The Headline - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 BROADBAND Tahun 2005 tampaknya akan menjadi era broadband, era yang akan menandai berakhirnya periode awal Internet (dial-up), yang berkembang sejak 20 tahun lalu. Ke depan, akses Internet akan semakin banyak menggunakan broadband, sehingga tahun 2005 dianggap sebagai titik balik perkembangan Internet dunia dengan digunakannya secara luas akses Internet broadband. Berbeda dengan era sebelumnya, dimana akses Internet, bukan saja tak cepat, kapasitasnya juga relatif kecil, sehingga berbagai konten yang berkembang juga masih terbatas. Namun, dalam era broadband, yang justru akan banyak berkembang adalah aplikasi-aplikasi baru yang membutuhkan bandwidth yang besar (new bandwidth-intensive applications), seperti video dan musicon-demand, multi-player online games, voice dan video communications, serta online shopping and learning . Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, diperkirakan akan mendapatkan momentum baru perkembangannya ke depan. Tetapi, di sisi lain, para ahli memperkirakan era tersebut tak akan berlangsung lama, paling-paling sekitar 5 tahun dan kemudian akan tergantikan dengan era yang lebih baru, yang disebut BOD (bandwidth-on-demand). Pada era baru itu, kebutuhan bandwidth akan semakin mudah didapat dan berkapsitas jauh lebih besar. Ibarat air, bandwidth nantinya akan mengalir seperti air yang keluar dari kran air. Tersedia kapan dibutuhkan dan biaya sesuai dengan besarnya kapasitas yang digunakan. Dengan begitu, semakin banyak konten yang akan berkembang dan, pada saat yang sama, akan memicu ledakan informasi, kreasi dan berbagai inisiatif baru, dari konten pengetahuan, bisnis hingga hiburan. Perkembangan broadband, boleh dikata, berjalan sangat cepat. Jumlah pelanggannya di seluruh dunia meningkat tajam, dari hanya sekitar 100 juta akhir 2003, pertengahan 2004 telah mencapai 123 juta dan akhir 2004 mencapai 145 juta. Kemudian, pada tahun 2008, sebagaimana diprediksi Yankee Group, jumlah akan meningkat hingga sekitar 325 juta pelanggan. Namun, dari sisi teknologi, perkembangannya akan berjalan tanpa terjebak dalam mempertentangkan antara DSL vs cable modems atau fixed-line vs wireless . Meski, perkembangan nirkabel menuju layanan 3G atau 4G, juga tak kalah seru. Ke depan, pilihan yang tersedia sangat banyak, mulai dari sambungan kabel hingga nirkabel, mulai dari ADSL, ADSL2+, VDSL, VDSL2, Ethernet, hingga Wi-Fi, 802.16 (WiMAX), dan FTTH atau FTTB. Nantinya, juga akan berkembang ke MBWA. Selain WiMAX, masih ada jalur lainnya, yang akan menjadi pesaingnya, yakni Flash-OFDM. Di sisi lain, harus diakui bahwa kehadiran teknologi ADSL menjadi berkah bagi incumbent, karena dengan mengandalkan jaringan kabel yang dimiliki, mereka mendapat peluang baru untuk meraih kurva baru pertumbuhan bisnisnya dengan meningkatkan kapasitasnya menuju broadband, juga tambahan investasi. Namun, peningkatan akan berjalan lebih cepat dan akan terus meningkat. Melihat perkembangan seperti itu, layaklah majalah eBizzAsia yang ada di tangan Anda para pembaca, mengupas masalah tersebut dalam “The Headline” edisi ini. Berlomba di Jalur Broadband Ke depan, broadband diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena semakin luas digunakan, baik oleh http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,01.htm (1 of 2)7/30/2005 8:18:35 PM The Headline - eBizzAsia Januari 2005 pengguna pribadi, kalangan pemerintahan maupun bisnis di seluruh dunia. Langkah Baru Broadband Ada banyak teknologi yang dapat digunakan untuk membangun layanan broadband atau value-added broadband . Perlu kejelian tersendiri dalam memenentukan pilihan dan menerapkannya. Prospek, Tapi Masih Mahal Broadband diperkirakan akan terus berkembang, namun ketersediaan infrastruktur harus dibarengi dengan pengembangan jenis layanan dan konten. "Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband." Saat ini, broadband bukan saja menjadi perbincangan luas, melainkan juga telah diterapkan dan digunakan oleh puluhan bahkan ratusan juta orang di seluruh dunia. Ratusan negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan jaringan broadband, baik melalui kabel maupun nirkabel, yang dari waktu ke waktu kapasitasnya terus meningkat. Kemampuan yang meningkat itu, pada saat yang sama, memungkinkan broadband digunakan tidak hanya untuk komunikasi suara, melainkan juga data dan video secara lebih baik. Akibatnya, jenis penggunaannya pun semakin bervariasi, yang kemudian juga membuka peluang baru pengembangan berbagai konten secara luas. Belajar dari Online Games Online game berhasil memicu bisnis bernilai miliaran dolar. Bagaimana keberhasilan itu juga akan mendorong konten-konten lainnya? Melongok Ground Zero Broadband Dunia Dampak teknologi kadang tak terduga, bahkan, boleh dibilang, cenderung absurd, seperti dijumpai pada layanan broadband di Korea Selatan. IPTV Andalan Broadband Thailand Pelanggan Internet broadband di Thailand meningkat pesat. Kalau pada 2003 jumlahnya hanya 12,000, maka akhir 2004 jumlah itu membengkak menjadi 250,000 pelanggan. © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,01.htm (2 of 2)7/30/2005 8:18:35 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Berlomba Di Jalur Broadband Ke depan, broadband diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena semakin luas digunakan, baik oleh pengguna pribadi, kalangan pemerintahan maupun bisnis di seluruh dunia. Di suatu rumah sakit militer kecil di Guam, 3.300 mil Barat Hawaii , wilayah Amerika paling Barat, seorang pasien jantung terbaring tak sadarkan diri. Sebuah kateter dimasukkan dengan sangat hatihati ke ruang kanan jantung pasien. Operasi semacam itu sudah sering dilakukan di rumah sakit itu. Sementara, Dr. Benjamin Berg, yang mensupervisi seluruh kegiatan operasi tersebut berada di depan komputernya di Tripler Army Medical Center , Honolulu yang jaraknya sekitar 3.500 mil dari si pasien. Ia mendiktekan prosedur yang harus dilakukan oleh seorang dokter yang belum berpengalaman dalam melakukan operasi itu. Melalui komputernya, Dr. Berg mengawasi setiap gerakan menggunakan kamera video beresolusi tinggi, dimana pada saat yang sama, ia memperoleh data dari kateter yang dimasukkan ke jantung pasien. "Informasi real-time yang diperoleh dari jarak ribuan mil itu jelas membutuhkan koneksi broadband,” ujar Berg. "Kelambatan dalam memperoleh data aktual mengenai tekanan di jantung pasien tak boleh terjadi,” tambahnya. Karenanya, data dan informasinya harus benar-benar realtime , sehingga proses operasi dapat berjalan sebagaimana layaknya operasi dengan kehadiran dokter ahli bedah jantung. Sebaliknya, keterlambatan dalam memperoleh data dapat mengakibatkan tindakan yang diambil menjadi tidak lagi sesuai dengan kondisi nyata di ruang operasi. Contoh lainnya, sebagaimana dilakukan Dr. Bruce Dunn dari rumah sakit Clement J. Zablocki Veterans Administration di Milwaukee. Dr. Dunn merupakan salah satu orang pertama di Amerika yang menciptakan praktik "telepathology", yang melayani sejumlah rumah sakit dalam area 200 mil http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (1 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 dari RS Clement. Melalui koneksi broadband, komputernya menerima imej video dari perangkat mikroskop yang dikendalikan secara jarak jauh, contohnya di RS Iron Mountain, Wisconsin, yang digunakannya untuk mendiagnose penyakit kanker dan berbagai penyakit lainnya yang terkait. Begitu juga, semakin banyak dokter yang kini saling tukar-menukar arsip digital mereka, misalnya hasil sinar-X, yang tak membutuhkan koneksi real-time , tetapi tetap memerlukan jejaring berkecepatan tinggi. Selain itu, pemanfaatan teknologi broadband ini pun akan membantu banyak hal lainnya, misalnya peningkatan jumlah tenaga kerja, penanganan klaim medis, pemrosesan asuransi dan kegiatan administrasi lainnya. Dan, ini bukan hanya menjadi monopoli negara-negara maju saja, melainkan dapat dimanfaatkan oleh banyak negara asal memiliki dukungan infrastruktur yang cukup untuk itu. Gambaran ini merupakan ilustrasi salah satu kegunaan akses Internet kecepatan tinggi alias broadband . Meski terdengar sedikit mewah, namun ke depannya hal ini akan semakin diperlukan, yang boleh jadi akan berhasil menyelamatkan ribuan pasien jantung misalnya. Dari sini terlihat bahwa broadband , selain potensial digunakan untuk berbagai keperluan komunikasi bisnis dan hiburan, tetapi sangat penting digunakan untuk berbagai proyek yang revolusioner, misalnya dalam kegiatan pendidikan, kesehatan maupun keamanan publik. Era Broadband Tahun 2005 tampaknya akan menjadi era broadband, era yang akan menandai berakhirnya periode awal Internet ( dial-up ), yang berkembang sejak 10 tahun lalu. Ke depan, akses Internet akan semakin banyak menggunakan broadband, sehingga tahun 2005 mendatang dianggap sebagai titik balik perkembangan Internet dunia dengan digunakannya secara luas akses Internet broadband. Broadband merupakan istilah yang sudah lama dikenal, khususnya di kalangan pengguna Internet. Secara sederhana, broadband dapat diartikan sebagai jalan yang lebar untuk koneksi Internet, sehingga memberikan akses yang jauh lebih cepat dibandingkan yang didapatkan dari koneksi modem dial-up biasa. Selain itu, broadband dikenal juga sebagai koneksi tanpa putus ( always on ). Kecepatannya, biasanya, 10-20 kali dibandingkan kecepatan modem dial-up yang ada saat ini. Kalau modem dial-up bekerja antara 30 hingga 50 Kbps ( kilobits per second ), maka koneksi broadband bekerja antara 256 Kbps dan 10 Mbps, tergantung layanan yang dipilih. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (2 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Di Indonesia layanan broadband dipelopori oleh PT Telkom Tbk., sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi terbesar, dimana setelah sukses melakukan digitalisasi jaringan PSTN, Telkom memperkenalkan plaftform ISDN ( integrated services digital network ), yang bernama Pasopati (paduan solusi kecepatan tinggi). ISDN, semula ditujukan sebagai terobosan layanan broadband yang dapat mengakomodasikan baik layanan suara, data maupun video sekaligus. Namun, kurang berhasil dalam penerapannya di lapangan. Belakangan, Telkom mengembangkan layanan broadband yang disebut Speedy, yang memiliki kecepatan downstream 384 Kbps dan upstream 64 Kbps. Meski belum pas dikatakan broadband sebagaimana definisi di atas, namun layanan Speedy dan layanan broadband lainnya merupakan awal pendorong perkembangan broadband di Indonesia. Namun, ke depan, tentu kapasitas dan kecepatannya akan terus ditingkatkan. Tetapi, harganya pun mestinya lebih murah dibandingkan yang sekarang. Maraknya operator incumbent yang memperkenalkan broadband dengan memanfaatkan teknologi ASDL ( asymmetric digital subscriber line ), sekaligus juga sebagai pendorong perkembangan bisnis telekomunikasi, baik di dunia maupun di Indonesia, yang mulai stagnan pertumbuhannya. Korea Telecom (Korsel), NTT Japan, British Telecom, France Telecom, Deutsche Telecom AG, Cina Telecom, Verizon (USA) dan ratusan pemain baru CLEC ( competitive local exchange carrier ) merupakan beberapa operator dunia yang telah mengambil manfaat bisnis dari penggunaan teknologi broadband xDSL ini. Tercatat, pada tahun 2003, sekitar 65 persen dari 100 juta pelanggan akses broadband di seluruh dunia menggunakan xDSL. Ke depan, banyak kalangan menyetujui eranya akan menjadi era broadband, yang kapasitas dan teknologinya akan terus berkembang. Akses Internet berkapasitas besar itu diperkirakan, bahkan, akan semakin mendorong atau pemicu perkembangan berbagai bisnis lainnya, termasuk bisnis konten. Akses Internet berkapasitas besar, tentu saja tak akan banyak manfaatnya, kalau pada saat yang sama, tak diikuti dengan, misalnya perkembangan konten, ketersediaan layanan yang murah, dan mudah didapatkan. Karenanya, era broadband ini nantinya akan ditandai dengan berkembangnya berbagai aplikasi yang membutuhkan bandwidth besar ( new bandwidth-intensive applications ), antara lain video dan music-on-demand, multi-player online games, voice dan video communications, serta online shopping and learning . Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, karena kecepatan aksesnya sangat lambat dan kurang mendukung berbagai aplikasi berkapasitas besar, diperkirakan akan mendapatkan momentum baru perkembangannya. Tetapi, para ahli memperkirakan era ini tak akan berlangsung lama, paling-paling sekitar 5 tahun dan kemudian akan tergantikan oleh era yang lebih baru, yang disebut BOD ( bandwidth-ondemand ). Pada era baru itu, kebutuhan bandwidth akan semakin mudah didapat dan berkapsitas jauh lebih besar. Ibarat air, bandwidth nantinya akan mengalir seperti air yang keluar dari kran air. Tersedia kapan dibutuhkan dan dengan biaya yang akan disesuaikan pada besarnya kapasitas bandwidth yang digunakan. Perkembangan era ini terlihat dari semakin intensifnya negara-negara maju mengembangkan broadband, meski perkembangan yang spektakular justru terjadi di kawasan Asia . Korea Selatan merupakan salah satu contoh negara di mana perkembangan layanan broadband-nya sangat spektakular dan sekaligus menjadi model yang mendapat perhatian banyak negara lain di dunia. Selain ketersediaan infrastruktur broadband yang luas, kemajuan industri kontennya juga bersinergi dengan perkembangan tersebut. