KUMPULAN ABSTRAK JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2010-2011

advertisement
KUMPULAN ABSTRAK
JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2010-2011
1
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini
Masganti Sit
Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara
masganti@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan kompetensi moral anak usia
dini melalui pembelajaran terpadu berbasis moral. Penelitian dilakukan di Taman Kanakkanak Tri Karya dan Taman Kanak-kanak Nusa Indah di Medan pada tahun 2008 dengan
jumlah sampel sebanyak 35 orang anak. Penelitian tindakan ini menggunakan model dari
Kemmis dan Taggart. Model ini telah dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus
memiliki empat langkah yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4)
refleksi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis
kualitatif menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu berbasis moral melibatkan berbagai
aktivitas, media, dan metode. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang berarti antara tes awal dan tes akhir kompetensi moral anak usia dini.
Untuk menerapkan pembelajaran terpadu berbasis moral disarankan kepada guru,
pengelola pendidikan anak usia dini, peneliti, dan pemerintah untuk
merencanakan,
melaksanakan, mengembangkan dan mendukung model pembelajaran terpadu berbasis
moral.
Kata Kunci: Kompetensi Moral Anak Usia Dini, Pembelajaran Terpadu Berbasis Moral
Abstract: The objective of this research is to make early childhood’s moral competence
optimally through the integrated learning based-moral model. The study was conducted at
Tri Karya and Nusa Indah Kindergartens in Medan in the year of 2008 with n= 35. This
action research was using Kemmis and Taggart model. The model has two cycles and
each cycle has four steps. They are as follow (1) plan, (2) action, (3) observe and (4)
reflect. To analyze the data, qualitative and quantitative were used. The result of the
qualitative analyzes shows that the integrated learning based-moral model involved
various activities, media and methods. The results of the quantitative analyze shows that
there are significant differences between pre and post assessment of early childhood’s
moral competence. To applying the integrated learning based-moral model was suggested
to teacher, manager of early childhood education institution, researcher, government to
plan, act, develop, and promote integrated learning based-moral model.
Key Words: early childhood’s moral competence, integrated learning based-moral model
2
Kondisi Lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Tangerang dan
Bandung dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat
Nur Listiawati
Pusat Penelitian dan Kebijakan Inovasi Pendidikan
Email: listi_2001@yahoo.co.uk
Abstrak: Makalah ini menggambarkan kondisi lima Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
dalam upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Makalah ini bertujuan untuk
mendapatkan data tentang sejarah berdirinya, fasilitas, manajemen dan jaringan TBM
tersebut. Studi ini bersifat kualitatif dengan tujuan situasi sosial yang memiliki tiga unsur;
tempat, pelaku dan kegiatan. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan
wawancara kepada manajer atau desainer dari TBM. TBM yang didirikan semata-mata
pada upaya masyarakat yang didirikan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan
budaya, sementara TBM didirikan atas gagasan pemerintah, yang didirikan karena
instruksi dari pemerintah. Organisasi kegiatan telah dilakukan baik oleh TBM yang
didirikan murni dari masyarakat; sedangkan kegiatan TBM yang diprakarsai oleh
pemerintah tergantung pada dedikasi dan motivasi dari manajer. TBM yang didirikan oleh
masyarakat murni bekerja keras untuk membangun jaringan dengan berbagai pihak,
sementara TBM di bawah jaringan PKBM tergantung pada kreativitas para manajer.
Berdasarkan data, penulis mencoba untuk membuat kesimpulan tentang kondisi TBM, dan
memberikan saran untuk meningkatkan kualitas manajemen TBM termasuk organisasi
dan program.
Kata kunci: minat baca, taman bacaan masyarakat, manajemen, program, dan
perpustakaan.
Abstrak: The paper presents the condition of five Community Reading Places (TBM) in
the effort to improve community reading interest. It aims to get data on the history of the
establishment, facilities, the management, and networks of those TBM. This study is
qualitative in nature with the object of social situation which has three elements; place,
actors, and activities. The data collected by observation and interview to the manager or
designer of TBM. TBM which was founded purely on community efforts established
improve
to
public reading interest and culture , while the TBM founded on the idea of
government, established because of instructions from the government. Organization of
activities has already done well by the TBM which was founded purely from the
community, whereas activities of the TBM initiated by the government depend on the
dedication and motivation of the managers. TBM which was established purely by the
community are working hard to build a network with various parties, while the TBM under
PKBM network depends on the creativity of the managers. Based on the data, the writer
tries to make a conclusion about TBM condition, and give suggestion to improve the
quality of TBM including management of organization and programs.
Key words: reading interest, community reading places, management, program,and
library
3
Implementasi KTSP dalam Pembelajaran IPA SMP
Sumiyati
Pusat Kurikulum, Balitbang Kemendiknas
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan yang berkaitan
dengan pemberlakuan KTSP khususnya pada pembelajaran IPA di SMP. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survei dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang yang tersebar di 11 SMP
Negeri dan Swasta di Kabupaten Bekasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap indikator dan
untuk setiap dimensi implementasi KTSP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)
perencanaan program yang terdiri dari pembuatan silabus; pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar berada
pada kategori cukup, hanya sebagian kecil saja berada pada kategori rendah dan kategori
sangat rendah, 2) pelaksanaan program yang terdiri dari implementasi komponen silabus;
implementasi komponen RPP, dan program remedial/pengayaan menunjukkan sebagian besar
berada pada kategori cukup, dan sebagian kecil berada pada kategori sangat rendah, dan (3)
pelaporan program yang terdiri dari penilaian proses dan penilaian hasil menunjukkan sebagian
kecil saja berada pada kategori cukup, dan sebagian besar berada pada kategori sangat rendah
Kata Kunci: KTSP, IPA di SMP, Kemampuan Guru IPA SMP, Silabus, dan RPP.
Abstract: This research was aimed at describing teachers opinion about the implementation of
the program comprises planning, activities in the classroom, and the report of Science
Teaching-Learning
of School-Based Curriculum implementation and its factors affecting it.
There are 40 respondents from 11 State and Private Junior High Schools in Bekasi District. The
instruments consist of questionnaires in the form of Liker Scale. The data is then analyzed
using descriptive analyses in tables distributing frequency and percentage for each indicator
and each dimension of School-Based Curriculum Implementation. The data shows that (1) The
planning of the program: writing syllabus; lesson plan, and remedial/enrichment indicate that
most respondents are at moderate level, others are at low level and the others are at very low
level. (2) The implementation of the program including syllabus, lesson plan components and
remedial/enrichment indicate most respondents are at moderate level while the remaining are
at the very low level., and (3) The report consisting of process and outcome evaluations,
indicate that only a few respondents are at moderate level, and most of them are at the level
of very low.
Key words: school-based curriculum, science at junior high school, Competency of the Science
Teachers of Junior High School, syllabus, and lesson plan.
4
Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan
Sebagai Cara Berperilaku Santun dalam Berbahasa Indonesia
Ngusman Abdul Manaf
Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang
Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan cara penutur
bahasa Indonesia berperilaku santun dalam berbahasa Indonesia melalui peminimalan beban
dan peminimalan paksaan kepada petutur. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Padang pada tahun 2006. Data penelitian berupa tuturan bahasa Indonesia yang
dihasilkan oleh penutur bahasa Indonesia dari berbagai etnis di Indonesia yang berdomisili di
Padang. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik pengamatan terlibat dan wawancara. Data
dianalisis dengan teknik kualitatif yang didasarkan pada teori pragmatik. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa peminimalan beban dan peminimalan paksaan kepada petutur yang
dilakukan penutur dalam tuturannya menimbulkan dampak pelunakan daya ilokusi sehingga
tuturan dirasakan lebih santun oleh petutur.
Kata Kunci: tindak tutur, strategi bertutur, peminimalan beban, peminimalan paksaan,
pelunakan daya ilokusi, kesantunan berbahasa Indonesia
Abstract: this article describes and explains how bahasa Indonesia speakers try to be polite in
using bahasa Indonesia by minimizing the load and force to the listener. This article written
based on research carried out in Padang in 2006. The data of the research was bahasa
Indonesia narration from bahasa Indonesia speakers from various ethnics of Indonesia
domiciled in Padang. The data collection method were involved observation and interview. Data
was analyzed with qualitative method based on pragmatic theory. The result shows that load
minimizing and force minimizing to the listener by the speaker in their speech caused illocution
softening so that their speech felt politer by the listener.
Keyword: speaker behavior, speaker strategy, load minimizing, force minimizing, illocution
softening, Bahasa Indonesia politeness.
Problem Based Instruction sebagai Alternatif Model Pembelajaran
Fisika di SMA
Prayekti
FKIP-Universitas Terbuka, email: prayekti@mail.ut.ac.id
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan model Problem Based Instructional
(PBI) dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan respon siswa dalam pembelajaran.
Model diterapkan pada 2 kelas XI paralel SMA Swasta di Jakarta Selatan. kelas XI IPA1
dan kelas XI IPA2 Siswa kelas XI IPA1 diberikan treatment dengan menerapkan model
pembelajaran PBI sedangkan untuk kelas XI IPA2 dilakukan pembelajaran klasikal seperti
biasa. Hasil penerapan model pembelajaran PBI treatment pertama diperoleh hasil Kelas
XI IPA1 nilai rata-rata terendah untuk pretes 3,25 sedangkan nilai rata-rata tertinggi
6,75. Sementara itu untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 3,25 dan tertinggi 6,25.
Postes untuk kelas pertama nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi 8,75, sedangkan
postes untuk kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,75 dan nilai tertinggi sebesar 9,00.
Pada treatment kedua kelas XI IPA1, nilai rata-rata siswa terendah 5,00 dan nilai ratarata tertinggi 7,35, sedangkan kelas XI IPA2 nilai rata-rata terendah 6,45 dan tertinggi
5
8,5. Pada treatment ketiga hasil pretes diperoleh nilai rata-rata siswa kelas XI IPA1
terendah 3,25 dan tertinggi 4,25. Nilai rata-rata postes terendah yang diperoleh siswa 1
adalah 7,25 dan tertinggi 9,75. Untuk kelas XI IPA22 nilai rata-rata siswa pada pretes
terendah 3,00 dan tertinggi 4,5 sedangkan nilai postes rata-rata terendah 7,00 dan
tertinggi 9,00. Pada akhirnya, guru dapat merancang model pembelajaran PBI dengan
baik dan dapat memotivasi siswa terlibat aktif pada kegiatan pemecahan masalah,
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar serta menentukan langkah-langkah
memecahkan masalah.
Kata kunci: problem based instruction, kerja kelompok,dan lembar kerja siswa
Abstract: This research was conducted to prove the PBI model can improve learning
outcomes, activities and responses of students in learning. The model is applied to two
classes XI of High school in South Jakarta. The first is class-XI of IPA1 and the other is
class-XI of IPA2. IPA1 given treatment by applying PBI learning model, while for class-XI
IPA2 performed as conventional classical learning. After the application of learning models
obtained PBI’s first treatment of Class-XI of IPA1 average value for the lowest pretes is
3.25 while the average value is the highest 6.75. Meanwhile, for class-XI of IPA2, value
of the lowest average is 3.25 and the highest is 6.25. Posttes for first-class average score
is 6.45 and the lowest the highest is 8.75, whereas for class XI posttes value IPA2 lowest
average is 6.75 and the highest value of 9.00. In the second treatment available, IPA1
class-XI, the average value of the lowest student score is 5.00 and the highest average is
7.35, while for class-XI IPA2 average value is 6.45 the lowest and the highest is 8.5. In
the third treatment results obtained pretes average grade XI of IPA1 lowest and the
highest 3.25 for 4.25. and the average value posttes students obtained the lowest IPA1 is
7.25 and the highest 9.75. For class-XI IPA2 average score of students in the lowest
pretes is 3.00 and the highest is 4.5. While the value posttes lowest average is 7.00 and
the highest is 9.00. At first teachers were not used but the implementation of the third
treatment teachers have mastered the learning model PBI well. Teachers have been able
to design a model of the PBI with a good learning, teachers have been able to motivate
students actively involved in problem-solving activities, define and organize learning tasks
and determine the steps to solve the problem. Teachers motivate students to do
reflection, and have been able to evaluate the process of investigations conducted so that
students can understand their weaknesses and shortcomings of the reflection done.
Keywords: Problem Based Instruction, working groups, Student Worksheet
Fenomena Tari Kontemporer dalam Karya Tari Mahasiswa
Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang
Indrayuda
FBSS Universitas Negeri Padang
Abstrak: Tulisan ini bertujuan mengungkap fenomena karya tari kontemporer dari
mahasiswa Sendratasik UNP dan STSI Padang Panjang dalam tugas akhir. Penelitian ini
difokuskan pada fenomena kecenderungan mahasiswa dalam menciptakan karya tari
dalam bentuk kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan instrumen utama adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan melalui
metode
observasi,
wawancara,
dan
studi
kepustakaan.
Data
dianalisa
secara
konvensional. Hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan mahasiswa menciptakan
karya mereka dalam tugas akhir (TA) dengan model kontemporer, seperti pada pola
tarian, tipe tarian, bentuk pertunjukan, dan orientasi tarian. Pertumbuhan gejala ini
disebabkan frekuensi yang tinggi dari mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai forum
tarian kontemporer dan apresiasi terhadap figure dan karya dosen. Kesimpulan penelitian
6
adalah gejala dan kecenderungan karya kontemporer muncul dalam karya mahasiswa
karena 1) pengaruh dosen, 2) pengaruh forum tarian, 3) pengaruh karya tari artis-artis
Sumatera, dan 4) kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa. Dari penelitian ini sangat
disarankan agar ada pedoman yang benar dari dosen Sendratasik FBSS UNP dan STSI
Padang Panjang agar memperhatikan dasar-dasar pembelajaran tari sehingga ada
keseimbangan pembelajaran tari dalam dunia akademis.
Kata kunci: fenomena kontemporer, karya tari, metode penciptaan, dan tugas akhir.
Abstract: The aim of this articel is to reveal the contemporary phenomenom of the dance
work of the student of Sendratasik UNP and STSI Padang Panjang through last
assignment. This research is focused on the phenomenom and student’s tendency on
creating the dance work on a contemporary form. The research method used is
descriptive qualitative and for the main instrument is the researcher himself. The
collection of data dance through observation, interview and collecting the related
literature. The analysis of the data done through conventional analysis. The result of the
research shows that there is a tendency from the student on creating each of their work
for the last assignment by using contemporary model, such as an the pattern of work, the
type of dance, the form of performance and the orientation of creation. The growth of this
sympton is caused from high frequency of the student to be involved in many forums of
contemporary dance, and thruogh the appreciation of lecturer’s figur and work. This
research can be concluded that the sympton and tendency of contemporary is appeared in
the student’s dance work because of: 1) the influence of the lecturer, 2) the influence of
dance forum, 3) the influence of dance work of the artists of West Sumatera and 4) the
freedom given to the students. It is essential to be suggested from this articel so that
there is correct guide from the lecturer available of Sendratasik FBSS UNP and STSI
Padang Panjang to pay attention for the monumental dance learning, so that the balance
is created on the dance learning in academic field.
Key words : the contemporary phenomenom, dance work, creating method, and last
assignment.
Peningkatan Kreativitas Mahasiswa Melalui Pembelajaran Training
Model dan Penilaian Portofolio
Yuliarma
Universitas Negeri Padang, Email: yuli_arma@yahoo.co.id
Abstrak: Rumusan masalah penelitian adalah Apakah kreativitas mahasiswa dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran training model dan penilaian portofolio dalam
pembuatan desain
bertujuan untuk
busana modifikasi pada mata kuliah busana daerah. Penelitian
mengungkapkan bahwa metode pembelajaran training model dan
penilaian portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa pada mata kuliah
busana daerah. Pengembangan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan 3
siklus, tindakan dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran training model dan
penilaian portofolio. Pada setiap siklus, penerapan metode training model dan penilaian
portofolio diberikan selama 2 kali pertemuan, dengan 3 kali tugas latihan di sekolah dan 3
kali latihan di rumah dan 3 kali penilaian. Penelitian dilaksanakan di jurusan KK FT UNP.
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan tes.
Hasil penelitian rata-rata kreativitas dan hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan
7
melalui pembelajaran training dan portofolio. Pada setiap siklus terdapat peningkatan
kreativitas mahasiswa.
Kata kunci: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, Fashion ilustrasi, Ragam hias,
presentasi drawing.
Abstract: The formulation of research subject is to determine if the student creativity can
be improve through training model studies and portfolio examination in the making of
fashion design modification in traditional attire major. The purpose of the research is to
discover that the training model study method and portfolio examination can improve the
student learning creativity in the tradition apparel major. These developments are class
action research, which was held in 3 cycles, the actions were completed by training model
method application and portfolio examination. In each cycles, the application of training
model method and portfolio examination were given twice, with 3 times schools practice,
3 times homework’s and 3 evaluations. The research was held at KK FT UNP faculty. The
instruments used are observation guide, interview guide and test. The result shows that
the average of student creativity and learning process can be improved through training
and portfolio studies. Each cycles display student creativity improvement, with the
average score of the 1st cycle of design fashion illustration practice 1.70, 2nd cycle 2.27,
3rd cycle 3.19; decorative variation design 1st cycle 1.33, 2nd cycle 2.34, and 3rd cycle
3.17; drawing presentation practice 1st cycle 1.27, 2nd cycle 2.26, and 3rd cycle 3.23.
Key words: Kreativitas, modifikasi, busana daerah, siklus, fashion ilustrasi, ragam hias,
presentasi drawing.
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi
Sertifikasi
Ade Cahyana
Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas
Abstrak: Sertifikasi guru dinilai sebagai salah satu kebijakan reformasi pendidikan untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Keluarnya Undang-Undang Nomor 14/2006 tentang
Guru dan Dosen adalah merupakan tonggak sejarah tentang bagaimana guru dan dosen
diakui sejajar sebagai pekerja profesi sebagaimana pula dokter, insinyur, atau profesi
lainnya. Hal ini akan mengubah opini publik terhadap guru menjadi semakin positif, selain
juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, juga akan menarik minat orang-orang
yang potensial dan berkualitas untuk menjadi guru, serta mengembalikan kepercayaan
masyarakat kepada sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berwibawa. Berdasarkan
elaborasi aspek-aspek profesi guru, sangat disarankan bahwa peningkatan kemampuan
profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di
sekolah, satu sisi mampu meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai guru, di sisi
lain dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan profesional sekaligus
menambah kredit akumulatif mereka untuk kepentingan sertifikasi.
Kata Kunc: profesionalisme guru, UU Guru dan Dosen, Sertifikasi, profesi guru
Abstract: Certification of teacher have been accounted for as one of the education core
reforms to improve
teacher professionalism. The release of the Act No. 14/ 2006 for
Teacher and Lecturer (at higher education) is noticeable to be a historical tombstone
8
which sets teacher and lecturer as profession as well as doctor , engineer or others. This
will change the public perception to teacher to become more positive, to build up the
teacher self-confident, and to magnetize the interest of those first quality candidates to
turn out to be
teachers, and to give the public trust back to school as an educational
institution. It is highly recommended that the enhancement of teacher professional
capacity to be integrated with the instructional activities implemented at schools, which,
on one hand are capable of improving their quality of teaching as teachers, on the other
hand capable of giving them the opportunities to improve their professional capacity while
toting-up their cummulative credits mandatory for teacher certification.
Key words: Teacher professionalism, Act for Teacher and Lecturer, Certification, Teacher
Profession
Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI Jakarta
Muhamad Husin
Guru SMA Negeri 111 Jakarta, e-mail: husin_111@yahoo.com
Abstrak: Program wajib belajar sembilan tahun pendidikan di Indonesia mulai
dicanangkan pada tahun 1994 dan ditargetkan penuntasannya pada tahun 2008. Akan
tetapi dalam pelaksanaannya masih menemui banyak kendala, antara lain adalah faktor
biaya, sarana persekolahan, dan keadaan yang mengharuskan anak didik bekerja,
sehingga target penuntasan wajib belajar sembilan tahun secara keseluruhan belum
tercapai. Khusus Provinsi DKI Jakarta program wajib belajar 9 tahun telah berhasil
dituntaskan. Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah Menengah Pertama Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2004 telah mencapai 102,86%, sedangkan untuk Sekolah Menengah
mencapai 81,41%. Berdasarkan fakta ini, seharusnya provinsi DKI Jakarta mulai
meningkatkan kualitas pendidikan warganya dengan program wajib belajar 12 tahun. Hal
ini sesuai dengan perkembangan kota Jakarta sebagai kota jasa yang sejajar dengan
kota-kota besar lainnya di Asia, yang membutuhkan sumber daya manusia yang unggul
dan tangguh dalam bidang industri jasa. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 12
tahun, masih dibutuhkan tambahan anggaran baik dari APBN, APBD maupun partisipasi
masyarakat dan dunia usaha. Pembiayaan program wajib belajar 12 tahun, harus
diarahkan pada pengelolaan dan pengawasan sumber daya pembiayaan dan peningkatan
kualitas pendidikan.
Kata kunci: penuntasan wajib belajar sembilan tahun, APK dan APM, kualitas lulusan,
perencanaan pembiayaan, manajemen strategis.
Abstract: Program nine years of compulsory education in Indonesia started launched in
1994 and finished in the year targeted 2008. However, in practice still have a lot of
obstacles, among others, is the cost factor, the means of schooling, and the
circumstances that require students to work, so that the target of completing the nineyear compulsory education as a whole have not been met. Special Province of DKI Jakarta
program compulsory education of 9-year, has been successfully completed. Gross
Enrollment Rate (GER) Junior High School for DKI Jakarta province in 2004 has reached
102.86%, while for senior high school by 81.41%. Based on these facts, it should
provincial DKI Jakarta began improving education quality by improving citizens 12 years
of mandatory programs. This is in accordance with the development of Jakarta as a city
9
service that is parallel to the major cities the other in Asia, which requires human
resources and strong excel in the service industry. In order for completing compulsory
education reached 12 years, still required additional budget from the state budget, budget
and community participation and the business world. Financing programs compulsory
education to 12-year, should be directed to the management and supervision of financial
resources and improving the quality of education.
Key words: completion of nine-year compulsory education, GER and NER, the quality of
graduates, financial planning, strategic management.
Belajar dari Iran: Dialektika Agama dan Politik Pasca Khomeini
Saefur Rochmat
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak: Ehthesami dan Abrahamian menamakan Iran Pasca Khomeini sebagai the
Second Republic dengan alasan yang berbeda. Sedangkan Halliday menamainya dengan
post-akhundism. Tulisan ini ingin menampilkan dialektika agama dan politik yang
berlangsung secara rasional, agar bisa dijadikan cermin bagi umat Islam di Indonesia.
Tulisan ini menggunakan pendekatan sejarah multidimensional agar didapat pandangan
yang lebih utuh. Pendekatan ini diharapkan dapat menampung baik pandangan Ehthesami
yang lebih menekankan pada aspek ekonomi, dan pandangan Abrahamian yang lebih
menekankan pada aspek budaya, maupun pandangan Halliday yang melihat keterlibatan
ulama dalam politik. Modifikasi sistem pemerintahan Islam Iran pasca Khomeini tidak
dapat dilepaskan dari dasar-dasar perubahan yang telah diletakkan oleh Khomeini.
Kata kunci: agama, politik, Iran, dialektika, dan Khomeini.
Abstract: Ethesami and Abrahamian named Iran Pst Khomeini as the Second Republic
with a different reason. While Halliday name it with post-achundism. This paper is
conduxted to show dialectic of religion and politics that goes rationally, so it can be used
as the reflectionfor Moeslem in Indonesia. This paper used a multidimensional historical
approach in order to get a complete view. This approach is expected to accomodate both
of Enthesami view which focus on economic aspectsm and Abrahamian view which focus
on cultural aspects, also Halliday view which saw the involvement of clerics in politics. The
modification of Islamic system of government of Iran post Khomeini can not be separated
from the basics of the changes that have been placed by Khomeini.
Key words: religion, politics, Iran, dialectic, and Khomeini.
10
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 2, Maret 2010
Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Otonomi Satuan
Pendidikan
Ade Cahyana
Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas
Abstrak: Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa di
dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat
kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi pusat. Oleh
karena itu, dalam proses peningkatan mutu pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan
sekolah. Hal ini mendorong lahirnya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah. Manajemen alternatif ini memberikan kemandirian pada sekolah untuk mengatur
dirinya sendiri dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu
pada kebijakan nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan program ini antara lain komitmen
yang tinggi dari berbagai pihak yaitu: orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa
dan staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Kemendiknas) di sisi lainnya sebagai mitra
dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.
Kata kunci: manajemen berbasis sekolah (MBS), mutu pendidikan berbasis sekolah,
pelaksanaan MBS di tingkat sekolah.
Abstract: The diversity of school environtment conditions and student needs in learning
process alongside with the complexity in Indonesia geographical condition quite often can
not be easily concluded completely in one piece by the central bureaucracy in a
comprehensive way. It stimulates the deliverance of school based quality management
improvement. This type of alternative management empowers independency to school to
initiate its self-governing capacity to manage its own activities in the framework of
eduactional quality improvement, while consistently aligned to national policies. Some of
the strategies applied at schools comprise self-evaluation to scrutinize the school’s
strengths and weaknessses. On the basis of the evaluation, school alongside with parents
and community settleon school vision and mission of education quality improvement or to
put together the expected eduaction quality for further developing on the planning of
school program which includes school financing by refering to the scale of priorities and
national policies in corresponding to the school condition and the capacity of its human
resources. The consequences of the program implementation should imply a highly
committed engagement among diversified parties, i.e., parents/community, teachers,
principals, pupils and other staffs on one hand, and government (MONE) on the other
hand, as the equal partner to attain the objective of quality improvement.
Key words: school-based management (SBM), school-based quality management,
improvement concept and self-evaluation.
11
Peran Faktor Non-Ekonomis dalam Penyelenggaran Pendidikan
Iskandar Agung dan Gatot Subroto
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang - Kemendiknas
Abstrak: Tujuan studi ini untuk mengidentifikasi pengaruh langsung, tidak langsung, dan
total dari variabel budaya organisasi, kepemimpinan, dan kepuasan kerja terhadap
kinerja pendidik/guru. Studi dilaksanakan di 10 SMA Negeri kategori unggulan (plus
kotamadya, provinsi, dan berstandar nasional/ internasional) di provinsi DKI Jakarta.
Sampel responden dalam studi berjumlah 150 orang yang diambil melalui teknik
proporsional random sampling. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Sebelum
kuesioner disebarkan kepada responden, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas
dengan menggunakan tes product moment correlation dan alpa cronbach. Untuk
pengujian hipotesis, dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap data untuk
mengetahui normalitas, homogenitas, dan linearitas data, termasuk pengujian fit model.
Hasil studi menunjukkan bahwa: 1) budaya organisasi dan kepemimpinan di sekolah
memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja; 2) budaya organisasi, kepemimpinan,
dan kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja guru di sekolah.
Kata
kunci:
budaya
organisasi,
kepemimpinan,
kepuasan
kerja,
dan
kinerja
pendidik/guru.
Abstract: The objectives of this study is to identify direct effect, indirect effect, and
totally effect of variables of organizational culture, leadership, and job satisfaction to
teachers performance. The study was conducted in several Public Senior High Schools
categorized as outstanding schools in Jakarta in 2009. Outstanding schools are schools
which have already achieved the “plus” school criteria by the Jakarta Province Education
Office. From the 41 selected schools categorized as outstanding schools in Jakarta, ten of
them was selected as sample schools. The samples of the respondents are 150 teachers
who are selected using proportional random sampling technique. Data was collected by
using questionnaire. Before the questionnaire was distributed, the study performs some
initial testing in order to make sure its validity and reliability using Product Moment
Correlation test and Alpha Cronbach test. To do the hypothetical testing, the researcher
firstly tests the data being obtained with normality, homogeunity, and linearity testing,
included model testing. The finding of this study shows that: 1) organizational culture and
leadership has a significant influences to job satisfaction of the teachers; 2) organizational
culture, leadership, and job satisfaction also have a significant influences to teachers’
performance.
Key
words:
organizational
culture,
leadership,
performance.
12
job
satisfaction,
and
teachers’
Impresi Moderasi Jalur Pembelajaran dengan Proses Belajar
Kewirausahaan Terhadap Persepsi Keberhasilan Usahawan
Surakarta
H. Rohmat
STAIN Surakarta
Abstrak: Tujuan penelitian adalah mengkaji hubungan aspek proses pembelajaran
kewirausahaan dengan persepsi keberhasilan usahawan kecil, material dan bukan
material; serta impresi moderasi jalur pembelajaran terhadap hubungan tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aspek proses pembelajaran kewirausahaan berhubungan
dengan persepsi; keberhasilan, tetapi tidak dengan keberhasilan material, namun
berhubungan dengan persepsi keberhasilan bukan material. Hubungan terkuat adalah
dengan persepsi keberhasilan bukan material. Selain itu, jalur pembelajaran berimpresi
moderasi dengan proses pembelajaran kewirausahaan terhadap persepsi; keberhasilan,
keberhasilan
material,
dan
keberhasilan
pembelajaran, impresi moderasi yang
bukan
material.
terkuat ialah
Diantara
ketiga
jalur
hubungan proses pembelajaran
terhadap persepsi keberhasilan material usahawan kecil.
Kata
kunci:
moderasi
jalur
pembelajaran,
proses
belajar
kewirausahaan
dan
Keberhasilan
Abstract: this research aims at reviewing the relations of entrepreneurial learning
process aspect to the perception of the success of the small business entrepreneur,
material and non material; also impression of moderation laerning line toward those
relation. The result shows that the entrepreneurial learning process aspect related to the
perception; success, but not with the material succes. The strong relations is the one with
the perception of succes not material. Moreover, learning line impressed moderation to
the entrepernuerial learning process toward perception; success, material success and
non-material success. Among the three lines of learning, the strongest impression of
moderation is the relationship of perceptual learning material success small business.
Key words: moderation of learning line, entrepreneurial learning process and success
Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi
dalam Bidang Pendataan Pendidikan Tinggi
Bambang S. Joko
bambang_tito@yahoo.com
Abstrak: Tujuan studi deskriftif ini adalah untuk mengetahui berbagai permasalahan dan
hambatan, mekanisme pendataan, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dalam mendukung sistem informasi manajemen perguruan tinggi. Pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan kuantitatif melalui observasi atau pengukuran data untuk
mendapatkan gambaran permasalahan yang dihadapi PT. Sampel studi terdiri atas 30
PTN dan 30 PTS dari 30 provinsi di Indonesia yang dipilih secara stratified
random
sampling. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif, yakni secara deskriptif
13
argumentatif
dengan
penyimpulan.
Hasil
langkah-langkah
studi
menunjukkan
pendeskripsian
bahwa
data,
sebagian
PT
analisis
telah
data,
dan
melaksanakan
pengumpulan dan pengolahan data secara rutin setiap tahun. Pendataan didominasi oleh
pengumpulan data melalui instrumen kuesioner, baik oleh Ditjen Dikti maupun oleh PSP
Balitbang Depdiknas. Dua penyebab utama terhambatnya pendataan dari Ditjen Dikti dan
PSP Balitbang Depdiknas dan dari institusi PT itu sendiri. SDM merupakan hambatan yang
dominan dalam pengelolaan SIM PT dan belum semua PT yang menjadi sampel studi
memiliki SIM PT, dan hampir separuh responden menunjukkan bahwa belum semua
aplikasi SIM PT beroperasi dengan baik.
Kata Kunci: sistem informasi manajemen, pendidikan tinggi, pendataan.
Abstrak: The purpose of descriptive research is to determine the objective conditions of
the problems and constraints, data collection mechanisms, and use of information and
communication technology to support higher education management information system.
The approach used is kunatitatif approach that leads to the observation or measurement
data expressed in numbers to get a picture of the problems faced by PT. This sample
includes 30 countries and 30 private universities from 30 provinces in Indonesia. Please
note, there are currently 83 government-run public universities, private universities and
2598 are managed by the private sector. With stratified random sampling method. PT PT
grouped by type, then from each PT group took some samples to represent the 30
provinces.
In
qualitative
data
analysis
techniques,
namely
descriptive
measures
argumentative with data description, data analysis, and conclusions. Study results showed
that the majority of PT has conducted data collection and processing on a regular basis
every year. Documenting all this walking is still dominated by the instrument of data
collection via questionnaires, either by the Directorate General of Higher Education and
Ministry of Education Research and Development Center for Education Statistics. There
are two main causes of delay in data collection, the first coming from the government
(Directorate General of Higher Education Department of Education and Research and
Development PSP), and the second coming of PT’s own institution. Not to mention, there
were respondents who felt not received a census questionnaire. The dominant constraints
in SIM management of PT is a problem of human resources, and yet all the PT who
become SIM PT sample of this study, and nearly half of the respondents complained that
some of the applications used for SIM PT they are still not operating correctly.
Keywords: management information system, higher education, data collection
Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Mengelas
dengan Gas Metal Siswa Kelas XII
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Makassar
Nurlaela, Muh. Tawil, Lukman Bambang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Makassar
Abbas M, Lukman Tamaluddin, Syahril Ramli Rani
Universitas Negeri Makassar
Abstrak: Penelitian tindakan ini bertujuan mengimplementasikan model Siklus Belajar
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mengelas dengan gas
14
metal siswa kelas XII di SMK Negeri 3 Makassar. Masalah penelitian adalah 1) bagaimana
cara agar melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan proses pembelajaran mengelas
dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar, dan 2) bagaimana cara agar
melalui model siklus belajar dapat ditingkatkan hasil belajar mengelas dengan gas metal
siswa kelas XII
SMK Negeri 3 Makassar. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif. Hasil
penelitian tindakan yang diperoleh adalah terjadi
peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa kelas XII semester 2 SMK Negeri 3 dari
siklus I ke siklus II, meliputi: 1) aktivitas belajar semakin baik, 2) reliabilitas pengelolaan
pembelajaran model siklus belajar sebesar 51%, 3) respon siswa terhadap pembelajaran
sangat baik dan hasil belajar, yang meliputi (a) produk: sebesar 47 persen (ketuntasan
individu) dan 55 persen (ketuntasan klasikal), (b) aspek afektif sebesar 30 persen, dan
(c) aspek psikomotor 60 persen. Dengan demikian dengan mengimplementasikan model
Siklus Belajar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar
mengelas dengan gas metal siswa kelas XII SMK Negeri 3 Makassar.
