3 Signs and Symptoms of
Skin disorders
Box 8-4 Environmental Factors That
Induce Skin Disease
Figure 8-2 Spider angioma
Figure Basal cell carcinoma
TABLE 8-13 Braden Scale: Risk
Predictions For Skin
Breakdown
254
(Lanjutan-2 Lampiran)
Halaman 7:
Halaman 8:
Figure 8-19 Burn injury classification
according to depth of
injury.
Figure 8-20 The “rule of nines”
provides a quick method
for estimating the extent
of a burn injury
Figure 8-21 A sample chart for recording the extent and
depth of a burn injury using the Lund
and Browder formula
255
(Lanjutan-3 Lampiran)
Halaman 8:
Halaman 9:
Pemphigus on back
Diagnose and treatment
Types of Skin Graft
Techique For Moving A Skin and
Muscle Flap.
256