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (3 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Simak saja apa yang telah dicapai negeri ginseng ini. “Dalam kurun waktu dua setengah tahun ke depan, kami berharap lebih dari 70 persen rumah tangga di Korea Selatan ini telah memiliki koneksi Internet berkecepatan akses 20 Mbps, yang memungkinkan mereka men download film yang dapat mereka tonton di high-definition TV,” ujar Chin Daeje, Menteri Informasi dan Komunikasi Korea , yang juga mantan eksekutif Samsung Electronics. “Tahun 2010, sebagian besar rumah tangga Korea sudah akan bermigrasi ke kecepatan 100 Mbps,” ujarnya lebih lanjut. Selain itu, pemanfaatannya juga tampak bervariasi. Diperkirakan sepertiga pengguna Internet Korea secara regular menikmati berbagai hiburan berbasis broadband, misalnya network games, videos on demand dan movies on demand . Begitu juga, TV-TV lokal menyediakan kemungkinan men download beberapa program yang sudah lewat dengan biaya yang sangat murah, hanya 80 sen dolar. Download film juga memberi pendapatan baru, baik kepada para produser film maupun perusahaan TV. Begitu maraknya, sehingga diperkirakan trafik puncaknya lima kali lebuh besar dari yang terjadi di Amerika. “Korea berada paling depan dalam revoluasi broadband, sehingga perusahaan-perusahaan telekomunikasi dunia, bahkan dari Amerika, belajar dari pengalaman Korea ini,” ujar Renee Gamble, analis telekomunikasi Asia dari perusahaan riset teknologi IDC, Singapura. Kemajuan pesat Perkembangan layanan broadband ini boleh dikata sangat pesat. Lihat saja, peningkatan jumlah pelanggannya dari waktu ke waktu. Diperkirakan jumlah pelanggan broadband dunia akan meningkat tajam, dari hanya sekitar 100 juta akhir 2003 (123 juta pertengahan 2004) meningkat menjadi sekitar 325 juta pelanggan pada 2008, seperti diungkapkan hasil riset terbaru Yankee Group. meningkat 110%. Dari 325 juta pelanggan itu, sekitar 200 juta di antaranya menggunakan DSL ( digital subscriber line ), atau meningkat secara tajam dari hanya sekitar 85 juta akhir tahun 2004. DSL Forum malah berani memperkirakan waktu yang lebih cepat, yakni pada akhir 2005, jumlah pelanggan broadband telah mencapai 200 juta. Perkembangan layanan DSL ini, menurut Yankee Group, terutama, dipicu oleh perkembangan di kawasan AsiaPasifik. Pertumbuhan jumlah pelanggan DSL di kawasan Asia Timur dan Selatan, misalnya, eMarketer mengestimasikan bahwa pada 2007 mendatang, di seluruh dunia akan ada sebanyak 250 juta pelanggan broadband. Selain itu, tak kurang dari 500 juta pengguna broadband akan mengakses Internet dari rumah, tempat kerja, sekolah dan berbagai lokasi strategis lainnya. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (4 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Sedang, di Afrika dan Timur Tengah meningkat 107%, serta di Amerika Latin meningkat 104%. Pengguna DSL di Asia Pasifik diharapkan akan meningkat sekitar 20 sampai 30 juta setiap tahun, sementara yang menggunakan cable modem sekitar 8 juta setiap tahunnya. Penerapan DSL yang paling padat di kawasan Asia Timur dipimpin oleh Korea Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 48,6 juta jiwa, dimana 10 juta penduduknya bermukim di Seoul, pada 2004 pengguna Internetnya telah mencapai 35,7 juta. Pada saat yang sama, dari jumlah itu, 84 persennya (30 juta) merupakan pelanggan broadband, baik menggunakan DSL maupun cable modem . Tahun 2008 mendatang target untuk mencapai 100% pelanggan broadband tampaknya akan tercapai, ujar Min Won-ki, Direktur, Divisi Kebijakan Internasional , Kementerian Informasi dan Komunikasi , Korea Selatan. Di Jepang, akhir 2003, jumlah pelanggan broadband-nya diperkirakan sudah mencapai 15 juta orang dan tahun 2004 sebesar 16,2 juta. Sedang di China, jumlah pelanggan broadband via DSL telah meningkat dua kali lipat menjadi 13 juta. Pada Juni 2004, menurut data CNNIC ( China Internet Network Information Center ), jumlahnya telah mencapai 31,1 juta. Hal itu, antara lain dipicu penggunaanya oleh berkembangnya kafe-kafe Internet yang jumlah mencapai 110.000 kafe di seluruh China. Menurut analis industri, David Greggains, pertumbuhan itu memang luar biasa, namun begitu jumlahnya hanya sekitar 6% dari total 217 juta pelanggan telepon China. Di Indonesia, pengguna Internet diperkirakan sebesar 8 juta, sedang pengguna broadbandnya relatif masih sedikit. Sementara Singapura, negara berpenduduk 4,2 juta, dikabarkan telah memiliki sekitar 40% rumah tangga yang terhubung ke Internet menggunakan teknologi broadband. Meskipun harga layanan broadband di Singapura lebih mahal jika dibandingkan dengan di negaranegara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Untuk kawasan Asia Pasifik, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Cina dan Australia. Cina mencatat pertumbuhan 58%, sedang Australia 50%, sehingga jumlah penggunanya telah lebih dari sejuta. Sementara di Amerika Serikat, dari 28,3 juta pelanggan akhir 2003 (data ITU), pada July 2004 menurut riset Nielsen/NetRatings jumlah pengguna broadband telah meningkat menjadi 63 juta, atau 51 persen dari total pengguna Internet. Pengguna Internetnya sendiri meningkat 10% dari 113 http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (5 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 juta pada 2003 menjadi 124 juta pada July 2004. Menurut laporan Federal Communications Commission (FCC), jumlah pelanggan broadbandnya tak setinggi itu, melainkan sekitar 48 juta. Jumlah penduduk Amerika sendiri tak kurang dari 281 juta jiwa (sensus tahun 2000). Di Amerika Utara, perkembangannya juga cukup besar, yakni dari hanya sekitar 34 juta akhir 2003 menjadi sekitar 75 juta pada 2008. Jumlah itu masih akan ditambah 12 juta pengguna (4% dari pasar) dari mereka yang menggunakan akses satelit. Di sisi lain, perkembangan broadband, diperkirakan lebih terdukung dari pengalaman banyak orang yang sebelumnya telah menggunakan Internet, meski sebagiannya langsung menikmati layanan broadband, misalnya TV kabel, tanpa pernah terkoneksi ke Internet. Saat ini, tak kurang dari 800 juta orang yang telah menggunakan Internet di seluruh dunia. Namun, jumlah itu lebih banyak terkonsentrasi di 20 negara (lihat tabel) dengan sekitar 671,3 juta pengguna. Sementara ratusan negara lainnya baru memiliki sekitar 128,7 juta pengguna. Indonesia sendiri, hingga akhir 2004 ini diperkirakan baru memiliki sekitar 8 juta pengguna, yang berarti tingkat penetrasi 3,6 persen. Meskipun banyak negara sesungguhnya telah memiliki "backbone" bandwidth yang berlimpah, yang dapat mereka gunakan untuk mentransmisikan data dari ujung ke ujung wilayah negaranya, namun perkembangan di banyak negara mengalami hambatan atau kemajuannya relatif sangat lambat, termasuk yang terjadi di Indonesia. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (6 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Salah satu hambatannya, selalin pertimbangan investasi yang besar, juga karena selama ini lebih banyak terhenti di jalur backbone . Sedang saluran "the last mile", yang menyampaikan layanannya hingga ke rumah-rumah atau kantor pengguna belum terbangun secara luas, sehingga belum termanfaatkan secara optimal. Juga, belum adanya dukungan yang kuat dari kalangan pemerintah, misalnya strategi pembangunan nasional dimana teknologi informasi (TI) berperan dalam implementasinya, dan hal itu tak banyak mendorong penggunaannya secara luas, baik individu maupun bisnis. Padahal, ke depan, peran transportasi data berkapasitas besar ini dalam ekonomi tak ubahnya sebagaimana sistem transporasi yang ada saat ini, seperti tersedianya jalan raya untuk kendaran maupun jalur kereta api, begitu juga kapal laut atau pesawat terbang. Meskipun perkembangan broadband saat ini boleh dikata masih pada tahap awal, tetapi hal itu pun sudah memberi dampak yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik dalam berkomunikasi maupun berbinis. Sebagaimana diungkapkan Suryatin Setiawan, Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi, PT TELKOM, Tbk., ke depan arah dan peta perkembangan broadband sudah jelas. Tahap-tahap kemajuannya juga sudah jelas, termasuk dukungan perangkat yang akan digunakan, apakah laptop, ponsel, PDA dan lain sebagainya, sesuai dengan komitmen industri. Selain itu, nantinya kapasitasnya akan semakin besar dan penggunaannya akan semakin meluas, serta biayanya pun semakin terjangkau. Namun, perkembangannya juga akan sangat tergantung pada meningkat tidaknya investasi di bidang-bidang lainnya, yang akan mendorong perkembangan ekonomi nasional. Dalam koteks itu, jelas peran jaringan broadband akan sangat berperan, bukan saja meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan telekomunikasi, mendukung layanan dan konten yang dibutuhkan masyarakat, melainkan juga meningkatkan berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial. Insa Broadband dan pembangunan ekonomi Akses Internet broadband memiliki beberapa keuntungan dalam pengembangannya, antara lain terhadap pembangunan ekonomi dan sosial, terutama karena beberapa alasan berikut: Meningkatkan nilai kompetitif bisnis. Meningkatnya produktivitas karyawan dalam penggunaan Internet funtuk berbagai kegiatan kerjanya, termasuk melakukan riset, membaca berita online , menyediakan layanan dan dukungan pelanggan online , mengirim/menerima e-mail dengan lampiran berkapasitas besar, memberi barang dan jasa online , dan juga belajar jarak-jauh. Meningkatkan efisiensi kegiatan supply chain , membangun layanan pelanggan yang lebih baik, dan inter-koneksi antara kantor pusat dan kantor cabang yang saling berjauhan. Meningkatkan perkembangan perusahaan TI, yang saat ini semakin kompetitif di pasar global. Kurangnya akses broadband atau mahalnya akses broadband mendorong terjadinya brain drain ahli TI ke negara-negara yang memiliki dukungan infrastruktur yang lebih maju. Memfasilitasi E-Government melalui percepatan layanan pemerintahan dan mendistribusikan informasi melalui Internet, melakukan proses pengadaan secara online ( government procurement online ) meningkatkan kecepatan dan efisiensi kegiatan pemerintahan secara menyeluruh. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (7 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Berlomba Di Jalur Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Mendorong Teleworking dengan memungkinkan setiap orang bekerja dari rumah tetapi tetap terhubung ke kantor, mengurangi waktu bepergian dan sekaligus menghemat biaya, mengurangi kemacatan lalulintas, dan menurunkan polusi udara. Memperkaya kegiatan belajar-mengajar dan dukungan terhadap perubahan kegiatan pendidikan menuju lebih fokus ke pelajar daripada fokus ke pengajar. Misalnya, karena lebih mudah dan cepatnya akses ke informasi, meningkatkan pel;uang untuk berkomunikasi dan berbagai informasi, mendukung proses pendidikan seumur hidup, memungkinkan memilah-milah sesuai kebutuhan seseorang yang lebih spesifik, menyediakan platform untuk pameran kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Akses ke berbagai media online yang kaya data dan informasi diperkirakan akan semakinmendorong motivasi belajar di semua kalangan umur. Mempromosikan kegiatan Wisata ke kalangan wisatawan maupun para pebisnis, karena konektivitas broadband akan menjadi faktor yang penting dalam menentukan pilihan, baik terhadap hotel dan lokasi yang dipilih para wisatawan. Memungkinkan Teleconferencing, baik untuk keperluan pertemuan keluarga, pribadi maupun bisnis secara cepat, murah dan aman cukup dengan menggunakan Internet, daripada harus bepergian jauh ke suatu lokasi tertentu. Memungkinkan Telemedicine dengan semakin meningkatnya kemungkinan pemberian layanan medis, misalnya diagnosis dan perawatan pasien yang sakit, misalnya yang berada di lokasi yang jauh, yang tak memiliki dokter ahli yang memadai. Hal itu juga memungkinkan para dokter dapat secara cepat dan murah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis di tempat yang jauh, misalnya di luar negeri, guna mendapatkan pandangan atas suatu kasus medis tertentu yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman khusus dalam menanganinya. Menstimulasi E-Commerce dengan memungkinkan akses belanja online dan memajang produk atau layanan informasi dalam media online yang lengkap. Memungkinkan kegiatan Hiburan dan berbagai kegiatan kreatif lainnya, termasuk buku, musik, drama, film, video, pertunjukan hidup ( live performances ) dapat disampaikan ke peminatnya di seluruh dunia melalui Internet. Memungkinkan akses data secara cepat dan mudah melalui Internet, yang dapat dilakukan sendiri oleh para peminat yang membutuhkan, baik dalam kaitan menyampaikan informasi, mengajar dan menyebarluaskan informasi ke masyarakat atau kalangan tertentu. emungkinkan akses ke berbagai layanan dan konten baru dengan tersedianya akses kapasitas besar, seperti: two-way video conferencing, streaming media, managed outsourced services (sewa aplikasi online , tak perlu membeli), serta back up and storage (mencadangkan dan memperbaiki data dari jarak jauh untuk keamanan maupun perbaikan). grafis: gunawan © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,02.htm (8 of 8)7/30/2005 8:18:55 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Langkah Baru Broadband Ada banyak teknologi yang dapat digunakan untuk membangun layanan broadband atau value-added broadband . Perlu kejelian tersendiri dalam memenentukan pilihan dan menerapkannya. Broadband adalah koneksi kecepatan tinggi yang memungkinkan akses Internet secara cepat dan selalu terkoneksi atau “ always on ”. Kalau dirunut ke belakang, sejarah broadband bergerak mulai dari ditemukannya kabel serat optik pada tahun 1950, dimana sebelumnya kebutuhan komunikasi data belum dibutuhkan dalam kecepatan tinggi. Baru pada 1990an muncul kebutuhan yang besar terhadap transfer data kecepatan tinggi dan era broadband mulai. Saat itu, andalannya lebih pada kabel serat optik. Tahun 1999, perkembangan transfer data kapasitas besar dan kecepatan tinggi mulai banyak digunakan, utamanya dengan maraknya layanan TV kabel yang membutuhkan kabel modem. Saat itu, tak kurang dari 1,5 juta pelanggan TV kabel semakin menyemarakkan era baru, broadband. Namun, karena kabel serat optik ini cukup mahal, maka perkembangan broadband boleh dikatakan relatif lambat, dan penggunanya pun terbatas. Belakangan, meski TV kabel sudah banyak pelanggannya, perkembangannya lebih banyak dipicu oleh munculnya teknologi ADSL (asymmetric digital subscriber line). ADSL sanggup melewatkan jutaan bit informasi dalam hitungan detik pada jaringan telepon biasa. ADSL broadband bekerja pada dua kecepatan, menerima dan mengirim data, sehingga sangat cocok digunakan untuk browsing dan mengirim atau menerima e-mail. Kecepatan pengiriman datanya, lebih lambat dibandingkan menerima data. ADSL standar menerima data atau informasi pada kecepatan 2 Mbps (35 kali