Hal 18 vol.22 no.1 1998 Infeksi rotavirus - Judul

advertisement
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
18
ARTIKEL PENELITIAN
INFEKSI ROTAVIRUS PADA PENDERITA
DIARE AKUT BAYI DAN ANAK DI
RSUP M. DJAMIL PADANG
Teddi Rialdi*, Yorva Sayoeti**
* Peserta PPDS, Ilmu Kesehatan Anak FKUA/RSUP DR. M. Djamil, Padang
** Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUA/RSUP DR. M. Djamil Padang
Abstrak
Tujuan : Mengetahui insidens, distribusi umur, gambaran klinis dan faktor risiko
(non ASI eksklusif, pemberian makanan sapihan yang cepat dan gizi kurang) pada
penderita diare akut dengan infeksi rotavirus.
Metode : Penelitian di lakukan secara prospektif selama 6 bulan dari 1 Juni - 30
November 1998. Penderita yang di masukkan dalam penelitian adalah bayi umur 1
bulan sampai anak umur 60 bulan yang di rawat karena menderita diare akut. Deteksi
rotavirus di lakukan dengan Latex agglutination test dari Virotect-Rota produksi
Merck Analisis statistik yang di pakai Chi-square dan regresi logistik dengan p<0,05.
Hasil : Dari 50 penderita yang di teliti (31 laki-laki dan 19 perempuan) dapat di
deteksi adanya Rotavirus pada 25/50 (50%) dengan umur puncak kejadian adalah
kelompok umur 12-23 bulan 14 (70%), di susul kelompok umur 6-11 bulan 9
(52,9%). Faktor risiko yang bermakna dengan uji statistik univarian adalah keadaan
kurang gizi (X2 = 6,65 dan p = 0,009) dan pemberian ASI (X2 = 3,95 dan p = 0,04),
sedangkan dengan analisis regresi logistik yang menjadi risiko terhadap infeksi
rotavirus adalah keadaan kurang gizi.
Kesimpulan : Insidens infeksi rotavirus terdapat pada 50% penderita dengan
umur puncak kejadian adalah kelompok umur 12-23 bulan, sedangkan yang menjadi
risiko adalah keadaan kurang gizi, ASI dan penyapihan.
Kata kunci : Diare, rota virus, faktor risiko
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
19
ABSTRACT
Objective. To assess the incidence, age distribution, clinical manifestation and risk
factors in acute diarrheal diseases among children associated with rotavirus
infection.
Methods. A six month prospective study were recruited acute diarrhea children
between 1 month of age until 60 months. Rotavirus detection using Latex
agglutination test from Virotect-Rota. Statistic analysis using Chi-square test with
p < 0,05.
Results. There were 50% rotavirus infections among 50 children with diarrhea and
peak incidence were 14 (70%) in 12-23 months old of acute diarrheal children.
The incidence was increase in malnourished children (X2 = 6,65 and p = 0,009).
There were no spesific clinical manifestation of rotaviral diarrheal disease.
Conclusions. Rotavirus infection were the most common etiologic agents of very
young diarrheal children < 2 years old, with peak incidence were 12-23 months
old, and the risk factor was undernourished.
