Hal 19-29 vol.22 no.1 1998 Infeksi rota virus - Isi

advertisement
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
19
ABSTRACT
Objective. To assess the incidence, age distribution, clinical manifestation and risk
factors in acute diarrheal diseases among children associated with rotavirus
infection.
Methods. A six month prospective study were recruited acute diarrhea children
between 1 month of age until 60 months. Rotavirus detection using Latex
agglutination test from Virotect-Rota. Statistic analysis using Chi-square test with
p < 0,05.
Results. There were 50% rotavirus infections among 50 children with diarrhea and
peak incidence were 14 (70%) in 12-23 months old of acute diarrheal children.
The incidence was increase in malnourished children (X2 = 6,65 and p = 0,009).
There were no spesific clinical manifestation of rotaviral diarrheal disease.
Conclusions. Rotavirus infection were the most common etiologic agents of very
young diarrheal children < 2 years old, with peak incidence were 12-23 months
old, and the risk factor was undernourished.
keywords; Diarrhe, rotavirus, factor risiko
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu
penyebab utama kematian dan kesakitan
pada bayi dan anak balita di negara
sedang
berkembang.(1)
Secara
keseluruhan anak dan bayi dapat
mengalami rata-rata 3,3 episode diare per
tahun dan di beberapa tempat lebih dari 9
episode per tahun.1 Di daerah dengan
episode yang tinggi ini, seorang balita
menghabiskan 15% waktunya dengan
diare. Sekitar 80% kematian terjadi pada
dua tahun pertama kehidupan.(1)
Kematian karena diare merupakan
bagian terbesar dari tingginya angka
kematian bayi dan anak di negara sedang
berkembang. Penyebab utama kematian
ini adalah karena dehidrasi serta
hilangnya cairan dan elektrolit. Di
Indonesia, sesuai dengan hasil SKRT
1992, diare merupakan penyebab
kematian terbanyak pada anak umur 1-4
tahun dan urutan ketiga setelah gangguan
perinatal dan infeksi saluran nafas pada
bayi.(2)
Dengan
meningkatnya
teknik
pemeriksaan laboratorium, 80% mikro
organisme penyebab penyakit diare telah
di ketahui, yaitu virus, bakteri dan
parasit. Rotavirus merupakan penyebab
terbanyak pada bayi dan anak umur di
bawah 2 tahun dan berperan utama
terhadap tingginya angka kesakitan.(3–8)
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat
140 juta kasus diare rotavirus dengan
hampir 1 juta kematian terjadi setiap
tahun.(4) Di Amerika Serikat, rotavirus
merupakan penyebab diare pada 35%50% kasus diare yang di rawat inap.
Suatu
penelitian
di
Washington
menemukan adanya anti bodi terhadap
virus ini pada lebih 90% anak berumur 3
tahun.(3) Penelitian multi senter di 5
negara (Cina, India, Meksiko, Myanmar
dan Pakistan) pada tahun 1982-1985,
menemukan ekskresi rotavirus pada 16%
kasus diare dan 2% kontrol.(8) Di
Guatemala dan Banglades didapatkan
infeksi rotavirus sebanyak 10%-20%.(9)
Di Indonesia, penelitian tentang infeksi
rotavirus belum begitu banyak, di
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
Yogyakarta (Juni 1978-Juni 1979)(7)
ditemukan infeksi rotavirus pada 38%
kasus dan di Jakarta didapatkan 47%.(10)
Di negara maju, penurunan angka
kejadian diare erat kaitannya dengan
pemberian air susu ibu (ASI), kurangnya
pencemaran air minum, tersedianya
sarana air bersih dan kebersihan
lingkungan yang baik. Menurut hasil
SKRT 1992,(2) di Indonesia hampir dua
pertiga (63,7%) bayi hanya mendapat
ASI sampai umur 3 bulan dan 32,3%
bayi, hanya mendapat ASI saja sampai
umur 11 bulan. Risiko untuk sering kali
menderita diare beberapa kali lebih besar
pada bayi yang tidak di beri ASI di
banding bayi yang di beri ASI penuh.(1)
Tatalaksana penyakit diare akut
yang utama adalah mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang
hilang akibat diare. Makanan diteruskan
selama anak diare, bahkan harus
ditingkatkan sekurangnya 2 minggu
setelah diare berhenti untuk mencegah
gangguan gizi. Pemberian anti biotika
dan anti parasit tidak ada manfaatnya,
namun sayangnya para Dokter masih
tetap menulis resep atau memberikan
obat-obatan pada semua penderita
diare.(11-15)
Obat-obatan yang diberikan tersebut
pada umumnya tidak efektif, di samping
harganya
yang
mahal,
sering
menimbulkan efek samping yang
memperburuk keadaan penderita serta
munculnya resistensi.(11-13)
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kejadian infeksi rotavirus,
distribusi umur, status gizi penderita dan
pemberian makanan pendamping pada
bayi dan anak penderita diare akut umur
1 bulan - 5 tahun di ruang rawat inap
20
Ilmu Kesehatan Anak RSUP M Djamil
Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian di lakukan secara cross
sectional yang bersifat analitik dan
dilakukan di unit rawat inap SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSUP M. Djamil
Padang selama 6 bulan, mulai 1 Juni
1998 - 30 November 1998. Penderita
yang dimasukkan ke dalam penelitian
adalah semua penderita diare cair
(watery diarrhea) yang berumur 1 bulan
sampai 5 tahun. Pemilihan sampel
dilakukan secara Consecutive sampling.