lebih cepat dari modem standar) dan mengirim data pada kecepatan 256 Kbps ( lima kali lebih cepat). Namun, umumnya rentang kapasitas broadband antara 256 Kbps dan http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (1 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 10 Mbps. Selain ADSL, ada SHDSL Broadband (symmetric high bit rate DSL), yang mampu mengirim dan menerima data pada kecepatan yang sama, yakni hingga 2 Mbps. Karenanya, SHDSL ini sangat cocok digunakan untuk berbagai bisnis yang membutuhkan data dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi, misalnya mengirim dan menerima e-mail dengan lampiran yang besar, file audio dan video. Atau, digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang terhubung ke berbagai aplikasi virtual private network (VPN). Ultrabroadband Broadband semakin menunjukkan perkembangan pesat. Hingga akhir 2004 jumlah pelanggannya telah mencapai 140 juta dan pertumbuhannya sangat cepat. Riset Yankee Group memperkirakan bahwa pada 2008 mendatang akan terdapat 325 juta pelanggan. Karenanya, broadband boleh dibilang merupakan teknologi yang perkembangannya paling cepat dalam sejarah. Kalau telepon bergerak (mobile phone) membutuhkan waktu 5,5 tahun untuk bertumbuh dari 10 juta ke 100 juta pengguna di seluruh dunia, maka broadband mencapainya hanya dalam waktu 3,5 tahun. Pertumbuhan cepat tersebut sebagian besar dipicu oleh perkembangan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik, terutama Jepang dan Korea Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 48,6 juta jiwa, dimana 10 juta penduduknya bermukim di Seoul, pada 2004 pengguna Internet Korea telah mencapai 35,7 juta. Pada saat yang sama, dari jumlah itu, 84 persennya (30 juta) merupakan pelanggan broadband, baik menggunakan DSL maupun cable modem . Tahun 2008, Korea menargetkan untuk mencapai 100% pelanggan broadband. Di sisi lain, meski dapat menggunakan bermacam-macam teknologi, namun operator tak dapat menyediakan semua jenis teknologi itu, dan sebaliknya tak ada satu teknologi untuk semua keperluan layanan broadband. Berbagai variasi pilihan dan aspek bisnis yang didasarkan pada perkembangan kebutuhan, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal, baik dalam layanan maupun perolehan bisnis, perlu menjadi pertimbangan strategis ke depan. Perkembangan ke depan, tampaknya, tak lagi terjebak dalam mempertentangkan antara DSL vs http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (2 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 cable modems atau fixed-line vs wireless . Meski perkembangan nirkabel menuju layanan 3G atau 4G juga tak kalah serunya. Saat ini ke depan, tampaknya akan ada banyak pilihan, mulai dari sambungan kabel hingga nirkabel, mulai dari ADSL, ADSL2+, VDSL, VDSL2, Ethernet, hingga Wi-Fi, 802.16 (WiMAX), dan FTTH (fiber-to-the-home) atau FTTB (fiber-to-the-building). Nantinya, juga akan berkembang MBWA (mobile broadband wireless access). “Tergantung kebutuhannya, beberapa pilihan tersedia dan siap digunakan,” ujar Armando Pereira, GM bisnis optikal, Centillium. “Jika infrastrukturnya belum tersedia, maka nirkabel pilihan yang terbaik. Jika Anda mencoba menghubungkan antar rumah, misalnya berjarak 3 km, sebaiknya gunakan kabel serat optik kalau membutuhkan sambungan yang handal. Untuk jarak yang lebih pendek, gunakan gunakan DSL. Pendekatan campuran, yang memadukan beberapa kapabilitas, oleh John Giametto, Presiden Nortel Networks Asia , disebut sebagai “ultrabroadband”. Ini merupakan pendekatan yang logis untuk melayani beragam kebutuhan terhadap broadband. “Ultrabroadband merujuk pada berbagai kombinasi kebutuhan penyedia layanan,” tambah Giametto. Untuk negara seperti Indonesia dan Thailand , misalnya, yang membangun kabel bukan saja sulit, tetapi juga mahal, alternatif nirkabel menjadi lebih logis. Ini dibuktikan dengan upaya Telkom menggelar layanan ADSL dengan brand TelkomLink Multi Media Access (MMA). Belakangan Telkom juga muncul dengan produk Speedy. Contoh lainnya, India . Di negeri Bollywood ini, terdapat 40 juta sambungan telepon dan sekitar 4 juta komputer. Dengan pasar di mana setiap rumah yang memiliki telepon hanya sepersepuluhnya memiliki PC, maka sebaiknya tidak mengembangkan akses Internet berkecepatan tinggi, melainkan langsung mengembangkan layanan video, karena hampir setiap rumah pasti memiliki TV. Karenanya, perkembangan broadband mestinya mendukung apa yang disebut value-added broadband , yang mampu memberi pengalaman baru yang mudah semudah menghidupkan TV, apapun perangkat yang digunakan. Namun, tantangannya tak berhenti di sana , karena untuk menyediakan layanan seperti itu, yang berarti membutuhkan teknologi multi akses, diperlukan tingkat interoperabilitas yang tinggi, sehingga memudahkan dalam pengelolaan jaringan dan pelanggan. Tantangan lainnya adalah bagaimana operator dapat bekerjasama dengan sejumlah penyedia konten untuk semakin memperkaya layanan dan kontennya. Tantangan untuk menyediakan layanan broadband berbasis pelanggan, dengan begitu, harus terus diupayakan. Andalannya, saat ini, tentunya tak hanya pada jaringan kabel, melainkan juga nirkabel. Namun, ke depan ini setidaknya ada beberapa teknologi yang prospektif untuk itu, yang dianggap sebagai langkah selanjutnya dari perkembangan teknologi broadband, antara lain: Metro Ethernet, VDSL/ADSL 2+, FTTH, IP wireless, CDMA-1x EV-DO dan WiMAX. METRO ETHERNET Metro Ethernet menjanjikan biaya modal dan operasi yang lebih kecil, interoperabilitas multi-vendor, diferensiasi layanan dan memberikan fleksibilitas. Kalangan operator di Asia, seperti Korea, Hong Kong, China daratan, Singapura dan Australia memanfaatkan metro Ethernet sebagai teknologi akses yang menghubungkan ke MPLS ( multi protocol label switching ) backbone . Forum Metro Ethernet telah mendefinisikan enam jenis layanan untuk para penyedia metro http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (3 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Ethernet, antara lain: Ethernet private line, Ethernet relay, Ethernet multipoint services (virtual private LAN service), dan akses Ethernet ke MPLS VPN. Jangkauan Ethernet menjadi lebih luas dengan telah dibangunnya jaringan internasional yang mampu menghubungkan antar jaringan Ethernet mandiri (inter-autonomous international Ethernet network) oleh Hutchison Global Communications (Hong Kong) dan KT Corporation (Korea Selatan), Pengembangannya menggunakan VPLS (virtual private LAN service), teknologi alternatif dari IP-VPN (internet protocol – virtual private network). Seperti IP-VPN, VPLS berjalan di atas jaringan IP/MPLS yang dirancang untuk berintegrasi dengan jaringan pelanggan dan operator. Saat ini, tak hanya operator yang antusias dengan metro Ethernet – organisasi, seperti bank maupun universitas juga banyak menggunakan metro Ethernet guna membangun metro WAN (wide area network) untuk keperluan internal. IP WIRELESS Harapan pelanggan terhadap broadband, tampaknya tak mampu dipenuhi oleh sistem 3G yang ada saat ini. Kecepatannya kalah dibandingkan DSL atau kabel modem. Ada Wi-Fi ( Wireless Fidelity ), meski kecepatannya tinggi, namun jangkauannya kecil dan cocok digunakan untuk lingkungan terbatas, seperti hotspot atau rumah. Kalangan industri tampaknya menoleh ke sistem nirkabel berbasis IP, yang sering juga disebut sebagai “3.5G”, “4G” atau, “real 3G (pendukungnya, antara lain: ArrayComm, Flarion Technologies, IP Wireless dan Navini Networks). “Real” 3G tidak diperoleh dari jaringan suara bergerak yang dioptimalkan untuk data, melainkan dari all-IP WAN (wide-area networks), yang dapat diakses oleh berbagai perangkat, baik modem PC, laptop PC card dan PDA dalam kecepatan megabit. Umumnya sistem IP nirkabel menggunakan teknologi TDD, yang dapat digunakan dalam spektrum terpisah, sehingga kanal downlink dan uplink dapat berjalan dalam frekuensi yang sama, sehingga efisien dalam penggunaan spektrum dan murah. Teknologi ini telah digunakan secara komersial oleh ArrayComm. Melalui iBurst bekerjasama dengan Personal Broadband Australia (PBA) telah dikembangkan layanan wholesale transport service di Sydney. Nextel di Amerika meluncurkan layanan komersial FLASH-OFDM pertama tahun ini. Sementara sejumlah penyedia layanan Asia termasuk Vodafone KK, Telstra, KT Corp., SK Telecom dan Hanaro Telecom, tengah melakukan uji coba. Time dotCom dari Malaysia menerapkan broadband nirkabel dari Navini di kawasan lembah Klang dengan tujuan membangun layanan 3G, Wi-Fi hotspots dan fixed-line broadband sekaligus. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (4 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Teknologi IP wireless yang sedang hangat belakangan ini adalah 802.16a WiMAX (worldwide interoperability for microwave access). WiMAX sangat potensial memperluas jangkauan Wi-Fi, karena kemampuan transfer data yang jauh lebih cepat dan berkapasitas besar, yakni mencapai 80Mbps dalam jarak radius 30 mil. WiMAX bukan akan menjadi satu-satunya backbone komunikasi berbasis broadband, karenanya, nantinya, berbagai perangkat nirkabel akan dapat memanfaatkan keduanya, baik WiMAX maupun Wi-Fi. WiMAX juga merupakan upaya standarisasi antara IP berbasis 802.16 dan WMAN (wireless metropolitan network) broadband berbasis ETSI HiperMAN (high-performance radio metropolitan area network). Di Asia, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, China, India, Malaysia dan Indonesia menunjukkan ketertarikannya pada WiMAX ini, terutama karena kemampuan broadband-nya yang efisien dan mencakup area yang lebih luas. Yang menarik, tak seperti komunikasi generasi kedua (2G) dan ketiga (3G), WiMAX (4G) ini dapat diintegrasikan dengan jejaring kabel Ethernet. Ini semakin memungkinkan pedesaan di pedalaman dapat terhubung menggunakan jejaring kabel Ethernet menggunakan telepon IP (VoIP- voice over internet protocol ). Komunikasi data paket berbasis IP dapat juga dioptimalkan oleh WiMAX. FTTH Saat ini, ADSL dan kabel modem tampak mendominasi lanskap broadband, namun kini semakin banyak juga yang menggunakan apa yang disebut fiber-to-the-home (FTTH), atau fiber-to-thepremises (FTTP), yang mampu mengatasi keterbatasn kabel biasa. FTTH meski potensial, namun beberapa tahun yang lalu masih belum kompetitif, karena harganya relatif mahal. Tetapi beberapa pasar, seperti di Jepang, Korea Selatan, Swedia dan Italia kini memiliki penetrasi FTTH yang cukup kuat, terutama karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap broadband di negara tersebut. Pelanggan FTTH di Jepang awal 2003 lalu telah mencapai lebih dari 233.000 dan akhir Maret 2004, jumlahnya meningkat menjadi 1,1 juta, sementara pelanggan broadband-nya mencapai 15 juta. Namun, pertambahan pelanggan setiap bulannya mencapai 100.000, sementara pelanggan DSL dari tahun ke tahun terus menurun. Banyak pelanggan DSL yang berpindah ke FTTH. Sementara NTT East dan NTT West, yang saat ini mendominasi pasar FTTH Jepang berencana meningkatkan basis pelanggan mereka dari 705.000 akhir Januari menjadi dua juta akhir April 2005. Hal itu dimungkinkan, karena NTT membangun jaringan baru, yakni passive optical network (PON). Di sisi lain, FTTH bukan tanpa saingan. Jaringan kabel yang ada sekarang inipun kabarnya dapat ditingkatkan kemampuannya untuk mendukung Ethernet dan VDSL berkapasitas 50Mbps, yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan FTTH. Jika hal ini terealisasi, maka FTTH jelas akan menghadapi persaingan yang berat dari jaringan kabel tembaga. VDSL/ADSL2+ http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (5 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 ADSL berkemampuan 1,5 Mbps tampaknya akan kadaluarsa. Soalnya, jaringan ini tak lagi mampu menghantarkan kanal video berkualitas broadcast . Menurut analis Yankee Group, video stream MPEG-2 setidaknya membutuhkan kapasitas 2 Mbps; sinyal berkualitas DVD membutuhkan 4 hingga 5 Mbps; dan HDTV (high definition television) membutuhkan sekitar 9 Mbps. Hal itu akan diisi oleh VDSL (very high speed DSL), yang mampu menghantarkan antara 13 Mbps dan 50 Mbps, tergantung jaraknya terhadap DSLAM (digital subscriber line access multiplexer). Layanan ini banyak diminta di Jepang, Korea Selatan dan Hong Kong. VDSL, yang banyak diterapkan di gedung-gedung dan blok apartemen, juga dapat bekerja pada jaringan metro Ethernet dan FTTH. Metro Ethernet membutuhkan DSL pada 10 Mbps untuk menjangkau jaringan pelanggan, sementara FTTH membutuhkannya untuk menjembatani perkabelan di gedung-gedung. Ke depan, teknologi DSL akan terus berkembang menuju ADSL2+ dan ADSL2. Keduanya menawarkan beberapa keunggulan, antara lain fleksibilitas daya, adaptasi yang lebih terbuka, dan meningkatkan interoperabilitasnya. ADSL2+ memiliki frekuensi trafik antara 1,1 MHz dan 2,2 MHz, dan bekerja antara 15 Mbps dan 25 Mbps dengan jarak hingga 6,000 kaki dari DSLAM. CDMA2000 1x EV-DO CDMA (code division multiple access) merupakan teknologi 3G yang kini mulai banyak digunakan, utamanya di Korea Selatan, Jepang, Amerika dan China . Namun, sebenarnya CDMA juga melayani sistem 450-MHz dan WLL (wireless local loop), yang masing-masing sistem dapat ditingkatkan ke CDMA 1x dan EV-DO. Saat ini, menurut CDMA Development Group, setidak ada 19 operator yang menerapkan CDMA-WLL menggunakan sistem 1x, dan satu – Vesper dari Brazil – menerapkan EV-DO. Sembilan operator CDMA450 telah menggunakan layanan berbasis 1x, sedang yang lainnya masih dalam tahap uji coba. Kalangan vendor dan operator mulai melirik EV-DO dan memandangnya sebagai pesaing 802.11 (WiFi), 802.16 (WiMAX) dan 802.20 MBWA (mobile broadband wireless access), baik dalam jangkauan, efisiensi dan biaya. Bagi mereka yang telah menerapkan CDMA diperkirakan tak terlalu sulit meningkat ke EV-DO untuk digunakan sebagai akses broadband last-mile sebagaimana DSL yang berbasis biaya per bit. EV-DO diperkirakan akan mengabil layanan Wi-Fi sebagai solusi “anywhere access” hampir sama dengan IP wireless. Kalangan operator EV-DO, seperti SK Telecom, KDDI dan Verizon telah menawarkan layanan akses data menggunakan EV-DO PC cards. Aplikasi potensial dari EV-DO ini, antara lain untuk digunakan sebagai Wi-Fi hotspot , karena kecepatan akses datanya cukup besar, yakni 3,1 Mbps (downstream) dan 1,8 Mbps (uplink). Selain itu, juga dapat digunakan untuk VoIP. Selain itu, ada juga HSDPA (high-speed data packet access), yang merupakan langkah evolusioner dari W-CDMA dan, yang kurang lebih, setara dengan EV-DO. W-CDMA menjanjikan kecepatan akses data maskimum teoritis hingga 10 Mbps. Di samping itu, perkembangan broadband ke depan juga akan didorong oleh teknologi nirkabel, yang saat ini pelayanannya mulai bergerak dari GPRS ( general packet radio services ), menuju EDGE ( enhanced data rates for global/GSM evolution ) dan, nantinya, WiNMAX dan mobile WiMAX. