Kenangan & Harapan KENANGAN & HARAPAN 123 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Perjalanan 50 Tahun Fakultas Teknik dalam Kenangan Prof. Suhardjono (Aktivis, Alumni, Dosen dan mantan Dekan Fakultas Teknik) Profesor Suhardjono, salah satu guru besar yang dimiliki Fakultas Teknik saat ini, merupakan saksi hidup dan juga pelaku sejarah dari perjalanan panjang setengah abad Fakultas Teknik. Pak Jon, begitu biasa beliau disapa, adalah alumni jurusan Teknik Sipil yang merupakan lulusan pertama dan terbaik pada tahun 1973. Beliau kemudian mengabdi sebagai dosen di Jurusan Teknik Pengairan dan bahkan pernah sampai 2 kali menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik. Tulisan berikut adalah catatan beliau dalam merekam kenangan perjalanan emas 50 tahun Fakultas Teknik UB, baik semasa menjadi mahasiswa, dosen maupun saat menjadi Dekan. PRASARANA PERKULIAHAN Kampus Fakultas Teknik 1963-1968 Pada tahun 1963-an, Kantor Pusat Universitas Brawijaya, berada di jalan Guntur. Tepatnya di samping kiri Gereja Ijen. Gedung tersebut masih merupakan gedung pinjaman, bukan milik universitas. Di gedung itu juga dilakukan kegiatan administrasi Fakultas Teknik Universitas Brawijaya pada awal pendiriannya di media tahun 1963. Sedangkan kegiatan perkuliahan dan kemahasiswaan Unbra1 terbagi di dua lokasi. Pertama, di jalan Kotalama Malang, yang merupakan kantor dan ruang perkuliahan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (FHPM). Sedangkan kegiatan fakultas yang lain, termasuk Fakultas Teknik, berada di lokasi “kampus” Dinoyo. Di saat itu, di tahun 1963, di maksud dengan “kampus” hanyalah terdiri dari empat unit bangunan ruang kuliah dan kantor. Yang masingmasing digunakan oleh Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan (FPKH), Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK) dan Fakultas Ekonomi (FE). Dimana perkuliahan Fakultas Teknik “sementara” bergabung di gedung kuliah Fakultas Perternakan. Ternyata, “sementara” itu berjalan sampai lebih dari 5 tahun. Mulai dibangun “kampus” Dinoyo Pada tahun 1968-1969 melalui dana pemerintah PELITA I, dimulai pembangunan kampus Dinoyo yang terdiri dari 2 gedung kuliah, 1 gedung kantor, 1 aula, dan bengkel teknologi mekanik. Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Kedokteran, menggunakan sarana baru tersebut untuk kegiatan perkuliahan dan kantor, secara bersama dan berdesakan. Seiring berjalannya waktu, jumlah mahasiwa bertambah. Kondisi sarana pendidikan, gedung kuliah, dan laboratorium sudah sampai tingkat memprihatinkan. Pernah terjadi, akibat mendesaknya kebutuhan ruang perkuliahan, dibangun beberapa ruang kuliah sementara, yang di antaranya, berangka kayu dan berdinding triplek. Pada saat itulah, di tahun 1970 sampai 1981, Proyek Induk Serbagana Kali Brantas mmeberikan bantuan yang tidak ternilai. Bersama dengan partisipasi masyarakat, mulai dibangun beberapa gedung yang selanjutnya menjadi awal 1 Sampai dengan awal 1980-an, UNBRA merupakan kependekan dari Universitas Brawijaya, setelah itu berganti menjadi Unibraw dan saat ini Universitas Brawijaya disingkat menjadi UB. 124 | Ruang perkuliahan FT UB di awal pendiriannya, bergabung dengan gedung Fakultas Peternakan, 1963 s/d 1969 Kenangan & Harapan Refief Simbol Universitas Brawijaya, 38 tahun menjadi latar depan Aula FT UB dari pembangunan Laboratorium Hidrolika dan Laboratorium Mekanika Tanah. Relief Simbol Universitas Brawijaya di Aula Dengan dana PELITA I, pada tahun 1968-1969 dibangunlah gedung aula FT Unbra, yang merupakan salah satu bagian dari paket pembangunan gedung-gedung perkuliahan di kampus Dinoyo. Pembangunan yang dilakukan secara swakelola oleh Biro Bangunan Universitas Brawijaya, berhasil dengan baik. Jadilah gedung yang dikenal sebagai Aula FT Unbra. Banyak kegiatan penting, terjadi di Aula bersejarah itu. Antara lain, kongres IMTI, Seminar Nasional Bendungan tipe Urugan, Kongres Internasional Ecafe, serta banyak kegiatan lain. Khusus bagi mahasiswa FT Unbra, Aula tersebut, pada tahun 1970-an dikenal sebagai tempat pertemuan antar angkatan. Pertemuan itu terjadi saat diasakannya ujian mata kuliah Diferensial Integral. Saking banyaknya yang harus mengulang ujian mata kuliah tersebut, maka peserta ujian dapat mencapai ratusan mahasiswadari berbagai angkatan dan jurusan. Ada yang hal menarik di Aula tersebut. Di tembok depan, terpapar relief Simbol Universitas Brawijaya. Relief dari semen, berwarna gelap, setinggi 1,5 meter, berbentuk segi lima, dengan gambar patung Brawijaya di tengahnya. Relief tersebut mulai menandai Aula sejak tahun 1970, menjelang diadakannya suatu kongres nasional. Sejak saat itu, selama lebih dari 38 tahun, relief itu menjadi latar depan, dari semua kegiatan di Aula. Baktinya berakhir di tahun 2008 di saat Aula tersebut dirobohkan untuk menjadi gedung utama FT Ub yang megah. Beruntunglah refief itu. Ia tetap terpelihara. Bahkan refief bersejarah itu telah menempati tempatnya yang jauh lebih baik, sebagai penanda di depan gedung Utama FT UB. Tentunya hal itu, dapat memberikan kebanggaan hati pembuatnya. Adalah ir.H.Subeki (Sipil’65), yang pada saat tahun 1970 ketika masih sebagai mahasiswa, sangat aktif berkegiatan, termasuk berkesenian. Selama tiga malam, dalam kesendiriannya, ia Saat ini, relief itu menjadi penanda di Gedung Utama FTUB memahat semen dan membawa kenangan. refief yang banyak Dimulainya kegiatan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 1970, tercatat hal penting. Yakni didirikannya Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat FT UB. Penggagas utamanya adalah Ir. Mardjono Notodihardjo, yang saat itu juga sebagai Pembantu Dekan bidang Akademis, kemudian mengetuai lembaga itu. Ia dibantu oleh Kadar Sudimoeljo, seorang pensiunan departeman Pekerjaaan Umum, dan pekerja yang penuh semangat dan berdedikasi tinngi, sebagai sekretaris. Berkat hubungan dan kewibawaan ir. Mardjono, berbagai kerjasama berhasil dibangun, dan banyak kegiatan berhasil dilakukan. Di antaranya: (1) penelitian tras sebagai bahan bangunan di daerah Malang, (2) penelitian rumah sederhana dengan kuda-kuda papan paku di Kodya Malang, (3) Penelitian Bahan Bangunan Lokal di daerah Malang, Direktur Perumahan Raykat. 1970-1971dan (4) penataan kawasan perumahan desa Lolaras sebagai hunian baru, relokasi desa yang terkena genangan bendungan Sutami. (5) Survey kali Konang, pemda Nganjuk, 1971 Kegiatan terkait pengabdian masyarat di antaranya:, (1) Penyuluhan rumah sehat di daerah Blitar dan Malang Selatan,(2) Study daerah Grati sebagai Usaha ternak Potong, PT Mangunjoyo, (3) Perencaaan oulline plan Kota Lumajang, (4) Jendelanisasi Perumahan Desan di daerah Blitar Selatan, serta pelaksanaan berbagai kursus seperti kursus Net Work Planning, Management dan Kepegawaian. Tahun 1978, akibat meningkatkan kebutuhan layanan, LPPM dimekarkan menjadi LPM (melayani kegiatan pengabdian kepada masyarakat) dan LPAT (melayani penelitian dan afiliasi teknik). 125 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Program Percepatan Pendidikan Insinyur (P3I). Tahun 1983, tanpa dinyana, keberuntungan datang. Prof. Dr. Ir. B.J.Habibi, Menteri Riset saat itu, menyatakan Insinyur di Indonesia sangat terbatas, karenanya segera perlu ditambah jumlahnya. Pendidikan insinyur perlu ditingkatkan agar dapat lebih banyak menghasilkan insinyur. Beberapa perguruan tinggi yang mempunyai fakultas teknik ditantang untuk mengikuti Program Percepatan Pendidikan Insinyur (P3I) yang dibiayai oleh Pemerintah dan Bank Dunia, untuk pengambangan Jurusan Teknik Mesin dan Jurusan Teknik Elektro. Syaratnya, masing-masing fakultas teknik diminta membuat usulan tentang rencana bagaimana meningkatkan lulusannya, dan kebutuhan apa yang diminta untuk dapat merealisasikan rencana tersebut. Syarat lainnya, proposal tersebut harus selesai dibuat dalam waktu tiga bulan. Saat itu, dengan gairah, dosen dari berbagai jurusan bersatu padu bekerja bersama menyusun proposal, membuat berbagai rencana, termasuk membuat gambar dan merencanakan anggaran bagi pembangunan beberapa gedung kuliah dan laboratorium, berikut peralatan dan bahannya. Akhirnya dalam waktu kurang dari tiga bulan, selesailah dokumen, yang terdiri dari 6 bendel rancangan dan berikut gambar-gambar. Sungguh satu kerja keras yang ”ajaib”. Saat itu, rasanya tidak ada keluh kesah tentang honorarium, apalagi tentang hak. Semuanya iklhas bekerja untuk sesuatu yang belum tentu diperoleh. Pertengahan 1984 bersama Prof. DR. Harsono, Rektor Unibraw saat itu, Dekan FT Unibraw memberikan presentasi dihadapan tim seleksi, yang di antaranya dihadiri oleh Prof. BJ Habibi selaku ketuanya. Bersaing dengan banyak perguruan tinggi lain yang lebih senior, timbul perasaan cemas, dan kurang percaya diri. Dua bulan kemudian, diumumkan lima perguruan tinggi teknik yang berhasil untuk diikutsertakan pada proyek tersebut. FT Unbraw termasuk salah satu di antaranya. Lima perguruan tinggi yang berhasil adalah Universitas Indonesia, ITB, Universitas Gajah Mada, ITS dan Unibraw. Melalui proyek itu, FT Unibraw berhasil membangun dua gedung kuliah untuk jurusan teknik Mesin dan Elektro, dan dua bangunan Laboratorium Mesin. Di tahun 1984, membangun sekaligus empat buah gedung yang masingmasing berlantai dua, sungguh suatu prestasi yang membanggakan. Berbarengan dengan pembangunan sarana dilakukan berbagai peningkatan dalam proses belajar mengajar, peningkatan jumlah mahasiswa baru, dan berbagai kegiatan lain yang bertujuan 126 | meningkatkan jumlah lulusan insinyur secara signifikat pada akhir tahun ke empat. Pada akhirnya tujuan itu terlaksana. Membangun lebih tinggi Waktu berjalan, jumlah prodi bertambah, jumlah mahasiswa meningkat membawa lebih banyak kebutuhan ruang kuliah, laboratorium dan kantor. Berbagai pembangunan berhasil dilakukan melalui baik melalui dana pemerintah, dana swadaya khususnya dengan bantuan dari Ikatan Orang Tua Mahasiswa, maupun dana yang lain. Masing-masing jurusan dan prodi mengerahkan dayanya untuk meningkatkan prasarananya, dan umumnya berhasil. Hal itu mendorong gagasan dosen Arsitektur untuk membangun Gedung (baru) Fakultas Teknik sekaligus sebagai landmark kampus, yang berada di jalan MT Haryono. Rancangan dibuat dan secara bertahap