Kriteria inklusi
Semua penderita diare akut berumur
1 bulan - 5 tahun yang menjalani rawat
inap dari tanggal 1 Juni 1998-30
November 1998, mendapat izin dari
orang
tua
penderita.
Diagnosis
dikonfirmasikan dengan uji gumpal
lateks.
Kriteria eksklusi
Tidak ada izin orang tua, penderita
dengan penyakit penyerta, sudah
mendapat anti biotika atau tidak lengkap
datanya.
Untuk mendeteksi adanya Rotavirus
pada tinja penderita dilakukan dengan
teknik Latex Agglutination memakai alat
Virotect-Rota yang di produksi oleh
Merck.
Analisis data
Hasil penelitian di susun dalam
bentuk tabel dan di analisis secara
statistik. Hubungan antara variabel di
analisis dengan Chi-square test dengan
batas kemaknaan p < 0,05. Semuanya
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
21
dikerjakan
dengan
menggunakan
program komputer EPI INFO 6.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Karakteristik penderita
Dalam kurun waktu penelitian
didapatkan sampel sebanyak 50 orang
bayi dan anak, terdiri dari 31(62%) orang
laki-laki dan 19(38%) orang perempuan.
Umur terbanyak dengan infeksi rotavirus
adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu
70%, sedangkan rotavirus negatif
bulan sebanyak 6 (85,7%) dan umur 1-5
bulan 5 (83,3%) seperti terlihat pada
tabel 1.
Gambaran klinis
diare akut rotavirus
Gejala klinis yang ditemukan pada
penderita diare akut pada penelitian ini
adalah tinja cair pada semua penderita,
demam pada 19 (52,8%) dan muntah
23(50%) penderita rotavirus positif,
sedangkan pada rotavirus negatif demam
17(47,2%) dan muntah 23(50%). Tinja
Tabel 1. Karakteristik Penderita.
Karakteristik
Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Umur (bulan)
1–5
6 – 11
12 – 23
24 – 60
Daerah tempat tinggal
Desa
Kota
Rotavirus
Positif
Negatif Total
14(45,2)
11(57,9)
17(54,8)
8(42,1)
31(100)
19(100)
1(16,7)
9(52,9)
14(70)
1(14,3)
5(83,3)
8(47,1)
6(30)
6(85,7)
6(100)
17(100)
20(100)
7(100)
13(52)
12(48)
kelompok umur 24-60 bulan 85,7%.
Hampir separoh penderita dengan infeksi
rotavirus positif tinggal di kota (tabel
1).
Angka kejadian
Dari 50 penderita yang di teliti
didapatkan 50% mempunyai hasil uji
rotavirus positif.
Distribusi umur
Umur terbanyak rotavirus positif
adalah 12-23 bulan yaitu 14 (70%), di
ikuti oleh umur 6-11 bulan sebanyak 9
(52,9%). Sedangkan pada rotavirus
negatif umur terbanyak adalah 24-60
12(48)
13(52)
25(100)
25(100)
berlendir terdapat pada 7(38,9%)
penderita rotavirus positif dan 11(61,1%)
pada rotavirus negatif. Tidak ditemukan
darah pada tinja penderita rotavirus
positif, sedangkan pada rotavirus negatif
ditemukan 3 (100%).