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (6 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Langkah Baru Broadband - eBizzAsia Januari 2005 Ke depan, WiMAX pun tampaknya akan bersaing ketat dengan standar lainnya, yakni FLASH-OFDM. JCT/Insa grafis: gunawan © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,03.htm (7 of 7)7/30/2005 8:19:09 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Prospek, tapi masih mahal Broadband diperkirakan akan terus berkembang, namun ketersediaan infrastruktur harus dibarengi dengan pengembangan jenis layanan dan konten. Dua penelitian yang dilakukan Alcatel, pertama , terhadap 2,779 pengusaha telekomunikasi di 12 negara Asia Pasifik yakni Australia, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand, yang dilakukan secara online selama Agustus dan September 2004. Kedua , dengan menggunakan responden dari 1,901 pembaca Far Eastern Economic Review (FEER), serta empat focus group yang diikuti professional muda dan para orang tua di Beijing dan Seoul. Diketahui bahwa, sedikitnya 88% pengguna jasa telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, membutuhkan layanan pita lebar yang berbasiskan pelanggan ( customer centric broadband ). Karenanya, tak heran, bila perkembangan broadband ke depan ini akan semakin marak, terutama ketika kalangan operator telekomunikasi dan infokom di seluruh dunia, baik incumbent maupun yang baru, berlomba-lomba membangun jaringan broadband berikut berbagai jenis layanan kontennya. Pacuan tersebut lebih banyak didorong oleh perkembangan teknologi dan standarisasi yang mengikutinya, regulasi dan dukungan pemerintah, yang kemudian memicu berkembangnya berbagai layanan konten dan mendorongkan kebutuhan masyarakat dan kalangan bisnis yang lebih besar dan luas. Layanan broadband tak hanya bertumpu pada akses Internet, melainkan juga dapat berupa layanan video on demand, video streaming hingga pay TV, yang mulai berkembang, misalnya di Hong Kong, di mana layanan broadbandnya berkapasitas minimal 1 Mbps. Broadband Internet, sesungguhnya merupakan suatu layanan yang memadukan antara narrowband http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (1 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 Internet dengan Non-Internet broadband , yang selama ini terpisah dengan karakteristiknya masingmasing. Narrowband Internet yang lebih dikenal sebagai akses Internet, umumnya kecepatannya terbatas ( dial-up ) dan perangkat yang digunakan lebih tertuju pada komputer PC, laptop dan sejenisnya. Bekerja dalam jaringan, namun tak berkemampuan interaktif video. Sedang Non-Internet Broadband , sebagaimana dikembangkan siaran TV atau TV Kabel, lebih bersifat “always on”, kapasitas jaringan tinggi, namun non-interaktif. Perpaduan keduanya, kemudian memunculkan layanan yang berkemampuan video, bersifat interaktif, bekerja dalam jaringan dan lebih berbentuk personalisasi atau yang sering disebut berbasis pelanggan dan itulah broadband Internet. Ke depan layanan broadband akan semakin memiliki karakteristik tersendiri, yakni bersifat interaktif, bekerja dalam jaringan dan lebih personal. Perubahan yang tampak lebih pada, misalnya konten yang sebelumnya pasif menjadi interaktif, jaringan yang terpisah mengalami konvergensi, perangkat yang bersifat mandiri menjadi terkoneksi dalam jaringan, dan konsumennya pun membutuhkan layanan yang lebih personal. Nantinya, bukan saja layanan kontennya yang akan bervariasi, perangkat yang digunakan pun akan sangat beragam. Begitu juga kompetisinya akan semakin ketat, dimana layanan konten seperti musik, video, film, gam akan semakin banyak dikonsumsi, karena akan semakin mudah dan murah, dan layanannya pun akan tersedia 24 jam ( always on ). Internet dan TV Kabel Pengalaman menggunakan Internet, boleh dikata, merupakan salah satu yang sangat besar perannya mendorong banyak orang beralih ke layanan broadband, meski tak sedikit juga orang yang langsung menikmati layanan TV kabel misalnya, yang sebelumnya tak pernah bersinggungan dengan Internet. Tak heran mengapa, sampai saat ini, sebagian besar layanan broadband lebih tertuju pada kebutuhan akses Internet kecepatan tinggi dan kapasitas besar, baik untuk keperluan pribadi, pemerintahan maupun bisnis. Meski perkembangan layanan hiburan juga semakin banyak berkembang. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (2 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 Di Indonesia, perkenalan dengan broadband dipelopori oleh PT Telkom Tbk sebagai penyelenggara telekomunikasi terbesar, yang pada tahun 1993, setelah sukses melakukan digitalisasi jaringan PSTN ( public switched telephone network ), memperkenalkan platform ISDN yang disebut Pasopati - paduan solusi kecepatan tinggi. Namun, dalam kenyataannya ISDN ( integrated services digital network ) kurang mendapat tanggapan dari pengguna dan tak berkembang. Setelah lama berselang, baru kemudian Telkom memunculkan layanan broadband berbasis teknologi ADSL ( asymmetric digital subscriber line ) dengan merek TelkomLink Multi Media Access (MMA). Layanannya masih terbatas dan dimulai di wilayah operasional Divisi Regional II yang meliputi Jakarta Raya, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, serta di DIVRE V Jawa Timur untuk Kota Surabaya. Pada kurun waktu yang sama juga muncul layanan TV kabel, seperti yang dikembangkan Kabelvision dan Indovision, yang juga memberikan pengalaman tersendiri bagi sebagian masyarakat. Belum lama ini, Telkom juga meluncurkan layanan akses Internet broadband baru yang disebut Speedy. Speedy mampu memberikan fasilitas koneksi broadband dengan kecepatan downstream 384 Kbps dan upstream 64 Kbps. Sementara kategori broadband sendiri dipandang sebagai setiap koneksi yang mampu bekerja antara 256 Kbps dan 10 Mbps. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (3 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 Sedang di Amerika, broadband diartikan sebagai setiap koneksi yang mampu bekerja pada kecepatan 200 Kbps, baik upstream maupun downstream . Sedang di Hong Kong, lain lagi, yakni setiap jaringan yang disebut broadband berarti mampu bekerja pada kecepatan minimal 1 Mbps. Perbedaan kategorisasi ini, tentu akan berdampak terhadap jumlah pengguna broadband, dan berarti pula tingkat penetrasinya di suatu negara. Di sisi lain, komunikasi data kecepatan tinggi dan berkapasitas besar sebelumnya banyak dilakukan dengan menggunakan kabel serat optik, hanya saja biaya investasinya cukup mahal, begitu juga biaya koneksinya, sehingga perkembangannya relatif terbatas. Namun, dengan meningkatnya jumlah pengguna Internet, begitu juga kalangan bisnis dan pemerintahan yang membutuhkan koneksi dan akses Internet kecepatan tinggi, semakin mendorong penggunaan kabel serat optik itu. Jepang, Korea Selatan, Swedia dan Italia merupakan negara-negara yang memiliki penetrasi FTTH ( fiber-to-the-home ) yang cukup kuat, terutama karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap broadband di negara tersebut. Awal 2003, Jepang memiliki lebih dari 233.000 pengguna FTTH, dan akhir Maret 2004, meningkat menjadi 1,1 juta, sementara pelanggan broadbandnya secara keseluruhan mencapai 15 juta. Namun, kalau kita amati, secara umum perkembangan FTTH, meski bertumbuh, namun laju perkembangannya belum begitu besar. Yang justru potensial adalah yang belakangan ini mulai marak, yakni pemanfaatan jaringan kabel telepon biasa dengan menggunakan teknologi ADSL. ADSL, yang merupakan salah satu turunan dari rumpun teknologi xDSL, sanggup melewatkan jutaan bit informasi dalam hitungan detik pada jaringan kabel telepon biasa. Lebih dari itu, kabel yang sama, masih dapat digunakan untuk komunikasi suara, selain komunikasi data kecepatan tinggi. Tercatat, pada tahun 2003, kurang lebih 65 persen dari 100 juta pelanggan akses broadband seluruh dunia menggunakan teknologi xDSL ini. Ke depan, perkembangan layanan broadband ini jelas akan meningkat sangat pesat. Hasil riset terbaru Yankee Group menyatakan, bahwa jumlah pelanggan broadband dunia akan meningkat dari sekitar 100 juta pada akhir 2003, kemudian menjadi 123 juta pertengahan 2004, dan akan menjadi sekitar 325 juta pada 2008. Perkembangan itu, selain ditempuh untuk segera mengejar ketertinggalan dari operator nirkabel, baik berbasis GSM maupun CDMA, yang kini telah memasuki teknologi layanan data berkecepatan tinggi (2,5G dan 3G), juga sebagai sumber pendapatan baru kalangan operator incumbent, di luar layanan komunikasi suara yang selama ini dikembangkannya. Munculnya Internet dan sinerginya dengan sistem komunikasi yang memunculkan infokom, membuat perusahaan-perusahaan telekomunikasi konvensional kehilangan bisnis intinya – telekomunikasi suara. Bukan saja kini komunikasi suara dapat menggunakan teknologi berbasis IP dan berkembang juga ke layanan nirkabel, namun hanya menyediakan jaringan telepon saja, kini tak lagi memadai. Sementara investasi baru di jaringan kabel juga tak lagi murah, sedang penambahan SST menggunakan jaringan seluler atau fixed-cellular menjadi lebih mungkin dilakukan. Dengan begitu, peningkatan pertumbuhan bisnisnya dengan investasi yang lebih murah dan cepat pembangunannya, dapat diwujudkan. Karenanya, kehadiran teknologi ADSL ini, boleh dikata menjadi berkah, karena perusahaan incumbent akan memperoleh gairah baru dengan munculnya sumber pendapatan baru dari jaringan http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (4 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 kabel yang dimilikinya. Meski untuk itu, tetap diperlukan investasi tambahan, namun terasa lebih logis untuk dikembangkan karena manfaatnya akan lebih cepat terealisasi. Kurva pertumbuhan kedua para operator incumbent ini pun masih berpeluang berkembang lebih tinggi, seiring peningkatan kemampuan jaringan masuk ke jalur broadband yang lebih stabil dan berkapasitas lebih besar. Misalnya, ke depan, ADSL ini akan berkembang menuju SDSL ( symmetric DSL), yang mampu bekerja pada kecepatan yang sama, baik downstream maupun upstream . Juga, berkembang ke ADSL2+ dan ADSL2. Keduanya menawarkan beberapa keunggulan, seperti fleksibilitas daya, adaptasi yang lebih terbuka, dan meningkatkan interoperabilitasnya. ADSL2+ memiliki frekuensi trafik antara 1,1 MHz dan 2,2 MHz, dan bekerja antara 15 Mbps dan 25 Mbps dengan jarak hingga 6,000 kaki dari DSLAM. Selanjutnya, VDSL ( very high speed DSL), yang mampu menghantarkan antara 13 Mbps dan 50 Mbps Dengan begitu, penggunaan teknologi xDSL akan meningkatkan kualitas komunikasi datanya dan sekaligus diperkirakan akan semakin meningkatkan jumlah pelanggannya secara lebih cepat lagi. Begitu juga, jenis-jenis layanan baru yang sebelumnya tak dapat dilakukan melalui jalur kabel yang dimilikinya. Secara global, peluang bisnis ADSL terlihat cukup menjanjikan. Menurut laporan DSL Forum (www. dslforum.org), pada akhir tahun 2003 pelanggan ADSL di seluruh dunia telah mencapai 100 juta, dimana 63,84 juta di antaranya merupakan pengguna ADSL. China merupakan penyumbang populasi terbesar dengan jumlah pelanggan ADSL sebanyak 10,95 juta (belum termasuk Hong Kong ), kemudian disusul Jepang (10,27 juta), Amerika Serikat (9,12 juta), dan Korea Selatan (6,43 juta). Sedang kalau dilihat dari penetrasi pelanggan broadbandnya, justru Korea menempati urutan teratas dengan 23,3 pengguna per 100 penduduk. Akhir 2004, jumlah pelanggan broadband Korea Selatan telah mencapai 30 juta, baik menggunakan DSL maupun kabel modem. Urutan kedua, Hong Kong (18,2), dan selanjutnya Taiwan (12,5), Jepang (10,7), Singapura (9,4), dan China (0,9). Dari laporan tersebut, terlihat bahwa kawasan Asia Pasifik tetap menjadi pasar terbesar ADSL dengan pangsa pasar lebih dari 32 persen. Di kawasan Asia Tenggara, Singapura menempati posisi teratas untuk tingkat penetrasi ADSL sebesar 12,6 sambungan ADSL perseratus saluran telepon. Bagi Indonesia, khususnya diwakili PT Telkom, yang kini memiliki sekitar 8,72 juta pelanggan telepon kabel, pengembangan broadband berbasis teknologi ADSL, akan menjadi ceruk pasar tersendiri. Meski tak seluruhnya jaringan lokal kabel tembaga di Indonesia layak secara teknis http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (5 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 ditingkatkan kegunaannya dengan teknologi ADSL menjadi layanan broadband, namun potensinya tetap besar. Bayangkan saja, kalau yang layak untuk itu, katakanlah sekitar 25 persen saja dari total pelanggan telepon Telkom yang ada saat ini, maka akan ada lebih kurang 2 juta pelanggan telepon yang bisa dilayani ADSL. Dan, tampaknya potensi itulah yang akan digenjot Telkom dalam rencana pengembangannya ke depan, yakni membangun layanan broadband ADSL untuk 2 juta pelanggan di seluruh Indonesia mulai tahun 2005 hingga 2008. Telkom sendiri, selain potensial mengembangkan ADSL, kini juga telah memiliki layanan akses Internet kecepatan tinggi, seperti TelkomLink MMA dan Speedy dan TelkomFlexi yang didukung teknologi CDMA 2000-1X EVDO ( evolution data only ). Begitu juga, jaringan seluler, yang dimulai dari GPRS, EDGE atau nantinya W-CDMA melalui anak perusahaan, Telkomsel. Di sisi lain, Indosat juga menyediakan layanan akses Internet kecepatan tinggi yang disebut: Palapa Broadband, yang melayani broadcast data , video dan audio dengan kemampuan download hingga 45 Mbps dan menggunakan sistem berbasis IP. Perusahaan yang sebgain besar sahamnya kini dimiliki asing ini, juga mengembangkan pay TV melalui