pembangunan dilakukan. Tahun 2000 dimulai pembangunan gedung kuliah baru 3 lantai untuk jurusan PWK dan Pengairan, tahun 2006 dibangun gedung kuliah baru jurusan Arsitektur, juga tiga lantai. Gedung utama FTUB, yang merupakan gedung berlantai 7, mulai dibangun tahun 2009 dan diresmikan penggunaannya di tahun 2012. Saat ini impian Gedung FTUB sebagai landmark jalan MT Haryono. Terwujudlah sudah. PROSES PERKULIAHAN Di awal pendirinya, antara tahun 1963-1967, proses perkuliahan menerapkan sistem tahunan. Bila pada sistem semester kuliah dilakukan dengan 16 kali tatap muka, maka pada sistem tahunan, kuliah diadakan sekitar 25 – 30 kali tatap muka. Meskipun dalam praktiknya, saat itu, kuliah “tidak terlalu sering dilakukan“. Di akhir tahun, diadakan dua kali ujian. Ujian yang kedua (ujian ulangan) hanya diikuti oleh mereka yang gagal pada ujian pertama. Proses perkuliahan dimulai dari Tingkat Persiapan. Di tingkat ini, waktu belajarnya (semestinya) 1 tahun, dan bertujuan memberikan Kenangan & Harapan persiapan bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti pendidikan berikutnya, di Tingkat Sarjana Muda. Kelulusan di tingkat persiapan merupakan syarat untuk mengikuti pelajaran di tingkat sarjana muda, selama 2 tahun. Selanjutnya, mereka yang lulus dari tingkat Sarjana Muda mendapat hak untuk mengikuti kuliah di Tingkat Sarjana, juga dalam waktu 2 tahun. Dengan demikian program pendidikan Insinyur Teknik saat dirancang dapat dapat diselesaikan dalam waktu paling cepat 5 tahun. Di tahun pertama dan kedua itu, masih digunakan sistem tahunan. Sistem tersebut dirasakan sangat berat. Bila tidak lulus pada tahun itu, harus mengulang keseluruhan mata kuliah Padahal, paa sistem tahunan tersebut, ujian hanya dilakukan dua kali, ujian utama dan ujian ulangan. Lulus Insinyur, dapat Tiga Ijasah Sampai dengan tahun 1976-an, mahasiswa yang lulus sarjana, mendapat 3 (tiga) ijasah. Pertama ijasah tingkat Persiapan, kedua tingkat Sarjana Muda, dan ketiga tingkat Sarjana. Ijasahnya juga unik. Pada ijasah tingkat persiapan dan sarjana muda, yang di tandatangani oleh Dekan dan Pembantu Dekan I (atau pembantu dekan urusan akademis), tertera pula daftar nama mata kuliah yang telah diselesaikan. Apa saja mata kuliah yang diajarkan? Pada tahun 1963-1967, sebanyak 11 mata kuliah wajib diikuti di tingkat persiapan. Tidak ada mata kuliah pilihan. Syarat kelulusan tingkat persiapan adalah apabila semua mata kuliah yang diwajibkan, telah dinyatakan lulus. Akibatnya, tidak sedikit mahasiswa yang tertahan di tingkat persiapan, karena belum lulus 1 atau 2 mata kuliah saja (dan umumnya di matakuliah Diferensial Integral, yang merupakan matakuliah “tersulit“ saat itu) Tingkat Sarjana Muda dan Tingkat Sarjana Pada ijasah tingkat Persiapan, tertulis... ”kepadanya diberi idzin menempuh udjian tingkat Sardjana Muda Djurusan 2. Artinya, hanya mereka yang telah lulus dari tingkat Persiapan, boleh mengikuti kuliah di tingkat Sarjana Muda. Pada awalnya, perkuliahan di tingkat Sarjana Muda juga masih menggunakan sistem tahunan, dengan 13 mata kuliah wajib diikuti. Baru pada tahun 1967 dimulai perkuliahan dengan sistem semester. Kuliah dan evaluasi dilakukan selama enam bulanan. Jumlah dan mata kuliah masih berupa paket, tidak ada pilihan semua merupakan mata kuliah wajib. Akibat situasi politik, menjadikan pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1969, program 2 Menggunakan ejaan lama. perkuliahan berlangsung dalam suasana yang tidak menentu. Perkuliahan sering tidak berjalan. Jadwal kuliah tidak menentu. Bahkan dimulai pertengan 1966 dalam waktu sekitar satu semester, hampir tidak ada kegiatan perkuliahan terjadi di dalam kampus. Di tingkat sarjana, yang terdiri dari tiga semester, yakni semester VII, VIII dan IX, mahasiswa wajib menempuh sebanyak 23 mata kuliah. Belum tersedia mata kuliah pilihan, semua merupakan mata kuliah wajib. Dimulai pada tahun 1980, Fakultas Teknik menggantikan sistem pendidikan dengan program pendidikan jenjang Strata I (S1). Pada sistem ini jumlah kreditnya adalah 160 sks yang didistribusikan dalam 9 semester dengan evaluasi prestasi mahasiswa tiga kali yaitu evaluasi pertama setelah 2 tahun, evaluasi kedua setelah 4 tahun, dan evaluasi terakhir setelah 7 tahun mahasiswa harus sudah lulus, dan hanya diterbitkan satu ijasah, yakni ijasah sarjana S1. Setelah mengalami evaluasi beberapa kali, mulai tahun 2000 beban studi minimal mahasiswa, berkurang menjadi 144 sks, dengan berbagai mata kuliah yang yang dapat dipilih mahasiswa. Masa kritis Fakultas Teknik .. Tahun 1970-an merupakan masa kritis bagi Fakultas Teknik Unbra. Disamping kondisi perkuliahan yang kurang kondusif, juga belum ada tanda-tanda apakah Fakultas Teknik ini dapat meluluskan sarjananya. Di usianya yang ketujuh belum ada insinyur yang berhasil diluluskan. Masyarakat dan terutama mahasiswa gelisah. Saat itu, lapangan pekerjaan bagi lulusan Sarjana Muda Fakultas Teknik, terbuka lebar. Karenanya sebagian besar mahasiswa tingkat sarjana telah memperoleh pekerjaan. Kuliah bukan menjadi kegiatan utama. Mahasiswa kuliah, sambil menunggu apakah memang Fakultas Teknik mampu meluluskan sarjana tekniknya. Kepercayaan masyarakat terhadap FT Unbra, juga menurun. Bila pada tahun 1963 sd 1968 jumlah mahasiswa baru untuk Jurusan Sipil ratarata di atas 90 orang, mulai tahun 1969 menurun menjadi 39, dan makinmerosot di tahun 1970 menjadi hanya 30 mahasiswa baru yang terdaftar di Jurusan Teknik Sipil. Akhirnya munculah ada tiga ‘pendekar‘, dua dari jurusan Sipil Ir. CD. Sumarto, dan Ir. Yan Utama, serta satu dari jurusan Mesin, Ir. Abel Silalahi. Ketiganya berhasil membuktikan bahwa FT Unbra mampu meluluskan sarjanannya. Itu terjadi di akhir tahun 1972. Kelulusan itu, membangkitkan kembali semangat. Rasa percaya diri meningkat. Berbondong-bondong mahasiswa ‘kembali ke 127 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya kampus‘. Hasilnya jumlah lulusan meningkat dari tahun ke tahun. Kepercayaan masyarakat juga meningkat, jumlah mahasiswa baru bertambah. Kampus kembali menemukan jiwanya dan semangat kependidikannya. Suasana ujian sarjana di tahun 1972 Pertengahan tahun 1972, setelah semua persyaratan untuk mengikuti ujian sarjana telah rampung, saya bersama M Liliek Dumaeri, mengajukan permohonan untuk mengikuti ujian sarjana. Fakultas menyetujui, dan ujian akan dilakukan pada bulan Desember 1972. Inilah sidang ujian sarjana teknik sipil, yang kedua kalinya. Ujian pertama dilakukan akhir 1971, yang berhasil meluluskan alumni jurusan Sipil pertama dan kedua, Ir. CD Soemarto (alm, terakhir berkarir sebagai ahli utama Hidrologi), dan Ir. Jan Utama (wiraswasta di Jakarta). Karenanya, sidang ujian sarjana ini, juga masih mencari bentuk. Dewan pengujinya cukup banyak, semua pimpinan fakultas menjadi anggota penguji. Mulai dekan (Ir. Suryono), pembantu dekan I (Ir. Kresno Sardjito), pembantu dekan II (drs. Hasyim Baisoeni), pembantu dekan III (drs Kapil), serta anggota dewan penguji sebanyak 4 orang, dan semua pembimbing (ir. Hoesni Sabar, Ir. Eddy Soetisna, dan Ir. CD Soemarto). Total jumlah penguji 11 orang. Semua mempunyai hak bertanya dan memberikan nilai. Karena itu, wajar saja, ujian berlangsung dalam waktu yang cukup lama Lulus Ujian, Masuk Kolam Saya lulus dengan predikat baik, dan tercatat sebagai lulusan teknik sipil yang ke tiga. Demikian pula Ir.M. Liliek Dumaeri, menjadi lulusan yang ke empat dari Jurusan Teknik Sipil. Begitu keluar ruang ujian, telah siap sambutan dari sahabat-sahabatku, antara lain mas Azis Hoesein, mas Wateno Utomo, mas alm. Wasono Subroto, dan lain-lain. Beramai-ramai aku dan Liliek diceburkan ke dalam kolam3. Dan sejak saat itu, dimulailah tradisi menceburkan alumni baru ke kolam. Tradisi ini berhenti di tahun 1985 saat kolam tersebut dibongkar. 3 Kolam air mancur, berlokasi di depan laboratorium hidrolika. 128 | Kebiasaan pesta lulusan, tidak saja penceburan di kolam, tetapi dilanjutkan dengan menonton bioskop bersama. Di saat TV masih sangat jarang, video belum muncul, nonton bioskop merupakan hiburan menyenangkan untuk mahasiswa. Sehingga menonton bioskop gratis, karena ditraktir oleh insinyur baru lulus, merupakan hal yang ditunggu. Seratusan mahasiswa bareng nonton bioskop, dan bersorak saat di layar tertuliskan ucapan selamat dan nama-nama insinyur yang baru lulus. Entah kapan tradisi menyenangkan itu, menghilang. Wisuda tanpa toga, 1973 Wisuda tanpa Toga Maret 1973, aku di wisuda. Istriku Tatik, alm. bapak dan beberapa orang yang paling aku cintai dan banggakan hadir. Aula Fakultas Teknik, dengan relief besar simbol Universitas Brawijaya, merupakan aula terbesar dan sekaligus sebagai tempat berbagai acara penting, termasuk acara wisuda sarjana. Jumlah sarjana yang diwisuda saat itu, tidak terlalu banyak. Lulusan Fakultas Teknik di tahun 1972 hanya 4 orang, salah satu di antaranya adalah aku. Karena predikat kelulusanku yang terbaik, aku ditunjuk sebagai wakil lulusan FTUB yang mendapat “kalung” kelulusan. Penggalungan dilakukan oleh Dr. Mulyad, Rektor waktu itu. Wisuda berlangsung sederhana, belum memakai toga. Pembeda antara tamu dan wisudawan adalah kalung yang dikenakannya. Itulah wisuda tanpa toga terakhir, yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya. Selanjutnya wisuda dilakukan dengan memakai toga dengan jumlah lulusan lebih banyak. Tempatnya pun berpindah, dari Aula Fakultas Teknik, ke tenda besar yang sengaja di pasang halaman di muka bengkel Fakultas Teknik. Kenangan & Harapan Tokoh Senior Fakultas Teknik UB Prof. Drs. H. M. Hasyim Baisoeni Nama yang Familiar di Civitas Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB). Putra kelahiran Madura, tepatnya di Pamekasan pada tanggal 15 April 1937. Sebelum menetap di Kota Malang, beliau mengalami perjalanan panjang dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama di Pamekasan, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Kota Malang. Pada Tahun 1958, beliau melanjutkan jenjang pendidikan sarjananya pada Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada dan tepat 5 tahun berselang (1963) berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya. Setelah itu mengabdi sebagai dosen di Universitas tersebut selama dua tahun. Sebelum