keywords; Diarrhe, rotavirus, factor risiko
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan
pada bayi dan anak balita di negara sedang berkembang.(1) Secara keseluruhan anak
dan bayi dapat mengalami rata-rata 3,3 episode diare per tahun dan di beberapa
tempat lebih dari 9 episode per tahun.1 Di daerah dengan episode yang tinggi ini,
seorang balita menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Sekitar 80% kematian
terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.(1)
Kematian karena diare merupakan bagian terbesar dari tingginya angka kematian
bayi dan anak di negara sedang berkembang. Penyebab utama kematian ini adalah
karena dehidrasi serta hilangnya cairan dan elektrolit. Di Indonesia, sesuai dengan
hasil SKRT 1992, diare merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak umur 14 tahun dan urutan ketiga setelah gangguan perinatal dan infeksi saluran nafas pada
bayi.(2)
Dengan meningkatnya teknik pemeriksaan laboratorium, 80% mikro organisme
penyebab penyakit diare telah di ketahui, yaitu virus, bakteri dan parasit. Rotavirus
merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak umur di bawah 2 tahun dan
berperan utama terhadap tingginya angka kesakitan.(3–8) Di seluruh dunia diperkirakan
terdapat 140 juta kasus diare rotavirus dengan hampir 1 juta kematian terjadi setiap
tahun.(4) Di Amerika Serikat, rotavirus merupakan penyebab diare pada 35%-50%
kasus diare yang di rawat inap. Suatu penelitian di Washington menemukan adanya
anti bodi terhadap virus ini pada lebih 90% anak berumur 3 tahun.(3) Penelitian multi
senter di 5 negara (Cina, India, Meksiko, Myanmar dan Pakistan) pada tahun 19821985, menemukan ekskresi rotavirus pada 16% kasus diare dan 2% kontrol.(8) Di
Guatemala dan Banglades didapatkan infeksi rotavirus sebanyak 10%-20%.(9) Di
Indonesia, penelitian tentang infeksi rotavirus belum begitu banyak, di Yogyakarta
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
20
(Juni 1978-Juni 1979)(7) ditemukan infeksi rotavirus pada 38% kasus dan di Jakarta
didapatkan 47%.(10)
Di negara maju, penurunan angka kejadian diare erat kaitannya dengan
pemberian air susu ibu (ASI), kurangnya pencemaran air minum, tersedianya sarana
air bersih dan kebersihan lingkungan yang baik. Menurut hasil SKRT 1992,(2) di
Indonesia hampir dua pertiga (63,7%) bayi hanya mendapat ASI sampai umur 3
bulan dan 32,3% bayi, hanya mendapat ASI saja sampai umur 11 bulan. Risiko untuk
sering kali menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak di beri ASI
di banding bayi yang di beri ASI penuh.(1)
Tatalaksana penyakit diare akut yang utama adalah mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang hilang akibat diare. Makanan diteruskan
selama anak diare, bahkan harus ditingkatkan sekurangnya 2 minggu setelah diare
berhenti untuk mencegah gangguan gizi. Pemberian anti biotika dan anti parasit tidak
ada manfaatnya, namun sayangnya para Dokter masih tetap menulis resep atau
memberikan obat-obatan pada semua penderita diare.(11-15)
Obat-obatan yang diberikan tersebut pada umumnya tidak efektif, di samping
harganya yang mahal, sering menimbulkan efek samping yang memperburuk keadaan
penderita serta munculnya resistensi.(11-13)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian infeksi rotavirus,
distribusi umur, status gizi penderita dan pemberian makanan pendamping pada bayi
dan anak penderita diare akut umur 1 bulan - 5 tahun di ruang rawat inap Ilmu
Kesehatan Anak RSUP M Djamil Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian di lakukan secara cross sectional yang bersifat analitik dan
dilakukan di unit rawat inap SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP M. Djamil Padang
selama 6 bulan, mulai 1 Juni 1998 - 30 November 1998. Penderita yang dimasukkan
ke dalam penelitian adalah semua penderita diare cair (watery diarrhea) yang
berumur 1 bulan sampai 5 tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara Consecutive
sampling.
Kriteria inklusi
Semua penderita diare akut berumur 1 bulan - 5 tahun yang menjalani rawat inap
dari tanggal 1 Juni 1998-30 November 1998, mendapat izin dari orang tua penderita.
Diagnosis dikonfirmasikan dengan uji gumpal lateks.
Kriteria eksklusi
Tidak ada izin orang tua, penderita dengan penyakit penyerta, sudah mendapat
anti biotika atau tidak lengkap datanya.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
21
Untuk mendeteksi adanya Rotavirus pada tinja penderita dilakukan dengan teknik
Latex Agglutination memakai alat Virotect-Rota yang di produksi oleh Merck.
Analisis data
Hasil penelitian di susun dalam bentuk tabel dan di analisis secara statistik.
Hubungan antara variabel di analisis dengan Chi-square test dengan batas
kemaknaan p < 0,05. Semuanya dikerjakan dengan menggunakan program komputer
EPI INFO 6.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Karakteristik penderita
Dalam kurun waktu penelitian didapatkan sampel sebanyak 50 orang bayi dan
anak, terdiri dari 31(62%) orang laki-laki dan 19(38%) orang perempuan. Umur
terbanyak dengan infeksi rotavirus adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu 70%,
sedangkan rotavirus negatif kelompok umur 24-60 bulan 85,7%. Hampir separoh
penderita dengan infeksi rotavirus positif tinggal di kota (tabel 1).
Angka kejadian
Tabel 1. Karakteristik Penderita.
