KUMPULAN ABSTRAK JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2010-2011 1 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010 Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini Masganti Sit Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara masganti@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan kompetensi moral anak usia dini melalui pembelajaran terpadu berbasis moral. Penelitian dilakukan di Taman Kanakkanak Tri Karya dan Taman Kanak-kanak Nusa Indah di Medan pada tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang anak. Penelitian tindakan ini menggunakan model dari Kemmis dan Taggart. Model ini telah dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus memiliki empat langkah yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu berbasis moral melibatkan berbagai aktivitas, media, dan metode. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara tes awal dan tes akhir kompetensi moral anak usia dini. Untuk menerapkan pembelajaran terpadu berbasis moral disarankan kepada guru, pengelola pendidikan anak usia dini, peneliti, dan pemerintah untuk merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mendukung model pembelajaran terpadu berbasis moral. Kata Kunci: Kompetensi Moral Anak Usia Dini, Pembelajaran Terpadu Berbasis Moral Abstract: The objective of this research is to make early childhood’s moral competence optimally through the integrated learning based-moral model. The study was conducted at Tri Karya and Nusa Indah Kindergartens in Medan in the year of 2008 with n= 35. This action research was using Kemmis and Taggart model. The model has two cycles and each cycle has four steps. They are as follow (1) plan, (2) action, (3) observe and (4) reflect. To analyze the data, qualitative and quantitative were used. The result of the qualitative analyzes shows that the integrated learning based-moral model involved various activities, media and methods. The results of the quantitative analyze shows that there are significant differences between pre and post assessment of early childhood’s moral competence. To applying the integrated learning based-moral model was suggested to teacher, manager of early childhood education institution, researcher, government to plan, act, develop, and promote integrated learning based-moral model. Key Words: early childhood’s moral competence, integrated learning based-moral model 2 Kondisi Lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Tangerang dan Bandung dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Nur Listiawati Pusat Penelitian dan Kebijakan Inovasi Pendidikan Email: listi_2001@yahoo.co.uk Abstrak: Makalah ini menggambarkan kondisi lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya, fasilitas, manajemen dan jaringan TBM tersebut. Studi ini bersifat kualitatif dengan tujuan situasi sosial yang memiliki tiga unsur; tempat, pelaku dan kegiatan. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara kepada manajer atau desainer dari TBM. TBM yang didirikan semata-mata pada upaya masyarakat yang didirikan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan budaya, sementara TBM didirikan atas gagasan pemerintah, yang didirikan karena instruksi dari pemerintah. Organisasi kegiatan telah dilakukan baik oleh TBM yang didirikan murni dari masyarakat; sedangkan kegiatan TBM yang diprakarsai oleh pemerintah tergantung pada dedikasi dan motivasi dari manajer. TBM yang didirikan oleh masyarakat murni bekerja keras untuk membangun jaringan dengan berbagai pihak, sementara TBM di bawah jaringan PKBM tergantung pada kreativitas para manajer. Berdasarkan data, penulis mencoba untuk membuat kesimpulan tentang kondisi TBM, dan memberikan saran untuk meningkatkan kualitas manajemen TBM termasuk organisasi dan program. Kata kunci: minat baca, taman bacaan masyarakat, manajemen, program, dan perpustakaan. Abstrak: The paper presents the condition of five Community Reading Places (TBM) in the effort to improve community reading interest. It aims to get data on the history of the establishment, facilities, the management, and networks of those TBM. This study is qualitative in nature with the object of social situation which has three elements; place, actors, and activities. The data collected by observation and interview to the manager or designer of TBM. TBM which was founded purely on community efforts established improve to public reading interest and culture , while the TBM founded on the idea of government, established because of instructions from the government. Organization of activities has already done well by the TBM which was founded purely from the community, whereas activities of the TBM initiated by the government depend on the dedication and motivation of the managers. TBM which was established purely by the community are working hard to build a network with various parties, while the TBM under PKBM network depends on the creativity of the managers. Based on the data, the writer tries to make a conclusion about TBM condition, and give suggestion to improve the quality of TBM including management of organization and programs. Key words: reading interest, community reading places, management, program,and library 3 Implementasi KTSP dalam Pembelajaran IPA SMP Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang Kemendiknas Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan yang berkaitan dengan pemberlakuan KTSP khususnya pada pembelajaran IPA di SMP. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang yang tersebar di 11 SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bekasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap indikator dan untuk setiap dimensi implementasi KTSP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) perencanaan program yang terdiri dari pembuatan silabus; pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar berada pada kategori cukup, hanya sebagian kecil saja berada pada kategori rendah dan kategori sangat rendah, 2) pelaksanaan program yang terdiri dari implementasi komponen silabus; implementasi komponen RPP, dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar berada pada kategori cukup, dan sebagian kecil berada pada kategori sangat rendah, dan (3) pelaporan program yang terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil menunjukkan sebagian kecil saja berada pada kategori cukup, dan sebagian besar berada pada kategori sangat rendah Kata Kunci: KTSP, IPA di SMP, Kemampuan Guru IPA SMP, Silabus, dan RPP. Abstract: This research was aimed at describing teachers opinion about the implementation of the program comprises planning, activities in the classroom, and the report of Science Teaching-Learning of School-Based Curriculum implementation and its factors affecting it. There are 40 respondents from 11 State and Private Junior High Schools in Bekasi District. The instruments consist of questionnaires in the form of Liker Scale. The data is then analyzed using descriptive analyses in tables distributing frequency and percentage for each indicator and each dimension of School-Based Curriculum Implementation. The data shows that (1) The planning of the program: writing syllabus; lesson plan, and remedial/enrichment indicate that most respondents are at moderate level, others are at low level and the others are at very low level. (2) The implementation of the program including syllabus, lesson plan components and remedial/enrichment indicate most respondents are at moderate level while the remaining are at the very low level., and (3) The report consisting of process and outcome evaluations, indicate that only a few respondents are at moderate level, and most of them are at the level of very low. Key words: school-based curriculum, science at junior high school, Competency of the Science Teachers of Junior High School, syllabus, and lesson plan. 4 Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun dalam Berbahasa Indonesia Ngusman Abdul Manaf Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan cara penutur bahasa Indonesia berperilaku santun dalam berbahasa Indonesia melalui peminimalan beban dan peminimalan paksaan kepada petutur. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Padang pada tahun 2006. Data penelitian berupa tuturan bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh penutur bahasa Indonesia dari berbagai etnis di Indonesia yang berdomisili di Padang. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik pengamatan terlibat dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik kualitatif yang didasarkan pada teori pragmatik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peminimalan beban dan peminimalan paksaan kepada petutur yang dilakukan penutur dalam tuturannya menimbulkan dampak pelunakan daya ilokusi sehingga tuturan dirasakan lebih santun oleh petutur. Kata Kunci: tindak tutur, strategi bertutur, peminimalan beban, peminimalan paksaan, pelunakan daya ilokusi, kesantunan berbahasa Indonesia Abstract: this article describes and explains how bahasa Indonesia speakers try to be polite in using bahasa Indonesia by minimizing the load and force to the listener. This article written based on research carried out in Padang in 2006. The data of the research was bahasa Indonesia narration from bahasa Indonesia speakers from various ethnics of Indonesia domiciled in Padang. The data collection method were involved observation and interview. Data was analyzed with qualitative method based on pragmatic theory. The result shows that load minimizing and force minimizing to the listener by the speaker in their speech caused illocution softening so that their speech felt politer by the listener. Keyword: speaker behavior, speaker strategy, load minimizing, force minimizing, illocution softening, Bahasa Indonesia politeness. Problem Based Instruction sebagai Alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, email: prayekti@mail.ut.ac.id Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan model Problem Based Instructional (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan respon siswa dalam pembelajaran. Model diterapkan pada 2 kelas XI paralel SMA Swasta di Jakarta Selatan. kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2 Siswa kelas XI IPA1 diberikan treatment dengan menerapkan model pembelajaran PBI sedangkan untuk kelas XI IPA2 dilakukan pembelajaran klasikal seperti biasa. Hasil penerapan model pembelajaran PBI treatment pertama diperoleh hasil Kelas XI IPA1 nilai rata-rata terendah untuk pretes 3,25 sedangkan nilai rata-rata tertinggi 6,75. Sementara itu untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 3,25 dan tertinggi 6,25. Postes untuk kelas pertama nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi 8,75, sedangkan postes untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,75 dan nilai tertinggi sebesar 9,00. Pada treatment kedua kelas XI IPA1, nilai rata-rata siswa terendah 5,00 dan nilai ratarata tertinggi 7,35, sedangkan kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi 5 8,5. Pada treatment ketiga hasil pretes diperoleh nilai rata-rata siswa kelas XI IPA1 terendah 3,25 dan tertinggi 4,25. Nilai rata-rata postes terendah yang diperoleh siswa 1 adalah 7,25 dan tertinggi 9,75. Untuk kelas XI IPA22 nilai rata-rata siswa pada pretes terendah 3,00 dan tertinggi 4,5 sedangkan nilai postes rata-rata terendah 7,00 dan tertinggi 9,00. Pada akhirnya, guru dapat merancang model pembelajaran PBI dengan baik dan dapat memotivasi siswa terlibat aktif pada kegiatan pemecahan masalah, mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar serta menentukan langkah-langkah memecahkan masalah. Kata kunci: problem based instruction, kerja kelompok,dan lembar kerja siswa Abstract: This research was conducted to prove the PBI model can improve learning outcomes, activities and responses of students in learning. The model is applied to two classes XI of High school in South Jakarta. The first is class-XI of IPA1 and the other is class-XI of IPA2. IPA1 given treatment by applying PBI learning model, while for class-XI IPA2 performed as conventional classical learning. After the application of learning models obtained PBI’s first treatment of Class-XI of IPA1 average value for the lowest pretes is 3.25 while the average value is the highest 6.75. Meanwhile, for class-XI of IPA2, value of the lowest average is 3.25 and the highest is 6.25. Posttes for first-class average score is 6.45 and the lowest the highest is 8.75, whereas for class XI posttes value IPA2 lowest average is 6.75 and the highest value of 9.00. In the second treatment available, IPA1 class-XI, the average value of the lowest student score is 5.00 and the highest average is 7.35, while for class-XI IPA2 average value is 6.45 the lowest and the highest is 8.5. In the third treatment results obtained pretes average grade XI of IPA1 lowest and the highest 3.25 for 4.25. and the average value posttes students obtained the lowest IPA1 is 7.25 and the highest 9.75. For class-XI IPA2 average score of students in the lowest pretes is 3.00 and the highest is 4.5. While the value posttes lowest average is 7.00 and the highest is 9.00. At first teachers were not used but the implementation of the third treatment teachers have mastered the learning model PBI well. Teachers have been able to design a model of the PBI with a good learning, teachers have been able to motivate students actively involved in problem-solving activities, define and organize learning tasks and determine the steps to solve the problem. Teachers motivate students to do reflection, and have been able to evaluate the process of investigations conducted so that students can understand their weaknesses and shortcomings of the reflection done. Keywords: Problem Based Instruction, working groups, Student Worksheet Fenomena Tari Kontemporer dalam Karya Tari Mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang Indrayuda FBSS Universitas Negeri Padang Abstrak: Tulisan ini bertujuan mengungkap fenomena karya tari kontemporer dari mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang dalam tugas akhir. Penelitian ini difokuskan pada fenomena kecenderungan mahasiswa dalam menciptakan karya tari dalam bentuk kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan instrumen utama adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data dianalisa secara konvensional. Hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan mahasiswa menciptakan karya mereka dalam tugas akhir (TA) dengan model kontemporer, seperti pada pola tarian, tipe tarian, bentuk pertunjukan, dan orientasi tarian. Pertumbuhan gejala ini disebabkan frekuensi yang tinggi dari mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai forum tarian kontemporer dan apresiasi terhadap figure dan karya dosen. Kesimpulan penelitian 6 adalah gejala dan kecenderungan karya kontemporer muncul dalam karya mahasiswa karena 1) pengaruh dosen, 2) pengaruh forum tarian, 3) pengaruh karya tari artis-artis Sumatera, dan 4) kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa. Dari penelitian ini sangat disarankan agar ada pedoman yang benar dari dosen Sendratasik FBSS UNP dan STSI Padang Panjang agar memperhatikan dasar-dasar pembelajaran tari sehingga ada keseimbangan pembelajaran tari dalam dunia akademis. Kata kunci: fenomena kontemporer, karya tari, metode penciptaan, dan tugas akhir. Abstract: The aim of this articel is to reveal the contemporary phenomenom of the dance work of the student of Sendratasik UNP and STSI Padang Panjang through last assignment. This research is focused on the phenomenom and student’s tendency on creating the dance work on a contemporary form. The research method used is descriptive qualitative and for the main instrument is the researcher himself. The collection of data dance through observation, interview and collecting the related literature. The analysis of the data done through conventional analysis. The result of the research shows that there is a tendency from the student on creating each of their work for the last assignment by using contemporary model, such as an the pattern of work, the type of dance, the form of performance and the orientation of creation. The growth of this sympton is caused from high frequency of the student to be involved in many forums of contemporary dance, and thruogh the appreciation of lecturer’s figur and work. This research can be concluded that the sympton and tendency of contemporary is appeared in the student’s dance work because of: 1) the influence of the lecturer, 2) the influence of dance forum, 3) the influence of dance work of the artists of West Sumatera and 4) the freedom given to the students. It is essential to be suggested from this articel so that there is correct guide from the lecturer available of Sendratasik FBSS UNP and STSI Padang Panjang to pay attention for the monumental dance learning, so that the balance is created on the dance learning in academic field. Key words : the contemporary phenomenom, dance work, creating method, and last assignment. Peningkatan Kreativitas Mahasiswa Melalui Pembelajaran Training Model dan Penilaian Portofolio Yuliarma Universitas Negeri Padang, Email: yuli_arma@yahoo.co.id Abstrak: Rumusan masalah penelitian adalah Apakah kreativitas mahasiswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran training model dan penilaian portofolio dalam pembuatan desain bertujuan untuk busana modifikasi pada mata kuliah busana daerah. Penelitian mengungkapkan bahwa metode pembelajaran training model dan penilaian portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa pada mata kuliah busana daerah. Pengembangan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan 3 siklus, tindakan dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran training model dan penilaian portofolio. Pada setiap siklus, penerapan metode training model dan penilaian portofolio diberikan selama 2 kali pertemuan, dengan 3 kali tugas latihan di sekolah dan 3 kali latihan di rumah dan 3 kali penilaian. Penelitian dilaksanakan di jurusan KK FT UNP. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan tes. Hasil penelitian rata-rata kreativitas dan hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan 7 melalui pembelajaran training dan portofolio. Pada setiap siklus terdapat peningkatan kreativitas mahasiswa. Kata kunci: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, Fashion ilustrasi, Ragam hias, presentasi drawing. Abstract: The formulation of research subject is to determine if the student creativity can be improve through training model studies and portfolio examination in the making of fashion design modification in traditional attire major. The purpose of the research is to discover that the training model study method and portfolio examination can improve the student learning creativity in the tradition apparel major. These developments are class action research, which was held in 3 cycles, the actions were completed by training model method application and portfolio examination. In each cycles, the application of training model method and portfolio examination were given twice, with 3 times schools practice, 3 times homework’s and 3 evaluations. The research was held at KK FT UNP faculty. The instruments used are observation guide, interview guide and test. The result shows that the average of student creativity and learning process can be improved through training and portfolio studies. Each cycles display student creativity improvement, with the average score of the 1st cycle of design fashion illustration practice 1.70, 2nd cycle 2.27, 3rd cycle 3.19; decorative variation design 1st cycle 1.33, 2nd cycle 2.34, and 3rd cycle 3.17; drawing presentation practice 1st cycle 1.27, 2nd cycle 2.26, and 3rd cycle 3.23. Key words: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, fashion ilustrasi, ragam hias, presentasi drawing. Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi Ade Cahyana Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas Abstrak: Sertifikasi guru dinilai sebagai salah satu kebijakan reformasi pendidikan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Keluarnya Undang-Undang Nomor 14/2006 tentang Guru dan Dosen adalah merupakan tonggak sejarah tentang bagaimana guru dan dosen diakui sejajar sebagai pekerja profesi sebagaimana pula dokter, insinyur, atau profesi lainnya. Hal ini akan mengubah opini publik terhadap guru menjadi semakin positif, selain juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, juga akan menarik minat orang-orang yang potensial dan berkualitas untuk menjadi guru, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berwibawa. Berdasarkan elaborasi aspek-aspek profesi guru, sangat disarankan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, satu sisi mampu meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan profesional sekaligus menambah kredit akumulatif mereka untuk kepentingan sertifikasi. Kata Kunc: profesionalisme guru, UU Guru dan Dosen, Sertifikasi, profesi guru Abstract: Certification of teacher have been accounted for as one of the education core reforms to improve teacher professionalism. The release of the Act No. 14/ 2006 for Teacher and Lecturer (at higher education) is noticeable to be a historical tombstone 8 which sets teacher and lecturer as profession as well as doctor , engineer or others. This will change the public perception to teacher to become more positive, to build up the teacher self-confident, and to magnetize the interest of those first quality candidates to turn out to be teachers, and to give the public trust back to school as an educational institution. It is highly recommended that the enhancement of teacher professional capacity to be integrated with the instructional activities implemented at schools, which, on one hand are capable of improving their quality of teaching as teachers, on the other hand capable of giving them the opportunities to improve their professional capacity while toting-up their cummulative credits mandatory for teacher certification. Key words: Teacher professionalism, Act for Teacher and Lecturer, Certification, Teacher Profession Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta Muhamad Husin Guru SMA Negeri 111 Jakarta, e-mail: husin_111@yahoo.com Abstrak: Program wajib belajar sembilan tahun pendidikan di Indonesia mulai dicanangkan pada tahun 1994 dan ditargetkan penuntasannya pada tahun 2008. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih menemui banyak kendala, antara lain adalah faktor biaya, sarana persekolahan, dan keadaan yang mengharuskan anak didik bekerja, sehingga target penuntasan wajib belajar sembilan tahun secara keseluruhan belum tercapai. Khusus Provinsi DKI Jakarta program wajib belajar 9 tahun telah berhasil dituntaskan. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004 telah mencapai 102,86%, sedangkan untuk Sekolah Menengah mencapai 81,41%. Berdasarkan fakta ini, seharusnya provinsi DKI Jakarta mulai meningkatkan kualitas pendidikan warganya dengan program wajib belajar 12 tahun. Hal ini sesuai dengan perkembangan kota Jakarta sebagai kota jasa yang sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Asia, yang membutuhkan sumber daya manusia yang unggul dan tangguh dalam bidang industri jasa. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 12 tahun, masih dibutuhkan tambahan anggaran baik dari APBN, APBD maupun partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Pembiayaan program wajib belajar 12 tahun, harus diarahkan pada pengelolaan dan pengawasan sumber daya pembiayaan dan peningkatan kualitas pendidikan. Kata kunci: penuntasan wajib belajar sembilan tahun, APK dan APM, kualitas lulusan, perencanaan pembiayaan, manajemen strategis. Abstract: Program nine years of compulsory education in Indonesia started launched in 1994 and finished in the year targeted 2008. However, in practice still have a lot of obstacles, among others, is the cost factor, the means of schooling, and the circumstances that require students to work, so that the target of completing the nineyear compulsory education as a whole have not been met. Special Province of DKI Jakarta program compulsory education of 9-year, has been successfully completed. Gross Enrollment Rate (GER) Junior High School for DKI Jakarta province in 2004 has reached 102.86%, while for senior high school by 81.41%. Based on these facts, it should provincial DKI Jakarta began improving education quality by improving citizens 12 years of mandatory programs. This is in accordance with the development of Jakarta as a city 9 service that is parallel to the major cities the other in Asia, which requires human resources and strong excel in the service industry. In order for completing compulsory education reached 12 years, still required additional budget from the state budget, budget and community participation and the business world. Financing programs compulsory education to 12-year, should be directed to the management and supervision of financial resources and improving the quality of education. Key words: completion of nine-year compulsory education, GER and NER, the quality of graduates, financial planning, strategic management. Belajar dari Iran: Dialektika Agama dan Politik Pasca Khomeini Saefur Rochmat Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak: Ehthesami dan Abrahamian menamakan Iran Pasca Khomeini sebagai the Second Republic dengan alasan yang berbeda. Sedangkan Halliday menamainya dengan post-akhundism. Tulisan ini ingin menampilkan dialektika agama dan politik yang berlangsung secara rasional, agar bisa dijadikan cermin bagi umat Islam di Indonesia. Tulisan ini menggunakan pendekatan sejarah multidimensional agar didapat pandangan yang lebih utuh. Pendekatan ini diharapkan dapat menampung baik pandangan Ehthesami yang lebih menekankan pada aspek ekonomi, dan pandangan Abrahamian yang lebih menekankan pada aspek budaya, maupun pandangan Halliday yang melihat keterlibatan ulama dalam politik. Modifikasi sistem pemerintahan Islam Iran pasca Khomeini tidak dapat dilepaskan dari dasar-dasar perubahan yang telah diletakkan oleh Khomeini. Kata kunci: agama, politik, Iran, dialektika, dan Khomeini. Abstract: Ethesami and Abrahamian named Iran Pst Khomeini as the Second Republic with a different reason. While Halliday name it with post-achundism. This paper is conduxted to show dialectic of religion and politics that goes rationally, so it can be used as the reflectionfor Moeslem in Indonesia. This paper used a multidimensional historical approach in order to get a complete view. This approach is expected to accomodate both of Enthesami view which focus on economic aspectsm and Abrahamian view which focus on cultural aspects, also Halliday view which saw the involvement of clerics in politics. The modification of Islamic system of government of Iran post Khomeini can not be separated from the basics of the changes that have been placed by Khomeini. Key words: religion, politics, Iran, dialectic, and Khomeini. 10 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 2, Maret 2010 Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Otonomi Satuan Pendidikan Ade Cahyana Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas Abstrak: Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi pusat. Oleh karena itu, dalam proses peningkatan mutu pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini mendorong lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen alternatif ini memberikan kemandirian pada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu pada kebijakan nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan program ini antara lain komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yaitu: orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa dan staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Kemendiknas) di sisi lainnya sebagai mitra dalam mencapai tujuan peningkatan mutu. Kata kunci: manajemen berbasis sekolah (MBS), mutu pendidikan berbasis sekolah, pelaksanaan MBS di tingkat sekolah. Abstract: The diversity of school environtment conditions and student needs in learning process alongside with the complexity in Indonesia geographical condition quite often can not be easily concluded completely in one piece by the central bureaucracy in a comprehensive way. It stimulates the deliverance of school based quality management improvement. This type of alternative management empowers independency to school to initiate its self-governing capacity to manage its own activities in the framework of eduactional quality improvement, while consistently aligned to national policies. Some of the strategies applied at schools comprise self-evaluation to scrutinize the school’s strengths and weaknessses. On the basis of the evaluation, school alongside with parents and community settleon school vision and mission of education quality improvement or to put together the expected eduaction quality for further developing on the planning of school program which includes school financing by refering to the scale of priorities and national policies in corresponding to the school condition and the capacity of its human resources. The consequences of the program implementation should imply a highly committed engagement among diversified parties, i.e., parents/community, teachers, principals, pupils and other staffs on one hand, and government (MONE) on the other hand, as the equal partner to attain the objective of quality improvement. Key words: school-based management (SBM), school-based quality management, improvement concept and self-evaluation. 11 Peran Faktor Non-Ekonomis dalam Penyelenggaran Pendidikan Iskandar Agung dan Gatot Subroto Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang - Kemendiknas Abstrak: Tujuan studi ini untuk mengidentifikasi pengaruh langsung, tidak langsung, dan total dari variabel budaya organisasi, kepemimpinan, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pendidik/guru. Studi dilaksanakan di 10 SMA Negeri kategori unggulan (plus kotamadya, provinsi, dan berstandar nasional/ internasional) di provinsi DKI Jakarta. Sampel responden dalam studi berjumlah 150 orang yang diambil melalui teknik proporsional random sampling. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan tes product moment correlation dan alpa cronbach. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap data untuk mengetahui normalitas, homogenitas, dan linearitas data, termasuk pengujian fit model. Hasil studi menunjukkan bahwa: 1) budaya organisasi dan kepemimpinan di sekolah memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja; 2) budaya organisasi, kepemimpinan, dan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru di sekolah. Kata kunci: budaya organisasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, dan kinerja pendidik/guru. Abstract: The objectives of this study is to identify direct effect, indirect effect, and totally effect of variables of organizational culture, leadership, and job satisfaction to teachers performance. The study was conducted in several Public Senior High Schools categorized as outstanding schools in Jakarta in 2009. Outstanding schools are schools which have already achieved the “plus” school criteria by the Jakarta Province Education Office. From the 41 selected schools categorized as outstanding schools in Jakarta, ten of them was selected as sample schools. The samples of the respondents are 150 teachers who are selected using proportional random sampling technique. Data was collected by using questionnaire. Before the questionnaire was distributed, the study performs some initial testing in order to make sure its validity and reliability using Product Moment Correlation test and Alpha Cronbach test. To do the hypothetical testing, the researcher firstly tests the data being obtained with normality, homogeunity, and linearity testing, included model testing. The finding of this study shows that: 1) organizational culture and leadership has a significant influences to job satisfaction of the teachers; 2) organizational culture, leadership, and job satisfaction also have a significant influences to teachers’ performance. Key words: organizational culture, leadership, performance. 12 job satisfaction, and teachers’ Impresi Moderasi Jalur Pembelajaran dengan Proses Belajar Kewirausahaan Terhadap Persepsi Keberhasilan Usahawan Surakarta H. Rohmat STAIN Surakarta Abstrak: Tujuan penelitian adalah mengkaji hubungan aspek proses pembelajaran kewirausahaan dengan persepsi keberhasilan usahawan kecil, material dan bukan material; serta impresi moderasi jalur pembelajaran terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek proses pembelajaran kewirausahaan berhubungan dengan persepsi; keberhasilan, tetapi tidak dengan keberhasilan material, namun berhubungan dengan persepsi keberhasilan bukan material. Hubungan terkuat adalah dengan persepsi keberhasilan bukan material. Selain itu, jalur pembelajaran berimpresi moderasi dengan proses pembelajaran kewirausahaan terhadap persepsi; keberhasilan, keberhasilan material, dan keberhasilan pembelajaran, impresi moderasi yang bukan material. terkuat ialah Diantara ketiga jalur hubungan proses pembelajaran terhadap persepsi keberhasilan material usahawan kecil. Kata kunci: moderasi jalur pembelajaran, proses belajar kewirausahaan dan Keberhasilan Abstract: this research aims at reviewing the relations of entrepreneurial learning process aspect to the perception of the success of the small business entrepreneur, material and non material; also impression of moderation laerning line toward those relation. The result shows that the entrepreneurial learning process aspect related to the perception; success, but not with the material succes. The strong relations is the one with the perception of succes not material. Moreover, learning line impressed moderation to the entrepernuerial learning process toward perception; success, material success and non-material success. Among the three lines of learning, the strongest impression of moderation is the relationship of perceptual learning material success small business. Key words: moderation of learning line, entrepreneurial learning process and success Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi dalam Bidang Pendataan Pendidikan Tinggi Bambang S. Joko bambang_tito@yahoo.com Abstrak: Tujuan studi deskriftif ini adalah untuk mengetahui berbagai permasalahan dan hambatan, mekanisme pendataan, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mendukung sistem informasi manajemen perguruan tinggi. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif melalui observasi atau pengukuran data untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang dihadapi PT. Sampel studi terdiri atas 30 PTN dan 30 PTS dari 30 provinsi di Indonesia yang dipilih secara stratified random sampling. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif, yakni secara deskriptif 13 argumentatif dengan penyimpulan. Hasil langkah-langkah studi menunjukkan pendeskripsian bahwa data, sebagian PT analisis telah data, dan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data secara rutin setiap tahun. Pendataan didominasi oleh pengumpulan data melalui instrumen kuesioner, baik oleh Ditjen Dikti maupun oleh PSP Balitbang Depdiknas. Dua penyebab utama terhambatnya pendataan dari Ditjen Dikti dan PSP Balitbang Depdiknas dan dari institusi PT itu sendiri. SDM merupakan hambatan yang dominan dalam pengelolaan SIM PT dan belum semua PT yang menjadi sampel studi memiliki SIM PT, dan hampir separuh responden menunjukkan bahwa belum semua aplikasi SIM PT beroperasi dengan baik. Kata Kunci: sistem informasi manajemen, pendidikan tinggi, pendataan. Abstrak: The purpose of descriptive research is to determine the objective conditions of the problems and constraints, data collection mechanisms, and use of information and communication technology to support higher education management information system. The approach used is kunatitatif approach that leads to the observation or measurement data expressed in numbers to get a picture of the problems faced by PT. This sample includes 30 countries and 30 private universities from 30 provinces in Indonesia. Please note, there are currently 83 government-run public universities, private universities and 2598 are managed by the private sector. With stratified random sampling method. PT PT grouped by type, then from each PT group took some samples to represent the 30 provinces. In qualitative data analysis techniques, namely descriptive measures argumentative with data description, data analysis, and conclusions. Study results showed that the majority of PT has conducted data collection and processing on a regular basis every year. Documenting all this walking is still dominated by the instrument of data collection via questionnaires, either by the Directorate General of Higher Education and Ministry of Education Research and Development Center for Education Statistics. There are two main causes of delay in data collection, the first coming from the government (Directorate General of Higher Education Department of Education and Research and Development PSP), and the second coming of PT’s own institution. Not to mention, there were respondents who felt not received a census questionnaire. The dominant constraints in SIM management of PT is a problem of human resources, and yet all the PT who become SIM PT sample of this study, and nearly half of the respondents complained that some of the applications used for SIM PT they are still not operating correctly. Keywords: management information system, higher education, data collection Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Mengelas dengan Gas Metal Siswa Kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Makassar Nurlaela, Muh. Tawil, Lukman Bambang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Makassar Abbas M, Lukman Tamaluddin, Syahril Ramli Rani Universitas Negeri Makassar Abstrak: Penelitian tindakan ini bertujuan mengimplementasikan model Siklus Belajar untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mengelas dengan gas 14 metal siswa kelas XII di SMK Negeri 3 Makassar. Masalah penelitian adalah 1) bagaimana cara agar melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan proses pembelajaran mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar, dan 2) bagaimana cara agar melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan hasil belajar mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian tindakan yang diperoleh adalah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa kelas XII semester 2 SMK Negeri 3 dari siklus I ke siklus II, meliputi: 1) aktivitas belajar semakin baik, 2) reliabilitas pengelolaan pembelajaran model siklus belajar sebesar 51%, 3) respon siswa terhadap pembelajaran sangat baik dan hasil belajar, yang meliputi (a) produk: sebesar 47 persen (ketuntasan individu) dan 55 persen (ketuntasan klasikal), (b) aspek afektif sebesar 30 persen, dan (c) aspek psikomotor 60 persen. Dengan demikian dengan mengimplementasikan model Siklus Belajar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar. Kata Kunci : model siklus belajar, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar Abstract: This action research aims to implement the Learning Cycle model to improve the quality of the learning process and learning outcomes with the gas metal welding class XII students in SMK 3 Makassar. Research problems are (1) how to get through the learning cycle model can be improved with the learning process gas metal welding class XII student of SMK 3 Makassar, and (2) how to get through the learning cycle model of learning outcomes can be improved with the gas metal welding class XII students SMK 3 Makassar. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis. The results obtained by the action is an increase in the quality of the learning process of students of class XII SMK 3 semester 2 of the cycle I to cycle II, include: (1) the better the learning activities, (2) reliability management of the learning cycle model learning of 51%, (3 ) students’ responses to a very good learning and learning outcomes, which include (a) the product: for 47 percent (exhaustiveness of individuals) and 55 percent (exhaustiveness classical), (b) affective aspects of 30 percent, and (c) 60 percent of psychomotor aspects . Thus to implement the Learning Cycle model can improve the quality of the learning process and learning outcomes with the gas metal welding class XII student of SMK 3 Makassar. Key Words: learning cycle model, the quality of the learning process, learning outcomes Minat Siswa dalam Kurikulum Muatan Lokal Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang-Kemendiknas Abstrak: Penelitian survei ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa SMP di Jakarta Timur. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu, pertama terdapat hubungan positif antara motivasi dengan minat belajar muatan lokal siswa, kedua terdapat hubungan positif antara kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa, dan ketiga terdapat hubungan positif antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP di Jakarta Timur yang 15 terdaftar dalam tahun ajaran 2009/2010, dengan jumlah sampel 55 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis data dan pembahasan diperoleh bahwa F hitung > dari F tabel atau 4,66 lebih besar dari 3,18 artinya terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa. Kata kunci: kurikulum muatan lokal, kondisi belajar, minat belajar, motivasi belajar, penelitian survei. Abstract: This research is a survey research, which aim to know what is the relationship between motivation and lerning condition with learning interest of student local content at junior high school in West Jakarta. There are three research hypothesis, first is there is a positive relation between motivation with learning interest of student local content, second is there is a positive relation between learning condition with learning interest of student local content, and third is there is a positive relation between motivation and learning condition with learning interest of student local content. This subject research is student of junior high school in West Jakarta enlisted in the year lesson 2009/2010 with the sample amount 55 people. Technique of data collecting performed is use questionnaire. Based of the result analysis data and solution obtained that Fhit is more than Ftable or 4,66 more than 3,18. It means that there is a positive relation between motivation and learning condition with learning interest of student local content. Key Words: local content curriculum, survey research, learning interest, learning motivation, learning condition, simple regression analysis and double regression analysis. Mengelola Potensi Destruktif Olahraga ke Arah Pengembangan Kebijakan Olahraga yang Komprehensif Syarifudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta Abdi Rahmat Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta Abstrak: Olahraga umumnya mencerminkan nilai-nilai apa yang menjadi rujukan masyarakat. Olahraga dapat menjadi wahana untuk membina dan sekaligus membentuk watak kepribadian. Di sisi lain, olahraga dapat pula menyebarkan nilai-nilai pertentangan atau konflik dan bahkan bisa mempersubur masalah sosial seperti: diskriminasi, ketidakjujuran, korupsi dan praktek suap, pemukulan wasit, perkelahian antarpemain atau antarsupporter, bahkan antarkeduanya, serta berbagai bentuk konflik lainnya. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menguraikan akar permasalahan perilaku potensi destruktif olahraga tersebut yang dapat mengancam integrasi sosial bahkan integrasi bangsa. Tulisan ini juga mengajukan tawaran suatu pola pengembangan olahraga yang dapat meminimalisir potensi destruktif tersebut melalui suatu kebijakan keolahragaan yang komprehensif. Kata Kunci: olahraga, perilaku destruktif, integrasi sosial, pembinaan olahraga Abstract: Sport reflects positive values referred by society. Sport can be a medium for building people character and personality. In the other hand, sport can also be an arena in spreading tensions and conflicts among groups of people, even fostering other social 16 problems, like discrimination, unfairness, corruption and bribery, violence among players or supporters, and etc. Therefore, this article aims at describing the root of problem of destructive dimensions of sport that can threaten social integration, even national integration. This article offers some formulas of sport development that can minimize destructive potencies of the sport through a comprehensive sport policy. Key words: sport, destructive behavior, social integration, sport coaching Kontroversi Ujian Nasional Sepanjang Masa Suke Silverius sukesilver@yahoo.com Abstrak: Keberadaan dan penerapan UN menuai kritik dan kontroversi apabila dikaitkan dengan UU Sisdiknas Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Rangkaian butir-butir kritik itu terjalin dalam tujuh untaian pelanggaran UN yakni hanya mengukur aspek kognitif sehingga tidak dapat dijadikan standar untuk mengukur mutu pendidikan, mengabaikan diversifikasi potensi daerah dan peserta didik, merampas hak guru untuk melakukan evaluasi hasil belajar peserta didiknya, mendasarkan evaluasi pada peserta didik semata, penentuan kelulusan bukan oleh guru, pemerintah dan pemerintah daerah merampas hak pemberian ijazah kepada peserta didik setelah lulus ujian. UN hanya mengevaluasi hasil akhir proses pembelajaran secara momental dan tidak komprehensif serta mengabaikan orientasi tujuan pendidikan sehingga tidak mengindikasikan mutu pendidikan. Paparan kontroversi ini dimaksudkan untuk dimanfaatkan para pendidik dan pemerhati pendidikan guna menemukan solusi dalam rangka pembenahan kebijakan penilaian pendidikan demi peningkatan pendidikan yang berakses pada pembangunan nasional bangsa menuju bertambahnya kesejahteraan rakyat. Kata Kunci: kontroversi, ujian nasional, pembenahan, kebijakan Abstract: The existence and application of National Examination initiate critics and controversies correlated with the National Education System Act Number 20, Year 2003 about the National Education System. The set of Critics is composed of seven disagreements linked with the national examination matter which are appraising the cognitive aspects only with the result that it cannot be used as a standard made to measure up education quality, disregarding the diversification of regional potency and of students competence, taking away the teachers’ right to do the evaluation of students achievement, establishing the evaluation based merely on the students, determining the passing grade of the examination in the absence of teachers, national and regional government take away the right of teachers in giving the diploma to the graduate students. National examination evaluates the only process of momentary and incomprehensive learning activity and at the same time neglecting educational goal orientation that brings to an end without indicating the education quality. Explication of these controversies is aimed at providing teachers and education observers the prospect of the solutions in terms of educational evaluation policy improvement for the sake of the education enhancement that have access to national development for the augmentation of people’s prosperity. Key Words: controversy, national examination, improvement, policy. 17 Model Posdaya Dalam Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Oos M. Anwas Pustekkom Kemendiknas, Email: anwasipb@yahoo.co.id Abstrak:. Tulisan ini bertujuan mengkaji solusi dalam mengatasi masalah tersebut melalui model Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Teori-teori yang digunakan mengacu pada teori perubahan sosial dan teori pemberdayaan masyarakat. Dengan kompleksnya masalah yang dihadapi kelompok masyarakat hard rock tersebut, penuntasan wajar 9 tahun perlu dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga dalam wahana Posdaya. Posdaya merupakan forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan delapan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Pengembangan Posdaya tidak harus membuat lembaga baru dalam masyarakat, tetapi dapat mengoptimalkan yang ada melalui aktivitas pemberdayaan. Posdaya menjadi wahana diskusi dalam memecahkan permasalahan sehari-hari, khususnya kendalakendala penuntasan wajar 9 tahun secara bersama antara anak, orang tua, dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi/peran masing-masing. Posdaya juga mampu membangun kembali kearifan lokal dan modal sosial. Pada akhirnya Posdaya tidak hanya memecahkan masalah pendidikan, akan tetapi juga masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu penuntasan wajar 9 tahun perlu kerja sama lintas departemen di bawah koordinasi Menkokesra, terutama sektor pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan, bersama pemerintah daerah dan masyarakat. Kata Kunci: wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, Posdaya, pemberdayaan keluarga, forum komunikasi, modal sosial. Abstract: This paper aims to analyze solutions for the problems using Family and The Community Empowering (Posdaya). Theories used within this model refers to social change and community empowerment theories. Since the complexity of problems face by those hard rock society, the accomplishment of nine-year compulsory learning must be done by means of family empowerment within Posdaya. Posdaya is a forum for communications, ‘silaturahmi’, advocacy and education, and simultaneously the institution for activities to strengthen family functions in an integrated manner. Instead of establishing a new institution, the development of Posdaya can be done by optimizing the existing one by empowering activities. Posdaya become a place for discussing daily matters, especially the obstacles in accomplishing the nine-year compulsory learning, among children, parents and community that are fit with their own needs and potential/roles. Posdaya is also capable in re-developing local wisdom and social capital. At the end Posdaya is not only to solve educational problems but also to solve poverty and other social problems. For those reasons the accomplishment of nine-year compulsory learning requests cooperation across departments within coordination of welfare ministry in collaboration with local government and society. Key words: nine-year compulsory education, communication forum, social capital. 18 Posdaya, family empowerment, Model Penilaian Bahasa Indonesia dalam Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Dasar Ambari Sutardi Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendiknas Abstrak: Model penilaian Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan kurikulum SD berbeda dari sebelumnya, di mana perbedaan tersebut dimaksudkan agar para pelaksana memahami dalam menerapkan model penilaian di beberapa SD di kabupaten/kota yang berbeda. Perbedaan menggunakan model mulai dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Sederhana artinya hanya mencantumkan satu nilai untuk mata pelajaran tersebut dan kompleks karena mencantumkan empat nilai, untuk empat kategori kompetensi dalam berbahasa Indonesia, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Penggunaan aneka ragam model penilaian Bahasa Indonesia akan menimbulkan permasalahan karena sistem penilaian memiliki pengaruh kuat terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dikhawatirkan keempat kategori kompetensi Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimal oleh peserta didik, terutama sekolah yang menggunakan model penilaian yang sederhana. Oleh karena itu, model penilaian Bahasa Indonesia yang ideal merupakan model yang kompleks, dengan harapan agar penyampaian informasi tentang prestasi dapat dicapai peserta didik secara rinci dan objektif. Kata kunci: multi teknik, model penilaian ideal. Abstract: The evaluation model for Indonesian language sustaining the implementation of the in-effect primary school curriculum is different from the previous one. Accordingly, this results in different perceptions and different use of the model by the implementers at some primary schools in different districts/ municipalities. The difference of using the model are ranging from the simple to the more complext. The simple one merely covers one score for the subject concerned while the complext one encompasses four scores, for: listening, speaking, reading and writing respectively. The use of various evaluation models for Indonesian language would certainly results in a problem because the evaluation system has strong impact againsts the learning process in the classroom. So it is worried that the four predetermined competence catagories of Indonesian language would not totally be achieved by students in the primary schools which use the simple model one. Because of such reason, the ideal evaluation model to sustain the implementation of the an in-effect primary school curriculum is the complex one so that it would tell information about learners’ achievement in more detailed and transparent. Key words: Multi-techniques, the ideal evaluation model. 19 the Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010 Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia Sabar Budi Raharjo Sekretariat Balitbang Kemdiknas e-mail: raharjo2sbr@yahoo.co.id Abstrak: Pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia supaya dapat menjadi manusia yang memiliki karakter dan dapat hidup mandiri. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah apakah pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia? Dari rumusan masalah tersebut, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dapat mempengaruhi akhlak mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda. Pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan manusia yang berasal dalam diri yang di dorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharian. Kata kunci: Pendidikan karakter, akhlak mulia Abstract: Education is basically an effort to improve human resource capacity in order to become a man with characters and live independently. Based on this, the main problem in this study is whether moral education can realize the noble morality? From the formulation of the problem, the purpose of this study is to determine how education can affect noble morality. Building the national character through education is absolutely necessary, even can not be postponed. Character education can be effective and successful if performed integrally starting from the home environment, schools and communities. Characters that should be instilled to students include: love of God and the universe and its contents, responsibility, discipline and self-reliant, honest, respectful and well mannered, affectionate, caring, and cooperation, confidence, creative, hard work and do not give up easily, fair and has a character of a leader, nice and humble, and tolerance, love peace and unity. While the noble morality is the overall human habit comes from within encouraged by conscious desire and reflected by good deeds. Thus, if the noble characters embedded in the learners themselves, noble character will automatically be reflected in the behavior of students in their daily life. Key words: character education, and noble morallity 20 Kajian Kebutuhan Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru Mahdiansyah Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas, e-mail: mahdiansyah2007@gmail.com Abstrak. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi obyektif kebutuhan sekolah, yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan intervensi kebijakan melalui perencanaan program pendidikan. Secara khusus studi ini dimaksudkan untuk mengetahui: (a) karakteristik guru yang dipandang sebagai determinan kualitas guru, dan (b) kualitas guru yang difokuskan pada kompetensi guru dalam proses belajar mengajar dan identifikasi kebutuhan pelatihannya. Hasil studi menunjukkan bahwa latar belakang guru banyak yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan (mismatch), terutama guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang berasal dari sekolah swasta. Penguasaan guru SD/MI terhadap materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya masih memprihatinkan. Namun, guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA sudah menguasai sebagian besar materi mata pelajaran. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilakukan melalui kegiatan pelatihan, meskipun lebih dari dua perlima guru tidak pernah mengikuti penataran/pelatihan. Pelatihan tentang pengembagan kurikulum dan penyusunan tes dibutuhkan hampir oleh semua guru, terutama guru MI, MTs dan MA serta guru yang berlatar belakang pendidikan non-keguruan. Kata kunci: Kompetensi mengajar, kebutuhan peningkatan mutu guru Abstract. This study aims to identify the objective read of the school needs objectively which can be taken into account in determining policy intervention through educational planning. The specific aims of the study are to obtain information on: a) teacher characteristics perceived as determinants of teacher quality b) teacher quality which focuses on their competence in teaching and learning process and need assessment of teacher training. Findings of the study show that there are many teachers whose educational backgrounds did not match with the subject they teach (mismatch). This is especially true in the case of private junior and senior secondary school teachers. There was a concern on the mastery of primary school teachers in the subjects they teach. At the junior and senior secondary levels most of the teachers had the mastery in most parts of the subjects they teach. Attempts to improve teacher professionalism were conducted through training. However, more than two fifth of teachers did not participate in any training. Training on how to develop curriculum and tests were needed by most of Islamic primary, junior secondary and senior secondary teachers who had non-teaching qualification background. Key words: teaching competence, teacher quality improvement 21 Portofolio demi Sertifikasi Guru, Harapan atau Impian Suke Silverius, sukesilver@yahoo.com Abstrak: Guru profesional menjadi dambaan bangsa karena akan menjadi pencipta sumber daya manusia berkualitas demi tersedianya tenaga pembangun berkualitas bagi bangsa Indonesia. Pemerintah mewujudkan dambaan itu melalui program sertifikasi guru yang bertujuan meningkatkan untuk mutu menentukan hasil kelayakan pendidikan dan guru martabat sebagai agen pembelajaran, guru, serta meningkatkan profesionalitas guru dan kesejahteraannya. Untuk mendapatkan sertifikasi itu guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana atau diploma empat dan kompetensi mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Demi mendapatkan sertifikasi itu guru harus lulus dalam uji sertifikasi yang dibuktikan dengan berbagai dokumen dalam berkas portofolio. Banyak pihak bersikap skeptis terhadap pelaksanaan sertifikasi karena kuatir terjadinya praktik-praktik KKN demi selembar sertifikat sakti menuju peningkatan kualitas dan pendapatan guru. Tulisan ini menyorotkan berbagai kesulitan dan kendala yang dihadapi guru dalam memenuhi tuntutan portofolio sehingga sertifikasi guru dapat menjadi suatu harapan yang bakal terpenuhi atau sebaliknya merupakan impian semata karena kemustahilan memenuhi tuntutan sertifikasi. Kata kunci: sertifikasi, portofolio, kualitas, dan kesejahteraan Abstract: A professional teacher is a yearned-for personnel in terms of creating qualified human resource for the Indonesian development. The government accomplished the yearning by the program of teacher certification that is aimed at specifying teacher appropriateness to become a teaching agent, increasing the quality of education success and teachers status, promote teachers professionalism and prosperity. In order to get a certificate the teacher has to possess academic qualification at least of bachelor or fourth diploma degree and has competency to realize the national education goal. In order to get the certificate the teacher has to pass the certification test as shown by various documents in the set of portfolio. Many people are skeptical towards the certification accomplishment because of the practices of corruption activities for the purpose of obtaining a piece of magical certificate that should be used to get the increase of teacher quality and income. This article is to spotlight numerous difficulties and barriers faced by the teachers in fulfilling the demands of portfolio so that the teacher certificate could become an aspiration that would be accomplished or on the contrary it would be nothing other than a dream because of the impossibility to fulfill the certification demands. Key words: certification, portfolio, quality, and prosperity Pengembangan Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional Herry Widyastono Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas, email: herrywidyastono@yahoo.com 22 Abstrak: Sejak berlakunya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah telah menyelenggarakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Namun, dalam pengembangan kurikulumnya belum seperti yang diharapkan. Kurikulum yang digunakan seharusnya kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) yang “diperkaya” dengan mangacu pada kurikulum salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan. “Diperkaya” dapat dilaksanakan melalui dua cara: 1) Adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan 2) Adopsi, yaitu penambahan unsur-unsur tertentu yang belum ada dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. Dengan demikian, lulusannya dapat memiliki sertifikat (ijazah) dari Indonesia dan dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. Kata kunci: Sekolah Bertaraf Internasional, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, kurikulum, adaptasi, dan adopsi. Abstract: Since the government of Indonesia has launched the Decree of Republic Indonesia Number 20 year 2003 regarding The National Education System and The Government Regulation year 2005 in relation to National Education Standard, the government was implemented the school’s piloting on international standard. However, in its’ curriculum development was not expected with the intended regulation. The expectation of the school curriculum is supposed to be the curriculum used by the country under the OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). The intended curriculum in this matter particularly is the curriculum used by the educational concern which is reference to the Graduate Competence Standard (SKL) and the Content Standard (SI) that all enrich to with reference to the OECD member country or the curriculum used by developed countries. To enrich the curriculum can be done by two ways. First is adaptation. It means to adapt certain part of the National Education Standard with reference to the OECD member countries. Second is adoption. It means to add some certain parts of curriculum of the OECD member countries or others which is not included in the national content standard. Therefore, the graduates have qualification from both the national education system as well as from the OECD member countries. Key words: International level standard school, graduate competence standard, content standard, curriculum, adaptation, and adoption. Daya Dukung Dunia Industri Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) (Studi kasus terhadap pelaksanaan Prakerin siswa SMKN 27 Jakarta) Soeprijanto Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta, E-mail: soeprijanto_unj@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya dukung dunia industri terhadap prakerin siswa SMK Negeri 27 Jakarta dan sekaligus untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh 23 SMKNegeri 27 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Industri mitra SMKN 27 Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli – November 2007. Penelitian menggunakan metode survei, dengan populasi semua perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan SMKN 27 Jakarta. Jumlah Sampel penelitian 20 perusahaan mitra SMK 27 Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Instrumen penelitian berbentuk kuisioner yang diisi melalui wawancara langsung pada industri sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sebagian besar pimpinan industri mitra SMK 27 menyatakan sangat mendukung program praktik kerja industri di Perusahaan yang di pimpin; 2) Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan Industri untuk siswa Prakerin meliputi: manjadikan Prakerin sebagai program tetap perusahaan, menerima siswa Prakerin lebih dari 5x (lima kali) dalam setahun, Industri mitra berinisiatif memberikan informasi kesempatan Prakerin kepada sekolah; dan 3) Pelaksanaan Prakerin di Industri mitra SMK 27 Jakarta telah terlaksana dengan baik hal ini ditunjukan dengan adanya: penempatan siswa sesuai dengan bidang keahliannya, adanya bimbingan dari pihak Industri, Pemberian kesempatan kepada Sekolah untuk memonitor pelaksanaan praktik industri, Pemberian kesempatan kepada siswa untuk kerja sendiri, dan pihak Industri melakukan evaluasi, serta memberi sertifikat. Kata kunci: keterkaitan dan kesepadanan, pendidikan sistem ganda, dan praktik kerja industri Abstract: The purpose of this research is to find supporting capacity of the industry to the field work of SMK Negeri 27 Jakarta students and also to provide a clear picture of how SMK Negeri 27 Jakarta has performed the apprentice program. This research was conducted at SMK 27 Jakarta Industrial partners Data collecting was conducted in JulyNovember 2007 from 20 industrial partners who were randomly selected. Executives of these industrial partners were interviewed and the result indicated that: (1) Majority of industrial partners executives were in favor of the apprentice program (2) Their support materialized in: making apprentice program a permanent one in their company, conducting apprentice program in 5 batches each year to accommodate more students, actively inform schools of such apprentice opportunities (3) apprentice programs in those industrial partners have been performing well as indicated by: student placement by their expertise, supervisory and guidance from assigned officer where the apprentice took place, allowing school to monitor the implementation of industrial apprenticeship and allowing apprentice students to work by themselves, evaluation and certificates issued by company at the end of apprenticeship. Key words: link and match, dual system, and apprentice Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi Idris HM Noor Puslitjaknov Balitbang Kemdiknas. Email: idrs_noor@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan dan pelaksanaan program penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi (PT). Metode penelitian adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 160 responden yang diambil secara purposive yaitu ketua/anggota lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di 24 perguruan tinggi Negeri (PTN) dan perguruan tinggi Swasta (PTS). Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan April sampai bulan Oktober 2008 di 6 provinsi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi Bali, provinsi Daerah Khusus Yogyakarta (DIY), provinsi Jawa Barat, provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Sumatera Utara. Alat dan teknik pengumpulan data adalah pedoman studi dokumentasi, kuesioner, wawancara, dan focus group discussion (FGD). Data primer adalah nara sumber di PT, sedangkan data sekunder adalah dokumen mengenai peraturan perundang-undangan dan penelitian-penelitian terkait sebelumnya. Hasil penelitian adalah: 1) kebijakan program penelitian dan pengabdian masyarakat di PT berdasarkan kebijakan umum Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdiknas; 2) implementasi kebijakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi masih ada kendala antara lain lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat masih terpisah, sosialisasi P2M masih kurang, dan kemampuan metodologi penelitian dosen masih rendah’ 3) hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PTN/PTS dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Namun masih sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah materi ajar, publikasi nasional/internasional, dan perolehan hak paten; dan 4) kegiatan pengabdian masyarakat belum berdasarkan hasil penelitian. Kata kunci: Penelitian, pengabdian masyarakat, analisis kebijakan, ilmu pengetahuan, materi ajar Abstract: The objectives of the research is to know the implementation of policy and implementation of the research program and the public service at Higher Education (HE). The research method is the mixed of quantitative and qualitative methods with a descriptive analysis. Sample of the research is 160 repondents taken purposively of head and members of the research and public service institutions at public and private of HE. The research was conducted for 7 months from April to October 2008 at six provinces: West Nusa Tenggara province, Bali province, Special Yogyakarta province, West Java province, West Sumatera province, and South Sumatera province. Tools and the techniques of data collecting are using documentation study, questionnaires, inteview, and focus group discussion. Primary data is the information from the resource persons from HE while the secondary data is taken from the documents about the rules as well as the laws and the related research done by other people. The findings of the research are: 1) the policy of research program and the public service at HE is based on the general policy of the HE Directorate, Ministry of National Education; 2) the implementation of policy in improving quality of HE still has constraints such as the institutions of research and public service are still separate, the socialization of programs of public service is still low, and most lecturers at HE are stil lack of having research methodolgy; 3) the research findings of both public and private HE can be implemented to develop and improve science. However, there has a few of the research findings that can be used for improving teaching and learning materials for higher education, very few of national as well international publications, and very few of having patent rights; and 4) the activities in public service are not based on the findings of the research yet. Key words: research, public service, policy analysis, science, learning materials 25 Kegiatan Sains dalam Kurikulum TK untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Didik Sumiyati Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui gambaran tentang kreativitas anak didik dalam kegiatan sains dengan pendekatan Kontekstual pada TK; 2) mengetahui gambaran tentang kreativitas anak didik dalam kegiatan sains dengan pendekatan konvensional yang diterapkan guru pada TK; 3) mengetahui perbedaan antara kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual dengan kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan konvensional pada kegiatan sains di TK. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kreativitas anak didik TK; dalam kegiatan sains yang diajar dengan pendekatan kontekstual mempunyai skor rata-rata lebih tinggi dari pada yang diajar dengan pendekatan konvensional; 2) Dari hasil penelitian dengan pendekatan kontekstual diketahui anak didik yang mempunyai skor di atas skor rata-rata lebih banyak dari pada yang memiliki skor dibawah skor rata–rata, dan hasil penelitian dengan pendekatan konvensional diketahui anak didik yang mempunyai skor diatas skor rata-rata juga lebih banyak dari pada anak didik yang memiliki skor di bawah skor rata-rata; 3) Anak didik yang memperoleh skor di atas ratarata pada pendekatan kontekstual lebih banyak dibanding anak didik yang memperoleh skor di atas rata-rata pada pendekatan konvensional; Kata kunci: kegiatan sains, kurikulum TK, kreativitas anak, pendekatan pembelajaran konseptual, dan pendekatan pembelajaran konvensional. Abstract: The purposes of this research are: 1) to get the picture of student’s creativity in science activity by implementing contextual approach to kindergartens’ students; 2) to get the picture of student’s creativity in science activity by implementing conventional approach to kindergartens’ students; 3) to know the different of kindergarten’s student’s creativity between the students taught by implementing contextual approach and the other ones taught by implementing conventional approach in science activity. Data are analyzed with the descriptive and inferential statistics; The result of this research shows that 1) In the science activity, the creativity of kindergartens’ students; taught by implementing contextual approach having a higher average point to the ones taught by implementing the conventional approach; 2) In contextual approach teaching, the number of students having higher point than the average point are higher to the ones having lower point than the average point. The same result is obtained in conventional approach teaching as well; 3) The number of students having higher point than the average point in contextual approach teaching are higher to the ones in conventional approach teaching. Key words: Science Activity, Kindergarten Curriculum, Student ’s Creativity, contextual approach, and conventional approach 26 Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mutiara O. Panjaitan Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Proses pembelajaran bahasa Inggris dikemas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan proses terpadu, artinya penilaian dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian pada dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnya kegiatan penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatan pembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugastugas penilaian juga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Memperhatikan kondisi ini, dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi diperlukan seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosio kulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kata kunci: penilaian, kompetensi, berwacana, komunikatif, bahasa kurikulum, pembelajaran, dan teks Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English is used in society in everyday life. Teaching learning activity and assessment are integrated process. It means that assessment executed while learning activity is going on. Based on the investigation on school curriculum it is that learning activity and assessment were designed as separate components and in formal way. The task of assessment does not depict the real word. Besides, teachers’ ability in designing assessment is various that will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model of assessment on English subject that could be used as a reference for teacher and stakeholders when developing school curriculum. Language is a tool for communication orally and written. Communication competence or discourse competence is a competence to communicate orally and written as well in certain communication event. Communicative competence needs a set of competencies i.e. actional competence, linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategic competence. These competencies could not be separated and support each other which are realized through four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and writing.Teachers are encourage to teach language using the four language skills in an integrated manner. Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum, learning, and text 27 Pengaruh Kekohesifan, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja Terhadap Efektivitas Organisasi Bambang Dwidjo Kustoro Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, E-mail: bambangdwidjokustoro@yahoo.co.id Abstrak: Obyek penelitian adalah untuk meneliti pengaruh kepemimpinan, budaya kerja, daya saing terhadap efektivitas dilaksanakan pada perusahaan pengadaan alat-alat teknik kekohesifan, gaya organisasi. Penelitian pendidikan dengan mempergunakan metoda Path Analysis untuk membuktikan hipotese. Dilakukan pada 417 perusahaan yang diwakili oleh 120 sampel dan setiap sampel diwakili oleh direktur yang ditunjuk oleh perusahaan atau oleh pemilik perusahaan dalam menjawab instrumen penelitian berupa questioinaires. Penelitian membuktikan; terdapat pengaruh positif langsung kekohesifan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh langsung positif kekohesifan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif langsung kepemimpinan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh positif langsung gaya gaya kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif langsung budaya kerja terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif tidak langsung kekohesifan terhdap efektivitas organisasi melalui budaya kerja, terdapat pengaruh positif tidak langsung gaya kepeminpinan terhadap efektivitas organisasi. melalui budaya kerja. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kekohesifan,gaya kepemimpinan dan budaya kerja adalah varian dari efektivitas organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kekohesifan, gaya kepemimpinan dan budaya kerja. Kata kunci: penelitian, analisis jalur, kekohesifan, gaya kepemimpinan, budaya kerja, efektivitas organisasi, pengaruh langsung, dan pengaruh tidak langsung. Abstract: The research was conducted at educational tools companies to obtain with the effect of cohesiveness, leadership style and organizational culture on organizational effectiveness , by using a survey method with path analysis applied in testing hypothesis. The amount of 417 companies selected by simple random sampling with 120 samples and each sample was represented by its director or owner to fill the data. The research reveals that: 1) there is a direct positive effect of cohesiveness on organizational culture; 2) there is a direct positive effect of cohesiveness on organizational effectivenes; 3) there is a direct positive effect of leadership style on organizational culture; 4) there is a positive direct effect of leadership style on organizational effectivenes; and 5) there is a direct positive effect of organizational culture on organizational effectivenes. Due to this findings it could be drawn that 6) there is a indirect positive effect of cohesiveness on organizational effectivenes through organizational culture; and 7) there is an indirect positive effect of ledership style on organizational effectivenes through organizational culture.The result are the variances explain that the cohesiveness, leadership style, organizational culture of organizational effectivenes. Therefore, it implies that the organizational effectivenes can be improved by developing the cohesiveness, leadership style, organizational culture. 28 Key words: Research, Path Analysis, Cohessiveness, Leadership Style, .Organizational culture, Organizational effectiveness, Direct effect, and Indirect effect Kritik Sosial Terhadap Praktik Pendidikan dalam Film “Laskar Pelangi” Nanang Martono FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto email: nanang_martono@yahoo.co.id Abstrak: Artikel ini merupakan analisis mengenai kritik terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Kritik ini lebih didasarkan pada alur cerita yang disampaikan dalam film “Laskar Pelangi” (LP). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis esensi film LP yang dilihat melalui kaca mata sosiologi. Esensi film lebih difokuskan pada kritik sosial yang disampaikan melalui film ini. Secara teoritis, pendidikan memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. Menurut perspektif fungsional, pendidikan berfungsi positif untuk mentransmisikan nilai-nilai antargenerasi. Sebaliknya, perspektif konflik menjelaskan bahwa pendidikan justru menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial. Perspektif interaksionisme simbolik lebih melihat pada bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam proses pendidikan saling berhubungan. Beberapa kritik yang disampaikan di antaranya adalah mengenai proses pendidikan formal yang meninggalkan hakikat pendidikan itu sendiri, eksklusifitas fungsi sekolah, formalisasi pendidikan, ketidakmerataan akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah yang menyebabkan ketidaksetaraan sosial, otonomi pendidikan yang sepenuhnya belum otonom serta dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit. Kondisi-kondisi inilah yang mewarnai dinamika pendidikan nasional sampai saat ini yang telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan sosial. Kata Kunci: laskar pelangi, kritik sosial, pendidikan, dan ketidaksetaraan sosial. Abstract: This article is an analysis of the criticisms of the practice of education in Indonesia. This criticism is based on the storyline presented in the “Laskar Pelangi” (LP) movie. This article aims to analyze the essence of the LP movie seen through the sociologycal perspective. The essence of the film is more focused on social criticism conveyed through this film. Theoretically, education has two conflicting functions. According to the functional perspective, the positive function of education are transmit values across generations. Instead, the conflict perspective to explain that education actually leads to social inequality. More symbolic interactionism perspective see how the actors involved in the education process related to each other. Some of the criticism is delivered in between the formal education process that leaves the essence of education itself, the exclusivity of school functions, the formalization of education, inequality of access to education for lower-class society that cause social inequality, educational autonomy have not fully autonomous and the dichotomy of your favorite school and favorite. These conditions that characterize the dynamics of national education so far has led to social inequality. Key words: laskar pelangi, social criticism, education, and social inequality. 29 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010 Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Dalam Pos PAUD J.M. Tedjawati Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang: 1) penyelenggaraan Pos PAUD di lingkungan masyarakat; 2) peran PKK dalam penyelenggaraan Pos PAUD; dan 3) hambatan dan upaya yang dilakukan. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitataif, dengan lingkup penelitian pelaksanaan program Pos PAUD dan peran PKK di Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan Pos PAUD di tiga kabupaten sudah diselenggarakan berintegrasi dengan kegiatan Posyandu dan BKB; 2) PKK telah bekerjasama dengan Posyandu/Puskesmas dan BKB sesuai dengan harapan Direktorat PAUD dalam menumbuh kembangkan anak usia dini; dan 3) Hambatan yang ditemukan antara lain masih terbatasnya: (a) tenaga kader dan masih rendahnya pendidikan kader, (b) penguasaan ilmu pendidikan para kader, (c) dana untuk pembelian alat permainan (PAUD), (c) ruang untuk bermain, dan (d) evaluasi program PAUD. Upaya yang dilakukan antara lain dengan cara: 1) menggunakan tempat kegiatan secara bergiliran; 2) menggunakan alat bantu mengajar dengan bahan sederhana; dan 3) memberikan kesempatan pada kader PAUD untuk mengikuti pelatihan PAUD. Kata kunci: Program Pos PAUD dan PKK Abstract: The purpose of this research is to find informataion and data about: 1) Post implementation of the Post Early Childhood Education (Pos PAUD) in the community environment that includes characteristics of students, teachers, and administrators, the process of activities, evaluation and coaching; 2) PKK role in post implementation of the Post ECE; and 3) Obstacles and problems faced in the implementation of ECE services and attempt what can be done to overcome them. The methodology used is qualitative research, with the scope of this research is the implementation of ECE programs and the role of PKK Limapuluh Koto district, Gorontalo district, and Gowa district. The result showed that: 1) Post implementation of the region have implemented ECE integrated with IHC (Posyandu) and BKB activities; 2) the PKK has been carrying out its duties in cooperation with IHC (Posyandu)/ PHC (Puskesmas) and BKB, according to the ECE directorate hopes to help early childhood development, and 3) Obstacles found from the implementation of ECE, among others: (a) Lack of cadres and low educational cadres held; (b) Lack of mastery of the science education of the cadres held; (c) Lack of funds for the purchase of APE; (d) Limitations of space for games; and (e) Evaluation in ECE (PAUD) Programs. To minimalis of the obstaclce has been done by: 1) moving class; 2) using symple educational facilities with reuseable material; and 3) giving opportunity to the ECE cader to continue studying or following ECE training programe. 30 Key words: Early childhood education program and education programe for family wealfare (PKK) Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Guru Sekolah Dasar Dadang Dahlan FPEB Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk: 1 )mendeskripsikan diskrepansi harapan- persepsi guru SD terhadap pengembangan/pemeliharaan SDM; 2) menjelaskan pengaruh diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM terhadap kepuasan kerja dan komitmen guru SD; 3) menjelaskan pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen guru SD. Populasi penelitian ini adalah guru SD Negeri di Kabupaten Bandung. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik “multi stage random sampling“, dengan ukuran sampel minimum sebanyak 322 orang guru. Metode penelitian yang digunakan adalah survei eksplanatori. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan teknik analisis data yang digunakan ialah analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur dengan bantuan program LISREL. Hasil penelitian menunjukkan: 1) tinggi rendahnya kepuasan kerja guru SD secara langsung dipengaruhi besar kecilnya diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM, sehingga semakin kecil tingkat diskrepansinya, semakin tinggi tingkat kepuasan kerja; 2) diskrepansi harapanpersepsi pengembangan/pemeliharaan SDM berpengaruh secara tidak langsung terhadap komitmen guru, sehingga semakin kecil tingkat diskrepansinya, semakin tinggi keterikatan guru terhadap pekerjaan dan organisasi sekolah tempatnya bekerja; dan 3) kepuasan kerja berpengaruh secara langsung terhadap komitmen guru, serta berpengaruh secara tidak langsung terhadap setiap faktor komitmen guru. Kata kunci: pengembangan SDM, diskrepansi, kepuasan kerja, komitmen Abstract: This study is aimed at: 1) describing the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance; 2) explaining the influence of the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance for elementary teacher‘s job satisfaction and commitment; 3) explaining the influence of job satisfaction to teacher‘s commitment. The population of the study is state elementary school in Bandung regency. The technique sample is multi stage random sampling whose minimum size is 322 teachers. The method used is explanatory survey. The data is collected by using questionnaire while the data analysis technique is confirmatory factor and path analysis supported by LISREL program. The result of this study shows that: 1) the level of the teacher‘s job satisfaction is directly influenced by the magnitude of teacher‘s expectationperception discrepancy toward human resources development/maintenance, so that the lower discrepancy level is, the higher job satisfaction level; 2) the discrepancy between teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance indirectly influences teacher commitment as well so that the lower discrepancy is, the higher teacher commitment on work is; 3) the job satisfaction influences teacher commitment directly and each factor of teacher commitment indirectly. 31 Key words: human resources development, discrepancy, job satisfaction, and commitment Analisis Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD dan SMP di Medan Sondang Pintauli Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, email: sondangp@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi dan mulut siswa kelas VI SD dan III SMP di Kota Medan. Total sampel 393 orang yang diambil secara stratifikasi-klaster 2 tingkat, di mana siswa SD 197 orang dan SMP 196 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi, serta uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) prevalensi karies siswa SD 92,39% dengan DMFT 3,42±2,36 dan meningkat pada siswa SMP menjadi 93,37% dengan DMFT 3,79±2,69. Siswa SMP mempunyai >3 sekstan sehat sesuai dengan target pencapaian gigi sehat WHO. Skor OHIS sebagian besar siswa SD dan SMP (50,8 dan 52,6%) pada kategori sedang; 2) 61,4% siswa SD mempunyai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang baik, sedangkan pada siswa SMP hanya 30,1%; 3) terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan skor pengalaman karies (DMFT) dan skor kebersihan mulut (OHIS) (p<0,05), sebaliknya tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan status periodontal (p>0,05). Kata kunci: kesehatan gigi, perilaku kesehatan, DMFT, status periodontal, dan skor oral higiene Abstract: The purpose of this study was to analyze the relationship between oral health status (caries and periodontal status, oral hygiene) and oral health behavior of sixth grade primary and third grade of junior high school students in Medan. 393 children (197 primary school students and 196 junior high school students) were selected at cluster stratification. Dental caries and periodontal status of students was evaluated using the World Health Organization (WHO) diagnostic criteria. The oral hygiene of each child was assessed using the scoring of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) from Greene and Vermillion. Interviews were conducted using a questionnaire to determine the oral health behavior of the children. The results showed that: 1) the caries prevalence of primary school children 92,39% with mean DMFT 3,42±2,36, and found higher in junior high school students 93,37% with mean DMFT 3,79±2,69. Junior high school students have >3 health sextants according to WHO. Almost all of students in both groups (50.8 and 52.6%) in moderate category; 2) 61.4% of the primary school students with good oral health habits while in junior high school students only 30.1%; 3) no statistically differences between oral health behavior and periodontal status (p>0.05), it was found significant differences between oral health behavior and caries experience and also oral hygiene (p<0.05). Key words: oral health, health behaviour, DMFT, periodontal status, and oral hygiene 32 Otoritas Guru dalam Konteks Pendidikan Kritis di SMA Negeri Kota Padang Isnarmi Moeis, Al Rafni, Junaidi Indrawadi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena interaksi belajar mengajar di sekolah dengan sudut tinjauan pendidikan kritis. Subjek penelitian adalah guru-guru SMAN di Kota Padang yang terdiri dari guru PKN dan Sosiologi. Untuk setting penelitian dipilih 6 SMAN yaitu SMAN 1 dan SMAN 2 Padang mewakili sekolah unggul, SMAN 3 dan SMAN 5 mewakili sekolah pra unggul, dan SMAN 7 dengan SMAN 12 mewakili sekolah kategori biasa. Dari enam sekolah tersebut dipilih masing-masing 1 guru PKn dan 1 guru Sosiologi. Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah pola interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk menganalisis interaksi tersebut digunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis dari Fairclough, khususnya mengenai kontrol Interaksi (Interactional Control Feature). Kerangka teori yang digunakan adalah teori otoritas dari John Wilson yang menyoroti penggunaan otoritas guru dalam kelas. Dari hasil pengamatan ini ditemukan bahwa interaksi guru siswa yang ada saat ini masih banyak didominasi oleh guru. Penggunaan otoritas guru masih terfokus pada pencapaian target berupa penguasaan materi seperti yang telah direncanakan, dan pada akhirnya dibuktikan melalui keberhasilan dalam menjawab soal tes (tengah semester atau akhir semester). Disimpulkan bahwa guru belum menggunakan otoritas yang diarahkan kepada pendidikan atau pemberdayaan siswa sebagai subjek belajar. Kata Kunci: pendidikan kritis, critical discourse analysis, dan otoritas guru Abstract: The aim of this research is to describe the phenomenon of learning interaction in terms of critical education in the State Senior High School in Padang. The subjects of this research are the teachers of Civics Education and Sociology. The research was held at six schools: SMAN 1 and SMAN 2 Padang represents the best school; SMAN 3 and SMAN 5 represents the good school, and SMAN 7 and SMAN 12 represents the ordinary school. These 6 school selected one PKn teacher from each school among the aspect observed in this research is the pattern of interaction between teachers and students in learning process at the classroom. To analyze this interaction was approached by Critical Discourse Analysis of Fairlclough, especially dealing with Interactional Control Feature. The theoretical framework was based on theory of teachers’ authority by John Wilson. The result of this study shows that interaction between teachers and students is dominated by teachers. This authority tend to direct students on achieving the target of learning by mastering the material which proved by success on passing the test (mid of last term semester). In short, teachers have not applied their authorities yet on empowering students as the subjects of learning. Key words: critical pedagogy, critical discourse analysis, and teachers authority. 33 Analisa Kausal Prestasi Kerja Instruktur Penerbang Beserta Kualitas Pengukuran Indikator-Indikatornya di Sekolah Penerbang TNI-AU Adisutjipto Yogyakarta Mudjiono Said STKIP SULUH BANGSA, email:ical_m07@yahoo.co.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kausal prestasi kerja Instruktur Penerbang beserta kualitas pengukuran indikator-indikatornya, seperti indikator komitmen, kemampuan kognitif manajemen, persepsi kepemimpinan atasan, dan prestasi kerja Instruktur Penerbang itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Penerbang TNIAU Yogyakarta, dengan mengambil sampel yang terjangkau sebanyak 60 orang Instruktur Penerbang dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar indikator yang terjadi setiap kekeliruan ukur yang semakin kecil, akan berdampak pada muatan faktor (loading factor) menjadi lebih besar. Artinya bahwa validitas dari kualitas muatan besaran faktor akan menjadi lebih tinggi. Lebih lanjut, dapat diterangkan pada kesetaraan struktural variabel yang diteliti, bahwa prestasi kerja didukung oleh komitmen, kemampuan kognitif manajemen dan kepemimpinan. Sedangkan untuk kepemimpinan sendiri mendapat dukungan dari komitmen dan kemampuan kognitif manajemen. Kata kunci: analisa kausal, prestasi kerja, instruktur penerbang, dan sekolah penerbang. Abstract: The objective of the study is to analyze causal of Pilot Instructor’s work achievement including the quality of the measurement of their indicators, such as indicator of commitment, cognitive ability in management, pilot’s perception toward higher rank leadership, and Pilot Instructor’s work achievement.The study was conducted at the Air Force Flying School Yogyakarta, sample was taken by using simple random sampling technique. The research concludes that any reducing quality of errorvariance cause to increase the value of the loading factor and the validity of the loading factor becomes a higher level quality. Moreover there are structural equations among pilot’s perception toward higher rank leadership with commitment, cognitive ability in management, and Pilot Instructor’s work achievement with pilot’s perception toward higher rank leadership, commitment, and cognitive ability in management. Key words: analyze causal, work performance, pilot instructor, and air force flying school Model Persamaan Struktural Kualitas dan Biaya Jasa Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Mahasiswa Hisyam Ihsan Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, e-mail: hisyamihsan@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memverifikasi model hubungan antara berbagai faktor yang terkait dengan kepuasan dan loyalitas mahasiswa, termasuk kedudukannya sebagai mitra partisipan efektif dari pendidikannya sendiri, 34 sekaligus melihat dampak sikap dan persepsinya pada tataran hasil (outcome) dalam institusi pendidikan tinggi. Hubungan kualitas jasa pendidikan dan biaya jasa yang dialami dengan kepuasan dan loyalitas mahasiswa diuji secara empirik dengan menggunakan Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM). Hasil penelitian memberikan dukungan terhadap usulan model aplikatif yang menggambarkan sikap dan perilaku mahasiswa baik sebagai konsumen maupun mitra-partisipan terhadap layanan jasa pendidikan tinggi dalam memprediksi kepuasan dan loyalitas mahasiswa. Melalui model tersebut dapat disimpulkan bahwa makin berkualitas layanan jasa yang diberikan kepada mahasiswa menurut persepsi dan keterlibatannya akan semakin puas dan loyal mahasiswa tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan; atau ekuivalen bahwa makin positif sikap dan perilaku mahasiswa terhadap penyelenggaraan pendidikan, akan semakin puas dan loyal mahasiswa tersebut, dan tentu saja berakibat akan semakin baik kinerja pendidikan tinggi ke depan dalam perspektif jangka panjang. Kata kunci: kualitas jasa pendidikan, biaya jasa yang dialami, kepuasan, loyalitas, mitrapartisipan, Structural equation modelling Abstract. The objective of the study accordingly is to develop and verify the relationships model among various factors related to students’ satisfaction and loyalty and their status as effective participating partners of their educational institutions (Partnert-Participant), as well as the impact of these students’ attitudes and perceptions on the outcomes level of undergraduate program in a higher education. The relationship between the perceived quality of educational service as well as the price and the students’ satisfaction and loyalty are empirically tested using Structural Equation Modeling (SEM). The result of the study supports the proposed applicative model which describes the attitudes and perception of the students both as consumers and as co-producer of the educational services in relation to their satisfaction and loyalty. The model concludes that the more positive the attitudes and the perceptions of the students to the educational process, the more satisfied and loyal the students will be, the better performance of higher education as the outcome in a long time perspective. Key words: Educational service quality. Perceived price, satisfaction, loyalty, PartnertParticipant, and structural equation modelling Pendayagunaan Program Kesetaraan, Pendidikan Nonformal: Kasus Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008/2009 Ida Kintamani Dewi Hermawan e-mail: idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan pendayagunaan program kesetaraan, pendidikan nonformal di Provinsi Sulawesi Barat adalah untuk memahami keadaan program kesetaraan di provinsi tersebut yang diukur dengan indikator pemerataan dan mutu pendidikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sesuai dengan standar ideal program kesetaraan di Provinsi Sulawesi Barat dikatakan masih belum merata karena mencapai 36,78%, belum bermutu dengan nilai capaian sebesar 54,70%, dan keberhasilan program kesetaraan masih rendah dengan nilai capaian sebesar 45,74%. Bila digunakan standar nasional maka kondisi cukup baik. Pemerataan pencapaiannya sebesar 89,74%, mutu sebesar 85,98%, 35 dan keberhasilan program kesetaraan telah mencapai 87,46%. Disimpulkan bahwa berdasarkan program Kesetaraan di Provinsi Sulawesi Barat diarahkan ke standar ideal maka masih jauh dari harapan karena pencapaiannya kurang dari 50%. Namun, bila berdasarkan standar nasional sudah cukup baik karena hanya perlu 13,54% untuk menuntaskan. Disarankan agar pemerintah provinsi yang dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan melakukan prioritas dalam pembangunan program kesetaraan di Provinsi Sulawesi Barat, yaitu baik pemerataan maupun mutu pendidikan program kesetaraan harus dibenahi sehingga mendukung program pendidikan dasar dan menengah. Kata kunci: pendayagunaan, pendidikan nonformal, program kesetaraan, pemerataan pendidikan, dan mutu pendidikan Abstract: The aim of utilization of equality program, non-formal education in West Sulawesi Province is to understand the existing condition of equality program in West Sulawesi Province that is measured using equity and access to education and quality indicators. The analysis using ideal standard shows that equity program in West Sulawesi Province is still not yet equity with the value of 36.78%, not yet qualify with the value of 54,79% so that the succesfulness of equity program is still low with the value of 45,74%. When comparing to national standard, equity is 89.74%, quality is 85.98%, and succesful of equity program is 87,46%. So, it is summarized that if equality program in West Sulawesi is compared to ideal standard, it is far away achieve due to less than 50% but if is used to national standard, it is good enough because it is only 13.54% to completeness. With this condition, it is suggested that government give a priority to build equality program in West Sulawesi both in equity and quality so that it can support basic and secondary program. Key words: utilization, non-formal education, equality program, equity of education, quality of education, and program performance Perspektif Multidimensional Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan: Pemikiran Awal Konsep dan Penerapan Iskandar Agung Puslitjaknov-Balitbang Kemdiknas Abstrak: Pembangunan merupakan istilah yang dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai upaya mencapai perubahan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Pembangunan kerapkali dilaksanakan secara multidimensional, dalam arti meliputi berbagai dimensi kehidupan (ekonomi, sosial, pendidikan, politik, kesehatan, dan sebagainya), meski keseluruhan bermuara pada upaya menuju perbaikkan, kemajuan dan kesejahteraan hidup masyarakat penerimanya. Namun tidak jarang fenomena di sekitar memperlihatkan, keberhasilan suatu pembangunan kurang dapat dipertahankan, terancam kesinambungannya, dan bahkan dirusak oleh sebagian anggota masyarakat penerimanya. Di samping itu, pembangunan yag dilaksanakan pun tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga negatif dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar itu diperkenalkan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan tujuan agar pembangunan dapat dijaga, dipelihara, dan bahkan dikembangkan keberlanjutannya untuk kepentingan generasi masa kini maupun akan datang. Salah satu 36 unsur potensial untuk menanamkan nilai dan tujuan pembangunan itu adalah melalui bidang pendidikan, yang dikenal dengan sebutan pendidikan pembangunan berkelanjutan (education sustainable development). Belum terdapat kejelasan konsepsional mengenai istilah pendidikan pembangunan berkelanjutan tersebut yang dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan operasionalisasinya oleh berbagai pihak di lapangan. Atas dasar itu tulisan ini bermaksud mengemukakan suatu pemikiran mengenai pengertian pembangunan berkelanjutan serta cara untuk menyebarluaskan nilai dan tujuan yang terkandung dalam dimensi pembangunan melalui jalur pendidikan, terutama mengintegrasikannya ke dalam kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Kata kunci: pembangunan, pembangunan berkelanjutan, multidimensional, pendidikan. Abstract: Development is a term expressed by all parties to promote the effort to create changes in the public toward a better life. Implementation of the Development is often performed multidimensionally in which most of the aspects in life (such as economy, social, education, politic, health, etc) are covered therein. Even though all of the Developments are aimed to improve, advance and achieve the welfare of the target society but in reality it is often found that a success in a Development is not followed by proper care and maintenance, worst of all, it is even threatened or vandalized by some of the irresponsible and reckless members of the society. In addition, it must be admitted that not all Developments can give positive impact to the society, some of which even create negative impacts against their life. On the basis of the premises mentioned above, it is necessary to introduce the concept of Sustainable Development so as to make sure that the Development will be properly cared-for, maintained, and even continued to the next level for the sake of the present and the future generations. One of the potential elements which can be used for implanting the values and objectives of the Development into the heart and mind of the society is Education, which is known as Education Sustainable Development. However, there has been no clear conception yet about the Education Sustainable Development which can be used as the guidelines and references at operational level by relevant parties. Therefore, this writing is intended to offer a concept of Education Sustainable Development, and the method for promoting the values and objectives of the Development through Education, especially are integrated into the intra and extracurricular activities. Key words: development, sustainable development, multidimensional, education Bahasa dan Integrasi Bangsa dalam Kajian AntropologiFungsional Nugroho Trisnu Brata Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Abstrak: Tulisan ini berusaha mengkaji fungsi atau peran bahasa dalam proses integrasi Bangsa Indonesia. Tulisan ini mengangkat permasalahan, yaitu bagaimana proses Bahasa Indonesia dimodifikasi dan diadopsi menjadi bahasa persatuan yang berfungsi sebagai perekat keberagaman etnik? Tujuan penulisan artikel ini adalah berusaha menjawab permasalahan bagaimana proses Bahasa Indonesia dimodifikasi dan diadopsi menjadi bahasa persatuan sehingga bisa beradaptasi dengan perubahan jaman. Landasan teori yang digunakan dalam melakukan analisis di sini adalah teori antropologi-fungsional yang 37 dikembangkan oleh dua antropolog Inggris yaitu Bronislaw Malinowski dan Radcliffe Brown. Hasil bahasan menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia memiliki karakter khusus yang berbeda dengan bahasa-bahasa bangsa lain karena Bahasa Indonesia berakar dari tradisi etnik lokal. Apabila Bahasa Indonesia tetap diperlukan sebagai bahasa yang bisa menjaga integrasi negara Indonesia maka harus ada sosialisasi dan pewarisan. Sosialisasi Bahasa Indonesia baku secara massal dan berkesinambungan misalnya dilakukan oleh TVRI atau TV-TV swasta yang menggunakan bahasa baku dalam siarannya. Bahasa Indonesia yang difungsikan sebagai bahasa persatuan bagi masyarakat Indonesia telah menciptakan fenomena bahasa berdampingan dengan fenomena politik, dalam hal ini adalah politik-kebahasaan. Sebagai saran, bahwa Bahasa Indonesia baku bisa menjadi salah satu unsur dalam menjaga integrasi Bangsa Indonesia, maka harus dilakukan sosialisasi dan pewarisan yang tiada henti. Kata kunci: bahasa, integrasi, antropologi-fungsional. Abstract. The writing attempts to analyze the functions or roles of language during the integration process of Indonesia. It raises a question on how the process of Indonesian language is modified and adopted into a language of unity functioning as the glue that holds the ethnic diversity. The article aims at discovering the process of modification and adoption of Indonesian language into the language of unity which is adaptable to the era changes. Theoretical background employed in the analysis is Functional-Anthropology Theory developed by two British anthropologists, Bronislaw Malinowski and Radcliffe Brown. The results conclude that Indonesian language possess special characteristics which are different from other languages because it has its roots in local ethnics. If Indonesian language is permanently to be a language of unity, it is necessary to conduct socialization and inheritance. The socialization of Standard Indonesian language is massively and continuously conducted by TVRI or private television stations using standard language in their programs. The function of Indonesian language as the language of unity for Indonesian people has created language phenomenon and political phenomenon, side by side, in this case language politics. As a suggestion, continuous socialization and inheritance is necessary to be conducted due to the potency of Standard Indonesian language as one element in preserving the integration of Indonesia. Key words: language, integration, and functional-anthropology Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya Purwanto STAIN Surakarta Abstrak: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para ahli tidak mencapai kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi yang dikemukakan menunjukkan batasan yang tidak serupa. Mereka juga tidak sepaham dalam melihat apakah intelegensi merupakan heriditas atau modifikasi. Beberapa mencoba menghubungkan intelegensi dengan bakat, kreativitas, dan prestasi. Para ahli juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat dalam intelegensi. Hal itu tampak dalam teori-teori yang mereka ajukan. Beberapa ahli yang mengajukan teorinya mengenai intelegensi, di antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, Guilford, dan Gardner. Intelegensi diukur menggunakan tes intelegensi dan 38 diskala menggunakan ukuran yang dikenal dengan IQ. Skor IQ diinterpretasikan dengan membandingkan IQ seseorang dengan kelompok sebaya atau kelompok norma. Kata kunci: kemampuan, potensial, teori intelegensi, IQ, dan kelompok sebaya. Abstract. Intelligence is a common and potential capability. Theorist have not agreed in its concept yet. Their definitions are not identical. They also do not agree with factors which contribute to intelligence. They try to correlate intelligence with talent, creativity and achievement. Their theories contain different elements. Some theorist are Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Louis Thurstone, James P Guilford and Howard Gardner. Intelligence is measured by a test and scaled in IQ. IQ score is interpreted by comparing one’s IQ with his peer or norm group. Key words: capability, potential, intelligence theory, IQ, and peer group. 39 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 5, September 2010 Keefektifan SMP Negeri Standar Nasional di Kota Semarang (Pengaruh Kesehatan Sekolah, Sumber Daya Manusia, Saranaprasarana, Peranserta Masyarakat Terhadap Prestasi Akademik) Kasmadi Imam Supardi FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak: Tujuan penelitian ialah untuk menentukan besaran pengaruh kesehatan sekolah, sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan peran serta masyarakat terhadap prestasi akademik SMP Negeri Standar Nasional. Anggota populasi sekaligus sampel penelitian adalah lima belas SMP Negeri Standar Nasional di kota Semarang. Keefektifan sekolah diungkap dari persepsi guru SMP Negeri Standar Nasional di Kota Semarang dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan teknik confirmatory factor analysis second order dari program statistik LISREL linear structure relationship. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sumber daya manusia, sarana-prasarana, peran serta masyarakat, dan kesehatan sekolah secara bersama-sama terhadap prestasi akademik sebesar 93,70%. Prestasi akademik rata-rata nilai ujian nasional siswa SMP Negeri Standar Nasional dalam kategori baik, termasuk mata pelajaran Matematika dan IPA. Kata kunci: keefektifan sekolah, sekolah standar nasional (SSN), kesehatan sekolah, sarana-prasarana prestasi akademik, dan peran serta masyarakat Abstract: The goal of the research is to determine value of influence of perception health school, education staff, media of learning, and publics services to academic prestation of students. The members of population and sample are fiveteen the National Standar of SMP in Semarang city. Effectiveness school be shown by perception respondent of teachers in Semarang city with quesionare. The data analysis use confirmatory factor analysis second order from statistics programe LISREL linear structure relationship. The result of reseach is like below. The total influence of education staff, media of learning, and publics services, and health of school to academic prestation of students is 93,70%. The academic prestation of national test for student of SMP Negeri Standar Nasional is good, included the lesson of Mathematics and Sciences. Key words: effectiveness school, national standard school, education staff, media of learning, publics services, health of school and academic prestation 40 Evaluasi Kinerja Wirausahawan Etnik China Lulusan SMK di Kota Singkawang Kalimantan Barat Ahmadi STKIP PGRI Pontianak Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang kinerja kewirausahaan dari etnik China lulusan SMK di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Evaluasi kinerja dilakukan melalui pengukuran karakteristik kewirausahaan dari para lulusan yang diambil secara purposif dengan menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang dipersiapkan khusus untuk penelitian ini. Dengan menggunakan analisis data model interaksi dari Miles dan Hubermans melalui kegiatan reduksi data, penyajian dan verifikasi dan penarikan simpulan maka diperoleh hasil evaluasi kinerja yang terandalkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewirausahaan mereka dibentuk melalui kurikulum sekolah, pembentukan kebiasaan, Agama Khonghucu dan kultur, sejarah dan tekanan hidup yang dialami oleh etnik China Hakka di Singkawang. Setiap keluarga etnik China memiliki usaha, usaha tersebut dipimpin oleh ayah. Ayah sebagai kepala keluarga, memimpin pemujaan kepada roh leluhur sekaligus memimpin bisnis dibantu seluruh anggota keluarga tanpa kecuali anak-anaknya yang masih kanak-kanak. Kinerja Kewirausahaan merupakan sinergi dari kehidupan keluarga, kurikulum sekolah, kultur China dan kehidupan dengan orang lain di masyarakat. Kata kunci: entrepreneurship, China Hakka, Khonghucu, dan evaluasi kinerja Abstract: This study aims at obtaining in-depth and comprehensive understanding of the entrepreneurship performance of Chinese ethnic Vocational Secondary School graduates in Singkawang of West Kalimantan. Evaluation on performance was carried out by measuring entrepreneurship characteristics of the graduates who were selected purposively as subjects of the study. A qualitative approach was implemented through Indepth interviews and specially designed participant observation guide were used to collect data. The obtained data was the analyzed by means of Miles and Hubermans Interaction Analysis Model for which data reduction, presentation and verification were conducted. The findings indicate that entrepreneurship performance of the subjects was shaped by the school curriculum, habit formation, the Khonghucu religion, as well as culture, history and living pressure experienced by the Hakka Chinese ethnic group in Singkawang. It is obvious that every Chinese family owns a business, which is led by the father as head of family, leader in worshipping their ancestor spirits, as well as the leader in operating their business with support of the whole family members except the young children. Entrepreneurship performance becomes a synergy of family life, school curriculum, Chinese culture, and social interaction with other people in the society. Key words: entrepreneurship, China Hakka, Khonghucu, performance evaluation. 