Dehidrasi dapat ditemukan dari
tingkat yang ringan sampai berat,
dehidrasi berat terdapat pada 13(59%)
penderita rotavirus positif dan 9(41%)
rotavirus negatif. Satu (16,7%) penderita
rotavirus positif mengalami kejang dan
5(83,3%) pada rotavirus negatif (tabel 2).
Rata-rata penderita mengalami 1,18 kali
diare pada rotavirus positif dan 1,25 kali
pada rotavirus negatif. Lama sakit adalah
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
22
5,84 hari dan lama rawat 3,72 hari pada
rotavirus positif, sedangkan pada
rotavirus negatif adalah 5,76 hari dan
3,56 hari. Anti biotika diberikan pada
6(35,3%) penderita dengan rotavirus
positif dan 11(64,7%) rotavirus negatif,
karena ditemukannya lekosit tinja yang
positif (tabel 2)
Tabel 2. Distribusi gejala klinis, hasil
pemeriksaan laboratorium tinja di
hubungkan dengan hasil uji rotavirus.
Gejala
Positif
Demam
klinis/Rotavirus laboratorium
Negatif
Total
19(52,8) 17(47,2) 36(100)
Muntah
23(50) 23(50)
46(100)
Tinja cair
25(50) 25(50)
50(100)
Tinja lendir 7(38,9) 11(61,1) 18(100)
Tinja darah
0(0)
Dehid. berat 13(59)
3(100)
9(41)
3(100)
22(100)
Dehid ringan 12(42,9) 16(57,1) 28(100)
Kejang
1(16,7) 5(83,3) 6(100)
Episode diare 1,18
1,25
1,21
Lama sakit (rata-rata dalam hari)
5,84
5,76
5,80
Lama perawatan (rata-rata dalam hari)
3,72
3,56
3,64
Lekosit (++) pada tinja
6(35,3)
11(64,7)
17(100)
2. ANALISA UNIVARIAN
Faktor risiko
Status gizi
Tabel 3. Hubungan status
gizi dengan infeksi rotavirus.
Status gizi
Rotavirus
Positif Negatif
Total
Gizi kurang 15(71,8) 6(28,2) 21(42)
Baik
10(34,5) 19(65,5) 29(58)
Total
25(50.0) 25(50)
50(100)
2
X = 6,65 df = 1 p = 0,009
Sebanyak 71,8% penderita dengan
status gizi kurang mempunyai hasil uji
rotavirus yang positif, sedangkan pada
penderita dengan status gizi baik hanya
34,5% hasil uji rotavirus positif.
Hubungan status gizi penderita dengan
infeksi rotavirus bermakna secara
statistik (p < 0,05, tabel 3).
Pemberian ASI
Tabel 4. Hubungan pemberian ASI
dengan infeksi rotavirus.
ASI
Rotavirus
Positif
Negatif
Total
Ya
14(50)1
4(50)
28(65,1)
Tidak 10(66,7)
5(33,3)
15(34,9)
Total
24(55,8) 19(44,2) 43(100)
2
X = 1,10 df = 1 p = 0,294
Dari 43 penderita yang berumur di
bawah 2 tahun terdapat 28 penderita
yang mendapat ASI, setengah di
antaranya mempunyai hasil uji rotavirus
yang positif, sedangkan pada penderita
yang tidak mendapat ASI 66,7% dengan
hasil uji rotavirus positif. Hubungan
pemberian ASI dengan infeksi rotavirus
tidak bermakna secara statistik (p > 0,05,
tabel 4).
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
Makanan pendamping
Dari 22 penderita yang berumur di
bawah 1 tahun, 13 penderita mendapat
makanan pendamping yang cepat dan
44,5% mempunyai hasil uji rotavirus
positif. Sedangkan dari 9 penderita yang
mendapat makanan pendamping sesuai
anjuran.
Tabel 5. Hubungan umur saat
pemberian makanan pendamping
dengan infeksi rotavirus.
Makanan
Rotavirus
Pendamping Positif Negatif Total
Cepat
6(44,5) 7(55,5) 13(59)
Normal
4(44,5) 5(55,5)
9(41)
Total
10(45,5) 12(54,5) 22(100)
x2 = 0,01 df = 1 p = 0,937
Hubungan pemberian makanan
pendamping dengan infeksi rotavirus
tidak bermakna secara statistik (p > 0,05,
tabel 5).
PEMBAHASAN
Kejadian rotavirus
Kejadian rotavirus yang didapatkan
pada penelitian ini adalah 50%. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil yang di
dapat pada fase akut oleh Djoko Yuwono
& Suharyono W di Jakarta.(10) dan lebih
tinggi dari yang ditemukan Sunarto Y
dkk,(7) pada anak berumur di bawah 12
tahun di Yogyakarta yaitu 38%.