Kata Kunci : model siklus belajar, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar
Abstract: This action research aims to implement the Learning Cycle model to improve
the quality of the learning process and learning outcomes with the gas metal welding
class XII students in SMK 3 Makassar. Research problems are (1) how to get through the
learning cycle model can be improved with the learning process gas metal welding class
XII student of SMK 3 Makassar, and (2) how to get through the learning cycle model of
learning outcomes can be improved with the gas metal welding class XII students SMK 3
Makassar. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis. The results
obtained by the action is an increase in the quality of the learning process of students of
class XII SMK 3 semester 2 of the cycle I to cycle II, include: (1) the better the learning
activities, (2) reliability management of the learning cycle model learning of 51%, (3 )
students’ responses to a very good learning and learning outcomes, which include (a) the
product: for 47 percent (exhaustiveness of individuals) and 55 percent (exhaustiveness
classical), (b) affective aspects of 30 percent, and (c) 60 percent of psychomotor aspects
. Thus to implement the Learning Cycle model can improve the quality of the learning
process and learning outcomes with the gas metal welding class XII student of SMK 3
Makassar.
Key Words: learning cycle model, the quality of the learning process, learning outcomes
Minat Siswa dalam Kurikulum Muatan Lokal
Sumiyati
Pusat Kurikulum, Balitbang-Kemendiknas
Abstrak: Penelitian survei ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa SMP di
Jakarta Timur. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu, pertama terdapat hubungan positif
antara motivasi dengan minat belajar muatan lokal siswa, kedua terdapat hubungan
positif antara kondisi belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa, dan ketiga
terdapat hubungan positif antara motivasi dan kondisi belajar dengan minat belajar
muatan lokal siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP di Jakarta Timur yang
15
terdaftar dalam tahun ajaran 2009/2010, dengan jumlah sampel 55 orang. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan angket. Dari hasil
analisis data dan pembahasan diperoleh bahwa F hitung > dari F tabel atau 4,66 lebih
besar dari 3,18 artinya terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan kondisi
belajar dengan minat belajar muatan lokal siswa.
Kata kunci: kurikulum muatan lokal, kondisi belajar, minat belajar, motivasi belajar,
penelitian survei.
Abstract: This research is a survey research, which aim to know what is the relationship
between motivation and lerning condition with learning interest of student local content
at junior high school in West Jakarta. There are three research hypothesis, first is there is
a positive relation between motivation with learning interest of student local content,
second is there is a positive relation between learning condition with learning interest of
student local content, and third is there is a positive relation between motivation and
learning condition with learning interest of student local content. This subject research is
student of junior high school in West Jakarta enlisted in the year lesson 2009/2010 with
the sample amount 55 people. Technique of data collecting performed is use
questionnaire. Based of the result analysis data and solution obtained that Fhit is more
than Ftable or 4,66 more than 3,18. It means that there is a positive relation between
motivation and learning condition with learning interest of student local content.
Key Words: local content curriculum, survey research, learning interest, learning
motivation, learning condition, simple regression analysis and double regression analysis.
Mengelola Potensi Destruktif Olahraga
ke Arah Pengembangan Kebijakan Olahraga yang Komprehensif
Syarifudin
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta
Abdi Rahmat
Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Olahraga umumnya mencerminkan nilai-nilai apa yang menjadi rujukan
masyarakat. Olahraga dapat menjadi wahana untuk membina dan sekaligus membentuk
watak kepribadian. Di sisi lain, olahraga dapat pula menyebarkan nilai-nilai pertentangan
atau konflik dan bahkan bisa mempersubur masalah sosial seperti: diskriminasi,
ketidakjujuran, korupsi dan praktek suap, pemukulan wasit, perkelahian antarpemain
atau antarsupporter, bahkan antarkeduanya, serta berbagai bentuk konflik lainnya.
Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menguraikan akar permasalahan perilaku potensi
destruktif olahraga tersebut yang dapat mengancam integrasi sosial bahkan integrasi
bangsa. Tulisan ini juga mengajukan tawaran suatu pola pengembangan olahraga yang
dapat meminimalisir potensi destruktif tersebut melalui suatu kebijakan keolahragaan
yang komprehensif.
Kata Kunci: olahraga, perilaku destruktif, integrasi sosial, pembinaan olahraga
Abstract: Sport reflects positive values referred by society. Sport can be a medium for
building people character and personality. In the other hand, sport can also be an arena
in spreading tensions and conflicts among groups of people, even fostering other social
16
problems, like discrimination, unfairness, corruption and bribery, violence among players
or supporters, and etc. Therefore, this article aims at describing the root of problem of
destructive dimensions of
sport that can threaten social integration, even national
integration. This article offers some formulas of sport development that can minimize
destructive potencies of the sport through a comprehensive sport policy.
Key words: sport, destructive behavior, social integration, sport coaching
Kontroversi Ujian Nasional Sepanjang Masa
Suke Silverius
sukesilver@yahoo.com
Abstrak: Keberadaan dan penerapan UN menuai kritik dan kontroversi apabila dikaitkan
dengan UU Sisdiknas Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Rangkaian butir-butir kritik itu terjalin dalam tujuh untaian pelanggaran UN
yakni hanya mengukur aspek kognitif sehingga tidak dapat dijadikan standar untuk
mengukur mutu pendidikan, mengabaikan diversifikasi potensi daerah dan peserta didik,
merampas
hak
guru
untuk
melakukan
evaluasi
hasil
belajar
peserta
didiknya,
mendasarkan evaluasi pada peserta didik semata, penentuan kelulusan bukan oleh guru,
pemerintah dan pemerintah daerah merampas hak pemberian ijazah kepada peserta didik
setelah lulus ujian. UN hanya mengevaluasi hasil akhir proses pembelajaran secara
momental dan tidak komprehensif serta mengabaikan orientasi tujuan pendidikan
sehingga tidak mengindikasikan mutu pendidikan. Paparan kontroversi ini dimaksudkan
untuk dimanfaatkan para pendidik dan pemerhati pendidikan guna menemukan solusi
dalam rangka pembenahan kebijakan penilaian pendidikan demi peningkatan pendidikan
yang berakses pada pembangunan nasional bangsa menuju bertambahnya kesejahteraan
rakyat.
Kata Kunci: kontroversi, ujian nasional, pembenahan, kebijakan
Abstract: The existence and application of National Examination initiate critics and
controversies correlated with the National Education System Act Number 20, Year 2003
about the National Education System. The set of Critics is composed of seven
disagreements linked with the national examination matter which are appraising the
cognitive aspects only with the result that it cannot be used as a standard made to
measure up education quality, disregarding the diversification of regional potency and of
students competence, taking away the teachers’ right to do the evaluation of students
achievement, establishing the evaluation based merely on the students, determining the
passing grade of the examination in the absence of teachers, national and regional
government take away the right of teachers in giving the diploma to the graduate
students.
National
examination
evaluates
the
only
process
of
momentary
and
incomprehensive learning activity and at the same time neglecting educational goal
orientation that brings to an end without indicating the education quality. Explication of
these controversies is aimed at providing teachers and education observers the prospect
of the solutions in terms of educational evaluation policy improvement for the sake of the
education enhancement that have access to national development for the augmentation of
people’s prosperity.
Key Words: controversy, national examination, improvement, policy.
17
Model Posdaya Dalam Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
9 Tahun
Oos M. Anwas
Pustekkom Kemendiknas, Email: anwasipb@yahoo.co.id
Abstrak:. Tulisan ini bertujuan mengkaji solusi dalam mengatasi masalah tersebut
melalui model Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Teori-teori yang digunakan
mengacu pada teori perubahan sosial dan teori pemberdayaan masyarakat. Dengan
kompleksnya
masalah
yang
dihadapi
kelompok
masyarakat
hard
rock
tersebut,
penuntasan wajar 9 tahun perlu dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga dalam
wahana Posdaya. Posdaya merupakan forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan
wadah
kegiatan
penguatan
delapan
fungsi-fungsi
keluarga
secara
terpadu.
Pengembangan Posdaya tidak harus membuat lembaga baru dalam masyarakat, tetapi
dapat mengoptimalkan yang ada melalui aktivitas pemberdayaan.
Posdaya menjadi
wahana diskusi dalam memecahkan permasalahan sehari-hari, khususnya kendalakendala penuntasan wajar 9 tahun secara bersama antara anak, orang tua, dan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi/peran masing-masing. Posdaya juga
mampu membangun kembali kearifan lokal dan modal sosial. Pada akhirnya Posdaya
tidak hanya memecahkan masalah pendidikan, akan tetapi juga masalah kemiskinan dan
masalah sosial lainnya. Oleh karena itu penuntasan wajar 9 tahun perlu kerja sama lintas
departemen di bawah koordinasi Menkokesra, terutama sektor pendidikan, kesehatan,
dan kewirausahaan, bersama pemerintah daerah dan masyarakat.
Kata Kunci: wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, Posdaya, pemberdayaan keluarga,
forum komunikasi, modal sosial.
Abstract: This paper aims to analyze solutions for the problems using Family and The
Community Empowering (Posdaya). Theories used within this model refers to social
change and community empowerment theories. Since the complexity of problems face by
those hard rock society, the accomplishment of nine-year compulsory learning must be
done by means of family empowerment within Posdaya. Posdaya is a forum for
communications, ‘silaturahmi’, advocacy and education, and simultaneously the institution
for activities to strengthen family functions in an integrated manner. Instead of
establishing a new institution, the development of Posdaya can be done by optimizing the
existing one by empowering activities. Posdaya become a place for discussing daily
matters, especially the obstacles in accomplishing the nine-year compulsory learning,
among children, parents and community that are fit with their own needs and
potential/roles. Posdaya is also capable in re-developing local wisdom and social capital.
At the end Posdaya is not only to solve educational problems but also to solve poverty
and other social problems. For those reasons the accomplishment of nine-year
compulsory learning requests cooperation across departments within coordination of
welfare ministry in collaboration with local government and society.
Key
words:
nine-year
compulsory
education,
communication forum, social capital.
18
Posdaya,
family
empowerment,
Model Penilaian Bahasa Indonesia dalam Pelaksanaan Kurikulum
Sekolah Dasar
Ambari Sutardi
Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendiknas
Abstrak: Model penilaian Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan kurikulum SD berbeda
dari sebelumnya, di mana perbedaan tersebut dimaksudkan agar para pelaksana
memahami dalam menerapkan model penilaian di beberapa SD di kabupaten/kota yang
berbeda. Perbedaan menggunakan model mulai dari yang sederhana hingga ke yang
kompleks. Sederhana artinya
hanya mencantumkan satu nilai untuk mata pelajaran
tersebut dan kompleks karena mencantumkan empat nilai, untuk empat kategori
kompetensi dalam berbahasa Indonesia, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Penggunaan aneka ragam model penilaian Bahasa Indonesia akan menimbulkan
permasalahan karena sistem penilaian memiliki pengaruh
kuat terhadap pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Dikhawatirkan keempat kategori kompetensi Bahasa Indonesia
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimal oleh peserta didik, terutama
sekolah yang menggunakan model penilaian yang sederhana. Oleh karena itu, model
penilaian Bahasa Indonesia yang ideal merupakan model yang kompleks, dengan harapan
agar penyampaian informasi tentang prestasi dapat dicapai peserta didik secara rinci dan
objektif.
Kata kunci: multi teknik, model penilaian ideal.
Abstract: The evaluation model for Indonesian language sustaining the implementation
of the in-effect primary school curriculum is different from the previous one. Accordingly,
this results in different perceptions and different use of the model by the implementers at
some primary schools in different districts/ municipalities. The difference of using the
model are ranging from the simple to the more complext. The simple one merely covers
one score for the subject concerned while the complext one encompasses four scores, for:
listening, speaking, reading and writing respectively. The use of various evaluation models
for Indonesian language would certainly results in a problem because the evaluation
system has strong impact againsts the learning process in the classroom. So it is worried
that the four predetermined competence catagories of Indonesian language would not
totally be achieved by students in the primary schools which use the simple model one.
Because of such reason, the ideal evaluation model to sustain the implementation of the
an in-effect primary school curriculum is the complex one so that it would tell
information about learners’ achievement in more detailed and transparent.
Key words: Multi-techniques, the ideal evaluation model.
19
the
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010
Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia
Sabar Budi Raharjo
Sekretariat Balitbang Kemdiknas e-mail: raharjo2sbr@yahoo.co.id
Abstrak: Pendidikan pada dasarnya adalah
upaya meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia supaya dapat menjadi manusia yang memiliki karakter dan dapat hidup
mandiri. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah
apakah pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia? Dari rumusan masalah
tersebut, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter
dapat mempengaruhi
akhlak mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui
pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda. Pendidikan karakter dapat
berjalan efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral
dimulai dari lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta
didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,
tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan
kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan
kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.
Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan manusia yang berasal dalam diri
yang di dorong
keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik.
Dengan demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta didik
maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam
kehidupan keseharian.
Kata kunci: Pendidikan karakter, akhlak mulia
Abstract: Education is basically an effort to improve human resource capacity in order to
become a man with characters and live independently. Based on this, the main problem in
this study is whether moral education can realize the noble morality? From the
formulation of the problem, the purpose of this study is to determine how education can
affect
noble morality.
Building the national character through education is absolutely
necessary, even can not be postponed. Character education can be effective and
successful if performed integrally starting from the home environment, schools and
communities. Characters that should be instilled to students include: love of God and the
universe and its contents, responsibility, discipline and self-reliant, honest, respectful and
well mannered, affectionate, caring, and cooperation, confidence, creative, hard work and
do not give up easily, fair and has a character of a leader, nice and humble, and
tolerance, love peace and unity. While the noble morality is the overall human habit
comes from within encouraged by conscious desire and reflected by good deeds. Thus, if
the noble characters embedded in the learners themselves, noble character will
automatically be reflected in the behavior of students in their daily life.
Key words: character education, and noble morallity
20
Kajian Kebutuhan Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru
Mahdiansyah
Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas, e-mail: mahdiansyah2007@gmail.com
Abstrak. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi obyektif
kebutuhan
sekolah, yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan intervensi kebijakan melalui
perencanaan
program
pendidikan.
Secara
khusus
studi
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui: (a) karakteristik guru yang dipandang sebagai determinan kualitas guru, dan
(b) kualitas guru yang difokuskan pada kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
dan identifikasi kebutuhan pelatihannya. Hasil studi menunjukkan bahwa latar belakang
guru banyak yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan (mismatch),
terutama guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang berasal dari sekolah swasta. Penguasaan
guru SD/MI terhadap materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya masih
memprihatinkan. Namun, guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA sudah menguasai sebagian
besar materi mata pelajaran. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dilakukan
melalui kegiatan pelatihan, meskipun lebih dari dua perlima guru tidak pernah mengikuti
penataran/pelatihan. Pelatihan tentang pengembagan kurikulum dan penyusunan tes
dibutuhkan hampir oleh semua guru, terutama guru MI, MTs dan MA serta guru yang
berlatar belakang pendidikan non-keguruan.
Kata kunci: Kompetensi mengajar, kebutuhan peningkatan mutu guru
Abstract. This study aims to identify the objective read of the school needs objectively
which can be taken into account in determining policy intervention through educational
planning. The specific aims of the study are to obtain information on: a) teacher
characteristics perceived as determinants of teacher quality b) teacher quality which
focuses on their competence in teaching and learning process and need assessment of
teacher training. Findings of the study show that there are many teachers whose
educational backgrounds did not match with the subject they teach (mismatch). This is
especially true in the case of private junior and senior secondary school teachers. There
was a concern on the mastery of primary school teachers in the subjects they teach. At
the junior and senior secondary levels most of the teachers had the mastery in most parts
of the subjects they teach. Attempts to improve teacher professionalism were conducted
through training. However, more than two fifth of teachers did not participate in any
training. Training on how to develop curriculum and tests were needed by most of Islamic
primary, junior secondary and senior secondary teachers who had non-teaching
qualification background.
Key words: teaching competence, teacher quality improvement
21
Portofolio demi Sertifikasi Guru, Harapan atau Impian
Suke Silverius, sukesilver@yahoo.com
Abstrak: Guru profesional menjadi dambaan bangsa karena akan menjadi pencipta
sumber daya manusia berkualitas demi tersedianya tenaga pembangun berkualitas bagi
bangsa Indonesia. Pemerintah mewujudkan dambaan itu melalui program sertifikasi guru
yang
bertujuan
meningkatkan
untuk
mutu
menentukan
hasil
kelayakan
pendidikan
dan
guru
martabat
sebagai
agen
pembelajaran,
guru,
serta
meningkatkan
profesionalitas guru dan kesejahteraannya. Untuk mendapatkan sertifikasi itu guru harus
memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana atau diploma empat dan kompetensi
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Demi mendapatkan sertifikasi itu guru harus
lulus dalam uji sertifikasi yang dibuktikan dengan berbagai dokumen dalam berkas
portofolio. Banyak pihak bersikap skeptis terhadap pelaksanaan sertifikasi karena kuatir
terjadinya praktik-praktik KKN demi selembar sertifikat sakti menuju peningkatan kualitas
dan pendapatan guru. Tulisan ini menyorotkan berbagai kesulitan dan kendala yang
dihadapi guru dalam memenuhi tuntutan portofolio sehingga sertifikasi guru dapat
menjadi suatu harapan yang bakal terpenuhi atau sebaliknya merupakan impian semata
karena kemustahilan memenuhi tuntutan sertifikasi.
Kata kunci: sertifikasi, portofolio, kualitas, dan kesejahteraan
Abstract: A professional teacher is a yearned-for personnel in terms of creating qualified
human resource for the Indonesian development. The government
accomplished the
yearning by the program of teacher certification that is aimed at specifying teacher
appropriateness to become a teaching agent, increasing the quality of education success
and teachers status, promote teachers professionalism and prosperity. In order to get a
certificate the teacher has to possess academic qualification at least of bachelor or fourth
diploma degree and has competency to realize the national education goal. In order to get
the certificate the teacher has to pass the certification test as shown by various
documents in the set of portfolio. Many people are skeptical towards the certification
accomplishment because of the practices of corruption activities for the purpose of
obtaining a piece of magical certificate that should be used to get the increase of teacher
quality and income. This article is to spotlight numerous difficulties and barriers faced by
the teachers in fulfilling the demands of portfolio so that the teacher certificate could
become an aspiration that would be accomplished or on the contrary it would be nothing
other than a dream because of the impossibility to fulfill the certification demands.
Key words: certification, portfolio, quality, and prosperity
Pengembangan Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional
Herry Widyastono
Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas, email: herrywidyastono@yahoo.com
22
Abstrak: Sejak berlakunya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pemerintah
telah menyelenggarakan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Namun, dalam
pengembangan kurikulumnya belum seperti yang diharapkan. Kurikulum yang digunakan
seharusnya kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) yang
“diperkaya” dengan mangacu pada kurikulum salah satu negara anggota Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan. “Diperkaya” dapat dilaksanakan
melalui dua cara: 1) Adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada
dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya, dan 2) Adopsi, yaitu penambahan unsur-unsur tertentu
yang belum ada dalam SI/SKL dengan mengacu pada kurikulum salah satu negara
anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. Dengan demikian, lulusannya dapat
memiliki sertifikat (ijazah) dari Indonesia dan
dari salah satu negara anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya.
Kata kunci: Sekolah Bertaraf Internasional, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
kurikulum, adaptasi, dan adopsi.
Abstract: Since the government of Indonesia has launched the Decree of Republic
Indonesia Number 20 year 2003 regarding The National Education System and The
Government
Regulation year 2005 in relation to National Education Standard, the
government was implemented the school’s piloting on international standard. However,
in its’ curriculum development was not expected with the intended regulation. The
expectation of the school curriculum is supposed to be the curriculum used by the country
under the OECD (Organization for Economic Co-operation and Development).
The
intended curriculum in this matter particularly is the curriculum used by the educational
concern which is reference to the Graduate Competence Standard (SKL) and the Content
Standard (SI) that all enrich to with reference to the OECD member country or the
curriculum used by developed countries. To enrich the curriculum can be done by two
ways. First is adaptation. It means to adapt certain part of the National Education
Standard with reference to the OECD member countries. Second is adoption. It means to
add some certain parts of curriculum of the OECD member countries or others which is
not included in the national content standard. Therefore, the graduates have qualification
from both the national education system as well as from the OECD member countries.
Key words: International level standard school, graduate competence standard, content
standard, curriculum, adaptation, and adoption.
Daya Dukung Dunia Industri Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin)
(Studi kasus terhadap pelaksanaan Prakerin siswa SMKN 27 Jakarta)
Soeprijanto
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta, E-mail: soeprijanto_unj@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya dukung
dunia industri terhadap prakerin siswa SMK Negeri 27 Jakarta dan sekaligus untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh
23
SMKNegeri 27 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Industri mitra SMKN 27 Jakarta.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli – November 2007. Penelitian menggunakan
metode survei, dengan populasi semua perusahaan yang telah menjalin kerja sama
dengan SMKN 27 Jakarta. Jumlah Sampel penelitian
20 perusahaan mitra SMK 27
Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Instrumen penelitian berbentuk
kuisioner yang diisi melalui wawancara langsung pada industri sampel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1)
Sebagian besar pimpinan industri mitra SMK 27 menyatakan
sangat mendukung program praktik kerja industri di Perusahaan yang di pimpin; 2)
Bentuk-bentuk
dukungan
yang
diberikan Industri
untuk siswa Prakerin
meliputi:
manjadikan Prakerin sebagai program tetap perusahaan, menerima siswa Prakerin lebih
dari 5x (lima kali) dalam setahun, Industri mitra berinisiatif memberikan informasi
kesempatan Prakerin kepada sekolah; dan 3) Pelaksanaan Prakerin di Industri mitra SMK
27 Jakarta telah terlaksana dengan baik hal ini ditunjukan dengan adanya: penempatan
siswa
sesuai dengan bidang keahliannya,
adanya bimbingan dari pihak Industri,
Pemberian kesempatan kepada Sekolah untuk memonitor pelaksanaan praktik industri,
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk kerja sendiri, dan pihak Industri melakukan
evaluasi, serta memberi sertifikat.
Kata kunci: keterkaitan dan kesepadanan, pendidikan sistem ganda, dan praktik kerja
industri
Abstract: The purpose of this research is to find supporting capacity of the industry to
the field work of SMK Negeri 27 Jakarta students and also to provide a clear picture of
how SMK Negeri 27 Jakarta has performed the apprentice program. This research was
conducted at SMK 27 Jakarta Industrial partners Data collecting was conducted in JulyNovember 2007 from 20 industrial partners who were randomly selected. Executives of
these industrial partners were interviewed and the result indicated that: (1) Majority of
industrial partners executives were in favor of the apprentice program (2) Their support
materialized in: making apprentice program a permanent one in their company,
conducting apprentice program in 5 batches each year to accommodate more students,
actively inform schools of such apprentice opportunities (3) apprentice programs in those
industrial partners have been performing well as indicated by: student placement by their
expertise, supervisory and guidance from assigned officer where the apprentice took
place, allowing school to monitor the implementation of industrial apprenticeship and
allowing apprentice students to work by themselves, evaluation and certificates issued by
company at the end of apprenticeship.
Key words: link and match, dual system, and apprentice
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
Idris HM Noor
Puslitjaknov Balitbang Kemdiknas. Email: idrs_noor@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan dan
pelaksanaan program penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi (PT).
Metode penelitian adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan teknik
analisis deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 160 responden yang diambil secara
purposive yaitu ketua/anggota lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di
24
perguruan
tinggi
Negeri
(PTN)
dan
perguruan
tinggi
Swasta
(PTS).
Penelitian
dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan April sampai bulan Oktober 2008 di 6 provinsi
yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi Bali, provinsi Daerah Khusus
Yogyakarta (DIY), provinsi Jawa Barat, provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Sumatera
Utara. Alat dan teknik pengumpulan data adalah pedoman studi dokumentasi, kuesioner,
wawancara, dan focus group discussion (FGD). Data primer adalah nara sumber di PT,
sedangkan data sekunder adalah dokumen mengenai peraturan perundang-undangan dan
penelitian-penelitian terkait sebelumnya. Hasil penelitian adalah: 1) kebijakan program
penelitian dan pengabdian masyarakat di PT berdasarkan kebijakan umum Direktorat
Pendidikan Tinggi, Depdiknas; 2) implementasi kebijakan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi masih ada kendala antara lain lembaga penelitian dan pengabdian
masyarakat masih terpisah, sosialisasi P2M masih kurang, dan kemampuan metodologi
penelitian dosen masih rendah’ 3) hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PTN/PTS
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Namun
masih sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah materi ajar, publikasi
nasional/internasional, dan perolehan hak paten; dan 4) kegiatan pengabdian masyarakat
belum berdasarkan hasil penelitian.
Kata kunci: Penelitian, pengabdian masyarakat, analisis kebijakan, ilmu pengetahuan,
materi ajar
Abstract: The objectives of the research is to know the implementation of policy and
implementation of the research program and the public service at Higher Education (HE).
The research method is the mixed of quantitative and qualitative methods with a
descriptive analysis. Sample of the research is 160 repondents taken purposively of head
and members of the research and public service institutions at public and private of HE.
The research was conducted for 7 months from April to October 2008 at six provinces:
West Nusa Tenggara province, Bali province, Special Yogyakarta province, West Java
province, West Sumatera province, and South Sumatera province. Tools and the
techniques of data collecting are using documentation study, questionnaires, inteview,
and focus group discussion. Primary data is the information from the resource persons
from HE while the secondary data is taken from the documents about the rules as well as
the laws and the related research done by other people. The findings of the research are:
1) the policy of research program and the public service at HE is based on the general
policy of the HE Directorate, Ministry of National Education; 2) the implementation of
policy in improving quality of HE still has constraints such as the institutions of research
and public service are still separate, the socialization of programs of public service is still
low, and most lecturers at HE are stil lack of having research methodolgy; 3) the research
findings of both public and private HE can be implemented to develop and improve
science. However, there has a few of the research findings that can be used for improving
teaching and learning materials for higher education, very few of national as well
international publications, and very few of having patent rights; and 4) the activities in
public service are not based on the findings of the research yet.
Key words: research, public service, policy analysis, science, learning materials
25
Kegiatan Sains dalam Kurikulum TK untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Didik
Sumiyati
Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui gambaran tentang kreativitas
anak didik dalam kegiatan sains dengan pendekatan Kontekstual pada TK;
2)
mengetahui gambaran tentang kreativitas anak didik dalam kegiatan sains dengan
pendekatan konvensional yang diterapkan guru pada TK; 3) mengetahui perbedaan
antara kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual dengan
kreativitas anak didik yang diajar menggunakan pendekatan konvensional pada kegiatan
sains di TK. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kreativitas anak didik TK; dalam
kegiatan sains yang diajar dengan pendekatan kontekstual mempunyai skor rata-rata
lebih tinggi dari pada yang diajar dengan pendekatan konvensional; 2) Dari hasil
penelitian dengan pendekatan kontekstual diketahui anak didik yang mempunyai skor di
atas skor rata-rata lebih banyak dari pada yang memiliki skor dibawah skor rata–rata,
dan hasil penelitian dengan pendekatan konvensional diketahui anak didik yang
mempunyai skor diatas skor rata-rata juga lebih banyak dari pada anak didik yang
memiliki skor di bawah skor rata-rata; 3) Anak didik yang memperoleh skor di atas ratarata pada pendekatan kontekstual lebih banyak dibanding anak didik yang memperoleh
skor di atas rata-rata pada pendekatan konvensional;
Kata kunci: kegiatan sains, kurikulum TK, kreativitas anak, pendekatan pembelajaran
konseptual, dan pendekatan pembelajaran konvensional.
Abstract: The purposes of this research are: 1) to get the picture of student’s creativity
in science activity by implementing contextual approach to kindergartens’ students; 2) to
get the picture of student’s creativity in science activity by implementing conventional
approach to kindergartens’ students; 3) to know the different of kindergarten’s student’s
creativity between the students taught by implementing contextual approach and the
other ones taught by implementing conventional approach in science activity. Data are
analyzed with the descriptive and inferential statistics; The result of this research shows
that 1) In the science activity, the creativity of kindergartens’ students; taught by
implementing contextual approach having a higher average point to the ones taught by
implementing the conventional approach; 2) In contextual approach teaching, the number
of students having higher point than the average point are higher to the ones having
lower point than the average point. The same result is obtained in conventional approach
teaching as well; 3) The number of students having higher point than the average point in
contextual approach teaching are higher to the ones in conventional approach teaching.
Key words: Science Activity, Kindergarten Curriculum, Student ’s Creativity, contextual
approach, and conventional approach
26
Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mutiara O. Panjaitan
Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas
Abstrak:
Proses
pembelajaran
bahasa
Inggris
dikemas
untuk
mengembangkan
kemampuan peserta didik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan proses terpadu, artinya penilaian
dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian pada dokumen
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnya kegiatan penilaian
mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatan
pembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugastugas penilaian juga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik.
Memperhatikan kondisi ini, dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata
pelajaran Bahasa Inggris yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan
kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi diperlukan
seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosio
kulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan
berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Kata
kunci:
penilaian,
kompetensi,
berwacana,
komunikatif,
bahasa
kurikulum,
pembelajaran, dan teks
Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English
is used in society in everyday life. Teaching learning activity and assessment are
integrated process. It means that assessment executed while learning activity is going on.
Based on the investigation on school curriculum it is that learning activity and assessment
were designed as separate components and in formal way. The task of assessment does
not depict the real word. Besides, teachers’ ability in designing assessment is various that
will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model of
assessment on English subject that could be used as a reference for teacher and
stakeholders when developing school curriculum. Language is a tool for communication
orally and written. Communication competence or discourse competence is a competence
to
communicate
orally
and
written
as
well
in
certain
communication
event.
Communicative competence needs a set of competencies i.e. actional competence,
linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategic
competence. These competencies could not be separated and support each other which
are realized through four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and
writing.Teachers are encourage to teach language using the four language skills in an
integrated manner.
Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum,
learning, and text
27
Pengaruh Kekohesifan, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja
Terhadap Efektivitas Organisasi
Bambang Dwidjo Kustoro
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta,
E-mail: bambangdwidjokustoro@yahoo.co.id
Abstrak:
Obyek
penelitian
adalah
untuk
meneliti
pengaruh
kepemimpinan, budaya kerja, daya saing terhadap efektivitas
dilaksanakan
pada
perusahaan
pengadaan
alat-alat
teknik
kekohesifan,
gaya
organisasi. Penelitian
pendidikan
dengan
mempergunakan metoda Path Analysis untuk membuktikan hipotese. Dilakukan pada 417
perusahaan yang diwakili oleh 120 sampel dan setiap sampel diwakili oleh direktur yang
ditunjuk oleh perusahaan atau oleh pemilik perusahaan dalam menjawab instrumen
penelitian berupa questioinaires. Penelitian membuktikan; terdapat pengaruh positif
langsung kekohesifan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh langsung positif
kekohesifan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif
langsung
kepemimpinan terhadap budaya kerja, terdapat pengaruh positif langsung
gaya
gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif langsung
budaya kerja terhadap efektivitas organisasi, terdapat pengaruh positif
tidak langsung
kekohesifan terhdap efektivitas organisasi melalui budaya kerja, terdapat pengaruh positif
tidak langsung gaya kepeminpinan terhadap efektivitas organisasi. melalui budaya kerja.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa kekohesifan,gaya kepemimpinan dan budaya kerja
adalah varian dari efektivitas organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas
organisasi dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kekohesifan, gaya kepemimpinan
dan budaya kerja.
Kata kunci: penelitian, analisis jalur, kekohesifan, gaya kepemimpinan, budaya kerja,
efektivitas organisasi, pengaruh langsung, dan pengaruh tidak langsung.
Abstract: The research was conducted at educational tools companies to obtain with the
effect of cohesiveness, leadership style and organizational culture on organizational
effectiveness , by using a survey method with path analysis applied in testing hypothesis.
The amount of 417 companies selected by simple random sampling with 120 samples and
each sample was represented by its director or owner to fill the data. The research reveals
that: 1) there is a direct positive effect of cohesiveness on organizational culture; 2) there
is a direct positive effect of cohesiveness on organizational effectivenes; 3) there is a
direct positive effect of leadership style on organizational culture; 4) there is a positive
direct effect of leadership style on organizational effectivenes; and 5) there is a direct
positive effect of organizational culture on organizational effectivenes. Due to this findings
it could be drawn that 6) there is a indirect positive effect of cohesiveness on
organizational effectivenes through organizational culture; and 7) there is an indirect
positive effect of ledership style on organizational effectivenes through organizational
culture.The result
are
the
variances
explain that the cohesiveness, leadership style, organizational culture
of
organizational
effectivenes.
Therefore,
it
implies
that
the
organizational effectivenes can be improved by developing the cohesiveness, leadership
style, organizational culture.
28
Key words: Research, Path Analysis, Cohessiveness, Leadership Style, .Organizational
culture, Organizational effectiveness, Direct effect, and Indirect effect
Kritik Sosial Terhadap Praktik Pendidikan
dalam Film “Laskar Pelangi”
Nanang Martono
FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
email: nanang_martono@yahoo.co.id
Abstrak: Artikel ini merupakan analisis mengenai kritik terhadap praktik pendidikan di
Indonesia. Kritik ini lebih didasarkan pada alur cerita yang disampaikan dalam film
“Laskar Pelangi” (LP). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis esensi film LP yang dilihat
melalui kaca mata sosiologi. Esensi film lebih difokuskan pada kritik sosial yang
disampaikan melalui film ini. Secara teoritis, pendidikan memiliki dua fungsi yang saling
bertentangan.
Menurut
perspektif
fungsional,
pendidikan
berfungsi
positif
untuk
mentransmisikan nilai-nilai antargenerasi. Sebaliknya, perspektif konflik menjelaskan
bahwa
pendidikan
justru
menyebabkan
terjadinya
ketimpangan
sosial.
Perspektif
interaksionisme simbolik lebih melihat pada bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam
proses pendidikan saling berhubungan. Beberapa kritik yang disampaikan di antaranya
adalah mengenai proses pendidikan formal yang meninggalkan hakikat pendidikan itu
sendiri, eksklusifitas fungsi sekolah, formalisasi pendidikan, ketidakmerataan akses
pendidikan bagi masyarakat kelas bawah yang menyebabkan ketidaksetaraan sosial,
otonomi pendidikan yang sepenuhnya belum otonom serta dikotomi sekolah favorit dan
tidak favorit. Kondisi-kondisi inilah yang mewarnai dinamika pendidikan nasional sampai
saat ini yang telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan sosial.