41 Penerapan Six Sigma untuk Penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional SMU di Lima Wilayah DKI Jakarta Prayekti, FKIP-UT, e-mail:prayekti@mail.ut.ac.id Hanafi, FKIP-UT, e-mail:hanafi@mail.ut.ac.id Abstrak : Tujuan penulisan artikel ini dimaksudkan untuk membahas hasil penelitian tentang penerapan Six Sigma pada ujian nasional SMU di Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada ujian nasional tahun ajaran 2007/2008 di Jakarta dengan menggunakan metode kuesioner survei di lima wilayah Jakarta. Kuesioner disebarkan kepada peserta didik, guru dan pengawas ujian nasional. Sekolah yang menjadi sampel masing-masing wilayah lima sekolah negeri dan swasta. Data dianalisis dengan berpedoman pada Six Sigma yang memiliki empat kegiatan,yaitu perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Hasil penelitian menunjukkkan bahwa semua sekolah pada umumnya telah mempersiapkan diri sebelum menghadapi ujian nasional. Setiap sekolah telah membuat program khusus untuk peserta didik yang akan mengikuti ujian nasional. Program tersebut antara lain: memberikan tambahan materi pelajaran di luar jam pelajaran dan tambahan belajar pada hari Sabtu dan Minggu. Untuk pengendalian kualitas setiap sekolah membentuk panitia khusus yang diketuai kepala sekolah. Ujian nasional menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah, sehingga kualitas pembinaan kepada peserta didik menjadi prioritas. Kata kunci: ujian nasional, quality planning, quality control, quality assurance, quality improvement. Abstract : This paper discusses the results of research on the application of Six Sigma at the junior national exam in Jakarta. This research was conducted on the implementation of the national exam in academic year 2007/2008 Jakarta using survey questionnaire methods in five areas of Jakarta. Questionnaires distributed to students, teachers and supervisors of national examinations. Data were analyzed based on Six Sigma, which has four areas which include quality planning, quality control, quality assurance and quality improvement. result that all schools have generally been preparing themselves before the national exams. Each school has a special program for students to national exam. The program, among others, provide additional educational materials outside lesson time, and extra studying on Saturday and Sunday. To control the quality of each school formed a special committee chaired by the principal. Because the national exam and the estuary is an important activity of all school activities that have been fostering student for six semesters. National exam to measure the success of the school so that the quality coaching to the students to become primary. If you need to be improved in order to be better. From the students, all students are required to follow all the final semester of the program established by school. Therefore, all students are ready for facing a national exam. Graduation rate of students on national exams students did not disappoint, generally in accordance with the expectations of students, parents, teachers and schools. Key words: National Exams, Six Sigma, quality planning, quality control, quality assurance, quality 42 Prinsip-Prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan Dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan Subijanto Bagian Perencanaan Sekretariat Balitbang Kemendiknas Abstrak: Desentralisasi pendidikan yang efektif tidak hanya melibatkan proses pemberian kewenangan dan pendanaan yang lebih besar dari Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah, tetapi desentralisasi harus menyentuh pemberian kewenangan yang lebih besar ke sekolah dalam menentukan berbagai kebijakan, seperti organisasi dan proses belajar-mengajar, manajemen guru, struktur dan perencanaan di tingkat sekolah, dan sumber pendanaan sekolah. Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas mendukung dengan memberikan kewenangan otonomi pendidikan langsung kepada setiap satuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Mutu dan relevansi pendidikan ada pada setiap proses pentahapan pada satuan pendidikan. Komitmen Pemerintah untuk berinvestasi pada pendidikan sebagai solusi masa depan bangsa harus segera diwujudkan melalui pengalokasian 20% APBN untuk pendidikan di luar anggaran pendidikan kedinasan dan gaji guru. Untuk memperkuat dukungan pengembangan pendidikan, diperlukan kemitraan yang erat antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Untuk meningkatkan daya saing bangsa, pendidikan unggulan bertaraf internasional perlu dikembangkan, dimonitor, dan dievaluasi secara bertahap dan berkesinambungan di setiap daerah dengan menekankan relevansi dengan kebutuhan, ciri khas daerah/keunggulan lokal. Kata kunci: desentralisasi pendidikan, mutu dan relevansi pendidikan Abstrack: The effectiveness of decentralization is not only giving involving authority process and budget from central government to local government but also giving authority as a whole to the school through holistic authority in defining policy of education, such as: teaching-learning process organization, management of teacher, structur and school planning, and school budget resources. The Act number 20 of the year 2003 about National Education System was support the authority education budget directly to every school through school based management. The quality and relevance of education in each stage of education had been stated. Therefore, the Government was commited to invest for education as a solution of nation in the future that is through 20 % Fiscal National Budget for education could be operationalized excluded government education dan salary of teacher. For empowering support development of education the government shoud be collaboration with local government, society, and private company in conducting the quality of education. To increase the nation of competitiveness, the quality of education which is equal to the international standard need to be developed, to be monitor, and to be evaluate stages by stages and continuously in every region with more emphasises on relevancy based on demand, the characteristic of local region and prominence to local content based education. Key words: educational decentralization, quality and relevancy of education 43 Implikasi Unggulan Perguruan Tinggi Pada Aktivitas Ekonomi Daerah Syaiful Anwar. AB Universitas Bengkulu Abstrak: Tujuan penelitian ini mengetahui isi, implementasi dan kinerja kebijakan Universitas Bengkulu dalam peningkatan kualitas, relevansi dan dayasaing serta implikasinya pada kegiatan ekonomi daerah. Data penelitian adalah kebijakan Universitas Bengkulu sejak 2006 sampai 2008. Indikasi temuan: 1) ada konsistensi antara kebijakan nasional dan kebijakan Universitas Bengkulu dalam hal dayasaing, desentralisasi, otonomi dan kesehatan organisasi dan 2) peningkatan kualitas, relevansi dan unggulan Universitas Bengkulu, dapat mendorong aktivitas ekonomi daerah, dunia usaha dan dunia kerja. Selanjutnya, perguruan tinggi dapat mencapai kualitas, relevansi dan unggul dengan menerapkan sistim manajemen terpadu, berinovasi serta tanggap terhadap isu-isu berkelanjutan Kata kunci: unggulan dan ekonomi daerah Abstract: The objective of this research is to study the content, implementation, and policy performance of quality, relevance and core competitiveness of Bengkulu University. The data of this research is policies of Bengkulu University since 2006 up to 2008. The findings indicate: 1) consistency between the National policies and the policies of Bengkulu University in regard to competitiveness, decentralization, outonomy, and health of the organization and 2) improved quality, relevance and core competitiveness of Bengkulu University in driving regional economic activities, enterprise and working athmosphere; Therefore, in a higher education that wishing to reach quality, relevancy, core competitiveness should apply total quality management system and has innovation, and care for the current issues continously. Key words: core competitiveness and regional economics Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah Rakhmat Hidayat Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Abtsrak: Penelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya 44 Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism). Kata Kunci: Komunitas Betawi, Kebudayaan, Perubahan Sosial, Urbanisasi. Abtsract: This study will explain the social changes as a resulted of moved Betawi Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng Sawah is the area that still maintained its environment, a cool environment, beautiful and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the persistence of the homes still using typical stage Betawi. Also, still survive Betawi’s food and many accessories of Betawi. Other factors because Srengseng Sawah is considered to have potential to develop cultural tourism. Keywords: Betawi Culture, Culture, Social Change, Urbanization Nihilisasi Peran Negara: Potret Perkawinan Samin Nirkonflik Moh. Rosyid Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, email: rosyidm@yahoo.co.id Abstrak: Komunitas Samin dalam perkawinannya tidak menyertakan peran negara (KUA/Kantor Catatan Sipil) karena ngugemi ajaran leluhurnya (beragama Adam). Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi nihilisasi peran negara dalam perkawinan Samin Kudus dan tidak terjadi konflik karena komunitas Samin dijadikan tauladan dalam berinteraksi sosial (dengan warga Samin dan nonsamin), didukung permisifnya interaksi antaranggota masyarakat (warga Kota Kudus) di bidang praktik agama masing-masing. Keberadaan Samin oleh sebagian warga Kudus dianggap punah dan masyarakat Samin pun tidak ingin mengeksplor keberadaan agamanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik etnografi meliputi wawancara, pencatatan, pengamatan terlibat, dan analisis antarkomponen, dan diperkuat teori grounded dan fenomenologi. Untuk memperkuat data, mengedepankan aspek kredibilitas, transferbalitas, auditabilitas dan dependabilitas (reliabilitas), konfirmabilitas, dan multiangulasi. Teknik perolehan data mengutamakan observasi partisipan sejak tahun 2007 hingga 2009. Adapun tahapan perkawinan model Samin meliputi, nyumuk, ngendek, nyuwito, diseksekno, dan tingkep. Kata kunci: perkawinan, nihilisasi, dan komunitas Abstract: The Samin Kudus community on them practical marriage is not include of state action (KUA/ CAPIL), because ngugemi set an example for them great-grandfather doctrines (beragama Adam). This article wrote to investigate factors background on the nothingness of state action at Samin Kudus community marriage. The snapshot of their marriage is dis-conflict because they provide good a model on social interaction (Samin 45 dan non-Samin) include permissive interaction between each other at one community (warga Kota Kudus) especially on religious practice. Many people (warga Kudus) assumption that’s Samin Community was extinct and they self commitment to closed exploration of their identity. This research utilize qualitative method by ethnography exploration include interview, block note, participation observation, analysis of each component with empowering the grounded theory and phenomenology. To support the data, this research proposes credibility, transferability, audit ability, reliability, confirm ability, and multiangle. This research forward participation observation to collect data between 2007 -2009. The period marriage of Samin model contain; nyumuk, ngendek, nyuwito, diseksekno, and tingkep. Key words: marriage, nothingness, and community Konstruksi Nilai-Nilai Perempuan Metropolis Indonesia dalam Majalah Femina Dian Swandayani dan Nuning Catur Sri Wilujeng Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FBS, UNY e-mail: dianswandayani@yahoo.com dan nuningcatursw@yahoo.com Abstrak: Subjek penelitian ini adalah rubrik “Waktu Senggang” majalah Femina tahun 2007. Tujuan penelitian ini mengungkapkan secara keseluruhan jenis-jenis film, musik, buku bacaan yang membentuk nilai-nilai citra perempuan metropolis dan kontruksi sosial. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik baca-catat yang dikategorisasi, diinterpretasi dan dianalis secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) film-film yang terdapat dalam rubrik “Waktu Senggang” dalam majalah Femina edisi tahun 2007 kebanyakan berupa film-film drama Hollywood; 2) jenis-jenis musik yang terdapat dalam rubrik ini adalah musik-musik pop penyanyi laki-laki; 3) jenis-jenis buku bacaan yang terdapat dalam rubrik ini berupa novel atau memoar/biografi dengan perempuan sebagai tokoh utamanya dan problematika­nya. Pilihan-pilihan terhadap jenis tontonan, album musik, dan buku bacaan tersebut merupakan cerminan dari masyarakat kelompok wanita metropolis dengan metropolis Amerika Serikat sebagai trend-setter. Pilihan tersebut tidak hanya sebagai citra diri majalah Femina tetapi sekaligus juga membentuk atau menjadi formasi sosial dalam membentuk cita rasa atau citra pembacanya sebagai wanita metropolis, bukan wanita kampungan yang tidak berpendidikan. Kata kunci: citra perempuan, metropolis, majalah Femina, dan kajian budaya Abstract: The subject of this research is rubric of “Waktu Senggang” or Leisure Time in Femina magazine in 2007. The objectives of the research are revealing all kinds of films, music, books which bend the values of metropolis women’s images and social constructs. Data collecting is conducted through intensive lecture, reading documentation, then categorizing the data. The data, then, analyzed in qualitative-descriptive method. The result of the research shows that: 1) the films issued and reviewed in the rubric of “Waktu Senggang” in Femina magazine in 2007 are dominated by Hollywood movies; 2) the music genre in the same rubric are mostly pop music with male leading vocal; 3) the books that dominate the rubric are novel or memoir/ biography, which women as the principle character and their problems. The choice on the genre of show, music album, 46 and the reader books reflects an especial female society, which is the metropolis women whom the trend setter is American metropolis women. The choice is not only to determine the self-image of Femina as a female magazine but also to construct a social form that create the taste or the image of the readers as to be the metropolis women, who are different from uneducated country women. Key words: women image, metropolis, Femina magazine, and cultural studies. Penelusuran Ideologi Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta: Sebuah Analisis Tematis dan Estetis Rohim Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional Abstrak: Seorang sastrawan dapat mengekspresikan semestanya dalam sebuah karya sastra. Semua yang ia tuangkan dalam teks sastra merupakan gagasan-gagasan yang ingin ia katakan kepada pembacanya. Kumpulan gagasan tersebut bisa dikatakan sebagai ideologi, setidaknya ideologi pengarang. Hadirnya ideologi bertujuan untuk menawarkan perubahan, memperbaiki tatanan yang sudah ada, atau bahkan merubah total kebiasaan yang sudah menahun. Ideologi yang dituangkan dalam karya sastra mempunyai ‘tangan’ yang dapat mengubah proses kehidupan melalui ungkapan dan gagasan pengarang. Hal demikian salah satunya dapat terlihat dari gagasan-gagasan yang terkandung dalam novel Ayat-Ayat Cinta, memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang bagaimana ajaran Islam yang kaffah jika bersinggungan dengan realitas sosial yang kompleks. Selain gagasan dari novel tersebut, tulisan ini juga mengungkap nilai-nilai estetisnya. Kata Kunci: sastra, ideologi, tematis, dan estetis Abstract: A writer can express his universe of mind in a literary work. Everything he pours out in literary text are the ideas he would like to share to the readers. Such collection of ideas can be seen as an ideology, at least the ideology of the writer. The presence of ideology is aimed to offer changes, improve the exixtent system, or even extremely change a culture. An ideology which is expressed in a literary work has “hands”, which can change the life process through the writer’s ideas and expressions. This can be seen in the ideas implied in the novel “ Ayat-ayat cinta”/ The Verses of love, which give a real picture of how a “thorough” islamic teaching gets conflicted with a complex social realities. In addition to the ideas implied, this essay will also disclose the esthetic side of the novels. Key words: literary, ideology, thematic, and esthetic. Televisi Pembangunan Pedesaan Oos M. Anwas Pustekkom Kemdiknas, e-mail: anwasipb@yahoo.co.id, Abstrak: Tulisan ini merupakan kajian dalam menindaklanjuti saran dari hasil penelitian penulis (2009), tentang perlunya mewujudkan Televisi Pembangunan Pedesaan guna 47 memenuhi kebutuhan informasi yang terus berkembang bagi peningkatan kualitas SDM masyarakat pedesaan. Melalui hasil kajian literatur dan bahasan diketahui bahwa media televisi merupakan media massa yang paling digemari masyarakat dan setiap tahun cenderung meningkat. Media yang menyajikan pesan audio visual ini juga mampu mempengaruhi perilaku dan kehidupan masyarakat. Untuk merealisasikan Siaran Televisi Pembangunan Perdesaan tidak perlu membangun setasiun televisi baru, akan tetapi mengoptimalkan TVRI sebagai setasiun televisi publik, baik menggunakan teknologi analog apalagi teknologi digital yang bisa mengatasi keterbatasan frekuensi. Siaran ini mengudara secara nasional selama 24 jam, melalui satu channel khusus dengan pola siaran 8 jam per hari, yang kemudian diulang pada sore dan malam harinya, sehingga masyarakat desa dapat mengikuti sesuai kesempatan yang dimilikinya. Substansi acara dikembangkan mengacu pada prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat desa. Kata kunci: televisi pembangunan pedesaan, komunikasi pembangunan, dan masyarakat pedesaan Abstract: This paper is a study in the follow advice from the research writer (2009), about the need to realize the Television Rural Development in order to meet the growing information needs for improving the quality of rural communities. Through literature review and discussion of results is known that the medium of television is the most popular mass media and society tend to increase every year. Media that presents a visual audio message is also able to influence the behavior and community life. Realizing Rural Development TV broadcasts does not always mean to build a new television station, but it can be made happen by optimizing the public television station TVRI especially with its digital technology that could overcome the frequency limitations. This broadcast aired nationally for 24 hours, via a special channel with an eight-hour-a-day broadcast pattern, which is then repeated in the afternoon and evening, so the villagers can follow the show within their appropriate opportunity. Key words: television rural development, development communication, and rural communities 48 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 6, November 2010 Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam IPA Terpadu Menggunakan Penilaian Portofolio Melalui Lesson Study di SMP Sekolah Alam dan Sains Aljannah Jakarta Nurbaity, Sondang, dan Wahyu Rochadi Utami Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Jakarta, e-mail:nurbaity47@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Sekolah Alam dan Sains Aljannah pada pembelajaran kimia menggunakan penilaian portofolio melalui implementasi lesson study. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penilaian portofolio dilakukan dalam empat kali proses pembelajaran pada materi pokok Zat aditif makanan, dan zat aditif dan Psikotropika, dengan aktivitas siswa yang beragam dan bentuk portofolio juga bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kimia dalam IPA terpadu dengan menggunakan portofolio melalui implementasi lesson study. Kata Kunci: lesson study, aktivitas belajar siswa, dan portofolio Abstract: This research aimed is to enhance students’ study activities of VIII grade at SMP Sekolah Alam and Sains Aljannah on Chemistry Lesson under integrated Sains. The Chemistry Lesson is performed using portofolio assessment through Lesson Study implementation. The research methode is qualitative description. The portofolio assessment is done four times of lesson process on food preservative, addictive and psychotropic topic. The portofolio assessment consists of various students’ study activities and portofolio forms. The result indicates that there is increase of students’ study activities on Chemistry Lesson under integrated science using portofolio assessment through Lesson Study implementation. Key words: lesson study, students study activities, and portofolio Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik Bangunan di Medan Zulkifli Matondang Email: zulkiflimato@yahoo.com Abstrak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kompetensi profesional guru SMK bidang keahliah teknik bangunan. Sebelum pengukuran 49 kompetensi profesional guru, dikembangkan tes yang standar. Proses pengembangan tes dilakukan dengan dua fase yaitu melalui expert jugment oleh ahli dan ujicoba empiris. Pertama, dilibatkan 20 orang ahli yang terdiri dari: doktor evalusi, dosen teknik bangunan, dan guru. Kedua, ujicoba dilakukan pada 276 orang guru bidang keahliah teknik bangunan di Medan. Validitas konstruk tes dihitung dengan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dibentuk oleh kompetensi profesional cukup baik. Setiap indikator memiliki loading faktor diatas 0.30. Dengan metode rotasi varimax diperoleh 10 faktor yang membentuk kompetensi profesinal guru SMK. Reliabiulitas tes dihitung dengan rumus KR-20, dan diperoleh koefisien reabilitas sebesar 0,858. Hasil perhitungan menyimpulkan bahwa tes yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kompetensi profesional guru SMK. Hasil pengukuran diperoleh kompetensi profesional guru SMK bidang keahliah teknik bangunan di Medan masuk pada kategori perlu perbaikan, sehingga perlu meningkatkan pengetahuan guru di bidangnya. Kata kunci : kompetensi profesional, pengembangan tes, dan guru SMK. Abstract. This study aimed to know of teacher’s profesional competence at SMK (vocational scholl) in the field of building construction. Before to measure of teacher’s profesional competence, developing a standard instrument. The study was conducted in two phases: a rational try-out through experts’ assessment, followed by an empirical tryout. The first phase incorporated 20 experts; i.e. university lecturers of building construction. In the second phase, a competence test was administered to 276 teachers in Medan. Construct validity was examined by a factor analysis technique. The results indicated that the indicators fitted the construct; each indicator had a factor loading higher than 0.30. Varimax rotation resulted in a decrease in the factors of competence test, compared to the previously theorized, as profesional dimension had 10 factors. The reliability of the instrument was evaluated by KR-20 formula, and the coefficient 0.858. Therefore, it can be concluded that the instrument can be used to measure the competence of building construction teachers of SMK. The result study was teacher’s profesional competence at SMK in Medan repair to improved, therefore requar to add of teacher’s knowladge in their field. Key words : profesional competence, developing test, and SMK teacher. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dalam Proses Pembelajaran Kimia Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Nurchaili Guru Kimia Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar e-mail: nurchaily@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis TI dalam proses pembelajaran kimia terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksplanasi eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 184 siswa yang dikelompokkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan pola kelompok paralel yang ekuivalen. Instrumen yang digunakan adalah tes. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa 50 nilai rata-rata hasil belajar kimia berbasis TI sebesar 89,06 dengan standar deviasi 4,748, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kimia secara konvensional 62,05 dengan standar deviasi 13,133. Rata-rata kedua kelompok ini diuji secara statistik menggunakan statistik t tes pada signifikansi (α= 5%) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaaan. Dari hasil uji diperoleh nilai t hitung (18,552) lebih besar dari t tabel (1,986) dengan signifikansi 0,000 maka dapat disimpulkan kedua rata-rata hasil belajar berbeda signifikan (nyata). Dengan demikian berarti bahwa media pembelajaran berbasis TI dapat digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya kimia, guna meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: media pembelajaran, TI, dan pembelajaran kimia dan hasil belajar. Abstract: The purpose of this study is to determine whether there is any effect of the using learning media based IT in the chemicals learning processs to the improvement of student learning outcomes. This study used quantitative explanation of experiment. The total samples of this research are 184 students which are grouped into experimental groups and control groups based on the pattern of the equivalent parallel groups. The instrument used is a matter of testing. The results were obtained an average rating of information technology-based chemistry learning outcomes of 89.06 with a standard deviation of 4.748, while the average value of learning outcomes in the conventional chemical is 62.05 with a standard deviation of 13.133. Both of the two groups average value was statistically tested using t statistics test on the significance test (α = 5%) to determine whether there is a difference. From the test results obtained t value (18.552) is bigger than t table (1.986) with significance 0.000. So, it can be concluded both average learning outcomes differ significantly. It can be concluded that learning media based information technology (IT) can be used in the learning process, particularly chemicals, in order to improve student learning outcomes. Key words: learning media, information technology, chemistry learning and learning outcomes. Pengaruh Sosial Budaya, Kelompok Rujukan dan Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi Ibrahim Hafid Dosen Kopertis Wilayah IX Sulawesi Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh: 1) sosial budaya terhadap faktor pribadi, motivasi dan pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi; 2) kelompok rujukan terhadap motivasi, faktor pribadi dan pengambilan keputusan; 3) komunikasi pemasaran dalam pengambilan keputusan; 4) faktor pribadi, terhadap motivasi dan pengambilan keputusan; 5) motivasi, pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jumlah sampel 262 responden, dianalisis dengan menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM), serta penentuan sampel berdasarkan metode multiple satege sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) lingkungan sosial budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor pribadi,motivasi dan pengambilan keputusan dalam memilih program 51 studi; 2) kelompok rujukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor pribadi,motivasi, dan pengambilan keputusan; 3) komunikasi pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan; 4) faktor pribadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi, namun tidak-signifikan terhadap pengambilan keputusan; 5) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi. Kata kunci: sosial budaya, kelompok rujukan, komunikasi pemasaran, faktor pribadi, motivasi dan pengambilan keputusan Abstract: The aims of this research are: 1) to analyze the effect of social and culture to personal factor, the motivation and decision making; 2) to analyze the effect of reference group to motivation, personal factor and decision making; 3) to analyze the effect of marketing communication to decision making; 4) to analyze the effect of personal factor to motivation and decision making; and 5) to analyze the effect of motivation to students’ decision making in choosing field of studies at higher education. This research using the survey method with the amount of sample 262 respondents, it is analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) and the determination of sample pursuant to Multiple Stage Sampling method. This research shows that: 1) Social and cultural environment give positive and significant effect to personal factor, motivation and decision making but insignificant to perception and attitude formation; 2) Reference group gives positive and significant effect to personal factor, motivation and decision making; 3) Marketing communication gives positive and significant effect in decision making; 4) Personal factor gives positive and significant effect to motivation, but insignificant to decision making; and 5) The motivation gives positive and significant effect to decision making of students in choosing field of studies in higher education. Key words: social culture, reference group, marketing communication, personal factor, motivation and decision making. Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Tipografi Abd. Aziz Ahmad Dosen Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain UNM Makassar Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan multimedia interaktif untuk pembelajaran Tipografi dalam mata kuliah Disain Komunikasi Visual dan untuk menemukan keefektifan multimedia yang telah dikembangkan. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa Semester II Tahun Akademik 2005/2006 dan 2006/2007 pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, dengan responden sebanyak 68 orang. Hasil penilaian menunjukkan bahwa multimedia interaktif dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis uji-t, menunjukkan bahwa program multimedia efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Kata kunci: multimedia interaktif, seni lukis, tipografi, kaligrafi, dan efektif. Abstract: The aim of this research is to develop interactive multimedia for Typography learning in the Visual Communication Design subject and to find out the effectiveness of multimedia that has been developed. The study was conducted at The Department of Art Education, Faculty of Languages and Arts, State University of Makassar in the second 52 semester of 2005/2006 and 2006/2007 Academic Year. The result of this research: 1) this multimedia is applicable for classroom instruction; and based on the t-test analysis of the student achievement shows that the multimedia program is effective for students learning. Key words: multimedia, painting, tipography, calligraphy, and effective. “Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan Kurikulum Sekolah di Indonesia Hermana Somantrie Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas Email: hsomantr@hotmail.com/hsomantr@puskur.net Abstrak: Konsep kompetensi telah digunakan dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada awal abad ke-21. Kompetensi mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Integrasi kompetensi melalui kurikulum telah memberikan perspektif baru dalam pendidikan di Indonesia. Kurikulum semacam ini dinamakan dengan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Secara tradisional, kurikulum di Indonesia diberikan label sesuai dengan tahun pemberlakuannya, seperti Kurikulum 1975 diberlakukan tahun 1975, begitu pula Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004. Kata kunci: kompetensi; pengetahuan, sikap, keterampilan; dan kurikulum berbasis kompetensi. Abstract: The concept of “competency” has been applied in school’s curriculum in Indonesia in the early of twenty-first century. Competency includes knowledge, attitude, and skills. The integration of competency through curriculum has given a new perspective in education world of Indonesia. Such curriculum is labelled specifically as “CompetencyBased Curriculum” or (in Bahasa Indonesia) is “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Traditionally, curriculum has always been labelled by the year of its promulgation. For example, the 1975 Curriculum was promulgated in 1975. This kind of curriculum labelling was also applied to the 1984 Curriculum and the 1994 Curriculum. Key words: competency, knowledge, attitude, skills, and competencies based curriculum Analisis Profil Pendidikan Tinggi Menurut Pilar Kebijakan: Kasus Provinsi Bali Tahun 2008/2009 Ida Kintamani Dewi Hermawan Peneliti pada Pusat Statistik Pendidikan, e-mail: idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan analisis profil pendidikan tinggi di Provinsi Bali yaitu untuk memahami kondisi pendidikan tinggi di provinsi tersebut didasarkan pada dua pilar kebijakan pendidikan seperti tertuang dalam Rencana Strategi 2005-2009 dan kinerja program pendidikan tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan tinggi di Provinsi Bali menggunakan standar ideal masih belum merata dengan nilai capaian sebesar 54,59%, masih belum bermutu dengan nilai capaian sebesar 43,92%, dan kinerja pendidikan tinggi 53 masih rendah dengan nilai capaian sebesar 49,25%. Bila dibandingkan dengan standar nasional maka pemerataan pendidikan tinggi sebesar 80,51%, mutu pendidikan tinggi sebesar 100,11% lebih besar daripada nasional, dan kinerja pendidikan tinggi telah mencapai 88,21%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bila pendidikan tinggi di provinsi Bali diarahkan ke standar ideal maka masih jauh dari harapan namun bila diarahkan ke standar nasional sudah cukup baik. Dengan kondisi seperti ini, disarankan agar pemerintah melakukan prioritas dalam pembangunan pendidikan tinggi di Provinsi Bali, yaitu mutu pendidikan harus dibenahi terlebih dahulu kemudian pemerataan pendidikan. Kata kunci: analisis, profil pendidikan, pendidikan tinggi, pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, dan kinerja program. Abstract: The aim of analysis of Higher Education Profile in Bali province is to understand the condition of higher education in Bali province with assessed by two milestones of educational policy as enclosed in Strategic Planning 2005-2009 and performance of higher education program. The result of analysis based on ideal standard shows that higher education in Bali province is not yet equity with value of 54,59%, not yet qualify with value of 43,92% and is still low performance of higher education with value of 49,25%. If it it compared to national standard, equity in higher education is 80,51% and quality is 100,11% bigger than national standard and higher education performance is 88,21%. The conclusion is higher education in Bali province evaluated using ideal standard is far away from hope but using national standard is very good. With this condition, it is suggested that government should give the priority to build higher education in Bali province, that is quality should be solved first then the equity of education. Key words: analysis, education profile, higher education, equity of education, quality of education, and program performance Kualitas Pendidikan dan Partisipasi Pekerja Indonesia Dalam Industri Subijanto Bagian Perencanaan Sekretariat Balitbang Kemdiknas Abstrak: Permasalahan perburuan/ketenagakerjaan di Indonesia belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah, antara lain dalam hal pendidikan, pemberian jaminan kebebasan berserikat dalam menyatakan pendapat, kebijakan pengupahan, dan jaminan sosial pekerja yang kurang sesuai dengan kelayakan kebutuhan hidup minimal (KHM). Rendahnya tingkat pendidikan bangsa Indonesia tercermin antara lain dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) tahun 2008 di mana Indonesia berada pada peringkat ke 109 dari 179 negara (nilai 0,726), peringkat tersebut terendah di Asia Tenggara. Di samping itu, sekitar 63, 35 % struktur tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD. Upaya mendorong pekerja melakukan hubungan industrial dapat dilakukan melalui organisaasi serikat pekerja (SP). Pengurus SP harus mau dan mampu memberi motivasi para anggotanya untuk berpartisipasi dalam hubungan industrial sesuai dengan bidang keahlian, potensi, dan minatnya. Melalui organisasi pembelajaran (learning organization) diharapkan para pekerja dapat 54 meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, antara lain melalui program kesetaraan paket A, B, dan C yang layak untuk dilaksanakan oleh perusahaan. Kata kunci: tingkat pendidikan, serikat pekerja, partisipasi, dan industri Abstract: The main problem of the employee/worker asociation in Indonesia is the lack of concern from Indonesian Government, especial in term of the opportunity to have education, to protect guaranty fredom to have opinion, salary policy which is still under minimum wage. According to the Human Development Index in 2008 shows that the Indonesian rank of education is 109 to 179 countries (the value is 0,726), this rank means that Indonesian education rank is still under South East Asian. It is the fact that 63,35 % the structure of Indonesian labor is graduate from primary level. The effort of the labor association’s to push the participation of employee to be active in doing industrialization collaboration based on the competence in specific area, the potential and interest need. Hopefully, through learning organization every worker is able to improve their knowledge and skill ability by following equity program A, B, and C packages which can be done by industry Key words: workers asociation, participation, and industry. 55 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di Prodik Sejarah FKIP – UNS Akhmad Arif Musadad FKIP – UNS, e-mail: arif_mussadad_fkip@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa tentang sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model pemecahan masalah kreatif dalam pembelajaran di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian meliputi mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah yang menempuh mata kuliah sejarah Indonesia kuno, dengan obyek: aktivitas mengajar dosen, kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. Pendekatan penelitian ini dilaksanakan melalui partisipatif kolaboratif antara dosen pengampu, dosen pendamping (peneliti), dan mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan proses pengkajian berdaur yang meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan dan siklus II sebagai perbaikan. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari satu siklus ke siklus berikutnya kreativitas dan hasil belajar mahasiswa semakin meningkat. Hal itu tercermin dari peningkatan kedisiplinan mahasiswa dalam memanfaatkan waktu belajar, kemampuan mencari dan mengumpulkan sumber, kemampuan mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah, dan tumbuhnya ide, gagasan dari mahasiswa. Kata kunci: kreativitas belajar, hasil belajar, sejarah indonesia kuno, dan model pemecahan masalah kreatif. Abstract: The objective of research is to improve the creativity and classic Indonesian history learning achievement through optimizing the creative problem solving model in teaching-learning process in History Study Program of FKIP UNS. This study was carried out using classroom action research. The subject of research was the students of History Study Program attending classing Indonesian history course. Meanwhile the object was the teaching-learning process activity, including: lecturer’s teaching activity, students’ creativity and learning achievement. This research was carried out using collaborative participative approach between the in-charge-of lecturer, assisting lecturer (researcher), and the student so that sharing occurs in each stage of activity. This research was done using cyclical analysis process encompassing four stages of activity: planning, acting, observing, and reflection. This research was implemented in two cycles: cycle I as the implementation of action, and cycle II as improvement. The result of this research shows that from one cycle to another the student’s creativity and learning achievement improves. It is reflected from: the improvement of students discipline in utilizing learning 56 time, capability of looking for and collecting the source, capability of identifying, formulating, and solving the problem, idea generation, students’ idea. Key words: learning creativity, learning achievement, Indonesian classic history, and creativeproblem solving model. Model Kepemimpinan Transformasinal Kepala Sekolah SMK Negeri Sitti Hartinah Email: shartinah_ups@yahoo.co.id Abstrak: Model kepemimpinan transformasional kepala sekolah terbentuk dari berbagai asfek yaitu kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Permasalahannya adalah apakah model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dikonstruk dari dimensi kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Tujuan penelitian ini mencari model kepemimpinan transformasional kepala sekolah di SMKN Tegal. Desain penelitian ini adalah berpendekatan confirmatory factor analysis. Jumlah sampel 200 dipilih secara proportional random sampling. Instrumen menggunakan “questionare” dengan reliability. Desain penelitian dengan paradigma kuantitatif, menjelaskan hubungan kausal variabel melalui uji hipotesis, dengan pemodelan persamaan structural (SEM). Hasil analisis menemukan kesesuaian model konseptual dengan model teruji bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah dipengaruhi secara signifikan oleh; kompetensi kepala sekolah (24,5%); iklim organisasi sekolah (29,4%); etos kerja (28,1%); Model faktor kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan etos kerja secara simultan berkontribusi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar (85,6%). Implikasinya jika ingin meningkatkan kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah dan etos kerja maka perlu dikembangkan model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam model yang teruji ini. Berdasarkan temuan, disarankan agar kepala sekolah, memiliki keterampilan manajerial, memperbaiki iklim organisasi sekolah dan peningkatan etos kerja kepala secara maksimal Kata Kunci: kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, etos kerja dan kepemimpinan tarnsformasional kepala sekolah Abstrach: The ground reasons of this study is in what way transformational leadership is suitable to increase education quality in vocational high school. Meanwhile, the specific problems are as follows: (1) do principals’ competency variables consisting of personality, management, entrepreneurship, supervision, and social competency dimensions directly contribute and significantly influence to the principals transformational leadership?; (2) do school organizational conditions to directly contribute and significantly influence to the principals transformational leadership?; (3) do work ethics contribute and significantly influence to the principals transformasional leadership?; and (4) in what way is principals transformational leadership model suitable to increase education quality of vocational high schools’ principals. This research design was confirmatory factor analysis approach was Structural Equation Model (SEM). The result of this study shows that school principal competence contributes (24,5%) and significantly influences to school principal leadership, school organizational 57 conditions (29,4%) and significantly influences to principal transformational leadership, meanwhile the determinant factors including school principal competence, school organizational conditions and work ethics contribute (0,856%) and significantly influence. A suitable principal transformational leadership model to develop vocational high school quality is through school organizational conditions; work ethics; principal competence rights. Based on these findings, a school principal should be guided by the main principle when he performs his work, in order to have abilities and skills in managing his school effevtively; a principal should have work-culture to achieve an effective school organizational conditions; a principal should be able to increase a culture of work ethics for school members by enhancing their presence to always come at school; has commitment to develop his school, educational institutions should arrange the planning of principals training about soft skill entrepreneurship in order they have maximal work ethics in increasing the education quality at vocational high school. Keywords: principal’s competency, school organizational condition, hard-earned and principal transformational leadership. Pengaruh Ragam Tes Performansi dan Kelompok Penilai Terhadap Fungsi Informasi Tugas Praktek Siswa SMK Wakhinuddin S. Fakultas Teknik-UNP Padang e-mail : wakhid_nuddin@yahoo.com; Weblog: Wakhinuddin. wordpress Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tes performansi skala penilaian pakai pembobotan (SPPP), skala penilaian tanpa pembobotan (SPTP), penilai internal dan eksternal terhadap fungsi informasi tugas. Penelitian dilakukan pada tujuh SMK di Sumatera Barat; meliputi sampel 864 subjek dan 46 tugas. Pengambilan sampel dengan metode random sampel sederhana, penempatan subjek dengan metode random matriks sampel. Data dikumpulkan dengan tes performansi dan dianalisis dengan metode Rasch. Penelitian menggunakan Anava (desain faktorial 2x2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Fungsi informasi tugas SPPP lebih tinggi daripada fungsi informasi tugas SPTP; 2) Fungsi informasi tugas dinilai penilai eksternal lebih tinggi daripada fungsi informasi tugas dinilai penilai internal; 3) Faktor interaksi antara ragam tes performansi dan kelompok penilai mempengaruhi fungsi informasi tugas. Kata kunci: tes performansi, fungsi informasi, skala penilaian pakai pembobotan, skala penilaian tanpa pembobotan, penilai internal dan penilai eksternal. Abstract: The objective of the experimental research was to investigate the effect of weighted and unweighted performance test with rating scales, and internal and external assessors to information function of student’s tasks. The study was conducted at seven vocational schools in West Sumatera, involving 864 students and 46 tasks. The sample was drawn by using simple random sampling technique, and placement was done by means of random matrix method. Data was collected through a performance test and Rasch, and analyzed using Anova by Factorial 2x2 design. The results of the research are: 1) the information function of the weighted rating scale was more effective than the unweighted rating scale; 2) the information function of the student’s task assessed by 58 external assessors was higher than that assessed by internal assessors; and 3) The interaction factor between types of performance test and assessor groups affected the information function of student’s task. Key words: performance test, information function, weighted rating scale, unweighted rating scale, internal assessors, external assessors Faktor-faktor yang Terkait dengan Rendahnya Pencapaian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Nur Berlian VA Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memperoleh informasi tentang daerah- daerah yang paling rendah dalam pencapaian Wajar Dikdas; 2)mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan rendahnya pencapaian Wajar Dikdas, dan 3) merumuskan alternatif upaya pemecahan masalah penuntasan Wajar Dikdas. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitif terhadap data sekunder dan dipadukan dengan pengumpulan data secara kualitatif melalui pengamatan lapangan di beberapa daerah kasus. Hasil temuan:1) Tingkat pencapaian Wajar Dikdas yang rendah didominasi oleh Kawasan Timur Indonesia (KTI), yaitu dimulai dari tingkat SD/MI, sedangkan di wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI) permasalahannya lebih banyak di tingkat SMP/MTs; 2) faktor-faktor penyebab di setiap daerah cukup bervariasi a.l. faktor 1) kemiskinan penduduk, 2) kesulitan menuju sekolah, 3) kurangnya layanan pendidikan, 4) rendahnya motivasi orangtua dan siswa terhadap pendidikan, 5) kurangnya dukungan pemeritah daerah dan masyarakat terhadap pendidikan, serta 6) faktor sosial budaya; 3) alternatif upaya pemecahan masalah penuntasan Wajar Dikdas perlu didasarkan pada faktor penyebabnya, a.l. perlu penghapusan biaya pendidikan a.l. melalui pola subsidi untuk menghapus/meringankan biaya pendidikan, perlu perluasan program alternatif layanan Dikdas, perlu peningkatan sosialisasi dan penghargaan, perlu pengalokasian anggaran pendidikan dengan memprioritaskan kabupaten yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam program penuntasan Wajar Dikdas. Kata kunci: wajib belajar dan pendidikan dasar Abstract: The objectives of the study were 1) to get information about the areas with the lowest attainment of compulsory basic education (CBE) by provinces and districts, 2) to identify factors related to the low attainment CBE, and 3) to formulate an alternative problem solving efforts in completing CBE. The study based on quantitative approach to secondary data combined with qualitative research data through field observation. The findings of this research are: 1) low attainment of CBE dominated by Eastern Region of Indonesia (KTI), started from primary school level, whereas in the Western Region of Indonesia (KBI) more problems found at the secondary shool level, 2) some factors related to attainment of CBE are proverty, geographic condition, education infrastructure, motivation of parent and student, lack of support from local government and communities to education, and sosio culture of community, 3) problem solution should be based on the factors related to the problem: free basic education, education subsidy for poor people, expanding basic education services, improving socialization about CBE, budget allocation 59 priority for poor districts, and increasing public participation in the completion of CBE program. Key words: compulsory education and basic education Kreativitas Dan Kompetensi Guru Sekolah Dasar Sri Judiani Setditjen Pendidikan Dasar, Kemendiknas email: srijudiani@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kreativitas dengan kompetensi guru SD. Penelitian dilakukan di SD wilayah Jakarta Pusat, pada semester 1 tahun ajaran 2008/2009. Metode penelitiannya adalah survei dengan teknik korelasional. Populasi penelitian adalah guru SD wilayah Jakarta Pusat, jumlah sampelnya 60 orang guru SD kelas III, IV, dan V yang diambil dengan teknik multystage random sampling. Untuk mengukur kreativitas guru SD digunakan Tes Kreativitas Verbal yang dibakukan penggunaannya di Indonesia oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Untuk mengukur kompetensi guru SD digunakan Panduan Observasi Guru oleh Kepala Sekolah, yang mengacu pada Standar Kompetensi Guru SD. Karena kedua instrumen merupakan instrumen baku maka tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kreativitas dengan kompetensi guru SD, kadar hubungannya ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar ry = 0,704. Koefisien determinasinya (ry2) sebesar 50 yang berarti kreativitas memberikan sumbangan relatif sebesar 50% terhadap kompetensi guru SD. Dengan kata lain, kompetensi guru SD dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kreativitasnya. Kata kunci: kreativitas, kompetensi, guru, sekolah dasar. Abstract: This study is aimed at knowing whether or not there is a correlation between creativity and primary teachers’ competence. The study was conducted in the primary schools in Central Jakarta during the first semester of the academic year 2008/2009. The method used in the study is a survey with the correlation technique. The population of the study is primary school teachers. The total number of respondents is sixty, consisting of grade III, IV and grade V teachers, choosing them by using multy stage random sampling. The verbal creativity test standardized by the Faculty of Psychology of Indonesia University was also be used to measure the degree of creativity of primary school teachers whereas for measuring the primary school teachers competence, the head-teachers use a guide of teacher observation and its items refer to the standardized competences for primary school teachers. Because the two instruments are standardized and that became the reason for not conducting the try-out of the two in order to know their validity and reliability. The technique used to analyze the data were correlation and regression. The data of study shows that there is a positive and significant correlation between the creativity and the competence of the primary school teachers, and its degree of correlation is shown by coefficient correlation ry = 0.704. Coefficient determination (ry2) is 50 meaning that the creativity has relatively supported 50% to the 60 primary school teachers. With other words, the competence of the primary school teachers can be enhanced by enhancing their own creativity. Key words: creativity, competence, teacher, primary school. Pengembangan Kurikulum Bahasa Inggris Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SD Tulangampiang, Denpasar, Bali dan Implemntasinya Ambari Sutardi Peneliti pada Pusat Kurikulum, Balitbang-Kemendiknas Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang pengembangan kurikulum bahasa Inggris berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) sekolah dasar (SD) Tulangampiang, Denpasar-Bali dan pelaksanaannya di kelas. Data dikumpulkan dengan cara studi dokumen, kuesioner, wawancara, dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bahasa Inggris mengembangkan kurikulum sesuai dengan panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), bahan ajar dikembangkan dari lingkungan peserta didik yang disusun dengan berbagai kegiatan pembelajaran. Kata kunci: pengembangan kurikulum Bahasa Inggris dan teknologi informasi dan komunikasi Abstract: The objective of this study is to get some information concerning English curriculum development based on ICT in Tulangampiang Primary School, Denpasar-Bali and its implementation in the classroom. The data was collected by analyzing documents, distributing questionnaire, interview students and teacher, and observing the grade V. The result shows that the teachers had already developed English curriculum in line with a manual provided by BSNP, the learning-teaching materials were taken from the learners surroundings, and be arranged with a variety of learning activities. Key words: curriculum development for English language and technology communication information Telaah Atas Konsep Sekolah Pada Buku Laskar Pelangi dan Dunia Tanpa Sekolah Mintarti, Muslihudin, dan Joko Santoso Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto e-mail: nmintarti@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui definisi dan makna konsep sekolah dalam buku Laskar Pelangi (LP) dan Dunia Tanpa Sekolah (DTS) serta mengetahui faktorfaktor yang melatarbelakangi perbedaan cara memaknai konsep itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) khususnya model van Dijk. Inti analisisnya menggabungkan tiga dimensi wacana teks, 61 kognisi sosial, dan konteks sosial ke dalam satu kesatuan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemaknaan konsep “sekolah” pada buku LP dan DTS. Dalam LP, sekolah dimaknai sebagai lembaga yang memerdekakan sementara dalam DTS sekolah dimaknai sebagai lembaga yang memenjarakan. Perbedaan cara pandang di antara keduanya disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial budaya pengarangnya. Andrea berasal dari keluarga miskin dalam masyarakat yang sangat tajam stratifikasi sosialnya, sementara Izza anak dari pasangan guru yang relatif mapan status sosial ekonominya. Di sekolah, keduanya menemukan kenyataan yang berbeda. Andrea bertemu dengan guru-guru yang menginspirasi, yaitu guru yang mampu menerjemahkan kurikulum sedemikian rupa sehingga melekat kuat di benak murid serta dapat membangkitkan semangat untuk keluar dari segala kesulitan. Faktor lain yaitu jumlah murid di kelas Andrea yang karena dipaksa oleh keadaan hanya berjumlah sepuluh orang. Kelas kecil ini justru dapat menciptakan interaksi antar murid yang intens, sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Sebaliknya, sebagai anak guru yang tidak asing dengan dunia sekolah Izza memiliki pengalaman tidak nyaman di tahun-tahun pertamanya masuk sekolah. Selain itu, hobinya membaca termasuk bacaan-bacaan radikal tentang pendidikan yang tersedia di rumahnya, makin membuatnya sangat membenci sekolah. Kata kunci: sekolah, memerdekakan, dan memenjarakan Abstact: This research aims is to know definition and school concept meaning on Laskar Pelangi books and Dunia Tanpa Sekolah and also to know the factors which cand be influences of the background of the differences to give deffinition of the concept above. The method of this study is by using model van Dijk Critical Discourse Analysis (CDA). The core of analytical is re-grouping three dymention wacana texs, social cognitive, and social contexs within one analisys. The result of the study shows that there is deffrence in giving meaning on school Pelangi books and Dunia Tanpa Sekolah. On Laskar Pelangi, the meaning of school is the institution give freedom to student to make expression. Otherwise, on Dunia Tanpa Sekolah book is to have jail. The cause of defferences is the deferences of social-economy background. In school, it’s the faact that there is defference between them. Andrea meet to Key words: shool, freedom, and to jail Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Model Lesson Study C. Rudy Prihantoro Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Abstrak: Lesson study (LS) adalah sebuah proses pengembangan kompetensi keprofesionalan guru secara sistematis yang bertujuan untuk menjadikan proses pembelajaran lebih baik dan efektif. Tahapan LS yaitu Plan, Do, See. LS mensyaratkan stabilitas kebijakan pendidikan, kurikulum fleksibel, budaya refleksi diri dan kerjasama. Kelebihan LS adalah berorientasi pada siswa, bekerja sebagai tim, mengembangkan teknik mengajar. Pengembangan LS dalam profesionalime guru yaitu merencanakan tujuan pembelajaran dan materi pokok; mengkaji dan mengembangkan pembelajaran; memperdalam penge-tahuan yang diajarkan; memikirkan tujuan jangka panjang siswa; merancang pembelajaran kolaboratif; mengkaji proses belajar, perilaku dan hasil belajar siswa; dan, mengembangkan pedagogis. LS dilaksanakan dengan membentuk kelompok 62 LS, memfokuskan LS, Merencanakan Research Lesson (RL), membelajarkan dan mengamati RL, mendiskusikan dan menganalisis RL, serta merefleksikan dan merencanakan kembali LS. Manfaat LS diantaranya memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri, melatih pendidik “melihat” peserta didik, menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, penyebaran inovasi dan pendekatan baru, menempatkan para pendidik pada posisi terhormat. Kata Kunci : Lesson study, Implementasi, Profesionalisme Abstract: Lesson study (LS) is a competence development process in a systematic teacher professionalism which aims to make learning better and more effective. Stages LS ie Plan, Do, See. LS requires the stability of education policy, curriculum, flexible, selfreflection and cultural cooperation. Excess LS is oriented to students, working as a team, developing a teaching technique. LS development in the professionalism of teachers is to plan learning objectives and subject matter, review and develop learning; deepen knowledge that is taught; thinking about long-term goals of students; designing collaborative learning; examines the process of learning, behavior and student learning outcomes, and, develop pedagogical. LS carried out by forming groups of LS, LS focus, Planning the Research Lesson (RL), RL teach and observe, discuss and analyze the RL, as well as reflect and plan for re-LS. LS Benefits include triggering the emergence of selfmotivation to develop, train educators to “see” the learner, making research an integral part of education, dissemination of innovation and new approaches, puts educators in a respectable position. Key words: lesson study, Implementation, professionalism Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Tangerang Aceng Lukmanul Hakim Dosen FKIP UNIS Tangerang Abstrak: Pendidikan anak usia dini adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal bagi anak-anak yang berumur 0-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar. Lembaga ini membantu melanjutkan pendidikan yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh orang tua dalam keluarga, sedangkan sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang dipersiapkan bagi anak-anak umur 6-13 tahun guna memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Siswa sekolah dasar yang mengikuti pendidikan anak usia dini lebih berprestasi dari pada siswa yang tidak mengikutinya. Prestasi ini tidak hanya pada aspek intelektual, namun juga aspek psikomotorik, nilai dan sikap dengan perbedaan yang signifikan. Prestasi ini pun tidak hanya di Kota Tangerang, melainkan juga di Kabupaten Tangerang. Di pihak lain kepala sekolah dasar dan guru kelas I di Kota Tangerang cenderung memiliki cara pandang terhadap pendidikan lebih tinggi dari pada di Kabupaten Tangerang. Kata-kata Kunci: pendidikan anak usia dini, prestasi belajar. 63 Abstract: Early Childhood Education (ECE) is an institute carrying out a formal education for children age 0-6 before entering elementary school. This foundation aims to continue the education as well as to execute parents’s commendation that has been putting down in the family, where as the elementary school (ES) is the institution of education that prepared children age 6-13 for entering next education. The students of elementary school, who were from early childhood education have shown up achievement compared to those who were not. This achievement is not only in intellectual aspec, but in psychomotoric aspec, value and attitude with a significant performant. That achievement is not only at Tangerang City, but at Tangerang Major. On the other hand hadmaster and the teacher’s first class in elementary school at Tangerang City inclined have a way of view of education more higher than at Tangerang Major. Key words: early childhood education, learning achievement Peran HIMPAUDI dalam Pengembangan PAUD J.M. Tedjawati Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang peran Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) dalam pelaksanaan PAUD, khususnya dalam hal: 1) Mensosialisasikan pentingnya PAUD yang berkualitas; 2) Melakukan pembinaan dan pengembangan organisasi secara berjenjang; 3) Menampung, memperjuangkan dan mewujudkan aspirasi para pendidik dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini (AUD); dan 4) Memfasilitasi pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini. Temuan analisis tulisan ini yaitu: 1) Peran HIMPAUDI dalam mensosialisasikan program PAUD dilakukan melalui berbagai cara yaitu kegiatan bagi AUD antara lain seminar peningkatan kualitas lembaga PAUD, dan memberikan pengarahan akan persyaratan pendirian yang harus dipenuhi oleh lembaga PAUD; 2) Dalam pembinaan dan pengembangan organisasi, HIMPAUDI telah dilakukan pembentukan pengurus HIMPAUDI dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai tingkat kecamatan; memperoleh insentif, 3) HIMPAUDI baik yang telah diterima memperjuangkan para dari maupun Pemerintah pendidik usaha dikembangkan oleh HIMPAUDI; dan 4) Peran HIMPAUDI dalam pengembangan untuk yang profesi pendidik dan tenaga kependidikan AUD telah diwujudkan melalui: (i) Pembukaan program S1 di perguruan tinggi; (ii) Pelatihan dasar bagi pendidik AUD, pelatihan konsep PAUD dan pendekatan pembelajaran AUD; (iii) Pelatihan pengelolaan data online bagi pengurus HIMPAUDI; dan (iv) Seminar pola pembelajaran tematik pada PAUD. Kata Kunci: pendidikan anak usia dini, himpunan pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia Abstract : The purpose of this writing an article is to obtain data and information about the role of HIMPAUDI in the implementation of Early Chilhood Development (ECD), expecially to: 1) promote the importance of qualified ECD; 2) conduct training and organizational development in stages, 3) accommodate, promote and realize the aspirations of educators and early age (AUD) child care staff, and 4) facilitate professional development of educators and early childhood education personnel. The findings of this 64 analysis are: 1) the role of HIMPAUDI in socializing early childhood programs done through various ways namely for AUD activities (such as dancing, singing along, gymnastics), seminars on improving the quality of early childhood institutions, and provide guidance about the requirements to be met in establishing early childhood institutions; 2) in the organization training and development, HIMPAUDI has made the establishment of HIMPAUDI management in provincial, district and subdistrict level; 3) HIMPAUDI has struggled for educators to get the incentives, both received from the government and businesses developed by HIMPAUDI; and 4) HIMPAUDI role in the development of AUD professional teachers and staff has been realized through: (i) the opening of S1 programs in college; (ii) basic training for AUD educators, training of PAUD concept and AUD learning approach, (iii) Training on online data management for HIMPAUDI management, and (iv) seminars about the thematic pattern of early childhood learning. Key words: education for early childhood, the community of educator and early childhood educator in Indonesia 65 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011 Relevansi Nilai-Nilai ESD dan Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikannya di Sekolah Nur Listiawati Pusat Penelitian Kebijakan, Balitband Kemdiknas e-mail: listi_2010@yahoo.com Abstrak: Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui tentang relevansi nilai-nilai Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD) untuk diberikan kepada peserta didik di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar, terutama di kelas rendah, dan kesiapan guru melaksanakan ESD di Indonesia yang dapat dilihat melalui 1) pernah tidaknya guru membaca materi yang berkaitan dengan aspek-aspek dan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dan 2) kepemilikan materi ESD. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Responden adalah guru sekolah dasar kelas rendah di lima kota. Pengumpulan data dilakukan dengan FGD dan pemberian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,34% responden menyatakan bahwa aspek-aspek atau nilai-nilai ESD relevan diajarkan di sekolah dasar, terutama di kelas rendah. Hasil lainnya menunjukkan bahwa responden guru sudah siap untuk melakukan pembelajaran tentang aspek-aspek ESD di sekolah. Ini ditunjukkan dengan 85,38% yang sebagian besar adalah guru menyatakan sudah pernah membaca materi tentang aspek-aspek ESD, dan 51,38% menyatakan memiliki materi tentang aspek-aspek ESD. Kata kunci: pembangunan berkelanjutan, pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, sekolah dasar, kelas rendah Abstract: The study was conducted with the aim to know about the relevance of Education for Sustainable Development/ESD values to be given to elementary school students, especially in low grade, and the readiness of teachers to implement ESD in Indonesia which can be viewed through 1) whether the teacher had read the material relating to the aspects and values of sustainable development and 2) teacher ownership of ESD material. The study was conducted with a qualitative approach, supported by quantitative data. The respondent are low-grade teachers in elementary schools in five cities. Data were obtained through focus group discussions, and questionnaire. The results showed that 81.34% of respondents said that the aspects or values of ESD are relevant to be taught in primary schools, especially in the lower class. Other results showed that the respondent teachers were ready to perform learning about aspects of ESD in schools. This is shown by the 85.38% respondents, who are mostly teachers, stated that they have read material on aspects of ESD, and 51.38% claim to have material on aspects of ESD. Key words: sustainable development, education for sustainable development, primary school, lower grade 66 Studi Efektivitas Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama Heni Waluyo Siswanto Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Studi ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai: 1) kemampuan guru menjabarkan kompetensi IPS untuk melaksanakan pembelajaran terpadu; 2) pandangan guru yang masing-masing memiliki perbedaan latar belakang cabang keilmuan mengenai pembelajaran terpadu; dan 3) kemampuan guru melaksanakan pembelajaran terpadu yang efektif berbasis pada “team teaching”. Penelitian diselenggarakan di 3 provinsi yang ditetapkan secara random purposif, yaitu: Semarang, Medan, dan Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu IPS di SMP, baik kategori baik maupun kategori sedang, tidak berlangsung secara efektif. Beberapa kendala yang menyebabkan ketidakefektifan yaitu: 1) kompetensi mata pelajaran IPS yang disebabkan oleh latar belakang pendidikan mereka yang berbasis cabang keilmuan; 2) pemaknaan yang tidak jelas terhadap misi pembelajaran terpadu IPS tampak dari pandangan guru IPS di SMP yang masing-masing memiliki perbedaan latar belakang cabang keilmuan, sehingga pembelajaran terpadu dilaksanakan hanya berdasarkan pada perspektif dan kemampuan individual masing-masing; dan 3) pelaksanaan pembelajaran terpadu IPS di SMP tidak bisa dilakukan secara optimal, karena terkendala keterbatasan alokasi waktu dan jadwal pelajaran yang tidak dirancang dan/atau disusun untuk kepentingan pembelajaran terpadu yang berbasis pada pendekatan “team teaching”. Kata kunci: efektifitas, pembelajaran terpadu, dan IPS. Abstract: The aim of this study is to collect information regarding to: 1) the description of teachers ability to implement the competency of Integrated Learning of Social Sciences (IPS); 2) the view that each teacher has a different background of science discipline of integrated learning; and 3) the ability of teachers in implementing effective integrated learning based on “team teaching”. Research conducted in 3 provinces assigned by purposively random, namely: Semarang, Medan, and Makassar. The result of the study shows a clear and significant result, that is the integrated learning social science in junior high school, both good category or medium category does not take place effectively. Some of the obstacles that led to the ineffectiveness of these are as follows: 1) the discrepancy ability of social studies teacher in junior high school is high enough to describe the competence of social science subjects due to their educational background of science discipline; 2) there is no clear meaning of mission from point of view of social science integrated learning teachers of junior high school who have different disciplines of science background, so that the integrated learning carried out only based on each individual perspectives and capabilities; 3) the implementation of social science integrated learning in junior high school can not be done optimally, because the allocation is constrained by the limitations of time and lessons schedule that are not designed and/or arranged for the benefit of an integrated learning approach based on “team teaching”. Key words: effectiveness; integrated learning; social studies 67 Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri Kota Banjarmasin Arif Sholahuddin Prodi Pendidikan Kimia FKIP Unlam Banjarmasin, e-mail: arifchemist@ymail.com Abstrak: Penelitian dengan desain Research and Development tahap pertama ini bertujuan untuk menghasilkan buku ajar kimia kelas X berbasis reduksi didaktik yang layak digunakan dalam pembelajaran. Sampel diambil secara stratified random sampling sebanyak 3 sekolah dari 13 SMA Negeri di Banjarmasin. Data penelitian dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator kelayakan yaitu buku ajar dianggap layak jika skor validasi maupun respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik atau sangat baik dan sebanyak 80% atau lebih siswa mencapai tingkat penguasaan > 65. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku ajar layak digunakan karena validitas buku ajar dalam kategori sangat baik, respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 80,2%. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas buku ajar dan tingkat penguasaan siswa, guru perlu meningkatkan kemandirian belajar siswa, membimbing siswa agar mengikuti panduan penggunaan buku, melakukan ujicoba lanjut yang melibatkan sampel lebih luas dan mengembangkannya menjadi buku ajar interaktif. Kata kunci: buku ajar, reduksi-didaktik, interaktif, kimia Abstract: This first phase of research and development is to produce chemistry instructional book for class X based on reduction-didactic which is feasible used in teaching and learning. The sample, three schools of 13 State Senior High Schools of Banjarmasin, are drawn using stratified random sampling. The collected research datas are analyzed descriptively based on instructional book feasibility indicators, where instructional book is considered as a feasible book for teaching and learning if both validation and student’s responses score to it in good or very good category; classically, 80% of students or more achieve mastery level of > 65. This research show that the instructional book is feasible because it’s validity is very good, student’s responses is good and classically, students’ mastery level reaches 80.2%. Futhermore, in order to increase more qualified instructional book and students’ mastery level, hence it’s need to increase the student’s self-learning; to direct students to follow the instructional book guidelines, to conduct futher field test that involve a wide range of samples and develop it as an interactive instructional book. Key words: instructional book, reduction-didactic, interactive, chemistry Perspektif Sosiologi tentang Kurikulum Rakhmat Hidayat Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta Abstrak: Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pemikiran empat sosiolog yaitu Pierre Bourdieu, Michael W. Apple, Henry Giroux dan Carlos Alberto Torres tentang kurikulum dan menjelaskan definisi kurikulum dalam perspektif sosiologis. Metodologi 68 yang digunakan adalah melakukan kajian pustaka dari buku-buku yang ditulis oleh empat sosiolog tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) negara menjalankan praktek kekuasaannya melalui penggunaan seperangkat mekanisme wacana yaitu dengan pembentukan teks-teks pendidikan untuk menghasilkan berbagai kepatuhan berupa nilai, cara pandang dunia, dan sebagainya. Kurikulum sebagai bentuk kekuasaan digunakan negara dalam memproduksi berbagai cara pandang dunia yang harus sejalan dengan cara pandang negara dan 2) kurikulum merupakan sebuah ruang dimana para agen dengan kepentingan dan modalnya yang berbeda-beda saling bertarung untuk memperjuangkan posisi, pengaruh, prestis dan kedudukan. Perlu dilakukan diskusi dan kajian lebih mendalam tentang kurikulum dalam berbagai aspek. Selama ini kajian tentang kurikulum lebih banyak ditekankan pada kajian pedagogik yang lebih menempatkan kurikulum sebagai kajian mikro. Kata kunci: kurikulum, sosiologi, kontestasi, dan kekuasaan Abstract: This article aims to explain the thinking of four sociologist:Pierre Bourdieu, Michael W. Apple, Henry Giroux and Carlos Alberto Torres about the curriculum and explains the definition of curriculum in sociological perspective. The methodology used is by conducting literature review of books written by the four sociologists. There are two important conclusions in this paper (1) states practice a set of mechanisms of power through the use of discourse that is by forming educational texts to produce a variety of compliance in the form of values, worldview, and so forth. Curriculum as a form of state power is used in producing various world outlook which should be in line with the state perspective, (2) curriculum is a space where the agents with the interests and different capital fight each other to fight for position, influence, prestige and position. Need to do more in-depth discussion and review of curriculum in various aspects. The on putting pedagogical studies curriculum as a micro study. So far, the study of curriculum has been emphasizing more. Key words: curriculum, sociology, contestation, and power Pemberdayaan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Pendidikan Dasar dan Menengah Ambari Sutardi Pusat Kurikukum, Balitbang, Kemdiknas Abstrak: Tujuan studi dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari daerah sampel tentang: Pembentukan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) pendidikan dasar dan menengah; struktur kepengurusan, siapa dan berapa jumlah anggotanya; keberadaan dana bagi TPK; pemahaman anggota terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan kurikulum; pemberdayaan mereka melaksanakan tugas pokok antara lain mensosialisasikan kebijakan dan mendampingi sekolah menyusun kurikulum; dan pelaksanaan kurikulum di sekolah. Hasil studi menunjukkan bahwa semua daerah sampel telah membentuk TPK; ada struktur kepengurusannya dengan jumlah anggota bervariasi; dana belum tersedia secara memadai di beberapa daerah; tingkat pemahaman responden terhadap kebijakan bervariasi; hanya sebagian anggota TPK yang diberdayakan sesuai TUPOKSInya; pelaksanaan KTSP di sekolah belum merata. 