IndosatM2. Pengembangan layanan fixed cellular menggunakan teknologi CDMA, yang kalau Telkom memiliki TelkomFlexi, Indosat memiliki StarOne. Belum lagi, ada Mobile8 melalui layanan Fren. Begitu juga, Exelcom yang semuanya mulai mengembangkan layanan komunikasi data kecepatan tinggi, termasuk hospot. Pengembangan layanan broadband ini juga dilakukan oleh sejumlah ISP ( internet service provider ), melalui penggelaran layanan akses Internet yang bekerjasama dengan operator incumbent , seperti Telkom dan Indosat, melalui pengembangan ADSL dan hotspot, meski jumlahnya masih relatif sedikit. Antara lain, Centrin, CBN, IndoInternet, LinkNet dan lain sebagainya, dengan tawaran harga yang bervariasi sesuai layanan tambahan lainnya yang diberikan ISP. Selain itu keduanya, baik Telkom maupun Indosat, tampaknya juga tengah menyiapkan untuk menerapkan WiMAX akhir 2005 atau setidaknya awal 2006 mendatang. WiMAX merupakan standar baru baru teknologi nirkabel kecepatan tinggi dan berkapasitas besar yang diperkirakan berpotensi akan mengubah peta bisnis “telekomunikai” di masa dating. Meski WiMAX sendiri pun menghadapi persaingan ketat dari standar lainnya, yakni FLASH-OFDM. Jika itu berjalan, maka akan ada kemungkinan yang lebih besar lagi, selain meningkatkan jumlah pelanggan broadband di Indonesia, akses Internet dan konten yang bervariasi pun akan terbuka lebar pengembangannya. Prospek dan Kendala Meski peluang pengembangan ADSL oleh kalangan operator incumbent , yang di Indonesia dimiliki Telkom, cukup besar, namun, untuk merealisasikannya, tetap dibutuhkan investasi yang cukup besar. Diperkirakan investasinya mencapai antara 300 sampai 380 dollar AS per satu satuan sambungan layanan (SSL) – dari ujung ke ujung. Antara lain, kebutuhan membangun DSLAM ( digital subscriber line access multiplexer ), yang merupakan sentral layanan data ke seluruh pelanggan, server billing , NMS ( network management system ), BRAS ( broadband remote access server ) dan IP router . Namun, ketersediaan dari sisi infrastruktur saja, belum pada saat yang sama menjamin bahwa layanan yang disediakan akan kompetitif. Masalahnya, biaya bandwidth Internet yang mahal, http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (6 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 khususnya di Indonesia , merupakan kendala tersendiri. Dengan harga bandwidth yang tinggi, tentu hal itu akan mengurangi laju perkembangan jumlah pelanggan. Meski kebutuhannya besar, namun jika harganya tidak kompetitif, maka dapat dipastikan masih banyak calon pelanggan yang akan menahan diri untuk memilih tidak menggunakan broadband, setidaknya sampai harganya lebih kompetitif, terutama jika dikaitkan dengan manfaat ekonomisnya. Masalah harga layanan, misalnya paket Speedy personal Telkom dengan kecepatan 512 Kbps dengan penggunaan hingga 2GB, seorang pelanggan ADSL link dikenai biaya sebesar Rp 500 ribu untuk biaya aktivasi dan Rp 800 ribu untuk biaya abonemen dan untuk setiap kelebihan penggunaan dikenai tambahan biaya Rp. 1.200,-/MB. Akses Internet, misalnya Centrin menmgenai biaya aktivasi Rp. 250 ribu dan biaya bulanan Rp. 500 ribu, sehingga total biaya pertama seorang pengguna akses Internet berbasis ADSL (2GB) sebesar Rp 750 ribu biaya aktivasi dan bulanan Rp. 1,3 juta atau Rp. 2,05 juta (belum termasuk PPN 10%). Sedang untuk korporasi, dengan kecepatan 384 Kbps downstream dan 64Kbps upstream, akan dikenai biaya aktivasi Rp. 2,5 juta dan biaya bulanan Rp. 3,8 juta untuk penggunaan tak terbatas ( unlimited ). Untuk biaya akses Internet untuk 384 Kbps unlimited , Centrin mengenai biaya sebesar Rp. 2 juta biaya aktivasi dan Rp. 2,95 juta untuk biaya bulanan. Sehingga untuk korporasi akan total dikenai biaya aktivasi pertama Rp. 4,5 juta dan biaya bulanan Rp. 6,75 juta atau 11,25 juta (belum termasuk PPN 10%). Bandingkan dengan di Singapura (SingTel), dengan kapasitas yang sama, biayanya hanya sebesar 378 dollar Singapura (belum termasuk pajak 5 persen) atau sekitar Rp 2.079.000 (asumsi kurs 1 dollar Singapura setara Rp 5.500). Mahalnya harga bandwidth, terutama karena kapasitas bandwidth Indonesia total sekitar 700 sampai 800 Mbps, menjadi kendala tersendiri. Hal itu pula yang kemudian mendorong kalangan ISP mengonsumsi bandwidth dari luar negeri yang besarnya bisa mencapai 200 Mbps. Namun, masalah tak berhenti di harga, melainkan juga jenis layanan yang masih terbatas pada suara dan Internet. Padahal, dengan teknologi ADSL, terbuka peluang pengembangan konten yang sangat beragam, seperti voice over DSL (VoDSL), virtual private network (VPN), download lagu atau musik ( audio on demand ), menonton tayangan film pilihan ( video on demand ), pengamatan rumah atau kantor jarak jauh ( surveillance ), dan lain sebagainya. Hal itu pula mengapa konsentrasi penggunaan ADSL masih lebih ke penggunaan akses Internet dan belum berkembang ke berbagai jenis layanan lainnya. Menurut penelitian Yangkee Group tahun 2003, layanan-layanan broadband yang membutuhkan kapasitas bandwidth di bawah 1,5 Mbps sangat beragam, seperti Audio streaming (mendekati kualitas DVD), video streaming, software dan audio download, browsing, gaming, online PC games . Termasuk juga IP telephony, Web surfing, email, e-Commerce dan masih banyak lagi. Sedang video streaming sekualitas DVD membutuhkan kapasitas yang lebih besar, yakni 8Mbps, dan Multichannel TV sebesar 10 Mbps. Tantangan ke depan, tampaknya masih akan berat, namun arah perkembangan menuju broadband sudah semakin jelas. Hanya saja ketersediaan layanan yang didukung infrastruktur yang memadai, masih membutuhkan dukungan regulasi yang jelas, sehingga bukan saja akan berdampak pada pendapatan perusahaan dan penyedia jasa dan konten, melainkan juga kepada pengguna dan pemerintah. Hal itu, terutama melalui pajak dan perkembangan jasa-jasa ikutan, seperti konten. Insa http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (7 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Prospek, tapi masih mahal - eBizzAsia Januari 2005 grafis: gunawan © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,04.htm (8 of 8)7/30/2005 8:19:35 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Suryatin Setiawan, Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi, PT TELKOM, Tbk. "Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband" Saat ini, broadband bukan saja menjadi perbincangan luas, melainkan juga telah diterapkan dan digunakan oleh puluhan bahkan ratusan juta orang di seluruh dunia. Ratusan negara di dunia berlombalomba mengembangkan jaringan broadband, baik melalui kabel maupun nirkabel, yang dari waktu ke waktu kapasitasnya terus meningkat. Kemampuan yang meningkat itu, pada saat yang sama, memungkinkan broadband digunakan tidak hanya untuk komunikasi suara, melainkan juga http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (1 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 data dan video secara lebih baik. Akibatnya, jenis penggunaannya pun semakin bervariasi, yang kemudian juga membuka peluang baru pengembangan berbagai konten secara luas. Manfaatnya yang menjanjikan, dan bahkan telah menjadi tren dunia, sebagai akibat kemajuan teknologi telekomunikasi, komputer dan Internet yang terus berkembang pesat, boleh dikata membuat sebagian besar, kalau tak seluruhnya, negara-negara di dunia sangat antusias membangun dan mengembangkan jaringan broadband, termasuk Indonesia. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hal itu juga berkembang di Indonesia, tim majalah eBizzAsia mewawancarai Suryatin Setiawan , Direktur Bisnis Jasa Telekomunikasi, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. di kantornya di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, awal Desember 2004 lalu. Berikut petikannya: Berbicara mengenai broadband, bagaimana menurut Anda perkembangannya? Broadband itu road map -nya pasti, tak ada keraguan lagi. Dan, itu tidak perduli terjadi, baik di wireless maupun wireline . Jadi, kalau kita bicara di GSM itu akan keluar 3G, rod-map nya jelas. Bicara CDMA, Flexi road map -nya jelas. Dari CDMA 1x 2000, berkembang ke CDMA EV-DO ( evolution-data-only ), dan nantinya pada tahun 2006 sampai 2008 berkembang ke CDMA EV - DV ( evolution-data-voice ) . Itu semua broadband. Di jaringan kabel juga sudah jelas, kalau kabel tembaganya sedikit, kita akan masuk dengan modem ADSL. Nantinya, standar ADSL pun akan meningkat ke ADSL2+, yang berarti kabel akan memiliki kemampuan triple play , yakni dapat dialiri video, Internet dan sekaligus suara. Road map itu sudah pasti, dan itu pasti terjadi. Bagaimana gambaran jangka panjangnya? In the long run , kalau kita bicara kabel, seperti yang dilakukan oleh Verizon di Amerika, ya akan menggunakan fiber yang masuk sampai ke rumah-rumah ( fiber-to-the-home – FTTH). Itu dulu pernah menjadi cita-citanya Jepang, tetapi kemudian mengalami slow down , karena harganya masih tinggi. Sekarang itu terjadi. Ada operator-operator yang memutuskan tidak mau merenovasi, tetapi sebaliknya, melakukan rebuild . Semua kabel yang ada diganti dengan kabel serat optik, tetapi investasi seperti itu mahal dan pasarnya juga harus mature. Saya kira, kalau di Indonesia itu belum bisa dilakukan. Di semua negara terjadi perkembangan semacam itu. Juga di Indonesia, dimana Flexi akan masuk ke EV-DO pada akhir 2005 mendatang atau setidaknya awal 2006. Hal itu akan tergantung pada ketersediaan perangkat handphone -nya, apakah sudah akan tersedia di pasar dan harganya terjangkau. Itu akan terus berjalan, dan kemudian masuk ke EV-DV. Selanjutnya, Telkomsel akan masuk yang dimulai dari GPRS, EDGE dan masuk ke W-CDMA, yang ditujukan sebagai layanan 3G. Sementara, jaringan kabel akan dibroadbandkan dengan Speedy, yang hingga tahun 2008 mendatang Telkom menargetkan untuk membangun 2 juta SSL (satuan sambungan layanan). Boleh dikata, hal itu sangat agresif. Kalau dibanding dengan Singapura yang kini memiliki sekitar 600 ribu atau kurang dan Thailand yang kira-kira 400 ribu, jadi jumlah 2 juta itu sangat agresif. It's a huge project! Jadi, Telkom jelas akan ke situ. Apakah ada kemanfaatan khusus yang bisa diperoleh dengan adanya broadband? http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (2 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 Kalau ditanya uniqueness atau kemanfaatan khususnya apa, broadband itu, nomor satu bagi orang awam, adalah akses. Jadi, kalau saya akses corporate Intranet atau akses Internet, aksesnya cepat. Itulah yang paling minim harus terjadi. Kalau itu pun tidak terjadi, maka ia akan menjadi inhibiting factor , semua yang lain-lain juga tidak muncul. Tidak muncul kreasi dan tidak akan muncul interaksi yang produktif. Kalau aksesnya lambat, hal itu jelas akan discouraging semua, maka seluruh aspek perekonomian yang dasarnya “e” jadi terhambat. Dengan begitu, basis yang penting bagi proses tersebut yaitu meng”e”kan segala macam proses kegiatan masyarakat. Kalau dilihat dari konteks Indonesia, sebetulnya makin broadband semakin perlu. Kita sudah mempunyai contoh yang menggembirakan, menurut saya. Presiden baru kita, sejak dari Cikeas sampai sekarang ini sudah melakukan beberapa kali video conference dengan masyarakat, Polda, jajaran pajak, dan ITS. Beliau memang sangat engage dengan itu. Maksudnya apa? Indonesia itu suatu negara yang sangat unik, luas, lebih banyak pulau, dan airnya lebih banyak dari daratan, tetapi menyatu. Cara yang paling ampuh tentu kalau kita mengembangkan broadband. Dengan begitu, komunikasinya dapat dilakukan secara face-to-face , dan bisa melakukan koordinasi secara lebih baik. Sederhananya, ya itu yang dibutuhkan Indonesia. Kalau tidak, bagaimana Anda menangani kawasan yang begitu luas ini. Sebagai presiden, mestinya memang perlu memiliki suatu kedekatan yang lebih utuh ( intact engagement ) dengan seluruh daerah, ibaratnya koordinasi dengan seluruh unit menjadi lebih padu. Itu yang menurut saya perlu dikembangkan di Indonesia. Semakin mudah mendapatkan layanan broadband dan dengan harga yang semakin murah, maka yang akan terjadi ya unification , komunikasi menjadi lebih mudah, lebih dekat dan dampak psikologisnya lebih terasa, dan tidak hanya mengandalkan komunikasi suara. Yang sekarang ini rutin kita lakukan di Telkom, ya kalau meeting , Anda bahkan tak berpikir bahwa orang yang diajak meeting itu sedang berada di tempat lain. Itu dilakukan melalui video conference . Apa makna semua itu? Sebetulnya, maknanya ya itu tadi, akses Internet maupun Intranet itu harus lancar, sehingga tidak akan menjadi inhibiting factor , melainkan sebaliknya justru akan menjadi faktor yang mendorong majunya banyak hal lainnya. Tujuannya tak lain adalah e-Business. Semua yang “e” itu harus terjadi. Apa yang akan dilakukan Telkom ke depan dalam pengembangan broadband? Saat ini, Telkom memiliki lebih dari 8 juta pelanggan telepon kabel dan hingga tahun 2008 Telkom akan meningkatkan 2 juta sambungan menjadi broadband melalui ADSL. Pembangunannya akan dilakukan di 20 kota di seluruh Indonesia. Selain itu, kita tak hanya masuk dari kabel tembaga, juga kabel hybrid coax , termasuk melalui cable TV network . Dua jalur itu yang akan dilakukan, sebelum suatu saat nanti fiber masuk ke rumah (FTTH), yang bagi Indonesia mungkin masih agak jauh. Apakah wireless juga memiliki road map yang jelas? Wireless kita sudah jelas, road map -nya juga jelas, bahkan sudah pakai tahun. Jadi, nggak ada masalah, kita semua akan menuju ke situ. Diperkirakan 10 tahun dari sekarang kita akan bisa mencapai jaringan yang bekemampuan menyalurkan kapasitas 1,5 Mbps. Yang 2 juta itu akan diangkat ke http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (3 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 kecepatan berapa ? Ya, sekarang inipun kita sudah sampai pada kecepatan 512 Kbps, itu yang menjadi tawaran standar di dunia. Kalau Anda bisa mencapai itu sekarang ini, ya almost infinite . Biasanya, yang kita gunakan berkecepatan sekitar 40 Kbps atau 50Kbps ( dial-up ). Sekarang dapat sepuluh kali lebih cepat, bahkan lebih. Jaringannya sudah siap, bahkan kita tahu timeline -nya kapan. Sekarang ini, begitu masuk ADSL2+, maka akan terjadi peningkatan