Karakteristik
Positif
Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Umur (bulan)
1–5
6 – 11
12 – 23
24 – 60
Daerah tempat tinggal
Desa
Kota
Rotavirus
Negatif Total
14(45,2)
11(57,9)
17(54,8)
8(42,1)
31(100)
19(100)
1(16,7)
9(52,9)
14(70)
1(14,3)
5(83,3)
8(47,1)
6(30)
6(85,7)
6(100)
17(100)
20(100)
7(100)
13(52)
12(48)
12(48)
13(52)
25(100)
25(100)
Dari 50 penderita yang di teliti didapatkan 50% mempunyai hasil uji rotavirus
positif.
Distribusi umur
Umur terbanyak rotavirus positif adalah 12-23 bulan yaitu 14 (70%), di ikuti
oleh umur 6-11 bulan sebanyak 9 (52,9%). Sedangkan pada rotavirus negatif umur
terbanyak adalah 24-60 bulan sebanyak 6 (85,7%) dan umur 1-5 bulan 5 (83,3%)
seperti terlihat pada tabel 1.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
22
Gambaran klinis
diare akut rotavirus
Gejala klinis yang ditemukan pada penderita diare akut pada penelitian ini
adalah tinja cair pada semua penderita, demam pada 19 (52,8%) dan muntah 23(50%)
penderita rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif demam 17(47,2%) dan
muntah 23(50%). Tinja berlendir terdapat pada 7(38,9%) penderita rotavirus positif
dan 11(61,1%) pada rotavirus negatif. Tidak ditemukan darah pada tinja penderita
rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif ditemukan 3 (100%).
Dehidrasi dapat ditemukan dari tingkat yang ringan sampai berat, dehidrasi berat
terdapat pada 13(59%) penderita rotavirus positif dan 9(41%) rotavirus negatif. Satu
(16,7%) penderita rotavirus positif mengalami kejang dan 5(83,3%) pada rotavirus
negatif (tabel 2). Rata-rata penderita mengalami 1,18 kali diare pada rotavirus positif
dan 1,25 kali pada rotavirus negatif. Lama sakit adalah 5,84 hari dan lama rawat 3,72
hari pada rotavirus positif, sedangkan pada rotavirus negatif adalah 5,76 hari dan 3,56
hari. Anti biotika diberikan pada 6(35,3%) penderita dengan rotavirus positif dan
11(64,7%) rotavirus negatif, karena ditemukannya lekosit tinja yang positif (tabel 2)
Tabel 2. Distribusi gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium tinja di hubungkan
dengan hasil uji rotavirus.
Gejala klinis/Rotavirus laboratorium
Demam
19(52,8) 17(47,2) 36(100)
Muntah
23(50) 23(50)
46(100)
Tinja cair
25(50) 25(50)
50(100)
Positif
Negatif
Total
Tinja lendir 7(38,9) 11(61,1) 18(100)
Tinja darah
0(0) 3(100) 3(100)
Dehid. berat 13(59)
9(41)
22(100)
Dehid ringan 12(42,9) 16(57,1) 28(100) Kejang
1(16,7) 5(83,3)
Episode diare 1,18
1,25
1,21
Lama sakit (rata-rata dalam hari)
5,84
5,76
5,80
Lama perawatan (rata-rata dalam hari)
3,72
3,56
Lekosit (++) pada tinja
6(35,3)
11(64,7)
3,64
17(100)
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
6(100)
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
23
2. ANALISA UNIVARIAN
Faktor risiko
Status gizi
Tabel 3. Hubungan status
gizi dengan infeksi rotavirus.
Status gizi
Rotavirus
Positif Negatif
Total
Gizi kurang 15(71,8) 6(28,2) 21(42)
Baik
10(34,5) 19(65,5) 29(58)
Total
25(50.0) 25(50)
50(100)
2
X = 6,65 df = 1 p = 0,009
Sebanyak 71,8% penderita dengan status gizi kurang mempunyai hasil uji
rotavirus yang positif, sedangkan pada penderita dengan status gizi baik hanya 34,5%
hasil uji rotavirus positif. Hubungan status gizi penderita dengan infeksi rotavirus
bermakna secara statistik (p < 0,05, tabel 3).
Pemberian ASI
Tabel 4. Hubungan pemberian ASI dengan infeksi rotavirus.
ASI
Rotavirus
Positif
Negatif
Total
Ya
14(50)1
4(50)
28(65,1)
Tidak 10(66,7)
5(33,3)
15(34,9)
Total
24(55,8) 19(44,2) 43(100)
X2 = 1,10 df = 1 p = 0,294
Dari 43 penderita yang berumur di bawah 2 tahun terdapat 28 penderita yang
mendapat ASI, setengah di antaranya mempunyai hasil uji rotavirus yang positif,
sedangkan pada penderita yang tidak mendapat ASI 66,7% dengan hasil uji rotavirus
positif. Hubungan pemberian ASI dengan infeksi rotavirus tidak bermakna secara
statistik (p > 0,05, tabel 4).
