PERTEMUAN-2 I. KERANGKA UMUM DAN KARAKTERISTIK PERTANIAN TERPADU Lingkup: - Pemaduan sistem-sistem produksi dengan menggunakan/share sumber daya - Nilai Tambah/keuntungan - Pemanfaatan produk samping dan limbah (zero waste) - Keamanan dan keselamatan lingkungan serta konsumen -(tidak sama dg pengelolaan tanaman terpadu: persiapan tanam-panen-pasca panen) -Ciri utama sistem pertanian: --1. Tradisional: rendahnya prod.- kurang sesuai dengan kebutuhan --2. Pertanian konvensional-monokultur: - degradasi lahan dan lingkungan, biodiversitas serta keseimbangan ekosistemnya --3. Pertanian terpadu: efisiensi penggunaan sumberdaya, pengelolaan limbah dan lingkungan Basis - sektor dan komoditi -tanaman, ternak, ikan, agroforestry Bebepara ciri keterpaduan menuju berkelanjutan -Sharing lahan/sumber daya - Sharing dan minimasi/efisiensi input/energi -pemanfaatan limbah: kompos, daur ulang -pemanfaatan teknologi: EM –fermentasi pupuk organik -LEISA Berkelanjutan -Intercropping -rotasi -agroforestry -silvipasture -green manuring -conservation tillage -biological control -integrated pest management (Safuan, et al. 2002) Agroforestry memasok 50 - 80% pemasukan dari pertanian di pedesaan melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengumpulan, pemrosesan dan pemasaran hasilnya . Contoh kegiatan tersebut misalnya adalah aktivitas penanaman hutan dengan sistem tumpangsari, kegiatan penebangan, aktivitas angkutan hasil hutan, pembinaan industri rakyat, pembinaan sutra alam, lebah madu dan sebagainya (DS Fattah, 1999). Tabel Strata 2. Perincian Pendapatan Rata-rata Petani per Tahun per Hektar menurut Jenis Tanaman di Kebun Campuran Selama Tahun 1996. (Riva ,1998). Pendapatan Rata-rata (Rp/th/ha) Bambu T. Pokok Jumlah T. Kebun T. Buah Palawija I 167.804 1.468.293 111.463 192.195 113.170 2.052.925 II 471.578 2.273.684 21.052 133.414 110.526 3.010.254 III 687.500 5.589.286 153.571 535.714 385.714 7.351.785 Rata-rata 442.294 3.110.421 95.362 287.107 203.137 Fattah, A. 1999. Strategi Pengelolaan Hutan Indonesia Sebagai Amanah. Pola Aneka Sejahtera. Riva,W.F., 1998. Pengelolaan Kebun Campuran Tradisional dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga. Studi Kasus di Kampung Naga Salawu Jawa Barat. Dalam Kehutanan Masyarakat Beragam Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan. IPB dan The Ford Foundation. Hal. 37– 47. 1990 FARM BILL DEFINED “SUSTAINABLE AGRICULTURE" Under that law, "the term sustainable agriculture means an integrated system of plant and animal production practices having a site-specific application that will, over the long term: satisfy human food and fiber needs enhance environmental quality and the natural resource base upon which the agricultural economy depends make the most efficient use of nonrenewable resources and onfarm resources and integrate, where appropriate, natural biological cycles and controls sustain the economic viability of farm operations enhance the quality of life for farmers and society as a whole”. I. Basic Concepts (Antle, 2005) o Land use & management practices increase or decrease ecosystem C (key indicator of soil health) Soil C C0 CC Permanence: What happens after T2? CV T0 T1 T2 Time Sistem pertanian organik -sumber input utama adalah bahan organik -CHO dari air dan matahari -Hara dari dekomposisi materi organik: sisa tumbuhan, rambut, tulang, darah -sistem tertutup: tertutup untuk input dari luar: barier, rembesan air tanah, aliran air irigasi, bahan non organik dan organik dari tempat lain -pasar tersendiri -sertifikasi Issue Negatif terkoreksi oleh Pertanian Terpadu: Pencemaran limbah (kotoran, bau, pencemaran badan-air) Eutrifikasi pada air P>0.03 ppm, N>50 ppm Penguapan NH3 dari kandang dan penggembalaan ternak Efisiensi penggunaan pupuk N (Slide no. 11energi Fossil dan Efisiensi energi (M.B. Santoso, 2005, terutama 80% dari N dan Pestisida). 