Hati-hati Penyakit Menular

advertisement
INFEKSI MENULAR SEKSUAL VS PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
Oleh : Yusuf Alam Romadhon
Klarifikasi Istilah
Sebelum memulai, mau klarifikasi istilah dulu
HIV : singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, virus yang menyebabkan penyakit
kelemahan sistem kekebalan tubuh.
AIDS : singkatan dari Acquired ImmunoDeficiency Syndrome, penyakit atau dari istilah ini
disebut dengan sindroma kelemahan sistem kekebalan tubuh. Melihat dari arti katanya
kelemahan sistem kekebalan tubuh, berarti, orang yang menderita penyakit ini mengalami
penurunan kemampuan dalam mengatasi musuh-musuh sistem pertahanan tubuh, seperti virus,
bakteri yang mencoba menerobos masuk tubuh kita. Jadi orangnya mudah sakit infeksi.
Kelemahan sistem kekebalan tubuh ini bersifat di dapat dari luar. Artinya ia mendapat dari luar,
bukan seperti pada beberapa penyakit yang bersifat menurun atau penyakit keturunan atau akibat
penyakit lain seperti kondisi penyakit diabetes melitus yang kronis dan berakibat penurunan
kekebalan tubuh.
Jadi HIV adalah penyebab, sedangkan AIDS adalah penyakit yang diakibatkannya.
………………………………………………………………………………………………………
Saat saya menulis buku ini, penyeranta handphone saya berbunyi…. ternyata ada SMS.
dari 08564xxxxx
dok, ini Evi mhn maaf mo nanya gynecosid itu obat apa sih, efek smpingnya apa? kalo beli
mmang hrs pake resep?
Saya menjawab
081225xxxxxx
Itu obat hormon kewanitaan, hrs dengan resep dokter. Lha ada apa mbak?
Beberapa menit kemudian
Dari 08564xxxxx
Saya sdh ga mens 2 bln ini, kata tmn2 gynecosid itu bisa membuat mens. Kalo boleh sy mnta
respnya ya dok.. boleh ya
Saya membalas kembali
081225xxxxxx
Wah mbak kalo nulis resep apalagi obt hrs ada alasannya. Ga bs lgsng tembak. Sy sarankan
mbak perxa lab dulu, mmastikan itu bukan kehamilan..
Kembali ada balasan
Dari 08564xxxxx
Trs terang kayaknya hamil, sy sdang skripsi, sy anak sulung, si cowok cuek… sy didiemin aja
Saya balas sms-nya
081225xxxxx
Mbak Evi yg b4ik, sy ada pasien anak, dia cacat, matanya suka nglirik ke atas, air ludahnya suka
nyrocos terus… ortunya sm2 mhsiswa. Mncoba menggugurkan, dng obt mcm2 tms obt kimia &
trdisionl. Ternyt anaknya ttap bertahan smpe lahr. Skrng ke2 ortunya ga tahu dimana. Anak itu
dirwt pa becak.. maaf mbak kalo sy mngcewakn..
………………………………………………………
Penasaran ya kelanjutan ceritanya...
Tapi, baiknya kita mulai saja dulu yaa… untuk membahas inti dari permasalahan yang
ditampilkan oleh buku ini.
Gambar 1. HIV/AIDS lebih berhubungan
dengan perilaku. Terutama akibat
dari hubungan seks, mulanya
pada orang homoseks (men have
sex with men), kemudian meluas
di kalangan heteroseksual dan
terakhir dari jalur pemakai
narkoba injeksi intravena
1|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Bicara mengenai infeksi HIV / AIDS, tidak lepas dari perilaku manusia terutama berkaitan
dengan perilaku seksual. Perilaku seks bebas, tampaknya saat ini sudah menjadi ancaman
tersendiri yang memrihatinkan. Kasus Evi tidak sendiri. Seorang pakar media, mengatakan saat
ini Indonesia mempunyai lebih dari 500 film porno. Dan bintangnya sebagian besar remaja SMP
dan SMA. Dan yang lebih memrihatinkan adalah sebagian besar tempat terjadinya pembuatan
film porno itu berada rumah orang tuanya sendiri saat rumah sepi, tidak ada siapa-siapa.
Eh ngomong-ngomong kasihan ya anak yang bola matanya suka ngelirik ke atas, ludahnya suka
nyrocos keluar, korban ortunya yang sama-sama tidak menghendaki kelahirannya, karena
ketergesaan cinta dan berusaha membunuhnya, tetapi gagal, akhirnya lahir cacat seperti yang
saya ceritakan di sms.
Puisi sang anak malang
Ooh sungguh malang diriku
Akulah noda dari cinta yang bergairah
Akulah aib dari cinta yang merekah
Akulah satu bintang yang coba dihapus dari malam
Akulah kota yang coba dihapus dari peta
Tetapi mereka tidak mampu mengubah takdir
Aku tetap terlahir
Aku tetap ada
Semua perasaan yang seharusnya ada untukku, tetapi dia dicampakkan jauh-jauh
Aku dianggap tidak ada
Aku tak diacuhkan sama sekali
Aku lahir dengan ketidaksiapan cinta
Aku lahir tak diharapkan
Aku lahir tuk dikorbankan
Aku lahir tuk dikalahkan oleh harga diri
Aku lahir tuk dicampakkan agar mereka tetap terhormat di depan manusia
Dengan cacat yang tlah mereka lakukan padaku
2|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Cacat yang harus aku tanggung sendiri sampai tutup usiaku menjelang
Penderitaan yang aku jalani tanpa penerimaan
Tanpa dukungan
Bahkan oleh bapak ibu biologisku sendiri
Kasus Evi dan anak cacat yang gagal diabortus ortunya adalah masalah yang sering dijumpai di
era “kebebasan seksual” dewasa ini. Abortus arti katanya usaha menggagalkan kehamilan, bisa
pula diartikan usaha “membunuh” janin. Kriteria usia “membunuh” masih menjadi kontroversi di
kalangan medis di berbagai belahan dunia. Istilah abortus dimunculkan untuk lebih membuat
“nyaman” ketika melakukan tindakan “membunuh” janin. Apalagi kalau dilakukan secara
sengaja dan bukan karena indikasi medis. Kejadian abortus yang berhasil (contoh di atas adalah
kasus abortus yang tidak berhasil) mempunyai catatan statistik yang luar biasa. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia
Tenggara, dengan perincian1 :
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Resiko tindakan abortus banyak ditanggung oleh wanita. Kita lihat dari data yang dihimpun oleh
WHO semuanya ditanggung wanita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di
seluruh dunia setiap tahun:
dilakukan 20 juta unsafe abortion.
70.000 wanita ineninggal akibat unsafe abortion.
1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.
Tabel 1. Darnpak lInsafe Abortion 1
Wilayah
Jumlah
Unsafe
Abortion
(per 1000)
Unsafe
Jumlah
Abortion
kematian
per 1000
akibat
wanita 15-49 Unsafe
Abortion
AKI akibat
Unsafe
Abortion
Per 100.000
kelahiran
hidup
Kasus fatal
per 100
Unsafe
Risiko
Abortion Kematian
1 Azhari, 2002, masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan dalam Seminar Kelahiran Tidak diinginkan
(aborsi) Dalam Kesejahteraan Reproduksi Remaja, Palembang 25 Juni 2002
3|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Negara Maju
2340
Negara
17620
berkembang
3740
Afrika
9240
Asia
260
Eropa
4620
Amerika Latin
2080
Sumber:
WHO
1995
Unisoviet
(terdahulu)
8
17
26
12
2
41
30
600
69000
23000
40000
100
6000
500
4
55
83
47
2
48
10
0.03
0.40
0.60
0.40
0.04
0.10
0.03
1per 3700
1per 250
1per 150
1per 250
1per 2600
1per 800
1per 3900
Kasus Evi dan 500 film porno produk dalam negeri, serta abortus sebagai dampaknya, hanyalah
sebagian dari fenomena gunung es yang mencuat ke permukaan. Sebagian besar kasus yang tidak
muncul masih tidak terdeteksi, tetapi menyimpan bom waktu yang tinggal menunggu waktu
kapan akan berubah menjadi sebuah ledakan dahsyat yang akan membahayakan ketenangan dan
kenyamanan hidup yang kita alami.
Selama saya melakukan praktik dalam delapan tahun terakhir, saya menjumpai lebih dari
sepuluh kasus penyakit menular seksual seperti gonorhoea (dibaca gonore), atau orang biasa
menyebut dengan kencing nanah. Karena yang sering dikeluhkan pada muara penisnya
merembes carian putih kental bercampur nanah, menjadi flek-flek kekuningan di celana
dalamnya. Dan yang lebih memrihatinkan adalah kesemuanya adalah mahasiswa. Kalau kita
merujuk pada kepustakaan, seseorang yang telah menderita gonorhoea didapatkan telah
melakukan hubungan seksual rata-rata dengan 4 pasangan seksual. Penderita sifilis melakukan
hubungan seks dengan rata-rata 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya.
Jadi 10 mahasiswa yang datang di tempat praktik saya dalam 8 tahun terakhir, mencerminkan
sudah punya resiko menularkan dan ditularkan penyakitnya kepada 40 pasangan seksual mereka.
Bahkan ada dua orang dari mereka datang ke tempat praktik karena kambuh lebih dari empat kali
dalam periode waktu yang berbeda.
Sebentar.
Kayaknya Anda belum percaya bagaimana perilaku seks bebas bisa mempunyai dampak
yang mengerikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kisah berikut, kisah favorit saya
untuk menjelaskan bagaimana sebuah epidemi itu bisa terjadi. Mari kita simak kutipan berikut.2
Epidemi Gonorhoea di Colorado Springs, Colorado
Colorado Spring sebuah kota dengan penduduk 100.000 orang telah mengalami
suatu epidemi gonorhoea. Epidemi itu tidak saja menyerang orang dewasa, tetapi juga
menyerang bayi-bayi, dimana kedua matanya menjadi bernanah hebat.
2
Malcolm Gladwell, 2000, Tipping Point; How Little Things Can Make a Big Difference, Edisi Indonesia, Tipping Point;
Bagaimana Hal-hal Kecil Dapat Menghasilkan Perubahan Besar, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
4|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
John Potterat, seorang epidemiolog mencoba menganalisis bagaimana epidemi
tersebut bisa terjadi. Dengan mewancarai setiap orang yang datang di Puskesmas untuk
pengobatan penyakit ini selama jangka waktu enam bulan. Ia menemukan bahwa sekitar
separuh dari kasus keseluruhan pada hakikatnya dialami oleh orang dari empat kawasan
pemukiman yang hanya 6 persen dari luas seluruh kota. Selanjutnya, separuh di antara
mereka yang termasuk 6 persen itu sering berkunjung ke enam buah bar yang sama.
Maka John Potterat mewancarai 768 orang dalam kelompok kecil itu dan menemukan
600 di antara mereka tidak menularkan gonorhoe kepada siapa pun atau hanya
menularkannya kepada satu orang lain. orang-orang ini disebutnya bukan penular
(nontransmitter). Sementara itu, orang-orang yang memicu epidemi – orang-orang yang
menginfeksi dua, tiga, empat, atau lima orang lain dengan penyakit ini – adalah 168
orang yang tersisa. Dengan kata lain, di seluruh kota Colorado Springs – sebuah kota
yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang – epidemi gonorhoe dipicu menjadi dramatis
oleh ulah 168 orang di empat kawasan pemukiman yang senang bersosialisasi di enam
bar yang sama.
Siapakah 168 orang ini? Mereka bukan seperti orang seperti Anda atau saya.
Mereka orang yang keluar rumah setiap malam, orang yang berganti-ganti pasangan
dalam menyalurkan hasrat seksual, orang dengan gaya hidup dan perilaku yang
menyimpang dari kelaziman. Pada pertengahan 1990-an, misalnya, di sebuah gelanggang
olahraga dan rekreasi di East St. Louis, Missouri, ada seorang pria bernama Darnell
“Boss Man” Mc Gee. Ia sosok pria bertubuh tinggi besar lebih dari satu meter delapan
puluh, tampan, mahir bersepatu roda, yang sengaja memikat gadis-gadis remaja melalui
keterampilannya di arena sepatu roda. Kelompok usia yang paling disukainya adalah tiga
belas dan empat belas tahun. Ia membelikan mereka perhiasan, mengajak mereka
berjalan-jalan dengan Cadilac-nya, membuat mereka “melayang tinggi” dengan
narkotika, dan memperkenalkan mereka dengan kenikmatan hubungan seks. Antara tahun
1995 – 1997, ketika ia tewas ditembak oleh seseorang, ia telah berhubungan seks dengan
sedikitnya 100 wanita dan (sebagaimana terbukti belakangan) telah menginfeksi
setidaknya 30 di antara mereka dengan HIV.
Coba Anda garis bawahi tebal-tebal, pakai yang berwarna juga boleh. Epidemi yang menyerang
100.000 warga akibat ulah 168 warganya. Bahkah salah seorang diantaranya terbukti telah
menularkan HIV kepada 30 pasangan seksualnya yang kebanyakan gadis yang berusia 13 – 14
tahun!!!
Coba cermati lagi dan garis bawahi lagi. Darnell “Boss Man” Mc Gee, seorang pria kharismatik
dalam menggaet gadis-gadis belia, juga suka mengajak mereka “melayang tinggi” dengan
narkotika…
Ada perilaku tambahan selain perilaku seks bebas, yaitu perilaku pengguna narkotika!
Kombinasi yang sinergis dalam menularkan HIV. Nanti kita akan bahas tersendiri. Sabar ya.
5|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Sebelum berbicara lebih lanjut, kita perlu mencermati definisi penyakit menular seksual dan
infeksi menular seksual. Pengertian ini sangat bermanfaat untuk nantinya membedakan istilah
antara infeksi HIV dan penyakit AIDS.