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
24
Makanan pendamping
Dari 22 penderita yang berumur di bawah 1 tahun, 13 penderita mendapat
makanan pendamping yang cepat dan 44,5% mempunyai hasil uji rotavirus positif.
Sedangkan dari 9 penderita yang mendapat makanan pendamping sesuai anjuran.
Tabel 5. Hubungan umur saat pemberian makanan pendamping dengan infeksi
rotavirus.
Makanan
Rotavirus
Pendamping Positif Negatif Total
Cepat
6(44,5) 7(55,5) 13(59)
Normal
4(44,5) 5(55,5)
9(41)
Total
10(45,5) 12(54,5) 22(100)
2
x = 0,01 df = 1 p = 0,937
Hubungan pemberian makanan pendamping dengan infeksi rotavirus tidak
bermakna secara statistik (p > 0,05, tabel 5).
PEMBAHASAN
Kejadian rotavirus
Kejadian rotavirus yang didapatkan pada penelitian ini adalah 50%. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil yang di dapat pada fase akut oleh Djoko Yuwono &
Suharyono W di Jakarta.(10) dan lebih tinggi dari yang ditemukan Sunarto Y dkk,(7)
pada anak berumur di bawah 12 tahun di Yogyakarta yaitu 38%. Sedangkan
penelitian multi senter pada anak berumur di bawah 2 tahun di Cina, India, Meksiko,
Myanmar dan Pakistan menemukan infeksi rotavirus pada 16% kasus dan 2% pada
kontrol.(8) Ahmed MU dkk,(9) menemukan peningkatan proporsi rotavirus positif
pada spesimen tinja penderita diare anak dan dewasa mencapai 54% dan 45% pada
bulan September dan Oktober di Bangladesh. Champsaur H dkk,(33) menemukan
adanya ekskresi rotavirus pada 43% anak berumur di bawah 2 tahun yang menderita
diare dan 24% anak tanpa diare yang berobat ke bangsal anak di Paris dengan
menggunakan mikroskop elektron (ME) dan pemeriksaan ELISA.
Untuk kasus yang terjadi di poliklinik pada anak berumur di bawah 2 tahun, Mata
L dkk,(5.6) mendapatkan bahwa rotavirus merupakan agen tersering, yaitu 45,3% dari
penyebab diare.
Pickering LK dkk,(27) dalam suatu penelitian prospektif pada anak berumur di
bawah 3 tahun di tempat penitipan anak menemukan 50% anak mengekskresikan
rotavirus secara asimptomatik sehari sebelum munculnya serangan diare.
Distribusi umur
Pada penelitian ini ditemukan infeksi rotavirus terbanyak terjadi pada umur 12 –
23 bulan sebanyak 14 (70%) di ikuti oleh umur 6-11 bulan 52,9%. Djoko Y,
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
25
Suharyono W menemukan infeksi rotavirus terbanyak pada umur 6 - 24 bulan.(10)
Huilan S dkk,(8) mendapatkan umur tersering infeksi rotavirus adalah 6 – 11 bulan
yang merupakan 20% dari seluruh kasus. Di tempat-tempat penitipan anak, Pickering
LK dkk,(27) menemukan insiden tertinggi pada umur di bawah 3 tahun. Champsaur H
dkk,(33) mendapatkan adanya ekskresi rotavirus tanpa diare pada 71% neonatus, 50%
pada bayi 1 – 6 bulan dan 26% pada umur 7–24 bulan. Hal ini memperlihatkan bahwa
infeksi rotavirus tanpa gejala sering ditemukan. Sedangkan respon serologis yang di
teliti secara prospektif oleh Champsaur H dkk,(8) memperlihatkan infeksi rotavirus
tanpa gejala muncul pada 2% neonatus, 20% bayi umur 1 – 6 bulan dan 37% pada
umur 7 – 24 bulan. Sedangkan Bartlett dkk,(57) menemukan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna distribusi umur pada anak yang mengekskresikan rotavirus
tanpa gejala dengan yang mengalami diare di tempat penitipan anak.
Perbedaan hasil yang ditemukan dari berbagai penelitian ini disebabkan
berbedanya cara deteksi rotavirus yang digunakan dan kelompok umur yang di teliti.
