LAMPIRAN ANNEX ATAS TO NOTA KESEPAHAMAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA BETWEEN THE FEDERAL COURT OF AUSTRALIA THE FEDERAL COURT OF AUSTRALIA THE FAMILY COURT OF AUSTRALIA THE FAMILY COURT OF AUSTRALIA DENGAN AND MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA THE SUPREME COURT OF INDONESIA TENTANG ON KERJASAMA PERADILAN JUDICIAL COOPERATION UMUM GENERAL 1. Lampiran ini dibuat sesuai dengan Pasal 3 Nota Kesepahaman (MoU) antara Federal Court of Australia, Family Court of Australia dan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang ditandatangani pada 21 Juli 2008 dan diamandemen pada 29 September 2011, dan harus dibaca bersama dengan MoU sebagaimana dimaksud. 1. This Annex is made pursuant to Article 3 of the Memorandum of Understanding (MoU) between the Federal Court of Australia, Family Court of Australia and the Supreme Court of Indonesia, signed on 21 July 2008 and amended on 29 September 2011, and should be read together with that MoU. 2. Tujuan Lampiran ini adalah untuk: a) menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sepanjang periode 2014 hingga 2016; dan b) menetapkan mekanisme konsultasi, administrasi dan implementasi untuk program ini sepanjang periode 2014 hingga 2016. 2. The purpose of this Annex is to: a) identify activities to be conducted over the period 2014 to 2016; and b) set out mechanisms for consultation, administration and implementation for this programme during the period 2014 to 2016. 3. Para Pihak mengakui peranan Department of Foreign Affairs and Trade of Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia) atas dukungannya terhadap kerja yang dilakukan di bawah MoU ini yang diselaraskan dengan program dan kegiatan di bawah Australia Indonesia Partnership for Justice. 3. The Parties acknowledge the role of Department of Foreign Affairs and Trade of Australia in supporting work under this MoU where it aligns with programs and activities under the Australia Indonesia Partnership for Justice. AREA KERJASAMA 4. AREAS OF COOPERATION Area kerjasama antara Pengadilan Indonesia dan Australia telah dikembangkan sejalan dengan Cetak Biru Pembaruan Peradilan Indonesia 2010-2035 sesuai dengan Kerangka Pengadilan Yang Unggul (Court Excellence Framework) yang mencakup 7 area peradilan yang agung, yaitu (1) manajemen dan kepemimpinan pengadilan; (2) kebijakan-kebijakan pengadilan; (3) sumber daya manusia, sarana-prasarana dan keuangan; (4) penyelenggaraan persidangan; (5) kebutuhan dan kepuasan penguna jasa pengadilan; (6) pelayanan pengadilan yang terjangkau dan mudah diakses; dan 4. 1 The areas of cooperation between the Indonesian and Australian Courts have been developed in line with the Indonesian Court’s Blueprint for Reform 2010-2035 in accordance with the Court Excellence Framework, which covers 7 areas of court excellence, namely (1) court management and leadership; (2) court policies; (3) human, material and financial resources; (4) court proceedings; (5) client (court users) needs and satisfaction; (6) affordable and accessible court services; and (7) public trust and confidence. The Blueprint for Reform addresses reform initiatives at the level of the (7) kepercayaan dan keyakinan masyarakat pada pengadilan. Cetak Biru Pembaruan ditujukan bagi inisiatif pembaruan di tingkat Mahkamah Agung Indonesia dan yurisdiksi di bawah pengawasan Mahkamah Agung (yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer). 5. Indonesian Supreme Court and the jurisdictions that it supervises (the General Courts, Religious Courts, Administrative Courts and Military Courts). FEDERAL COURT OF AUSTRALIA DAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA AKAN BEKERJA DALAM AREA UTAMA KERJASAMA SEBAGAI BERIKUT: 5. 5.1. Penataan Ulang Proses Kerja dan Manajemen Perubahan: Magang. THE FEDERAL COURT OF AUSTRALIA AND THE SUPREME COURT OF INDONESIA WILL WORK IN THE FOLLOWING KEY AREAS OF COOPERATION: 5.1. Business Process Re-engineering and Change Management: Internships. Pada tahun 2012, Federal Court menerima tiga pemagang dari Mahkamah Agung sebagai bagian dari kerjasama terkait penataan ulang proses kerja. Pada periode 2014 hingga 2016, Federal Court akan terus mendukung program magang ini dan akan menerima pemagang baru. Program magang tersebut akan mencerminkan kebutuhaan saat ini, namun juga akan memiliki kesinambungan dengan program magang sebelumnya. Magang tersebut akan berfokus pada Penataan ulang proses kerja dalam konteks restrukturisasi organisasi, kapabilitas organisasi dan mengelola perubahan, mengingat hal ini akan menjadi penting