Pembedaan istilah penyakit menular seksual dengan infeksi menular seksual dimulai sejak tahun
1998.3 Kalau infeksi menular seksual berarti bakteri atau virus penyebab sudah masuk tubuh
seseorang, tetapi masih belum memunculkan gejala-gejala yang membuat seseorang disebut
sakit. Jadi seseorang yang di dalam tubuhnya ada bakteri atau virus penyebab penyakit menular
seksual, belum tentu dia dalam keadaan sakit. Bisa jadi dia masih seperti orang normal, atau
orang medis menyebut asimptomatik artinya tidak bergejala.
Sebaliknya istilah penyakit menular seksual, gejala-gejala penyakit sudah ditemukan, dan
dipastikan kuman atau bakteri maupun virus penyebab ada dalam tubuhnya. Walaupun
kenyataannya menemukan kuman atau bakteri maupun virus penyebab bukanlah perkara yang
mudah.
Mengapa harus dibedakan kedua istilah itu? Apa pentingnya?
Kalau sudah menjadi penyakit, maka akan jelas. Dokter, keluarga pasien, tetangga pasien, dan
tentu saja pasiennya sendiri sudah bisa merasakan adanya penyakit. Semuanya bisa dilihat,
dirasa, diraba dan tentu saja diperhatikan dengan seksama. Asal penderitanya mau terbuka. Tapi,
sayangnya, menurut kebiasaan hanya terbuka sama dokter.
Contohnya penyakit GO atau gonorhoea, pada penderita laki-laki, penderita sendiri sudah bisa
merasakan. Bangun pagi ketika mau ke pipis, ketika membuka celana, dia terkejut-kejut melihat
ada flek-flek kekuningan menodai celana dalamnya. Penderita sifilis, baik pria maupun wanita,
melihat ada luka di kemaluannya. Sebagaimana umumnya penyakit infeksi lainnya, juga disertai
badan meriang, pegel-pegel serasa habis dipukulin orang sekampung. Badan capek dan
sebagainya dan sebagainya.
3
Sjaiful F D dkk, 2007, Infeksi Menular Seksual, Penerbit Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia hal 3 – 16
6|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Gambar 24. Ujud kelainan dari penyakit sifilis
Gambar 3. 5 6 Ujud kelainan dari penyakit gonorrhoea
Hei.. kapan ngebahas penyakit HIV/AIDS?
Sabar ya.
Tuh kan menyebutnya saja keliru. Mana yang penyakit, HIV atau AIDS? Nah lo
Kembali ke masalah tadi kenapa harus dibedakan dan mengapa penting. Kalau yang sudah jelas
dia berpenyakit. Dia merasa terganggu dan menyadari kalau dia berpenyakit. Terus datang ke
tempat dokter. Dikasih obat, infeksi bisa teratasi dan diberi nasihat sama dokter agar berperilaku
seks yang sehat. Dia lebih hati-hati, atau dokter sudah bisa mengetahui siapa biang kerok
penyebab penularan. Kalau seandainya di kemudian hari ada orang sakit serupa dan pernah ada
riwayat kontak seksual dengan si dia. Tetapi kalau sudah bisa diobati dan kebetulan dunia medis
sudah menemukan obatnya dan kumannya tidak kebal, seperti gonorhoea dan sifilis, masih
sedikit bisa bernafas lega, penularan untuk sementara bisa diputus. Sementara?
Iya, coba diingat-ingat data penelitian sebelumnya, satu penderita gonorhoea sudah melakukan
hubungan seksual dengan empat partner seksual. Sementara satu penderita sifilis sudah
melakukan hubungan seksual dengan lima partner seksual. Masih ingat? Lalu..
Kalau seseorang pada saat sudah tertular, tetapi dia belum menunjukkan gejala-gejala penyakit,
berarti dapat dikatakan bahwa orang ini tampaknya normal, tetapi dalam tubuhnya terutama
daerah kelaminnya ada kuman, sudah bisa menularkan ke banyak orang orang. Kemudian dia
sakit, periksa ke dokter, dan diobati. Setelah diobati terus sembuh. Dia kembali ke habitatnya
semula.
Berarti… dia bisa tertular kembali?!
4
www.sexualhealthguide.in/2007/11/analysis-sex..
www.sexualhealthguide.in/2007/11/analysis-sex
6 www.nottinghamshire.gov.uk/youthzone/youthzon.
5
7|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Iya Anda benar.
Dia bisa tertular kembali. Jadi kuman yang ada di kelamin itu bisa berpindah-pindah seperti bola
ping pong yang dipukul ke sana kemari oleh pemainnya.
Itulah bedanya dan mengapa penting dibedakan kedua istilah Infeksi Menular Seksual dan
Penyakit Menular Seksual.
Faktor penting lainnya dari perilaku per-ping-pongan tadi, berarti dapat dikatakan daerah
perkelaminannya dan organ pembiakan (reproduksinya) sering terinfeksi. Berarti sering radang.
Ibarat militer, merupakan daerah rawan bergejolak. Sehingga penduduk sel-selnya rawan
mengalami pemberontakan. Pemberontakan sel inilah dikenal dengan istilah kanker.
Pemberontakan sel yang mengganas melawan pemerintahan tubuh. Yang berarti bisa
mengancam hidup penderita.
Jadi dapat dikatakan: komplikasi medis dari penyakit menular seksual terutama yang kronis
selain tentu saja biaya kesehatan yang mahal, adalah bisa menyebabkan kemandulan, kecacatan,
gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, dan kanker yang tentu saja bisa berakibat pada
kematian.
Orang-orang yang suka main ping pong kuman penyebab penyakit menular seksual ini dalam
istilah kedokterannya disebut dengan kelompok perilaku resiko tinggi. Sederhananya mereka
yang masuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi adalah 168 orang yang menjadi biang kerok
epidemi gonorhoea di Colorado pada cuplikan di atas. Masih ingat? Itu lho, yang salah satu
diantara mereka ada namanya Darnell “Boss Man” Mc Gee, pria yang tingginya 180 cm keren
banget, banyak gadis yang mau diajak kencan, dan menularkan HIV pada 30 dari 100 gadis yang
pernah diajaknya berhubungan seks. Masih belum ingat. Udah deh dilihat dulu di halaman
sebelum ini yang ada judul kecil Epidemi Gonorhea di Colorado Springs, Colorado.
Lalu mengapa kok sampai bisa bayi-bayi ikut tertular sampai kedua matanya bernanah hebat?
Pintar! Pertanyaan yang bagus.
Mengapa kuman penyebab yang menjadi bola ping pong bisa sampai keluar lapangan, bahkan
sampai terlempar jauh? Inilah masalah utamanya. Pada kasus epidemi gonorhoea di Colorado
Springs di atas ternyata ada andil dari profesional kesehatan yang tidak disiplin dalam
menerapkan prinsip patient safety dalam bekerja. Para perawat lupa tidak menyucihama
tangannya setelah menangani seorang ibu dari kelompok perilaku resiko tinggi yang melahirkan
anaknya, kemudian menolong bayi-bayi lain di bangsal yang sama, yang ibunya normal-normal
aja. Akibatnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang BUKAN termasuk dalam kelompok
perilaku resiko tinggi juga ikut tertular. Infeksi pada bayi sehat akibat tindakan profesional
kesehatan yang tidak mengindahkan prinsip patient safety ini dikenal dengan nama infeksi
nosokomial. Pencegahannya sederhana. Hanya mencuci tangan dengan sabun sebelum berpindah
8|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
menangani pasien selanjutnya. Saat ini telah banyak penyucihama alkohol berbentuk gel,
sehingga sangat praktis dan tidak merepotkan perawat atau bidan yang banyak menangani pasien
dengan berbagai kondisi infeksi di rumah sakit.
Sudah clear kan? Alhamdulillah. Sekarang kita pada akhir dalam pembahasan mengenai infeksi
menular seksual dengan penyakit menular seksual. Beberapa poin penting yang dipelajari disini
adalah :
1. Istilah penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual adalah berbeda. Infeksi
menandakan kuman penyebab masuk tetapi belum memunculkan sakit tetapi dapat
menular. Sedangkan penyakit menular seksual, sudah muncul gejala-gejala yang
menyimpulkan suatu penyakit dan kuman sudah ada di dalam tubuhnya dalam kurun
waktu tertentu sebelum penyakit muncul.
2. Infeksi maupun penyakit menular seksual adalah penyakit perilaku. Maka penanganan
yang utama adalah penanganan perilaku. Terutama pada kelompok perilaku resiko tinggi.
Maka kampanye kesehatan seksual ditekankan pada kelompok ini.
3. Ketiga peran profesional kesehatan dalam menerapkan prinsip-prinsip patient safety
sangat membantu dalam melokalisir fenomena kuman penyebab yang berperan seperti
bola ping pong agar tidak melebar di luar arena kelompok mereka yang berperilaku
resiko tinggi sebagai pengidap dan penyebar infeksi menular seksual.
KELOMPOK PERILAKU RESIKO TINGGI
Maksudnya adalah siapa saja yang karena perilakunya membuat mereka punya peluang
untuk tertular dan menularkan penyakit menular seksual lebih besar ketimbang orang
kebanyakan. Atau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu para pemain utama yang
terlibat dalam per-ping-pongan kuman penyebab penyakit menular seksual.
Pembicaraan mengenai kelompok perilaku resiko tinggi sangat penting dalam
penanggulangan dan pencegahan infeksi HIV/AIDS, karena faktor penularan utama penyakit
tersebut diketahui melalui hubungan seksual. Karena itu kelompok-kelompok yang dianggap
berperilaku resiko tinggi perlu memperoleh perhatian dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan AIDS. Kelompok resiko tinggi tersebut antara lain adalah kaum
homoseksual, akhir-akhir ini sering disebut dengan istilah men have sex with men (MSM),
pekerja seks komersial (selanjutnya sering disingkat dengan PSK) dan pelanggannya serta
penyalahgunaan narkotika suntikan.
Yuk kita bahas satu-satu
Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK)
9|Menyongsong Tsunami HIV/AIDS tiba
Menurut penelitian yang dilakukan Purnomo dan Siregar di Surabaya pada tahun 1984, ratarata hari kerja PSK perbulannya 23 – 25 hari. Mau tahu berapa partner seksual yang dilayani
oleh seorang PSK dalam satu malam? Kok sukanya penasaran sih!
Dari penelitian yang sama ternyata kemampuan mereka dalam menerima dan melayani tamu
bervariasi dari 0 sampai 12 orang. Di Dolly, Surabaya rata-rata setiap PSK melayani 3 – 5
orang, di tempat lain di Kramat Tunggak Jakarta 70% PSK melayani 1 – 3 orang selebihnya
melayani 4 – 6 orang setiap malamnya. Jadi, dapat dibayangkan di kedua lokalisasi, dimana
jumlah PSK mencapai 2000 orang, maka setiap malamnya diperkirakan sejumlah 10.000
orang melakukan kontak seksual. 10.000 ribu orang laki-laki dari sekian juta penduduk kota
Surabaya dan Jakarta waktu itu. 7
Bandingkan dengan keadaan di Singapura yang penduduknya kurang dari lima juta, yang
berarti jumlah prianya sekitar 2,5 juta, terdapat 6000 pekerja seks komersial yang beroperasi di
sana. Dapat disimpulkan di negara itu dengan pola seperti di atas, maka setiap malamnya
diperkirakan sejumlah 30.000 orang melakukan kontak seksual tidak lazim. 8 Padahal jumlah
penduduk Surabaya plus Jakarta jauh lebih besar ketimbang Singapura. Saya tidak mau
berkesimpulan lebih lanjut. Kalau Anda berkesimpulan …. Silakan. He he he
Bayangkan pula, intensitas dan frekuensi per-ping-pongan “bola ping pong” kuman baik bakteri
maupun virus penyebab penyakit menular seksual cukup tinggi bukan? Ya iyalah.
Perilaku seksual para PSK dalam melayani tamunya bervariasi. Dari penelitian Purnomo dan
Siregar di Surabaya, hubungan seks yang biasa dilakukan berupa hubungan seks penis – vagina.
Tetapi pelayanan seks oral – genital (felatio) yang di Dolly, Surabaya dikenal sebagai “AC –
DC” atau di Ancol, Jakarta dikenal dengan layanan “dua ban”) juga dilakukan di kalangan PSK
tersebut. Selain itu dalam jumlah terbatas juga ada yang melakukan hubungan penis – anus (seks
anal, yang dikenal dengan istilah layanan “tiga ban”). Biasanya anak buah seperti ini sering
disukai oleh pelanggan dan cepat “laku”. Sekalipun wanita yang bersangkutan sedang menstruasi
(istilah Dolly, “palang merah” atau “yek – ying”) tetap saja dapat melakukan hubungan seksual
dengan cara bukan vaginal.
Perilaku Gang Bang9
Satu lagi yang intensitas hubungan seksualnya di atas rata-rata kebanyakan orang. Mereka bukan
PSK, yang disebut dengan gang bang. Gang bang atau gangbang adalah situasi di mana
seseorang berhubungan seksual dengan beberapa orang secara bergantian. Selain itu istilah lain
yang digunakan adalah alley catting. Dalam sejarah dikenal tokoh Messalina dari Kekaisaran
Romawi yang menyukai gang bang.
7
Hadi Pratomo, Aspek Perilaku Seksual pada Kaum Pelacur, Medika no.6 tahun 16, Juni 1990
David Brazil, 2004; No Money No Honey; A candid look at sex-for-sale in Singapore; Edisi Indonesia, Bisnis Seks
di Singapura, Penerbit Pustaka Primatama, 2005
9 id.wikipedia.org
8
10 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Rekor gang bang
Sejak tahun 1995 beberapa bintang film porno berusaha memecahkan rekor gang bang terbesar
di dunia, dimulai oleh Annabel Chong yang mengaku berhubungan seks dengan 251 orang, yang
terakhir adalah Ron Jeremy. Setelah itu Jasmin St. Claire mengaku gang bang dengan 300 orang,
dan Houston dengan 620 orang. Banyak pihak yang meragukan klaim-klaim ini, karena tidak ada
pihak independen yang mengamati dan menghitung dengan seksama.