Gejala klinis
Gejala klinis yang muncul pada penderita diare rotavirus adalah adanya diare
dengan tinja cair pada seluruh penderita, disertai lendir 7 (38,9%). Dehidrasi dapat
ditemukan dari tingkat yang ringan sampai berat, demam terdapat pada 19(52,8%)
penderita dengan suhu badan dapat mencapai 40oC, di ikuti oleh muntah-muntah pada
23(50%) penderita dan pada 1(16,7%) penderita mengalami kejang, yaitu kelompok
umur 1 – 5 tahun.
Pada penelitian ini ditemukan adanya lekosit positif pada 6 (35,3%) penderita
rotavirus positif, hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya infeksi campuran
dengan kuman lain. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak dilakukannya
pemeriksaan kultur tinja sehingga kuman penyebab lain tidak dapat di deteksi. Gejala
klinis yang ditimbulkan oleh infeksi campuran ini lebih berat, pada seluruh (100%)
penderita ditemukan demam, muntah dan tinja berlendir. Dehidrasi berat di dapat
pada 5(83%) penderita dan gejala kejang di dapat pada 1(100%) penderita dengan
kemungkinan adanya infeksi campuran ini.
Dagan R dkk,(24) menemukan lekosit dalam tinja pada 35% dari 36 penderita
dengan infeksi rotavirus tanpa adanya kuman penyebab lain yang teridentifikasi,
sehingga di ambil kesimpulan bahwa gejala klinis serta bentuk tinja tidak membantu
dalam meramalkan akan adanya rotavirus dalam tinja penderita. Champsaur H
dkk,(33) menemukan hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,001) antara
ekskresi rotavirus dengan kasus diare yang di sertai demam dan muntah (diarrhea,
fever, and vomite syndrome = DFV syndrome). Carr ME dkk,(20) mendapatkan gejala
klinis yang khas dari 100 bayi yang di teliti adalah adanya demam yang tinggi antara
hari ke 2 - hari ke 5, disertai dengan diare atau muntah atau keduanya. Gejala awal
adalah demam dengan suhu  40oC di ikuti dengan diare pada 36 pasien, muntahmuntah terjadi pada 58 pasien. Sedangkan diare dan muntah ditemukan pada 4 pasien
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
26
dan muntah saja tanpa diare pada 2 pasien. Bardhan PK dkk(35) melihat bahwa mual
dan muntah sering kali ditemukan pada penderita diare rotavirus.
Status gizi
Dari 50 penderita yang di teliti, terdapat 21(44%) orang penderita dengan status gizi
kurang, 15(71,8%) memperlihatkan hasil uji rotavirus yang positif. Sedangkan pada
penderita dengan status gizi baik 24,5% penderita dengan hasil uji rotavirus positif.
Hasil penelitian ini memperlihatkan hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan infeksi rotavirus (p < 0,05).
Dagan R dkk menyatakan bahwa gangguan gizi merupakan indikator penting
terhadap berat ringannya penyakit.(24) Hal ini dapat menerangkan tingginya
morbiditas dan mortalitas karena rotavirus pada anak-anak di negara sedang
berkembang. Soenarto Y dkk,(7) dalam penelitiannya di Yogyakarta tidak menemukan
hubungan antara status gizi dengan insiden rotavirus.
Uhnoo IS dkk,(21) pada percobaan terhadap binatang memperlihatkan bahwa
infeksi rotavirus yang terjadi bersamaan dengan gangguan gizi akan menyebabkan
peningkatan yang bermakna permeabilitas usus terhadap adanya bahan dengan
molekul besar.
Pemberian ASI
Dari 50 pasien yang di teliti, 28 (65,1%) penderita masih mendapat ASI saat di
teliti dan pada setengah di antaranya (50%) ditemukan rotavirus dalam spesimen
tinjanya. Sedangkan pada 19(34,9%) penderita yang tidak mendapat ASI, ditemukan
adanya rotavirus pada 10 (66,7%) penderita. Hasil uji statistik X2 memperlihatkan
tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan p > 0,05.
Mata L dkk,(33) di Costa Rica menemukan bahwa episode diare berkurang pada
populasi yang mendapatkan ASI, sedangkan Djoko Y & Suharyono W,(10) dalam
penelitiannya mendapatkan hasil analisis statistik yang tidak bermakna (p>0,05),
tetapi memperlihatkan perbedaan persentase yang cukup tinggi yaitu 32,6% pada
pasien yang mendapat ASI dan 45,8% pada anak-anak yang mendapat susu botol.