Kata Kunci: laskar pelangi, kritik sosial, pendidikan, dan ketidaksetaraan sosial.
Abstract: This article is an analysis of the criticisms of the practice of education in
Indonesia. This criticism is based on the storyline presented in the “Laskar Pelangi” (LP)
movie. This article aims to analyze the essence of the LP movie seen through the
sociologycal perspective. The essence of the film is more focused on social criticism
conveyed through this film. Theoretically, education has two conflicting functions.
According to the functional perspective, the positive function of education are transmit
values across generations. Instead, the conflict perspective to explain that education
actually leads to social inequality. More symbolic interactionism perspective see how the
actors involved in the education process related to each other. Some of the criticism is
delivered in between the formal education process that leaves the essence of education
itself, the exclusivity of school functions, the formalization of education, inequality of
access to education for lower-class society that cause social inequality, educational
autonomy have not fully autonomous and the dichotomy of your favorite school and
favorite. These conditions that characterize the dynamics of national education so far has
led to social inequality.
Key words: laskar pelangi, social criticism, education, and social inequality.
29
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010
Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):
Peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Dalam Pos PAUD
J.M. Tedjawati
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
tentang: 1) penyelenggaraan Pos PAUD di lingkungan masyarakat; 2) peran PKK dalam
penyelenggaraan Pos PAUD; dan 3) hambatan dan upaya yang dilakukan. Metodologi
yang digunakan adalah penelitian kualitataif, dengan lingkup penelitian pelaksanaan
program Pos PAUD dan peran PKK di Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Gorontalo,
dan Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan Pos PAUD di
tiga kabupaten sudah diselenggarakan berintegrasi dengan kegiatan Posyandu dan BKB;
2) PKK telah bekerjasama dengan Posyandu/Puskesmas dan BKB sesuai dengan harapan
Direktorat PAUD dalam menumbuh kembangkan anak usia dini; dan 3) Hambatan yang
ditemukan antara lain masih terbatasnya: (a) tenaga kader dan masih rendahnya
pendidikan kader, (b) penguasaan ilmu pendidikan para kader, (c) dana untuk pembelian
alat permainan (PAUD), (c) ruang untuk bermain, dan (d) evaluasi program PAUD. Upaya
yang dilakukan antara lain dengan cara: 1) menggunakan tempat kegiatan secara
bergiliran; 2) menggunakan alat bantu mengajar dengan bahan sederhana; dan 3)
memberikan kesempatan pada kader PAUD untuk mengikuti pelatihan PAUD.
Kata kunci: Program Pos PAUD dan PKK
Abstract: The purpose of this research is to find informataion and data about: 1) Post
implementation of the Post Early Childhood Education (Pos PAUD)
in the community
environment that includes characteristics of students, teachers, and administrators, the
process of activities, evaluation and coaching; 2) PKK role in post implementation of the
Post ECE; and 3) Obstacles and problems faced in the implementation of ECE services and
attempt what can be done to overcome them. The methodology used is qualitative
research, with the scope of this research is the implementation of ECE programs and the
role of PKK Limapuluh Koto district, Gorontalo district, and Gowa district. The result
showed that: 1) Post implementation of
the region have implemented ECE integrated
with IHC (Posyandu) and BKB activities; 2) the PKK has been carrying out its duties in
cooperation with IHC (Posyandu)/ PHC (Puskesmas) and BKB, according to the ECE
directorate hopes to help early childhood development, and 3) Obstacles found from the
implementation of ECE, among others: (a) Lack of cadres and low educational cadres
held; (b) Lack of mastery of the science education of the cadres held; (c) Lack of funds
for the purchase of APE; (d) Limitations of space for games; and (e) Evaluation in ECE
(PAUD) Programs. To minimalis of the obstaclce has been done by: 1) moving class; 2)
using symple educational facilities with reuseable material; and 3) giving opportunity to
the ECE cader to continue studying or following ECE training programe.
30
Key words: Early childhood education program and education programe for family
wealfare (PKK)
Pengaruh Diskrepansi Harapan-Persepsi
Pengembangan/Pemeliharaan SDM Terhadap Kepuasan Kerja dan
Komitmen Guru Sekolah Dasar
Dadang Dahlan
FPEB Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak: Tujuan penelitian
ini ialah untuk: 1 )mendeskripsikan
diskrepansi harapan-
persepsi guru SD terhadap pengembangan/pemeliharaan SDM; 2) menjelaskan pengaruh
diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM terhadap kepuasan
kerja dan komitmen guru SD; 3) menjelaskan pengaruh kepuasan kerja terhadap
komitmen guru SD. Populasi penelitian ini adalah guru SD Negeri di Kabupaten Bandung.
Penarikan sampel dilakukan dengan teknik “multi stage random sampling“,
dengan
ukuran sampel minimum sebanyak 322 orang guru. Metode penelitian yang digunakan
adalah
survei
eksplanatori.
Data
dikumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner,
sedangkan teknik analisis data yang digunakan ialah analisis faktor konfirmatori dan
analisis jalur dengan bantuan program LISREL. Hasil penelitian menunjukkan: 1) tinggi
rendahnya kepuasan kerja guru SD secara langsung
dipengaruhi besar kecilnya
diskrepansi harapan-persepsi pengembangan/pemeliharaan SDM, sehingga semakin kecil
tingkat diskrepansinya, semakin tinggi tingkat kepuasan kerja; 2) diskrepansi harapanpersepsi pengembangan/pemeliharaan SDM berpengaruh secara tidak langsung terhadap
komitmen guru, sehingga semakin kecil
tingkat diskrepansinya, semakin tinggi
keterikatan guru terhadap pekerjaan dan organisasi sekolah tempatnya bekerja; dan 3)
kepuasan
kerja
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
komitmen
guru,
serta
berpengaruh secara tidak langsung terhadap setiap faktor komitmen guru.
Kata kunci: pengembangan SDM, diskrepansi, kepuasan kerja, komitmen
Abstract: This study is aimed at: 1) describing
the discrepancy between teacher‘s
expectation and perception toward human resources development/maintenance; 2)
explaining the influence of the discrepancy between teacher‘s expectation and perception
toward
human
resources
development/maintenance
for
elementary
teacher‘s
job
satisfaction and commitment; 3) explaining the influence of job satisfaction to teacher‘s
commitment. The population of the study is state elementary school in Bandung regency.
The technique sample is multi stage random
sampling whose minimum size is 322
teachers. The method used is explanatory survey. The data is collected by using
questionnaire while the data analysis technique is confirmatory factor and path analysis
supported by LISREL program. The result of this study shows that: 1) the level of the
teacher‘s job satisfaction is directly influenced by the magnitude of teacher‘s expectationperception discrepancy toward human resources development/maintenance, so that the
lower discrepancy level is, the higher job satisfaction level; 2) the discrepancy between
teacher‘s expectation and perception toward human resources development/maintenance
indirectly influences teacher commitment as well so that the lower discrepancy is, the
higher teacher commitment on work is; 3) the job satisfaction influences teacher
commitment directly and each factor of teacher commitment indirectly.
31
Key
words:
human
resources
development,
discrepancy,
job
satisfaction,
and
commitment
Analisis Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Siswa SD dan SMP di Medan
Sondang Pintauli
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, email: sondangp@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi dan mulut siswa kelas VI SD dan
III SMP di Kota Medan. Total sampel 393 orang yang diambil secara stratifikasi-klaster 2
tingkat, di mana siswa SD 197 orang dan SMP 196 orang. Pengambilan data dilakukan
dengan wawancara dan observasi, serta uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) prevalensi karies siswa SD 92,39% dengan DMFT
3,42±2,36 dan meningkat pada siswa SMP menjadi 93,37% dengan DMFT 3,79±2,69.
Siswa SMP mempunyai >3 sekstan sehat sesuai dengan target pencapaian gigi sehat
WHO. Skor OHIS sebagian besar siswa SD dan SMP (50,8 dan 52,6%) pada kategori
sedang; 2) 61,4% siswa SD mempunyai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang baik,
sedangkan pada siswa SMP hanya 30,1%; 3) terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan skor pengalaman karies (DMFT) dan skor
kebersihan mulut (OHIS) (p<0,05), sebaliknya tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan status periodontal (p>0,05).
Kata kunci: kesehatan gigi, perilaku kesehatan, DMFT, status periodontal, dan skor oral
higiene
Abstract: The purpose of this study was to analyze the relationship between oral health
status (caries and periodontal status, oral hygiene) and oral health behavior of sixth
grade primary and third grade of junior high school students in Medan. 393 children (197
primary school students and 196 junior high school students) were selected at cluster
stratification. Dental caries and periodontal status of students was evaluated using the
World Health Organization (WHO) diagnostic criteria. The oral hygiene of each child was
assessed using the scoring of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) from Greene and
Vermillion. Interviews were conducted using a questionnaire to determine the oral health
behavior of the children. The results showed that: 1) the caries prevalence of primary
school children 92,39% with mean DMFT 3,42±2,36, and found higher in junior high
school students 93,37% with mean DMFT 3,79±2,69. Junior high school students have >3
health sextants according to WHO. Almost all of students in both groups (50.8 and
52.6%) in moderate category; 2) 61.4% of the primary school students with good oral
health habits while in junior high school students only 30.1%; 3) no statistically
differences between oral health behavior and periodontal status (p>0.05), it was found
significant differences between oral health behavior and caries experience and also oral
hygiene (p<0.05).
Key words: oral health, health behaviour, DMFT, periodontal status, and oral hygiene
32
Otoritas Guru dalam Konteks Pendidikan Kritis
di SMA Negeri Kota Padang
Isnarmi Moeis, Al Rafni, Junaidi Indrawadi
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena interaksi belajar
mengajar di sekolah dengan sudut tinjauan pendidikan kritis. Subjek penelitian adalah
guru-guru SMAN di Kota Padang yang terdiri dari guru PKN dan Sosiologi. Untuk setting
penelitian dipilih 6 SMAN yaitu SMAN 1 dan SMAN 2 Padang mewakili sekolah unggul,
SMAN 3 dan SMAN 5 mewakili sekolah pra unggul, dan SMAN 7 dengan SMAN 12
mewakili sekolah kategori biasa. Dari enam sekolah tersebut dipilih masing-masing 1 guru
PKn dan 1 guru Sosiologi. Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah pola interaksi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk menganalisis interaksi
tersebut digunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis dari Fairclough, khususnya
mengenai
kontrol
Interaksi
(Interactional
Control
Feature).
Kerangka
teori
yang
digunakan adalah teori otoritas dari John Wilson yang menyoroti penggunaan otoritas
guru dalam kelas. Dari hasil pengamatan ini ditemukan bahwa interaksi guru siswa yang
ada saat ini masih banyak didominasi oleh guru. Penggunaan otoritas guru masih terfokus
pada pencapaian target berupa penguasaan materi seperti yang telah direncanakan, dan
pada akhirnya dibuktikan melalui keberhasilan dalam menjawab soal tes (tengah
semester atau akhir semester). Disimpulkan bahwa guru belum menggunakan otoritas
yang diarahkan kepada pendidikan atau pemberdayaan siswa sebagai subjek belajar.
Kata Kunci: pendidikan kritis, critical discourse analysis, dan otoritas guru
Abstract: The aim of this research is to describe the phenomenon of learning interaction
in terms of critical education in the State Senior High School in Padang. The subjects of
this research are the teachers of Civics Education and Sociology. The research was held
at six schools: SMAN 1 and SMAN 2 Padang
represents the best school; SMAN 3 and
SMAN 5 represents the good school, and SMAN 7 and SMAN 12 represents the ordinary
school. These 6 school selected one PKn teacher from each school among the aspect
observed in this research is the pattern of interaction between teachers and students in
learning process at the classroom. To analyze this interaction was approached by Critical
Discourse Analysis of Fairlclough, especially dealing with Interactional Control Feature.
The theoretical framework was based on theory of teachers’ authority by
John Wilson.
The result of this study shows that interaction between teachers and students is
dominated by teachers. This authority tend to direct students on achieving the target of
learning by mastering the material which proved by success on passing the test (mid of
last term semester).
In short, teachers
have not applied their authorities yet on
empowering students as the subjects of learning.
Key words: critical pedagogy, critical discourse analysis, and teachers authority.
33
Analisa Kausal Prestasi Kerja Instruktur Penerbang Beserta
Kualitas Pengukuran Indikator-Indikatornya di Sekolah Penerbang
TNI-AU Adisutjipto Yogyakarta
Mudjiono Said
STKIP SULUH BANGSA, email:ical_m07@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kausal prestasi kerja Instruktur
Penerbang
beserta
kualitas
pengukuran
indikator-indikatornya,
seperti
indikator
komitmen, kemampuan kognitif manajemen, persepsi kepemimpinan atasan, dan prestasi
kerja Instruktur Penerbang itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Penerbang TNIAU Yogyakarta, dengan mengambil sampel yang terjangkau sebanyak 60 orang Instruktur
Penerbang dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antar indikator yang terjadi setiap kekeliruan ukur yang semakin kecil, akan
berdampak pada muatan faktor (loading factor) menjadi lebih besar. Artinya bahwa
validitas dari kualitas muatan besaran faktor akan menjadi lebih tinggi. Lebih lanjut,
dapat diterangkan pada kesetaraan struktural variabel yang diteliti, bahwa prestasi kerja
didukung
oleh
komitmen,
kemampuan
kognitif
manajemen
dan
kepemimpinan.
Sedangkan untuk kepemimpinan sendiri mendapat dukungan dari komitmen dan
kemampuan kognitif manajemen.
Kata kunci: analisa kausal, prestasi kerja, instruktur penerbang, dan sekolah penerbang.
Abstract: The objective of the study is to analyze causal of Pilot Instructor’s work
achievement including the quality of the measurement of their indicators, such as
indicator of commitment, cognitive ability in management, pilot’s perception toward
higher rank leadership, and Pilot Instructor’s work achievement.The study was conducted
at the Air Force Flying School Yogyakarta, sample was taken by using simple random
sampling technique. The research concludes that any reducing quality of errorvariance
cause to increase the value of the loading factor and the validity of the loading factor
becomes a higher level quality. Moreover there are structural equations among pilot’s
perception toward
higher
rank
leadership
with
commitment,
cognitive
ability
in
management, and Pilot Instructor’s work achievement with pilot’s perception toward
higher rank leadership, commitment, and cognitive ability in management.
Key words: analyze causal, work performance, pilot instructor, and air force flying school
Model Persamaan Struktural Kualitas dan Biaya Jasa Terhadap
Kepuasan dan Loyalitas Mahasiswa
Hisyam Ihsan
Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, e-mail: hisyamihsan@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memverifikasi model
hubungan antara berbagai faktor yang terkait dengan kepuasan dan loyalitas mahasiswa,
termasuk kedudukannya sebagai mitra partisipan efektif dari pendidikannya sendiri,
34
sekaligus melihat dampak sikap dan persepsinya pada tataran hasil (outcome) dalam
institusi pendidikan tinggi. Hubungan kualitas jasa pendidikan dan biaya jasa yang dialami
dengan kepuasan dan loyalitas mahasiswa diuji secara empirik dengan menggunakan
Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM). Hasil penelitian
memberikan dukungan terhadap usulan model aplikatif yang menggambarkan sikap dan
perilaku mahasiswa baik sebagai konsumen maupun mitra-partisipan terhadap layanan
jasa pendidikan tinggi dalam memprediksi kepuasan dan loyalitas mahasiswa. Melalui
model tersebut dapat disimpulkan bahwa makin berkualitas layanan jasa yang diberikan
kepada mahasiswa menurut persepsi dan keterlibatannya akan semakin puas dan loyal
mahasiswa tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan; atau ekuivalen bahwa makin
positif sikap dan perilaku mahasiswa terhadap penyelenggaraan pendidikan, akan
semakin puas dan loyal mahasiswa tersebut, dan tentu saja berakibat akan semakin baik
kinerja pendidikan tinggi ke depan dalam perspektif jangka panjang.
Kata kunci: kualitas jasa pendidikan, biaya jasa yang dialami, kepuasan, loyalitas, mitrapartisipan, Structural equation modelling
Abstract. The objective of the study accordingly is to develop and verify the relationships
model among various factors related to students’ satisfaction and loyalty and their status
as effective participating partners of their educational institutions (Partnert-Participant),
as well as the impact of these students’ attitudes and perceptions on the outcomes level
of undergraduate program in a higher education. The relationship between the perceived
quality of educational service as well as the price and the students’ satisfaction and
loyalty are empirically tested using Structural Equation Modeling (SEM). The result of the
study supports the proposed applicative model which describes the attitudes and
perception of the students both as consumers and as co-producer of the educational
services in relation to their satisfaction and loyalty. The model concludes that the more
positive the attitudes and the perceptions of the students to the educational process, the
more satisfied and loyal the students will be, the better performance of higher education
as the outcome in a long time perspective.
Key words: Educational service quality. Perceived price, satisfaction, loyalty, PartnertParticipant, and structural equation modelling
Pendayagunaan Program Kesetaraan, Pendidikan Nonformal:
Kasus Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008/2009
Ida Kintamani Dewi Hermawan
e-mail: idakintamani@yahoo.com
Abstrak: Tujuan pendayagunaan program kesetaraan, pendidikan nonformal di Provinsi
Sulawesi Barat adalah untuk memahami keadaan program kesetaraan
di provinsi
tersebut yang diukur dengan indikator pemerataan dan mutu pendidikan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sesuai dengan standar ideal program kesetaraan di Provinsi
Sulawesi Barat dikatakan masih belum merata karena mencapai 36,78%, belum bermutu
dengan nilai capaian sebesar 54,70%, dan keberhasilan program kesetaraan masih
rendah dengan nilai capaian sebesar 45,74%. Bila digunakan standar nasional maka
kondisi cukup baik. Pemerataan pencapaiannya sebesar 89,74%, mutu sebesar 85,98%,
35
dan keberhasilan program kesetaraan telah mencapai 87,46%. Disimpulkan bahwa
berdasarkan program Kesetaraan di Provinsi Sulawesi Barat diarahkan ke standar ideal
maka masih jauh dari harapan karena pencapaiannya kurang dari 50%. Namun, bila
berdasarkan standar nasional sudah cukup baik karena hanya perlu 13,54% untuk
menuntaskan. Disarankan agar pemerintah provinsi yang dalam hal ini adalah Dinas
Pendidikan melakukan prioritas dalam pembangunan program kesetaraan di Provinsi
Sulawesi Barat, yaitu baik pemerataan maupun mutu pendidikan program kesetaraan
harus dibenahi sehingga mendukung program pendidikan dasar dan menengah.
Kata kunci: pendayagunaan, pendidikan nonformal, program kesetaraan, pemerataan
pendidikan, dan mutu pendidikan
Abstract: The aim of utilization of equality program, non-formal education in West
Sulawesi Province is to understand the existing condition of equality program in West
Sulawesi Province that is measured using equity and access to education and quality
indicators. The analysis using ideal standard shows that equity program in West Sulawesi
Province is still not yet equity with the value of 36.78%, not yet qualify with the value of
54,79% so that the succesfulness of equity program is still low with the value of 45,74%.
When comparing to national standard, equity is 89.74%, quality is 85.98%, and succesful
of equity program is 87,46%. So, it is summarized that if equality program in West
Sulawesi is compared to ideal standard, it is far away achieve due to less than 50% but if
is used to national standard, it is good enough because it is only 13.54% to
completeness. With this condition, it is suggested that government give a priority to build
equality program in West Sulawesi both in equity and quality so that it can support basic
and secondary program.
Key words: utilization, non-formal education, equality program, equity of education,
quality of education, and program performance
Perspektif Multidimensional Pendidikan Pembangunan
Berkelanjutan: Pemikiran Awal Konsep dan Penerapan
Iskandar Agung
Puslitjaknov-Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Pembangunan merupakan istilah yang dikemukakan oleh berbagai pihak
sebagai upaya mencapai perubahan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik.
Pembangunan kerapkali dilaksanakan secara multidimensional, dalam arti meliputi
berbagai dimensi kehidupan (ekonomi, sosial, pendidikan, politik, kesehatan, dan
sebagainya), meski keseluruhan bermuara pada upaya menuju perbaikkan, kemajuan dan
kesejahteraan hidup masyarakat penerimanya. Namun tidak jarang fenomena di sekitar
memperlihatkan,
keberhasilan
suatu
pembangunan
kurang
dapat
dipertahankan,
terancam kesinambungannya, dan bahkan dirusak oleh sebagian anggota masyarakat
penerimanya. Di samping itu, pembangunan yag dilaksanakan pun tidak hanya membawa
dampak positif, tetapi juga negatif dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar itu
diperkenalkan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan
tujuan
agar
pembangunan
dapat
dijaga,
dipelihara,
dan
bahkan
dikembangkan
keberlanjutannya untuk kepentingan generasi masa kini maupun akan datang. Salah satu
36
unsur potensial untuk menanamkan nilai dan tujuan pembangunan itu adalah melalui
bidang pendidikan, yang dikenal dengan sebutan pendidikan pembangunan berkelanjutan
(education sustainable development). Belum terdapat kejelasan konsepsional mengenai
istilah pendidikan pembangunan berkelanjutan tersebut yang dapat digunakan sebagai
pedoman atau acuan operasionalisasinya oleh berbagai pihak di lapangan. Atas dasar itu
tulisan
ini
bermaksud
mengemukakan
suatu
pemikiran
mengenai
pengertian
pembangunan berkelanjutan serta cara untuk menyebarluaskan nilai dan tujuan yang
terkandung
dalam
dimensi
pembangunan
melalui
jalur
pendidikan,
terutama
mengintegrasikannya ke dalam kegiatan intra dan ekstrakurikuler.
Kata kunci: pembangunan, pembangunan berkelanjutan, multidimensional, pendidikan.
Abstract: Development is a term expressed by all parties to promote the effort to create
changes in the public toward a better life. Implementation of the Development is often
performed multidimensionally in which most of the aspects in life (such as economy,
social, education, politic, health, etc) are covered therein. Even though all of the
Developments are aimed to improve, advance and achieve the welfare of the target
society but in reality it is often found that a success in a Development is not followed by
proper care and maintenance, worst of all, it is even threatened or vandalized by some of
the irresponsible and reckless members of the society. In addition, it must be admitted
that not all Developments can give positive impact to the society, some of which even
create negative impacts against their life. On the basis of the premises mentioned above,
it is necessary to introduce the concept of Sustainable Development so as to make sure
that the Development will be properly cared-for, maintained, and even continued to the
next level for the sake of the present and the future generations. One of the potential
elements which can be used for implanting the values and objectives of the Development
into the heart and mind of the society is Education, which is known as Education
Sustainable Development. However, there has been no clear conception yet about the
Education Sustainable Development which can be used as the guidelines and references
at operational level by relevant parties. Therefore, this writing is intended to offer a
concept of Education Sustainable Development, and the method for promoting the values
and objectives of the Development through Education, especially are integrated into the
intra and extracurricular activities.
Key words: development, sustainable development, multidimensional, education
Bahasa dan Integrasi Bangsa dalam Kajian AntropologiFungsional
Nugroho Trisnu Brata
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Abstrak: Tulisan ini berusaha mengkaji fungsi atau peran bahasa dalam proses integrasi
Bangsa Indonesia. Tulisan ini mengangkat permasalahan, yaitu bagaimana proses Bahasa
Indonesia dimodifikasi dan diadopsi menjadi bahasa persatuan yang berfungsi sebagai
perekat keberagaman etnik? Tujuan penulisan artikel ini adalah berusaha menjawab
permasalahan bagaimana proses Bahasa Indonesia dimodifikasi dan diadopsi menjadi
bahasa persatuan sehingga bisa beradaptasi dengan perubahan jaman. Landasan teori
yang digunakan dalam melakukan analisis di sini adalah teori antropologi-fungsional yang
37
dikembangkan oleh dua antropolog Inggris yaitu Bronislaw Malinowski dan Radcliffe
Brown. Hasil bahasan menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia memiliki karakter khusus
yang berbeda dengan bahasa-bahasa bangsa lain karena Bahasa Indonesia berakar dari
tradisi etnik lokal. Apabila Bahasa Indonesia tetap diperlukan sebagai bahasa yang bisa
menjaga integrasi negara Indonesia maka harus ada sosialisasi dan pewarisan. Sosialisasi
Bahasa Indonesia baku secara massal dan berkesinambungan misalnya dilakukan oleh
TVRI atau TV-TV swasta yang menggunakan bahasa baku dalam siarannya. Bahasa
Indonesia yang difungsikan sebagai bahasa persatuan bagi masyarakat Indonesia telah
menciptakan fenomena bahasa berdampingan dengan fenomena politik, dalam hal ini
adalah politik-kebahasaan. Sebagai saran, bahwa Bahasa Indonesia baku bisa menjadi
salah satu unsur dalam menjaga integrasi Bangsa Indonesia, maka harus dilakukan
sosialisasi dan pewarisan yang tiada henti.
Kata kunci: bahasa, integrasi, antropologi-fungsional.
Abstract. The writing attempts to analyze the functions or roles of language during the
integration process of Indonesia. It raises a question on how the process of Indonesian
language is modified and adopted into a language of unity functioning as the glue that
holds the ethnic diversity. The article aims at discovering the process of modification and
adoption of Indonesian language into the language of unity which is adaptable to the era
changes. Theoretical background employed in the analysis is Functional-Anthropology
Theory developed by two British anthropologists, Bronislaw Malinowski and Radcliffe
Brown. The results conclude that Indonesian language possess special characteristics
which are different from other languages because it has its roots in local ethnics. If
Indonesian language is permanently to be a language of unity, it is necessary to conduct
socialization and inheritance. The socialization of Standard Indonesian language is
massively and continuously conducted by TVRI or private television stations using
standard language in their programs. The function of Indonesian language as the
language of unity for Indonesian people has created language phenomenon and political
phenomenon, side by side, in this case language politics. As a suggestion, continuous
socialization and inheritance is necessary to be conducted due to the potency of Standard
Indonesian language as one element in preserving the integration of Indonesia.
Key words: language, integration, and functional-anthropology
Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya
Purwanto
STAIN Surakarta
Abstrak: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para
ahli tidak mencapai kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi
yang dikemukakan menunjukkan batasan yang tidak serupa. Mereka juga tidak sepaham
dalam melihat apakah intelegensi merupakan heriditas atau modifikasi. Beberapa
mencoba menghubungkan intelegensi dengan bakat, kreativitas, dan prestasi. Para ahli
juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat dalam intelegensi. Hal
itu tampak dalam teori-teori yang mereka ajukan. Beberapa ahli yang mengajukan
teorinya mengenai intelegensi, di antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg,
Thurstone, Guilford, dan Gardner. Intelegensi diukur menggunakan tes intelegensi dan
38
diskala menggunakan ukuran yang dikenal dengan IQ. Skor IQ diinterpretasikan dengan
membandingkan IQ seseorang dengan kelompok sebaya atau kelompok norma.
Kata kunci: kemampuan, potensial, teori intelegensi, IQ, dan kelompok sebaya.
Abstract. Intelligence is a common and potential capability. Theorist have not agreed in
its concept yet. Their definitions are not identical. They also do not agree with factors
which contribute to intelligence. They try to correlate intelligence with talent, creativity
and achievement. Their theories contain different elements. Some theorist are Lewis
Terman, Charles Spearman, Sternberg, Louis Thurstone, James P Guilford and Howard
Gardner. Intelligence is measured by a test and scaled in IQ. IQ score is interpreted by
comparing one’s IQ with his peer or norm group.
Key words: capability, potential, intelligence theory, IQ, and peer group.
39
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 5, September 2010
Keefektifan SMP Negeri Standar Nasional di Kota Semarang
(Pengaruh Kesehatan Sekolah, Sumber Daya Manusia, Saranaprasarana, Peranserta Masyarakat Terhadap Prestasi Akademik)
Kasmadi Imam Supardi
FMIPA Universitas Negeri Semarang
Abstrak: Tujuan penelitian ialah untuk menentukan besaran pengaruh kesehatan
sekolah, sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan peran serta masyarakat terhadap
prestasi akademik SMP Negeri Standar Nasional. Anggota populasi sekaligus sampel
penelitian adalah lima belas SMP Negeri Standar Nasional di kota Semarang. Keefektifan
sekolah diungkap dari persepsi guru SMP Negeri Standar Nasional di Kota Semarang
dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan teknik confirmatory factor analysis
second order dari program statistik LISREL linear structure relationship. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh sumber daya manusia, sarana-prasarana, peran serta
masyarakat, dan kesehatan sekolah secara bersama-sama terhadap prestasi akademik
sebesar 93,70%. Prestasi akademik rata-rata nilai ujian nasional siswa SMP Negeri
Standar Nasional dalam kategori baik, termasuk mata pelajaran Matematika dan IPA.
Kata kunci: keefektifan sekolah, sekolah standar nasional (SSN), kesehatan
sekolah,
sarana-prasarana prestasi akademik, dan peran serta masyarakat
Abstract: The goal of the research is to determine value of influence of perception health
school, education staff, media of learning, and publics services to academic prestation of
students. The members of population and sample are fiveteen the National Standar of
SMP in Semarang city. Effectiveness school be shown
by
perception respondent of
teachers in Semarang city with quesionare. The data analysis use confirmatory factor
analysis second order from statistics programe LISREL linear structure relationship. The
result of reseach is like below. The total influence of education staff, media of learning,
and publics services, and health of school to academic prestation of students is 93,70%.
The academic prestation of national test for student of SMP Negeri Standar Nasional is
good, included the lesson of Mathematics and Sciences.
Key words: effectiveness
school, national standard school, education staff, media of
learning, publics services, health of school and academic prestation
40
Evaluasi Kinerja Wirausahawan Etnik China Lulusan
SMK di Kota Singkawang Kalimantan Barat
Ahmadi
STKIP PGRI Pontianak
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam dan komprehensif tentang kinerja kewirausahaan dari etnik China lulusan SMK
di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Evaluasi kinerja dilakukan melalui pengukuran
karakteristik kewirausahaan dari para lulusan yang diambil secara purposif dengan
menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang dipersiapkan khusus
untuk penelitian ini. Dengan menggunakan analisis data model interaksi dari Miles dan
Hubermans melalui kegiatan reduksi data, penyajian dan verifikasi dan penarikan
simpulan maka diperoleh hasil evaluasi kinerja yang terandalkan. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
kewirausahaan
mereka
dibentuk
melalui
kurikulum
sekolah,
pembentukan kebiasaan, Agama Khonghucu dan kultur, sejarah dan tekanan hidup yang
dialami oleh etnik China Hakka di Singkawang. Setiap keluarga etnik China memiliki
usaha, usaha tersebut dipimpin oleh ayah. Ayah sebagai kepala keluarga, memimpin
pemujaan kepada roh leluhur sekaligus memimpin bisnis dibantu seluruh anggota
keluarga tanpa kecuali anak-anaknya yang masih kanak-kanak. Kinerja Kewirausahaan
merupakan sinergi dari kehidupan keluarga, kurikulum sekolah, kultur China dan
kehidupan dengan orang lain di masyarakat.
Kata kunci: entrepreneurship, China Hakka, Khonghucu, dan evaluasi kinerja
Abstract: This study aims at obtaining in-depth and comprehensive understanding of the
entrepreneurship performance of Chinese ethnic Vocational Secondary School graduates
in Singkawang of West Kalimantan. Evaluation on performance was carried out by
measuring
entrepreneurship
characteristics
of
the
graduates
who
were
selected
purposively as subjects of the study. A qualitative approach was implemented through Indepth interviews and specially designed participant observation guide were used to collect
data. The obtained data was the analyzed by means of Miles and Hubermans Interaction
Analysis Model for which data reduction, presentation and verification were conducted.
The findings indicate that entrepreneurship performance of the subjects was shaped by
the school curriculum, habit formation, the Khonghucu religion, as well as culture, history
and living pressure experienced by the Hakka Chinese ethnic group in Singkawang. It is
obvious that every Chinese family owns a business, which is led by the father as head of
family, leader in worshipping their ancestor spirits, as well as the leader in operating their
business with support of the whole family members except the young children.
Entrepreneurship performance becomes a synergy of family life, school curriculum,
Chinese culture, and social interaction with other people in the society.
Key words: entrepreneurship, China Hakka, Khonghucu, performance evaluation.
41
Penerapan Six Sigma untuk Penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional
SMU di Lima Wilayah DKI Jakarta
Prayekti, FKIP-UT, e-mail:prayekti@mail.ut.ac.id
Hanafi, FKIP-UT, e-mail:hanafi@mail.ut.ac.id
Abstrak : Tujuan penulisan artikel ini dimaksudkan untuk membahas hasil penelitian
tentang penerapan Six Sigma pada ujian nasional SMU di Jakarta. Penelitian ini
dilaksanakan
pada
ujian
nasional
tahun
ajaran
2007/2008
di
Jakarta
dengan
menggunakan metode kuesioner survei di lima wilayah Jakarta. Kuesioner disebarkan
kepada peserta didik, guru dan pengawas ujian nasional. Sekolah yang menjadi sampel
masing-masing wilayah lima sekolah negeri dan swasta. Data dianalisis dengan
berpedoman pada Six Sigma yang memiliki empat kegiatan,yaitu perencanaan kualitas
(quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality
assurance)
dan
peningkatan
kualitas
(quality
improvement).
Hasil
penelitian
menunjukkkan bahwa semua sekolah pada umumnya telah mempersiapkan diri sebelum
menghadapi ujian nasional. Setiap sekolah telah membuat program khusus untuk peserta
didik yang akan mengikuti ujian nasional. Program tersebut antara lain: memberikan
tambahan materi pelajaran di luar jam pelajaran dan tambahan belajar pada hari Sabtu
dan Minggu. Untuk pengendalian kualitas setiap sekolah membentuk panitia khusus yang
diketuai kepala sekolah. Ujian nasional menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah, sehingga
kualitas pembinaan kepada peserta didik menjadi prioritas.
Kata kunci: ujian nasional, quality planning, quality control, quality assurance, quality
improvement.