tinggal di Kota Malang, beliau juga pernah berencana untuk tinggal di Jember atau Makasar. Namun pada bulan Juni 1965 beliau menjadi staf pengajar di FTUB, yang juga berarti beliau memutuskan untuk menetap di Kota Malang. Tentunya beberapa pertimbangan khusus yang menyebabkan beliau memilih kota Malang sebagai tempat untuk menetap dan berkarya. Pak Hasyim begitu beliau akrab dipanggil, menceritakan singkat tentang sejarah FTUB. “Dahulu Fakultas Teknik tidak mempunyai geudung untuk kuliah karena pada waktu itu sebagian besar lahan masih berupa persawahan”, ujarnya. Dari keadaan tersebut membuat tempat perkuliahan FTUB berpindah-pindah, seperti menggunakan Gedung PGA di Jalan Bandung yang sekarang dipergunakan sebagai Sekolah, gedung SHD yang sekarang menjadi salah satu tempat perbelanjaan di Malang, yang lebih dikenal dengan sebutan MATOS. STM Angkatan Laut dan kantor Proyek Brantas pun juga digunakan sebagai tempat proses pembelajaran FTUB. Proyek Brantas merupakan salah satu badan yang memegang peranan penting berdirinya Fakultas Teknik, peranan yang dilakukan mulai dari bantuan Staf Pengajar serta bantuan dana. Awal berkarir di Universitas Brawijaya, banyak kenangan, baik suka maupun duka beliau rasakan. Saat awal di FTUB, beliau sangat miris sekali dengan keadaan saat itu. Minimnya sarana dan fasilitas mengajar, terlebih lagi gedung untuk kuliah pun masing “numpang”. Akhirnya beliau bertekad untuk memperbaiki keadaan FTUB, perbaikan ini ditujukan ke pembangunan gedung FT dengan meminta bantuan dana kepada orang tua mahasiswa. Dari dana yang terkumpul dibangunlah gedung kuliah pertama FT, dimana saat ini sebagai gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Ditahun 1968, Pak Hasyim beserta para tokoh senior Fakultas Teknik membangun lima gedung, salah satunya bangunan tersebut digunakan untuk bengkel mesin dan laboratorium hidrolika. Hal yang menarik saat di Fakultas Teknik, beliau menginstruksikan staf pengajar (dosen) untuk mengenakan jaket merah yang terbuat dari kain beludru. Semua ini dilakukan agar FTUB terlihat di mata Universitas Brawijaya atau dapat dikatakan bahwa untuk memperlihatkan eksistensi FTUB. Ayah lima anak ini memaparkan perjalan karirnya yang dirintis mulai nol sampai menduduki jabatanjabatan tertentu di Universitas Brawijaya. Beliau berkarir di Universitas Brawijaya sejak tahun 1965-2007. Awal masuk Fakultas Teknik beliau hanya sebagai staf pengajar pengampu Mata Kuliah Kalkulus, matakuliah yang menajadi “momok” bagi mahasiswa FTUB. Kemudian beliau diangkat menjadi Pembantu Dekan, selanjutnya Sekretaris Dekan. Pada tahun 1994-1998 beliau dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Rektor Universitas Brawijaya. Ditengah kesibukannya sebagai pengajar, ditahun 1986 beliau berhasil menerbitkan sebuah buku berjudul Kalkulus yang hingga saat ini dijadikan buku panduan mahasiswa untuk mata kuliah Kalkulus, dari buku inilah beliau mendapat gelar Guru Besar. Selain menjadi pengajar yang baik, beliau juga adalah ayah yang bertanggung jawab dalam mendidik putra dan putrinya dengan menyekolahkan hingga ke program Magister (S2). Dua orang putra beliau mengikuti menjadi pengajar di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Menurut pendapat beliau, sekarang Fakultas Teknik jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan pada awal berdirinya. Fasilitas serta sarana mengajar sudah tercukupi mulai dari adanya gedung perkuliahan di masing-masing Jurusan dan tenaga pengajarpun sudah banyak dari alumni sendiri maupun luar alumni. Beliau berpesan supaya menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar, mampu menolong orang lain, serta bekerjalah dengan penuh keikhlasan. “Hari Esok harus lebih baik dari hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari kemarin”, yang berarti Fakultas Teknik mampu bersaing dengan Perguruan Tinggi lainnya dan menjadi terdepan di masa yang akan datang. *) disadur dari buku “Berkarya dan Mengabdi“. Menyambut 45 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 129 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Testimoni Ketua Jurusan Teknik Sipil Ir. Sugeng Prayitno Budio, MS Pada tahun 2005 Ir. Sugeng Prayitno Budio, MS., menerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia. Beliau juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dengan beberapa kali menjadi pembimbing mahasiswa dalam kompetisi Jembatan Indonesia (PNJ UI 2006-2009) dan pada tahun 2009-2011 ditunjuk untuk menjadi Juri kompetisi tersebut. Selain itu beliau hingga kini aktif sebagai Pembimbing Club Jembatan Amera Club sejak 2008, dan Narasumber Pembinaan Mental Spiritual dan Etika Mahasiswa Pembinaan sejak 2007 hingga saat ini di Teknik Sipil FT UB. Mengingat beliau adalah lulusan FTUB maka beliau juga dengan sangat antusias menjadi Pendamping Kegiatan Kemah Kerja Mahasiswa di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Perkemahan 2010 FT UB. Kesan, Suka Dan Duka Selama menjadi Ketua Jurusan Teknik Sipil, hal yang paling tidak terlupakan adalah saat Jurusan Teknik Sipil berhasil mengadakan Umroh bersama dengan dana Swadaya jurusan pada tanggal 07 Februari 2013. Selain itu hal yang membuat pekerjaan beliau menjadi penuh dinamika adalah karena selain menjadi tenaga pendidik dan pimpinan jurusan, beliau yang beralamat di Jl. Anggur No.8 Dermo Mulyoagung, Dau ini juga sering diundang menjadi saksi ahli di pengadilan untuk kasus-kasus TIPIKOR (tindak Pidana korupsi). Suka duka yang dialami beliau dalam berkarya bersama FTUB terutama dirasakan saat pertama kali ditunjuk untuk menjabat Ketua Jurusan Teknik Sipil, hal ini dikarenakan pada saat itu Jurtusan Teknik Sipil sedang “terkena Musibah”, karena Jurusan ini mengalami kemunduran dalam status akreditasi yang semula A menjadi B. Untuk itu, bagi beliau menjadi Ketua Jurusan pada masa-masa sulit seperti itu membuat beliau terpacu untuk meningkatkan mutu Jurusan Sipil. Saat ini jurusan sipil sedang mengajukan akreditasi kembali dan visitasi telah dilaksanakan pada tanggal 3-5 September 2013 dimana diharapkan dapat terakreditasi A. Meski demikian, dengan kerjakeras bersama, Jurusan Teknik Sipil berhasil mendapatkan pengakuan dunia dengan menduduki peringkat 4 besar jurusan Teknik Sipil terbaik di Indonesia versi QS star. Berdasarkan pengalaman diatas itulah maka pak sugeng selalu merasa dukungan dari fakultas teknik UB baik secara moril maupun materiil sungguh merupakan hal yang berkesan bagi beliau. Beliau menyampaikan “ di teknik, kebersamaan dalam memajukan FT sungguh terasa, dimana suka dan duka ditanggung bersama”. Harapan Harapan beliau ke depan adalah bagaimana Jurusan Sipil pada khususnya dan Fakultas Teknik pada umumnya dapat lebih dikenal dalam taraf nasional maupun internasional untuk terus bersaing dengan berbagai lulusan teknik dari negara lain. Berikut beberapa pengalaman beliau dalam penelitian, pemberdayaan masyarakat, dan karir: Penelitian Penelitian Keandalan Bangunan Sipil Pada Struktur Cerobong Studi Kasus : Chimney PLTU Paiton Unit 6 dan 7, Tahun 2012 Artikel Jurnal Ilmiah Selection of Roof Structure Model of Timber, Lightweight Steel and Conventional Steel Due to Gravity Load, Jurnal International of Academic Research (IJAR) Vol.3 No.1 July 2011,ISSN 2075-4124 E-ISSN 2075-7107 , tahun 2011 Pengabdian masyarakat Perform Life Assessment and Structural Integrity of Chimney Structure (Paiton). Tahun 2011/2012. 130 | Kenangan & Harapan Testimoni Ketua Jurusan Teknik Mesin Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT Profil Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT., lahir di Jember, 3 September 1972, menamatkan studi S1 dari Teknik Mesin UB pada tahun 1995, S2 Teknik Mesin ITS (2000) dan S3 Teknologi Kedokteran UB (2006). Saat ini beliau menjabat sebagai Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB). Kesan, Suka Dan Duka Selama masa menjabat menjadi ketua jurusan mesin FTUB banyak hal yang telah diraih Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT, yang pertama adalah mendapatkan akreditasi “A” untuk jurusan Mesin, menjadi Ketua program Studi berprestasi ke-2 di UB. Prestasi-prestasi yang diraih inilah yang merupakan pengalaman beliau yang paling berkesan bagai beliau. Beliau menambahkan bahwa prestasi ini dapat diraih adalah berkat kerjasama dan kekompakan seluruh lini yang ada di jurusan Mesin maupun di fakultas Teknik. Menurut Koordinator Kajur Seluruh UB mulai tahun 2010 ini, bekerja di FTUB merupakan pengalaman yang menyenangkan sehingga beliau selalu enjoy dengan segala kesibukan yang beliau emban, “ Alhamdulilah, Networking kita di fakultas Teknik juga berlangsung baik”. Selama mengabdi menjadi dosen hingga sekarang menjadi ketua jurusan Mesin, beliau sempat mengalami masa-masa adaptasi yang cukup sulit mengingat pada awalnya beliau adalah dosen yang paling muda dan para dosen serta jajaran yang berada di Teknik Mesin merupakan Dosen beliau sendiri. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama dan beliau segera dapat bekerjasama dengan optimal. “saat ini keadaan sudah banyak berubah, Teknik Mesin sudah memiliki banyak tenaga Muda, dan (Teknik Mesin) berhasil mengantarkan sebanyak 18 dosen-dosen muda meraih gelar Doktor, dengan demikian kita bisa lebih progressif lagi!” sahut beliau. Dalam interaksinya dengan mahasiswa, mantan Pimpinan Redaksi Majalah mahasiswa teknik Mesin,DINAMIK, tahun 1992-1995 ini juga tidak kalah berkesan terutama saat berhasil mengantarkan mahasiswanya mengembangkan kegiatan Lomba Roket Air bersama dengan Dikti tahun 2008, menjadi Juara Gokart nasional tahun 2009, dan sedang dalam proses mempelopori kompetisi mobil listrik sebagai kegiatan mahasiswa tahun 2013. Selain itu, Jurusan Teknik Mesin juga berhasil memperoleh penilaian terbaik ke-4 pada UBAQA (UB Quality Award) pada tahun 2013. Harapan Harapan beliau kedepannya adalah untuk FTUB lebih memfokuskan Investasi terhadap peralatan Laboratorium sebagai penunjang utama penelitian mahasiswa dan dosen, dengan demikian FTUB dapat lebih berprestasi dan terus menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam tingkat Nasional maupun Internasional. Testimoni Ketua Jurusan Teknik Pengairan Ir. Dwi Priyanto, MS Profil Ir. Dwi Priyanto, MS, lahir di Kediri pada tanggal 2 Mei 1958. Beliau adalah alumni Jurusan Teknik Pengairan UB yang lulus pada tahun 1984, dan memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik Sungai ITS (1990) 131 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Kesan, Suka Dan Duka Satu hal yang selalu diingat oleh beliau adalah saat mulai mengabdi di Fakultas Teknik pada tahun 1984, satu minggu setelah kelulusannya dari FTUB. Menurut ayah tiga anak ini pengalamannya berjalan bersama Fakultas Teknik sangat tidak terlupakan, dimana hingga saat ini keterikatan, kekeluargaan, dan kebersamaan yang membuat suasana kerjasama di FTUB selalu sejuk. Selain itu begitu banyak hal-hal yang berkesan bagi beliau selama mengabdi di Fakultas Teknik terutama dalam bidang pengabdian masyarakat dan penelitian antara lain: Kontribusi FTUB dalam Asosiasi pengembangan Sungai, Kali Brantas, diikuti dengan penyediaan air di Timor- Timur yang pada kala itu baru bergabung dengan NKRI, turut serta dalam membentuk Embrio Proyek Pembangkit listrik di Paiton, tak lupa proyek workshop lapangan Legendaris; HLD (high Level Diversion) di pulau lombok, NTB,dari Lombok barat yang kecukupan air ke Lombok selatan yang kering dalam rangka program swasembada beras pada masa Orde Baru. “ saat itu jurusan pengairan FTUB masih berusia 8 tahun, begitu banyak program-program yang dipercayakan kepada jurusan Pengairan FTUB, dan hal inilah yang membuat saya semakin dewasa dalam penerapan ilmu secara teoritis yang saya dapat di kampus dan penerapannya dilapangan. Hal ini menjadi berkesan karena saat ini tidak banyak lagi kesempatan besar seperti itu untuk bisa dinikmati generasi sekarang. Sayang sekali” begitu imbuh beliau. Sebagai salah satu lulusan FT UB beliau memberikan perhatian lebih terhadap laboratorium Hidrolika terapan yang dimiliki jurusan pengairan. Bagi beliau bangunan itu merupakan salah satu bangunan ikonik dan paling bersejarah bagi FTUB mengingat laboratorium ini merupakan hasil kerjasama dari FTUB dengan Proyek Brantas dan mendapat bantuan Dari Nippon Koei. Beliau juga selalu mengingat amanah dari Prof Hasyim, agar tidak mengubah, ataupun meruntuhkan laboratorium tersebut, walaupun FTUB sedang gencar-gencarnya membangun gedung yang baru, agar laboratorium itu menjadi ikon bagi FTUB sebagai aset sejarah legendaris untuk menandai sejarah perjalanan FTUB sehingga dapat menjadi motivasi bagi generasi saat ini. Harapan Harapan beliau untuk Fakultas Teknik kedepannya agar terus mengembangkan diri menjadi Fakultas yang mamapu bersaing secara nasional maupun internasional. Menurut beliau salah satu caranya adalah dengan membuat trade mark bagi Fakultas Teknik dengan mencari keunggulan yang khusus dari FTUB untuk ditonjolkan dan di ekspos kepada masyarakat, dengan demikian FTUB akan dijadikan jujugan, atau sentra keilmuan yang dapat dipandang secara luas. Beliau memberi contoh bagaimana misalnya Teknik Mesin memiliki pengembangan mobil listrik, menurut beliau hal seperti ini jangan hanya di kembangkan, tetapi dikhususkan agar menjadi Ikon di FTUB sehingga bila orang mencari tentang mobil listrik, sudah pasti akan dating ke FTUB sebagai trademark dari pengembangan mobil listrik, begitupun dengan jurusan-jurusan lain. Selain itu,imbuh beliau, fokus terhadap penelitian hi- tech memang harus tetap dikembangkan untuk prestis, tetapi yang paling utama adalah bagaimana kontribusi FTUB dapat secara langsung dinikmati masyarakat, sehingga FTUB juga harus lebih memberi fokus pada penelitian-penelitian yang berbasis permasalahan yang terjadi di masyarakat agar penelitian dapat tepat guna mengingat pengguna dari produk FTUB adalah masyarakat yang 60%nya menengah ke bawah. Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya, agar visi Fakultas Teknik untuk mencapai fakultas dengan level dunia, menurut beliau, mengenai pendataan produk penelitian maupun pengabdian masyarakat harus didata secara lengkap dan di review berapa banyak yang sudah terlisensi secara nasional maupun internasional, sehingga ada motivasi bagi yang belum untuk terus mengembangkan penelitiannya agar menjadi penelitian yang diakui. Beliau juga ingin memotivasi mahasiswa dan dosen bahwa berani memulai riset itu baik, tetapi harus berani pula untuk mengembangkan risetnya hingga mendapat pengakuan Nasional maupun internasional. Jika sudah demikian fakultas teknik harus berkontribusi dengan mendukung secara materiilo maupun moril. Suasana kompetisi antar jurusan agar memotivasi penelitian-penelitian baru dengan memberikan reward dan pengakuan yang sesuai. 132 | Kenangan & Harapan Testimoni Ketua Jurusan Teknik Elektro Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono, MS Profil Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono, MS, lahir di Kediri pada tanggal 28 Juli 1958. Beliau adalah alumni Jurusan Teknik Elektro UB yang lulus pada tahun 1985, memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik Elektro Universitas Indonesia (1990) dan Doktor bidang Optical Communication dari UI juga pada tahun 2009. Kesan, Suka Dan Duka “bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan itu bisa dilakukan secara direct maupun indirect, secara langsung saya berkecimpung di dunia pendidikan, dan secara tidak langsung mahasiswa yang saya didik meneruskan ilmunya untuk menjadi manfaat bagi orang lain, itu kebanggan dan kepuasan tersendiri buat saya!” Falsafah hidup yang dipegang beliau hingga detik ini adalah beliau selalu ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, oleh karena itu mengabdi dalam bidang pendidikan merupakan panggilan yang menurut beliau paling mengena untuk terus sejalan dengan motto hidupnya tersebut. Bagi beliau dari begitu banyak hal yang berkesan selama mengabdi di FTUB, tetapi yang paling berkesan buat beliau adalah saat melihat anak didik memiliki kompetensi dalam bidang akhlak dan akademis yang tinggi serta kompetitif di dunia kerja. Mulai mengabdi di Jurusan Teknik Elektro pada tahun 1986, bagi Pak Sholeh pada masa beliau menjabat menjadi Kajur Elektro mulai tahun 2010 lah dimana banyak hal-hal berkesan dirasakan. Salah satunya adalah bagaimana semakin terasa di FTUB dimana suasana akademis dan komunikasi intrapersonal begitu terjalin dengan baik. Ditambah lagi, kata beliau, saat ini begitu banyak kesempatan untuk memajukan FT terutama Jurusan teknik elektro, beberapa saat belakangan ini Jurusan elektro sedang gemcar mengembangkan penelitian dan kerjasama dengan stake holder yang berhubungan dengan kegiatan kemahasiswaan maupun akademis. “ tahun ini saja kami mendapat banyak kesempatan luar biasa untuk mengembangkan keilmuan degan membangun beberapa kerjasama antara lain; kerjasama mengenai maintenance jaringan hanya dengan daya listrik tanpa pemadaman dengan Elektronika Daya dimana bukan hanya ilmu yang kami dapatkan tetapi juga hibah peralatan, ada pula kerjasama dengan telkomsel mengenai gelombang mikro dimana telkomsel juga meminta adanya diskusi terpadu dengan jurusan kita, ada pula kerjasama dengan LIPI, LAPAN dan perusahaan Jepang Yukogawa. Pokoknya sangat exciting!” pungkas beliau. Menurutnya hal ini sangat bermakna karena melalui program-program ini beliau mendapat banyak pengalaman, apalagi programprogram ini dapat terjalin pada masa jabatannya. Harapan Untuk FT UB bagi beliau ada 3 hal yang paling penting; 1. Pendidikan: Merupakan hal yang utama, perlu diadakan evaluasi rutin tiap tahun agar nantinya dapat memperoleh metode yang tepat untuk ke depannya. 2. Penelitian: Intensitas ditambah, dan alat-alat harus selalu diupdate 3. Pengabdian: harus berkenaan dengan keadaan masyarakat sehingga langsung bisa dirasakan masyarakat pula. Menurut beliau, bila membandingkan dengan UI, almamater dimana beliau menempuh pendidikan S2 dan S3, FTUB harus lebih membudayakan suasana Laboratorium yang mnyenangkan sehingga mahasiswa maupun dosen selalu merasa nyaman dan antusias untuk mengembangkan penelitian, misalnya dengan mengadakan peralatan yang lebih lengkap, akses yang mudah serta ruangan khusus peneliti, serta pemberian insentif yang sesuai untuk peneliti. Yang penting adalah seluruh lingkungan FTUB harus mendukung terciptanya suasana yang kondusif agar civitas akademika selalu kreatif, inovatif, dan progresif. 133 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Testimoni Ketua Jurusan Arsitektur Dr. Agung Murti Nugroho, ST., MT. Profil Dr. Agung Murti Nugroho, St., MT., lahir di Jogjakarta pada tanggal 15 September 1974. Beliau adalah alumni Arsitektur UGM yang lulus pada tahun 1998, memperoleh gelar Master dari Program Magister Arsitektur UGM (2002) dan Doktor dari Universiti Teknologi Malaysia (2007). Selama mengabdi di FT Jurusan Arsitektur Pak agung, yang terkenal kalem dan tenang ini , pernah menjabat ketua LKDA Jurusan Arsitektur UB pada tahun 2003 ini lalu mengusulkan pendirian Lab. Cahaya bekerja sama dengan dosen Jurusan Arsitektur Ir. Jusuf Thojib, MSA pada tahun 2008, sekembalinya menyelesaikan studi di Universiti Teknologi Malaysia. Pada tahun 2009 menjadi wakil ketua BPP bidang kerjasama, yang mencakup kerjasama BPP di dalam negeri maupun di luar negeri. Selama masa jabatannya mengembangkan laboratorium terpadu berisikan enam laboratorium, dan tiga studio, 2 studio mini dan 1 studio besar. Selama masa jabatan beliau melaksanakan 1 seminar internasional yaitu SENVAR International Conference On Sustainable Environment And Architecture 2011, dan 2 kali seminar Nasional Semesta Arsitektur Nusantara yang mengukuhkan Arsitektur UB sebagai salah satu pelopor kajian Arsitektur nusantara. Tidak hanya mengajar dan meneliti beliau juga aktif dalam kegiatan seminar sebagai pemateri dan presenter makalah, misalnya pada tahun 2011 di UKDW pada International Conference Enhancing The Locality in Architecture, Housing, and Urban Environment, serta International Conference Sustainable Environmental Architecture XI, pada tahun 2011 di, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kesan, Suka Dan Duka Suka duka yang dialami beliau adalah karena berkiprah di FTUB saat perkembangan FT begitu cepat dan pesat membuat beliau harus mengikuti pergerakan dengan fase cepat pula. Tetapi justru hal ini membuat semangat beliau semakin terpacu