Sedangkan penelitian multi senter pada
anak berumur di bawah 2 tahun di Cina,
India, Meksiko, Myanmar dan Pakistan
menemukan infeksi rotavirus pada 16%
kasus dan 2% pada kontrol.(8) Ahmed
MU dkk,(9) menemukan peningkatan
proporsi rotavirus positif pada spesimen
tinja penderita diare anak dan dewasa
mencapai 54% dan 45% pada bulan
23
September dan Oktober di Bangladesh.
Champsaur H dkk,(33) menemukan
adanya ekskresi rotavirus pada 43% anak
berumur di bawah 2 tahun yang
menderita diare dan 24% anak tanpa
diare yang berobat ke bangsal anak di
Paris dengan menggunakan mikroskop
elektron (ME) dan pemeriksaan ELISA.
Untuk kasus yang terjadi di poliklinik
pada anak berumur di bawah 2 tahun,
Mata L dkk,(5.6) mendapatkan bahwa
rotavirus merupakan agen tersering, yaitu
45,3% dari penyebab diare.
Pickering LK dkk,(27) dalam suatu
penelitian prospektif pada anak berumur
di bawah 3 tahun di tempat penitipan
anak
menemukan
50%
anak
mengekskresikan
rotavirus
secara
asimptomatik sehari sebelum munculnya
serangan diare.
Distribusi umur
Pada penelitian ini ditemukan infeksi
rotavirus terbanyak terjadi pada umur 12
– 23 bulan sebanyak 14 (70%) di ikuti
oleh umur 6-11 bulan 52,9%. Djoko Y,
Suharyono W menemukan infeksi
rotavirus terbanyak pada umur 6 - 24
bulan.(10) Huilan S dkk,(8) mendapatkan
umur tersering infeksi rotavirus adalah 6
– 11 bulan yang merupakan 20% dari
seluruh kasus. Di tempat-tempat
penitipan anak, Pickering LK dkk,(27)
menemukan insiden tertinggi pada umur
di bawah 3 tahun. Champsaur H dkk,(33)
mendapatkan adanya ekskresi rotavirus
tanpa diare pada 71% neonatus, 50%
pada bayi 1 – 6 bulan dan 26% pada
umur
7–24
bulan.
Hal
ini
memperlihatkan bahwa infeksi rotavirus
tanpa
gejala
sering
ditemukan.
Sedangkan respon serologis yang di teliti
secara prospektif oleh Champsaur H
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
dkk,(8) memperlihatkan infeksi rotavirus
tanpa gejala muncul pada 2% neonatus,
20% bayi umur 1 – 6 bulan dan 37%
pada umur 7 – 24 bulan. Sedangkan
Bartlett dkk,(57) menemukan bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna distribusi
umur pada anak yang mengekskresikan
rotavirus tanpa gejala dengan yang
mengalami diare di tempat penitipan
anak.
Perbedaan hasil yang ditemukan dari
berbagai penelitian ini disebabkan
berbedanya cara deteksi rotavirus yang
digunakan dan kelompok umur yang di
teliti.
Gejala klinis
Gejala klinis yang muncul pada
penderita diare rotavirus adalah adanya
diare dengan tinja cair pada seluruh
penderita, disertai lendir 7 (38,9%).
Dehidrasi dapat ditemukan dari tingkat
yang ringan sampai berat, demam
terdapat pada 19(52,8%) penderita
dengan suhu badan dapat mencapai
40oC, di ikuti oleh muntah-muntah pada
23(50%) penderita dan pada 1(16,7%)
penderita mengalami kejang, yaitu
kelompok umur 1 – 5 tahun.
Pada penelitian ini ditemukan adanya
lekosit positif pada 6 (35,3%) penderita
rotavirus positif, hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya infeksi
campuran
dengan
kuman
lain.
Kelemahan dari penelitian ini adalah
tidak dilakukannya pemeriksaan kultur
tinja sehingga kuman penyebab lain tidak
dapat di deteksi. Gejala klinis yang
ditimbulkan oleh infeksi campuran ini
lebih berat, pada seluruh (100%)
penderita ditemukan demam, muntah dan
tinja berlendir. Dehidrasi berat di dapat
pada 5(83%) penderita dan gejala kejang
24
di dapat pada 1(100%) penderita dengan
kemungkinan adanya infeksi campuran
ini.
