MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR’AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA Ilzamudin Ma’mur Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten ilzampasca@yahoo.co.id Abstrak Milenium ketiga diprediksikan sebagai milenium kebangkitan, antara lain, wanita, agama dan bahasa Inggris. Dalam kajian ini ketiga trend kebangkitan tersebut dilihat melalui peran dan aktivitas wanita penerjemah al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris serta kualitas karyanya. Pada milenium ketiga ditemukan dua penerjemah mandiri, Laleh Bakhtiar (l.1938) dari Chicago, Amerika Serikat dengan karyanya The Sublime Qur‟an (2007) dan Tahereh Saffarzadeh (1936-2003) dari Tehran, Iran, dengan karyanya The Holy Qur‟an: Translation whith Commentary (2007). Kendatipun keduanya hidup pada zaman yang sama dan menerbitkan karyanya pada tahun yang sama, namun orientasi atau kekhasan, tujuan, arah pendektan, metode dan strategi yang diterapkannya berbeda. Kekhasan Laleh pada nuansa gender dengan penekanan pada an-Nisa 34, sedang Tahereh pada asma al-husna. Perbedaannya selanjutnya dari pendekatan : translation dan inverse translation; metode formal equivalent teori gagasan Eugene A. Nida and Charles R. Taber (1974) dan metode communicative translation teori gagasan Peter Newmark (1988); strategi domesticizing translation dan foreignizing translation dari teori yang diperkenalkan Lawrence Venuti (1995). Sementara dari sudut tujuan keduanya hampir sama bahwa Laleh dan Tahereh menyadari bahwa terjemahan yang telah ada memiliki beberapa kelemahan, sehingga diperlukan terjemahan baru yang diharapkan akan lebih mudah dipahami, bersifat komprehensif, dan sekaligus menutupi kekurangan yang ada dalam karya-karya terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris terdahulu. Kata Kunci: Wanita Penerjemah, Terjemahan al-Qur‟an, Ulum al-Qur‟an, Milenium Ketiga MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 173 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA A. Pendahuluan Milenium ketiga sebagai milenium kebangkitan berbagai bidang kehidupan umat manusia telah diprediksikan setidaknya sejak satu dasawarsa terakhir milenium kedua oleh banyak futurolog antara lain adalah oleh John Nisbitt dan Patricia Aburdance dalam karya monumental bersama mereka Megratrends 2000.1 Dalam karya Nasibit dan Aburdance tersebut dipaparkan bahwa milenium ketiga akan menyaksikan 10 trend kebangkitan utama, yang antara lain adalah kebangkitan kaum perempuan atau kaum wanita dan kebangkitan agama-agama serta kebangkitan atau dominasi bahasa internasional yang diduduki oleh bahasa Inggris. Kini milenium ketiga telah bergulir dan memasuki dua dasawarsa pertamanya. Dalam konteks kebangkitan kaum wanita, agama dan bahasa tersebut, yang menurut hemat penulis, hingga tingkat tertentu mulai menunjukkan tanda-tanda kebenaran prediksi tersebut, perlu mendapat pencermatan lebih lanjut. Di dunia Islam, misalnya, kaum wanita mulai banyak terlibat peran aktifnya dalam berbagai bidang publik mulai dari politik, ekonomi; kebudayaan, teknologi, pendidikan hingga keagamaan. Berkaitan dengan kajian ini, trend atau kecenderungan kebangkitan wanita dan agama sekaligus akan dibatasi pada akitivitas keagamaan wanita Muslimah dalam hal ini adalah aktivitas penerjemahan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris. AlQur‟an merupakan kitab suci yang dapat diklaim sebagai satusatunya kitab suci yang tidak mengalami perubahan selama 14 abad lebih, sebagaimana dipertegas Rashad bahwa ” Semua agama besar dunia mempunyai kitab suci, tetapi klaim Islam yang membanggakan bahwa al-Qur‟an merupakan satu-satunya kitab suci yang hingga sekarang bertahan secara mutlak tanpa mengalami perubahan sejak pertama kali diwahyukan dan dituliskan empat belas abad yang lalu.”2 Kitab suci al-Qur‟an sejatinya perlu dibaca dan dipahami khususnya oleh umat Islam yang kini berjumlah tidak kurang dari 1,5 miliar orang yang tersebar dan bermukim di lima benua : Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa. 3 Kenyataannya, dari jumlah total kaum Muslimin tersebut, penutur asli bahasa Arab berjumlah antara 180-250 juta orang, sedang kaum Muslimin nonbahasa Arab jumlahnya kira-kira 9-6 kali lipat dari penutur bahasa Arab tersebut. Dengan demikian, bisa dipastikan banyak Tela’ah 174 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) usaha yang telah dilakukan kaum Muslimin non-Arab untuk memahami sumber ajaran agamanya, yakni al-Qur‟an yang berbahasa Arab. Salah satunya adalah melalui penerjemahan ke dalam bahasa Inggris. Sejalan dengan pemikiran tersebut, tulisan ini akan membahas dan menjawab masalah-masalah yang bertalian dengan : hakikat dan metodologi penerjemahan al-Qur‟an; para wanita yang terlibat dalam penerjemahan secara mandiri pada milenium ketiga; fokus dan kekhasan, tujuan, arah pendekatan, metode dan strategi penerjemahan yang mereka terapkan dalam menghasilkan kerya terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris; dan persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam pribadi dan karya para penerjemah milenium ketiga juga didiskusikan. Untuk mendukung upaya pembahasan dan pencarian jawaban bagi masalah-masalah tersebut, kajian ini menerapkan pendekatan atau metode eklektis yang meliputi metode deskriptif, historis dan analisis isi. B. Metodologi Penerjemahan Al-Qur’an 1. Al-Qur’an : Makna Etimologis dan Terminologis Secara etimologis kata al-Qur‟an, yang derivannya disebutkan 77 kali dalam kitab suci al-Qur‟an, berasal dari akar kata q r a yang dihubungkan dengan gagasan tentang „mengoleksi atau mengumpulkan.” Pemahaman etimologis ini dipercayai oleh para sarjana Muslim dan non-Muslim yang memandang bahwa alQur‟an, di antara yang lain, adalah sebagai koleksi atau kumpulan kisah dan ajaran. Selain makna dasar ini, akar kata q r a juga dikaitkan dengan makna „membaca, menghapal, dan mengucapkan.”4 Dilihat dari sudut definisi secara teknis dan terminologis, istilah al-Qur‟an, sebagaimana dinyatakan al-Qattan, dikhususkan sebagai nama kitab yang diturunkan kepada Muhammad SAW.5 Selanjutnya, dalam Mabahis fi al-‟Ulum al-Qur‟an, al-Qattan menyatakan bahwa : ”Al-Qur‟an adalah kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad S.A.W. yang pembacaanya merupakan suatu ibadah.”6 Denfer dalam karyana memberikatan batasan al-Qur‟an secara lebih luas lagi. Ia manyatakan bahwa alQur‟an adalah ”The speech of Allah, sent down upon the last Prophet Muhammad, through the Angel Gabriel, in its precise meaning and precise wording, transmitted to us by numerous persons (tawatur), both verbally and in writing. Inimitable and MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 175 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA unique, protected by God from corruption.7 Yakni, al-Qur‟an merupakan firman Allah, yang diturunkan kepada Nabi terakhir Muhammad, melalui Malaikat Jibril, dalam maknanya yang tepat dan pengungkapan yang sama persis, yang ditransmisikan kepada kita melalui berbagai saluran orang baik secara lisan maupun tulisan. Bersifat tidak dapat ditiru dan unik, dijaga Allah dari kerusakan. 2. Penerjemahan al-Qur’an : Batasan, Prasyarat, dan Tujuan Selanjutnya, bertalian dengan penerjemahan. Secara etimologis kata penerjemahan merupakan kata benda bentukan dari akar kata terjemah yang diserap dari kata bahasa Arab ‟tarjamah‟ dan di sini, menurut hemat Tibawi, dapat diartikan sebagai ”terjemahan” atau dalam ‟makna longgar dari penjelasan.8 Hal yang sama dinyatakan Ma‟rifat bahwa kata ”Tarjamah adalah masadar fi‟il ruba‟i, artinya penjelasan.”9 Sedangan menurut Rohi Baalbaki tarjamah adalah ”naqlun min lughatin ilal ukhra”10 yakni mengatakan suatu bahasa dalam bahasa lain. Selanjutnya secara terminologis, dengan mengutip Mu‟jam al-Washith, Ma‟rifat mengatakan bahwa ”terjemah ialah pengalihabahasaan perkataan dari satu bahasa ke bahasa lain.”11 Dalam literatur lain, menurut David Crystal, istilah penerjemahan adalah istilah netral yang digunakan untuk semua jenis tugas di mana makna ungkapan dalam satu bahasa (BSu) diubah ke dalam makna ungkapan bahasa yang lain (BSa), apakah mediumnya lisan, tulis, ataupun tanda.”12 Kenadati banyak batasan yang diberikan para pakar penerjemahan, batasan yang relevan dengan kajian ini adalah yang diberikan Peter Newmark. Ia membedakan penerjemahan tertulis dan lisan secara tidak langsung. Ia mengatakan bahwa penerjemahan merupakan keterampilan yang terdiri dari upaya mengganti pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain.13 Sementara dalam karyanya yang lain, A Textbook of Translation, penulis yang sama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penerjermahan adalah menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.14 Dari penjelasan dan batasan penerjemahan dari sudut etimologi dan terminilogis dapat dikatakan bahwa penerjemahan al-Qur‟an adalah rangkaian proses untuk mengalihkan makna pesan alQur‟an dalam teks tulis bahasa sumber berbahasa Arab ke dalam Tela’ah 176 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) makna pesan yang sepadan dalam teks tulis bahasa Inggris sesuai dengan yang dikehendaki pewahyunya, Allah SWT, dengan mempertimbangkan khalayak pembacanya yang baru. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik, penerjemah alQur‟an dituntut memiliki beberapa persyaratan dan kompetensi yang baik dan memadai. “Dibandingkan dengan menerjemahkan teks-teks lainnya,” menurut hemat Ma‟rifat, ”menerjemahkan teks al-Qur‟an sangat sulit karena nilai kemukjizatannya.”15 Bertalian dengan penerjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris, Abbas Sadr Ameli menegaskan lebih lanjut bahwa : “Upaya penerjemahan alQur‟an tersebut tidak saja memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam bahasa Inggris, tetapi juga pengetahuan tentang bahasa Arab serta ilmu dan kebudayaan Islam, hal ini dikerenakan penafasiran sejatinya merupakan sebuah upaya untuk menganalisa dan menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur‟an.”16 Terlebih lagi, berbeda dengan diskursus teks pada umumnya, diskursus al-Qur‟an sangatlah khas. Mengenai kekhasan ini Abdul-Raof berpendapat bahwa : "The Quranic discourse is characterised by prototypical linguistic, rhetorical, textual and phonetic features."17 Selain itu, al-Qur‟an al-Karim mengandung informasi ilmu pengetahuan dan formulasi hukum sosial. Dengan demikian, menerjemahkan pesan suci al-Qur‟an menunut penerjemah kuaklifikasi yang sangat khusus pula, yakni penerjemah yang mempunyai pengetahuan yang menyeluruh tentang berbagai bidang keahlian dan pengalaman. Sejalan dengan pendapat-pendapat ini, penerjemah alQur‟an, menurut Ma‟rifat, harus memenuhi setidaknya empat kualifikasi. Pertama, penerjemah al-Qur‟an harus menguasai dua bahasa (bahasa asli dan bahasa penerjemahan) dengan baik. Dia harus mengetahui kaidah-kaidah kedua bahasa secara sempurna. Kedua, penerjemah al-Qur‟an harus memiliki pengetahuan agama yang luas dan harus bisa merujuk tafsir-tafisr yang diakui dengan tidak merasa puas terhadap hasil awal terjemahanhya. Ketiga, penerjemah al-Qur‟an membebaskan dirinya dari segala bentuk keinginan internal yang diciptakan oleh lingkungan atau keyakinan-keyakinan taklid. Dia hanya wajib memahami maksud ayat-ayat tanpa menambahkan apapun. Keempat, penerjemah alQur‟an yang tidak memiliki kelayakan untuk melakukan pekerjaan penting tersebut hendaknya tidak melakukannya. Tentu mereka yang berhak melakukan pekerjaan tersebut harus merasa MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 177 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA bertanggungjawab mengawasi naskah penerjemahan yang sudah dilakukan.18 Sebagaimana dipersyaratkan oleh para pakar teori dan kajian penerjemahan pada umumnya bahwa salah satu kualifikasi utama yang harus dimiliki penerjemah adalah penguasaan terhadap teks yang hendak diterjermahkan, dalam konteks ini adalah teks al-Qur‟an. Hal ini berarti pula bahwa “penerjemah makna al-Qur‟an harus sepenuhnya menguasai setiap pola makna dalam Kitab Suci tersebut.” Dengan kata lain, menurut Raed, penerjemah al-Qur‟an harus memiliki tingkat pengetahuan yang sama seperti pengetahuan seorang mufassir atau ahli tafsir agar dapat mengalihkan maka yang akurat. Para ulama salaf berpandangan bahwa seorang mufasir harus memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu. Dengan demikian, seorang penerjemah makna al-Qur‟an harus pula memenuhi persyaratan yang sama dengan persyararatan yang pada umumnya diperpersyaratkan kepada para mufasir. Persyaratan ini Nampak lebih berat dari kualifikasi yang dijelaskan Ma‟rifat di atas. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut : a) Syarat mandasar utama bagi mufasir dan atau penerjemah adalah ia harus mempunyai pengetahuan tentang bahasa Arab yang sangat baik. Secara khusus pengetahuan tataba hasa Arab merupakan faktor sangat penting dalam menafsirkan al-Qur‟an. b) Penerjemah al-Qur‟an harus memiliki pengetahuan yang kokoh tentang hadist Nabi agar dapat memahami alQur‟an dengan baik. c) Penerjemah al-Qur‟an harus mempunyai pengetahuan yang menyeluruh tentang tafsir kesepakatan para pionir sarjana Muslim mengenai al-Qur‟an (ijma' 'ulama' assalaf) disertai dengan pengetahuan yang baik tentang penemuan-penemuan ilmiah mutakhir yang bertalian dengan sebagian ayat al-Qur‟an yang membicarakan faktafakta ilmiah. d) Penerjemah al-Qur‟an harus mengetahui al-Qur‟an dalam hati dan mempunyai pengetahuan yang baik tentang sejarah atau asbab al-nuzul. e) Penerjemah al-Qur‟an harus memiliki pengalaman yang memadai dalam penerjemahan baik secara teori maupun parkatek. Tela’ah 178 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) f) Penerjemah tidak seharusnya mencerminkan pandangan sektarian ortodok. g) Sebagai teks agama yang sensitif dan luar biasa, menurut kaum Muslimin, penerjemahan al-Qur‟an memerlukan penerjemah yang sangat sensitive. h) Akhirnya, penerjemah al-Qur‟an harus pula memiliki rasa spiritual sejati terhadap al-Qur‟an.19 Selanjunya, perlu dicatat di sini bahwa, betapapun “qualifiednya” seorang penerjemah al-Qur‟an dan betapapun akuratnya atau betapapun sempurnya sebuah karya terjemahan, seandainya ada, terjemahan al-Qur‟an tetaplah terjemahan ia tidak dapat, bahkan tidak akan pernah dapat, menggantikan kedudukan al-Qur‟an aslinya dalam bahasa Arab. Ini merupakan pandangan yang diyakini kalangan Muslim pakar penerjemahan al-Qur‟an dan umat Islam pada umumnya, sebagaimana diwakili dalam pernyataan Abdullah Saeed bahwa : However, most Muslims would not consider a translation of the Qur‟an to be equivalent to the Qur‟an itself. Since Muslims believe the Qur‟an was directly revealed to the Prophet Muhammad in Arabic, the preservation of the linguistic form of the original Arabic is considered paramount.20 C. Wanita Penerjemah Al-Qur’an : Biografi Sosial dan Intelektual Agar ketersebaran pesan-pesan al-Qur‟an dapat menjangkau khalayak pembacanya secara lebih luas, al-Qur‟an perlu diterjemahkan ke dalam bahasa semua pemeluk Islam khususnya dan umat lain yang ingin mengetahui al-Qur‟an, termasuk ke dalam bahasa Inggris.21 Kesadaran akan hal ini dan prakteknya ternyata sudah berlangsung selama lima abad, abad 17 hingga abad 21. Idealnya, penerjemahan al-Qur‟an dilakukan oleh orang-orang yang memiliki komptensi paripurna seperti yang disinggung di atas, namun pada saat yang sama, dikarenakan mustahil menemukan orang-orang dengan kapasitas dan kompetensi yang demikian, sementara kebutuhan terhadapnya tidak terelakkan lagi, maka penerjemahan terus saja dilakukan, dan terus saja dilakukan oleh orang yang berbeda, pada tempat yang berbeda, pada zaman yang berbeda, untuk memenuhi tujuan yang sama : “…untuk membantu mereka yang berusaha MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 179 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA mempunyai akses terhadap makna al-Qur‟an tetapi meraka hanya dapat melakukan hal yang demikian melalui perantara bahasa Inggris.”22 Penerjemahan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris oleh sarjana pria, Alexander Ross berjudul The Alcoran of 23 Mahomet, sudah dilakukan pada milenium kedua abad 17, tapatnya terbit pada 1649. Tetapi wanita baru mulai terlibat dalam penerjemahan al-Qur‟an tiga abad kemudian, yakni pada pada akhir abad 20, tepatnya 1995. Wanita tersebut adalah Umm Muhammad dengan karyanya berjudul The Quran, Arabic Text with Corresponding English Meaning yang diterbitkan Abu Qasim Publishing Company International Jeddah, Kerajaan Saudi Arabia. Sejak itu, pada millennium kedua, wanita-wanita lain penerjemah al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris pun bermunculan, baik secara kolaborasi seperti Aisha Brewley24 maupun secara mandiri seperti Camille Adams Helminski.25 Dengan demikian, kalaupun penerjemahan al-Qur‟an merupakan dimensi penting dalam kajian al-Qur‟an mutakhir, sebagaimana disinyalir Abdullah Saeed,26 namun sejatinya keterlibatan kaum wanita dalam penerjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris khususnya, tidaklah salah kalau digambarkan Hassen, sebagai fenomena barubaru ini saja. Dalam kata-katanya : “Women‟s involvement in Quran translation into English is a very recent phenomenon.”27 Sebagai fenomena mutakhir, trend ini bergerak ke arah yang positif. Indikatornya adalah pada awal awal milenium ketiga masih kita temukan dua wanita penerjemah al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris mandiri. Mereka adalah pertama Dr. Laleh Muhree Bakhtiar dengan karya terjemahan al-Qur‟an edisi monolingual berbahasa Inggris berjudul The Sublime Qur‟an (2007) dan edisi bilingual berbahasa Arab-Inggris berjudul sama The Sublime Qur‟an (2009). Berdasarkan karya terjemahan tersebut Laleh juga berhasil menyusun dan menerbitkan konkordansi berjudul The Concordance of The Sublime Qur‟an (2011). Laleh adalah seorang Muslimah berdarah Iran-Amerika yang saat ini menjabat sebagai Pakar pada Qazi Publication yang bermarkas di Chicago, dan presiden Institut Psikologi Tradisional (Institute of Traditional Psychology) Kedua adalah Prof. Dr. Tahereh Saffarzadeh dengan karya terjemahan al-Qur‟an dwi-bahasa Arab-Inggris berjudul The Holy Qur‟an: Translation with Commentary (2007). Sementara edisi tiga bahasanya Arab, Inggris dan Parsi berjudul The Holy Tela’ah 180 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Qur‟an: English and Persian Translation with Commentary terbit enam tahun sebelumnya (2001).28 Tahereh adalah Muslimah berasal dari negara para Mullah, yakni Iran. Tahereh juga dikenal pula sebagai sastrawan wanita kontemporer, selain sebagai profesor dalam bidang bahasa dan penerjemahan di Iran. 1. Laleh Baktiar (1938- ) Laleh Bakhtiar, yang nama lengkapnya Laleh Muhree Bakhtiar dan nama kecilnya Mary Nell, lahir di New York, Amerika Serikat pada 1938 dari pasangan ibu berkebangsaan Amerika bernama Helen Jeffreys yang beragama Kristen dan ayah berkebangsaan Iran bernama Abol Ghassem yang beragama Islam. Pendidikan dasar dan menengah Laleh Bakhtiar diselesaikannya di sekolah Katolik di kota kelahirannya. Sementara pendidikan lanjutan Laleh Bakhtiar diperolehnya di Pennsylvenia, di mana ia memeproleh gelar BA (Bachelor of Arts) dalam bidang sejarah dari Chatham College, Pitsburg, Pennsylvania, USA. Pada jenjang pascasarjana, ia memperoleh dua gelar magister dalam bidang yang berbeda, MA (Master of Arts) dalam bidang filsafat dengan konsentrasi pada kajian agama (religious studies) dari MA (Master of Arts) dan bidang psikologi konseling dari University of New Mexico. Sedangan gelar Ph.D. (Philosophy Doctor) dalam bidang Landasan Pendidikan diraihnya dari kampus yang sama. Selain itu, ia juga seorang konselor yang telah bersertifikat nasional. Laleh Bakhtiar adalah intelektual ternama dalam bidang psikologi kesantunan spiritual (futuwwa, javanmardi) dan pemersatu Sufi Enneagram. Ia telah menulis lebih dari 20 buku tentang Islam, dan menerjemahkan 30 karya tentang Islam lainnya. 2. Tahereh Saffarzadeh (1936-2003) Dua tahun sebelum kelahiran Laleh Bakhtiar, tepatnya pada 1936, di Sirjan, Provinsi, Kerman, di wilayah selatan Iran, lahir Tahereh Saffarzadeh, yang kemudian dikenal sebagai sastrawati, penulis, peneliti, dosen dan sekaligus penerjemah. Tahereh berasal dari keluarga kalangan kelas menengah yang berafiliasi dengan tradisi sufisme yang kuat. Pendidikan awal Tahereh Saffarzadeh dilalui di sekolah dasar tempat kelahirannya di distrik Kerman. Di sekolah tersebut ia belajar dan diajar dua gaya cara membaca dan menghafal al-Qur‟an. Pada usia 6 tahun, ia juga MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 181 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA belajar bahasa Arab, dengan cara mengkaji al-Qur‟an, bahkan usia yang belia tersebut ia sudah berhasil menghafal kitab suci alQur‟an, khususnya juz terakhir, yakni juz ke 30. Selanjutnya, stelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, ia melakukan studi lanjut pada jenjang pendidikan tinggi di Tehran, Iran. Tahereh lulus ujian saringan masuk beberapa universitas dengan tiga jurusan yang berbeda : jurusan Bahasa dan Sastra Parsi, jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, serta jurusan Hukum. Setelah melakukan shalat istikharah, akhirnya Tahereh memantapkan dirinya untuk mengambil bidang bahasa dan sastra Inggris di Universitas Tehran, Iran, di mana ia menerima gelar Bachelor of Arts pada 1960. Untuk meningkatkan kapasitas pengetahuannya lebih lanjut, Tahereh mula-mula ke Inggris dan kemudian ke Amerika Serikat untuk memperdalam sastra Inggris pada jenjang program pascasarjana. Di Iowa University, ia diterima pada program khusus kelompok penulis internasional. Program ini menghabiskan waktunya satu tahun setelah ia peroleh gelar MA. Ketika ia direkrut bekerja di beberapa universitas di Amerika Serkat, program dan kepakarannya disejajarkan dengan kualifikasi Philosophy Doctor. Walaupun tidak seproduktrif Laleh Bakhtiar dalam hal karya dan terjemahan, Saffarzadeh di sepanjang karir intelektualnya juga telah menghasilkan karya akademis dan non akademis. Tahereh telah mempublikasikan tidak kurang dari 14 buku yang berisikan kumpulan puisi dan 10 karya lainnya tentang penerjemahan, kritik terjemahan, sastra, sains, sumber-sumber Qur‟an dan Hadits, serta menulis artikel serta hasil wawancaa mengenai masalah sosial dan keilmuan. Karya-karya puisinya bahkan telah pula diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia. Selain itu, atas prestasi dan kontribusi nyatanya dalam bidang lterasi dan sastra, ia dianugerahi gelar sebagai “Woman Scholar of the Islamic World of 2005” pada bulan Maret 2006 oleh Organization of Afro-Asian Writers yang bermarkas di Mesir. D. Al-Qur’an dalam Bahasa Inggris Pada Milenium Ketiga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pada milenium ketiga ini ditemukan dua karya terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris yang masing-masing dihasilkan secara mandiri oleh Laleh Bakhtiar dan Tahereh Saffarzdeh. Kedua penerjemah tersebut relatif hidup sezaman, dan keduanya berdarah Iran dan beragama Islam. Keduanya juga menerbitkan karya Tela’ah 182 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) terjemahannya pada tahun yang sama, 2007. Tahereh yang memang asli Iran telah wafat 2003, sedangkan Laleh yang keturunan Amerika-Iran masih hidup dan tinggal di Chigago. Namun demikian, persamaa-persamaan social-intelektual yang mereka miliki tidak harus menjadikan karya mereka sama atau pun serupa. Mereka masing-masing mempunyai ciri khas, fokus, penekanan, arah, metode dan strategi yang berbeda. Oleh sebab itu, pada halaman-halaman berikut akan dibahas fokus atau penekanan dan kekhasan, tujuan, arah pendekatan, metode dan stratgei penerjemahan yang mereka terapkan dalam menghasilkan kerya terjemahan al-Qur‟an dalam bahjasa Inggris; dan tentu saja persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam pribadi dan karya para penerjemah milenium ketiga tersebut. 1. The Noble Qur’an : Tujuan, Arah, dan Strategi Salah satu alasan utama Laleh untuk menerjemahkan alQur‟an ke dalam bahasa Inggris adalah dikarenakan sejauh ini menurutnya : Pertama, tidak ada terjemahan al-Qur‟an berbahasa Inggris yang memberikan perhatian terhadap pandangan perempuan. Padahal ini berarti bahwa pengabaian tersebut telah terjadi lebih dari 1400 tahun sejak al-Qur‟an pertama kali diwahyukan. Ia telah ditafsirkan dan dikometari, tetapi tanpa mempertimbangkan perempuan. Kedua, atas pertimbangan pada poin pertama di atas, Laleh berharap hingga tingkat tertentu dapat mengobati atau memperbaiki hal ini. Dalam bahasa Laleh dinyatakan: One of the major reasons behind my wanting to translate the Quran was because I found that none of the English translations paid attention to the women‟s point of view. We are now more than 1400 years since the Quran was revealed. It has been interpreted and commented upon, but without regard to women. That is, half the view of half the Muslim population has been ignored! I hoped to some extent to remedy this.29 Ketiga, kurangnya konsistensi internal dalam karya-karya terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris sebelumnya.30 Dengan mempertimbangkan tugas alasan tersebut di atas, Laleh telah melakukan upaya yang sangat serius untuk MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 183 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris. Setidaknya, diperlukan waktu tidak kurang dari tujuh tahun lamanya bagi Laleh untuk menggarap dan menyelesaikan karya terjemahan tersebut. Karya tersebut dimulainya pada tahun 2000 dan berakhir pada tahun 2007. Sebagai penutur asli bahasa Inggris, dalam pendekatan arah yang ia terapkan dalam menerjemahkan al-Qur‟an dalam bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris, tentu saja ini berarti sejatinya ia menerapkan suatu pendekatan atau arah penerjemahan dalam teori atau studi penerjemahan yang pada umumnya disebut dengan translation. Translation adalah istilah yang umumnya digunakan untuk mejelaskan arah penerjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu, dalam hal ini dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris Amerika. Sementara itu metode yang diterapkan untuk menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris adalah metode yang disebut dengan formal equivalence. Metode ini diyakininya sebagai metode yang paling obyektif untuk memperoleh hasil yang sedekat mungklin dengan hahasa aslinya. Mengenai ini Laleh menyatakan bahwa : “Ini merupakan jenis penerjemahan yang paling obyekltif, dibanding-kan dengan penerjemahan yang mengunakan dynamic equivalence atau pemadanan dinamis, dimana penerjemah berupaya menerjemahkan gagasan atau fikiran teks, bukannya kata-kata, yang menghasilkan terjemahan yang lebih subyektif.”31 Sementara itu, sejauh berkaitan dengan strategi penerjemahan, nampaknya Laleh menggunakan strategi yang disebut Venuti dengan domesticating translation sebagaimana diindikasikan oleh padanan-padanan yang diplihnya ketika, antara lain, menerjemahkan nama Tuhan dan nama-nama nabi dalam konteks teologi Islam, yang dibahas pada bagian berikut. 2. The Noble Qur’an : Fokus dan Penekanan Selain mempunyai tujuan utama di atas, Laleh Bakhtiar, dalam karyanya The Sublime Qur‟an, memberi tiga penekanan khusus yang dipandang penting, setidaknya dalam penelitian ini: surat an-Nisa ayat 34, khususnya ekspresi wadribu hunna; kata God dalam bahasa Inggris sebagai padanan Allah dalam bahasa Al-Qur‟an; dan nama-nama nabi yang menurutnya telah diarabkan (arabized) dikembalikan ke dalam bahasa atau istilah yang Tela’ah 184 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) dipahami umumnya oleh pembaca bahasa Inggris (Amerika). Ketiga focus tersebut dibahas satu per-satu sebagai berikut. Pertama, di antara ribuan ayat al-Qur‟an, Laleh menemukan satu bagian ayat yang mengganggu pikirannya karena menemukan kejanggalan padanan makna. Bagian ayat tersebut adalah ungkapan “wadribu hunna” yang merupakan bagian dari Surat An-Nisa ayat 34. Ungkapan wadribu hunna, khususnya kata wadribu yang berasal dari akar kata daraba, di mana puluhan terjemahan al-Qur‟an yang dibacanya semuanya penerjemahnya mengartikannya dengan kata beat them, hit them, punish them, chastise them, strike them yang kesemuanya berarti pukullah mereka. Ungkapan wadribu hunna juga dimaknai senada oleh para penerjemah al-Qur‟an lain dalam bahasa Inggris baik yang dihasilkan pada milenium ketiga termasuk Tahareh Saffarzadeh,32 misalnya : Sayyid „Ali Quli Qara‟I,33 M.A.S.Abdel Haleem,34 Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahali,35 dan Sayyid Abul A‟la Maududi,36 maupun pada milenium sebelumnya, misalnya : Abdullah Yusuf Ali,37 T. Belantine Irving,38 Muhammad Mahmud Ghali,39 Rashad Khalifa,40 dan Umm Muhammd.41 Gambaran serupa juga diperoleh dari terjemahan dan tafsir al-Qur‟an dalam bahasa Indonesia, misalnya : Ahmad Hasan,42 Muhammad Ahsin Sakha, et al.,43 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy,44 dan M. Quarish Shihab.45 Berbeda dengan para penerjemah dan mufasir tersebut, Laleh memaknai wadribu hunna dengan “go away from them” yang kira-kitra sepadan dengan “jauhilah mereka.” Proses untuk memperoleh padanan yang lebih tepat dari kata d r b tersebut menurut Laleh, sebagaimana terdapat dalam karyanya The Sublime Qur‟an46 juga dalam karya Concordance of the Sublime Qur‟an,47 diperlukan waktu tidak kurang dari tiga bulan lamanya. Suatu makna yang akhirnya ia temukan padanannya yang dianggap paling tepat dalam Arabic-English Lexicon, kamus dengan ketebalan 3064 halaman, yang disusun oleh Edward William Lane pada abad 19. Itupun setelah telaah dan bacaan terhadap kamus tersebut berulang kali hingga yang kesepuluh kalinya dilakukan Laleh. Terjemahan lengkap dari An-Nisa 34 sebagai berikut : Men are supporters of wives because God gave some of them an advantage over others and because they spent of their wealth. So the females, ones in accord with morality MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 185 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA are the females, ones who are morally obligated and the females, ones who guard the unseen of what God kept safe. And those females whose resistance you fear, then admonish them (f) and abandon them (f) in their sleeping places and go away from them (f). Then if they (f) obeyed you, then look not for any way against them (f). Truly, God had been Lofty, Great.48 Menurut keyakinan Laleh, padanan (go away from them) itulah barangkali yang dimaksudkan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi mempunyai masalah dengan para istrinya, apa yang ia lakukan, tanyanya dalam fikiran. Ia tidak pernah memukul siapapun, lalu mengapa ada orang Islam yang mau melalukan apa yang Nabi tidak lakukan. Laleh percaya bahwa padanan terjemahan “pukullah” bertentangan dengan ayat yang lain, yang menyatakan apabila wanita akan diceraikan, ia harus diperlakukan dengan baik-baik, dengan cara yang terhormat sebagimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah (2), ayat 231. Laleh menuliskan dalam prawacana The Concordance of the Sublime Qur‟an: “I reflected on verse 231 in Chapter 2. The Arabic as well as all translations basically say: Husbands who wish to divorce their wives, must do it honorably. They cannot harm their wives.”49 Bertalian dengan nama Tuhan, Laleh berpendapat bahwa, bagai khalayak pembaca bahasa Inggris padanan kata Allah yang tepat bagi khalayak pembacanya adalah God,50 suatu pilihan kata yang juga dilakukan antara lain oleh Muhammad Asad, Rashad Khalifa, dan Badel Halim. Kemudian, selain karena kata Allah bukan monopoli umat Islam, Laleh juga beralasan bahwa : . . . Many English speaking Muslims as well as many of the English translations of the Quran to date, use Allah when speaking English instead of God. . . .However well intentioned a person may be, the use of the word Allah instead of God when speaking English, first of all, does not follow the Quranic verse that tells the Prophet to speak to people in their own language. Subsequently, it does not follow the Sunnah of the Prophet who did speak to people in their own language.51 Tela’ah 186 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Demikian juga dengan nama-nama Nabi. Alih-alih menggunakan nama-nama yang disebutkan dalam al-Qur‟an, Laleh memilih nama-nama yang akrab atau disebutkan dalam Bible. Kecuali Hud, Salih, Shuaib, Dhul Kifli, dan Muhammad, nama-nama nabi yang lain ia tuliskan dengan nama sebagaimana tampil dalam Tabel 1 berkut. Tabel I: Nama-nama Nabi dalam the Sublime Qur’an Laleh Bakhtiar Adam Enoch Sumber N0 QS 3:23 QS 21:85 14 15 Moses Aaron QS 5:24 QS 4:163 3 Noah QS 3:33 16 QS 21:85 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Hud (Eber) Salih (Shelah) Lot Abraham Ishmael Isaac Jacob Joseph Job Shuaib (Jethro) QS 11:50 QS 7:77 QS 50:13 QS 2:124 QS 2:125 QS 2:133 QS 2:132 QS 12:7 QS 4:163 QS 11:84 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Dhul Kifli (Ezekiel) David Solomon Elijah Elisha Jonah Zachariah John Jesus Muhammad No 1 Laleh Bakhtiar Sumber 2 QS 34:10 QS 4:163 QS 6:85 QS 6:86 QS 6:86 QS 3:37 QS 10:98 QS 2:87 QS 3:144 3. The Holy Qur’an, Translation with Commentary : Tujuan, Arah, dan Strategi Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan The Holy Qur‟an: Translation with Commentary, tujuan utama Tahereh dalam menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris yang baru, selain karena melihat adanya beberapa kelemahan mendasar yang terdapat dalam karya-karya terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris yang telah ada, adalah untuk menghasilkan terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris sebagaimana yang diharapkan pembacanya, yakni : (a) ” a meaningful, easy, and comprehendsive translation…”52 (terjemahan yang bermakna, mudah, dan komprehensif) dan (b) “to make the text available to people who cann not comprehend the language in which it was MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 187 Ilzamudin Ma‟mur written.”53 (menjadikan teks tersebut tersedia bagi orang-orang yang tidak memahaminya dalam bahasa di mana teks tersebut ditulis). Yakni teks al-Qur‟an yang ditulis dalam bahasa Arab, menjadi tersedia dalam bahasa Inggris yang bermakna, mudah dibaca, dipahami, dan bersifat komprehensif. Sementara itu, dilihat dari arah pendekatan penerjemahan yang terapkan Tahereh, karena mameng dirinya bukan penutur asli bahasa Inggris, maka kegiatan penerjemahyan yang dilakukannya termasuk dalam wilayah arah penerjemahan nyang disebut Mona Baker dan Peter Newmark dengan “inverse translation.” Yakni, menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa yang tidak menjadi bahasa pertamanya atau bahasa sehari-hari. Selanjutnya bertalian dengan strategi penerjemahan yang diadopsi Tahereh dalam menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahjasa Inggris adalah strategi „foreignizing translation,” yakni strategi penerejemahan di mana penerjemah tetap mempertahankan istilah dan padanan sesuai dengan bahasa aslinya. Misalnya, alih-alih menggunakan kata God, yang lebih umum digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris, sebagai padanan kata Allah dalam al-Qur‟an berbahasa Arab, ia tetap menggunakan dan mempertahan kata Allah dalam terjemahan bahasa Inggrisnya. Demikian juga ketika menerjemahkian nama-nama Nabi, ia tetap mempertahankan nama tersebut dalam bahasa Arab dan mentranslitersikannya dengan aksara Latin. Transleliterasi yang umum dipakai dalam ensiklopedia Islam dan buku-buku teks keislaman standar yang ditulis dalam bahasa Inggris. Suatu sikap yang sejalan dengan anjuran Ismail Raji al-Faruqi yang ditawarkanya melalui karyanya Towards Islamic English.54 4. The Holy Qur’an, Translation with Commentary: Asmaul Husna dan Nama Nabi Bertalian dengan penerjemahan nama Tuhan dalam al-Qur‟an, Tahereh memilih tetap menggunakan kata Allah dalam bahasa Inggris bukan kata God, seperti yang diterapkan Laleh. Kata Allah juga tetap dipertahankan dalam karya terjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris pada umunya seperti karya Abdullah Yusuf Ali, Umm Muahmmad, Sayydi Abul A‟la Maududi, Muhammad Mahmud Ghali, dan Muhammad Mukhsin Khan serta Muhammad Taqiuddin al-Hilalai, untuk menyebut beberapa nama saja. Berbeda dengan kata God, kata Allah tidak bisa mempunyai Tela’ah 188 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) bentuk jamak, jadi sejalan dengan prinsip tauhid dalam Islam. Dalam Islam : The Key Concepts dinyatakan : The word “Allah” is said to occur only in the singular, although there is a plural of a related term al-ilah, i.e. alihah. Grammar aside, Allah in the Qur‟an is definitely one and the unity (tawhid) of the deity cannot be sufficiently stressed in Islam. Q. 112:1 reflects this in its command “Say: He, Allah, is One.”55 Selanjutnya, kalau penekanan utama Laleh Bakhtiar dalam karyanya, antara lain, adalah surat An-Nisa, ayat 34, penekanan Tahereh Saffarzadeh, antara lain, pada nama-nama indah Allah atau asma al-husna. Berdasarkan pengamatannya, ia berpendapat bahwa yang banyak diabaikan para penerjemah alQur‟an dalam bahasa Inggris adalah nama Tuhan dan asma alHusna, terutama asma al-husan yang ditulis ganda berurutan, atau majemuk. Tahereh mengatakan bahwa: The greatest values of the Holy Qur‟an which almost all commentators and trsnaltors both in Engsh and Persian have failed justly and accurately are Allah‟s names of Outsanding Excellence known as Asmaul Hosna.56 Nilainilai terbesar Kitab Suci Al-Qur‟an yang hamper semua penafsir dan penerhjemah dalam bahasa Inggris dan Parsi gagal secara adil dan akurat adalah Nama-nama Allah yang Luarbiasa yang dikenal dengan Asma al-Husna. Kendatipun hakikat Allah berada di luar jangkauan kecerdasan akal manusia, atribut-atribut atau asma-asma Allah tersebut sejatinya benar adanya dan nyata sebagimana dinyatakan dalam al-Qur‟an itu sendiri. Dalam Table II berikut ditampilkan terjemahan atau padanan asma al-Husna serta sumber rujukan dalam al-Qur‟an berdasarkan karya terjemahan Tahereh.57 Tabel II : Nama-Nama Indah Tuhan dalam Al-Qur’an 1 Transliterasi Asma alHusna al-Rahman 2 al-Rahim No Tahereh Saffarzadeh The Beneficent The Merciful Sumber No (1:2) 51 (1:2) 52 MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 189 Translitera si Asma alHusna al-Mubin alMusta‟an Tahereh Saffarzadeh The Manifest The One Whose Help to be Implored Ilzamudin Ma‟mur 3 al-Malik (59:23) 53 al-Warith The Inheritor al-Qudus The Sovereign The Holy 4 (59:23 54 al-‟Akhir The Last 5 al-Salam The Peace (59:23) 55 al-Zahir The Outward 6 al-Mu‟min (59:23) 56 al-Wali The Defender 7 al-Muhaymin The Keeper of Faith The Guardian (59:23) 57 al-Wakil The Trustee 8 al-„Aziz The Majestic (59:23) 58 al-Qahir The Omnipotent 9 al-Jabbar (59:23) 59 al-Nasir The Helper 10 al-Mutakabbir The Compeller The Superb (59 :23) 60 al-Allam The Omnicient 11 al-Khaliq The Creator (59:23) 61 al-Khallaq The Creator 12 al-Bari The Shaper (59:23) 62 al-Mawla The Patron 13 al-Hafi The Gracious (3:64) 63 al-A‟la The Most High 14 al-Muhit (41:54) 64 al-Qadir The Mighty 15 al-Wali (2:257) 65 al-Akram The MostBonteous 16 al-Wahid The Surrounding The Protecting Friend The One (23:16) 66 al-Shakir The Responsive 17 aI-Muqtadir The Powerful (54:42) 67 al-Hafiz The Protector 18 al-Muqit (4:85) 68 al-Kafi The Surely 19 al-Hasib The The Sustainer The Reckoner (4:6) 69 al-Matin The Firm One 20 al-Karim The Bountiful (82:6) 70 al-Ghalib 21 al-Raqib (33:52) 71 al-Qabid 22 al-Qarib The Watchfull The Ni The Predominant The Grasping (11:61) 72 al-Jalil The Glorious 23 al-Mujib (11:61) 73 al-Muhyi 24 al-Wasi‟ (2:247) 74 al-Mamit 25 al-Hakim The Responsive The All Embracing The Wise (2:129) 75 al-Ba‟ith The Giver of Life The Giver of Death The Awakener 26 al-Wadud The Loving (11:90) 76 al-Baqi 27 al-Majid (11:73) 77 al-Mubdi 28 al-Shahid The Owner of Glory The Witness The Ever Lasting One The Originator (4:79) 78 al-Mannan The Gracious 29 al-Haqq The Truth (22:6) 79 The Fashioner 30 al-Qawi (22:74) 80 31 al-Fattah The Most Strong The Judge alMusawwir al-Ghaffar (34:26) 81 al-Qahhar The Ever Forgiving The Almighty 32 al-„Alim (34:26) 82 al-Wahhab The Bestower 33 al-Sami‟ (3:38) 83 al-Razzaq The Provider 34 al-Basir The All Knowing The All Hearing The All Seeing (3:15) 84 al-‟Afw The Forgiving Tela’ah 190 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 35 al-Latif The Subtle (6:104) 85 al-Rauf The Compassionate The Gatherer 36 al-Khabir (34:1) 86 al-Jami‟ 37 al-Halim The All Aware The Clement (17:44) 87 aI-Ghaniyy 38 al-„Azim (2:225) 88 al-Hadi 39 al-Ghafur. (42:23) 89 al-Nur The Light 40 al-Shakur (35:34) 90 al-Badi‟ The Originator 41 al-„Ali The Tremendous The All Foriving The Responsive The Sublime The Self Suficient The Guide (2:225) 91 al-Fatir The Creator 42 al-Kabir The Great (34:23) 92 al-Ghafir The Forgiver 43 al-Hafiz The Guardian (11:57) 93 al-Malik The Sovereign 44 al-Hayyu The Alive (3:2) 84 al-Rabb The Sustainer 45 al-Qayyum The Eternal (3:2) 95 al-Rafi‟ The Sublime 46 al-Qadir The Able (6:65) 96 al-Kafi 47 al-Hamid (12:64) 97 al-Awwal 48 al-Barr The Owner of Praise The Benign The Sufficient One The First (52:28) 98 al-Batin The Inward 49 al-Muta‟al The Exalted (13:9) 99 al-Samad The Eternally Besought of All 50 al-Tawwab The Acceptor of Repentance (9:104) Selain itu, nama-nama Allah yang ditulis berurutan sebagai kata majemuk , yang disebut Tahereh dengah “twins” dan Ali Quli Qara‟i “side by side”, dalam al-Qur‟an yang acapkali muncul di akhir ayat, cara penerjemahannya menurut Tahereh harus disatukan, bukan dipisahkan. Misalnya, Tahereh menerjemahkan nama-nama Tuhan yang ditulis berurutan atau ganda adalah dengan cara yang ditampilkan pada Table III berikut sebagai contoh. Tabel III : Nama-Nama Allah Yang Muncul Ganda No 1 2 Terjemahan Asma Tuhan Yang Ditulis Berurutan The Source-Wisdom Knower The Merciful MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA Transliteri Asma QSA al-Husna Ganda/Senada 2:32 2:37 191 Ilzamudin Ma‟mur Repentance Accepter 3 The Knowing Space2:115 Expander 4 The Knowing Hearer 2:127 5 The Source Wisdom 2:129 Supremepower 6 The Source Knowledge 2:158 Apparicater ? 7 The Merciful 2:163 Beneficent 8 The Merciful Forgiving 2:173 9 The Invicible Mighty 2:209 Decreer 10 The Tolerant Forgiving 2:235 11 The Knowing 2:247 Dominion Bestower 12 The Supreme-Exalted 2:255 Great 13 The Source Wisdom 2:260 Supremepower 14 The Forbearing Rich 2:263 15 The Prasiworthy Rich 2: 267 16 The Knowing Beauty 2:268 Increaser Mengenai atribut kembar, ganda atau yang tertulis bersebelahan, Tahereh lebih lanjut menandaskan bahwa: ...atribut-atribut tersebut harus diterjemahkan sesuai dengan konteksnya, dan khususnya ketika nama-nama tersebut muncul dalam bentuk berurutan/ganda, maka tugas para penerjemah menjadi ganda: Tidak saja terjemahan harus dilakukan sesuai dengan konteks, tetapi salah satu atribut tersebut, berdasarkan konteks harus bertindak sebagai kata sifat bagi atribut yang lain sebagai nominative case atau sebagai kata benda; dengan demikian kedua atribut tersebut tidak diperlakukan sebagai sinonim dan tidak dipisahkan dengan tanda baca yang berkaitan, yakni koma; kalau tidak demikian “the Mighty Forgiving” akan menjadi “the Mighty, the Forgiving,” dan the Knowing Decreer („aliiman hakiima) menjadi „the Knowing, the Wise.” 58 Tela’ah 192 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Berdasarkan contoh-contoh terjemahan anisa 34 di atas, khusunya yang berkaitan dengan asma al-husna yang muncul berseblahan yang biasanya muncul pada akhir ayat-ayat tertentu, baik dari mileneium kedua maupun ketiga, baik dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia, semuanya berbeda dari gagasan Tahereh sebagaimana disuguhkan dalam Tabel IV pada halaman berikut. Tahereh menerjemahkannya dengan “Verily, Allah is the Sublime Great,” yang bahasa Indonesianya kira-kira “Sesungguhnya, Allah itu Maha Besar Mulia” atau “Sungguh Allah itu Maha Agung Tinggi. Tabel IV : Terjemahan Asma Al-Husna Yang Muncul Ganda dalam An-Nisa 34. No Nama Penerjemah Terjemahan Asma al-Husna 1 Tahereh Saffarzadeh Verily, Allah is the Sublime Great 2 Laleh Bakhtiar Truly, God had been Lofty, Great 3 Sayyid Ali Quli Indeed Allah is all-exalted, allQara‟i great 4 MAS Abdel Haleem God is most high and great 5 Jalaludin al-Suyuti God is ever High, Great, dan Jaludin Al-Mahali terjemahan Mokrane 6 Sayyid Abul A‟la Allah is the Exalted, the Great. Maududi, terj. Zafas Ishhak Ansari 7 Abdullah Yusuf Ali Allah is Most High, Great (above all) 8 T.B. Irving God is Sublime, Great. 9 Muhammad Mahmud surely Allah has been EverGhali Exalted, Ever-Great, 10 Sayyid Qutub God is indeed Most High, Great. 11 Rashad Khalifa GOD is Most High, Supreme. 12 Muhammad Asad Behold, God is indeed most high, great! 13 Shahih International Indeed, Allah is (Umm Muhammad) ever Exalted and Grand. 14 Ahmad Hasan sesungguhnya Allah itu maha Tinggi, maha Besar. 15 Muhammad Ahsin Sungguh Allah Maha Tinggi, MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 193 Ilzamudin Ma‟mur 16 Sakho, et al. T.M. Hashbi AshShiddieqy 17 M. Quraish Shihab Maha Besar Sesungguhnya –Allah, adalah Ia senantiasa tinggi dan senantiasa benar. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi mahabesar Menurut Tahereh, setidaknya ada tiga tujuan yang dapat diidentifikasi mengapa nama-nama indah tersebut, juga namanama yang ditulis kembar atau bersebelahan, diciptkan Allah. Pertama, tujuan monotesime. Kemahaesaan Allah swt diperjelas dengan atribut-atrut-Nya yang muncul ganda, kendati kadang nampak bertentangan, seperti (al hayyul qayyuum – The Eternal Live), (al-waahidul qahhaar – The One yet the Dominant), dan (al-malikul qudduus – The Holy King). Kedua, untuk mengingat atau dhikir kepada Allah. Mengingat dan mengucapkan nama-nama Allah yang indah memberikan efek yang taksa dalam peningkatan kualitas spiritual dan mental manusia. Allah telah membimbing manusia untuk memandang Nama-nama Tuhan tersebut sebagai model guna mengolah-diri menuju kesempurnaan. Terakhir, apabila apresiasi terhadap makna diberikan dengan tepat, orang yang beriman akan menerima ketentraman atau sakinah dengan memanjatkan doa melalui asma-asma Allah tersebut dan Mengingat atau dzikr kepada Allah yang diperintahkan secara empati dalam al-Quran, dan orang yang beriman, dapat berharap memperolah manfaat dengan perantaraan asma al-husna.59 Selain asma al-husna, Tahereh juga concern pada terjemahan nama-nama Nabi juga istilah lain yang khas dalam alQur‟an. Berbeda dengan Laleh, Tahereh menerjemahkan namanama Nabi seperti adanya dalam al-Qur‟an. Dengan kata lain, padanan yang digunakan hanyalah melalui transliterasi dari bahasa Arab dengan bahasa Latin saja. E. Penutup: Simpulan dan Harapan Pada mileniumn ketiga sekarang ini sejatinya banyak wanita yang terlibat dalam penerjemahan al-Quran dan Tafsir alQur‟an ke dalam bahasa Inggris. Di antara mereka adalah Zaheen Tela’ah 194 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Fatima Baig, Shehnaz Shaikh, Ms. Kausar Khatri, Amatul Rahman 'Omar, Aisha Bewley, Laleh Bakhtiar dan Tahereh Saffarzadeh. Namun, dari keenam nama tersebut, hanya Laleh Bakhtiar dan Tahereh Saffarzadeh yang melakukan aktivitas penerjemahnnya secara mandiri, sedang wanita penerjemah selebihnya mereka melakukanya secara kolaboratif. Dengan demikian, dua wanita ini saja dan karyannya yang diangkat dalam penelitian ini. Sesuai dengan rumusan tujuan penelitian, yang disinggung pada bagian pendahuluan, beberapa poin penting perlu disampaikan di bawah ini. Pertama, Berdasarkan pembahasan terdahulu dapat dikatakan bahwa jumlah wanita atau muslimah penerjemah al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris yang mandiri dan individual pada milenium ketiga hanya ada dua orang saja : Dr. Laleh Bakhtiar dengan karyanya berjudul The Sublime Qur‟an dan Prof. Dr. Tahereh Saffarzadeh dengan karyanya bertajuk Holy Qur'an English Translation with Commentary (2007). Walaupun dari sudut tinjaun teoretis penerjemahan yang dibahas pada bab II menyatakan bahwa penerjemahan al-Qur‟an yang ideal harus dilakukan secara kolektif, namun upaya yang dilakukan kedua penerjemah tersebut cukup mendapat respons yang positif dari khalayak pembacanya. Kedua, di antara para wanita penerjemah al-Qur‟an dalam bahasa Inggris pada millennium ketiga nampaknya hanya dua penerjemah yang paling dominan, yakni Dr. Laleh Bakhtiar dan Prof. Dr. Tahereh Saffarzadeh. Selanjutnya, berdasarkan kajian terhadap dua orang penerjemah manidiri tersebut : Laleh Mukhree Bakhtiar dengan karyanya The Sublime Qur‟an (2007) dan (2008) dan Tahereh Saffarzadeh dengan karyanya berjudul Holy Qur'an : English Translation with Commentary (2001) dan (2007), nampaknya karya Laleh Bakhtiar mendapat sambutan lebih luas dibanding Tahereh, bahkan karya Laleh tersebut dapat diakses langsung melalui situs Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, Amman, Jordan tepatnya melalui : (http://www.aalalbayt.org) Ketiga, dilihat dari biografi intelektual dan sosialnya, Laleh Bakhtiar adalah seorang psikolog pendidikan yang juga menekuni bidang psikologi tradisional dan sufisme serta penerjemahan dan penulisan. Meskipun lahir dari kalangan keluarga Kristen, perjalanan spiritual dan intelektualnya MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN 195 Ilzamudin Ma‟mur DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA menghantarkan dirinya menjadi seorang Muslimah pada usia 26 tahun, yang terus konsisten hingga sekarang ketika usianya sudah menginjak 74 tahun. Sementara itu, Tahereh Saffarzadeh, yang lahir 2 tahun lebih dahulu dari Laleh yakni pada 1936 dan wafat pada 2008 dalam usia 72 tahun, selain dikenal sebagai sastrawati terkemuka di Iran, beliau adalah seorang pengajar dan penerjemah al-Qur‟an dalam bahasa Inggris. Beliau yang bermukim dan wafat di Iran, pernah mengenyam pendidikan dalam bidang bahasa Inggris di Amerika Serikat, negara tempat lahir dan bermukimnya Laleh Bakhtiar. Dilihat dari karya intelektual, walaupun Tahereh adalah pakar teori penerjemahan, namun karya terjemahannya tidak sebanyak Laleh Bakhtiar termasuk karya akdemis dalam bidangnya, Lalih dalam bidang pskologi pendidikan dan sufisme, Tahereh dalam bidang sastra dan bahasa, seperti yang ditujukan dalam bagian karya intelektual pada bab III. Keunggun Tahereh, ia mendapat penghargaan internasional dari dunia Islam sebagai pengakuan penulis wanita Muslimah dalam bidang sastra. Keempat, ditilik dari aspek tujuan, pendekatan, metode dan strategi penerjemahan al-Quran yang diterapkan dalam menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa Inggris oleh kedua openerejemah tersebut agak berbeda. Bertalian dengan dengan pendekatan penerjemahan atau directionality, Laleh memakai pendekatan ”translation,” yakni arah penerjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu, yakni dari al-Qur‟an berbahasa Arab sebagai bahasa asing ke dalam bahasa Inggris sebagai bahasa ibu Laleh, yakni Laleh adalah penutur asli bahasa Inggris. Sedangkan, Tahereh Saffarzadeh kendati sebagai pengajar bahasa Inggris, ia bukan native speaker bahasa Inggris, ia penutur asli bahasa Parsi. Dengan demikian, arah penerjemahan yang dilakukannya adalah dari al-Qur‟an berbahasa Arab, yang baginya sebagai bahasa asing, ke dalam bahasa Inggris, yang juga bahasa asing lainnya. Pendekatan arah penerjemahan seperti ini dalam teori penerjemahan disebut dengan ”inverse translation” atau ”service translation.” Adapun dilihat dari strategi penerjemahan yang diterapkan, nampaknya Laleh termasuk dalam pengguna atau pengambil manfaat dari strategi domesticating translation, yakni menekankan dan mengutamakan pada khalayak pembacanya sehingga istilah yang digunbakan adalah istilah dan pandanan yang lazim digunakanj dalam masyarakat bersangkutan. Sedangkan, Saffarzadeh, sebaliknya menggunakan strategi yang Tela’ah 196 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) disebut dengan foreignizing translation, yakni strategi yang mempertahankan istilah yang digunakan dalam sumbernya, dalam hal ini istilah dalam al-Qur‟an terutama menyangkut nama Tuhan dan Nabi dalam Islam. Atau mungkin juga, mencoba mengikuti anjuran dan gagasan Ismail Raji al-Faruqi yang dituangkan dalam Towards Islamic English. Selanjutnya, berkenaan dengan tujuan penerjemah-an, tujuan di balik upaya penerjemahannya Laleh Bakhtiar dan Tahereh Saffarzadeh baik secara langsung maupun tidak sebagaimana disebutkan secara implisit dalam pendahuluan masing-masing karyanya adalah untuk menyediakan terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris dengan bahasa dan makna yang lebih berterima bagi masyarakat penutur dan penguasa bahasa Inggris, Muslim dan non-Muslim. Kelima, tentang persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam karaya Laleh dan Tahereh. Persmaan keduanya adalah keinginan untuk menyediakan terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Inggris yang mudah dipahami oleh khalayak pembacanya. Sedangkan, dilihat dari sudut perbedaan, nampaknya perbedaan keduanya terletak pada penekanan dan orientasi yang sedikit berbeda terjemahan-terjemahan yang mengartikan wadlribu hunna dengan dan pukulah mereka, suatu pemadanan makna yang hampir sama dalam semua terjemahan dalam bahasa Inggris, sementara Saffarzadeh menekankan pada aspek nama Tuhan dan asma al-husna. Laleh menerapkan strategi domesticizing translation, Tahereh memilih strategi foreignizing translation. Laleh menerapkan arah pendekatan translation, Tahereh mengaplikasikan inverse translation. Keenam, menyangkut respon masyarakat dunia Islam terhadap karya Laleh dan Saffarzadeh, walapun sejatinya Tahereh telah menerbitkan karyanya lebih awal, terutama karya terjemahan dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Parsi dan Inggris pada 2001, dan edisi bahasa Arab dan Inggris baru terbit pada 2007, semantara Laleh baru meluncurkan terjemahannya pada 2007 dan 2009, sambutan masyarakat lebih luas diberikan pada karya Laleh terutama bertalian dengan terjemahannya dari An-Nisa 34. MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 197 Ilzamudin Ma‟mur Catatan akhir: 1 John Naisbitt dan Patricia Aburdence, Megatrends 2000. (New York: Avon Book, 1991) 2 Muhammad Khalifa, The Sublime Qur‟an and Orientalism. (Karachi: International Islamic Publishers, 2nd ed. 1989), p.3 3 John L. Esposito, John O. Voll, and Osman Bakar, Eds. Asian Islam in the 21st Century. Oxford: OUP, 2008), p. 3 : dan Ahmed Akgunduz, Islamic Law in Theory and Practice : Introduction to Islamic Law (Roterdam: IUR Press, 2010), p.3 4 Martin R. Zammit, A Comparative Lexical Study of Qur'anic Arabic (Leiden: Koninklyke Brill, 2002), p.43 5 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an. Penerj. Mudzakir AS (Bogor: Litera Antar Nusa, 2001), p.17 6 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an. Cet.ke 6, Terj. Mudzakir AS, (Bogor: Litera Antar Nusa,2001), p.17. 7 Ahmad von Denffer, Ulum al-Qur‟an: An Introduction to the Science of the Qur‟an. (London: Islamic Foundation, 1996) 8 A.L. Tibawi, “Is the Qur‟an Translatable?: Early Muslim Respons” dalam Muslim World, Vol. LII, No.52 (1962), p.10. 9 Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah Al-Qur‟an. Ter. Thoha Musawa, (Jakarta: al-Huda, 2007), p.268. 10 Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: A Modern Arabic English Dictionary (Beirut: Dar Lil-Malyyin, 1992), p.307. 11 Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah Al-Qur‟an. Ter. Thoha Musawa, (Jakarta: al-Huda, 2007), p.268. 12 David Crystal, Encyclopedia of Language (Cambridge: Cambridge University Press, 1987), p.344. 13 Peter Newmark, “The Theory and the Craft of Translation,” dalam Valerie Kinsella, ed., Language Teaching and Linguistics : Surveys (Cambridge : Cambridge University Press, 1978), p.83. dan Peter Newmark, Approaches to Translation (New York : Prentice Hall Inc., 1988b), p.7. 14 Peter Newmark, A Textbook of Translation (New York : Prentice Hall Inc., 1988a), p.5. 15 Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah Al-Qur‟an. Ter. Thoha Musawa, (Jakarta: al-Huda, 2007), p.269. 16 Sayyid Abbas Sadr Ameli, “Introduction,” to Sayyid Kamal Faghih and a Group of Muslim Scholars., An Englightening Commentary into the light of the Holy Qur‟an, Part I (Isfahan: The Scientific and Religious Research center, 2003), pp.23-24. Tela’ah 198 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 17 Hussein Abdul-Raof, Qur‟an Translation: Discourse, Texture, and Exegesis. (Richmond: Curzon, 2001), p. 68. 18 Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah Al-Qur‟an. Ter. Thoha Musawa, (Jakarta: al-Huda, 2007), pp.293-294. 19 Raed Al- Jabari, “Reasons for the Possible Incomprehensibility of Some Verses of Three Translations of the Meaning of the Holy Quran into English”. (Unpubslided Ph.D. Disertation, European Studies Research Institute (ESRI) School of Languages, University of Salford, Salford, UK, 2008),pp.223-225 20 (Tetapi, sebagian besar kaum Muslimin tidak memandang terjemahan al-Qur‟an sepadan dengan atau sama dengan al-Qur‟an itu sendiri. Karena kaum Muslimin mempercayai bahwa al-Qur‟an diwahyukan secara langsung kepada nabi Muhammad dalam bahasa Arab, pelestarian bentuk linguistik dalam bahasa Arab aslinya dianggap sangat penting) Abdullah Saeed. The Qur‟an: An Introduction, (London: Routledge, 2008), p.120 : 21 Hingga sekarang, al-Qur‟an secara utuh sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari enam puluh limja bahasa dunia. Lihat : Muhammad Hadi Ma‟rifat, Sejarah Al-Qur‟an. Terj. Thoha Musawa, (Jakarta: al-Huda, 2007), p.302. 22 Khursid Ahmad, “Preface,” dalam Abul A‟la Maududi, Towards Understanding the Qur‟an : Abridged Version of Tafhim al-Qur‟an. Translated and edited by Zafar Ishaq Ansari. (New Delhi: MMI Publishers, 2006), pp. xiiixiv. 23 Ilzamudin Ma‟mur. Penerjemahan al-Quran ke dalam Bahasa Inggris: Antara Tradisi Historis dan Propagasi Islamis. (Serang: IAIN SMHB, 2009), p.16. 24 Aisha Bewley and Abdalhaqq Bewley, Tafsir Jalalyn: Complete English Translation (2008) dan Abdalhaqq and Aisha Bewley. The Noble Qur'an: A New Rendering of its Meaning in English. (London: Taha Publishers Ltd, revised ed., 2005) 25 Camille Adams Helminski. The Light of Dawn: Daily Readings from the Holy Qur‟an. Boston: A Shambhala Threshold Book, 1999/2000), Lihat lebih lanjut : Hassen Rim. “English Translation of the Quran by Women: The challenges of “Gender Balance” in and through Language,” dalam MonTI: Monografías de Traducción e Interpretación 3, Universidad de Alicante España ISSN 1889-4178 (2011), p.229. 26 Saeed, Abdullah. The Qur‟an : An Introduction, (London: Routledge, 2008). 27 Rim Hassen. “English Translation of the Quran by Women: The challenges of “Gender Balance” in and through Language,” dalam MonTI: Monografías de Traducción e Interpretación 3, Universidad de Alicante España ISSN 1889-4178 (2011), p.243 28 MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 199 Ilzamudin Ma‟mur 29 lam, Interview by Tim King Salem-News.com http://www.salemnews.com/articles/april142011/bakhtiar-interview-tk.phphttp://www.salemnews.com/articles/april142011/bakhtiar-interview-tk.php (16-5-12) 30 Laleh Bakhtiar, Concordance of the Subime Qur‟an. (Chicago: Library of Islam, 2011), p. lxiv. 31 Laleh Bakhtiar, “Introduction” dalam The Sublime Qur‟an (Chicago: Kazi Publications, 2007), p.3. 32 Tahereh Saffarzadeh. The Holy Qur‟an: Translation with Commentary (Tehran: Alhoda, 2007) 33 Sayyid „Ali Quli Qara‟i, The Qur‟an with an English Paraphrase (Qum: The Center of Translation of the Holy Qur‟an, 2003) 34 M.A.S. Abdel Haleem. The Qur‟an, a New Translation. (Oxford: Oxford University Press, 2005). 35 Jaludin al-Suti dan Jalaludin al-Mahalli, Tafsīr Al-Jalālyn, Terj. Feraz Hamza (Amman, Jordan,: Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought. 2007) 36 Sayyid Abul A‟la Maududi, Towards Understanding the Qur‟an: Abriged Version of Tafhim al-Qur‟an. Terj. Zafar Ishaq Ansari (New Delhi: Markazi Maktaba Islami Publishers, 2011) 37 Abdullah yusuf Ali. The Holy Qur‟an: Text, Translation, and Commentaries. (Maryland: Amana Corporation, 1989) 38 T.B. Irving. The Noble Qur‟an : The First American Translation and Commentary.(Vermont: Amana Books, 1992) 39 Muhammad Mahmud Ghali. Towards Understanding the EverGlorious Qur‟an. (Cairo: Dar An-Nashr Liljami‟at, 1996 5th ed., 2008) 40 Rashad Khalifa, Qur‟an: The Final Testament, Authorized English Versions. (Tuscon: Islamic Producttions, 1989, 2003) 41 Umm Muhammad. The Qur‟an: Arabic Text with Corresponding English Meanings, (Riyadh: Abul Qasim Publishing House, 1995). 42 Ahmad Hasan. Al-Furqan: Tafsir Qur‟an. (Surabaya: Al-Ikhwan, cet ke 2, 1986) 43 Muhammad Ahsin Sakha, at al. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid 2. (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004) 44 T.M. Hasbi Adh Shiddieqy. Tafsir al-Bayaan. (Bandung: Al-Maarif, tt: 350-351) 45 M. Quraish Shihab. Tafsir al-Mislbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an. Vol.2 (Jakarta: Lentera Hati, cet ke 5, 2011) 46 Laleh Bakhtiar, The Sublime Qur‟an. (Chicago: Kazi Publications, 2007) 47 Laleh Bakhtiar, Concordance of the Sublime Qur‟an. (Chicago: Library of Islam, 2011) 48 Laleh Bakhtiar, The Sublime Qur‟an. (Chicago: Kazi Publications, 2007) Tela’ah 200 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 49 Laleh Bakhtiar, Concordance of the Sublime Qur‟an. (Chicago: The Library of Islam, 2011), p. lvi 50 Pembahasan menarik tentang nama Tuhan dalam berbagai agama dibahas secara apik oleh Karen Amstrong dengan judul A History of God. ( ) 51 Laleh Bakhtiar, The Sublime Qur‟an. (Chicago: Kaqzi Publications, 2007), p, 6. 52 Tahereh Saffarzadeh, The Holy Qur‟an: Translation with Commentary, (Tehran: Alhoda, 2007), p.1207. 53 Ibid., p.1208. 54 Ismail Raji al-Faruqi. Towards Islamic English. (Herndon: IIIT, 1979). 55 Kecia Ali dan Oliver Leaman. Islam: The Key Concepts. (New York: Routledge, 2008), p.6 56 Tahereh Saffarzadeh, The Holy Qur‟an: Translation with Commentary, (Tehran: Alhoda, 2007),p.1204. Lihat dalam karya ini : (8:20) 57 See Muhammad Ibrahim H.I. Surty, The Qur‟an and al-Shirk, (London: Ta Ha Publishers, 1990), pp.109-117. 58 Tahereh Saffarzadeh, The Holy Qur‟an: Translation with Commentary, (Tehran: Alhoda, 2007),p.1205. 59 Tahereh Saffarzadeh, “The Book of Wisdom,” dalam The Holy Qur‟an: Translation with Commentary. (Tehran: Alhoda, 2007), pp.1205-1207. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Khursid, “Preface,” dalam Abul A‟la Maududi, Towards Understanding the Qur‟an : Abridged Version of Tafhim alQur‟an. Translated and edited by Zafar Ishaq Ansari. New Delhi: MMI Publishers, 2006. Akgunduz,Ahmed. Islamic Law in Theory and Practice : Introduction to Islamic Law Roterdam: IUR Press, 2010. Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Qur‟an: Text, Translation, and Commentaries. Maryland: Amana Corporation, 1989. Ali, Kecia dan Oliver Leaman. Islam: The Key Concepts. New York: Routledge, 2008. Ameli, Sayyid Abbas Sadr, “Introduction,” to Sayyid Kamal Faghih and a Group of Muslim Scholars., An Englightening Commentary into the light of the Holy Qur‟an, Part I. Isfahan: The Scientific and Religious Research center, 2003. MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 201 Ilzamudin Ma‟mur Baalbaki. Al-Mawrid: A Modern Arabic English Dictionary. Beirut: Dar Lil-Malyyin, 1992. Bakhtiar, Laleh. Interview by Tim King Salem-News.com http://www.salem-news.com/articles/april142011/bakhtiarinterview-tk.php (16-5-12) Bakhtiar, Laleh. The Concordance of the Sublime Qur‟an. Chicago: Library of Islam, 2011 Bakhtiar, Laleh. The Sublime Qur‟an. Chicago: Kazi Publications, 2007 Bewley, Aisha and Abdalhaqq Bewley, Tafsir Jalalyn: Complete English Translation (2008) Bewley, Aisha and Abdalhaqq Bewley. The Noble Qur'an: A New Rendering of its Meaning in English. (London: Taha Publishers Ltd, revised ed., 2005) Camille Adams Helminski. The Light of Dawn: Daily Readings from the Holy Qur‟an. Boston: A Shambhala Threshold Book, 1999/2000 Crystal, David. Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press, 1987. . Newmark, Peter “The Theory and the Craft of Translation,” dalam Valerie Kinsella, ed., Language Teaching and Linguistics : Surveys. Cambridge : Cambridge University Press, 1978. Denffer, Ahmad von Ulum al-Qur‟an: An Introduction to the Science of the Qur‟an. London: Islamic Foundation, 1996. Esposito, John L. John O. Voll, and Osman Bakar, Eds. Asian Islam in the 21st Century. Oxford: OUP, 2008. Ghali, Muhammad Mahmud. Towards Understanding the EverGlorious Qur‟an. Cairo: Dar An-Nashr Liljami‟at, 1996 5th ed., 2008 Haleem, M.A.S. Abdel. The Qur‟an, a New Translation. Oxford: Oxford University Press, 2005. Hasan, Ahmad. Al-Furqan: Tafsir Qur‟an. (Surabaya: Al-Ikhwan, cet ke 2, 1986 Tela’ah 202 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Hassen, Rim. “English Translation of the Quran by Women: The challenges of “Gender Balance” in and through Language,” dalam MonTI: Monografías de Traducción e Interpretación 3, Universidad de Alicante España ISSN 1889-4178 (2011). Irving, T.B.. The Noble Qur‟an : The First American Translation and Commentary.Vermont: Amana Books, 1992 Ismail Raji al-Faruqi. Towards Islamic English. Herndon: IIIT, 1979. Jabari, Raed Al-. “Reasons for the Possible Incomprehensibility of Some Verses of Three Translations of the Meaning of the Holy Quran into English”. (Unpubslided Ph.D. Disertation, European Studies Research Institute (ESRI) School of Languages, University of Salford, Salford, UK, 2008) Khalifa, Muhammad, The Sublime Qur‟an and Orientalism. Karachi: International Islamic Publishers, 2nd ed. 1989. Khalifa, Rashad. Qur‟an: The Final Testament, Authorized English Versions. Tuscon: Islamic Producttions, 1989, 2003 Ma‟mur, Ilzamudin. Penerjemahan al-Quran ke dalam Bahasa Inggris: Antara Tradisi Historis dan Propagasi Islamis. Serang: IAIN SMHB, 2009. Ma‟rifat, Muhammad Hadi, Sejarah Al-Qur‟an. Ter. Thoha Musawa, Jakarta: al-Huda, 2007. Mahalli, Jalaludin al- dan Jaludin al-Suyuti. Tafsīr Al-Jalālyn, Terj. Feraz Hamza. Amman, Jordan,: Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought. 2007. Muhammad, Umm. The Qur‟an: Arabic Text with Corresponding English Meanings, (Riyadh: Abul Qasim Publishing House, 1995. Naisbitt, John dan Patricia Aburdence, Megatrends 2000. New York: Avon Book, 1991. Newmark, Peter A Textbook of Translation. New York : Prentice Hall Inc., 1988a. MUSLIMAH PENERJEMAH AL-QUR‟AN DALAM BAHASA INGGRIS PADA MILENIUM KETIGA 203 Ilzamudin Ma‟mur Newmark, Peter. Approaches to Translation. New York : Prentice Hall Inc., 1988b. Qara‟i, Sayyid „Ali Quli, The Qur‟an with an English Paraphrase. Qum: The Center of Translation of the Holy Qur‟an, 2003. Qattan, Manna Khalil al- Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an. Penerj. Mudzakir AS. Bogor: Litera Antar Nusa, 2001. Raof, Hussein Abdul-, Qur‟an Translation: Discourse, Texture, and Exegesis. Richmond: Curzon, 2001. Saeed, Abdullah. The Qur‟an: An Introduction, London: Routledge, 2008. Saffarzadeh, Tahereh. The Holy Qur‟an: Translation with Commentary. Tehran: Alhoda, 2007. Sakha, Muhammad Ahsin, at al. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid 2. Jakarta: Departemen Agama RI, 2004 Sayyid Abul A‟la Maududi, Towards Understanding the Qur‟an: Abriged Version of Tafhim al-Qur‟an. Terj. Zafar Ishaq Ansari . New Delhi: Markazi Maktaba Islami Publishers, 2011. Shiddieqy, T.M. Hasbi Adh. Tafsir al-Bayaan. Bandung: AlMaarif, tt. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mislbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an. Vol.2. Jakarta: Lentera Hati, cet ke 5, 2011. Surty, Muhammad Ibrahim H.I. The Qur‟an and al-Shirk, London: Ta Ha Publishers, 1990/ Tahereh Saffarzadeh, “The Book of Wisdom,” dalam The Holy Qur‟an: Translation with Commentary. Tehran: Alhoda, 2007. Tibawi, A.L. “Is the Qur‟an Translatable?: Early Muslim Respons” dalam Muslim World, Vol. LII, No.52 (1962), p.10. Zammit, Martin R. A Comparative Lexical Study of Qur'anic Arabic. Leiden: Koninklyke Brill, 2002. Tela’ah 204 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) MELACAK ”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN; DESKRIPSI PENGARUH CINA PADA MASJID KUNO DI BANTEN LAMA Siti Fauziyah Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Likfauzziyyah @yahoo.co.id Abstrak Tidak seperti pengaruh Hindu, pengaruh Cina terhadap peradaban di Jawa kurang diketahui. Demikian juga dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, peran orang Cina dalam penyebaran Islam kurang diperhitungkan. Selama ini islamisasi di Indonesia selalu dikaitkan dengan Arab dan India. Padahal orang Cina telah mengambil bagian penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Hasil dari intensnya hubungan antara Cina dan Jawa adalah munculnya Sino-Javanese Muslim Culture yang membentang dari Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara, Lasem, sampai Gresik dan Surabaya. Meskipun eksistensi Muslim Cina di Banten saat ini kurang menonjol, namun bukan berarti di masa lampau mereka tidak mempunyai peran sama sekali. Salah satu bukti bahwasannya orang Cina punya andil dalam penyebaran Islam di Banten adalalah kuatnya pengaruh unsur-unsur Cina pada arsitektur masjid kuno di Banten, yaitu Masjid Kasunyatan dan Masjid Agung Banten sebagai masjid utama dan terpenting di Banten. Adanya pengaruh budaya Cina pada masjid sebagai pusat kebudayaan Islam menunjukkan adanya peran orang Cina dalam pengembangan budaya Islam pada masa kesultanan Banten. Adanya pengaruh Cina pada masjid sebagai pusat ibadah umat Islam menunjukkan adanya peran Cina Muslim dalam islamisasi di Banten di masa lampau. Kata Kunci : masjid kuno Banten, Sino Javanese Muslim MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 205 Siti Fauziyah A. Pendahuluan Adanya hubungan yang intens antara orang Cina dengan orang Jawa dalam berbagai aspek menimbulkan apa yang disebut oleh Sumanto al-Qurtuby sebagai “Sino Javanese Muslim Culture” yang membentang dari Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara, Lasem sampai Gresik. Bentuk SinoJavanese Muslim Culture tidak hanya tampak dalam berbagai bangunan peribadatan Islam (baca : masjid) yang menunjukkan adanya unsur Jawa, Islam, Cina, tetapi juga berbagai seni/sastra, batik, seni ukir dan unsur kebudayaan lainnya. Sayangnya fenomena Sino Javanese Muslim Culture itu tidak terpelihara dengan baik, bahkan oleh masyarakat muslim Tionghoa sendiri. Bahkan banyak diantara mereka yang tidak memahami asal usul/ geneologi mereka. Sampai abad ke-15, seperti disimpulkan oleh Denys Lombard, kebanyakan orang Cina yang menetap di pesisir pulaupulau Nusantara menganut Islam.1 Integrasi orang Cina perantauan mulai terganggu sejak datangnya kolonialisme Belanda yang kemudian menjadikan orang-orang Cina sebagai middlemen atau brokers dalam perdagangan mereka dengan masyarakat pribumi. Kehancuran ekonomi msyarakat Muslim pribumi akibat praktek monopoli Belanda yang dibantu oleh Cina akhirnya menimbulkan sikap antipati dari kalangan pribumi terhadap masyarakat Cina keturunan.2 Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini berupaya untuk mengungkap bagaimana pengaruh Cina pada arsitektur masjid kuno di Banten, mengingat Musilm Cina pun punya peran penting dalam perkembangan kebudayaan Islam Indonesia meskipun eksistensinya di dalam dakwah Islam tidak sejelas etnis Arab. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui peran orang Cina dalam perkembangan Islam di Banten; Mengetahui pengaruh budaya etnik Cina pada masyarakat Banten; Mengetahui pengaruh arsitektur Cina pada masjid kuno di Banten. Penelitian ini penting untuk merekontruksi peran orang Cina dalam perkembangan Islam di Banten yang didukung dengan peninggalan kebudayaan berupa pengaruh Cina pada masjid kuno di Banten. Mengingat selama ini peran orang Tionghoa dalam sejarah Indonesia khususnya di Banten yang ditonjolkan adalah peran mereka dalam bidang ekonomi tidak Tela’ah 206 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) dalam perkembangan Islam. Penelitian ini penting dalam memperkaya khazanah tentang umat Islam sekaligus sebagai upaya mengikis citra negatif yang dilekatkan terhadap etnis Cina sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara sesama warga Indonesia. B. Peran Orang Cina dalam Perkembangan Islam di Banten Mengenai kapan tepatnya pertama kali keberadaan warga etnis Cina di Banten, tidak diketahui secara jelas. Selama ini para ahli menyimpulkan pendapatnya berdasarkan temuan dari bendabenda purbakala seperti pecahan keramik dan mata uang yang memiliki persamaan dengan yang ditemukan di Cina. Di Banten Girang, misalnya yang dianggap sebagai pusat pemerintahan daerah Banten sebelum Islam, dalam sebuah penggalian yang diakukan oleh pusat Penelitian Arkeologi Nasional, bekerjasama dengan Ecole Francais d’Extreme-Orient (1989), ditemukan antara lain pecahan keramik dari masa Dinasti Han(206SM220M) . Di berbagai tempat lain, ditemukan juga keramik Cina dari masa Dinasti Tang (618-907M), Song (960-1279), dan Ming (1368-1644M), yang semuanya dianggap sezaman dengan masa sebelum Islam di Banten. bahkan kemudian ditemukan sejumlah mata uang kepeng Cina di daerah Carita, Pandeglang.3 Banten yang berada di jalur perdagangan internasional diduga sudah memiliki hubungan dengan dunia luar sejak awal abad Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan yang dikunjungi para saudagar dari luar. Cina sudah mengenal daerah Nusantara sudah lama. Orang Cina menyebut Banten dengan “Sin-t’o” ( teks Chau Jukua 1225) , “Wan-tan” (Shunfeng Xiansong ).4 Dalam sumber Cina yang berjudul Shung Peng Hsiang Sung (1430), nama Banten disebut sebagai tempat yang terletak dalam beberapa rute pelayaran: Tanjung Sekong – Gresik Jaratan; Banten – Timor; Banten – Demak; Banten – Banjarmasin; Kreung (Aceh) – Barus – Pariaman – Banten. Rute pelayan ini dibuat oleh Mao’K’uan pada sekitar tahun 1421. Dalam buku Ying-Yai-Sheng-Lan (1433) Banten disebut “Shunt’a” (maksudnya, Sunda).5 Pada akhir abad ke-12 telah terjadi hubungan perdagangan yang penting antara Cina dan Banten. Cina tampil sebagai rekan dagang utama Banten Girang sekaligus sebagai penggerak utama cara hidup setempat. Menurut Chau Jukua lada telah menjadi MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 207 Siti Fauziyah penggerak ekonomi Banten Girang dan Cina sangat memerlukan lada Banten yang bermutu tinggi. Orang Cina merupakan pembeli lada terbesar di Banten sampai awal abad ke-17, yaitu sampai jung-jung Cina dihalangi secara paksa oleh J.P.Coen untuk mendatangi pelabuhan Banten.6 Jika melihat kondisi Banten sebagai pelabuhan penting yang memperdagangkan rempah-rempah dan disinggahi oleh pedagang dari berbagai negeri, mustahil kiranya Banten tidak menjadi pintu gerbang bagi masuknya Islam di Jawa. Kiranya perlu dibedakan antara munculnya Islam sebagai agama yang dianut oleh masyarakat di Banten dengan munculnya Islam sebagai kekuatan politik yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Islam di Banten. Selama ini proses perluasan Islam di Jawa Barat dan Banten lebih banyak dikisahkan melalui gerbang Jawa Barat, yakni Cirebon. Proses ini menjadi mungkin karena kondisi kekuasaan politik yang kuat waktu itu di Jawa adalah di Jawa Tengah. Tetapi proses islamisasi sebenarnya bermula dari pintu barat, mungkin dari Sunda Kelapa ataupun Banten. Hal ini terjadi karena penyebaran Islam di Jawa melalui jalur perniagaan, tidak melalui agresi militer ataupun agama. Dalam penyebaran ini Islam tidak mengenal adanya organisasi missi ataupun semacam zending. J.C. van Leur dalam hal ini menjelaskan bahwa setiap pedagang Islam merangkap sebagai dai.7 Bila Islam masuk ke Indonesia abad ke-7 yang dinyatakan J.C.van Leur berdasarkan berita Cina tentang adanya perkampungan Arab Islam di Sumatra Barat dan pendapat Hamka yang didasarkan pada berita Cina bahwa pada tahun 674 M atau abad ke-7 telah terdapat pedagang Arab Islam, maka mustahil kiranya bila ketiga pelabuhan penting Jawa Barat: Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon belum disinggahi oleh pedagang Arab Islam.8 Kemudian bagaimana peran orang Tionghoa dalam islamisasi di Jawa Barat dan Banten? Berdasarkan naskah Pustaka Rajyajya i bhumi Nusantara susunan Wangsakerta, ada seorang Cina Muslim yang berasal dari Campa, yaitu Syaikh Hasanuddin yang berperan penting dalam islamisasi di Jawa Barat. Syaikh Hasanuddin sampai di Karawang Jawa Barat karena ikut pelayaran Cheng Ho yang beragama Islam. Selain Cheng Ho, juru tulisnya yang bernama Ma Huan juga Cina Muslim. Pelayaran itu membawa perahu sebanyak 63 buah, prajurit 27800 orang, Tela’ah 208 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) sedangkan tujuannya yang utama adalah menjalin persahabatan dengan para raja dan penguasa tetangga Cina di lautan selatan.9 Ketika pelayaran menuju Majapahit, mereka singgah di Pura Karawang. Hasanuddin yang memang ikut berlayar karena bermaksud menyebarkan agama Islam di rantau, mendarat di situ, tidak ikut melanjutkan perjalanan ke Majapahit. Ia mendirikan pesantren pertama di Karawang, Hasanuddin adalah penganut mazhab Hanafi. Anaknya dua orang, laki-laki dan perempuan. Anaknya yang laki-laki bernama Seh Bentong alias Tan Go Wat, yang perempuan bernama Siu Ban Ci, yang kemudian diperistri oleh Prabu Kertabhumi dari Majapahit. Perkawinan mereka melahirkan Raden Praba alias Jin Bun yang lebih dikenal sebagai Raden Patah, raja pertama Demak.10 Pesantren Karawang karena digunakan untuk belajar mengaji Alquran kemudian lebih dikenal sebagai Pondok Quro, sedangkan Syaikh Hasanuddin pun lebih dikenal sebagai Syaikh Quro. Di antara murid Syaikh Quro terdapat seorang perempuan bernama Subanglarang, anak Ki Gedeng Tapa, juru labuhan Muara Jati. Kelak dia kawin dengan salah seorang raja Pajajaran atau Sunda.11 Kisah dalam naskah Wangsakerta ini berbeda dengan kisah yang terdapat dalam Serat Kanda misalnya tentang hubungan antara Seh Bentong atau Kyai Bentong dengan Putri Cina, Siu Ban Ci. Dalam Serat Kanda Putri Cina adalah anak Kyai Bentong, bukan saudara Kyai Bentong.12 Meskipun kedua naskah tersebut belum dikaji kebenarannya, namun yang perlu digarisbawahi adalah adanya keterangan bahwa Syaikh Hasanuddin adalah penganut mazhab Hanafi. Hal ini menunjukkan adanya usaha islamisasi yang dilakukan oleh Muslim Cina di Jawa Barat. Karena mazhab Hanafi merupakan mazhab yang dianut oleh sebagian besar penduduk di daerah Yunan 13 termasuk Cheng Ho dan Ma Huan. Mazhab Hanafi kemudian tersebar ke daerah Jawa oleh orang-orang Tionghoa yang ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo untuk mengadakan hubungan dagang dan politik di Asia Tenggara di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho.14 Eksistensi Cina Islam pada abad pertengahan (terutama abad ke-15 dan ke-16) tidak hanya terdapat di Jawa bagian timur saja sebagaimana disaksikan Ma Huan, melainkan juga hampir merata di sepanjang pesisir Jawa. Pengelana Belanda Wilem MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 209 Siti Fauziyah Lodewycksz yang mengunjungi Banten pada abad ke-16 menyaksikan eksistensi komunitas Cina Islam yang dalam dokumen VOC disebut geschoren Chineezen (orang-orang Cina cukuran).15 Tentang keberadaan orang-orang Islam di Banten, Tome Pires (1512- 1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon banyak dijumpai orang Islam. Ini berarti bahwa pada akhir abad ke-15 M di wilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang beragama Islam. Karena hubungan yang didorong oleh faktor ekonomi, maka mereka tinggal di kota pelabuhan, seperti juga di Kalapa dan Banten. Sewaktu Sunan Ampel Denta pertama datang ke Banten, sudah ia dapati penduduk yang beragama Islam walaupun Bupatinya masih beragama Hindu. Bahkan di Banten sudah berdiri satu masjid di Pecinan, yang kemudian diperbaiki oleh Syarif Hidayatullah.16 Dalam naskah Pustaka Pararatwan i 17 Bhumijawadwipa Parwa dijelaskan tentang peran Sunan Ampel dalam islamisasi di Banten yang cukup signifikan. Disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Sang Surasowan di Banten Pasisir, Islam sudah mulai bersemi. Ketika Ali Rakhmatullah pindah ke Pulau Jawa, ia singgah sebentar di Negeri Banten. Di sana Ali Rakhmatullah mengajarkan agama Rasul (Islam) kepada penduduk. Tidak berapa lama dia berangkat menuju ke Jawa Timur untuk menemui saudaranya di Kraton Majapahit. Sebagaimana buyut dan ayahnya (Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dan Sri Baduga Maharaja), Sang Surasowan bertindak adil dan bijaksana terhadap pemeluk agama Islam. Atas seijin Sang Surasowan, dalam waktu yang relatif singkat, Islam yang diajarkan Ali Rakhmatullah, banyak mendapat simpati dari penduduk. Masyarakat Banten Pasisir banyak yang menjadi murid Ali Rakhmatullah. Kelak, di kemudian hari, masyarakat Banten Pasisir masih tetap mengenang dan menghormati jasa Ali Rakhmatullah, dengan memberi gelar Tubagus Rakhmat. Sepeninggal Ali Rakhmatullah, kerinduan masyarakat Banten Pesisir terhadap ajaran Islam, terobati dengan kehadiran Syarif Hidayat, yang singgah di Negeri Banten sesudah singgah di Pasai (Sumatera). Di sana Syarif Hidayat melihat banyak penduduk yang sudah memeluk agama Islam. Karena berkat Tela’ah 210 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) binaan Sayid Rakhmat (Ali Rakhmatullah) dari Ampel Gading yang bergelar Susuhunan Ampel, yang terhitung masih saudaranya juga Sang Surasowan menyambut baik kehadiran Syarif Hidayat di negerinya. Apalagi setelah diketahui, bahwa Syarif Hidayat itu putera Larasantang, cucu Sri Baduga Maharaja, masih saudaranya juga. Dalam waktu yang relatif singkat, Syarif Hidayat mendapat simpati dan dihormati oleh masyarakat Banten Pesisir. Untuk mempererat kekerabatan, Syarif Hidayat berjodoh dengan Nyai Kawunganten, puteri Sang Surasowan. Dari pernikahan Nyai Kawunganten dengan Syarif Hidayat, pada tahun 1478 Masehi, Sang Surasowan mempunyai cucu laki-laki. Oleh Sang Surasowan, bayi laki-laki itu diberi nama Sabakingkin. Oleh Syarif Hidayat, diberi nama Hasanuddin. Selain Sunan Ampel, terdapat juga Syaikh Muhammad Soleh yang dalam tradisi dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di Banten. Syaikh Muhammad Soleh diceritakan sebagai murid Sunan Ampel yang telah membantu Maulana Hasanuddin dalam mengalahkan Prabu Pucuk Umun. Setelah selesai membantu Maulana Hasanuddin mengalahkan Prabu Pucuk Umun, Syaikh Muhammad Soleh menetap di Gunung Santri untuk menyebarkan agama Islam. Selain berdakwah Syaikh Muhammad Soleh juga mengajarkan masyarakat sekitarnya bercocok tanam sehingga dia dikenal sebagai Cili Kored. Di puncak dan kampung Gunung Santri kecamatan Bojonegara kabupaten Serang inilah Syaikh Muhammad Soleh dimakamkan.18 Maka jika dikaitkan dengan teori Slamet Muljana bahwa Raden Rahmat atau Sunan Ampel adalah seorang pendatang dari Yunan yang bernama asli Bong Swi Hoo, cucu penguasa tertinggi di Campa, Bong Tak Keng yang ditugaskan oleh Laksamana Sam Po Bo untuk mengepalai masyarakat Tionghoa Islam di Campa pada tahun 1419.19 Maka orang Cina memiliki peran dalam islamisasi di Banten. Bahkan jauh sebelum Sunan Ampel datang di Banten sudah berdiri sebuah masjid di kawasaan Pecinan. Artinya komunitas muslim Pecinan sudah ada pada saat itu dan proses islamisasi terus berlangsung sampai masa kesultanan Banten. Selain itu terdapat juga tokoh penyebar Islam di Banten yang dalam tradisi disebutkan berdarah Cina, yaitu Ki Jong dan Agus Jo yang menjadi pembantu setia Maulana Hasanuddin dalam membangun kesultanan Banten .20 MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 211 Siti Fauziyah C. Warisan Cina Pada Budaya Banten Pada awalnya kebudayaan Cina terbentuk di daerah-daerah di sepanjang Huang Ho (sungai Kuning), melalui suatu osomosis yang sedikit demi sedikit meresap di daerah selatan Cina sampai akhirnya mencapai pantai yang kita saksikan selama sepuluh abad Masehi yang pertama adalah kelanjutan dari gejala itu ke arah Laut Cina Selatan. Di Jawa, seperti juga di tempat-tempat lain, dapat dikatakan bahwa osmosis berlangsung sangat lama dan sebagian besar unsur Cina lambat laut melebur dengan unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu sulit menelusuri sejarah kelompok-kelompok Cina yang pertama. Kaum pendatang mengawini perempuan pribumi, dan untuk sebagian mengadopsi adat istiadat negeri setempat. Pada abad ke-15 kebanyakan orang Cina yang menetap di pesisir pantai utara menganut Islam 21 Oleh karena itu unsur-unsur budaya Cina telah mempengaruhi budaya Islam masyarakat di pesisir pantai utara terutama Banten. Beberapa unsur-unsur Cina telah membaur dalam budaya masyarakat muslim pesisir antara lain adalah upacara kematian, teknologi maritim, bangunan dan ragam hias, batik, petasan, makanan, mata uang, arisan, sistem RT dan RW, bahasa, pertanian, wayang, seni sastra, busana, setrika, bakiak,dacing dan sipoa D. Arsitektur Masjid Kuno di Indonesia Dalam peristilahan arkeologi, masjid termasuk living monumen, yaitu bangunan yang tetap digunakan sesuai fungsi semula ketika bangunan itu dibuat.22 Arsitektur masjid-masjid kuno di Indonesia bila dibandingkan dengan arsitektur masjidmasjid kuno di dunia Islam lainnya sangatlah sederhana, sehingga keberadaannya kurang mendapat perhatian dalam literaturliteratur umumnya yang memaparkan arsitektural Islam di seluruh dunia. Padahal kemegahan arsitektural masa sebelumnya (sebelum Islam masuk ke Indonesia) sangatlah menonjol. Hal ini dapat kita saksikan pada karya-karya bangunan suci seperti candi Borobudur atau candi Prambanan. Menurut Wiyoso Yudoseputro, hal tersebut dikarenakan gairah mencipta karya seni tidak begitu saja muncul, artinya perlu ada rangsangan. Rupa-rupanya kondisi kebudayaan kurang menguntungkan pada waktu itu untuk mendirikan bangunanbangunan yang serba megah dan serba besar dengan nilai-nilai Tela’ah 212 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) monumental. Konsolidasi kekuasaan dan peperangan yang terus menerus antar kekuasaan dan melawan kekuasaan asing dapat mengurangi gairah mencipta. Keadaan tersebut menjadikan arsitektur kuno Islam di Indonesia seakan-akan kembali kepda tradisi bangunan kayu. Hal senada diungkapkan oleh Sutjipto Wirjosuparto, bahwasannya tradisi bangunan kayu merupakan tradisi yang berasal dari masa pra-sejarah, masa sebelum masyarakat Indonesia menerima pengaruh Hindu-Budha yang kemudian mengenalkan konstruksi batu dalam bidang seni bangunan.23 Menurut G.F.Pijper Indonesia memiliki arsitektur masjid kuno yang khas yang membedaknnya dengan bentuk masjidmasjid di negara lain. Tipe masjid Indonesia berasal dari Pulau Jawa, sehingga orang dapat menyebut masjid tipe Jawa. Ciri khas masjid tipe Jawa ialah :24 a. Fondasi bangunan yang berbentuk persegi dan pejal (massive) yang agak tinggi. b. Masjid tidak berdiri di atas tiang seperti rumah di Indonesia model kuno dan langgar, tetapi di atas dasar yang padat. c. Masjid itu mempunyai atap yang meruncing ke atas, terdiri dari dua sampai lima tingkat, ke atas makin kecil. d. Masjid mempunyai tambahan ruangan di sebelah barat atau barat laut, yang dipakai untuk mihrab. e. Masjid mempunyai serambi di depan maupun di kedua sisinya. f. Halaman di sekeliling masjid dibatasi oleh tembok dengan satu pintu masuk di depan, disebut gapura. g. Denahnya berbentuk segi empat. h. Dibangun di sebelah barat alun-alun. i. Arah mihrab tidak tepat ke kiblat. j. Dibangun dari bahan yang mudah rusak. k. Terdapat parit, di sekelilingnya atau di depan masjid. l. Dahulu dibangun tanpa serambi (intinya saja). E. Arsitektur Cina Arsitektur tradisional Cina hampir pasti dapat ditemukan di seluruh kawasan dunia. Hal ini tidaklah mengherankan, karena dalam setiap ekspedisi yang sering dilakukan oleh bangsa yang dikenal tangguh ini, mereka senantiasa membawa serta budayanya MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 213 Siti Fauziyah dan memberikan pengaruh di tiap tempat yang mereka singgahi. Arsitektur Cina terbentuk atas gabungan dari dasar kebudayaan masyarakatnya yang unik dan kondisi geografis daerahnya. Keseimbangan antara lima elemen di alam (api-air-tanah-logamkayu) menjadi perhatian paling utama. Arsitektur Cina lebih mengutamakan penggunaan struktur kayu, mengingat struktur ini lebih tahan terhadap gempa. Juga terkait dengan perwujudan yang mendalam tentang orang Cina menyangkut etika, estetika, tata nilai, dan lingkungan alam. Lebih penting lagi arsitektur Cina mendasarkan penampilan bangunannya pada tradisi budaya yang kental dan mendalam, serta sangat mengutamakan hierarki dan kekuasaan, menghormati alam, dan memperhatikan keserasian dengan alam. Pada umumnya bangunan tardisional Cina memiliki beberapa alemen antara lain :25 1. Atap Atap bangunan tradisional Cina, umumnya ditemukan bentuk atap yang berbentuk tumpang (susun) yang semakin ke atas akan semakin kecil. Bentuk atap yang demikian merupakan simbol adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, atap bentuk ini juga melambangkan tingkatan derajat yang tinggi dari bangunan tersebut. Terdapat juga bentukan yang melengkung ke atap yang menggambarkan pucuk daun cemara. Dalam kebudayan Cina hal ini melambangkan ketenangan, sehingga diharapkan agar setiap bangunan tradisional Cina, khususnya tempat peribadatan, memiliki ketenangan di dalamnya. 2. Badan bangunan Badan bangunan pada karya arsitektur tradisional Cina umumnya menggunakan pola serta bentuk ruang yang simetris, sehingga kemudian dihasilkan bentuk bangunan yang simetris pula. Bentuk yang dipakai mayoritas adalah bentukbentuk geometri dasar. 3. Ragam sekat Bangunan tradisional Cina umumnya menggunakan sekat sebagai pemisah antar ruangnya. Biasanya, sekat ini terbuat dari kayu dan berhiaskan motif ukiran serta corak yang unik. 4. Ragam Hias Cina Arsitektur Cina banyak menampilkan bangunan-bangunan berupa bangunan peribadatan (kelenteng), bangunan-bangunan Tela’ah 214 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) rumah tinggal dan lain-lain yang dalam konsep dasar arsitekturalnya tetap menggunakan fengsui. Prinsip ini sudah banyak dan sudah lama diterapkan pada semua bangunan Cina, karena konsep fengshui mempercayai bahwa setiap manusia selalu harus selaras dengan alam, sehingga bangunan apapun yang didirikan haruslah juga selaras dengan alam. Arsitektur Cina banyak menekankan pada aspek ruang, konstruksi, detail, serta simbolisasi, yang menjadikan arsitektur Cina terlihat keunikannya. Sesuai dengan falsafah dasar fengshui tadi, maka keselarasan bangunan Cina selalu berorientasi pada kehidupan dan alam yang perwujudannya akan selalu mendasarkan pada azas Yin dan Yang, yaitu azas kehidupan yang positif dan negatif. Azas Yin dan Yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia dan alam semesta ini terdiri dari dua unsur yang saling bertentangan tetapi selalu hidup berdampingan secara abadi.26 F. Unsur Cina Pada Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama kerajaan Islam Banten yang memerintah tahun 1552 – 1570. Masjid Agung Banten terletak di wilayah Desa kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Masjid Agung Banten merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan barat masingmasing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. 