69 Kata kunci: pemberdayaan, pengembang kurikulum (KTSP), pendidikan dasar dan menengah, dan tugas pokok. Abstract: The objective of the study is to get information from some sample areas about: the establishment of curriculum developers team (CDT) for basic and secondary education; the structure of its caretaker, who and how many of its members; the availability of a budget needed; the members‘ understanding of the government policies related to curriculum; the empowerment of its members to do their main tasks among other things: socializing the policies and helping schools within basic and secondary educations writing up their respective curriculum; and school-based curriculum (S-BC) implementation. The data shows that all sample districts/municipalities have already established CDT; there is its caretaker structure with a various number of members; there is no sufficient budget in some districts/municipalities; there are some degrees of the members’understanding about the government policies related to curriculum; Districts/Municipalities Ministry of National Education empowered only some of the members socializing the government policies and helping schools writing up their curriculum as their main tasks; the implementation of S-BC was still uneven. Key words: empowerment, curriculum developers (S-BC), primary and secondary education, function and task Impelementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Kadir Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta E-mail: dirsal@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh pembelajaran dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika. Penelitian dilakukan di MTs Negeri 22 Kampus B Munjul Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2005/2006 dengan menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 90 siswa kelas VII yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t. Hasil penelitian mengungkapkan pendekatan problem posing berpengaruh nyata terhadap hasil belajar matematika. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing mampu membuat siswa aktif dan kreatif, terlihat dari kemampuan siswa mengembangkan masalah matematika sendiri, mengolah dan mengeksplorasi informasi yang ada dan mengajukan masalah matematika yang dapat diselesaikan. Melalui pembelajaran dengan pendekatan problem posing juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam berinteraksi dan sharing idea diantara siswa dan guru sehingga kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan pemahaman siswa terhadap konsep menjadi lebih baik. Kata kunci: pendekatan problem posing, pendekatan konvensional, pembelajaran, hasil belajar matematika, aritmetika sosial. Abstract: The objective of the present study is to find out the effect of implementation of problem posing approach on the students’learning outcome in mathematics. The study was conducted in MTsN 22 Kampus B Munjul Jakarta Timur at academic year 2005/2006. 70 There were 7th grade students as the sample of the study, selected through cluster random sampling. The data were gathered by using a test. Data analysis was done by using t -test. The results of the study have revealed that problem posing approach effected the students’ learning outcome in mathematics. Learning in mathematics by problem posing approach can make the students be active and creative, it was shown at competences of the students to develop math’s problem themselves, manage, and to explore the information for posing the mathematics’ problem that is solvable. Through instructional by problem posing approach can also improve the students’ activity in teaching and learning, especially interacting and sharing ideas on both the students each other and the teacher, so learning activity is becoming meaningful the students’ mastery of the concept. Key words: problem posing approach, conventional, learning, learning outcome in mathematics, social arithmetics Pengembangan Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif La Ode Mane Mbeu dan Anwar SMAN 1 Konda dan FKIP/PPs Unhalu Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk mendapatkan sebuah model kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sesuai dengan kondisi SMP Negeri di Kecamatan Konda dan 2) untuk mendapatkan gambaran keefektifan pilar entrepreneur, teladan, cerdas dan demokratis dalam implementasi kepemimpinan kepala sekolah efektif di SMP Negeri Kecamatan Konda. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa: 1) model kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sesuai dengan kondisi di SMP Negeri se-Kecamatan Konda adalah kepemimpinan entrepreneur, teladan, cerdas dan demokratis (ENTELCERDS) dan 2) efektivitas implementasi kepemimpinan kepala sekolah efektif di SMP Negeri se-Kecamatan Konda terkait dengan: (a) Entrepreneur secara rerata berkualifikasi cukup efektif, (b) Keteladanan secara rerata berkualifikasi cukup efektif; (c) kecerdasan secara rerata berkualifikasi efektif, dan (d) demokratis secara rerata berkualifikasi sangat efektif. Kata kunci: model kepemimpinan, kepala sekolah efektif, entrepreneur, teladan, cerdas dan demokratis Abstract: The aim of this study are: 1). To find an appropriate model of principal leadership conducting a pilot in public junior high schools in Konda sub-District; 2). To find out the description of the NEM paradigm of principal leadership concept; which include entrepreneurship skill, good role model, capable and democratic in implementing the leadership skill as a principal. The result of this study describes; 1). The model of principal leadership skill besed on the public junior high school in Konda, which include entrepreneur skill, good role model, capable and democratic, and 2) the description of the result of the head master leadership skill including; a) entrepreneur skill is moderate; b) good role model is moderate; c) capability is effective; d) democracy is very effective. Keywords: the development of the principal leadership entrepreneurship skill, good role model, capability and democratic 71 model based on the Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah Jurusan PLB FIP UPI Bandung Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa penerapan latihan sensorimotor dapat meningkatkan kemampuan menulis dan hasil menulis pada anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, serta dalam intervensi dan analisis data menggunakan metode Single Subject Research (SSR) model Design Multiple Baseline Cross Variable (disain jamak antar variabel) dan disain A – B – A. dengan satuan ukur durasi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara nyata subyek penelitian mengalami peningkatan dalam kemampuan menulis. Oleh karena itu, latihan sensorimotor ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan atau mengoptimalkan kemampuan vestibular, taktil, kinestetik dan propioseptif yang merupakan keterampilan prasarat menulis yang dimiliki oleh anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Kata kunci: latihan sensorimotor, menuis, dan anak autistic spectrum disorder Abstract: The goal of this research is to prove that the application of sensorimotor training can improve writing skills and the writing in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children, the research question posed is: Does the application of sensory motor training improve writing skills in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children? The method of research applied quantitative approaches, and for the intervention and data analysis, the study used the method of Single Subject Research (SSR) model of Multiple Baseline Design of Variable Cross (plural design between variables) and the design of A - B - A. with a unit of measurement duration and percentage. The results are consistent with the research questions and basic assumptions that the study subjects experienced significant improvement in writing skills. Therefore sensory motor training can be used as a reference in improving or optimizing the ability of vestibular, tactile, kinesthetic and propioseptif which is prasarat writing skills possessed by children Autistic Spectrum Disorder (ASD). Key words: sensorymotor training, writing, and autistic spectrum disorder child Analisis Kebutuhan Terhadap Program Multi Media Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Waldopo Pustekkom Kemdiknas-E-mail: waldopo@gmail.com Abstrak: Multimedia interaktif adalah media pembelajaran yang memadukan unsur suara, visual dan teks dan dapat berinteraksi dengan penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan multi media interaktif sebagai media pembelajaran. Jika dibutuhkan, jenis mata pelajaran apa saja yang perlu ditunjang dengan multi media serta jenis format sajiannya. Populasinya siswa, guru dan kepala 72 sekolah SLTA. Sampel diambil secara acak. Dari hasil pengacakan ditetapkan 6 lokasi yaitu SMAN 1 Ambon, MAN 2 Padang, SMAN 5 Semarang, SMAN 6 Surabaya, SMAN 1 Samarinda dan SMAN 3 Makssar. Subyek penelitian adalah siswa, guru dan Kepala Sekolah. Peneltian dilaksanakan antara bulan Mei hingga September 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Multi Media dibutuhkan, terutama untuk menunjang mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Sejarah, Geografi dan Akuntansi. Format yang disenangi games dan tutorial. Oleh karena itu disarankan agar Pustekkom secara berkelanjutan mengembangkan program-program multimedia untuk kegiatan pembelajaran, dengan melibatkan berbagai pakar agar program-program yang dikembangkan menarik dan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Pustekkom juga perlu menyusun sistem pemanfaatannya yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Kata kunci: Kebutuhan, Multi media interaktif dan Pemanfaatan yang terintegrasi Abstract: Multimedia interactive is on instructional media that combines elements of sound, visual and text, and can interact with the users. The aim of this study is to obtain information about the needs of interactive multimedia as instructional media. If needed, what kind of subjects that need to be supported by multi-media and type of format that presented. The population are students, teachers and senior secondary school principals. Sample was taken randomly. From the results of randomization assigned six different locations: SMAN 1 Ambon, MAN 2 Padang, SMAN 5 Semarang, SMAN 6 Surabaya, SMAN 1 Makassar and SMAN 3 Samarinda. Subjects were students, teachers and Principal. Research carried out between May to September 2005. The results showed that the Multimedia program is needed, especially to support the subjects of Mathematics, Physics, Biology, Chemistry, English, History, Geography and Accounting. Games and Tutorials are the popular format. Therefore, it is suggested that Pustekkom constantly developing programs for the learning activities, involving various experts to develop multimedia programs attractive and can improve the quality of learning outcomes. Pustekkom also needs to develop an integrated system utilization with learning activities at school. Keywords: Requirements, Multi media, interactive and Integrated utilization. Evaluasi Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Idris HM Noor Peneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdiknas. E-mail: idrishmnoor@yahoo.com Abstrak: Penyelenggaraan RSBI merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan agar mampu bersaing dengan negara lain. Sejak diselenggarakan tahun 2006, RSBI belum pernah dievaluasi secara komprehensif. Oleh karena itu, perlu dievaluasi PPDB, prestasi, pengelolaan pendanaan, dan sistem tata kelola dan akuntabilitas penyelenggaraannya. Penelitian menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Sampel sebanyak 4575910 yang diambil secara purposive. Responden: komite sekolah, kepala sekolah, guru bahasa Inggris, matematika, dan IPA yang mengajar di kelas RSBI dan kelas reguler. Temuan: Kemampuan bahasa Inggris 73 pendidik dan tenaga kependidikan RSBI di semua tingkat masih level novice (skor TOEIC 10-250). Kemampuan guru bahasa Inggris kelas RSBI dan kelas reguler relatif sama. Di SD dan SMP, kemampuan siswa dan guru RSBI sedikit lebih tinggi daripada kelas regular. Kemampuan guru Biologi dan Fisika kelas RSBI di SMA lebih rendah daripada guru kelas reguler. Penggunaan dana kurang transparan. Rekomendasi, perlu peningkatan kualifikasi dan kompetensi akademik guru dan perlu disusun panduan pengelolaan pendanaan yang lebih rinci. Kata Kunci: RSBI, PPDB, prestasi akademik, pendanaan, tata kelola. Abstract: The implementation of pilot standard of international school (pre SIS) is one of the government’s efforts to improve educational quality in order to be able to compete with other countries. Since the establishment of the pre SIS in 2006, they have not been evaluated comprehensively yet. Therefore, it is important to evaluate the student’s enrolment, academic achievement, finance and budgetting, and management. Research method used is mixed quantitative and qualitative method. Samples are 4575910 respondents chosen purposively. They are school committee, school principals, teachers of pre SIS and regular classe. They are English, mahtematics, and science teachers, students, and students’ parents association. The English proficiency of school principals is at the novice level (10-250 TOEIC scores). Teachers’ academic competence of pre SIS and regular classes is relatively equal. The competence of biology and physics teachers of pre SIS in SSS is lower than those in the regular classes. The use of budget and finance is not transparent. Recommendation, it is important to improve teachers’ academic qualification and their competence and a rigid financial and budgeting management guide. Key words: international standard school, recruitment, academic achievement, finance, budgetting, and management. Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah Jurusan PLB FIP UPI Bandung Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa penerapan latihan sensorimotor dapat meningkatkan kemampuan menulis dan hasil menulis pada anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, serta dalam intervensi dan analisis data menggunakan metode Single Subject Research (SSR) model Design Multiple Baseline Cross Variable (disain jamak antar variabel) dan disain A – B – A. dengan satuan ukur durasi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara nyata subyek penelitian mengalami peningkatan dalam kemampuan menulis. Oleh karena itu, latihan sensorimotor ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan atau mengoptimalkan kemampuan vestibular, taktil, kinestetik dan propioseptif yang merupakan keterampilan prasarat menulis yang dimiliki oleh anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Kata kunci: latihan sensorimotor, menuis, dan anak autistic spectrum disorder 74 Abstract: The goal of this research is to prove that the application of sensorimotor training can improve writing skills and the writing in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children, the research question posed is: Does the application of sensory motor training improve writing skills in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children? The method of research applied quantitative approaches, and for the intervention and data analysis, the study used the method of Single Subject Research (SSR) model of Multiple Baseline Design of Variable Cross (plural design between variables) and the design of A - B - A. with a unit of measurement duration and percentage. The results are consistent with the research questions and basic assumptions that the study subjects experienced significant improvement in writing skills. Therefore sensory motor training can be used as a reference in improving or optimizing the ability of vestibular, tactile, kinesthetic and propioseptif which is prasarat writing skills possessed by children Autistic Spectrum Disorder (ASD). Key words: sensorymotor training, writing, and autistic spectrum disorder child 75 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010 Standard Setting Ujian Nasional dengan Menggunakan Metode Angoff dan Bookmark Arniati Prasedyawati Herkusumo email: arniatiph@yahoo.com, Pusat Penilaian Pendidikan Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas skor kelulusan (cut score) yang tepat bagi peserta Ujian Nasional (UN). Seperti kita ketahui bahwa sampai saat ini penentuan kelulusan pada Ujian Nasional ditentukan melalui judgement dan merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah tanpa memperhatikan soal-soal yang ada pada paket-paket UN dan tanpa melibatkan tenaga-tenaga ahli (seperti guru bidang studi, ahli kurilukum, dan ahli penilaian).Penentuan kelulusan seperti ini kurang memenuhi kriteria sebagaimana yang diisyaratkan oleh ahli-ahli pengukuran pendidikan, seperti yang disebutkan dalam Standards for Educational and Psychological Testing: “When cut scores defining pass-fail, the judgmental process should be designed so that judges on bring their knowledge and experience to bear in a reasonable way” Metode ilmiah yang digunakan untuk menentukan standar atau cut score kelulusan pada studi ini adalah dengan menggunakan Metode Angoff dan Bookmark. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan standar kelulusan UN menjadi lebih ilmiah. Kata Kunci: Ujian Nasional, standard setting, assessment, cut score, dan bookmark Abstract : The purpose of this research is to find out the cut score of graduation for the national exam participants, as we know so far the determined passing score through judgement and the policy of the Government without paying attention to the matter of matter that exists on the test devices, and without involving the experts (as curriculum subjects teachers, expert, assessment expert). Determining graduation like this does not meet the criteria as signaled by experts such as educational measurement experts called in Standards for Educational and Psychological Testing : “When cut scores defining passfail, the judgmental process should be designed so that judges on bring their knowledge and experience to bear in a reasonable way”. Scientific method that can be used to determine the score a passing grade is the Angoff method and bookmark method. This method can be used to determine the standard graduation test national became more scientific. Key words: National Examination, standard setting, assessment, cut score, and bookmark 76 Lingkungan sebagai Media Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian Oos M. Anwas anwasipb@yahoo.co.id, Pustekkom Kemdiknas Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Penelitian menggunakan metode survai terhadap penyuluh pertanian PNS di kabupaten Karawang dan kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Sampel diambil secara random sebanyak 170 orang. Hasil analisis deskriptif diketahui secara umum pemanfaatan media lingkungan sebagai media pembelajaran adalah rendah. Rendahnya pemanfaatan ini terutama terjadi dalam dimensi intensitas mengamati lingkungan alam dan lingkungan usaha pertanian, sedangkan pendalaman inovasi mandiri dalam kategori sedang. Hasil analisis regresi diketahui bahwa pemanfaatan media lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap kompetensi penyuluh adalah intensitas pendalaman inovasi mandiri. Oleh karena itu perlu upaya “Gerakan Belajar dengan Lingkungan” melalui langkahlangkah nyata dalam mendorong penyuluh pertanian untuk belajar dengan lingkungan di tempat tugasnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemanfaatan media lingkungan terhadap peningkatan kompetensi pada profesi lain, seperti guru, dosen, dan profesi lainnya. Kata kunci: media pembelajaran, kompetensi, dan penyuluh pertanian Abstract: This study aimed to analyze the intensity of utilization of the environment as a medium of learning and its influence on the competency of agricultural extension agents. This study uses a survey of PNS, agricultural extension in the districts of Karawang and Garut district of West Java Province. Samples randomly taken as much as 170 people. Results Descriptive analysis is generally known to use the media environment as a medium of learning is low. The low utilization is particularly true in the dimension of the natural environment and observing the intensity of agricultural business environment, while the deepening of independent innovation in the medium category. Regression analysis found that use of the media environment that significantly influence the intensity of the deepening of the competency of agricultural extension agents are independent innovation. Therefore it is necessary to attempt to “Learning with the Environment Movement” through concrete steps in boosting the agricultural extension agents to study the environment at the place of duty. Need to conduct further research on the influence of environmental media utilization of improved competence of other professions such as teacher, lecture, etc. Key words: medium of learning, competency, and agricultural extension agents 77 Penggunaan Laptop dalam Perkuliahan di Kelas Manfaat atau Mudharatkah? Suciati email: psuciati@ut.ac.id Nur Hidayah email: nurhidayah@ut.ac.id Pascasarjana Universitas Terbuka Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji manfaat dan mudharat penggunaan laptop oleh mahasiswa di dalam perkuliahan serta mengidentifikasi strategi penggunaan laptop yang efektif di dalam kelas. Penelitian ini merupakan studi eksploratori, menggunakan instrumen yang berisi 26 pertanyaan untuk mengumpulkan data dari 68 responden. Hasil penelitian menunjukkan 73,5 persen pengguna laptop di dalam kelas, mayoritas (63%) merasakan manfaatnya untuk mencari artikel yang relevan dan membuat catatan kuliah. Banyak aktivitas penggunaan laptop yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti browsing berita, chatting dan mengirim atau menjawab email (16 – 22 persen). Sebanyak tiga puluh persen pengguna hanya memberikan porsi perhatian antara 25 sampai 50 persen pada perkuliahan yang sedang berlangsung. Pengguna dan bukan pengguna laptop di kelas mempunyai perbedaan pandangan tentang manfaat atau mudharat penggunaan laptop di kelas. Beberapa mahasiswa mempersepsikan bahwa penggunaan laptop di kelas mengganggu konsentrasi, indikasi ‘rasa tidak hormat’ terhadap dosen atau teman lainnya. Dosen perlu merancang penggunaan laptop dalam aktivitas pembelajaran di kelas yang terintegrasi untuk memperkaya materi pembelajaran dan membuat proses pembelajaran menarik dan efektif. Kata kunci: Teknologi pembelajaran, laptop, persepsi, dan teknologi. Abbstract: This study aims to assess the benefits and harms of laptops use by graduate students in the classroom learning, and to identify strategies for effective use of laptops in class. The study is exploratory, using 26 point questionnaire to collect data from 68 respondents. Results showed 73.5 percents use laptops in the classroom, the majority of users (63%) find it useful for browsing for relevant articles and making class notes. Many use laptops for activities unrelated to learning, such as browsing news, communicate through emails (16-22 percent) and chatting. Thirty percent of users reported to give only 25 to 50% of attention to the ongoing class activities. Users and non users had different views about laptops use in the classroom; some students perceive laptops use in class interfere with concentration, and can be an indication of ‘disrespect’ to the lecturers or other students. Lecturers should design the integration of laptop use within classroom learning activities to enrich the learning material, to make the classroom learning process become more interesting and effective. Key words: learning technology, laptops, perception, and technology. 78 Badan Hukum di Langit Pendidikan (Studi Evaluasi Kebutuhan Satuan Pendidikan) M. Kholid Fathoni Email: Izdiharbabelan@hotmail.com Abstrak: Ketentuan tentang keharusan penyelenggara dan/atau satuan pendidikan berbentuk badan hukum pendidikan masih merupakan agenda hukum negeri ini. Pasal 53 UU Sisdiknas No.20/2003 mengamanatkan disusunnya suatu undang-undang tentang badan hukum pendidikan. Sebelumnya, UU No 9/2003 Tentang Badan Hukum Pendidikan sudah diterbitkan, namun oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan “tidak mengikat” pada tangal 31 Maret 2010. Apabila “undang-undang baru” akan disusun menggantikan UU No 9, maka diperlukan upaya Pemerintah agar benar-benar memperhatikan poin-poin penting penyebab pembatalan UU No 9 serta suara masyarakat secara lebih luas agar kelak tidak mengalami nasib UU No 9. Dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen di berbagai forum pembahasan seputar permasalahan, penelitian ini dimaksudkan memetakan permasalahan badan hukum di bidang pendidikan. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk membantu para pengambil kebijakan pendidikan mengetahui kebutuhan nyata para penyelenggara pendidikan di lapangan. Kata kunci: Otonomi pengelolaan pendidikan, badan hukum, penyelenggara pendidikan, dan satuan pendidikan. Abstract: The obligation of legal body upon every educational institution or its founder is still an unfinished law agenda of this country. Act No 20/2003 on National Education stated that the specific law on education legal body must be enacted. The government has released the law No 9/2009 about Legal Body of School and University, but the Council of Constitution has canceled it in 2010. If a new regulation on legal body will be initiated as law, instead of the cancelled one, the Government should be in alert and in full contemplation among critics, last mistakes, and wider community sounds so that can avoid obstacles. This research is important in accordance with Governmental planning when the body of education institution will be constructed as a legal entity. The sounds and documents which are collected from various forums in discussion of the topic will be analyzed as a research conclusion. Key words: Educational Autonomy, legal body, institutional founder in education, school and university. Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi Idris HM Noor E-mail: idrishmnoor@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan dan pelaksanaan program penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi (PT). Metode penelitian adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan teknik 79 analisis deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 160 responden yang diambil secara purposive yaitu ketua/anggota lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di perguruan tinggi Negeri (PTN) dan perguruan tinggi Swasta (PTS). Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan April sampai bulan Oktober 2008 di 6 provinsi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi Bali, provinsi Daerah Khusus Yogyakarta (DIY), provinsi Jawa Barat, provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Sumatera Utara. Alat dan teknik pengumpulan data adalah pedoman studi dokumentasi, kuesioner, wawancara, dan focus group discussion (FGD). Data primer adalah nara sumber di PT, sedangkan data sekunder adalah dokumen mengenai peraturan perundang-undangan dan penelitian-penelitian terkait sebelumnya. Hasil penelitian adalah: 1) kebijakan program penelitian dan pengabdian masyarakat di PT berdasarkan kebijakan umum Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdiknas; 2) implementasi kebijakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi masih ada kendala antara lain lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat masih terpisah, sosialisasi P2M masih kurang, dan kemampuan metodologi penelitian dosen masih rendah’ 3) hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PTN/PTS dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Namun masih sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah materi ajar, publikasi nasional/internasional, dan perolehan hak paten; dan 4) kegiatan pengabdian masyarakat belum berdasarkan hasil penelitian. Kata kunci: Penelitian, pengabdian masyarakat, analisis kebijakan, ilmu pengetahuan, materi ajar Abstract: The objectives of the research is to know the implementation of policy and implementation of the research program and the public service at Higher Education (HE). The research method is the mixed of quantitative and qualitative methods with a descriptive analysis. Sample of the research is 160 repondents taken purposively of head and members of the research and public service institutions at public and private of HE. The research was conducted for 7 months from April to October 2008 at six provinces: West Nusa Tenggara province, Bali province, Special Yogyakarta province, West Java province, West Sumatera province, and South Sumatera province. Tools and the techniques of data collecting are using documentation study, questionnaires, inteview, and focus group discussion. Primary data is the information from the resource persons from HE while the secondary data is taken from the documents about the rules as well as the laws and the related research done by other people. The findings of the research are: 1) the policy of research program and the public service at HE is based on the general policy of the HE Directorate, Ministry of National Education; 2) the implementation of policy in improving quality of HE still has constraints such as the institutions of research and public service are still separate, the socialization of programs of public service is still low, and most lecturers at HE are stil lack of having research methodolgy; 3) the research findings of both public and private HE can be implemented to develop and improve science. However, there has a few of the research findings that can be used for improving teaching and learning materials for higher education, very few of national as well international publications, and very few of having patent rights; and 4) the activities in public service are not based on the findings of the research yet. Key words: research, public service, policy analysis, science, learning materials 80 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tutorial Program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka Prayekti dan Gusti Nurdin prayekti@ut.ac.id, FKIP Universitas Terbuka Abstrak: Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tutorial Program S1 PGSD di UPBJJ-UT Pangkal Pinang. Faktorfaktor tersebut meliputi: 1) persiapan tutorial; 2) pelaksanaan tutorial; dan 3) interaksi kelas tutorial. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) persiapan tutor: (a) jarak dekat dengan lokasi tutorial, nilai rata-rata kesiapan tutor 4,63; nilai aktivitas tutor 4,58; nilai mahasiswa pada tutorial 4,03, dan aktivitas pengelola dengan nilai sedang, 4,67; (b) jarak nilai kesiapan tutor 4,48 dan nilai aktivitas tutor 4,42; nilai aktivitas mahasiswa 4,15; sedangkan nilai aktivitas pengelola 4,34; (c) jarak jauh, nilai kesiapan tutor 4,65 dan nilai aktivitas tutor 4,74; nilai aktivitas mahasiswa 4,32 sedangkan nilai aktivitas pengelola sebesar 4,56; 2) pelaksanaan tutorial, keaktifan belajar mahasiswa selama mengikuti tutorial dengan kategori baik sebesar 87,5 % dan kategori cukup sebesar 12,5 %, sehingga aktivitas tutor rata-rata baik; 3) interaksi kelas tutorial, aktivitas tutor dalam pelaksanaan tutorial cukup menarik perhatian mahasiswa, tutor berjalan berkeliling kelas sambil menanyakan kesulitan mahasiswa dalam memahami modul saat belajar mandiri. Di samping itu, memotivasi mahasiswa agar lebih giat belajar, membaca dan memahami modul. Kata kunci : UPBJJ, tutorial, strategi, interaksi kelas, dan kualitas Abstract: This article was written based on the research results on factors influencing the quality of tutorials activities of the S1 PGDS Program implemented by the learning groups in Pangkal Pinang regional office. These factors include: 1) preparation tutorials; 2) implementation of the tutorial; 3) interaction of the tutorial classes. The analysis showed that: preparation of tutors: (a) close proximity to a tutorial site, the average value of readiness tutor 4.65 value of 4.74 and tutor activities; value 4.32 while the value of readiness tutor 4.63; tutor activity value 4.58; value of 4.03 students in tutorials; and activities of the manager with a value of 4.67; (b) medium-range, the value of readiness tutors activity value of 4.48 and 4.42,l value of 4.15 student activity, where as the value of management activities 4.34; (c) distance, the value of the student activities management for 4.56; 2) implementation of tutorials , active student learning during the tutorial with a good category for 87.5 % and 12.5 % fairly category, so the average tutor activity; 3) interaction of the tutorial classes, tutors in the implementation of the tutorial activities attract enough students, tutors while walking around the class asking students difficulty understanding when self-learning modules. In addition, to motivate students to study harder, read and understand the module more. Key words: UPBJJ, tutorials, strategies, classroom interaction, and quality 81 Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode Bermain di Sekolah Dasar R. Sudarwo & Yohanes Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauhmana penerapan model pembelajaran teknik melompat jangkit dengan meningkatkan prestasi peserta didik di sekolah dasar. metode bermain dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, mereka antusias melakukan lompat jangkit sambil senang bermain, sehingga dapat disimpulkan peserta didik merasa melakukan lompat jangkit dengan metode bermain, begitupun ketika peserta didik melakukan kesalahan dengan kesadaran dan tanggung jawab peserta didik melakukan push up dengan senang sebagai hukuman tanpa diminta oleh guru. Kata kunci : teknik lompat jangkit, bermain, pendidikan jasmani, dan sekolah dasar Abstract: This study aims to describe how far the application of learning models jump technique transmissible by playing methods to improve student achievement in elementary school. Results showed that students more actively involved in learning, they do jump transmissible enthusiastic while playing, so it can be concluded students feel happy to do the jump transmissible by playing methods, as well as students make the mistake of awareness and responsibility of learners doing push ups with pleasure as punishment without being asked by the teacher. Key words: transmissible jump technique, playing, physical education, and elementary school Bantuan Teknis Profesional Pengembangan Kurikulum Kepada Tim Pengembang Kurikulum Daerah Sebagai Wahana Pemberdayaan Staf Pusat Kurikulum Sutjipto E-mail: sutjipto.55@gmail.com Abstrak: Kajian yang dikemukakan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pemberdayaan staf Pusat Kurikulum melalui strategi kegiatan bantuan teknis profesional pengembangan kurikulum di daerah. Metode kajian ini yaitu deskriptif, di mana data utama diolah berdasarkan program kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan laporan hasil kegiatan Pusat Kurikulum tahun 2006 s.d. tahun 2010 berkait dengan bantuan teknis profesional pengembangan kurikulum kepada TPK provinsi di 33 provinsi, dan TPK kabupaten/kota di 120 kabupaten/kota. Informasi dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, diskusi terfokus secara kelompok. Teknik analisis data yang dipergunakan, yaitu deskripsi, dan interpretasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan profesional staf dalam pengembangan kurikulum merupakan usaha sadar dan berkesinambungan dari 82 pimpinan Pusat Kurikulum. Pentingnya penciptaan suatu budaya kelembagaan dengan suasana atau iklim yang memungkinkan staf berkembang secara sehat dalam manajemen yang memperkuat potensi staf dan adanya jaminan perlindungan. Dengan demikian, potensi staf dapat dibangun secara positif dan kondusif yang pada gilirannya bisa memandirikan staf dalam berkarya. Kajian ini menunjukkan juga bahwa strategi pemberdayaan staf di tingkat Pusat Kurikulum sangat berpengaruh terhadap capaian keberhasilan kegiatan bantuan teknis profesional pengembangan kurikulum kepada TPK daerah. Kata kunci: kemandirian, profesionalisme, kurikulum, dan bantuan teknis Abstract: This study set out to get a view of empowerment Curriculum Center staff through a strategy of professional technical assistance activities in the area of curriculum development. Methods This study is descriptive, where the main data is processed based on program activities, implementation activities, and report the results of activities Curriculum Center between 2006 through 2010 related to the professional technical assistance to the TPK provincial curriculum development in 33 provinces, and TPK district in 120 districts/cities. Information was collected using documentary techniques, focus group discussions, and involved role in the activities. The data analysis technique used, namely description, and interpretation. The study shows that the increase in professional skills (professional development) staff in curriculum development is really a conscious and sustained effort from the leadership of Curriculum Centre. The importance of the creation of a cultural institution with the atmosphere or climate that allows staff to develop, a sound management in strengthening the potential or staff resources and the protection jaminnan staff so that potential can be constructed in a positive and conducive environment which in turn can memandirikan staff in making the work is also a prominent finding in this study. Furthermore, this study also shows that the strategy of empowering the staff at the Curriculum Center is very influential on the successful achievements of technical assistance activities of professional development curriculum to local corruption. Key words: independence, professionalism, curriculum, and technical assistance Dinamika Sosial Gerakan Guru di Indonesia Pasca Orde Baru Rakhmat Hidayat email: rakhmat_123@yahoo.com, Universitas Negeri Jakarta Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamika gerakan guru Indonesia setelah era Orde Baru. Fase ini ditandai dengan bermunculan berbagai organisasi guru di Indonesia dan 2) menjelaskan bagaimana kontribusi gerakan guru Indonesia dalam pentas demokrasi Indonesia. Ada dua kesimpulan penting dalam tulisan ini yaitu: 1) gerakan guru Indonesia yang berkembang setelah era Orde Baru merupakan manifestasi dan artikulasi dari sistem politik yang mendukung munculnya gerakan tersebut; 2) gerakan guru Indonesia menjadi kelompok social penting dalam transisi demokrasi di Indonesia setelah Orde Baru. Metodologi yang digunakan adalah kajian literature dengan mengkaji berbagai referensi terkait gerakan guru di Indonesia. Hal penting yang harus dilakukan oleh gerakan guru di Indonesia adalah melakukan penguatan dan konsolidari jaringan baik jaringan nasional maupun internasional. Dengan 83 cara ini gerakan mereka akan lebih solid, terstruktur dan terlembagakan sebagai actor penting dalam transisi demokrasi di Indonesia. Kata kunci: gerakan, guru, konsolidasi, dan demokrasi Abstract: This article aims is to: 1) describes the dynamics of movement of teachers in Indonesia after New Order era. This phase is marked by the emerging various teacher organizations in Indonesia and 2) explain how the contribution of Indonesian teachers movement in the stage of democracy in Indonesia. There are two important conclusions in this paper are 1) Indonesian teacher movement that developed after the New Order era is the manifestation and articulation of a political system that supports the emergence of these movements; 2) the movement of Indonesian teachers become an important social group in the transition to democracy in Indonesia after New Order. The methodology used is the study of literature by examining a variety of related references teachers’ movement in Indonesia. Movement of teachers in Indonesia have to do the strengthening and consolidation of networks both national and international networks. Their movements will be more solid, structured and institutionalized as an important actor in the transition to democracy in Indonesia. Key words: movement of teacher, consolidation, and democracy Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik Abdul Gaffar Ruskhan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Abstrak: Nama-nama geografi di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-macam, baik yang berasal dari bahasa Indonesia maupun yang berasal dari bahasa daerah masing-masing. Keberbagaian itu merupakan keunikan nama geografi yang kaya dengan budaya bangsa, termasuk bahasanya. Suatu hal yang tidak dapat dibantah bahwa terdapat pula nama geografi yang berasal dari bahasa asing. Namun, penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai nama geografi merupakan pilihan yang tidak dapat diabaikan. Dalam nama geografi, ada unsur generik dan unsur spesifik yang menjadi hal yang penting. Unsur generik itu merupakan unsur yang mengandung makna umum berupa kenampakan alam, seperti daratan dan perairan, serta. kawasan khusus, buatan, dan administratif. Sementara itu, nama spesifiknya adalah nama yang membatasi unsur generiknya. Unsur spesifik itu muncul dari penamaan masyarakatnya, yang tidak lepas dari nama generiknya. Masing-masing memiliki aspek historisnya. Kata kunci: nama geografi, unsur generik, dan unsur spesifik Abstract: The Indonesian geographical names are various in terms of its origins language. The are many geographical names are derived from the national language (Indonesian) and the local languages. The diversities are the uniqueness that are rich with ethnicity and culture, including languages. The geographical names are consisting of the generic names and specific names. The generic names are the names that applied in general, either associated with the natural appearance, artificial area, or administration area. The generic names are potentially derived both from the national language 84 (Indonesian) and from the local languages. Their use makes them became specific. However, there are many specific names in the form of the generic elements only. Many names that people who have created can not be separated from the history of the names. Key words: geographical names, generic factor, and specific factor 85 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2010 Kajian Terhadap Keberadaan dan Pendanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Hendarman email: hendarman@kemdiknas.go.id, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Penyelenggaraan satuan pendidikan menuju bertaraf internasional telah dimulai sejak tahun 2006, yaitu melalui pendirian dan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Berbagai gugatan, pandangan dan kritik yang bersifat pro-kontra dari berbagai lapisan masyarakat terhadap penyelenggaraan RSBI muncul sejalan dengan implementasinya. Hal yang signifikan yaitu usulan untuk memberhentikan penyelenggaraan RSBI dan sistem pendanaan yang memberatkan orang tua peserta didik. Tulisan ini merupakan kajian secara yuridis terhadap keberadaan RSBI serta pendanaan yang seyogianya diberlakukan dalam penyelenggaraannya. Kajian secara yuridis menunjukkan bahwa menghentikan penyelenggaraan RSBI tidak dimungkinkan sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku belum diubah. Terkait pendanaan terhadap RSBI, memang terjadi perbedaan tafsir dari peraturan perundangundangan yang berlaku sehingga terjadi pungutan-pungutan yang membebankan orang tua peserta didik. Implikasi dari hal-hal tersebut bahwa keberlanjutan RSBI harus diikuti dengan adanya evaluasi dengan menggunakan indikator-indikator kunci yang dapat memutuskan kemungkinan promosi RSBI menjadi SBI atau penurunan status menjadi sekolah regular; dan penetapan sistem keuangan di tingkat satuan pendidikan RSBI secara transparan dan akuntabel yang dapat menjelaskan berapa yang diterima dan dipergunakan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk orang tua peserta didik. Kata kunci: RSBI, pendanaan, dan standar internasional Abstract: The execution of a unit having international standards of education has been commenced since 2006 through the establishment of the so-called “rintisan sekolah bertaraf internasional” (RSBI). Pros and cons were addressed for the implementation of RSBI. The significant one is to terminate this initiative due to the burden funding implications that parents are to take care. This paper analyses the existence of RSBI and funding mechanism which are supposed to be in place from the view of legal aspect. The analysis shows that the appeal to terminate RSBI will not be possible unless there is an amendment to the existing laws and regulations. In terms of budget allocation for RSBI, the analysis shows that misinterpretations towards the regulation bring about the big-fees taken from parents. It is recommended that RSBI is to be continued but with such an evaluation using a number of key-indicators to decide for the promotion and the depromotion of RSBI to be SBI (international standard schools) or back to regular schools; and to set up a transparent and accountable finance system in the school which could indicate in detail the receiving and spending of money received from central office, local authority and society including students’ parents. 