langsung ke 1,5 Mbps. Itu akan berkembang terus dan akan diikuti, misalnya WiMAX. Bahkan kalau bicara 3G, itupun akan muncul lagi, yang kapasitasnya lebih besar, pada infrastruktur yang sama. Jadi, jalannya akan terus dan tidak ada titik balik. Tentu ada berbagai tantangan yang akan dihadapi. Apa saja tantangannya? Bagi Indonesia yang perlu dilakukan adalah peningkatan investasi, itu menyangkut kemampuan investasi infrastruktur. Indonesia kan tantangannya itu. Nggak usah bicara Telkom. Kalau kemampuan invetasi total Indonesia naik dengan cepat, apakah itu jalan, listrik, telekomunikasi, misalnya, semuanya juga akan naik. Ini invetasi total negara, itu constrain . Kalau dibandingkan dengan China, ya tidak ada bandingannya. China itu kalau membangun kan luar biasa. Jadi, tantangan Indonesia adalah investasi. Kalau makro ekonominya bagus, ekonomi tricle down , investasi luar masuk, kegiatan ekonomi marak kembali dan turisme jalan, ya jalan semua. Kalau telekomunikasi sih sudah lebih aman, kita sudah tahu road planning kita. Bagaimana ukendala lainnya? Meskipun ada kendala lain, tapi itu kan tidak major . Itu sifatnya day-to day , misalnya ada kendala integrasi, transpor dan itu normal sajalah. Kalau Anda melihatnya dari sisi makro, ya itu. Kalau di telekomunikasi, sudah jelas. Telkom sendiri seberapa besar investasinya tahun 2005 ini? Investasi total grup Telkom untuk tahun 2005 saja diperkirakan akan mencapai Rp. 13 triliun, sementara negara mungkin hanya mampu Rp. 40 sampai Rp. 50 triliun. Kalau boleh dibilang, dalam konteks skala, investasi Telkom itu tidak kecil. Tetapi, kan tidak hanya Telkom, masih ada yang lain. Jadi, sektor telekomunikasi mungkin sudah mencapai sepertiga investasi negara. Itu di luar dari investasi pemerintah. Jadi, kita juga membangun kegiatan ekonomi. Seandainya investasi nasional tidak lancar, apa dampaknya? http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (4 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 Menurut saya, kalau investasi nasional tidak lancar, ya akan jadi inhibiting factor . Kalau tidak lancar, ya tidak muncul lagi. Ide tidak muncul, hal-hal yang sebelumnya kita bayangkan akan terjadi, tidak terjadi. Karenanya, inhibiting factor , faktor penghambatnya, harus dibuka dulu. Telkom sendiri merasa perlu juga untuk menyiapkan, khususnya sisi manusianya. Kenapa kita masuk ke IG2S ( internet goes to school ), kenapa kita masuk ke smart campus . Itu kan sisi lain yang harus di touch juga, sehingga akan semakin banyak yang fasih menggunakan jalan yang terbuka ini. Kalau nanti dia punya jalan yang terbuka dan fasih menggunakannya, maka dia sendiri intellectually akan terbang. Mikir apa, nggak ngerti kita. Mau virtual shop, virtual office, telecomputing , atau apa sajalah. Selama ini, hambatan pengguna kan lebih di masalah biaya akses. Bagaimana jalan keluarnya? Trennya pasti turun. Jadi, it's a matter of time saja. Sama saja, pada akhirnya ya memang menyangkut kemampuan. Nantinya akan semakin mampu, dan semua akan ikut tren itu. Nggak ada jalan lain. Tapi, turunnya itu harus diimbangin dengan kenaikan volume. Kalau tidak, pertumbuhan bersihnya ( net growth ) tidak ada. Pertumbuhan bersih itu sangat penting, baik bagi negara maupun perusahaan. Kalau net growth -nya terus naik, harganya turun, dan volume naik, ya itu bisa menjaga pertumbuhannya. Kalau bicara kendala bandwith , ya itu memang kendala. Jaringan yang kecepatannya bisa mencapai 512 Kbps memang baru dijumpai di Jakarta dan Surabaya. Sedang, kawasan lainnya masih dial-up . Dengan menggunakan I-VAS, mungkin sudah agak improve . Kalau dibandingkan dengan Korea Selatan misalnya, bagaimana pendapat Anda? Kalau kita melihat Korea, negara itu sangat maju. Karena itu merupakan intervensi pemerintahnya, bukan karena perusahaan-perusahaan telekomunikasinya. Perusahaan tidak akan mampu membawa bangsanya maju secara luas seperti itu. Strateginya, kan bagaimana Korea bisa mengalahkan Jepang, itu aja caranya. Ya, kalau sudah begitu, kalahkan saja. Nah, sekarang apa yang bisa dilakukan secara leaf-frog yang dia belum punyai dan Jepang juga belum. Ketemu broadband, ya broadband yang dikembangkan. Pertumbuhan China, juga karena besarnya government intervention . Kalau bicara skala pertumbuhan bangsa, maka yang bicara nggak lagi skala perusahaan, tetapi negara. Telkom misalnya, sebagai perusahaan kita akan main dengan aturan yang cukup jelas, tetapi kita tidak bisa membangun secara keseluruhan. Tidak kuat kita. Jadi, kalau mau sampai seperti itu modelnya, ya itu urusannya pemerintah. Di Indonesia, sebenarnya kan sudah banyak inisiatif yang dilakukan. Tetapi, yang namanya inisiatif itu, daya dorongnya kan tidak besar. Jadi kita mesti sabar, karena grup ini punya inisiatif, departemen itu punya inisiatif, perusahaan ini punya inisiatif dan yang lainnya juga punya. Semua punya inisiatif dan ingin ngomong hal yang sama. Tapi, itu kan tidak punya daya dorong. Itu harus didorong oleh pemerintah. Apakah inisiatif yang dilakukan Telkom berdampak besar? Ya, kita masuk program IG2S, ada perkembangan. Kontribusinya ada. Kita keluarkan biaya, kita http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (5 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 kontribusi sebanyak yang kita bisa. Jadi ditingkatkan secara tahap ber tahap, dan saya yakin hal itu tak hanya dilakukan Telkom. Perusahaan lain juga melakukannya. Nah, kalau semua upaya itu menyatu dan punya dukungan, ya tentu hasilnya juga lain. Kelihatan. Kita, dalam kapasitas sebagai Telkom, melakukan apa yang kita mampu. Yang kita lakukan tentu tidak terkait dengan semuanya, yang bagian Telkom kita lakukan, bandwidth kita berikan, baik anak sekolah, mahasiswa, kalangan pegawai negeri juga. Tapi, urusannya kan tidak hanya itu, ada listrik. Kalau listriknya padam, lalu bagaimana? Begitu juga kalau komputernya rusak, siapa yang membiayai perbaikannya. Itukan semua bagian dari itu. Kita juga tidak bisa membiayai semua itu. Nah, kalau itu dikoordinasikan, lantas siapa komandannya? Selama ini sifatnya lebih berupa komunikasi di tingkat korporat. Soal listrik misalnya, kita ketemu PLN, bagaimana kalau kita join. Begitu juga komputer, kita lihat BCA mau ganti komputer, lantas komputer lamanya mau dikemanakan. Nah kita ketemu, bagaimana kalau kita kerjsama. Ya, itu. Nggak bisa mengurusi semuanya. Apakah itu karena mereka sendiri belum memanfaatkannya? Saat ini, para pengguna video conference yang paling intens justru dari kalangan pemerintahan, termasuk Polri. Jadi, sudah masuk ke kalangan birokrat dan tatanan lainnya. Sekarang, malah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sudah menunjukkannya dengan melakukan video conference . Sebelum SBY, Polri sudah rutin melakukannya. Polri punya inisatif, TNI punya inisiatif, dapartemen-departemen punya inisiatif. Hanya saja, itu semua hanya berupa inisiatif masingmasing. Berbeda dengan Malaysia, Mahathir itu punya blueprint. Kemudian dia gambar, dia taruh milestone -nya, kemudian dia drive dan dia kumpulkan semua sumber daya yang dimilikinya. Itu saja bedanya. Apakah yang dilakukan, terutama dalam skala Telkom, cukup efektif? Kalau ditanya dalam konteks negara, wah saya tidak tahu itu. Namun, sebagai warga negara, tentu saya berharap akan ada dorongan dalam skala negara. Tetapi, kalau ditanya dalam konteks Telkom, saya percaya saya achieving . Apa alasan mengembangkan inisiatif smart campus? Waktu kita masuk ke smart campus , kita challenge . Apa yang dibangun harus bisa dipertahankan. Yang dipertahankan itu apa? Itu harus diidentifikasi. Di kampus, dalam smart campus contact yang saya mau share , internal call -nya kemudian dibebaskan. Kalau masuk, trafiknya kita share supaya dia punya pendapatan. Begitu juga, intellectual base -nya kampus harus bisa dijual lewat jalur wireline atau wireless . Jadi, ada ekonomi di situ. Kalau ada nilai ekonomi, dia bisa mengembangkannya sendiri. Yang kita harapkan hal itu akan berkesinambungan. Untuk program smart campus ini semua Divre (Divisi Regiobal Telkom, red ) punya target. Kita bikin pelatihan nasional, kemudian kita serahkan ke Divre, tetapi dengan target dan itu ada fase-fasenya. Yang fase ini sudah berapa universitas, dan lain sebagainya. Ada rencana lainnya ? Kita juga punya inisiatif, yang mau didorong itu UKM. Bagaimana UKM bisa lebih kompetitif, http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (6 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Telkom akan bangun 2 juta sambungan broadband - eBizzAsia Januari 2005 khususnya kalu dia pada mode itu. Masak iya, UKM harus membuat mail server sendiri, mau isi anti spam, virus dan lainnya sendiri. Kalau sudah agak maju dia mungkin perlu CRM, tetapi masak ia harus membeli CRM. Perlu ERP, apa ia harus beli sendiri? Nah, kita ciptakan layanan gabungan antara service yang mau di- host dengan jaringan yang telah digunakan untuk Pemilu. Itu sudah digunakan dan jaringannya mencakup seluruh Indonesia. Kita punya akses data yang begitu luas dan sudah dibuktikan pada waktu Pemilu lalu, jalan. Sekarang kita tinggal ganti, taruh server ke jaringan itu, sehingga kalau ada perusahaan UKM perlu email, CRM atau ERP, mereka tidak perlu membeli. Mereka cukup berlangganan ke Telkom, baik berbasis penggunaan, bulanan atau malah tahunan. Jadi, dia tidak perlu invest . Ini bisnis, platform nya usaha dan berskala nasional. Sekarang ini masih dalam perencanaan. Dengan layanan baru ini, kita ingin memberi kemudahan kepada para UKM, sehingga mereka tak perlu biaya investasi, tetapi cukup biaya operasi. Perusahaan yang dituju, ya kira-kira perusahaan yang omsetnya 50 sampai 100 juta per bulan. Perusahaan semacam itu, jumlahnya banyak. Jadi, mereka juga perlu memiliki nilai competitiveness . foto: istimewa © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,05.htm (7 of 7)7/30/2005 8:19:57 PM Belajar dari Online Game - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Belajar dari Online Game Online game berhasil memicu bisnis bernilai miliaran dolar. Bagaimana keberhasilan itu juga akan mendorong konten-konten lainnya? Broadband, selain mendorong meningkatnya akses Internet dan keperluan komunikasi data dan transaksi bisnis yang memerlukan kecepatan tinggi dan kapasitas besar, juga memicu maraknya pengguna dan bisnis online gaming. Online gaming yang difasilitasi akses broadband tersebut, bukan saja memungkinkan dilakukan permainan dalam kelompok di dalam satu kota, atau negara, bahkan antar negara. Misalnya pemain game online di Indonesia bermain dengan seseorang yang berada di Korea Selatan atau bahkan di Amerika. Maraknya permainan online itu, diprediksi oleh analis pasar DFC Intelligence akan meningkatkan pendapatan online game dunia hingga 8 miliar Euro (10,6 milyar dolar AS pada kurs 1 Euro=1,3287 US$) tahun 2009. Hal itu berarti meningkat 400% dari pendapatan tahun 2003 yang sebesar 2,12 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar datang dari kawasan Asia-Pasifik yang menyumbang sekitar 4,65 miliar dolar AS. Di Asia, Korea Selatan dan Taiwan dipandang sebagai pasar online game yang sudah mapan, sedang China dan Jepang terus menunjukkan peningkatan pesat. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,06.htm (1 of 3)7/30/2005 8:20:17 PM Belajar dari Online Game - eBizzAsia Januari 2005 Menurut David Cole, penulis utama laporan itu, penggerak utama perkembangan itu tak lain adalah meningkatnya broadband. “Tahun 2003, diperkirakan ada sekitar 83 juta rumah tangga di seluruh dunia yang terhubung akses broadband. Tahun 2009, jumlahnya diperkirakan akan mencapai 228 juta, yang berarti pada tahun 2009 mendatang diperkirakan akan ada sekitar 376 juta orang di seluruh dunia yang bermain online game. Pemainnya, tak hanya monopoli kalangan dewasa, melainkan kalangan muda usia pun terlibat di dalamnya. Selain itu, online game merupakan permainan yang menarik banyak pemain, karena selain bersifat multiplayer, juga lintas negara. Layanan yang disediakan oleh Yahoo Games, MSN Games di Zone.com dan Pogo juga ditenggarai menarik minat puluhan juta pemain dan pada satu waktu tertentu ada 150 hingga 200 ribu orang bermain game pada saat bersamaan. Salah satu segmen yang memicu pendapatan dari online game adalah (MMORPG) atau “massive multi-player online role-playing games”, misalnya EverQuest, Ragnarok dan lain sebagainya. Menurut kajian Yankee Group, di Amerika Serikat saja, pada tahun 2008 mendatang diperkirakan akan ada sekitar 5,2 juta orang yang berlangganan online game dan membukukan pendapatan sebesar 556 juta dolar AS. Sementara pada tahun 2003, jumlahnya masih sekitar 2,4 juta dengan pendapatan 209 juta dolar AS. Ke depan pasar online game terbesar akan ada di kawasan Asia, yakni Korea Selatan, Taiwan , Jepang dan China . Online game tampaknya akan menjadi alternatif baru, khususnya bagi para penerbit games ritel yang selama ini menghadapi maraknya pembajakan. Namun, di sisi lain, para pembuat dan penerbit online game Asia juga tak kalah kompetitif, baik di kawasan Asia maupun Amerika dan Eropa. Meski, perlu juga disadari bahwa suatu game di dalamnya membawa budaya dan kekhasan tersendiri, sehingga tak mudah, misalnya, bagi game Barat untuk masuk ke kawasan Asia, seperti China, hanya melalui terjemahan teks. Karenanya, tak heran kalau banyak pengembang game China bekerja keras untuk membangun sendiri game- nya dengan setting dan khas China, setidaknya untuk memenuhi pangsa pasar dalam negeri. Meski tak sedikit juga keberhasilan game Asia, khususnya dari Korea , di pasar global. Contohnya Webzen dan Gravity, dua perusahaan online gaming utama di Asia , yang sukses di pasar global. Gravity berhasil memasarkan Ragnarok, dan menarik minat para pemain game Amerika sehingga tak kurang dari 80 ribu pemain telah mencoba memainkannya. Saat ini, Ragnarok mulai merambah Brazil, Italia dan Turki, serta 13 negara lainnya. Yang menarik, Ragnarok dilisensikan oleh Gravity ke para operator independen, yang membayar royalti ke perusahaan itu. Di sisi lain, perusahaan juga mulai menarik Ragnarok dalam bisnis yang terkait, misalnya tayangan TV, yang menjadi kesukaan di