1. Menara masjid Agung Banten mirip dengan dagoba. sedangkan bentuk menara yang berdenah segi delapan mirip dengan pagoda di Cina yang berdenah segi delapan. 2. Di antara badan dan kepala menara atau disebut leher menara terdapat susunan pelipit yang berperan sebagai pelipit penyangga. Jika ditelaah lebih jauh lagi, pelipitpelipit tersebut merupakan corbelled brick yang disusun untuk menyangga kepala menara, seperti yang terdapat pada pagoda. 3. Ragam hias yang terdapat pada menara masjid Agung Banten yang terpengaruh oleh unsur Cina adalah hiasanhiasan bermotif bingkai cermin sederhana dan bervariasi di bagian atas menara dekat leher menara. Hiasan ini banyak MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 215 Siti Fauziyah 4. 5. 6. 7. Tela’ah ditemui di balok-balok kayu yang didekorasi pada kuilkuil ataupun kediaman-kediaman di Cina. Beberapa bentuk hiasan cermin tersebut merupakan decorative painting yang diselingi dengan motif suluran tumbuhan dan hewan seperti naga dan burung phoenix. Bentuk hiasan bingkai cermin pada menara Masjid Agung Banten memiliki dua tipe, yang pertama berbentuk persegi panjang dengan ujung yang agak meruncing, dan yang kedua berbentuk persegi panjang dengan ujung yang terdiri dari dua lingkaran yang bersusun secara horizontal Ragam hias tradisional Cina terdapat juga pada pondasi tembok serambi berupa lubang-lubang yang bercorak geometris. Pada anak tangga untuk mencapai serambi terdapat pegangan pendek dengan motif yang juga geometrikal sesuai dengan ragam hias tradisional Cina. Pagar di sekeliling serambi yang berdiri di atas pondasi tersendiri memiliki ragam hias berupa sulur tanaman dan bunga, ditemukan pula pola bentukan balustrade yang serupa dengan ragam hias pada arsitektur tradisional Cina. Kepala mimbar memiliki bentukan yang sama dengan atap bangunan tradisional Cina, pyramidal roof yang bersusun dua. Ujung atap dihiasi dengan memolo berwujud kuncup bunga. Di pinggiran jurai atapnya terdapat bentukan melengkung ke atas yang menggambarkan pohon cemara dengan makna ketenangan. Terdapat beragam hiasan indah pada bagian mimbar. Dinding bawahnya berisi teratai mekar, tengahnya bermotif bingkai cermin dan bagian atasnya berisi motif oval dengan lubang berbentuk daun semanggi. Di tiap sudut panil terdapat hiasan daun yang diapit oleh semacam lukisan binatang. Warna hiasan didominasi oleh merah dan kuning. Keseluruhan hal ini menunjukkan pengaruh gaya tradisional Cina yang kental pada badan mimbar. Wujud bagian kaki mimbar adalah pondasi dengan ketinggian 90 cm yang dihiasi dengan dua buah lubang. Pada bagian depan terdapat tangga yang terdiri atas 5 anak tangga. Pada bagian ujung bawah tangga terdapat batu hitam dengan bentukan yang mirip dengan bentukan balustrade yang biasanya ada dalam arsitektur Cina. 216 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 8. Pondasi serambi dihiasi dengan lubang-lubang yang bercorak geometris sesuai ciri ragam hias tradisional Cina. Terdapat tangga pada sisi timur, utara, dan selatan untuk mencapai bagian serambi. Tangga timur menghubungkan serambi dengan bagian kolam dengan 5 buah anak tangga. Di tangga ini terdapat pegangan pendek dengan motif yng juga geometrikal sesuai dengan ragam hias tradisional Cina. Terdapat pagar di sekeliling serambi yang berdiri di atas pondasi tersendiri. Pagar memiliki ragam hias berupa sulur tanaman dan bunga. Dapat ditemukan juga pola bentukan balustrade yang serupa dengan ragam hias pada arsitektur tradisional Cina. 9. Masjid Agung Banten memiliki atap lima tingkat yang main ke atas makin mengecil. Atap masjid itu memperlihatkan idiom kuil Cina, baik dari bentuk ekspresi, hingga ukurannya. 10. Memolo pada bangunan utama Masjid Agung Banten memiliki bentukan prisma segitiga bertumpuk dua. Tingginya adalah 1,2 meter dan terbuat dari bahan tanah liat. Selain penambah estetika, fungsi memolo adalah sebagai penutup celah yang ada pada ujung atap agar air hujan tidak masuk ke dalam masjid, sekaligus juga sebagai perkuatan atap. Penggunaan memolo pada puncak atap merupakan pengaruh yang berasal dari Cina. 11. Di sisi belakang ruang pawestren terdapat sebuah area makam tertutup. Di bagian dindingnya terdapat dua buah lubang angin yang mengapit dengan bentuk persegi panjang . Lubang angin ini memilki unsur Cina berupa motif yang memiliki bentuk dasar segitiga. Lubang angin yang berbentuk tumpal bertumpuk mirip dengan bentuk jendela yang terdapat pada miniatur rumah yang ditemukan dari situs pekuburan Han dekat Guangzhou. Jendela ini biasanya terletak dekat pintu atau berada di sekeliling rumah dan banyak digunakan pada masa dinasti Han sampai dinasti Tang. 12. Di dalam ruang masjid terdapat tiang-tiang yang berfungsi sebagai penyangga atap susun yang menutupi ruang tersebut, jumlahnya 24 buah. Tiang paling tinggi adalah tiang sokoguru berjumlah 4 buah. Seluruh tiang disangga oleh umpak (dalam ilmu konstruksi perletakan seperti itu MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 217 Siti Fauziyah disebut sebagai perletakan sendi) dari batu andesit yang ditatah membentuk motif buah labu dengan beberapa variasi bentuk. Penyelesaian seperti itu menurut Stutterheim, mengingatkan kita tentang batu umpak yang ada di kelenteng-kelenteng sepanjang pantai Utara Jawa, serta masjid-masjid Cina di Kanton tempat asal sebagian orang Cina yang menetap di Jawa. 13. Bedug sebagai alat untuk memanggil jamaah menunaikan salat yang terdapat di serambi masjid. Bedug sebenarnya telah dikenal sejak masa pra Islam dan pada mulanya tidak ada hubungannya dengan agama Islam. Bedug ini dapat dihubungkan dengan nekara, yaitu benda perunggu yang mirip dengan genderang. Di kuil-kuil Cina dan Jepang sampai sekarang masih didapatkan genderang logam seperti nekara yang berukuran besar dan dipukul dengan sebuah balok kayu yang digantungkan merebah di hadapannya, sebagai tanda akan dimulainya suatu upacara agama. 14. Kentongan yang berbentuk ikan Ikan merupakan motif populer bagi orang Tionghoa. Relief ikan menjadi simbol yang bermaknsa baik dan mengandung arti “selalu kelebihan/kelimpahan”. 15. Tiamah sebagai bangunan di kompleks masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji, dulunya berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi masalah agama. Para ahli sepakat bahwa bangunan tiamah adalah bangunan bergaya kolonial yang dikenal dengan gaya landhuis yang berkembang di Indonesia pada pertengahan abad ke-18. Menurut Lombard gaya landhuis sebenarnya diperkenalkan oleh orang Cina di berbagai kota pesisir. Orang-orang Belanda yang pertama kali mendarat di Banten pada akhir abad ke-16 memperhatikan bahwa satusatunya rumah yang terbuat dari batu terdapat di Pecinan. Pada abad ke-18, ketika Valentjn berada di Banten, masih banyak tukang kayu dan tukang batu Cina, dan dapat diperkirakan bahwa landhuis merupakan turunan dari rumah Cina dan rumah Belanda sekaligus. Tela’ah 218 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) G. Unsur Cina Pada Masjid Kasunyatan Masjid Kasunyatan terletak di Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang. Masjid Kasunyatan diperkirakan berdiri antara tahun 1552 sampai 1570, yakni masa pemerintahan Maulana Yusuf beserta tokoh masyarakat (ulama) yang sangat berperan pada masa itu, yaitu Syaikh Abdul Syukur. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya makam beliau di dalam cungkup masjid di kompleks masjid, yang oleh masyarakat setempat sangat dihormati dan dikeramatkan. Masjid Kasunyatan ini pernah dipugar pada tahun 1932 oleh Bupati Serang pada masa pemerintahan Belanda yang bernama R.T.A Soeria Nata Atmaja. 1. Kaki menara yang bentuk fondasinya persegi mengarah pada bentuk pagoda yang berfondasi persegi. Pagoda berfondasi persegi banyak dibangun pada masa Dinasti Tang di Cina (618-906 M), ciri-ciri dari pagoda Tang antara lain kebanyakan berbentuk persegi. Atap menara masjid Kasunyatan terbuat dari konstruksi kayu yang dibentuk seperti payung terbuka, dan di atasnya dipasang genteng. Bentuk atap seperti ini mengingatkan pada bentuk atap bangunan tradisional Cina yang disebut tsuan tsien. Pada bagian paling atas terdapat memolo (mustaka) yang terbuat dari bahan terakota berbentuk bola dunia yang dikelilingi oleh empat ekor ular yang terinspirasi dari tradisi Cina. Badan menara masjid Kasunyatan memiliki kemiripan dengan pagoda pada masa Dinasti Tang, yaitu tingkat pertama lebih tinggi daripada tingkat-tingkat selanjutnya. Tingkat pertama memiliki 2,90 meter, tingkat kedua tinggi 2,80 meter, tingkat ketiga tinggi 2,75 meter. Antara tingkat kedua dengan tingkat ketiga terdapat pelipit yang mengelilingi badan menara yang terlihat seperti corbelled brick yang terdapat pada pagoda. Pada lantai kedua terdapat tiga buah lubang yang menyerupai jendela, tetapi tidak berdaun jendela, pada sisi selatan, barat, dan utara. Lubang jendela seperti ini mirip dengan jendelajendela yang terdapat pada pagoda di Cina. Di kanan dan kirinya lubang tersebut terdapat dua lubang semu (ceruk). Lubang hiasan geometri yang merupakan pengaruh Cina tampak pada lantai kedua dan lantai ketiga. 2. Di antara ketiga gapura yang terdapat dalam kompleks masjid Kasunyatan, yang paling menarik adalah gapura MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 219 Siti Fauziyah barat . Disamping bentuknya, juga lebih banyak ragam hiasnya. Berbeda dengan gapura selatan yang pada tangga ke arah dalam merupakan tangga naik, sedangkan pada gapura barat merupakan tangga turun. Pintu masuk gapura berbentuk lengkung. Bagian badan gapura diberi hiasan pelipit, tiga pelipit rata dan lengkung/setengah lingkaran pada masing-masing tiang semu, dan dua pelipit yang sama pada kiri dan kanan pintu masuk. Di antara tiang semu dan pintu masuk terdapat masing-masing ragam hias geometris. Pada bagian samping tangga atau pipi tangganya terbentuk hiasan sulur gelung. Pada bagian atas gapura terdapat ragam hias meander atau pinggir awan dan di tengahnya diberi lubang tembus berbentuk bundar yang berdiameter 52 cm. Tampak luar atau sisi timur gapura bagian atas polos, sedangkan bagian dalam diberi bingkai segitiga, yang pada bagian tengahnya diberi lubang tembus berbentuk bundar tadi. Di bawah bingkai segitiga itu atau di atas pintu masuknya diberi tambahan dari genteng, seperti pada gapura selatan. Keseluruhan ragam hias pada gapura ini menunjukkan adanya pengaruh Cina. 3. Mimbar Masjid Kasunyatan sebagian tiangnya diukir dengan bentuk ukiran menyerupai hiasan sulur-suluran, dan tepian atap mimbarnya dihias dengan bentuk yang menyerupai ragam hias meander atau pinggir awan dengan warna kuning keemasan. Dapat ditemukan juga pola bentukan balustrade yang serupa dengan ragam hias pada arsitektur tradisional Cina. Keseluruhan ornamen pada mimbar menunjukkan adanya pengaruh Cina. 4. Pada mihrab Masjid Kasunyatan adanya pengaruh Cina terdapat pada bagian atas mihrab berupa hiasan tepat di atas lengkung yang berbentuk ragam hias sulur-suluran . 5. Di antara tiang balok penyangga pada dinding utara dan selatan terdapat hiasan trawangan atau dinding yang diberi lubang angin dengan motif geometris. Lubang angin dengan hiasan geometris ini terdapat pada dinding sepanjang 360 cm, tingginya 90 meter. Dikelilingi oleh beberapa pelipit dalam satu perbingkaian. Dalam bingkai tersebut terdapat pelipit rata, pelipit lengkung dan pelipit sisi genta (padma). Motif geometris semacam ini juga Tela’ah 220 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) ditemukan pada dinding menara yang merupakan pengaruh Cina. 6. Bedug sebagai alat untuk menandakan waktu salat merupakan pengaruh Cina yang juga terdapat di kelenteng-kelenteng di Indonesia. Bedug menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. 7. Atap tumpang bersusun tiga pada masjid Kasunyatan menunjukkan adanya pengaruh atap pagoda di Cina . 8. Di tengah ruang utama terdapat empat buah (batang) tiang atau soko guru disangga oleh umpak (dalam ilmu konstruksi perletakan seperti itu disebut sebagai perletakan sendi) yang berbentuk tempayan dengan warna kuning keemasan Penyelesaian seperti itu menurut Stutterheim, mengingatkan kita tentang batu umpak yang ada di kelenteng-kelenteng sepanjang pantai Utara Jawa, serta masjid-masjid Cina di Kanton tempat asal sebagian orang Cina yang menetap di Jawa. H. Penutup Dari hasl penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Cina ditemukan pada bangunan Masjid Kasunyatan dan Masjid Agung Banten baik yang berupa bentuk bangunan maupun ragam hias yang terdapat dalam komplek bangunan tersebut. Selain itu ditemukan pula pengaruh etnik Cina yang menyebar dalam unsur-unsur budaya masyarakat Banten. Adanya akulturasi antara budaya Cina dan Banten menunjukkan adanya peran orang Cina dalam memperkaya khazanah kebudayaan sehingga pencitraan negatif terhadap orang Cina seharusnya tidak terus terjadi, mengingat hubungan yang sangat erat antara Cina dan masyarakat Banten, Catatan akhir: 1 Azyumardi Azra,” Perspektif Sejarah Muslim Keturunan Cina” dalam Nusron Wahid (ed.) Telapak Sejarah Sam Po Kong Menelusuri Peran Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Indonesia ( Jakarta : DPP Golkar dan Suara Karya, 2005), hlm.87. 2 Ibid., MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 221 Siti Fauziyah 3 Ibid. Claude Guillot dkk, Banten Sebelum Zaman Islam Kajian Arkeologi di Banten Girang 932-1526 (Proyek Penelitian Arkeologi Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996/1997), hlm.118-119. 5 Nina H.Lubis, Banten dalam Pergumulan Sejarah Sultan Ulama Jawara (Jakarta : LP3ES, 2004) hlm.25. 6 Gulillot, Banten Sebelum Zaman Islam, hlm.121 7 Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung : Mizan,1996), hlm.97. 8 Ibid., hlm.97. 9 Ayatrohaedi, Sundakala Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta Cirebon (Jakarta : Pustaka Jaya, 2005), hlm.133. 10 Ibid., 11 Ibid 12 Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (Yogyakarta : LKiS, 2009), hlm.48. 13 Agama Islam bangsa Tionghoa ( yaitu yang berbahasa Tionghoa, berkebudayan Tionghoa, dan berketurunan Tionghoa selama lima ratus tahun lebih) dapat digambarkan menurut beberapa sifat dasar. Pertama, sebuah tradisi bercorak Islam Sunni Mazhab Hanafi yang sumbernya berasal dari pusat-pusat spiritual besar di kawasan Asia Tengah, terutama Bukhara, sehingga bahasa yang mula-mula digunakan adalah bahasa Persia. Kedua, literatur Islam asli di Tiongkok terungkap seluruhnya dalam bahasa Tionghoa. Ketiga, tidak ada pemisahan tegas antara dunia para imam masjid (dulu umumnya disebut ahong) dengan dunia para alim-ulama, para syaikh sufi, bahkan para cendekiawan beraliran Neo-Konfusianis (yakni para pembela filsafat etiko-politik resmi pada abad ke-16 sampai abad ke-19, saat agama Islam mulai tampil sebagai tradisi khas Tionghoa). Lihat Francoise Aubin, “Tiongkok” dalam Henri Chambert Loir dan Claude Guillot , Ziarah dan Wali di Dunia Islam (Depok : Komunitas Bambu , 2010), hlm.345. 14 Ibid., hlm.173. 15 Sumanto Al Qurtuby, “Sino-Javanese Muslim Cuktures Menelusuri Jejak Cheng Ho di Indonesia “dalam Leo Suryadinata (ed) Laksamana Cheng Ho dan Asia Tenggara (Jakarta : LP3ES.2007), hlm.117. 16 Halwani Michrob dan Mudjahid Chudari, Proses Islamisasi di Banten Cuplikan Buku Masa Lalu Banten (Serang : Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003), hlm.5. 17 Sejarah Kerajaan-kerajaan di Tatar Sunda Kumpulan Tulisan Pengeran Wangsakerta , hlm.109-111. http://serbasejarah.files.wordpress.com/ diunduh 27 Oktober 2011 pukul 8:55. 4 18 Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten ( Serang :Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten , 2011), hlm.104. 19 Muljana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa, hlm.96. Tela’ah 222 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 20 Guillot, Banten Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII,(Jakarta : Kepustakaan Populer Granedia,2008), hlm.104. 21 Denys Lombard, Nusa Jawa Silang Budaya Jaringan Asia Tenggara , Jilid 2 (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama., 2008), hlm.244. 22 Masjid Kuno Indonesia, ( Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm.1. 23 Ibid., hlm.17 24 Ibid., 25 Nandini Paramita. “Keragaman Elemen Arsitektural pada Masjid Agung Banten”, Skripsi Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Bandung, 2009, hlm.34-37. 26 Moedjiono, “Ragam Hias dan Warna sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina” dalam Modul Vol.11 No.1 Januari 2011, hlm.18. dalam http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/1449/1216 diunduh 30 September 2012 10.56 WIB. DAFTAR PUSTAKA Ayatrohaedi, Sundakala Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta Cirebon (Jakarta : Pustaka Jaya, 2005) Aubin, Francoise, “Tiongkok” dalam Henri Chambert Loir dan Claude Guillot , Ziarah dan Wali di Dunia Islam (Depok : Komunitas Bambu , 2010) Azra, Azyumardi,” Perspektif Sejarah Muslim Keturunan Cina” dalam Nusron Wahid (ed.) Telapak Sejarah Sam Po Kong Menelusuri Peran Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Indonesia ( Jakarta : DPP Golkar dan Suara Karya, 2005). Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten ( Serang :Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten , 2011), hlm.104. Guillot, Claude Banten Sejarah dan Peradaban Abad XXVII,(Jakarta : Kepustakaan Populer Granedia,2008) -------------, Claude dkk, Banten Sebelum Zaman Islam Kajian Arkeologi di Banten Girang 932-1526 (Proyek Penelitian Arkeologi Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996/1997). MELACAK”SINO JAVANESE MUSLIM CULTURE” DI BANTEN 223 Siti Fauziyah http://serbasejarah.files.wordpress.com/ diunduh 27 Oktober 2011 pukul 8:55. Sejarah Kerajaan-kerajaan di Tatar Sunda Kumpulan Tulisan Pengeran Wangsakerta. Lombard, Denys, Nusa Jawa Silang Budaya Jaringan Asia Tenggara , Jilid 2 (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama., 2008), Lubis, Nina H., Banten dalam Pergumulan Sejarah Sultan Ulama Jawara (Jakarta : LP3ES, 2004) Masjid Kuno Indonesia, ( Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999 Michrob, Halwani dan Mudjahid Chudari, Proses Islamisasi di Banten Cuplikan Buku Masa Lalu Banten (Serang : Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2003). Moedjiono, “Ragam Hias dan Warna sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina” dalam Modul Vol.11 No.1 Januari 2011, hlm.18. dalam http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view /1449/1216 diunduh 30 September 2012 10.56 WIB Muljana, Slamet, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (Yogyakarta : LKiS, 2009). Nandini Paramita. “Keragaman Elemen Arsitektural pada Masjid Agung Banten”, Skripsi Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Bandung, 2009, Qurtuby, Sumanto Al, “Sino-Javanese Muslim Cuktures Menelusuri Jejak Cheng Ho di Indonesia “dalam Leo Suryadinata (ed) Laksamana Cheng Ho dan Asia Tenggara (Jakarta : LP3ES.2007) Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung : Mizan,1996) Tela’ah 224 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN (Tela‘ah atas Hadis-hadis dalam Sunan al-Tirmidzi) Masrukhin Muhsin Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten masrukhinmuhsin@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini ingin membuktikan bahwa ‘Illat dalam hadis lebih didominasi oleh sanad daripada matan. Bahwa hadis mu‘allal dalam Kitab Sunan al-Tirmidzi bab al-Thaharah, dari 148 hadis yang terdapat di dalamnya, ada 39 hadis yang mu‘allal, terjadi pada sanad, sementara hanya 2 hadis saja yang terjadi pada matan. Term yang digunakan untuk menunjukkan suatu hadis itu mu‘allal di antaranya: term yang jelas (خ٠ )صشdan term yang tidak jelas ( خ٠ش صش١)غ. Sementara latar belakag Imam alTirmidzi menyusun kitabnya dengan diawali hadis-hadis mu’allal dan diakhiri dengan hadis-hadis shahîh adalah adanya keinginan untuk menyusun kitab yang belum pernah dilakukan oleh ulama sebelumnya. Kata Kunci: ‘Ilal, Hadis, al-Tirmidzi A. Latar Belakang Masalah Ilmu ‘Ilal dalam hadis sangat urgen untuk diketahui guna menentukan shahîh tidaknya suatu hadis. Hadis yang secara lahir tampak shahîh, setelah diteliti lebih mendalam ternyata ada cacat di dalamnya. Inilah yang menjadi titik tolak pembahasan ilmu ‘ilal. Selain itu, ada juga ‘ilal yang bersumber dari hadis dla’if. ‘Ilal yang bersumber dari hadis dla’if ini relatif lebih mudah ditentukan kecacatannya dari pada hadis yang bersumber dari hadis yang tampak shahîh secara lahir. Ilmu ‘ilal merupakan inti Ulumul Hadis, luas dan detail bahasannya dibanding yang lain. Seandainya ilmu ini tidak HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 225 Masrukhin Muhsin dikuasai, maka akan bercampur aduk antara yang shahîh dan yang lemah. Pada dasarnya hadis-hadis yang diriwayatkan perawi tsiqat (kuat) bisa dijadikan argumen dan harus diterima kecuali hadis tersebut terdapat 'ilal di dalamnya. Al-Hakim Abu Abdillah berpendapat “Hadis yang diriwayatkan orang-orang tercela (majrûhîn) adalah gugur (tidak bisa dijadikan argumen-pen), sedang 'ilal al-hadîts banyak terjadi pada hadis-hadis riwayat perawi tsiqat yang tak tampak ‘'ilalnya bagi mereka, sehingga hadisnya menjadi hadis ma’lûl atau mu‘allal.1 Ulama yang mula-mula menekuni ilmu ini adalah Syu‟bah bin al-Hajjâj Abû Busthâm (w.160 H). Dia adalah orang pertama yang berbicara luas tentang al-Jarh wa al-Ta’dîl, ketersambungan dan keterputusan sanad dan berbicara detail tentang ilmu 'ilal. Adapun generasi berikutnya hanya mengikutinya saja.2 Imam Syâfi‟i mengomentarinya dengan ucapan: ش٠ال شؼجخ ِب ػشف اٌذذٌٛ3 (Jika tidak ada Syu‟bah maka tidak akan diketahui suatu hadis). Abû Hâtim al-Râzi berkomentar: ٗٔذذس ػٓ سجً فبػٍُ ثؤ٠ ذ شؼجخ٠إرا سأ صمخ4 (Jika anda melihat Syu‟bah menerima hadis dari seseorang, ketahuilah seorang itu pasti tsiqah). Sedang al-Sam‟âni (penulis kitab al-Ansâb) berkomentar: ٓ١ي ِٓ فزش ثب ٌؼشاق ػٓ أِش اٌّذذصٚ أٛ٘5. (Dia (Syu‟bah-pen) orang pertama yang menguak pribadi muhadditsîn di Irak). Generasi setelah Syu’bah adalah Yahyâ bin Sa’îd alQathân (w.198 H). Dialah orang pertama kali menulis kitab 'ilal. Di antara murid-muridnya adalah Yahyâ bin Ma’în, Ahmad bin Hambal, Ali bin al-Madîni.6 Semasa dengan Yahyâ bin Sa’îd al-Qaththân adalah Abdurrahmân bin Mahdi (w. 198 H). Shâlih bin Ahmad bin Hambal berkata: “Saya bertanya kepada ayahku: ‘Mana yang lebih tsabat/tsiqah menurut Anda, apakah Abdurrahmân bin Mahdi atau Waki’?’ Dia menjawab: “Abdurrahmân lebih jarang salah dari pada Waki’ dalam (hadis yang diriwayatkan dari –pen) Sufyân.7 Masa berikutnya adalah Yahyâ bin Ma’în (w. 233 H) merupakan masa keemasan dalam ilmu 'ilal. Imam Ahmad berkata: “Pada masa inilah Allah telah menciptakan seseorang untuk urusan ini (ilmu 'ilal-pen.)8 Kemudian diikuti oleh Abu al-Hasan Ali bin Ja’far alMadîni, lebih dikenal dengan Ali bin al-Madîni (W. 234 H) salah seorang guru imam al-Bukhâri. Lalu Imam Ahmad bin Hambal Tela’ah 226 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) (W 241 H), Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri (W. 256 H), Muslim bin al-Hajjâj, Imam Abu Isa al-Tirmidzi ( W.279 H ) dan masih banyak lagi. Ulama hadis mendefinisikan hadis mu‟allal atau hadis ma‟lûl sebagai berikut : 9 بِٕٙ صذزٗ ِغ أْ اٌظب٘ش اٌغالِخٟ ػٍخ رمذح فٍٝٗ ػ١ اغٍغ فٞش اٌز٠اٌذذ “Hadis mu’allal yaitu hadis yang telah terungkap kecacatanya, yang bisa menurunkan kredibilitas kesahihan suatu hadis, padahal dari segi lahirnya selamat dari sifat cacat itu.‟‟ Sifat cacat atau mu‟allal bisa diketahui melalui indikasiindikasi antara lain: Perawi menyendiri dalam meriwayatkan hadis, berbeda dengan perawi-perawi lain disertai tanda-tanda yang telah diungkapkan oleh ahli hadis seperti mengirsalkan10 hadis maushûl11, memauqûfkan12 hadist marfû‟13, atau memasukan satu hadis ke dalam hadis lain dan seterusnya. Ali alMadîni sebagai mana dikutip oleh Ibn al-Shalâh mengatakan, bahwa suatu bab jika tidak dikumpulkan jalan-jalannya (sanadsanadnya-pen.) maka tak akan kelihatan kesalahanya („ilalnyapen.). „Ilal ini bisa terdapat oleh sanad maupun matan hadis.14 Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti hadis-hadis mu‟allal yang terdapat pada Sunan al-Tirmidzi khususnya bâb alThahârah baik „ilal yang terdapat pada sanad maupun matan. Penulis memilih Sunan al-Tirmidzi karena kitab ini disusun dengan menggunakan manhaj diawali dengan hadis-hadis mu‟allal dan diakhiri dengan hadis yang shahîh. Hadis yang terdapat dalam bab ini berjumlah 148 hadis. B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 'Ilal bisa terdapat pada sanad maupun matan. Dari 'ilal yang ada itu ada beberapa faktor penyebab. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya 'ilal pada suatu hadis. Latar belakang Imam al-Tirmidzi menulis dalam Sunannya dengan metode Mu‟allalah, artinya dalam satu bab didahului hadis-hadis mu‟allal kemudian baru diikuti dengan hadis shahih. HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 227 Masrukhin Muhsin 2. Batasan Malasah Setelah permasalahan teridentifikasi peneliti bermaksud membatasi masalah sebagai berikut: Latar belakang Imam alTirmidzi memasukan hadis mu‟allal dalam Sunannya, Perbandingan antara 'ilal pada sanad dan pada matan, term-term apa saja yang digunakan oleh Imam al-Tirmidzi dalam mengidentifikasikan hadis mu‟allal. 3. Rumusan Masalah Setelah permasalahan teridentifikasi dan dibatasi selanjutnya peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut: a. Apa latar belakang Imam al-Tirmidzi memasukan hadis mu‟allal dalam Sunannya? b. Bagaimana perbandingan antara 'ilal yang ada pada sanad dan „ilal yang ada pada matan? c. Term-term apa saja yang digunakan oleh Imam alTirmidzi untuk mengidentifikasikan hadis mu‟allal? 4. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui latar belakang Imam al-Tirmidzi memasukkan hadis mu‟allal dalam Sunannya. 2. Untuk mengetahui perbandingan 'ilal pada sanad dan pada matan 3. Untuk mengetahui term-term yang digunakan oleh Imam al-Tirmidzi untuk mengidentifikasikan hadis mu‟allal. 5. Signifikansi Penelitian Sedangkan signifikasi penelitian ini adalah: 1. Memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang ulumul hadis, khususnya yang berkaitan dengan 'ilal al-hadîts. 2. Memperkaya khazanah Islamiyah 3. Mampu membedakan antara hadis shahih dan hadis dha‟if. 6. Kerangka Konseptual Ulama hadis menyebut hadis yang terdapat „llat dengan sebutan “يٍٛ ” ِؼ, yang berpendapat seperti ini antara lain alBukhâri, al-Tirmidzi, Dâruquthni, Hâkim dan lain-lain.15 Tela’ah 228 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Pendapat yang rajih adalah bahwa “ يٍٛ “ ِؼberasal dari kata خ١ٔ عمبٖ اٌششثخ اٌضبٕٝ ػٍخ ثّؼbukan اٌّشضٕٝ ػٍخ ثّؼ. Jadi hubungan antara arti secara bahasa dan arti secara istilah bahwa ػٍخbisa diketahui dengan cara melihat berulang-ulang dalam suatu hadis.16 Sedang arti „ilal menurut istilah ulama hadis17 adalah: .ِٕٗ ظب٘شٖ اٌغالِخٚ ش٠ صذخ اٌذذٟمذح ف٠ ٟ عجت خف: ااٌؼٍخ ‘llat yaitu sebab yang samar yang dapat menurunkan kredibilitas keshahîhan hadis, padahal secara lahir selamat dari hal itu. ‘llat menurut mereka mencakup juga sebab yang tidak mencela (menurunkan kredebilitas keshahîhan hadis).18 Adapun pengertian hadis mu’allal19 adalah: ظب٘شٖ اٌغالِخٚ ٗ صذزٟمذح ف٠ ٟ عجت خفٍٝٗ ػ١ اغٍغ فٞش اٌز٠ اٌذذٛ٘ .ش رٌه١اُ٘ ثغٚ ُ٘ٚ ٚ أ,ًصً ِشعٚ ٚف أٛلِٛ وشفغ,ِٕٗ Hadis mu’alal yaitu hadis yang terdapat sebab yang samar yang dapat menurunkan kredibilitas keshahîhannya, padahal secara lahir selamat darinya. Seperti memarfû’kan mauqûf, atau memausûlkan mursal, atau dugaan orang yang menduga dengan yang lain. Ilmu ‘ilal adalah ilmu untuk mengetahui sebab-sebab ini yang muncul dari prasangka. Ilmu ini lebih luas cakupannya daripada hadis mu’allal, mencakup ilmu-ilmu ruwat, matan dan sanad. Menurut Al-Hâkim ‘llat20 adalah: ً٠اٌزؼذٚ اٌجشحٚ ُ١اٌغمٚ خ١ش اٌصذ١ ػٍُ ثشأعٗ غٛ٘ٚ Yaitu ilmu, yang dengan ilmu ini akan diketahui hadis tidak shahîh dan cacat, jarh dan ta‘dil. Menurut Ibn al-Shalâh,21 بِٕٙ صذزٗ ِغ أْ ظب٘شٖ اٌغالِخٟ ػٍخ رمذح فٍٝٗ ػ١ اغٍغ فٞ اٌزٛ٘ يٍٛاٌّؼ .ش اٌظب٘ش١غ اٌصذخ ِٓ دٚ سجبٌٗ صمبد اٌجبِغ ششٜ اإلعٕبد اٌزٌٝزطشق رٌه إ٠ٚ Yaitu hadis yang terdapat cacat yang menurunkan kredibelitas keshahîhan hadis, padahal dari segi lahir selamat dari cacat itu. Hal itu akan terjadi pada sanad yang perawiHADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 229 Masrukhin Muhsin perawinya tsiqah, telah memenuhi semua persyaratan shahîh dari segi lahir. Dalam definisi ini terjadi daur22, karena memasukkan kata ػٍخdalam mendefinisikan يٍٛ ِؼ. Di samping itu dalam definisi ini hanya menyebut ‘llat sanad, tanpa menyebut ‘llat matan, padahal ‘llat matan tidak kalah pentingnya dibanding ‘llat sanad. Menurut al-Iraqi23 لذدذٜ أ,ٗ١ش فؤصشد ف٠ اٌذذٍٝخ غبِعخ غشأد ػ١اٌؼٍخ ػجبسح ػٓ أعجبة خف .ٗ صذزٟف ‘llat adalah ungkapan tentang sebab-sebab yang samar, tersembunyi, yang terdapat pada hadis lalu mempengaruhinya, artinya memberi cacat dalam keshahîhan hadis. Menurut al-Biqa‟i24 . لبدحٍٝش ػ١ٗ ثؼذ اٌزفز١ااٌّؼًٍ خجش ظب٘شٖ اٌغالِخ اغٍغ ف Mu’allal yaitu khabar (hadis) yang lahirnya tampak selamat, tapi setelah diteliti terdapat cacat (hal yang mencela). Adapun pendapat yang rajih dan yang diikuti oleh peneliti adalah pendapat al-Biqâ‟i yang menukil pendapat lain dari alIrâqi. Jadi pendapat ini adalah pendapat lain dari al-Irâqi. C. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Dilihat dari segi tehnik pengumpulan data, penelitian ini merupakam jenis penelitian kepustakaan (library research)25 karena sumber data yang diperoleh berupa naskah yang tertulis dalam berbagai referensi atau rujukan yang terdapat di dalamnya. Dilihat dari segi tujuannya, penelitian ini disebut verifikatif dan developmental research. Verifikatif berarti penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang pernah dilakukan terdahulu.26 Dalam penelitian ini dimaksudkan apakah metode yang dipakai oleh Imam al-Tirmidzi ini telah sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada ataukah tidak. Dan dalam penggunaan metode ini apakah Imam al-Tirmidzi konsekuen ataukah tidak. Tela’ah 230 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Adapun yang disebut developmental yang berarti pengembangan, adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menyempurnakan dan mengembangkan yang telah ada.27 Dalam hal ini penulis menyempurnakan dan mengembangkan apa yang yang telah dilakukan oleh Imam al-Tirmidzi, yaitu dengan menambahkan skema sanad untuk mempermudah pemahaman. Jika dilihat dari cakupan atau wilayahnya, maka penelitian ini dinamakan studi kasus (case study) . Pengertian studi kasus di sini adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu, yang wilayahnya hanya meliputi daerah atau subyek yang sempit tetapi pembahasannya bersifat lebih mendalam.28 Karena penelitian ini hanya mencakup Bâb al-Thahârah saja dari Kitab Sunan al-Tirmidzi. 1. Sumber Penelitian Karena penelitian ini penelitian kepustakaan, maka sumber data semuanya diperoleh dari buku-buku, bahan bacaan, komputer dan lain-lain yang menunjang pengumpulan data ini, semuanya bersumber dari perpustakaan. Adapun sumber data di sini dibedakan menjadi dua, sumber data primer dan sumber data sekunder. Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kitab Syarh 'ilal al-Tirmidzi karya Ibn Rajab al-Hambali dan kitab Sunan al-Tirmidzi. Sedang yang menjadi sumber data sekunder adalah kitab-kitab lain yang berkaitan dengan judul penelitian yang berfungsi sebagai pelengkap data. 2. Metode Analisis yang Digunakan Mengingat data yang diperoleh adalah berupa naskah yang tertulis dalam berbagai kitab, maka metode pertama yang penulis gunakan adalah metode content analysis yaitu suatu metode penelitian literer dengan menganalisa isi buku.29 Metode kedua yang penulis gunakan adalah verifikatif analysis, yaitu suatu metode yang menghubungkan dunia teori dengan dunia nyata atau faktual.30 Yang dimaksud dengan dunia teori di sini adalah teori tentang „ilal yang sudah ada. Sedang yang dimaksud dengan dunia nyata atau faktual adalah metode yang dipakai oleh al-Tirmidzi dalam Sunannya. Yang ketiga, penulis menggunakan metode khusus penelitian hadis, yaitu metode takhrîj al-Hadîts. Adapun yang HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 231 Masrukhin Muhsin dimaksud dengan metode ini adalah meneliti penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di itu dikembangkan secara lengkap matan dan tersebut.31 hadis dengan kitab sebagai dalam sumber sanad hadis D. Telaah Pustaka Banyak sekali kitab yang membahas tentang 'ilal al-Hadîts. Di antaranya al-'Ilal karya Ali al-Madîni. Dalam kitab ini Ali alMadîni membagi kepada empat pembahasan. Pertama, Mukadimmah umum dalam ilmu 'ilal dan ilmu al-Rijâl, tingkatantingkatan perawi pada masing-masing kota, perawi-perawi yang banyak meriwayatkan hadis. Kedua, meneliti riwayat dari para perawi hadis, apakah ada kekeliruan dalam penetapan seorang perawi pada suatu hadis tertentu atau tidak. Ketiga, mengumpulkan beberapa hadis dan menjelaskan satu persatu 'ilalnya. Keempat, membahas Rijâl al-Hadîts baik yang „adil maupun yang dla‟îf. Selain Ali al-Madîni, Yahyâ bin Ma‟în juga menulis alTârîkh wa al-'Ilal. Kitab ini masih acak-acakan belum tersusun secara sistematis. Berbicara tentang thabaqât, al-wafayât, al-jarh wa al-ta‟dîl, al-kuna, dan hadîts al-musalsal. Sementara penelitian yang dilakukan dengan tema 'ilal alhadîts, relatif masih sedikit. Salah satu di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hammâm „Abd al-Rahîm Sa‟îd (1980) dengan judul al-„Ilal fi al-Hadîts Dirâsah Manhajiyah fî Dhau‟ Syarh „Ilal al-Tirmidzi karya Ibn Rajab al-Hanbali. Dalam penelitiannya, Hammam membagi ke dalam dua pembahasan besar, pertama mengupas tuntas Syarh „Ilal al-Tirmidzi karya Ibn Rajab al-Hanbali, dan kedua Biografi Ibn Rajab al-Hanbali. Pada pembahasan pertama, Hammam membahas teori „ilal al-Hadîts dan tokoh-tokoh yang mendalaminya, Metode Ibn Rajab dan kitab-kitab yang menjadi rujukannya, dan terakhir membahas ilmu „ilal yang terdapat dalam kitab Syarh „Ilal al-Tirmidzi karya Ibn Rajab. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zaki (2008) dengan judul Metode Kritik Hadis Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Dalam penelitiannya ini, Zaki mengupas tentang metode yang digunakan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kritik hadis. yaitu kaedah kesahihan Tela’ah 232 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) hadis atau syarat hadis shahih yang jumlahnya lima sebagai acuannya. Kelima kaedah tersebut adalah sanad bersambung, perawi „adil, perawi dhabith, tidak ada syadz, dan tidak ada „illat. Syarat kelima inilah, yaitu tidak ada „illat, yang pembahasannya seputar „ilal al-hadis. Sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah berusaha untuk mengklasifikasi hadis-hadis mu‟allal yang terdapat dalam kitab Sunan, khususnya Sunan al-Tirmidzi bab al-Tahârah. Setelah terklasifikasi, peneliti ingin mengetahui term-term apa saja yang digunakan oleh al-Tirmidzi dalam menyatakan suatu hadis adalah hadîts mu‟allal. Dengan demikian, kita bisa membedakan antara hadis shahîh dan hadis mu‟allal yang nota benenya berkualitas dha‟îf dan tidak bisa dijadikan argumentasi dalam bidang hukum. Inilah tujuan akhir dari penelitian ini. E. Temuan Penelitian Secara garis besar hadis-hadis yang termuat di dalam Sunan al-Tirmidzi dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pertama: Shahîh, Hasan, Hasan Shahîh, Shahîh Gharîb, dan Hasan Gharîb. Kelompok kedua: Mu‟allal, yaitu yang merupakan kajian dalam penelitian ini. 1. Kelompok Pertama: Hadîts Shahîh, Hasan, Hasan Shahîh, Shahîh Gharîb dan Hasan Gharîb. Hadis yang berkualitas sebagaimana tersebut di atas bisa dijadikan argumentasi (al-hujjah) dalam menetapkan hukum Islam. Term yang digunakan untuk menunjukkan kualitas di atas antara lain: Hâdzâ al-Hadîts Ashahhu Syai’in fi Hâdzâ al-bâb wa Ahsan, atau Hâdzâ Hadîts Hasan shahîh, Hâdzâ Hadîts Shahîh Gharîb atau Hasan Gharîb, atau dengan term yang lain yang senada. Untuk lebih jelasnya perhatikan teks di bawah ini. ُ١ثغُ هللا اٌشدّٓ اٌشد :ٞسح اٌزشِزٛ ثٓ عٝغ١ ِذّذ ثٓ ػٝغ١ ػٛلبي أث بسحٙاة اٌطٛأث ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝي هللا صٛػٓ سع ما جاء ال تقبل صالة بغيس طهىز: باب )1( دذصٕب ٕ٘بد دذصٕبٚ ػٓ عّبن ثٓ دشة ح،أخٛ ػٛ دذصٕب أث،ذ١جخ ثٓ عؼ١ دذصٕب لز-1 ٍٝ صٟ ػٓ إٌج، ػٓ اثٓ ػّش، ػٓ ِصؼت ثٓ عؼذ، ػٓ عّبن،ً١غ ػٓ إعشائ١وٚ ."يٍٛال صذلخ ِٓ غٚ ،سٛٙش غ١ "ال رمجً صالح ثغ:عٍُ لبيٚ ٗ١ٍهللا ػ HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 233 Masrukhin Muhsin لبي ٕ٘بد ف ٟدذ٠ضٗ :إال ثطٛٙس. لبي أث ٛػ١غ :ٝهرا الحديث أصح شيئ في هرا الباب و أحسن. ٚف ٟاٌجبة ػٓ أث ٟاٌٍّ١خ ,ػٓ أثٚ ٗ١أث٘ ٟش٠شح ٚأٔظ. 32 ٚأث ٛاٌٍّ١خ ثٓ أعبِخ اعّٗ ػبِش٠ٚ ,مبي :ص٠ذ ثٓ أعبِخ ثٓ ػّ١ش اٌٙزٌ.ٟ ( )2باب :ما جاء في فضل الطهىز -2دذصٕب إعذبق ثٓ ِٛع ٝاألٔصبس ،ٞدذصٕب ِؼٓ ثٓ ػ١غ ٝاٌمضاص ،دذصٕب ِبٌه اثٓ أٔظ ح دذصٕب لز١جخ ،ػٓ ِبٌه ،ػٓ ع ً١ٙثٓ أث ٟصبٌخ ،ػٓ أث ،ٗ١ػٓ أثٟ ٘ش٠شح لبي :لبي سعٛي هللا صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ " :إرا رٛظؤ اٌؼجذ اٌّغٍُ أٚ اٌّؤِٓ فغغً ٚج ٗٙخشجذ ِٓ ٚج ٗٙوً خط١ئخ ثطشزٙب ٠ذاٖ ِغ اٌّبء أِ ٚغ آخش لطش اٌّبء ،دز٠ ٝخشط ٔم١ب ِٓ اٌزٔٛة" لبي أث ٛػ١غ :ٝهرا حديث حسن الصحيح ٛ٘ٚ 33دذ٠ش ِبٌه ,ػٓ ع ,ً١ٙػٓ أث ,ٗ١ػٓ أث٘ ٟش٠شح. ٚأث ٛصبٌخ ٚاٌذ ع ٛ٘ ,ً١ٙأث ٛصبٌخ اٌغّبْٚ ,اعّٗ روٛاْ. ٚأث٘ ٛش٠شح اخزٍف ف ٟاعّٗ فمبٌٛا :ػجذ شّشٚ ,لبٌٛا :ػجذ هللا ثٓ ػّش٘ٚ ,ٚىزا لبي ِذّذ ثٓ اعّبػ ٛ٘ٚ ً١األصخ. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝف ٟاٌجبة ػٓ ػضّبْ ثٓ ػفبْ ٚصٛثبْ ٚاٌصٕبثذٚ ٟػّش ٚثٓ ػجغخ ٚعٍّبْ ٚػجذ هللا ثٓ ػّش.ٚ ٚاٌصٕبثذ ٟاٌز ٞس ٜٚػٓ أث ٟثىش اٌصذ٠ك ٌ١ظ ٌٗ عّبع ِٓ سعٛي هللا صٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍٚ ٗ١عٍُٚ ,اعّٗ ػجذ اٌشدّٓ ثٓ ػغٍ١خ٠ٚ ,ىٕ ٝأثب ػجذ هللا ,سدً إٌٝ إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍٚ ٗ١عٍُ فمجط إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍٚ ٗ١عٍُ ٛ٘ٚ ف ٟاٌطش٠ك ٚلذ س ٜٚػٓ إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ أدبد٠ش. ٚاٌصٕبثخ ثٓ األػغش األدّغ ٟصبدت إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ػٍٚ ٗ١عٍُ ٠مبي ٌٗ: اٌصٕبثذ ٟأ٠عبٚ ,إّٔب دذ٠ضٗ لبي :عّؼذ إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ ٠مٛي" :إِٔ ٟىبصش ثىُ األُِ فال رمززٍٓ ثؼذ".ٞ ( )3ثبةِ :ب جبء أْ ِفزبح اٌصالح اٌطٛٙس -3دذصٕب لز١جخ ٕ٘ٚبد ِٚذّٛد ثٓ غ١الْ لبٌ :ٛدذصٕب ٚو١غ ،ػٓ عف١بْ ح ٚدذصٕب ِذّذ ثٓ ثشبس ،دذصٕب ػجذ اٌشدّٓ ثٓ ِٙذ ،ٞدذصٕب عف١بْ ،ػٓ ػجذهللا ثٓ ِذّذ اثٓ ػم،ً١ ػٓ ِذّذ ثٓ اٌذٕف١خ ،ػٓ ػٍ ،ٟػٓ إٌج ٟصٍ ٝهللا ػٍٚ ٗ١عٍُ لبيِ" :فزبح اٌصالح اٌطٛٙس ٚرذشّٙ٠ب اٌزىج١ش ٚرذٍٍٙ١ب اٌزغٍ."ُ١ لبي أث ٛػ١غ :ٝهرا الحديث أصح شيئ في هرا الباب وأحسن. ٚػجذ هللا ثٓ ِذّذ ثٓ ػم ٛ٘ ً١صذٚقٚ ,لذ رىٍُ ف ٗ١ثؼط أً٘ اٌؼٍُ ِٓ لجً دفظٗ. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝعّؼذ ِذّذ ثٓ إعّبػ٠ ً١مٛي :وبْ أدّذ ثٓ دٕجً ٚإعذبق ثٓ أثشا٘ٚ ُ١اٌذّ١ذ٠ ٞذزج ْٛثذذ٠ش ػجذ هللا ثٓ ِذّذ ثٓ ػم ,ً١لبيِ :ذّذ ِ ٛ٘ٚمبسة 34 اٌذذ٠ش. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝف ٟاٌجبة ػٓ جبثش ٚأث ٟعؼ١ذ. -4دذصٕب اث ٛثىش ِذّذ ثٓ صٔج٠ٛخ اٌجغذادٚ ٞغ١ش ٚادذ لبي :دذصٕب اٌذغ ٓ١ثٓ ِذّذ، دذصٕب عٍّ١بْ ثٓ لشَ ،ػٓ أث٠ ٟذ ٝ١اٌمزبد ،ػٓ ِجب٘ذ ،ػٓ جبثش ثٓ ػجذ هللا سظٟ )Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013 234 Tela’ah ِفزبحٚ "ِفزبح اٌجٕخ اٌصالح: ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝي هللا صٛ لبي سع:ّب لبيٕٙهللا ػ 35 ."ءٛظٌٛاٌصالح ا Demikian tadi beberapa hadis dalam Sunan al-Tirmidzi yang mempunyai kualitas shahîh dan hasan shahîh. Masih banyak lagi term-term yang digunakan yang senada dengan kelompok pertama ini. Sekedar sebagai contoh peneliti menyebutkan empat saja. 2. Kelompok Kedua: Hadis Mu’allal Kelompok kedua ini yang menjadi fokus penelitian kali ini. yaitu ingin mengetahui term-term apa yang digunakan oleh alTirmidzi untuk menunjukkan suatu hadis itu mu’allal. Juga penulis ingin membandingkan antara ‘illat yang terdapat pada sanad dan ‘illat yang terdapat pada matan. Dalam melakukan penelusuran terhadap term-term yang digunakan, penulis mengklasifikasikan hadis-hadis mu’allal berdasar term yang digunakan. Misalnya hadis mu’allal yang menggunakan term idlthirab, umpamanya, akan dikelompokkan menjadi satu kelompok, atau menggunakan term al-khotho’ maka dikelompokkan menjadi satu kelompok, dan begitu seterusnya. Dari penelitian yang penulis lakukan, paling tidak ada enam belas belas term yang digunakan al-Tirmidzi untuk menunjukkan suatu hadis itu mu’allal. Term-term itu adalah sebagai berikut: 1. Idlthirab ()اظطشاة Hadis mu’allal yang menggunakan term ini adalah sebagai berikut: a. Hadis nomor 5 dan nomor bab 4, yaitu yang berbunyi sebagai berikut: ي إرا دخً اٌخالءٛم٠ ِب:) ثبة4( ػٓ أٔظ،ت١ٙض ثٓ ص٠ ػٓ ػجذ اٌؼض، ػٓ شؼجخ،غ١وٚ دذصٕب:ٕ٘بد لبالٚ جخ١ دذصٕب لز-5 "ر ثهٛ أػُٟٔ إٌٍٙ "ا:عٍُ إرا دخً اٌخالء لبيٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟ وبْ إٌج:ثٓ ِبٌه لبي 36 ."اٌخجبئشٚ اٌخجشٚش أ١اٌخجٚ ر ثه ِٓ اٌخجشٛ "أػٜلذ لبي ِشح أخشٚ شؼجخ:لبي .دٛاثٓ ِغؼٚ جبثشٚ ُذ ثٓ أسل٠صٚ ٍٟ اٌجبة ػٓ ػٟفٚ :ٝغ١ ػٛلبي أث .ٓأدغٚ ٘زا اٌجبةٟئ ف١ش أٔظ أصخ ش٠ دذ:ٝغ١ ػٛلبي أث ٟذ ثٓ أث١عؼٚ ائٛ ٘شبَ اٌذعزٜٚ س,37 إعٕبدٖ اظطشاةٟذ ثٓ أسلُ ف٠ش ص٠دذٚ لبيٚ ُذ ثٓ أسل٠ ػٓ ص,ٟٔجب١ف اٌشٛ ػٓ اٌمبعُ ثٓ ػ,ذ١ ػٓ لزبدح فمبي عؼ,ثخٚػش ػٓ إٌعش, ػٓ لزبدح,ِؼّشٚ اٖ شؼجخٚسٚ .ُذ ثٓ أسل٠ ػٓ ص, ػٓ لزبدح,ائٛ٘شبَ اٌذعز HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 235 Masrukhin Muhsin ٓ ػ,ٗ١ ػٓ أث, ػٓ إٌعش ثٓ أٔظ,لبي ِؼّشٚ ُذ ثٓ أسل٠ ػٓ ص,ثٓ أٔظ فمبي شؼجخ . ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟإٌج .ؼب١ّّب جٕٙ ػْٜٚ لزبدح سٛى٠ ْذزًّ أ٠ : عؤٌذ ِذّذا ػٓ ٘زا فمبي:ٝغ١ ػٛلبي أث Sanad hadis ini ada syahidnya, yaitu dari Ali, Zaid bin Arqom, Jabir dan Ibn Mas‟ud. Hadis Anas bin Malik dalam bab ini paling shahîh dan paling bagus. Terdapat kerancuan (idlthirab) dalam sanad hadis Zaid bin Arqom. Letak kerancuannya adalah bahwa Qatadah terkadang mengatakan menerima hadis dari al-Qasim bin Auf, terkadang mengatakan menerima hadis dari al-Nadlr, dan terkadang mengatakan menerima hadis dari Zaid bin Arqam secara langsung. Untuk lebih jelasnya perhatikan skema sanad di bawah ini: Sanad yang mudltharib Sanad pertama, Ma‟mar meriwayatkan dari Qatadah dari al-Nadlr dari Bapaknya dari Nabi SAW. Sanad kedua, Syu‟bah meriwayatkan dari Qatadah dari al-Nadlr bin Anas dari Zaid bin Arqam dari Nabi SAW. Sanad ketiga, Sa‟id meriwayatkan dari Qatadah dari al-Qasim bin Auf dari Zaid bin Arqam. Dan Sanad terakhir, keempat, Hisyam meriwayatkan hadis dari Qatadah dari Zaid bin Arqam secara langsung dari Nabi SAW. Kalau diperhatikan sanad tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa terkadang Qatadah menerima dari al-Nadlr, dan terkadang dari al-Qasim bin Auf, dan terkadang menerima Tela’ah 236 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) langsung dari Zaid bin Arqam. Dengan kata lain sanad ini telah terjadi idlthirab di dalamnya. Tapi menurut al-Bukhari dia punya pandangan lain, yaitu ada kemungkinan bagi Qatadah ini meriwayatkan dari keduanya, yakni dari al-Nadlr bin Anas dan al-Qasim bin Auf. Bandingkan dengan sanad yang shahîh sebagaimana tercantum di bawah ini: Sanad Shahîh b. Hadis nomor 17 dan nomor bab 13 ما جاء في االستنجاء بالحجسين:) باب13( ،ذح١ ػجٟ ػٓ أث، إعذبقٟ ػٓ أث،ً١ ػٓ إعشائ،غ١وٚ دذصٕب:جخ لبال١لزٚ دذصٕب ٕ٘بد-17 ٌٟ عٍُ ٌذبجبرٗ فمبي "اٌزّظٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟ خشط إٌج:ػٓ ػجذ هللا لبي :لبيٚ صخٚ اٌشٝأٌمٚ ٓ٠صخ فؤخز اٌذجشٚسٚ ٓ٠زٗ ثذجش١ فؤر:صالصخ أدجبس" لبي 38 ."ب سوظٙٔ"إ ٟ ػٓ أث، إعذبقٟ ػٓ أث،ش٠غ ٘زا اٌذذ١ظ ثٓ اٌشث١ فٜٚ٘ىزا سٚ :ٝغ١ ػٛلبي أث .ً١ش إعشائ٠ دذٛذح ػٓ ػجذ هللا ٔذ١ػج . ػٓ ػجذ هللا، ػٓ ػٍمّخ، إعذبقٟ ػٓ أث،ك٠ػّبس ثٓ سصٚ ِؼّشٜٚسٚ ،ذ٠ض٠ ٓد ثٛٗ األع١ ػٓ أث،دٛ ػٓ ػجذ اٌشدّٓ ثٓ األع، إعذبقٟ ػٓ أث،ش١٘ صٜٚسٚ .ػٓ ػجذ هللا ٓد ثٛ ػٓ األع،ذ٠ض٠ ٓ ػٓ ػجذ اٌشدّٓ ث، إعذبقٟ ػٓ أث، صائذٟب ثٓ أث٠ صوشٜٚسٚ . ػٓ ػجذ هللا،ذ٠ض٠ .ٗ اظطشاة١ش ف٠٘زا دذٚ HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 237 Masrukhin Muhsin دذصٕب ِذّذ ثٓ ثشبس اٌؼجذ ،ٞدذصٕب ِذّذ ثٓ جؼفش ،دذصٕب شؼجخ ،ػٓ ػّش ٚثٓ ِشح لبي عؤٌذ أثب ػج١ذح ثٓ ػجذ هللا ً٘ رزوش ِٓ ػجذ هللا ش١ئب لبي :ال. لبي أث ٛػ١غ :ٝعؤٌذ ػجذ هللا ثٓ ػجذ اٌشدّٓ أ ٞاٌشٚا٠بد ف٘ ٟزا اٌذذ٠ش ،ػٓ أثٟ إعذبق أصخ؟ فٍُ ٠مط ف ٗ١ثشٟءٚ ،عؤٌذ ِذّذا ،ػٓ ٘زا فٍُ ٠مط ف ٗ١ثشٟء ٚوؤٔٗ سأ ٜدذ٠ش ص٘١ش ،ػٓ أث ٟإعذبق ،ػٓ ػجذ اٌشدّٓ ثٓ األعٛد ،ػٓ أث ،ٗ١ػٓ ػجذ هللا أشجٗ ٚٚظؼٗ ف ٟوزبة اٌجبِغ. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝأصخ شٟء ف٘ ٟزا ػٕذ ٞدذ٠ش إعشائٚ ً١ل١ظ ،ػٓ أث ٟإعذبق، ػٓ أث ٟػج١ذح ،ػٓ ػجذ هللا ،ألْ إعشائ ً١أصجذ ٚأدفع ٌذذ٠ش أث ٟإعذبق ِٓ ٘ؤالء ٚربثؼٗ ػٍ ٝرٌه ل١ظ ثٓ اٌشث١غ. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝعّؼذ أثب ِٛعِ ٝذّذ ثٓ اٌّضٕ٠ ٝمٛي :عّؼذ ػجذ اٌشدّٓ اثٓ ِٙذ٠ ٞمٛيِ :ب فبرٕ ٟاٌز ٞفبرٕ ِٓ ٟدذ٠ش عف١بْ اٌضٛس ،ٞػٓ أث ٟإعذبق إال ٌّب ارىٍذ ثٗ ػٍ ٝإعشائ ً١ألٔٗ وبْ ٠ؤر ٟثٗ أرُ. لبي أث ٛػ١غٚ :ٝص٘١ش ف ٟأث ٟإعذبق ٌ١ظ ثزٌه ألْ عّبػٗ ِٕٗ ثآخشح. لبيٚ :عّؼذ أدّذ ثٓ اٌذغٓ اٌزشِز٠ ٞمٛي :عّؼذ اٌذذ٠ش ػٓ صائذح ٚص٘١ش فال رجبٌ ٟأْ ال رغّؼٗ ِٓ غ١شّ٘ب إال دذ٠ش أث ٟإعذبق. ٚأث ٛإعذبق اعّٗ ػّش ٚثٓ ػجذ هللا اٌغج١ؼ ٟاٌّٙذأ.