Perilaku kaum homoseksual / MSM (men have sex with men)10
Kata “homo” berarti “sama” atau “sejenis” dalam bahasa Yunani dan “seksualitas” diartikan
sebagai “tingkah laku yang bersifat seksual”. Karena itu homoseksualitas diartikan sebagai
“suatu gejala dimana dua orang berjenis kelamin yang sama secara seksual merasa tertarik
satu dengan lainnya dan keduanya terlibat dalam aktivitas seksual”. Atau “suatu preferensi
(kesukaan) erotik bagi sesama jenis, ketika pilihan pasangan lain yaitu lawan jenisnya
tersedia”
Jumlah kaum homoseksual sulit diketahui. Ada yang menyatakan bahwa jumlah kaum
homoseks adalah piramida terbalik artinya mereka yang berasal dari kelas atas justru
jumlahnya lebih banyak ketimbang yang berasal dari kelas bawah.
Sebab-sebab homoseksualitas
1. Sebab biogenik, yaitu sebab yang berkaitan dengan keturunan atau adanya unsur
genetik misalnya keturunan, kelainan bawaan atau ketidakseimbangan hormonal.
Biasanya dia tidak jelas bentuk fisik jenis kelaminnya.
2. Sebab psikogenik, yaitu penyebab yang berkaitan dengan keadaan jiwa individu yang
bersangkutan misalnya karena bujukan/rayuan, tidak memiliki daya tarik terhadap
lawan jenis, melarikan diri dari kenyataan, penyakit/gangguan emosi, desakan hati
yang kuat dan sebagainya. Berikut adalah contoh ilustrasi
“Pada usia 7 tahun, aku sudah melihat sendiri keributan antara ayah da n ibu.
Secara diam-diam aku maupun kakakku mencoba mencari penyebabnya. Ternyata
ayah menyenangi wanita lain! Pernah suatu kali aku ikut pergi dengan ibu dan ayah
ke Bogor tempat asal kedua orangtuaku. Selama dalam perjalanan dengan bis ayah
kelihatan menggoda seorang wanita tanpa sepengetahuan ibuku dan aku melihat
wanita itu senang dengan ayah. Anehnya aku tidak membenci ayahku, tetapi justru
sebaliknya aku membenci wanita tersebut. Dan mulai saat itu dalam diriku terbesit
rasa benci terhadap wanita. Hal ini mempengaruhi diriku hingga aku besar
nantinya”
10
Diambil dari tulisan Hadi Pratomo “Aspek perilaku seksual pada kaum homoseks” di Majalah Medika, no 3
Tahun 16, Maret 1990
11 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
3. Penyebab sosiogenik yaitu sebab-sebab yang lebih banyak berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya ada contoh yang tidak baik, pemisahan jenis
kelamin dalam waktu yang lama, salah didik atau salah asuh.
Perilaku seksual kaum homoseks
Penelitian lapangan di Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar melakukan hubungan
seksual melalui lubang anus, dubur (“nembak, ditembak”) dan kombinasi dengan oral
(felatio, ngolom”). Ada sebagian yang melakukan secara “jepit” dan sedikit sekali yang
melakukan rimming (jilatan lidah pada anus).
Pada hubungan seksual melalui anus, memang penderita merasakan kesakitan (secara
anatomis dan fisiologis tidak disiapkan untuk hal itu) tetapi rupanya membawa kenikmatan
sendiri. Pengalaman pertama merupakan trauma bagi yang bersangkutan seperti pada
ilustrasi kasus berikut:
“Aku disuruhnya berbuat seperti dalam gambar, aku menyatakan keberatan tetapi dia
langsung mengancam diriku dan aku coba menyadarkannya. Kemudian aku disuruhnya
“ngesong” tetapi aku menolak. Melihat penolakanku dia mengancam sambil membawa
botol pecah, lalu aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan paksa dia
menghadapkan diriku ke belakang dan dia secara paksa juga melampiaskan hasratnya. Aku
agak sedikit menjerit pertama kali alat vitalnya dimasukkan secara paksa, seluruh badanku
gemetar dan keluar keringat. Rasa nyeri serta sakit di sekitar dubur amat aku tahan.
Setelah selesai dan puas kemudian dia tertidur, akupun merebahkan diri ke atas tempat
tidur, rasanya seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku”
Dari penelitian kaum homoseks di lokasi Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa 90%
pernah berhubungan seksual dengan sesama rekan homoseks, paling sering frekuensi
hubungan seks tersebut adalah antara 1 – 3 kali / minggu. Seperlima dari responden pernah
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.
Dari penelitian serupa dilaporkan bahwa hampir 85% homoseks memiliki teman/sahabat
dekat dan 65% di antaranya pernah melakukan hubungan seksual dengan teman/sahabat
dekat tersebut. Kenapa mereka melakukan hubungan seksual? Hampir 3 di antara 4
menyatakan bahwa mereka mengadakan hubungan seksual karena dorongan seks sematamata atau karena cinta kasih. Diantara kaum homoseks memang ada yang melakukan
aktivitas seksualnya karena motif pelacuran. Menjadi semacam pelacur homoseks bagi
pelanggan/pemakai jasa orang Indonesia lebih murah tarifnya, sebaliknya menjadi pasangan
orang asing tarifnya lebih tinggi. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi simpanan dan
dicukupi semua keperluannya termasuk diberikan tabungan di bank bagi masa depannya.
12 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Penyalah gunaan Narkotika dan Obat Psikotropika bentuk injeksi / IVDU
(intravenous drug users) 11
Gambar 4. Penggunaan jarum bagi pengguna narkoba suntikan, merupakan pintu baru
penularan HIV yang paling efektif
Perhatian terhadap pengguna narkotika dan obat psikotropika (narkoba) bentuk injeksi
(suntikan) makin besar. Mengingat menurut penelitian Wigati, mendapatkan bahwa
pengidap HIV/AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah
menggunakan suntikan narkoba cukup lama. Yang berarti kemungkinan menularkan ke
populasi yang bukan lewat hubungan seksual semakin meningkat. Tabel berikut merupakan
rincian dari Pola penggunaan Jarum Suntik di kalangan pengguna narkoba.
Tabel 2. Pola Penggunaan Jarum Suntik di Kalangan Pengguna Narkoba
Pola penggunaan jarum
Lama penggunaan
4 tahun
> 4 tahun
Lokasi penyuntikan
Vena lengan
Vena lengan dan kaki
Frekuensi penggunaan
1 – 4 × / hari
> 4 × / hari
Cara penggunaan
Sendiri
Berganti-ganti
Prosentase
Jumlah
66.0 %
34.0 %
33 penderita
17 penderita
94.0 %
6.0 %
47 penderita
3 penderita
72.0 %
28.0 %
36 penderita
14 penderita
24.0 %
76.0 %
12 penderita
38 penderita
11
Samsuridjal Djauzi, “Pendekatan Holistik dalam Penatalaksanaan Infeksi HIV” pada Pertemuan Ilmiah Tahunan I
PAPDI Cabang Surakarta, Surakarta 30 Mei – 1 Juni 2003
13 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Seperti yang dikatakan Prof Samsuridjal Djauzi, saat ini, pertambahan pengidap HIV/AIDS
dari jalur hubungan seksual baik hetero maupun homo seksual tidak ada gejala menurun
jumlahnya, tetapi pada saat yang sama, pertambahan penderita dari jalur pengguna narkoba
suntikan makin meningkat. Gambaran demografi orang yang terinfeksi HIV juga mulai
berubah, rata-rata umur orang yang terinfeksi HIV menjadi lebih muda. Bahkan menurut
beliau pula, frekuensi meningkat justru didapat dari anak-anak jalanan. Beliau
menggambarkan bagaimana cara anak-anak jalanan itu mengoplos serbuk putih dengan air.
Ternyata air yang digunakan bukanlah air steril. Air biasa. Bahkan ketika dalam suasana
dikepung polisi, ketika sedang sakaw, sampai nekat menggunakan air selokan!
Sangat memrihatinkan!
Gambaran ngeri “tsunami HIV/AIDS” sudah di depan mata! Gambaran tsunami? Iya! Coba
diingat-ingat lagi. Dari jalur penularan lewat hubungan seks tahun 1984 aja yang tidak se vulgar dengan tahun 2000-an, dua Kota (Jakarta & Surabaya) yang resminya ada 2000 PSK
dengan aktivitas kontak seksual tidak normal sebanyak 10.000 ribu kali dalam semalam. Ini
belum yang di jalur panti pijat, rumah-rumah bordir gelap dan yang di jalanan serta yang di
rumahan. Apalagi sekarang! Sudah sangat meluas hingga anak-anak SMP/SMA.
Jadi munculnya epidemi HIV/AIDS hanya tinggal menunggu waktu! Seperti epidemi
gonorhoea yang pernah terjadi di kota Colorado Amerika di atas. Na’udzubillah
INFEKSI HIV DAN AIDS
Sudah paham kan mengenai perbedaan infeksi menular seksual dengan penyakit menular
seksual. Kalau sudah paham, mari kita terapkan definisi tersebut pada Infeksi Human
Immunodeficiency Virus atau biasa dikenal dengan singkatan HIV, dengan Acquired Immuno
Deficiency Syndrome.
Anda benar!
Human Immunodeficiency Virus adalah penyebab sakit, sedangkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome adalah akibat sakitnya. Jadi terinfeksi virus dulu baru menimbulkan sakit belakangan.
Cuman yang jadi masalah adalah waktu antara masuknya virus hingga menjadi penyakit itu
memakan waktu tahunan. Jadi cukup waktu dan kesempatan untuk menularkannya kepada
banyak orang.
SIAPA YANG DIANGGAP SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT AIDS
Inilah dia yang paling dicari saat ini.
Di bawah ini Foto hitam putihnya Kalau yang ini foto berwarnanya
14 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 5. wujud “penampakan” HIV
Woow keren sekali! Hallah..
Kok cuman fotonya doang? Siapa tuh mereka berdua?
O iya lupa mereka mempunyai identitas sebagai berikut :
Nama pribadi : lentivirus mempunyai 2 saudara; yaitu human immunodeficiency virus 1
(HIV 1) dan human immunodeficiency virus 2 (HIV 2), yang HIV 1 lebih
ganas ketimbang HIV 2
Nama keluarga : Retroviridae
Biasanya mereka sering dipanggil dengan nama keluarganya Retroviridae. Seperti singkatan
obat ART (Anti Retro Virus) misalnya merujuk pada keluarganya kan, bukan nama
pribadinya.
Sekitar 30 juta orang sedunia saat ini dalam tubuhnya mengandung “penampakanpenampakan” seperti pada foto identitas mereka. “Penampakan” ini telah menyebabkan 30
juta orang itu merosot kadar limfosit T CD4. Limfosit T CD4? Opo maneh?
Ho oh saya tahu kok.. makanya mau saya jelaskan
Begini ceritanya….
Darah dalam tubuh kita diambil lewat pembuluh vena seperti pada pengambilan darah saat
donor darah, sekitar 5 cc, di taruh dalam tabung seperti di bawah ini
15 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 6. Tempat penampungan darah yang akan diperiksa lebih lanjut.
Setelah itu ditaruh di alat pemutar, dengan kecepatan ribuan putaran per menit seperti
putaran mesin kendaraan bermotor selama beberapa menit, maka bagian yang lebih berat
akan mengendap ke bawah dan akan tampak seperti ini (akan terlihat komponen-komponen
darah)
Cairan berwarna kuning jernih, seperti yang sering dijumpai saat luka mau kering,
disebut dengan plasma darah, bagian ini kaya protein albumin dan globulin
Selubung lendir kental berwarna putih, sel darah putih ini pada orang normal sekitar
5000 sel darah per cc, di bagian ini kalau dicat dan dilihat di mikroskop akan tampak
gambaran sel-sel darah putih seperti tampak pada gambar 8
Sel darah merah, setiap cc darah mengandung 3 – 5 juta sel darah merah
Gambar 7. Darah hasil proses sentrifuge (pemusingan) bagian darah yang lebih berat akan
mengendap di bawah, yang ringan akan terapung di atas.
Gambar di samping memperlihatkan
komponen sel darah putih yang
jumlahnya sekitar 5000 sel per cc darah,
ada lima jenis sel yang utama : Netrofil,
Eosinofil, Basofil, Limfosit, dan
Monosit. Mengenai komposisinya
banyak porsi prajuritnya yang
diperankan oleh netrofil (62 % dari total
pasukan bersenjata tubuh). Dari 5
16 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
macam sel darah putih ini, yang
mempunyai kontrol pengendali dan
Netrofil 62 %
Eosinofil 0,4 %
Basofil 2,3 %
Limfosit 30,0 %
Monosit 5,3 %
Gambar 8. Lima jenis sel utama penyusun sel darah putih manusia dan prosentasenya.
17 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Prajurit Netrofil
62 %
trombosit
Penyusun
darah
manusia
Prajurit
Eosinofil
Sel
polimorfo
nuklear
Prajurit
Basofil
Sel darah
putih
Sel darah
merah
Kapten
Monosit
Sel
monomorfo
nuklear
Jendral Limfosit T
CD 4
Jendral Limfosit T
CD 8
Jendral Limfosit B
Gambar 9. Bagan Organisasi Tentara Tubuh (semuanya adalah bagian dari sel darah putih)
18 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Dari 30 persen jajaran pimpinan (jendral limfosit) ada tiga jenis keahlian. Ahli penyusunan
strategi serangan dan perbanyakan pasukan diperankan oleh sel limfosit T CD4. Ahli
pengendalian serangan dan mengerem jumlah pasukan adalah sel limfosit T CD8. Dan ahli
pengadaan senjata perang yang diperankan oleh sel limfosit B, yang nantinya akan merubah diri
menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Selanjutnya antibodi ini akan membuat
serangan terhadap musuh jauh lebih efektif dan efisien.
Waduh mas… suseh banget deh. Kok pusing-pusing banget sih mikirin sel limfosit T CD 4?
Kayak ga ada kerjaan aja!
Begini lho..
Pada infeksi HIV, jendral yang diobok-obok oleh si HIV 1 maupun HIV2 adalah jendral ahli
dalam penyusunan strategi serangan dan perbanyakan pasukan. Akibatnya terjadi gangguan berat
dalam penyerangan dan perbanyakan pasukan. Penyerangan menjadi lumpuh.