Jepang, begitu juga ditampilkan dalam bentuk buku komik. Saat ini, setidak ada sekitar 25 juta pemain aktif, yang juga menyukai berbagai merchandising yang terkait dengan game tersebut. Sedang Webzen berhasil membukukan sekitar 40 juta pelanggan online game “Mu” di dua negara, China dan Korea, yang setidaknya pada satu waktu tertentu “Mu” dimainkan oleh sekitar 500 ribu orang. Tak lama lagi kedua perusahaan ini akan secara bersama memasarkan multiplayer online game baru yang setipe dengan "Lord of the Rings" ke pasar dunia. Kisah sukses perusahaan online game Korea mungkin menjadi cerita tersendiri, namun setidaknya ketersediaan broadband, nantinya, juga akan membuka berbagai peluang konten baru, baik jenis http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,06.htm (2 of 3)7/30/2005 8:20:17 PM Belajar dari Online Game - eBizzAsia Januari 2005 maupun isinya. Dan, pada saat yang sama, akan memicu berbagai aplikasi dan kebutuhan lainnya, dari ilmu pengetahuan hingga kepentingan bisnis. Pertanyaan yang tersisa adalah, bagaimana dengan di Indonesia? Insa foto: muflihun © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,06.htm (3 of 3)7/30/2005 8:20:17 PM Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 Volume III No 23 - Januari 2005 Melongok Ground Zero Broadband Dunia Dampak teknologi kadang tak terduga, bahkan, boleh dibilang, cenderung absurd, seperti dijumpai pada layanan broadband di Korea Selatan. Adalah Han Sang, seorang remaja usia 14 tahun yang tinggal di Seoul, Korea Selatan, ketahuan mencuri uang orang tuanya sebesar 37 ribu won, atau sekitar 326 ribu rupiah, yang digunakannya untuk membeli kaca mata hitam dan asesoris lainnya. Hal itu memang tidak terpuji, namun, yang lebih menjengkelkan ayah Han, Kim Sung Bae, tak satu pun barang-barang yang dibeli Han berwujud nyata. Barang-barang itu dibeli untuk avatar -nya, atau karakter animasi virtual yang merupakan representasi Han ketika berinteraksi di dunia maya. Seperti remaja Korea lainnya, Han menghabiskan waktu empat jam setiap malam untuk ber- kongkow ria bersama teman-temannya, secara online tentunya. Layaknya remaja, Han pun ingin tampil sekeren mungkin, sekalipun di dunia maya. Kim pun memberlakukan “jam malam” Internet bagi putranya, yakni tidak boleh berselancar lepas tengah malam. Minggu sore pun dijadikan waktu keluarga “bebas Internet”, dan Han pun hanya boleh menonton TV beberapa jam saja setiap minggunya, itu pun ditemani orangtuanya. Namun, http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (1 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 sebagai balasannya, orangtua Han berjanji untuk bersama-sama “mengunjungi” dunia virtualnya. Absurd? Itu belum seberapa. Ketika virus Slammer melumpuhkan jaringan Internet Korea selama beberapa jam beberapa tahun lalu, seluruh negeri menderita gejala ketagihan, mirip sakaw , ujar Ken Lee, pimpinan Korea Telecom, provider broadband terbesar di Korea. Pernyataan itu memang tak mengada-ngada. Sekitar 10 persen dari populasi keseluruhan dan 40 persen dari populasi berusia 13 sampai 18 tahun menderita “ketagihan” Internet, ujar Dr. Kim Hyun Soo, ketua perhimpunan psikolog profesional yang berspesialisasi menangani ketergantungan Internet. “Saya pernah melihat anak-anak yang tidak pernah meninggalkan rumah selama dua tahun,” ujarnya. Ia menceritakan, beberapa tahun lalu seorang ibu datang membawa putranya yang berusia 17 tahun. Anak itu memperlihatkan gejala mirip ketergantungan amphetamine , seperti gangguan tidur, iritasi dan kesulitan mengendalikan denyut nadi. Rupanya ia menderita ketagihan Internet. “Ia bisa berubah kasar ketika orang mencoba menyetopnya menggunakan Internet,” ujar Dr. Kim. Bahkan, pernah ada kasus yang lebih ekstrim, seorang pria berusia 24 tahun tewas setelah bermain game Internet selama 86 jam nonstop! Diluar itu, kejahatan cyber atau cybercrime juga marak. Jika tahun 1999 tercatat cuma ada 572 kasus hacking , pada akhir 2003 tercatat kurang lebih 26,179 kasus. Angka yang cukup tinggi, sekalipun prosentase peningkatannya dari tahun ke tahun cenderung menurun. Kasus cybercrime terbesar di Korea, sejauh ini, adalah ketika para hacker membobol perusahaan Daewoo Securities dan mencuri saham senilai 22 juta dolar AS. Ground zero broadband Sekelumit kisah di atas merupakan “sisi gelap” dari gebyar broadband yang melanda Korea Selatan selama kurang dari satu dekade belakangan ini. Terlepas dari dampak itu, prestasi negeri ginseng itu menjadi yang terdepan dalam layanan broadband memunculkan fenomena tersendiri dan menarik dicermati. Selain itu, sejumlah negara di dunia, mulai dari negara berkembang seperti Nigeria, sampai negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun, menjadikan Korea Selatan sebagai role model dalam mengembangkan layanan broadband di negerinya masing-masing. Korsel, boleh dibilang menjadi ground zero dari booming broadband secara global. Di negara berpenduduk sekitar 48 juta jiwa itu tergelar 30 juta sambungan broadband , yang sanggup memompa data berkecepatan 1 sampai 20 Mbps, atau 20 sampai 400 kali lebih cepat dibandingkan koneksi dial-up 56 kbps melalui jalur telepon biasa. Dari sekitar 16 juta rumah tangga yang ada, hampir 75 persennya memiliki akses broadband . Aktivitas berinternet warga Korea pun terbilang intens. Rata-rata warganya menghabiskan 20 jam seminggu untuk ber-Internet. Korea juga memiliki tingkat download video- maupun movie-ondemand tertinggi di dunia. Online gaming pun menjadi fenomena budaya tersendiri, dan para juaranya memperoleh ketenaran layaknya bintang olahraga kelas dunia. Bahkan, akses broadband juga tak luput dimanfaatkan warga Korea untuk melakukan aktivitas ekonomi. Belanja online merupakan hal yang biasa bagi mereka. Menurut catatan Korean National Statistic Office, tahun 2003 lalu tercatat nilai e-Commerce B2C mencapai 6,095 triliun won atau sekitar 5 miliar dolar AS. Sementara volumenya secara keseluruhan (B2B, B2G dan B2C) mencapai 235 triliun won atau hampir 200 miliar dolar AS. Perdagangan saham online maupun Internet banking juga sangat marak. Pada paruh kedua 2003, sekitar 55 persen perdagangan saham di http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (2 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 negeri itu dilakukan secara online . Sedang pengguna Internet banking -nya sekitar 22,7 juta pengguna. Broadband tidak hanya tersedia secara luas, namun juga menawarkan kecepatan akses lebih cepat dibandingkan di tempat-tempat lainnya. Pada kecepatan puncak, sambungan broadband melalui very high-bit rate digital subscriber line (VDSL) di Korea rata-rata empat kali lipat lebih cepat dibandingkan yang ditawarkan di negara-negara maju lain, seperti AS. “Dalam dua setengah tahun, kami harap lebih dari 70 persen rumah tangga di Korea akan memiliki akses Internet dengan kecepatan akses 20 Mbps, yang memungkinkan mereka menikmati highdefinition TV,” ujar Chin Daeje, menteri Infokom Korsel, yang juga mantan petinggi di perusahaan Samsung Electronics. “Dan pada tahun 2010 mendatang, sebagian besar rumah tangga di Korea akan bermigrasi ke broadband 100 Mbps.” Menggelar kompetisi Bagaimana Korea bisa mencapai ke tingkatan seperti itu? Berbagai studi mengenai kepemimpinan Korea di broadband rata-rata mengatakan bahwa infrastruktur, demografi, deregulasi dan faktor sosial budaya menjadi faktor terpenting dalam membawa fenomena broadband di negeri itu. “Saya tidak akan mengatakan bahwa hanya infrastruktur atau konten atau harga yang memiliki peran besar,” ujar Chin. “Kombinasi dari berbagai faktorlah yang membuat kami menjadi yang terdepan di dunia dalam hal broadband .” Menurut Chin, kebijakan pemerintah, yang bertujuan meningkatkan infrastruktur telekomunikasi negeri itu dan deregulasi telekomunikasi yang dilakukan pada dekade 90-an, membantu Korea menuju apa yang telah dicapainya sekarang. Keputusan untuk memokuskan pembangunan pada broadband dimulai pada pertengahan 90-an dan semakin intensif setelah Korsel kelimpungan akibat jatuhnya pasar uang Asia pada tahun 1997. Para pengambil kebijakan menargetkan teknologi sebagai sektor kunci dalam memulihkan kesehatan ekonomi negeri itu. Tak Terkendala “The Last Mile” Salah satu hambatan yang ditemui di sebagian besar negara ketika menggelar infrastruktur broadband adalah apa yang disebut sebagai “the last mile”, rentang sambungan terakhir yang membawa suara, data dan video ke rumah-rumah http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (3 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Tahun 1995, pemerintah mulai menggelar proyek Korea Information Infrastructure (KII), baik di sektor pemerintah maupun publik. Di sektor publik, dimana sumber investasinya berasal dari swasta, pembangunan dilakukan dalam tiga fasa. Fasa pertama , tahun 1995-1997 seluruh bangunan kantor dan apartemen harus sudah terhubung dengan koneksi fiber. Fasa kedua , tahun 1998-2000, 30 persen rumah tangga di negeri itu sudah harus memiliki akses broadband melalui DSL atau CATV ( Cable TV ). Sementara fasa ketiga , tahun 2001 sampai akhir 2005 mendatang lebih dari 80 persen rumah tangga memiliki akses ke koneksi 20 Mbps atau lebih – suatu tingkat kecepatan yang dibutuhkan untuk menggelar layanan televisi high-definition (HDTV). Pemerintah Korea pun mengeluarkan dana sebesar 24 miliar dolar AS untuk membangun jaringan backbone kecepatan tinggi, yang menghubungkan fasilitas milik pemerintah dan Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 maupun tempat kerja pelanggan. Membangun jaringan serat optik merupakan salah satu cara mengatasi ini. Tapi, memasang sambungan serat optik ke setiap rumah maupun kantor pun tidak realistis, paling tidak untuk jangka pendek, mengingat biayanya yang selangit. Untuk menggelar layanan broadband ke rumah dan kantor dalam jumlah besar, cara paling ekonomis dan realistis adalah dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada. ADSL ( asymmetric digital subscriber line ) misalnya, menggunakan kabel tembaga telepon untuk menyediakan akses broadband . Sayangnya, ADSL ini terkendala jarak, dimana kecepatan aksesnya langsung drop ketika jarak dari local exchange ke rumah pelanggan lebih dari 4 kilometer. Namun di Korea, kendala “the last mile” ini boleh dibilang tidak dijumpai. Faktor demografi, seperti ketersebaran penduduk dan pola perumahan menjadi kontribusi penting dalam penggelaran broadband di negeri itu. Menurut catatan Korea National Statistic Office, lebih dari 80 persen penduduk Korea tinggal di perkotaan, sementara 47,8 persen dari seluruh stok rumah di negeri itu berupa apartemen. Tingkat kerapatan yang tinggi di daerah perkotaan menyebabkan instalasi broadband relatif lebih mudah. Bagi teknologi ADSL, kondisi ini sangat menguntungkan, dimana hampir 90 persen tempat tinggal di Korea berada dalam radius seperti yang http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (4 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM institusi-institusi publik. Selain memperluas jangkauan broadband , layanan itu juga harus tersedia dengan harga terjangkau. Untuk itu, pemerintah Korsel menggelar strategi meningkatkan kompetisi di kalangan penyedia layanan, dengan membuka peluang bagi perusahaan baru untuk membangun fasilitas broadband nya sendiri. Salah satu “produk” dari regulasi ini adalah Hanaro Telecom, yang kini menjadi carrier terbesar kedua di Korsel, setelah Korea Telecom (KT). Awalnya, perusahaan ini mengantongi izin sebagai local call carrier , bersaing dengan KT. Menyadari bahwa sulit bersaing dengan KT, mengingat KT sudah terlebih dulu diuntungkan sebagai pemain pertama, Hanaro memutuskan untuk fokus pada layanan akses Internet broadband . Layanan broadband dengan teknologi ADSL pertama di Korsel pun digelar oleh Hanaro pada bulan April 1999. Ketika itu, layanan ini ditawarkan dengan harga 40 dolar per bulan. Namun, beberapa bulan kemudian, Hanaro memangkas harga akses menjadi 25 dolar per bulan dengan tujuan menggarap pasar seluas-luasnya, sebelum KT memulai layanan yang sama secara agresif. Persaingan semakin sengit ketika KT mulai serius menggarap layanan brodband. Bahkan, dengan memanfaatkan posisinya yang kokoh di industri telekomunikasi, KT menjadi market leader dalam penyediaan layanan broadband , di depan Hanaro dan penyedia lainnya, Thrunet. Menciptakan Demand Salah satu pertanyaan dan mungkin menjadi permasalahan utama yang dihadapi suatu negara ketika akan menggelar layanan broadband adalah masalah demand . Lambannya penggelaran broadband, seperti di AS dan negara-negara lainnya, adalah sebagai akibat dari ketidakpastian mengenai seberapa besar minat konsumen mau membayar mahal untuk suatu infrastruktur layanan ber- bandwidth tinggi. Akibatnya, seluruh industri terjebak pada kondisi tunggu menunggu, dimana perusahaan-perusahaan konten dan carrier saling menunggu satu sama lain untuk membuat langkah pertama, sebelum melakukan investasi pada layanan broadband . Itu tidak terjadi di Korea. Malah pemerintah turut berperan dalam menciptakan demand itu sendiri. Salah satu yang Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 disebutkan di atas. Pola perumahan berbentuk apartemen itu juga mempermudah service provider menyediakan layanan VDSL, yang menggunakan sistem kombinasi serat optik/kabel tembaga. Dengan menarik suatu saluran serat optik ke masing-masing basement gedung, yang kemudian dilanjutkan dengan jalur tembaga ke masing-masing unit tempat tinggal, VDSL sanggup menyediakan kecepatan akses 50 – 100 Mbps dan mencakup jumlah pengguna yang banyak. Penggelaran infrastruktur broadband di apartemenapartemen Korsel memang sangat marak. Apalagi, pemerintahnya memberikan insentif berupa Cyber Building Certificate , yang memberikan sertifikasi bagi gedung apartemen maupun kantor dengan kapasitas telekomunikasi kecepatan tinggi. Kebijakan itu menggairahkan para pengembang untuk meningkatkan platform akses broadband di gedunggedung apartemen yang dibangunnya. Sistem itu, juga meningkatkan nilai jual apartemen di mata para calon penghuni, mengingat semakin banyak orang yang menuntut ketersediaan broadband di apartemen yang akan