ٟ ٚأث ٛػج١ذح ثٓ ػجذ هللا ثٓ ِغؼٛد ٌُ ٠غّغ ِٓ أثٚ ٗ١ال ٠ؼشف اعّٗ. Hadis ini mempunyai beberapa sanad, dan ada kerancuan/idlthirab dalam sanadnya. Sanad yang paling shahîh menurut al-Tirmidzi adalah riwayat Hannad dan Qutaibah dari Waki‟ dan riwayat Qais bin alRabi‟ dari Abi Ishak. Kerena Israil Atsbat dan ahfadz dalam hadishadis riwayat Abi Ishak. Dan dikuatkan pula riwayat Qais bin AlRabi‟. Sedang sanad lain yang juga bermuara pada Abi Ishak dan dihukumi idlthirab oleh al-Tirmidzi adalah riwayat Ammar dan Ma‟mar dari Ruzaik dan Zuhair dari Abi Ishak. Lebih jelasnya perhatikan skema sanad berikut ini. Sanad Hadis Shahîh )Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013 238 Tela’ah Sanad Hadis Mu’allal/mudlthorib Letak kerancuannya adalah terkadang Abi Ishak meriwayatkan dari „Alqamah, terkadang meriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Aswad dan terkadang meriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid. Pelaku kesalahan adalah murid-murid Abi Ishak. Mereka tidak ada yang sepakat dalam menyebut guru Abi Ishak. Hanya Israil dan Qais yang dinilai shahîh oleh alTirmidzi. Karena Israel adalah murid paling tsabt dan ahfadz dalam meriwayatkan hadis-hadis dari Abi Ishak. Zuhair mendengar dari Abi Ishak dalam usia senja atau setelah mengalami ikhthilath. c. Hadis Nomor 55 dan Nomor Bab 41 فيما يقال بعد الىضىء:) باب41( خ٠ٚ ػٓ ِؼب،ذ ثٓ دجبة٠ دذصٕب ص،ٟفٛ اٌىٟ دذصٕب جؼفش ثٓ ِذّذ ثٓ ػّشاْ اٌضؼٍج-55 ٓ ػ،ْ ػضّبٟأثٚ ٟٔالٛظ اٌخ٠ إدسٟ ػٓ أث،ٟذ اٌذِشم٠ض٠ ٓؼخ ث١ ػٓ سث،ثٓ صبٌخ ٓظؤ فؤدغٛ "ِٓ ر: ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝي هللا صٛ لبي سع:ػّش ثٓ اٌخطبة لبي ٖذ أْ ِذّذا ػجذٙأشٚ ،ٌٗ ه٠دذٖ ال ششٚ ذ أْ ال إٌٗ إال هللاٙ صُ لبي أش،ءٛظٌٛا اةٛخ أث١ٔٓ فزذذ ٌٗ صّب٠شٙ ِٓ اٌّزطٍٟٕاجؼٚ ٓ١اثٛ ِٓ اٌزٍُٟٕ اجؼٌٍٙ ا،ٌٗٛسعٚ 39 ."ب شبءٙ٠ذخً ِٓ أ٠ اٌجٕخ .ش٠ ٘زا اٌذذٝذ ثٓ دجبة ف٠ٌف صٛش ػّش لذ خ٠ دذ:ٝغ١ ػٛلبي أث ٓ ػ,ذ٠ض٠ ٓؼخ ث١ ػٓ سث,خ ثٓ صبٌخ٠ٚ ػٓ ِؼب,ٖش١غٚ ػجذ هللا ثٓ صبٌخٜٚسٚ :لبي ٓش اث١ ػٓ جج,ْ ػضّبٝ ػٓ أث,ؼخ١ػٓ سثٚ ػٓ ػّش, ػٓ ػمجخ ثٓ ػبِش,ظ٠ إدسٝأث . ػٓ ػّش,ش١ٔف ٘زا اٌجبةٝعٍُ فٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٝصخ ػٓ إٌج٠ الٚ إعٕبدٖ اظطشاةٝش ف٠٘زا دذٚ .ءٟش ش١وج .ئب١غّغ ِٓ ػّش ش٠ ٌُ ظ٠ إدسٛأثٚ :لبي ِذّذ HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 239 Masrukhin Muhsin Ada kerancuan/idlthirab dalam sanad hadis ini. Letak kerancuannya, dalam hadis riwayat Zaid bin Hubab disebutkan Abu Idris menerima hadis dari Umar bin Khathab, sedang pada riwayat lain yaitu riwayat Abdullah bin Shalih, ada perantara antara Abu Idris dengan Umar bin Khotob, yaitu Uqbah bin Amir. Menurut al-Bukhari, Abu Idris tidak pernah mendengar hadis dari Umar. Lebih jelasnya perhatikan skema sanad di bawah ini, ketiga sanad di bawah ini dihukumi mudltharib. Karena tidak ada satu sanad pun yang ditarjihkan. Pada hadis riwayat Zaid bin Hubbab dikatakan Abu Idris telah meriwayatkan dari Umar bin Khathab, padahal menurut alBukhari bahwa Abu Idris tidak pernah mendengar hadis dari Umar. Hal ini dikuatkan oleh hadis riwayat Abdullah bin Shalih yang mengatakan bahwa antara Abu Idris dan Umar ada perantara yaitu „Uqbah bin „Amir dan atau Jubair bin Nufair. Tela’ah 240 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 2. Dla’if Hadis mu’allal yang menggunakan term ini adalah sebagai berikut: a. Hadis Nomor 10 dan Nomor Bab 7 ماجاء من السخصت في ذلك:) باب7( ٗٔ لزبدح أٟ ػٓ أث، ػٓ جبثش،ش١ اٌضثٟ ػٓ أث،ؼخ١ٌٙ ٓش اث٠ ٘زا اٌذذٜٚلذ سٚ -10 .ؼخ١ٌٙ ٓ دذصٕب اث،جخ١ دذصٕب ثزٌه لز،ي ِغزمجً اٌمجٍخٛج٠ ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟ إٌجٜسأ ؼخ١ٌٙ ٓاثٚ ,ؼخ١ٌٙ ٓش اث٠عٍُ أصخ ِٓ دذٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٝش جبثش ػٓ إٌج٠دذٚ 40 .ٗشٖ ِٓ لجً دفظ١غٚ ْذ اٌمطب١ ثٓ عؼٝ١ذ٠ ٗش ظؼف٠ف ػٕذ أً٘ اٌذذ١ظؼ Term yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sanad hadis ini mu’allal adalah kata dla’if (ف١ ) ظؼatau lemah. Perawi yang dianggap lemah adalah Ibn Lahi‟ah. Karena menurut Yahya bin Sa‟id al-Qathan, Ibn Lahi‟ah adalah lemah dari segi hafalannya. Sanad yang shahîh terdapat pada hadis no. 9 yaitu yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar dan Muhammad bin alMutsnna dari Wahab bin Jarir dari Bapaknya dari Muhammad bin Ishak dari Aban bin shalih dari Muajahid dari Jabir bin Abdullah. Sedang sanad yang mu’allal terdapat pada hadis no. 10 yaitu yang diriwayatkan oleh Qutaibah dari Ibn Lahi‟ah dari Abi Zubair dari Jabir dari Abi Qotadah. Lebih jelasnya perhatikan skema sanad di bawah ini: HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 241 Masrukhin Muhsin Ibn Lahi‟ah dinilai lemah dari segi hafalannya oleh Ahl Hadis terutama Yahya bin Sa‟id al-Qathan. b. Hadis Nomor 12 dan Nomor Bab 8 ما جاء في النهي عن البىل قائما:) باب8( ٓ ػ،ٗ١ ػٓ أث،خ٠ ػٓ اٌّمذاَ ثٓ شش،ه٠ أخجشٔب شش، ثٓ دجشٍٟ دذصٕب ػ-12 يٛج٠ ْعٍُ وبٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟ ِٓ دذصىُ أْ إٌج:ػبئشخ لبٌذ .ي إال لبػذاٛج٠ ْٖ ِب وبٛ لبئّب فال رصذل41 Sanad hadis ini terdapat syahidnya yaitu Umar, Buraidah dan Abdurrahman bin Hasanah. Hadis Aisyah paling bagus dan paling shahîh dalam bab ini. Sanad yang shahîh adalah riwayat Ali bin Hujr dari Syarik dari al-Miqdam bin Syuraih dari bapaknya dari Aisyah (mauqûf). Sedang sanad yang mu’allal adalah riwayat Abdul Karim bin Abi al-Mukhoriq dari Nafi‟ dari Ibn Umar dari Umar, Nabi bersabda (marfû’). Yang memarfû’kan hadis ini adalah Abdul Karim bin Abi al-Mukhoriq, padahal ia seorang perawi dla’if menurut ahli hadis. Term yang digunakan adalah memarfû’kan hadis mauqûf. (فٛلٌّٛ ) سفغ اyaitu dengan mengatakan „ ُ٠ش ػجذ اٌىش٠إّٔب سفغ ٘زا اٌذذٚ ش٠ف ػٕذ أً٘ اٌذذ١ ظؼٛ٘ٚ اٌّخبسقٟ‟ثٓ أث. Lebih jelasnya perhatikan skema sanad di bawah ini: Sanad yang shahîh Sanad mu’allal c. Hadis nomor 53 dan Nomor bab 40 Tela’ah 242 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) ءٛظٌٛ اٌزّٕذي ثؼذ اٝ ِب جبء ف:) ثبة40( ٓ ػ،ذ ثٓ دجبة٠ ػٓ ص،٘تٚ ٓ دذصٕب ػجذ هللا ث،غ ثٓ اٌجشاح١وٚ ٓبْ ث١ دذصٕب عف-53 ٗ١ٍ هللا ػٍٝي هللا صٛ ػٓ ػبئشخ لبٌذ وبْ ٌشع،حٚ ػٓ ػش،ٞ ػٓ اٌض٘ش، ِؼبرٟأث .ءٛظٌٛب ثؼذ إٙشف ث٠ عٍُ خشلخٚ ٝعٍُ فٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٝصخ ػٓ إٌج٠ الٚ ُظ ثبٌمبئ١ٌ ش ػبئشخ٠ دذ:ٝغ١ ػٛلبي أث .ءٝ٘زا اٌجبة ش .ش٠ف ػٕذ أً٘ اٌذذ١ ظؼٛ٘ٚ ُّبْ ثٓ أسل١ٍ ع:ٛ٘ ٌْٛٛم٠ ِؼبرٛأثٚ 42 .ً اٌجبة ػٓ ِؼبر ثٓ ججٝفٚ :لبي d. Hadis nomor 54 dan nomor bab 40 ءٛظٌٛ اٌزّٕذي ثؼذ اٝ ِب جبء ف:) ثبة40( ٓ ػٓ ػزجخ ث،ُبد ثٓ أٔؼ٠ ػٓ ػجذ اٌشدّٓ ثٓ ص،ٓ ثٓ عؼذ٠ دذصٕب سشذ،جخ١ دذصٕب لز-54 ٟذ إٌج٠ ػٓ ِؼبر ثٓ ججً لبي سأ،ُٕ ػٓ ػجذ اٌشدّٓ ثٓ غ،ٟ ػٓ ػجبدح ثٓ ٔغ،ذ١ّد .ٗثٛٗ ثطشف صٙجٚ ظؤ ِغخٛعٍُ إرا رٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝص ٓػجذ اٌشدّٓ اثٚ ٓ ثٓ عؼذ٠سشذٚ ,ف١إعٕبدٖ ظؼٚ ت٠ش غش٠ ٘زا دذ:ٝغ١ ػٛلبي أث .ش٠ ععؼفبْ اٌذذٝم٠بد ثٓ أٔؼُ األفش٠ص ِٝٓ ثؼذُ٘ فٚ ٍُعٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صَٝ ِٓ أً٘ اٌؼٍُ ِٓ أصذبة إٌجٛلذ سخص لٚ .ءٛظٌٛاٌزّٕذي ثؼذ ا ٓذ ث١ ػٓ عؼ, رٌهٜٚسٚ ْصٛ٠ ءٛظًٌٛ إْ ا١ِٓ وش٘ٗ إّٔب وش٘ٗ ِٓ لجً أٔٗ لٚ .ٜاٌض٘شٚ ت١اٌّغ ٛ٘ٚ – ٕٝ ػ, ثٓ ِجب٘ذٍٝٗ ػ١ٕ دذص:ش لبي٠ دذصٕب جش,ٜذ اٌشاص١ّدذصٕب ِذّذ ثٓ د ءٛظٌٛء ألْ اٛظًٌٛ ثؼذ ا٠ إّٔب وشٖ إٌّذ: لبيٜ ػٓ اٌض٘ش, ػٓ صؼٍجخ- صمخٜػٕذ 43 .ْصٛ٠ Dalam bab 40 ini ada dua hadis dan keduanya mu’allal. Pertama riwayat Sufyan bin Waki‟ bin al-Jarrah dari Abdullah bin Wahab dari Zaid bin Hubab dari Abi Mu‟adz dari al-Zuhri dari „Urwah dari „Aisyah r.a. Imam al-Tirmidzi berkomentar mengenai hadis yang diriwayatkan Aisyah ini bahwa hadis riwayat Aisyah ini tidak benar ( ُظ ثبٌمبئ١ٌ ش ػبئشخ٠)دذ. Dan tidak ada satu hadis pun dalam bab ini yang datang dari Nabi saw. yang shahîh. Juga dalam sanad hadis ini terdapat perawi bernama Abu Mu‟adz (Sulaiman bin Arqom) yang dihukumi dla’if oleh ulama hadis. Selain dari dua term tersebut masih ada beberapa term-term lain yang digunakan oleh al-Tirmidzi dalam menunjukkan suatu hadis itu adalah mu’allal. F. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan menjadi beberapa poin sebagai berikut: HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 243 Masrukhin Muhsin 1. Ada beberapa term yang digunakan untuk menunjukkan suatu hadis itu mu’allal. Dari beberapa term itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pertama, term yang jelas (خ٠) صش seperti: ،ف١ ظؼ،يٍٛ ِؼ، إخزالغ،ٗ اظطشاة١ ف،يٛٙ سجً ِجdan lainlain. Kedua, term yang tidak jelas ( خ٠ش صش١ ) غseperti: غّغ٠ ٌُ ٗ١ٍعٍُ ػٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝ صٟي إٌجٛ ٘زا ِٓ لٞ ال أدس،ش وزا٠فالْ ِٓ فالْ دذ ش إال٠ ال ٔؼشف ٘زا اٌذذ،ْش إال ػٕذ فال٠ ٌُ ٔجذ ٘زا اٌخذ،ْي فالٛ ِٓ لٚعٍُ أٚ .ْ ِٓ فالdan lain-lain. 2. Perbandingan ‘illat yang terdapat pada matan dan yang terdapat pada sanad adalah dari 148 hadis yang terdapat dalam bab alThahârah Sunan al-Tirmidzi ada 39 hadis yang mu’allal, dua diantaranya terdapat pada matan dan selebihnya, 37 terdapat pada sanad. Ini menunjukkan bahwa perhatian al-Tirmidzi lebih cenderung kepada sanad daripada matan. 3. Latar belakag Imam al-Tirmidzi menyusun kitabnya dengan diawali hadis-hadis mu’allal dan diakhiri dengan hadis-hadis shahîh adalah adanya keinginan untuk menyusun kitab yang belum pernah dilakukan oleh ulama sebelumnya. Juga supaya kitab ini lebih bermanfaat kepada orang banyak, karena ulama sebelumnya meskipun sudah ada yang menyusun kitab khusus hadis shahîh ada pula ulama yang menyusun kitab dengan mencampur antara yang shahîh dan yang tidak dan tidak dijelaskan kualitasnya masing-masing. Imam al-Tirmidzi ingin tampil beda dengan pendahulunya yaitu menyusun kitab diawali dengan hadis mu’allal dan diakhiri dengan hadis shahîh dan dijelaskan pula kualitasnya masing-masing. Hal inilah yang menjadikan nilai plus bagi al-Tirmidzi. Catatan akhir: 1 Al-Hakim, Ma ‘rifah Ulûm al-Hadîts, Cairo, 1935 M, h. 112-113. Ibn Rajab, Syarh 'ilal al-Tirmidzi, (Riyadh: Dar al-„Atha‟, , 2001 M1421 H), h. 391. 3 Abdurrahman bin Abi Hatim, Tuquddimah al-Ma’rifah, (Haidr Abad: Dairat al-Ma‟arif al-Utsmaniyyah, 1371 H / 1951 M), h. 27. 4 Abdurrahman bin Abi Hatim, Tuquddimah …, Ibid. 5 Abi Sa‟id Abd Karim bin Abi Bakr al-Sam‟ani, al-Ansab, (Baghdad: Maktabah al-Mutsanna, 1912 M), h. 384. 2 Tela’ah 244 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 6 Ibn al-Atsir, al-Lubab fi Tahdzib al-Ansab, (Baghdad: al-Mutsanna, , t.t.), h. 3: 44. 7 Ahmad bin Hambal, al-'ilal wa Ma’rifat al-Rijal , Ankara, 1963, h. 1: 140. 8 Ibn Rajab, Syarh 'ilal at-Tirmidzi, h. 17. 9 Ibn al-Shalâh, Muqaddimah Ibn al-Shalâh fi Ulûm al-Hadîts, (T. tp.: Dar Zahid al-Qudsi, t.th), h. 42. 10 Irsal/Mursal, yaitu hadis Tabi‟in besar yang bertemu dengan sahabat seperti Ubaidillah bin „Adi, Sa‟id bin Musayyab atau yang lain berkata: “Rasulullah SAW bersabda ….” Lihat Ibn al-Shalâh, Ibid., h. 25. 11 Mausûl atau muttashil, yaitu hadis yang bersambung sanadnya, setiap perawi mendengar dari orang sebelumnya sampai akhir sanad. Lihat Ibn al-Shalâh, Ibid., h. 21. 12 Mauqûf yaitu hadis yang diriwayatkan dari sahabat baik berupa perkataan, perbuatan atau yang lain. Lihat Ibn al-Shalâh, Ibid., h. 22. 13 Marfu’ yaitu hadis yang disandarkan kepada Rosulullah SAW. Lihat Ibn al-Shalâh, Ibid., h. 22. atau disebut juga dengan musnad. 14 Ibn Rajab, Syarh ‘Ilal al-Tirmidzi, h. 43. 15 al-Suyuthi, Tadrîb ar-Râwi: 1: 251 16 Hammâm, al-‘Ilal fi al-Hadîts, t.tp, 1980 M. hal. 16 17 Ibn Rajab, Syarah al-‘Ilal at-Tirmidzi, Tahqiq dan Ta‟liq Nurudin „itr, Dar al-„Atha‟, Riyadh, hal. 17 18 Ibn as-Shalâh, Ulûm al-Hadîts, hal. 84. Al-Iraqi, Syarh al-Alfiyah, Juz: 1, hal. 237-238. Al-Suyuthi, Tadrîb ar-Râwi, hal. 161.dll. 19 Ibn Rajab, Syarh … , hal. 18 20 al-Hakim, Ma’rifat Ulûm al-Hadîts, hal. 112 21 Ibn al-Shalâh, Muqqaddimah Ibn Shalâh, hal. 81. lihat juga al-Ba’îts al-Hatsîts Syarah Ikhtishâr Ulûm al-Hadîts karya Ahmad Muhammad Syakir, hal. 55 22 Daur artinya perputaran, dari A ke B kemudian ke A lagi dst. 23 Al-Iraqi, Fath al-Mughîts, hal. 104. 24 Al-Iraqi, al-Hasyiah, hal. 105 25 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 10. 26 Suharsini Arikunto, Prosedur …, h. 7 27 Suharsini Arikunto, Prosedur …, h. 7 28 Suharsini Arikunto, Prosedur …, h. 15 29 Suharsini Arikunto, Prosedur …, h. 10. 30 Talaziduhu Ndraha, Reseach Teori Metodologi Administrasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), h. 103 31 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 43. 32 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Thaharoh, Bab: Wujub alThaharoh li al-Shalâh (224). Abu Daud, Kitab al-Thaharoh, Bab Fardl alWudlu’ (95) dari Abi al-Malih dari bapaknya. Ibn Majah, Kitab al-Thaharoh wa Sunanuha, Bab La Yaqbal Allah Shalatan Bighairi Thuhur (272-274). HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 245 Masrukhin Muhsin 33 Hasan Shahîh. Untuk memahami istilah ganda (murokkab) terlebih dahulu harus dipahami definisi hadis hasan itu sendiri. Hadis hasan menurut Imam al-Tirmidzi yaitu: ُٙ إعٕبدٖ ِزْٟ فٛى٠ فغش دغٓ اإلعٕبد ثؤْ الٚ ,ِب وبْ دغٓ اإلعٕبد ٖٛجٗ ٔذٚ ش١ ِٓ غٜٚش٠ٚ ,ْ شبراٛى٠ الٚ ,ثبٌىزة. “Yaitu hadis yang sanadnya bagus, tidak ada perawi yang tertuduh berdusta, tidak janggal dan diriwayatkan maknanya melalui jalan yang banyak.” Apabila hadis hasan tersebut dikuatkan lagi dengan riwayat perawi tsiqat, adil, hafidz, maka hadis tersebut menjadi hasan shahîh. Lihat: Syarh ‘ilal al-Tirmidzi karya Ibn Rajab al-Hambali, Tahqiq dan Ta’liq Nuruddin „Itr, Dar al-„Atha‟, Riyadl, 2001 M/1412 H, Juz I: 384-385. 34 ش٠ِمبسة اٌذذ: dengan dibaca fathah ra’-nya atau kasrah. Menurut as-Sakhawi, kata ini berasal dari kata اٌمشةlawan kata اٌجؼذ. Kalau dibaca kasrah maka maknanya adalah شٖ ِٓ اٌضمبد١ش غ٠ضٗ ِمبسة ٌذذ٠ أْ دذbila dibaca fathah ra’nya maka maknanya ٖش١ش غ٠مبسثٗ دذ٠ ٗض٠ دذkeduanya adalah arti sama, yaitu bahwa hadis ini, berada pada posisi tengah-tengah, tidak sampai menggugurkan hadis atau mengagungkannya. Kata ini merupakan salah sartu kata untuk memuji )(ِذح. Ibn Rusyd berkata: “Hadisnya tidak syadz juga tidak mungkar.” Menurut al-Iraqi kata ش٠ ِمبسة اٌذذmerupakan peringkat ta’dil nomer empat/terakhir setelah pertama yaitu dengan mengulang-ulang lafadz tautsiq seperti . صجذ دجخ، صمخ صمخKedua . ِزفك، صمخKetiga .قٚ صذ،ٗ الثؤط ث،ظ ثٗ ثؤط١ٌ Dan keempat (terakhir) ٍخ٠ٛ ص،ق إْ شبء هللاٚ صذ،ش٠ش ِمبسة اٌذذ٠ذ اٌذذ١ جdll. Lihat arra’yu wa at-takmil fi al-Jarh wa at-Ta’dil karya al-laknawi, Tahqiq Abdul Fatah Abu Ghadah, Dar-al-aqsha, Darrasah, Beirut, 1978 M/1407 H. h. 147150. 35 Diriwayatkan oleh al- Bukhari, Kitab al-Wudlu’, Bab Ma Yaqul ‘inda al-Khola’, Kitab al-Da’awat, Bab al-Du’a ‘inda al-Khola’. Muslim, Kitab al-Haidl Bab Ma Yaqul idza Aroda al-Khola’ (122-375). Abu Daud, Kitab al-Thoharoh, Bab Ma Yaqul al-Rojul idza Aroda al-Khola’ (4). AlNasa‟i, Kitab al-Thoharoh, Bab al-Qaul ‘inda Dukhul al-Khola’. Ibn Majah, Kitab al-Thoharoh wa Sunanuha, Bab Ma Yaqul al-Rojul idza Dakhola alKhola’ (297). 36 Diriwayatkan al-Bukhari, Kitab al-Wudlu’, Bab Ma Yaqul ‘inda alKhola’. Kitab al-Da’awat, Bab al-Du’a ‘inda al-Khola’. Muslim, Kitab alHaidl, Bab Ma Yaqul idza Aroda al-Khola’ (122-375). Abu Daud, Kitab alThoharoh, Bab Ma Yaqul al-Rojul idza Dakhola al-Khola’ (4). Al-Nasa‟i, Kitab al-Thoharoh, Bab al-Qaul ‘inda Dukhul al-Khola’ (19). Ibn Majah, Kitab al-Thoharoh Wa Sunanuha, Bab Ma Yaqul al-Rojul idza Dakhola al-Khola’ (298). 37 Idlthirab atau mudlthorib yaitu perawi hadis berbeda dalam menyebut nama guru atau dari segi lain saling bertentangan yang tidak bisa dirajihkan salah satunya atas yang lain. Bisa terjadi pada sanad juga bisa terjadi pada matan. Bila ada hadis saling bertentangan, dalam matan atau sanad, dari seorang perawi atau lebih, jika bisa dilakukan tarjih maka lakukanlah. Tapi kalau tidak bisa dilakukan tarjih, maka hadis tersebut tetap mudltharib dan otomatis dihukumi dla‟if. Kecuali satu hal, yaitu perbedaan yang terjadi dalam nama perawi, atau nama bapaknya atau nisbatnya dan perawi tadi tsiqah, maka Tela’ah 246 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) hadis itu tetap dihukumi shahîh. Dalam dua kitab shahîh (shahîh Bukhari dan shahîh Muslim) banyak hadis semacam ini. lihat al-Ba’it al-Hatsits Syarh Ikhtishar Ulûm al-Hadîts li al-Hafidz ibn Katsir, karya Ahmad Muhammad Syakir, Dar at-Turats, Cairo, 1979 M/1399 H. h. 60. 38 Diriwayatkan oleh al-Thabrani (10/74) (9952). Ahmad dalam Musnadnya (1/388, 418). 39 Diriwayatkan juga oleh Muslim, Kitab al-Thahârah, Bab al-Dzikr al-Mustahab ‘Aqiba al-Wudlu’ (234). Abu Daud, Kitab al-Thahârah, Bab Ma Yaqul al-Rajul Idza Tawadla’a (169). Al-Nasa‟i, Kitab al-Thahârah, Bab alQaul Ba’da al-Firagh Min al-Wudlu’ (148). Ibn Majah, Kitab al-Thahârah, Bab Ma Yuqal Ba’da al-Wudlu’. 40 Diriwayatkan juga oleh Abu Daud, Kitab al-Thahârah, Bab alRukhshah fi Dzalika (13). Ibn Majah, Kitab al-Thahârah Wa Sunanuha, Bab alRukhshah fi Dzalika fi al-Kanif (325). 41 Diriwayatkan Oleh al-Nasa‟i, Kitab al-Thahârah Bab al-Baul fi alBait Jalisan (29) Ibn Majah, Kitab al-Thahârah Bab Fi al-Baul Qa’idan (307308). 42 Diriwayatkan al-Hakim, al-Mustadrak (1/154), Kitab al-Thahârah. Al-Baihaqi (1/185), Kitab al-Thahârah, bab al-Tamassuh al-Mandil, al-‘Ilal li Ibni Abi Hatim (1/19). Athraf (al-Afrad wa al-Gharaib li al-Daruquthni) li Ibni al-Qaisarani (11) 43 Diriwayatkan al-Baihaqi (1/236). DAFTAR PUSTAKA Abu Rayyah, Mahmud, Adwa’ ‘ala al-Sunnah alMuhammadiyyah aw Difa’ an al-Hadits, Dar al-Ma‟rifah, Mesir, t.th. Abu Syuhbah, Muhammad Muhammad, Fi Rihab al-Sunnah alShihah al-Sittah, Silsilah al-Buhuts al-Islamiyyah, Mesir, 1969 M. Abu Zahwu, Muhammad Muhammad, al-Hadits Muhadditsun, Maktabah Misr, Mesir, t.th. wa al- Ahmad bin Hambal, al-‘Ilal wa Ma’rifat al-Rijal, Ankara, 1963. Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta, 1993 M. al-Azdi, Yazid bin Muhammad, bin Iyas Tarikh al-Mushil, alMajlis al-A‟la Li as-Syu‟un al Islamia, Cairo, 1967 M. HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 247 Masrukhin Muhsin Badran, Badran al-Ainan, al-Hadits al-Nabawi Mathba‟ah Fainus, Iskandariyyah, 1983. al-Syarif, Badruddin Muhammad Ibn Ibrahim, al-Manhaj al-Rawi fi Mukhtasar ‘Ulum al-Hadits al-Nabawi, Dar al-Kutub alIlmiyyah, Beirut, 1990 M. al-Baghdadi, Al-Khatib, al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, Dar alKutub al-Haditsah, Cairo, 1972. al-Darimi, Sunan al-Darimi, Dar al-Ma‟arif, Cairo, t.th. al-Dzahabi, Syamsuddin, Siyar al-A’lam al-Nubala, Mu‟assasah al-Risalah, Beirut, 1990 M. ……., Mizan al-I’tidal fi Naqd al-Rijal, Mathba‟ah Isa al-Babi alHalabi, Beirut, 1963 M. al-Fairuz Abadi, Majduddin, al-Qamus al-Muhith, Musthafa alHalabi, Cairo, cet ke-2, 1952 M. Al-Hakim, Ma’rifat Ulum al-Hadits, Ofset, Cairo, 1935 M. ……., Al-Mustadrok, Da‟irot al-Ma‟arif al-Usmaniyyah, al-Hind, 1334 H al-Hambali, Ibn Rajab, Syarah ‘Ilal at-Tirmidzi, Dar al-„Atha‟, Riyadh, 2001 M. H. AR. & JH Kraemers (ed.). Dairat al-Ma’arif al-Islamiyyah, Teran Buser Hanbary, t.p, 1983. Ibn Abi Hatim, Abdurrahman, al-‘Ilal, Mathba‟ah Salafiah, Cairo, 1343 H. ......., Tuquddimah al-Ma’rifah, Dairoh al-Ma‟arif al-Usmaniyyah, Hyder Abad, 1951 M Ibn al-Atsir, al-Lubab fi Tahdzib al-Ansab, al-Mutsanna, Baghdad, T. th. Ibn Fadlil, Lisan al-Mizan, Dar al-Fikr, Beirut, 1987 M. Ibn Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Mushtafa al-Halabi, Cairo. Ibn Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, Dar Shadir, Beirut, 1325 H. Ibn al-Jauzi, Aburrahman, Talqih Fuhum Ahli al-Atsar, Maktabah al-Adab, Cairo, 1975 M. Tela’ah 248 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Ibn Katsir, Isma‟il bin Umar al-Qurasyi al-Dimasyqi, Jami’ alMasanid wa al-Sunnah, Mathba‟ah al-Jannah al-Ta‟lif wa al-Tarjamah, Beirut, 1970 M. Al-Laknawi, al-Raf’u wa al-Takmil fi al-Jarh wa al-Ta’dil, Maktabah al-Mathba‟ah al-Islamiyyah, Hilb, 1962. Ibn Mandzur, Jamaluddin Muhammad, Lisan al-Arab, Thaba‟ah Bulaq, ad-Dar al-Mishriyah li-Ta‟lif wa Tarjamah. Ibn as-Shalah, Muqaddimah Ibn as-Shalah, al-Maktabah alIlmiah, Madinah Munawarah, 1972 M. Ismail, Muhammad Syuhudi, Metodologi Kritik Hadits, Bulan Bintang, Jakarta, 1992. ......., Metodologi Penelitian Hadits Nabi, Bulan Bintang, Jakarta, 1992 M. al-Iraqi, Zainuddin, Fath al-Mughits Syarh Alfiah al-Hadits, T.tp, 1937 M. „Itr, Nuruddin, al-Imam al-Tirmidzi wa Muwazanatuh bain Jami’ih wa Shahîhaain, Mathba‟ah al-Jannah al-Ta‟lif wa al-Tarjamah, 1970 M. al-Khathib, Muhammad „Ajjaj, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut, 1989 M. al-Madini, Ali bin Ja‟far, al-‘Ilal, al-Maktab al-Islami, Beirut, 1972 M. al-Mubarakfuri, Muhammad, Tuhfat al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ al-Tirmidzi, Ba‟at al-Madani, Mesir, 1963 M. Muslim , Shahîh Muslim, Isa al-Halabi, Cairo, 1965 M. Al-Nasa‟i, Sunan al-Nasa’i, dengan syarah Jalaluddin al-Suyuthi, al-Maktabah al-ilmiyyah, Beirut, t.th. Ndraha, Talaziduhu, Reseach Teori Metodologi Administrasi, Bina Aksara, Jakarta, 1985 M. Al-Qasimi, Qawa’id al-Tahdits, al-Halab „Isa al-Babi, Mesir, 1963. ar-Razi, Muhammad bin Abi Bakr bin Abdul Qadir, Mukhtar asShahah, Dar Nahdlah, Mesir. HADIS-HADIS MU‘ALLAL DALAM KITAB SUNAN 249 Masrukhin Muhsin as-Sakhawi, Muhammad bin Abdurrahman, Fath al-Mughits Syarh Alfiah al-Hadits, Maktabah Salafiah, Madinah Munawarah, 1968 M. Sa‟id, Hammam Abdurrahim, al-‘Ilal fi al-Hadits, T.tp, 1980 M. Al-Sam‟ani, al-Ansab, al-Mutsanna, Baghdad, 1912 M. as-Suyuthi, Jalaluddin, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib anNawawi, Dar al-Kutub al-Haditsiyah, Cairo, cet ke-2, 1966 M. Sutarmadi, Ahmad, al-Imam al-Tirmidzi Peranannya dalam Pengembangan Hadits dan Fiqh, Logos, Jakarta, 1998 M. Syakir, Ahmad Muhammad, (pentahqiq). Al-Jami’ al-Shahîh, alHalabi, Cairo, 1973 M. ……., al-Ba’its al-Hatsits Syarh Ikhtishar Ulum al-Hadits, Dar alTurats, Cairo, 1979 M Al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Shahîh au Sunan al-Tirmidzi, Musthafa al-Halabi, 1965 M Zaidan, Mursi, Tarikh al-‘Arab al-‘Arobiyyah, Dar al-Hilal, Beirut, t.th. al-Zaila‟i, Muhammad bin Abdillah bin Yusuf, Nasb al-Royah li Takhrij al-Ahadits al-Hidayah, Dar al-Ma‟mun, Cairo, 1357 Hadits Tela’ah 250 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL BERBASIS KOMPUTER MENGGUNAKAN ULEAD VISUAL STUDIO STUDI KASUS IAIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN Aan Ansori Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Abstrak Migrasi adalah proses penyalinan data digital secara periodik dari media lama ke dalam media yang lebih baru, dengan format yang standard. Migrasi merupakan proses transfer koleksi digital dari konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak tertentu ke dalam konfigurasi lainnya, atau dari satu generasi teknologi komputer ke dalam teknologi komputer yang lebih baru, migrasi micro teaching dari analog ke digital merupakan perpidahan/pergantian sebagian alat yang di gunakan untuk memudahkan pengguna, menghemat tempat arsip/dokumentasi penyimpanan dan efesiensi biaya. Kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten merupakan penyumbang alumni guru yang setiap tahun mewisuda 2 (dua) kali, berupaya untuk mengoptimalkan dalam metode pengajaran kelas yang perlu untuk mendigitalisasi data dalam bentuk file digital yang dapat disimpan dalam media harddisk, flashdisk dan compaq disk (CD) baik dalam format VCD atau DVD.Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan mengimplementasikan migrasi data analog menjadi data digital untuk memudahkan pengarsipan data, dengan copy file mahasiswa atau dosen dapat mengevaluasi langsung kegiatan yang sedang berjalan tanpa harus menunggu proses pembelajaran di kelas yang sedang berlangsung berhenti. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi literatur mengenai migrasi data analog ke data digital yang selanjutnya diimplementasikan di IAIN SMH Banten.Hasil penelitian diperoleh bahwa implementasi migrasi data analog ke data digital dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengambil file dapat dicopy dalam bentuk cakram padat atau copy flashdisk yang setiap mahasiswa dan dosen punya. Kata kunci : Migrasi analog ke digital. MIGRASI MICRO TEACHING DARI 251 ANALOG KE DIGITAL Aan Ansori A. Pendahuluan 1) Latar Belakang Dunia multimedia pada ere globalisasi sangat berkembang dengan pesat setelah komputer sebagai media atau alat yang sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan manusia dalam melakukan tugas-tugas dalam kaitanya dengan digitalisasi. Digitalisasi Video dewasa ini sudah mulai banyak diminati oleh banyak kalangan non-profesional untuk merekam data dari video kameran dan dapat mengedit video sederhana hingga tingkat menengah, seperti video dokumentasi video pembelajaran mahasiswa/i sebelumnya yang terdapat pada ruangan micro teaching, kelas, dan lain-lain. Dewasa ini telah banyak software ataupun hardware yang mempermudah orang awam untuk mengedit video sendiri. Salah satu software video editing untuk semi-profesional yang cukup banyak diminati adalah Ulead Video Studio, Ulead Video Studio sekarang sudah memeliki banyak versi dari versi pertama sampai sekarang sudah sampai versi 12. Alasan mengapa memilih program ini di karenakan selain program ini cukup populer juga program ini kecil, sederhana, ringan dan amat sangat mudah dipergunakan dan dipelajari. Bagaimana mengolah file-file gambar dan potongan video menjadi sebuah video yang menarik sesuai dengan keinginan. Nanti akan coba diuraikan, bisa menambahkan Effect, Title, Overlay dan Sound dalam video. Cara memotong video, Setelah selesai bisa dilanjutkan menjadikan kedalam banyak format seperti dalam bentuk mpg video dengan mengklik “Share” kemudian Create Video File - Pilih VCD PAL Masukkan nama file - Save. Setelah selesai Anda bisa memburning file mpg tadi mejadi VCD, atau file format digital video disk yang akan dijadikan format DVD. 2) Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana konsep dasar Migrasi data analog ke data digital? b. Bagaimana rancangan Migrasi Micro Teaching dari analog menjadi digital berbasis komputer menggunakan Ulead Tela’ah 252 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Video studio di kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten? c. Bagaimana implementasi Migrasi Micro Teaching dari analog menjadi digital berbasis komputer menggunakan Ulead Video studio di kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten? 3) Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Maksud penelitian ini adalah untuk merancang dan mengimplementasikan Migrasi Micro Teaching dari analog menjadi digital berbasis komputer menggunakan Ulead Video studio di kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui konsep dasar Migrasi Micro Teaching dari analog menjadi digital berbasis komputer. b. Untuk mengimplementasikan Migrasi Micro Teaching dari analog menjadi digital berbasis komputer menggunakan Ulead Video studio di kampus IAIN SMH Banten. c. Untuk membatu dan memudahkan migrasi media penyimpanan analog menjadi data digital dengan berbasis komputer. Penelitian ini sangat bermanfaat, karena dengan melakukan penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: a. Dikuasainya konsep dasar migrasi data analog menjadi data digital sebagai media dokumentasi file dalam bentuk digital b. Dimilikinya rancangan migrasi data analog ke digital. c. Dimilikinya aplikasi perangkat lunak untuk mengolah data digital dengan konveter USB Easycap sebagai sarana dokumentasi dalam bentuk digital pada kelas pembelajaran microteaching. B. Metodologi Penelitian 1) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan September 2013 di IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Jl. Jendral Sudirman 30 Serang. 2) Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 253 Aan Ansori lunak (software). Perangkat keras yang digunakan adalah Personal Computer (PC), Konveter USB EasyCap dan Video Kamera Putar dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabel .1. Alat dan Bahan Penelitian No 1 Nama Perangkat PC 2 3 Konveter USB EasyCap Video Camera Putar/Webcam Spesifikasi Intel Pentium Dual Core 2.2 GHz, 1 MB DDR2, 250 GB HDD USB EasyCap 2.0 Video camera/Webcam Sedangkan perangkat lunak yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel .2. Spesifikasi Perangkat Lunak No 1 2 3 Nama Software Driver USB EasyCap Ulead VideoStudio Dierctx Spesifikasi Somagic Hangzhou Technology Co.Ltd Ulead VideoStudio 10.0 Directx 9 3) Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi literatur mengenai Konveter USB EasyCap sebagai perangkat kerasnya yang selanjutnya mengimplementasikan Migrasi data analog ke digital dengan aplikasi pengolah citra Ulead VideoStudio sebagai perangkat lunaknya di IAIN SMH Banten. 4) Langkah Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk merancang dan mengimplementasikan Migrasi data analog ke digital dengan Ulead Video Studio sebagai bentuk digitalisasi data kedalam bentuk yang lebih simple atau padat berupa file bentukan yang dapat disimpat pada hardisk, compac disc dan flashdisk di IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Secara garis besar, tahapan penelitian terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap perancangan/instalasi perangkat lunak dan perangkat keras serta tahap implementasi C. Kerangka Teori 2.1. Migrasi Migrasi adalah proses penyalinan data digital secara Tela’ah 254 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) periodik dari media lama ke dalam media yang lebih baru, dengan format yang standard. Migrasi merupakan proses transfer koleksi digital dari konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak tertentu ke dalam konfigurasi lainnya, atau dari satu generasi teknologi komputer ke dalam teknologi komputer yang lebih baru.1 Migration is periodic transfer of digital materials from one hardware/ software configuration to another or from one generation of computer to a subsequent generation so as to preserve the integrity of digital objects and to retain the ability of user to retrieve, display and otherwise use them in the face of constantly changing technology.“ 2 Definisi tersebut menyatakan bahwa migrasi merupakan proses transfer koleksi digital secara periodik dari konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak tertentu ke dalam konfigurasi lainnya, atau dari satu generasi teknologi komputer ke generasi yang lebih baru dengan tujuan untuk melestarikan objek digital agar para pengguna dapat menemukan kembali, menampilkan dan menggunakan objek digital tersebut seiring dengan perubahan teknologi yang terjadi. Migrasi memuat perubahan konfigurasi yang mendasari data, tanpa mengubah isi intelektualnya. Strategi migrasi ini dilakukan agar koleksi digital yang tersimpan dapat terus diakses oleh penggunanya. Strategi migrasi mencakup transfer data antar media penyimpanan eksternal (contohnya dari disket ke CD atau DVD), media penyimpanan internal (contohnya dari hardisk ke hardisk yang dapat diakses secara online), produk perangkat lunak (melaksanakan up date terhadap perangkat lunak yang digunakan), serta fomat penyimpanan (mengikuti format standar yang berlaku).3 Strategi migrasi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan strategi migrasi tersebut antara lain pertama, perpustakaan tidak perlu meyimpan aplikasi originalnya. Kedua, memungkinkan manajemen dan perawatan secara aktif. Ketiga, format standar menawarkan akses yang stabil dan berkelanjutan. Keempat, dengan strategi migrasi isi intelektual dari koleksi digital ini dapat dilestarikan. Adapun kelemahankelemahan strategi ini adalah diperlukannya perawatan secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan teknologi sehingga menghabiskan banyak biaya. MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 255 Aan Ansori 2.2. Pengajaran Mikro (Micro Teaching) Definisi tentang Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang dapat dikemukakan, diantaranya adalah : Micro teaching is a method that has been used since 1960’s in teacher educationand in other teaching-learning environments. Its application showed that ineducation, medicine, anthropology classes teacher behaviors are affected considerably by micro teaching, and micro teaching improves teachers’behaviors in learning environment. It can be used for a range of functions fromteacher education to teacher employment and in-service courses.4 Micro Teaching is a Performance training method designed to isolated the component partof teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation. Micro Teaching adalah suatu metode belajar mengajar atas dasar Performance yang tekniknya dengan cara mengisolasikan komponen–komponen proses belajar mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan.5 Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) merupakan salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Micro teaching dapat didefinisikan sebagai sebuah konteks pelatihan yang mana situasi telah direduksi dalam suatu skop atau disederhanakan dalam beberapa cara yang sistematis. Menurut Wikipedia: Microteaching is a training technique where by the teacher reviews a videotape of the lesson after each session, in order to conduct a "post-mortem". Teachers find out what has worked, which aspects have fallen short, and what needs to be done to enhance their teaching technique. Dengan kata lain Micro teaching adalah teknik pelatihan dimana guru melakukan review dari sesi pembelajaran yang dilakukan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran yang telah dilakukannya, apa kekurangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dewasa ini telah banyak beredar fungsi dan kegunaan dari berbagai macam Laboratorium Microteaching, ada beberapa perusahaan yang mengembangkan Laboratorium Microteaching berbasis Multimedia, yaitu perubahan dari Microteaching Tela’ah 256 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Konvensional ke Digital. Record evaluasi dengan output berbentuk VCD/ DVD yang siap ditelaah, distance learning (pembelajaran jarak jauh), materi belajar dengan penyampaian yang komprehensif dan interaktif, simulasi berbasis multimedia dan penayangan video pembelajaran. 2.3. Ulead Video Studio Merupakan program aplikasi komputer yang digunakan untuk keperluan editing video dan gambar yang dapat berjalan pada komputer dengan Sistem Operasi windows XP, maupun windows 7 dan windows vista. Ulead Video Studio Anda juga dapat mengedit video-video yang di hasilkan dari divicam, kamera digital, handphone, atau perangkat lainnya. Dan dapat menggabungkan video dengan gambar, musik, dan suara. Ulead Video Studio adalah program aplikasi komputer yang digunakan untuk keperluan editing video. Program ini dirancang untuk dapat digunakan pada komputer dengan Sistem Operasi Windows XP, maupun 7 dan Vista. Seperti hal nya dengan Windows Movie Maker, dengan Ulead Video Studio Anda juga dapat mengedit video-video yang Anda hasilkan dari divicam, kamera digital, handphone, atau perangkat lainnya. Di sini Anda juga dapat menggabungkan video dengan gambar, musik, dan suara. Ulead Video Studio memiliki fasilitas pengeditan yang cukup lengkap seperti adanya efek transisi, title, memotong video, menggabungkan video dengan gambar, musik, dan sebagainya. Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu yang mudah dipahami. 2.4. Keuntungan Ulead 1. Memiliki tampilan yang menarik, sederhana dan menu-menu yang mudah dipahami sehingga bagi tingkat pemula yang ingin belajar editing video akan lebih cepat menguasai dalam waktu yang singkat. 2. Dapat menghasilkan video dan musik dalam berbagai format seformat video yaitu avi, wmv, mpeg, asf, dan mp4. Sedangkan yang dihasilkan yaitu waf, wma, mpa, dan mp4. MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 257 Aan Ansori 3. Tersedianya pilihan efek transisi, video filter, dan tema teks yang banyak dan menarik. 4. Terdapat fasilitas overlay track manager, dimana anda dapat menjalankan dua video secara bersamaan di dua track yang berbeda. 5. Dapat melakukan import video atau gambar dari perangkat mobile, seperti handphone, PDA, atau smartphone. D. Pembahasan dan Temuan Penelitian 1) Hasil Studi Literatur Migrasi merupakan perpindahan dari satu tempat/media ke tempat/media yang lain atau penyalinan secara periodik kedalam media yang lebih baru, dan format yang standar. Migrasi dalam hal ini merupakan proses tranfer koleksi digital dari konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak tertentu ke dalam konfigurasi lainnya, atau dari satu generasi teknologi komputer ke dalam teknologi komputer yang lebih baru. Migrasi disini adalah migrasi data yang terdahulu pada lab microteaching untuk media penyimpanan hasil pengajaran dikelas pada mata kuliah pengajaran di kelas menggunakan kaset video betamax yang memerlukan tempat ata media yang besar ukuranya, pada proses yang dilakukan sekarang ini cukup dengan peralatan komputer desktop/laptop yang terhubung dengan konverter perubah (USB EasyCap) saja data keluaran tersebut dapat di simpan dalam bentuk data digital yang dapat di copy dan di perbanyak tanpa memerlukan waktu yang lama dan juga mempermudah mahasiswa mencopy-nya dalam bentuk kepingan compaq disk (CD) atau dapat salin/copy kedalam media ekternal media penyimpanan seperti flashdisk, MMC Card dan eksternal hardisk. 2) Hasil Studi Lapangan IAIN SMH Banten merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang berada di Provinsi Banten. Saat ini, IAIN SMH Banten memiliki 3 fakultas yaitu Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dan Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab, dengan total keseluruhan memiliki 14 jurusan. Saat ini IAIN SMH Banten memiliki lab microteaching sebagai sarana mahasiswa/i melakukan pengajaran di kelas dengan di dampingi oleh dosen pengajar pada lab microteaching Tela’ah 258 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) dan di rekam pada saat pembelajaran di kelas untuk dokumentasinya, namun fasilitas yang digunakan masih menggunakan video player rekam untuk dokumentasinya. Dengan migrasi data analog ke digital ini dapat mendokumentasikan data tersebut dengan mudah dan tidak memerlukan banyak tempat. Aplikasi yang terdapat ada microteaching yang ada pada awalnya terdiri dari beberapa alat diantara: a. Video Kamera putar yang berfungsi untuk menggambil gambar dari depan kamera video. b. Konveter USB Easycap yang berfungsi untuk mengkonversi data analog yang diterima dari camera video di jadikan data digital untuk memudahkan pembacaan data pada computer (PC). c. Komputer (PC) berfungsi untuk memonitor atau melihat gambar/video yang dihasilkan dari kamera video putar dan di olah menjadi file video dalam bentuk data digital yang bisa di bentuk dalam format file movie berupa DV/DVD, VCD, ataupun file bentukan untuk ipad dan handphone file format 3gp. d. Kontrol Kamera Video yaitu untuk mengendalikan putaran kamera video, yang bisa di set manual maupun otomatis, dan dapat melakukan zoom pada objek yang sedang diambil gambar/videonya. Adapun cara kerja pada Microteaching data digital, dapat dilihat pada gambar berikut ini; Komputer USB Easycap Video Camera Gambar .1. Skema Microteaching Data Digital Gambar/Video gambar yang di tangkap (capture) oleh Video Kamera di rekam/save oleh Komputer (PC) melalui interface USB Easycap yang membentuk data digital dari data siyal analog yang dihasilkan oleh kamera video, dan dari usb easycap ini masuk kedalam port usb computer dimana data tersebut di monitor oleh aplikasi ulead video studio yang dapat di olah menjadi file video dan format bentukan filenya dapat di pilih sesuai dengan pilihan dari operator pengguna computer. Berdasar kondisi objektif di atas, maka dalam penelitian MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 259 Aan Ansori ini dipilih perangkat-perangkat sebagai berikut: a. Kebutuhan Hardware Komputer (PC) Kebutuhan Hardware (PC) atau Perangkat Keras untuk migrasi microteaching dari Analog ke digital sangat mudah di terapkan dan juga dengan fasilitas yang minimal sekali pun dapat berjalan ; 1. Intel Pentium 4 atau yang lebih tinggi 2. Microsoft Windows XP SP2 Home Edition/Professional, Windows XP Media Center Edition, Windows XP Professional, Windows Vista dan Windows Seven. 3. Kapasitas RAM 1 Gb atau lebih untuk membuat dump memori lebih leluasa dalam mengkonversi data. 4. Ruang hard disk hendaknya lebih dari 120 GB, untuk sistem menggunakan windows seven membutuhkan ruang 20 Gb dan untuk data lebih baik menggunakan kapasitas lebih dari 100 Gb sebagai media penyimpan sementara data capture video, yang selanjutnya dapat di burning ke CD/DVD. 5. CD/DVD ReWrite untuk membackup data pada CD/VCD/DVD sebagai media eksternal data backup. b. Kebutuhan Hardware Konveter USB EasyCap. 1. USB EasyCap yang terdiri dari USB Input, konektor video, Konektor Audio Left dan Audio Left. 2. CD driver installernya. c. Kebutuhan Software Software atau perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membuat Migrasi Analog ke Digital adalah : 1. Sistem Operasi windows Xp atau ke windows yang lebih 2. tinggi yaitu windows vista atau windows 7. 3. Perangkat lunak yang digunakan adalah Driver Instal yang terdapat pada CD bawaan dari USB EasyCap yaitu driver Chipset Somagic Hangzhou Technology Co.Ltd. 4. Aplikasi perangkat lunak directx versi 9 yang terdapat dalam CD bawaan EasyCap atau dapat juga di ganti dengan bawaan dari windowsnya dengan kompatibel direct drawnya, jika bisa memungkan, akan tetapi kecenderungannya dengan mengintalkan directx 9 untuk proses lebih baiknya. 5. Aplikasi perangkat lunak Ulead Video Studio untuk layar kerja pada komputer yang digunakan, sebagai interface antara video kamera, konveter Usb EasyCap, komputer dan aplikasi Ulead videoStudio. 3) Perancangan Microteaching Tela’ah 260 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Microteaching yang diterapkan dalam rancangan ini memanfaatkan bagian-bagian yang sudah ada dengan menambahkan konveter yang merubah data analog menjadi digital (USB Easycap) dan komputer (PC) untuk mengolah data tersebut dalam bentuk data digital, yang dapat di copy langsung pada media internal (hardisk) atau media ekternal (hardisk ekternal, flashdisk, Compaq Disk [CD] dan lain-lain), sehingga para mahasiswa/i yang melaksanakan pembelajaran di kelas microteaching dapat meng-copy file dan dosen pembimbing di kelas juga dapat meng-copy file untuk dikoreksi atau memberikan penilaian pada masing-masing mahasiswa yang melakukan peraktek pengajaran di kelas microteaching. Adapun peralatan yang dapat digunakan seperti kamera video yang ada di ruangan microteaching masih dapat di gunakan, yang berbeda adalah media penyimpanan akhir dari microteaching. Pada gambar .2. menjelaskan perangkat microteaching data sinyal analog yang terdapat pada laboratorium IAIN SMH Banten yaitu, data video gambar di tangkap oleh kamera yang terpasang pada kelas microteaching yang disalurkan oleh kabel coaxtial/kabel yang di pakai untuk antena televisi atau sebagai penghubung pada alat perekam video/video player yang dapat merekam gambar pada pita kaset video gambar yang pada hal ini masih menggunakan kaset VHS sebagai media penyimpanan akhir yang digunakan sebagai dokumentasi, dan selanjutnya di hubungkan pada televisi untuk melihat atau menampilkan gambar yang diperoleh dari kemera yang terdapat pada ruang kelas microteaching. Video Gambar .2. Microteaching Perekam Data Analog TV Kamera Pada gambar .3. menjelaskan data gambar yang diperoleh dari kamera yang terpasang pada ruangan microteaching di salurkan melalui kabel coaxtial/kabel antena televisi yang masuk pada port line in untuk video yang biasanya kabel video tersebut berwarna kuning dan untuk suara pada port atau kabel yang berwarna merah untuk suara left (kiri) dan port atau kabel warna putih untuk suara MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 261 Aan Ansori right (kanan), selanjutnya masuk kedalam USB easycap yang akan merubah data yang masuk berupa sinyal analog menjadi data sinya digital yang akan di lanjutkan masuk kedalam port usb yang terhubung pada port usb pada komputer (PC) yang digunakan untuk menampilkan gambar dan sekaligus menyimpan data video gambar pada komputer dalam bentuk digital dan format gambar yang dapat dibentuk sesuai dengan keinginan user untuk menyimpanan, adapun format yang disediakan oleh aplikasi ulead video studio yaitu; format DV, DVD, SVCD, VCD, Mpeg, 3Gp dan lain-lain. Gambar .3. Microteaching Data Konveter USBDigital P Easycap C Kamera a 4) Implementasi Microteaching Langkah-langkah dalam implementasi yang di lakukan adalah sebagai berikut : Install Driver Easycap Install Directx 9 Install Video Studio 5) Pengujian Microteaching Video studio merupakan aplikasi peralatan/tools yang diguakan untuk mengolah data gambar atau video yang dihasilkan dari kamera yang terhubung pada easycap dan dari easycap yang terhubung melalui port usb yang terdapat pada computer dan di baca dan di monitor pada aplikasi video studio ini Pada system microteaching yang menggunakan data storage menggunakan hardisk yang terdapat pada computer (PC) dan dalam penyimpananya data digital file video/movie dalam bentuk format file dari yang ukuran untuk terkecilsampai dengan ukuran yang terbesar dan dengan format kualitas rendah sampai format kualitas tinggi Tela’ah 262 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Gambar .4. Layar Kerja Ulead Video Studio 6) Evaluasi Migrasi Microteaching Analog ke Digital Kelebihan dan Kekurangan Migrasi Microteaching Analog ke Digital Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari migrasi microteaching data analog ke data digital, yaitu: 1) Dari sisi user, migrasi data analog ke data digital dapat menekan biaya lebih rendah di badingkan menggunakan data analog, terutama dalam proses copy hasil videonya, dengan data digital cukup di copy pada flashdisk atau di buat data sharing sedangkan pada data analog di perlukan data kaset video yang dan perlu alat penggandaan untuk merepika kaset video tersebut. 