86 Key words: RSBI, finance,and international standar Model Pendidikan Guru Berbasis Ke-Bhinekaan Budaya di Indonesia Al Musanna Email: win_moes@yahoo.co.id / winmoes78@gmail.com Abstrak: Pendidikan guru di Indonesia seyogianya memberi perhatian dalam revitalisasi nilai dan budaya lokal sebagai fondasi pengembangannya, hal ini berdasarkan kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang paling pluralistik ditinjau dari suku bangsa dan budaya. Praksis pendidikan guru tanggap budaya atau culturally responsive pedagogy, memberi harapan sebagai jalan keluar untuk menjembatani revitalisasi budaya lokal dan peningkatan relevansi pendidikan guru di tanah air. Penekanan pada pendidikan guru tanggap budaya didasari kenyataan masih terkesampingkannya budaya lokal atau kearifan lokal dalam kebijakan dan kurikulum pendidikan guru di tanah air. Kata kunci: Pendidikan Guru, Budaya Lokal, Pendidikan Guru Tanggap Budaya Abstract: Teacher education in Indonesia should give more attention to the revitalization of local cultures as the foundation. It is based on the fact that Indonesia is one of the most pluralistic nations in terms of ethnicity and culture. The praxis of culturally responsive teacher education promise solution to bridge the revitalization of local culture and to improve the relevance of teacher education in Indonesian context. Preparing teacher to be a culturally competent teacher can be solutions to marginalization an alienation of many aspects of local culture in Indonesian educational policy. Key words: Teacher Education, Local Culture, Culturally Responsive Teacher Education Aplikasi Analisis (Path Analysis) Berdasarkan Urutan Penempatan Variabel Dalam Penelitian Sudaryono STMIK Raharja Tangerang, Email: Sudaryono1@yahoo.co.id Abstrak: Dalam suatu penelitian kuantitatif, suatu metode yang mengkaji urutan sebab akibat antara sejumlah variabel dalam suatu model penelitian disebut metode path analysis (analisis jalur). Dikarenakan pemikiran sebab akibat memainkan peranan atau aturan yang sangat penting di mana path analysis tersebut diaplikasikan, maka dengan menampilkan unsur-unsur path analysis dengan menerapkan analisis korelasi di antara sesama variabel berdasarkan urutan pengaruhnya, akan memberikan gambaran betapa pentingnya analisis jalur ini untuk diketahui oleh peneliti. Tujuan analisis jalur adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Selain itu tujuan penulisan ini adalah untuk menambah khasanah model-model penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel. Rumusan masalah dalam tulisan memusatkan perhatian apakah analisis jalur sangat efektif digunakan dalam 87 penelitian pendidikan dan menjawab pertanyaan permasalahan penelitian dengan baik. Hasil penelusuran literatur dan contoh-contoh penelitian yang menggunakan analisis jalur menunjukkan bahwa analisis jalur sangat efektif dan perlu dikembangkan dalam penelitian pendidikan. Kata kunci: Penelitian kuantitatif, Aplikasi Path Analysis,Analisis Korelasi, Akibat Langsung, Akibat Tidak Langsung. Abstract: In quantitative research there is a method called path analysis that examines chronological cause and effect among variables. Since cause and effect play an important role guideline in which the analysis is applied, showing the path analysis components with applied corelation analysis among variables based on their chronological effect would give description how important the path analysis is to be acknowledged by reserachers. It’s objective is to examine direct and indirect effect a set of variables, as the cause variables towards other variables as the effect variables. The purpose this article is to enrich research methods that may be used to analysis the relation patern among the variables. Problem formulation of this article focuses on the question is path analysis effective for educational research and can it answer issues in educational research. Literature reviews and researchs using path analysis reveal that it is very effective and needs to be developed in educational research. Key word: Research Quantitative, Path Analysis Applied, Correlation Analysis, Direct Effect, Indirect Effect. Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Ida Kintamani Dewi Hermawan Email idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan analisis SDM PT adalah untuk memahami profil SDM PT, mutu SDM PT, dan menentukan mutu PT dengan menggunakan data tahun 2009/2010. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah studi dokumentasi dan survai. Selain itu, digunakan indikator kinerja utama (IKU) dari Rencana Strategi Pendidikan tahun 2010-2014 untuk menilai mutu PT. Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun lembaga PT Swasta sebesar 97,24% dari lembaga PT yang ada, namun mahasiswanya hanya sebesar 58,39% dan dosennya sebesar 71,83%. Berdasarkan 7 indikator, kelayakan dosen mengajar hanya 37,65%, dosen tetap sebesar 67,82%, dosen jabatan guru besar sebesar 3,59%, dosen senior sebesar 19,84%, dan tenaga kependidikan kebanyakan lulusan SM sebesar 34,82%. Berdasarkan 5 indikator komposit yang dipilih maka mutu PT hanya sebesar 49,85 berarti kurang dari separuh. Dengan melihat hasil seperti ini maka disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai pendataan PT khususnya dosen dengan semua rinciannya dan apakah indikator komposit yang digunakan telah sesuai untuk mengukur mutu PT. Kata kunci: analisis, sumber daya manusia, pendidikan tinggi, data dan indikator, mutu pendidikan. Abstract: The purpose of this analysis is to understand the Higher Education (HE) Human Resources profile and quality, and determine the quality of HE by using the 2009/2010 88 data. The method used in this analysis is the documentation study and the survey. In addition, the use of key performance indicators from Education Strategic Plan 2010-2014 to assess the quality of HE. Results showed that although private institutions have reached 97.24% of HE, it only has 58.39% of the students and 71.83% lecturers. Based on 7 indicators, feasibility of lecturers to teach only 37.65%, full-time professors 67.82%, lecturers professors 3.59%, senior lecturer 19.84%, and most education personnel are high school graduated which is 34.82%. Based on the selected five composite indicators, the quality of PT is only 49.85 means that less than half. By looking at the results, they are advised to conduct further research regarding collection of data about the HE, especially teachers with all the details and whether the composite indicators used are appropriate to measure the quality of HE. Key Words: analysis, human resource, higher education, data and indicator, education quality. Kajian Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Pada Pendidikan Menengah Suwandi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Jakarta Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) gambaran pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) pada pendidikan menengah; 2) kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah dalam pelaksanaan MBS; dan 3) saran-saran atau masukan pihak sekolah agar pelaksanaan MBS berjalan dengan baik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner (angket), observasi, dokumentasi, wawancara dan focus group discussions (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dapat diambil kesimpulan: 1) pelaksanaan MBS di sekolah menengah secara umum berjalan dengan baik; 2) kendala pelaksanaan MBS yang paling menonjol yaitu terbatasnya anggaran biaya, minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah, serta masih rendahnya kualitas SDM; dan 3) Saran yang cukup menonjol dari pihak sekolah adalah agar pemerintah (pusat dan daerah) dapat meningkatkan bantuan/subsidi keuangan berupa dana block grant, dekonsentrasi (termasuk BOS/BKM), dana dari Depag, APBD Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten. masih layak diterapkan untuk penyaluran dana pendidikan di sekolah dengan beberapa pembenahan, terutama dalam pemberdayaan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Kata kunci: sekolah menengah, manajemen sekolah, dan mutu Abstract: The Objective of this research is to find out: 1) The illustration of school base management implementation on the secondary school; 2) The obstacles in school based management implementation experienced by schools; 3) Suggestion from school in order to implement school based management better. Data was collected from a questionnaire, observation, documentation, interview, and Focus Group Discussions (FGD). From the result, it is concluded that: 1) Generally, school based management implementation in schools has run well; 2)The main issues in school based management implementation are lack of budget, minimum facility, incompetent human resources; and 3) The major suggestion from schools is that the center and local government increase the budget 89 subsidy derives from block grant, deconcentration fund (including BOS/BKM), Ministry of Religious Affair, Provincial and regency budget for the distribution of educational budget to schools with some improvements particulary in the empowerment of provincial and regency educational offices. Key words: secondary school, school management, and quality Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik Kultural Kundharu Saddhono email: kundharu@uns.ac.id, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS I Dewa Putu Wijana, Fakultas Ilmu Budaya, UGM Abstrak: Khotbah Jumat merupakan salah satu sarana yang digunakan umat Islam yang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk (sarana dakwah). Seorang yang menyampaikan dakwah disebut khotib. Agar dapat menarik simpati dari jemaah atau orang yang menyimak khotbah, diperlukan sebuah keterampilan berbicara yang baik. Istilah untuk menarik massa malalui keterampilan berbicara dimaknai sebagai retorika. Di dalam khotbah Jumat banyak terdapat aspek bahasa yang dipengaruhi oleh unsur kebudayaan setempat. Khotbah Jumat sebagai sebuah wacana tentunya dapat dianalisis dari aspek mikrostruktural yang berkaitan dengan aspek gramatikal, aspek leksikal, kohesi, dan koherensi. Adapun dari aspek makrostruktural berkaitan dengan unsur kebudayaan atau kultural masyarakat sekitar di luar aspek kebahasaan atau linguistik yang di dalamnya berkaitan dengan konteks yaitu partisipan, tempat dan waktu, saluran yang digunakan, kode yang digunakan, bentuk pesan beserta isinya, peristiwa dengan sifat, dan nada pembicaraan. Kata Kunci: wacana, khotbah Jumat, khotib, linguistik kultural, kebudayaan, dan Surakarta Abstrcat: Friday sermon is a means of religious endeavor used by Moslems to invite the community to do good things and avoid bad deeds. A person who conveys Friday sermon is called a preacher. A good speaking skill is needed in order to attract sympathy from the congregation or the people who listen to the sermon. The term ‘attract masses through speaking skill’ is called as rhetoric. In Friday sermons there are many aspects of language which are influenced by local cultural elements. Friday sermons as a discourse of course, can be analyzed from micro structural aspects related to grammatical aspect, lexical aspect, cohesion, and coherence. The macro structural aspects related to culture or cultural elements surrounding communities outside of language or linguistic aspects in which the participants related to the context, place and time, the channel used, the code used, the form of a message and its contents, events with nature, and tone of conversation. Key words: discourse, Friday sermons, preachers, cultural linguistic, cultural, and Surakarta 90 Bimbingan dan Konseling Sekolah H. Kamaluddin Email: pps.uhamka@yahoo.co.id, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Abstrak:Penyuluh memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan dan mereka dianggap sebagai psikolog sekolah. Penyuluhan harus mencangkup dan mempunyai sasaran untuk mengembangkan serta memperluas potensi-potensi siswa. Mereka harus memiliki kemampuan hubungan masyarakat hubungan masyarakat yang bagus dan solusi alternative kepada para siswa. Penyuluh melaksanakan perencanaan, menjalankan program, pengawasan dan evaluasi serta melaksanakan tindak lanjut dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluhan juga bertanggung jawab dalam menginformasikan jalur-jalur karir kepada para siswa. Penyuluhan bertindak sebagai penyelesaian masalah solver para siswa. Menteri Pendidikan telah memberikan kebebasan penuh kepada penyuluhan untuk mengembangkan potensi siswa dan menyediakan bimbingan serta penyuluhan yang efektif. Kata kunci: bimbingan dan konseling sekolah Abstract: The counselor plays an important role in the education system. They are regarded as school psychology. Counseling must possess and target to expand and develop the student’s potentials. They must posses good public relations and alternative solutions to students.The counselor conducts planning, carry out the programme, monitor and evaluate, and take further actions in their counseling activities. The counselor is also responsible to provide career path to the students. To conclude, the counselor act as a problem solver to the students. The Ministry of Education has given full freedom to the counselor to develop the students’ potentials and provide effective guidance and counseling. Key words: school counceling and guidance Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik Arniati Prasedyawati Herkusumo Peneliti pada Pusat Penilaian Pendidikan Abstrak: Sejak diberlakukannya Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) pada tahun pelajaran 2007/2008, propinsi diberi kewenangan untuk menyusun soal-soal ujian berdasarkan kisi-kisi yang sama yang dikeluarkan BSNP. Para ahli pengukuran menyatakan bahwa tidak pernah ditemukan dua paket tes dengan butir soal yang berbeda walaupun berdasarkan kisi-kisi yang sama mempunyai tingkat kesukaran yang sama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi setingkat Ujian Nasional yang menggunakan beberapa paket tes yang berbeda dan mengukur hal yang sama, perlu dilakukan penyetaraan (equating). Dengan dilakukannya penyetaraan/equating skor atas paket-paket yang digunakan dalam UASBN, maka estimasi kesalahan pengukuran yang 91 sekecil apapun dapat diketahui, dan skor yang diperoleh dapat dibandingkan sehingga peserta tes tidak merasa dirugikan atau diuntungkan karena kebetulan mendapat paket tes yang lebih mudah atau yang lebih sukar. Tujuan Penelitian adalah menentukan konversi nilai mata pelajaran yang diujikan secara nasional antarprovinsi, antarpaket pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, dan mengetahui kemampuan sebenarnya dari peserta UASBN berdasarkan konversi skor yang telah disetarakan. Pada penelitian ini, teknik equating yang digunakan adalah equipercentile equating dengan menggunakan software Common Item Program for Equating (CIPE) versi 2.0. Kata kunci: UASBN, penyetaraan tes, soal anchor, teori tes klasik, teori respon butir, dan skor konversi Abstract:Since the enactment of the National Standard School Final Examination (UASBN) in school year 2007/2008, the province is authorized to construct exam questions based on the same lattice issued BSNP. No tests ever found two packages with different grain problem, although based on the same grid have the same difficulty level. Therefore, the evaluation of the National Exam level using several different test packets and measuring the same thing, need to be equated. The effect of equating scores on the packages used in this UN estimates that the slightest error of measurement can be known, and the scores obtained can be compared so that the test participants are not disadvantaged or advantaged because of getting an easier or more difficult test package accidentally. The purpose of this Research is to 1) determine the conversion of the value of the subjects to be tested nationally among province, among packages at UASBN.; 2) know the actual ability of the participants UASBN based on the conversion of the values that have been synchronised. In this research, the technique used is equipercentile equating with the use of the software Program for Common Item Equating (CIPE) version 2.0. Key words: UASBN, test equating, anchor item, classical test theory, item response theory, and conversion score Bias Gender dalam Prestasi Akademik Siswa: Studi tentang Perbandingan Prestasi Akademik Siswa Laki-laki dan Perempuan di SMA 12 Bekasi Rakhmat Hidayat E-mail: rakhmat_123@yahoo.com, Universitas Negeri Jakarta Abtsrak: Artikel ini memiliki dua tujuan penulisan. Pertama, menjelaskan perbedaan prestasi akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika, Sosiologi dan Bahasa Indonesia? Kedua, menjelaskan kecenderungan perbedaan prestasi akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika, Sosiologi dan Bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pada mata pelajaran Fisika, perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada mata pelajaran Sosiologi dan Bahasa Indonesia, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir atau perubahan nilai-nilai yang dianut masyarakat berkaitan posisi perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data sekunder (ADS). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Perlu 92 dilakukan sosialisasi gender sejak dini kepada pelajar tentang kesetaraan gender dalam upaya meminimalisir terjadinya bias gender. Kata kunci: gender, prestasi, dan sosialisasi Abstract : This article has two purposes for writing. Firstly, explain the differences in academic achievement between students of men and women on the subjects of Physics, Sociology and Indonesian? Secondly, to explain the tendency of academic achievement differences between boys and girls on the subjects of Physics, Sociology and Bahasa Indonesian. It can be concluded that the subjects of Physics, women have higher grades than men. On the subject of Sociology and the Indonesian language, there were no significant differences between men and women. The results of this study was influenced by developments or changes in the mindset that embraced the values of society regarding women’s position in society. This study use a quantitative approach with secondary data analysis methods (ADS). Data collection method used is the method of documentation. It should be done early gender socialization to students about gender equality in an effort to minimize the occurrence of gender bias. Key words: gender, achievement, and socialization Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study: Kasus Di Kabupaten Bantul J.M. Tedjawati tedjawatiks@yahoo.com, Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan program lesson study, khususnya dalam hal: 1) Pelaksanaan program lesson study; 2) Peran kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan dalam pelaksanaan program lesson study; dan (3) Dampak pelaksanaan program lesson study. Temuan analisis ini menunjukkan bahwa: 1) Program lesson study dapat dilaksanakan karena adanya dukungan kerja sama antar guru, kepala sekolah, dan peran koordinator dalam menyusun program. Bagi guru, program ini sangat bermanfaat dalam pembelajaran di kelas, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kompetensinya. Guru dituntut untuk dapat melakukan perencanaan pembelajaran, mempraktikan pembelajaran tersebut, serta menerima masukan dari guru lain ataupun fasilitator atau kepala sekolahnya; 2) Adanya dukungan dari kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan dalam program lesson study. Peran kepala sekolah antara lain dukungan dalam pelaksanaan, pendampingan, dan pendanaan kegiatan lesson study. Peran kepala dinas antara lain pemberian pelatihan dan sertifikat bagi guru, menyetujui penggunaan dana BOS untuk program lesson study; dan 3) Dampak program lesson study bagi guru adalah meningkatnya kemampuan guru. Mereka lebih inovatif dengan metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa serta meningkatnya kualitas serta kuantitas guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kata kunci: kemampuan kompetensi guru, program lesson study Abstract: The purpose of this writing is find out about the implementation of lesson study program, especially in terms of: 1) The implementation of lesson study program, 2) The role of school principals and heads of education offices in the implementation of lesson 93 study program, and 3) The impact of the implementation of lesson study program. It’s objective is to address the problems being faced today, to what extent the implementation of lesson study can be applied in the classroom and the impact of the lesson study program. Analysis findings show that: 1) Lesson study program can be implemented because of the support of cooperation between teachers, principals, and the role of coordinator in preparing the program. For teachers, the program is very useful in the classroom, while increasing the ability of competence. Teachers are required to be able to do lesson planning, teaching practice, as well as receive input from other teachers or facilitators, or principal, 2) The existence of support from school principals and heads of education offices in lesson study program. The role of principals, among others, support in the implementation, mentoring, and financing activities of lesson study. The role of head of educational office including the provision of training and certification for teachers, approved the use of the funds for lesson study program, and 3) The impact lesson study program for teachers is the increasing ability of teachers. They are more innovative in teaching with variety in the methods and more relevant towards student’s ability. In addition, theachers quality and quantity increase in implementing the Classroom Action Research (PTK). Key words: competency skills of teachers, lesson study program 94 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2010 Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian Yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kompleks (Suatu survai terhadap TPK di 4 kabupaten) Mutiara O. Panjaitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdiknas Email: mutiara_op@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan TPK di empat kabupaten dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks yang meliputi berpikir kritis, pemecahan masalah, dan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Tabel The Cognitive Process Dimension dan Gubbin’s Matrix of Thinking Skills, diketahui hanya 24.58% TPK yang mampu merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks, dan dari jumlah tersebut hanya 31% yang mampu merancang tugas berpikir kreatif. Kata kunci: TPK, kegiatan pembelajaran dan penilaian, dan berpikir kompleks. Abstract: The objective of research is to obtain the information about the ability of Curriculum Development Team (TPK) of districts in designing learning activities and assessments contain complex thinking skills that include critical thinking, problem solving, and creative thinking. Based on the results of analysis using the Table of The Cognitive Process Dimension and Gubbin’s Matrix of Thinking Skills, known that only 24.58% TPK capable of designing learning tasks and assessments containing complex thinking skills, and of that number only 31% are able to design a creative thinking task. Key words: TPK, evaluation and teaching learning process, complex thinking Rintisan Pengembangan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan Sutjipto Kemdikbud, e-mail: sutjipto.55@gmail.com Abstrak: Studi ini menggambarkan model pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter pada satuan pendidikan rintisan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum. Studi berbentuk kajian deskriptif dengan analisis wacana kritis, di mana data utama diolah berdasarkan program kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan laporan hasil kegiatan di seluruh satuan pendidikan rintisan implementasi 95 karakter bangsa. Informasi dikumpulkan melalui berbagai sumber seperti dokumentasi, fokus grup diskusi, dan keterlibatan langsung peneliti dalam kegiatan rintisan. Teknik analisis data yang dipergunakan, yaitu deskripsi, dan interpretasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa satuan pendidikan rintisan umumnya berhasil menerapkan nilai-nilai karakter yang dapat diamati secara kasat mata langsung (tangible) seperti religius, peduli lingkungan (bersih, rapi, aman, nyaman, indah, teduh dan sejuk), disiplin, empati, kerja sama, sopan santun, ramah, senyum, salam, dan sapa. Keberhasilan tersebut diperoleh dari adanya tahapan kegiatan yang terorganisir, terkoordinasi, dan terkondisi, melalui sosialisasi kebijakan pengembangan model dan pelatihan, pelaksanaan magang di satuan pendidikan pengalaman terpetik (best practice), penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan supervisi. Kata kunci: kesadaran, komitmen, penanaman nilai, dan pembudayaan. Abstract: This study describes the development model the values of character education in the educational unit stub year 2010 organized by the Curriculum Centre. Studies descriptive studies shaped by critical discourse analysis, where the main data processed by the program activities, implementation activities, and reports results of activities throughout the pilot implementation of character education unit of the nation. Information collected through various sources such as documentation, focus group discussion, and direct involvement of researchers in pilot activities. Data analysis techniques are used, namely description, and interpretation. The study results indicate that the pilot general education units successfully apply character values that can be observed by naked eye directly (tangible) such as religious, caring environment (clean, neat, safe, comfortable, beautiful, shady and cool), discipline, empathy, employment same time, polite, friendly, smiling, greeting, and sapa. The success is derived from the phases of activity that is organized, coordinated, and conditioned, through the socialization model development and training policies, the implementation of internships in the education unit terpetik experience (best practice), the preparation level of the education curriculum, and supervision. Key words: awareness, commitment, investment values, and acculturation. Teknik Pola Bilangan dan Hasil Belajar Operasi Pembagian Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV Kadir dan Hastri Rosiyanti Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta E-mail:dirsal@yahoo.com Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan teknik pola bilangan dan kemampuan siswa dalam operasi pembagian di sekolah dasar. Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah di Ciputat dengan metode quasi eksperimen dengan melibatkan 60 sebagai sampel. Pemilhan sampel menggunakan cluster random sampling. Studi ini menemukan bahwa: 1) hasil belajar operasi pembagian siswa yang menggunakan teknik pola bilangan ini lebih tinggi dari mereka yang menggunakan teknik biasa dan 2) kemampuan siswa yang menggunakan teknik pola bilangan ini lebih baik 96 daripada siswa yang menggunakan teknik biasa. Terbukti dalam penerapannya, siswa dapat mencantumkan bilangan yang dibagi, pembagi, hasil bagi lebih mudah dalam materi operasi pembagian. Kata kunci: teknik pola bilangan, teknik konvensional, operasi pembagian, pembagian dengan satuan, pembagian dengan puluhan, dan pembagian bersisa. Abstract: The objective of the present study is to study the effect use of numbers pattern techniques and students’ ability in division operation at primary school. The study was conducted in Madrasah Ibtidaiyah in Ciputat with quasi experiment method. There were 60 fourth grade students as the sample of the study, selected by cluster random sampling. The data were gathered by using a test. The result of the study are: 1) learning outcome in operation devision of the student who use numbers pattern techniques is higher of those who use conventional technique and 2) ability of the students who use numbers pattern techniques is more good of those who use usual technique, such as student can put a number which are divided, divisor, quotient is more easily in materials division operation. Key words: numbers pattern technique, conventional technique, division operation, devision by unity, decimal, dan radical of devision. Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal Siswantari Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Email: siswantariarin@gmail.com Abstrak: Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) memegang peran yang begitu penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, termasuk pada pendidikan non-formal. Untuk itu Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka. Namun demikian, kompetensi mereka belum banyak diketahui. Dengan mengetahui kompetensi mereka, perancangan pelatihan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Lingkup penelitian ini meliputi program Paket A dan Paket B. Pendidik adalah tutor program Paket A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong belajar kelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB. Tenaga Kependidikan meliputi pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B serta Penilik. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi tes kepada responden dan wawancara dengan beberapa responden. Hasil tes memperlihatkan bahwa kompetensi mereka secara umum masih rendah. Dengan demikian diperlukan upaya Pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan non-formal. Kata kunci: Pendidikan non-formal, tutor, pamong belajar, pengelola kelompok belajar, Penilik. Abstract: Teacher and education personnel have important roles to improve the quality of education, including non-formal education. Government always improves their competence. However, so far not many people know about their competence. By knowing 97 their competence, then training can be designed more efficiently and more effectively. The scope of the study are Package A and Package B programs. Educator is a tutor for program Package A and Package B which at the same time is not a teacher in schools. Including educator is pamong belajar who handle kesetaraan education in P2PNFI and BPPNFI, BPKB, and SKB. Education personnel include study group manager of Package A and/or Package B and inspectors (Penilik). The data was collected by testing the respondents and interviews with some respondents. The test results showed that their competence is generally still low. Thus the necessary effort of the Government and local governments is to improve their competence in order to improve the quality of non-formal education. Key words: non-formal education, tutor, pamong belajar, study group manager, penilik. Efektifitas Praktikum Multimedia Struktur Atom dalam Mengatasi Miskonsepsi Kimia Anorganik Mahasiswa Suyanti Dwi Retno Kimia Anorganik FMIPA UNIMED Medan, email:dwi_hanna@yahoo,com Sugyarto, HK Kimia Anorganik FMIPA UNY Yogyakarta, email: kristiansugiyarto@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan inquiry mahasiswa dalam menelusuri bagaimana para pakar kimiawan menemukan tetapan Rydberg sehingga tidak terjadi miskonsepsi dalam memahami struktur atom khususnya dan Kimia Anorganik pada umumnya. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED dengan mengintegrasikan praktikum multimedia dan pembelajaran Kimia Anorganik. Hasil penelitian menunjukkan.terdapat peningkatan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari struktur atom karena miskonsepsi terhadap tetapan Rydberg dan pembentukan spektrum Hidrogen dari ke empat ligan teratasi. Kata kunci: praktikum multimedia, struktur atom, miskonsepsi kimia, tetapan Rydberg, dan persepsi mahasiswa Abstract: This research aims to determine shell atomic energy related How finding Rydberg Constanta. This research was be held on Deparment of Chemistry Medan State University. Through Anorganic teaching and learning integrated with multimedia practikum, several misconception in atomic structure atomic has been overcome. The Efectivity of Multimedia Practicum in Atomic Structure for Overcoming Students Misconception Anorganic Chemistry. This research try to present discussion direct material in Inorganic Chemistry include atomic structure. The result of this research shows that there is skill student improving in learning atomic structure because of misconception trhough Rydberg’s role and occuring hydrogeen spectrum from the fourth step. Key words: Practical Multimedia, Structur atomic, Constanta Rydberg, Students Perception. 