Semakin lama HIV1 dan/atau HIV2 bercokol dalam tubuh, maka jumlah HIV1 dan/atau HIV2
makin bertambah atau biasa disebut viral load. Sebaliknya jumlah sel limfosit T CD4 sering pula
disingkat sel T CD4 dan sering pula lebih disingkat sel CD4, semakin turun. Angka yang
dianggap kritis adalah 200 sel CD4 per cc darah. Bila sel CD4 kurang atau sama dengan 200 sel
per cc darah, maka pemberian obat anti retrovirus harus segera diambil, walaupun stadium
klinisnya masih stadium 1. Kalo ga percaya mari saya tunjukin rekomendasi WHO tentang kapan
memulai terapi antiretrovirus biasa disingkat dengan ART. Tuh lihat tabel berikut :
Tabel 3. Rekomendasi WHO tentang kapan memulai terapi obat antiretrovirus dengan
menggunakan kriteria klinis dan imunologis.
Stadium klinis WHO
1
2
3
4
Kriteria imunologis (hitung sel CD4)
 200 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
 200 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
Tanpa melihat hitung CD4
Rekomendasi
Terapi ART
Pertimbangkan terapi
Terapi ART
Pertimbangkan terapi
Terapi ART
Terapi
Bila hitung CD4 di sekitar 350 sel / mm3, mulai berdiskusi dengan pasien tentang perlunya
memulai terapi ART12
Tuh bener kan? Paham tentang CD4 dan buat apa mengetahui kadar CD4, ternyata penting.
Bahkan dalam kadar tertentu dokter harus sudah mendiskusikan pada pasien untu memulai terapi
Eh kan masuknya lewat daerah perkelaminan… trus.. yang dicari kok hanya sel CD4
12
www.euro.who.int
19 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Itulah kayaknya yang ini sudah jadi rahasia Ilahi. Seperti virus hepatitis, masuknya lewat darah,
teapi virusnya malah nyari organ hati. Virus cacar air, masuknya lewat saluran nafas, tetapi
berjalan lewat sumsum tulang belakang terus berjalan keluar menuju kulit. Aneh ya. Virus itu
sudah punya jodoh dengan penyakit yang diakibatkannya. Termasuk HIV ini sudah berjodoh
dengan sel CD4.
OK gini aja. Saya tunjukin bagaimana siklus hidup HIV di dalam sel CD4.
Awal mulanya kayak yang di bawah ini, HIV sedang menempel di permukaan sel limfosit T
CD4. Kemudian dari sini, intinya HIV hanya melakukan aktivitas perbanyakan diri saja,
sampai virus HIV ini benar-benar kehabisan tempat alias si penderitanya sudah meninggal
dunia.
Gambar 10. 13 Virus HIV menempel pada permukaan sel CD4
13
Untuk gambar 9 dan gambar 10, saya kutip dari www.en.wikipedia.or.id
20 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 11. Perjalanan HIV mulai dari
menempel permukaan sel CD4, menyatukan
pembungkusnya dengan permukaan sel.
Kemudian ia menyatukan “otak”nya dengan
“otak” sel CD4. Akibatnya “otak” sel CD4
“terkontaminasi pemikiran” virus HIV. Sel
CD 4 yang “otak”nya terkontaminasi ini
berubah sifat, dia hanya memproduksi
“otak-otak” virus HIV, tidak menjalankan
fungsi yang seharusnya dia lakukan. “Otakotak” HIV baru itu merakit pembungkusnya
di dalam sel sebelum akhirnya keluar dalam
jumlah yang lebih besar, mencari sel CD 4
baru untuk penggandaan lagi. Sel CD 4 lama
akhirnya mati. Inilah yang mengakibatkan
jumlah sel CD4 pada orang yang terinfeksi
virus HIV makin lama makin merosot.
Sementara jumlah virus (biasa disebut viral
load) makin menggurita sedemikian besar.
21 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 12. Foto mikrograf elektron yang memotret gambaran asli virus-virus baru yang
menembus keluar permukaan sel CD4 (pada panah, keadaan ini biasa disebut
dengan budding)14
Gambar 13. Foto mikrograf yang lebih besar pembesarannya yang menggambarkan proses
keluarnya virus-virus baru dari sebuah sel CD415
BAGAIMANA HIV DITULARKAN 16
HIV disebar luaskan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi, melalui
penggunaan jarum suntik dan siring injeksi secara bersama dengan orang yang terinfeksi
14
www.library.med.utah.edu
www.avert.org/photo_no_253
16www.cdc.gov/hiv Centers for Disease Control and Prevention (CDC), July 1999, HIV and it’s transmision.
15
22 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
atau yang sangat jarang darah transfusi yang terinfeksi. Bayi yang dilahirkan oleh wanita
yang terinfeksi HIV dapat menjadi terinfeksi sebelum atau selama kelahiran atau melalui
pemberian air susu ibu setelah kelahiran. Dalam seting layanan kesehatan, pekerja kesehatan
menjadi terinfeksi HIV akibat tertusuk jarum yang mengandung darah yang terinfeksi HIV,
yang lebih jarang, darah pasien yang terinfeksi HIV masuk ke membran mukosa (selaput
lendir, seperti dibagian dalam kelopak mata yang berwarna kemerahan, atau bagian dalam
telinga), contohnya ketika melakukan tindakan pembedahan darah pasien muncrat
memasuki bagian dalam kelopak mata. Di Amerika terdapat sedikit bukti bahwa pekerja
kesehatan menularkan HIV kepada pasiennya. Penelitian menyeluruh yang melibatkan lebih
dari 22.000 pasien dari 63 dokter, dokter bedah dan dokter gigi yang terinfeksi HIV dan
menunjukkan tidak ada satu pun kasus penularan dari jenis ini.
Banyak orang yang khawatir bahwa HIV dapat ditularkan dengan cara yang lain seperti
terhambur di udara, air, atau melalui serangga misalnya digigit nyamuk. Tidak ada bukti
ilmiah yang membenarkannya. HIV tidak dapat berkembang di dalam tubuh nyamuk. Jika
terbukti maka akan lebih banyak lagi penderita anak-anak dan remaja yang terkena, seperti
halnya wabah demam berdarah.
Termasuk pula tidak ada bukti penularan lewat air ludah, keringat dan air mata. Juga tidak
ada bukti pekerja pengemasan makanan/minuman yang menularkan HIV ke makanan /
minuman yang dia kemas. Aktivitas berciuman ringan bibir menyentuh bibir, tidak beresiko
menularkan HIV. CDC merekomendasikan agar menghindari ciuman “Prancis” atau
berciuman dengan bibir terbuka dengan orang yang terinfeksi HIV, karena berpotensi
kontak dengan darah selama berciuman tersebut.
Menurut CDC, efektifitas kondom dalam mencegah penularan HIV sama efektifnya dalam
perannya sebagai alat kontrasepsi. Kegagalan kondom yaitu robek kurang dari 2 persen.
Hanya kondom dari bahan latex atau polyurethane yang memberikan perlindungan mekanis
yang tinggi terhadap HIV. Tetapi di laboratorium, virus kadang-kadang bisa melintasi
membran (“kulit”) kondom, karena HIV bisa melintasi pori-pori kondom. Sehingga banyak
ahli yang tidak merekomendasikan kondom untuk perlindungan terhadap penularan HIV.
Anehnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemggunaan kondom latex
memberikan perlindungan yang tinggi dalam usaha mencegah penularan penyakit menular
seksual termasuk HIV, tetap dengan catatan tidak robek 17.
Perwakilan WHO di Eropa 18 telah mempublikasikan perkiraan resiko aktivitas-aktivitas
penularan HIV, yang merupakan kompilasi dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
secara luas. Mengenai perkiraan resiko aktivitas tertularnya HIV dapat dilihat dalam tabel 4
berikut. Ada beberapa istilah yang perlu saya klarifikasi. Maaf agak vulgar, Insertif; berarti
17
Quinlan JD, Apgar BS, et al, March 2005, Clinics in Family Practice; Sexually Transmitted Diseases, Saunders
Elsevier, Inc
18 www.euro.who.int
23 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
yang memasukkan penis, sedangkan reseptif adalah yang dimasuki penis. Perkiraan resiko
ini dengan asumsi para pelaku tidak menggunakan kondom pada hubungan seks.
Tabel 4
Perkiraan resiko per aktivitas untuk tertular HIV, dengan
memperhatikan rute paparan #
Rute Paparan
Resiko per 10.000 paparan prosentase
dari sumber yang
terinfeksi
Transfusi darah
9.250
92,50
Penularan dari ibu ke anak
1.500 – 3.000
15 – 30
Penggunaan jarum injeksi secara bersama
80
0.80
Hubungan seks per anus posisi reseptif
50
0.50
Jarum injeksi per kutan
30
0.30
Paparan membran mukosa (selaput lendir)
10
0.10
Hubungan seks penis – vagina posisi
1 – 15
0.01 – 0.15
reseptif
Hubungan seks per anus posisi insertif
6.5
0.065
Hubungan seks penis – vagina posisi
1 – 15
0.01 – 0.15
insertif
Hubungan seks per oral posisi reseptif
1
0.01
Hubungan seks per oral posisi insertif
0.5
0.005
#
Perkiraan resiko tertular dari paparan seksual dengan asumsi tanpa menggunakan kondom
MENGAPA HIV / AIDS MENJADI PENTING
UNAIDS memperkirakan, saat ini terdapat 33.2 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA),
termasuk di dalamnya 2.5 juta yang masih anak-anak. Selama tahun 2007 sekitar 2.5 juta orang
dengan infeksi baru HIV. Separoh dari orang yang terinfeksi baru HIV ini berusia kurang dari 25
tahun dan meninggal sebelum mereka berusia 35 tahun. Sekitar 95 % orang dengan HIV/AIDS
tinggal di negara-negara berkembang. Tetapi HIV kini telah menjadi ancaman serius bagi semua
orang pria, wanita dan anak-anak di semua benua di dunia ini.
Tabel 5. Data statistik terkini epidemi HIV/AIDS yang dipublikasikan oleh UNAIDS/WHO
pada juli 2008 dan merujuk pada akhir tahun 2007 adalah sebagai berikut
Perkiraan
Rentang
Orang dengan HIV/AIDS di tahun 2007
33.0 juta
30.3-36.1 juta
Orang dewasa dengan HIV/AIDS di tahun 2007
30.8 juta
28.2-34.0 juta
24 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Wanita dengan HIV/AIDS di tahun 2007
15.5 juta
14.2-16.9 juta
Anak-anak dengan HIV/AIDS di tahun 2007
2.0 juta
1.9-2.3 juta
Orang yang baru terinfeksi HIV di tahun 2007
2.7 juta
2.2-3.2 juta
Anak-anak yang baru terinfeksi HIV di tahun 2007
0.37 juta
0.33-0.41 juta
Kematian akibat AIDS di tahun 2007
2.0 juta
1.8-2.3 juta
Anak-anak yang mati akibat AIDS di tahun 2007
0.27 juta
0.25-0.29 juta
Lebih dari 25 juta orang mati akibat AIDS sejak tahun 1981
Afrika memiliki 11.6 juta anak yatim (piatu) penderita AIDS.
Di akhir tahu 2007, wanita terhitung 50% dari seluruh dewasa dengan HIV di seluruh dunia dan
59%-nya tinggal di Afrika sub-Sahara.
Orang yang masih berusia muda (di bawah 25 tahun) menyumbang separoh lebih dari semua
pengidap infeksi HIV baru di seluruh dunia.
Di negara yang sedang berkembang dan sedang mengalami transisi, 9.7 juta orang membutuhkan
obat penyelamat hidup segera, dan baru 2.99 juta (3%) yang baru menerima obat-obatan.
Tren Global
Jumlah orang dengan HIV meningkat dari sekitar 8 juta orang di tahun 1990 menjadi 33 juta
orang saat ini, dan terus akan bertambah. Sekitar 67% orang dengan HIV tinggal di Afrika sub
Sahara.
25 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Tabel 6. Statistik per wilayah regional HIV & AIDS, di akhir tahun 2007
Wilayah Regional
Dewasa & Anakanak dengan
HIV/AIDS
Dewasa & Anakanak yang
terinfeksi baru
Kematian
Prevalensi
Dewasa & anakdewasa *
anak
Afrika Sub-Sahara 22.0 juta
1.9 juta
5.0%
1.5 juta
Afrika utara &
Timur Tengah
380,000
40,000
0.3%
27,000
Asia
5 juta
380,000
0.3%
380,000
Oceania
74,000
13,000
0.4%
1,000
Amerika Latin
1.7 juta
140,000
0.5%
63,000
Karibia
230,000
20,000
1.1%
14,000
Eropa timur dan
AsiaTengah
1.5 juta
110,000
0.8%
58,000
Amerika Utara,
Eropa Barat &
Tengah
2.0 juta
81,000
0.4%
31,000
Total Global
33.0 juta
2.7 juta
0.8%
2.0 juta
* Proporsi dewasa berusia 15 – 49 tahun dengan HIV/AIDS
Selama tahun 2007 terdapat lebih dari dua setengah juta orang dewasa dan anak-anak yang
terinfeksi HIV. Di akhir tahun tersebut, diperkirakan 33 juta orang di seluruh dunia hidup dengan
HIV/AIDS. Pada tahun yang sama juga terdapat dua juta kematian akibat AIDS, meskipun sudah
terdapat perbaikan dalam akses terapi antiretrovirus.
Untuk lebih menyakinkan lagi, berikut saya paparkan juga perbandingan angka kejadian HIV,
Hepatitis, Sifilis dan gonorrhoea di tiga wilayah eropa (Gambar 14 – gambar 16). Sebelum
memaparkan angka kejadian sakitnya, saya perlihatkan dulu negara-negara mana saja yang
masuk tiga wilayah eropa itu (tabel 7).
