Humas dan Media Satu Rumpun Komunikasi Click here to enter text. by Rian Piarna Husnun N Djuraid Politisasi media saat ini banyak dilakukan oleh pemilik media yang terjun ke dunia politik. Secara aturan memang tidak ada larangan pemilik media menggunakan medianya untuk kepentingan politik. Namun banyak media yang dipolitisasi maka akan ditinggal audiens. Ungkap Redaktur Senior Malang Post Husnun N Djuraid pada peserta Sosialisasi dan Workshop Pendampingan Modul Humas Excellence dan Model Objektifitas Pembertitaan yang berlangsung pada Sabtu (26/10) di gedung FISIP lantai lima. Selain itu pers berfungsi sebagai media pendidikan namun pada kenyataannya masyarakat masih mempertanyakan bagaimana media bisa dijadikan media pendidikan.Hal ini bisa terlihat dari masih dipertanyakan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar. Berkaitan dengan hubungan humas dan media sebenarnya satu rumpun komunikasi dan saling membuthkan dimana keterbukaan memberikan informasi yang benar untuk kepentingan umum serta tidak membangun tembok pemisah antara kebenaran dan khalayak umum. "Keterbukaan humas terbatas demi memelihara citra lembaga sedangkan keterbukaan pers tidak terbatas untuk mendapat informasi yang lengkap dan mendalam untuk kepentingan khalayak," ungkapnya. Ditinjau dari prespektif multikulturalisme humas juga perlu memahami keberagaman dalam sebuah komunitas. Hal ini disampaikan Desi Dwi Prianti, S.Sos., M.Comn. Menurutnya komunikasi yang multikulturalisme saat ini mulai banyak dipelajari dimana sebelumnya lebih menekankan pada antar dan lintas budaya. "Saat ini komunikasi multikulturalisme mulai banyak dilakukan dimana mempelajari komunikasi yang berfokus pada isu keagamaan, budaya minoritas dan identitas budaya," jelasnya. Multikultural bukan proses asimilasi, akukturasi maupun campuran budaya tetapi layaknya mosaik budaya dimana setiap budaya tetap eksis diantara beragam budaya yang berbeda. Desi kemudian menjelaskan tentang praktisi humas yang multikultural dimana ada banyak latar belakang humas yang berbeda-beda. "Hal ini bisa menjadi elemen yang bisa membawa kesempurnaan di dalam komunikasi yang dilakukan oleh perusaaan karena memiliki divisi PR yang diisi individu beragam," paparnya. Langkah untuk menangani perbedaan dalam organisasi yang bisa dilakukan diantaranya saat memilih anggota tim tidak melihat atas dasar etnis tetapi bagaimana kemampuan yang sesuai dengan penyelesan tugas. "Kenali perbedaan yang ada dengan tidak mengabaikannya lalu memahami dan menghargai perbedaan yang ada," pungkasnya. Pada sesi selanjutnya dibahas tentang manajemen kampanye public relations (PR) yang disampaikan Zulkarnain Nasution. Zulkarnain menyampaikan salah satu tugas PR adalah menjalin hubungan yang harmonis dengan publik baik internal maupin eksternal. "Menjaga hubungan harmonis ini bisa dilakukan dengan mengelola penyampaian komunikasi dan informasi melalui kampanye PR," ungkapnya. Kampanye ditujukan untuk menciptakan efek terentu kepada khalayak sasaran yang besar dan dipusatkan dalam waktu tertentu melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Sedangkan pada sesi terakhir disampaikan oleh Arif Budi Prasetya, S.I.Kom.,M.I.Kom tentang materi produk media humas. Menurutnya dunia kehumasan merupakan sebuah dunia yang penuh dinamika dan tidak dapat dipisahkan dengan media massa sehingga humas diharapkan memiliki kemampuan dalam melakukan produksi berita. "Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk kerjasama dengan pihak media saja, melainkan sebuah langkah dalam membentuk citra dan reputasi positif institusi," jelasnya. Dalam membentuk citra dan reputasi institusi, PR memproduksi news release, newsletter, company profile serta perpaduan PR dengan dunia new media atau disebut PR on Net. "Produk humas sangat diperlukan untuk menyebarkan informasi yang positif terkait institusi kepada masyarakat luas," pungkasnya. [rian] [ rian ] Hubungan Masyarakat Universitas Brawijaya www.prasetya.ub.ac.id Senin, 28 Oktober 2013 PR and Media as One Communication Clump by Rian Piarna Husnun N Djuraid Recently there are a lot of media politicization which are done by the media owner who jumps to political world. In rule, there is not prohibitation for a media owner to usees his/her media for politics. But there are a lot media which are politicized then the audiences will leave. It was said by the Senior Editor of Malang Post, Husnun N Djuraid, on the Socialization and Workshop of Modul Humas Excellence and Model Objektivities of A Nee which took place on Saturday (26/10) Fifth Floor of FISIP Building. In addition, pers also functions as an educational media but, in fact, people still questioning on how media can be use as an educational media. It can be seen from the general questions based on the correct, accurate, and real. Related to PR and media, they are actually in one clump of communication and need each other where openness give correct information to public and not to bulid a wall between the truth and the society. "The openess of PR is limited to preserve the image of public relation agency while pers openess is not confined to obtain a complete and in-depth information for public benefit," he said. Viewed from the perspective of multiculturalism, PR also needs to understand the diversity in a community. It is delivered by Desi Dwi Prianti SSos MComn. According to her, communications that multiculturalism is now starting to learn a lot more emphasis on where the previous inter- and cross-cultural. "We have done a lot of communication in which multiculturalism began studying communication that focuses on issues of religion, culture and identity of minority culture," he explained. Multicultural is not a process of assimilation, and cultural mix but it like a cultural mosaic in which each diverse culture still exist among different cultures. Desi then describes a multicultural PR practitioners where there is a lot of different PR background. "This could be the element that can bring perfection in the communications made by the PR division of a company because it has filled a variety of individuals," he said. A way to deal with the differences in the organization that can be done such as the members of the team do not see on the basis of ethnicity but about the ability to suit the task completion. "Recognize the differences that exist with not ignore it and understand and appreciate the exist differences," he concluded. Discussed at the next session on campaign management, public relations (PR) is delivered by Zulkarnain Nasution. Zulkarnain submit one homework assignment to establish a harmonious relationship with the public both internal external Maupin. "Maintaining this harmonious relationship can be done by managing the delivery of information through communication and public relations campaign," he said. Campaign is intended to create certain effect to a large target audience and focused in a certain time through a series of communication actions organized. While the last session is delivered by Arif Budi Prasetya SIKom MIKom about public relations media products. According to public relation world is a world full of dynamics and can not be separated by the mass media so that public relations is expected to have the capability of doing news production. "This event is not only as a form of cooperation with the media, but rather a step in shaping a positive image and reputation of the institution," he explained. In shaping the image and reputation of the institution, PR produces news release, newsletter, company profile and blend between PR and world of new media or called PR on Net. "The product of public relation is very necessary to spread positive information related to institutions to the wider community," he concluded. [rian/translated by agung] Hubungan Masyarakat Universitas Brawijaya www.prasetya.ub.ac.id Senin, 28 Oktober 2013