98 Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi Oos M. Anwas Pustekkom Kemdiknas, e-mail: oos.anwas@kemdiknas.go.id Abstrak: Tridharma Perguruan Tinggi mengatur perguruan tinggi untuk peduli memecahkan masalah di masyarakat, di antaranya melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya merupakan model pengabdian masyarakat yang memfokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam aspek pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan lingkungan. KKN menempatkan mahasiswa tinggal bersama masyarakat dalam membentuk lembaga atau mengembangkan masyarakat terutama lembaga kemasyarakatan yang telah ada menjadi Posdaya. Melalui wahana Posdaya ini mahasiswa bersama masyarakat mengindentifikasi permasalahan dan menggerakkan semua potensi yang ada demi kemajuan masyarakat. Mahasiswa dapat mensinergikan dan mengimplemen-tasikan keilmuan yang ditekuninya dengan kehidupan masyarakat, melatih kepedulian, kepemimpinan, kerjasama, mempelajari kearifan lokal, tatanan nilai, serta norma masyarakat. KKN Tematik Posdaya merupakan sistem yang perlu persiapan, pelaksanaan, bimbingan, pendampingan, monitoring dan evaluasi, dan kegiatan tindak lanjut secara berkesinambungan. Pelaksanaan KKN juga mendorong koordinasi, advokasi, dan kerjasama dengan pihak terkait termasuk melibatkan perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Kata kunci: perguruan tinggi, pengabdian kepada masyarakat, KKN tematik posdaya, dan pemberdayaan masyarakat Abstract: The Tridharma of higher education and colleges have directed university to care about problems in society, including through devotion to the community activities. Posdaya Thematic KKN is a community service model that focuses on empowering families and communities, especially in aspects of education, health, entrepreneurship, and environment. Through KKN students are put into life within the community in shaping the institute or expand existing social institution to become a Posdaya. Through this Posdaya students with the community identify problems and mobilize all the potential that exists for the advancement of society. Students can synergize and implement what they have learnt into community live, practice their carefulness, leadership, cooperation dan learn local wisdom and the values and norms of society. Posdaya thematic KKN is a system that needs preparation, execution, coaching, mentoring, monitoring and evaluation and as well as continually follow-up activities. The implementation of KKN also encourages coordination, advocacy, and collaboration with relevant parties including the private sectors through their Corporate Social Responsibility (CSR) programs. Key words: college, devotion to the community, posdaya thematic KKN, community empowerment 99 Potensi Kekayaan Alam Kelautan Mendukung Kebijakan Kemdiknas dalam Pengembangan SMK pada Era Otonomi Daerah Subijanto Bagian Perencanaan dan Penganggaran Sekretariat Balitbang e-mail: subijanto2010@gmail.com Abstrak: Tujuan penyelenggaraan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu untuk menyiapkan peserta didik sebagai pekerja tingkat menengah. Di samping itu, penyelenggaraan SMK juga bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik yang memenuhi kemampuan dan persyaratan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (vokasi, profesi, dan akademik). Sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) bertujuan untuk memberikan kompetensi akademik kepada peserta didik ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perkembangan data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tamatan SMA yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hanya mencapai kurang lebih 33 persen. Akibatnya, tamatan SMA memerlukan keterampilan dasar untuk dapat bekerja di bidang tertentu. Kondisi yang demikian diantisipasi oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan penyelenggaraan pendidikan SMK sebagai alternatif jawaban dalam upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Kata kunci: kebijakan Kemdiknas, sekolah menengah kejuruan, otonomi daerah, perikanan,dan kelautan. Abstract:The aim of providing vocational school is to prepare student in order to ready to certain work. On the other hand, the aim of its is to give student who has a competent and requirement for continues studying to higher level (vocational, proffesional, and academic path). Otherwise, the aim of providing senior secondary school is to prepare student to continues studying to higher level (academic path). The development of latter data shown that senior secondary graduates school who are able to continues studying for higher leven more or less 33 percent. The impacts of this condition is graduates senior secondaray school need to have certain basic skill for getting a job. To anticipate this his condition, the district government could be developed more vocational schol as an alternatif for answering problem to fulfill the job seekers in midel level of labour force according to the potential in each region. Key words: MoNE policy, vocational school, regional otonomy, fishery, and maritim Rasionalitas dan Aktualitas Kearifan Lokal Sebagai Basis Pendidikan Karakter Al Musanna Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah (win_moes@yahoo.co.id/winmoes78@gmail.com) Abstrak: Indonesia adalah negara yang kaya dan unik. Demikian ungkapan para peneliti dan wisatawan setelah berkunjung dan menjelajahi negeri yang terdiri dari ratusan etnis 100 dan tersebar di ribuan pulau ini. Sangat mudah menemukan betapa uniknya bangsa ini, ditinjau dari bahasa, kesenian, pola hidup, kearifan lokal, dan lain-lain. Khazanah keragaman yang luar biasa tersebut merupakan modal lebih dari cukup untuk mengembangkan corak atau model pendidikan yang berakar pada kearifan lokal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ketika pemerintah mendengungkan pendidikan karakter, penggalian kembali nilai-nilai kebajikan dan kearifan lokal merupakan harta terpendam yang menunggu sentuhan tangan dingin untuk diaktualisasikan. Kearifan lokal dalam setiap komunitas merupakan pencerminan dari falsafah hidup terintegrasi (holistik) yang dalam pusaran sejarahnya berhasil mewujudkan harmoni manusia dengan sesama dan lingkungan. Memang terkesan terlambat kesadaran mengenai pendidikan karakter, tetapi bukankah terlambat masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Kata Kunci: kearifan, kearifan lokal, pendidikan karakter, suku gayo Abstract: Indonesia is a rich and unique country. It’s easy to find how unique this nation in terms of language, art, lifestyle, local wisdom, and others. No need to go far from the state capital to find the articulation of cultural diversity. The extraordinary diversity is more than enough to be used to develop a pattern or model of education that is rooted in the local wisdom scattered throughout the territory of Indonesia. When the character education is trenching returned values of virtue and wisdom can be one of the alternatives. Local wisdom in every community is a reflection of the philosophy of life (world-view), an integrated vision that is existed in historical period which has succeeded in realizing harmony of human beings and the environment. It seemed too late awareness of character education, but late is still better than nothing. Key words: wisdom, local wisdom, character education, gayo ethnic. Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan di Sekolah Menengah Pertama Yudha Nata Saputra Program Studi Pendidikan Agama Kristen, STT Kharisma e-mail: yudhanata@yahoo.com Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji pengembangan kurikulum kewirausahaan di SMP yang berkaitan dengan definisi kurikulum kewirausahaan, landasan penyusunan kurikulum kewirausahaan, desain pengembangan kurikulum kewirausahaan dan nilai-nilai kewirausahaan yang dimuat dalam kurikulum kewirausahaan. Pengembangan kurikulum kewirausahaan menjadi sesuatu yang penting dalam rangka mengurangi pengangguran di negeri dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Tingkat SMP merupakan tempat yang strategis untuk pengembangan kurikulum kewirausahaan karena pada tahap perkembangan ini, siswa sudah memiliki kemampuan berpikir yang lengkap sehingga amat potensial untuk mereka bisa menyerap dan menerapkan nilai-nilai kewirausahaan dalam pengalaman belajar mereka. Kata kunci: kurikulum, wirausaha, orientasi, dan nilai. Abstract: The purpose of writing of this article is to analysis of entrepreneurship in junior high school curriculum development related to the definition of entrepreneurship curriculum, the foundation of entrepreneurship 101 curriculum design, curriculum development in entrepreneurship and entrepreneurial values contained in the curriculum of entrepreneurship. Developing entrepreneurship curriculum into something that is important in order to reduce unemployment in the country and improve people’s welfare. Junior high school is a strategic place for the development of entrepreneurship curriculum because at this developmental stage, students already have the ability to think is so very full of potential for them to absorb and apply the values of entrepreneurship in their learning experience. Key words: curriculum, entrepreneurship, orientation, and values. Kajian Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan J.M. Tedjawati Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Tujuan dari kajian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan, dalam hal: 1) Mekanisme perencanaan DAK dari Pemerintah Daerah; 2) Mekanisme penyaluran DAK dari Pemerintah Daerah; 3) Realisasi DAK; 4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi; dan 5) Pendapat daerah tentang penyelenggaraan DAK. Hasil temuan kajian ini: 1) Mekanisme perencanaan sesuai dengan ketentuan petunjuk teknis; 2) Mekanisme penyaluran DAK sesuai dengan prosedur melalui tiga tahap; 3) Relaisasi pelaksanaan DAK tahun 2010 di beberapa kabupaten/kota mengalami keterlambatan karena adanya perubahan penyelenggaraan dari cara swakelola menjadi proses lelang; 4) Monitoring dan evaluasi DAK dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, tetapi pemeriksaan/audit dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA); dan 5) Penyelenggaraan DAK dikelola dengan cara swakelola dianggap lebih menguntungkan bagi sekolah karena penggunaan DAK lebih luwes dibandingkan dengan lelang yang dilakukan perusahaan pemenang lelang. Kata kunci: dana alokasi khusus (DAK) dan bidang pendidikan Abstract: The purpose of this analys is to obtain information about the implementation of Special Allocation Fund (DAK) in education, in: 1) Mechanism DAK planning of Local Government; 2) channeling mechanism of DAK from Local Government; 3) Realization of DAK; 4) Implementation of monitoring and evaluation; and 5) The opinion on the administration of the DAK. The findings of this analysis are: 1) The procedure of planning implementation of DAK has made education service districts/cities in accordance with the provision of technical guidance; 2) The distribution of DAK in accordance with the procedure through three stages; 3) In some districts/cities in 2010 the implementation of DAK experience delays because of changes in the implementation of self-managed way into the auction process; 4) Monitoring and evaluation conducted by the education office DAK district/city, but checks/audits conducted by the Inspectorate General of Ministry of National Education and the Regional Monitoring Agency (BAWASDA); 5) DAK selfmanaged way is considered more beneficial for the schools because of the use of DAK is more flexible than an auction company that conducted the auction winner. Key words: special allocation fund (DAK) and education sector 102 103 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, November 2010 Evaluasi Program SMP Standar Nasional Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan*) Ida Kintamani Dewi Hermawan, e-mail idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi progam SMP Standar Nasional berdasarkan tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP). Metode yang digunakan adalah survai dengan populasi semua SMP Standar Nasional sedangkan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sampel yang diambil sebesar 91,3% adalah SMP Negeri dan sisanya SMP Swasta dengan jumlah siswa berkisar antara 250—1.250 anak. Dari delapan SNP hanya tujuh SNP yang bisa dilakukan analisis, sedangkan pembiayaan tidak dapat dilakukan analisis karena data tidak akurat. Dari tujuh SNP nilai maksimal yang harusnya diperoleh sebesar 289, namun kenyataannya nilai tertinggi hanya 241 (83,39%) dan nilai terendah sebesar 170 (58,82%). Dari tujuh SNP pencapaian Standar Proses yang tertinggi sebesar 32 sekolah (72,73%) dan Standar Kompetensi Lulusan terendah sebesar 22 sekolah (50,0%). Bila rata-rata nilai sebesar 208 diasumsikan SNP telah tercapai maka hanya 23 sekolah (52,27%) yang telah mencapai SNP sedangkan 21 sekolah (47,73%) lainnya belum mencapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 7 SNP hanya dicapai lebih dari separuh. Karena itu, Standar Kompetensi Lulusan yang terendah perlu ditingkatkan pencapaiannya sehingga pencapaian nilai SNP dapat ditingkatkan. Untuk standar pembiayaan perlu dilakukan penelitian tersendiri. Kata kunci: evaluasi, sekolah standar nasional (SNN), standar nasional pendidikan (SNP), standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar proses. Abstract: The purpose of this study was to evaluate the national standard of junior secondary school (JSS) program based on the level of achievement of Educational National Standards (ENS). The method used was a survey with a population of all the national standards of JSS, while the sampling method used was simple random sampling with a descriptive analysis technique. The results showed that the samples at 91.3 percent is a public JSS, and the remainder in private JSS. The schools vary from 250 to 1250 children. Of the eight ENSs, only seven ENSs that can be analyzed, while the financing could not be analyzed he data were not accurate. Of the seven ENSs, the maximum value should be obtained at 289, but actually the highest score is only 241 (83.39%) and lowest value of 170 (58.82%). Of the 7 ENSs, the highest achievement of Standard Process for 32 schools (72.73%) and lowest Graduates Competency Standards for the 22 schools (50.0%). When the average value of 208 ENSs have been achieved then assumed that only 23 schools (52.27%) who have reached the ENS, while 21 schools (47.73%), others are not achieved. Thus, it can be said that the 7 ENSs reached more 104 than half. Therefore, competency standards lowest ‘needs to be achieved so that schools can improve attainment NSS value. For financing standard should take its own research. Keywords: evaluation, national standard schools (NSS), educational nasional standards (ENS), graduates competency standars (GCS), standard process. Kajian Kebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Hendarman hendarmananwar@gmail.com Abstrak: Suatu program khusus bagi para mahasiswa yaitu Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) telah diluncurkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2009. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang berwirausaha mempunyai dengan basis minat ilmu dan bakat pengetahuan, kewirausahaan teknologi dan untuk seni yang memulai sedang dipelajarinya. Keberadaan program ini didukung oleh kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja daripada pencipta lapangan pekerjaan. Program ini memberikan bantuan bagi mahasiswa yang layak dalam bentuk dana yang dapat digunakan secara perorangan dan kelompok. Tulisan ini merupakan kajian terhadap kebijakan PMW ditinjau dari persepsi mahasiswa terhadap pentingnya PMW dan keberhasilan usaha wirausaha mahasiswa. Responden kajian ini adalah para mahasiswa penerima bantuan PMW di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Temuan kajian adalah bahwa program ini memiliki dampak penting yaitu membuka wawasan, kemampuan dan sikap mahasiswa dalam bewirausaha, serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Evaluasi lebih lanjut terhadap besarnya hibah bagi masing-masing mahasiswa dan alokasi dana bagi perguruan tinggi perlu dikaji dengan memperhitungkan jumlah total mahasiswa dan keberhasilan mahasiswa PMW pada tahun sebelumnya di masing-masing perguruan tinggi. Kata kunci: wirausaha, pendidikan tinggi, dan pengangguran Abstract: The government through the Ministry of National Education in 2009 has launched a special program for students at higher education institutions the so-called “Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)”. This program aims for facilitating students’ interest and talent in entrepreneurship to be an entrepreneur based on their disciplines in science, technology and arts. This program is also to respond to the fact that big percentages of higher education graduates become job-seeker instead of job-creator. This program provides students with grant either in person or in a group. This article analyses the implementation of PMW in the view of those students who took part in the program with two focuses, namely the importance of PMW and the achievement of students’ grantreceiver. The respondents were from both public and private higher education institutions. The analysis revealed that the program have significant impact in broadening students’ perspective, competences and attitude to be an enptreneur, as well as opening new jobmarket for people. It is suggested to conduct another evaluation to analyse the appropriateness of grant given to students and financial allocation for each higher education institution by taking into consideration the total number of students and number of success students in PMW. 105 Key words: entrepreneur, higher education, and unemployment 106 Studi Satuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar di Jakarta Ngadirin ngadirin@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam bidang pembiayaan pendidikan dasar yang merupakan wajib belajar bagi setiap warga negara, dengan fokus pada pembiayaan sekolah dasar. Analisis yang dilakukan termasuk menghitung biaya satuan pendidikan untuk sekolah dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa ketidakkonsistenan peraturan yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, termasuk kebijakan dan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar. Satuan biaya pendidikan untuk sekolah dasar adalah sebesar Rp1.767.000,00 per siswa per Tahun yang jauh lebih besar dari alokasi satuan biaya yang diterapkan saat ini. Hasil penelitian ini sangat penting untuk diperhatikan oleh berbagai pihak sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan publik terutama melalui peninjauan kembali beberapa peraturan untuk menjaga konsistensi antarkebijakan. Kata kunci: konsisten kebijakan, pembiayaan pendidikan, satuan biaya pendidikan, dan sekolah dasar Abstract: The aim of this research is to examine the government policy in financing basic education in the frame of compulsory education which focuses on the educational policy for primary school. This includes an evaluation of all regulations related to financing education and calculation on finding the student unit cost at primary level through a survey to provide a reference for the government in allocating budget for education. The result of research shows that there are some inconsistencies in the regulations related to financing education. This includes the implementation policy on financing basic education in the frame of compulsory basic education. It is found that the education unit cost for primary school level is IDR1,767,000 per student per year. It is much higher than the current budget allocated. These findings seem to be important for all parties as a feedback and reflection for the government policy including reviewing some regulations to avoid inconsistency. Keywords: policy’s consistency, education unit cost, financing education, and primary school Konflik dalam Perspektif Pendidikan Multikultural Hermana Somantrie hsomantr@hotmail.com / hsomantr@gmail.com Abstrak: Kehidupan multikultural manusia merupakan potensi konflik dalam berbagai hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari adanya perbedaan perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup di antara mereka. Konflik bisa disebabkan dari masalah yang sangat sederhana atau kecil sampai dengan masalah yang kompleks atau besar. Konflik di beberapa wilayah Indonesia sudah sampai pada tahap yang sangat mengkuatirkan, menggunakan yang konflik ditandai sebagai dengan mode adanya: untuk 107 1) kelompok menumpahkan masyarakat segala kekesalan yang dan kekecewaan yang mereka rasakan, dan 2) kelompok masyarakat lainnya yang menggunakan konflik sebagai senjata untuk menyelesaikan masalah. Salah satu upaya untuk mencegah konflik yaitu dengan mewujudkan pendidikan multikultural, karena konflik yang terjadi saat ini bukan lagi sekedar fenomena atau gejala, tetapi sudah menjadi realitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, otoritas pendidikan nasional Indonesia harus bisa memprioritaskan pendidikan multikultural dalam kebijakan pendidikan nasional, sebagai salah satu instrumen bagi penanganan konflik yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kata kunci: konflik, multikulturalisme, pluralism, pelaku konflik, penyelesai konflik, pendidikan multikultural Abstract: Conflict is a potential of individual or group tension in multicultural societies because of their different perspectives and objectives between them. Conflict can be resulted from a simple problem to a complex problem. Conflict in some areas of Indonesia has become a chaotic condition. In one hand, most people use conflict as a mode to demonstrate frustrations and angers they feel; and in other hand, those who use conflict as a gun for resolving problems they have. The implementation of multicultural education is an effort for conflict resolution, because conflict is no longer a phenomenon, but it has been a reality in a daily society’s life. Therefore, national education authority of Indonesia should propose the educational policy to prioritize the implementation of multicultural education, as an instrument to resolve some conflicts happening in society, nation, and state level. Keywords: conflict, multiculturalism, pluralism, conflict actors, conflict resolvers, multicultural education Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Fahmi Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan nilai Ujian Nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) serta mengetahui karakteristik butir soal Matematika SMA program IPA. Analisis dilakukan menggunakan software Iteman dan Bigsteps. Penyetaraan paket tes antar zone menggunakan teori Rasch Model (satu parameter) dengan bantuan software Bigsteps, Iteman, dan Microsoft Excel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara stratified Random sampling dan jumlah siswa yang menjadi sampel 20.000 siswa. Hasil analisis Reliabilitas tes untuk Zone Barat menunjukkan 0,837, zone Tengah 0,862, dan zone Timur 0,840. Berdasarkan teori klasikal tingkat kesukaran paket tes Matematika Zone Barat 0,786, zone Tengah 0,739, zone Timur 0,757. Nilai rata-rata sekolah (NS) Matematika tertinggi Provinsi Bali (8,63) dan nilai rata-rata terendah Provinsi Kalimantan Barat (7,60). Nilai rata-rata UN Matematika tertinggi Bali (9,11) dan nilai rata-rata terendah Provinsi Sumatera Barat (7,23). Nilai rata-rata NA Matematika tertinggi Provinsi Bali (8,92) dan nilai rata-rata terendah Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,03). Selisih antara NS dan UN terbesar Provinsi DI Yogyakarta yaitu 1,81 poin dan selisih terendah adalah Provinsi Banten yaitu 0,01 poin. 108 Kata kunci: reliabilitas, skew, kurtosis, tingkat kesukaran, daya pembeda, mean, SD, Penyetaraan. Abstract The purpose of this research is to compare the scores of National Exam and the scores from schools and also to identify the characteristics of Mathematics items for Senior High Schools at IPA programme. The analysis is conducted using Iteman and Bigsteps Software. The procedures of test callibration between zone is using Model Rasch Theory (1-parameter) with the Bigsteps, Iteman, dan Microsoft Excel softwares. The sampling methode is stratified Random sampling. The number of students to be a sample is 20.000. The test reliability for West zone is 0,837, Center zone is 0,862, and East zone is 0,840. Based on classical test theory, the Mathematics test difficulty for West zone is 0,786, Center zone is 0,739, East zone is 0,757. The highest mean of Mathematics schools score is in Province of Bali (8,63) and the lowest is in Province of Kalimantan Barat (7,60). The highest mean of Mathematics National Exam Score is in Province of Bali (9,11) and the lowest is in Province of Sumatera Barat (7,23). The highest mean of final Mathematics score is in Province of Bali (8,92) and the lowest is in Province of Nusa Tenggara Timur (7,03). The highest difference between schools scores and the National Exam scores is in Province of DI Yogyakarta, that is 1,81 point and the lowest diffence is in Province of Banten, that is 0,01 point. Keywords: reliability, skew, kurtosis, prop corect, point biserial, mean, SD, equiting. Membangun Media Massa Publik dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Oos M. Anwas oos.anwas@kemdiknas.go.id Abstrak: Dalam era informasi, penanaman pendidikan karakter perlu dilakukan melalui media massa publik. Exposure media massa yang dikuasai swasta seringkali diwarnai kepentingan ideologi, pemilik (owner), serta keuntungan finansial. Oleh karena itu, diperlukan media massa publik yang memiliki idealisme untuk mengutamakan kepentingan masyarakat. Bentuknya yaitu Koran Publik, Majalah Publik, Radio Publik, Televisi Publik, dan Web/Portal Publik. Untuk dapat menanamkan pendidikan karakter, substansi media massa publik perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakter sasaran, distribusinya dilakukan secara kontinyu, mudah diakses atau dimanfaatkan oleh sasaran, serta dikemas dalam format yang menarik dan mampu bersaing dengan media massa swasta. Substansi media ini dituntut dapat mendorong dan menciptakan masyarakat pembelajar, menjadi inspirasi, mencerdaskan, serta memberikan contoh keteladanan dalam membangun karakter bangsa. Untuk merealisasikan media massa publik dapat dikembangkan dari lembaga yang ada, misalnya RRI, TVRI, atau kantor berita Antara dengan cara mensinergikan dengan potensi yang dimiliki kementerian atau lembaga-lembaga lainnya baik dalam aspek: substansi, infrastruktur, SDM, dan aspek lainnya. Kata kunci: media massa publik, koran publik, majalah publik, radio publik, televisi publik, web/portal publik, dan pendidikan karakter 109 Abstract: In the information era, character education is necessary to be done through mass media. Privately-controlled mass media is often marred by ideological and owner’s interests as well as by financial benefits. Therefore we need a public mass media with public interest idealism. It could be in the form of public newspaper, public magazine, public radio, public television, or public web/portal. To be able to instill character education, substance of the public mass media should be designed in accordance with the needs and character of the target, distributed continuously, easily accessed or utilized by the target, and packaged in an attractive format to enable it to compete with other mass media. The substance is required to encourage and create a community of learners, inspire, educate, and provide examples in building the nation’s character. To realize that the public mass media can be developed from existing institutions such as RRI, TVRI, or Antara News Agency in a synergistic manner with all potential in ministries or other institutions in the aspect of substance, infrastructure, human resources, etc. Keywords: public mass media, public newspapers, magazines, public, public radio, public television, web/public portals, and character education. Pengembangan, Implementasi dan Pembuatan Perangkat Asesmen Berbasis Kelas untuk Pembelajaran Mata Kuliah Sistem Pemindah Tenaga Wakhinuddin S. Jurusan Teknik Otomotif FT UNP Padang Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan, mengimplementasikan dan membuat perangkat asesmen berbasis kelas yang valid, praktis, dan efektif untuk menilai pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, serta koneksi mahasiswa dalam pembelajaran Sistem Pemindah Tenaga (SPT) di Jurusan Teknik Otomotif FT UNP Padang. Perangkat asesmen dirancang guna menunjang pelaksanaan asesmen di jurusan, sesuai tuntutan kurikulum. Berdasarkan hasil ini dirancang prototipe perangkat asesmen berbasis kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan penelitian pengembangan dan eksperimen. Metode eksperimen digunakan rancangan treatment by design. Dalam eksperimen ini dipilih sampel kelas dan mahasiswa secara random. Di kelas eksperimen digunakan perangkat asesmen berbasis kelas, sedangkan di kelas kontrol dilakukan tes tertulis. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara dengan dosen dan mahasiswa dan tes. Hasil penelitan ditemukan bahwa : kelompok hasil belajar mahasiswa dinilai dengan perangkat asesmen berbasis kelas lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa dinilai dengan paper and pencil test. Perangkat asesmen berbasis kelas efektif meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan komunikasi, penalaran dan pemecahan masalah mahasiswa. Kata kunci: Asesmen Berbasis Kelas, Perangkat Penilaian, Validitas, Praktikalitas, dan efektivitas Abstract: The research aims to develop, implement, and make a classroom-based assessment tools that validity, practice, and effectiveness to assess understanding of concepts, problem-solving skills, reasoning, communication, and connection of students, in learning Power train in the Department of Automotive Engineering FT UNP Padang. 110 Assessment device designed to support the implementation of assessment in the majors, according to the demands of the curriculum. Based on these results a prototype device designed classroom-based assessment. The research method used is a combination of research and experimental development. This is research Experimental design of treatment methods used by design. In these experiments the samples selected at random classes and students. In the experimental class used classroom-based assessment tools, while the control class performed a written test. Research data were collected through classroom observation, interviews with faculty and students, as well as tests. The results of the research found that the student assessment based on class higher grade than the student group with a paper and pencil evaluate. This method is effective in increasing the understanding of concepts, communication skills, reasoning and problem solving students. Keywords: Classroom-Based Assessment, Assessment Tool, validity, Practice, and Effectiveness Peran Negara dalam Hubungan Tenaga Kerja di Indonesia Subijanto subijanto2010@gmail Abstrak: Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah terhadap ketenagakerjaan di Indonesia dan hubungannya dengan organisasi ketenagakerjaan. Permasalahan tenaga kerjaan di Indonesia sampai saat ini masih belum sirna dari permasalah yang mendasar yaitu kurang memiliki keterampilan fungsional bagi calon pencari kerja. Era globalisasi menuntut calon pencari kerja mampu berkompetisi dan memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan persyaratan tutututan kualifikasi pekerjaan. Dari aspek yuridis formal, tenaga kerja di Indonesia telah dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, antara lain: (a) UUD Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen, Pasal 27 ayat (2) yaitu “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”; (b) UU Nomor 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia,Pasal 38 ayat (1); Ayat (2); Ayat (3); Ayat (4); dan (c) tentang Ketenaga-kerjaan. Dalam aspek meningkatkan mutu dan relevansi UU Nomor 13/2003 pendidikan, Kemdiknas berkewajiban untuk hasil pendidikan, sedangkan Kemenakertrans bertanggungjawab dalam pemberian hak melakukan sertifikasi kompetensi melalui Badan Nasional Standar Profesi (BNSP) dan Lembaga Sertifikat Profesi (LSP). Kata kunci: peran negara dan tenaga kerja Abstract: The aim of this writing article is to identify the function of the Indonesian Government in relation with Indonesian labor force and the relation of labor force organization. Until now, the foundamental problem of the Indonesian job seekers is lack of functional basic skill. Globalization era, has requirement for every job seekers to have competence and to be able to competitive in certain job qualification requirement. Based on the legal formal, the Indonesian labourforce has been protecting by a number of laws, namely: 1) the amandement of the 1945 Constitutionof the Republic of Indonesia (article,27 sub article (2) stated that every citizen shall have the right job and welfare for human being; 2) the act number 39, year 1999 about Human Right an article 38 sub article 1 stated that every citizen, according to potential talent, skill, and smart, shal have the right job. Furthermore, subarticle 2 stated that every people shall have the freedom of choice according to interest and requirement accordingly. Subarticle 3 stated that every 111 people, event women or man to be equal in doing job according to the status of bwckground to get wage in order to be sustainable life; and 3) the act number 13, year 2003 about labour force. In relation with preparation of job seekers the Ministry of National Education (MoNE) has obligation to improve the quality of education and relevance with outcome of education.Meanwhile, the Ministry of Manpower and Transmigration has responsible anda specific task to do the competence of certification through National Board of Proffesional Standard (BNSP) and Institution of Proffesional Standar (LSP). Keywords: the function of country and workforce Implementasi Teori Responsi Butir (Item Response Theory) pada Penilaian Hasil Belajar Akhir di Sekolah Sudaryono sudaryono2@yahoo.com Abstrak: Pengukuran pendidikan meliputi pengukuran hasil belajar mencakup bermacam bidang, tergantung objek hasil belajar apa yang ingin diukur. Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan dalam artikel ini: 1) apakah teori responsi butir atau teori tes modern bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada teori tes klasik; 2) bagaimana implementasi teori responsi butir dalam mengatasi permasalahan- permasalahan ujian nasional sehingga tidak ada kelompok yang diuntungkan dan kelompok yang dirugikan akibat pengukuran yang tidak adil? Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menjelaskan implementasi teori responsi butir dalam menutupi kelemahan yang ada pada teori tes klasik dan mengatasi permasalahan ujian nasional, sehingga tidak ada kelompok yang dirugikan maupun diuntungkan akibat pengukuran yang tidak adil. Teori responsi butir merupakan alternatif pilihan yang bertujuan melepaskan diri dari ketergantungan tes yang diberikan dengan sampel peserta tes. Dalam hal ini walaupun soal-soal tersebut dikerjakan oleh siswa yang pandai atau siswa yang kurang pandai, indikasi tingkat kesukaran suatu soal tetap tidak berubah. Ada tiga asumsi yang harus dipenuhi dalam teori response butir, yaitu: 1) unidimensi; 2) independensi lokal; dan 3) invariansi. Sedangkan karakteristik butir ada tiga, yaitu: 1) taraf sukar butir; 2) daya beda butir; dan 3) tingkat kebetulan betul pada butir. Untuk mengukur kemampuan peserta tes yang sangat beragam di Indoensia, seperti Ujian Nasional, seharusnya digunakan juga ujian atau tes yang berbeda tingkat kesukaran soalnya, supaya adil dan juga akurat hasilnya. Peserta tes atau ujian yang mengerjakan tes atau ujian yang berbeda tingkat kesukaran soalnya, tetap bisa dibandingkan kemampuannya, asalkan soal-soal dalam ujian tersebut berasal atau diambil dari bank soal yang sudah dikalibrasi dengan konsep item response theory. Kata Kunci: Teori responsi butir, unidimensi, independensi lokal, invariansi, taraf sukar butir Abstract: Educational measurement, including measurement of learning outcomes include a variety of fields, depending on the object of learning what to measure. Therefore, the problem in this paper are: 1) whether the item response theory or theories of modern tests can cover weaknesses that exist in classical test theory, 2) how the item response theory implementations in addressing issues of national exams so that no advantaged groups and disadvantaged groups as a result of measurement that is not fair? 112 The purpose of writing this article is to explain the implementation of item response theory in a cover up weaknesses in classical test theory and address the issues of national examinations, so that no group is disadvantaged or advantaged as a result of measurement that is not fair. Item response theory is an alternative option that aims to break away from dependence on a given test with a sample of test participants. In this case, although the questions are done by a brilliant student or students who are less intelligent, an indication of the level of difficulty of a problem remains unchanged. There are three assumptions that must be met in item response theory, namely: 1) unidimention; 2) local independence, and 3) invariance. While there are three characteristic points, namely: 1) the item difficulty, 2) the different grains, and 3) the level of true coincidence in point. To measure the ability of the test participants are very diverse in the premises, such as the National Examination, should be used is also an examination or test different levels of difficulty because, to be fair and accurate results. Participants test or exam is working on a test or exam because of different levels of difficulty, it can be compared to his ability, provided the questions in the exam are derived or extracted from a question bank that has been calibrated with the concept of item response theory. Keywords: item response theory, unidimention, local independence, invariance, item difficulty Rasa Kebangsaan dalam Roman Medan*) Sri Sayekti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi penulisan sejarah sastra Indonesia sekaligus menyumbangkan pemikiran yang berharga untuk mempelajari sejarah dan perkembangan pemikiran bangsa Indonesia pada masa itu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode berdasarkan fakta atau fenomena yang secara empiris terkait dalam permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh gambaran para tokoh dalam mengaktualisasikan rasa kebangsaannya dengan cara mendirikan organisasi pergerakan. Kata kunci: roman picisan, rasa kebangsaan, dan kondisi sosial budaya Abstract: The purpose of this study is to complete the writing of history of Indonesian literature and to know the spirit of nationalism at the time. This research uses descriptive method hope this writing will contribute the valuable thought to know history and development of describing base on the fact and empirical phenomena in the problems that we find such as spirit of nationalism. The result of this research shows that there is decrease of spirit of nationalism in the young generation and their actualization of spiritof nationalism through their effort to attempt movement organization. Keywords: dime novels, sense of nationalism, and social-cultural condition 113