26 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Tabel 7. Pembagian wilayah eropa19
Eropa Barat
Eropa Tengah
Eropa Timur
Andorra
Austria
Belgium
Denmark
Finland
France
Germany
Greece
Iceland
Israel
Ireland
Italy
Lichtenstein
Luxembourg
Monaco
Netherlands
Norway
Portugal
San Marino
Spain
Sweden
Switzerland
United Kingdom
Albania
Bulgaria
Croatia
Cyprus
Czech
Republic
Hungary
Malta
Montenegro*
Poland
Romania
Serbia*
Slovakia
Slovenia
The former Yugoslav
Republic of Macedonia
Turkey
Armenia
Azerbaijan
Belarus
Estonia
Georgia
Kazakhstan
Kyrgyzstan
Latvia
Lithuania
Republic of Moldova
Russian
Federation Tajikistan
Turkmenistan
Ukraine
Uzbekistan
Gambar 14. Perbandingan rerata kemunculan kasus baru (insidensi) antara sifilis, gonorhoea,
hepatitis B dan HIV di Eropa Barat20
19
www.euro.who.int/aids
27 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Di wilayah eropa barat insiden HIV bergerak perlahan namun pasti naik terus, dan menduduki
tingkat teratas ketimbang sifilis, gonorrhoea dan hepatitis B. Di urutan kedua ditempati oleh
infeksi hepatitis B sedangkan gonorrhoea menunjukkan tren turun yang drastis sedangkan sifilis
kasusnya mendatar rendah. Kayaknya pengaruh kehidupan liberal berpengaruh terhadap kejadian
HIV dan Hepatitis B.
Gambar 15. Perbandingan rerata kemunculan kasus baru (insidensi) antara antara sifilis,
gonorhoea, hepatitis B dan HIV di Eropa Tengah21
Di eropa tengah yang termasuk di dalamnya Serbia, Bosnia, dan negara-negara balkan yang
sedang mengalami konflik, ternyata berpengaruh dalam kejadian HIV. Mereka lebih terisolir dari
pada saudara mereka yang berada di Eropa Barat yang liberal. Kejadian HIV meningkat tapi
dalam tingkat kecepatan yang jauh di bawah negara-negara eropa barat.
20
21
www.euro.who.int/aids
www.euro.who.int/aids
28 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 16. Perbandingan rerata kemunculan kasus baru (insidensi) antara antara sifilis,
gonorhoea, hepatitis B dan HIV di Eropa Timur22
Di eropa timur, terutama bekas uni soviet, tampak ada titik balik sejak negara-negara tersebut
menjadi liberal (mungkin dalam nilai-nilai) pada tahun 1990-an menjadi titik tolak kenaikan
angka kejadian penyakit Sifilis, kasus baru HIV. Tetapi angka kejadian gonorrhoea dan hepatitis
B yang sebelumnya tinggi, terdapat kecenderungan menyusut secara pelan-pelan.
Secara umum yang menjadi keprihatinan kita bersama adalah terdapat tren kenaikan angka
kejadian HIV/AIDS di berbagai negara di dunia. Termasuk Indonesia. Termasuk pula akibat
mobilitas warga dunia yang tinggi dan jangkauan bepergiannya yang jauh. Mempunyai dampak
kuat dalam penyebaran HIV/AIDS.
Bagaimana dengan Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai media pemberitaan oleh Komisi Nasional
Penanggulangan AIDS, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia mempunyai tren peningkatan
yang signifikan dan sangat memrihatinkan. Secara nasional total jumlah penderita HIV / AIDS di
Indonesia pada tahun 2008 adalah 120.000 orang. Beberapa daerah dengan ciri khusus
menunjukkan tren yang lebih memrihatinkan bahkan di ambang bahaya epidemi. Di Bali
dilaporkan setiap hari 3 pengidap HIV / AIDS meninggal dunia. Di Jakarta adalah daerah yang
berada di ambang bahaya epidemi, dengan pertambahan rata-rata 3.123 kasus baru per bulan,
penularan terjadi karena penggunaan narkoba suntik 55%, hubungan seks waria 34%, penjaja
seks langsung 10,2% dan penjaja seks tidak langsung 5,7%. Jumlah pengidap HIV/AIDS di
Jakarta bertambah dua kali lipat dalam kurun waktu dua tahun sepuluh bulan. Di Propinsi DIY
dengan statusnya sebagai kota wisata dan pelajar, jumlah penderita HIV / AIDS dalam enam
tahun terakhir sampai 2007 naik 10 kali lipat, semula 20 orang menjadi 393 orang, sebagian
besarnya berusia produktif 15 – 30 tahun. Di Kotamadya Surakarta, terhitung November 2005
hingga Oktober 2008 terdapat 181 penderita, jumlah itu didapat dari pasien yang datang ke klinik
untuk memeriksakan diri. Artinya, penderita yang belum datang ke klinik belum masuk data.
Dari total 181 penderita, untuk HIV sebanyak 92 orang dan AIDS 89 orang. Dari jumlah itu,
untuk penderita HIV yang masih hidup sebanyak 46 orang dan penderita AIDS yang masih hidup
sebanyak 75 orang.Dengan kata lain, sebanyak 17 penderita HIV dan 43 penderita AIDS telah
meninggal. Dua lokasi risiko tinggi, Masing-masing di Ketelan dan Gilingan Banjarsari. Saat ini,
angka kelompok risiko tinggi HIV/AIDS di Kotamadya Surakarta mencapai 17.000 orang.23
Dampak ekonomi dari HIV / AIDS, tidak diragukan lagi. Untuk kebutuhan obat anti
retroviral saja sudah memakan biaya yang banyak. Jika di tahun 1988 harganya Rp8 sampai
Rp10 juta per bulan kemudian turun menjadi Rp5 juta, dan berkat kerjasama dengan industri
22
23
www.euro.who.int/aids
National AIDS Commission of Indonesia, 2008
29 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
farmasi India di tahun 2001 turun lagi menjadi Rp2,2 juta. Selanjutnya turun menjadi Rp1.050
ribu, kemudian Rp 850 ribu samapai Rp600 ribu dan terakhir saat ini sisa Rp380 ribu per-paket
tiap bulan. Sebagai gambaran untuk menunjukkan besarnya biaya untuk obat (bulan Oktober
2008), saat stok obat antiretroviral (ARV) habis, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Nasional
mengalokasikan Rp 1,2 miliar untuk menyediakan tiga jenis obat ARV selama dua bulan.
Padahal, obat ARV ada sembilan jenis. Selain itu,upaya pengobatan membutuhkan banyak dana
untuk menyembuhkan penyakit infeksi ikutan dan tes di laboratorium.24
BAGAIMANA MEKANISME TIMBULNYA PENYAKIT AIDS?
Kalau boleh saya menyederhanakan permasalahan, inti dari permasalahan penyakit AIDS adalah
virus retrovirus penyebabnya mempunyai kesenangan (sudah berjodoh) untuk hidup di dalam sel
pertahanan yang berperan sebagai otak atau jenderal yang cerdas dan mempunyai kemampuan
dalam mengenali siapa musuh siapa teman dan dapat memerintahkan perbanyakan sel prajurit
yang melakukan penyerangan terhadap mikroorganisme asing. Karena otak dari strategi
penyerangan atau jendralnya yang justru diserang dan dilumpuhkan maka gejala-gejala yang
muncul adalah gejala-gejala lemahnya sistem pertahanan seperti yang disebutkan dalam infeksi
oportunistik di atas.
Masih belum jelas? Gambar skema di halaman berikut semoga bisa membantu memahami apa
yang sebenarnya terjadi.
Awalnya saya jelasin dulu, organisasi pertentaraan di dalam tubuh kita (gambar 17), kemudian
bagaimana struktur organisasi pertentaraan ini bekerja melawan mikroorganisme (gambar 18),
dan terakhir, bagaimana para jendral yang sebagai komandan penggerak dilumpuhkan oleh HIV,
maka berakibat mikroorganisme dengan mudah membuat penyakit pada seseorang, seperti yang
di jelaskan dalam perjalanan penyakit pada gambar 19.
24
National AIDS Commission of Indonesia, 2008
30 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Musuh
jamur
kandida
Musuh
bakteri
tuberculosis
Musuh
Cytomegalo
virus
Prajurit
sel netrofil
• Melakukan
perbanyakan
pasukan
sesuai
instruksi
• Melakukan
penyerangan
terhadap
target sasaran
yang
ditentukan
kapten
sel
makrofag
Prajurit
sel netrofil
Prajurit
sel
eosinofil
Musuh
mikroorganisme
lain
Musuh sel
sendiri yg jadi
kanker
tertetentu
mayor
sel
monosit
• Komando
perbanyakan
prajurit dan
penyerangan
• Komando
penentuan
siapa musuh
yang harus
dimusnahkan
Jendral
sel T CD4
Tubuh sehat karena musuh-musuh
yang membahayakan telah
dihancurkan oleh organisasi angkatan
bersenjata tubuh yang salah satu
komandan utamanya limfosit T (atau
biasa disebut sel T) CD4
Gambar 17. Bagaimana struktur Organisasi Tentara Tubuh Bekerja
31 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Musuh
jamur
kandida
Musuh
bakteri
tuberculosis
Musuh
Cytomegalo
virus
Musuh
mikroorganisme
lain
Musuh sel
sendiri yg jadi
kanker
tertetentu
Prajurit
sel netrofil
• Melakukan
perbanyakan
pasukan
sesuai
instruksi
• Melakukan
penyerangan
terhadap
target sasaran
yang
ditentukan
Virus
HIV
kapten
sel
makrofag
Prajurit
sel netrofil
Prajurit
sel
eosinofil
mayor
sel
monosit
• Komando
perbanyakan
prajurit dan
penyerangan
• Komando
penentuan
siapa musuh
yang harus
dimusnahkan
Jendral
sel T CD4
Karena salah satu komandan utama sel T CD4
dilumpuhkan oleh virus retrovirus (HIV) maka
prajurit-prajurit tidak bisa mengenali dan
menyerang musuh. Akibatnya musuh-musuh
mikroorganisme leluasa berkembang biak di
dalam tubuh yang biasa dikenal dengan infeksi
oportunistik
Gambar 18. Akibat serangan HIV pada komandan utama pengatur strategi penyerangan mikroorganisme yang mengancam tubuh
32 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gangguan neurologik terkait AIDS
Normal
Terpapar
HIV
Infeksi akut
Persisten Generalized lymfadenopathy (PGL)
Asimtomatik
Kemampuan sistem pertahanan tubuh
Stadium
Klinis I
Turun
ringan
Stadium
Klinis II
Abnormal
AIDS
Stadium
Klinis III
Sarkoma Kapossi dan tumor
sekunder lainnhya
Stadium
Klinis IV
Rusak
berat
Infeksi oportunistik
Waktu
Gambar 19. Bagaimana perjalanan penyakit mulai dari terinfeksi HIV sampai menjadi AIDS
33 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Jadi menjadi penyakit karena dampak dari penurunan jumlah sel T CD4 dalam darah yang
berakibat tubuh penderita seperti dikepung oleh musuh dari segala penjuru. Musuhnya
adalah mikroorganisme yang biasa menempel di seluruh permukaan tubuh baik luar
maupun dalam. Atau juga mikroorganisme yang datang dari orang lain juga merupakan
ancaman yang tidak kalah gawatnya.
Orang tersebut menjadi lebih rentan terkena penyakit. Jadi, kalau dia berdekatan dengan
orang yang sakit influenza, besok paginya langsung juga ikut sakit influenza. Kalau
berdekatan dengan orang yang sakit cacar air atau orang medis biasa disebut dengan
varicella dipastikan juga ikut terkena. Kalau berdekatan dengan orang yang sakit herpes
zoster (orang Jawa biasa bilang sakit dompo, kulit ada bercak-bercak merah dengan
gelembung-gelembung air, dimana mempunyai ciri khas separoh tubuh yang terkena, dan
membentuk pola tertentu sesuai daerah persarafan), penderita AIDS juga bisa langsung
tertular, bahkan munculnya lebih luas dari pada yang lazimnya terjadi. Kalau berdekatan
dengan orang yang sakit TBC (orang awam biasa menyebut flek paru), maka dia juga
sangat rentan terkena penyakit TBC. Bahkan kalau terkena penyakit TBC, dia sudah
digolongkan pada stadium ke4. Selain itu beberapa sel-sel kanker terkait HIV juga bisa
muncul. Nah, biar lebih lengkap bagaimana ciri-ciri orang yang sakit AIDS beserta tingkat
berat penyakitnya atau biasa disebut stadium, bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel ini
dikeluarkan oleh kantor perwakilan WHO di Eropa.
GEJALA KLINIS AIDS
Kasus pertama AIDS dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981 sedangkan penyebab
AIDS ditemukan pada tahun 1984 akhir. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan oleh
Zubairi pada tahun 1986 di Jakarta dan pada tahun 1987 Tuti Parwati melaporkan kasus AIDS
di Bali. Dengan bertambahnya jumlah kasus AIDS di Indonesia khususnya di Jakarta maka
terbuka kesempatan untuk mendapatkan pola gejala klinis dan pola infeksi oportunistik.
Sebentar… sebentar, kok banyak istilah rumit sih
Oh iya. Kayaknya yang ini ya; gejala klinis, maksudnya adalah hal-hal yang dikeluhkan oleh
penderita, dan bagi dokter berubah menjadi tanda klinis karena hal-hal tersebut bisa dilihat dan
dirasa oleh dokter.
Kalau infeksi oportunistik?
Adalah infeksi akibat kuman-kuman yang normalnya bersahabat dengan kita. Kita bisa
bersahabat dengan kuman? Iya karena sistem pertahanan tubuh kita yang kuat, memungkinkan
kita bisa berinteraksi dengan nyaman dan aman dengan mereka. Untunglah kita diberikan
penglihatan yang terbatas. Kalo ga…. Wah ngeri! Kita ga bisa melihat cantiknya atau
tampannya wajah seseorang, karena di wajahnya penuh dengan kuman-kuman, walau hanya
kuman normal.
Jadi infeksi oportunistik adalah infeksi kuman, baik bakteri, virus maupun jamur yang
mengambil peluang penuh akibat turunnya daya tahan tubuh.