untuk memunculkan hal-hal baru yang dapat berkontribusi untuk kemajuanFT UB dimana saat pertama kali berkarya di FT fasilitas dan sarana prasarana yang ada masih begitu sederhana terutama untuk Jurusan Teknik Arsitektur disaat masih menggunakan gedung lama. Sepanjang itu pula beliau bersama-sama membangun Jurusan Arsitektur FTUB terutama dalam membangun laboratorium di Jurusan Arsitektur. Tahun 2009 menjadi sekretaris Jurusan Arsitektur dan tahun 2011 menjadi Kajur Arsitektur, menggantikan masa jabatan kajur sebelumnya yang mendapat tugas studi lanjut di Jepang. Hal yang paling berkesan selama mengabdi di Fakultas Teknik adalah pada tahun 2003 saat menjabat ketua LKDA (Laboratorium Komputer Desain Arsitektur), menurut beliau saat itu lab tersebut baru dimulai tetapi semangat dari mahasiswa dan dosen begitu “militan”, dimana beliau bersama dengan mahasiswa bisa bertahan di kampus hingga malam hari. Yang membuat hal ini begitu berkesan adalah kebersamaan dan keakraban dengan mahasiswa yang terjalin saat itu sungguh tak bisa dilupakan. Harapan Harapan kedepan beliau dalam pengelolaan Teknik ke depan adalah bagaimana tiap pihak yang terlibat memandang tugas dan tanggung jawabnya layaknya seni yang membutuhkan kepekaan, kejelian, dan strategi yang tepat, untuk menghadapi dinamika yang terus terjadi sehingga FT dapat terus mematangkan diri, tetap menjaga amanah yang diberikan, dan terus berbenah diri menjadi yang terbaik. Tak lupa menambahkan, menurut Pak Agung Ujung tombak Fakultas Teknik agar menjadi center of excellent tergantung pada pengelolaan laboratorium yang memadai dan peka terhadap masalah yang terjadi dimasyarakat, misalnya dengan mengembangkan Pusat kajian dan penelitian yang spesifik pada bidangbidang tertentu misalnya sustainable environment, atau pusat studi Energi, yang berkenaan dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat. 134 | Kenangan & Harapan Testimoni Ketua Jurusan PWK Dr.Ir. A Wahid Hasyim, MSP Profil Dr. Ir. A Wahid Hasyim, MSP, lahir di Pamekasan pada tanggal 18 Desember 1965. Beliau adalah alumni Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang lulus pada tahun 1991, memperoleh gelar Master dari Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota ITB (1992-1994) dan Doktor bidang Pengindraan Jauh dari Institut Teknologi Surabaya (2007) dengan Predikat Cumlaude. Beristrikan Trya Febianie, SE dengan 2 anak yang telah menginjak SMA dan SMP. Mulai aktif menjadi staf pengajar FTUB sejak tahun 1994. Kesan, Suka Dan Duka Kesan yang paling utama dirasakan Pak Wahid adalah kemajuan tampilan fisik Universitas Brawijaya. Beliau yang dulunya merupakan putra dari salah satu Rektor Universitas Brawijaya sudah sangat familiar dengan Kampus UB. Menurut beliau pembangunan fisik UB mulai dari beliau kecil, hingga beliau menempuh pendidikan di UB sangat pesat, ditambah lagi setelah beliau menempuh S3-nya, perkembangan pembangunan fisik UB sangat berkesan bagi beliau. Tetapi beliau tentunya juga mengingatkan untuk penyeimbangan pembangunan fisik dengan pembangunan kualitas pendidikan itu sendiri. Ditanyai mengenai kerjasamanya dengan FTUB maupun jurusan lain beliau merasa selama ini sungguh menyenangkan. Para dosen dan karyawan begitu akrab dan berhubungan sangat baik. Beliau menambahkan bahwa memang ilmu itu tidak bisa berdiri sendiri sehingga wajib menjaga hubungan yang baik lintas ilmu. Kerjasama antar bidang di FTUB sangat diperlukan, karenanya menurut beliau“ ilmu itu harus selalu multidisiplin karena kita akan selalu membutuhkan orang lain untuk mengembangkannya” Mengenai kemajuan digital yang terjadi di FTUB beliau sangat mengapresisai. Dalam jaman ini yang paling penting adalah bagaimana system informasi dapat memudahkan jalur informasi agar tidak terlambat apalagi sampai tidak terkirim. Dengan digitalisasi yang sekarang dikembangkan di fakultas beliau melihat hal tersebut sebagai upaya yang tepat untuk kemajuan FTUB, sehingga jalur-jalur informasi yang panjang secara manual dapat di pangkas menjadi hemat energi dan waktu. Harapan Harapan beliau kedepan adalah bagaimana FTUB lebih mengembangkan program pasca sarjana terutama dalam bidang riset. Mengacu pada motto UB yaitu entrepreneurship university maka riset dari program S2 dan S3 harus dikembangkan hingga mapan terutama dalam hal kualitas sehingga dapat bersaing dengan PT lain baik secara nasional maupun internasional. Beliau menambahkan, jika berbicara internasionalisasi, bandingkan saja jumlah tulisan dari FTUB yang masih sangat tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia. Oleh karena itu karya tulis mahasiswa di FTUB perlu terus ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Yang kedua, ungkap beliau, jalinan tali keakraban yang baik bukan hanya antar sesama dosen dan karyawan tetapi juga keluarga dosen dan karyawan perlu terus ditingkatkan agar kita dapat meraih motto “Together We Can Do the Best”, yang sesungguhnya. 135 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Testimoni Ketua Jurusan Teknik Industri Nasir Widha Setyanto, ST., MT Profil Nasir Widha Setyanto, ST., MT, lahir di Trenggalek pada tanggal 14 September 1970. Beliau adalah alumni Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang lulus pada tahun 1997, memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik Industri ITS (2002). Beristrikan Supriati, dengan 1 orang anak. Mulai aktif menjadi pelaksana harian prodi Teknik Industri sejak tahun 2005. Tahun 2007-2008 menjabat PLT Kaprodi Industri dan sejak 2009 menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri. Kesan, Suka Dan Duka Sebagai dosen rekrutmen angkatan pertama Teknik Industri (TI), beliau harus all out untuk mengembangkan Jurusan TI, yang saat itu masih merupakan prodi dibawah jurusan Teknik Mesin. Tetapi dalam perjalanannya beliau mengaku enjoy dan menikmati perjalanannya bersama FTUB khususnya jurusan Teknik Industri, yang resmi menjadi jurusan tersendiri mulai tahun 2009. Menurut beliau, di Fakultas Teknik kerjasama antar jurusan dan jajaran pimpinan sudah sangat baik, dan juga belakangan ini banyak hal yang telah bertambah maju di FTUB terutama dalam hal birokrasi “ dulu birokrasi di FT terkadang terasa agak ribet, misalnya dalam hal mengurus surat kelulusan mahasiswa, dst. tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini hal itu terus meningkat dan pelayanan semakin membaik!”. Menjadi pengajar merupakan panggilan jiwa dosen dengan major Quality Control, Quality Management System, dan Production Planning and Inventory Control ini. Pada awalnya beliau ingin segera menjadi dosen setelah lulus dari FTUB tahun 1997 tetapi kerana jenjang pendidikan yang kurang maka beliau memutuskan untuk menempuh pendidikan S2 setelah sebelumnya bergelut didunia usaha untuk mengumpulkan dana pendidikan S2 di Teknik Industri ITS. Hal inilah yang membuat kemandirian beliau begitu kuat, sehingga melihat mahasiswa-mahasiswa saat ini terkadang beliau prihatin karena kurangnya rasa kemandirian mahasiswa. Oleh karena itu beliau mengacu pada proses pembinaan mahasiswa baru untuk memperkuat rasa kebersamaan, kerjasama, dan kemandirian. “ dulu saat saya masih mahasiswa baru mengikuti ospek di FTUB, rasa kebersamaan, kerjasama, dan kemandirian terasa sangat kuat!”. Tetapi beliau tetap menyatakan merasa bangga atas prestasi lulusan teknik Industri UB yang daya saingnya begitu kompetitif, dan minat pasar akan lulusan teknik Industri FTUB yang sangat besar, beliau sering mendapatkan pujian dari kolega-kolega di dunia kerja mengenai level lulusan Teknik Industri FTUB yang sangat diakui dunia kerja. “Mahsiswa industry juga tidak kalah berprestasi mengingat dua tahun berturut-turut mahasiswa Industri yang memegang gelar mahasiswa berprestai se FTUB 2010-2011” Harapan Sebelum mengemukakan harapan-harapannya, beliau terlebih dulu menyampaikan ucapan dirgahayu FTUB yang ke 50. Kedepannya, beliau mengimbuhkan, biarlah FTUB yang sekarang sudah banyak berprestasi, dapat meningkatkan lagi prestasi-prestasinya dalam taraf nasional maupun Internasional sehingga menjadi Institusi yang disegani. menurut beliau jangan hanya prestasi akademis ataupun kemahasiswaan saja yang disegani tetapi juga kuatnya kebersamaan, kerjasama, dan kekompakan FTUB juga harus dikenal dan menjadi kekuatan FTUB. Dalam hal pembangunan FTUB, beliau mengharapkan adanya review prioritas sehingga pembangunan FTUB Tepat sasaran. Mulai tahun 2009 Teknik industri telah menambah jumlah pagu mahasiswa baru dan sekarang ini jumlah mahasiswa TI adalah yang terbanyak di FTUB, sementara gedungnya belum juga selesai. Tetapi fasilitas-fasilitas sebagai pendukung harus tetap menjadi prioritas seperti laboratorium, Jaringan IT, Database, dan penempatan petugas IT untuk masing-masing jurusan. 