2) Dilihat dari sisi Peralatan, microteaching digital lebih ringkas cukup dengan satu computer (PC) dapat menangani semua kegiatan dan tidak perlu ruangan yang besar untuk dokumentasi hasil dari video gambar tersebut, cukup dengan copy ke harddisk eksternal yang mempunyai kapasitas terabyte atau bias burning ke Compaq disk (CD). Mampu mereplika/menggandakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang realtif singkat, terganting dari besar kecilnya file yang dihasilkan. Berdasarkan pengujian dan analisis kinerja migrasi data analog ke data digital baik berupa penanganan kesalahan ataupun pengujian sistem, dapat diperoleh beberapa kekurangan dan kelebihan sistem, diantaranya: 1) Kelebihan a. Ulead Video studio dirancang khusus untuk membangun video gambar yang dinamis dan dengan fasilitas yang legkap dan mudah di gunakan. MIGRASI MICRO TEACHING DARI 263 Aan Ansori ANALOG KE DIGITAL b. Migrasi dari data analog ke data digital dapat menghemat biaya di bandingkan dengan data microteaching analog. c. Migrasi dari data analog ke data digital dapat mereplika hasil dari video gambar dengan cepat dan mudah. d. Migrasi dari data analog ke data digital dapat menyimpan file dengan format yang beragam, dari kualitas format 3gp sampai dangan format DV/DVD yang mempunyai kualitas gambar sangat tinggi. e. Media penyimpanan bisa menggunakan internal memori (hardisk internal) dan eksternal memori (flashdisk, mmc card, hardisk eksternal dan media storage lainnya) dan juga langsung burning CD dalam bentuk VCD atau DVD tergantung pada fasilitas computer (PC) yang disediakan, jika yang terdapat pada CD-Writer maka hanya dapat mereplika dalam format VCD akan tetapi jika DVDWriter maka format replikanya DVD. 2) Kekurangan a) Ulead Video studio hanya dapat berjalan di platform system operasi windows saja. b) Membutuhkan kartu grafis/card vga adapter yang bagus untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik. c) Membutuhkan memori (SDRAM/DDR) yang lebih untuk menghasilkan kualitas movie yang baik. Pada USB easycap yang digunakan pada penelitian masih menggunakan satu channel gambar video yang dapat di rekam, sedangkan pada versi berikutnya sudah ada yang empat channel gambar video yang sekaligus dapat di rekam. E. Kesimplan dan Saran 1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Migrasi microteaching dari data analog ke data digital merupakan salah satu solusi untuk mempermudah dalam dokumentasi data video gambar yang memerlukan tempat yang yang luas untuk menampung data video gambar karena dalam bentuk kaset video gambar dimana satu kaset video hanya menampung satu mahasiswa/i dalam praktek mengajar di kelas, sedangkan menggunakan data digital satu Tela’ah 264 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) b. c. kelas bisa di tampung dalam satu format DVD dengan penamaan file masing-masing nama mahasiswa dan nomor induk mahasiswa (NIM) yag di bundel dalam satu folder kelas yang di tampung dalam satu DVD atau dapat di tampung dalam hardisk yang terdapat pada komputer (PC) yang hanya memerlukan space satu giga byte, bahkan mahasiswa/i dapat meng-copy file melalui flashdisk dengan sangat mudah dan lebih cepat di bandingkan dengan microteaching data analog, mahasiswa/i harus membawa kaset video kosong untuk meng-copy video gambar tersebut dan memerlukan waktu yang lama karena tidak bisa multitasking (video player yang sedang berjalan merkam kegiatan di kelas tidak dapat meng-copy ke video gambar yang lainnya, berbeda dengan komputer yang dapat melakukan dua kegiata tersebut). Implementasi microteaching data digital dirancang dengan lebih sederhana dan mudah digunakan karena dalam implemantasinya menggunakan peralatan yang sudah ada di ruangan microteaching yang ada hanya menambahkan komputer dan usb easycap guna memudahkan pengendalian gambar dengan aplikasi desktop ulead video studio, yang biasanya operator/dosen pengampu pengajaran kelas microteaching harus bekerja ekstra dengan melihat kontrol televisi kontrol video player atau dengan kata lain banyak tombol yang digunakan dengan microteaching data digital cukup dengan satu tombol. Migrasi microteaching dari data analog ke data digital dapat menyimpan dalam format yang dapat di sesuaikan bergantung kebutuhan yang diiginkan dari format 3gp untuk handphone, format untuk ipod dengan mp4, format video compaq disk (VCD) dengan format Mpeg dan format digital video disk (DVD) dengan dormat dvd atau dv. 2. Saran Migrasi microteaching dari data analog ke data digital merupakan perubahan alat perekam yang dipakai untuk lebih memudahkan dalam dokumentasi data video gambar kedalam bentuk data digital dengan menggunakan usb easycap yang berfungsi sebagai konvert data analog ke data digital dengan model yang masih sederhana yang masih menggunakan satu line MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 265 Aan Ansori video atau satu chanel video padahal sekarang ini sudah ada versi terbaru dengan empat chanel video. Catatan akhir: 1 Daryono, Kekurangan Cara Preservasi Perpustakaan Preseravasi Digital Digital), di (Kelebihan Dan http://daryono.staff. uns.ac.id/2011/12/08/preservasi-perpustakaan-digital-kelebihan-dankekurangan-cara-preseravasi-digital-4/ 2 Chowdhury, G.G dan Sudatta Chowdhury, Introduction to Digital Libraries, London : Facet Publishing, 3 Stielow, Frederick. A How to do it manual for Archivist and librarian: Building digital archives, description and display. (New York: Neal-Schuman Publisher, 2004) 4 Brown G, Microteaching a Program of Teaching Skills, Methaun:London, 1975 5 Asmawatie Rosyidah, Urgensi Micro Teaching sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya di http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/ urgensimicroteaching.pdf DAFTAR PUSTAKA Agus Munir, 2013. Perekaman Kaset Video Atau VCR (Video Cassette Recorder) http://agusmunir.mywapblog.com/ perekaman- kaset-video-atau-vcr-video-cas-2.xhtml, [28 Agustus 2013] Anggi, 2013. Sinyal analog dan Sinyal Digilat, di http://anggiagia16.blogspot.com/2013/03/sinyal-analogdan-sinyal-digital.html Asmawatie Rosyidah, 2013. Urgensi Micro Teaching sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Bahasa Pada Balai Diklat BDK Surabaya 2012. Urgensi Microteaching. http://bdksurabaya .kemenag.go.id/file/ dokumen/urgensimicroteaching.pdf Tela’ah 266 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Brown G. 1975. Microteaching a Program of Teaching Skills, Methaun :London. Chowdhury, G.G dan Sudatta Chowdhury. 2003. Introduction to Digital Libraries, London : Facet Publishing, Daryono, 2011. Preservasi Perpustakaan Digital (Kelebihan Dan Kekurangan Cara Preseravasi Digital), di http://daryono.staff.uns.ac.id/2011/12/08/preservasiperpustakaandigital-kelebihan-dan-kekurangan-carapreseravasi-digital-4/ Didik Haryanto, 2013. Analog To Digital Conveter, di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Teknik%20Antar muka%20-%20ADC.pdf Fikri, 2013. System Digital http://fikridesain.blogspot.com/2013/ 04/system-digital.html, [23 Agustus 2013]. Hendrisman. 2010. Kamera Video. http:// hendrahendrisman. blogspot.com/2010/12/pengertian-camera-video.html [22 agustus 2013] Rifqi Ahmad, 2012. Pengkodean data atau Data Encoding http://riifqyahmad.wordpress.com/2012/03/25/pengkodea n-data-data-encoding/, [27 Agustus 2013] Rumah Ilmu, 2013. Definisi Video Kamera, http://roemahilmu. wordpress.com/video/kamera-video/definisi-kameravideo. [29 Agustus 2013] Stielow, Frederick. 2004. A How to do it manual for Archivist and librarian: Building digital archives, description and display. New York: Neal-Schuman Publisher. Tengku Putri. 2013. http://tengkuputri-multimedia.blogspot.com/ 2011/03/pengertian-kamera-video_25.html [29 Agustus 2013] Yulpan, 2012. Mengenal Ulead Video Studio, http://yulpanfaisal.blogspot.com/2012/11/ mengenal-ulead-videostudio.html [27 Agustus 2013] MIGRASI MICRO TEACHING DARI ANALOG KE DIGITAL 267 Aan Ansori Tela’ah 268 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWAMIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI KARYA ULAMA BANTEN Arma Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN”Sultan Maulana Hasanuddin “Banten e-mail: arma907@ yahoo.com Abstrak Kitab ilmu nahwu karya Abd al-Qahir al-Jurjani ini dinamai al-Awamil al-Miah, karena hanya terdiri dari seratus amil yang meropakan,menasabkan, menjerkan, dan menjazamkan kalimah isim dan fi’il. Kitab Awamil ini wajib dipelajari di pesantren-pesantren salafi di Banten.Kitab ini dijelaskan oleh K.H. Muhammad Ali,K.H. Ahmad Khaerudin dan K.H.Muhammad Hasanuddin. Perumusan penelitian ini adalah:Bagaimana cara mereka mensyarahi kosa kata,dan membuat jumlah dalam menjelaskan al- Awamil? Apa kelebihan dan atau kekurangan mereka dalam mensyarahi al-Awamil? Dan tujuan penelitian iniingin mengetahui cara mereka mensyarahi kosa kata dan membuat jumlah dalam menjelaskan al- Awamil.Dan ingin mengetahui kelebihan dan atau kekurangan mereka dalam menjelaskan alAwamil. Usaha ulama nahwu dari masa ke masa membuat syarah, hasyiyah,taqrir,ta’liq, dan i’rab terhadap matan ilmu nahwu. KH Muhammad Ali mensyarahi kosa kata dan membuat jumlah yang menunjukkan posisi kosa kata di dalam jumlah tersebut. Cara KH Ahmad Khaeruddin mensyarahi kosa kata dan membuat contoh berupa jumlah relative sama dengan yang dikemukakan oleh KH Muhammad Ali. Kemudian mengi’rabnya dengan bahasa Jawa Banten. Dan KH Muhammad Hasanuddin mengi’rabnya dengan bahasa Sunda. Kata kunci: al-‘awamil almi’ah, Abdul Qahir al-Jurjani Tela’ah 268 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pada setiap kabupaten dan kota di propinsi Banten telah berdiri berbagai macam pesantren salafi. Di semuapesantren salafi disajikan literature kitab-kitab turatsiyah klasik yang disusun pada awal perkembangan Islam oleh ulama kelompok mutaqaddimin dan diteruskan oleh para muridnya dari kelompok ulama mutaakhirin yang biasa disebut “kitab kuning”. Tujuan menyajikan kitab-kitab turatsiyah ini agar alumninya mampu membaca,menterjemahkan,dan memahami isi wacana untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat,yang berkaitan dengan aqidah,ibadah dan muamalah Di pesantren salafi pada umumnya tidak disusun kurukulum tertentu melainkan hanya dipilih kitab-kitab yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian para pengasuhnya. Seorang kiyai yang menguasai ilmu alat, akan memilih kitab kitab alat sebagai mata pelajarannya, kitab-kitab dengan disiplin ilmu yang lain hanya dipelajari sekedar penunjang saja. Dipesantrenpesantren yang berlokasi di daerah Cangkudu kecamatan Baros kab.Serang misalnya, santri focus mendalami ilmu-ilmu alat mulai dari kitab Awamil dan kitab-kitab lain sebagai kelanjutannya, karena saking sangat mementingkan kitab Awamil,pesantren di sini dinamai “Riyadlul Awamil”. Untuk mampu membaca,menterjemahkan dan memahami isi kitab kuning,para santriwajib mempelajariilmu nahwu,ilmu sharaf,dan ilmu-ilmu alat lanjutannya, sebelum belajar ilmu-ilmu dalam disiplin yang lain.Di pesantren-pesantren salafi di daerah Banten kitab nahwu yang pertama diajarkan adalah al-Awamil alMiah karangan Abd al-Qahir al-Jurjani. Jadi santri pemula mesti belajar ilmu nahwu al-Awamil al-Miah terlebih dahulu, sebelum mempelajari kitab-kitab dengan disiplin ilmu yang lain. Kitab ilmu nahwu karya Abd al-Qahir al-Jurjani ini dinamai al-Awamil al-Miah, karena hanya terdiri dari seratus amil yang meropakan,menasabkan, menjerkan, dan menjazamkan kalimah isim dan fi’il. Kitab Awamil yang digunakan di pesantren-pesantren di Banten ditemukan ada dua macam, yang pertama berbentuk natsar, dan yang kedua berupa nadzam.Yang berbentuk natsar yaitu:Murad al-Awamil Mandaya karya KH Muhammad Ali,Tanbih al-Mubtadiin karya KH.Ahmad Khairuddin, dan Tashil al-Mubtadiinkarya KH.Muhammad ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA269 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma Hasanuddin. Adapun kitab Awamil yang berbentuk nadzam digunakan di pesantren Pelamunan Kramatwatu Serang . Tiga orang ulama Banten yaitu KH. Muhammad Ali,KH. Ahmad Khaerudin dan KH.Muhammad Hasanuddin berusaha menjelaskan kitab Al-Awamil al-Miah karangan Abd al-Qahir alJurjani agar mudah dipahami oleh para santri pemula.Tiga penjelasan al-Awamil ini menarik untuk di teliti dan dianalisa karena tidak banyak ulama yang berkemauan menyusun karya tulis dalam membantu para santri untuk mempermudah mereka belajar ilmu-ilmu keagamaan.Karya mereka akan terus beredar selagi pondok pesantren salafi masih eksis di propinsi Banten.Penelitian ini diberi judul: Analisa Syarah Natsar AlAwamil Al- Miah Abd Al- Qahir Al-Jurjani Karya Ulama Banten 2. Perumusan MasalahdanTujuan Penelitian Adapun perumusan penelitian ini adalah:Bagaimana cara K.H. Muhammad Ali,K.H.A. Khaerudin,danK.H.M. Hasanuddin mensyarahi kosa kata,dan membuat jumlah dalam menjelaskan alAwamil? Apa kelebihan dan atau kekurangan K.H.Muhammad Ali,K.H.A.Khaerudin dan K.H.M. Hasanudin dalam mensyarahi al-Awamil? Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui lebih detail mengenai: Cara K.H. Muhammad Ali, K.H.A. Khaerudin,danK.H.M. Hasanuddin mensyarahi kosa kata danmembuat jumlahdalam menjelaskan al- Awamil.Dan ingin mengetahui kelebihan dan atau kekurangan K.H.Muhammad Ali,K.H.A.Khaerudin dan K.H.M. Hasanudin dalam menjelaskan al-Awamil. B. Analisa Teoritis Syarah Natsar Al-Awamilal-Miah 1. Ilmu Nahwu Unsur Bahasa Arab a. Definisi Ilmu Nahwu Definisi ilmu nahwu telah dikemukakan oleh para ulama bermacam-macam, diantaranya sebagai berikut: a. Abd al-Karim mengemukakan definisi ilmu nahwu yang dibuat oleh Ibnu Jinny( wafat tahun 392 H.) ia mengatakan ilmu nahwu, adalah ilmu bahasa Arab yang menjaga perubahan seperti i’rab dan lainya seperti tatsniyah,jama’,tahkir, taksir, idlafah, nisbah, tarkib dan sebagainya.1. Tela’ah 270 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) b. Menurut Ali Muhammad Fakhir,nahwu menurut istilah adalah ilmu yang dengannya diketahui ahir kata dalam i’rab atau mabni.Al-nahwiy adalah orang yang pintar dalam ilmu nahwu jama’nya nahwiyun dan juga disebut al-nahy yang jama’nya nuhat seperti kata daai’n dan dua’t.2 c. Menurut Abd al-Qahir al-Jurjanynahwu yaitu ilmu yang membahasi’rab ahir kalimat dan aturan kalam.Ia berkata:Ketahuilah bahwasanya, tidak bisa disebut susunan kalimat yang benar, kecuali apabila kamu mengatakan suatu ungkapan sesuai dengan tuntutan ilmu nahwu,menggunakan kaidah-kaidahnya,dan dalil-dalilnya yang dikenal dengan metode yang tidak menyimpang dan menjaga aturan yang telah ditetapkan.3 d. Abd al-Rahman berkata: Abu Aswad kemudian memberi batasan ilmu nahwu sebagai berikut:Ilmu nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum-hukum kalimah bahasa Arab dalam keadaan mufrad dan dalam keadaan jumlah.Dan ada pula definisi ilmu nahwu yang paling masyhur yaitu yang disampaikan oleh Ibnu Ushfur:Nahwu adalah ilmu yang dihasilkan dengan kaidah yang diambil dari penelitian bahasa Arab yang bisa digunakan untuk mengetahui hukum-hukum bagian-bagian kalam yang dari bagian-bagian itu kalam disusun.4 Dari bermacam-macam definisi yang dikemukaka oleh para ulama itu dapat disimpulkan bahwa: Ilmu nahwu,yaitu ilmu yang disimpulkan dari hasil penelitian bahasa Arab berkaitan dengan hukumbagian-bagian yang menjadikan kalam ini tersusun dari bagian-bagian itu, yang menjaga perubahan seperti i’rabatau mabni yang diketahui pada ahir kata dan lainnya, seperti mufrad,tatsniyah,jama,tahkir, taksir, idlafah, nisbah, tarkib i’lal, idgham,hadzf, ibdal, dan penjelasan syarat-syarat untuk nawasikh,membuang a’id mengkasrahkan hamzah inna atau memfatahkannya dan sebagainya. 2. Sebab-Sebab Ilmu Nahwu Dibuat Menurut Ali Muhammad Fakhir sebab-sebab tumbuhnya ilmu nahwu adalah: Pertama, karena kebutuhan manusia akan ilmu nahwu.Ilmu Nahwu sangat dibutuhkan oleh semua orang yang menekuni alQur’an,hadits, fiqih dan ilmu-ilmu yang lainnya. ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA271 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma Kedua, ada atsar yang menyatakan bahwa Rasulullah saw dan Khulafaurrasyidin mengajak menjauhi kekeliruan dan mewajibkan agar benar dalam berbicara, menulis terjemahan dan menyusun karangan. Abu Bakar dan Umar berkata:Sungguh menjaga i’rab al-Qur’an, lebih kami sukai dari pada menjaga serbagian huruf-hurufnya. Umar bin al-Khathab ra berkata: Belajarlah bahasa Arab karena bahasaa Arab menambah harga diri. Ke tiga munculnya ilmu al-Nahwu karena satu sebab yaitu terjadinya kesalahan dan kekeliruan pada ucapan pada umumnya, dan kesalahan membaca al-Qur’an hususnya, terutama setelah banyak orang a’jam yang masuk Islam,sedangkan mereka senang belajar bahasa Arab untuk melaksanakan ibadah shalat dan membaca al-Qur’an.5 Menurut Tamam Hasan ada tiga faktor yang mempengaruhi munculnya ilmu nahwu sebagai pendorong untuk study bahasa Arab dengan sistimatis dan untuk membuat kaidahkaidahnya.Tiga faktor itu adalah :faktor agama, faktor nasionalisme dan faktor politik.6 Ahmad bin Atha (wafat 369 H.) mengatakan bahwa: Dengan ilmu nahwu ucapan jadi sempurna ceramah jadi baik dan menarik, dan semua ilmu pengetahuan membutuhkan ilmu nahwu. Artinya setiap orang yang bergaul dengan orang lain dengan menggunakan ucapan atau tulisan, wajib baginya memahami ilmu nahwu ini, agar bisa terjaga lidahnya dari kesalahan, dan terhindar dari kekeliruan.7 Menurut Mahmud Sulaiman Yaqut sangat besar perhatian para ulama muslimin generasi awal pada abad pertama hijriyah terhadap tiga perkara yang dianggap pondasi bahasa Arab yaitu:Nasya’atu al-Nahwi (tumbuhnya ilmu nahwu),Rasmi alArabiyah (meng i’rabi al-Qur’an),dan Naqtu al-I’jam (memberi titik). Generasi awal kaum muslimin sangat mementingkan tiga perkara yaitu:Memikirkan bahasa Arab karena telah rusak sebab pergaulan dengan orang-orang a’jam,sehinggadibuat kaidah bahasa Arab untuk dijadikan pegangan dan dijadikan rujukan.ke dua usaha mengi’rab al-Qur’an dengan cara memberi harkat pada ahir kalimah-kalimah dalam al-Qur’an,dan ke tiga membuat titik pada huruf-huruf di dalam mushhaf yang membedakan huruf- Tela’ah 272 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) huruf yang serupa, seperti ba, ta, tsa, jim, ha, kha, dal, dzal, ra, za, sin, syin, shad, dla, tha, dha dan lain-lainya. 3. Peletak Pertama Pondasi Ilmu Nahwu Riwayat semuanya sepakat bahwa peletak pertama ilmu nahwu adalah Abu Aswad al-Dualy.Hal itu disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang terjadi secara luas dalam pembicaraan, terutama dalam membaca al-Qur’an.Kemudian timbul perselisihan tentang siapa yang memerintah Abu Aswad dalam menyusun ilmu nahwu.Satu riwayat menyatakan bahwa yang memerintah adalah Umar bin al-Khaththab.Riwayat ke dua mengatakan bahwa yang memerintah adalah Ali bin Abi Thalib, dan riwayat ke tiga menyatakan bahwa yang memerintah adalah amir Basrah yaitu Ziyad bin Abih. Menurut semuariwayatAbu Aswad al-Duali adalah orang yang pertama menyususn ilmu nahwu, dan menulis sebagian ilmu nahwu, sekalipun ilmu nahwu pada saat itu belum di bagi-bagi dan belum bercabang-cabang, dan istilah-istilah ilmu nahwu baru muncul pada masa berikutnya.Riwayat juga sepakat bahwa, Abu Aswad yang kreatif membentuk mushhaf al-Qur’an dan memberi harkat dan sukun dalam mushhaf,sekalipun belum berbentuk seperti sekarang.Akan tetapi walau bagaimanapun hal itu menunjukkan seseorang yang sungguh-sungguh berupaya dalam urusan bahasa Arab dan mengabdikan diri untuk al-Qur’an alKarim, karena sesungguhnya ilmu nahwu adalah perkara yang sangat dibutuhkan dalam bahasa Arab, apalagi dalam mempelajari al-Qur’an. 4. Bab-bab Yang Pertama Disusun Dalam Ilmu Nahwu Terjadi pula perselisihan tentang babawal ilmu nahwu yang disusun,pendapat tentang ini ada dua macam yaitu: a. Jumhur ulama berpendapat bahwa bab-bab awal yang disusun adalah yang menyebabkan terjadinya kekeliruan,kemudian diteruskan dengan membuat bab-bab yang menurut riwayatriwayat terjadi kekeliruan berikutnya. b. Sebagian ulama berpendapat bahwa awal bab nahwu yang dibuat adalah yang paling sering digunakan dalam pembicaraan.Hal itu karena pemikiran dan kesimpulan ketika itu menjadi dasar dibuatnya kaidah-kaidah dari ucapan yang menjadi sebab terjadinya kekeliruan pada umumnya.Jadi babANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA273 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma bab awal yang buat adalah yang banyak digunakan dalam pembicaraan kemudian seterusnya.Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa bab awal yang dibuat adalah tentang faai’l,maf’ul bih,kemudian mubtada ,khabar dan seterusnya. 5. Sejarah Perkembangan Ilmu Nahwu Diketahui bahwa pembentukan ilmu nahwu dimulai sejak awal Islam,karena ilmu nahwu ini seperti semua aturan yang dituntut oleh peristiwa dan kebutuhan.Ali Muhammad Fakhir berpendapat:Sejarah meriwayatkan bahwa ulama Basrah-setelah Abi Aswad al-Dualy- adalah orang-orang yang membuat pondasi kaidah-kaidah ilmu nahwu yang pertama,mereka menjaga dan memelihara ilmu nahwu yang baru tumbuh dan masih kecil. Ilmu nahwu ini tumbuh di Basrah saja hampir seratus tahun.Pada masa itu ulama Kufah masih menekuni dan menghapalkan syi’ir, meriwayatkan cerita-cerita, dan saling bertukar dongeng-dongeng yang aneh-aneh.Kemudian dua kelompok Basrah dan Kufah bersama-sama menyempurnakan kaidah-kaidah ilmu nahwu.Dan muncullah diantara keduanya persaingan dan pertentangan untuk saling mengalahkan.dalam menyempurnakan kekurangan dan menambah yang tertinggal oleh ulama pendahulu.8 Hal itu terjadi terus menerus lebih dari seratus tahun.Pada saat itu muncul madzhab Kufah yang mulai menantang madzhab Basrah.Dan banyak orang-orang yang senang memancing ulama nahwu dari Kufah supaya berselisih dengan ulama nahwu dari Basrah.Maka kemudian muncullah dalam ilmu nahwu dua madzhab yaitu madzhab Basrah yang berdomisili di kota Basrah sebelah Selatan Iraq di ujung Timur Laut Jazirah Arab.Dan madzhab Kufah yang berdomisili di kota Kufah yang terletak di Selatan negara Irak sebelah Utara jazirah Arab. Madzhab Basrah yang pertama hidup dibawah lindungan Daulah Amawiyah pada ahir abad pertama hijriyah dan pertengahan abad ke dua.Sebagaimana hidup dua madzhab Basrah dan Kufah yang bertentangan dibawah naungan daulah Abasiyah pertama, pada pertengahan kedua dari abad ke dua hijriyah dan terus berlangsung sepanjang abad ke tiga hijriyah. Berdasarkan keterangan yang lalu, di Basrah, Kufah, Bagdad, dan di kota-kota yang lain tempat berkembang ilmu nahwu, dan persaingan para ulama nahwu di kota-kota itu,maka terbentuklah aturan bahasa Arab yang diperlukan oleh umat Tela’ah 274 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Islam.Ahli sejarah membagi perkembangan ilmu nahwu pada masa yang lalu menjadi empat periode,yaitu: periode peletakan dan pembentukkan, terjadi di Basrah, periode tumbuh dan berkembang,terjadi di Basrah dan Kufah, masa matang dan sempurna,di Basrah dan Kufah, dan periode tarjih dan berkembangnya penyusunan kitab-kitab nahwu, dilakukan bersama-sama oleh para ulama dari berbagai madrasah Bagdad, Andalus, Mesir dan Syam.9 a. Periode Peletakan Dan Pembentukan Ilmu Nahwu Periode awal yaitu masa peletakan dasar dan pembentukkan, tempatnya hanya di Basrah.Masa ini hampir satu abad yaitu mulai dari pertengahan ke dua dari abad pertama sampai pertengahan pertama dari abad ke dua yakni sejak tumbuh ilmu nahwu oleh Abu Aswad al-Dualy dan para penerusnya dari para tokoh ulama Basrah hingga masa al-Khalil,dan Sibaweih.Tokoh ulama periode ini menyaksikan ahir daulah Amawiyah pada tahun 132 H. dan munculnya daulah Abasiyah. b. Periode Tumbuh Dan Berkembang Ilmu Nahwu Periode ke dua adalah periode tumbuh dan meningkat.Lokasinya di Basrah dan Kufah. Masanya setengah tahun yang ke dua dari abad ke dua H.Dimulai sejak masa alKhalil, dan Sibaweih, sehingga muncul abad ke tiga hijriyah dengan perginya semua dari al-Akhfasy( wafat 215 H. dan alFarra wafat 207 H.) c. Periode Matang Dan Sempurna Ilmu Nahwu Periode ke tiga adalah periode kematangan dan kesempurnaan ilmu nahwu,tempatnya Basrah dan Kufah.Periode ini dari abad ke tiga hijriyah sampai ahirnya.Selesai sampai berangkatnya para ulama Basrah dan Kufah,dan mereka meninggalkan pertentangan dan kebencian kemudian mereka bersatu setelah kematian pimpinan mereka yaitu al-Mubarad yang wafat tahun 258 H. dan Tsa’lab yang wafat tahun 291 H.Para ulama periode ini se masa dengan khilafah Abasiyah dalam puncak keemasannya,khalifahnya kuat-kuat,sampai datang masa daulah Buweihiyah tahun 334 H. ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA275 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma d. Periode Tarjih Dan Penyusunan Kitab-Kitab Ilmu Nahwu Periode ke empat adalah periode tarjih dan perluasan dalam karangan,tempatnya adalah:Bagdad,Andalus,Mesir dan Syam.Masa terjadinya sebagai berkut: 1) Madrasah Bagdad berlangsung tiga setengah abad yaitu abad ke empat,lima ,enam dan sampai pertengahan abad ke tujuh hijriyah sampai masa jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Tartar tahun 656 H.Madrasah Bagdad,terbagi dua masa,yaitu masa mutaqaddimin dan masa mutakhirin,dan tercapai puncak pada keduanya. 2) Madrasah Andalus berlangsung pada masa kejayaan Andalus pada dua abad yaitu abad ke enam dan ke tujuh hijriyah sampai Andalus jatuh ke tangan orang-orang kristen Spanyol tahun 668 hijriyah. 3) Madrasah Mesir dan Syam.Perjalanan ilmu nahwu di Mesir dalam masa yang lama sejak munculnya sampai sekarang dengan periode yang berbeda-beda dan masa yang berubahubah mengalami kelemahan,kekuatan,mandeg dan pesat.Setelah memperhatikan masa yang panjang itu,maka madrasah Mesir bisa dibagi kedalam empat periode,yaitu:masa permulaan dan pembentukan, masa mengarang dan menyusun kitab, masa hasyiyah dan ta’liq,masa mentahqiq dan mempermudah. 5. Metode Penyusunan Ilmu Nahwu Dari Masa Ke Masa Sepanjang perjalanan sejarahmetode dan tehnik penyusunan ilmu nahwu dilakukan dengan cara berbedabeda.Generasi ulama mutaqaddimin memilih sistim penyusunan ilmu nahwu bercampur dengan ilmu bahasa dan sastra.Dan kitab ulama mutaqaddimin di susun berisi materi ilmu nahwu tanpa ditentukan tentang matan atau syarahnya.10 Semangat persaingan yang terjadi pada mereka,mendorong ahli nahwu ini menjadi giat memberi komentar,mensyarahi, memperluas pembahasan, memperbaiki, meringkas,dan menyempurnakan yang ketinggalan oleh ulama sebelumnya.Tidak cukup hanya itu mereka menambah contoh-contoh, syawahid, (bukti pendukung), menta’wil, mentakhrij, menghukumi syadz dan nawadir,bagi pendapat yang berbeda dengan pendapat jumhur yang lebih kuat.Mereka menguasai seluruh kaidah-kaidah ilmu Tela’ah 276 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) nahwu.Maka sempurnalah dalil-dalilnya dan berkembang cabangcabangnya.dan selesailah ijtihad dalam ilmu nahwu di tangan dua imam besar yaitu al-Mubarrad imam ulama Basrah ,dan Tsa’lab imam ulama Kufah.11 Pada abad sepuluh hijriyah muncul metode yang lain dalam penyusunan kitab yaitu sistem Hasyiyah dan Taqrir.Hasyiyah adalah menjelaskan sebagian ungkapan syarah dan masalah-masalah yang ada di dalam syarah yang pengungkapannya masih sulit di pahami,atau menyempurnakan kekurangan syarahdalam fakta-fakta dan syarat-syarat yang tidak dipenuhi oleh syarah.Adapun Taqrir adalah komentar terhadap hasyiyah untuk menjelaskan hasil-hasil penelitian atau menyempurnakan yang kurang atau lainnya.12 Munculnya hasyiyah dan taqrir adalah dari sistim pengajaran yang asalnya adalah pengajaran kitab yaitu ungkapan guru dalam menjelaskan kandungan matan dan syarah ketika menemukan kesulitan,terlalu singkat atau ada kekurangan penjelasan (hasyiyah)itu ditulis untuk menanggulangi kekurangan tersebut.Kemudian oleh penerbit hasyiyah itu ikut dicetak beserta syarah,kadang-kadang syarah disimpan di pinggir kitab ,hasyiyah ditengahnya,kadang-kadang sebaliknya.Hal itu sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh penerbit kitab dan memperhitungkan panjang pendeknya matan, dan hasyiyah yang dibuat oleh guru untuk mengajar kumpulan yang terdiri dari matan,syarah dan hasyiyah yang ditulis di dalam kitab. Dan ditambahkan pula taqrir (komentar) di cetak di sebagian pinggir kitab atau ditempat lain yang kosong sesuai ukurannya.Ternyata sistim ini di dalam karangan mengandung manpaat dari segi bertahap dalam memperoleh ilmu pengetahuan.Pelajar pemula cukup dengan belajar matan dan berusaha memahami isinya yang ringkas,kemudian pindah ke syarah yang lebih luas dan lebih sempurna,kemudian meningkat ke hasyiyah dan taqrir untuk menyempurnakan penjelasan dan tambahanyang tidak ada di dalam syarah.13 Perkembangan ilmu nahwu selanjutnya setelah para ulama menyarahi,memberi hasyiyah,mengomentari dengan taqrir adalah mentahqiq.Pengertian tahqiq yang dikemukakan oleh Qaasim alSamiraiy adalah perhatian dengan menjelaskan matan,meneliti perbedaan riwayat-riwayat matan dalam naskah yang berbeda- ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA277 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma beda yang ditentukan oleh mereka kemudian diambil mana yang benar dari riwayat-riwayat itu. Ahmad bin Muhammad berkata.Metode tahqiq adalah membatasi nash dan membandingkannya dengan sumber-sumber lain yang berbeda-beda dan ditakhrij dengan ayat-ayat alQur’an,hadits syarif, bait-bait syi’ir.Dan masalah yang ditahqiq ditulis pada samping kanan,dan hawamisy (catatan pinggir) dan sumber-sumber lain disimpan ditempat sebaliknya dengan diurutkan semuanya kemudian diteliti tulisan itu dengan seksama,dijelaskan ma’na-ma’nanya,dihilangkan yang sulitnya diperkuat dengan hasyiyah kemudian dibuat indeks nama:Ayatayat al-Qur’an,Hadits Syarif,dan bait-bait dan masalah yang ditahqiq dibagi dua,kemudian dibuat indeks(daftar) sumbr-sumber tahqiqnya.14 Aktivitas para ulama selain menulis syarah,hasyiyah dan taqrir adalah mentahqiq yaitu menjelaskan matan dan meneliti perbedaan periwayatan matan di dalam naskah yang berbedabeda. Usaha ini untuk menentukan yang benar di antara naskahnaskah itu.Ketika mereka menemukan yang aneh dalam tulisan naskah misalnya mengenai isytiqaq yaitu pembentukan kata dari akarnya, terjadi kesalahan dan penyimpangan,mereka berusaha mentahqiqnya.Di dalam pentahqikan sekalipun mereka menemukan banyak sekali kesalahan, penyimpangan dan hal-hal yang meragukan, mereka tidak bosan-bosan mengerahkan usaha dan bekerjasama dengan para ahli bahasa yang lain,.Dan merekapun menggunakan kamus untuk menemukan bahasa yang benar.15 Ahmad bin Muhammad berpendapat: metode tahkik adalah menentukan suatu teks kemudian membandingkannya dengan sumber-sumber lain yang berbeda, seperti ayat-ayat alQur’an , hadits-hadits syarif, dan bait-bait syi’ir Arab.16 Menurut Abd al-Rahman cara al-Murady mentahkik adalah menyampaikan satu bait kemudian disyarahi secara garis besar dan dijelaskan dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an, Hadits Nabawy ,ungkapan-ungkapan bangsa Arab, dan syi’irsyi’ir mereka.17 Jadi setelah sempurna pembentukan ilmu nahwu dan telah sempurna permasalahannya, para ulama yang sudah tidak menemukan lagi materi ilmu nahwu untuk ditambahkan kepada yang sudah ada, mereka melakukan interpretasi (mensyarahi) Tela’ah 278 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) kitab-kitab ulama mutaqaddimin dan memperjelas apa-apa yang sulit dipahami setelah jauh dari masa disusunnya kitab-kitab ini.Syarah-syarah kitab ilmu nahwu, ilmu-ilmu bahasa Arab, dan ilmu keagamaan yang lain dijelaskan lagi dengan diberi hasyiyah,kemudian kata-kata yang sulit yang dikemukakan di dalam hasyiyah lebih diperjelas lagi dengan ditaqrir atau dita’liq. Usaha lain para ulama untuk menambah luasnya wawasan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu nahwu adalah mengi’rabi kadang-kadang disebut “menarkib” yaitu menentukan mauqiul i’rab atau kedudukan kalimah-kalimah di dalam jumlah dari segi I’rab seperti marfu’,manshub, majrur ,atau majzum.Misalnya karena jadi Mubtada,khabar,fa’il maful bih,mudlap ilaih dan sebagainya.Seperti karya tulis al-Kafrawi dalam mengi’rabi kitab Jurimiyah. Menurut Tamam Hasan studi bahasa Arab berkembang setelah abad ke lima Hijrah,pada saat itu para ulama berusaha dengan gigih mengembangkannya dengan mensyarahi atau mengomentari atau mentahqiqnya dan membetulkan yang keliru. Kreativitas ini dilaksanakan pada masa kekuasaan Turki atas perintah khalifah setelah pemikiran sudah buntu dan kurang minat mengembangkan ilmu, pakta ini terus menerus terjadi di dunia Islam sebagai akibat pemahaman bahwa pintu ijtihad telah tertutup.18 C. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode content analisys yaitu menganalisa karya tulis tiga orang ulama Banten dalam menjelaskan al-Awamil al-Miah karangan Abd al-Qahir alJurjani.Metode content analysis biasanya digunakan dalam penelitian komunikasi.Namun demikian ia dapat digunakan untuk penelitian pemikiran yang bersifat normatif.Umpamanya penelitian mengenai teks al-Qur’an dan pemikiran ulama di dalam berbagai ktab fiqih dapat menggunakan metode ini.Isi teks alQur’an atau pemikiran ulama tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa atau kaidah-kaidah lain yang telah dikenal,seperti kaidah mantik,kaidah ushul,dan kaidah fiqih.Dalam tulisan Issac dan Michael di bidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan dikemukakan nine basic methods of research,yaitu metode historis,deskriptif,developmental,study kasus (case and ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA279 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma field) korelasional,causal comparatif atau ex post facta,eksperimen,kuasi eksperimen, dan aksi (action).Lima dari sembilan metode itu diadaftasi oleh Jalaluddin Rahmat (1983) dalam Metode Penelitian Komunikasi.Dalam penelitian Noeng Muhajir,khususnya metode penelitian kualitatif dikemukakan tentang metode study kasus,survai, dan analisis isi.Dalam tulisan Sudarto,di bidang filsafat dikemukakan tentang berbagai metode penelitian fisafat,di antaranya metode induksi, deduksi,analisis, sintesis dan hermeneutik.19 Winarna Surachmad menyatakan bahwa beberapa penyelidik menggunakan istilah metode dokumenter untuk metode historis, karena sumber-sumber yang kebanyakan dipakai adalah sejenis dokumen.Dengan meneliti berbagai jenis data,dapat dibedakan sumber-sumber data historis dokumenter sebagai berikut: 1. Peninggalan materil:fosil, piramida, senjata, alat atau perkakas, hiasan, bangunan, benda-benda budaya. 2. Peninggalan tertulis:papyrus,daun lontar bertulis,kronik, relief candi,catatan kasus,buku harian,arsip negara dan lain-lain. 3. Peninggalan tak tertulis,seperti:adat, bahasa, dongeng, kepercayaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari dua golonan; 1. sumber data primer 2. sumber data skunder Sumber data primer adalah sumber data langsung dari tangan pertama,dan sumber yang mengutip dari sumber lain disebut data skunder.20 Menurut A.Chaedar Alwasilah bahwa dalam metode Analitik,peneliti memiliki pemahaman terhadap bahasa sasaran,namun ia lebih bersandar pada generalisasi dari korpus yang digeluti,bukan pada intuisi seperti pada metode introspeksi.Analisis wacana dan stilistika misalnya hampir tidak mungkin dilakukan tanpa analisis terhadap data atau korpus.Dengan bersandar pada data, para peneliti akan mampu menganalisis dan medeskripsikan bahasa atau variasi bahasa yang tidak dikenalnya sekalipun.21 Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas penulis memilih metode content analitis terhadap korpus yaitu karya tulis Tela’ah 280 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) tiga orang ulama Banten dalam menjelaskan al-Awamil al-Miah karangan Abd al-Qahir al-Jurjany. Kemudian melakukan study komparasi yaitu membandingkan ketiga karya tulis itu untuk mengetahui segi-kelebihan dan atau kekurangan masing-masing. 2-Waktu Penelitian Waktu penelitian sesuaidengan jadwal kegiatanyang ditentukan oleh Lembaga Penelitian IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yaitu: 1-Penyusunan peroposal penelitian dalam rentang waktu sejak pengumuan sampaiproposal paling ahir tanggal 15 Maret 2013 2-Mengikuti seleksi proposal penelitian dan menandatangani kontrak kerja penelitian dalam rentang waktu dari tanggal 18 sampai 22 Maret 1013 3-Pelaksanaan penelitian dari bulan April sampai Agustus 2013 4-Seminar hasil penelitian dari tanggal 15 sampai 20 Oktober 2013 3.Subyek Penelitian Abd al-Qahir al-Jurjany adalah peletak dasar ilmu-ilmu balaghah dua kitabnya yang terkenak adalah Asrar al-Balaghah dan Dalail al-I’jaz,ia juga termasuk imam besar dalam bahasa dan ilmu nahwu.dia menyusun kitab al-Awamil al-Miah dalam ilmu nahwu.22 Menurut Mahmud Muhammad Syakir:Abd al-Qahir adalah orang yang membuat ilmu balaghah dan sebaagai pencetus ilmu balaghah ini.Banyak ulama-ulama yang ulung menjelaskan tentang dirinya.Ia adalah orang yang mulia kedudukannya,orang yang sangat terkenal,ia disebut Amir al-Mu’minin muhyi al-Ulum wa al-Din.Yahya bin Hamzah al-Husaeni pemilik kitab al-Thiraz tentang ilmu-ilmu hahikat i’jaz menyatakan di dalam pembukaan kitabnya,dan dia odalah orang yang paling baik di dalam menulius kitab balaghah setelah Abd al-Qahir,ia menyatakan bahwa ,orang pertama yang membuat pondasi dari ilmu ini.yang menjelaskan dalil-dalilnya,dan menerangkan manpaatmanpaatnya dan mengatur susunannya adalah al-Syeikh ahli Tahrir daan ahli tahqqiq Abd al-Qahir al-Jurjany.Ia telah melepaskan ikatan keanehan,telah merobohkan pagar kesulitan dengan tali yang kuat, memekarkan bunga dari kuncupnya,memecahkan kancing yang telah terkunci.Semoga ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA281 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma Allah membalasnya dengan balasan yang lebih utama.Dan menjadikan pahalanya lebih sempurna sebagai balasan amalnya. Ia mempunyai dua karangan di dalam dua kitab;salah satunya di beri nama Dalail al-I’jaz, yang lain di namai Asrar alBalaghah,saya sangat mengaguminya dan dijadikan rujukan para ulama ketika mereka membuat komentar dalam ilmu balaghah.23 Tajuddin al-Subky dalam kitab Thabaqat Al-Syafi’iyah alKubra mengatakan:Abdal-Qahir al-Jurjany al-Nahwy pengikut madzhab Asy’ariyah,seorang ahli Fiqih madzhab alSyafi’iy,belajar ilmu nahwu di Jurjan dari Abi al-Husein Muhammad bin al-Husein al-Farisy,ia seorang imam yang masyhur menjadi tujuan orang-orang dari berbagai jihat ia seorang ahli agama yang kuat,wara’ dan ahli ibadah.Al-Salafy berkata:Ia orang yang wara’,qanaah, pada suatu waktu masuk maling ke dalam rumahnya,sedangkan dia sedang shalat.Maling mengambil barang-barang yang ada,Abd al-Qahir melihatnya dan dia tidak menghentikan salatnya.24 Al-Subky berkata:Diantara karangannya adalah alMughny syarah kitab al-Idlah sebanyak 30 jilid,dan kitab alMuqtashid syarah kitab al-Idlah juga sebanyak tiga jilid,kitab I’jaz al-Qur’an,,kitab al-Awamil al-Miah,Syarah al-Fatihah, kitab al-Umdah dalam ilmu tashrif,dan kitab al-Jumal al-Mukhtashar yang terkenal.25 Penyusun kitab al-Awamil ini Abd al-Qahir al-Jurjani ,beliau seorang ulama ahli Nahwu dan ahli Balaghah termasuk generasi mutaakhirin dari ulama madrasah Baghdad, meninggal di Jurjan wilayah Parsi pada tahun 474 H. Masa Abd al-Qahir alJurjani menyusun kitab Awamil, pada saat ilmu nahwu sudah mencapai perkembangan yang sangat pesat dan luas.Abd al-Qahir al-Jurjani meringkas ilmu nahwu yang telah berkembang luas dan mendalam menjadi seratus amil saja.Usaha beliau ini diasumsikan untuk memudahkan para pelajar pemula agar mereka mudah mempelajari ilmu nahwu yang sudah sangat rumit karena terjadi perdebatan yang sangat sengit diantara para ulama berbagai madzhab. Perdebatan yang terkenal adalah antara ulama Basrah lawan ulama Kufah sehingga hal ini cukup mempersulit para santri mempelajari ilmu nahwu apalagi santri pemula. Kitab ilmu nahwu karya Abd al-Qahir al-Jurjani ini dinamai al-Awamil al-Miah karena hanya terdiri dari seratus amil yang meropakan,menasabkan, menjerkan, dan menjazamkan Tela’ah 282 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) kalimah isim dan fi’il. Kitab Awamil yang digunakan di pesantren-pesantren di Banten ditemukan ada dua macam yang pertama berbentuk natsar dan yang kedua berupa nadzam.Yang berbentuk natsar ada empat macam yaitu:satu, syarah Tashil Nail al-Amani fi syarhi al-Awamil al-Jurjani karya Ahmad bin Muhammad Zain bin Mushthafa al-Fathani Tailan;dua, Murad alAwamil Mandaya karya KH Muhammad Ali bin Ahmad bin Abu Bakar Mandaya Carenang Banten;tiga,Tanbih al-Mubtadiin syarah awamil dengan bahasa Jawa Banten karya KH.Ahmad Khairuddin Bagawati Serang Banten; empat, Tashil al-Mubtadiin syarah Awamil dengan bahasa Sunda campur bahasa Jawa Banten karya KH.Muhammad Hasanuddin Bojong Cikupa Tangerang Banten. Tiga orang ulama Banten yaitu KH. Muhammad Ali,KH.Ahmad Khaerudin bin Salwan dan KH.Muhammad Hasanuddin bin Muhammad Syafi’i, berusaha menjelaskan kitab Al-Awamil al-Miah Abd al-Qahir al-Jurjani, agar mudah dipahami oleh para santri pemula, sebelum mereka mempelajari kitab-kitab yang lain sebagai lanjutan ilmu nahwu, maupun kitab-kitab dalam disiplin ilmu yang lain seperti ilmu sharaf, ilmu fiqh,tafsir, hadits, ilmu tasawuf dan lain-lainnya. 4-Prosedur Penelitian Penulis bersilaturahmi ke berbagai pesantren salafi,seperti pesantren-pesantren di Pelamunan Kramat Watu,pesantrenpesantren di Cangkudu Baros,pesantren di Bagawati Kasemen Serang,pesantren di Bojong Cikupa Tangerang.untuk mencari data tentang materi ilmu nahwu yang diajarkan.Disamping itu penulis menyebarkan angket keberbagai pesantren salafi yang berlokasi di kabupaten kota di wilayah propinsi Banten. 5-Data Penelitian Data penelitian terdiri dari data primer dan data skunder.Data primer yaitu: Murad al-Awamil Mandaya karya KH Muhammad Ali bin Ahmad bin Abu Bakar Mandaya Carenang Banten;Tanbih al-Mubtadiin syarah awamil dengan bahasa Jawa Banten karya KH.Ahmad Khairuddin Bagawati Serang Banten;dan Tashil al-Mubtadiin syarah Awamil dengan bahasa Sunda campur bahasa Jawa Banten karya KH.Muhammad Hasanuddin Bojong Cikupa Tangerang Banten. ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA283 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma Data skunder adalah berbagai karya tulis yang erat kaitannya dengan al-Awamil seperti kitab-kitab ilmu nahwu dan sejarahnya, ilmu lughah,ilmu hadits, ilmu tafsir,ilmu fiqih dan sebagainya. 6-Tehnik Analisa Data Data yang terkumpul adalah data kualitatif .Kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan analisa logic ilmu bahasa untuk mengetahui tehnik K.H. Muhammad Ali,K.H. Ahmad Khaeruddin dan K.H. Muhammad Hasanuddin menjelaskan kosa kata dan membuat contoh kosa kata di dalam jumlah dalam menjelaskan al-Awamil al-Miah.Hasilnya diharapkan dapat diketahui kelebihan dan atau kekurangannya. D. Analisa Data 1. Cara KH Muhammad Ali menjelaskaan kosa kata dan membuat contoh dalam bentuk jumlah,misalnya: الؼْاهل اللفظية ها يتلفظ ّيذرك ًحْ إى سيذا قائن ّضزب سيذ-1 الوؼٌْية هاال يتلفظ ّال يذرك إ خلٍْ ػي الؼْاهل اللفظية ماالتتذاء فٔ الوثتذاء-2 ًحْ سيذ قائن ّالتجزد فٔ الوضارع ًحْ سيذ يضزب السواػية ها يتْقف ػولَ ػلٔ سثيل السواع موا تقْل إى الثاء تجز ًحْ تشيذ ّلن-.3 ّ تجشم ًحْ لن يضزب ّإى تٌصة االسن ّتزفغ الخثز ًحْ إى سيذا قائن ًّحُْا تطزيق سواػل هٌِن ّمل.القياسية ها أخذ قياسا فتقْل الوثال مل فؼل الالسم يزفغ الفاػل فقط ًحْ قام سيذ-4 ّمل اسن.فؼل الوتؼذٓ يزفغ الفاػل ّيٌصة الوفؼْل تَ ًحْ ضزب سيذ ػوزا اصيف الٔ اسن آخز فاألّل تجز الثأً ًحْ غالم سيذ إ غالم لشيذ Begitulah cara K.H. Muhammad Ali menjelaskan kalimah (kosa kata) dan cara menjelaskan fungsi kosa kata di dalam jumlah.Semuanya dikemukakan dengan contoh yang mudah dipahami oleh para santri pemula. 2. K.H. Ahmad Khaeruddin dalam karya tulisnya menjelaskaan kosa kata kemudian memberi contoh jumlah yang mengandung kosa kata tersebut, contohnya : اللفظية ها يتلفظ ّيذرك ًحْ إى سيذا قائن- 1 الوؼٌْية تخالفِا إ هاال يتلفظ ّاليذرك ماالتتذاء فٔ الوثتذاء ًحْ سيذ قائن- 2 ّالتجزد فٔ الوضارع السواػية ها يتْقف ػولَ ػلٔ سثيل السواع موا تقْل إى الثاء تجز ًحْ تشيذ ّلن-3 ّ تجشم ًحْ لن يضزب ّإى تٌصة االسن ّتزفغ الخثز ًحْ إى سيذا قائن ًّحُْا تطزيق سواػل هٌِن Tela’ah 284 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) القياسية ها أخذ قياسا فتقْل مل ها ماى مذا فاًَ يؼول مذا إ تقْل مل فؼل الالسم-4 َّمل فؼل الوتؼذٓ يزفغ الفاػل ّيٌصة الوفؼل ت.يزفغ الفاػل فقط ًحْ قام سيذ ّمل اسن اصيف الٔ اسن آخز فاألّل تجز الثأً ًحْ غالم.ًحْ ضزب سيذ ػوزا سيذ إ غالم لشيذ Cara KH Ahmad Khaeruddin menjelaskan kosa kata dan membuat contoh berupa jumlah relative sama dengan yang dikemukakan oleh KH Muhammad Ali. Perbedaannya,semua ungkapan dalam karya tulisnya diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Banten dan ditarkib (di i’rab). K.H. Ahmad Khaeruddin adalah mengi’rab matan alAwamil Miah karya Tulis Abd al-Qahir al-Jurjani berikut syarahnya yang dilakukan oleh K.H. Muhammad Ali. 3. K.H. Muhammad Hasanuddin dalam karya tulisnya memberi contoh amil-amil dengan jumlah yang relative sama dengan yang dikemukakan oleh KH Muhammad Ali. Dan semua karya tulisnya diterjemahakan ke dalam bahasa Jawa Bantern dan di tarkib (di I’rab )dengan bahasa Sunda. Karya tulis K.H. Muhammad Hasanuddin termasuk kepada karya ulama mutaakhirin yaitu urutan terahir dari syarah, hasyiyah, ta’liq, taqrir, tahqiqi dan i’rab, karena dalam karyanya ia meng i’rab semua matan al-Awamil. 4. Karya tulis K.H. Muhammad Ali mensyarahi matan al-Awamil al-Miah Abd al-Qahir al-Jurjany suatu karya yang perlu diteladani dan diteruskan oleh generasi berikutnya yaitu melengkapi syarah kosa kata maupun jumlah yang perlu lebih dipertegas misalnya tentang pengertian amil,ilmu nahwu,rafa,nasab,jar,isim fi’il,huruf,mubtada,khabar dan sebagainya. 