34 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
OK! Udah siap dengan cerita selanjutnya?
Aida Lydia pada tahun 1994 meneliti gejala klinis yang didapatkan pada penderita AIDS yang
dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ada lima gejala utama yang
didapatkan. Yaitu demam, bahkan didapatkan pada hampir semua penderita AIDS, disusul
kemudian batuk, terus penurunan berat badan, sariawan dan nyeri telan serta diarhoea (dibaca
diare) kronis. Secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Gejala Klinis Penderita AIDS di Indonesia
Manifestasi gejala klinis
Panas lama
Batuk
Penurunan berat badan
Sariawan + nyeri telan
Diarhoea (diare)
Sesak nafas
Pembesaran kelenjar getah bening
Penurunan kesadaran
Gangguan penglihatan
Neuropati HIV
Ensefalopati HIV
Prosentase pendertia
yang menunjukkan gejala
100 %
90.3 %
89.7 %
78.8 %
69.2 %
40.4 %
28.8 %
17.3 %
15.3 %
3.8 %
4.5 %
Jumlah penderita yang
menunjukkan gejala
52
47
42
41
36
21
15
9
8
2
2
Sedangkan infeksi oportunistik yang sering dijumpai di RSCM, ternyata infeksi jamur
merupakan infeksi yang tersering dijumpai. Secara lengkap infeksi oportunistik yang dijumpai
di RSCM dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Pola Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik
Kandidiasis mulut dan esofagus (kerongkongan)
Tuberkulosis
Sitomegalovirus
Ensefalitis (radang otak) toksoplasma
Pneumonia peneumocystis carinii
Herpes simpleks
Mycobacterium avium complex
Kriptosporodiosis
Histoplasmosis paru
Frekuensi
80.8 %
40.1 %
28.8 %
17.3 %
13.4 %
9.6 %
4.0 %
2.0 %
2.0 %
35 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Pembagian lain, selain menampilkan gejala klinis, juga melibatkan hasil pemeriksaan
laboratorium. Yang dilihat adalah hitung jenis sel CD4nya. Gejala klinis, yang nantinya
digunakan untuk menentukan stadium klinisnya dikombinasi dengan hasil hitung jenis sel CD4
digunakan sebagai dasar penentuan terapi. Mengenai dasar pemberian terapi pada penderita
AIDS dapat dilihat.
36 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Tabel 10. Kantor perwakilan WHO untuk Eropa telah membagi tingkat berat-ringannya gejala
dan tanda dalam stadium akut dan 4 stadium klinis AIDS seperti pada tabel berikut :
Infeksi HIV akut
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Sindroma retroviral akut
Stadium klinis 1
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Limfadenopati menyeluruh persisten / Persistent generalized lymphadenopathy (PGL)
Stadium klinis 2
• Dermatitis seboroik (radang kulit terutama di daerah sekitar rambut kepala, pipi,
janggut, dada dan punggung)
• Angular cheilitis (semacam sariawan di sudut bibir)
• Recurrent oral ulcerations (sariawan berat yang kambuh-kambuhan dua kali atau lebih
dalam enam bulan)
• Herpes zoster (lebih luas dari satu dermatom)
• Infeksi saluran pernafasan yang kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam
bulan terakhir yang juga meliputi sinusitis, otitis media, bronkitis, faringitis, trakeitis)
• Infeksi jamur kuku
• Ujud kelainan kulit gatal berbentuk papel (bercak-bercak dan mengeras di bagian
bawahnya)
Stadium klinis 3
• Lekoplakia (plak-plak keputihan) berambut di mulut (biasanya akibat jamur kandida di
mulut dan tenggorokan)
• Diare kronis yang tidak jelas lebih dari satu bulan
• Kandidiasis mulut kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam bulan terakhir)
• Infeksi bakterial berat (seperti pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang dan
sendi, meningitis, bakteremia)
• Stomatitis, gingivitis atau periodontitis yang berjenis ulserasi nekrosis akut
Stadium klinis 4a
• Tuberkulosis paru (tbc paru)
• Tuberkulosis ekstrapulmoner (tbc di luar paru)
• Berat badan turun dengan sebab tidak jelas (lebih dari 10% dalam enam bulan)
• Sindroma wasting HIV (berat badan turun drastis)
• Pneumonia pneumocystis
• Gambaran radiologis pnemonia bakterial atau pnemonia berat kambuh-kambuhan (dua
kali atau lebih dalam satu tahun)
• Retinitis (±colitis) CMV (Cytomegalovirus)
• Herpes simplex virus (HSV) (kronis dan persisten sedikitnya satu bulan terakhir)
• Ensefalopati (penurunan fungsi otak) terkait dengan HIV
• Kardiomiopati (kelemahan fungsi jantung) terkait dengan HIV
• Nefropati (penurunan fungsi ginjal) terkait dengan HIV
• Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
37 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
•
•
•
•
•
•
Sarkoma Kaposi dan keganasan lain yang terkait dengan HIV
Toxoplasmosis
Infeksi jamur menyeluruh (misalnya candida, coccidomycosis, histoplasmosis)
Cryptosporidiosis
Meningitis cryptoccocal
Infeksi mikobakterial non-tbc atau infeksi mikobakterial diseminata selain tbc
Kemungkinan bisa dimasukkan dalam stadium 4 bila didukung bukti yang cukup akan adanya
: kanker pada anus dan limfoma (limfoma Hodgkin sel T)
Sumber : WHO Regional Office for Europe 2007
38 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Berikut adalah ruam-ruam merah yang menyertai demam pada awal-awal gejala infeksi HIV,
biasa dikenal dengan sindroma retroviral akut.
Gambar 20. Ruam-ruam merah yang sering muncul pada penderita AIDS bisa pada stadium
awal maupun pada stadium lanjut.
Gambar berikut menunjukkan pembesaran kelenjar limfe leher, masuk pada stadium klinis I
Gambar 21. Pembesaran kelenjar limfe menyeluruh dan menetap (Persistent Generalized
Limphadenopathy)
39 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Sedangkan foto di bawah adalah gambaran bercak keputihan akibat jamur kandida di mulut,
masuk stadium klinis III
Gambar 22. Penyakit jamur kandida pada mulut (kandidiasis oral) plak-plak keputihan (jamur
kandida) menutupi luas permukaan langit-langit rongga mulut
Foto berikut menunjukkan gambaran lekoplakia bergaris di lidah, masuk dalam stadium klinis
III
Gambar 23. Masih satu jenis jamur kandida di rongga mulut; hairy leukoplakia
40 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 24. Ulkus kronis (tukak kronis) di kulit pantat akibat herpes simplex pada penderita
AIDS (sebelah kiri) dibandingkan kelainan yang sama pada orang yang sistem
pertahanan tubuhnya kuat, HIV-nya negatif.
41 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 25. herpes di sekitar mulut, tampak lebih luas dari biasanya yang menyerang pada
orang sistem pertahanan tubuhnya bagus. Pada kasus ini herpes resisten (kebal)
terhadap pengobatan acyclovir (obat paling efektif menanggulangi virus herpes
yang tersedia saat ini)
Gambar 26. kasus yang sama herpes yang meluas dan kebal terhadap acyclovir
42 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 27. Herpes zoster, infeksi virus varicella zoster, tampak yang diserang adalah daerah
persarafan saraf dahi cabang saraf wajah sebelah kanan.
Gambar 28. Lipodistrofi merupakan efek samping dari meminum obat anti retro virus pada
penderita AIDS25, pada kasus ini lemak di bagian tubuh menonjol sedangkan di
bagian pantat lemaknya menyusut. Banyak pasien dengan kondisi seperti ini
mengeluh tidak nyaman bila duduk lama.
25
www.wikipedia.org
43 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 29. Inilah gambaran dari kanker terkait AIDS, pada kasus ini adalah sarkoma Kapossi
dalam gambar disingkat KS (Kapossi Sarcoma)
Gambar 30. Kasus ini juga kasus Sarkoma Kapossi pada wanita umur 40 tahun, HIV positif,
hitung sel CD4 6 sel per mm3. Pasien ini mengalami bengkak dinding perut
dengan pembesaran kelenjar limfe di selangkangan. Pada biopsi (tusukan jarum
pada kelenjar diambil contoh sel-selnya) menunjukkan diagnosis Sarkoma
Kapossi.
Foto rontgen berikut menunjukkan gambaran tuberculosis miliar pada penderita AIDS,
menunjukkan stadium IV
44 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 31. Penyakit tuberculosis (tbc) paru sering dijumpai pada penderita AIDS yang lanjut.
Panah merupakan cairan lendir lengket (infiltrat) akibat proses radang di paru.
Tampak hampir seluruh paru dipenuhi infiltrat. Pada kasus ini dalam dunia medis
disebut dengan TB miliar (bahasa jawa brontok)
Perjalanan penyakit
Infeksi HIV akut
Di awali dengan orang sehat yang tertular HIV, HIV berkembang hingga mencapai jumlah
jutaan, yang diikuti dengan penurunan drastis jumlah sel T CD4 dalam sirkulasi darah. Selama
periode ini (biasanya 2 – 4 minggu pasca tertular) sebagian besar individu (80 – 90 %)
mengalami gejala sakit seperti influenza yang sering disebut dengan infeksi HIV akut. Gejala
yang paling sering muncul meliputi sakit kepala, mual-mual dan muntah-muntah, pembesaran
hati dan limpa, berat badan turun, radang tenggorakan, demam, ruam-ruam merah, pegel-pegel
dan lemes. Lamanya sakit bervariasi, rata-rata 28 hari dan biasanya paling singkat
menghabiskan waktu selama seminggu. Karena gejalanya yang tidak khas, seringkali tidak
dikenali sebagai infeksi HIV. Bahkan seringkali dokter salah mendiagnosis dengan penyakit
yang umumnya sering dijumpai. Meskipun demikian pengenalan dini sangat penting karena
selama ini pasien sangat infeksius (sangat menular)
Stadium laten
Perlawanan dari sistem pertahanan yang kuat menurunkan jumlah partikel-partikel virus dalam
aliran darah. Dan pada saat inilah dimulai stadium baru, yaitu stadium laten klinis. Stadium ini
bervariasi mulai dari dua mingguan sampai 20 tahun. Di awal fase ini, HIV aktif dalam organ
limfoid (kelenjar limfe). Secara klinis yang dijumpai banyak pembesaran kelenjar limfe. Haah
nafas dulu. Berat je..mencerna setiap pengertian. Ya silakan istirahat dulu….
OK kita kembali lagi. Kayaknya belum ngerti kelenjar limfe ya?
Kelenjar limfe itu, ibarat militer, adalah benteng pertahanan yang letaknya di daerah-daerah
perbatasan. Ketika ada invasi musuh (virus atau bakteri) benteng jadi aktif kan? Banyak tentara
yang siaga. Amunisi dan logistik diperbanyak. Akibatnya volume benteng jadi membesar.
Volumen benteng pertahanan tubuh yang membesar membuat kelenjar itu jadi bengkak. Masih
ingat kan waktu kecil. Kalau kaki ada yang luka, maka ada yang terasa bengkak dan nyeri di
selakangan. Karena sebagian kuman masuk menyusup di benteng pertahanan, sehingga benteng
pertahanan yang terletak di selangkangan membesar. Contoh lain lagi misalnya penyakit
amandel, atau orang medis menyebutnya tonsilitis. Kuman yang ada di tenggorokan ada yang
berhasil menyusup di benteng pertahanan yang sering dikenal dengan nama amandel.
Akibatnya tentara aktif, sistem logistik aktif, transportasi tentara gencar, berakibat bentengnya
membengkak ukurannya. Karena membengkak maka akan menekan saraf nyeri, sehingga
sering ada sensasi rasa sakit. Nah inilah yang dimaksud dengan pembengkakan kelenjar limfe
atau bahasa medisnya disebut limfadenopati.
45 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Pada orang yang terinfeksi HIV pada stadium ini yang membesar tidak satu saja, tetapi
menyeluruh, di semua kelenjar limfe yang dimiliki dan bertahan lama. Kalau Anda melihat
pada pembagian stadium klinis WHO Eropa, pada stadium I, pembesaran kelenjar limfe
menyeluruh ini disebut dengan istilah persistent (menetap) generalized (menyeluruh)
limfadenopati (pembesaran kelenjar limfe).
Alhamdulillah mulai banyak istilah medis yang faham ya…
AIDS
Bila jumlah sel T CD4 jumlahnya semakin turun hingga titik yang kritis, maka pertahanan yang
strategi penyerangannya tergantung padanya, akan lumpuh. Pada saat inilah berbagai macam
infeksi oportunistik (musuh-musuh yang memanfaatkan peluang kelumpuhannya) mulai
menancapkan pengaruhnya bagi tubuh si penderita. Gejala awal seringkali meliputi, berat
badan yang tidak dapat dijelaskan, infeksi saluran nafas yang kambuh-kambuhan (seperti
sinusitis (radang pada rongga-rongga tulang di sekitar mata dan hidung), bronkitis (radang pada
saluran nafas bronkus [saluran nafas yang mulai mendekati paru]), otitis media (radang pada
ruang telinga tengah), faringitis (radang tenggorokan), prostatitis (radang pada kelenjar prostat
[kelenjar yang memproduksi cairan air mani), ruam-ruam merah pada kulit, dan sari awan yang
tidak sembuh-sembuh. Kuman-kuman lain yang sering diusir tubuh lantaran koordinasi yang
bagus sang jendral sel T CD4 beserta timnya adalah jamur kandida (sering muncul di langitlangit rongga mulut dan tenggorokan serta lidah, lihat gambar 22 dan 23. Juga penyakit
tuberkulosis paru merupakan ancaman tersendiri dan menambah penyiksaan yang mematikan.