Cushing AH dkk,(32) juga mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kelompok ASI dan non ASI.
Makanan pendamping
Di antara 19 penderita yang berumur di bawah 1 tahun di lihat hubungan
pemberian makanan pendamping dengan infeksi rotavirus. Ternyata dari 10 penderita
yang mendapatkan makanan pendamping cepat, 6(44,5%) penderita mempunyai hasil
uji rotavirus positif, angka ini sama dengan yang di dapat pada penderita yang
mendapat makanan pendamping sesuai anjuran. Hasil uji statistik memperlihatkan
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian makanan pendamping
yang cepat dengan infeksi rotavirus (p > 0,05). Belum di dapat laporan penelitian
tentang hubungan pemberian makanan pendamping dengan infeksi rotavirus.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
27
KESIMPULAN
Kejadian infeksi rotavirus terbanyak di dapat pada anak berumur di bawah 2
tahun, umur puncak kejadian infeksi rotavirus adalah umur 12 – 23 bulan dengan
gambaran klinis infeksi rotavirus yang tidak khas Keadaan kurang gizi dapat
meningkatkan risiko infeksi rotavirus, sedangkan pemberian ASI dan makanan
pendamping tidak mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan risiko infeksi
rotavirus.
Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar pada seluruh
kelompok umur, mulai dari neonatus yang menjalani rawat inap maupun yang datang
ke rawat jalan sehingga di dapat data yang lebih lengkap.
KEPUSTAKAAN
1.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta : DepKes RI, 1995 ; 3-16.
2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depatemen Kesehatan dan Biro Pusat
Statistik. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta : DepKes RI, 1994 ; 36 –45.
3.
Ho MS, Glass RI, Pinsky PF, Anderson LJ. Rotavirus as a cause of diarrheal morbidity
and mortality in United States. J Infect Dis, 1988;5:1112-6.
4.
Le Baron CW, Lew J, Glass RI, Weber JM, Ruiz-Palacios GM. Annual rotavirus
epidemic patterns in North America. JAMA, 1990;264:983-8.
5.
Kapikian AZ, Chanock RM. Rotaviruses. Dalam: Fields, BN, Knipe DM, Howley PM et
al, penyunting. Fields Virology, edisi ke-3. Philadelphia: Lippincot-Raven, 1996;16571708.
6.
Beards GM, Desselberger U, Flewett TH. Temporal and geographical distributions of
human rotavirus serotypes, 1983 to 1988. J Clin Microbiol, 1989;27:2827-33.
7.
Sunarto Y, Sebodo T, Ridho R, dkk. Acute diarrhea and rotavirus infection in newborn
babies and children in Yogyakarta Indonesia from June 1978 to June 1979. J Clin
Microbiol 1981; 14: 123-9.
8.
Huilan S, Zhen LG, Mathan MM, et al. Etiology of acute diarrhea among children in
developing countries: A multicentre study in five countries. Bulletin of the World Health
Organization 1991;69:549-55.
9.
Ahmed MU, Urasawa S, Taniguchi K, et al. Analysis of human rotavirus strains
prevailing in Bangladesh in relation to nation wide floods brought by the 1988
Monsoon. J Clin Microbiol, 1991;29:2273-9.
10. Yuwono D, Suharyono W. Infeksi rotavirus dan kaitannya dengan cara pemberian air
susu pada penderita akut gastroenteritis. Medika,1985;12:1170-3.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
28
11. Warsa UC. Perkembangan resistensi bakteri di masyarakat. Majalah Kedokteran
Indonesia 1992;42:437.
12. WHO. The rational use of drugs in the management of acute diarrhea in children. WHO
Geneva 1990.
13. Dialogue on diarrhoea, 42. Drugs and childhood diarrhoea. London: AHRTAG, 1990.
14. Sunoto. Penyakit radang usus: infeksi. Dalam : Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib
A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991; 448 – 71.
15. Noerasid H, Suraatmadja S, Oemi PA. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono,
Boediarso A, Halimun EW, Eds. Gastroenterologi anak praktis, edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 1994 ; 51-76.
16. Ansari SA, Sattar Sa, Springtharpe VS, Wells GA, Tostowaryk W. In vivo protocol for
testing efficacy of hand washing agents against viruses and bacteria : experiments with
rotavirus and escherichia coli. J Microbiol, 1989;55:3113-8.
