SO LONG AS YOU MOVE SO LONG AS YOU MOVE Daniel Crooks Shaun Gladwell Bianca Hester David Rosetzky Dengan para kurator dari Museum Seni Monash University | MUMA dan Ark Galerie Dipersembahkan oleh Asialink Arts Ark Galerie, Yogyakarta, Indonesia 15 Agustus - 15 September 2014 Curated by Monash University Museum of Art | MUMA and Ark Galerie Presented by Asialink Arts Ark Galerie, Yogyakarta, Indonesia 15 August - 15 September 2014 1 cover David Rosetzky Half brother 2013 (rincian foto dari film) back cover Bianca Hester Hoops: sound tests, performance, documents 2011-13 Rincian penampilan di Raglan Street, North Melbourne, 22 Maret 2013. Penampil: Agatha Gothe-Snape dan Helen Walter. Foto: Bianca Hester Gambar ditampilkan atas seizin sang seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Greg Moriarty, Duta Besar Australia untuk Indonesia 4 PENDAHULUAN Charlotte Day, Direktur, MUMA 6 BODY AND URBANITY IN MOVING IMAGES: FLOWING BODIES Alia Swastika, Direktur, Ark Galerie 8 A CITY IN MOTION Patrice Sharkey, Asisten Kurator, MUMA 15 DANIEL CROOKS 20 SHAUN GLADWELL 24 BIANCA HESTER 28 DAVID ROSETZKY 32 BIOGRAFI SENIMAN 36 DAFTAR KARYA 41 MITRA42 UCAPAN TERIMA KASIH 44 CONTENTS FOREWORD Greg Moriarty, Australian Ambassador to Indonesia 5 INTRODUCTION Charlotte Day, Director, MUMA 7 BODY AND URBANITY IN MOVING IMAGES: FLOWING BODIES Alia Swastika, Director, Ark Galerie 12 A CITY IN MOTION Patrice Sharkey, Assistant Curator, MUMA 18 DANIEL CROOKS 20 SHAUN GLADWELL 24 BIANCA HESTER 28 DAVID ROSETZKY 32 ARTIST BIOGRAPHIES 36 LIST OF WORKS 41 PARTNERS43 ACKNOWLEDGEMENTS44 3 KATA PENGANTAR Greg Moriarty Duta Besar Australia untuk Indonesia Pemerintah Australia bangga mendukung pameran inovatif, So Long as You Move. Saya mengucapkan selamat kepada Asialink Arts atas pengelolaan proyek ini dalam kemitraan dengan Monash University Museum of Art (MUMA) dan Diambil dari dari koleksi Monash University Museum Ark Galerie di Yogyakarta. Saya juga mengucapkan of Art, So Long as You Move menayangkan karya selamat kepada para kurator Patrice Sharkey, Alia video empat seniman mapan Australia: Daniel Crooks, Swastika dan para staf di MUMA dan Ark Galerie Shaun Gladwell, Bianca Hester dan David Rosetzky. atas profesionalisme tingkat tinggi yang mereka perlihatkan dalam proyek ini. Pemerintah Australia Saya berharap pameran ini akan memperlihatkan mendukung kolaborasi budaya seperti ini melalui kepada pemirsa Indonesia keanekaragaman Departemen Luar Negeri dan Perdagangan dan dan kecanggihan seni dan budaya kontemporer Australia. Menggunakan seni untuk mempertunjukkan lembaga penyandang dana seni, the Australia Council for the Arts. aspek-aspek Australia modern membantu mengembangkan hubungan antar-warga, Perkenankan saya menyampaikan penghargaan memperdalam pemahaman budaya dan mempererat kepada Arts Victoria dan University of Melbourne atas hubungan kedua negara kita. peran mereka dalam proyek ini: dukungan lembagalembaga ini terus memfasilitasi pertukaran budaya Banyak dari seniman yang tampil di pameran ini dan dialog yang tengah berlangsung antara lembagatelah dikenal di dunia dengan karya mereka telah dipamerkan di beberapa tempat termasuk di galeri Tate lembaga budaya, individu dan masyarakat Australia dan Indonesia. Saya menantikan dengan gembira Modern, London dan di acara Venice Biennale. Saya untuk menyaksikan hubungan yang sudah terjalin senang bahwa Indonesia kini menjadi salah satu tuan ini berkembang semakin erat dan kedua negara kita rumah para seniman ini. semakin padu melalui proyek-proyek seni di masa Sebagai salah satu dari hubungan bilateral yang depan. terpenting kami, Indonesia dan Australia telah lama Selamat menyaksikan So Long as You Move. menjalin hubungan di bidang bisnis, pertahanan, pendidikan dan kebudayaan. Memperluas pertukaran budaya dan kolaborasi seni menambah dimensi menarik lainnya pada bagaimana masyarakat Australia dan Indonesia dan lembaga-lembaga kita saling berkiprah. 4 FOREWORD Greg Moriarty Australian Ambassador to Indonesia The Australian Government is proud to be associated with the innovative exhibition, So Long as You Move. Drawn primarily from Monash University Museum of Art (MUMA)’s collection, So Long as You Move showcases video work by four established Australian artists: Daniel Crooks, Shaun Gladwell, Bianca Hester and David Rosetzky. Galerie in Yogyakarta. I also want to congratulate curators Patrice Sharkey and Alia Swastika, and the staff at MUMA and Ark Galerie, for the high level of professionalism they have brought to this project. The Australian Government supports cultural collaborations such as this one through the Department of Foreign Affairs and Trade and the arts funding body, the Australia Council for the Arts. I hope the exhibition will show Indonesian audiences the diversity and sophistication of contemporary Australian arts and culture. Using the arts to showcase aspects of modern Australia helps to build people-topeople links, deepen cultural understanding and add vigour to the relationship between our two countries. I want to acknowledge Arts Victoria and the University of Melbourne for their roles in this project: the support of these organisations continues to facilitate an ongoing cultural exchange and dialogue between Australian and Indonesian cultural organisations, individuals and audiences. I look forward to seeing these existing ties strengthened and our two countries Many of the artists showing in the exhibition have been recognised internationally with their work shown further united through future arts projects. in venues including the Tate Modern, London, and at Please enjoy So Long as You Move. the Venice Biennale. I’m pleased that Indonesia now counts among the global venues for these artists. As one of our most important bilateral relationships, Indonesia and Australia share longstanding connections in business, defence, education and culture. Broadening cultural exchanges and artistic collaboration adds another interesting dimension to the way Australian and Indonesian people and our institutions engage with one another. I congratulate Asialink Arts for its management of this project in partnership with MUMA and Ark 5 PENDAHULUAN Charlotte Day Direktur, Museum Seni Monash University | MUMA Museum Seni Monash University (MUMA) dalam kemitraan dengan Asialink Arts, senang dapat menampilkan karya seni video dari empat seniman kontemporer Australia, yang direpresentasikan dalam Koleksi Monash University, dalam pameran So Long as You Move. pada seni visual dari peristiwa seni, gerakan dan tarian yang dikoreografikan. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Patrice dan Alia atas upaya kuratorial mereka untuk terselenggaranya pameran ini, juga kepada para seniman Daniel Crooks, Shaun Gladwell, Bianca Awal dari Koleksi Monash University bermula dengan Hester dan David Rosetzky yang telah dengan berdirinya universitas ini di tahun 1961 dan, setengah bermurah hati membantu kami berkaitan dengan abad kemudian, koleksi lebih dari 1.900 karya seni pameran dan katalog. Saya ingin menyampaikan merupakan salah satu dari koleksi yang paling penting terima kasih teristimewa kepada Bianca Hester dan terpandang dari seni kontemporer Australia pasca yang telah berkunjung ke Yogyakarta untuk tahun 1960-an. mengembangkan dan menampilkan suatu pertunjukan di lokasi di Ark Galerie terkait dengan pameran dan Dalam menjaga etos dari Monash University, fokus partisipasi dalam program-program publik. koleksi adalah pada praktik-praktik seni paling inovatif dan eksperimental, dengan mendukung MUMA juga ingin menyampaikan rasa terima kasih budaya seni kontemporer saat itu muncul, dan pada kepada Asialink Arts atas dukungannya dalam saat yang sama juga memberikan kerangka kerja pengembangan dan perjalanan pameran ini, dan yang analitis dan historis. tanpanya pameran ini tidak akan dapat terlaksana, terutama Direktur Asialink Arts Lesley Alway dan Kami sangat senang bahwa Patrice Sharkey dari para staf Asialink Arts Sarah Bond, Louise Joel, dan MUMA telah dapat bekerja sama dengan Alia Jessica O’Brien, serta para staf luar biasa dari Ark Swastika dan Ark Galerie untuk menjadi kurator bagi Galerie. gambaran dari koleksi ini yang menonjolkan pengaruh dari tubuh yang bergerak dan performativitas pada MUMA sangat senang untuk memperkenalkan karya praktik kontemporer – dan khususnya pada seni video dari para seniman penting Australia ini kepada belakangan ini di Australia. Pilihan kuratorial mereka penonton Indonesia dan kami menantikan untuk merupakan cerminan dari keterlibatan para seniman mengembangkan dialog berkelanjutan antara para dengan ruang di sekitar mereka dan berkaitan dengan seniman dan kurator, mahasiswa dan khalayak seni di satu sama lain, serta pengaruh yang semakin kuat Melbourne dan Yogyakarta. 6 INTRODUCTION Charlotte Day Director, Monash University Museum of Art | MUMA Monash University Museum of Art (MUMA) in partnership with Asialink Arts is pleased to present key video artworks by four leading contemporary Australian artists, represented by Monash University Museum of Art, in the exhibition So Long as You Move. curatorial work towards the realisation of this exhibition, along with the artists Daniel Crooks, Shaun Gladwell, Bianca Hester and David Rosetzky, who have generously assisted us with the exhibition and the catalogue. I would like to extend special thanks to Bianca who has travelled to Yogyakarta to develop and present a performance on site at Ark Galerie in conjunction with the exhibition, and participate in the associated public programs. The beginning of the Monash University Collection originates with the university’s own foundation in 1961 and, half a century on, the collection of more than 1900 artworks is one of the most significant and highly MUMA would also like to acknowledge the support regarded collections of post-1960s contemporary of Asialink Arts in the development and tour of this Australian art. exhibition, and without whom this exhibition would not have been possible, especially Asialink Arts In keeping with the ethos of Monash University, Director Lesley Alway, and Asialink Arts staff Sarah the focus of the collection is on the most innovative Bond, Louise Joel and Jessica O’Brien, as well as the and experimental of art practices, supporting wonderful staff at Ark Galerie. contemporary art culture as it unfolds, whilst also providing an analytical and historical framework. MUMA is excited to introduce the work of these important