5. Karya tulis K.H. Ahmad Khaeruddin mengikuti karya K.H. Muhammad Ali dalam menjelaskan kosa kata dan membuat jumlah.Kemudian menterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Banten dan mengi’rab seluruhnya.Apabila dijelaskan pengertian istilah-istilah yang terkandung dalam kitab alAwamil akan lebih mudah dipahami oleh santri pemula. 6. Karya tulis K.H. Muhammad Hasanuddin yang menterjemahkan kedalam bahasa Jawa Banten dan mengi’rab dengan bahasa Sunda,akan lebih mudah dipahami oleh ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA285 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma santri,apabila dijelaskan semua istilah yang dikandung di dalamnya. D. Penutup 1. Kesimpulan Sebagai penutup laporan hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: a. KH Muhammad Ali karya tulisnya dapat dikategorikan sebagai syarah bagi kitab al-awamil al-miah kitab nahwu karangan Abd al-Qahir al-Jurjani ,karena dalam tulisannya menjelaskan tiap kosa kata yang dianggap penting dan dibuat jumlah yang menunjukkan posisi kosa kata di dalam jumlah tersebut. Begitulah cara KH Muhammad Ali menjelaskan kalimah (kosa kata) dan cara menjelaskan fungsi kosa kata di dalam jumlah.Semuanya dikemukakan dengan contoh yang mudah dipahami oleh para santri pemula. b. KH Ahmad Khaeruddin dalam karya tulisnya menjelaskaan kosa kata kemudian memberi contoh jumlah yang mengandung kosa kata. Cara KH Ahmad Khaeruddin menjelaskan kosa kata dan membuat contoh berupa jumlah relative sama dengan yang dikemukakan oleh KH Muhammad Ali.Perbedaannya,semua ungkapan dalam karya tulisnya diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Banten dan ditarkib (di i’rab). c. KH Muhammad Hasanuddin dalam karya tulisnya memberi contoh amil-amil dengan jumlah yang relative sama dengan yang dikemukakan oleh KH Muhammad Ali. Dan semua karya tulisnya diterjemahakan ke dalam bahasa Jawa Bantern dan di tarkib (di I’rab ) dengan bahasa Sunda. Karya tulis KH Muhammad Hasanuddin termasuk kepada karya ulama mutaakhirin yaitu urutan terahir dari syarah, hasyiyah, ta’liq, taqrir, tahqiqi dan i’rab, sebagaimana yang dilakukan oleh Syekh al-Kafrawy. d. Karya tulis KH Muhammad Ali mensyarahi matan al-Awamil al-Miah Abd al-Qahir al-Jurjany suatu karya yang perlu diteladani dan diteruskan oleh generasi berikutnya yaitu melengkapi syarah kosa kata maun jumlah yang perlu lebih dipertegas misalnya tentang pengertian amil,ilmu nahwu,rafa,nasab,jar,isim fi’il,huruf,mubtada,khabar dan sebagainya. Tela’ah 286 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) e. Karya tulis KH Ahmad Khaeruddin mengikuti karya KH Muhammad Ali dalam menjelaskan kosa kata dan membuat jumlah.Kemudian menterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Banten dan mengi’rab seluruhnya.Apabila dijelaskan pengertian istilah-istilah yang terkandung dalam kitab alAwamil akan lebih mudah dipahami oleh santri pemula. f. Karya tulis KH Muhammad Hasanuddin yang menterjemahkan kedalam bahasa Jawa Banten dan mengi;rab dengan bahasa Sunda,akan lebih mudah dipahami oleh santri,apabila dijelaskan semua istilah yang dikandung di dalamnya. 2-Saran-saran a. Pesantren adalah salah satu benteng akhlak umat Islam yang mendidik generasi penerus agar menjadi orang-orang yang saleh sebagai pemimpin masa yang akan datang.Materi pelajaran di pesantren perlu dipikirkan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat masa kini. b. Al-Awamil al-Miah ktab ilmu nahwu susunan Abd al-Qahir alJurjani adalah kitab wajib dipelajari oleh para santri di pesantren-pesantren salafi yang tersebar di wilayah propinsi Banten,perlu dipikirkan.cara yang mudah dipalajari dan dipahami oleh para santri pemula.Apabila mudah dipahami para santri akan bergairah belajarnya. c. Perlu dipikirkan tentang syarah al-Awamil yang lebih lengkap agar mudah dipahami ketika diperlajari oleh santri pemula, karena ilmu nahwu sangat penting,tidak mungkin bias mempelajarai literature keagamaan dengan baik tanpa memahami kaidah-kaidah nawu sharaf dan cabang ilmu bahasa Arab lainnya. Catatan akhir: 1 Abd al-Karim,Al-Wasith fii Tarikh al-Nahwy al-Araby,Dar alSyaufi,al-Riyadl,1992 hal: 14 2 Ali Muhamad Fakhir,op.cit. hal:11 3 Abd al-Karim,loc.cit. : 4 Al-Murady,2001 Hal:266 5 Ali Muhammad Fakhir,op.cit. hal:8 6 Tamam Hasan loc.cit hal: 7 Ibid ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA287 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma 8 Ali Muhammad Fakhir,loc.cit.,hal: 12 Ali Muhammad Fakhir,op. cit. Hal:14 10 Ibid hal:288 11 Ibid hal: 23 12 Abd al-Karim,lok.cit. hal:289 13 ibid 14 Ahmad bin Muhammad,1995 hal:14 15 Ibid 16 Ahmad bin Muhammad,lok.cit. hal:14 17 Abd al-Rahman,2001,hal:255 18 Tamam Hasan,lok.cit. hal:11 19 Cik Hasan Bisri,Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam,Ulul Albab Press,Bandung,1997, hal: 52-53 20 Winarno Surachmad,Dasar dan Tehnik Research,Tarsito,Bandung,1972, 9 hal:123-125 21 A.Chaedar Alwasilah,Pokoknya Jaya,Bandung,2002,hal:69 Kualitatif,PT Dunia Pustaka 22 Abd al-Karim,lok.cit. hal:14 Mahmud Muhammad Syakir,1991, hal:16 24 Ibid 25 Ibid 23 DAFTAR PUSTAKA Abd al-Karim al-As’ad, al-Wasith fi Tarikhi al-Nahwy alAraby,Dar al-Syawaf,al-Riyadl,1992 Abdu Shabur Syahin, Fi Tathawuri al-Lughah,Maktabah alSyabab,al-Qahira,1992 Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhandan Perkembangan Lembagalembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Grasindo, Jakarta Abduh Rajihi, Fiqh al-Lughah al-Arabiyah, Dar al-Ma’rifah alJami’ah Iskandariyah,1993 Ahmad Maky, Al-Nahwu al-Qur’any, Dinamika Baakah Utama, Jakarta Tela’ah 288 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Ahmad bin Muhammad, Shinaat al-Kitab, Dar al-Ulum alArabiyah,Beirut,1990 Ahmad Warson Munawir, Kamus Araby-Indunisy, Krapyak Yogyakarta,1984 Ahmad Syafii Maarif, Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante Islam Dan Masalah Kenegaraan, LP3ES Jakarta,1985 Ali Abd al-Wahid Wafy, Nahdlah,Qairo,1945 Fiqh al-Lughah, Daral- Ali Muhammad Faakhir, Tarikh al-Nahwi al-Arabi Mundzu Nasyatihi hatta al-Ana, Jamiah al-Azhar,2003 Carl Broclemen, Tarikh Adab Araby, Leipzig Endang Sutari AD, Ilmu Hadits kajian riwayah dan dirayah, Amal Bakti Press,Bandung Ibnu Umi Qasim al-Murady, Taudlih al-Maqashid wa al-Masalik bi al-Syarhi Alfiyah Ibnu Malik Ibrahim Madzkur, al-Mu’jam al-Wajiz, Wizarat al-Tarbiyah wa al-Ta’lim ,Mesir,1984 Karim Zaky Hisam al-Din,Ushul Turastsiyah, Maktabah al-Anjalu al-Mishriyah,1993 Mahmud Fahmi Hijazy, Ilmu al-Lughah al-Arabiyah,Wikalah alMathbuah,al-Kuweit 1973 Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Ashri al-Hadits Mazin Mubarak, al-Nahwu al-Araby al-‘ilah al-Nahwy Nasyatuha wa Tathawuruha, Dar al-Fikr , Beirut, 1981 Muhammad Abu Zahu, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, Dar alKitab al-Araby, Beirut ,1984 Muhammad Hasbi al-Shidqi, Ilmu-lmu al-Qur’an, Bulan Bintang Jakarta, 1972 Mahmud Muhammad Syakir, Kitab Asrar al-Balaghah li Abd alQahir al-Jurjani, Dar al-Madany,Jiddah 1991 ANALISA SYARAH NATSAR AL- AWA289 MIL Al- MIAH ABD AL- QAHIR AL-JURJANI Arma Maisyal Zakariya, Buhuts Alsuniyah al-Arabiyah, al-Muassasat alJam’iyah al-Dirasat wa al-Nasyri wa al-Tauzi,Beirut Muhammad Sulaiman Yakut, Manhaj al-Bahts al-Lughawy,Dar al-Ma’rifah al-Jami’ah al-Kuweit Muhammad al-Thanthawy, Nasyatu al-Nahwi Tarikhu Asyhar alNuhat,Jamiat AL-Sayyid Muhammad bin Ali al-Sanusi ,Libiya Qasim al-Samiraiy, Ilmu al-Iktinah al-Arabiyah al-Islamy,alRiyadl,2001 Ruhy al-Ba’labaky, al-Maurid Qamus Araby-Injlizy, Dar al-ilm Lilmalayin,1995 Tamam Hasan, al-Lughah al-Arabiyah Ma’naha wa Mabnaha,Dar al-Tsaqafah,al-Dar al-Baidla,al-Maghrib, 1994 -----------,Ushlub Dirasat Evistemologiah lil fikri al-Lughawi i’nda al-Arabiyah –al-Nahwi- Fiqh al-Lughah-alBalaghah, Alam al-Kutub al-Qahira,2000 Al-Zarkasyi, al-Burhan fi ulum al-Qur’an. Tela’ah 290 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Abstrak Optimalisasi pendapatan negara melalui penerimaan pajak pusat memiliki dampak besar terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat serta kelancaran transaksi bisnis pada skala ekonomi yang lebih luas. Dana pembangunan yang dihimpun melalui pungutan pajak secara tidak langsung akan digunakan pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi, bisnis, dan sosial budaya yang lebih memadai. Iklim bisnis sehat yang tercipta melalui pemanfaatan secara optimal dana masyarakat melalui pajak, pada akhirnya akan semakin mendorong pengusaha untuk mengikuti kebijaksanaan fiskal yang digulirkan pemerintah. Kata Kunci: tax audit, perusahaan manufaktur A. Latar Belakang Penelitian Reformasi perpajakan tahun 1983 telah menempatkan Wajib Pajak pada posisi penting sebagai subjek dalam pencapaian target penerimaan negara. Sistem perpajakan Indonesia mulai pada saat itu menganut sistem self assessment, yang memberikan kewenangan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem ini diharapkan wajib pajak memiliki kesadaran terhadap kewajibannya, kejujuran dalam menghitung ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE291 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka pajaknya, memiliki hasrat atau keinginan yang baik untuk membayar pajak, dan komitmen dalam menjalankan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hampir setiap Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak Badan, menginginkan agar jumlah kewajiban pembayaran pajaknya serendah mungkin dan berbagai macam cara mungkin dilakukan, baik dengan melakukan cara yang diperkenankan oleh Undang-undang perpajakan, ataupun cara yang melanggar aturan perpajakan. Cara pertamalah yang seharusnya dilakukan oleh Wajib Pajak, karena disamping diperkenankan oleh Undangundang perpajakan, juga tidak merugikan negara. Bertolak dari pemikiran pentingnya pelaksanaan penghitungan kewajiban perpajakan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, maka penulis ingin mengetahui seberapa jauh kepatuhan Wajib Pajak Badan berkaitan dengan penghitungan pajak terutangnya, untuk itu penulis mencoba meneliti dalam bentuk penelitian yang berjudul: Analisis Tax Audit Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dirumuskan adalah seberapa jauh kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam melaporkan Pajak Penghasilan (PPh) yang terutang dengan sebenarnya. Karena bila terdapat indikasi adanya kesalahan ataupun kekeliruan dalam penyetoran pajak, ada potensi Wajib Pajak Badan tersebut akan diperiksa oleh aparat pajak. Bahkan bila mengarah kepada kesengajaan, bisa memunculkan penyidikan pajak, yang hukumannya berupa sanksi pidana. C. Pembatasan Masalah Data yang akan diteliti adalah Laporan Keuangan perusahaan manufaktur pada tahun pajak yang sama. Hanya akan dibatasi untuk 40 perusahaan manufaktur yang sejenis. Akan dilihat trend (kecenderungan) dalam pembayaran pajak penghasilannya, termasuk indikasi kewajaran dan kepatuhannya. Periode laporan keuangan yang dijadikan sampel hanya tahun 2008. Peneliti sengaja memilih tahun 2008 dikarenakan pada periode tahun tersebut sedang terjadi krisis ekonomi global yang menyebabkan beberapa negara mengalami stagnasi dalam pertumbuhan ekonominya, khususnya penurunan laba beberapa Tela’ah 292 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) perusahaan. Sehingga peneliti ingin membuktikan apakah pada periode krisis tersebut, beberapa perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan Pajak Penghasilan Badannya dengan jujur atau tidak. D. Signifikansi Penelitian Diharapkan dari penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai kewajiban Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak Badan, dalam kewajibannya melaporkan SPT Tahunannya dan menyetor kewajiban pajaknya apabila pada penghitungannya ternyata ada kekurangan pajak yang masih harus dibayar, atau Wajib Pajak dapat meminta kembali pajak yang sudah dibayarkan apabila Wajib Pajak ternyata telah membayar pajak lebih besar daripada yang seharusnya. Manfaat penelitian ini adalah supaya masyarakat bisa mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam menghitung dan membayar pajaknya, sehingga opini yang beredar dimasyarakat tentang kepatuhan membayar pajak suatu perusahaan, didasarkan pada fakta dan data yang ada. Kesan masyarakat atas kinerja suatu perusahaan atau badan akan baik, apabila kepatuhan membayar pajaknya juga baik. E. Pembahasan Teoritik Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro, dalam bukunya “Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan”1 adalah sebagai berikut: Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (tegen-prestatie/kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undangundang serta aturan pelaksanaannya. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE293 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka c. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah; yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan roda pembangunan yang bersumber dari masyarakat. Landasan hukum pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu: a. UUD 1945, Pasal 23 ayat (2), menyatakan “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang”. b. Undang-undang Perpajakan yang sudah disempurnakan, yang meliputi: 1) UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). 2) UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh). 3) UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPn BM). 4) UU No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP). 5) UU No. 20 tahun 2000 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Salah satu ketentuan yang mendasari penelitian ini adalah Undang-undang No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan telah diperbaharui dengan Undangundang No. 28 tahun 2007, yang meliputi beberapa pasal sebagai berikut: a. Pasal 28 ayat (1) yang menyatakan: “Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan”. b. Pasal 28 ayat (3) yang menyatakan: “Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya”. Tela’ah 294 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) c. Pasal 29 ayat (1) yang menyatakan: “Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Seperti telah dibahas di muka, pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pelaksanaan pembangunan, oleh karena itu, sekurang-kurangnya pajak akan memiliki 4 fungsi atau peranan utama di dalam pembangunan ekonomi2, yaitu sebagai berikut: a. Fungsi Budgetaire (sebagai sumber utama kas negara) b. Fungsi Alokasi (sumber dana untuk pembiayaan pembangunan) c. Fungsi Distribusi (sebagai alat pemerataan pendapatan) d. Fungsi Regulasi (alat pengatur kegiatan ekonomi) Pengertian kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat patuh, ketaatan. Jadi kepatuhan pajak dapat diartikan sebagai sifat patuh atau ketaatan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Didalam penelitian ini kepatuhan yang dianalisis adalah kepatuhan dalam menghitung sendiri pajak yang terutang dengan benar. Pemeriksaan pajak kadangkala merupakan sesuatu yang mengandung ancaman bagi wajib pajak. Hal ini sangat dirasakan ketika petugas pajak dianggap mengada-ada dan selalu mencari kesalahan wajib pajak, padahal menurut wajib pajak telah benar. Untuk memahami pemikiran wajib pajak yang demikian, kiranya pemeriksa pajak harus dapat memberikan pengertian kepada wajib pajak bahwa apa yang dilakukannya semata-mata untuk menjalankan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Agar wajib pajak dapat memahami apa yang dilakukan oleh petugas pajak telah sesuai dan benar, hendaknya pemeriksa pajak dalam setiap dan segala hal bertindak harus dapat menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk itu, pemeriksa pajak harus dapat memahami pengertian pemeriksaan dan dasar hukum yang mengaturnya. Pada dasarnya yang menjadi sasaran pemeriksaan pajak adalah mencari adanya 1) interpretasi undang-undang yang tidak benar, 2) kesalahan, 3) penggelapan secara khusus dari ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE295 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka penghasilan, dan 4) pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak dalam menghitung besar pajak yang harus dibayar, pemeriksa harus memeriksa pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Pengertian pembukuan berdasarkan Pasal 1 ayat 26 UU No. 28 tahun 2007 adalah: Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir. Pada umumnya pembukuan Wajib Pajak di Indonesia berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Untuk menghitung pajak yang terutang Wajib Pajak tidak perlu membuat dua pembukuan, cukup menyelenggarakan satu pembukuan berdasarkan SAK atau yang lainnya. Namun saat menghitung pajak terutang perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal ini diperlukan karena terdapat beberapa perbedaan antara SAK dengan Undang-undang perpajakan, terutama mengenai objek yang dikenakan pajak atau penghasilan dan biaya-biaya yang dapat mengurangi penghasilan tersebut. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Pembukuan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. Tela’ah 296 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Jadi diharapkan pembukuan tersebut dapat digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang. Pembukuan tersebut tidak hanya digunakan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan , tetapi juga pajak-pajak lainnya. Agar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual nilai ekspor, jumlah harga jual dari pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan. Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundangundangan perpajakan menentukan lain. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga macam3, yaitu: a. Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. b. Self Assessment System, merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. Withholding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengan cara biasa dan penghitungan dengan menggunakan norma penghitungan. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE297 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka Berdasarkan Pasal 16 Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, dijelaskan penghitungan Penghasilan Kena Pajak sebagai berikut: Bagi Wajib Pajak dalam negeri (khususnya Wajib Pajak Badan) yang menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan cara penghitungan biasa, seperti contoh berikut: Peredaran bruto Rp. xxx Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan xxx (-) Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp. xxx Penghasilan lainnya Rp. xxx Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan lainnya tersebut xxx (-) Rp. xxx (+) Jumlah seluruh penghasilan neto Rp. xxx Kompensasi kerugian xxx (-) Penghasilan Kena Pajak (bagi Wajib Pajak Badan) Rp. Xxx Penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah: Jumlah Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif PPh terutang (PKP x tarif PPh) Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut: a. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Tabel 1. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak sampai dengan Rp50.000.000,00 di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp250.000.000,00 di atas Rp250.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 di atas Rp500.000.000,00 Tela’ah 298 Tarif Pajak 5% 15% 25% 30% Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) b. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28% F. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, data yang didapat diolah dan dikembangkan, dan berbagai macam cara dapat digunakan, misalnya dari jenis datanya, tahun yang diobservasi, teknik analisis, dan lain sebagainya. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran, maka ruang lingkup yang dibahas hanyalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya akan difokuskan pada seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka menghitung pajak yang terutang, untuk mengetahui apakah sistem self assessment yang dijalankan di 40 perusahaan manufaktur yang telah listing di BEI, telah dijalankan dengan cukup baik atau tidak. 2. Data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan riset dan observasi pada laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan di perpustakaan BEI. 3. Data yang digunakan adalah khusus untuk jenis Pajak Penghasilan Badan. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha. Yang termasuk sebagai badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Dalam riset ini digunakan metode sampling, lebih khusus lagi yaitu menggunakan metode purposive sampling. Data yang diambil berasal dari hasil publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Laporan Keuangan tahun 2008 untuk 40 perusahaan manufaktur yang telah listing di BEI. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE299 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka 2. Jenis kriteria pemeriksaan yang dilakukan hanyalah pada item (akun) jumlah Penjualan (Peredaran Usaha) dan jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terutang. 3. Jenis pajak yang digunakan hanyalah kewajiban PPh Wajib Pajak Badan. 4. Beberapa rasio keuangan yang penting digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha pada tahun 2008, laba perusahaan, dan tingkat kesehatan perusahaan secara finansial. Data akan disusun berdasarkan kode emiten yang dikeluarkan oleh BEI, kriteria tahun Wajib Pajak dan dari tahun peredaran usaha Wajib Pajak. Selain penggolongan berdasarkan peredaran usaha, juga dibuat penggolongan berdasarkan ratio antara PPh terutang dan peredaran usaha. Hal-hal yang dilakukan dalam menganalisa laporan keuangan adalah sebagai berikut4: 1. Membandingkan laporan laba rugi tahun pajak yang diaudit dengan peredaran usaha, dengan membuat persentase (vertikal); 2. Membandingkan laporan laba rugi dan neraca dari tahun ke tahun, minimal dua tahun terakhir, dengan membuat persentase (horizontal); 3. Melakukan analisis rasio; 4. Membuat daftar permasalahan apabila dalam melakukan perbandingan vertikal dan horizontal terdapat perubahan yang cukup material dan diperkirakan tidak sebanding atau tidak wajar; 5. Membuat daftar pertanyaan atau interview kepada wajib pajak atas permasalahan yang timbul setelah dilakukan analisis; 6. Memfokuskan pemeriksaan terhadap hal yang menonjol yang ditemukan saat melakukan analisis laporan keuangan; 7. Memperhatikan akun/perkiraan dalam laporan keuangan dengan membandingkan jenis usaha WP dan perkiraan yang sesuai. Hasil yang diharapkan adalah: 1. Memastikan kewajaran atas pembebanan yang sebanding dengan peredaran usaha. Tela’ah 300 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 2. Memastikan kewajaran atas kenaikan dan penurunan dalam laporan laba rugi dan neraca dari tahun sebelumnya. 3. Memastikan bahwa WP tidak mengalami kesulitan dalam membayar pajak, hal ini terbukti dengan rasio likuiditas lebih dari satu. Bila lebih dari dua, dipastikan terdapat kapasitas yang menganggur yang harus ditelusuri lebih mendalam, misalnya dari mana kas tersebut? Dari mana persediaan dan piutang yang masih ada? Kenapa masih ada persediaan dan piutang yang banyak padahal kas perusahaan bertambah besar? Dan lain-lain. 4. Tepat sasaran dalam menentukan sejauhmana pemeriksaan harus dilakukan, bukti dan dokumen apa yang harus diminta, hal ini akan mempercepat penyelesaian pemeriksaan. Tabel 2. Operasional Variabel Penelitian Variabel Kepatuhan Sub Variabel Kewajiban perpajakan Pemeriksaan Penghitungan perpajakannya Pembukuan Perpajakan Data dan informasi Keuangan Indikator Tepat waktu Tidak ada tunggakan pajak Tidak terkena sanksi administrasi berupa denda atau bunga Menghitung dan melaporkan dengan benar Interpretasi UU yang tidak benar Kesalahan atau kekeliruan SPT lebih/ kurang bayar Pelaporan dan pembayaran tidak tepat waktu Harta Kewajiban Modal Penghasilan dan Biaya Harga perolehan Penyerahan barang dan jasa Laporan Keuangan G. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan Wajib Pajak perusahaan manufaktur dalam menghitung pajak yang terutang. Analisis tersebut menggunakan metode statistik deskriptif, yaitu dengan metode rata-rata dan modus untuk mengetahui gejala pusat dari data yang ada sehingga bisa ditarik sebuah kesimpulan. Perusahaan manufaktur (industri ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE301 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka pengolahan) di BEI meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Dari populasi yang berjumlah 123 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2008, diambil sampel sejumlah 40 buah perusahaan. Sebelum pembahasan dimulai, ada baiknya untuk mengetahui kode emiten5 dan nama perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Sampel Penelitian No 1 Emiten AALI 2 ADES 3 AKPI 4 ALKA 5 ALMI 6 AQUA 7 8 9 10 ARGO ASII BRNA CEKA 11 CPIN 12 DLTA 13 DVLA 14 15 16 FASW GGRM GJTL 17 HMSP 18 INAF 19 INDF 20 INTP 21 JECC 22 KAEF Tela’ah Nama Emiten Tgl Berdiri Astra Agro Lestari 03-10-1988 Akasha Wira 06-03-1985 International Argha Karya Prima 07-03-1980 Industry Alakasa Industrindo 21-02-1972 Alumindo Light Metal 26-06-1978 Industry Aqua Golden 23-02-1973 Mississippi, Tbk Argo Pantes 12-07-1977 Astra International 20-02-1957 Berlina 18-08-1969 Cahaya Kalbar 03-02-1968 Charoen Pokphand 07-01-1972 Indonesia Delta Djakarta 15-06-1970 Darya Varia 05-02-1976 Laboratoria Fajar Surya Wisesa 13-06-1987 Gudang Garam 30-06-1971 Gajah Tunggal 24-08-1951 Hanjaya Mandala 19-10-1963 Sampoerna Indofarma 02-01-1996 Indofood Sukses 14-08-1990 Makmur, Tbk Indocement Tunggal 16-01-1985 Prakarsa Jembo Cable 17-04-1973 Company Kimia Farma, Tbk 16-08-1971 302 Tgl Listing 09-12-1997 14-06-1994 16-11-1992 12-07-1990 02-01-1997 01-03-1990 07-01-1991 1990 15-11-1989 25-09-1998 1991 27-02-1984 11-11-1994 19-12-1994 24-06-1992 08-05-1990 15-08-1990 17-04-2001 14-07-1994 18-03-1991 18-11-1992 04-07-2001 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 23 KDSI 24 25 26 27 KLBF LION MAIN MERK 28 MLBI 29 30 31 32 MRAT MYOR POLY PYRI 33 SCPI 34 SOBI 35 TCID 36 37 TOTO TRST 38 TSCP 39 ULTJ 40 UNVR Kedawung Setia Industrial Kalbe Farma, Tbk Lion Metal Works Malindo Feedmill Merck, Tbk Multi Bintang Indonesia Mustika Ratu, Tbk Mayora Indah, Tbk Asia Pacific Fibers Pyridam Farma Schering-Plough Indonesia Sorini Agro Asia Corporindo Mandom Indonesia, Tbk Surya Toto Indonesia Trias Sentosa Tempo Scan Pacific, Tbk Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Unilever Indonesia, Tbk 09-01-1973 29-07-1996 10-09-1966 16-08-1972 10-06-1997 14-10-1970 30-07-1991 1996 10-02-2006 23-07-1981 03-06-1929 15-12-1981 14-03-1978 17-02-1977 15-02-1984 27-11-1976 27-07-1995 04-07-1990 12-03-1991 16-10-2001 07-03-1972 18-04-1990 07-02-1983 03-08-1992 05-11-1969 30-09-1993 11-07-1977 23-11-1979 30-10-1990 07-07-1993 20-05-1970 19-06-1994 29-12-1971 15-05-1990 05-12-1933 11-01-1982 Terlihat bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan yang relatif sudah lama berdiri dan melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Serta sudah cukup lama terdaftar (listing) di BEI (Bursa Efek Indonesia)6. Hal ini berarti bahwa mayoritas saham beredar perusahaan tersebut dimiliki oleh publik, karena sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Tbk. (terbuka). Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah rasio. Analisa Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan trend ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE303 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka angka-angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu adalah untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi yang membutuhkan kehati-hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering dipergunakan, yaitu: Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas (Leverage), dan Rasio Rentabilitas. Rasio likuiditas itu sendiri terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio. Rasio solvabilitas terbagi atas Total Debt to Equity Ratio dan Total Debt to Total Asset Ratio. Sedangkan rasio rentabilitas terdiri atas Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Earning Power of Total Investment, dan Return on Equity. Suatu rasio finansial perusahaan dikatakan baik bila diatas angka 100% (atau 1). Hal ini menunjukkan bahwa performa dan kinerja keuangan intern perusahaan cukup baik dalam mengelola keuangan internalnya sehingga mampu melunasi utangnya ataupun memberikan laba yang cukup besar kepada para pemegang sahamnya. Tabel berikut adalah data laba usaha yang dicapai perusahaan pada tahun 2007 dan 2008. Tabel 4. Data Laba Usaha Tahun 2007 dan 2008 No Emiten 1 2 AALI ADES 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tela’ah AKPI ALKA ALMI AQUA ARGO ASII BRNA CEKA CPIN Laba (Rugi) 2007 Laba (Rugi) 2008 % Kenaikan/ Penurunan 1,253,170,000 1,670,760,000 (154,851,000,000) (15,208,000,000) (90,17%) 1,133,170,817,000 68,111,984,000 (93,99%) 2,394,116,000 4,523,903,000 88,96% 31,726,079,871 4,566,862,211 (85,61%) 65,913,000,000 82,337,000,000 24,92% (179,143,654,000) (188,504,459,000) (5,23%) 8,501,000,000,000 9,191,000,000,000 8,12% 10,380,000,000 19,410,295,985 87% 24,676,361,894 27,867,555,443 12,93% 185,448,000,000 253,977,000,000 36,95% 304 33,32% Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 DLTA DVLA FASW GGRM GJTL HMSP INAF INDF INTP JECC KAEF KDSI KLBF LION MAIN MERK MLBI MRAT MYOR POLY PYRI SCPI SOBI TCID TOTO TRST TSCP ULTJ UNVR 47,330,712,000 83,754,358,000 76,96% 49,917,853,000 70,819,094,000 41,87% 121,970,185,307 36,553,869,861 (70,03%) 1,443,585,000,000 1,880,492,000,000 30,27% 90,841,000,000 (624,788,000,000) (787,78%) 3,624,000,000,000 3,895,280,000,000 7,49% 11,080,000,000 5,030,000,000 980,357,000,000 1,034,389,000,000 5,51% 980,103,086,314 1,745,500,936,215 78,09% 22,921,580,000 78,504,000 (99,66%) 20,228,061,291 11,001,387,246 (45,61%) 14,500,297,724 5,716,267,895 (60,58%) 705,694,196,679 171,681,979,429 0,15% 25,298,384,327 37,840,393,046 49,58% 28,151,030,000 4,210,460,000 (85,04%) 89,484,528 98,620,070 10,21% 84,385,000,000 222,307,000,000 163,44% 5,838,656,195 6,806,390,005 16,57% 141,590,000,000 196,230,049,693 38,59% (2,120,676,460,197) (892,609,000,000) 57,91% 1,740,000,000 2,308,877,329 32,69% 2,568,850,071 6,620,764,829 157,73% 94,184,632,000 142,496,317,000 51,29% 111,200,000,000 114,854,035,121 3,25% 56,376,502,262 63,286,993,788 12,26% 17,747,291,109 58,025,393,373 226,95% 278,357,723,400 320,647,898,367 15,19% 56,376,502,262 63,286,993,788 12,26% 1,580,000,000,000 Rata-rata 2,407,231,000,000 22,52% (1,88%) (54,6%) Berdasarkan tabel diatas, didapat rata-rata pertumbuhan laba adalah sebesar (1,88%); yaitu negatif. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2008 rata-rata perusahaan mengalami kerugian sehingga menyebabkan terjadi penurunan laba, atau bahkan merugi. Bahkan ada beberapa perusahaan yang mengalami ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE305 Hendrieta Ferieka UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR kerugian ataupun penurunan laba yang sangat signifikan sehingga mempengaruhi rata-rata perubahan laba perusahaan lainnya. Contohnya adalah emiten ADES dan GJTL. Sangat jauh bila dibandingkan dengan laba pada periode tahun sebelumnya. Dimana hampir semua perusahaan mendapatkan laba. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh krisis ekonomi global yang sedikit ataupun banyak mempengaruhi juga laba yang dihasilkan oleh 40 perusahaan manufaktur tersebut. Walaupun untuk beberapa emiten, ada juga yang mendapatkan laba dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. Tabel berikut ini menunjukkan hasil penghitungan beberapa rasio keuangan yang penting bagi perusahaan. Tabel 5. Data Rasio Keuangan Tahun 2008 No Emiten 1 2 AALI ADES 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Tela’ah AKPI ALKA ALMI AQUA ARGO ASII BRNA CEKA CPIN DLTA DVLA FASW GGRM GJTL HMSP INAF INDF INTP JECC Debt Ratio Net Profit Margin ROE 0.2295 0.0002 0.0003 0.7195 (0.1174) (0.2930) 1.1733 0.0428 0.0930 4.2828 0.0035 0.1507 2.7552 0.0019 0.0105 0.4110 0.0353 0.1415 14.3308 (0.1727) (1.6761) 1.2141 0.0947 0.2778 1.2894 0.0404 0.1080 0.5916 0.0142 0.1128 2.9116 0.0192 0.1924 0.2496 0.0712 0.1611 0.2035 0.1226 0.1394 1.8432 0.0121 0.0279 0.3553 0.0622 0.1211 4.2828 (0.0785) (0.3788) 0.5010 0.1123 0.4840 0.6929 0.0034 0.0169 0.6675 0.0267 0.1217 0.3253 0.1785 0.2053 6.7230 0.0001 0.0009 306 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 KAEF KDSI KLBF LION MAIN MERK MLBI MRAT MYOR POLY PYRI SCPI SOBI TCID TOTO TRST TSCP ULTJ UNVR Rata-rata 0.3445 0.0239 0.0585 0.5303 0.0053 0.0250 0.0451 0.0985 0.1951 0.2581 0.1648 0.1881 17.6567 0.0024 0.0912 0.1272 0.0002 0.3012 0.6342 0.1677 0.6652 0.1441 0.1001 0.0734 0.5632 0.0502 0.1576 1.5419 (0.2386) (0.0984) 0.4246 0.0193 0.0333 0.9581 0.0325 0.7930 0.9503 0.0954 0.2621 0.1038 0.0926 0.1407 1.8391 0.0563 0.1743 1.0811 0.0320 0.0559 0.2210 0.0882 0.6459 0.3469 0.0464 0.2675 0.5223 0.1545 0.7764 1.8511 0.0366 0.1206 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa: 1) Rata-rata debt ratio sebesar 1,8511 atau 185,11%; hal ini berarti bahwa modal internal yang dimiliki perusahaan cukup banyak untuk memenuhi seluruh kewajibannya (hutang perusahaan kepada pihak ketiga). 2) Rata-rata net profit margin sebesar 0,0366 atau 3,66%; hal ini berarti laba bersih sesudah pajak sangat kecil bila dibandingkan dengan volume penjualan. Bahkan untuk beberapa perusahaan, NPM-nya negatif, yang artinya bahwa pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian. Ada indikasi bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan (penghasilan) yang lebih besar dari transaksi selain penjualan. Sehingga bila pajak yang dibayarkannya kecil, ada kemungkinan perusahaan tidak jujur dalam melaporkan dan membayar PPh terutangnya. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE307 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka 3) Rata-rata return on equity (ROE) sebesar 0,1206 atau 12,06%; hal ini menunjukkan bahwa modal/ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan masih belum cukup mampu untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Sehingga mau tidak mau pihak manajemen harus lebih meningkatkan kinerjanya untuk dapat memberikan hasil yang terbaik (khususnya laba) bagi para pemegang saham. Walaupun data rasio keuangan pada tahun 2008 tidak menunjukkan angka yang cukup bagus, khususnya untuk pertumbuhan laba, tetapi tidak menjadi alasan bagi perusahaan yang dijadikan sampel penelitian untuk tidak jujur dalam melaporkan pajak penghasilan terutangnya. Analisis di bawah ini akan mengukur sejauh mana kewajaran pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan terutang untuk 40 perusahaan manufaktur. Tabel 6. Analisis Rasio Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2008 No Emiten 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 AALI ADES AKPI ALKA ALMI AQUA ARGO ASII BRNA CEKA CPIN DLTA DVLA FASW GGRM GJTL Tela’ah Penjualan Beban PPh 8,161,217,000,000 129,542,000,000 1,590,795,300,000 1,287,962,132,000 2,376,798,079,053 2,331,533,000,000 1,091,775,925,000 97,064,000,000,000 479,934,277,855 1,963,637,631,257 13,212,988,000,000 1,177,061,258,000 577,598,911,000 3,027,012,493,144 30,251,643,000,000 7,963,473,000,000 308 1,233,917,000,000 1,517,000,000 25,765,009,000 1,284,277,000 798,480,153 34,189,000,000 72,253,015,000 4,065,000,000,000 7,858,289,460 12,979,581,947 118,518,000,000 32,122,663,000 38,380,548,000 1,059,817,078 775,852,000,000 149,411,000,000 Tax Ratio 15.12% 1.17% 1.62% 0.10% 0.03% 1.47% 6.62% 4.19% 1.64% 0.66% 0.90% 2.73% 6.64% 0.04% 2.56% 1.88% Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) HMSP INAF 19 INDF 20 INTP 21 JECC 22 KAEF 23 KDSI 24 KLBF 25 LION 26 MAIN 27 MERK 28 MLBI 29 MRAT 30 MYOR 31 POLY 32 PYRI 33 SCPI 34 SOBI 35 TCID 36 TOTO 37 TRST 38 TSCP 39 ULTJ 40 UNVR Jumlah Rata-rata 17 18 34,680,445,000,000 1,478,580,000,000 38,799,279,000,000 9,780,498,326,080 1,131,138,415,000 460,605,391,306 1,078,022,869,431 1,743,278,327,141 229,607,016,136 1,729,647,254,000 637,134,080,000 1,325,661,000,000 67,997,044,813 3,907,674,046,231 3,740,569,008,582 119,580,973,204 204,011,932,188 1,493,210,885,000 1,239,775,396,779 1,124,346,781,952 1,810,919,828,384 3,633,789,178,647 1,362,606,580,492 15,577,811,000,000 291,881,944,342,675 7,297,048,608,567 1,900,169,000,000 9,860,000,000 801,553,000,000 587,204,749,158 1,655,382,000 6,891,304,363 7,182,816,864 86,866,941,907 19,220,208,746 7,302,460,000 44,391,358,000 91,594,000,000 2,326,632,272 72,480,681,870 68,013,023,512 1,337,041,982 6,661,581,918 80,727,177,000 53,665,699,507 27,471,391,576 33,018,985,104 109,291,724,053 35,075,393,948 1,036,643,000,000 10,427,592,234,418 260,689,805,860 5.48% 0.67% 2.07% 6.00% 0.15% 1.50% 0.67% 4.98% 8.37% 0.42% 6.97% 6.91% 3.42% 1.85% 1.82% 1.12% 3.27% 5.41% 4.33% 2.44% 1.82% 3.01% 2.57% 6.65% 114.13% 2.85% Hasil penghitungan tax ratio didapat dengan membagi nominal PPh Terutang dengan volume penjualan, kemudian dikalikan dengan 100% (seratus persen). Di dalam perpajakan, lazim dipakai istilah peredaran usaha sebagai ganti kata penjualan. Sehingga, guna menghitung rasio PPh terutang, harus membagi jumlah PPh yang telah dibayarkan dengan jumlah penjualan. Tabel diatas menunjukkan rasio pembayaran PPh terutang dengan Penjualan. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE309 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka Dari tabel bisa disimpulkan bahwa rata-rata rasio PPh terutang dari 40 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebesar 2,85%. Dengan asumsi bahwa perusahaan yang rasio PPh terutangnya di atas angka 2,85% relatif jujur dalam menghitung dan membayar PPh terutangnya, maka ada 24 perusahaan yang dicurigai tidak cukup jujur dalam melaporkan PPh terutangnya. Sehingga perlu dilakukan suatu koreksi. Berdasarkan penghitungan di atas, maka selanjutnya bisa dibuat koreksi penghitungan PPh terutang dan laba usaha yang dilaporkan untuk perusahaan lainnya, yang dianggap tidak wajar dalam menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak penghasilan terutangnya. Dengan asumsi, bagi 3 perusahaan yang pada tahun 2008 mengalami kerugian tetapi tetap membayar pajak, perusahaan tersebut dianggap wajar dalam melaporkan PPh terutangnya. Hasil dari penghitungan dan koreksi tersebut akan ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 7. Hasil Koreksi Penghitungan PPh Terutang No Emiten 1 2 3 4 5 6 7 8 AALI ADES AKPI ALKA ALMI AQUA ARGO ASII 9 10 11 12 13 14 15 16 17 BRNA CEKA CPIN DLTA DVLA FASW GGRM GJTL HMSP 18 INAF Tela’ah Penjualan PPh Terutang 8,161,217,000,000 129,542,000,000 1,590,795,300,000 1,287,962,132,000 2,376,798,079,053 2,331,533,000,000 1,091,775,925,000 97,064,000,000,000 479,934,277,855 1,963,637,631,257 13,212,988,000,000 1,177,061,258,000 577,598,911,000 3,027,012,493,144 30,251,643,000,000 7,963,473,000,000 34,680,445,000,000 1,478,580,000,000 310 1,233,917,000,000 1,517,000,000 45,337,666,050 36,706,920,762 67,738,745,253 66,448,690,500 72,253,015,000 4,065,000,000,000 13,678,126,919 55,963,672,491 376,570,158,000 33,546,245,853 38,380,548,000 86,269,856,055 862,171,825,500 149,411,000,000 1,900,169,000,000 42,139,530,000 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 19 20 INDF INTP 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 JECC KAEF KDSI KLBF LION MAIN MERK MLBI MRAT MYOR POLY PYRI SCPI SOBI TCID TOTO TRST TSCP ULTJ UNVR 38,799,279,000,000 9,780,498,326,080 1,131,138,415,000 460,605,391,306 1,078,022,869,431 1,743,278,327,141 229,607,016,136 1,729,647,254,000 637,134,080,000 1,325,661,000,000 67,997,044,813 3,907,674,046,231 3,740,569,008,582 119,580,973,204 204,011,932,188 1,493,210,885,000 1,239,775,396,779 1,124,346,781,952 1,810,919,828,384 3,633,789,178,647 1,362,606,580,492 15,577,811,000,000 1,105,779,451,500 587,204,749,158 32,237,444,828 13,127,253,652 30,723,651,779 86,866,941,907 19,220,208,746 49,294,946,739 44,391,358,000 91,594,000,000 2,326,632,272 111,368,710,318 68,013,023,512 3,408,057,736 6,661,581,918 80,727,177,000 53,665,699,507 32,043,883,286 51,611,215,109 109,291,724,053 38,834,287,544 1,036,643,000,000 Kode emiten yang bertanda bold dan italic menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diasumsikan kurang wajar dalam melaporkan PPh terutangnya. Sehingga dibuatlah koreksian atas nominal PPh terutangnya seperti tercantum pada tabel di atas. Bisa ditarik kesimpulan bahwa dari 40 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 24 perusahaan yang kurang wajar dalam menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan Pajak Penghasilan Terutangnya. Tetapi dari ke-24 perusahaan tersebut, ada 3 perusahaan yang mengalami kerugian tetapi tetap membayar pajak. Sedangkan bagi perusahaan yang sedang mengalami kerugian, diperkenankan untuk tidak membayar Pajak Penghasilan Badan. Bila kondisi ketidakpatuhan ini terus berlanjut, ada kemungkinan ke-21 perusahaan tersebut akan diperiksa oleh ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE311 Hendrieta Ferieka UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR petugas pajak (fiscus). Dan bila mengarah pada tindakan yang disengaja dan berulang, sanksinya adalah pidana penjara. H. Kesimpulan dan Saran Wajib Pajak cenderung melaporkan peredaran usaha (volume penjualan) dengan benar atau patuh, hal ini ditunjukkan dengan diterimanya kesimpulan Wajib Pajak cenderung melaporkan peredaran usahanya dengan benar atau sama dengan perhitungan pemeriksa pajak. Tetapi Wajib Pajak cenderung melaporkan PPh terutangnya lebih kecil daripada pemeriksaan atau tidak patuh. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dikarenakan tidak dilakukannya koreksi fiskal, tidak diadakannya pembukuan dengan baik, tidak disimpannya bukti pendukung dengan baik, adanya usaha untuk mengecilkan pajak yang terutang dengan cara melawan peraturan, atau terjadi perbedaan pengertian Undang-undang perpajakan dengan petugas pajak. Hal ini dibuktikan dengan hasil penghitungan ulang dengan metode persentase guna menghitung tax ratio. Dari 40 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, 21 perusahaan diantaranya tidak patuh atau tidak wajar dalam menghitung PPh terutangnya, yaitu untuk Pajak Penghasilan Badan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, antara lain : 1. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak-Wajib Pajak yang meminta pencabutan NPWP dan Wajib Pajak yang meminta dinonefektifkan. Pencabutan dan penonefektifan NPWP ini juga dapat membantu mengurangi bias pada data yang ada sehingga dapat memprediksikan seberapa besar pajak yang dapat dipungut dari Wajib Pajak yang terdaftar dan efektif secara lebih akurat. 2. Membuat daftar alamat-alamat dan atau nomor-nomor pengusaha yang sering tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Daftar ini dibuat untuk membatasi pengusaha seperti ini untuk mempunyai NPWP. 3. Diadakan pelatihan secara terus menerus kepada petugas pajak yang dapat berupa pelatihan dalam pengetahuan perpajakan agar ada pengertian yang seragam diantara petugas pajak terhadap Undang-undang dan juga pelatihan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Tela’ah 312 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 4. Diadakan penyuluhan mengenai perpajakan dan pembukuan minimal dimiliki oleh Wajib Pajak agar tidak ada alasan dari Wajib Pajak bahwa mereka tidak tahu akan kewajiban mereka dan tidak tahu cara melakukan pencatatan. 5. Petugas pajak dihimbau untuk tidak menyulitkan Wajib Pajak dalam pemeriksaan maupun dalam pelayanan pajak lainnya. 6. Diadakan ekstensifikasi pajak yaitu dengan menghimbau Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP untuk segera membuat NPWP. Catatan akhir: 1 Mardiasmo. 2002. Perpajakan edisi revisi tahun 2001. Yogyakarta: Andi. Hlm. 1 2 Kosim. 2001. Ekonomi. Bandung: Grafindo Media Pratama. Hlm. 103 3 Mardiasmo. Hlm, 8 4 Ibid. Hlm. 13 5 Emiten adalah Perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal, baik dengan menerbitkan saham ataupun obligasi 6 Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. DAFTAR PUSTAKA Agus Setiawan dan Basri Musri. 2007. Tax Audit dan Tax Review. Jakarta: Rajawali Press. Anastasia Diana. 2009. Perpajakan Indonesia, Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis. Yogyakarta: Andi. Boediono. 2001. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Diadit Media. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak. 2001. Buku Panduan Perpajakan Bagi BUMN/D. Jakarta: Direktorat Penyuluhan Perpajakan. ANALISIS TAX AUDIT LAPORAN KE313 UANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hendrieta Ferieka Hananta Bwoga, dkk. 2005. Pemeriksaan Pajak di Indonesia. Jakarta: Grasindo. Husaini Usman. 2008. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Indra Ismawan. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. Jakarta: Elex Media Komputindo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak. Kosim. 2001. Ekonomi. Bandung: Grafindo Media Pratama. Mardiasmo. 2002. Perpajakan Yogyakarta: Andi. edisi revisi tahun 2001. Mohammad Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. Surat Edaran SE-03/PJ.7/1999 tentang Kebijaksanaan dan Rencana Pemeriksaan tahun 1999 (Seri Pemeriksaan 0199). Sophar Lumbantoruan. 1990. Ensiklopedi Perpajakan Indonesia. Jakarta: Erlangga. Y. Sri Pudyatmoko. 