17. Ansari SA, Springtharpe VS, Sattar SA. Survival and vehiculum spread of human
rotavirus: possible relation to session of outbreaks. Rev Infect Dis, 1991;13:448-62.
18. Holmes IH, Ruck BJ, Bishop RF, Davidson GP. Infantile enteritis virusses :
Morphogenesis and morphology. J Virol, 1975;16:937-43.
19. Urasawa S, Urasawa T, taniguchi K, et al. Survey of human rotavirus serotypes in
different locales in Japan by enzyme-linked immunosorbent assay with monoclonal
antibodies. J Infect Dis, 1989;60:44-51.
20. Carr ME, Mc Kendrick DW, Spyndakis T. The clinical features of infantile
gastroenteritis due to rotavirus. Scand J Infect Dis, 1976;8:241-3.
21. Uhnoo IS, Freihorst, Riepenhoff-Talty M, Fisher JE, Ogra PL. Effect of rotavirus
infection and malnutrition on uptake of a dietary antigen in the intestine. Pediatr Res,
1990;27:153-60.
22. Mavromichalis J, Evans N, Mc Neish As, ET AL. Intestinal damage in rotavirus and
adenovirus gastroenteritis assesed by D-xylose malabsorption. Short reports:589-91.
23. Holm S, Anderson Y, Gothefors L, Lindberg T. Increased protein absorption after acute
gastroenteritis in children. Acta Paediatr, 1992;81:585-8.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
29
24. Dagan R, Bar-David Y, Sarov B, et al. Rotavirus diarrhea in Jewish and Bedouin
children in the Neger region of Israel : Epidemiology, clinical aspects and possible role
of malnutrition in severity of illness. Pediatr Infect Dis 1990;9:314-21.
25. Ward RL, Bernstein DI, Young EC, Sherwood JR, Knowlton DR, Schiff GM. Human
rotavirus studies in volunteers : Determination of infectious dose and serological
response to infection. J Infect Dis,1986;154:871-82.
26. Bishop RF, Davidson GP, Holmes IH, Ruck BJ. Virus particles in epithelial cells of
duodenal mucosa from children with acute non-bacterial gastroenteritis. Lancet,
1973;12:1281-3.
27. Pickering LK, Bartlett AV, Woodward WE. Acute infectious diarrhea among children in
day care : Epidemiology and control. Rev Infect Dis, 1986;8:539-47.
28. Pickering LK, Bartlett AV, Reves RR, Morrow A. Asymptomatic excretion of rotavirus
before and after rotavirus diarrhea in children in day care centers. J Pediatr,
1988;112:361-5.
29. Guerrant RL, Hughes JM, Limn NL, Crane J. Diarrhea in developed and developing
countries : Magnitude special settings, and etiologies. Rev Infect Dis, 1990;12:41-50.
30. Champsaur H, Questiaux E, Prevot J, et al. Rotavirus carriage : asymptomatic infection,
and disease in the first two years of life. J Infect Dis, 1984;149:667-74.
31. Eiden JJ, Verleur DG, Vonderfecht SL, Yolken RH. Duration and pattern of
asymptomatic rotavirus shedding by hospitalized children. J Pediatr Infect Dis ,
1988;7:564-9.
32. Butz AM, Fosarelli P, Dick J, Cusack T, Yolken R. Prevalence of rotavirus on high-risk
fomites in day care facilities. Pediatr, 1993;92:202-5.
33. Cushing AH, Anderson L. Diarrhea in breast-fed and non-breast-fed infants. Pediatr,
1982;70:921-5.
34. Mata L, Jimerez P, Allen MA, et al. Diarrhea and malnutrition: breast feeding
intervention in a transitional population. Dalam : Holme T, holmgren J, Merson MH,
Mollby R, penyunting. Acute enteric infections in children. New Prospects for treatment
and prevention. Elsevier: North Holland Biomedical, 1981:233-51.
35. Hopkins RS, Gaspard GB, William FP, Karlin RJ, Cukor G, Blacklow NR. A
community waterborne gastroenteritis out break : Evidence for rotavirus as the agent.
Am J Public Health, 1984;74:263-5.
36. Bardhan PK, salam MA, Malta AM. Gastric emptying of liquid in children suffering
from acute rotaviral gastroenteritis. Gut, 1992;33:26-9.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
30
37. Davidson GP, Gall DG, Petric M, Butler DG, Hamilton JR. Human rotavirus enteritis
induced in conventional Piglets. J Clin Inves, 1977;60:1402-9.