Australian artists to Indonesian audiences, We are delighted that MUMA’s Patrice Sharkey and we look forward to developing an ongoing has been able to work with Alia Swastika and Ark dialogue between artists and curators, students and art Galerie to curate this snapshot from the Collection publics in Melbourne and Yogyakarta. that highlights the influence of the moving body and performativity on contemporary practice – and especially on recent video art in Australia. Their curatorial selection is reflective of artists’ engagement with spaces around them and in relation to each other, as well as the increasing influence on the visual arts of art happenings, choreographed movement and dance. I would like to thank Patrice and Alia for their 7 TUBUH DAN RUANG URBAN DALAM GAMBAR BERGERAK: TUBUH-TUBUH YANG MELINTAS Alia Swastika Bekerja lintas disiplin sekarang seperti menjadi sebuah keharusan bagi seniman. Semakin banyak seniman bekerja keluar dari studio, menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, menyerap pengetahuan dan bahasa-bahasa yang digunakan dari displin lain, lalu menganyamnya menjadi media apa pun yang baginya paling sesuai. Tidak ada lagi batasan jelas siapa pelukis, pematung, pembuat film, aktor, penari, pemusik; setiap medium bisa dipinjam dan meminjam. Demikian pula gagasan kita tentang konteks budaya: semakin meluas. Para seniman memungut berbagai peristiwa yang kita temui di berbagai belahan dunia, menampilkannya tidak sekadar sebagai momentum, tetapi bagian dari sebuah narasi besar. Sebagaimana telah terjadi beratus tahun lalu, di sana-sini ada yang terasa asing dan baru, dibawa oleh mereka yang datang dan pergi, entah singgah atau berdiam lama. Sekarang ini, yang berbeda adalah, segalanya seperti bergerak lebih cepat dan simultan, sehingga ada penggandaan dari perjumpaan-perjumpaan budaya yang kita temui sehari-hari. Lama kelamaan, apa yang terasa asing, menjadi semakin dekat. Sekarang ini, kita berjumpa karya-karya dari Australia. Saya tidak tahu apakah bagi kita apa yang mereka bawa ini terasa asing dan berjarak? Bagi saya sendiri, menyaksikan gambar-gambar bergerak di layar, mendengar berbagai bunyi di ruang yang nyaris gelap, seperti ada sensasi tersendiri yang membawa saya menjadi bagian dari ruang yang jauh di sana. Meski ruang-ruang ini bukan ruang keseharian saya, tetapi ada tautan yang membawa saya masuk ke sana, menjadi bagian dari pencarian baru atas diri saya. Barangkali, dimensi inilah yang acapkali tak saya temukan dalam medium-medium seni yang lain. Gambar bergerak seperti membawa pengalaman lain atas ruang dan waktu. Kita seperti dihadapkan pada hitungan waktu yang berbeda, melompat seperti imaji yang kita serap dari layar. Tak terasa, pada karyakarya video yang kuat, seperti pada karya yang kita saksikan sekarang, di mana imaji visual menyerap kita pada sebuah pertanyaan tentang dunia (barangkali saya berlebihan), kita terbawa untuk mempertanyakan subjek-subjek subtil yang seringkali ditawarkan oleh para seniman. 8 PERFORMATIVITAS, TUBUH DAN RUANG KOTA Karena kita melompati ruang dan waktu, apa yang terasa asing, lagi-lagi, seperti terjembatani. Karya Daniel Crooks, A garden of parallel paths, juga membicarakan tentang kota dan orang-orangnya. Crooks menggunakan strategi performativitas, yang sekali lagi, membawa kita pada dimensi baru ruang dan waktu. Crooks tampaknya lebih melihat bagaimana masyarakat urban membangun gestur dan bahasa tubuh tertentu berdasarkan cara sebuah kota ditata secara fisik. Melalui koridor-koridor jalan yang dibentang, manusia kota berjalan, melambaikan tangan, terkadang tampak sedikit melayang. Crooks merentang gerak tubuh melalui waktu yang dilambatkan, yang memberi kesan bahwa ada laku keseharian yang ditata, atau dikoreografi. Melalui pergerakan orang-orang, kita bisa mengamati bagaimana warga menavigasi kota, bahkan, lebih jauh lagi, menubuhkan, bahkan memanggungkan, sense atas kota. Seorang ahli tata kota Amerika, Kevin Lynch, mengonseptualisasi modus pejalan sebagaimana yang terlihat dalam karya Crooks, sebagai lima elemen penting pada peta untuk mendeskripsikan kota-kota urban: jalur (jalanan, gang, dan ruang penghubung lain yang dilewati orang), batas (tembok, pagar, bangunan), distrik (pembagian kota berdasarkan fungsi), nodes (persimpangan), serta landmark (situs penanda). Secara tidak langsung, manusia melintasi elemen satu ke elemen lain, ruang kota membentuk tubuh mereka, dan sebaliknya, gerak-gerak mereka juga membentuk sebuah kota.1 Crooks dan Gladwell melihat kaitan yang kuat antara tubuh dengan ruang, terutama dengan ruang publik di perkotaan. Ruang publik kota selalu menunjukkan ketegangan yang kuat antara yang kolektif dan individu, yang sosial dan yang personal, yang sekarang dan yang lalu. Perilaku keseharian inilah yang kemudian menjadi rutin, menghubungkan pengalaman fisikal pada sebuah tempat dengan memori atas berbagai aktivitas yang pernah mereka lakukan, di mana tubuh mereka menaruh jejak. Dalam kehidupan Pendekatan yang sama dengan idiom visual yang kita di Indonesia, ketegangan antara individual dan berbeda bisa kita tunjuk pada karya Shaun Gladwell, kolektif dalam ruang publik kota barangkali acap Guide to recent architecture: fountains (excerpt), terhambat oleh pemisahan kelas akibat minimnya di mana kita melihat sosok seorang lelaki yang infrastruktur publik. Sebagian kelas menengah atas di berinteraksi dengan berbagai air mancur di seputaran Indonesia tidak mengalami petualangan-petualangan kota Sydney. Air mancur ini terutama menjadi bagian menelusuri jalanan sebagaimana yang kita lihat dari bangunan, merujuk lebih jauh pada lanskap dalam karya Crooks, atau tidak bisa menjadi pemain arsitektur kota. Sebagaimana yang tersebut dalam papan luncur sebagaimana yang ditampilkan dalam judulnya, Gladwell menggunakan tubuh (sebagai karya Gladwell, karena sebagian besar waktu mereka performer dan sebagai warga) untuk menggambarkan melintasi kota dihabiskan dengan kendaraan pribadi, relasi antara berbagai bangunan ini (sebagai entah mobil ataupun sepeda motor. Seberapa sering representasi dari ruang kota) dengan gerakan. Dengan kita punya waktu mendengar lagu yang didendangkan demikian, kita bisa melihat bahwa ada dua bentuk pengamen jalanan hingga selesai, tanpa harus gerak: yaitu gerak tubuh manusia dan gerak dari air terpotong lampu yang menyala hijau? Pengalaman yang mengucur dalam berbagai bentuk, dimana kita tubuh kelas menengah terhadap ruang kota sangat menghadapi kontradiksi, dan pada saat yang sama, terbatas pada pergerakan antara rumah, kendaraan, koneksi dari oposisi biner (antara yang bergerak dan dan ruang aktivitas. Tubuh tidak dibiasakan untuk yang diam, antara yang menjauh dan mendekat, antara mengalami keriuhan sebagai bagian dari memori rutin, kehadiran dan ketiadaan) dari tubuh lanskap dan yang membawa kita kekurangan perangkat dalam tubuh manusia. Sementara ia menggunakan air mancur memori kita untuk membaca “yang lain”. untuk menangkap lanskap kota dan arsitekturnya, Gladwell tampaknya juga tertarik pada bagaimana Batas antara tubuh yang sehari-hari dan tubuh yang bangunan-bangunan, yang sering dilihat sebagai objek ekstra-ordinari menjadi semakin kabur; pergelaran diam, pada dasarnya memiliki pola geraknya sendiri, seni berlangsung dalam ruang-ruang publik di sehingga menampilkan sebentuk performativitas. jalanan, tanpa panggung dan tanpa notifikasi itu seni. Dengan gerakan pelan, lelaki dalam video ini seolah Performativitas menjadi wilayah yang tidak lagi sedang menari, mengajak kita untuk mengenali bertumpu pada gagasan tentang tontonan (spectacle), gagasan estetik dalam gerakannya, yang disejajarkan tetapi tentang memberi ruang pada ke-“diri”-an yang dengan air mancur yang menjadi bagian dari gagasan anonim. estetik si bangunan. 9 KOSA GERAK, INTIMASI, PERSONIFIKASI upaya menampilkan yang sehari-hari atau proses latihan sebagai bagian dari hasil akhir, menjadi Performativitas dalam pengertiannya yang luas strategi untuk memberikan “bocoran” tentang apa juga mencakup bagaimana benda bertransformasi yang berlangsung “sebelum” atau “di luar panggung”. menjadi sebuah subjek yang tidak hanya bergerak, Pada Half brother, sepertinya justru latihan (rehearsal) tetapi juga bercerita, dalam alur ruang dan waktu. ini menjadi pokok yang penting, membangun narasi Bianca Hester dengan puitis, tetapi juga segar dan dan kosa gerak dari seluruh bangunan adegan. Dengan ringan, membentangkan narasi tentang bagaimana modus keintiman, Rosetzky seperti memanggungkan “hoops” berevolusi dari sebuah elemen instalatif perasaan. Ia ingin meminjam gestur keseharian dalam kolase benda, kemudian mulai bergerak dan sebagai penekanan terhadap perasaan-perasaan; membangun dialog dengan benda-benda lain dalam sebuah pergelaran emosi dengan ritme yang datar sebuah ruang dalam (indoor). Dari situ, simpai ini dan, hampir tak ada dramatika berarti, karena ia bergerak keluar, menjelajahi bermacam-macam ruang, mengajak audiens untuk menyelami soal-soal remeh dan bertemu dengan bermacam-macam peristiwa dan pertemuan-pertemuan kecil yang dikenang tubuh termasuk menemui manusia, dan menjadi bagian nyaris hanya sebagai rutin. Hester dan Rosetzky dari ruang keseharian. Peristiwa berputarnya simpai tertarik pada apa yang tampak berulang; seperti ini tidak hanya memberikan tata visual yang punya sebuah penyelidikan terhadap pola; dari sekian rutin sense kepatungan (sculptural), tetapi Hester juga yang tampak sama, hanya berubah pada konteks ruang menekankan bahasa melalui suara yang dihasilkan dan waktu, bagaimana otak menyeleksi beragam dari gesekan dengan alas-alas yang berbeda. peristiwa yang nyaris sama, dan memilih mana yang Singkatnya, Hester menciptakan sebuah tata gerak, masuk dalam ingatan. nyaris menyerupai film tari, di mana ia menempatkan simpai seperti tubuh sang penari. Ada pula peristiwa Saya ingat bahwa masyarakat kita, membicarakan dramatik di sana ketika Hester memainkan ritme emosi atau perasaan ini nyaris dilihat sebagai bagian ketika tubuh ini berputar makin lemah dan nyaris dari tabu. Kita tidak terbiasa untuk mengekspresikan jatuh, atau ketika ia mencapai kecepatan tertentu. perasaan, dan diajarkan untuk memendam dalam hati Di bagian akhir video, Hester bahkan membangun kesan yang tertangkap dari kejadian yang kita alami. sebuah ensemble ketika beberapa simpai ditampilkan bersamaan, diputar secara bertahan, kemudian berputar dan jatuh bersamaan. **** Karya David Rosetzky menyentuh relasi-relasi antar individu yang subtil dan