2008. Pengantar Hukum Pajak Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Tela’ah 314 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA DIALEK BANTEN DALAM PERCAKAPAN SEHARI-HARI (Studi di Daerah PontangTirtayasa, Kabupaten Serang Banten) Uyu Muawanah Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN”Sultan Maulana Hasanuddin “Banten Abstrak Hasil dari penelitian ini menunjukkan penggunaan bahasa Jawa Banten masih mendominasi dalam percakapan sehari-hari anak-anak dan remaja di kecamatan Pontang dan Tirtayasa, baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolahsekolah. Ini artinya minat dan kecenderungan anak dan remaja di dua kecamatan ini masih sangat tinggi terhadap peggunaan Bahasa Jawa Banten. Ini juga menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat serta semakin banyaknya program-program televisi yang meninabobokan anak dan remaja Indonesia dengan acara-acara yang umumnya tidak mendidik dan melupakan identitas kulturalnya, tidak banyak memberi pengaruh terhadap minat dan kecenderungan serta frequensi penggunaan Bahasa Jawa Banten di dua kecamatan ini. Kata Kunci: Bahasa Jawa Dialek Banten, Pontang, Tirtayasa A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki banyak fungsi. Bahasa bisa digunakan untuk mengungkapkan ide dan gagasan seseorang kepada orang lain, ia juga bisa berfungsi untuk mengkomunikasikan emosi seseorang dalam bentuk kata, kalimat atau dalam bentuk- bentuk lain yang lebih komplit. Bahasa juga MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 315 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA dipergunakan oleh manusia untuk melakukan interaksi sosial dengan sesama dan bahasa juga bisa menjadi satu karakter budaya dari suatu masyarakat atau bangsa tertentu.Bahkan untuk mengembangkan sebuah peradaban, bahasa menjadi alat yang paling efektif. Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa, sekalipun masyarakat Indonesia memiliki bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia, namun bangsa Indonesia masih mengakui keberadaan bahasa daerah yang jumlahnya ratusan. Bahkan, keberadaan bahasa daerah ini dipelihara dan dipertahankan oleh UUD 1945 pasal 36 yang berbunyi, “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan sebagainya) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara, dan bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup”. Dengan demikian, keberadaan bahasa persatuan tidak dianggap harus menghapus atau menggeser bahasa-bahasa daerah sepanjang masih dipelihara oleh para pendukungnya.1 Bahasa senantiasa mengalami perkembangan, demikian pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan, dari bahasa Jawa Kuno berkembang menjadi bahasa Jawa Tengahan, dan kemudian menjadi bahasa Jawa Baru.Perubahan itu dapat terjadi baik pada struktur, kosakata, makna dan juga penggunanya. (Sumarlan, 2005: 92). Bahasa Jawa digunakan dibeberapa wilayah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan sebagian daerah Jawa Barat dan Banten. Bahasa Jawa yang digunakan dibeberapa daerah itu tentu saja memiliki karakter khas yang berbeda antara satu daerah dengan yang lain baik dari sisi leksikal, fonologi, morfologi, semantik, maupun dialeknya. Perbedaan tersebut menurut Guiraud, sebagaimana dikutip oleh Ayatrohaedi, disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya: 1) keadaan alam bisa mempengaruhi ruang gerak penduduk setempat, sehingga jarak dan kondisi alam bisa mempermudah atau mengurangi intensitas penduduk setempat untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar; 2) adanya batas-batas politik yang menjadi jembatan terjadinya pertukaran budaya, yang menjadi salah satu sarana terjadinya pertukaran bahasa; 3) adanya keunggulan dan hubungan bahasabahasa yang terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, Tela’ah 316 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) penyebaran atau bahasa yang bertetangga, sehingga masuklah anasir-anasir kosakata, struktur, dan cara pengucapan atau lafal (Ayatrohaedi, 1983:6) Bahasa Jawa Banten merupakan salah satu ragam bahasa Jawa dialek Banten.Dikatakan sebagai salah satu ragama bahasa Jawa karena pada dasarnya memiliki kesamaan struktur dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Jawa Timur. Namun demikian, dalam beberapa hal berbeda dengan bahasa Jawa yang digunakan di daerah yang lain, seperti dalam hal penggunaan kosakata, akses, dan dialek. Hal ini barangkali sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Guiraud di atas bahwa perbedaan dialek disebabkan oleh beberapa faktor sebagaimana yang disebutkan di atas. Sebagai sebuah bahasa yang pernah menjadi bahasa resmi kesultanan Banten pada masanya, bahasa Jawa dialek Banten ini mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama di daerah Banten Utara.Bahasa Jawa menjadi bahasa yang digunakan di lingkungan keraton dan keluarga Sultan, sehingga tidak mengherankan jika bahasa Jawa ini menyebar keberbagai daerah Banten.Bahkan, bahasa ini menjadi bahasa pengantar dalam berbagai kegiatan pengajian kitab kuning dibanyak pesantren dan majelis talim di Banten.Penggunaan bahasa Jawa Banten begitu massif di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bahasa interaktif dalam kegiatan sehari-hari.Bahkan, di masa lalu, penggunaan bahasa Jawa Banten oleh anak-anak sekolah di luar jam belajar masih sering terdengar. Artinya bahwa, pada masa lalu menggunakan bahasa Jawa Banten, baik di keluarga, di masyarakat, maupun di sekolah, bukan menjadi hal yang aneh, bahkan nampak sangat hidup dibanding dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Namun demikian, seiring perkembangan zaman, kondisi di atas mengalami banyak perubahan.Dewasa ini banyak orang yang enggan menggunakan bahasa Jawa Banten dalam pergaulan hidup dan dalam berinterkasi sehari-hari, apalagi menggunakannya di sekolah atau di tempat-tempat formal.Keengganan untuk menggunakan bahasa Jawa Banten dalam aktifitas sehari-hari juga ternyata tidak hanya terjadi di masyarakat perkotaan, tetapi sudah meresap ke masyarakat pedesaan.Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, para orangtua, terutama para keluarga (suami-istri) yang baru menikah dan punya anak, enggan MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 317 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA mengajarkan dan menggunakan Bahasa jawa Banten untuk berkoumikasi dengan anak-anak mereka di rumah.Mereka lebih suka dan lebih percaya diri jika anak-anak mereka diajarkan untuk berbicara dengan bahasa Indonesia, bahakan kalau bisa bahasa asing. Kondisi menurunnya minat dan kecenderungan masyarakat Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten dalam berkomunikasi dan berinterkasi tentu tidak lepas dari beberapa faktor: pertama, pengaruh gaya hidup modern yang secara pesat disebarkan melalui berbagai media seperti televisi, internet, dan lain sebagainya. Kedua, tidak adanya kebijakan pemerintah pusat maupun lokal untuk mewajibkan atau menganjurkan penggunaan bahasa daerah di sekolah.Bahkan dalam mulok kurikulum di sekolah, mulok bahasa daerah hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar, itupun bukan bahasa Jawa Banten, tetapi Bahasa Sunda Priangan.Ketiga, tidak adanya atau kurangnya media berbahasa Jawa Banten yang bisa menjadi alat untuk menyebarkan ide-ide dan gagasan masyarakat Banten.Keempat, adanya anggapan yang salah bahwa menggunakan bahasa daerah (Jawa Banten) terkesan kampungan dan „ndeso‟. Kelima, pengaruh pendidikan modern yang lebih mengedepankan aspek matrealistis ketimbang mencari identitas dan karakterisik lokal (Kebantenan). Berdasarkan penjelasan di atas, mengkaji tentang minat dan kecenderungan anak dan remaja di Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten menarik untuk dikaji karena beberapa alasan.Pertama, bahasa Jawa Banten merupakan salah satu bahasa yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Banten, namun penggunaannya sekarang mengalami penurunan dan menjadi kurang diminati. Kedua, banyak keluarga yang tidak lagi mau mengajarkan dan berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari dengan anak-anak mereka dengan menggunakan bahasa Jawa Banten. Jika ini dibiarkan, akan banyak generasi muda Banten yang melupakan bahasa daerahnya. Ketiga, perlu adanya sebuah penelitian yang mendalam dan komprehensif untuk mengetahui sebab-sebab utama yang mempengaruhi menurunnya tingkat penggunaan bahasa Jawa Banten dalam aktifitas sehari-hari, sehingga mampu ditemukan solusi yang tepat agar tidak terjadi kepunahan bahasa Jawa Banten di masa yang akan datang, karena bagaimanapun bahasa daerah (Jawa Banten) merupakan bagian Tela’ah 318 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) penting dari kebudayaan Banten yang menjadi identitas dan karakteristik masyarakat Banten. Jika bahasa Jawa Banten ini punah, maka tidak akan pernah ada lagi masyarakat Banten, karena identitas kulturalnya sudah hilang dan tergantikan oleh budaya lain yang baru. 2. Rumusan Masalah Menurunnya minat dan kecenderungan masyarakat Banten, terutama kalangan anak-anak dan remaja, dewasa ini terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten sebagai bahasa komunikasi sehari-hari memunculkan berbagai asumsi dari para ahli.Banyak seminar dan workshop sudah dilakukan untuk mencari akar masalah dan solusi mengatasi masalah penggunaan bahasa daerah ini. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari tahu apa yang menjadi permasalahan empiris di lapangan sehingga bisa ditemukan solusi yang tepat atas permasalahan krusial yang bisa menghilangkan identitas khas sebuah masyarakat. Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana minat dan kecenderungan anak-anak dan remaja Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari? b) Bagaimana solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah berkurangnya minat dan kecenderungan anak-anak dan remaja Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari? c) Bagaimana pandangan anak-anak dan remaja Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari? 3. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode survey dengan menggunakan pendekatan sosiologis yang bersifat desriptif kualitatif. Metode survey digunakan karena peneliti ingin mengetahui prosentasi jumlah masyarakat (anak dan remaja) yang masih atau kurang memiliki minat dan kecenderungan dalam menggunakan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari, baik di rumah, di lingkungan, maupun di sekolah. Populasi yang digunakan adalah seluruh masyarakat Banten yang tinggal di wilayah Pontang dan Tirtayasa, MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 319 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA Kabupaten Serang, Banten. Dua daerah ini diambil karena keduanya merupakan daerah yang basis kuat dalam penggunaan bahasa Jawa Banten dalam aktifitas sehari-hari. Dari populasi tersebut, tehnik pengambilan sampel diambil dengan cara Snawball Sampling dan sampel diambil dari beberapa orang dibeberapa desa dimasing-masing daerah tersebut. Selanjutnya data yang terkumpul akan dianalisis dengan teknik analisis induktif sehingga menghasilkan suatu laporan yang reliable Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan teknik – teknik berikut ini: Kajian Pustaka, Pengamatan Terlibat, dan Wawancara. 4. Kerangka Teori Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia untuk bisa saling mengungkapkan ide, gagasan, perasaan dan pengalaman antara satu dengan yang lain. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita.Dalam hal ini, Bloomfield berpendapat bahwa “language plays a great rule in our life. Perhaps because of its familiarity, we rarely observe it, taking it rather for granted, as we do breathing or walking. The effects of language are remarkable, and include much of what distinguishes man from the animals, but language has no place in our educational program or in the speculations of our philosophers.”2 Bahasa, menurut Robert M. Martin, merupakan symbol dari kekuatan dan kekuasaan manusia atas mahluk lain. Dengan bahasa seseorang bisa menguasai apa saja yang ada disekitarnya, termasuk menguasai pikiran dan perasaan orang lain. Bahan binatang dan mahluk gaib pun bisa tunduk kepada seseorang yang memahami bahasa mereka.Dengan memahami dan menguasai bahasa, kita bisa menjadi kuat dan percaya diri.3 Bahasa Jawa Banten adalah suatu dialek Jawa yang tumbuh dan berkembang sejak permulaan abad ke-16, ketika terjadi penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati dan puteranya, Sultan Hasanuddin.Oleh karena itu, pada taraf permulaannya, bahasa Jawa di Banten tumbuh dan berkembang bersamaan dengan penyebaran agama Islam oleh orang-orang Jawa. Dengan didirikannya Kesultanan Islam Banten, bahasa Jawa semakin mengakar kuat di Banten karena ia dijadikan bahasa resmi kesultanan. Jadi, tidak mengherankan jika bahasa Jawa ini Tela’ah 320 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) tumbuh dan berkembang cukup pesat di Banten karena Sultan dan orang-orangnya berasal dari Jawa.Jadi pengaruh keratonlah yang membuat bahasa Jawa dapat berkembang dengan pesat di Banten, terutama di daerah Banten Utara.4 Akibat terputusnya hubungan dengan sumber asalnya, baik yang berpusat di Demak maupun di Solo dan Jogja, maka bahasa Jawa di Banten berkembang berdasarkan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, Padma berpendapat bahwa sebagai suatu dialek yang lama terpisah dengan sumber asalnya, Bahasa Jawa Banten mungkin masih menyimpan sejumlah kosakata dan struktur bahasa yang pernah berkembang di Jawa Tengah pada permulaan abad ke tujuh belas. Hal itu didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa bahasa lingkungan yang hidup jauh terpisah dengan pusatnya, tidak akan banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan keadaan di pusatnya sendiri.5 Menurt Mas Mangoen Di Karia, bahasa Jawa dialek Banten berbeda dengan bahasa Jawa dialek Solo bukan karena jalan (struktur) bahasanya, karena struktur kedua bahasa itu sama, yang membedakan kedua bahasa itu adalah karena : 1) perbedaan pada language nya (Lentong dalam Bahasa Sunda); 2) perbedaan pada penyebutan satu persatu katanya; 3) perbedaan pada kosakatanya.6 B. Pembahasan dan Hasil Temuan 1. Intensifitas Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Banten Di Pontang Dan Tirtayasa Berdasarkan hasil wawancara dengan 44 remaja di Pontang dan Tirtayasa, semuanya (100 %) mengatakan mampu dan lancar berkomunikasi dalam bahasa Jawa dialek Banten. Ini menunjukan bahwa Bahasa Jawa Banten masih ditradisikan dan menjadi bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Namun demikian, untuk penggunaan bahasa Jawa bebasan (Bahasa Jawa halus), sebagian mengatakan tidak lancar berkomunikasi dengan bahasa bebasan, tapi mereka semua memahami ketika orang bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa bebasan. Selain bahasa Jawa Banten, 44 remaja tersebut juga mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan lancar. Menurut mereka, penggunaan Bahasa Indonesia lebih sering digunakan di sekolah, terutama ketika mereka MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 321 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA berkomunikasi dengan guru dan kepala sekolah. sedangkan komunikasi dengan teman-teman di sekolah, adakalanya menggunakan Bahasa Indonesia, tapi tidak jarang menggunakan bahasa Jawa, terutama pada saat di luar jam belajar. Hal ini dapat dipahami karena mayoritas siswa yang sekolah di dua kecamatan ini adalah berasal dari keluarga yang berbahasa Jawa. Selanjutnya, dari 44 informan tersebut, empat diantaranya juga mengaku menguasai dan mampu berkomunikasi dalam Bahasa Sunda. Padahal umumnya masyarakat di dua kecamatan ini kesulitan dalam melakukan percakapan dalam Bahasa Sunda. Mereka mengerti percakapan dalam Bahasa Sunda, tapi kesulitan dalam mengucapkan Bahasa Sunda. Ini terjadi hampir di tiap desa di dua kecamatan ini. Dua dari remaja yang jadi sampel dalam penelitian ini ternyata dapat berkomunikasi dalam bahasa Sunda karena salah satu dari orang tua mereka berasal dari daerah yang berbahasa Sunda, sehingga tidak jarang mereka juga mendengar dan melakukan percakapan dengan orang tua dan keluarga mereka yang berbahasa Sunda. Yang menarik, ada juga dua informan yang memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Arab, walaupun tidak sampai pada tingkat mahir. Nampaknya, kemampuan mereka ditunjang oleh kursus Bahasa Inggris di sebuah tempat kursus di Serang, sedangkan yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab, walaupun hanya tingkat dasar berasal dari pondok pesantren. Sebagai masyarakat yang kuat dengan penggunaan Bahasa Jawanya, percakapan sehari-hari di rumah dan di lingkungan masyarakat pun mayoritas (96,48 %) masih menggunakan bahasa Jawa dialek Banten atau bahasa Jawa Serang. Hanya ada 2 orang yang mengaku menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di rumah; sedangkan 6 dari 44 remaja yang jadi sampel menyatakan bahwa mereka kadang-kadang menggunakan bahasa Jawa, tapi tidak jarang juga menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Ini menunjukan bahwa intensitas penggunaan Bahasa Jawa Banten di dua kecamatan ini masih tinggi. Bahkan, mayoritas dari remaja ini tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat, tetapi juga di sekolah, khsususnya ketika mereka bercakap-cakap dengan teman-teman sebaya mereka. Frekuensi penggunaan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat Tela’ah 322 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) juga sekolah menunjukkan adanya continuitas pentradisian bahasa lokal serta menjadi upaya konkrit masyarakat terhadap pelestarian bahasa lokal terhadap generasi-generasi muda di dua kecamatan ini. Sebagian mengatakan bahwa mereka menggunakan bahasa Jawa Banten selama 24 jam, ada juga yang hanya 12 jam, 16 jam, 8 jam, 6 jam, atau 5 jam. Artinya bahwa semakin banyak orang yang terus mempertahankan dan melestarikan penggunaan bahasa lokal ini dalam percakapan sehari-hari, semakin kuat kemungkinan bertahannya bahasa lokal ini dalam mempertahankan identitas budaya mereka. 2. Pandangan anak-anak dan remaja Pontang dan Tirtayasa terhadap bahasa Jawa Banten Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh anak-anak dan remaja di dua kecamatan ini (Pontang dan Tirtayasa) terkait pandangan mereka mengenai Bahasa Jawa Banten. Berikut adalah beberapa pandangan yang dikemukakan oleh mereka: 1. Bahasa Jawa Banten itu menarik 2. Bahasa Jawa Banten itu unik, apalagi ketika berkomunikasi dengan sesama orang Jawa 3. Bahasa Jawa Banten itu bahasa yang bagus dan saya sebagai orang banten itu harus melestarikannya 4. Bahasa Jawa Banten itu spektakuler 5. Bahasa Jawa Banten itu baik, tetapi seringkali kedengaran kurang sopan atau kasar ketika diucapkan 6. Bahasa Jawa Banten itu unik, lebih enak di ucapkan 7. Bahasa Jawa Banten itu gampang dimengerti 8. Bahasa Jawa Banten itu sopan 9. Bahasa Jawa Banten itu bagus,tapi agak mirip dengan bahasa Jawa Timuran 10. Bahasa Jawa Banten itu sangat bagus karena itu merupakan ciri khas orang banten,jadi harus selalu di lestarikan 11. Bahasa Jawa Banten itu adalah bahasa wong Serang 12. Bahasa Jawa Banten itu sopan, tetapi susah untuk di ucapkan 13. Bahasa Jawa Banten itu rumit, tapi mudah untuk di pelajari 14. Bahasa Jawa Banten itu bagus dan baik karena tidak meninggalkan unsur kebudayaan sendiri MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA 323 Uyu Muawanah 15. Bahasa Jawa Banten itu Bahasa yang wajib di lestarikan dilingkungan masyarakat Banten agar lebih melekat dalam pengucapannya Dari berbagai pandangan remaja dan anak-anak di dua kecamatan ini, nampak bahwa mayoritas anak-anak dan remaja memang menyukai dan mencintai bahasa lokal mereka. Mereka nampaknya bangga dan percaya diri dengan bahasa lokal yang mereka miliki. Bahasa Jawa Banten (Jawa Serang) buat mereka merupakan identitas diri mereka sebagai orang Banten. Menurut mereka, jangan mengaku sebagai orang Banten kalau tidak bisa menggunakan Bahasa Jawa Banten. Mereka merasa bahwa bahasa Jawa Banten merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat Banten, khususnya Pontang dan Tanara, karena itu sebagai ciri pengenal bagi masyarakat di dua kecamatan ini. 99 % dari remaja dan anak-anak yang diwawancarai mengaku tidak merasa malu berkomunikasi dalam Bahasa Jawa Banten ketika mereka sedang berada di luar kampung atau sedang di kota dan berada di tempat umum. Bahkan buat mereka itu sebagai kebanggaan, dan orang akan cepat mengenal asal mereka hanya dengan mendengar bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan. Secara umum anak dan remaja di dua kecamatan ini merasa percaya diri ketika menggunakan bahasa Jawa Banten di sekolah atau di tempat umum, dengan beberapa alasan sebagai berikut: 1. Karena itu sudah jadi bahasa saya dari mulai bisa bicara 2. Karena lucu,orang yang tidak bisa bahasa Jawa pun ingin bisa 3. Karena bahasa Jawa Banten itu bahasa sehari-hari saya 4. Karena bahasa Jawa Banten itu unik 5. Karena banyak yang menggunakan bahasa Jawa Banten 6. Karena bahasanya baik dan bagus 7. Karena itu sudah menjadi bahasa kebiasaan kita sehari-hari 8. Karena itu sebuah cirri khas kita sebagai orang banten 9. Karena kita sebagai sebagai orang Banten asli,kita harus bangga dengan bahasa kita sendiri Hanya ada enam dari 44 informan yang merasa malu dan sedikit kurang percaya diri ketika menggunakan bahasa Jawa Banten di sekolah atau di tempat umum dengan alasan: 1) bahwa mayoritas siswa di sekolah dan masyarakat di luar sana, Tela’ah 324 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) khususnya di kota, menggunakan bahasa Indonesia; 2) karena orang-orang di sekolah dan yang ada di luar sana banyak yang tidak menggunakan bahasa Jawa Banten; 3) karena kita kurang terbiasa dalam menggunakan bahasa Jawa Banten di sekolah atau di tempat umum; dan 4) karena takut orang-orang tidak mengerti dengan apa yang saya ucapkan. Ada 1 informan yang terkadang merasa malu dalam menggunakan Bahasa Jawa Banten ketika ada di luar Pontang dan Tirtayasa, dan merasa seperti terlihat kampungan kalau menggunakan bahasa Jawa Banten. Oleh karenanya, ia merasa lebih nyaman menggunakan bahasa Indonesia ketika sedang ada di tempat umum atau di kota. Terkait penerapan Bahasa Jawa Banten dalam kurikulum atau Muatan Lokal (Mulok) dalam kurikulum sekolah, 40 informan mengatakan bahwa bahasa Jawa Banten sangat perlu bahkan harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah dengan alasan: 1) Di daerah daerah lain sudah di wajibkan mempelajari bahasa Jawa dalam kurikulum sekolah seperti bahasa Jawa Cirebon. 2) Perlu,karna banyak remaja sekarang yang kurang faham bahkan ada yang tidak tahu dan tidak mampu menggunakan bahasa Jawa Banten 3) Sangat perlu, karena kita hidup dan mencari/menurut ilmu di Banten yang sebagian masyarakatnya menggunakan Bahasa Jawa Banten 4) Perlu supaya masyarakat cinta dan peduli akan bahasa Jawa Banten 5) Perlu,supaya bahasa Jawa Banten tidak hilang atau punah Namun demikian, tidak semua informan memandang perlu dan menganggap penting penerapan Bahasa Jawa Banten dalam kurikulum sekolah. Empat dari 44 informan mengatakan bahwa Bahasa Jawa Banten tidak perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah dengan alasan bahwa: 1) bahasa Jawa Banten cukup diajarkan orang tua dan keluarga di rumah; 2) sudah banyak bahasa yang sudah dijadikan kurikulum sekolah seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris. Jadi, tidak perlu ditambah lagi dengan bahasa Jawa Banten yang sebenarnya sudah kita pelajari sejak kecil di rumah dan di masyarakat. MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA 325 Uyu Muawanah 3. Minat dan kecendrungan anak-anak dan remaja Pontang dan Tirtayasa terhadap penggunaan Bahasa Jawa Dialek Banten dalam percakapan sehari-hari Anak-anak dan remaja di Pontang dan Tirtayasa secara umum sangat suka dan senang menggunakan Bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari. Ini terindikasi dari jawaban mereka yang antusias ketika ditanya kecenderungan dan preferensi mereka terhadap bahasa Jawa Banten. Dari 44 anak dan remaja yang menjadi sampel, 40 menjawab sangat suka dan senang menggunakan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari dengan alasan sebagai berikut: a. Karena bahasa Jawa Banten banyak sekali peminatnya, dan bahasa Jawa Banten merupakan bahasa ibu dan bahasa yang digunakan sehari-hari b. Karena sudah terbiasa menggunakanya sejak kecil c. Karena bahasanya mudah untuk dipelajari dan juga nyaman untuk didengar d. Karena bahasa Jawa Banten adalah bahasa lokal daerah Banten sehingga kita perlu mentradisikan dan melestarikannya e. Karena bahasanya asyik f. Karena merasa lidah saya cocok dengan Bahasa Jawa g. Karena bahasa Jawa Banten, terutama bahasa Jawa bebasaan terdengar lebih sopan h. Karena bahasanya unik dan menarik i. Karena mudah di pahami j. Karena bahasa Jawa sudah menjadi bahasa sehari-hari di dalam menjalaankan aktivitas, dan ia sudah mendarah daging di dalam jiwa k. dan lain-lain Sedangkan 2 informan menyatakan kurang suka atau kurang senang dengan Bahasa Jawa Bsnten dalam percakapan sehari-hari dengan alasan bahwa masyarakat juga kurang menggunakan bahasa ini. Dengan alasan itu lah mereka lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan seharihari. Namun demikian, pendapat dua informan ini nampak tidak berdasar karena faktanya mayoritas masyarakat di dua kecamatan ini memang lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa Banten dalam berbagai aktifitas komunikasi, kecuali dalam acara-acara formal seperti di Sekolah, di pertemuan dan lain sebagainya. Tela’ah 326 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Mungkin yang mereka berdua maksud adalah masyarakat yang memang sehari-harinya tidak menggunakan Bahasa Jawa Banten adalah masyarakat Sunda yang mendominasi wilayah Pandeglang dan Lebak, atau masyarakat kota yang cenderung lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi antar individu dengan individu, maupun antar individu dengan anggota masyarakat yang lain, baik dalam acara formal maupun nonformal. A Ada 1 remaja yang dalam lingkungan keluarga menggunakan Bahasa Sunda karena salah satu orang tua dan keluarga besarnya di luar Pontang dan Tirtayasa adalah pengguna Bahasa Sunda. Namun demikian, ia sendiri menyatakan minat dan kecenderungannya serta rasa sukanya terhadap Bahasa Jawa Banten sangat tinggi, oleh karenanya, komunikasi yang ia bangun dengan teman-teman sebayanya di lingkungan sekitar lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa Banten. Di sekolah, minat dan kecenderungan siswa dalam menggunakan bahasa Jawa juga terbilang cukup tinggi. Ini nampak dari pengakuan 26 dari 44 siswa (59, 09 %) yang mengaku sering menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan di sekolah. Sedangkan sisanya mengaku lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia jika mereka ada di sekolah. Untuk lingkungan keluarga dan masyarakat, komunikasi yang dibangun oleh anak dan remaja di Pontang dan Tirtayasa lebih sering menggunakan bahasa Jawa Banten. Ini terlihat dari respon 42 dari 44 informan yang menyatakan lebih banyak menggunakan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari di keluarga dan lingkungan sekitar. Orang tua mereka pun cenderung lebih senang mengajak anak-anak dan remaja berkomunikasi dengan bahasa Jawa Banten, ketimbang menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa yang lain. Sedangkan 1 orang menggunakan bahasa Sunda, dan 1 yang lain menggunakan bahasa Indonesia. Dari pernyataan di atas, jelas bahwa penggunaan bahasa Jawa Banten masih mendominasi dalam percakapan sehari-hari anak-anak dan remaja di kecamatan Pontang dan Tirtayasa, baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolahsekolah. Ini artinya minat dan kecenderungan anak dan remaja di dua kecamatan ini masih sangat tinggi terhadap peggunaan Bahasa Jawa Banten. Ini juga menunjukkan bahwa perkembangan MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 327 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA teknologi dan informasi yang begitu pesat serta semakin banyaknya program-program televisi yang menina- bobokan anak dan remaja Indonesia dengan acara-acara yang umumnya tidak mendidik dan melupakan identitas kulturalnya, tidak banyak memberi pengaruh terhadap minat dan kecenderungan serta frequensi penggunaan Bahasa Jawa Banten di dua kecamatan ini. 4. Tantangan dan kendala penggunaan bahasa jawa dialek Banten di sekolah dan di luar sekolah? Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan sudah merambah ke berbagai daerah pedesaan dan perkampungan tidak hanya memberi pengaruh positi bagi kemajuan kebudayaan dan peradaban bangsa, tapi di sisi lain juga cukup memberikan dampak yang kurang bagi eksistensi budaya lokal atau budaya daerah, termasuk bahasa lokal atau bahasa daerah. Persebaran kebudayaan dan interaksi antar anggota masyarakat dengan anggota masyarakat yang lain yang saling meniru dan menyerap kebudayaan yang lain juga turut andil dalam menggeser, untuk tidak mengatakan menghapus, jejak identitas kultural lokal masyarakat. Bahasa merupakan aspek vital dalam komunikasi antar budaya. Setiap golongan atau suku di Indonesia hampir semuanya memiliki bahasa daerah sebagai bahasa ibunya. Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan bahasa daerah semakin tergerus dan tergeser keberadaan dan fungsinya oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tentu tidak lepas dari peran pemerintah yang kurang mengapresiasi kebudayaan daerah, khususnya bahasa daerah, sehingga sedikit demi sedikit, bahasa lokal mulai kehilangan peminat dan penggunaanya. Tidak terhitung jumlahnya bahasa-bahasa daerah di berbagai tempat di seluruh Indonesia yang sudah tidak lagi dikenal, tidak lagi digunakan, bahkan hilang sama sekali dari memori masyarakat penggunanya. Perubahan kebudayaan telah merubah tatanan tradisi yang selama ini sudah dibangun oleh nenek moyang kita. Masuknya beragam kebudayaan baru yang gencar disebarkan dan disiarkan melalui beragam acara televisi dan internet menjadi salah satu faktor berkurangnya minat dan kecenderungan masyarakat untuk meninggalkan kebudayaan daerah, dan mengadopsi kebudayaan Tela’ah 328 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) baru (khususnya kebudayaan Barat) yang dianggap lebih modern. Banyak orang tua yang mulai enggan mengajarkan dan mentradisikan anak-anak mereka dengan bahasa daerah. Mereka lebih senang berkomunikasi dengan anak-anak mereka di lingkungan keluarga dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahkan ada beberapa keluarga yang berupaya agar anaknya mahir dalam bahasa Inggris dengan mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar Bahasa Inggris di beberapa tempat kursus. Ini mengindikasikan bahwa budaya baru sudah semakin dominan menguasai berbagai sendi kebudayaan daerah, tidak terkecuali dalam hal penggunaan bahasa. Menurunnya minat dan kecenderung masyarakat terhadap penggunaan bahasa daerah sangat nampak pada masyarakat perkotaan. Mayoritas masyarakat perkotaan, khususnya yang tinggal di kompleks-kompleks perumahan, lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, baik dengan anggota keluarga maupun dengan anggota masyarakat yang lain. Kecenderungan ini nampaknya menjadi trend di abad ke-21 ini sehingga hasilnya saat ini banyak anakanak dan remaja yang kesulitan dalam berkomunikasi dalam bahasa daerah. Kondisi ini juga sudah mulai merambah ke masyarakat yang tinggal di pedesaan. Mereka merasa bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan seharihari di rumah, mereka terlihat lebih modern, anak-anak mereka pun terlihat lebh cerdas dan lebih gaul dan mudah berinteraksi dengan orang-orang yang ada di luar lingkungannya. Mereka tidak pernah berfikir bahwa bahasa daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan yang menjadi identitas diri dari komunitasnya. Dengan melestarikan kebudayaan lokal, khususnya dalam hal pentradisian penggunaan bahasa daerah, mereka ikut mempertahankan identitas budaya mereka dan melestarikan budaya lokal yang sudah dibentuk dan diwariskan oleh nenek moyang mereka. Kondisi di atas juga bisa ditemukan di daerah Banten. Banyak orang yang mulai enggan mengajarkan dan mengajak anak-anak mereka untuk berkomunikasi dengan bahasa daerah Banten, baik itu Jawa Banten maupun Sunda Banten. Sebagian orang menilai bahwa penggunaan bahasa daerah Banten dalam komunikasi sehari-hari sudah tidak lagi menjadi keharusan bagi generasi sekarang karena zamannya sudah berubah. Orang MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 329 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA dituntut untuk menguasai bahasa asing, terutama Bahasa Inggris untuk dapat menyongsong masa depan. Bagi mereka, jika anak tidak dibiasakan berbicara dalam bahasa Indonesia dan tidak diajarkan untuk menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris, maka ke depan anak-anak mereka akan tergilas oleh perubahan zaman yang menuntut penguasaan bahasa asing. Oleh karena itu , membudayakan bahasa nasional dan memberikan anak-anak bekal penguasaan bahasa asing menjadi salah satu upaya orang tua agar anak-anak mereka memiliki masa depan yang cerah. Karena jika anak-anak sampai tidak mahir atau tidak mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, bukan tidak mungkin anak-anak mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak di masa yang akan datang. Dalam konteks ini, bahasa Jawa Banten juga mengalami problematika yang sama. Saat ini, hanya masyarakat dengan basis bahasa Jawa Banten yang kental dan kuat saja yang masih mentradisikan penggunaan bahasa Jawa dialek Banten dalam percakapan sehari-hari, seperti daerah Pontang, Tanara, Kasemen, Bojonegara, dan Merak. Meskipun begitu, masih ditemukan beberapa kasus di mana ada beberapa keluarga yang tidak lagi menganggap penting mentradisikan dan melestarikan bahasa Jawa Banten dalam lingkungan keluarga. Menurut sebagian orang, kondisi bahasa Jawa Banten saat ini sangat memprihatinkan dan sudah semakin tergerus oleh zaman karna mereka lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Jawa Banten atau Jaseng (Jawa Serang) semakin ditinggalkan oleh sebagian masyarakat penggunanya. Bahkan kondisi ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja, tetapi juga di kampung-kampung kecil. Banyak orang yang semakin enggan menggunakan bahasa Jawa Banten karena merasa kurang percaya diri dan khawatir dianggap kampunganjaseng katnya lebih PD pake berbahasa Indonesia. Kondisi Bahasa Jjawa Dialek Banten kurang diimplementasikan dan dipraktikka dalam percakapan sehari-hari dan tergantikan oleh bahasa Indonesia dan atau bahasa asing. Apalagi untuk bahasa Jawa bebasan, banyak anak dan remaja yang sudah tidak lagi mampu mengucapkan atau berkomunikasi denga bahasa bebasaan baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Bahasa Jawa Banten saat ini mulai kurang diminati oleh masyarakat terutama remaja dan anak-anak di perkotaan karena bahasa Jawa dianggap kuno dan tidak gaul. Ini mengindikasikan kurangnya kesadaran masyarakat Tela’ah 330 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) akan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal, terutama dalam aspek bahasa. Mereka lupa bahwa kebudayaan lokal termasuk bahasa mencerminkan kepribadian dan identitas kultural masyarakat yang bersangkutan, bukan sekedar sebagai alat komunikasi. Terkait minat dan kecenderungan masyarakat saat ini, terutama remaja dan anak-anak, terhadap penggunaan bahasa Jawa Dialek Banten dalam percakapan sehari-hari, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa elemen masyarakat, seperti: a. Saat ini, bahasa Jawa Banten kurang begitu diminati dan jarang digunakan karena sekarang sudah terpengaruh oleh bahasa asing dan bahasa gaul b. Kebanyakn masyarakat terutama remaja dan anak-anak merasa malu menggunakan Bahasa Jawa Banten dalam pergaulan sehari-hari, apalagi untuk bercakap-cakap di tempat umum c. Banyak masyarakat yang sudah tidak antusias lagi terhadap bahasa Jawa Banten, terutama bahasa Jawa halus (bebasan). Masyarakat, terutama anak-anak dan remaja cenderung menyukai bahasa Indonesia dan bahasa gaul yang alay yang sedang marak dewasa ini akibat pengaruh tontonan televisi. d. Minat masyarakat semakin berkurang karena tidak mau terlihat seperti orang Jawa banget karena menggunakan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari e. Remaja dan anak-anak yang ada di desa-desa sekarang ini tidak mau kalah dengan anak-anak dan remaja yang ada di perkotaan yang memiliki bahasa gaul, sehingga mereka banyak yang meninggalkan penggunaan bahasa Jawa Banten dalam pergaulan sehari-hari. f. Banyak masyarakat yang mulai mengajarkan dan membiasakan bahasa Indonesia dalam percakapan di rumah atau keluarga karena menganggap lebih modern dan lebih terdidik. g. Ada juga yang berpendapat bahwa minat dan kecenderungan masyarakat Banten, khususnya anak-anak dan remaja yag tinggal di perkampungan, saat ini masih terbilang bagus. Hanya beberapa orang saja yang terpengaruh oleh bahasa gaul karena pengaruh media maupun interaksi dengan orang luar. MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 331 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA Dari pendapat tersebut di atas, nampak bahwa kecenderungan terhadap bahasa Jawa Banten dewasa ini mulai mengalami penurunan. Anak-anak dan remaja leboh cenderung meniru gaya bahasa yang ditampilkan di televisi denganbahasa Indonesia gaul, dan seringkali sedikit dicampur dengan bahasa asing (Inggris). Menurunnya kecenderungan dan minat masyarakat , terutama remaja dan anak ini, tentu karena dipengaruhi oleh berbagai aspek. Berbagai pendapat terkait masalah ini dikemukakan oleh beberapa informan dari berbagai elemen masyarakat. Menurut mereka, bahasa dialek banten semakin ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya disebabkan oleh: 1) Karena semua orang ingin terlihat modern dan gaul dengan menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi dan berinteraksi 2) Kurangnya rasa percaya diri terhadap penggunaan Bahasa Jawa 3) Adanya perasaan malu ketika di tengah-tengah keramaian menggunakan bahasa Jawa Serang. Ada kecenderungan anak dan remaja sekarang untuk menggunakan bahasa Sunda ketimbang menggunakan bahasa Jawa Serang, karena merasa terlihat kampungan atau Jawa banget 4) Karena banyak orang tua sekarang yang mulai mengajarkan anak-anak mereka sejak lahir dengan percakapan dalam bahasa Indonesia, ketimbang bahasa Jawa, sehingga pada saat anak-anak tumbuh besar, mereka kesulitan berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa Jawa. 5) Adanya anggapan dan perasaan rendah diri ketika menggunakan bahasa Jawa karena terkesan norak dan kuno. Sehingga mereka lebih suka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional 6) Karena zamannya yang sudah berubah, perkembangan teknologi informasi juga sangat memperngaruhi kecenderungan dan minat orang terhadap penggunaan bahasa Jawa 7) Karena merasa gengsi dan bahasa Jawa dianggap kurang modern 8) Karena banyak bahasa yang sedang popular sehingga mereka berfikir bahwa bahasa Jawa itu kuno/jadul Tela’ah 332 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 9) Karena masyarakat kurang begitu peduli dengan keberadaan bahasa Jawa Banten, dan kurang ada minat untuk melestarikan bahasa lokal, baik dari pihak pemerintah, institusi pendidikan, maupun masyarakat sendiri. Kondisi demikian tentu diakibatkan oleh berbagai faktor. Beragam tantangan dan kendala yang semakin kompleks terkait berkurangnya minat dan kecenderung penggunan bahasa jawa di lingkungan anak dan remaja ini, diantaranya: a) Masuknya bahasa asing yang mengakibatkan kurangnya minat dan kecenderungan remaja dan anak-anak sekarang untuk mempelajari bahasa sendiri b) Berkurangnya kecintaan mereka terhadap bahasa Jawa Dialek Banten dan keharusan lingkungan untuk menggunakan bahasa selain bahasa Jawa sehingga menjadi kebiasaan mereka untuk tidak memakai bahasa Jawa c) Malasnya untuk belajar bahasa Jawa Banten d) Faktor pergaulan juga sangat berpengaruh terhadap minat dan kecenderungan anak dan remaja sekarang terhadap Bahasa Jawa Banten e) Tidak ada lagi orang yang mau mengajari anak dan remaja dalam menggunakan bahasa Jawa Banten, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah. f) Karena di zaman modern sekarang ini, banyak bermunculan bahasa yang kurang mendidik, yang penting terkesan gaul g) Factor orang tua juga punya andil besar terhadap menurunnya minat dan kecenderungan masyarakat dalam menggunakan bahasa Jawa Banten karena sejak dini, anak selalu diajak berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, sehingga anak tidak mampu berkomunikasi dalam Bahasa Jawa dan pada akhirnya kehilangan minat dalam menggunakan bahasa itu h) Perkembangan zaman dan pesatnya teknologi dan komunikasi juga turut menjadi faktor penting bagi berkurangnya minat masyarakat terhadap bahasa Jawa Banten. i) Karena bahasa Jawa Banten tidak diajarkan di sekolah (SD & SMP) j) Kendalanya adalah anak lebih diwajibkan berbahasa Indonesia di sekolah, bahkan sekarang Bahasa Inggris sudah MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 333 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA di jadikan kurikulum wajib, sementara bahasa daerah hanya sekedar Muatan Lokal, bahkan seringkali tidak dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah. k) Kurangnya kesadaran orang tua mengajarkan anaknya berbahasa Jawa Banten l) Kurangnya intensitas komunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari. 5. Solusi mengatasi masalah berkurangnya minat dan kecendrungan anak-anak dan remaja Banten terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari. Melihat berbagai masalah, tantangan dan kendala terkait minat dan kecenderungan anak dan remaja terhadap penggunaan Bahasa Jawa Banten tersebut di atas, tentu perlu ada upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah menurunnya minat dan kecenderungan tersebut. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa informan terkait solusi yang ditawarkan sebagai upaya untuk meningkatkan kembali minat dan kecenderungan anak dan remaja terhadap penggunaan bahasa Jawa Banten, diantaranya: 1) Seharusnya orang tua berusaha mendidik anak-anaknya dengan menggunakan Bahasa Jawa Banten dalam percakap sehari-hari supaya anak-anak dan remaja Banten terbiasa berkomunikasi dalam bahasa Jawa Banten sejak dini. 2) Anak dan remaja disuruh untuk membiasakan memakai bahasa Jawa 3) Dengan selalu mengingatkan dalam hati bahwa kita ini adalah orang Banten dan tidak harus mengikuti perkembangan bahasa gaul dan asing dan selalu mendepankan bahasa daerahnya sendiri 4) Sebaiknya bahasa Jawa Banten lebih sering diajarkan di sekolah 5) Bahasa Jawa Banten harus masuk dalam kurikulum sekolah, terutama pada tingkat SD - SLTA 6) Terus menggalakkan penggunaan Bahasa daerah Banten supaya anak-anak dan remaja lebih mengenal dan menyukai bahasa daerahnya Tela’ah 334 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 7) Mendidik anak-anak supaya menonjolkan bahasa Jawa Banten dalam percakapan sehari-hari diluar jam sekolah 8) Harus adanya ruang untuk bahasa Jawa Banten, misalnya ada acara khusus yang diadakan pemerintah, dinas pendidikan dan kebudayaan untuk mengapresiasi keberadaan bahasa daerah Banten 9) Menanamkan rasa cinta bahasa daerah kepada anak dan remaja sejak dini dengan membiasakan bercakap-cakap dalam bahasa daerah baik di rumah, lingkungan, maupun di sekolah 10) Dengan cara mengingatkan kembali tentang pentingnya menggunakan bahasa daerah (khususnya bahasa Jawa Banten) dengan mengadakan berbagai event dan kegiatan seperti lomba-lomba yang menggunakan bahasa Jawa dialek Banten 11) Berupaya meningkatkan rasa kecintaan terhadap Bahasa Jawa Banten dengan cara minimal 1 jam saja berbahasa Jawa Banten dalam sehari 12) Memperkenalkan kembali kepada anak-anak atau remaja bahwa bahasa Jawa Banten adalah bahasa yang santun,sopan,dan halus yang mengandung nilai dan makna budaya yang baik 13) Pertama-tama kita pelajari dulu, kemudian kita ingat dan kita pakai untuk percakapan sehari-hari dan kita kenalkan bahasa tersebut kepada anak-anak dan remaja Banten 14) Solusinya kita sering-sering berbicara dengan sesama dan jangan pernah malu menggunakan bahasa Jawa Banten kapanpun dan dimanapun, kecuali dalam acara-acara formal. Terkait upaya pemerintah dalam melestarikan keberadaan Bahasa Jawa Banten, sebagian informan berpendapat bahwa pemerintah daerah Banten belum melakukan upaya untuk melestarikan Bahasa Jawa Banten. Apa yang dikatakan pemerintah dalam berbagai seminar dan acara pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat Banten terhadap bahasa daerah Banten adalah hanya sekedar ungakapan seremonial belaka, tidak diikuti dengan programprogram yang konkrit untuk menunjang hal tersebut. Mestinya pemerintah membuat aturan yang jelas, masukkan Bahasa Jawa Banten sebagai mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah, MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK 335 Uyu Muawanah DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA dari sejak tingkat SD-SLTA. Jika ini berhasil dilakukan, kekhawatrian kita akan hilangnya atau punahnya bahasa Jawa Banten pada masa yang akan datang tidak mungkin terjadi karena bahasa lokal ini sudah menjadi bagian dari Mata Pelajaran wajib yang harus diperkenalkan, diajarkan, dan dipraktikkan oleh para siswa. Siswa juga diberikan tempat untuk bisa mempertunjukkan kemampuan dan kemahirannya dalam berbahasa Jawa Banten dengan mengadakan beragam program yang dapat mengapresiasi usaha siswa. Bila perlu, ada waktu satu hari yang dikhususkan bagi seluruh elemen sekolah, dari kepala sekolah, guru, staf administrasi dan para siswa untuk menggunakan bahasa Jawa Banten di sekolah. Hal yang sama juga bisa diberlakukan di perkantoran-perkantoran. Dengan demikian, Bahasa Jawa Banten akan tetap hidup dan bertahan sampai generasi-generasi berikutnya, dan akan semakin meningkatkan minat dan kecenderungan masyarakat dalam menggunakan Bahasa Jawa Banten. C. Kesimpulan Pontang Tirtayasa merupakan wilayah yang masuk pada Kabupaten Serang yang masih kental penggunaan bahasa Jawa dialek Banten. Masyarakat Pontang Tirtayasa sehari-hari menggunakan bahasa Jawa Dialek Banten. Bahasa Jawa di Banten terdapat dua tingkatan. Yaitu tingkatan bebasan (krama) dan standar. Dalam bahasa Jawa dialek Banten (Jawa Serang), pengucapan huruf 'e', ada dua versi. ada yang diucapkan 'e' saja, seperti pada kata "teman". Dan juga ada yang diucapkan 'a', seperti pada kata "Apa". Daerah yang melafalkan 'a' adalah Kecamatan Tirtayasa. Sedangkan daerah yang melafalkan 'e' adalah Kecamatan Pontang. Sebagai masyarakat yang kuat dengan penggunaan Bahasa Jawanya, percakapan sehari-hari di rumah dan di lingkungan masyarakat pun mayoritas (96,48 %) masih menggunakan bahasa Jawa dialek Banten atau bahasa Jawa Serang. Hanya ada 2 orang yang mengaku menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di rumah; sedangkan 6 dari 44 remaja yang jadi sampel menyatakan bahwa mereka kadang-kadang menggunakan bahasa Jawa, tapi tidak jarang juga menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Ini menunjukan bahwa intensitas penggunaan Bahasa Jawa Banten di dua kecamatan ini masih Tela’ah 336 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) tinggi. Bahkan, mayoritas dari remaja ini tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat, tetapi juga di sekolah, khsususnya ketika mereka bercakap-cakap dengan teman-teman sebaya mereka. Frekuensi penggunaan Bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat juga sekolah menunjukkan adanya continuitas pentradisian bahasa lokal serta menjadi upaya konkrit masyarakat terhadap pelestarian bahasa lokal terhadap generasi-generasi muda di dua kecamatan ini. Penggunaan bahasa Jawa Banten masih mendominasi dalam percakapan sehari-hari anak-anak dan remaja di kecamatan Pontang dan Tirtayasa, baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah-sekolah. Ini artinya minat dan kecenderungan anak dan remaja di dua kecamatan ini masih sangat tinggi terhadap peggunaan Bahasa Jawa Banten. Ini juga menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat serta semakin banyaknya program-program televisi yang menina- bobokan anak dan remaja Indonesia dengan acaraacara yang umumnya tidak mendidik dan melupakan identitas kulturalnya, tidak banyak memberi pengaruh terhadap minat dan kecenderungan serta frequensi penggunaan Bahasa Jawa Banten di dua kecamatan ini. Catatan akhir: 1 Ajip Rosidi, Sastra dan Budaya Kedaerahan Dalam Keindonesiaan, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, h. 325-326. 