38. Suharyono. Cara pemeriksaan Rotavirus. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun
EW, Eds. Gastroenterologi anak praktis, edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1994
; 371-7.
39. Thomas EE, Puterman ML, Kawano E, Curran M. Evaluation of seven immunoassays
for detection of rotavirus in pediatric stool samples. J Clin Microbiol, 1988;26:1189-43.
40. Dennehy PH, Gauntett DR, tente WE. Comparison of nine commercial immunoassays
for detection of rotavirus in fecal specimens. J Clin Microbiol, 1988;26:1630-4.
41. Doern GV, Herrmann JE, Henderson P, Stobbs-Walro D, Perron DM, Blacklow NR.
Detection of rotavirus with a new polyclonal antibody enzyme immunoassay (Rotazyme
II) and a commercial latex agglutination test (Rotalex): Comparison with a monoclonal
antibody enzyme immunoassay. J Clin Microbiol, 1986;23:226-9.
42. Wilde J, Van R, Pickering L, Eiden J, Volken R. Detection of Rotaviruses in the daycare
environment by reverse transcriptase polymerase chain reaction. J Infect Dis
1992;166:507-11.
43. Xu L, Harbour , Mc Crae MA. The application of polymerase chain reaction to the
detection of Rotaviruses in faeces.J Virol Method1990;27:29-38.
44. Guarino A, Canani RB, Russo S, et al. Oral immunoglobulins for treatment of acute
rotaviral gastroenteritis. Pediatr, 1994;94:12-6.
45. Guarino A, Guandalini S, Albano F, Mascia A, De Ritis G, Rubino A. Enteral
immunoglobulins for treatment of proctacted rotaviral diarrhea. J Peditr Infect Dis,
1991;10:612-4.
46. Ward RG, Bernstein DI, Knowlton DR, et al. Prevention of surface to human
transmission of rotaviruses by treatment with disinfectan spray. J Clin Microbiol,
1991;29:1991-6.
47. Bishop RF, Barnes GL, Cipriani E, Lund JS. Clinical immunity after neonatal rotavirus
infection. N Engl J Med, 1983;309:72-6.
48. Bhan Mk, Lew JF, Srizawal S, Das BK, Gentsch JR, Glass RI. Protection conferred by
neonatal rotavirus infection against subsequent rotavirus diarrhea. J Infect Dis,
1993;168:282-7.
49. Bernstein DI, Sander DS, Smith VE, Schiff GM, Ward RL. Protection from rotavirus
reinfection: 2 years prospective study. J Infect Dis, 1991;164:277-83.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Majalah Kedokteran Andalas
Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
31
50. Vesikari T. Clinical trials of live rotavirus vaccines: The finish experience. Vaccine,
1993;11:255-61.
51. Kapikian AZ, Hoshino Y. Current topics in Microbilogy and Immunology, volume 185.
Heidelberg: Spriger Verlag, 1994 ; 179-227.
52. Kapikian AZ, Flores J, Hoshino Y, et al. Rotavirus : The major etiologic agent of severe
infantile diarrhea may be controllable by a ‘Jennerian’ aproach to vaccination. J Infect
Dis1986;153:815-2
53. Chen SC, Fynan EF, Robinson HL, et al. Protective immunity induced by rotavirus
DNA vaccines. Vaccine, 1997;15:899-902.
54. Ward RL, Knowlton DR, Zito ET, Davidson BL, Rappaport R, Mack ME. Serologic
correlates of immunity in tetravalent reassortant rotavirus vaccine trial. J Infect Dis,
1997;176:570-7.
55. Perez-Schael I, Guntinas MJ, Perez Met al. Efficacy of the Rhesus rotavirus-based
quadrivalent vaccine in infants and young children in Venezuela. N Engl J Med,
1997;337:1181-7.
56. Coffin SE, Mosr CA, Cohen S, Clark HF, Offit PA. Immunologic correlates of
protection against rotavirus challenge after intramuscular immunization of mice. J Virol,
1997;71:7851-6.
57. Mata L, Simhon A, Padilla R, et al. Diarrhea associated with Rotavirus enterotoxigenic
Escherichia coli, Campylobacter, and ather agent in Costarican children, 1976-1981. Am
J Trop Med Hyg 1983; 32:146-53.
58. Bartlett III AV, Reves RR, Pickering LK. Rotavirus in infant toddler daycare centers :
Epidemiology relevant to disease control strategies. J Pediatr 1988;113:435-41.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No.1. Januari – Juni 1998
Download