Penyakit infeksi virus lain seperti herpes zozter (gambar 27), herpes simplex (gambar 24, 25,
26), varicella (cacar air) dan penyakit-penyakit infeksi lain juga mempunyai peluang yang
sama dalam menemani keberadaan HIV. Satu lagi yang tidak kalah heboh adalah munculnya
penyakit kanker yang terkait HIV seperti sarkoma Kaposi misalnya(gambar 29 dan 30). Satu
lagi masalah penyakit yang diakibatkan dan mempunyai dampak pada semakin kekalnya
penyakit ini di masyarakat yaitu tuberculosis paru, seperti yang tampak pada gambar 31.
Kuman mycobactrium tuberculosis menyerang secara merata di seluruh lapangan paru.
Sekarang saya yang kesulitan menjelaskan masing-masing penyakit. Coz kalo dijelasin satusatu masing-masing nanti jadi buku sendiri. He he
46 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Menegakkan Diagnosis AIDS
Untuk memantapkan keputusan apakah seseorang benar-benar menderita infeksi HIV atau
tidak, atau bahkan sudah menjadi AIDS, maka yang perlu dilakukan dokter adalah sebagai
berikut :
1. Memastikan di dalam tubuh penderita ada HIV atau tidak. Untuk itu perlu pemeriksaan
laboratorium. Yaitu dengan menggunakan teknik ELISA atau bantuan penggandaan
“otak” virus atau biasa dikenal dengan teknik PCR (polimerase chain reaction)
sehingga keberadaan “otak” atau RNA-nya bisa teramati dengan mudah.
2. Mencocokkan keadaan fisik penderita dengan kriteria yang telah ditentukan oleh WHO
(tabel 10), untuk menentukan stadium klinis penderita sudah pada tahap yang mana.
Untuk tahap ini memang butuh keterampilan. Karenanya sebelum menjadi dokter,
mahasiswa yang baru wisuda sarjana kedokteran, harus melalui co-schapship, agar
terbiasa dengan kondisi nyata.
3. Mengombinasi poin 1 &2 dengan status kemerosotan sistem pertahanan dengan melihat
hitung sel T CD4 dalam menentukan pilihan terapi selanjutnya (tabel 12).
4. Memeriksa kondisi lain yang menyertai, seperti adanya infeksi virus lain, infeksi kuman
tuberculosis dan infeksi-infeksi lain.
5. Memeriksa kondisi psikologis penderita. Biasanya orang pasti syok mendapatkan
diagnosis infeksi HIV atau AIDS. Seperti mendapatkan kutukan. Seluruh dunia serasa
mempermalukan dirinya.
6. Memeriksa kondisi keluarga, teman dekat, atau orang-orang dekat yang bisa
diandalkan. Karena dukungan mereka sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses
pengoptimalan kondisi terbaik yang bisa dicapai pasien, selain obat anti retrovirus. Saat
ini telah dikenal konsep psiko-neuro-endokrino-immunologi. Artinya kondisi
kematangan psikologis menghadapi musibah sangat berpengaruh di jalur saraf, hormon
dan status pertahanan tubuh penderita.
7. Dengan memeriksa kondisi psikologis dan kondisi dukungan orang-orang dekat yang
dapat diandalkan, maka dapat menentukan program terapi non obat sebagai pendukung
terapi obat.
47 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Daftar Periksa yang memandu dokter untuk mendokumentasi kondisi pasien
Tabel 11. Pemeriksaan fisik awal
Penampilan umum:
• berat dan tinggi badan
• morfologi tubuh (lipodystrophy)
Tanda
vital:
• Indeks
Karnowsky atau skala standar lain untuk mengetahui kebugaran umumnya
• tekanan darah
• temperatur
• nadi
Limfonodi (Kelenjar Limfe)
• frekuensi respirasi
Kulit (seluruh tubuh):
• secara khusus, untuk menilai
° herpes zoster aktif saat ini atau riwayat herpes zoster sebelumnya
° penyakit liver
° Sarcoma Kaposi
seboroik
° Dermatitis
Mulut
dan Tenggorokan (Oro-pharynx):
injeksi
° tempat-tempat
• status
kesehatan mulut
danpada
gigipengguna injeksi obat intravena (intravenous drugs user
/IVDU)
• tanda-tanda
untuk adanya:
Untuk
dokumentasi
gangguan kulit seperti perubahan warna kecoklatan atau bercak-bercak
candidiasis
oral
°
gelap
yang dijumpai
sebaiknya dibuat foto agar dapat dibuat perbandingan di pemeriksaan
Dada(Thorax)
Paru
leukoplakia
° oral hairydan
selanjutnya.
• tanda-tanda
yang diperoleh saat pemeriksaan (pola dan karakteristik nafas, batuk, sesak
° syphilis primer
nafas)
Pemeriksaan
• bentuk dadakelenjar
(thorax)mammae (baik pada pasien pria dan wanita) untuk mengendalikan
adanya
karsinoma
• kontrol
resiko
emfisema
Pemeriksaan
jantung
untuk informasi dasar bilamana ada resiko tinggi terjadi komplikasi
kardiovaskuler (kemungkinan efek samping Obat Anti RetroVirus (ART) atau resiko
endokarditis (radang pada lapisan dalam jantung) terutama pada penderita pengguna narkoba
Pemeriksaan
(Abdomen)
(untuk informasi dasar adanya efek samping ART,
injeksi (IVDU Perut
/ intravenous
drug users)
terutama pada kasus hepatitis kronis, keracunan alkohol dan sirosis):
• konsistensi, ukuran dan bentuk hati serta limpa
• gerakan usus
• kelenturan permukaan perut
Pemeriksaan
• kekakuan daerah genital (kemaluan) dan anus:
•• memeriksa
tanda
mual, muntah
danadanya:
kesulitan menelan
herpes
simplex
°
° cytomegalovirus (CMV)
° syphilis
Tungkai
(pergerakan,
mobilitas,
distrofi
lemak) untuk
memberikan
informasi
dasarayam,
papilloma
virus (HPV),
(condylomata
acuminatae
[penyakit
jengger
° Human
mengenai
efek samping
obatanus)
ART dan penyakit-penyakit menular seksual lainnya
keganasan
di daerah
Status Neurologis (juga tanda-tanda adanya neuropati)
ereksi
° disfungsi
Status
Mental
Fungsi mata dan telinga
Program terapi
48 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Setelah diagnosis permasalahan bisa ditegakkan, baru bisa ditentukan seberapa besar
permasalahan yang dihadapi dan memulai terapi. Tabel berikut membantu dokter dalam
menentukan tindakan selanjutnya pada penderita AIDS.
Tabel 12. Rekomendasi WHO tentang kapan memulai terapi obat antiretrovirus dengan
menggunakan kriteria klinis dan imunologis.
Stadium klinis WHO
(tabel 10)
1
2
3
4
Kriteria imunologis (hitung sel
CD4)
 200 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
 200 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
200 – 350 sel / mm3
Tanpa melihat hitung CD4
Rekomendasi terapi
Terapi ART
Pertimbangkan terapi
Terapi ART
Pertimbangkan terapi
Terapi ART
Terapi
Bila hitung CD4 di sekitar 350 sel / mm3, mulai berdiskusi dengan pasien tentang perlunya
memulai terapi ART26
Pada saat ini, sudah kelihatan kan permasalahan yang utama muncul adalah masalah
pendanaan, karena baru menentukan hitung sel CD4, bukan barang yang murah apalagi gratis.
MAHAL! Belum masalah minum obatnya.
Kedua menentukan pilihan obat yang tepat dan sesuai kondisi ekonomi
Inilah masalah yang sangat BERAT! Semuanya obat IMPORT! Dan belum habis masa hak
paten dari perusahaan farmasi yang telah melakukan riset obat selama lebih dari sepuluh tahun.
Sebagai gambaran, lihat dulu tabel 13, ada obat namanya 3TC, saat tulisan ini dibuat harganya
satu tablet sekitar Rp. 40.000,- . Itu belum obat yang lain, mungkin sehari bisa menghabiskan
uang Rp. 120.000,- lebih. Jadi kalau dikalikan 30 hari satu bulan, maka membutuhkan uang
sebesar 30 × Rp. 120.000,- = Rp. 36.000.000,-. Dikalikan 8 bulan bila hasil membaik, butuh
dana untuk obat; Rp. 36.000.000,- × 8 = Rp. 288.000.000,- (setara dengan harga satu unit
Honda CRV!). Belum untuk pemeriksaan laboratorium, belum untuk pengobatan antivirus
untuk infeksi virus yang menyertai. Haahhh Capek deh.
Kalau seandainya masalah pertama sudah bisa diatasi, misalnya yang sakit seorang
konglomerat sukses, masalah kedua yang muncul adalah masalah kepatuhan meminum obat.
Coba bayangkan selama 48 minggu atau 8 bulan minum obat setiap hari setiap minum ada 3
macam obat. Itu pun belum menjamin. Diperiksa ulang kadar sel CD4-nya lagi. Kalau tidak
ada perbaikan bisa diperpanjang dengan kombinasi jenis obat lain bisa tiga sampai empat
macam obat selama dalam waktu yang sama. Tabel berikut menunjukkan kombinasi obat yang
direkomendasikan WHO untuk membasmi HIV dalam tubuh penderita.
26
WHO Regional Office for Europe 2007
49 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Obat Anti Retro Virus Berpotensi Tinggi yang direkomendasikan sebagai
terapi garis pertama
Klasifikasi jenis obat Anti
Regimen obat Anti Retro Virus Berpotensi Tinggi
Retro Virus (ARV)
ZDV + 3TC + (EFV a or NVP)
or
2 NRTIs + 1 NNRTI
TDF + FTC + (EFV a or NVP)
Table 13 .
or
Keterangan Singkatan :
ABC + 3TC + (EFV a or NVP)
NNRTI
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
NRTI
nucleoside or nucleotide reverse transcriptase inhibitor
3TC
lamivudine
ABC
abacavir
FTC
emtricitabine
EFV
efavirenz
NVP
nevirapine
TDF
tenofovir
ZDV
zidovudine (juga dikenal dengan nama azidothymidine (AZT))
Setelah diberikan terapi dalam waktu tertentu (24 – 48 minggu / 4 bulan – 8 bulan terapi)
diharapkan mulai ada keberhasilan terapinya. Tabel 14 berikut menunjukkan kriteria bahwa
usaha menyembuhkan mulai menunjukkan hasil. Sekali lagi saya garis bawahi, USAHA
MENYEMBUHKAN, bukan JAMINAN PASTI SEMBUH! Dokter dan pasien berikhtiar
bersama-sama. Jadi dokter bukan dewa, dan obat bukan segalanya. Obat pun bukan lepas dari
efek samping. Mohon dilihat lagi gambar 28. Itu salah satu contoh efek samping penggunaan
obat anti retro virus pada pasien. Belum lagi efek samping lain, seperti keracunan hati,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, efek pada gangguan pencernaan dan alergi. Walaupun
kejadiannya kecil, tetapi perlu diwaspadai. Karenanya perlu pemeriksaan laboratorium
tambahan selama meminum obat anti retro virus, seperti yang terlihat pada tabel 16. Mengapa
dokter tetap ngasih obat, padahal banyak efek samping kayak gitu? Itulah yang namanya
tindakan dengan resiko yang sudah diperhitungkan.
Table 14 .
Penanda
Waktu
pemeriksaana
Kriteria Keberhasilan Terapi
Pemeriksaan virus
Status daya tahan
Viral Load (jumlah
Hitung
tubuh sel CD4
virus dalam tubuh)
24 minggu 48 minggu 24–48 minggu
Keadaan klinis
Stadium Klinis (lihat tabel 4)
Dalam 12 minggu setelah
terapi
dimulai
harus
asimtomatik
(tidak
bergejala)
atau
gejalagejalanya tinggal sedikit
50 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
<400
<50
Pertambahan jumlah Stadium 1 atau 2
Rentang
turunan
turunan
sel CD4 sedikitnya
hasil yang
(virus) /ml (virus) / ml 50 – 100 sel / mm3
diharapka
an Waktu dan rentang hasil yang diharapkan terlihat bukan sesuatu yang mutlak dan jumlahnya
harus ketat seperti itu.
Bila obat anti retroviru garis pertama setelah pemberian terapi 8 bulan tidak menunjukkan
perbaikan yang berarti. Maka dokter mulai berpikir obat garis kedua. Berikut gambaran obatobatan yang direkomendasikan sebagai obat garis kedua untuk melawan retro virus.
Table 15. Obat Anti Retro Virus Berpotensi Tinggi yang direkomendasikan untuk dewasa dan
remajaObat anti retro virus
Obat anti retro virus berpotensi tinggi garis
berpotensi tinggi garis
kedua
LPV/ra (or ATV/r, SQV/r, FPV/r, IDV/r) + ddI +
pertama
ABC
ZDV + 3TC + (EFV or NVP)
o
r
a
LPV/ra (or
(orATV/r,
ATV/r, SQV/r,
SQV/r, FPV/r,
FPV/r, IDV/r)
IDV/r) ++TDF
ddI +
LPV/r
TDF + FTC + (EFV or NVP)
+ABC
ABC
oo
LPV/ra (or ATV/r, SQV/r,
FPV/r, IDV/r) + ddI +
r
ABC + 3TC + (EFV or NVP)
r
ZDV
a
LPV/r
(or
ATV/r,
SQV/r,
FPV/r,
IDV/r)
+ ddI
o FPV/r,
LPV/ra (or ATV/r, SQV/r,
IDV/r)
+ TDF
+ +
ZDV
r
(ZDV + 3TC) b
Keterangan Singkatan
LPV/ra (or ATV/r, SQV/r, FPV/r, IDV/r) + ZDV +
ABC
abacavir
ADF
adefovir
TDF (+ 3TC) b
ATV
atazanavir
ATV/r
tazanavir/ritonavir
ddI
didanosine
EFV
efavirenz
FPV
fosamprenavir
FPV/r
fosamprenavir/ritonavir
FTC
emtricitabine
IDV
indinavir
LPV
lopinavir
LPV/r
lopinavir/ritonavir
LPV/r + RTV LPV/r with extra dose of ritonavir
NVP
nevirapine
SQV
saquinavir
SQV/r
saquinavir/ritonavir
TDF
tenofovir
ZDV
zidovudine (juga dikenal dengan nama azidothymidine (AZT))
Selain program terapi obat, juga program penguatan kondisi psikologis dan sosial penderita
51 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
juga harus mendapat perhatian yang sama pentingnya dengan terapi obat. Dengan memahami
konsep psiko-neuro-endokrino-imunolgi, akan jelas pentingnya program tersebut.