136 | Kenangan & Harapan Testimoni Ketua Jurusan Teknik Kimia Prof.Dr.Ir. Chandrawati Cahyani, MS. Profil Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS, lahir di Semarang pada tanggal 4 Mei 1952. Beliau adalah alumni Teknik Kimia Universitas Diponegoro yang lulus pada tahun 1976, memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik Lingkungan ITB (1985), dan S3 Teknik Kimia ITB (1999). Mulai bekerja di UB Fakultas Pertanian sejak tahun 1980 dan mulai mengelola Laboratorium Kimia. Pernah menjabat PD1 FMIPA pada tahun 1999-2004. Pada tahun 2004-2008, bergabung dengan Dewan Riset Nasional dan juga aktif sebagai Staf Ahli Kementrian Ristek. Hingga saat ini masih aktif di LPPM Pusat Penelitian Biokonversi. Kesan, Suka Dan Duka Bagi beliau hal yang paling berkesan saat pertama kali dipercaya babat alas jurusan teknik kimia adalah perasaan exited karena akhirnya dapat “kembali ke asal, ke Teknik KIMIA” begitu pernyataan beliau. Tak lama setelah memegang jabatan sebagai Kajur di Teknik Kimia beliaupun merasakan hal yang berkesan yaitu berbedanya cara kerja dari yang selama ini beliau alami di Jurusan Ilmu Kimia dan Teknik Kimia. Yang paling terasa adalah cara kerjanya yang sungguh berlainan “ Kalau di Jurusan Kimia karakteristiknya adalah sangat saintifik, sangat teliti, dan berhati-hati, rapatnya bisa sampai 4 jam, sedangkan di Teknik orangnya sangat “tak tek” fasenya sungguh cepat dan sitematik, rapatnya jarang sampai satu jam!” kata beliau “ bagi saya tidak ada yang lebih baik atau buruk tetapi memang karakternya yang berbeda, bagi saya ini sebuah hal layaknya refreshing” Bagi beliau kesan yang paling dirasakan baik adalah bagaimana dukungan penuh dari FTUB untuk mendukung bertumbuhnya Jurusan Teknik Kimia ini. Walaupun secara sarana prasarana memang baru memulai dan belum establish tetapi beliau mau bertahan karena bentuk dukungan dari Dekan dan Rektor UB untuk kemajuan jurusan ini yang sangat besar. Hal ini terlihat dari adanya rencana pembangunan gedung kuliah Teknik sertinggi 12 lantai dimana 7 lantainya akan diberikan untuk Jurusan Teknik Kimia. “Jurusan Teknik Kimia secara internasional sedang menuai perhatian yang besar, dan FTUB sangat konsern tentang ini, sehingga saya juga termotivasi untuk mewujudkan harapan tersebut” Harapan Bagi Kajur Teknik Kimia yang merupakan satu-satunya wanita yang menjabat sebabagi ketua jurusan di FTUB ini, beliau berharap kedepan FTUB lebih meningkatkan ilmunya berupa penelitian, pengabdian, dan produk yang dapat menyentuh masyarakat secara langsung. Produk FTUB harus dapat menambah kualitas, performance, hingga distribusi dari produk yang ada di masyarakat agar dapat dinikmati masyarakat secara signifikan. “seperti di ITB, emmang banyak sih penelitian yang “tinggi-tinggi” seperti nanotech dan lainnya, tetapi juga selalu ada produk penelitian yang meninjau langsung kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan masyarakat tersebut. Akan sangat baik bila nanti ada masyarakat yang berhasil menjual produknya dengan nilai jual yang tinggi dan menyatakan ‘ini merupakan bantuan dari FTUB’ “ 137 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PROFIL ALUMNI TEKNIK UB Achmad Aditya (S’07) Profil Singkat Lahir di Tanjung Karang, Lampung, 13 Oktober 1979 dari orang tua Ir H Maramis Syukri MH (pensiunan PNS) dan Hj Yusnani Hasyimzoem SH MH (dosen Universitas Lampung). Menamatkan pendidikan SD, SMP, SMA di Lampung; S-1 di Teknik Sipil Universitas Brawijaya, Malang; S-2 Universitas Kiel, Jerman, bidang geologi kelautan; saat ini sedang studi S-3 di Universitas Leiden, Belanda, bidang kelautan dengan beasiswa dari Royal Academiy of Science. Pernah aktif sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman (2006); ketua panitia pertemuan I-4 di Den Haag, Belanda (Juli 2009), dan Jakarta (Desember 2010); Sekjen Ikatan Indonesia Internasional (I-4, 2009-2011). Berikut adalah tulisan Achmad Aditya merefleksikan perjalanan hidupnya sebagai salah satu alumni FTUB. Pada tahun 1997, saya beruntung diterima masuk kuliah di fakultas teknik jurusan teknik sipil Universitas Brawijaya Malang melalui penjaringan siswa berprestasi (PSB). Kesan pertama saya tentang Malang saat itu adalah sebuah kota yang sejuk dan penuh nuansa pendidikan. Ada kesederhanaan yang dibungkus dalam semangat kekeluargaan yang luar biasa. Selama di Malang saya berkesempatan untuk mengikuti kuliah dari beragam dosen hebat di Jurusan Sipil, Universitas Brawijaya. Bukan hanya karena saya belajar ilmu teknik sipil dari mereka, tapi saya diajarkan bagaimana membentuk karakter sebagai pribadi. Buat saya menghabiskan waktu 5 tahun di Malang adalah kesempatan tidak terkira. Belajar di kota sejuk malang adalah sebuah tantangan di awal, karena tak mudah untuk seseorang yang berasal dari pelosok yang jauh di Lampung untuk berada di ujung timur pulau Jawa. Tapi jarak yang jauh membuat saya tidak manja dan mandiri baik dalam bergaul ataupun belajar. Rutinitas kuliah, praktikum di Lab, mengambil data di lapangan adalah rutinitas akademik yang memaksa kita untuk bekerja keras. Ada dorongan yang luar biasa untuk bisa menyelesaikan studi dengan baik dan dalam waktu singkat. Bimbingan para dosen lah yang mampu mengarahkan para mahasiswanya untuk berhasil menyelesaikan studi dan tugas sesuai waktunya. Kampus kami memang bukan yang mewah dan megah, tapi dosen kami adalah orang–orang baik yang tulus dan ikhlas mendedikasikan ilmunya untuk para muridnya. Mereka menjalani semua proses mengajar dan juga kenakalan para mahasiswanya dengan lapang dada. Benar rasanya kalau guru dan dosen adalah orang tua kedua kita yang harus kita hormati dan hargai. Belajar berorganisasi di UB Ketika saya kuliah S1 di Brawijaya Malang, ada sebuah hobi yang saya lakukan. Entah kenapa kadang kalau jam kuliah sedang kosong, saya selalu menyempatkan diri untuk menuju sebuah aula yang biasa digunakan untuk membuat seminar, pertemuan, workshop yang mengundang banyak tokoh nasional. Biasanya untuk bisa masuk ke ruangan tersebut hanya peserta yang sudah mendaftar dan bayar, namun jika acara sudah berlangsung lebih dari 2 jam, kadang kita diijinkan untuk mengikuti seminar, tapi tidak di ruangan tempat berlangsungnya acara, biasanya kita boleh duduk di bagian balkon, dan ada sekitar 7 - 10 kursi disana, dimana kita bisa menikmati acara sampai selesai. Selama saya berkuliah di Brawijaya, balkon gedung widyaloka tersebut adalah tempat favorit yang saya suka di sela jam kosong kuliah. Ada sebuah perasaan antusias ketika mendengar para tokoh publik ini berbicara, kemampuan mereka memilih kata, menggelorakan emosi pendengar ataupun cara cerdas mereka menyusun ide, seolah menjadi sebuah pelajaran tersendiri buat saya. Sebutlah orang sekelas Adi Sasono, Emha Ainun Najib, Gede Prama, Muslimin Nasution, Imadudin Abdurahim dan masih banyak lagi, saya begitu kagum melihat mereka mampu memutar logika dan membawa sebuah perspektif baru melihat masalah. Sejak saat itu saya jatuh cinta dengan dunia organisasi. Buat saya berorganisasi, berbicara ke publik, memainkan manajemen forum bukanlah ilmu eksak tapi lebih merupakan seni. Karena dia merupakan seni maka tak ada benar salah, yang ada hanya membuat sesuatu menjadi lebih menarik, simpel dan menebarkan semangat. 138 | Kenangan & Harapan Saya kagum ketika seorang Gede Prama mampu membuat hening 1000 orang ketika mendengar dia berbicara, saya kagum ketika seorang Emha bisa menyihir para pendengar dan bertanya tanya sendiri di dalam hati atau seorang Imadudin Abdurahim yang dalam 5 menit berbicaranya membuat banyak orang berkaca kaca. Saat itu saya sadar bahwa logika dan kata bisa menjadi lebih dahsyat daripada sebutir peluru ataupun nuklir sekalipun. Karena ia mampu menanamkan ide kepada manusia, dan ketika ide itu tertanam maka perlu waktu sangat lama untuk mengubahnya. Kekaguman saya ini membuat saya merasa bahwa orang-orang ini berasal dari planet lain. Mereka adalah makhluk asing dari negeri antah berantah yang begitu luar biasa. Mereka laksana seorang pendekar yang memegang mustika yang sakti yang membuat mereka begitu berkharisma. Dan perasaan bisa bertemu dan berdiskusi dengan mereka, membuat kita merasa sangat dekat dengan mereka. Saya teringat ketika sempat bertemu dengan Buya Syafii Maarif ketika beliau menjadi ketua PP Muhamadiyah. Pertemuan berlangsung tak lebih dari 15 menit tapi cerita pertemuan dengan Buya itu tak habis habis saya berbagi selama 1 minggu. Atau pengalaman berdialog dengan Nurcholish Madjid dalam salah satu seminar, dengan modal nekat saya menuju ke panggung setelah beliau berbicara dan berdialog tak lebih dari 10 menit tapi rasanya saya sudah berdialog berjam jam dengan Cak Nur. Begitulah rasanya saya ketika itu bertemu dengan para tokoh nasional tersebut, seperti terbang ke langit! Mungkin alur hidup yang akhirnya mengantarkan saya ke berbagai forum, mulai dari kampus, sampai akhirnya satu dua kali terlibat dalam acara acara nasional. Mulai dari membersihkan ruangan rapat dari bekas puntung rokok para senior, membelikan gorengan sampai akhirnya mulai dipercaya memimpin pertemuan di tingkat nasional. Mulai dari menjadi notulen rapat, sampai akhirnya dipercaya untuk berbicara didepan publik. Bermimpi pun saya tidak berani ketika itu untuk berbicara satu panel dengan deputy director IIASA, memberikan presentasi didepan Willem Alexander, memoderatori Presiden Habibie, berdiskusi satu meja dengan direktur FAO, berbicara di media asing. Bermimpi pun saya tidak berani! Karena pengalaman hidup itu lah maka setelah selesai berbicara, saya selalu menyempatkan waktu untuk berdialog dengan banyak orang dan tentu kebanyakan adalah mahasiswa. Kenapa? Karena berbicara dengan mereka seolah melihat diri saya sendiri 16 tahun yang lalu. Saya masih ingat sampai saat ini memanggul tas ransel dan selalu mengeluarkan buku kecil dan pena, untuk mencatatkan nomer kontak yang bisa saya hubungi. Saya selalu mencatat poin poin diskusi mereka walau hanya 5 menit, karena saya khawatir tak mungkin bertemu lagi dengan makhluk makhluk luar biasa yang sakti mandraguna itu. Tiap detiknya begitu berharga buat saya. Saya jelas belum menjadi apa apa, ibu dan istri saya mengingatkan berulang kali bahwa saya belum membuat apa-apa dan belum berkontribusi apa-apa, semuanya masih diatas kertas, tak ada yang benar-benar merasakan manfaat dari yang dibuat, masih terlalu kecil untuk dibilang sukses. Yang ingin saya bagi adalah You must have audacity to nurture your dream! Hanya orang orang yang berani mengambil kesempatan itu dan nurture their dream yang akan mengantarkannya pada kesempatan kesempatan yang lebih besar ! Masih kecil kontribusi yang bisa saya berikan untuk universitas dan jurusan saya. Saya hanya bisa berpesan ke para Junior saya di Universitas Brawijaya, Malang bahwa kampus Brawijaya adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia. Yang masuk ke kampus Brawijaya juga adalah mahasiswa pilihan, maka keluarlah dari kampus dengan ijazah dan juga pengalaman yang baik. Karena anda adalah mahasiswa pilihan !! Harapan untuk FTUB Liputan di koran Belanda sebagai salah satu “generasi emas” Indonesia FTUB saat ini adalah kampus yang secara infrastruktur sudah berkembang dengan sangat baik. Ini menunjukkan bahwa FTUB mencoba menjawab tantangan pendidikan kedepan. Peningkatan infrastruktur adalah salah satu cara, namun yang paling penting FTUB harus terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari kualitas belajar mengajar dan juga kemampuan soft skill dari para mahasiswanya serta mengembangkan ilmu melalui penelitian dan menerapkan hasil penelitian untuk kepentingan masyarakat. Saya sangat yakin bahwa FTUB mampu, karena FTUB dipenuhi oleh beragam talenta pendidik dan mahasiswa yang brilian. Mereka terus setiap tahunnya menghasilkan para lulusan terbaik yang saat ini bekerja di berbagai posisi strategis di dalam dan diluar negeri. Saya berharap bahwa FTUB dapat terus menjadi salah satu pemain penting dalam dunia pendidikan Indonesia kedepan. 