15-20% pencemaran gas rumah kaca dunia oleh metan bersumber dari padi sawah. Usaha pengurangan fluks metan (2 (tanah debu) – 40 (tanah liat) mg m−2 h−1 CH4 : pemberian Fe3+, pengaturan air (kadang dikeringkan), aplikasi (Fe3+, pupuk fosfat, silikat, ZA, Nitrat) dapat menekan 20% fluks. Pengembalian jerami dan pemberian pupuk hijau di tanah sawah meningkatkan emisi CH4. Peningkatan emisi CH4 pada sistem kombinasi padi-ikan. Akumulasi nitrat 4000 – 10.000 ppm pada pucuk daun tanaman muda (sayuran, langsung tanpa proses melalui buah-biji), terutama tanaman dengan minimal pencahayaan/di bawah naungan. Peningkatan penyerapan logam berat oleh penggunaan kompos dari sisa tumbuhan KARAKTERISITIK PERTANIAN TERPADU -HORISONTAL -VERTIKAL Skala: Perorangan, Kelompok, Kawasan, Daerah Membedakan : terpadu dan bukan terpadu 1. 2. 3. 4. 5. PENGELOLAAN TANAH Humus, Bahan organik C = 2.0%->8.5 ton/ha (lembab) UNSUR HARA – neraca, daur ulang Iklim mikro-stratifikasi tanaman, pengendalian erosi dan kerusakan tanah OPT: Sanitasi, penanaman ganda, teknik budidaya, fisik/mekanik, biologis, ekploitasi inang, kimiawi. Pengelolan SD Genetik: sinergis, pencampuran berbagai jenis dan varietas Penggunaan bioagent : Biofertilizer Fungi Mikoriza Arbuskular, Infeksi nodulasi nitrobakter Preparat Alga untuk mobilisasi dan fiksasi N dan peningkatan aktivitas biologi tanah Spora bakteri tanah Coniothyrium mintans melawan Sclerotinia sclerotiorum (1 g=10 exp 9 spora) -3 tahun (contans wg) BioAct® Paecilomyces lilacinus, Line251 untuk melawan Meloidogyne spp. , Heterodera spp., Globodera spp. Pratylenchulus spp. Pheromon Agen alelopati Pertumbuhan pohon turi (Sesbania grandifolia) 4 bulan Dengan mikoriza pada lahan pasca tambang b (Purwoto, et al. 2004) a b +AM fungi control a (bagaimana setelah 10, 20, 50 tahun ditinjau dari status Ilustrasi Pola Tanam Padi-Padi-Padi (hipotetik) humus tanah, energi.N, P, K, ……..) Nitrogen ton/ha ton/ha ton/ha kg/ha kg/ha kg/ha I II III I II III Sumber Input Pupuk 120 120 120 Sistem sawah N-alami 25 25 25 (Pustaka) 10 5 10 (Pustaka) Hujan Terangkut Gabah 8% protein 1,4 % prot 8 8 8 -5 -5 -5 (Pustaka) 15 15 15 -13 -13 -13 (Pustaka) Total N disediakan 155 150 155 Total N terangkut -18 -18 -18 Jerami N Hilang Efisiensi % 173 168 173 15 15 15 (kemana, distribusi) Antle (2005) newfarm.org/depts/NFfield_trials/1003/carbonsequest.shtml 1990 FARM BILL DEFINED “SUSTAINABLE AGRICULTURE" Under that law, "the term sustainable agriculture means an integrated system of plant and animal production practices having a site-specific application that will, over the long term: satisfy human food and fiber needs enhance environmental quality and the natural resource base upon which the agricultural economy depends make the most efficient use of nonrenewable resources and on-farm resources and integrate, where appropriate, natural biological cycles and controls sustain the economic viability of farm operations enhance the quality of life for farmers and society as a whole”. A. Bebarapa Ilustrasi Sistem pertanian Terpadu Gagasan (Horisontal) Suprapto (2004) menjelaskan, dalam pelaksanaan sistem pertanian terpadu setidaknya petani minimal memiliki lahan seluas 1000 meter persegi. Dengan modal Rp 15-20 juta, maka di lahan tersebut mereka bisa beternak itik seratus ekor, kambing sebanyak lima ekor, beternak ikan, dan menanam padi. Pembagian lahannya, 10 persen untuk ternak, 20 persen untuk sayur, 10 persen untuk ikan dan 60 persen untuk padi. Kalau pemerintah punya anggaran, ini bisa dilakukan dengan memberikan pinjaman bergulir, juga perbankan kalo bisa memberi pinjaman yang sangat lunak. Tapi itu pun jika mereka memang betul-betl peduli dengan petani. Konsep pertanian terpadu ini, sedikitnya penghasilan petani setiap bulan ditaksir 820 ribu perbulan, artinya dengan empat orang anggota keluarga akan mencukupi. Suprapto menerangkan bahwa hasil panen padi ini bisa mencapai 11,2 ton per hektar dengan metode sistem padi sri melalui penggunaan pupuk organik. Sedangkan pengelolaan tanah, bibit, pengendalian hama terpadu, dilakukan