Abstract : This paper discusses the results of research on the application of Six Sigma at
the junior national exam in Jakarta. This research was conducted on the implementation
of the national exam in academic year 2007/2008 Jakarta using survey questionnaire
methods in five areas of Jakarta. Questionnaires distributed to students, teachers and
supervisors of national examinations. Data were analyzed based on Six Sigma, which has
four areas which include quality planning, quality control, quality assurance and quality
improvement. result that all schools have generally been preparing themselves before the
national exams. Each school has a special program for students to national exam. The
program, among others, provide additional educational materials outside lesson time, and
extra studying on Saturday and Sunday. To control the quality of each school formed a
special committee chaired by the principal. Because the national exam and the estuary is
an important activity of all school activities that have been fostering student for six
semesters. National exam to measure the success of the school so that the quality
coaching to the students to become primary. If you need to be improved in order to be
better. From the students, all students are required to follow all the final semester of the
program established by
school. Therefore, all students are ready for facing a national
exam. Graduation rate of students on national exams students did not disappoint,
generally in accordance with the expectations of students, parents, teachers and schools.
Key words: National Exams, Six Sigma, quality planning, quality control, quality
assurance, quality
42
Prinsip-Prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan
Dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan
Subijanto
Bagian Perencanaan Sekretariat Balitbang Kemendiknas
Abstrak:
Desentralisasi
pendidikan
yang
efektif
tidak
hanya
melibatkan
proses
pemberian kewenangan dan pendanaan yang lebih besar dari Pemerintah Pusat ke
pemerintah daerah, tetapi desentralisasi harus menyentuh pemberian kewenangan yang
lebih besar ke sekolah dalam menentukan berbagai kebijakan, seperti organisasi dan
proses belajar-mengajar, manajemen guru, struktur dan perencanaan di tingkat sekolah,
dan sumber pendanaan sekolah. Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas
mendukung dengan memberikan kewenangan otonomi pendidikan langsung kepada
setiap satuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah. Mutu dan relevansi
pendidikan ada pada setiap proses pentahapan pada satuan pendidikan. Komitmen
Pemerintah untuk berinvestasi pada pendidikan sebagai solusi masa depan bangsa harus
segera diwujudkan melalui pengalokasian 20% APBN untuk pendidikan di luar anggaran
pendidikan kedinasan dan gaji guru. Untuk memperkuat dukungan pengembangan
pendidikan, diperlukan kemitraan yang erat antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu. Untuk meningkatkan
daya saing bangsa, pendidikan unggulan bertaraf internasional perlu dikembangkan,
dimonitor, dan dievaluasi secara bertahap dan berkesinambungan di setiap daerah
dengan menekankan relevansi dengan kebutuhan, ciri khas daerah/keunggulan lokal.
Kata kunci: desentralisasi pendidikan, mutu dan relevansi pendidikan
Abstrack: The effectiveness of decentralization is not only giving involving authority
process and budget from central government to local government but also giving
authority as a whole to the school through holistic authority in defining policy of
education, such as: teaching-learning process organization, management of teacher,
structur and school planning, and school budget resources. The Act number 20 of the year
2003 about National Education System was support the authority education budget
directly to every school through school based management. The quality and relevance of
education in each stage of education had been stated. Therefore, the Government was
commited to invest for education as a solution of nation in the future that is through 20 %
Fiscal National Budget for education could be operationalized excluded government
education dan salary of teacher. For empowering support development of education the
government shoud be collaboration with local government, society, and private company
in conducting the quality of education. To increase the nation of competitiveness, the
quality of education which is equal to the international standard need to be developed, to
be monitor, and to be evaluate stages by stages and continuously in every region with
more emphasises on relevancy based on demand, the characteristic of local region and
prominence to local content based education.
Key words: educational decentralization, quality and relevancy of education
43
Implikasi Unggulan Perguruan Tinggi
Pada Aktivitas Ekonomi Daerah
Syaiful Anwar. AB
Universitas Bengkulu
Abstrak: Tujuan penelitian ini mengetahui isi, implementasi dan kinerja kebijakan
Universitas Bengkulu dalam peningkatan
kualitas, relevansi dan dayasaing serta
implikasinya pada kegiatan ekonomi daerah. Data penelitian adalah kebijakan Universitas
Bengkulu sejak 2006 sampai 2008. Indikasi temuan: 1) ada konsistensi antara kebijakan
nasional dan kebijakan Universitas Bengkulu dalam hal dayasaing, desentralisasi, otonomi
dan kesehatan organisasi dan 2) peningkatan kualitas, relevansi dan unggulan Universitas
Bengkulu, dapat mendorong aktivitas ekonomi daerah, dunia usaha dan dunia kerja.
Selanjutnya,
perguruan tinggi dapat mencapai kualitas, relevansi dan unggul dengan
menerapkan sistim manajemen terpadu, berinovasi serta tanggap terhadap
isu-isu
berkelanjutan
Kata kunci: unggulan dan ekonomi daerah
Abstract: The objective of this research
is to study the content, implementation, and
policy performance of quality, relevance and core competitiveness of Bengkulu University.
The data of this research is policies of Bengkulu University since 2006 up to 2008. The
findings indicate: 1)
consistency between
the National policies and the policies of
Bengkulu University in regard to competitiveness, decentralization, outonomy, and health
of the organization and 2) improved quality, relevance and core competitiveness of
Bengkulu University in driving regional economic activities, enterprise and working
athmosphere; Therefore, in a higher education that wishing to reach quality, relevancy,
core competitiveness should apply total quality management system and has innovation,
and care for the current issues continously.
Key words: core competitiveness and regional economics
Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke
Srengseng Sawah
Rakhmat Hidayat
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Abtsrak: Penelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan
dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan
perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami
transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet
tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah
merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri
dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya
44
Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai
dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu,
masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi.
Faktor lainnya
karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata
budaya (cultural tourism).
Kata Kunci: Komunitas Betawi, Kebudayaan, Perubahan Sosial, Urbanisasi.
Abtsract: This study
will explain the social changes as a
resulted of moved Betawi
Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly
reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in
Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng
Sawah is the area that still maintained its environment,
a cool environment, beautiful
and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture
because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the
persistence of the homes still using typical stage Betawi. Also, still survive Betawi’s food
and many accessories of Betawi. Other factors because Srengseng Sawah is considered to
have potential to develop cultural tourism.
Keywords: Betawi Culture, Culture, Social Change, Urbanization
Nihilisasi Peran Negara: Potret Perkawinan Samin Nirkonflik
Moh. Rosyid
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, email: rosyidm@yahoo.co.id
Abstrak: Komunitas Samin dalam perkawinannya tidak menyertakan peran negara
(KUA/Kantor Catatan Sipil) karena ngugemi ajaran leluhurnya (beragama Adam). Tujuan
penulisan artikel ini untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi nihilisasi peran
negara dalam perkawinan Samin Kudus dan tidak terjadi konflik karena komunitas Samin
dijadikan tauladan dalam berinteraksi sosial (dengan warga Samin dan nonsamin),
didukung permisifnya interaksi antaranggota masyarakat (warga Kota Kudus) di bidang
praktik agama masing-masing. Keberadaan Samin oleh sebagian warga Kudus dianggap
punah dan masyarakat Samin pun tidak ingin mengeksplor keberadaan agamanya.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif
dengan
teknik
etnografi
meliputi
wawancara, pencatatan, pengamatan terlibat, dan analisis antarkomponen, dan diperkuat
teori grounded dan fenomenologi. Untuk memperkuat data, mengedepankan aspek
kredibilitas, transferbalitas, auditabilitas dan dependabilitas (reliabilitas), konfirmabilitas,
dan multiangulasi. Teknik perolehan data mengutamakan observasi partisipan sejak tahun
2007 hingga 2009. Adapun tahapan perkawinan model Samin meliputi, nyumuk,
ngendek, nyuwito, diseksekno, dan tingkep.
Kata kunci: perkawinan, nihilisasi, dan komunitas
Abstract: The Samin Kudus community on them practical marriage is not include of state
action (KUA/ CAPIL), because ngugemi set an example for them great-grandfather
doctrines (beragama Adam). This article wrote to investigate factors background on the
nothingness of state action at Samin Kudus community marriage. The snapshot of their
marriage is dis-conflict because they provide good a model on social interaction (Samin
45
dan non-Samin) include permissive interaction between each other at one community
(warga Kota Kudus) especially on religious practice. Many people (warga Kudus)
assumption that’s Samin Community was extinct and they self commitment to closed
exploration of their identity. This research utilize qualitative method by ethnography
exploration include interview, block note, participation observation, analysis of each
component with empowering the grounded theory and phenomenology. To support the
data, this research proposes credibility, transferability, audit ability, reliability, confirm
ability, and multiangle. This research forward participation observation to collect data
between 2007 -2009. The period marriage of Samin model contain; nyumuk, ngendek,
nyuwito, diseksekno, and tingkep.
Key words: marriage, nothingness, and community
Konstruksi Nilai-Nilai Perempuan Metropolis Indonesia dalam
Majalah Femina
Dian Swandayani dan Nuning Catur Sri Wilujeng
Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FBS, UNY
e-mail: dianswandayani@yahoo.com dan nuningcatursw@yahoo.com
Abstrak: Subjek penelitian ini adalah rubrik “Waktu Senggang” majalah Femina tahun
2007. Tujuan penelitian ini mengungkapkan secara keseluruhan jenis-jenis film, musik,
buku bacaan yang membentuk nilai-nilai citra perempuan metropolis dan kontruksi sosial.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik baca-catat yang dikategorisasi, diinterpretasi
dan dianalis secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) film-film
yang terdapat dalam rubrik “Waktu Senggang” dalam majalah Femina edisi tahun 2007
kebanyakan berupa film-film drama Hollywood; 2) jenis-jenis musik yang terdapat dalam
rubrik ini adalah musik-musik pop penyanyi laki-laki; 3) jenis-jenis buku bacaan yang
terdapat dalam rubrik ini berupa novel atau memoar/biografi dengan perempuan sebagai
tokoh utamanya dan problematika­nya. Pilihan-pilihan terhadap jenis tontonan, album
musik, dan buku bacaan tersebut merupakan cerminan dari masyarakat kelompok wanita
metropolis dengan metropolis Amerika Serikat sebagai trend-setter. Pilihan tersebut tidak
hanya sebagai citra diri majalah Femina tetapi sekaligus juga membentuk atau menjadi
formasi sosial dalam membentuk cita rasa atau citra pembacanya sebagai wanita
metropolis, bukan wanita kampungan yang tidak berpendidikan.
Kata kunci: citra perempuan, metropolis, majalah Femina, dan kajian budaya
Abstract: The subject of this research is rubric of “Waktu Senggang” or Leisure Time in
Femina magazine in 2007. The objectives of the research are revealing all kinds of films,
music, books which bend the values of metropolis women’s images and social constructs.
Data collecting is conducted through intensive lecture, reading documentation, then
categorizing the data. The data, then, analyzed in qualitative-descriptive method. The
result of the research shows that: 1) the films issued and reviewed in the rubric of
“Waktu Senggang” in Femina magazine in 2007 are dominated by Hollywood movies; 2)
the music genre in the same rubric are mostly pop music with male leading vocal; 3) the
books that dominate the rubric are novel or memoir/ biography, which women as the
principle character and their problems. The choice on the genre of show, music album,
46
and the reader books reflects an especial female society, which is the metropolis women
whom the trend setter is American metropolis women. The choice is not only to determine
the self-image of Femina as a female magazine but also to construct a social form that
create the taste or the image of the readers as to be the metropolis women, who are
different from uneducated country women.
Key words: women image, metropolis, Femina magazine, and cultural studies.
Penelusuran Ideologi Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta: Sebuah
Analisis Tematis dan Estetis
Rohim
Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional
Abstrak: Seorang sastrawan dapat mengekspresikan semestanya dalam sebuah karya
sastra. Semua
yang ia tuangkan dalam teks sastra merupakan gagasan-gagasan yang
ingin ia katakan kepada pembacanya. Kumpulan gagasan tersebut bisa dikatakan sebagai
ideologi, setidaknya ideologi pengarang. Hadirnya ideologi bertujuan untuk menawarkan
perubahan, memperbaiki tatanan yang sudah ada, atau bahkan merubah total kebiasaan
yang sudah menahun. Ideologi yang dituangkan dalam karya sastra mempunyai ‘tangan’
yang dapat mengubah proses kehidupan melalui ungkapan dan gagasan pengarang. Hal
demikian salah satunya dapat terlihat dari gagasan-gagasan yang terkandung dalam
novel Ayat-Ayat Cinta, memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang bagaimana
ajaran Islam yang kaffah jika bersinggungan dengan realitas sosial yang kompleks. Selain
gagasan dari novel tersebut, tulisan ini juga mengungkap nilai-nilai estetisnya.
Kata Kunci: sastra, ideologi, tematis, dan estetis
Abstract: A writer can express his universe of mind in a literary work. Everything he
pours out in literary text are the ideas he would like to share to the readers. Such
collection of ideas can be seen as an ideology, at least the ideology of the writer. The
presence of ideology is aimed to offer changes, improve the exixtent system, or even
extremely change a culture. An ideology which is expressed in a literary work has
“hands”, which can change the life process through the writer’s ideas and expressions.
This can be seen in the ideas implied in the novel “ Ayat-ayat cinta”/ The Verses of love,
which give a real picture of how a “thorough” islamic teaching gets conflicted with a
complex social realities. In addition to the ideas implied, this essay will also disclose the
esthetic side of the novels.
Key words: literary, ideology, thematic, and esthetic.
Televisi Pembangunan Pedesaan
Oos M. Anwas
Pustekkom Kemdiknas, e-mail: anwasipb@yahoo.co.id,
Abstrak: Tulisan ini merupakan kajian dalam menindaklanjuti saran dari hasil penelitian
penulis (2009), tentang perlunya mewujudkan Televisi Pembangunan Pedesaan guna
47
memenuhi kebutuhan informasi yang terus berkembang bagi peningkatan kualitas SDM
masyarakat pedesaan. Melalui hasil kajian literatur dan bahasan diketahui bahwa media
televisi merupakan media massa yang paling digemari masyarakat dan setiap tahun
cenderung meningkat. Media yang menyajikan pesan audio visual ini juga mampu
mempengaruhi perilaku dan kehidupan masyarakat. Untuk merealisasikan Siaran Televisi
Pembangunan Perdesaan tidak perlu membangun setasiun televisi baru, akan tetapi
mengoptimalkan TVRI sebagai setasiun televisi publik, baik menggunakan teknologi
analog apalagi teknologi digital yang bisa mengatasi keterbatasan frekuensi. Siaran ini
mengudara secara nasional selama 24 jam, melalui satu channel khusus dengan pola
siaran 8 jam per hari, yang kemudian diulang pada sore dan malam harinya, sehingga
masyarakat desa dapat mengikuti sesuai kesempatan yang dimilikinya. Substansi acara
dikembangkan mengacu pada prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat desa.
Kata kunci: televisi pembangunan pedesaan, komunikasi pembangunan, dan masyarakat
pedesaan
Abstract: This paper is a study in the follow advice from the research writer (2009),
about the need to realize the Television Rural Development in order to meet the growing
information needs for improving the quality of rural communities. Through literature
review and discussion of results is known that the medium of television is the most
popular mass media and society tend to increase every year. Media that presents a visual
audio message is also able to influence the behavior and community life. Realizing Rural
Development TV broadcasts does not always mean to build a new television station, but it
can be made happen by optimizing the public television station TVRI especially with its
digital technology that could overcome the frequency limitations. This broadcast aired
nationally for 24 hours, via a special channel with an eight-hour-a-day broadcast pattern,
which is then repeated in the afternoon and evening, so the villagers can follow the show
within their appropriate opportunity.
Key words: television rural development, development communication, and rural
communities
48
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 6, November 2010
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam IPA Terpadu
Menggunakan Penilaian Portofolio Melalui Lesson Study di SMP
Sekolah Alam dan Sains Aljannah Jakarta
Nurbaity, Sondang, dan Wahyu Rochadi Utami
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Jakarta, e-mail:nurbaity47@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas VIII SMP Sekolah Alam dan Sains Aljannah pada pembelajaran kimia
menggunakan penilaian portofolio melalui implementasi lesson study. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penilaian portofolio
dilakukan dalam empat kali proses pembelajaran pada materi pokok Zat aditif
makanan, dan zat aditif dan Psikotropika, dengan aktivitas siswa yang beragam
dan bentuk portofolio juga bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran kimia dalam IPA terpadu
dengan menggunakan portofolio melalui implementasi lesson study.
Kata Kunci: lesson study, aktivitas belajar siswa, dan portofolio
Abstract: This research aimed is to enhance students’ study activities of VIII
grade at SMP Sekolah Alam and Sains Aljannah on Chemistry Lesson under
integrated Sains. The Chemistry Lesson is performed using portofolio assessment
through Lesson Study implementation. The research methode is qualitative
description. The portofolio assessment is done four times of lesson process on
food preservative, addictive and psychotropic topic. The portofolio assessment
consists of various students’ study activities and portofolio forms. The result
indicates that there is increase of students’ study activities on Chemistry Lesson
under integrated science using portofolio assessment through Lesson Study
implementation.
Key words: lesson study, students study activities, and portofolio
Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik
Bangunan di Medan
Zulkifli Matondang
Email: zulkiflimato@yahoo.com
Abstrak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kompetensi profesional guru SMK bidang
keahliah
teknik
bangunan.
Sebelum
pengukuran
49
kompetensi
profesional
guru,
dikembangkan tes yang standar. Proses pengembangan tes dilakukan dengan dua fase
yaitu melalui expert jugment oleh ahli dan ujicoba empiris. Pertama, dilibatkan 20 orang
ahli yang terdiri dari: doktor evalusi, dosen teknik bangunan, dan guru. Kedua, ujicoba
dilakukan pada 276 orang guru bidang keahliah teknik bangunan di Medan. Validitas
konstruk tes dihitung dengan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
yang dibentuk oleh kompetensi profesional cukup baik. Setiap indikator memiliki loading
faktor diatas 0.30. Dengan metode rotasi varimax diperoleh 10 faktor yang membentuk
kompetensi profesinal guru SMK. Reliabiulitas tes dihitung dengan rumus KR-20, dan
diperoleh koefisien reabilitas sebesar 0,858. Hasil perhitungan menyimpulkan bahwa tes
yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kompetensi profesional guru SMK.
Hasil pengukuran diperoleh kompetensi profesional guru SMK bidang keahliah teknik
bangunan di Medan masuk pada kategori perlu perbaikan, sehingga perlu meningkatkan
pengetahuan guru di bidangnya.
Kata kunci : kompetensi profesional, pengembangan tes, dan guru SMK.
Abstract. This study aimed to know of teacher’s profesional competence at SMK
(vocational scholl)
in the field of building construction. Before to measure of teacher’s
profesional competence, developing a standard instrument. The study was conducted in
two phases: a rational try-out through experts’ assessment, followed by an empirical tryout. The first phase incorporated 20 experts; i.e. university lecturers of building
construction. In the second phase, a competence test was administered to 276 teachers
in Medan. Construct validity was examined by a factor analysis technique. The results
indicated that the indicators fitted the construct; each indicator had a factor loading
higher than 0.30. Varimax rotation resulted in a decrease in the factors of competence
test, compared to the previously theorized, as profesional dimension had 10 factors. The
reliability of the instrument was evaluated by KR-20 formula, and the coefficient 0.858.
Therefore, it can be concluded that the instrument can be used to measure the
competence of building construction teachers of SMK. The result study was teacher’s
profesional competence at SMK in Medan repair to improved, therefore requar to add of
teacher’s knowladge in their field.
Key words : profesional competence, developing test, and SMK teacher.
Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
Dalam Proses Pembelajaran Kimia Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa
Nurchaili
Guru Kimia Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar
e-mail: nurchaily@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
penggunaan media pembelajaran berbasis TI dalam proses pembelajaran kimia terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksplanasi
eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 184 siswa yang dikelompokkan ke dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan pola kelompok paralel yang
ekuivalen. Instrumen yang digunakan adalah tes. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa
50
nilai rata-rata hasil belajar kimia berbasis TI sebesar 89,06 dengan standar deviasi 4,748,
sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kimia secara konvensional 62,05 dengan standar
deviasi 13,133. Rata-rata kedua kelompok ini diuji secara statistik menggunakan statistik
t tes pada signifikansi (α= 5%) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaaan. Dari hasil
uji diperoleh nilai t hitung (18,552) lebih besar dari t tabel (1,986) dengan signifikansi
0,000 maka dapat disimpulkan kedua rata-rata hasil belajar berbeda signifikan (nyata).
Dengan demikian berarti bahwa media pembelajaran berbasis TI dapat digunakan dalam
proses pembelajaran, khususnya kimia, guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: media pembelajaran, TI, dan pembelajaran kimia dan hasil belajar.
Abstract: The purpose of this study is to determine whether there is any effect of the
using learning media based IT in the chemicals learning processs to the improvement of
student learning outcomes. This study used quantitative explanation of experiment. The
total samples of this research are 184 students which are grouped into experimental
groups and control groups based on the pattern of the equivalent parallel groups. The
instrument used is a matter of testing. The results were obtained an average rating of
information technology-based chemistry learning outcomes of 89.06 with a standard
deviation of 4.748, while the average value of learning outcomes in the conventional
chemical is 62.05 with a standard deviation of 13.133. Both of the two groups average
value was statistically tested using t statistics test on the significance test (α = 5%) to
determine whether there is a difference. From the test results obtained t value (18.552) is
bigger than t table (1.986) with significance 0.000. So, it can be concluded both average
learning outcomes differ significantly. It can be concluded that learning media based
information technology (IT) can be used in the learning process, particularly chemicals, in
order to improve student learning outcomes.
Key words: learning media, information technology, chemistry learning and learning
outcomes.
Pengaruh Sosial Budaya, Kelompok Rujukan dan Komunikasi
Pemasaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih
Program Studi di Perguruan Tinggi
Ibrahim Hafid
Dosen Kopertis Wilayah IX Sulawesi
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh: 1) sosial
budaya terhadap faktor pribadi, motivasi dan pengambilan keputusan mahasiswa dalam
memilih program studi di perguruan tinggi; 2) kelompok rujukan terhadap motivasi,
faktor pribadi dan pengambilan keputusan; 3) komunikasi pemasaran dalam pengambilan
keputusan; 4) faktor pribadi, terhadap motivasi dan pengambilan keputusan; 5) motivasi,
pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jumlah sampel 262 responden,
dianalisis dengan menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM), serta
penentuan sampel berdasarkan metode multiple satege sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) lingkungan sosial budaya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap faktor pribadi,motivasi dan pengambilan keputusan dalam memilih program
51
studi;
2)
kelompok
rujukan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
faktor
pribadi,motivasi, dan pengambilan keputusan; 3) komunikasi pemasaran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan; 4) faktor pribadi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi, namun tidak-signifikan terhadap pengambilan
keputusan; 5) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan
keputusan mahasiswa dalam memilih program studi di perguruan tinggi.
Kata kunci: sosial budaya, kelompok rujukan, komunikasi pemasaran, faktor pribadi,
motivasi dan pengambilan keputusan
Abstract: The aims of this research are: 1) to analyze the effect of social and culture to
personal factor, the motivation and decision making; 2) to analyze the effect of reference
group to motivation, personal factor and decision making; 3) to analyze the effect of
marketing communication to decision making; 4) to analyze the effect of personal factor
to motivation and
decision making; and 5) to analyze the effect of motivation to
students’ decision making in choosing field of studies at higher education. This research
using the survey method with the amount of sample 262 respondents, it is analyzed using
Structural Equation Modeling (SEM) and the determination of sample pursuant to Multiple
Stage Sampling method. This research shows that: 1) Social and cultural environment
give positive and significant effect to personal factor, motivation and decision making but
insignificant to perception and attitude formation; 2) Reference group gives positive and
significant effect to personal factor, motivation and decision making; 3) Marketing
communication gives positive and significant effect in decision making; 4) Personal factor
gives positive and significant effect to motivation, but insignificant to decision making;
and 5) The motivation gives positive and significant effect to decision making of students
in choosing field of studies in higher education.
Key words: social culture, reference group, marketing communication, personal factor,
motivation and decision making.
Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Tipografi
Abd. Aziz Ahmad
Dosen Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain UNM Makassar
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan multimedia interaktif untuk
pembelajaran
Tipografi
dalam
mata
kuliah
Disain
Komunikasi
Visual
dan
untuk
menemukan keefektifan multimedia yang telah dikembangkan. Penelitian ini dilakukan
terhadap mahasiswa Semester II Tahun Akademik 2005/2006 dan 2006/2007 pada
Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar, dengan responden sebanyak 68 orang. Hasil penilaian
menunjukkan bahwa multimedia interaktif dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan analisis uji-t, menunjukkan bahwa program multimedia efektif digunakan
sebagai media pembelajaran.
Kata kunci: multimedia interaktif, seni lukis, tipografi, kaligrafi, dan efektif.
Abstract: The aim of this research is to develop interactive multimedia for Typography
learning in the Visual Communication Design subject and to find out the effectiveness of
multimedia that has been developed. The study was conducted at The Department of Art
Education, Faculty of Languages and Arts, State University of Makassar in the second
52
semester of 2005/2006 and 2006/2007 Academic Year. The result of this research: 1) this
multimedia is applicable for classroom instruction; and based on the t-test analysis of the
student achievement shows that the multimedia program is effective for students
learning.
Key words: multimedia, painting, tipography, calligraphy, and effective.
“Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan
Kurikulum Sekolah di Indonesia
Hermana Somantrie
Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas
Email: hsomantr@hotmail.com/hsomantr@puskur.net
Abstrak: Konsep kompetensi telah digunakan dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada
awal abad ke-21. Kompetensi mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Integrasi
kompetensi melalui kurikulum telah memberikan perspektif baru dalam pendidikan di
Indonesia. Kurikulum semacam ini dinamakan dengan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Secara tradisional, kurikulum di Indonesia diberikan label sesuai dengan
tahun pemberlakuannya, seperti Kurikulum 1975 diberlakukan tahun 1975, begitu pula
Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004.
Kata kunci: kompetensi; pengetahuan, sikap, keterampilan; dan kurikulum berbasis
kompetensi.
Abstract: The concept of “competency” has been applied in school’s curriculum in
Indonesia in the early of twenty-first century. Competency includes knowledge, attitude,
and skills. The integration of competency through curriculum has given a new perspective
in education world of Indonesia. Such curriculum is labelled specifically as “CompetencyBased Curriculum” or (in Bahasa Indonesia) is “Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Traditionally, curriculum has always been labelled by the year of its promulgation. For
example, the 1975 Curriculum was promulgated in 1975. This kind of curriculum labelling
was also applied to the 1984 Curriculum and the 1994 Curriculum.
Key words: competency, knowledge, attitude, skills, and competencies based curriculum
Analisis Profil Pendidikan Tinggi Menurut Pilar Kebijakan:
Kasus Provinsi Bali Tahun 2008/2009
Ida Kintamani Dewi Hermawan
Peneliti pada Pusat Statistik Pendidikan, e-mail: idakintamani@yahoo.com
Abstrak: Tujuan analisis profil pendidikan tinggi di Provinsi Bali yaitu untuk memahami
kondisi pendidikan tinggi di provinsi tersebut didasarkan pada dua pilar kebijakan
pendidikan seperti tertuang dalam Rencana Strategi 2005-2009 dan kinerja program
pendidikan tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan tinggi di Provinsi Bali
menggunakan standar ideal masih belum merata dengan nilai capaian sebesar 54,59%,
masih belum bermutu dengan nilai capaian sebesar 43,92%, dan kinerja pendidikan tinggi
53
masih rendah dengan nilai capaian sebesar 49,25%. Bila dibandingkan dengan standar
nasional maka pemerataan pendidikan tinggi sebesar 80,51%, mutu pendidikan tinggi
sebesar 100,11% lebih besar daripada nasional, dan kinerja pendidikan tinggi telah
mencapai 88,21%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bila pendidikan tinggi di
provinsi Bali diarahkan ke standar ideal maka masih jauh dari harapan namun bila
diarahkan ke standar nasional sudah cukup baik. Dengan kondisi seperti ini, disarankan
agar pemerintah melakukan prioritas dalam pembangunan pendidikan tinggi di Provinsi
Bali, yaitu mutu pendidikan harus dibenahi terlebih dahulu kemudian pemerataan
pendidikan.
Kata kunci: analisis, profil pendidikan, pendidikan tinggi, pemerataan pendidikan, mutu
pendidikan, dan kinerja program.
Abstract: The aim of analysis of Higher Education Profile in Bali province is to understand
the condition of higher education in Bali province with assessed by two milestones of
educational policy as enclosed in Strategic Planning 2005-2009 and performance of higher
education program. The result of analysis based on ideal standard shows that higher
education in Bali province is not yet equity with value of 54,59%, not yet qualify with
value of 43,92% and is still low performance of higher education with value of 49,25%. If
it it compared to national standard, equity in higher education is 80,51% and quality is
100,11% bigger than national standard and higher education performance is 88,21%. The
conclusion is higher education in Bali province evaluated using ideal standard is far away
from hope but using national standard is very good. With this condition, it is suggested
that government should give the priority to build higher education in Bali province, that is
quality should be solved first then the equity of education.
Key words: analysis, education profile, higher education, equity of education, quality of
education, and program performance
Kualitas Pendidikan dan Partisipasi Pekerja Indonesia Dalam
Industri
Subijanto
Bagian Perencanaan Sekretariat Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Permasalahan perburuan/ketenagakerjaan di Indonesia belum mendapatkan
perhatian dari Pemerintah, antara lain dalam hal pendidikan, pemberian jaminan
kebebasan berserikat dalam menyatakan pendapat, kebijakan pengupahan, dan jaminan
sosial pekerja yang kurang sesuai dengan kelayakan kebutuhan hidup minimal (KHM).
Rendahnya tingkat pendidikan bangsa Indonesia tercermin antara lain dari Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) tahun 2008 di mana Indonesia
berada pada peringkat ke 109 dari 179 negara (nilai 0,726), peringkat tersebut terendah
di Asia Tenggara. Di samping itu, sekitar 63, 35 % struktur tenaga kerja Indonesia
berpendidikan SD. Upaya mendorong pekerja melakukan hubungan industrial dapat
dilakukan melalui organisaasi serikat pekerja (SP). Pengurus SP harus mau dan mampu
memberi motivasi para anggotanya untuk berpartisipasi dalam hubungan industrial sesuai
dengan bidang keahlian, potensi, dan minatnya. Melalui organisasi pembelajaran (learning
organization)
diharapkan
para
pekerja
dapat
54
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilannya, antara lain melalui program kesetaraan paket A, B, dan C yang layak
untuk dilaksanakan oleh perusahaan.
Kata kunci: tingkat pendidikan, serikat pekerja, partisipasi, dan industri
Abstract: The main problem of the employee/worker asociation in Indonesia is the lack of
concern from Indonesian Government, especial in term of the opportunity to have
education, to protect guaranty fredom to have opinion, salary policy which is still under
minimum wage. According to the Human Development Index in 2008 shows that the
Indonesian rank of education is 109 to 179 countries (the value is 0,726), this rank
means that Indonesian education rank is still under South East Asian. It is the fact that
63,35 % the structure of Indonesian labor is graduate from primary level. The effort of
the labor association’s to push the participation of employee to be active in doing
industrialization collaboration based on the competence in specific area, the potential and
interest need. Hopefully, through learning organization every worker is able to improve
their knowledge and skill ability by following equity program A, B, and C packages which
can be done by industry
Key words: workers asociation, participation, and industry.
55
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno
Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM) di Prodik Sejarah FKIP – UNS
Akhmad Arif Musadad
FKIP – UNS, e-mail: arif_mussadad_fkip@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
mahasiswa tentang sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model pemecahan
masalah kreatif dalam pembelajaran di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS.
Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian meliputi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah yang menempuh mata kuliah sejarah
Indonesia kuno, dengan obyek: aktivitas mengajar dosen, kreativitas
dan hasil belajar
mahasiswa. Pendekatan penelitian ini dilaksanakan melalui partisipatif kolaboratif antara
dosen pengampu, dosen pendamping (peneliti), dan mahasiswa. Penelitian dilakukan
dengan
proses
pengkajian
berdaur
yang
meliputi
tahap
perencanaan
tindakan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan dan siklus II sebagai perbaikan. Hasil
penelitian menujukkan bahwa dari satu siklus ke siklus berikutnya kreativitas dan hasil
belajar mahasiswa semakin meningkat. Hal itu tercermin dari peningkatan kedisiplinan
mahasiswa dalam memanfaatkan waktu belajar, kemampuan mencari dan mengumpulkan
sumber, kemampuan mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah, dan
tumbuhnya ide, gagasan dari mahasiswa.
Kata kunci: kreativitas belajar, hasil belajar, sejarah indonesia kuno, dan model
pemecahan masalah kreatif.
Abstract: The objective of research is to improve the creativity and classic Indonesian
history learning achievement through optimizing the creative problem solving model in
teaching-learning process in History Study Program of FKIP UNS. This study was carried
out using classroom action research. The subject of research was the students of History
Study Program attending classing Indonesian history course. Meanwhile the object was
the teaching-learning process activity, including: lecturer’s teaching activity, students’
creativity and learning achievement. This research was carried out using collaborative
participative approach between the in-charge-of lecturer, assisting lecturer (researcher),
and the student so that sharing occurs in each stage of activity. This research was done
using cyclical analysis process encompassing four stages of activity: planning, acting,
observing, and reflection. This research was implemented in two cycles: cycle I as the
implementation of action, and cycle II as improvement. The result of this research shows
that from one cycle to another the student’s creativity and learning achievement
improves. It is reflected from: the improvement of students discipline in utilizing learning
56
time, capability of looking for and collecting the source, capability of identifying,
formulating, and solving the problem, idea generation, students’ idea.
Key words: learning creativity, learning achievement, Indonesian classic history,
and
creativeproblem solving model.
Model Kepemimpinan Transformasinal
Kepala Sekolah SMK Negeri
Sitti Hartinah
Email: shartinah_ups@yahoo.co.id
Abstrak: Model kepemimpinan transformasional kepala sekolah terbentuk dari berbagai
asfek yaitu kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Permasalahannya adalah
apakah model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dikonstruk dari dimensi
kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Tujuan penelitian ini mencari model
kepemimpinan transformasional kepala sekolah di SMKN Tegal. Desain penelitian ini
adalah berpendekatan confirmatory factor analysis. Jumlah sampel 200 dipilih secara
proportional random sampling. Instrumen menggunakan “questionare” dengan reliability.
Desain penelitian dengan paradigma kuantitatif, menjelaskan hubungan kausal variabel
melalui uji hipotesis, dengan pemodelan persamaan structural (SEM).
Hasil analisis
menemukan kesesuaian model konseptual dengan model teruji bahwa kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dipengaruhi secara signifikan oleh; kompetensi kepala
sekolah (24,5%); iklim organisasi sekolah (29,4%); etos kerja (28,1%); Model faktor
kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan etos kerja secara simultan
berkontribusi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar (85,6%).