intim. Perkara tubuh dalam sebuah bagian koreografi lagi-lagi berangkat dari gestur keseharian yang diberi tekanan tertentu, di mana gerak menjadi bahasa dan medium gagasan seniman. Half brother menginvestigasi kemungkinan tentang bagaimana kita berbicara tentang peristiwa-peristiwa kecil yang direkam oleh tubuh, dan bagaimana kemudian ia dimunculkan kembali dalam jarak tertentu sehingga ia punya pola tertentu. Dalam pandangan seni pertunjukan yang sadar kategori, hal semacam bisa dirujuk sebagai koreografi. Bagi Rosetzky, tata gerak (koreografi) merupakan representasi dari keseluruhan proses tubuh bernegosiasi dengan konteks ruang dan waktu. Menampilkan dua orang dalam situasi yang ordiner, yang hampir terlihat seperti sebuah latihan menuju pertunjukan. Ketimbang melihat hasil akhir sebagai sebuah tatanan koreografi utuh di atas panggung, karya yang terlihat pada layar lebih menampilkan bagaimana latihan itu sendiri menjadi bagian dari pertunjukan. Pada banyak karya tari kontemporer, 10 Praktik seni yang performatif, untuk tidak menyebutnya sebagai performance art, pada perkembangannya dewasa ini telah menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang luas terhadap eksplorasi medium dan kosa gerak/kosa peristiwa. Dengan situasi yang demikian terbuka, apa saja memang bisa dibingkai dengan kerangka performativitas, semua orang bisa dilihat sedang bermain dalam ruang performans, dan pada akhirnya, apakah seni performans ini mencakup apa saja? Dalam konteks Indonesia, dengan sejarah yang panjang dalam kompleks dalam hal ruang publik dan performativitas, dan pada saat yang sama, fenomena atas kontestasi yang sedemikian intens atas penggunaan ruang publik, kita mempunyai bayangan yang sangat berbeda dibanding sosoksosok dalam video ini dalam kehidupan keseharian kita. Dalam karya-karya video seniman Indonesia, keinginan untuk menghubungkan antara tubuh dan performativitas banyak diwujudkan dalam karya seni yang berlatar belakang teatrikal, di mana aktor dan penonton menjadi bagian dari skenario fiksi dengan bentang waktu tertentu, seperti yang bisa kita lihat dalam karya Krisna Murti dan Jompet Kuswidananto. Ada pula yang bersifat performans tindakan yang menggunakan latar belakang lanskap keseharian, yang sering kali menampilkan seniman sebagai penampilnya sendiri, seperti yang bisa kita temukan dalam karya FX Harsono. Situasi dan lanskap yang berbeda-beda telah mendorong munculnya gestur dan gerakan tubuh yang spesifik bagi setiap konteks, dan juga, dalam kasus seni performans dan seni pertunjukan, bisa ditarik pula pengaruh yang cukup besar dari ritual sehari-hari atau ritual sebagai bagian dari seni tradisi, seperti bisa dirujuk pada karyakarya Melati Suryodarmo, yang sering menciptakan panggung sebagai latar karya, yang memberi kemungkinan bagi kita untuk sedikit berjarak, dan memperlihatkan aspek ketidakbiasaan (extra-ordinary) pada apa yang kita terima sebagai kebiasaan seharihari yang terberi. Dengan strategi visualisasi para seniman ini, kita bisa melihat bagaimana yang rutin dan sehari-hari ini ditarik dari situasi ordinarinya, diberi bingkai, dimainkan ritmenya, dan diberi kerangka dramaturgi sehingga ia punya makna lebih; ia menunjukkan bagaimana relasi-relasi inter-subjektivitas bekerja, baik dalam ranah sadar maupun bawah sadar. Kita bisa melihat bahwa seni bisa bicara perihal apa saja, tetapi strategi pengolahan medium dan pilihan perspektif membuat “apa saja” ini tidak menjadi arbitrer, tetapi punya konteks dan relevansi tertentu. Menikmati karya-karya seni dari negeri tetangga ini, bisa menarik diri dari situasi keseharian kita, melihat bagaimana kesadaran akan “liyan” bisa membawa kita pada pandangan bahwa tempat asing adalah panggung dan sosok-sosok baru adalah performer. Dan dengan strategi artistik yang tepat, karya-karya ini memberi ruang bagi kita untuk menelusup masuk ke dalam, menjadi bagian dari konteks baru itu, dan menempatkan diri kita sebagai “liyan”. 1 Kevin Lynch, The Image of the City, MIT Press, Cambridge, Massachusetts, 1960. 11 BODY AND URBANITY IN MOVING IMAGES: FLOWING BODIES Alia Swastika Working across disciplines has now become a must for artists. More and more artists work outside the studio, communicating with various parties, absorbing the knowledge and language used in different disciplines then weaving it into whatever medium is most appropriate for them. There are no longer any clear limitations between who is a painter, a sculptor, a film maker, an actor, a dancer, a musician; every medium can borrow and be borrowed from. Hence our concept of the cultural context is expanded. Artists adopt the various things that occur in different parts of the world, displaying them not only as a momentum, but as a part of a larger narrative. In the same way as one hundred years ago, here and there are new and strange things, brought by those that come and go, whether momentarily or to stay longer. Now, the difference is that everything moves faster and simultaneously, so that meetings between our cultures are reiterated every day. Eventually, that which once felt foreign moves closer. Now, we encounter works from Australia. Does what they bring seem foreign and distant? I’m not sure. For me, enjoying moving images on a screen, hearing sounds in a space that is almost dark, is like a sensation that takes me back to being a part of that faraway place. Although this is not my every-day space, there is a link that takes me there, making it a part of my search for myself. Perhaps these are dimensions that I have not often encountered in other art mediums. Moving images seem to bring us different experiences through time and space. We seem to be faced with a different way of counting time, jumping like images that we have attained from the screen. Imperceptibly, in strong video works like those we see now, where the visual image absorbs us into questions about the world (perhaps I am going too far), we are driven to question the frequently subtle subjects that are offered by the artists. PERFORMATIVITY, THE BODY AND URBANISM Because we are leaping through time and space, that which felt strange seems to have been bridged. Daniel Crooks’ work, A garden of parallel paths, speaks of the issues and relationship of city and its people. Crooks uses performative strategies, that once again bring us to new dimensions of space and time, staging the ordinary people, capturing the gesture of everyday life. Crooks seems to look more at how urban society 12 establishes particular gestures and body languages based on the way that the city is physically arranged. Through the corridors of walled streets, city people walk, waving their arms. Sometimes they even seem to fly a little. Crooks stretches the body by slowing down time, giving the impression that everyday behaviour is arranged, or choreographed. Through people’s movements, we can observe how citizens navigate the city, or even further, embody or stage their sense of the city. The same approach with a different social idiom can be seen in the work of Shaun Gladwell, Guide to recent architecture: fountains (excerpt), where the artist moves around towards some buildings in the city (in this case Sydney), encountering a fountain. As mentioned in the title, Gladwell uses his body to draw the connection between buildings (as a representation of a cityscape) and movement. The movements are represented both by the body and the fountain, where we face a contradiction and a connection of binary opposition between the body of landscape (fountain) and the human body, and between the presence of absence. While he uses the fountain to capture the city landscape and its architecture, Gladwell also seems be interested in how buildings, perceived as still objects, have a particular pattern of movement, and show a light form of performativity. With the slow rhythm the artist looks as if he dances, so we can see a specific aesthetic idea in his movement, which is juxtaposed with the fountain as the representation of the aesthetic of the building. between the individual and the collective in public space is perhaps impeded by the class separation, as a consequence of minimal public infrastructure. The upper-middle class in Indonesia do not experience the adventures of wandering the streets as we see in Crooks’ work, or cannot be audience to street artists with skate boards because most often their time moving through the city is passed in or on private vehicles, whether it be car or a motorcycle, and not really encountering city by walking and moving their body around. How often do we hear the whole of the busker’s song, without it being cut off by the green light? The bodily experience of the middle class in city spaces is largely limited to movements between their home, their vehicle and the spaces of their activities. Their bodies are not familiar with the experience of bustle as a part of their routine memories, which lessens the capacity of memory to read ‘the other’. The boundary between the everyday body and the extra-ordinary body has been blurred; performance art now happens in public spaces—on the streets, in public squares; often, in many cases, there is no need for a stage anymore, and even there is no sign of this daily practice as ‘art.’ Performativity had become a territory not based on the notion of spectacle, but most of the time staging ‘the anonym self’. VOCABULARY OF MOVEMENT, INTIMACY, PERSONIFICATION Performativity in its broadest understanding also encompasses how objects are transformed into subjects that not only move, but also speak in the grooves of space and time. Bianca Hester poetically, but also with refreshing lightness, elucidates the narrative of how ‘hoops’ evolved from an installation element to move and build a dialogue with other objects in an indoor space. From here, these hoops move outward, exploring diverse spaces and encountering many different events, including meeting people, and becoming a part of everyday space. The spinning of these hoops not only provides a visual order that has Crooks and Gladwell see a strong connection between a sculptural sense, but Hester also finds language the body and space, particularly with public space in through sounds that have been produced through the city. Public space always displays strong tensions friction with different surfaces. In short, Hester creates between the collective and the individual, the social and a kind of vocabulary of movement, almost resembling the personal, the present and the past. This everyday a dance film, where she locates the hoops as if they behaviour then becomes routine, connecting the were the dancer. Dramatic events occur when Hester physical experience of a place with memories of various plays with rhythm, as this body spins more weakly activities that they have conducted, where their body and nearly falls, or when it reaches a certain speed. At has left a trace. In our lives in Indonesia, the tension Kevin Lynch, an expert in urban planning, conceptualised the mode of walking as displayed in Crooks work as one of five important elements of a map that describes urban cities: ways (roads, alleys, and other connecting spaces that people pass through), limits (walls, fences, buildings), districts (the division of the city based on function), nodes and landmarks. Indirectly, as people cross from one element to another, city spaces form their bodies and, conversely, their movements form the city.1 13 the end of the video, Hester builds an ensemble when several hoops appear spinning, before falling down in unison. The intervention to the rhythm of the city, as we see the speed of how people move around, shows an interesting dynamic of people’s lives being contrasted with the movement of the hoops. David Rosetzky’s work touches on the subtle and intimate relations between individuals. In this case the body is again a part of choreography departing from everyday gestures that are given particular emphasis, where movement becomes a language and a medium for the artist’s concept. Half brother investigates the possibilities of how we speak about small occurrences recorded by our bodies, and how these then re-appear after a particular time, so that they transform into a new pattern. From the perspective of category-conscious performance, things like this can be referred to as choreography. For Rosetzky, choreography is a representation of all of the body’s processes negotiating with the context of time and space. He shows three people in an ordinary situation, which seems almost like a rehearsal for a performance. Rather than seeing the final product as a whole choreographic arrangement on the stage, this work is seen on a screen that shows how the rehearsal itself becomes part of the performance. In many contemporary dance works, efforts to display the everyday or rehearsal process as a part of the final work become strategies to provide a ‘sneak preview’ about what will happen ‘before’ or ‘off the stage’. In Half brother the rehearsal becomes, in fact, the main, building a narrative and vocabulary from all of the scenes of buildings. Using intimacy as a modus, Rosetzky seems to stage emotion. He seeks to borrow everyday gestures as repressions of emotion; a performance of emotion with a flat rhythm with almost no meaningful dramatics, because he invites the audience to dive into trivial issues and small encounters that are remembered by the body, almost by routine. Hester and Rosetzky are interested in that which seems to repeat; as an investigation of pattern; from umpteen routines that appear to be the same, only changing in the context of space and time when the brain selects various occurrences that are almost the same, and chooses which will enter its memory. I am reminded that for our society, speaking of emotion or feelings is virtually seen as taboo. We are not used to expressing feelings, and are taught to bury our response to what we experience in our hearts. 14 **** Performative art practice, in order not to refer to it as performance art, has in recent developments indicated broad possibilities in exploring the mediums and vocabularies of movements/events. With a situation this open, anything can be framed within the structure of performativity, anyone can be seen as playing in the performative space; does this in the end mean that performance art encompasses anything at all? In the context of Indonesia, with our long and complex history of the performativity of public, and at the same time the intense contestation of the use of public space, we have very different imagery of how the human body performs in public. In many of our video art works, the idea of connecting body and performativity is staged in the theatrical setting of an art piece, in which actor (artists) and spectators (audience) are part of a fictional scenario in real time, as can be seen in works of Krisna Murti or some of the works by Jompet Kuswidananto. There is also action performance, using everyday life situations, done by the artists themselves, such as works by FX Harsono. Different situations and different landscapes had formed specific body movements and gesture; and, also, in the case performance/performing arts, the influence of everyday traditional rituals still strongly remains. This kind of performative body can be seen in many performance works by Melati Suryodarmo, usually in a stage setting, where she interestingly shows a way to distinguish these rituals from everyday life reality, underlining the extraordinary aspects of those gestures. With the visualisation strategies of these artists, we can see how the routine and the everyday are drawn out of ordinary situations, given frames, have their rhythms played with, and given dramaturgical structures so that they become more meaningful; they show how inter-subjective relations work, in both the conscious and unconscious realms. We can see how art can speak about anything, but that the strategies for processing the medium and the choice of perspective makes ‘anything’ no longer arbitrary, but possessed of a particular relevance and context. Enjoying art work from our neighbouring countries, we pull ourselves out of our everyday situations, seeing how awareness of the ‘other’ can bring us to a perspective in which foreign places are a stage and their new characters are performers. Using the right artistic strategy, these works give us space to infiltrate, becoming a part of this new context, and locating ourselves as the ‘other’. 1 Kevin Lynch, The Image of the City, MIT Press, Cambridge, Massachusetts, 1960. A CITY IN MOTION (KOTA DALAM GERAK) Patrice Sharkey … orang-orang yang bergerak di jalanan adalah orang-orang asing. Di setiap perjumpaan, mereka membayangkan beribu hal tentang satu sama lain; pertemuan yang mungkin terjadi di antara mereka, percakapan, kejutan, belaian, gigitan. Tetapi tidak ada yang saling menyapa; mata bertaut sekejap, lalu berpaling, mencari mata baru, tak pernah berhenti. – Italo Calvino1 So Long as You Move menampilkan serangkaian karya berbasis video yang dibuat oleh empat seniman kontemporer Australia yang hadir dalam tubuh yang bergerak. Baik itu berupa tarian, permainan papan luncur, atau sekedar berjalan, setiap karya mengeksplorasi cara-cara di mana tubuh bergerak di ruang nyata. Tetapi para tokoh protagonis yang kita temui tidak melewati tempat-tempat yang samar-samar atau tidak jelas. Sebaliknya, adalah sejumlah besar ciri-ciri khas kehidupan kota yang akrab – seperti jalan raya, trotoar, kerumunan, pusat-pusat kegiatan masyarakat, atap bangunan, interior rumah dan jalan kecil – yang memberikan latar belakang bagi beragam aksi ritmis yang tertangkap kamera di layar. Ini sangat sesuai karena, seperti yang dikatakan Elizabeth Grosz, tubuh dan kota adalah tidak sama sekali berbeda satu sama lain: Kota adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam produksi sosial dari realitas tubuh – lingkungan yang terbentuk memberikan konteks dan koordinat untuk bentuk-bentuk kontemporer dari tubuh.2 So Long as You Move berbicara mengenai potensi imajinatif tubuh, dan, dengan kata lain, yang tersembunyi dari bentang kota; adalah kota yang membuat tubuh bergerak. SLOW MOTION [GERAK LAMBAT] Kota memiliki konotasi kecepatan; kota digerakkan oleh industri dan kemajuan, menjadikan waktu sebagai sumber daya tak ternilai untuk dimanfaatkan. A garden of parallel paths 2012 karya Daniel Crooks dan Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 karya Shaun Gladwell jelas tidak sejalan dengan ketergesa-gesaan yang biasa terjadi dalam kehidupan kota dan para pelajunya yang tergopohgopoh. Keduanya direkam di lokasi-lokasi penting metropolitan di Melbourne dan Sydney, masing15 masing film ini telah sangat diperlambat agar kita dapat menjumpai keindahan seperti elegi dari tubuhtubuh yang berjalan dengan santai di bentang darat. Dengan cara ini, Crooks dan Gladwell mengenang kegiatan-kegiatan orang yang suka keluyuran, yang, melalui banyak hubungannya dengan waktu luang, tak berkegiatan, membuang waktu dan eksplorasi kota, secara historis telah berperan dalam memahami dan merepresentasikan kota. tubuh dalam penampilan koreografi mereka sebagai alat komunikasi, kerja sama dan penampilan panggung. Dalam karya Bianca Hester Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13, potensi kota diungkap melalui kemampuannya untuk menghasilkan bentang suara yang berbeda. Direkam di berbagai tempat di Melbourne di beragam ruang seperti lapangan parkir mobil dan gedung pertemuan, video Terbentang di antara jalan yang pada gilirannya tiga layar ini mendokumentasikan serangkaian mengarah ke jalan besar di kota modern, jalanpenampilan oleh sang seniman dan sekelompok jalan kecil adalah bagian integral dari layanan dan kolaborator yang mengeksplorasi banyak gerakan dan sanitasi Melbourne, seperti yang diimpikan oleh bebunyian yang tercipta dengan menggelindingkan para pensurvei abad ke-19 seperti Robert Hoddle. dan membalikan Lingkaran baja. Hoops: sound tests, A garden of parallel paths memberi penghormatan performances, documents adalah perlambang dari kepada perencanaan kota Melbourne yang unik, praktik Hester yang biasanya menangkapnya sedang dengan Crooks memadukan tracking shots (rekaman mensurvei beragam ritme yang sedang dimainkan bergerak) dari banyaknya jalan kecil kota ini menjadi dalam struktur sebuah kota, sementara di saat yang pemandangan tak terputus dari irisan-irisan sempit sama juga menghasilkan ritmenya sendiri (gerakan, dari ruang kota. Saat kamera secara perlahan merekam materialitas, aksi) sebagai suatu cara untuk membuka berbagai jalanan yang menyempit, orang-orang yang kemungkinan untuk bagaimana kita menempati dan melintasi di dalam dan luar bangkai kamera, dengan menguasai ruang. Dengan tekanan pada aksi kolektif penghuni kota yang memiliki tujuan seperti pekerja alih-alih individu, Hoops: sound tests, performances, kantoran dan pebelanja dibayangkan sebagai para documents memperlihatkan Hester mengajukan