tanpa menggunakan bahan non kimia. Bebarapa Ilustrasi Sistem pertanian Terpadu B. Gagasan (vertikal): 1. AGROTECNOPARK: merupakan kawasan untuk memfasilitasi percepatan ahli teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang pemerintah, perguruan tinggi dan swasta yang sekaligus sebagai model percontohan pertanian terpadu bersiklus biologi (bio-cyclo farming). Klaster inovasi yang terdiri dari komponen-komponen pendukung yaitu pasokan teknologi (Lembaga); Industri pemasok pendukung (lahan, benih, pupuk, pestisida, dll); finansial ; industri/pasar/masyarakat dan regulasi (PEMDA, Pemerintah Pusat). Strategi : keterpaduan berbagai usaha tanihulu-hilir, kemandirian bisnis dan iptek, keberlanjutan sumber daya, pemberdayaan masyarakat serta total iptek 2. AGROPOLITAN: Friedmann dan Mc.Doughlas (1974) sebagai suatu siasat untuk percepatan pembangunan perdesaan : pembangunan dalam arti luas, seperti redistribusi tanah, kesesuaian lahan, mendesain tata guna lahan dan pembangunan sarana dan prasarana. (1). Produksi dengan bobot sektor pertanian; (2). Prinsip ketergantungan dengan aktivitas pertanian sehingga neurosystemnya; (3) Prinsip pengaturan kelembagaan; (4). Prinsip seimbang dinamis. 3. KEP (Komunitas Estat Padi) MODEL SUBSIDI PERTANIAN TERPADU: Landasan Konseptual dan Faktual serta Sistem Operasinya DEPARTEMEN PERTANIAN 3 April 2006 5.3. Tahapan Pelaksanaan Untuk mewujudkan penerapan model subsidi terpadu, maka diperlukan beberapa tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. 2006 : perumusan model operasional Subsidi Terpadu, dilanjutkan dengan uji coba (pilot Proyek) di beberapa lokasi. Evaluasi hasil uji coba dan redesign model operasional Subsidi Terpadu (hanya membutuhkan satu tahun karena kita punya pengalaman dengan KUT/KKP) 2. 2007 : Penyiapan infrastruktur pelaksanaan subsidi terpadu termasuk sistem managemen dan organisasinya, berikut sosialisasinya. 3. 2008 : Penerapan sistem Subsidi Terpadu secara massal. Modus subsidi terpadu diberikan dalam bentuk subsidi input secara tidak langsung yaitu melalui selisih harga dalam bentuk natura. Adapun komponen subsidi terpadu meliputi : (1) Sarana produksi : Benih dan pupuk serta pestisida; (2) Modal Kerja untuk membayar upah. Komponen subsidi terpadu tersebut akan diberikan secara terpadu dalam satu paket sesuai dengan kebutuhan lahan bukan kebutuhan petani dan diikuti oleh kebijakan dukungan harga output. 1. 2. TUGAS TERSTRUKTUR: Klipping suatu model pertanian terpadu yang sudah berjalan (kasus)* atau (Nrp …1x, ..3x, ..5x, ..7x.., 9x..) Gagaslah suatu bentuk/model pertanian terpadu* (Nrp ..0x, ..2x, ..4x, ..6x, ..8x) Lakukan analisa kuantitatif dan hitunglah (pada no. 1 atau 2) : membandingkan dengan sistem monokultur secara kuantitatif: Luas areal, jumlah petani pemilik yang terlibat, sharing resources level : lahan, input produksi, input yang digunakan dari luar dan dari dalam (sistem produksi), potensi sumberdaya yang tidak dimanfaatkan. Analisa usahatani perbandingan keuntungan (Rp./ha/tahun, B/C, R/C, IRR) dibandingkan dengan monokulturnya. Analisa keberlanjutan makin terkurasnya atau makin terjadinya penumpukan setelah 5, 10, 20 dan 50 tahun (tampilkan neraca material (balancing): energi, biomassa, air, CO2, O2, hara makro: N, P, K, biodiversitas pada ekosistem: flora, fauna, sifat fisik, kimia dan biologi tanah utama) Analisa resiko kerusakan lingkungan yang utama (tunjukkan nilai ambang batas bahayanya (misal CO2, logam berat, energi) *Basis: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Padi sawah/gogo Kedelai Jagung/Jagung manis Karet Teh Sawit Tebu Agroforestry Sayuran DTT/DTR Buah FIN CH4 (sawah) : Total CH4 emission was decreased by 16–20% with 4 Mg ha−1 silicate fertilizer (Alia, Ohb and Kim, 2008) Methane is the second most important greenhouse gas after carbon dioxide. Rice paddy soils release approximately 15–20% of total methane emitted to the atmosphere.. A 1-week drainage of a rice field during the growing season could further reduce the methane emission by 22–23% and might be a very promising methane-emission mitigation technique, since such drainage practices can also conserve water and improve rice yields. Application of nitrate fertilizer at a rate of 64 kg N/ha (about 50% of total nitrogen applied at the Chongqing site) could reduce methane emission by 7%.