dalam implementasi sejumlah pembaruan tertentu. Pada saat para pemagang kembali ke Indonesia, mereka diharapkan akan memainkan peranan penting dalam Penataan ulang proses kerja di Mahkamah Agung, termasuk terkait dengan jasa layanan pendaftaran, manajemen perkara dan sistem kamar yang baru. Hal yang juga menjadi fokus adalah pertukaran informasi untuk mendukung pengembangan kerangka kerja manajemen perkara secara In 2012, the Federal Court hosted three interns from the Supreme Court as part of on-going cooperation in relation to business process re-engineering. In the period 2014 to 2016, the Federal Court will continue to support the internship program and will host new interns. The internship program will reflect current needs but will include some continuity with the previous internship. The internships will focus on business process re-engineering within a context of organisational restructuring, organisational capability and managing change, as this will be important in implementation of specific reforms. Upon their return to Indonesia interns are expected to take a leading role in implementing the business reengineering process in the Supreme Court, including in relation to registry services, case management and the new chambers system. There will also be a key focus on information sharing to support the development of an electronic case management framework. The Federal Court will support the interns in adapting and implementing the information and experiences gained 2 elektronik. Federal Court akan mendukung para pemagang untuk mengadaptasi dan mengimplementasikan informasi dan pengalaman yang didapat sepanjang program magang untuk mendukung proses pembaruan yang terus berjalan di Mahkamah Agung. during the internship program to support the on-going reform process at the Supreme Court. 5.2. Meningkatkan Layanan Pengadilan (Mediasi dan Manajemen Perkara). 5.2. Enhancing Court Services (Mediation and Case Management). Peraturan Mahkamah Agung No.1/2008 tentang Prosedur Mediasi mengakui arti penting mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang cepat, terjangkau dan dapat meningkatkan akses terhadap keadilan. Cara ini juga merupakan alat manajemen perkara yang efektif untuk mengatasi penumpukan perkara di pengadilan. Federal Court telah bekerjasama dengan Mahkamah Agung untuk mengembangkan kerangka kerja lembaga untuk mediasi. Tujuan kerjasama di area ini adalah untuk terus saling bertukar pengalaman dan metode praktik terbaik untuk mengembangkan dan menerapkan kerangka kerja tersebut. Federal Court akan mendukung Mahkamah Agung dengan membantu pengembangan Rancangan Peraturan Mahkamah Agung tentang mediasi, melalui dan di bawah arahan Kelompok Kerja Mediasi Mahkamah Agung. Secara khusus, Federal Court akan mendukung pilot (uji coba) sistem mediasi berbasis pengadilan yang baru di berbagai provinsi di Indonesia serta menyiapkan materi pelatihan untuk mediator yang mencakup pengembangan kurikulum terkait inisiatif pembelajaran jarak jauh dan membuat simulasi video dengan teks terjemahan yang menggambarkan mediasi yang biasa dilakukan di Federal Court. Kerjasama ini akan berjalan dalam jangka panjang dan akan mencakup Supreme Court Regulation No.1/2008 on Procedures for Mediation acknowledges the importance of mediation as a form of dispute resolution that is quick, inexpensive and can increase access to justice. It is also an effective case management tool to address the backlog of cases in the courts. The Federal Court has been working with the Supreme Court to develop an institutional framework for mediation. The aim of cooperation in this area is to continue sharing experiences and best practice methods for developing and implementing such a framework. The Federal Court will support the Supreme Court by supporting development of the proposed new Supreme Court Regulation on mediation, through and under the direction of the Supreme Court’s Mediation Working Group. In particular, it will support pilots of new court-annexed mediation systems in Indonesia’s provinces and prepare training material for mediators that includes developing curricula linked to e-learning initiatives and creating a subtitled video simulation of a typical Federal Court mediation. This cooperation will be long-term and will include policy and case management and cover knowledge and capacity building. 3 kebijakan dan manajemen perkara serta pengembangan pengetahuan dan kapasitas. 5.3. Sumber Daya Manusia dan Keunggulan Pengetahuan (Knowledge Excellence): Akses terhadap Keadilan melalui Gugatan Kelompok. 