Dagan R dkk,(24) menemukan lekosit
dalam tinja pada 35% dari 36 penderita
dengan infeksi rotavirus tanpa adanya
kuman
penyebab
lain
yang
teridentifikasi, sehingga di ambil
kesimpulan bahwa gejala klinis serta
bentuk tinja tidak membantu dalam
meramalkan akan adanya rotavirus
dalam tinja penderita. Champsaur H
dkk,(33) menemukan hubungan yang
bermakna secara statistik (p<0,001)
antara ekskresi rotavirus dengan kasus
diare yang di sertai demam dan muntah
(diarrhea, fever, and vomite syndrome =
DFV syndrome). Carr ME dkk,(20)
mendapatkan gejala klinis yang khas dari
100 bayi yang di teliti adalah adanya
demam yang tinggi antara hari ke 2 - hari
ke 5, disertai dengan diare atau muntah
atau keduanya. Gejala awal adalah
demam dengan suhu  40oC di ikuti
dengan diare pada 36 pasien, muntahmuntah terjadi pada 58 pasien.
Sedangkan diare dan muntah ditemukan
pada 4 pasien dan muntah saja tanpa
diare pada 2 pasien. Bardhan PK dkk(35)
melihat bahwa mual dan muntah sering
kali ditemukan pada penderita diare
rotavirus.
Status gizi
Dari 50 penderita yang di teliti, terdapat
21(44%) orang penderita dengan status
gizi kurang, 15(71,8%) memperlihatkan
hasil uji rotavirus yang positif.
Sedangkan pada penderita dengan status
gizi baik 24,5% penderita dengan hasil
uji rotavirus positif. Hasil penelitian ini
memperlihatkan
hubungan
yang
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
bermakna antara status gizi dengan
infeksi rotavirus (p < 0,05).
Dagan R dkk menyatakan bahwa
gangguan gizi merupakan indikator
penting terhadap berat ringannya
penyakit.(24) Hal ini dapat menerangkan
tingginya morbiditas dan mortalitas
karena rotavirus pada anak-anak di
negara sedang berkembang. Soenarto Y
dkk,(7)
dalam
penelitiannya
di
Yogyakarta tidak menemukan hubungan
antara status gizi dengan insiden
rotavirus.
Uhnoo IS dkk,(21) pada percobaan
terhadap
binatang
memperlihatkan
bahwa infeksi rotavirus yang terjadi
bersamaan dengan gangguan gizi akan
menyebabkan
peningkatan
yang
bermakna permeabilitas usus terhadap
adanya bahan dengan molekul besar.
Pemberian ASI
Dari 50 pasien yang di teliti, 28
(65,1%) penderita masih mendapat ASI
saat di teliti dan pada setengah di
antaranya (50%) ditemukan rotavirus
dalam spesimen tinjanya. Sedangkan
pada 19(34,9%) penderita yang tidak
mendapat ASI, ditemukan adanya
rotavirus pada 10 (66,7%) penderita.
Hasil uji statistik X2 memperlihatkan
tidak terdapat hubungan yang bermakna
dengan p > 0,05.
Mata L dkk,(33) di Costa Rica
menemukan bahwa episode diare
berkurang
pada
populasi
yang
mendapatkan ASI, sedangkan Djoko Y
& Suharyono W,(10) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil analisis statistik yang
tidak
bermakna
(p>0,05),
tetapi
memperlihatkan perbedaan persentase
yang cukup tinggi yaitu 32,6% pada
pasien yang mendapat ASI dan 45,8%
25
pada anak-anak yang mendapat susu
botol. Cushing AH dkk,(32) juga
mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna antara kelompok ASI dan
non ASI.
Makanan pendamping
Di antara 19 penderita yang berumur
di bawah 1 tahun di lihat hubungan
pemberian makanan pendamping dengan
infeksi rotavirus. Ternyata dari 10
penderita yang mendapatkan makanan
pendamping cepat, 6(44,5%) penderita
mempunyai hasil uji rotavirus positif,
angka ini sama dengan yang di dapat
pada penderita yang mendapat makanan
pendamping sesuai anjuran. Hasil uji
statistik memperlihatkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara
pemberian makanan pendamping yang
cepat dengan infeksi rotavirus (p > 0,05).
Belum di dapat laporan penelitian
tentang hubungan pemberian makanan
pendamping dengan infeksi rotavirus.