(Xu, Jafféb and Mauzerall, 2007) Secondly, the soil redox matter content and methanogenic bacteria population of the rice -duck ecosystem reduced more sharply than those of the no-duck rice farming, resulting in a lower methane production. (Zhiqiang, et al. 2008) Higher seasonal integrated methane flux was recorded Esif = 0.96 g m−2 - 1.38 g m− Cultural practices may account for 20% of the overall seasonal CH4 emissions. estimates of annual CH4 emission from ricefields is 100 Tg. CH4 emission (Neue, et al, 1996) Soil type also had a significant effect on CH4 emissions during the flooded season, over which the weighted average flux was 111 mg C m −2 h−1 and 2.2 mg C m−2 h−1 from Clay and Loess, respectively (XIONG, XINGa and ZHU, 2007). The CH4 emission decreased with increases in AS application rate, caused by competition for substrates between sulfate-reducing bacteria and methanogens. Decreases in soil redox potential (Eh) were delayed with increases in AS application rate. (Minamikawa, Sakai and Hayashi, 2004) Methane emissions were quite high and reached a maximum of >20 mg m−2 h−1 in all treatments, 34–40 days after flooding. Presence of fish tended to boost methane emission (Frei and K. Becker, 2004) The highest emission occurred at the full tillering stage of late rice with a rate of 24.1 or 32.2 or 40.5 mg m−2 h−1 in no-tillage area with duck and no-tillage area without duck and conventional-tillage area without duck, respectively.( XIANG et al. 2006) It was concluded that higher concentration of copper in the soils resulted in lower soil DOC and thus reduced CH 4 emission when there was no additional organic matter input. Incorporation of wheat straw did not affect soil DOC and available copper concentration but enhanced CH4 emission. Seasonal average rate of CH4 emission from different soils ranged from 1.96 to 11.06 mg m−2 h−1 in the 2000 experiment, and from 0.89 to 5.92 mg m−2 h−1 for the MF treatment in the 2001 experiment, respectively. Incorporation of wheat straw enhanced considerably CH 4 emission with an average increment of 7.09 mg m−2 h−1. (Huang et al, 2004) Sesbania amendment stimulated methane emission and the effect was more significant at the early growth stage of rice. Methane emission was higher in continuous flooding treatment than that in intermittent irrigation (Yang and Chang, 2000). The total methane emission during the vegetation period of rice was reduced by 43% and 84%, with the addition of 15 and 30 g of ferrihydrite per kg of soil, respectively(Jäckel and Schnell, 2000) phosphorus applied as single superphosphate (SSP) distinctly inhibited CH 4 emission from a flooded field plot planted to rice.(Adhya, et al. 1999) NH3 Annual NH3–N emission rate was 4430 kg NH3–N d−1, which was 53% of the N fed to cattle. Ammonia emission rates and emission factors for a 77-ha, 45 000-head commercial beef cattle feedyard (Todd, et al., 2008) The uncertainty range for the global NH3 emission from agricultural systems is 32 Tg NH3-N yr−1, N fertilizer use contributing 11 Tg yr−1 and livestock production 21 Tg yr−1. Most of the emissions from livestock production come from animal houses and storage systems (31–55%); smaller contributions come from the spreading of animal manure (23–38%) and grazing animals (17–37%). (Beusen et al., 2008). NO3 >4000 – 10.000 ppm pada pucuk daun tanaman muda (sayuran, langsung tanpa proses melalui buah-biji), terutama tanpa pencahayaan/di bawah naungan Logam berat Kelatisasi kompos dari tumbuhan Peningkatan serpan logam berat oleh tanaman oleh kompos tumbuhan (Greger et al., 2006)