pengelana yang tak bergairah. penggunaan alternatif dari ruang yang keluar dari pola keseharian dari perilaku. Seperti Storm sequence 2000– karya Gladwell yang berpengaruh yang menggambarkan dirinya bermain Sementara Hester menunaikan janji akan bunyi untuk papan luncur di ujung tembok beton di Pantai mengaktifkan tempat, Rosetzky mengeksplorasi Bondi – Guide to recent architecture: fountains dinamika kelompok dan bahasa tubuh. Dilaksanakan (excerpt) mendokumentasikan sang seniman bermain di ruang sebuah studio seniman dengan sejumlah papan luncur di tempat-tempat terkenal di Sydney. kecil hadirin undangan, Half brother 2013 adalah Penampilan ini terjadi di Cook + Phillip Park; sebuah video intim yang menangkap tiga orang sebuah tempat publik yang telah sering mengalami pria yang tertangkap dalam tarian dengan satu rim penataan ulang untuk dapat menjauhkan para kertas. Saat para pria ini berinteraksi dengan materi pemain papan seluncur yang menggunakannya. ini – merobek, menumpuk dan menentukan kegunaan Sebagaimana banyak orang sebelumnya, Gladwell ulang dari lembaran kertas – mereka juga secara mengusung kemungkinan-kemungkinan subversif hati-hati mengatur tubuh dan gerakan masing-masing, dari lingkungannya, memamerkan fungsi yang telah sebagaimana halnya penonton mereka. Rosetzky ditentukan sebelumnya dari tempat pertemuan publik sangatlah ahli dalam menciptakan pertemuansaat dia dengan indahnya bergerak melintasi gulungan pertemuan yang diatur yang rumit dan bertentangan dan dindin air. dalam tataran emosionalnya. Seringkali bersifat solipsistik, pertemuan-pertemuan itu memiliki garis halus antara ketulusan dengan kepalsuan. Dalam Half WHEN I MOVE, YOU MOVE [SAAT AKU brother setiap penari pria tampil secara senyap dan BERGERAK, KAU BERGERAK] bertumpu pada tubuhnya untuk menyampaikan atau mengungkapkan emosi. Berpakaian seadanya seolahSebuah kota adalah jumlah keseluruhan dari bagianolah akan mengikuti gladi, ada nuansa informalitas bagiannya. Atau lebih ekspresif lagi, itu terdiri dan dan kasih saying di antara ketiga pria ini, tetapi dibentuk oleh penduduknya. Ini adalah sesuatu spontanitas dan otentisitas dari ikatan ini dilepaskan yang dijelaskan oleh karya Bianca Hester dan David oleh kehadiran para penonton; keintiman mereka Rosetzky yang masing-masingnya menggunakan terungkap sebagai penampilan yang dipersiapkan. 16 **** Dalam So Long as You Move kota berperan sebagai platform bagi aliran manusia. Kadang tidak bergairah dan melankolis, kadang kuat dan memberontak, tubuh-tubuh yang kita jumpai merespon secara bijak lingkungan dan situasi di mana kita temui mereka. Tidak terbatasi oleh hukum fisika atau pedoman infrastruktur kota, para seniman dalam pameran ini memvisualisasikan bagaimana kota mungkin didiami – bagaimana tubuh dapat digerakkan untuk membayangkan kembali ruang-ruang yang kita tempati dan hubungan yang kita pelihara. Ini semua adalah dinamika-dinamika baru yang berada dalam jangkauan, sepanjang kita bergerak. 1 Italo Calvini, Invisible Cities, Harcourt Brace Jovanovich, New York, 1974. 2 Elizabeth Grosz, Space, Time and Perversion: Essays on the Politics of Bodies, Routledge, London, 1995. 17 A CITY IN MOTION Patrice Sharkey … the people who move through the streets are all strangers. At each encounter, they imagine a thousand things about one another; meetings that could take place between them, conversations, surprises, caresses, bites. But no one greets anyone; eyes lock for a second, then dart away, seeking other eyes, never stopping. – Italo Calvino1 So Long as You Move brings together a suite of videobased works by four Australian contemporary artists that present the body in motion. Whether dancing, spinning, skateboarding or simply walking, each work explores ways in which the body performs in real space. The protagonists we encounter do not, however, traverse vague or undefined sites. Rather, it is the many familiar features of urban life – such as roads, pedestrians, crowds, civic centres, rooftops, house interiors and laneways – that provide the backdrop for the various rhythmic actions captured on screen. This is fitting, since, as Elizabeth Grosz notes, bodies and cities are by no means casually distinct from one another: The city is one of the crucial factors in the social production of corporeality – the built environment provides the contexts and coordinates for contemporary forms of the body.2 So Long as You Move speaks to the imaginative potentialities of bodies and, equally, the latency of the cityscape; it is the city that sets the body in motion. SLOW MOTION Cities connote speed; they are driven by industry and progress, making time an invaluable resource to be exploited. A garden of parallel paths 2012 by Daniel Crooks and Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 by Shaun Gladwell are decidedly out of sync with the usual haste of city life and its hurried commuters. Both shot in significant metropolitan locales in Melbourne and Sydney, each film has been slowed considerably so that we encounter the elegiac beauty of figures ambling through the landscape. In this way, Crooks and Gladwell recall the activities of the flâneur, who, through his many associations to leisure, idleness, time-wasting and urban exploration, has historically played a key role in understanding and representing the city. 18 Running between the streets that in turn lead into the broad avenues of the modern city, laneways are an integral part of the servicing and sanitisation of Melbourne, as it was dreamed by nineteenth-century surveyors such as Robert Hoddle. A garden of parallel paths pays homage to Melbourne’s idiosyncratic urban planning, with Crooks combining tracking shots of the city’s many laneways into a seamless gaze down these narrow slices of urban space. As the camera slowly pans across the many tapered streetscapes, passersby stroll in and out of the frame, with purposeful city dwellers such as office workers and shoppers re-imagined as listless wanderers. Like Storm sequence 2000 – Gladwell’s seminal work which depicts him skateboarding on the edge of a concrete drop at Bondi Beach – Guide to recent architecture: fountains (excerpt) documents the artist skating through well-known Sydney sites. The performance takes place at Cook + Phillip Park; a civic space that has undergone numerous redesigns in order to displace the skateboarders who use it. Like many before him, Gladwell embraces the subversive possibilities of his environment, flaunting the prescribed function of the public meeting spot as he gracefully traverses his way through plumes and walls of water. rather than individual action, Hoops: sound tests, performances, documents sees Hester propose an alternative use of space that is out of line with everyday patterns of behaviour. While Hester enacts the promise of sound in order to activate site, Rosetzky explores group dynamics and body language. Set in an artist’s studio with a small invited audience in attendance, Half brother 2013 is an intimate video that captures three men caught in a dance with a ream of paper. As the men interact with this material – ripping, stacking and re-purposing the sheets – they also carefully negotiate each other’s bodies and movements, as well as their audience. Rosetzky is adept at composing stylised encounters that are complex and contradictory in their emotional register. Often solipsistic in nature, they tread a fine line between sincerity and superficiality. In Half brother each male dancer performs silently and relies upon his body to convey or externalise emotion. Dressed casually as if for a rehearsal , there is a sense of informality and affection between the three men, however the spontaneity and authenticity of this bond is undone by the presence of onlookers; their intimacy revealed to be a constructed performance. **** WHEN I MOVE, YOU MOVE A city is a sum of its parts. Or, more expressly, it is comprised and shaped by its populace. This is something that is made clear in the work of Bianca Hester and David Rosetzky who each utilise the body in their choreographed performances as a means of communication, cooperation and staging. In Bianca Hester’s Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13, the city’s potential is uncovered through its ability to produce distinct soundscapes. Filmed across Melbourne in a variety of spaces such as car parks and community halls, this three-channel video documents a series of performances by the artist and a host of collaborators who explore the endless gestures and sounds created by rolling and turning steel hoops. Hoops: sound tests, performances, documents is emblematic of Hester’s practice which regularly sees her survey the manifold rhythms at play within the fabric of a city, whilst also generating her own rhythms (movements, materialities, actions) as a way to open up possibilities for how we might engage and occupy space. With emphasis on collective In So Long as You Move the city serves as the platform for the flow of people. Sometimes languid and melancholic, other times forceful and rebellious, the bodies we encounter resourcefully respond to the environments and situations in which we find them. Not limited by the laws of physics or the guidelines of urban infrastructure, the artists in the exhibition visualise how cities might be lived – how the body can be mobilised to reimagine the spaces we inhabit and the relationships we foster. These are new dynamics that are within reach, so long as you move. 1 Italo Calvini, Invisible Cities, Harcourt Brace Jovanovich, New York, 1974. 2 Elizabeth Grosz, Space, Time and Perversion: Essays on the Politics of Bodies, Routledge, London, 1995. 