139 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Profil Alumni Dr. Ir. Heru J. Juwono, MT (S’75) Heru J. Juwono adalah alumni Jurusan Teknik Sipil FT UB angkatan 1975 yang mendapatkan S2nya (MT) dari ITN Malang pada tahun 2008 dan S3nya (Dr) dalam bidang Kebijakan Publik dari FIA UB pada tahun 2012. Dilahirkan di Juwana tanggal 27 Juli 1956, Heru adalah alumni yang sukses di bidang pekerjaannya dan aktif di kegiatan sosial politik juga. Kegiatan bisnisnya meliputi general contractor dansupplier, industri/pabrikan konstruksi baja, steel tower, hot dip galvanized. Ia juga bergerak di bidang perkebunan dan peternakan, asuransi umum dan asuransi kesehatan, pertambangan pasir besi, properti dan perhotelan. Di bidang organisasi, Heru adalah: Pendiri dan Penasehat Asosiasi Pabrikan Tower Indonesia – ASPATINDO (2005 – sekarang), Bendahara Partai Kebangkitan Bangsa – PKB(2007 – 2010), Bendahara Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia – APKLI (2010 – 2012), Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia – APKLI (2012 – sekarang), Pendiridan Pembina Yayasan TEHATE PutriMahkota(2007 – sekarang), Pendiridan Pembina Koperasi Primer Nasional Pedagang Kaki Lima,dan Pembina Partai Perempuandan Remaja Indonesia – PAPRI (2012 – sekarang). Heru juga pernah menjadi: Staff Khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Indonesia – KPDT (2007 – 2009) dan Staff Khusus Menteri Pertaniandan Perikanan, Republik Demokrasi Timor Leste (2009 – 2012). Dalam rangka peringatan HUT ke 50 FTUB ini Heru ingin membagi prinsip hidupnya yang menurutnya membawanya kepada kesuksesan yang diraihnya sekarang. Ke 10 prinsip hidupnya itu adalah: Mempunyai niat dan kemauan yang keras serta pantang menyerah dalam segala hal. Mampu mengukur kemampuan diri dan berani menentukan arah pendidikan, serta jenis pekerjaan yang ditekuni/jalani dalam berkarya, dan sebaiknya sejalan dengan hobby yang kitamiliki. Faktor pendidikan dan pengalaman akan memberikan pola dasar dalam berpikir, bertindak dan bertutur kata. Harus selalu siap (dalam kondisi) fisik dan pikiran yang jernih dan bersih. Mampu menerima kritik/saran orang lain dan selalu berpikir positif, serta selalu berusaha untuk tidak menyakiti dan mengecewakan orang lain. Beranimengambilsikapdankeputusan yang bijaksana dan sesuai dengansuarahati. Berani menghadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri guna mencapai kesuksesan yang sempurna. Jangan cepat puas denganapa yang telah didapat saat ini, karena keberhasilan-keberhasilan lain masih banyak yang bisa dicapai. Berpikir secara praktis, logis dan bertahap dalam berkarya, serta jangan menjangkau hal-hal yang jauh dan di luarjangkauan karena dapat mengakibatkan kecewa dan frustasi. Bisa membaca kemampuan orang lain, memanfaatkan kemampuan tersebut untuk menopang kewewenangan yang didelegasikan. Jadilah pencipta lapangan kerja dan bukan menjadi pekerja, serta mampu menciptakan peluang bisnis yang baru (blue ocean strategic). Berbisnislah secara sehat dan mengikuti aturan-aturan yang ada, serta beretika. Pada akhirnya, suami dari Dra. Endang Rembakawati dan ayah dariNathania Regina, MIB dan Edwina Regina, MBA ini mengharapkan agar FTUB ke depan selalu mengembangkan mission untuk mendidik insinyur yang beretika yang mampu bersaing dalam kehidupan global melalui perbaikan kurikulum yang dilakukan secara berkelanjutan. 140 | Kenangan & Harapan Ir. Soelasno Lasmono MSc (NDT), (M’82) Success Story Life is beautiful, ini kalimat sederhana yang bermakna besar buatku. Karena Tuhan tidak henti hentinya memberikan kenikmatan pada kita selama kita mau mensykurinya. Dilahirkan dan dibesarkan di Malang dari keluarga besar, anak ke 8 dari 9 bersaudara yang penuh dinamika dan dihiasi dengan kemiskinan hidup sampai masa lelah kedua orang tua. Tapi kami tetap mampu bersyukur, karena setiap waktu ada kebaikan, ada perbaikan yang seiring bertambahnya umur kami. Masa SD, SMP dan SMA berlalu dengan cepat dengan segala kenangan “masa sulit” yang menempa diri menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah mengeluh, karena memang tidak ada yang perlu dikeluhkan selain hanya untuk dihadapi. Orang tua memberikan teladan kesederhanaan dan kepatuhan untuk berbuat baik dalam kehidupan ini. Selepas SMA dengan penuh harapan masuk Universitas terbaik di Kota Malang saat itu, ingin menjadi ahli teknik mesin, karena kakak-kakak yang membantu pembiayaan adalah montir mobil. Sangat sederhana. Masa kuliah penuh warna, berbekal menyukai berorganisasi, mendorong diri menjadi Ketua Angkatan dan aktif di Himpunan, Senat dan menjadi ketua BPM. Ternyata pengalaman berorganisasi sangat bermanfaat ketika kita sudah bekerja. Entah karena kebetulan atau kemampuan, di setiap kegiatan kelompok senantiasa ditunjuk jadi ketua. Ini memberi suatu spirit dan rasa percaya diri ketika menghadapi masa-masa penuh tantangan. Terngiang nasihat orang tua: “bila lingkunganmu menganggap kamu bintang, kenapa kamu tidak tampakkan sinarmu”. Thanks Dad! Masa kuliah ditempuh tepat empat setengah tahun, tidak terlalu istimewa, lulusan pertama di Jurusan Mesin angkatan 1982. Namun cukup membahagiakan ortu karena cepat lulus, mentas dan mencari kerjaan. Tidak sulit waktu itu, karena banyak tawaran kerja. Salah satunya di PT IPTN Bandung, test dan langsung diterima. Semua berjalan lancar seperti air mengalir. Kepercayaan diri dan bangga menjadi lulusan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya justru setelah bekerja. Sungguh ini bukan kebetulan, ternyata bekal yang diberikan para dosen selama kuliah, yang sepertinya berlalu begitu saja ternyata menjadi sumber informasi, minimal menjadi “trigger” di setiap tugas yang diberikan. Sama sekali tidak gentar bersaing (mungkin kata yang lebih enak bekerja bersama) dengan alumnus universitas lain, bahkan dengan temen-temen ITB. Kunci sukses lainnya adalah begitu banyak alumni senior di PT IPTN saat itu yang mempunyai nama baik, berdedikasi kerja tinggi. Ini penting sekali untuk memberikan Image baik almamater. Setelah bergaul cukup lama dengan kakak-kakak senior UB yang sukses ada satu kesimpulan yang bisa kita tarik dan menjadikan referensi yaitu ketekunan dalam bekerja. Alhasil, kesempatan untuk kuliah lagi datang, seperti yang saya impikan saat menentukan bekerja ke PT IPTN terwujud. Perusahaan memberi kesempatan kuliah S2 di Inggris. Saya langsung pulang ke Malang untuk meminta referensi ke Bpk Ir Pratikto (alhamdulillah sekarang beliau sudah Prof. Dr.). Beliau memang menjadi dosen pembimbing waktu saya menyusun Tugas Akhir. Senang sekali rasanya melihat respon bapak dosen melihat anak bimbingnya bisa dapat bea siswa kuliah lagi. Up and down masa kerja pasti akan datang, dengan hiasan persaingan, friction dan conflict. Semua menjadikan kita makin dewasa, makin tajam dan makin berpikir untuk maju atau bahkan merubah haluan guna menjadikan hidup lebih berwarna. Maka setelah melewati masa 7 tahun bekerja di IPTN, ada satu pertanyaan menggelitik setiap mau merebahkan diri dimalam hari “Am I really a Mechanical Engineer?” Karena selama berkarir di PT IPTN belum pernah benar-benar membawahi ahli teknik dan bergulat dengan yang namanya peralatan mesin-mesin. Aku merasa ilmu dan pengalaman kerjaku di awing-awang, tidak aplikatif. Dependensi tidak ada, terlalu banyak expatriate yang dipercaya lebih pandai dari pada kita. Di sisi lain, himpitan ekonomi dan masa depan anak-anak makin memaksa kita untuk berfikir lebih realistis bahwa sawah ini tidak subur untuk kutanami kalau hanya dengan bekal pengabdian. I have to move on, hidup harus berani berubah. Pilihan jatuh pada perusahaan multi nasional yang mempunyai bidang usaha di Steel Industry cukup banyak, yaitu Bakrie and Brothers. Luar biasa, kembali bekal kuliah dan berorganisasi di UB bermanfaat saat benar benar harus menghadapi pekerjaan di pabrik dan para pekerjanya yang berlatar belakang berbeda. Baik pengalaman, jenis kerjaan dan 141 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya asal mereka. Kunci sukses pada saat kerja sebelumnya masih relevan yaitu ketekunan. Namun ternyata tidak cukup hanya itu, perlu motivasi yang lebih memicu kesuksesan. Setelah beberapa saat bekerja di pabrik pipa Seamless mendapat recognation baik dari para pekerja dan atasan jadilah pemimpin pabrik. Disitulah ada kesadaran akan hasil jerih payah selama berkerja untuk membuktikan diri benar benar sebagai seorang Mechanical Engineer. Bekal Pengetahuan dan pengalaman organisasi menjadikan kita senantiasa mampu bersikap baik dan mampu mengakomodasi kepentingan kepentingan setiap level akan membawa kita pada pengakuan/recognition atas jabatan yang patut kita terima. 