Memang akhirnya seperti kata pepatah, “Manusia berusaha, Tuhan-lah Yang Maha
Menentukan”. Tidak semua pasien akhirnya bisa menunjukkan perbaikan. Ada sekelompok
pasien yang tetap saja tidak menunjukkan perbaikan walaupun sudah dilakukan terapi obat
garis kedua hingga program selesai. Masih tetap ada misteri yang belum terpecahkan.
Table 16.
Frekuensi pemeriksaan laboratorium secara umum dan khusus pada penderita
yang menerima pemberian obat anti retro virus
Baseline Minggu 2 Minggu 4 Minggu 8 Minggu Minggu Minggu Minggu
X
X
X
X
X
16
24
36
48
Viral load
X
X
X
(X)
X
Hitung
CD4
Hitung
darah
X
X
X
X (ZDV)
X
(X)
X
lengkap
Tes
X (NVP,X (NVP,
X
X (NVP)
X
X
(X)
X
Fungsi
ZDV,
PIs)
Hati
Cholestero
PIs)
X (PIs)
X (PIs)
X (PIs)
l
X
(TDF,
Tes fungsi
triglycerid
X
X (TDF) IDV)
X
(X)
X
ginjal
a
X: pemeriksaan laboratorium dilakukan tanpa memperhatikan diberi tidaknya obat anti
retrovirus (ARV); X (ARV): pemeriksaan laboratorium dilakukan bila ARV diberikan secara
parenteral (lewat infus) ; (X): bisa dilakukan bisa tidak.
Bagi Anda yang penasaran dengan obat-obatan anti retro virus, apa nama dagangnya dan apa
nama generiknya serta siapa yang memproduksinya secara massal dapat dilihat pada tabel 17
berikut. Diperhatikan dengan seksama ya! Ada ga ya perusahaan dalam negeri yang
menghasilkannya, seperti Kalbe Farma, Sanbe Farma, Dexa medica? Inilah tantangannya.
52 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Table 17 . Daftar obat Antiretroviral
Nama non propeti
Nama merek dagang
Perusahaan Farmasi
Internasional
penghasil
NRTIs ( Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors)
Epzicom US, Kivexa United Kingdom
GlaxoSmithKline
Abacavir (ABC)
(lamivudine/
abacavir)
Trizivir Europe, United Kingdom, US
Abavir
Genixpharma
(zidovudine/
Virol
Ranbaxy
lamivudine/abacavir)
Virol LZ
Ziagen
UnitedEC
Kingdom, United States
Videx,
Videx
Bristol-Myers Squibb
Didanosine (ddI)
(abacavir/lamivudine/zidovudine)
Dinex EC
Cipla
Odivir Kit
AviroRanbaxy (India)
(didanosine/lamivudine/efavirenz)
Z
Virosi
Divir
Thai Government
ne
ATRIPLA
Bristol-Myers Squibb
Emtricitabine (FTC)
Viro(efavirenz/emtricitabine/tenofovir)
and
Emtriva
Gilead Sciences
Z
Gilead Sciences
Truvada (tenovovir/emtricitabine)
Combivir United Kingdom, United States GlaxoSmithKline
Lamivudine (3TC)
(lamivudine/zidovudine)
Epivir United Kingdom, United States,
Zeffix United
Kingdom
Epzicom United States, Kivexa United
Lamivox
Aurobindo
Kingdom
Stavex-L (lamivudine/stavudine)
(lamivudine/abacavir)
Stavex-LN
Trizivir United Kingdom, United States
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
(zidovudine/
Duovir
(lamivudine/zidovudine)
Cipla
Zidovex-L
lamivudine/abacavir)
Duovir-N
(lamivudine/zidovudine)
(lamivudine/nevirapine/zidovudine
Zidovex-LN
)(lamivudine/nevirapine/zidovudine)
Lamivir
Heptavir
Genixpharma
Odivir Kit
Lamistar
30, Lamistar 40
(didanosine/lamivudine/efavirenz)
(lamivudine/stavudine)
Nevilast
Triomune
Virolam
Ranbaxy
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Virocomb
(lamivudine/zidovudine)
Zidolam (lamivudine/zidovudine)
Virolans
(lamivudine/nevirapine/stavudine
) Virolis (lamivudine/stavudine)
Virol LZ, Abac-ALZ
53 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
(abacavir/lamivudine/
zidovudine)
Nama non propeti
Internasional
Stavudine (d4T)
Nama merek dagang
Zerit, Zerit XR
Stavex
Stavex-L (lamivudine/stavudine)
Stavex-LN
Stavir
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Lamivir-S (lamivudine/stavudine)
Perusahaan Farmasi
penghasil
Bristol-Myers Squibb
Aurobindo
Cipla
Triomune
Lamistar (lamivudine/stavudine)
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Nevilast
Genixpharma
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Stavir
Stag
Avostav
GPO (Thailand)
Ranbaxy
Triviro-LNS
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Virolans
Truvada
Gilead Sciences
Tenofovir (TDF)
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
(tenofovir/emtricitabine)
Virolis,
Coviro
ATRIPLA
Bristol-Myers Squibb
Viread
(tenofovir)
(lamivudine/stavudine)
Trizivir United Kingdom, United States
GlaxoSmithKline
Triple nuceoside (TRZ) (efavirenz/emtricitabine/tenofovir)
Virostav
(zidovudine/
Combivir United Kingdom, United States GlaxoSmithKline
Zidovudine (ZDV or
lamivudine/abacavir)
AZT)
(lamivudine/zidovudine)
Retrovir United Kingdom, United States
Trizivir United Kingdom, United States
Zidovex
Auribindo
(zidovudine/
Zidovir
Cipla
lamivudine/abacavir)
Duovir (lamivudine/zidovudine)
Zido-H (zidovudine)
Genixpharma
Antivir
GPO (Thailand)
Aviro-Z
Ranbaxy
Virocomb (lamivudine/zidovudine)
Virol LZ
NNRTIs (Non-Nucleoside/Nucleotide
Reverse Transcriptase Inhibitors)
(abacavir/lamivudine/zidovudine)
Viro-Z
Rescriptor
Pfizer, Inc.
Delavirdine (DLV)
Sustiva Europe, United Kingdom,
Bristol-Myers Squibb
Efavirenz (EFV)
Stocrin Australia, Europe, Latin
America, South Africa
Viranz
Aurobindo
ATRIPLA
Efavir
Cipla
(efavirenz/emtricitabine/tenofovir)
Estiva
Genixpharma
Efferven
Ranbaxy
54 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
55 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Nama non propeti
Nevirapine
(NVP)
Internasional
Fusion inhibitors
Enfuvirtide, T-20
Protease inhibitors
Amprenavir (APV)
Atazanavir (ATV)
Fosamprenavir (FPV)
Indinavir (IDV)
Lopinavir/ritona
vir combination
Nelfinavir
(LPV/r) (NFV)
Ritonavir (RTV)
Saquinavir (SQV)
Nama merek dagang
Viramune
Nevirex
Stavex LN
Duovir-N
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
(lamivudine/nevirapine/zidovudine)
Nevimune
Nevilast
Triomune(lamivudine/nevirapine/stavudine)
GPOVir
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Nevipan
Triviro LNS
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Virolans
(lamivudine/nevirapine/stavudine)
Fuzeon
United Kingdom, United States
Zidovex-LN
Perusahaan Farmasi
Boehringer
penghasil Ingelheim
Aurobindo
Cipla
Genixpharma
GPO (Thailand)
Ranbaxy
Roche
Pharmaceuticals &
(lamivudine/nevirapine/zidovudine)
Trimeris, Inc.
Agenerase United Kingdom, United States GlaxoSmithKline
Reyataz Europe, United States
Bristol-Myers Squibb
Lexiva United States, Telzir United
GlaxoSmithKline and
Crixivan
Merck
Kingdom
Vertex & Co.
Indivex
Aurobinda
Indivir
Cipla
Indivir
Genixpharma
Virodin
Ranbaxy
Kaletra
Abbott Laboratories
Viracept
Nelvex
Nelvir
Nelfin
Nefavir
Norvir
Ritovir
Fortovase Europe, United Kingdom,
United States
Invirase United Kingdom, United States
Pfizer, Inc., Roche
Pharmaceuticals
Aurobinda
Cipla
Genixpharma
Ranbaxy
Abbott Laboratories
Hetero/Genix
Roche
Pharmaceuticals
56 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Prognosis (Akhir Cerita)
Belum bisa disembuhkan! Lha itu ada obat anti retro virus? Pengobatan dengan anti retro virus
memang pengobatan yang utama saat ini terhadap HIV/AIDS. Dia tidak menyembuhkan, tetapi
hanya bisa mencegah orang menjadi sakit selama beberapa tahun. Pengobatan harus konsisten
setiap hari dan bahkan sepanjang seseorang masih diberikan kehidupan oleh Yang Maha
Memberikan kehidupan. Obat anti retro virus bekerja melawan infeksi HIV dengan menekan
penggandaan HIV di dalam tubuh. 27
Permasalahan Khusus penderita HIV/AIDS
Penderita Anak-anak
Anak-anak mendapatkan perhatian khusus. Karena disamping kondisi tubuhnya yang sedang
mengalami tumbuh kembang, juga anak hanyalah korban. Anak-anak sangat tergantung pada
orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab penuh padanya. Penularan pada anak terjadi
lebih dari 90% karena penularan dari ibu ke anak saat anak masih dalam kandungan ibu. Sisanya
karena menerima darah yang terkontaminasi HIV.
Secara prinsip penyakit AIDS yang muncul hampir sama sistem pertahanan tubuh yang belum
sempurna, karena sedang tumbuh dan berkembang. Di sisi lain, HIV melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Jadi sudah lemah bertambah lemah lagi. Berikut saya tampilkan kondisi AIDS
pada anak-anak.
27
www.aidscommunity.com
57 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 32. Limfoma (salah satu jenis kanker yang terkait HIV/AIDS) pada anak dengan
kondisi malnutrisi dan perut buncit
Gambar 33. Pneumonia pada anak 18 bulan dengan HIV positif
58 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 34. Infeksi Cytomegalovirus yang menyertai infeksi HIV merupakan ancaman
tersendiri pada anak. Tampak kerusakan pada retina mata, yang membuat anak
rentan terhadap ancaman kebutaan.
59 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Gambar 35. Infeksi herpes simplex juga lebih berat terjadi pada anak-anak yang menderita
AIDS
Gambar 36. Penurunan berat badan yang drastis juga terdapat pada anak-anak dengan
HIV/AIDS. Orang medis menyebutnya dengan istilah cachexia terkait HIV
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Saya tidak membatasi orang dengan HIV/AIDS ini hanya pada satu golongan, tetapi semua
golongan baik pada wanita, terutama mereka yang mempunyai perilaku resiko tinggi seperti
yang profesinya sebagai pekerja seks komersial, golongan homoseks terutama dari jenis men
have sex with men, dan juga para pengguna narkoba injeksi intravena. Mereka itu rawan
mendapatkan stigma dari masyarakat.
Beberapa alasan yang membuat stigma itu muncul adalah 28:


28
HIV/AIDS adalah penyakit yang mengancam jiwa
Infeksi HIV dikaitkan dengan perilaku khusus (seperti homoseksual, kecanduan obat,
prostitusi / pelacuran dan hidup serba boleh) yang telah distigmatisasi oleh sebagian besar
masyarakat.
www.AVERT.org
60 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a



Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV melalui hubungan seksual. Sedangkan Penyakit
Menular Seksual sendiri sudah sangat terstigmatisasi.
Terdapat adanya informasi yang tidak benar bagaimana HIV itu ditularkan.
Infeksi HIV seringkali dianggap sebagai akibat dari sikap yang tidak bertanggung jawab
seseorang.
Dampak dari stigma yang muncul adalah :



Penderita semakin jauh dan tidak tersentuh
Pendertia rawan menularkan kepada banyak orang, entah lewat hubungan seksual,
menurunkan infeksi HIV pada anak yang dikandung, atau ditangani oleh profesional
kesehatan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip patient safety dalam penanganan pasien,
sehingga HIV mempunyai potensi penularan pada komunitas yang lebih luas dan tidak
terkendali.
Penderita tidak dapat berdaya, dalam arti mereka sibuk menyalahkan diri, tidak berpikir
lebih luas dan mencoba menghentikan perluasan penyakit. Di samping itu, jika mereka
secara komunitas bisa berdaya, akan mampu menghimpun dan menggerakkan sumber daya
yang ada di masyarakat melakukan transformasi masyarakat yang sehat bebas resiko
menderita HIV/AIDS, membuat mereka merasa bermakna di sisa-sisa usianya.
Prinsip-prinsip dalam menghilangkan stigma secara proporsional adalah sebagai berikut :




Tujuan utama menghilangkan stigma adalah transformasi dari perilaku yang berresiko tinggi
menjadi perilaku yang sehat dan bebas resiko penularan HIV/AIDS
Penularan tidak terjadi lewat :
 berpelukan (asal tidak bau)
 memakai peralatan mandi secara bersama (tetapi beresiko tertular penyakit panuan,
kemungkinan Anda yang menularkannya kepada mereka… he he)
 memakai peralatan makan secara bersama
 dicium pipi oleh orang yang HIV positif (asal tidak digigit sampai berdarah)
 memakai baju atau selimut orang yang HIVpositif
 berciuman pipi dengan pipi pada saat bersalaman
 tidur bersama (asal tidak dilanjutkan dengan berhubungan seks atau melakukan
ciuman “Prancis”
 gigitan nyamuk atau serangga
Lebih diutamakan dengan pendekatan spiritual keagamaan
Kampanye patient safety pada profesional kesehatan
61 | M e n y o n g s o n g T s u n a m i H I V / A I D S t i b a
Related documents
Download