Implikasinya jika ingin meningkatkan kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah
dan etos kerja maka perlu dikembangkan model kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dalam model yang teruji ini.
Berdasarkan temuan, disarankan agar kepala
sekolah, memiliki keterampilan manajerial, memperbaiki iklim organisasi sekolah dan
peningkatan etos kerja kepala secara maksimal
Kata Kunci: kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, etos kerja dan
kepemimpinan tarnsformasional kepala sekolah
Abstrach: The ground reasons of this study is in what way transformational leadership is
suitable to increase education quality in vocational high school. Meanwhile, the specific
problems are as follows: (1) do principals’ competency variables consisting of personality,
management, entrepreneurship, supervision, and social competency dimensions directly
contribute and significantly influence to the principals transformational leadership?; (2) do
school organizational conditions to directly contribute and significantly influence to the
principals transformational leadership?; (3) do work ethics contribute and significantly
influence to the principals transformasional leadership?; and (4) in what way is principals
transformational leadership model suitable to increase education quality of vocational high
schools’ principals.
This research design was confirmatory factor analysis approach was Structural Equation
Model (SEM). The result of this study shows that school principal competence contributes
(24,5%) and significantly influences to school principal leadership, school organizational
57
conditions (29,4%) and significantly influences to principal transformational leadership,
meanwhile the determinant factors including school principal competence, school
organizational conditions and work ethics contribute (0,856%) and significantly influence.
A suitable principal transformational leadership model to develop vocational high school
quality is through school organizational conditions; work ethics; principal competence
rights.
Based on these findings, a school principal should be guided by the main principle when
he performs his work, in order to have abilities and skills in managing his school
effevtively; a principal should have work-culture to achieve an effective school
organizational conditions; a principal should be able to increase a culture of work ethics
for school members by enhancing their presence to always come at school; has
commitment to develop his school, educational institutions should arrange the planning of
principals training about soft skill entrepreneurship in order they have maximal work
ethics in increasing the education quality at vocational high school.
Keywords: principal’s competency, school organizational condition, hard-earned and
principal transformational leadership.
Pengaruh Ragam Tes Performansi dan Kelompok Penilai
Terhadap Fungsi Informasi Tugas Praktek Siswa SMK
Wakhinuddin S.
Fakultas Teknik-UNP Padang
e-mail : wakhid_nuddin@yahoo.com; Weblog: Wakhinuddin. wordpress
Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tes performansi skala
penilaian pakai pembobotan (SPPP), skala penilaian tanpa pembobotan (SPTP), penilai
internal dan eksternal terhadap fungsi informasi tugas. Penelitian dilakukan pada tujuh
SMK di Sumatera Barat; meliputi sampel 864 subjek dan 46 tugas. Pengambilan sampel
dengan metode random sampel sederhana, penempatan subjek dengan metode random
matriks sampel. Data dikumpulkan dengan tes performansi dan dianalisis dengan metode
Rasch.
Penelitian
menggunakan
Anava
(desain
faktorial
2x2).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Fungsi informasi tugas SPPP lebih tinggi daripada fungsi
informasi tugas SPTP; 2) Fungsi informasi tugas dinilai penilai eksternal lebih tinggi
daripada fungsi informasi tugas dinilai penilai internal; 3) Faktor interaksi antara ragam
tes performansi dan kelompok penilai mempengaruhi fungsi informasi tugas.
Kata kunci: tes performansi, fungsi informasi, skala penilaian pakai pembobotan, skala
penilaian tanpa pembobotan, penilai internal dan penilai eksternal.
Abstract: The objective of the experimental research was to investigate the effect of
weighted and unweighted performance test with rating scales, and internal and external
assessors to information function of student’s tasks. The study was conducted at seven
vocational schools in West Sumatera, involving 864 students and 46 tasks. The sample
was drawn by using simple random sampling technique, and placement was done by
means of random matrix method. Data was collected through a performance test and
Rasch, and analyzed using Anova by Factorial 2x2 design. The results of the research are:
1) the information function of the weighted rating scale was more effective than the
unweighted rating scale; 2) the information function of the student’s task assessed by
58
external assessors was higher than that assessed by internal assessors; and 3) The
interaction factor between types of performance test and assessor groups affected the
information function of student’s task.
Key words: performance test, information function, weighted rating scale, unweighted
rating scale, internal assessors, external assessors
Faktor-faktor yang Terkait dengan Rendahnya Pencapaian Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
Nur Berlian VA
Puslitjaknov, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
memperoleh informasi tentang daerah-
daerah yang paling rendah dalam pencapaian Wajar Dikdas; 2)mengkaji faktor-faktor
yang terkait dengan rendahnya pencapaian Wajar Dikdas, dan 3) merumuskan alternatif
upaya
pemecahan
masalah
penuntasan
Wajar
Dikdas.
Penelitian
menggunakan
pendekatan kuantitif terhadap data sekunder dan dipadukan dengan pengumpulan data
secara kualitatif melalui pengamatan lapangan di beberapa daerah kasus. Hasil
temuan:1) Tingkat pencapaian Wajar Dikdas yang rendah didominasi oleh Kawasan Timur
Indonesia (KTI), yaitu dimulai dari tingkat SD/MI, sedangkan di wilayah Kawasan Barat
Indonesia (KBI)
permasalahannya lebih banyak di tingkat SMP/MTs;
2) faktor-faktor
penyebab di setiap daerah cukup bervariasi a.l. faktor 1) kemiskinan penduduk, 2)
kesulitan menuju sekolah, 3) kurangnya layanan pendidikan, 4) rendahnya motivasi
orangtua dan siswa terhadap pendidikan, 5) kurangnya dukungan pemeritah daerah dan
masyarakat terhadap pendidikan, serta 6) faktor sosial budaya; 3) alternatif upaya
pemecahan
masalah
penuntasan
Wajar
Dikdas
perlu
didasarkan
pada
faktor
penyebabnya, a.l. perlu penghapusan biaya pendidikan a.l. melalui pola subsidi untuk
menghapus/meringankan biaya pendidikan, perlu perluasan program alternatif layanan
Dikdas, perlu peningkatan sosialisasi dan penghargaan, perlu pengalokasian anggaran
pendidikan dengan memprioritaskan kabupaten
yang memiliki kapasitas fiskal yang
rendah serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam
program penuntasan Wajar
Dikdas.
Kata kunci: wajib belajar dan pendidikan dasar
Abstract: The objectives of the study were 1) to get information about the areas with the
lowest attainment of compulsory basic education (CBE) by provinces and districts, 2) to
identify factors related to the low attainment CBE, and 3) to formulate an alternative
problem solving efforts in completing CBE. The study based on quantitative approach to
secondary data combined with qualitative research data through field observation. The
findings of this research are: 1) low attainment of CBE dominated by Eastern Region of
Indonesia (KTI), started from primary school level, whereas in the Western Region of
Indonesia (KBI) more problems found at the secondary shool level, 2) some factors
related to attainment of CBE are proverty, geographic condition, education infrastructure,
motivation of parent and student, lack of support from local government and communities
to education, and sosio culture of community, 3) problem solution should be based on the
factors related to the problem: free basic education, education subsidy for poor people,
expanding basic education services, improving socialization about CBE, budget allocation
59
priority for poor districts, and increasing public participation in the completion of CBE
program.
Key words: compulsory education and basic education
Kreativitas Dan Kompetensi Guru Sekolah Dasar
Sri Judiani
Setditjen Pendidikan Dasar, Kemendiknas
email: srijudiani@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
kreativitas dengan kompetensi guru SD. Penelitian dilakukan di SD wilayah Jakarta Pusat,
pada semester 1 tahun ajaran 2008/2009. Metode penelitiannya adalah survei dengan
teknik korelasional. Populasi penelitian adalah guru SD wilayah Jakarta Pusat, jumlah
sampelnya 60 orang guru SD kelas III, IV, dan V yang diambil dengan teknik multystage
random sampling.
Untuk mengukur kreativitas guru SD digunakan
Tes Kreativitas
Verbal yang dibakukan penggunaannya di Indonesia oleh Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Untuk mengukur kompetensi guru SD digunakan Panduan Observasi Guru oleh
Kepala Sekolah, yang mengacu pada Standar Kompetensi Guru SD. Karena kedua
instrumen merupakan instrumen baku maka tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan regresi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kreativitas dengan
kompetensi guru SD, kadar hubungannya ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar ry =
0,704. Koefisien determinasinya (ry2) sebesar 50 yang berarti kreativitas memberikan
sumbangan relatif sebesar 50% terhadap kompetensi guru SD. Dengan kata lain,
kompetensi guru SD dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kreativitasnya.
Kata kunci: kreativitas, kompetensi, guru, sekolah dasar.
Abstract: This study is aimed at knowing whether or not there is a correlation between
creativity and
primary teachers’ competence. The study was conducted in the primary
schools in Central Jakarta during the first semester of the academic year 2008/2009. The
method used in the study is a survey with the correlation technique. The population of
the study is primary school teachers. The total number of respondents is sixty, consisting
of grade III, IV and
grade V teachers, choosing them by using multy stage random
sampling. The verbal creativity test standardized by the Faculty of Psychology of
Indonesia University was also be used to measure the degree of creativity of primary
school teachers whereas for measuring the primary school teachers competence, the
head-teachers use a guide of teacher observation and its items refer to the standardized
competences for primary school teachers. Because the two instruments are standardized
and that became the reason for not conducting the try-out of the two in order to know
their validity and reliability. The technique used to analyze the data were correlation and
regression. The data of study shows that there is a positive and significant correlation
between the creativity and the competence of the primary school teachers, and its
degree of correlation is shown by coefficient correlation ry = 0.704. Coefficient
determination (ry2) is 50 meaning that the creativity has relatively supported 50% to the
60
primary school teachers. With other words, the competence of the primary school
teachers can be enhanced by enhancing their own creativity.
Key words: creativity, competence, teacher, primary school.
Pengembangan Kurikulum Bahasa Inggris Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) SD Tulangampiang, Denpasar, Bali
dan Implemntasinya
Ambari Sutardi
Peneliti pada Pusat Kurikulum, Balitbang-Kemendiknas
Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang pengembangan
kurikulum bahasa Inggris berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) sekolah
dasar
(SD)
Tulangampiang,
Denpasar-Bali
dan
pelaksanaannya
di
kelas.
Data
dikumpulkan dengan cara studi dokumen, kuesioner, wawancara, dan pengamatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru bahasa Inggris mengembangkan kurikulum sesuai
dengan
panduan
dari
Badan
Standar
Nasional
Pendidikan
(BSNP),
bahan
ajar
dikembangkan dari lingkungan peserta didik yang disusun dengan berbagai kegiatan
pembelajaran.
Kata kunci: pengembangan kurikulum Bahasa Inggris dan teknologi informasi dan
komunikasi
Abstract: The objective of this study is to get some information concerning English
curriculum development based on ICT in Tulangampiang Primary School, Denpasar-Bali
and its implementation in the classroom. The data was collected by analyzing documents,
distributing questionnaire, interview students and teacher, and observing the grade V.
The result shows that the teachers had already developed English curriculum in line with
a manual provided by BSNP, the learning-teaching materials were taken from the learners
surroundings, and be arranged with a variety of learning activities.
Key words: curriculum development for English language and technology communication
information
Telaah Atas Konsep Sekolah
Pada Buku Laskar Pelangi dan Dunia Tanpa Sekolah
Mintarti, Muslihudin, dan Joko Santoso
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
e-mail: nmintarti@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui definisi dan makna konsep sekolah
dalam buku Laskar Pelangi (LP) dan Dunia Tanpa Sekolah (DTS) serta mengetahui faktorfaktor yang melatarbelakangi perbedaan cara memaknai konsep itu. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis)
khususnya model van Dijk. Inti analisisnya menggabungkan tiga dimensi wacana teks,
61
kognisi sosial, dan konteks sosial ke dalam satu kesatuan analisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemaknaan konsep “sekolah” pada buku LP dan
DTS. Dalam LP, sekolah dimaknai sebagai lembaga yang memerdekakan sementara
dalam DTS sekolah dimaknai sebagai lembaga yang memenjarakan. Perbedaan cara
pandang di antara keduanya disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial budaya
pengarangnya. Andrea berasal dari keluarga miskin dalam masyarakat yang sangat tajam
stratifikasi sosialnya, sementara Izza anak dari pasangan guru yang relatif mapan status
sosial ekonominya. Di sekolah, keduanya menemukan kenyataan yang berbeda. Andrea
bertemu dengan guru-guru yang menginspirasi, yaitu guru yang mampu menerjemahkan
kurikulum sedemikian rupa sehingga melekat kuat di benak murid serta dapat
membangkitkan semangat untuk keluar dari segala kesulitan. Faktor lain yaitu jumlah
murid di kelas Andrea yang karena dipaksa oleh keadaan hanya berjumlah sepuluh orang.
Kelas kecil ini justru dapat menciptakan interaksi antar murid yang intens, sehingga
suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Sebaliknya, sebagai anak guru yang tidak
asing dengan dunia sekolah Izza memiliki pengalaman tidak nyaman di tahun-tahun
pertamanya masuk sekolah. Selain itu, hobinya membaca termasuk bacaan-bacaan
radikal tentang pendidikan yang tersedia di rumahnya, makin membuatnya sangat
membenci sekolah.
Kata kunci: sekolah, memerdekakan, dan memenjarakan
Abstact: This research aims is to know definition and school concept meaning on Laskar
Pelangi books and Dunia Tanpa Sekolah and also to know the factors which cand be
influences of the background of the differences to give deffinition of the concept above.
The method of this study is by using model van Dijk Critical Discourse Analysis (CDA).
The core of analytical is re-grouping three dymention wacana texs, social cognitive, and
social contexs within one analisys. The result of the study shows that there is deffrence in
giving meaning on school Pelangi books and Dunia Tanpa Sekolah. On Laskar Pelangi, the
meaning of school is the institution give freedom to student to make expression.
Otherwise, on Dunia Tanpa Sekolah book is to have jail. The cause of defferences is the
deferences of social-economy background. In school, it’s the faact that there is defference
between them. Andrea meet to
Key words: shool, freedom, and to jail
Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Model Lesson Study
C. Rudy Prihantoro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Abstrak:
Lesson
study
(LS)
adalah
sebuah
proses
pengembangan
kompetensi
keprofesionalan guru secara sistematis yang bertujuan untuk menjadikan proses
pembelajaran lebih baik dan efektif. Tahapan LS yaitu Plan, Do, See. LS mensyaratkan
stabilitas kebijakan pendidikan, kurikulum fleksibel, budaya refleksi diri dan kerjasama.
Kelebihan LS adalah berorientasi pada siswa, bekerja sebagai tim, mengembangkan
teknik mengajar. Pengembangan LS dalam profesionalime guru yaitu merencanakan
tujuan pembelajaran dan materi pokok; mengkaji dan mengembangkan pembelajaran;
memperdalam penge-tahuan yang diajarkan; memikirkan tujuan jangka panjang siswa;
merancang pembelajaran kolaboratif; mengkaji proses belajar, perilaku dan hasil belajar
siswa; dan, mengembangkan pedagogis. LS dilaksanakan dengan membentuk kelompok
62
LS, memfokuskan LS, Merencanakan Research Lesson (RL), membelajarkan dan
mengamati
RL,
mendiskusikan
dan
menganalisis
RL,
serta
merefleksikan
dan
merencanakan kembali LS. Manfaat LS diantaranya memicu munculnya motivasi untuk
mengembangkan diri, melatih pendidik “melihat” peserta didik, menjadikan penelitian
sebagai
bagian
integral
pendidikan,
penyebaran
inovasi
dan
pendekatan
baru,
menempatkan para pendidik pada posisi terhormat.
Kata Kunci : Lesson study, Implementasi, Profesionalisme
Abstract: Lesson study (LS) is a competence development process in a systematic
teacher professionalism which aims to make learning better and more effective. Stages LS
ie Plan, Do, See. LS requires the stability of education policy, curriculum, flexible, selfreflection and cultural cooperation. Excess LS is oriented to students, working as a team,
developing a teaching technique. LS development in the professionalism of teachers is to
plan learning objectives and subject matter, review and develop learning; deepen
knowledge that is taught; thinking about long-term goals of students; designing
collaborative learning; examines the process of learning, behavior and student learning
outcomes, and, develop pedagogical. LS carried out by forming groups of LS, LS focus,
Planning the Research Lesson (RL), RL teach and observe, discuss and analyze the RL, as
well as reflect and plan for re-LS. LS Benefits include triggering the emergence of selfmotivation to develop, train educators to “see” the learner, making research an integral
part of education, dissemination of innovation and new approaches, puts educators in a
respectable position.
Key words: lesson study, Implementation, professionalism
Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas I Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Tangerang
Aceng Lukmanul Hakim
Dosen FKIP UNIS Tangerang
Abstrak: Pendidikan anak usia dini adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan
formal bagi anak-anak yang berumur 0-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar.
Lembaga ini membantu melanjutkan pendidikan yang dasar-dasarnya telah diletakkan
oleh orang tua dalam keluarga, sedangkan sekolah dasar adalah lembaga pendidikan
yang dipersiapkan bagi anak-anak umur 6-13 tahun guna memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya. Siswa sekolah dasar yang mengikuti pendidikan anak usia dini lebih
berprestasi dari pada siswa yang tidak mengikutinya. Prestasi ini tidak hanya pada aspek
intelektual, namun juga aspek psikomotorik, nilai dan sikap dengan perbedaan yang
signifikan. Prestasi ini pun tidak hanya di Kota Tangerang, melainkan juga di Kabupaten
Tangerang. Di pihak lain kepala sekolah dasar dan guru kelas I di Kota Tangerang
cenderung memiliki cara pandang terhadap pendidikan lebih tinggi dari pada di Kabupaten
Tangerang.
Kata-kata Kunci: pendidikan anak usia dini, prestasi belajar.
63
Abstract: Early Childhood Education (ECE) is an institute carrying out a formal education
for children age 0-6 before entering elementary school. This foundation aims to continue
the education as well as to execute parents’s commendation that has been putting down
in the family, where as the elementary school (ES) is the institution of education that
prepared children age 6-13 for entering next education. The students of elementary
school, who were from early childhood education have shown up achievement compared
to those who were not. This achievement is not only in intellectual aspec, but in
psychomotoric aspec, value and attitude with a significant performant. That achievement
is not only at Tangerang City, but at Tangerang Major. On the other hand hadmaster and
the teacher’s first class in elementary school at Tangerang City inclined have a way of
view of education more higher than at Tangerang Major.
Key words: early childhood education, learning achievement
Peran HIMPAUDI dalam Pengembangan PAUD
J.M. Tedjawati
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang
peran Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI)
dalam pelaksanaan PAUD, khususnya dalam hal: 1) Mensosialisasikan pentingnya PAUD
yang berkualitas; 2) Melakukan pembinaan dan pengembangan organisasi secara
berjenjang; 3) Menampung, memperjuangkan dan mewujudkan aspirasi para pendidik
dan tenaga kependidikan Anak Usia Dini (AUD); dan 4) Memfasilitasi pengembangan
profesi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini. Temuan analisis tulisan ini yaitu:
1) Peran HIMPAUDI dalam mensosialisasikan program PAUD dilakukan melalui berbagai
cara yaitu kegiatan bagi AUD antara lain seminar peningkatan kualitas lembaga PAUD,
dan memberikan pengarahan akan persyaratan pendirian yang harus dipenuhi oleh
lembaga PAUD; 2) Dalam pembinaan dan pengembangan organisasi, HIMPAUDI telah
dilakukan pembentukan pengurus HIMPAUDI dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai
tingkat
kecamatan;
memperoleh
insentif,
3)
HIMPAUDI
baik
yang
telah
diterima
memperjuangkan
para
dari
maupun
Pemerintah
pendidik
usaha
dikembangkan oleh HIMPAUDI; dan 4) Peran HIMPAUDI dalam pengembangan
untuk
yang
profesi
pendidik dan tenaga kependidikan AUD telah diwujudkan melalui: (i) Pembukaan program
S1 di perguruan tinggi; (ii) Pelatihan dasar bagi pendidik AUD, pelatihan konsep PAUD
dan pendekatan pembelajaran AUD; (iii) Pelatihan pengelolaan data online bagi pengurus
HIMPAUDI; dan (iv) Seminar pola pembelajaran tematik pada PAUD.
Kata Kunci: pendidikan anak usia dini, himpunan pendidik dan tenaga kependidikan anak
usia dini Indonesia
Abstract : The purpose of this writing an article is to obtain data and information about
the role of
HIMPAUDI in the implementation of Early Chilhood Development (ECD),
expecially to: 1) promote the importance of qualified ECD; 2) conduct training and
organizational development in stages, 3) accommodate, promote and realize the
aspirations of educators and early age (AUD) child care staff, and 4) facilitate professional
development of educators and early childhood education personnel. The findings of this
64
analysis are: 1) the role of HIMPAUDI in socializing early childhood programs done
through various ways namely for AUD activities (such as dancing, singing along,
gymnastics), seminars on improving the quality of early childhood institutions, and
provide guidance about
the requirements to be met in establishing early childhood
institutions; 2) in the organization training and development, HIMPAUDI has made the
establishment of HIMPAUDI management in provincial, district and subdistrict level; 3)
HIMPAUDI has struggled for educators to get the incentives, both received from the
government and businesses developed by HIMPAUDI; and 4) HIMPAUDI role in the
development of AUD professional teachers and staff has been realized through: (i) the
opening of S1 programs in college; (ii) basic training for AUD educators, training of PAUD
concept and AUD learning approach, (iii) Training on online data management for
HIMPAUDI management, and (iv) seminars about the thematic pattern of early childhood
learning.
Key words: education for early childhood, the community of educator and early
childhood educator in Indonesia
65
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 2, Maret 2011
Relevansi Nilai-Nilai ESD dan Kesiapan Guru dalam
Mengimplementasikannya di Sekolah
Nur Listiawati
Pusat Penelitian Kebijakan, Balitband Kemdiknas
e-mail: listi_2010@yahoo.com
Abstrak: Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui tentang relevansi nilai-nilai
Pendidikan
untuk
Pembangunan
Berkelanjutan
(Education
for
Sustainable
Development/ESD) untuk diberikan kepada peserta didik di tingkat satuan pendidikan
sekolah dasar, terutama di kelas rendah, dan kesiapan guru melaksanakan ESD di
Indonesia yang dapat dilihat melalui 1) pernah tidaknya guru membaca materi yang
berkaitan dengan aspek-aspek dan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dan 2)
kepemilikan materi
ESD.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif
yang
didukung dengan data kuantitatif. Responden adalah guru sekolah dasar kelas rendah di
lima kota. Pengumpulan data dilakukan dengan FGD dan pemberian kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 81,34% responden menyatakan bahwa aspek-aspek atau
nilai-nilai ESD relevan diajarkan di sekolah dasar, terutama di kelas rendah. Hasil lainnya
menunjukkan bahwa responden guru sudah siap untuk melakukan pembelajaran tentang
aspek-aspek ESD di sekolah. Ini ditunjukkan dengan 85,38% yang sebagian besar adalah
guru menyatakan sudah pernah membaca materi tentang aspek-aspek ESD, dan 51,38%
menyatakan memiliki materi tentang aspek-aspek ESD.
Kata
kunci:
pembangunan
berkelanjutan,
pendidikan
untuk
pembangunan
berkelanjutan, sekolah dasar, kelas rendah
Abstract: The study was conducted with the aim to know about the relevance of
Education for Sustainable Development/ESD values to be given to elementary school
students, especially in low grade, and the readiness of teachers to implement ESD in
Indonesia which can be viewed through 1) whether the teacher had read the material
relating to the aspects and values of sustainable development and 2) teacher ownership
of ESD material. The study was conducted with a qualitative approach, supported by
quantitative data. The respondent are low-grade teachers in elementary schools in five
cities. Data were obtained through focus group discussions, and questionnaire. The results
showed that 81.34% of respondents said that the aspects or values of ESD are relevant
to be taught in primary schools, especially in the lower class. Other results showed that
the respondent teachers were ready to perform learning about aspects of ESD in schools.
This is shown by the 85.38% respondents, who are mostly teachers, stated that they
have read material on aspects of ESD, and 51.38% claim to have material on aspects of
ESD.
Key words: sustainable development, education for sustainable development, primary
school, lower grade
66
Studi Efektivitas Pembelajaran Terpadu
Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama
Heni Waluyo Siswanto
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Studi ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai: 1) kemampuan guru
menjabarkan kompetensi IPS untuk melaksanakan pembelajaran terpadu; 2) pandangan
guru yang masing-masing memiliki perbedaan latar belakang cabang keilmuan mengenai
pembelajaran terpadu; dan 3) kemampuan guru melaksanakan pembelajaran terpadu
yang efektif berbasis pada “team teaching”. Penelitian diselenggarakan di 3 provinsi yang
ditetapkan secara random purposif, yaitu: Semarang, Medan, dan Makassar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu IPS di SMP, baik kategori baik
maupun kategori sedang, tidak berlangsung secara efektif. Beberapa kendala yang
menyebabkan ketidakefektifan yaitu: 1) kompetensi mata pelajaran IPS yang disebabkan
oleh latar belakang pendidikan mereka yang berbasis cabang keilmuan; 2) pemaknaan
yang tidak jelas terhadap misi pembelajaran terpadu IPS tampak dari pandangan guru
IPS di SMP yang masing-masing memiliki perbedaan latar belakang cabang keilmuan,
sehingga pembelajaran terpadu dilaksanakan hanya berdasarkan pada perspektif dan
kemampuan individual masing-masing; dan 3) pelaksanaan pembelajaran terpadu IPS di
SMP tidak bisa dilakukan secara optimal, karena terkendala keterbatasan alokasi waktu
dan jadwal pelajaran yang tidak dirancang dan/atau disusun untuk kepentingan
pembelajaran terpadu yang berbasis pada pendekatan “team teaching”.
Kata kunci: efektifitas, pembelajaran terpadu, dan IPS.
Abstract: The aim of this study is to collect information regarding to: 1) the description
of teachers ability to implement the competency of Integrated Learning of Social Sciences
(IPS); 2) the view that each teacher has a different background of science discipline of
integrated learning; and 3) the ability of teachers in implementing effective integrated
learning based on “team teaching”. Research conducted in 3 provinces assigned by
purposively random, namely: Semarang, Medan, and Makassar. The result of the study
shows a clear and significant result, that is the integrated learning social science in junior
high school, both good category or medium category does not take place effectively.
Some of the obstacles that led to the ineffectiveness of these are as follows: 1) the
discrepancy ability of social studies teacher in junior high school is high enough to
describe the competence of social science subjects due to their educational background of
science discipline; 2) there is no clear meaning of mission from point of view of social
science integrated learning teachers of junior high school who have different disciplines of
science background, so that the integrated learning carried out only based on each
individual perspectives and capabilities; 3) the implementation of social science integrated
learning in junior high school can not be done optimally, because the allocation is
constrained by the limitations of time and lessons schedule that are not designed and/or
arranged for the benefit of an integrated learning approach based on “team teaching”.
Key words: effectiveness; integrated learning; social studies
67
Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi
Didaktik: Uji Kelayakan di SMA Negeri Kota Banjarmasin
Arif Sholahuddin
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Unlam Banjarmasin, e-mail: arifchemist@ymail.com
Abstrak: Penelitian dengan desain Research and Development tahap pertama ini
bertujuan untuk menghasilkan buku ajar kimia kelas X berbasis reduksi didaktik yang
layak digunakan dalam pembelajaran. Sampel diambil secara stratified random sampling
sebanyak 3 sekolah dari 13 SMA Negeri di Banjarmasin. Data penelitian dianalisis secara
deskriptif berdasarkan indikator kelayakan yaitu buku ajar dianggap layak jika skor
validasi maupun respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik atau sangat baik
dan sebanyak 80% atau lebih siswa mencapai tingkat penguasaan > 65. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa buku ajar layak digunakan karena validitas buku ajar dalam kategori
sangat baik, respon siswa terhadap buku ajar dalam kategori baik dan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal mencapai 80,2%. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas buku
ajar dan tingkat penguasaan siswa, guru perlu meningkatkan kemandirian belajar siswa,
membimbing siswa agar mengikuti panduan penggunaan buku, melakukan ujicoba lanjut
yang melibatkan sampel lebih luas dan mengembangkannya menjadi buku ajar interaktif.
Kata kunci: buku ajar, reduksi-didaktik, interaktif, kimia
Abstract: This first phase of research and development is to produce chemistry
instructional book for class X based on reduction-didactic which is feasible used in
teaching and learning. The sample, three schools of 13 State Senior High Schools of
Banjarmasin, are drawn using stratified random sampling. The collected research datas
are analyzed descriptively based on instructional book feasibility indicators, where
instructional book is considered as a feasible book for teaching and learning if both
validation and student’s responses score to it in good or very good category; classically,
80% of students or more achieve mastery level of > 65. This research show that the
instructional book is feasible because it’s validity is very good, student’s responses is good
and classically, students’ mastery level reaches 80.2%. Futhermore, in order to increase
more qualified instructional book and students’ mastery level, hence it’s need to increase
the student’s self-learning; to direct students to follow the instructional book guidelines,
to conduct futher field test that involve a wide range of samples and develop it as an
interactive instructional book.
Key words: instructional book, reduction-didactic, interactive, chemistry
Perspektif Sosiologi tentang Kurikulum
Rakhmat Hidayat
Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pemikiran empat sosiolog
yaitu Pierre Bourdieu, Michael W. Apple, Henry Giroux dan Carlos Alberto Torres tentang
kurikulum dan menjelaskan definisi kurikulum dalam perspektif sosiologis. Metodologi
68
yang digunakan
adalah melakukan kajian pustaka dari buku-buku yang ditulis oleh
empat sosiolog tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) negara menjalankan
praktek kekuasaannya melalui penggunaan seperangkat mekanisme wacana yaitu dengan
pembentukan teks-teks pendidikan untuk menghasilkan berbagai kepatuhan berupa nilai,
cara pandang dunia, dan sebagainya. Kurikulum sebagai bentuk kekuasaan digunakan
negara dalam memproduksi berbagai cara pandang dunia yang harus sejalan dengan cara
pandang negara dan 2) kurikulum merupakan sebuah ruang dimana para agen dengan
kepentingan dan modalnya yang berbeda-beda saling bertarung untuk memperjuangkan
posisi, pengaruh, prestis dan kedudukan. Perlu dilakukan diskusi dan kajian lebih
mendalam tentang kurikulum dalam berbagai aspek. Selama ini kajian tentang kurikulum
lebih banyak ditekankan pada kajian pedagogik yang lebih menempatkan kurikulum
sebagai kajian mikro.
Kata kunci: kurikulum, sosiologi, kontestasi, dan kekuasaan
Abstract: This article aims to explain the thinking of four sociologist:Pierre Bourdieu,
Michael W. Apple, Henry Giroux and Carlos Alberto Torres about the curriculum and
explains the definition of curriculum in sociological perspective. The methodology used is
by conducting literature review of books written by the four sociologists. There are two
important conclusions in this paper (1) states practice a set of mechanisms of power
through the use of discourse that is by forming educational texts to produce a variety of
compliance in the form of values, worldview, and so forth. Curriculum as a form of state
power is used in producing various world outlook which should be in line with the state
perspective, (2) curriculum is a space where the agents with the interests and different
capital fight each other to fight for position, influence, prestige and position. Need to do
more in-depth discussion and review of curriculum in various aspects. The on putting
pedagogical studies curriculum as a micro study. So far, the study of curriculum has been
emphasizing more.
Key words: curriculum, sociology, contestation, and power
Pemberdayaan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Pendidikan
Dasar dan Menengah
Ambari Sutardi
Pusat Kurikukum, Balitbang, Kemdiknas
Abstrak: Tujuan studi dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari daerah sampel
tentang:
Pembentukan
Tim
Pengembang
Kurikulum
(TPK)
pendidikan
dasar
dan
menengah; struktur kepengurusan, siapa dan berapa jumlah anggotanya; keberadaan
dana bagi TPK; pemahaman anggota terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan kurikulum; pemberdayaan mereka melaksanakan tugas pokok antara lain
mensosialisasikan kebijakan dan mendampingi sekolah menyusun kurikulum; dan
pelaksanaan kurikulum di sekolah. Hasil studi menunjukkan bahwa semua daerah sampel
telah membentuk TPK; ada struktur kepengurusannya dengan jumlah anggota bervariasi;
dana belum tersedia secara memadai di beberapa daerah; tingkat pemahaman responden
terhadap kebijakan bervariasi; hanya sebagian anggota TPK yang diberdayakan sesuai
TUPOKSInya; pelaksanaan KTSP di sekolah belum merata.
69
Kata kunci:
pemberdayaan, pengembang kurikulum (KTSP), pendidikan dasar dan
menengah, dan tugas pokok.
Abstract: The objective of the study is to get information from some sample areas about:
the establishment of curriculum developers team (CDT) for basic and secondary
education; the
structure of its caretaker, who and how many of its members; the
availability of a budget needed; the members‘ understanding of the government policies
related to curriculum; the empowerment of its members to do their main tasks among
other things: socializing the policies and helping schools within basic and secondary
educations writing up their respective curriculum; and school-based curriculum (S-BC)
implementation. The data shows that
all sample districts/municipalities have already
established CDT; there is its caretaker structure with a various number of members; there
is no sufficient budget in some districts/municipalities; there are some degrees of the
members’understanding
about
the
government
policies
related
to
curriculum;
Districts/Municipalities Ministry of National Education empowered only some of the
members socializing the government policies and helping schools writing up their
curriculum as their main tasks; the implementation of S-BC was still uneven.
Key words: empowerment, curriculum developers (S-BC), primary and secondary
education, function and task
Impelementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan
Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika
Kadir
Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta
E-mail: dirsal@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh pembelajaran
dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika. Penelitian
dilakukan di MTs Negeri 22 Kampus B Munjul Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2005/2006
dengan menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian sebanyak 90 siswa kelas
VII yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan tes, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t. Hasil
penelitian mengungkapkan pendekatan problem posing berpengaruh nyata terhadap hasil
belajar matematika. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing
mampu
membuat
siswa
aktif
dan
kreatif,
terlihat
dari
kemampuan
siswa
mengembangkan masalah matematika sendiri, mengolah dan mengeksplorasi informasi
yang ada dan mengajukan masalah matematika yang dapat diselesaikan. Melalui
pembelajaran dengan pendekatan problem posing juga dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam berinteraksi dan sharing idea
diantara
siswa
dan
guru
sehingga
kegiatan
pembelajaran
lebih
bermakna
dan
pemahaman siswa terhadap konsep menjadi lebih baik.