KESIMPULAN
Kejadian infeksi rotavirus terbanyak
di dapat pada anak berumur di bawah 2
tahun, umur puncak kejadian infeksi
rotavirus adalah umur 12 – 23 bulan
dengan gambaran klinis infeksi rotavirus
yang tidak khas Keadaan kurang gizi
dapat meningkatkan risiko infeksi
rotavirus, sedangkan pemberian ASI dan
makanan pendamping tidak mempunyai
pengaruh terhadap kemungkinan risiko
infeksi rotavirus.
Perlu dilakukan penelitian dengan
sampel yang lebih besar pada seluruh
kelompok umur, mulai dari neonatus
yang menjalani rawat inap maupun yang
datang ke rawat jalan sehingga di dapat
data yang lebih lengkap.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
26
Bulletin of the World
Organization 1991;69:549-55.
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat
Jendral
Pemberantasan
Penyakit
Menular dan Penyehatan Pemukiman.
Buku Ajar Diare. Jakarta : DepKes RI,
1995 ; 3-16.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depatemen Kesehatan dan
Biro Pusat Statistik. Survei Kesehatan
Rumah Tangga. Jakarta : DepKes RI,
1994 ; 36 –45.
Ho MS, Glass RI, Pinsky PF, Anderson
LJ. Rotavirus as a cause of diarrheal
morbidity and mortality in United
States. J Infect Dis, 1988;5:1112-6.
Le Baron CW, Lew J, Glass RI, Weber
JM, Ruiz-Palacios GM. Annual
rotavirus epidemic patterns in North
America. JAMA, 1990;264:983-8.
Kapikian
AZ,
Chanock
RM.
Rotaviruses. Dalam: Fields, BN, Knipe
DM, Howley PM et al, penyunting.
Fields
Virology,
edisi
ke-3.
Philadelphia:
Lippincot-Raven,
1996;1657-1708.
Beards GM, Desselberger U, Flewett
TH. Temporal and geographical
distributions of human rotavirus
serotypes, 1983 to 1988. J Clin
Microbiol, 1989;27:2827-33.
Sunarto Y, Sebodo T, Ridho R, dkk.
Acute diarrhea and rotavirus infection
in newborn babies and children in
Yogyakarta Indonesia from June 1978
to June 1979. J Clin Microbiol 1981;
14: 123-9.
Huilan S, Zhen LG, Mathan MM, et al.
Etiology of acute diarrhea among
children in developing countries: A
multicentre study in five countries.
9.
Health
Ahmed MU, Urasawa S, Taniguchi K,
et al. Analysis of human rotavirus
strains prevailing in Bangladesh in
relation to nation wide floods brought
by the 1988 Monsoon. J Clin Microbiol,
1991;29:2273-9.
10. Yuwono D, Suharyono W. Infeksi
rotavirus dan kaitannya dengan cara
pemberian air susu pada penderita akut
gastroenteritis. Medika,1985;12:1170-3.
11. Warsa UC. Perkembangan resistensi
bakteri
di
masyarakat.
Majalah
Kedokteran Indonesia 1992;42:437.
12. WHO. The rational use of drugs in the
management of acute diarrhea in
children. WHO Geneva 1990.
13. Dialogue on diarrhoea, 42. Drugs and
childhood
diarrhoea.
London:
AHRTAG, 1990.
14. Sunoto. Penyakit radang usus: infeksi.
Dalam : Markum AH, Ismael S, Alatas
H,
Akib
A,
Firmansyah
A,
Sastroasmoro S, penyunting. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 1991; 448 – 71.
15. Noerasid H, Suraatmadja S, Oemi PA.
Gastroenteritis (diare) akut. Dalam:
Suharyono, Boediarso A, Halimun EW,
Eds. Gastroenterologi anak praktis,
edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 1994 ; 51-76.
16. Ansari SA, Sattar Sa, Springtharpe VS,
Wells GA, Tostowaryk W. In vivo
protocol for testing efficacy of hand
washing agents against viruses and
bacteria : experiments with rotavirus
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
and escherichia coli. J Microbiol,
1989;55:3113-8.
17. Ansari SA, Springtharpe VS, Sattar SA.
Survival and vehiculum spread of
human rotavirus: possible relation to
session of outbreaks. Rev Infect Dis,
1991;13:448-62.
18. Holmes IH, Ruck BJ, Bishop RF,
Davidson GP. Infantile enteritis virusses
: Morphogenesis and morphology. J
Virol, 1975;16:937-43.