5.3. Human Resource and Knowledge Excellence: Access to Justice through Class Actions. Mahkamah Agung dan Federal Court mengakui arti penting pelibatan dan pertukaran pengetahuan antar para hakim, termasuk pengembangan keunggulan pengetahuan (knowledge excellence) secara berkesinambungan. Salah satu area yang dikerjakan oleh kedua Pengadilan adalah akses terhadap keadilan melalui gugatan kelompok. Mahkamah Agung mulai mengembangkan konsep gugatan kelompok di Indonesia pada 2001. Sebagai bagian dari proses ini, Mahkamah Agung melakukan studi komparatif di Australia dan Amerika. Hal ini kemudian menghasilkan Peraturan Mahkamah Agung No.1/2002 tentang Gugatan Kelompok. Setelah diterapkan selama lebih dari 10 tahun, dengan hanya sedikit kasus gugatan kelompok yang pernah diajukan, Mahkamah Agung kini tengah mengevaluasi keefektifan dan kejelasan Peraturan ini baik untuk pengadilan maupun pencari keadilan. Tujuan kerjasama di wilayah ini adalah mendukung Mahkamah Agung mengembangkan suatu model Peraturan Mahkamah Agung tentang gugatan kelompok melalui pertukaran pengetahuan dan masukan dari ahli tingkat tinggi dengan Tim Peneliti yang melakukan penelitian komparatif tentang sistem gugatan kelompok, serta bantuan dalam pengembangan kurikulum pelatihan dan pendidikan untuk mendukung diperkenalkannya sistem gugatan kelompok yang baru. The Supreme Court and the Federal Court acknowledge the importance of engagement and sharing of knowledge between judges, including the continued development of knowledge excellence. An area of interest to both Courts is access to justice through class actions. The Supreme Court began developing the concept of class actions in Indonesia in 2001. As part of this process, the Supreme Court conducted comparative studies in Australia and America. This led to Supreme Court Regulation No.1/2002 on Class Actions. After more than 10 years of implementation, with only a few class action cases being commenced, the Supreme Court is now evaluating the effectiveness and clarity of this Regulation for both courts and justice seekers. The aim of cooperation in this area is to support the Supreme Court develop a model Supreme Court Regulation on class actions through the sharing of knowledge and high-level expert advice with the Research Team undertaking comparative research on the class action system, and assistance in the development of a curriculum for training and education to support the introduction of new class actions system. 4 6. FAMILY COURT OF AUSTRALIA DAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA AKAN BEKERJA DALAM AREA UTAMA KERJASAMA SEBAGAI BERIKUT: 6. THE FAMILY COURT OF AUSTRALIA AND THE SUPREME COURT OF INDONESIA WILL WORK IN THE FOLLOWING KEY AREAS OF COOPERATION: 6.1. Layanan Pengadilan yang Terjangkau dan Mudah Diakses 6.1. Affordable and Accessible Court Services 6.1.1 Mediasi Pada tahun 2013 – 2014, Mahkamah Agung dan Family Court bekerja bersama untuk memperbaiki layanan dan pemeriksaan perkara (proceeding) pengadilan melalui pembangunan kapasitas teknik mediasi. Fokus kerjasama ini adalah untuk mempromosikan proses mediasi dalam perkara-perkara hukum keluarga yang efektif, efisien, dan sensitif terhadap kebutuhan pengguna pengadilan (khususnya perempuan, anak-anak dan penyandang disabilitas) dan mendorong pengambilan keputusan yang cepat dalam perkara hukum keluarga, hak asuh anak dan pembagian harta. Peraturan Mahkamah Agung No.1/2008 menjelaskan prosedur mediasi umum yang tersedia di seluruh urusan perdata. Menyusul penerapannya, nampak jelas bahwa mediasi dalam urusan keluarga memerlukan pertimbangan dan regulasi khusus. Ini mencakup penetapan tujuan dan sasaran mediasi, mengukur keberhasilan mediasi dan mengakreditasi mediator. Family Court selama bertahun-tahun berpengalaman untuk menyempurnakan dan mengembangkan kerangka kerja yang digunakan oleh para mediator spesialis urusan keluarga. Pada 2014 dan setelahnya, Family Court akan mendukung kerja Mahkamah Agung untuk mediasi urusan keluarga di Indonesia, melalui dan di bawah arahan Kelompok Kerja Mediasi Mahkamah Agung. Secara khusus kedua Pengadilan akan bekerjasama untuk menyempurnakan dan mengembangkan prosedur mediasi yang lebih disesuaikan untuk 6.1.1 Mediation In 2013 – 2014, the Supreme Court and the Family Court worked together on improving court services and proceedings through capacity building of mediation techniques. The focus of the cooperation was on promoting a mediation process in family law cases that is effective, efficient, sensitive to court user needs (especially women, children and persons with