Kata kunci: pendekatan problem posing, pendekatan konvensional, pembelajaran, hasil
belajar matematika, aritmetika sosial.
Abstract: The objective of the present study is to find out the effect of implementation of
problem posing approach on the students’learning outcome in mathematics. The study
was conducted in MTsN 22 Kampus B Munjul Jakarta Timur at academic year 2005/2006.
70
There were 7th grade students as the sample of the study, selected through cluster
random sampling. The data were gathered by using a test. Data analysis was done by
using t -test. The results of the study have revealed that problem posing approach
effected the students’ learning outcome in mathematics.
Learning in mathematics by
problem posing approach can make the students be active and creative, it was shown at
competences of the students to develop math’s problem themselves, manage, and to
explore the information for posing the mathematics’ problem that is solvable. Through
instructional by problem posing approach can also improve the students’ activity in
teaching and learning, especially interacting and sharing ideas on both the students each
other and the teacher, so learning activity is becoming meaningful the students’ mastery
of the concept.
Key words: problem posing approach, conventional, learning, learning outcome in
mathematics, social arithmetics
Pengembangan Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
La Ode Mane Mbeu dan Anwar
SMAN 1 Konda dan FKIP/PPs Unhalu
Abstrak:
Penelitian
ini
bertujuan
untuk:
1)
untuk
mendapatkan
sebuah
model
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sesuai dengan kondisi SMP Negeri di
Kecamatan Konda dan 2) untuk mendapatkan gambaran keefektifan pilar entrepreneur,
teladan, cerdas dan demokratis dalam implementasi kepemimpinan kepala sekolah efektif
di SMP Negeri Kecamatan Konda. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan
bahwa: 1) model kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sesuai dengan kondisi di SMP
Negeri se-Kecamatan Konda adalah kepemimpinan entrepreneur, teladan, cerdas dan
demokratis (ENTELCERDS) dan 2) efektivitas implementasi kepemimpinan kepala sekolah
efektif di SMP Negeri se-Kecamatan Konda terkait dengan: (a) Entrepreneur secara rerata
berkualifikasi cukup efektif, (b) Keteladanan secara rerata berkualifikasi cukup efektif; (c)
kecerdasan secara rerata
berkualifikasi efektif, dan (d) demokratis secara rerata
berkualifikasi sangat efektif.
Kata kunci: model kepemimpinan, kepala sekolah efektif, entrepreneur, teladan, cerdas
dan demokratis
Abstract: The aim of this study are: 1). To find an appropriate model of principal
leadership conducting a pilot in public junior high schools in Konda sub-District; 2). To
find out the description of the NEM paradigm of principal leadership concept; which
include entrepreneurship skill, good role model, capable and democratic in implementing
the leadership skill as a principal. The result of this study describes; 1). The model of
principal leadership skill besed on the public junior high school in Konda, which include
entrepreneur skill, good role model, capable and democratic, and 2) the description of the
result of the head master leadership skill including; a) entrepreneur skill is moderate; b)
good role model is moderate; c) capability is effective; d) democracy is very effective.
Keywords:
the
development
of
the
principal
leadership
entrepreneurship skill, good role model, capability and democratic
71
model
based
on
the
Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder
Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah
Jurusan PLB FIP UPI Bandung
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa penerapan
latihan sensorimotor dapat meningkatkan kemampuan menulis dan hasil menulis pada
anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, serta dalam intervensi dan analisis data menggunakan metode Single Subject
Research (SSR) model Design Multiple Baseline Cross Variable (disain jamak antar
variabel) dan disain A – B – A. dengan satuan ukur durasi dan persentase. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa secara nyata subyek penelitian mengalami peningkatan dalam
kemampuan menulis. Oleh karena itu, latihan sensorimotor ini dapat dijadikan sebagai
acuan
dalam
meningkatkan
atau
mengoptimalkan
kemampuan
vestibular,
taktil,
kinestetik dan propioseptif yang merupakan keterampilan prasarat menulis yang dimiliki
oleh anak Autistic Spectrum Disorder (ASD).
Kata kunci: latihan sensorimotor, menuis, dan anak autistic spectrum disorder
Abstract: The goal of this research is to prove that the application of sensorimotor
training can improve writing skills and the writing in Autistic Spectrum Disorder (ASD)
children, the research question posed is: Does the application of sensory motor training
improve writing skills in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children? The method of
research applied quantitative approaches, and for the intervention and data analysis, the
study used the method of Single Subject Research (SSR) model of Multiple Baseline
Design of Variable Cross (plural design between variables) and the design of A - B - A.
with a unit of measurement duration and percentage. The results are consistent with the
research questions and basic assumptions that the study subjects experienced significant
improvement in writing skills. Therefore sensory motor training can be used as a
reference in improving or optimizing the ability of vestibular, tactile, kinesthetic and
propioseptif which is prasarat writing skills possessed by children Autistic Spectrum
Disorder (ASD).
Key words: sensorymotor training, writing, and autistic spectrum disorder child
Analisis Kebutuhan Terhadap Program Multi Media Interaktif
Sebagai Media Pembelajaran
Waldopo
Pustekkom Kemdiknas-E-mail: waldopo@gmail.com
Abstrak: Multimedia interaktif adalah media pembelajaran yang memadukan unsur
suara, visual dan teks dan dapat berinteraksi dengan penggunanya. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan multi media interaktif sebagai
media pembelajaran. Jika dibutuhkan, jenis mata pelajaran apa saja yang perlu ditunjang
dengan multi media serta jenis format sajiannya. Populasinya siswa, guru dan kepala
72
sekolah SLTA. Sampel diambil secara acak. Dari hasil pengacakan ditetapkan 6 lokasi
yaitu SMAN 1 Ambon, MAN 2 Padang, SMAN 5 Semarang, SMAN 6 Surabaya, SMAN 1
Samarinda dan SMAN 3 Makssar. Subyek penelitian adalah siswa, guru dan Kepala
Sekolah. Peneltian dilaksanakan antara
bulan Mei hingga September 2005. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Program Multi Media dibutuhkan, terutama untuk
menunjang mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Sejarah,
Geografi dan Akuntansi. Format yang disenangi games dan tutorial. Oleh karena itu
disarankan agar Pustekkom secara berkelanjutan mengembangkan program-program
multimedia untuk kegiatan pembelajaran, dengan melibatkan berbagai pakar agar
program-program yang dikembangkan menarik dan dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran. Pustekkom juga perlu menyusun sistem pemanfaatannya
yang
terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kata kunci: Kebutuhan, Multi media interaktif dan Pemanfaatan yang terintegrasi
Abstract: Multimedia interactive is on instructional media that combines elements of
sound, visual and text, and can interact with the users. The aim of this study is to obtain
information about the needs of interactive multimedia as instructional media. If needed,
what kind of subjects that need to be supported by multi-media and type of format that
presented. The population are students, teachers and senior secondary school principals.
Sample was taken randomly. From the results of randomization assigned six different
locations: SMAN 1 Ambon, MAN 2 Padang, SMAN 5 Semarang, SMAN 6 Surabaya, SMAN 1
Makassar and SMAN 3 Samarinda. Subjects were students, teachers and Principal.
Research carried out between May to September 2005. The results showed that the
Multimedia program is needed, especially to support the subjects of Mathematics, Physics,
Biology, Chemistry, English, History, Geography and Accounting. Games and Tutorials are
the popular format. Therefore, it is suggested that Pustekkom constantly developing
programs for the learning activities, involving various experts to develop multimedia
programs attractive and can improve the quality of learning outcomes. Pustekkom also
needs to develop an integrated system utilization with learning activities at school.
Keywords: Requirements, Multi media, interactive and Integrated utilization.
Evaluasi Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Idris HM Noor
Peneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdiknas.
E-mail: idrishmnoor@yahoo.com
Abstrak: Penyelenggaraan RSBI merupakan salah satu usaha pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan agar mampu bersaing dengan negara lain. Sejak
diselenggarakan tahun 2006, RSBI belum pernah dievaluasi secara komprehensif. Oleh
karena itu, perlu dievaluasi PPDB, prestasi, pengelolaan pendanaan, dan sistem tata
kelola dan akuntabilitas penyelenggaraannya. Penelitian menggunakan metode campuran
kuantitatif dan kualitatif. Sampel sebanyak 4575910 yang diambil secara purposive.
Responden: komite sekolah, kepala sekolah, guru bahasa Inggris, matematika, dan IPA
yang mengajar di kelas RSBI dan kelas reguler. Temuan: Kemampuan bahasa Inggris
73
pendidik dan tenaga kependidikan RSBI di semua tingkat masih level novice (skor TOEIC
10-250). Kemampuan guru bahasa Inggris kelas RSBI dan kelas reguler relatif sama. Di
SD dan SMP, kemampuan siswa dan guru RSBI sedikit lebih tinggi daripada kelas regular.
Kemampuan guru Biologi dan Fisika kelas RSBI di SMA lebih rendah daripada guru kelas
reguler. Penggunaan dana kurang transparan. Rekomendasi, perlu peningkatan kualifikasi
dan kompetensi akademik guru dan perlu disusun panduan pengelolaan pendanaan yang
lebih rinci.
Kata Kunci: RSBI, PPDB, prestasi akademik, pendanaan, tata kelola.
Abstract: The implementation of pilot standard of international school (pre SIS) is one of
the government’s efforts to improve educational quality in order to be able to compete
with other countries. Since the establishment of the pre SIS in 2006, they have not been
evaluated comprehensively yet. Therefore, it is important to evaluate the student’s
enrolment, academic achievement, finance and budgetting, and management. Research
method used is mixed quantitative and qualitative method. Samples are 4575910
respondents chosen purposively. They are school committee, school principals, teachers
of pre SIS and regular classe. They are English, mahtematics, and science teachers,
students, and students’ parents association. The English proficiency of school principals is
at the novice level (10-250 TOEIC scores). Teachers’ academic competence of pre SIS
and regular classes is relatively equal. The competence of biology and physics teachers of
pre SIS in SSS is lower than those in the regular classes. The use of budget and finance is
not transparent. Recommendation, it is important to improve teachers’ academic
qualification and their competence and a rigid financial and budgeting management guide.
Key words: international standard school, recruitment, academic achievement, finance,
budgetting, and management.
Penerapan Latihan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Pada Anak Autistic Spectrum Disorder
Musjafak Assjari dan Eva Siti Sopariah
Jurusan PLB FIP UPI Bandung
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa penerapan
latihan sensorimotor dapat meningkatkan kemampuan menulis dan hasil menulis pada
anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, serta dalam intervensi dan analisis data menggunakan metode Single Subject
Research (SSR) model Design Multiple Baseline Cross Variable (disain jamak antar
variabel) dan disain A – B – A. dengan satuan ukur durasi dan persentase. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa secara nyata subyek penelitian mengalami peningkatan dalam
kemampuan menulis. Oleh karena itu, latihan sensorimotor ini dapat dijadikan sebagai
acuan
dalam
meningkatkan
atau
mengoptimalkan
kemampuan
vestibular,
taktil,
kinestetik dan propioseptif yang merupakan keterampilan prasarat menulis yang dimiliki
oleh anak Autistic Spectrum Disorder (ASD).
Kata kunci: latihan sensorimotor, menuis, dan anak autistic spectrum disorder
74
Abstract: The goal of this research is to prove that the application of sensorimotor
training can improve writing skills and the writing in Autistic Spectrum Disorder (ASD)
children, the research question posed is: Does the application of sensory motor training
improve writing skills in Autistic Spectrum Disorder (ASD) children? The method of
research applied quantitative approaches, and for the intervention and data analysis, the
study used the method of Single Subject Research (SSR) model of Multiple Baseline
Design of Variable Cross (plural design between variables) and the design of A - B - A.
with a unit of measurement duration and percentage. The results are consistent with the
research questions and basic assumptions that the study subjects experienced significant
improvement in writing skills. Therefore sensory motor training can be used as a
reference in improving or optimizing the ability of vestibular, tactile, kinesthetic and
propioseptif which is prasarat writing skills possessed by children Autistic Spectrum
Disorder (ASD).
Key words: sensorymotor training, writing, and autistic spectrum disorder child
75
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
Standard Setting Ujian Nasional dengan Menggunakan Metode
Angoff dan Bookmark
Arniati Prasedyawati Herkusumo
email: arniatiph@yahoo.com, Pusat Penilaian Pendidikan
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas skor kelulusan (cut score)
yang tepat bagi peserta Ujian Nasional (UN). Seperti kita ketahui bahwa sampai saat ini
penentuan kelulusan pada Ujian Nasional ditentukan melalui judgement dan merupakan
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah tanpa memperhatikan soal-soal yang ada
pada paket-paket
UN dan tanpa melibatkan tenaga-tenaga ahli (seperti guru bidang
studi, ahli kurilukum, dan ahli penilaian).Penentuan kelulusan seperti ini kurang
memenuhi kriteria sebagaimana yang diisyaratkan oleh ahli-ahli pengukuran pendidikan,
seperti yang disebutkan dalam Standards for Educational and Psychological Testing:
“When cut scores defining pass-fail, the judgmental process should be designed so that
judges on bring their knowledge and experience to bear in a reasonable way” Metode
ilmiah yang digunakan untuk menentukan standar atau cut score kelulusan pada studi ini
adalah dengan menggunakan Metode Angoff dan Bookmark. Metode ini dapat digunakan
untuk menentukan standar kelulusan UN menjadi lebih ilmiah.
Kata Kunci: Ujian Nasional, standard setting, assessment, cut score, dan bookmark
Abstract : The purpose of this research is to find out the cut score of graduation for the
national exam participants, as we know so far the determined passing score through
judgement and the policy of the Government without paying attention to the matter of
matter that exists on the test devices, and without involving the experts (as curriculum
subjects teachers, expert, assessment expert). Determining graduation like this does not
meet the criteria as signaled by experts such as educational measurement experts called
in Standards for Educational and Psychological Testing : “When cut scores defining passfail, the judgmental process should be designed so that judges on bring their knowledge
and experience to bear in a reasonable way”.
Scientific method that can be used to
determine the score a passing grade is the Angoff method and bookmark method. This
method can be used to determine the standard graduation test national became more
scientific.
Key words:
National Examination, standard setting, assessment, cut score, and
bookmark
76
Lingkungan sebagai Media Pembelajaran
dan Pengaruhnya terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian
Oos M. Anwas
anwasipb@yahoo.co.id, Pustekkom Kemdiknas
Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas pemanfaatan lingkungan
sebagai media pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kompetensi penyuluh pertanian.
Penelitian menggunakan metode survai terhadap penyuluh pertanian PNS di kabupaten
Karawang dan kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
Sampel diambil secara random
sebanyak 170 orang. Hasil analisis deskriptif diketahui secara umum pemanfaatan media
lingkungan sebagai media pembelajaran adalah rendah. Rendahnya pemanfaatan ini
terutama terjadi dalam dimensi intensitas mengamati lingkungan alam dan lingkungan
usaha pertanian, sedangkan pendalaman inovasi mandiri dalam kategori sedang. Hasil
analisis regresi diketahui bahwa pemanfaatan media lingkungan yang berpengaruh
signifikan terhadap kompetensi penyuluh adalah intensitas pendalaman inovasi mandiri.
Oleh karena itu perlu upaya “Gerakan Belajar dengan Lingkungan” melalui langkahlangkah nyata dalam mendorong penyuluh pertanian untuk belajar dengan lingkungan di
tempat tugasnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemanfaatan
media lingkungan terhadap peningkatan kompetensi pada profesi lain, seperti guru,
dosen, dan profesi lainnya.
Kata kunci: media pembelajaran, kompetensi, dan penyuluh pertanian
Abstract: This study aimed to analyze the intensity of utilization of the environment as a
medium of learning and its influence on the competency of agricultural extension agents.
This study uses a survey of PNS, agricultural extension in the districts of Karawang and
Garut district of West Java Province. Samples randomly taken as much as 170 people.
Results Descriptive analysis is generally known to use the media environment as a
medium of learning is low. The low utilization is particularly true in the dimension of the
natural environment and observing the intensity of agricultural business environment,
while the deepening of independent innovation in the medium category. Regression
analysis found that use of the media environment that significantly influence the intensity
of the deepening of the competency of agricultural extension agents are independent
innovation. Therefore it is necessary to attempt to “Learning with the Environment
Movement” through concrete steps in boosting the agricultural extension agents to study
the environment at the place of duty. Need to conduct further research on the influence of
environmental media utilization of improved competence of other professions such as
teacher, lecture, etc.
Key words: medium of learning, competency, and agricultural extension agents
77
Penggunaan Laptop dalam Perkuliahan di Kelas
Manfaat atau Mudharatkah?
Suciati email: psuciati@ut.ac.id
Nur Hidayah email: nurhidayah@ut.ac.id
Pascasarjana Universitas Terbuka
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji manfaat dan mudharat penggunaan laptop
oleh mahasiswa di dalam perkuliahan serta mengidentifikasi strategi penggunaan laptop
yang efektif di dalam kelas. Penelitian ini merupakan studi eksploratori, menggunakan
instrumen yang berisi 26 pertanyaan untuk mengumpulkan data dari 68 responden. Hasil
penelitian menunjukkan 73,5 persen pengguna laptop di dalam kelas, mayoritas (63%)
merasakan manfaatnya untuk mencari artikel yang relevan dan membuat catatan kuliah.
Banyak aktivitas penggunaan laptop yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti
browsing berita, chatting dan mengirim atau menjawab email (16 – 22 persen). Sebanyak
tiga puluh persen pengguna hanya memberikan porsi perhatian antara 25 sampai 50
persen pada perkuliahan yang sedang berlangsung. Pengguna dan bukan pengguna
laptop di kelas mempunyai perbedaan pandangan tentang manfaat atau mudharat
penggunaan laptop di kelas. Beberapa mahasiswa mempersepsikan bahwa penggunaan
laptop di kelas mengganggu konsentrasi, indikasi ‘rasa tidak hormat’ terhadap dosen atau
teman lainnya. Dosen perlu merancang penggunaan laptop dalam aktivitas pembelajaran
di kelas yang terintegrasi untuk memperkaya materi pembelajaran dan membuat proses
pembelajaran menarik dan efektif.
Kata kunci: Teknologi pembelajaran, laptop, persepsi, dan teknologi.
Abbstract: This study aims to assess the benefits and harms of laptops use by graduate
students in the classroom learning, and to identify strategies for effective use of laptops in
class.
The study is exploratory, using 26 point questionnaire to collect data from 68
respondents. Results showed 73.5 percents use laptops in the classroom, the majority of
users (63%) find it useful for browsing for relevant articles
and
making class notes.
Many use laptops for activities unrelated to learning, such as browsing news,
communicate through emails (16-22 percent) and chatting. Thirty percent of
users
reported to give only 25 to 50% of attention to the ongoing class activities. Users and non
users had different views about laptops use in the classroom; some students perceive
laptops use in class interfere with concentration, and can be an indication of ‘disrespect’
to the lecturers or other students. Lecturers should design the integration of laptop use
within classroom learning activities to enrich the learning
material, to make the
classroom learning process become more interesting and effective.
Key words: learning technology, laptops, perception, and technology.
78
Badan Hukum di Langit Pendidikan
(Studi Evaluasi Kebutuhan Satuan Pendidikan)
M. Kholid Fathoni
Email: Izdiharbabelan@hotmail.com
Abstrak: Ketentuan tentang keharusan penyelenggara dan/atau satuan pendidikan
berbentuk badan hukum pendidikan masih merupakan agenda hukum negeri ini. Pasal 53
UU Sisdiknas No.20/2003 mengamanatkan disusunnya suatu undang-undang tentang
badan hukum pendidikan. Sebelumnya, UU No 9/2003 Tentang Badan Hukum Pendidikan
sudah diterbitkan, namun oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan “tidak mengikat” pada
tangal 31 Maret 2010. Apabila “undang-undang baru” akan disusun menggantikan UU No
9, maka diperlukan upaya Pemerintah agar benar-benar memperhatikan poin-poin
penting penyebab pembatalan UU No 9 serta suara masyarakat secara lebih luas agar
kelak tidak mengalami nasib UU No 9. Dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen
di berbagai forum pembahasan seputar permasalahan, penelitian ini dimaksudkan
memetakan permasalahan badan hukum di bidang pendidikan. Penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu para pengambil kebijakan pendidikan mengetahui
kebutuhan nyata para penyelenggara pendidikan di lapangan.
Kata kunci: Otonomi pengelolaan pendidikan, badan hukum, penyelenggara pendidikan,
dan satuan pendidikan.
Abstract: The obligation of legal body upon every educational institution or its founder is
still an unfinished law agenda of this country. Act No 20/2003 on National Education
stated that the specific law on education legal body must be enacted. The government
has released the law No 9/2009 about Legal Body of School and University, but
the
Council of Constitution has canceled it in 2010. If a new regulation on legal body will be
initiated as law, instead of the cancelled one, the Government should be in alert and in
full contemplation among critics, last mistakes, and wider community sounds so that can
avoid obstacles. This research is important in accordance with Governmental planning
when the body of education institution will be constructed as a legal entity. The sounds
and documents which are collected from various forums in discussion of the topic will be
analyzed as a research conclusion.
Key words: Educational Autonomy, legal body, institutional founder in education, school
and university.
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Kegiatan
Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi
Idris HM Noor
E-mail: idrishmnoor@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan dan
pelaksanaan program penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi (PT).
Metode penelitian adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan teknik
79
analisis deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 160 responden yang diambil secara
purposive yaitu ketua/anggota lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di
perguruan
tinggi
Negeri
(PTN)
dan
perguruan
tinggi
Swasta
(PTS).
Penelitian
dilaksanakan selama 7 bulan mulai bulan April sampai bulan Oktober 2008 di 6 provinsi
yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), provinsi Bali, provinsi Daerah Khusus
Yogyakarta (DIY), provinsi Jawa Barat, provinsi Sumatera Barat, dan provinsi Sumatera
Utara. Alat dan teknik pengumpulan data adalah pedoman studi dokumentasi, kuesioner,
wawancara, dan focus group discussion (FGD). Data primer adalah nara sumber di PT,
sedangkan data sekunder adalah dokumen mengenai peraturan perundang-undangan dan
penelitian-penelitian terkait sebelumnya. Hasil penelitian adalah: 1) kebijakan program
penelitian dan pengabdian masyarakat di PT berdasarkan kebijakan umum Direktorat
Pendidikan Tinggi, Depdiknas; 2) implementasi kebijakan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi masih ada kendala antara lain lembaga penelitian dan pengabdian
masyarakat masih terpisah, sosialisasi P2M masih kurang, dan kemampuan metodologi
penelitian dosen masih rendah’ 3) hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PTN/PTS
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Namun
masih sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah materi ajar, publikasi
nasional/internasional, dan perolehan hak paten; dan 4) kegiatan pengabdian masyarakat
belum berdasarkan hasil penelitian.
Kata kunci: Penelitian, pengabdian masyarakat, analisis kebijakan, ilmu pengetahuan,
materi ajar
Abstract: The objectives of the research is to know the implementation of policy and
implementation of the research program and the public service at Higher Education (HE).
The research method is the mixed of quantitative and qualitative methods with a
descriptive analysis. Sample of the research is 160 repondents taken purposively of head
and members of the research and public service institutions at public and private of HE.
The research was conducted for 7 months from April to October 2008 at six provinces:
West Nusa Tenggara province, Bali province, Special Yogyakarta province, West Java
province, West Sumatera province, and South Sumatera province. Tools and the
techniques of data collecting are using documentation study, questionnaires, inteview,
and focus group discussion. Primary data is the information from the resource persons
from HE while the secondary data is taken from the documents about the rules as well as
the laws and the related research done by other people. The findings of the research are:
1) the policy of research program and the public service at HE is based on the general
policy of the HE Directorate, Ministry of National Education; 2) the implementation of
policy in improving quality of HE still has constraints such as the institutions of research
and public service are still separate, the socialization of programs of public service is still
low, and most lecturers at HE are stil lack of having research methodolgy; 3) the research
findings of both public and private HE can be implemented to develop and improve
science. However, there has a few of the research findings that can be used for improving
teaching and learning materials for higher education, very few of national as well
international publications, and very few of having patent rights; and 4) the activities in
public service are not based on the findings of the research yet.
Key words: research, public service, policy analysis, science, learning materials
80
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tutorial
Program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka
Prayekti dan Gusti Nurdin
prayekti@ut.ac.id, FKIP Universitas Terbuka
Abstrak: Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas tutorial Program S1 PGSD di UPBJJ-UT Pangkal Pinang. Faktorfaktor tersebut meliputi: 1) persiapan tutorial; 2) pelaksanaan tutorial; dan 3) interaksi
kelas tutorial. Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) persiapan tutor: (a) jarak dekat
dengan lokasi tutorial, nilai rata-rata kesiapan tutor 4,63; nilai aktivitas tutor 4,58; nilai
mahasiswa pada tutorial 4,03, dan aktivitas pengelola dengan nilai
sedang,
4,67; (b) jarak
nilai kesiapan tutor 4,48 dan nilai aktivitas tutor 4,42; nilai aktivitas mahasiswa
4,15; sedangkan nilai aktivitas pengelola 4,34; (c) jarak jauh, nilai kesiapan tutor 4,65
dan nilai
aktivitas tutor 4,74; nilai aktivitas mahasiswa 4,32 sedangkan nilai aktivitas
pengelola sebesar
4,56;
2) pelaksanaan tutorial, keaktifan belajar mahasiswa selama
mengikuti tutorial dengan kategori baik sebesar 87,5 % dan kategori cukup sebesar 12,5
%, sehingga aktivitas tutor rata-rata baik; 3) interaksi kelas tutorial, aktivitas tutor dalam
pelaksanaan tutorial cukup menarik perhatian mahasiswa, tutor berjalan berkeliling kelas
sambil menanyakan kesulitan mahasiswa dalam memahami modul saat belajar mandiri.
Di samping itu, memotivasi mahasiswa agar lebih giat belajar, membaca dan memahami
modul.
Kata kunci : UPBJJ, tutorial, strategi, interaksi kelas, dan kualitas
Abstract: This article was written based on the research results on factors influencing the
quality of tutorials activities of the S1 PGDS Program implemented by the learning groups
in Pangkal Pinang regional office. These factors include: 1) preparation tutorials; 2)
implementation of the tutorial; 3) interaction of the tutorial classes. The analysis showed
that: preparation of tutors: (a) close proximity to a tutorial site, the average value of
readiness tutor 4.65 value of 4.74 and tutor activities; value 4.32 while the value of
readiness tutor 4.63; tutor activity value 4.58; value of 4.03 students in tutorials; and
activities of the manager with a value of 4.67; (b) medium-range, the value of readiness
tutors activity value of 4.48 and 4.42,l value of 4.15 student activity, where as the value
of management activities 4.34; (c) distance, the value of the student activities
management for 4.56; 2) implementation of tutorials , active student learning during the
tutorial with a good category for 87.5 % and 12.5 % fairly category, so the average tutor
activity; 3) interaction of the tutorial classes, tutors in the implementation of the tutorial
activities attract enough students, tutors while walking around the class asking students
difficulty understanding when self-learning modules. In addition, to motivate students to
study harder, read and understand the module more.
Key words: UPBJJ, tutorials, strategies, classroom interaction, and quality
81
Model Pembelajaran Teknik Lompat Jangkit Dengan Metode
Bermain di Sekolah Dasar
R. Sudarwo & Yohanes
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauhmana penerapan
model
pembelajaran
teknik
melompat
jangkit
dengan
meningkatkan prestasi peserta didik di sekolah dasar.
metode
bermain
dapat
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peserta didik lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, mereka antusias melakukan
lompat jangkit sambil
senang
bermain, sehingga
dapat disimpulkan peserta didik merasa
melakukan lompat jangkit dengan metode bermain, begitupun ketika peserta
didik melakukan kesalahan
dengan
kesadaran dan tanggung jawab peserta didik
melakukan push up dengan senang sebagai hukuman tanpa diminta oleh guru.
Kata kunci : teknik lompat jangkit, bermain, pendidikan jasmani, dan sekolah dasar
Abstract: This study aims to describe how far the application of learning models jump
technique transmissible by playing methods to improve student achievement in
elementary school. Results showed that students more actively involved in learning, they
do jump transmissible enthusiastic while playing, so it can be concluded students feel
happy to do the jump transmissible by playing methods, as well as students make the
mistake of awareness and responsibility of learners doing push ups with pleasure as
punishment without being asked by the teacher.
Key words: transmissible jump technique, playing, physical education, and elementary
school
Bantuan Teknis Profesional Pengembangan Kurikulum Kepada
Tim Pengembang Kurikulum Daerah Sebagai Wahana
Pemberdayaan Staf Pusat Kurikulum
Sutjipto
E-mail: sutjipto.55@gmail.com
Abstrak: Kajian yang dikemukakan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang pemberdayaan staf Pusat Kurikulum melalui strategi kegiatan bantuan teknis
profesional pengembangan kurikulum di daerah. Metode kajian ini yaitu deskriptif, di
mana data utama diolah
berdasarkan program kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan
laporan hasil kegiatan Pusat Kurikulum tahun 2006 s.d. tahun 2010 berkait dengan
bantuan teknis profesional pengembangan kurikulum kepada TPK provinsi di 33 provinsi,
dan TPK
kabupaten/kota di 120
kabupaten/kota. Informasi
dikumpulkan dengan
menggunakan teknik dokumentasi, diskusi terfokus secara kelompok. Teknik analisis data
yang dipergunakan, yaitu deskripsi, dan interpretasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan profesional staf dalam pengembangan kurikulum merupakan
usaha
sadar
dan
berkesinambungan
dari
82
pimpinan
Pusat
Kurikulum.
Pentingnya
penciptaan suatu budaya kelembagaan dengan suasana atau iklim yang memungkinkan
staf berkembang secara sehat dalam manajemen yang memperkuat potensi staf dan
adanya jaminan perlindungan. Dengan demikian, potensi staf dapat dibangun secara
positif dan kondusif yang pada gilirannya bisa memandirikan staf dalam berkarya. Kajian
ini menunjukkan juga bahwa strategi pemberdayaan staf di tingkat Pusat Kurikulum
sangat berpengaruh terhadap capaian keberhasilan kegiatan bantuan teknis profesional
pengembangan kurikulum kepada TPK daerah.
Kata kunci: kemandirian, profesionalisme, kurikulum, dan bantuan teknis
Abstract: This study set out to get a view of empowerment Curriculum Center staff
through a strategy of professional technical assistance activities in the area of
curriculum
development. Methods This study is descriptive, where the main data is processed based
on program activities, implementation activities, and report the results of activities
Curriculum Center between 2006 through 2010 related to the professional technical
assistance to the TPK provincial curriculum development in 33 provinces, and TPK district
in 120 districts/cities. Information was collected using documentary techniques, focus
group discussions, and involved role in the activities. The data analysis technique used,
namely description, and interpretation. The study shows that the increase in professional
skills (professional development) staff in curriculum development is really a conscious and
sustained effort from the leadership of Curriculum Centre. The importance of the creation
of a cultural institution with the atmosphere or climate that allows staff to develop, a
sound management in strengthening the potential or staff resources and the protection
jaminnan staff so that potential can be constructed in a positive and conducive
environment which in turn can memandirikan staff in making the work is also a prominent
finding in this study. Furthermore, this study also shows that the strategy of empowering
the staff at the Curriculum Center is very influential on the successful achievements of
technical assistance activities of professional development curriculum to local corruption.
Key words: independence, professionalism, curriculum, and technical assistance
Dinamika Sosial Gerakan Guru di Indonesia Pasca Orde Baru
Rakhmat Hidayat
email: rakhmat_123@yahoo.com, Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamika gerakan guru
Indonesia setelah era Orde Baru. Fase ini ditandai dengan bermunculan berbagai
organisasi guru di Indonesia dan 2) menjelaskan bagaimana kontribusi gerakan guru
Indonesia dalam pentas demokrasi Indonesia. Ada dua kesimpulan penting dalam tulisan
ini yaitu: 1) gerakan guru Indonesia yang berkembang setelah era Orde Baru merupakan
manifestasi dan artikulasi dari sistem politik yang mendukung munculnya gerakan
tersebut; 2) gerakan guru Indonesia menjadi kelompok social penting dalam transisi
demokrasi di Indonesia setelah Orde Baru. Metodologi yang digunakan adalah kajian
literature dengan mengkaji berbagai referensi terkait gerakan guru di Indonesia. Hal
penting yang harus dilakukan oleh gerakan guru di Indonesia adalah melakukan
penguatan dan konsolidari jaringan baik jaringan nasional maupun internasional. Dengan
83
cara ini gerakan mereka akan lebih solid, terstruktur dan terlembagakan sebagai actor
penting dalam transisi demokrasi di Indonesia.
Kata kunci: gerakan, guru, konsolidasi, dan demokrasi
Abstract: This article aims is to: 1) describes the dynamics of movement of teachers in
Indonesia after New Order era. This phase is marked by the emerging various teacher
organizations in Indonesia and 2) explain how the contribution of Indonesian teachers
movement in the stage of democracy in Indonesia. There are two important conclusions in
this paper are 1) Indonesian teacher movement that developed after the New Order era is
the manifestation and articulation of a political system that supports the emergence of
these movements; 2) the movement of Indonesian teachers become an important social
group in the transition to democracy in Indonesia after New Order. The methodology used
is the study of literature by examining a variety of related references teachers’ movement
in Indonesia. Movement of teachers in Indonesia have to do the strengthening and
consolidation of networks both national and international networks. Their movements will
be more solid, structured and institutionalized as an important actor in the transition to
democracy in Indonesia.
Key words: movement of teacher, consolidation, and democracy
Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia:
Dari Nama Generik ke Spesifik
Abdul Gaffar Ruskhan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Abstrak: Nama-nama geografi di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-macam,
baik yang berasal dari bahasa Indonesia maupun yang berasal dari bahasa daerah
masing-masing. Keberbagaian itu merupakan keunikan nama geografi yang kaya dengan
budaya bangsa, termasuk bahasanya. Suatu hal yang tidak dapat dibantah bahwa
terdapat pula nama geografi yang berasal dari bahasa asing. Namun, penggunaan bahasa
daerah dan bahasa Indonesia sebagai nama geografi merupakan pilihan yang tidak dapat
diabaikan. Dalam nama geografi, ada unsur generik dan unsur spesifik yang menjadi hal
yang penting. Unsur generik itu merupakan unsur yang
mengandung makna umum
berupa kenampakan alam, seperti daratan dan perairan, serta. kawasan khusus, buatan,
dan administratif. Sementara itu, nama spesifiknya adalah nama yang membatasi unsur
generiknya. Unsur spesifik itu muncul dari penamaan masyarakatnya, yang tidak lepas
dari nama generiknya. Masing-masing memiliki aspek historisnya.