2 Leonard Bloemfield, Language, Toronto: Holt, Rinehart, and Winston, 1933, hlm. 3. 3 Robert M. Martin, The Meaning Of Language, Cambridege The MIT Press, 1994, Hlm.5. 4 Munadi Patmadiwiria, Kamus Dialek Jawa Banten-Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, H.1. 5 Ibid. 6 Mas mangoen Di Karia, Dialect Djawa Banten, Batavia:Bataviaasch genootschap Van Kunsten: G.Kolff & Co., 1914, h.1 MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA 337 Uyu Muawanah DAFTAR PUSTAKA Bloemfield, Robert M, 1933. Language. Toronto: Holt, Rinehart, and Winston. Chudari, A. Mudjahid. Tata Bahasa Bahasa Jawa Banten. Pustaka Sarana Cipta. Danasasmita, Saleh. 1978-1979. Pengaruh Migrasi Penduduk Terhadap Perkembangan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, Bandung: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Jawa Barat. Pusat Di Pembinaandan Pengembangan Bahasa Depaertemen Pendidikandan Kebudayaan.1979. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta. Karia, Mas Mangoen. 1914. Dialect DjawaBanten. BataviaaschGenootschap Van Kunsten: G. Kolff& Co. Iskandarwasid, dkk. 1985. Struktur Bahasa Jawa Dialek Banten. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DepartemenPendidikandanKebudayaan. Martin, Robert M. 1994. The Meaning Of Language.Cambridege: The MIT Press. Michrob, Halwany. dkk. 1993. CatatanMasaLaluBanten. Serang: Saudara. Michrob, Halwany. 1993.Sejarah Perkembanga nArsitektur Kota Islam Banten.Jakarta: Yayasanbaluwarti. Patmadiwiria, Munadi. 1977. Kamus Dialek Jawa BantenIndonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. 1979. Dialektologi Sebuah Pengantar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Raharjo, Supratikno. dkk.2011. Kota Banten Lama Mengelola Warisan Untuk Masa Depan, Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Tela’ah 338 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Rosidi, Ajip. 1995. Sasteradan Budaya Kedaerahandalam Keindonesiaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Verhaar, J.m.M, PengantarLinguistik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1977. Winarsih, Arifin. 1980. Babad Wilis, Jakarta: Ecole Francaised ‟ExtremeOrien, (Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Tengah Jauh. MINAT DAN KECENDERUNGAN ANAK DAN REMAJA BANTEN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA JAWA 339 Uyu Muawanah Tela’ah 340 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI JURUSAN PGMI-A SEMESTER V T.A. 2013/2014) Wida Rachmiati Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN”Sultan Maulana Hasanuddin “Banten Abstrak Pecahan merupakan salah satu materi penting dalam matematika. Pecahan mencakup konsep-konsep dasar dan merupakan materi prasyarat untuk mempelajari dan memahami jenis bilangan lain. Selain itu, dalam mempelajari pecahan siswa materi pecahan juga sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran. Namun demikian, konsep pecahan bukanlah konsep yang sederhana melainkan merupakan konsep yang cukup kompleks dan unik. Kompleksitas dan keunikan dari bilangan pecahan, menjadikannya sulit untuk dipahami oleh siswa SD/MI.Agar pembelajaran bilangan pecahan dan operasinya dapat terjadi sebagai belajar pemahaman sangat memerlukan guru yang memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep pecahan itu sendiri dan juga kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang mampu menjembatani karaktreistik bilangan pecahan sebagaimana diungkapkan di atas dengan karakteristik kemampuan berfikir siswa SD/MI. Di antara temuan penelitian adalah bahwa kendala yang ditemukan adalah mahasiswa tidak terbiasa mengkomunikasikan ide-ide matematika secara lisan sehingga ketika presentasi/diskusi kelompok di siklus awal masih belum maksimal, tetapi di siklus berikutnya menjadi lebih baik. Pemahaman mahasiswa PGMI-A semester V T.A. 2013/2014 terhadap konsep pecahan dan operasinya menjadi lebih baik. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme sangat baik. Mereka menjadi lebih termotivasi dan terinspirasi ketika nanti betul-betul menjadi guru mereka ingin mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. Kata Kunci: bilangan pecahan, Matematika, Jurusan PGMI. Tela’ah 340 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pada saat siswa pertama kali belajar matematika di tingkat SD/MI, yang dipelajari adalah mengenal bilangan dan lambangnya. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa terhadap konsep bilangan akan sangat membantu anak dalam kesehariannya. Di tingkat sekolah dasar kelas satu dan dua siswa awalnya mempelajari konsep bilangan cacah atau bilangan bulat positif (0, 1, 2, 3,...) yang dapat digunakan untuk merepresentasikan benda-benda yang berbentuk utuh. Sehingga pada proses pembelajaran konsep bilangan cacah dan operasinya guru biasanya menggunakan media pembelajaran berupa bendabenda konkrit atau semi konkrit untuk mempermudah siswa dalam memahaminya. Setelah siswa mempelajari konsep bilangan cacah, selanjutnya siswa mempelajari konsep bilangan yang lebih kompleks lagi yaitu bilangan pecahan. Konsep pecahan muncul ketika ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada benda-benda yang dapat disajikan tidak dalam bentuk utuh. Sehingga dibutuhkan lambang bilangan untuk merepresentasikan benda yang tidak utuh tersebut. Misalnya ketika ada sebuah (1 buah) kue tart yang akan dimakan oleh sebuah keluarga yang terdiri dari 4 orang. Maka masing-masing anggota keluarga akan mendapat bagian kue tart secara tidak utuh yaitu masing-masing mendapat seperempat ( ) bagian dari kue tart. Pecahan merupakan salah satu materi penting dalam matematika. Pecahan mencakup konsep-konsep dasar dan merupakan materi prasyarat untuk mempelajari dan memahami jenis bilangan lain. Selain itu, dalam mempelajari pecahan siswa materi pecahan juga sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran. Namun demikian, konsep pecahan bukanlah konsep yang sederhana melainkan merupakan konsep yang cukup kompleks dan unik. Kompleksitas dan keunikan dari bilangan pecahan, menjadikannya sulit untuk dipahami oleh siswa SD/MI. Agar pembelajaran bilangan pecahan dan operasinya dapat terjadi sebagai belajar pemahaman sangat memerlukan guru yang memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep pecahan itu sendiri dan juga kemampuan guru dalam merancang pembelajaran MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA 341 Wida Rachmiati yang mampu menjembatani karaktreistik bilangan pecahan sebagaimana diungkapkan di atas dengan karakteristik kemampuan berfikir siswa SD/MI. Namun faktanya, masih banyaknya praktek pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan pecahan dan operasinya yang dilakukan hanya dengan memberikan rumus-rumus tanpa didasari penanaman pemahaman. Secara logika seseorang yang telah melewati jenjang SLTA seharusnya memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep pecahan dan operasinya karena konsep ini selalu ada mulai dari tingkat SD sampai dengan SLTA. Namun ternyata dilihat dari hasil observasi terhadap mahasiswa S1 jurusan PGMI IAIN “SMH” Banten, guru-guru MI yang mengikuti program penyetaraan S1 di Jurusan PGMI program Dual Mode System IAIN “SMH” Banten dan guru-guru SD yang mengikuti perkuliahan di Jurusan PGSD UT UPBJJ diperoleh fakta sebagai berikut: a. Mahasiswa calon guru banyak yang tidak memahami konsep pecahan dan operasinya, sebagian besar pengetahuan yang dimiliki berupa hafalan mengenai rumus (prosedur) dan hafalan yang mereka milikipun banyak yang sudah dilupakan. Sehingga ketika mereka lupa rumus mereka tidak bisa mengerjakan soal lagi b. Kurangnya mendalamnya pemahaman calon guru (mahasiswa S1 PGMI) dan guru terhadap konsep pecahan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan ketidakmampuan guru yang biasa mengajar konsep pecahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Mengapa siswa perlu mempelajari pecahan? Apa makna penyebut dan pembilang? Mengapa pecahan yang berbeda penyebut tidak bisa dioperasikan dengan operasi jumlah dan kurang secara langsung? Mengapa muncul rumus-rumus dalam operasi hitung pecahan? Mengapa ada istilah “kali silang” dalam rumus penjumlahan, pengurangan dan membandingkan pecahan? c. Pada pembelajaran matematika di SD/MI tahap pengenalan konsep pecahan guru tidak mengalami Tela’ah 342 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) kesulitan. Siswa biasanya mulai dikenalkan dengan bentuk atau simbol pecahan, cara membaca dan menuliskan bilangan pecahan dengan bantuan alat peraga atau bangun datar yang dapat dibagi dengan sama rata. misalnya yang digambarkan dalam bentuk seperti berikut ini. d. Guru mulai merasa mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran pokok bahasan membandingkan pecahan dan operasi hitung pecahan. Sehingga, dari waktu ke waktu guru selalu menggunakan cara yang sama, yaitu cenderung menggunakan cara yang mekanistik dengan memberikan rumus atau prosedur pengerjaan soal-soal secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan. Akibatnya belajar yang dilakukan oleh siswa adalah belajar menghafal bukan belajar memahami. Padahal, menurut Noddings1 pengetahuan yang bersifat hafalan hampir tidak pernah memberikan jaringan yang berguna antara ide-ide yang ada, karena belajar hafalan dipandang sebagai sebuah “konstruksi yang lemah”. Gaya mengajar guru juga tidak terlepas dari pengalamannya ketika mengikuti perkuliahan saat menempuh pendidikan sebagai calon guru. Profil dosen cenderung menjadi contoh bagi mahasiswa calon guru yang pada gilirannya ditiru ketika kelak mereka mengajar di kelas. Pemodelan dalam rangka mencontohkan cara mengajarkan matematika sudah memberikan informasi tentang materi kuliah dan lebih lama diingat (retensi) daripada informasi yang dilakukan secara lisan. Pemodelan dalam rangka pembelajaran matematika yang dilakukan oleh dosen dalam perkuliahan secara komperhensif dapat menggabungkan materi yang terkait dengan konsep matematika dan Pedagogiknya. Mengajarkan keterampilan proses, pendekatan dan metode mengajar lain, serta asesmen tidak lagi diajarkan secara lisan, tetapi dapat dilakukan melalui pemodelan. Berdasarkan analisis pendahuluan terhadap proses pembelajaran pecahan yang berlangsung di SD/MI dan pemahaman mahasiswa calon guru SD/MI terhadapa konsep pecahan dan operasinya seperti yang diuraikan di atas, maka dipandang perlu untuk mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep pecahan dan operasinya serta membantu MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 343 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA mahasiswa dalam mengkomunikasikan konsep pecahan kepada peserta didik dengan baik ketika mereka menjadi guru. Adapun model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang berbasis pada teori konstruktivisme. Sehingga mahasiswa dalam belajar matematika dalam hal ini konsep pecahan diarahkan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui berbagai kegiatan yang sudah dirancang oleh dosen. Sebagaimana diungkapkan Van De Walle, untuk membangun sesuatu dalam dunia nyata diperlukan alat, bahan dan usaha. Begitu pula dengan mengkonstruksi ide (pengetahuan). Alat-alat yang diperlukan untuk membangun pemahaman adalah ide-ide yang telah ada (pengetahuan yang sudah dimiliki)2. 2. Batasan Masalah Pokok bahasan yang berkaitan dengan pecahan mencakup pecahan biasa (bagian dari keseluruhan), pecahan campuran, perbandingan dan pecahan desimal. Karena keterbatasan waktu, maka materi pecahan yang disajikan dengan model konstruktivisme dibatasi hanya pecahan biasa saja. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dicari jawabannya yaitu: a. Bagaimana merancang langkah-langkah yang paling efektif dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis konstruktivisme pada pokok bahasan pecahan dan operasinya? b. Bagaimana pelaksanaan dan kendala-kendala yang ditemukan dalam implementasi perangkat pembelajaran matematika berbasis konstruktivisme pada pokok bahasan pecahan dan operasinya? c. Bagaimana pemahaman mahasiswa calon guru SD/MI terhadap pokok bahasan pecahan dan operasinya setelah melalui proses pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dan operasinya dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis konstruktivisme? d. Bagaimana respon mahasiswa calon guru SD/MI terhadap proses pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan Tela’ah 344 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) dan operasinya dengan menggunakan pembelajaran berbasis konstruktivisme? perangkat 4. Tujuan Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Membentuk kerangka berpikir matematika sekolah dasar pada mahasiswa calon guru SD/MI bahwa materi matematika yang dipelajari di SD bukanlah untuk dihafal melainkan difahami. b. Menghasilkan perangkat pembelajaran matematika SD/MI pokok bahasan pecahan dan operasinya yang berlandasakan pada teori belajar konstruktivisme 5. Signifikansi Penelitian Penelitian ini dirasa penting untuk dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berikut ini: 1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mencetak guru SD/MI yang mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran matematika di SD/MI sesuai dengan tuntutan kurikulum pembelajaran matematika saat ini. Karena sebagaimana diketahui bersama guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pencapaian hasil belajar matematika siswa di masa yang akan datang. Pencapaian hasil belajar siswa tentunya akan ditentukan oleh proses pembelajaran yang dialami dan dinamika perubahan proses pembelajaran matematika kepada siswa harus diimbangi dengan kemampuan calon guru matematika dalam mengimplementasikan tuntutan baru itu di lapangan. 2. Setelah penelitian ini selesai akan dihasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika SD/MI (scenario pembelajaran dan alat peraga) yang berkaitan dengan konsep pecahan dan operasinya yang bisa disosialisaikan kepada guru-guru SD/MI, sehingga bisa menjadi bahan belajar bagi guru-guru SD/MI yang selama ini masih melakukan praktik pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dan operasinya dengan cara menekankan hafalan rumus saja. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA 345 Wida Rachmiati 6. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berlandaskan pada penelitian tindakan (action research), karena peneliti berusaha untuk mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan situasi pembelajaran pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Oleh sebab itu, penelitian ini melalui beberapa tahapan sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, yaitu:3 1. Melakukan diagnosa (diagnosing), melakukan identifikasi masalah-masalah pokok serta kebutuhan berkaitan dengan pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dan operasinya. 2. Membuat rencana tindakan (action planning), yaitu memahami pokok permasalahan untuk tujuan perumusan rencana tindakan yang tepat sebagai solusi. 3. Melakukan tindakan (action taking), yaitu mengimplementasikan rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. 4. Melakukan evaluasi (evaluating), bersama-sama antara peneliti dan partisipan setelah masa tindakan dianggap cukup. 5. Pembelajaran (learning), yang merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan melaksanakan review tahappertahap yang telah berakhir. Adapun subjek yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGMI A IAIN “SMH” Banten semester V. Penetapan ini dilakukan mengingat peneliti adalah pengampu mata kuliah Materi dan Pembelajaran Matematika SD/MI Kelas Tinggi. Sementara untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa tes yang terdiri dari (1) Pre tes, yang dilakukan sebelum memasuki siklus (pra siklus) untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap konsep pecahan sebelum pembelajaran (2) post tes, yang diberikan setiap satu siklus selesai, (3) kuesioner, untuk menggali informasi mengenai respon mahasiswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan (4) video recorder untuk menggali informasi kekurangan dan kelebihan implementasi bahan ajar. Kemudian data yang sudah terkumpul berupa jawaban tes siswa, hasil observasi kegiatan pembelajaran dan jawaban kuesiuoner dianalisis secara deskriptif dan komprehensif Tela’ah 346 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 7. Kerangka Teori Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata4. Menurut De Walle, pada dasarnya setiap orang sepanjang waktu mengkonstruksi atau memberi arti terhadap sesuatu yang mereka rasakan atau pikirkan, dan untuk mengkonstruksi atau membangun suatu ide diperlukan alat-alat seperti ide-ide yang telah ada atau material yang ada di alam sekitar yang dapat dilihat, didengar atau disentuh. Usaha yang perlu dilakukan dalam pengkonstruksian adalah berfikir secara aktif dan reflektif.5 Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak6. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran penekanan terhadap keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya merupakan hal yang penting. seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 347 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA Adapun Implikasi teori konstruktivisme terhadap pembelajaran matematika diantaranya adalah: pembelajaran matematika di semua tingkat harus memfasilitasi siswa dengan peluang untuk : memperoleh pengalaman praktis dan konkret, menyelidiki dan mencari hubungan, menemukan pola-pola dan memecahkan masalah, bicara tentang matematika, menulis tentang pekerjaan mereka, merumuskan hasil dan solusi, latihan keterampilan, pengetahuan dan prosedur; memberi alasan, dan menarik kesimpulan, kerja kooperatif pada tugas dan masalah (Phillips, DC, 2000).7 Sejalan dengan munculnya teori belajar konstruktivisme maka pendekatan seperti Matematika Realistik (Realistik Mathematics Education), Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning) merupakan pendekatan-pendekatan yang sangat dianjurkan untuk digunakan selama proses pembelajaran matematika.8 Dengan strategi pembelajaran baru ini, diharapkan adanya perubahan dari: 1. Mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding) 2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning, inductive learning, atau inquiry learning. 3. Belajar individual ke kooperatif. 4. Positivist (behaviorist) ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling, ataupun pemecahan masalah. 5. Subject centred Ke clearer centred (terkonstruksinya pengetahuan siswa)9. Pecahan merupakan salah satu materi penting dalam matematika. Pecahan mencakup konsep-konsep dasar dan merupakan materi prasyarat untuk mempelajari dan memahami jenis bilangan yang lain seperti bilangan riil dan bilangan kompleks. Selain itu, materi pecahan juga sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran aljabar untuk kelas berikutnya (Yusof & Malone, 2003), dan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah khususnya pada materi aljabar, Tela’ah 348 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) dan peluang dalam statistika (Clarke, Mitchell, and Roche, 2007).10 Namun demikian, konsep pecahan bukan merupakan konsep yang sederhana. Keunikan dari bilangan pecahan, yang berbeda dengan bilangan asli dan bilangan bulat, terkadang menjadikannya sulit untuk dipahami siswa (Pitkethly & Hunting, 1996; Gould, 2005) dan menjadikan sulit untuk dikenalkan kepada siswa (Clarke, et al., 2007)11. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menginvestigasi kesulitan-kesulitan dalam memahami dan membelajarkan materi pecahan antara lain: 1. Clarke (2007) menemukan bahwa metode dan strategi pembelajaran yang kurang tepat juga dapat memberikan kontribusi pada miskonsepsi siswa. 2. Vale (2007) menemukan bahwa siswa akan lebih banyak berpeluang untuk melakukan kesalahan pada operasi pecahan jika pembelajaran materi pecahan hanya menitikberatkan pada menghafal rumus dan prosedur operasi tanpa ada perhatian yang cukup pada makna pecahan. 3. Hartung (2003) menyimpulkan kekomplekan karakteristik dan konsep pecahan membutuhkan tahapan pemahaman yang membuatnya tidak bisa dipahami dalam waktu yang relative singkat12. 4. Mack (1995) menyimpulkan kesalahan konsep dikernakan siswa cenderung mentransfer konsep bilangan asli ke dalam pecahan.13 Salah satu faktor yang menambah kompleksitas pembelajaran pecahan adalah adanya multi makna dari pecahan yaitu pecahan sebagai bagian atau partisi (part-whole), pecahan sebagai perbandingan (ratio), pecahan sebagai operator (operator), pecahan sebagai hasil pembagian (quotient) dan pecahan sebagai ukuran (measure) (Kieren, 1979 in Charalambous & Pantazi, 2005, p. 233; Clarke, et al., 2007).14 Selain itu, kurangnya kompetensi guru terutama kompetensi profesional dan pedagogik juga menjadi hal yang menjadikan pecahan menjadi konsep yang semakin dipandang sulit karena guru dominan menggunakan metode ceramah dan pendekatan yang bersifat abstrak yaitu hanya mengajarkan prinsip dan prosedur (rumus) daripada konsepnya. Akibatnya peserta didik cenderung pasif dan kurang memahami obyek-obyek matematika yang dipelajari (P4TK Matematika, 2009).15 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 349 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA B. Hasil Penelitian Proses penelitian ini melalui 3 tahapan kegitan, yaitu kegiatan pra sikulus, siklus I dan siklus II. 1. Hasil Pra Siklus Data yang diperoleh dari kegiatan pra siklus merupakan data yang menunjukkan tingkat penguasaan/pemahaman awal mahasiswa terhadap konsep pecahan sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasar teori konstruktivisme. Data yang dianalisa berupa hasil jawaban 29 orang mahasiswa PGMI-A terhadap tes yang diberikan sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berdasarkan pada teori pembelajaran konstruktivisme. Adapun temuan yang diperoleh dari jawaban soal pre tes adalah sebagai berikut. 1) Terjadi miskonsepsi makna pecahan yang seharusnya difahami sebagai aktivitas “membagi sama rata” atau “sama besar”. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 100 % (29 orang) mahasiswa menjawab daerah yang diarsir berikut ini sebagai pecahan 2) Sebagian besar mahasiswa tidak dapat menunjukkan gambar utuh (1 unit) ketika diketahui pecahannya. Hal ini ditunjukkan oleh data 82,76% (24 orang) yang tidak dapat menjawab dengan benar soal berikut ini. Berikut ini adalah gambar potong roti, gambarlah keseluruhan roti tersebut. 3) Sebanyak 34,48% (10 orang) mahasiswa yang tidak dapat menjawab dengan benar pecahan yang ditanyakan pada soal berikut ini. Arsirlah daerah yang menunjukkan pecahan Tela’ah 350 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 4) Sebanyak 65,52% (19 orang) tidak dapat memberikan alasan ketika membandingkan dua buah pecahan mengapa mereka membubuhkan tanda > atau < yang tertera di beberapa lembar jawaban adalah coretan yang menunjukkan pengerjaan menggunakan “kali silang”. Dari 34,48% (10 orang) mahasiswa yang menjawab benar dan memberikan alasan muncul berbagai versi alasan mengapa mereka membubuhkan tanda > atau <. Beberapa alasan yang muncul tersebut adalah: (1) menggunakan garis bilangan untuk membandingkan dua pecahan dengan penyebut sama, namun untuk pecahan dengan penyebut tidak sama mahasiswa tersebut tidak dapat memberi alasan yang tepat, (2) menggunakan gambar daerah persegi panjang yang menunjukkan pecahan-pecahan yang akan dibandingkan, (3) menyatakan pecahan biasa yang dibandingkan dalam bentuk pecahan desimal, (4) menentukan pecahan senilai dari pecahan-pecahan yang akan dibandingkan yang memiliki penyebut sama. Namun hal ini tidak menunjukkan pemahaman mahasiswa tersebut, karena ketika diminta membandingkan dan , mahasiswa tersebut masih menentukan pecahan senilai kedua pecahan yang akan dibandingkan. Padahal pecahan dan dapat dengan segera diketahui mana yang lebih besar atau lebih kecil. 5) Sebanyak 75,87% (22 orang) mahasiswa mampu mengerjakan prosedur penjumlaha dan pengurangan pecahan akan tetapi tidak ada satupun yang memberi alasan mengapa harus ada proses penyamaan penyebut. 6) Sebanyak 41,38% (12 orang) mahasiswa mampu mengerjakan prosedur perkalian bilangan bulat dengan pecahan. Tetapi dari 12 orang tersebut tidak satupun yang menjelaskan alasanya. 7) Sebanyak 10,34% (3 orang) mahasiswa yang mampu mengerjakan prosedur perkalian pecahan dengan pecahan. Tetapi dari 3 orang tersebut tidak satupun yang menjelaskan alasanya. 8) Sebanyak 24,14% (7 orang) mahasiswa yang mampu mengerjakan prosedur pembagian pecahan oleh bilangan bulat. Tetapi dari 7 orang tersebut tidak satupun yang menjelaskan alasanya. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA 351 Wida Rachmiati 9) Sebanyak 17,24% (5 orang) mahasiswa yang mampu mengerjakan prosedur pembagian bilangan bulat oleh pecahan. Tetapi dari 5 orang tersebut tidak satupun yang menjelaskan alasanya. 10) Sebanyak 13,79% (4 orang) mahasiswa yang mampu mengerjakan prosedur pembagian pecahan oleh pecahan. Tetapi dari 4 orang tersebut tidak satupun yang menjelaskan alasanya. 2. Hasil Siklus I Perencanaan Membuat perencanaan pembelajaran konsep pengenalan pecahan dan pecahan senilai dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan eksperimen. Pelaksanaan Mahasiswa secara berkelompok melakukan aktivitas yang tertera pada Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) kemudian mengungkapkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Adapun informasi (data) kegiatan mahasiswa yang dilakukan secara rinci adalah sebagai berikut: Membagi sama rata benda utuh (gambar roti) dengan berbagai kemungkinan. Dari kegiatan ini mahasiswa mampu menyimpulkan bahwa pecahan sangat erat kaitannya dengan kegiatan pembagian/pengelompokkan secara merata. Membagi sama rata benda yang tidak utuh ( potong roti) kemudian diminta mengamati pecahan berapa yang muncul. Dari kegiatan ini mahasiswa mampu menyimpulkan bahwa ketika akan merepresentasikan benda yang tidak utuh lagi dalam bentuk bilangan pecahan maka perlu dilihat dahulu bentuk utuhnya. Melakukan percobaan pembuktian adanya pecahan-pecahan yang terlihat berbeda penyebut dan pembilangnya namun memiliki nilai yang sama (pecahan senilai). Percobaan yang dilakukan adalah dengan mencoba mencari pecahan-pecahan yang senilai dengan melalui kegiatan melipat kertas menjadi 2 bagian kemudian melipatnya kembali beberapa kali. Dari kegiatan ini mahasiswa menjadi tahu mengapa beberapa pecahan dikatakan senilai selain itu mahasiswa mampu melihat adanya pola yang terbentuk pada pecahan-pecahan senilai. Pola Tela’ah 352 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) ini akhirnya mengarahkan mahasiswa pada kesimpulan mengenai bagaimana menentuka pecahan yang senilai dengan pecahan tertentu. Refleksi Hasil tes yang berkaitan dengan pemahaman mahasiswa terhadap konsep awal pecahan dan pecahan senilai menunjukkan perolehan yang cukup memuaskan, tetapi masih ada 13,79% (4 orang) yang masih belum tepat menunjukkan daerah pecahan dan menentukan bentuk utuh (1 unit) jika diketahui pecahannya. Proses pembelajaran masih belum mencapai proses pembelajaran yang ideal, hal ini ditunjukkan oleh data hasil pengamatan yaitu: (1) mahasiswa masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membahas konsep yang masih sederhana (2) ketika mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tiap anggota kelompok masih saling mendorong teman sekelompoknya untuk tampil, (3) mahasiswa masih terlihat kesulitan mengungkapkan ide-ide (kesimpulan) setelah melakukan aktivitas dalam LAM . 3. Hasil Siklus II Perencanaan Membuat perencanaan pembelajaran konsep membandingkan pecahan dan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan penemuan terbimbing. Pelaksanaan Mahasiswa secara berkelompok melakukan aktivitas yang tertera pada Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) kemudian mengungkapkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Tetapi sebelumnya peneliti mengemukakan kekurangan yang teridentifikasi di pertemuan sebelumnya. Adapun informasi (data) kegiatan mahasiswa yang dilakukan secara rinci adalah sebagai berikut: Memahami tiga buah masalah kontekstual (cerita) yang berbeda tetapi berkaitan dengan masalah perbandingan pecahan. Penyelesaian masalah diarahkan untuk diselesaikan dengan menggunakan media gambar yang sudah disediakan. Dari gambar pecahan yang menunjukan penyelesaian tiga masalah tersebut: (1) mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan pecahan MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 353 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA yang dapat dibandingkan ada tiga (sesuai denga banyaknya masalah yang diberikan), (2) Mahasiswa dapat membandingkan pecahan-pecahan yang ada dalam masalah tersebut walaupun tidak menggunakan rumus (dengan mengamati gambar yang mereka buat), (3) menyimpulkan bahwa membandingkan pecahan-pecahan yang memiliki penyebut sama ternyata yang paling mudah dikerjakan karena mereka tinggal menghitung banyaknya kotak yang menunjukkan bilangan pembilang, (4) pecahan dengan penyebut berbeda dapat ditentukkan tanpa rumus (dengan gambar) tetapi untuk pecahan yang penyebutnya besar akan sulit membuat pembagian 1 unit menjadi bagian-bagian yang ukuranya sama besar, (5) menyimpulkan bahwa pecahan-pecahan yang berbeda penyebut dapat dengan mudah dibandingkan jika diubah ke pecahan senilai yang memiliki penyebut sama. Mengamati pola-pola yang terbentuk dari pecahan-pecahan berbeda penyebut yang dibandingkan dengan menggunakan pendekatan pecahan senilai. Setelah mengamati mahasiswa menyimpulkan pola bilangan yang terlihat seperti mengalikan silang penyebut dan pembilang serta mengalikan penyebut dan penyebut pecahan-pecahan yang akan dibandingkan (proses penyimpulan dibantu dengan arahan tambahan dari peneliti). Refleksi Hasil tes pada siklus ke II menunjukkan hasil yang sangat baik. Seluruh mahasiswa (100%) mampu mengerjakan soal perbandingan pecahan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, ketika presentasi mahasiswa tidak lagi saling dorong. Setiap mahasiswa memiliki peluang yang sama untuk presentasi karen pemilihan mahasiswa yang tampil dilakukan dengan cara diundi. Tetapi, mahasiswa masih kesulitan dalam proses penalaran secara induktif hal ini ditunjukkan oleh kebingungan mereka dalam menyimpulkan rumus untuk menentukan perbandingan dua buah pecahan dengan penyebut yang berbeda. 4. Hasil Siklus III Perencanaan Membuat perencanaan pembelajaran konsep operasi (tambah, kurang, kali dan bagi) pada pecahan dengan menggunakan metode Tela’ah 354 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) pembelajaran berbasis masalah (PBM), penemuan terbimbing dan jigsaw. Pelaksanaan Mahasiswa secara berkelompok melakukan aktivitas yang tertera pada Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM). Tiap kelompok mendapatkan lembar aktivitas yang berbeda yaitu LAM penjumlahan, LAM pengurangan, LAM perkalian (2 kelompok), dan LAM pembagian (2 kelompok). kemudian mengungkapkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Tetapi sebelumnya peneliti mengemukakan kekurangan yang teridentifikasi di pertemuan sebelumnya. Adapun informasi (data) kegiatan mahasiswa yang dilakukan secara rinci adalah sebagai berikut: Mahasiswa kelompok I memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut sama dan peyebut berbeda. Dengan menggunakan media yang dapat dimanipulasi (dipindah tempat) mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil penjumlahan pecahan dengan penyebut sama. Tetapi untuk penyebut berbeda mereka hanya bisa menentukan nilai pecahan yang mendekati (penjumlahan dengan penyebut berbeda sulit menentukan dengan tepat hasil penjumlahannya). Mahasiswa juga menyimpulkan pecahan yang berbeda penyebut bisa dijumlahkan dengan menggunakan bantuan konsep pecahan senilai (mahasiswa jadi tahu mengapa dalam penjumlahan pecahan harus disamakan penyebutnya). Mahasiswa kelompok II memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep pengurangan pecahan yang memiliki penyebut sama dan peyebut berbeda. Dengan menggunakan media yang dapat dimanipulasi (dipindah tempat) mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil pengurangan pecahan dengan penyebut sama. Tetapi untuk penyebut berbeda mereka hanya bisa menentukan nilai pecahan yang mendekati (pengurangan dengan penyebut berbeda sulit menentukan dengan tepat hasil penjumlahannya). Mahasiswa juga menyimpulkan pecahan yang berbeda penyebut bisa dijumlahkan dengan menggunakan bantuan konsep pecahan senilai (mahasiswa jadi tahu mengapa dalam pengurangan pecahan harus disamakan penyebutnya). MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 355 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA Mahasiswa kelompok III memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep perkalian pecahan dengan bilangan cacah. Dengan menggunakan media gambar yang dapat dimanipulasi (dipindah tempat) mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil perkaliannya dan menyimpulkan bentuk umum (cara/rumus) menentukan perkalian pecahan dengan bilangan cacah. Mahasiswa kelompok IV memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep perkalian pecahan dengan bilangan pecahan. Dengan menggunakan media gambar mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil perkaliannya dan menyimpulkan bentuk umum (cara/rumus) menentukan perkalian pecahan dengan bilangan pecahan. Mahasiswa kelompok V memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep pembagian pecahan oleh bilangan cacah. Dengan menggunakan media gambar yang dapat dimanipulasi (digunting) mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil pembagiannya dan menyimpulkan bentuk umum (cara/rumus) menentukan pembagian pecahan dengan bilangan cacah. Mahasiswa kelompok VI memahami dua permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan konsep pembagian pecahan oleh pecahan. Dengan menggunakan media gambar yang dapat dimanipulasi (digunting) mahasiswa mampu menentukan dengan mudah hasil pembagiannya dan menyimpulkan bentuk umum (cara/rumus) menentukan pembagian pecahan oleh pecahan. Refleksi Berdasarkan hasil tes 100% mahasiswa memahami konsep operasi hitung pada pecahan. Mahasiswa sudah dengan baik mengkomunikasikan permasalahan matematika yang diberikan dalam LAM, sehingga sharing hasil diskusi masing-masing kelompok dapat difahami teman-teman di kelompok lain. Proses diskusi dalam kelompok terlihat lebih interaktif. Hanya saja untuk kelompok yang mendapat permasalah perkalian pecahan dengan pecahan dan kelompok pembagian Tela’ah 356 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) oleh pecahan sedikit mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan. Tetapi setelah diberi sedikit arahan dari peneliti akhirnya mereka bisa menyelesaikan LAM. 5. Respon Seluruh mahasiswa memberikan reapon yang positif terhadap pembelajaran konsep pecahan dengan pendekatan konstruktivis. Pembelajaran matematika konsep pecahan dan operasinya dengan menggunakan pendekatan konstruktivis ternyata membuat mahasiswa terbuka mata bahwa selama ini mereka mempelajari pecahan hanya sebatas menghafal rumus (kurang bermakna). Sebagai calon guru, mereka menjadi lebih termotivasi dan terinspirasi ketika nanti betul-betul menjadi guru mereka ingin mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. C. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Agar pembelajaran konsep pencahan menggunakan pendekatan konstruktivisme efektif, maka dalam perangkat pembelajaran perlu disertakan media pembelajaran yang bisa dimanipulasi oleh mahasiswa. b. Kendala yang ditemukan adalah mahasiswa tidak terbiasa mengkomunikasikan ide-ide matematika secara lisan sehingga ketika presentasi/diskusi kelompok di siklus awal masih belum maksimal, tetapi di siklus berikutnya menjadi lebih baik. c. Pemahaman mahasiswa PGMI-A semester V T.A. 2013/2014 terhadap konsep pecahan dan operasinya menjadi lebih baik. d. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme sangat baik. Mereka menjadi lebih termotivasi dan terinspirasi ketika nanti betul-betul menjadi guru mereka ingin mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. 2. Saran Proses pembelajaran matematika khususnya pada konsep pecahan dan operasinya harus memperhatikan tahap-tahap konstruksi mental mahasiswa (siswa), materi-materi prasyarat apa yang telah dimiliki mahasiswa (siswa) perlu diingatkan kembali, MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 357 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA sehingga tidak ada bagian-bagian konsep sebelumnya yang tidak diketahui siswa atau siswa memiliki konsep yang salah. Sebenarnya aturan-aturan operasi tambah, kurang kali dan bagi pada pecahan sangat terkait dengan (dan dapat dipahami melalui) operasi tambah, kurang kali dan bagi pada bilangan bulat positif yang sudah akrab bagi siswa. Guru dapat mengembangkan pengajaran pecahan dengan menggunakan benda-benda konkrit untuk menggantikan bangun-bangun visual yang digambarkan di atas, siswa-siswa dapat mempraktekkan operasi tambah, kurang kali dan bagi dengan memotong benda konkrit yang dapat dijadikan alat peraga, atau jika benda-benda konkrit tersebut tidak ada, siswa dapat menggambar benda tersebut pada kertas manila atau mencari gambar dari internet atau majalah, kemudian dipotong-potong . Semua ini diupayakan untuk pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian diharapkan konsep pecahan dan konsep operasi tambah, kurang kali dan bagi pada pecahan tertanam dengan baik dan benar dalam pikiran siswa dan diharapkan mereka trampil menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Catatan akhir: 1 Van De Walle, A.J, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2007, h.25 2 Ibid, h. 23 3 Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock N., (2004), Journal : Information Systems Journal : Principles of Canonical Action Research 14, 65–86 4 Baharuddin dan Esa Nur, W., Teori Belajar dan Pembelajaran, Arruzz Media, Jogjakarta:2007, h.116 5 Van De Walle, A.J, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2007, h.23 6 Hamzah (2007) Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme. tersedia di www.pascasarjanagorontalo.com 7 Mariani, S., Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar, Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/ index.php/kreano/article/view/1495 8 Shadiq, F., Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, tersedia di http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/med2-konstruksdok_median_.pdf 9 ibid Tela’ah 358 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) 10 Setyaningrum, W., Strategi Pembelajaran Materi Pecahan untuk Meminimalisir Miskonsepsi Siswa, tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/public/ 11 ibid 12 Setyaningrum, W., Kajian Pustaka: Starategi Pembelajaran Materi Pecahan untuk Meminimalisir Miskonsepsi Siswa dalam ebookbrowse.com/pecahan-pdf-d47048560 13 Van De Walle, A.J, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2008, h.46 14 Ibid 15 Mariani, S., Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar, Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ kreano/article/view/1495 DAFTAR PUSTAKA Baharuddin dan Esa Nur, W., (2007) Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:Ar-ruzz Media Hamzah (2007) Pembelajaran Matematika dengan Teori Belajar Konstruktivisme. tersedia di www.pascasarjanagorontalo.com Karso dkk (2009) Pendidikan Matematika I, Jakarta : Universitas Terbuka Mariani, S., Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar, Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/ index.php/kreano/article/view/1495 Setyaningrum, Wahyu, Kajian Pustaka: Starategi Pembelajaran Materi Pecahan untuk Meminimalisir Miskonsepsi Siswa dalam ebookbrowse.com/pecahan-pdf-d47048560 Shadiq, F., Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, tersedia di http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/med2konstruksd-ok_median_.pdf Turmudi (2008) Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Jakarta: Leuser Cita Pustaka. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 359 Wida Rachmiati KONSTRUKTIVISME PADA KONSEP PECAHAN DAN OPERASINYA Van De Walle, A.J (2007) , Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1, Jakarta: Erlangga Van De Walle, A.J (2008) , Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2, Jakarta: Erlangga Tela’ah 360 Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember 2013) Volume 08 No. 02, 2013 ISSN 0852-1204 Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan Susunan Dewan Penyunting Tela’ah: Penanggung Jawab: Rektor IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Redaktur: Wazin Baihaqi Penyunting: Masduki, E. Zaenal Muttaqin, Redaktur Pelaksana: Ayatullah Humaeni Sekretaris: Nuraeni Distribusi: Ilis, Hadlani Tela’ah, ISSN 085-1204, diterbitkan enam bulan sekali oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, berdasarkan SK. Rektor No.: In.10/H.K.00.5/550/2007 tanggal 16 Februari 2007. Tela’ah merupakan Jurnal yang memuat hasil penelitian para dosen dan akademisi dari berbagai lembaga dan perguruan tinggi. Penerbit: PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN, Gedung Rektorat Lt. III, Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang-Banten 42118, Telp. [0254] 200323 Fax. [0254] 200022 Volume 08 No. 02, 2013 ISSN 0852-1204 Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan Daftar Isi: Muslimah Penerjemah Al-Qur’an dalam Bahasa Inggris Pada Milenium Ketiga Ilzamudin Ma’mur 173-204 Melacak ”Sino Javanese Muslim Culture” di Banten; Deskripsi Pengaruh Cina pada Masjid Kuno di Banten Lama Siti Fauziyah 205-224 Hadis-Hadis Mu‘Allal dalam Kitab Sunan (Tela‘ah atas Hadis-hadis dalam Sunan al-Tirmidzi) Masrukhin Muhsin Migrasi Micro Teaching dari Analog ke Digital Berbasis Komputer Menggunakan Ulead Visual Studio Studi Kasus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Aan Ansori Analisa Syarah Natsar Al- Awamil Al- Miah Abd AlQahir Al-Jurjani Karya Ulama Banten Arma 225-250 251-267 268-290 Analisis Tax Audit Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Hendrieta Ferieka 291-314 Minat dan Kecenderungan Anak dan Remaja Banten Terhadap Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Banten Dalam Percakapan Sehari-hari (Studi di Daerah PontangTirtayasa, Kabupaten Serang Banten) Uyu Muawanah 315-339 Kehidupan dan Kemandirian Ekonomi Para Janda di Banten (Studi Kasus pada Janda di Serang Banten) Wazin 340-355