disabilities) and encourages timely decision making in relation to family law cases, child custody and division of assets. Supreme Court Regulation No.1/2008 outlines general mediation procedures applicable in all civil matters. Following its implementation, it has become apparent that mediation in family matters requires particular consideration and regulation. This includes, for example, determining the aims and objectives for mediation, measuring the success of mediation and accrediting mediators. The Family Court has for many years worked on refining and developing a framework within which specialised family matter mediators operate. In 2014 and beyond, the Family Court will support the Supreme Court’s work on mediation in family matters in Indonesia, through and under the direction of the Supreme Court’s Mediation Working Group. In particular, the two Courts will work together to refine and develop a more tailored mediation procedure for family matters, including policy development, capacity building and monitoring and evaluation. 5 urusan keluarga, termasuk pengembangan kebijakan, pembangunan kapasitas dan pemantauan serta evaluasi. 6.1.2 Perbaikan layanan pengguna dan informasi untuk pengguna. Family Court dan Mahkamah Agung telah bekerja sama untuk memperkuat pemberian layanan pengadilan yang terjangkau dan mudah diakses selama bertahun-tahun. Ini mencakup survei dasar dalam bidang hukum keluaarga dan akta kelahiran yang dilakukan pada Peradilan Umum dan Peradilan Agama (2007-2009) yang mengukur (i) kepuasan pengguna atas layanan yang diberikan pengadilan keluarga; dan (ii) kemampuan perempuan yang hidup di bawah standar kemiskinan Indonesia dalam mengakses layanan pengadilan untuk urusan keluarga/identitas hukum. Ini diikuti dengan studi dasar tentang identitas hukum, yang berjudul Indonesia’s Missing Millions pada 2014. Family Court berkontribusi sebagai salah satu mitra dalam penelitian ini. Kerjasama ini akan terus berfokus meningkatkan dan memperluas akses ke pengadilan dalam urusan keluarga (seperti akta nikah dan cerai) untuk perempuan, kaum miskin, masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil dan kelompok terpinggirkan lainnya. Hal ini mencakup: Dukungan terus-menerus untuk memperbaiki layanan pelanggan dan kualitas informasi yanig disediakan oleh staf pengadilan dengan menyempurnakan platform yang ada serta mengembangkan modul berdasarkan pelatihan tatap muka yang dilaksanakan sejak 2011 hingga 2013. Memperkuat pemberian layanan kepada pencari keadilan dengan melalui pembebasan biaya perkara, sidang keliling dan pos bantuan hukum di pengadilan. Mendukung penerapan sistem rujukan, termasuk sistem aplikasi komputer, sehingga para pencari 6.1.2 Improved client service delivery and information to clients. The Family Court and the Supreme Court have worked together to strengthen the delivery of affordable and accessible court services for a number of years. This has included a baseline survey in the field of family law and birth certificates conducted in the General and Religious Courts (20072009) measuring (i) client satisfaction with the family court services provided; and (ii) the ability of women living under the Indonesian poverty line to access the courts for their family law/legal identity matters. This was followed by a baseline study on legal identity, Indonesia’s Missing Millions in 2014. The Family Court contributed as one of several partners to this research. The cooperation will continue to focus on enhancing and broadening access to the courts in family matters (such as marriage and divorce certificates) for women, the poor, those living in remote areas and other marginalised groups. This will include: continued support to improve client services and the quality of information provided by court staff through the refinement of the existing platform and the development of modules based on the face-to-face training undertaken from 2011 to 2013. strengthened delivery of services to the justice seekers through court fee waivers, circuit court hearings and legal aid posts in courts. support to implement a referrals system, including computer application systems, so that justice seekers can obtain information on how to access a range of legal and social services when they bring their cases to court. This will be followed by the development of learning and 6 keadilan bisa mendapatkan informasi tentang bagaimana mengakses berbagai layanan hukum dan sosial ketika mereka membawa perkara mereka ke pengadilan. Hal ini akan dilanjutkan dengan pengembangan modul pembelajaran