Kata kunci: nama geografi, unsur generik, dan unsur spesifik
Abstract: The Indonesian geographical names are various in terms of its origins
language. The are many geographical names are derived from the national language
(Indonesian) and the local languages. The diversities are the uniqueness that are rich with
ethnicity and culture, including languages. The geographical names are consisting of the
generic names and specific names. The generic names are the names that applied in
general, either associated with the natural appearance, artificial area, or administration
area. The generic names are potentially derived both from the national language
84
(Indonesian) and from the local languages. Their use makes them became
specific.
However, there are many specific names in the form of the generic elements only. Many
names that people who have created
can not be separated from the history of the
names.
Key words: geographical names, generic factor, and specific factor
85
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2010
Kajian Terhadap Keberadaan dan Pendanaan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI)
Hendarman
email: hendarman@kemdiknas.go.id, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Penyelenggaraan satuan pendidikan menuju bertaraf internasional telah dimulai
sejak tahun 2006, yaitu melalui pendirian dan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI). Berbagai gugatan, pandangan dan kritik yang bersifat pro-kontra
dari berbagai lapisan masyarakat terhadap penyelenggaraan RSBI muncul sejalan dengan
implementasinya.
Hal
yang
signifikan
yaitu
usulan
untuk
memberhentikan
penyelenggaraan RSBI dan sistem pendanaan yang memberatkan orang tua peserta
didik. Tulisan ini merupakan kajian secara yuridis terhadap keberadaan RSBI serta
pendanaan yang seyogianya diberlakukan dalam penyelenggaraannya. Kajian secara
yuridis menunjukkan bahwa menghentikan penyelenggaraan RSBI tidak dimungkinkan
sepanjang
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku
belum
diubah.
Terkait
pendanaan terhadap RSBI, memang terjadi perbedaan tafsir dari peraturan perundangundangan yang berlaku sehingga terjadi pungutan-pungutan yang membebankan orang
tua peserta didik. Implikasi dari hal-hal tersebut bahwa keberlanjutan RSBI harus diikuti
dengan adanya evaluasi dengan menggunakan indikator-indikator kunci yang dapat
memutuskan kemungkinan promosi RSBI menjadi SBI atau penurunan status menjadi
sekolah regular; dan penetapan sistem keuangan di tingkat satuan pendidikan RSBI
secara transparan dan akuntabel yang dapat menjelaskan berapa yang diterima dan
dipergunakan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk orang tua
peserta didik.
Kata kunci: RSBI, pendanaan, dan standar internasional
Abstract: The execution of a unit having international standards of education has been
commenced since 2006 through the establishment of the so-called “rintisan sekolah
bertaraf internasional” (RSBI). Pros and cons were addressed for the implementation of
RSBI. The significant one is to terminate this initiative due to the burden funding
implications that parents are to take care. This paper analyses the existence of RSBI and
funding mechanism which are supposed to be in place from the view of legal aspect. The
analysis shows that the appeal to terminate RSBI will not be possible unless there is an
amendment to the existing laws and regulations. In terms of budget allocation for RSBI,
the analysis shows that misinterpretations towards the regulation bring about the big-fees
taken from parents. It is recommended that RSBI is to be continued but with such an
evaluation using a number of key-indicators to decide for the promotion and the
depromotion of RSBI to be SBI (international standard schools) or back to regular
schools; and to set up a transparent and accountable finance system in the school which
could indicate in detail the receiving and spending of money received from central office,
local authority and society including students’ parents.
86
Key words: RSBI, finance,and international standar
Model Pendidikan Guru Berbasis Ke-Bhinekaan Budaya di
Indonesia
Al Musanna
Email: win_moes@yahoo.co.id / winmoes78@gmail.com
Abstrak: Pendidikan guru di Indonesia seyogianya memberi perhatian dalam revitalisasi
nilai dan budaya lokal sebagai fondasi pengembangannya, hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang paling pluralistik ditinjau dari suku
bangsa dan budaya. Praksis pendidikan guru tanggap budaya atau culturally responsive
pedagogy, memberi harapan sebagai jalan keluar untuk menjembatani revitalisasi budaya
lokal dan peningkatan relevansi pendidikan guru di tanah air. Penekanan pada pendidikan
guru tanggap budaya didasari kenyataan masih terkesampingkannya budaya lokal atau
kearifan lokal dalam kebijakan dan kurikulum pendidikan guru di tanah air.
Kata kunci: Pendidikan Guru, Budaya Lokal, Pendidikan Guru Tanggap Budaya
Abstract: Teacher education in Indonesia should give more attention to the revitalization
of local cultures as the foundation. It is based on the fact that Indonesia is one of the
most pluralistic nations in terms of ethnicity and culture. The praxis of culturally
responsive teacher education promise solution to bridge the revitalization of local culture
and to improve the relevance of teacher education in Indonesian context. Preparing
teacher to be a culturally competent teacher can be solutions to marginalization an
alienation of many aspects of local culture in Indonesian educational policy.
Key words: Teacher Education, Local Culture, Culturally Responsive Teacher Education
Aplikasi Analisis (Path Analysis) Berdasarkan
Urutan Penempatan Variabel Dalam Penelitian
Sudaryono
STMIK Raharja Tangerang, Email: Sudaryono1@yahoo.co.id
Abstrak: Dalam suatu penelitian kuantitatif, suatu metode yang mengkaji urutan sebab
akibat antara sejumlah variabel dalam suatu model penelitian disebut metode path
analysis (analisis jalur). Dikarenakan pemikiran sebab akibat memainkan peranan atau
aturan yang sangat penting di mana path analysis tersebut diaplikasikan, maka dengan
menampilkan unsur-unsur path analysis dengan menerapkan analisis korelasi di antara
sesama variabel berdasarkan urutan pengaruhnya, akan memberikan gambaran betapa
pentingnya analisis jalur ini untuk diketahui oleh peneliti. Tujuan analisis jalur adalah
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel
penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Selain itu tujuan
penulisan ini adalah untuk menambah khasanah model-model penelitian yang dapat
digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel. Rumusan masalah dalam
tulisan memusatkan perhatian apakah analisis jalur sangat efektif digunakan dalam
87
penelitian pendidikan dan menjawab pertanyaan permasalahan penelitian dengan baik.
Hasil penelusuran literatur dan contoh-contoh penelitian yang menggunakan analisis jalur
menunjukkan bahwa analisis jalur sangat efektif dan perlu dikembangkan dalam
penelitian pendidikan.
Kata kunci: Penelitian kuantitatif, Aplikasi Path Analysis,Analisis Korelasi, Akibat
Langsung, Akibat Tidak Langsung.
Abstract: In quantitative research there is a method called path analysis that examines
chronological cause and effect among variables. Since cause and effect play an important
role guideline in which the analysis is applied, showing the path analysis components with
applied corelation analysis among variables based on their chronological effect would give
description how important the path analysis is to be acknowledged by reserachers. It’s
objective is to examine direct and indirect effect a set of variables, as the cause variables
towards other variables as the effect variables. The purpose this article is to enrich
research methods that may be used to analysis the relation patern among the variables.
Problem formulation of this article focuses on the question is path analysis effective for
educational research and can it answer issues in educational research. Literature reviews
and researchs using path analysis reveal that it is very effective and needs to be
developed in educational research.
Key word: Research Quantitative, Path Analysis Applied, Correlation Analysis, Direct
Effect, Indirect Effect.
Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi
Ida Kintamani Dewi Hermawan
Email idakintamani@yahoo.com
Abstrak: Tujuan analisis SDM PT adalah untuk memahami profil SDM PT, mutu SDM PT,
dan menentukan mutu PT
dengan menggunakan data tahun 2009/2010. Metode yang
digunakan dalam analisis ini adalah studi dokumentasi dan survai. Selain itu, digunakan
indikator kinerja utama (IKU) dari Rencana Strategi Pendidikan tahun 2010-2014 untuk
menilai mutu PT. Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun lembaga PT Swasta sebesar
97,24% dari lembaga PT yang ada, namun mahasiswanya hanya sebesar 58,39% dan
dosennya sebesar 71,83%.
Berdasarkan 7 indikator, kelayakan dosen mengajar hanya
37,65%, dosen tetap sebesar 67,82%, dosen jabatan guru besar sebesar 3,59%, dosen
senior sebesar 19,84%, dan tenaga kependidikan kebanyakan lulusan SM sebesar
34,82%. Berdasarkan 5 indikator komposit yang dipilih maka mutu PT hanya sebesar
49,85 berarti kurang dari separuh. Dengan melihat hasil seperti ini maka disarankan agar
dilakukan penelitian lanjutan mengenai pendataan PT khususnya dosen dengan semua
rinciannya dan apakah indikator komposit yang digunakan telah sesuai untuk mengukur
mutu PT.
Kata kunci: analisis, sumber daya manusia, pendidikan tinggi, data dan indikator, mutu
pendidikan.
Abstract: The purpose of this analysis is to understand the Higher Education (HE) Human
Resources profile and quality, and determine the quality of HE by using the 2009/2010
88
data. The method used in this analysis is the documentation study and the survey. In
addition, the use of key performance indicators from Education Strategic Plan 2010-2014
to assess the quality of HE. Results showed that although private institutions have
reached 97.24% of HE, it only has 58.39% of the students and 71.83% lecturers. Based
on 7 indicators, feasibility of lecturers to teach only 37.65%, full-time professors 67.82%,
lecturers professors 3.59%, senior lecturer 19.84%, and most education personnel are
high school graduated which is 34.82%. Based on the selected five composite indicators,
the quality of PT is only 49.85 means that less than half. By looking at the results, they
are advised to conduct further research regarding collection of data about the HE,
especially teachers with all the details and whether the composite indicators used are
appropriate to measure the quality of HE.
Key Words: analysis, human resource, higher education, data and indicator, education
quality.
Kajian Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
Pada Pendidikan Menengah
Suwandi
Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Jakarta
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) gambaran pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah (MBS) pada pendidikan menengah; 2) kendala-kendala yang
dihadapi pihak sekolah dalam pelaksanaan MBS; dan 3) saran-saran atau masukan pihak
sekolah agar pelaksanaan MBS berjalan dengan baik. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian pengembangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
kuesioner (angket), observasi, dokumentasi, wawancara dan focus group discussions
(FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dapat diambil kesimpulan: 1) pelaksanaan
MBS di sekolah menengah secara umum berjalan dengan baik; 2) kendala pelaksanaan
MBS yang paling menonjol yaitu terbatasnya anggaran biaya, minimnya fasilitas yang
dimiliki sekolah, serta masih rendahnya kualitas SDM; dan 3) Saran yang cukup menonjol
dari pihak sekolah adalah agar pemerintah (pusat dan daerah) dapat meningkatkan
bantuan/subsidi keuangan berupa dana block grant, dekonsentrasi (termasuk BOS/BKM),
dana dari Depag, APBD Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten.
masih layak diterapkan
untuk penyaluran dana pendidikan di sekolah dengan beberapa pembenahan, terutama
dalam pemberdayaan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Kata kunci: sekolah menengah, manajemen sekolah, dan mutu
Abstract: The Objective of this research is to find out: 1) The illustration of school base
management implementation on the secondary school; 2) The obstacles in school based
management implementation experienced by schools; 3) Suggestion from school in order
to implement school based management better. Data was collected from a questionnaire,
observation, documentation, interview, and Focus Group Discussions (FGD). From the
result, it is concluded that: 1) Generally, school based management implementation in
schools has run well; 2)The main issues in school based management implementation are
lack of budget, minimum facility, incompetent human resources; and 3) The major
suggestion from schools is that the center and local government increase the budget
89
subsidy derives from block grant, deconcentration fund (including BOS/BKM), Ministry of
Religious Affair, Provincial and regency budget for the distribution of educational budget
to schools with some improvements particulary in the empowerment of provincial
and
regency educational offices.
Key words: secondary school, school management, and quality
Wacana Khotbah Jumat di Surakarta: Suatu Kajian Linguistik
Kultural
Kundharu Saddhono
email: kundharu@uns.ac.id, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS
I Dewa Putu Wijana,
Fakultas Ilmu Budaya, UGM
Abstrak: Khotbah Jumat merupakan salah satu sarana yang digunakan umat Islam yang
bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan
buruk (sarana dakwah). Seorang yang menyampaikan dakwah disebut khotib. Agar dapat
menarik simpati dari jemaah atau orang yang menyimak khotbah, diperlukan sebuah
keterampilan berbicara yang baik. Istilah untuk menarik massa malalui keterampilan
berbicara dimaknai sebagai retorika. Di dalam khotbah Jumat banyak terdapat aspek
bahasa yang dipengaruhi oleh unsur kebudayaan setempat. Khotbah Jumat sebagai
sebuah wacana tentunya dapat dianalisis dari aspek mikrostruktural yang berkaitan
dengan aspek gramatikal, aspek leksikal, kohesi, dan koherensi. Adapun dari aspek
makrostruktural berkaitan dengan unsur kebudayaan atau kultural masyarakat sekitar di
luar aspek kebahasaan atau linguistik yang di dalamnya berkaitan dengan konteks yaitu
partisipan, tempat dan waktu, saluran yang digunakan, kode yang digunakan, bentuk
pesan beserta isinya, peristiwa dengan sifat, dan nada pembicaraan.
Kata Kunci: wacana, khotbah Jumat, khotib, linguistik kultural,
kebudayaan, dan
Surakarta
Abstrcat: Friday sermon is a means of religious endeavor used by Moslems to invite the
community to do good things and avoid bad deeds. A person who conveys Friday sermon
is called a preacher. A good speaking skill is needed in order to attract sympathy from the
congregation or the people who listen to the sermon. The term ‘attract masses through
speaking skill’ is called as rhetoric. In Friday sermons there are many aspects of language
which are influenced by local cultural elements. Friday sermons as a discourse of course,
can be analyzed from micro structural aspects related to grammatical aspect, lexical
aspect, cohesion, and coherence. The macro structural aspects related to culture or
cultural elements surrounding communities outside of language or linguistic aspects in
which the participants related to the context, place and time, the channel used, the code
used, the form of a message and its contents, events with nature, and tone of
conversation.
Key words: discourse, Friday sermons, preachers, cultural linguistic, cultural, and
Surakarta
90
Bimbingan dan Konseling Sekolah
H. Kamaluddin
Email: pps.uhamka@yahoo.co.id, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
Abstrak:Penyuluh memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan dan mereka
dianggap sebagai psikolog sekolah. Penyuluhan harus mencangkup dan mempunyai
sasaran untuk mengembangkan serta memperluas potensi-potensi siswa. Mereka harus
memiliki kemampuan hubungan masyarakat hubungan masyarakat yang bagus dan solusi
alternative kepada para siswa. Penyuluh melaksanakan perencanaan, menjalankan
program, pengawasan dan evaluasi serta melaksanakan tindak lanjut dalam kegiatan
penyuluhan. Penyuluhan juga bertanggung jawab dalam menginformasikan jalur-jalur
karir kepada para siswa. Penyuluhan bertindak sebagai penyelesaian masalah solver para
siswa. Menteri Pendidikan telah memberikan kebebasan penuh kepada penyuluhan untuk
mengembangkan potensi siswa dan menyediakan bimbingan serta penyuluhan yang
efektif.
Kata kunci: bimbingan dan konseling sekolah
Abstract: The counselor plays an important role in the education system. They are
regarded as school psychology. Counseling must possess and target to expand and
develop the student’s potentials. They must posses good public relations and alternative
solutions to students.The counselor conducts planning, carry out the programme, monitor
and evaluate, and take further actions in their counseling activities. The counselor is also
responsible to provide career path to the students. To conclude, the counselor act as a
problem solver to the students. The Ministry of Education has given full freedom to the
counselor to develop the students’ potentials and provide effective guidance and
counseling.
Key words: school counceling and guidance
Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional
(UASBN) Dengan Teori Tes Klasik
Arniati Prasedyawati Herkusumo
Peneliti pada Pusat Penilaian Pendidikan
Abstrak: Sejak diberlakukannya Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) pada
tahun pelajaran 2007/2008, propinsi diberi kewenangan untuk menyusun soal-soal ujian
berdasarkan
kisi-kisi
yang
sama
yang
dikeluarkan
BSNP.
Para
ahli
pengukuran
menyatakan bahwa tidak pernah ditemukan dua paket tes dengan butir soal yang
berbeda walaupun berdasarkan kisi-kisi yang sama mempunyai tingkat kesukaran yang
sama.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi setingkat Ujian Nasional yang
menggunakan beberapa paket tes yang berbeda dan mengukur hal yang sama, perlu
dilakukan penyetaraan (equating). Dengan dilakukannya penyetaraan/equating skor atas
paket-paket yang digunakan dalam UASBN, maka estimasi kesalahan pengukuran yang
91
sekecil apapun dapat diketahui, dan skor yang diperoleh dapat dibandingkan sehingga
peserta tes tidak merasa dirugikan atau diuntungkan karena kebetulan mendapat paket
tes yang lebih mudah atau yang lebih sukar. Tujuan Penelitian adalah menentukan
konversi nilai mata pelajaran yang diujikan secara nasional
antarprovinsi, antarpaket
pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, dan mengetahui kemampuan sebenarnya dari
peserta UASBN berdasarkan konversi skor yang telah disetarakan. Pada penelitian ini,
teknik equating yang digunakan adalah equipercentile equating dengan menggunakan
software Common Item Program for Equating (CIPE) versi 2.0.
Kata kunci: UASBN, penyetaraan tes, soal anchor, teori tes klasik, teori respon butir, dan
skor konversi
Abstract:Since the enactment of the National Standard School Final Examination
(UASBN) in school year 2007/2008, the province is authorized to construct exam
questions based on the same lattice issued BSNP. No tests ever found two packages with
different grain problem, although based on the same grid have the same difficulty level.
Therefore, the evaluation of the National Exam level using several different test packets
and measuring the same thing, need to be equated. The effect of equating scores on the
packages used in this UN estimates that the slightest error of measurement can be
known, and the scores obtained can be compared so that the test participants are not
disadvantaged or advantaged because of getting an easier or more difficult test package
accidentally. The purpose of this Research is to 1) determine the conversion of the value
of the subjects to be tested nationally among province, among packages at UASBN.; 2)
know the actual ability of the participants UASBN based on the conversion of the values
that have been synchronised. In this research, the technique used is equipercentile
equating with the use of the software Program for Common Item Equating (CIPE) version
2.0.
Key words: UASBN, test equating, anchor item, classical test theory, item response
theory, and conversion score
Bias Gender dalam Prestasi Akademik Siswa:
Studi tentang Perbandingan Prestasi Akademik Siswa Laki-laki dan
Perempuan di SMA 12 Bekasi
Rakhmat Hidayat
E-mail: rakhmat_123@yahoo.com, Universitas Negeri Jakarta
Abtsrak: Artikel ini memiliki dua tujuan penulisan. Pertama, menjelaskan perbedaan
prestasi akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika,
Sosiologi dan Bahasa Indonesia? Kedua, menjelaskan kecenderungan perbedaan prestasi
akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika, Sosiologi dan
Bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pada mata pelajaran Fisika, perempuan
mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada mata pelajaran Sosiologi dan
Bahasa Indonesia, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir atau perubahan
nilai-nilai yang dianut masyarakat berkaitan posisi perempuan dalam masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data sekunder
(ADS).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Perlu
92
dilakukan sosialisasi gender sejak dini kepada pelajar tentang kesetaraan gender dalam
upaya meminimalisir terjadinya bias gender.
Kata kunci: gender, prestasi, dan sosialisasi
Abstract : This article has two purposes for writing. Firstly, explain the differences in
academic achievement between students of men and women on the subjects of Physics,
Sociology and Indonesian? Secondly, to explain the tendency of academic achievement
differences between boys and girls on the subjects of Physics, Sociology and Bahasa
Indonesian. It can be concluded that the subjects of Physics, women have higher grades
than men. On the subject of Sociology and the Indonesian language, there were no
significant differences between men and women. The results of this study was influenced
by developments or changes in the mindset that embraced the values of society regarding
women’s position in society. This study use a quantitative approach with secondary data
analysis methods (ADS). Data collection method used is the method of documentation. It
should be done early gender socialization to students about gender equality in an effort to
minimize the occurrence of gender bias.
Key words: gender, achievement, and socialization
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study:
Kasus Di Kabupaten Bantul
J.M. Tedjawati
tedjawatiks@yahoo.com, Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan program
lesson study, khususnya dalam hal: 1)
Pelaksanaan program lesson study; 2) Peran
kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan dalam pelaksanaan program lesson study;
dan (3) Dampak pelaksanaan program lesson study. Temuan analisis ini menunjukkan
bahwa: 1) Program lesson study dapat dilaksanakan karena adanya dukungan kerja sama
antar guru, kepala sekolah, dan peran koordinator dalam menyusun program. Bagi guru,
program
ini
sangat
bermanfaat
dalam
pembelajaran
di
kelas,
sekaligus
dapat
meningkatkan kemampuan kompetensinya. Guru dituntut untuk dapat melakukan
perencanaan pembelajaran, mempraktikan pembelajaran tersebut, serta menerima
masukan dari guru lain ataupun fasilitator atau kepala sekolahnya; 2) Adanya dukungan
dari kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan dalam program lesson study. Peran
kepala sekolah antara lain dukungan dalam pelaksanaan, pendampingan, dan pendanaan
kegiatan lesson study. Peran kepala dinas antara lain pemberian pelatihan dan sertifikat
bagi guru, menyetujui penggunaan dana BOS untuk program lesson study; dan 3)
Dampak program lesson study bagi guru adalah meningkatnya kemampuan guru. Mereka
lebih inovatif dengan metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap
tingkat kemampuan siswa serta meningkatnya kualitas serta kuantitas guru dalam
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Kata kunci: kemampuan kompetensi guru, program lesson study
Abstract: The purpose of this writing is find out about the implementation of lesson study
program, especially in terms of: 1) The implementation of lesson study program, 2) The
role of school principals and heads of education offices in the implementation of lesson
93
study program, and 3) The impact of the implementation of lesson study program. It’s
objective
is
to
address
the
problems
being
faced
today,
to
what
extent
the
implementation of lesson study can be applied in the classroom and the impact of the
lesson study program. Analysis findings show that: 1) Lesson study program can be
implemented because of the support of cooperation between teachers, principals, and the
role of coordinator in preparing the program. For teachers, the program is very useful in
the classroom, while increasing the ability of competence. Teachers are required to be
able to do lesson planning, teaching practice, as well as receive input from other teachers
or facilitators, or principal, 2) The existence of support from school principals and heads of
education offices in lesson study program. The role of principals, among others, support in
the implementation, mentoring, and financing activities of lesson study. The role of head
of educational office including the provision of training and certification for teachers,
approved the use of the funds for lesson study program, and 3) The impact lesson study
program for teachers is the increasing ability of teachers. They are more innovative in
teaching with variety in the methods and more relevant towards student’s ability. In
addition, theachers quality and quantity increase in implementing the Classroom Action
Research (PTK).
Key words: competency skills of teachers, lesson study program
94
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2010
Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan
Pembelajaran dan Penilaian Yang Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kompleks
(Suatu survai terhadap TPK di 4 kabupaten)
Mutiara O. Panjaitan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdiknas
Email: mutiara_op@yahoo.com
Abstrak:
Tujuan
penelitian
dimaksudkan
untuk
memperoleh
informasi
tentang
kemampuan TPK di empat kabupaten dalam merancang kegiatan pembelajaran dan
penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks yang meliputi berpikir kritis,
pemecahan
masalah,
dan
berpikir
kreatif.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Tabel The Cognitive Process Dimension
dan Gubbin’s Matrix of Thinking Skills,
diketahui hanya 24.58% TPK yang mampu
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir
kompleks, dan dari jumlah tersebut hanya 31% yang mampu merancang tugas berpikir
kreatif.
Kata kunci: TPK, kegiatan pembelajaran dan penilaian, dan berpikir kompleks.
Abstract: The objective of research is to obtain the information about the ability of
Curriculum Development Team (TPK) of districts in designing learning activities and
assessments contain complex thinking skills that include critical thinking, problem solving,
and creative thinking. Based on the results of analysis using the Table of The Cognitive
Process Dimension and Gubbin’s Matrix of Thinking Skills, known that only 24.58% TPK
capable of designing learning tasks and assessments containing complex thinking skills,
and of that number only 31% are able to design a creative thinking task.
Key words: TPK, evaluation and teaching learning process, complex thinking
Rintisan Pengembangan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
Sutjipto
Kemdikbud, e-mail: sutjipto.55@gmail.com
Abstrak: Studi ini menggambarkan model pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter
pada satuan pendidikan rintisan tahun 2010 yang diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum.
Studi berbentuk kajian deskriptif dengan analisis wacana kritis, di mana data utama
diolah berdasarkan program kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan laporan hasil kegiatan
di
seluruh
satuan
pendidikan
rintisan
implementasi
95
karakter
bangsa.
Informasi
dikumpulkan melalui berbagai sumber seperti dokumentasi, fokus grup diskusi, dan
keterlibatan langsung peneliti dalam kegiatan rintisan. Teknik analisis data yang
dipergunakan, yaitu deskripsi, dan interpretasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa satuan
pendidikan rintisan umumnya berhasil menerapkan nilai-nilai karakter yang dapat diamati
secara kasat mata langsung (tangible) seperti religius, peduli lingkungan (bersih, rapi,
aman, nyaman, indah, teduh dan sejuk), disiplin, empati, kerja sama, sopan santun,
ramah, senyum, salam, dan sapa. Keberhasilan tersebut diperoleh dari adanya tahapan
kegiatan yang terorganisir, terkoordinasi, dan terkondisi, melalui sosialisasi kebijakan
pengembangan model
dan pelatihan, pelaksanaan magang
di
satuan pendidikan
pengalaman terpetik (best practice), penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan supervisi.
Kata kunci: kesadaran, komitmen, penanaman nilai, dan pembudayaan.
Abstract: This study describes the development model the values
of character
education in the educational unit stub year 2010 organized by the Curriculum Centre.
Studies descriptive studies shaped by critical discourse analysis, where the main data
processed by the program activities, implementation activities, and reports results of
activities throughout the pilot implementation of character education unit of the nation.
Information collected through various sources such as documentation, focus group
discussion, and direct involvement of researchers in pilot activities. Data analysis
techniques are used, namely description, and interpretation. The study results indicate
that the pilot general education units successfully apply character values
that can be
observed by naked eye directly (tangible) such as religious, caring environment (clean,
neat, safe, comfortable, beautiful, shady and cool), discipline, empathy, employment
same time, polite, friendly, smiling, greeting, and sapa. The success is derived from the
phases of activity that is organized, coordinated, and conditioned, through the
socialization model development and training policies, the implementation of internships
in the education unit terpetik experience (best practice), the preparation level of the
education curriculum, and supervision.
Key words: awareness, commitment, investment values, and acculturation.
Teknik Pola Bilangan dan Hasil Belajar Operasi Pembagian
Dalam Pembelajaran Matematika Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV
Kadir dan Hastri Rosiyanti
Jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Jakarta
E-mail:dirsal@yahoo.com
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan teknik pola
bilangan dan kemampuan siswa dalam operasi pembagian di sekolah dasar. Penelitian
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah di Ciputat dengan metode quasi eksperimen dengan
melibatkan 60 sebagai sampel. Pemilhan sampel menggunakan cluster random sampling.
Studi
ini
menemukan
bahwa:
1)
hasil
belajar
operasi
pembagian
siswa
yang
menggunakan teknik pola bilangan ini lebih tinggi dari mereka yang menggunakan teknik
biasa dan 2) kemampuan siswa yang menggunakan teknik pola bilangan ini lebih baik
96
daripada siswa yang menggunakan teknik biasa. Terbukti dalam penerapannya, siswa
dapat mencantumkan bilangan yang dibagi, pembagi, hasil bagi lebih mudah dalam
materi operasi pembagian.
Kata kunci: teknik pola bilangan, teknik konvensional, operasi pembagian, pembagian
dengan satuan, pembagian dengan puluhan, dan pembagian bersisa.
Abstract: The objective of the present study is to study the effect use of numbers pattern
techniques and students’ ability in division operation at primary school. The study was
conducted in Madrasah Ibtidaiyah in Ciputat with quasi experiment method. There were
60 fourth grade students as the sample of the study, selected by cluster random
sampling. The data were gathered by using a test. The result of the study are: 1) learning
outcome in operation devision of the student who use numbers pattern techniques is
higher of those who use conventional technique and 2) ability of the students who use
numbers pattern techniques is more good of those who use usual technique, such as
student can put a number which are divided, divisor, quotient is more easily in materials
division operation.
Key words: numbers pattern technique, conventional technique, division operation,
devision by unity, decimal, dan radical of devision.
Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Pada Pendidikan Nonformal
Siswantari
Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
Email: siswantariarin@gmail.com
Abstrak: Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) memegang peran yang begitu penting
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, termasuk pada pendidikan non-formal.
Untuk itu Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka. Namun
demikian, kompetensi mereka belum banyak diketahui. Dengan mengetahui kompetensi
mereka, perancangan pelatihan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Lingkup
penelitian ini meliputi program Paket A dan Paket B. Pendidik adalah tutor program Paket
A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong belajar
kelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB.
Tenaga Kependidikan meliputi pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B serta
Penilik. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi tes kepada responden dan
wawancara dengan beberapa responden. Hasil tes memperlihatkan bahwa kompetensi
mereka secara umum masih rendah. Dengan demikian diperlukan upaya Pemerintah dan
pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan non-formal.
Kata kunci: Pendidikan non-formal, tutor, pamong belajar, pengelola kelompok belajar,
Penilik.
Abstract: Teacher and education personnel have important roles to improve the quality
of education, including non-formal education. Government always improves their
competence. However, so far not many people know about their competence. By knowing
97
their competence, then training can be designed more efficiently and more effectively.
The scope of the study are Package A and Package B programs. Educator is a tutor for
program Package A and Package B which at the same time is not a teacher in schools.
Including educator is pamong belajar who handle
kesetaraan education in P2PNFI and
BPPNFI, BPKB, and SKB. Education personnel include study group manager of Package A
and/or
Package B and inspectors (Penilik). The data was collected by
testing
the
respondents and interviews with some respondents. The test results showed that their
competence is generally still low. Thus the necessary effort of the Government and local
governments is to improve their competence in order to improve the quality of non-formal
education.
Key words: non-formal education, tutor, pamong belajar, study group manager, penilik.
Efektifitas Praktikum Multimedia Struktur Atom dalam Mengatasi
Miskonsepsi Kimia Anorganik Mahasiswa
Suyanti Dwi Retno
Kimia Anorganik FMIPA UNIMED Medan, email:dwi_hanna@yahoo,com
Sugyarto, HK
Kimia Anorganik FMIPA UNY Yogyakarta,
email: kristiansugiyarto@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan inquiry mahasiswa dalam menelusuri bagaimana para pakar kimiawan
menemukan tetapan Rydberg sehingga tidak terjadi miskonsepsi dalam memahami
struktur atom khususnya dan Kimia Anorganik pada umumnya. Penelitian ini dilakukan di
Jurusan Kimia FMIPA UNIMED dengan mengintegrasikan praktikum multimedia dan
pembelajaran Kimia Anorganik. Hasil penelitian menunjukkan.terdapat peningkatan
pemahaman mahasiswa dalam mempelajari struktur atom karena miskonsepsi terhadap
tetapan Rydberg dan pembentukan spektrum Hidrogen dari ke empat ligan teratasi.
Kata kunci: praktikum multimedia, struktur atom, miskonsepsi kimia, tetapan Rydberg,
dan persepsi mahasiswa
Abstract: This research aims to determine shell atomic energy related How finding
Rydberg Constanta. This research was be held on Deparment of Chemistry Medan State
University.
Through
Anorganic
teaching
and
learning
integrated
with multimedia
practikum, several misconception in atomic structure atomic has been overcome. The
Efectivity of Multimedia Practicum in Atomic Structure for Overcoming
Students
Misconception Anorganic Chemistry. This research try to present discussion direct material
in Inorganic Chemistry include atomic structure. The result of this research shows that
there is skill student improving in learning atomic structure because of misconception
trhough Rydberg’s role and occuring hydrogeen spectrum from the fourth step.
Key words: Practical Multimedia, Structur atomic, Constanta Rydberg, Students
Perception.
98
Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai
Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi
Oos M. Anwas
Pustekkom Kemdiknas, e-mail: oos.anwas@kemdiknas.go.id
Abstrak:
Tridharma
Perguruan
Tinggi
mengatur
perguruan
tinggi
untuk
peduli
memecahkan masalah di masyarakat, di antaranya melalui kegiatan pengabdian
masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya merupakan model pengabdian
masyarakat yang memfokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam aspek pendidikan,
kesehatan, kewirausahaan, dan lingkungan. KKN menempatkan mahasiswa tinggal
bersama masyarakat dalam membentuk lembaga atau mengembangkan masyarakat
terutama lembaga kemasyarakatan yang telah ada menjadi Posdaya. Melalui wahana
Posdaya ini mahasiswa bersama masyarakat mengindentifikasi permasalahan dan
menggerakkan semua potensi yang ada demi kemajuan masyarakat. Mahasiswa dapat
mensinergikan dan mengimplemen-tasikan keilmuan yang ditekuninya dengan kehidupan
masyarakat, melatih kepedulian, kepemimpinan, kerjasama, mempelajari kearifan lokal,
tatanan nilai, serta norma masyarakat. KKN Tematik Posdaya merupakan sistem yang
perlu persiapan, pelaksanaan, bimbingan, pendampingan, monitoring dan evaluasi, dan
kegiatan tindak lanjut secara berkesinambungan. Pelaksanaan KKN juga mendorong
koordinasi,
advokasi,
dan
kerjasama
dengan
pihak
terkait
termasuk
melibatkan
perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Kata kunci: perguruan tinggi, pengabdian kepada masyarakat, KKN tematik posdaya,
dan pemberdayaan masyarakat
Abstract: The Tridharma of higher education and colleges have directed university to
care about problems in society, including through devotion to the community activities.