dihuninya. aa dilakukan adalah menggelar program melek TI atau melek Internet, yang dinamakan proyek “Ten Million People Internet Education” atau pendidikan internet untuk sepuluh juta orang. Sasaran program ini adalah kelompok populasi yang dipandang kemungkinan akan tertinggal di abad digital ini, seperti ibu rumah tangga, personil militer, penderita cacat dan bahkan narapidana. Program ini akhirnya dikembangkan menjangkau seluruh warga, siapapun yang menginginkannya. Yang menarik dari program melek Internet ini adalah keputusan untuk mensasar “ibu-ibu rumahtangga”. Sasaran itu terbukti sangat tepat dan bahkan menciptakan booming Internet di kalangan ibu rumahtangga. Situs-situs portal yang mensasar kaum ibu pun banyak dibuat, dan beberapa di antaranya bahkan sanggup menarik pelanggan di atas satu juta orang. Menurut penelitian yang dilakukan Asia/Pacific Research, Universitas Stanford, program untuk ibu rumahtangga iru terbilang sukses karena secara cerdik, para pengambil kebijakan memanfaatkan kondisi budaya di Korea, dimana seorang ibu rumahtangga memiliki “purchasing power” dalam mengelola rumah tangga. Harga akses memang sangat murah, namun disamping itu, dibutuhkan sebuah komputer yang mampu memanfaatkan kapasitas Internet kecepatan tinggi seperti itu. Jelas itu tidak murah. Para pengambil kebijakan mempertimbangka bahwa tanpa komitmen para ibu rumahtangga, penyerapan Internet broadband di kalangan rumah tangga akan tertinggal. Dan yang PC Baang di salah satu sudut kota Seoul terpenting, program melek Internet itu juga memperhatikan perasaan yang umumnya dialami ibu rumah tangga Korea, seperti merasa tertinggal atau diabaikan oleh anak-anak. Kondisi itu menstimulasi hidden demand atas Internet. Demand itu juga didorong kondisi budaya setempat, yang sangat memperhatikan dan antusias terhadap masalah pendidikan. Para ibu rumahtangga ingin memberikan kontribusi pada pendidikan anaknya, berapa pun biayanya. Dan, paling sedikit, mereka juga ingin mengerti apa yang dikerjakan anak-anak mereka (ketika ber-Internet). http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (5 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 Faktor penting lain dalam penyerapan broadband di Korea adalah fenomena menjamurnya PC Baang . PC Baang ini serupa dengan warnet atau internet café di negara-negara lain. Rata-rata PC Baang ini dilengkapi dengan leased-line berkecepatan tinggi dan komputer multimedia, dan menawarkan akses Internet kecepatan tinggi dengan harga kurang dari sedolar per jam. Kegilaan warga Korea akan online games membuat popularitas PC Baang begitu tinggi. Sejak itu, tempat ini berkembang menjadi sarana ber-Internet bagi para penduduk dari berbagai kalangan usia, wilayah maupun pendapatan, baik untuk mengirim email, chatting, berdagang saham online , mencari informasi, dll kapan pun, baik siang atau malam. Tabel: Perkembangan jumlah PC-Baang (1998-2002) Tahun Jumlah Total 1998 3,000 1999 15,150 2000 21,460 2001 22,548 2002 21,823 Sumber: Korea Game Development & Promotion Institute (2002), Kim (2003) Dengan semakin luasnya penetrasi broadband ke rumah-rumah tinggal, popularitas PC Baang pelanpelan mulai memudar. Namun, perannya dalam mempopulerkan broadband di kalangan warga Korea tak dapat disangkal. Banyak warga yang pertama kali berkenalan dengan akses broadband, ya tempat itu. Mereka pun menjadi terbiasa dengan layanan broadband , sehingga ogah kembali ke dial-up yang selama ini mereka gunakan di rumah. Inisiatif 8-3-9 Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan tujuan ambisius untuk delapan jenis layanan, tiga infrastruktur teknologi dan sembilan kategori produk unggulan. Di bawah inisiatif yang dinamakan inisiatif 839 ini, kementrian Infokom negeri itu menetapkan teknologi-teknologi tertentu, yang akan didorong dengan dukungan dana riset atau insentif lainnya. Sasaran yang dituju adalah: Layanan: 1. Rumah digital: 500.000 home network (2004), 10 juta (2007). 2. RFID: menyebarkan chip RFID terkecil dan termurah (2007). http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (6 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Menuju convergence network Kemajuan yang telah dicapai Korsel dalam layanan Internet kecepatan tinggi tidak membuat negeri itu cepat berpuas diri. Tahun lalu, pemerintah Korea mengucurkan dana sekitar 2 miliar dolar, dari 10 miliar dolar yang dibutuhkan untuk membangun jaringan terintegrasi tercepat di dunia. Jaringan yang dinamakan “ broadband convergence network” (BcN), nantinya menyediakan kecepatan koneksi antara 50 sampai 100 Mbps pada akhir tahun mendatang. “BcN akan menjadi platform inti untuk menciptakan pasar komunikasi canggih,” ujar Chin. “Jika kami ingin menjadi pemimpin di dunia broadband , kami harus tetap berada di depan negara-negara lain, yang kini mulai mengejar ketertinggalannya. Artinya, kami perlu meningkatkan investasi di backbone Internet kecepatan tinggi, lebih inovatif dan pemerintah perlu bekerja berdampingan dengan sektor swasta.” Selanjutnya apa? Raksasa-raksasa elektronik Korea, Samsung dan LG, kini tengah menjajaki peluang baru, yaitu home networking , dan tengah mengembangkan jaringan nirkabel yang memungkinkan perangkat digital di rumah terhubung satu sama lain. “Dengan tingkat penetrasi broadband yang begitu tinggi, wajar saja jika Korsel menjadi Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 3. W-CDMA: menggelar jaringan di seluruh negeri (2006). 4. Digital TV: jaringan secara nasional (2005). 5. VoIP: 4 juta pengguna (2006). 6. WiBro: meluncurkan layanan broadband nirkabel secara komersial (2006). 7. DMB: menggelar layanan digital multimedia broadcasting secara nasional (2006). 8. DTV: menggelar layanan TV digital terrestrial secara nasional (2006). test bed ideal untuk home networking ,” ujar Kim Jung Woo, periset di Samsung Economic Research Institute di Seoul. Tahun lalu, pemerintah Korea menetapkan home networking sebagai bagian terpenting dari strategi pengembangan teknologinya. “Samsung dan LG kini perlu mencari sebuah killer application untuk home networking sebelum teknologinya tergelar luas,” ujar Kim. Program-program di atas merupakan bagian dari inisiatif ambisius pemerintah Korea , yang dikenal dengan inisiatif 839 (lihat boks). Dengan delapan jenis layanan, tiga jenis pembangunan infrastruktur, dan sembilan jenis kategori produk unggulan, Korea akan mengembangkan pasar TI-nya menjadi 380 miliar dolar AS pada tahun 2007, dan menarik tenaga kerja sekurang-kurangnya 1,5 juta orang. Diharapkan, inisiatif ini juga akan memasukkan Korea ke jajaran negara-negara berpendapatan per kapita 20 ribu dolar. Infrastruktur: 1. Broadband convergence network : 20 juta pengguna (2010). 2. Ubiquitous (u)Sensor networks : digelar secara luas (2010). 3. IPv6: konversi ke Internet Protocol versi 6 secara menyeluruh (2010). Kengototan” dan konsistensi Korsel dalam mengembangkan industri TI-nya memang patut mendapat acungan jempol. Insiatif pemerintahnya dalam memromosikan TI ke negeri itu melalui berbagai langkah kebijakan yang kondusif mungkin bisa ditiru negara-negara lain. Meski tak dapat dipungkiri, bahwa faktor-faktor lain yang khas Korea, khususnya dalam faktor demografi dan budaya juga memberikan kontribusi yang besar, bahkan mungkin paling besar. Hal itu, belum tentu bisa ditemukan atau ditiru negara lain. Yang jelas, kita tidak perlu meniru sisi gelap dari dampak yang ditimbulkan penggelaran broadband di Korea, seperti dikisahkan di awal artikel ini. Tentunya, kita tidak ingin putra-putri kita berperilaku seperti Han Sang bukan? aa Produk foto: istimewa 1. System on a chip : menjadi tiga besar produsen dunia (2007). 2. Next-generation PC : komersialisasi wearable PC (2007). 3. Embedded software : menjadi produsen terbesar kedua (2007). 4. Robot: memperkenalkan URC ( ubiquitous robotic companion ) ke pasar (2007). 5. Telematic Devices : menyelesaikan http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (7 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Melongok Ground Zero Broadband Dunia - eBizzAsia Januari 2005 6. 7. 8. 9. pengembangan position determination entity atau PDE (2007). Digital content & S/W solution : masuk tiga besar produsen piranti lunak berbasis open source (2007). Home network devices : mendorong pengembangan fixedwireless convergent home server tahun 2004, telecombroadcasting convergent home server (2005), dan telecom-broadcasting game convergent home server (2006). DTV devices: mengembangkan bidirectional DMB transmitter/receiver (2006) dan one giga cable transmission/ reception system (2007). • Next-Generation Mobile Communications Devices : selesai mengembangkan core technology 4G (2007). Sumber: Korea 's Ministry of Information and Communication, 2004 © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,07.htm (8 of 8)7/30/2005 8:20:46 PM Jalan Baru Bisnis 'Telekomunikasi' - eBizzAsia Nopember-Desember 2004 Volume III No 23 - Januari 2005 IPTV Andalan Broadband Thailand Pelanggan Internet broadband di Thailand meningkat pesat. Kalau pada 2003 jumlahnya hanya 12,000, maka akhir 2004 jumlah itu membengkak menjadi 250,000 pelanggan. “Pelanggan Internet yang bermigrasi dari dial-up ke ADSL atau layanan broadband lainnya akan terus meningkat,” ujar Neeranuch Kanokvilairat, analis telekomunikasi dari IDC . Menurut dia, pada 2009 mendatang, pelanggan ADSL akan mencapai 2,7 juta dengan pertumbuhan tahunan 73 persen. Bagi service provider , selain menghadapi tantangan untuk memperbesar basis pelanggannya, mereka menghadapi pertanyaan mengenai konten dan layanan yang dapat diakses para pelanggan melalui koneksi kecepatan tinggi. Umumnya, para penyedia konten dan operator telko, percaya bahwa entertainment yang dikemas dalam layanan interaktif dan on-demand merupakan killer application untuk mendorong pertumbuhan broadband . “Sebagai penyedia konten multimedia dan broadband selama empat tahun, kami menyadari bahwa tidak ada layanan unik yang dirancang untuk broadband . Yang ada hanya online game dan file download ,” jelas Suchitr Sorojsrisom, manager IPTV channel department, Shin Broadband Internet ( Thailand ). Shin, salah satu pemegang saham CS Loxinfo dan iPSTAR satellite services , penyedia koneksi Internet kecepatan tinggi, belum lama ini memperkenalkan TV interaktif melalui kanal IPTV-nya (http://www.ip-tv.tv). “Kami mengombinasikan fitur interaktif Internet dengan fungsi broadcast dari televisi dengan saluran IPTV kami,” ujarnya. Menurut Shin, broadcasting via Internet ini akan membuka peluang bagi siapa saja untuk meng- host acara TV-nya, baik dari rumah maupun studio milik Shin. Acara TV interaktif ini tersedia 24 jam, dan asyiknya, suatu acara bisa di download http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,08.htm (1 of 2)7/30/2005 8:21:14 PM Jalan Baru Bisnis 'Telekomunikasi' - eBizzAsia Nopember-Desember 2004 terlebih dulu kemudian disaksikan pada waktu yang kita inginkan. Suchitr pun mengklaim bahwa model on-demand yang ditawarkannya berbeda dengan programprogram hiburan on-demand lainnya. “Fitur IPTV kami juga memungkinkan Anda berinteraksi dengan pembawa acara melalui chatting, sharing file gambar atau komunikasi real-time menggunakan web camera ,” ujarnya. Fitur itu, menurutnya, akan mengubah model siaran TV yang ada sekarang, selain Internet juga memungkinkan jumlah saluran TV yang tak terbatas. Dr Avudh Ploysongsang, wakil presiden Shin Satellite , perusahaan pemilik iPSTAR dan induk perusahaan Shin Broadband mengatakan bahwa, layanan TV interaktif memungkinkan siapa saja yang memiliki konten layak menjadi broadcaster . “Karena berbasis teknologi Internet, suatu stasiun (IP) TV tidak perlu mengajukan lisensi, seperti halnya media TV dan radio tradisional yang memiliki sumberdaya frekuensi terbatas dan dibutuhkan sebuah regulator untuk mengelolanya,” ujar Avudh. Layanan hiburan on-demand di Thailand tidak hanya dilakukan Shin Broadband. Beberapa pemain lainnya mulai terjun meramaikan pasar konten broadband negeri gajah putih itu. “Tahun depan, konten broadband di Thailand akan semakin marak,” ujar Yanyong Akrajindanon, deputi managing director RS Promotion , sebuah perusahaan yang rencananya akan membuka layanan download video musik dan movie-on-demand . Sebelumnya, perusahaan sudah memperkenalkan layanan hiburan on-demand , seperti music video streaming, mobile trailers dan karaoke melalui situs Entertain.tv dan TTTOnline.net, bekerja sama dengan operator akses broadband True dan TT&T. Operator broadband TT&T dikabarkan juga akan memperluas infrastruktur ADSL-nya. Rencananya, TT&T akan meningkatkan cakupan layanan dari 30,000 port ADSL-nya di daerah wisata seperti Chiang Mai, Phuket dan Pattaya, serta daerah lainnya. Saat ini, TT&T sudah memiliki 10,000 pelanggan dan menargetkan tambahan 50,000 pelanggan tahun 2005 ini. Sementara operator broadband lainnya, True juga menargetkan untuk melipatgandakan pelanggannya menjadi 200,000 pelanggan di tahun 2005. Selain itu, True belum lama ini juga telah menggelar layanan IPTV sendiri, UBCi, yang menyediakan tiga saluran TV interaktif, jelas Natawut Amornvivat, assistant director dan head of broadband and Internet, True . Menurut dia, sekalipun layanan on-demand dan TV interaktif akan marak, perkembangannya tidak mudah. “Pasalnya, TV interaktif membutuhkan sebuah set-top-box , untuk memberikan tambahan fungsi pada pesawat televisi,” ujarnya. Yanyong dari RS Promotion juga sependapat bahwa teknologi ini masih membutuhkan polesan agar bisa populer. “Perlu dikembangkan set-top-box dan user interface yang lebih mudah digunakan,” ujarnya. aat ini, untuk menikmati siaran televisi interaktif masih dibutuhkan akses Internet dan sebuah komputer, dimana hal ini diakui Dr. Avudh dari Shin Satellite sebagai kendala. “Siaran TV tidak akan pernah tergantikan oleh media baru, karena yang dibutuhkan adalah sebuah remote control untuk mengoperasikannya,” ujar Avudh, sambil menambahkan bahwa TV interaktif akan menjadi media alternatif. aa foto: muflihun © 2003 - 2005 eBizzAsia. All rights reserved. http://www.ebizzasia.com/0323-2005/focus,0323,08.htm (2 of 2)7/30/2005 8:21:14 PM