dan pelatihan di ranah ini, baik dengan cara tradisional maupun modern seperti pembelajaran jarak jauh, media sosial, dsb. Mendukung dokumentasi dan penelitian untuk memperluas pemahaman atas perbaikan akses terhadap pengadilan di Indonesia, sehingga lebih memungkinkan masyarakat untuk mewujudkan hak mereka atas layanan hukum keluarga yang mudah diakses dan terjangkau dan layanan untuk mendapatkan identitas hukum. Hal ini akan difokuskan untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesiia manfaat memiliki akta lahir, nikah dan cerai untuk mendapatkan dokumen identitas hukum, serta mengakses layanan pemerintah serta program-program pengentasan kemiskinan. training modules in this field, both by traditional and more modern means such as e-learning, social media, etc. support documentation and research to broaden understanding of the improvements in access to the Indonesian courts, to better enable the public to realise rights to accessible and affordable family law and legal identity services. This will focus on demonstrating the benefits to Indonesian citizens of legal birth, marriage and divorce certificates for obtaining legal identity documents, and accessing government services and poverty alleviation programs. MANAJEMEN DAN PENGATURAN IMPLEMENTASI 7. MANAGEMENT AND IMPLEMENTATION ARRANGEMENTS KERJASAMA ANTAR PENGADILAN: Kerjasama antara Mahkamah Agung Republik Indonesia, Federal Court of Australia dan Family Court of Australia akan mencakup pertemuan berkala, pelibatan (engagement) dan diskusi antara Hakim Agung, hakim dan staf pengadilan dari Mahkamah Agung (termasuk yurisdiksi yang berada di bawah kewenangannya) serta pengadilan Australia. Kerjasama ini akan mencakup pelibatan dan diskusi terkait manajemen perubahan dan kepemimpinan sebagai 7. COURT TO COURT ENGAGEMENT: Cooperation between the Supreme Court of Indonesia, the Federal Court of Australia and the Family Court of Australia will include periodic meetings, engagement and discussion between Chief Justices, judges and court staff from the Supreme Court (including the jurisdictions it supervises) and the Australian courts. It will include engagement and discussion in regard to change management and leadership, as the first priority in the Supreme Court’s 7 prioritas utama dalam Cetak Biru Mahkamah Agung serta area-area baru yang memungkinkan dilakukannya kerjasama seperti hukum persaingan usaha dan pengembangan prosedur untuk gugatan sederhana, serta isu-isu lain yang dapat diidentifikasi dari waktu ke waktu. 8. Blueprint, as well as emerging new areas for possible cooperation, such as competition law and the development of small claim procedures, and other issues that may be identified from time to time. IMPLEMENTASI: Tujuan kerjasama antara ketiga pengadilan ini adalah untuk mendukung implementasi Cetak Biru Pembaruan Peradilan Indonesia 2010-2035 sesuai dengan Kerangka Kerja Peradilan yang Unggul (Court Excellence), melalui pelibatan dan pertukaran pengetahuan antara hakim, termasuk pengembangan keunggulan pengetahuan (knowledge excellence) secara berkesinambungan dan penyediaan dukungan dan saran dari ahli. Seluruh kegiatan akan melalui proses konsultasi, pengaturan administratif dan implementasi sebagaimana dinyatakan dalam MoU. 8. Ditandatangani dalam tiga rangkap di Jakarta pada tanggal 24 Juni 2014 dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, yang masing-masing memiliki kekuatan hukum yang sama. IMPLEMENTATION: The aim of the cooperation between the three courts is to support the implementation of the Indonesian Court’s Blueprint for Reform 2010-2035 in accordance with the Court Excellence Framework, through the engagement and sharing of knowledge between judges, including the continued development of knowledge excellence and the provision of expert advice and support. All activities will be subject to the consultation, administrative and implementation arrangements set out in the MoU. Signed in triplicate in Jakarta on the 24th day of June 2014 in both English and Indonesian, both texts being equally authentic. MEWAKILI FEDERAL COURT OF AUSTRALIA / FOR THE FEDERAL COURT OF AUSTRALIA MEWAKILI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA / FOR THE SUPREME COURT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA MEWAKILI FAMILY COURT OF AUSTRALIA / FOR THE FAMILY COURT OF AUSTRALIA Yang Mulia James Allsop AO The Hon James Allsop AO Chief Justice Yang Mulia Dr H.M. Hatta Ali, SH, MH The Hon Dr H.M. Hatta Ali, SH, MH Ketua Mahkamah Agung Yang Mulia Diana Bryant AO The Hon Diana Bryant AO Chief Justice 8