19. Urasawa S, Urasawa T, taniguchi K, et
al. Survey of human rotavirus serotypes
in different locales in Japan by enzymelinked immunosorbent assay with
monoclonal antibodies. J Infect Dis,
1989;60:44-51.
20. Carr ME, Mc Kendrick DW, Spyndakis
T. The clinical features of infantile
gastroenteritis due to rotavirus. Scand J
Infect Dis, 1976;8:241-3.
21. Uhnoo IS, Freihorst, Riepenhoff-Talty
M, Fisher JE, Ogra PL. Effect of
rotavirus infection and malnutrition on
uptake of a dietary antigen in the
intestine. Pediatr Res, 1990;27:153-60.
22. Mavromichalis J, Evans N, Mc Neish
As, ET AL. Intestinal damage in
rotavirus and adenovirus gastroenteritis
assesed by D-xylose malabsorption.
Short reports:589-91.
23. Holm S, Anderson Y, Gothefors L,
Lindberg
T.
Increased
protein
absorption after acute gastroenteritis in
children. Acta Paediatr, 1992;81:585-8.
24. Dagan R, Bar-David Y, Sarov B, et al.
Rotavirus diarrhea in Jewish and
Bedouin children in the Neger region of
Israel : Epidemiology, clinical aspects
27
and possible role of malnutrition in
severity of illness. Pediatr Infect Dis
1990;9:314-21.
25. Ward RL, Bernstein DI, Young EC,
Sherwood JR, Knowlton DR, Schiff
GM. Human rotavirus studies in
volunteers : Determination of infectious
dose and serological response to
infection. J Infect Dis,1986;154:871-82.
26. Bishop RF, Davidson GP, Holmes IH,
Ruck BJ. Virus particles in epithelial
cells of duodenal mucosa from children
with acute non-bacterial gastroenteritis.
Lancet, 1973;12:1281-3.
27. Pickering LK, Bartlett AV, Woodward
WE. Acute infectious diarrhea among
children in day care : Epidemiology and
control. Rev Infect Dis, 1986;8:539-47.
28. Pickering LK, Bartlett AV, Reves RR,
Morrow A. Asymptomatic excretion of
rotavirus before and after rotavirus
diarrhea in children in day care centers.
J Pediatr, 1988;112:361-5.
29. Guerrant RL, Hughes JM, Limn NL,
Crane J. Diarrhea in developed and
developing countries : Magnitude
special settings, and etiologies. Rev
Infect Dis, 1990;12:41-50.
30. Champsaur H, Questiaux E, Prevot J, et
al. Rotavirus carriage : asymptomatic
infection, and disease in the first two
years of life. J Infect Dis,
1984;149:667-74.
31. Eiden JJ, Verleur DG, Vonderfecht SL,
Yolken RH. Duration and pattern of
asymptomatic rotavirus shedding by
hospitalized children. J Pediatr Infect
Dis , 1988;7:564-9.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
32. Butz AM, Fosarelli P, Dick J, Cusack T,
Yolken R. Prevalence of rotavirus on
high-risk fomites in day care facilities.
Pediatr, 1993;92:202-5.
33. Cushing AH, Anderson L. Diarrhea in
breast-fed and non-breast-fed infants.
Pediatr, 1982;70:921-5.
34. Mata L, Jimerez P, Allen MA, et al.
Diarrhea and malnutrition: breast
feeding intervention in a transitional
population. Dalam : Holme T, holmgren
J, Merson MH, Mollby R, penyunting.
Acute enteric infections in children.
New Prospects for treatment and
prevention. Elsevier: North Holland
Biomedical, 1981:233-51.
28
in pediatric stool samples. J Clin
Microbiol, 1988;26:1189-43.
40. Dennehy PH, Gauntett DR, tente WE.
Comparison of nine commercial
immunoassays for detection of rotavirus
in fecal specimens. J Clin Microbiol,
1988;26:1630-4.
41. Doern GV, Herrmann JE, Henderson P,
Stobbs-Walro D, Perron DM, Blacklow
NR. Detection of rotavirus with a new
polyclonal
antibody
enzyme
immunoassay (Rotazyme II) and a
commercial latex agglutination test
(Rotalex):
Comparison
with
a
monoclonal
antibody
enzyme
immunoassay. J Clin Microbiol,
1986;23:226-9.
35. Hopkins RS, Gaspard GB, William FP,
Karlin RJ, Cukor G, Blacklow NR. A
community waterborne gastroenteritis
out break : Evidence for rotavirus as the
agent.
Am
J
Public
Health,
1984;74:263-5.