Posdaya Thematic KKN is a community service model that focuses on empowering
families and communities, especially in aspects of education, health, entrepreneurship,
and environment. Through KKN students are put into life within the community in shaping
the institute or expand existing social institution to become a Posdaya. Through this
Posdaya students with the community identify problems and mobilize all the potential that
exists for the advancement of society. Students can synergize and implement what they
have learnt into community live, practice their carefulness, leadership, cooperation dan
learn local wisdom and the values and norms of society. Posdaya thematic KKN is a
system
that
needs
preparation,
execution,
coaching,
mentoring,
monitoring
and
evaluation and as well as continually follow-up activities. The implementation of KKN also
encourages coordination, advocacy, and collaboration with relevant parties including the
private sectors through their Corporate Social Responsibility (CSR) programs.
Key words: college, devotion to the community, posdaya thematic KKN, community
empowerment
99
Potensi Kekayaan Alam Kelautan Mendukung Kebijakan
Kemdiknas dalam Pengembangan SMK pada Era Otonomi Daerah
Subijanto
Bagian Perencanaan dan Penganggaran Sekretariat Balitbang
e-mail: subijanto2010@gmail.com
Abstrak: Tujuan penyelenggaraan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu
untuk
menyiapkan peserta didik sebagai pekerja tingkat menengah. Di samping itu,
penyelenggaraan SMK juga bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik yang
memenuhi kemampuan dan persyaratan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
(vokasi, profesi, dan akademik). Sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan sekolah
menengah atas (SMA) bertujuan untuk memberikan kompetensi akademik kepada
peserta didik ketika melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perkembangan
data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa tamatan SMA yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi hanya mencapai kurang lebih 33 persen. Akibatnya, tamatan
SMA memerlukan keterampilan dasar untuk dapat bekerja di bidang tertentu. Kondisi
yang
demikian
diantisipasi
oleh
pemerintah
daerah
untuk
mengembangkan
penyelenggaraan pendidikan SMK sebagai alternatif jawaban dalam upaya meningkatkan
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan potensi daerah
masing-masing.
Kata kunci: kebijakan Kemdiknas, sekolah menengah kejuruan, otonomi daerah,
perikanan,dan kelautan.
Abstract:The aim of providing vocational school is to prepare student in order to ready to
certain work. On the other hand, the aim of its is to give student who has a competent
and requirement for continues studying to higher level (vocational, proffesional, and
academic path). Otherwise, the aim of providing senior secondary school is to prepare
student to continues studying to higher level (academic path). The development of latter
data shown that senior secondary graduates school who are able to continues studying for
higher leven more or less 33 percent. The impacts of this condition is graduates senior
secondaray school need to have certain basic skill for getting a job. To anticipate this his
condition, the district government
could be developed more vocational schol as an
alternatif for answering problem to fulfill the job seekers in midel level of labour force
according to the potential in each region.
Key words: MoNE policy, vocational school, regional otonomy, fishery, and maritim
Rasionalitas dan Aktualitas Kearifan Lokal Sebagai Basis
Pendidikan Karakter
Al Musanna
Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon, Aceh Tengah
(win_moes@yahoo.co.id/winmoes78@gmail.com)
Abstrak: Indonesia adalah negara yang kaya dan unik. Demikian ungkapan para peneliti
dan wisatawan setelah berkunjung dan menjelajahi negeri yang terdiri dari ratusan etnis
100
dan tersebar di ribuan pulau ini. Sangat mudah menemukan betapa uniknya bangsa ini,
ditinjau dari bahasa, kesenian, pola hidup, kearifan lokal, dan lain-lain. Khazanah
keragaman yang
luar
biasa tersebut
merupakan modal lebih dari
cukup
untuk
mengembangkan corak atau model pendidikan yang berakar pada kearifan lokal yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ketika pemerintah mendengungkan pendidikan
karakter, penggalian kembali nilai-nilai kebajikan dan kearifan lokal merupakan harta
terpendam yang menunggu sentuhan tangan dingin untuk diaktualisasikan. Kearifan lokal
dalam setiap komunitas merupakan pencerminan dari falsafah hidup terintegrasi (holistik)
yang dalam pusaran sejarahnya berhasil mewujudkan harmoni manusia dengan sesama
dan lingkungan. Memang terkesan terlambat kesadaran mengenai pendidikan karakter,
tetapi bukankah terlambat masih lebih baik daripada tidak sama sekali.
Kata Kunci: kearifan, kearifan lokal, pendidikan karakter, suku gayo
Abstract: Indonesia is a rich and unique country. It’s easy to find how unique this nation
in terms of language, art, lifestyle, local wisdom, and others. No need to go far from the
state capital to find the articulation of cultural diversity. The extraordinary diversity is
more than enough to be used to develop a pattern or model of education that is rooted in
the local wisdom scattered throughout the territory of Indonesia. When the character
education is trenching returned values
of virtue and wisdom can be one of the
alternatives. Local wisdom in every community is a reflection of the philosophy of life
(world-view), an integrated vision that is existed in historical period which has succeeded
in realizing harmony of human beings and the environment. It seemed too late awareness
of character education, but late is still better than nothing.
Key words: wisdom, local wisdom, character education, gayo ethnic.
Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan
di Sekolah Menengah Pertama
Yudha Nata Saputra
Program Studi Pendidikan Agama Kristen, STT Kharisma
e-mail: yudhanata@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji pengembangan
kurikulum
kewirausahaan
di
SMP
yang
berkaitan
dengan
definisi
kurikulum
kewirausahaan, landasan penyusunan kurikulum kewirausahaan, desain pengembangan
kurikulum kewirausahaan dan nilai-nilai kewirausahaan yang dimuat dalam kurikulum
kewirausahaan. Pengembangan kurikulum kewirausahaan menjadi sesuatu yang penting
dalam rangka mengurangi pengangguran di negeri dan meningkatkan kemakmuran
rakyat. Tingkat SMP merupakan tempat yang strategis untuk pengembangan kurikulum
kewirausahaan karena pada tahap perkembangan ini, siswa sudah memiliki kemampuan
berpikir yang lengkap sehingga amat potensial untuk mereka bisa menyerap dan
menerapkan nilai-nilai kewirausahaan dalam pengalaman belajar mereka.
Kata kunci: kurikulum, wirausaha, orientasi, dan nilai.
Abstract: The purpose of writing of this article is to analysis of entrepreneurship in junior
high school curriculum development related to the definition of entrepreneurship
curriculum,
the
foundation
of
entrepreneurship
101
curriculum
design,
curriculum
development in entrepreneurship and entrepreneurial values
contained in the curriculum
of entrepreneurship. Developing entrepreneurship curriculum into something that is
important in order to reduce unemployment in the country and improve people’s welfare.
Junior high school is a strategic place for the development of entrepreneurship curriculum
because at this developmental stage, students already have the ability to think is so very
full of potential for them to absorb and apply the values
of entrepreneurship in their
learning experience.
Key words: curriculum, entrepreneurship, orientation, and values.
Kajian Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan
J.M. Tedjawati
Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas
Abstrak: Tujuan dari kajian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan, dalam hal: 1) Mekanisme
perencanaan DAK
dari
Pemerintah Daerah; 2) Mekanisme
penyaluran
DAK
dari
Pemerintah Daerah; 3) Realisasi DAK; 4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi; dan 5)
Pendapat daerah tentang penyelenggaraan DAK. Hasil temuan kajian ini: 1) Mekanisme
perencanaan sesuai dengan ketentuan petunjuk teknis; 2) Mekanisme penyaluran DAK
sesuai dengan prosedur melalui tiga tahap; 3) Relaisasi pelaksanaan DAK tahun 2010 di
beberapa
kabupaten/kota
mengalami
keterlambatan
karena
adanya
perubahan
penyelenggaraan dari cara swakelola menjadi proses lelang; 4) Monitoring dan evaluasi
DAK dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, tetapi pemeriksaan/audit dilakukan
oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Pengawasan
Daerah (BAWASDA); dan 5) Penyelenggaraan DAK dikelola dengan cara swakelola
dianggap lebih menguntungkan bagi sekolah karena penggunaan DAK lebih luwes
dibandingkan dengan lelang yang dilakukan perusahaan pemenang lelang.
Kata kunci: dana alokasi khusus (DAK) dan bidang pendidikan
Abstract: The purpose of this analys is to obtain information about the implementation of
Special Allocation Fund (DAK) in education, in: 1) Mechanism DAK planning of Local
Government; 2) channeling mechanism of DAK from Local Government; 3) Realization of
DAK; 4) Implementation of monitoring and evaluation; and 5) The opinion on the
administration of the DAK. The findings of this analysis are: 1) The procedure of planning
implementation of DAK has made
education service districts/cities in accordance with
the provision of technical guidance; 2) The distribution of DAK in accordance with the
procedure through three stages; 3) In some districts/cities in 2010 the implementation of
DAK experience delays because of changes in the implementation of self-managed way
into the auction process; 4) Monitoring and evaluation conducted by the education office
DAK district/city, but checks/audits conducted by the Inspectorate General of Ministry of
National Education and the Regional Monitoring Agency (BAWASDA); 5) DAK selfmanaged way is considered more beneficial for the schools because of the use of DAK is
more flexible than an auction company that conducted the auction winner.
Key words: special allocation fund (DAK) and education sector
102
103
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, November 2010
Evaluasi Program SMP Standar Nasional
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan*)
Ida Kintamani Dewi Hermawan, e-mail idakintamani@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi progam SMP Standar Nasional
berdasarkan tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP). Metode yang
digunakan adalah survai dengan populasi semua SMP Standar Nasional sedangkan
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan
teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sampel yang diambil
sebesar 91,3% adalah SMP Negeri dan sisanya SMP Swasta dengan jumlah siswa berkisar
antara 250—1.250 anak. Dari delapan SNP hanya tujuh SNP yang bisa dilakukan analisis,
sedangkan pembiayaan tidak dapat dilakukan analisis karena data tidak akurat. Dari tujuh
SNP nilai maksimal yang harusnya diperoleh sebesar 289, namun kenyataannya nilai
tertinggi hanya 241 (83,39%) dan nilai terendah sebesar 170 (58,82%). Dari tujuh SNP
pencapaian Standar Proses yang tertinggi sebesar 32 sekolah (72,73%) dan Standar
Kompetensi Lulusan terendah sebesar 22 sekolah (50,0%).
Bila rata-rata nilai sebesar
208 diasumsikan SNP telah tercapai maka hanya 23 sekolah (52,27%) yang telah
mencapai SNP sedangkan 21 sekolah (47,73%) lainnya belum mencapai. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa 7 SNP hanya dicapai lebih dari separuh. Karena itu,
Standar Kompetensi Lulusan yang terendah perlu ditingkatkan pencapaiannya sehingga
pencapaian nilai SNP dapat ditingkatkan. Untuk standar pembiayaan perlu dilakukan
penelitian tersendiri.
Kata kunci: evaluasi, sekolah standar nasional (SNN), standar nasional pendidikan
(SNP), standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar proses.
Abstract: The purpose of this study was to evaluate the national standard of junior
secondary school (JSS) program based on the level of achievement of Educational
National Standards (ENS). The method used was a survey with a population of all the
national standards of JSS, while the sampling method used was simple random sampling
with a descriptive analysis technique. The results showed that the samples at 91.3
percent is a public JSS, and the remainder in private JSS. The schools vary from 250 to
1250 children. Of the eight ENSs, only seven ENSs that can be analyzed, while the
financing could not be analyzed he data were not accurate. Of the seven ENSs, the
maximum value should be obtained at 289, but actually the highest score is only 241
(83.39%) and lowest value of 170 (58.82%). Of the 7 ENSs, the highest achievement of
Standard Process for 32 schools (72.73%) and lowest Graduates Competency Standards
for the 22 schools (50.0%). When the average value of 208 ENSs have been achieved
then assumed that only 23 schools (52.27%) who have reached the ENS, while 21 schools
(47.73%), others are not achieved. Thus, it can be said that the 7 ENSs reached more
104
than half. Therefore, competency standards lowest ‘needs to be achieved so that schools
can improve attainment NSS value. For financing standard should take its own research.
Keywords: evaluation, national standard schools (NSS), educational nasional standards
(ENS), graduates competency standars (GCS), standard process.
Kajian Kebijakan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha)
Hendarman
hendarmananwar@gmail.com
Abstrak: Suatu program khusus bagi para mahasiswa yaitu Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) telah diluncurkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
Nasional pada tahun 2009. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi para
mahasiswa
yang
berwirausaha
mempunyai
dengan
basis
minat
ilmu
dan
bakat
pengetahuan,
kewirausahaan
teknologi
dan
untuk
seni
yang
memulai
sedang
dipelajarinya. Keberadaan program ini didukung oleh kenyataan bahwa sebagian besar
lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja daripada pencipta lapangan
pekerjaan. Program ini memberikan bantuan bagi mahasiswa yang layak dalam bentuk
dana yang dapat digunakan secara perorangan dan kelompok. Tulisan ini merupakan
kajian terhadap kebijakan PMW ditinjau dari persepsi mahasiswa terhadap pentingnya
PMW dan keberhasilan usaha wirausaha mahasiswa. Responden kajian ini adalah para
mahasiswa penerima bantuan PMW di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta.
Temuan kajian adalah bahwa program ini memiliki dampak penting yaitu membuka
wawasan, kemampuan dan sikap mahasiswa dalam bewirausaha, serta membuka
lapangan kerja bagi masyarakat. Evaluasi lebih lanjut terhadap besarnya hibah bagi
masing-masing mahasiswa dan alokasi dana bagi perguruan tinggi perlu dikaji dengan
memperhitungkan jumlah total mahasiswa dan keberhasilan mahasiswa PMW pada tahun
sebelumnya di masing-masing perguruan tinggi.
Kata kunci: wirausaha, pendidikan tinggi, dan pengangguran
Abstract: The government through the Ministry of National Education in 2009 has
launched a special program for students at higher education institutions the so-called
“Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)”. This program aims for facilitating students’
interest and talent in entrepreneurship to be an entrepreneur based on their disciplines in
science, technology and arts. This program is also to respond to the fact that big
percentages of higher education graduates become job-seeker instead of job-creator. This
program provides students with grant either in person or in a group. This article analyses
the implementation of PMW in the view of those students who took part in the program
with two focuses, namely the importance of PMW and the achievement of students’ grantreceiver. The respondents were from both public and private higher education institutions.
The analysis revealed that the program have significant impact in broadening students’
perspective, competences and attitude to be an enptreneur, as well as opening new jobmarket for people. It is suggested to conduct another evaluation to analyse the
appropriateness of grant given to students and financial allocation for each higher
education institution by taking into consideration the total number of students and
number of success students in PMW.
105
Key words: entrepreneur, higher education, and unemployment
106
Studi Satuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar di Jakarta
Ngadirin
ngadirin@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam bidang
pembiayaan pendidikan dasar yang merupakan wajib belajar bagi setiap warga negara,
dengan fokus pada pembiayaan sekolah dasar. Analisis yang dilakukan termasuk
menghitung biaya satuan pendidikan untuk sekolah dasar. Hasil analisis menunjukkan
bahwa
terdapat
beberapa
ketidakkonsistenan
peraturan
yang
berkaitan
dengan
pembiayaan pendidikan, termasuk kebijakan dan pelaksanaan wajib belajar pendidikan
dasar. Satuan biaya pendidikan untuk sekolah dasar adalah sebesar Rp1.767.000,00 per
siswa per Tahun yang jauh lebih besar dari alokasi satuan biaya yang diterapkan saat ini.
Hasil penelitian ini sangat penting untuk diperhatikan oleh berbagai pihak sebagai
masukan bagi penyusunan kebijakan publik terutama melalui peninjauan kembali
beberapa peraturan untuk menjaga konsistensi antarkebijakan.
Kata kunci: konsisten kebijakan, pembiayaan pendidikan, satuan biaya pendidikan, dan
sekolah dasar
Abstract: The aim of this research is to examine the government policy in financing basic
education in the frame of compulsory education which focuses on the educational policy
for primary school. This includes an evaluation of all regulations related to financing
education and calculation on finding the student unit cost at primary level through a
survey to provide a reference for the government in allocating budget for education. The
result of research shows that there are some inconsistencies in the regulations related to
financing education. This includes the implementation policy on financing basic education
in the frame of compulsory basic education. It is found that the education unit cost for
primary school level is IDR1,767,000 per student per year. It is much higher than the
current budget allocated. These findings seem to be important for all parties as a
feedback and reflection for the government policy including reviewing some regulations to
avoid inconsistency.
Keywords: policy’s consistency, education unit cost, financing education, and primary
school
Konflik dalam Perspektif Pendidikan Multikultural
Hermana Somantrie
hsomantr@hotmail.com / hsomantr@gmail.com
Abstrak: Kehidupan multikultural manusia merupakan potensi konflik dalam berbagai
hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari adanya perbedaan
perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup di antara mereka. Konflik bisa disebabkan dari
masalah yang sangat sederhana atau kecil sampai dengan masalah yang kompleks atau
besar. Konflik di beberapa wilayah Indonesia sudah sampai pada tahap yang sangat
mengkuatirkan,
menggunakan
yang
konflik
ditandai
sebagai
dengan
mode
adanya:
untuk
107
1)
kelompok
menumpahkan
masyarakat
segala
kekesalan
yang
dan
kekecewaan
yang
mereka
rasakan,
dan
2)
kelompok
masyarakat
lainnya
yang
menggunakan konflik sebagai senjata untuk menyelesaikan masalah. Salah satu upaya
untuk mencegah konflik yaitu dengan mewujudkan pendidikan multikultural, karena
konflik yang terjadi saat ini bukan lagi sekedar fenomena atau gejala, tetapi sudah
menjadi realitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, otoritas
pendidikan nasional Indonesia harus bisa memprioritaskan pendidikan multikultural dalam
kebijakan pendidikan nasional, sebagai salah satu instrumen bagi penanganan konflik
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kata kunci: konflik, multikulturalisme, pluralism, pelaku konflik, penyelesai konflik,
pendidikan multikultural
Abstract: Conflict is a potential of individual or group tension in multicultural societies
because of their different perspectives and objectives between them. Conflict can be
resulted from a simple problem to a complex problem. Conflict in some areas of Indonesia
has become a chaotic condition. In one hand, most people use conflict as a mode to
demonstrate frustrations and angers they feel; and in other hand, those who use conflict
as a gun for resolving problems they have. The implementation of multicultural education
is an effort for conflict resolution, because conflict is no longer a phenomenon, but it has
been a reality in a daily society’s life. Therefore, national education authority of Indonesia
should propose the educational policy to prioritize the implementation of multicultural
education, as an instrument to resolve some conflicts happening in society, nation, and
state level.
Keywords: conflict, multiculturalism, pluralism, conflict actors, conflict resolvers,
multicultural education
Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata
Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011
Fahmi
Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan nilai Ujian Nasional (UN)
dan nilai sekolah (NS) serta mengetahui karakteristik butir soal Matematika SMA program
IPA. Analisis dilakukan menggunakan software Iteman dan Bigsteps. Penyetaraan paket
tes antar zone menggunakan teori Rasch Model (satu parameter) dengan bantuan
software Bigsteps, Iteman, dan Microsoft Excel. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan cara stratified Random sampling dan jumlah siswa yang
menjadi
sampel
20.000
siswa.
Hasil
analisis
Reliabilitas
tes
untuk
Zone
Barat
menunjukkan 0,837, zone Tengah 0,862, dan zone Timur 0,840. Berdasarkan teori
klasikal tingkat kesukaran paket tes Matematika Zone Barat 0,786, zone Tengah 0,739,
zone Timur 0,757. Nilai rata-rata sekolah (NS) Matematika tertinggi Provinsi Bali (8,63)
dan nilai rata-rata terendah Provinsi Kalimantan Barat (7,60). Nilai rata-rata UN
Matematika tertinggi Bali (9,11) dan nilai rata-rata terendah Provinsi Sumatera Barat
(7,23). Nilai rata-rata NA Matematika tertinggi Provinsi Bali (8,92) dan nilai rata-rata
terendah Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,03). Selisih antara NS dan UN terbesar Provinsi
DI Yogyakarta yaitu 1,81 poin dan selisih terendah adalah Provinsi Banten yaitu 0,01
poin.
108
Kata kunci: reliabilitas, skew, kurtosis, tingkat kesukaran, daya pembeda, mean, SD,
Penyetaraan.
Abstract The purpose of this research is to compare the scores of National Exam and the
scores from schools and also to identify the characteristics of Mathematics items for
Senior High Schools at IPA programme. The analysis is conducted using Iteman and
Bigsteps Software. The procedures of test callibration between zone is using Model Rasch
Theory (1-parameter) with the
Bigsteps, Iteman, dan Microsoft Excel softwares. The
sampling methode is stratified Random sampling. The number of students to be a sample
is 20.000. The test reliability for West zone is 0,837, Center zone is 0,862, and East zone
is 0,840. Based on classical test theory, the Mathematics test difficulty for West zone is
0,786, Center zone is 0,739, East zone is 0,757. The highest mean of Mathematics
schools score is in Province of Bali (8,63) and the lowest is in Province of Kalimantan
Barat (7,60). The highest mean of Mathematics National Exam Score is in Province of Bali
(9,11) and the lowest is in Province of Sumatera Barat (7,23). The highest mean of final
Mathematics score is in Province of Bali (8,92) and the lowest is in
Province of Nusa
Tenggara Timur (7,03). The highest difference between schools scores and the National
Exam scores is in Province of DI Yogyakarta, that is 1,81 point and the lowest diffence is
in Province of Banten, that is 0,01 point.
Keywords: reliability, skew, kurtosis, prop corect, point biserial, mean, SD, equiting.
Membangun Media Massa Publik dalam Menanamkan
Pendidikan Karakter
Oos M. Anwas
oos.anwas@kemdiknas.go.id
Abstrak: Dalam era informasi, penanaman pendidikan karakter perlu dilakukan melalui
media massa publik. Exposure media massa yang dikuasai swasta seringkali diwarnai
kepentingan ideologi, pemilik (owner), serta keuntungan finansial. Oleh karena itu,
diperlukan media massa publik
yang
memiliki
idealisme
untuk mengutamakan
kepentingan masyarakat. Bentuknya yaitu Koran Publik, Majalah Publik, Radio Publik,
Televisi Publik, dan Web/Portal Publik. Untuk dapat menanamkan pendidikan karakter,
substansi media massa publik perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakter
sasaran, distribusinya dilakukan secara kontinyu, mudah diakses atau dimanfaatkan oleh
sasaran, serta dikemas dalam format yang menarik dan mampu bersaing dengan media
massa swasta. Substansi media ini dituntut dapat mendorong dan menciptakan
masyarakat pembelajar, menjadi inspirasi, mencerdaskan, serta memberikan contoh
keteladanan dalam membangun karakter bangsa. Untuk merealisasikan media massa
publik dapat dikembangkan dari lembaga yang ada, misalnya RRI, TVRI, atau kantor
berita Antara dengan cara mensinergikan dengan potensi yang dimiliki kementerian atau
lembaga-lembaga lainnya baik dalam aspek: substansi, infrastruktur, SDM, dan aspek
lainnya.
Kata kunci: media massa publik, koran publik, majalah publik, radio publik, televisi
publik, web/portal publik, dan pendidikan karakter
109
Abstract: In the information era, character education is necessary to be done through
mass media. Privately-controlled mass media is often marred by ideological and owner’s
interests as well as by financial benefits. Therefore we need a public mass media with
public interest idealism. It could be in the form of public newspaper, public magazine,
public radio, public television, or public web/portal. To be able to instill character
education, substance of the public mass media should be designed in accordance with the
needs and character of the target, distributed continuously, easily accessed or utilized by
the target, and packaged in an attractive format to enable it to compete with other mass
media. The substance is required to encourage and create a community of learners,
inspire, educate, and provide examples in building the nation’s character. To realize that
the public mass media can be developed from existing institutions such as RRI, TVRI, or
Antara News Agency in a synergistic manner with all potential in ministries or other
institutions in the aspect of substance, infrastructure, human resources, etc.
Keywords: public mass media, public newspapers, magazines, public, public radio, public
television, web/public portals, and character education.
Pengembangan, Implementasi dan Pembuatan Perangkat
Asesmen Berbasis Kelas untuk Pembelajaran
Mata Kuliah Sistem Pemindah Tenaga
Wakhinuddin S.
Jurusan Teknik Otomotif FT UNP Padang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengembangkan, mengimplementasikan dan membuat
perangkat asesmen berbasis kelas yang valid, praktis, dan efektif untuk menilai
pemahaman konsep, kemampuan pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, serta
koneksi mahasiswa dalam pembelajaran Sistem Pemindah Tenaga (SPT) di Jurusan
Teknik Otomotif FT UNP Padang. Perangkat asesmen dirancang guna menunjang
pelaksanaan asesmen di jurusan, sesuai tuntutan kurikulum. Berdasarkan hasil ini
dirancang prototipe perangkat asesmen berbasis kelas. Metode penelitian yang digunakan
adalah
gabungan
penelitian
pengembangan
dan
eksperimen.
Metode
eksperimen
digunakan rancangan treatment by design. Dalam eksperimen ini dipilih sampel kelas dan
mahasiswa secara random. Di kelas eksperimen digunakan perangkat asesmen berbasis
kelas, sedangkan di kelas kontrol dilakukan tes tertulis. Data penelitian dikumpulkan
melalui observasi kelas, wawancara dengan dosen dan mahasiswa dan tes. Hasil penelitan
ditemukan bahwa : kelompok hasil belajar mahasiswa dinilai dengan perangkat asesmen
berbasis kelas lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa dinilai dengan paper and pencil
test. Perangkat asesmen berbasis kelas efektif meningkatkan pemahaman konsep,
kemampuan komunikasi, penalaran dan pemecahan masalah mahasiswa.
Kata kunci: Asesmen Berbasis Kelas, Perangkat Penilaian, Validitas, Praktikalitas, dan
efektivitas
Abstract: The research aims to develop, implement, and make a classroom-based
assessment tools that validity, practice, and effectiveness to assess understanding of
concepts, problem-solving skills, reasoning, communication, and connection of students,
in learning Power train in the Department of Automotive Engineering FT UNP Padang.
110
Assessment device designed to support the implementation of assessment in the majors,
according to the demands of the curriculum. Based on these results a prototype device
designed classroom-based assessment. The research method used is a combination of
research and experimental development. This is research Experimental design of
treatment methods used by design. In these experiments the samples selected at random
classes and students. In the experimental class used classroom-based assessment tools,
while the control class performed a written test. Research data were collected through
classroom observation, interviews with faculty and students, as well as tests. The results
of the research found that the student assessment based on class higher grade than the
student group with a paper and pencil evaluate. This method is effective in increasing the
understanding of concepts, communication skills, reasoning and problem solving students.
Keywords: Classroom-Based Assessment, Assessment Tool, validity, Practice, and
Effectiveness
Peran Negara dalam Hubungan Tenaga Kerja di Indonesia
Subijanto
subijanto2010@gmail
Abstrak: Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah
terhadap
ketenagakerjaan
di
Indonesia
dan
hubungannya
dengan
organisasi
ketenagakerjaan. Permasalahan tenaga kerjaan di Indonesia sampai saat ini masih belum
sirna dari permasalah yang mendasar yaitu kurang memiliki keterampilan fungsional bagi
calon pencari kerja. Era globalisasi
menuntut calon pencari kerja mampu berkompetisi
dan memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan persyaratan tutututan kualifikasi
pekerjaan. Dari aspek yuridis formal, tenaga kerja di Indonesia telah dilindungi oleh
peraturan perundang-undangan, antara lain: (a) UUD Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen, Pasal 27 ayat (2) yaitu “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”; (b) UU Nomor 39/1999 tentang Hak Asasi
Manusia,Pasal 38 ayat (1); Ayat (2); Ayat (3); Ayat (4); dan (c)
tentang Ketenaga-kerjaan. Dalam aspek
meningkatkan
mutu
dan
relevansi
UU Nomor 13/2003
pendidikan, Kemdiknas berkewajiban untuk
hasil
pendidikan,
sedangkan
Kemenakertrans
bertanggungjawab dalam pemberian hak melakukan sertifikasi kompetensi melalui Badan
Nasional Standar Profesi (BNSP) dan Lembaga Sertifikat Profesi (LSP).
Kata kunci: peran negara dan tenaga kerja
Abstract: The aim of this writing article is to identify the function of the Indonesian
Government in relation with Indonesian labor force and the relation of labor force
organization. Until now, the foundamental problem of the Indonesian job seekers is lack
of functional basic skill. Globalization era, has requirement for every job seekers to have
competence and to be able to competitive in certain job qualification requirement. Based
on the legal formal, the Indonesian labourforce has been protecting by a number of laws,
namely: 1) the amandement of the 1945 Constitutionof the Republic of Indonesia
(article,27 sub article (2) stated that every citizen shall have the right job and welfare for
human being; 2) the act number 39, year 1999 about Human Right an article 38 sub
article 1 stated that every citizen, according to potential talent, skill, and smart, shal have
the right job. Furthermore, subarticle 2 stated that every people shall have the freedom of
choice according to interest and requirement accordingly. Subarticle 3 stated that every
111
people, event women or man to be equal in doing job according to the status of
bwckground to get wage in order to be sustainable life; and 3) the act number 13, year
2003 about labour force. In relation with preparation of job seekers the Ministry of
National Education (MoNE) has obligation to improve the quality of education and
relevance
with outcome
of
education.Meanwhile,
the
Ministry of
Manpower
and
Transmigration has responsible anda specific task to do the competence of certification
through National Board of Proffesional
Standard (BNSP) and Institution of Proffesional
Standar (LSP).
Keywords: the function of country and workforce
Implementasi Teori Responsi Butir (Item Response Theory)
pada Penilaian Hasil Belajar Akhir di Sekolah
Sudaryono
sudaryono2@yahoo.com
Abstrak: Pengukuran pendidikan meliputi pengukuran hasil belajar mencakup bermacam
bidang, tergantung objek hasil belajar apa yang ingin diukur. Oleh karena itu, yang
menjadi permasalahan dalam artikel ini: 1) apakah teori responsi butir atau teori tes
modern bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada teori tes klasik; 2)
bagaimana
implementasi
teori
responsi
butir
dalam
mengatasi
permasalahan-
permasalahan ujian nasional sehingga tidak ada kelompok yang diuntungkan dan
kelompok yang dirugikan akibat pengukuran yang tidak adil? Tujuan dari penulisan artikel
ini adalah menjelaskan implementasi teori responsi butir dalam menutupi kelemahan
yang ada pada teori tes klasik dan mengatasi permasalahan ujian nasional, sehingga
tidak ada kelompok yang dirugikan maupun diuntungkan akibat pengukuran yang tidak
adil. Teori responsi butir merupakan alternatif pilihan yang bertujuan melepaskan diri dari
ketergantungan tes yang diberikan dengan sampel peserta tes. Dalam hal ini walaupun
soal-soal tersebut dikerjakan oleh siswa yang pandai atau siswa yang kurang pandai,
indikasi tingkat kesukaran suatu soal tetap tidak berubah. Ada tiga asumsi yang harus
dipenuhi dalam teori response butir, yaitu: 1) unidimensi; 2) independensi lokal; dan 3)
invariansi. Sedangkan karakteristik butir ada tiga, yaitu: 1) taraf sukar butir; 2) daya
beda butir; dan 3) tingkat kebetulan betul pada butir. Untuk mengukur kemampuan
peserta tes yang sangat beragam di Indoensia, seperti Ujian Nasional, seharusnya
digunakan juga ujian atau tes yang berbeda tingkat kesukaran soalnya, supaya adil dan
juga akurat hasilnya. Peserta tes atau ujian yang mengerjakan tes atau ujian yang
berbeda tingkat kesukaran soalnya, tetap bisa dibandingkan kemampuannya, asalkan
soal-soal dalam ujian tersebut berasal atau diambil dari bank soal yang sudah dikalibrasi
dengan konsep item response theory.
Kata Kunci: Teori responsi butir, unidimensi, independensi lokal, invariansi, taraf sukar
butir
Abstract: Educational measurement, including measurement of learning outcomes
include a variety of fields, depending on the object of learning what to measure.
Therefore, the problem in this paper are: 1) whether the item response theory or theories
of modern tests can cover weaknesses that exist in classical test theory, 2) how the item
response theory implementations in addressing issues of national exams so that no
advantaged groups and disadvantaged groups as a result of measurement that is not fair?
112
The purpose of writing this article is to explain the implementation of item response
theory in a cover up weaknesses in classical test theory and address the issues of national
examinations, so that no group is disadvantaged or advantaged as a result of
measurement that is not fair. Item response theory is an alternative option that aims to
break away from dependence on a given test with a sample of test participants. In this
case, although the questions are done by a brilliant student or students who are less
intelligent, an indication of the level of difficulty of a problem remains unchanged. There
are three assumptions that must be met in item response theory, namely: 1)
unidimention; 2) local independence, and 3) invariance. While there are three
characteristic points, namely: 1) the item difficulty, 2) the different grains, and 3) the
level of true coincidence in point. To measure the ability of the test participants are very
diverse in the premises, such as the National Examination, should be used is also an
examination or test different levels of difficulty because, to be fair and accurate results.
Participants test or exam is working on a test or exam because of different levels of
difficulty, it can be compared to his ability, provided the questions in the exam are
derived or extracted from a question bank that has been calibrated with the concept of
item response theory.
Keywords: item response theory, unidimention, local independence, invariance, item
difficulty
Rasa Kebangsaan dalam Roman Medan*)
Sri Sayekti
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Abstrak: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi penulisan sejarah sastra
Indonesia sekaligus menyumbangkan pemikiran yang berharga untuk mempelajari
sejarah dan perkembangan pemikiran bangsa Indonesia pada masa itu. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif, suatu metode berdasarkan fakta atau fenomena yang
secara empiris terkait dalam permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh gambaran para tokoh dalam mengaktualisasikan rasa kebangsaannya dengan
cara mendirikan organisasi pergerakan.
Kata kunci: roman picisan, rasa kebangsaan, dan kondisi sosial budaya
Abstract: The purpose of this study is to complete the writing of history of Indonesian
literature and to know the spirit of nationalism at the time. This research uses descriptive
method hope this writing will contribute the valuable thought to know
history and
development of
describing base on the fact and empirical phenomena in the problems that
we find such as spirit of nationalism. The result of this research shows that there is
decrease of spirit of nationalism in the young generation and their actualization of spiritof
nationalism through their effort to attempt movement organization.
Keywords: dime novels, sense of nationalism, and social-cultural condition
113
Download