19 Daniel Crooks A garden of parallel paths 2012 (foto dari film) 20 21 Daniel Crooks A garden of parallel paths 2012 (foto dari film) 22 23 24 Shaun Gladwell Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 (foto dari film) 25 26 Shaun Gladwell Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 (foto dari film) 27 Bianca Hester Hoops: sound tests, performance, documents 2011-13 Rincian penampilan di Raglan Street, North Melbourne, 22 Maret 2013. Penampil: Agatha Gothe-Snape dan Helen Walter. Foto: Bianca Hester Gambar ditampilkan atas seizin sang seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne 28 Bianca Hester Sonic alterations of constructed space, with metal objects 2014 Rincian penampilan di Halaman Depan Gereja Katedral St Mary, Sydney, 4 Mei 2014. Penampil: Ivan Cheng dan Bianca Hester. Foto: Laure Stephan Gambar ditampilkan atas seizin sang seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne 29 Bianca Hester Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13 Rincian penampilan di bagian atas tempat parkir multiplex di Cambridge Street, Glasgow, April 2012. Penampil: Melissa Burn, Emily Donnini, Chris Dyson, Lauren Gault, Dom Hastings, LaresaKosloff, dan David Rosetzky. Foto: Chris Dyson Gambar ditampilkan atas seizin sang seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne 30 Bianca Hester Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13 Rincian penampilan di Federation Square, Melbourne, 2011. Penampil: Appiah Annan, Kathleen Gonzalez, Agatha GotheSnape, Rueben Heller-Quintanilla, Bianca Hester, Lucretia Quintanilla, Geoff Robinson, Jonas Ropponen, Charlie Sofo, Akira Tamura dan Makiko Yammamoto. Foto: Mimmo Cozzolino Gambar ditampilkan atas seizin sang seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne 31 David Rosetzky Half brother 2013 (foto dari film) 32 33 David Rosetzky Half brother 2013 (foto dari film) 34 35 Daniel Crooks Lahir di Hastings, Selandia Baru tahun 1973 Tinggal dan bekerja di Melbourne Daniel Crooks Born Hastings, New Zealand 1973 Lives and works in Melbourne Daniel Crooks terkenal karena karya-karya videonya yang menawan, kontemplatif yang menggali cara-cara baru merepresentasikan ruang dan waktu. Dengan menggunakan beragam teknik pembuatan film yang rumit, Crooks menyambung dan menata ulang lingkungan-lingkungan yang ada untuk menciptakan realitas-realitas alternatif di mana dunia nyata menjadi lunak dan cair. Daniel Crooks is well known for his arresting, contemplative video works that investigate new ways of representing space and time. Employing a complex range of filmic techniques, Crooks splices and rearranges existing environments to create alternate realities where the real world becomes malleable and fluid. Pameran perorangan pilihan meliputi: Daniel Crooks, Anne & Gordon Samstag Museum of Art, Adelaide, 2013; Imaginary Objects, Two Rooms, Auckland, 2012; Everywhere Instantly, Christchurch Art Gallery Te Puna O Waiwhetu, 2008; Pan No.2 (one step forwards, one frame backwards), Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2007; dan 2 videos & 2 devices, Rijksakademie van Beeldende Kunsten, Amsterdam, 2005. Pameran kelompok pilihan meliputi: Melbourne Now, National Gallery of Victoria, Melbourne, 2013; Australia, Royal Academy of Arts, London, 2013; Marking Time, Museum of Contemporary Art, Sydney, 2012; Parallel Collisions: 2012 Adelaide Biennial of Australian Art, Art Gallery of South Australia, 2012; Daydream Believer, Yebisu International Festival of Art and Alternative Visions, Tokyo, 2011; Monanism, Museum of Old and New Art, Hobart, 2011; dan Move: The Exhibition, Queensland Art Gallery, Brisbane, 2010. Daftar Pustaka Pilihan Nicholas Chambers, ‘On Perspective and Motion (part 2)’, Anne Landa Award for Video and New Media Arts, Art Gallery of New South Wales, Sydney, 2006. Sue Cramer and Lesley Harding (ed.s), Cubism & Australian Art, Heide Museum of Modern Art, Melbourne University Publishing, Melbourne, 2010. Selected individual exhibitions include: Daniel Crooks, Anne & Gordon Samstag Museum of Art, Adelaide, 2013; Imaginary Objects, Two Rooms, Auckland, 2012; Everywhere Instantly, Christchurch Art Gallery Te Puna O Waiwhetu, 2008; Pan No.2 (one step forwards, one frame backwards), Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2007; and 2 videos & 2 devices, Rijksakademie van Beeldende Kunsten, Amsterdam, 2005. Selected group exhibitions include: Melbourne Now, National Gallery of Victoria, Melbourne, 2013; Australia, Royal Academy of Arts, London, 2013; Marking Time, Museum of Contemporary Art, Sydney, 2012; Parallel Collisions: 2012 Adelaide Biennial of Australian Art, Art Gallery of South Australia, 2012; Daydream Believer, Yebisu International Festival of Art and Alternative Visions, Tokyo, 2011; Monanism, Museum of Old and New Art, Hobart, 2011; and Move: The Exhibition, Queensland Art Gallery, Brisbane, 2010. Selected Bibliography Nicholas Chambers, ‘On Perspective and Motion (part 2)’, Anne Landa Award for Video and New Media Arts, Art Gallery of New South Wales, Sydney, 2006. Sue Cramer and Lesley Harding (ed.s), Cubism & Australian Art, Heide Museum of Modern Art, Melbourne University Publishing, Melbourne, 2010. Sean Cubitt, Adrian Martin et al., Daniel Crooks: Everywhere Sean Cubitt, Adrian Martin et al., Daniel Crooks: Everywhere Instantly, Christchurch Art Gallery Te Puna o Waiwhetu, Instantly, Christchurch Art Gallery Te Puna o Waiwhetu, Christchurch, 2008. Christchurch, 2008. Alexie Glass and Sarah Tutton, I Thought I Knew But I was Alexie Glass and Sarah Tutton, I Thought I Knew But I Was Wrong: New Video Art From Australia, Australian Centre for Wrong: New Video Art From Australia, Australian Centre for the Moving Image and Asialink, Melbourne, 2004. the Moving Image, Asialink, Melbourne, 2004. Matthew Mason, ‘Beyond Likeness: Contemporary Portraits’, Matthew Mason, ‘Beyond Likeness: Contemporary Portraits’, Eyeline, no.77, 2012. Russell Storer, ‘Video in the expanded field: Three recent examples of Australian video installation’, Art & Australia, vol.42, no.4, Musim Dingin 2005. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: danielcrooks.com annaschwartzgallery.com 36 Eyeline, no.77, 2012. Russell Storer, ‘Video in the expanded field: Three recent examples of Australian video installation’, Art & Australia, vol.42, no.4, Winter 2005. For further information see: danielcrooks.com annaschwartzgallery.com Shaun Gladwell Lahir di Melbourne tahun 1972 Tinggal dan bekerja di London Shaun Gladwell Born Melbourne 1972 Lives and works in London Shaun Gladwell membuat kajian-kajian video yang menangkap penampilan-penampilan improvisasi maupun yang dikoreografikan dengan ketat dalam sebuah kombinasi tatanan desa dan kota. Berirama dan puitis, Gladwell menggunakan alat-alat perfilman seperti gerak lambat dan rentang lama untuk mendistorsikan kesan atas kecepatan, gravitasi, ruang dan waktu yang ditemui dalam apa yang digambarkannya sebagai ‘bentang alam performatif’. Sebuah tema yang melingkupi dalam praktik Gladwell adalah tubuh di dalam ruang, yang memperbaharui pola dasar abad kesembilan belas dengan berfokus pada budaya jalanan dan cara-cara para penari breakdance, pemain papan seluncur dan sepeda BMX menggunakan ruang-ruang publik. Shaun Gladwell makes video studies that capture both improvised and tightly choreographed performances in a combination of rural and city settings. Rhythmic and poetic, Gladwell employs filmic devices such as slow-motion and long spans to distort the sense of speed, gravity, space and time encountered in what he describes as ‘performative landscapes’. An overarching theme in Gladwell’s practice is the body in space, updating the nineteenth century archetype of the flâneur by focussing on street culture and the ways break-dancers, skateboarders and BMX bike riders make use of public spaces. Selected individual exhibitions include: Shaun Gladwell: Afghanistan / Field Recordings, Anne & Gordon Samstag Pameran perorangan pilihan meliputi: Shaun Gladwell: Museum of Art, Adelaide, 2014; Cycles of Radical Will, De Afghanistan / Field Recordings, Anne & Gordon Samstag La Warr Pavilion, UK, 2013; Broken Dance (Beatboxed), Art Museum of Art, Adelaide, 2014; Cycles of Radical Will, De Gallery of New South Wales, Sydney, 2012; Stereo Sequences, La Warr Pavilion, UK, 2013; Broken Dance (Beatboxed), Art Australian Centre for the Moving Image, Melbourne, 2011; Gallery of New South Wales, Sydney, 2012; Stereo Sequences, MADDESTMAXIMVS: Planet & Stars Sequence, Australian Australian Centre for the Moving Image, Melbourne, 2011; Pavilion, 53rd Venice Biennale, 2009; and In a Station of the MADDESTMAXIMVS: Planet & Stars Sequence, Australian Metro, Artspace, Sydney, 2007. Pavilion, 53rd Venice Biennale, 2009; dan In a Station of the Selected group exhibitions include: Motopoétique, Lyon Metro, Artspace, Sydney, 2007. Museum of Contemporary Art, 2014; On Dry Land, Negev Pameran kelompok pilihan meliputi: Motopoétique, Lyon Museum of Art, Israel, 2014; Australia, Royal Academy Museum of Contemporary Art, 2014; On Dry Land, Negev of Arts, London, 2013; On Apology, Wattis Institute, San Museum of Art, Israel, 2014; Australia, Royal Academy Francisco, 2012; Parallel Collisions: 2012 Adelaide Biennial of Arts, London, 2013; On Apology, Wattis Institute, San of Australian Art, Art Gallery of South Australia, 2012; Francisco, 2012; Parallel Collisions: 2012 Adelaide Biennial Show Time: Choreography in Contemporary Art, Kunsthal of Australian Art, Art Gallery of South Australia, 2012; GI Holtegaard, Copenhagen, 2012; Paradise Lost, Istanbul Show Time: Choreography in Contemporary Art, Kunsthal Museum of Art, 2011; South by Southeast: Australasian Video GI Holtegaard, Copenhagen, 2012; Paradise Lost, Istanbul Art, Tokyo Metropolitan Museum of Photography, 2011; and Museum of Art, 2011; South by Southeast: Australasian Video Adaptation, Power Plant, Toronto, 2010. Art, Tokyo Metropolitan Museum of Photography, 2011; dan Selected Bibliography Adaptation, Power Plant, Toronto, 2010. Daftar Pustaka Pilihan Blair French (ed.), Shaun Gladwell: Videowork, Artspace, Sydney, 2007. Lindsay Harris, ‘Shaun Gladwell’, in Robert Storr (ed.), Think with the Senses, Feel with the Mind – Art in the Present Tense, 52nd Biennale di Venezia, Marsilio, Italy, 2007, pp.122-125. Warwick Heywood, ‘Shaun Gladwell’s Afghanistan portraits’, Art Monthly, no.251, July 2012, pp.8-10. Reuben Keehan, ‘Shaun Gladwell’s moving pictures’, Art & Australia, vol.45, no.4, 2008, p.650. Richard Leydier, ‘Shaun Gladwell corpus mundi,’ Artpress, 2014, p.409. Jane Won (ed.), Shaun Gladwell: Cycles of Radical Will, De La Warr Pavilion, UK, 2013. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: annaschwartzgallery.com Blair French (ed.), Shaun Gladwell: Videowork, Artspace, Sydney, 2007. Lindsay Harris, ‘Shaun Gladwell’, in Robert Storr (ed.), Think with the Senses, Feel with the Mind – Art in the Present Tense, 52nd Biennale di Venezia, Marsilio, Italy, 2007, pp.122-125. Warwick Heywood, ‘Shaun Gladwell’s Afghanistan portraits’, Art Monthly, no.251, July 2012, pp.8-10. Reuben Keehan, ‘Shaun Gladwell’s moving pictures’, Art & Australia, vol.45, no.4, 2008, p.650. Richard Leydier, ‘Shaun Gladwell corpus mundi,’ Artpress, 2014, p.409. Jane Won (ed.), Shaun Gladwell: Cycles of Radical Will, De La Warr Pavilion, UK, 2013. For further information see: annaschwartzgallery.com 37 Bianca Hester Lahir di Melbourne tahun 1975 Tinggal dan bekerja di Sydney Bianca Hester Born Melbourne 1975 Lives and works in Sydney Bianca Hester adalah seorang seni multidisiplin yang intervensi seni pahat jangka pendeknya menggali bagaimana ruang dibentuk oleh – dan merupakan ekspresi dari – materi, kekuatan-kekuatan sosial dan temporal. Bersifat puitis dan politis, proyek-proyeknya menyertakan komunitas-komunitas sementara yang membentuk acara-acara sederhana, simbolis seperti berkumpul di suatu ruang publik atau membentangkan sebuah spanduk abstrak di depan Gedung Parlemen. Bersama Terri Bird dan Scott Mitchell, Hester juga menjadi bagian dari kelompok OSW (didirikan tahun 2002). Bianca Hester is a multidisciplinary artist whose ephemeral sculptural interventions explore how space is fashioned by – and is expressive of – material, social and temporal forces. Poetic and political, her projects bring together transient communities that form around simple, symbolic events such as assembling in a public space or erecting an abstract banner in front of Parliament House. Along with Terri Bird and Scott Mitchell, Hester is also part of OSW collective (founded in 2002). Pameran perorangan pilihan meliputi: and only from the perspective of a viewer situated upon the surface of the earth does day and night occur, yang atas pesanan dari The Common Guild sebagai bagian dari Festival Seni Visual Internasional Glasgow, 2012; bits and pieces here and there, Society, Sydney, 2011; please leave these windows open overnight to enable the fans to draw in cool air during the early hours of the morning, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2010; dan fashioning discontinuities, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2009. Pameran kelompok pilihan meliputi: You Imagine What You Desire, 19th Biennale of Sydney, 2014; Melbourne Now, National Gallery of Victoria, Melbourne, 2013; Collected Collaborations (dengan OSW), Monash University Museum of Art, Melbourne, 2011; big log jam (dengan OSW), Australian Experimental Art Foundation, Adelaide, 2011; dan have a look!, have a look!, formcontent, London, 2010. Daftar Pustaka Pilihan Andrew Benjamin, Terri Bird et al., Actions Will Occur Intermittently, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2010. Terri Bird, Adrian Parr et al., accommodating spaces, materials, projects, people, videos, actions, objects, thoughts: relatively, The Narrows, Melbourne, 2009. Helen Hughes, ‘Aestheticising Architecture / Architecturalising Aesthetics: Callum Morton and Bianca Hester’, Discipline, no.2, Musim Dingin 2012, pp.35-47. Liang Luscombe and Patrice Sharkey, ‘Sympathies and Antagonisms: On Please leave these windows open over night to enable the fans to draw in cool air during the early hours of the morning’, Discipline, no.1, Musim Dingin 2011, pp.40-44. Spiros Panigirakis, ‘It’s a wall: a recent history of the wall in contemporary art practice’, un Magazine, edisi 6.1, 2012, pp.36-41. Helen Walter, ‘Wall/Wall, Chimney/Chimney’, Architecture Australia, Mei 2012, pp.104-105. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: biancahester.net sarahscoutpresents.com 38 Selected individual exhibition include: and only from the perspective of a viewer situated upon the surface of the earth does day and night occur, commissioned by The Common Guild as a part of the Glasgow International Festival for Visual Arts, 2012; bits and pieces here and there, Society, Sydney, 2011; please leave these windows open overnight to enable the fans to draw in cool air during the early hours of the morning, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2010; and fashioning discontinuities, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2009. Selected group exhibitions include: You Imagine What You Desire, 19th Biennale of Sydney, 2014; Melbourne Now, National Gallery of Victoria, Melbourne, 2013; Collected Collaborations (with OSW), Monash University Museum of Art, Melbourne, 2011; big log jam (with OSW), Australian Experimental Art Foundation, Adelaide, 2011; and have a look!, have a look!, formcontent, London, 2010. Selected Bibliography Andrew Benjamin, Terri Bird et al., Actions Will Occur Intermittently, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2010. Terri Bird, Adrian Parr et al., accommodating spaces, materials, projects, people, videos, actions, objects, thoughts: relatively, The Narrows, Melbourne, 2009. Helen Hughes, ‘Aestheticising Architecture / Architecturalising Aesthetics: Callum Morton and Bianca Hester’, Discipline, no.2, Winter 2012, pp.35-47. Liang Luscombe and Patrice Sharkey, ‘Sympathies and Antagonisms: On Please leave these windows open over night to enable the fans to draw in cool air during the early hours of the morning’, Discipline, no.1, Winter 2011, pp.40-44. Spiros Panigirakis, ‘It’s a wall: a recent history of the wall in contemporary art practice’, un Magazine, issue 6.1, 2012, pp.36-41. Helen Walter, ‘Wall/Wall, Chimney/Chimney’, Architecture Australia, May 2012, pp.104-105. For further information see: biancahester.net sarahscoutpresents.com David Rosetzky Lahir di Melbourne tahun 1970 Tinggal dan bekerja di Melbourne David Rosetzky Born Melbourne 1970 Lives and works in Melbourne David Rosetzky bekerja sebagian besar dalam format video dan fotografis, secara teratur berkolaborasi dengan para aktor, penari dan koreografer untuk membuat skenario di mana perilaku dan identitas manusia, budaya dan masyarakat kontemporer diamati secara teliti. Karya Rosetzky disesuaikan dengan mode dan murung, mengingat gambar-gambar ideal yang ditemukan dalam iklan kelas atas sebagai suatu cara untuk memikirkan bagaimana orang-orang mengendalikan yang ideal dan yang nyata. David Rosetzky works predominantly in video and photographic formats, regularly collaborating with actors, dancers and choreographers to create scenarios in which human behaviour, identity, contemporary culture and community come under intimate observation. Rosetzky’s work is stylised and moody, recalling the idealised images found in high-end advertising as a way to consider how people navigate the ideal and the real. Pameran perorangan pilihan meliputi: David Rosetzky, Ten Cubed, Melbourne, 2014; David Rosetzky: Selected Works, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2013; How to Feel, The Common Guild, Glasgow, 2012, and Australian Centre for Contemporary Arts, Melbourne, 2011; Summer Blend, Le Case D’ArteVetrina, Milan, 2007; dan Self Defence, Contemporary Art Centre of South Australia, Adelaide, 2005. Selected individual exhibitions include: David Rosetzky, Ten Cubed, Melbourne, 2014; David Rosetzky: Selected Works, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2013; How to Feel, The Common Guild, Glasgow, 2012, and Australian Centre for Contemporary Arts, Melbourne, 2011; Summer Blend, Le Case D’Arte Vetrina, Milan, 2007; and Self Defence, Contemporary Art Centre of South Australia, Adelaide, 2005. Pameran kelompok pilihan meliputi: Melbourne Now, National Gallery of Victoria, 2013; We used to talk about love, Balnaves Contemporary: Photomedia, Art Gallery of New South Wales, Sydney, 2013; Beyond Like-ness: Contemporary Portraits, Lawrence Wilson Art Gallery, Perth, 2012; South by Southeast: Recent Video Art from Australia and New Zealand, Tokyo Metropolitan Museum of Photography, 2011; 21st Century: Art in the First Decade, Queensland Art Gallery, Gallery of Modern Art, Brisbane, 2011; The Third ICP Triennial of Photography and Video, International Centre for Photography, New York, 2009; Viewpoints & Viewing Points: Asian Art Biennial, National Taiwan Museum of Fine Arts,Taichung, 2009; and Australian Culture Now, Australian Centre for the Moving Image, Melbourne, 2004. Selected group exhibitions include: Melbourne Now, National Gallery of Victoria, 2013; We used to talk about love, Balnaves Contemporary: Photomedia, Art Gallery of New South Wales, Sydney, 2013; Beyond Like-ness: Contemporary Portraits, Lawrence Wilson Art Gallery, Perth, 2012; South by Southeast: Recent Video Art from Australia and New Zealand, Tokyo Metropolitan Museum of Photography, 2011; 21st Century: Art in the First Decade, Queensland Art Gallery, Gallery of Modern Art, Brisbane, 2011; The Third ICP Triennial of Photography and Video, International Centre for Photography, New York, 2009; Viewpoints & Viewing Points: Asian Art Biennial, National Taiwan Museum of Fine Arts, Taichung, 2009; and Australian Culture Now, Australian Centre for the Moving Image, Melbourne, 2004. Daftar Pustaka Pilihan Selected Bibliography Naomi Cass and Kyla McFarlane (ed.s), True Self: David Rosetzky Selected Works, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2013. Naomi Cass and Kyla McFarlane (ed.s), True Self: David Rosetzky Selected Works, Centre for Contemporary Photography, Melbourne, 2013. Charlotte Day and Dominic Eichler, How to Feel, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2011. Charlotte Day and Dominic Eichler, How to Feel, Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne, 2011. Juliana Engberg, ‘Person incognita’, Art & Australia, vol.46, no.4, Musim Dingin 2009, pp.584-585. Juliana Engberg, ‘Person incognita’, Art & Australia, vol.46, no.4, Winter 2009, pp.584-585. Alexie Glass, ‘David Rosetzky: Maniac De Luxe’, 21st Alexie Glass, ‘David Rosetzky: Maniac De Luxe’, 21st Century Modern: 2006 Adelaide Biennial of Australia Art, Art Century Modern: 2006 Adelaide Biennial of Australia Art, Art Gallery of South Australia, Adelaide, 2006, pp.62-63. Gallery of South Australia, Adelaide, 2006, pp.62-63. Jacqueline Millner, ‘Australian Video Art since 1980s’, Video Logic, Museum of Contemporary Art, Sydney, 2008. Jacqueline Millner, ‘Australian Video Art since 1980s’, Video Logic, Museum of Contemporary Art, Sydney, 2008. Daniel Palmer, ‘The difficulty of being oneself’, Art & Australia, vol.48, no.3, Musim Gugur 2011, pp.486-493. Daniel Palmer, ‘The difficulty of being oneself’, Art & Australia, vol.48, no.3, Autumn 2011, pp.486-493. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: davidrosetzky.com suttongallery.com.au For further information see: davidrosetzky.com suttongallery.com.au 39 40 DAFTAR KARYA LIST OF WORKS Daniel Crooks A garden of parallel paths 2012 video saluran tunggal high definition 9 menit 33 detik Koleksi Monash University Dibeli tahun 2012 Daniel Crooks A garden of parallel paths 2012 single-channel high definition video (colour and sound) 9 minutes 33 seconds Monash University Collection Purchased 2012 Shaun Gladwell Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 video digital 4 menit Koleksi Monash University Dibeli tahun 2008 Shaun Gladwell Guide to recent architecture: fountains (excerpt) 2000-07 digital video (colour and sound) 4 minutes Monash University Collection Purchased 2008 Bianca Hester Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13 video-video digital dengan bunyi 3 video: 4 menit 24 detik; 4 menit 34 detik; 4 menit 44 detik Ditampilkan atas seizin seniman dan Sarah Scout Presents, Melbourne Bianca Hester Hoops: sound tests, performances, documents 2011-13 digital videos with sound 3 videos: 4 minutes 24 seconds; 4 minutes 34 seconds; 4 minutes 44 seconds Courtesy the artist and Sarah Scout Presents, Melbourne David Rosetzky Half brother 2013 video digital high definition (warna dan bunyi) 10 menit 33 detik Koleksi Monash University Dibeli tahun 2013 David Rosetzky Half brother 2013 high definition digital video (colour and sound) 10 minutes 33 seconds Monash University Collection Purchased by the Faculty of Science 2013 Seluruh gambar ditampilkan atas seizin Monash University Museum of Art, kecuali dinyatakan lain. All image courtesy Monash University Museum of Art, unless otherwise stated. 41 MITRA ARK GALERIE ASIALINK ARTS Didirikan pada bulan April 2007, Ark Galerie telah mendapatkan reputasi yang sangat baik dan diakui sebagai salah satu galeri terpenting di Indonesia. Asialink Arts adalah sebuah program dari Asialink, sebuah inisiatif dari Myer Foundation yang berbasis di University of Melbourne. Asialink bekerja sama dengan dunia usaha, pemerintah, mitra-mitra filantrofis dan budaya untuk memulai dan memperkuat kerja sama Australia-Asia. Ark Galerie menyediakan platform untuk pameran eksperimental sehingga mendorong seniman-seniman untuk terus mempertanyakan dan mendefinisikan ulang praktik artistic mereka dan bekerja dengan perspektif interdisipliner, mengeksplorasi berbagai wacana sosial dan politik yang telah menjadi bagian penting dari peran seniman di Indonesia. Di saat yang sama, Ark Galerie juga bertujuan untuk melibatkan audiens yang lebih luar dengan praktik seni kontemporer saat ini, dan sekaligus menhubungkan mereka dengan isu-isu sosial kontemporer. Sebagian besar seniman yang naik daun dan yang mapan telah menyelenggarakan pameran tunggal mereka di Ark Galerie. Beberapa di antaranya, Christine Ay Tjoe, Eko Nugroho, Jompet Kuswidananto, Ronald Ventura, Rodel Tapaya, Wedhar Riyadi, Ade Darmawan, Tintin Wulia, Tsang Kin-wah dan lainnya. Musium Seni Monash University | MUMA berkomitmen pada seni dan praktik kuratorial yang inovatif, eksperimental dan berbasis penelitian. Dengan berfokus pada seni kontemporer sejak tahun 1960-an, MUMA telah berupaya untuk menjadikan musium ini sebagai tempat yang dinamis Asialink Arts mengembangkan model bagi produksi, pendidikan dan dan platform baru untuk pertukaran partisipasi budaya – melalui pameran, budaya di kawasan Asia melalui pengembangan koleksi, penelitian program-program intinya berupa Pameran Keliling, Residensi dan Proyek- kuratorial, penerbitan, dan kerja sama proyek Khusus. Telah berjalan selama 23 akademik dan masyarakat. tahun, program ini berkomitmen untuk Dengan visi menjadi sebuah pusat mengembangkan dan memfasilitasi unggulan internasional dalam penelitian praktik terbaik dari kebijakan budaya dan koleksi, promosi dan presentasi internasional dan strategi diplomasi seni visual kontemporer, MUMA sangat budaya Australia. berani dan berpandangan maju dalam mendukungan seni dan ide baru Dengan dukungan dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan, Asialink Arts menyelenggarakan pameran keliling seni kontemporer Australia ke lokasi-lokasi di kawasan Asia. Program ini mempromosikan praktik dan ide seni terkini, dan memberi kesempatan bagi pertukaran dan pengembangan artistik. Asialink Arts menggelar pameran di dalam infrastruktur yang ada di Ark Galerie juga memfungsikan diri musium dan galeri dan acara-acara sebagai tempat bertemunya seniman, seni besar. Saat menyelenggarakan curator, kolektor, dan publik yang pameran-pameran tersebut, lembaga ini membutuhkan sumber-sumber mengenai memperkenalkan seni Australia kepada seni kontemporer Indonesia. pemirsa internasional, memperkuat jejaring regional dan mengembangkan www.arkgalerie.com kerja sama yang erat di antara para seniman, kurator dan kolega di kawasan Asia. www.asialink.unimelb.edu.au/arts 42 MUSIUM SENI MONASH UNIVERSITY (MUMA) Sebagai sebuah musium seni publik di dalam lembaga tersier terbesar Australia, MUMA menghubungkan universitas ini, dunia seni dan masyarakat luas. Beroperasi dari fasilitas-fasilitas terbaik dalam pusat seni, disain dan arsitektur di kampus Caulfield, Monash, MUMA memberikan kontribusi berharga bagi kehidupan budaya dan intelektual dari universitas ini dan masyarakat. www.monash.edu.au/muma PARTNERS ARK GALERIE ASIALINK ARTS Established in April 2007, Ark Galerie has gained a reputation as being one of the most important galleries in Indonesia. Asialink Arts is a key program of Asialink, an initiative of the Myer Foundation based at the University of Melbourne. Asialink works with business, government, philanthropic and cultural partners to initiate and strengthen Australia-Asia engagement. Ark Galerie provides a platform for experimental exhibitions, encouraging artists to continuously question and redefine their artistic practice and work with an interdisciplinary perspective. Exploring social and political discourse has become an important part of an artists’ role in Indonesia. Ark Galerie aims to engage wider audience with current practices in contemporary arts, and through this connect them with contemporary social issues. Most of the rising stars and established artists have held their solo exhibitions at Ark Galerie. To name but a few, Christine Ay Tjoe, Eko Nugroho, Jompet Kuswidananto, Ronald Ventura, Rodel Tapaya, Wedhar Riyadi, Ade Darmawan, Tintin Wulia and Tsang Kin-wah. Asialink Arts develops new models and platforms for cultural exchange in the Asian region through its core programs of Exhibition Touring, Residencies and Special Projects. In operation for 23 years, the program is committed to developing and facilitating best practice Australian international cultural policy and cultural diplomacy strategies. With the support of the Department of Foreign Affairs and Trade, the Asialink Arts tours contemporary exhibitions of Australian art to venues throughout the Asian region. The program promotes current art practices and ideas, and provides opportunities for artistic exchange and development. Ark Galerie serves also as the meeting points of artists, curators, collectors and Asialink Arts presents exhibitions public who need resources on Indonesian within the existing infrastructures of contemporary arts. museums and galleries and major arts events. In doing so, the organisation www.arkgalerie.com introduces Australian art to an international audience, strengthens regional networks and develops strong partnerships between artists, curators and colleagues in the Asian region. MONASH UNIVERSITY MUSEUM OF ART | MUMA Monash University Museum of Art | MUMA is committed to innovative, experimental and research-based contemporary art and curatorial practice. With a focus upon contemporary art since the 1960s, MUMA seeks to establish the museum as a dynamic site for cultural production, pedagogy and participation – through exhibitions, collection development, curatorial research, publishing, and academic and community engagement. With a vision to become an international centre of excellence in the research and collection, promotion and presentation of contemporary visual art, MUMA is adventurous and forward-looking in its support of new art and ideas. As a key public art museum within Australia’s largest tertiary institution, MUMA links the university, the art world and the wider community. Operating from award-winning facilities in the art, design and architecture precinct on Monash’s Caulfield campus in Melbourne, MUMA makes a valued contribution to the cultural and intellectual life of the university and the community. www.monash.edu.au/muma www.asialink.unimelb.edu.au/arts 43 UCAPAN TERIMA KASIH ACKNOWLEDGEMENTS Seniman Daniel Crooks Shaun Gladwell Bianca Hester David Rosetzky Artists Daniel Crooks Shaun Gladwell Bianca Hester David Rosetzky Kurator Patrice Sharkey, MUMA Alia Swastika, Ark Galerie Curators Patrice Sharkey, MUMA Alia Swastika, Ark Galerie Manajer Pameran Sarah Bond, Asialink Arts Louise Joel, Asialink Arts Exhibition Managers Sarah Bond, Asialink Arts Louise Joel, Asialink Arts Koordinator Pameran Jessica O’Brien, Asialink Arts Exhibition Coordinator Jessica O’Brien, Asialink Arts Tanggal 15 Agustus-15 September 2014 Dates 15 August-15 September 2014 Tempat Ark Galerie, Yogyakarta, Indonesia Venue Ark Galerie, Yogyakarta, Indonesia Penerbit Asialink The University of Melbourne Sidney Myer Asia Centre The University of Melbourne Parkville, Victoria 3010 Australia www.asialink.unimelb.edu.au/arts Publisher Asialink The University of Melbourne Sidney Myer Asia Centre The University of Melbourne Parkville, Victoria 3010 Australia www.asialink.unimelb.edu.au/arts Pertama diterbitkan 2014 © 2014 Asialink Arts, Monash University Museum of Art, para seniman dan penulis. Edisi 600 First Published 2014 © 2014 Asialink Arts, Monash University Museum of Art, the artists and authors. Edition 600 Disain Katalog: Yanni Florence ISBN 978 0 7340 4999 5 Catalogue Design: Yanni Florence ISBN 978 0 7340 4999 5 Program Pameran Keliling Seni Visual Asialink didukung oleh Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan. Asialink Arts didukung oleh Pemerintah Australia melalui Australia Council, lembaga penyandang dana seni utamanya, dan oleh Visual Arts and Craft Strategy, sebuah proyek dari Pemerintahan Negara Bagian dan Wilayah Australia. The Asialink Visual Arts Touring Exhibition Program is supported by the Australian Government through the Department of Foreign Affairs and Trade. Asialink Arts is supported by the Australian Government through the Australia Council, its principal arts funding body, and by the Visual Arts and Craft Strategy, an initiative of the Australian, State and Territory Governments. MUMA Pendukung Proyek | Supporters 44