42. Wilde J, Van R, Pickering L, Eiden J,
Volken R. Detection of Rotaviruses in
the daycare environment by reverse
transcriptase polymerase chain reaction.
J Infect Dis 1992;166:507-11.
36. Bardhan PK, salam MA, Malta AM.
Gastric emptying of liquid in children
suffering
from
acute
rotaviral
gastroenteritis. Gut, 1992;33:26-9.
43. Xu L, Harbour , Mc Crae MA. The
application of polymerase chain
reaction to the detection of Rotaviruses
in faeces.J Virol Method1990;27:29-38.
37. Davidson GP, Gall DG, Petric M,
Butler DG, Hamilton JR. Human
rotavirus
enteritis
induced
in
conventional Piglets. J Clin Inves,
1977;60:1402-9.
44. Guarino A, Canani RB, Russo S, et al.
Oral immunoglobulins for treatment of
acute rotaviral gastroenteritis. Pediatr,
1994;94:12-6.
38. Suharyono.
Cara
pemeriksaan
Rotavirus.
Dalam:
Suharyono,
Boediarso A, Halimun EW, Eds.
Gastroenterologi anak praktis, edisi ke2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1994 ;
371-7.
39. Thomas EE, Puterman ML, Kawano E,
Curran M. Evaluation of seven
immunoassays for detection of rotavirus
45. Guarino A, Guandalini S, Albano F,
Mascia A, De Ritis G, Rubino A.
Enteral immunoglobulins for treatment
of proctacted rotaviral diarrhea. J Peditr
Infect Dis, 1991;10:612-4.
46. Ward RG, Bernstein DI, Knowlton DR,
et al. Prevention of surface to human
transmission of rotaviruses by treatment
with disinfectan spray. J Clin Microbiol,
1991;29:1991-6.
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Infeksi Rota Virus Pada Bayi dan anak
47. Bishop RF, Barnes GL, Cipriani E,
Lund JS. Clinical immunity after
neonatal rotavirus infection. N Engl J
Med, 1983;309:72-6.
48. Bhan Mk, Lew JF, Srizawal S, Das BK,
Gentsch JR, Glass RI. Protection
conferred by neonatal rotavirus
infection against subsequent rotavirus
diarrhea. J Infect Dis, 1993;168:282-7.
49. Bernstein DI, Sander DS, Smith VE,
Schiff GM, Ward RL. Protection from
rotavirus
reinfection:
2
years
prospective study. J Infect Dis,
1991;164:277-83.
50. Vesikari T. Clinical trials of live
rotavirus
vaccines:
The
finish
experience. Vaccine, 1993;11:255-61.
29
and young children in Venezuela. N
Engl J Med, 1997;337:1181-7.
56. Coffin SE, Mosr CA, Cohen S, Clark
HF, Offit PA. Immunologic correlates
of protection against rotavirus challenge
after intramuscular immunization of
mice. J Virol, 1997;71:7851-6.
57. Mata L, Simhon A, Padilla R, et al.
Diarrhea associated with Rotavirus
enterotoxigenic
Escherichia
coli,
Campylobacter, and ather agent in
Costarican children, 1976-1981. Am J
Trop Med Hyg 1983; 32:146-53.
58. Bartlett III AV, Reves RR, Pickering
LK. Rotavirus in infant toddler daycare
centers : Epidemiology relevant to
disease control strategies. J Pediatr
1988;113:435-41.
51. Kapikian AZ, Hoshino Y. Current
topics in Microbilogy and Immunology,
volume 185. Heidelberg: Spriger
Verlag, 1994 ; 179-227.
52. Kapikian AZ, Flores J, Hoshino Y, et al.
Rotavirus : The major etiologic agent of
severe infantile diarrhea may be
controllable by a ‘Jennerian’ aproach to
vaccination. J Infect Dis1986;153:815-2
53. Chen SC, Fynan EF, Robinson HL, et
al. Protective immunity induced by
rotavirus DNA vaccines. Vaccine,
1997;15:899-902.
54. Ward RL, Knowlton DR, Zito ET,
Davidson BL, Rappaport R, Mack ME.
Serologic correlates of immunity in
tetravalent reassortant rotavirus vaccine
trial. J Infect Dis, 1997;176:570-7.
55. Perez-Schael I, Guntinas MJ, Perez Met
al. Efficacy of the Rhesus rotavirusbased quadrivalent vaccine in infants
Majalah Kedokteran Andalas Vol.22. No. 1. Januari – Juni 1998
Download