10 tahun hidup di pabrik, bergelut dengan kegiatan operasi, produksi, maintenance dan quality control, membawa kita makin kaya akan pengalaman dan product knowledge. Perusahaan memberi kesempatan baru untuk memimpin devisi komersial. Memulai kehidupan baru di ibukota dengan pola hidup dan wawasan baru. Secara ekonomi pun makin mapan dan kegiatan keluarga makin baik, masa depan anak juga makin terjamin. Seiring dengan berjalannya waktu, sharing pengalaman kerja dan berinteraksi dengan para pengguna produk kita membawa pada suatu pemikiran yang jauh dari sekedar cukup buat keluarga, tapi harus baik buat negara. Produk yang kami produksi adalah untuk kegiatan ekplorasi dan produksi sumur-sumur minyak dan gas. Kegiatan ini sangat vital buat negara untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi nasional. Jaminan suplai, kualitas dan harga atas produk ini sangat berpengaruh akan kelancaran operasi migas. Sayangnya setelah sekian lama industri pipa seamless ini berjalan di tempat tidak ada pembangunan industri yang lebih ke hulu seperti yang diharapkan pemerintah. Ada ketidak-puasan baru. Kenapa kita tidak bisa bangun industri ini lebih ke hulu. Dengan bekal dana sendiri saya coba jalan-jalan ke pabrik-pabrik pipa seamless di China. Sangat mengejutkan, disana banyak sekali pabrik pipa seamless dan yang paling mengejutkan harga pipa seamless internasional jauh lebih murah dari pada di Indonesia. Kenyataan ini menggelitik nurani, mengugah rasa nasionalisme yang terkubur pada kenyamanan dan kemapanan sementara ini. Bagaimana tidak, kegiatan produksi migas itu sepenuhnya dibiayai Pemerintah melalui cost recovery. Jadi sangat tidak nyaman mengetahui bahwa barang yang kita produksi dan kita jual ternyata sangat mahal dan ini membebani keuangan pemerintah, uang rakyat! Di saat galau muncul kenyataan baru bahwa perusahaan akan dijual ke asing, alamak!. That’s time to find the best for my country. Keluarga bukan lagi satu-satunya pertimbangan sekarang, tapi bagaimana negara ini bisa mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah dengan jaminan suplai yang lebih baik. Setelah mendalami kemungkinan pembangunan industri pipa seamless lebih ke hulu tidak dimungkinkan, karena supply and demand-nya secara ekonomis tidak reliable, maka pengadaan yang effisien dan effektif dengan tetap memikirkan investasi yang ada berjalan dengan baiklah yang perlu di tekuni. Dengan demikian kita bisa membantu pemerintah menciptakan suatu sistem pengadaan yang lebih baik dan menghemat uang rakyat. Maka kehidupan menjadi “small entrepreneur” mulai dilakoni. Memang susah tapi senantiasa memberi harapan baru. Keuntungan bukan lagi keutamaan, tetapi kemuliaan berusaha adalah yang utama. Sebagai kesimpulan dan penutup saya ingin menyampaikan bahwa: Kesuksesan bukanlah sekedar impian tapi dijalani, dengan ketekunan, believe, bersikap dan berfikir positif, serta senantiasa berusaha secara mulia. Burning passion in doing it right the first time, Integrit, ,Team Building, Embrace Change, Continuous Improvement Data Diri : Ir. Soelasno Lasmono yang sekarang adalah salah satu Ketua Pengurus Pusat IKA UB , sehari-harinya adalah Direktur PT Hunting Energy Asia, Batam, dan Direktur Hunting Energy Services, Singapore Pte Ltd, PT SMB Synergy, Jakarta. Isterinya adalah Ir. Harindyah Pratami, alumni Fapet UB. Kelima putera/inya adalah : 1. dr. Vania Vashti Lasrindy (UGM), menempuh pendidikan dokter spesialis di UI, 2. Nadia Vashti Lasrindy, ST Arsitektur (ITB), menempuh S2 di Notingham University London, 3. Andaru Katri Lasrindy, Tingkat akhir di Oseanografi ITB, 4. Estu Singgih Kharisma, Semester 3 di Desain Interior ITB, dan 5. Karenina Lasrindy, SMAN 70 Jakarta Selatan 142 | Kenangan & Harapan Profil D.M. Arri Faisal (E’90) Garis Sukses Sang Alumnus Alumnus Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya D.M. Arri Faisal, dirilis pada website BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) merupakan salah satu tenaga kerja Indonesia yang menorehkan kesuksesan pada skala Internasional. Sejak tahun 2006-sekarang berhasil memangku jabatan bergengsi sebagai Manager Care Operation Nokia & Siemens Network (NSN) Arab Saudi. Dengan membawahi 4 Stream Manager dan 75 Engineer yang menangani seluruh Care Operation di Arab Saudi. Arri panggilannya menjelaskan tanggung jawabnya sebagai Manajer Teknik NSN Arab Saudi saat ini adalah untuk menjamin seluruh proses teknik di dalam produk jasa O&M terhadap pelanggan tiga operator terbesar disana. Oleh karena itu Arri sebagai Man in Charge jika ada pelaksanaan pilot project ataupun trial ketiga operator ini bagi pelanggan diseluruh Arab Saudi. Dengan filosofi Kerja keras dan sabar, mengantarkannya pada garis kesuksesan yang diraih sampai saat ini. Jika mengenang dimasa lalu, Arri memulai dengan starting pointyang biasa-biasa saja, bahkan cenderung kurang. Menyelesaikan studi selama lima tahun dan mengantongi IPK 2,45 – jauh dari ukuran cukup untuk melamar. Seperti yang yang diperkirakan, sejumlah lamaran pekerjaan yang diajukan ke berbagai perusahaan tidak mendapat respons. “saking sulitnya (mendapatkan pekerjaan), waktu itu saya berjanji, berapapun gajinya pasti saya ambil”, ungkap dia. Akhirnya, pada tahun 1996 pekerjaan pertama yang mendatanginya dari perusahaan Jepang, Nesic Bukaka. Dengan gaji awal Rp. 750 ribu sebagai Telecomunications Support Engineer, dimulailah lembaran baru dalam meniti kesuksesan yang tampak seperti fatamorgana. Arri berkomitmen untuk mengembangkan kemampuannya demi menunjang keluarga dan ketiga adiknya secara financial. Dengan rata-rata jam kerja 18 jam/hari, ketekunannya mendapat respon positif dari perusahaan, sehingga mendapat kesempatan untuk belajar ke Jepang. Tahun 1997, percaya diri akan kemampuannya, dia melamar dan langsung diterima oleh Nokia Indonesia sebagai Radio Access Engineer. Pada 3 (tiga) bulan pertama di Nokia, ARRI tetap harus bekerja keras mempelajari keahlian teknik yang dibutuhkan. Upayanya membuahkan hasil dengan langsung mendapat kesempatan travel ke luar negeri sebagai technical support. Bermuara dari situ karir Arri melesat cepat, dinilai sudah expert, pada 1998 Arri ditarik ke Timur Tengah sebagai Expert Team Lead pada suatu proyek bergengsi di Kuwait. Setahun berselang, pada1999 menjadi Expert Team Lead di Mesir dan tahun 2000 menjadi Country BSS/RAN Manager Nokia di Arab Saudi. Puncak pencapaiannya di tahun 2006, ketika Nokia dan Siemens merger, Arri pun dipercaya menjabat Manager Care Operation NSN di Arab Saudi. Karena mampu memberikan solusi kepada pelanggan pada bulan Ramadhan 1426H yang sempat bermasalah dan mampu memberikan nilai lebih kepada pelanggan ARRI diganjar Customer Award di tahun 2005. “Kepercayaan adalah kuncinya, dan untuk mendapatkan kepercayaan itu harus sabar dan kerja keras”, imbuhnya. ARRI pun belum bisa menjawab dengan pasti kapan kembali ke Indonesia. “Saya belum tahu kapan pulang ke Indonesia. Kalau pulang, saya ingin bekerja di operator besar, seperti Telkom atau Indosat,” pungkasnya. Pengalaman dan Karier : 1996 bekerja di Nessic Bukaka sebagai Telecomunication Support Engineer 1997-1998 bekerja di Nokia Indonesia sebagai Radio Access Engineer 1998-1999 menjadi Expert Team Lead Project di Kuwait 1999-2000 menjadi Expert Team Lead Project di Mesir 2000-2006 menjadi Country BSS/RAN Manager Nokia di Arab Saudi 2006-sekarang menjadi Manager Care Operation Nokia & Siemens Network di Arab Saudi 143 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Ir. Doddy Imam Hidayat, MM (P’81) Doddy Imam Hidayat atau biasa dipanggil Doddy adalah alumni Jurusan Pengairan FT UB angkatan 1981 yang menyelesaikan S1nya pada tahun 1986, memperoleh gelar Magister Managemen dari Unpad Bandung pada tahun 1998, dan sekarang sedang mengambil S3 di Jurusan Teknik Sipil FTUB (angkatan 2013). Karirnya di bidang konsultan teknik di bidang pengairan dan binamarga dijalani sejak tahun 1986 sampai 2005 sebagai engineer, team leader, site engineer dan terakhir sebagai Direktur. Pada tahun 2006 – 2010 Doddy bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias (BRR NAD-Nias) berturut-turut sebagai Kepala Operasi, Kasatker dan Kasatgas. Kemudian pada tahun 2010 – 2011 ia bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) sebagai Asisten Kepala Bidang Infrastruktur dan Bencana. Perjalanan karirnya menanjak terus dan sejak tahun 2013 sampai sekarang ia menjabat sebagai Asisten Ahli Kepala Bidang Infrastruktur pada Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), sebuah unit di bawah Presiden yang diberi status setingkat Kementerian. Sehubungan dengan HUT Emas FT UB ia menyatakan bahwa dunia pekerjaan di Indonesia ini sangat terbuka, baik di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta, sehingga nuansa kompetisi menjadi sangat kuat dalam memperebutkan suatu posisi pekerjaan. Dengan kondisi semacam ini tentunya untuk dapat menjadi alumni yang kompetitif diperlukan alumni yang mempunyai “nilai lebih”. Nilai lebih apa yang dibutuhkan? Hal ini sangat tergantung kepada pasar yang membutuhkannya. Kalau di dunia “keairan” tidak perlu diragukan lagi, alumni Pengairan FTUB cukup berperan untuk tidak mengatakan menguasai dunia keairan Indonesia. Pertanyaannya apakah alumni Pengairan khususnya dan alumni FTUB pada umumnya semuanya bergerak di bidang keairan atau bidang teknik, jawabnya adalah tentu saja tidak. Penguasaan serta pengetahuan tentang politik dan keungan serta kemampuan terkait dengan pemasaran menjadi sangat penting untuk menjadi bekal pengetahuan bagi mahasiswa Pengairan khususnya dan mahasiswa FTUB pada umumnya. Tantangan ke depan justru bertumpu pada penguatan sektor swasta, sedangkan sektor pemerintah hanyalah sebagai regulator kebijakan saja. Kondisi seperti ini haruslah dicermati oleh kita semua, termasuk mahasiswa FTUB. Menghadapi era ke depan Doddy berpendapat bahwa mahasiswa harus dikeli dengan mental sportivitas serta nilai kejujuran serta kemampuan analisis, fokus kepada setiap permasalahan. Semua serapan ilmu ini idealnya sudah harus dimulai sejak di dunia kemahasiswaan. Mudah-mudahan pimpinan FTUB yang sekarang sudah mempertimbangkan dan memfasilitasi kebutuhan mahasiswa menghadapi masa depan ini. Dirgahayu FT UB dalam usianya yang ke 50. Semoga semakin berkembang dan semakin memberikan manfaat kepada bangsa dan negara. Dr. Surjamanto Wonorahardjo (A’87) Surjamanto Wonorahardjo yang lahir di Malang pada tanggal 27 Maret 1968 ini adalah alumni Arsitektur FTUB yang masuk pada tahun 1987 dan lulus pada tahun 1991. Surjamanto saat ini adalah Staf Pengajar Prodi Arsitektur SAPPK ITB sejak tahun 1995. Beliau telah menyelesaikan studi S3 Program Doktor Prodi Arsitektur ITB pada tahun 2010. Surjamanto adalah profil alumni yang tekun dan suka bekerja keras. Terbukti dari puluhan artikel ilmiah publikasi pada Jurnal Nasional maupun Internasional, serta keberhasilan beliau memperoleh berbagai hibah penelitian tingkat nasional setiap tahunnya. Mengenang masa-masa sebagai mahasiswa FTUB, Surjamanto berkisah tentang saat minggu-minggu pertama perkuliahan di prodi Arsitektur, “Saya sempat stress karena harus berapresiasi dengan warna, pola, irama dalam kuliah Rupa Dasar 2D dan 3D. Bidang ini terasa asing dan baru dalam hidup saya. Setelah berlangsung agak lama dan mengikuti bimbingan Bapak Ibu Dosen pada saat itu, saya mulai menemukan kesenangan pada Arsitektur. Kemudian saya bertekad untuk mengembangkan keilmuan arsitektur dalam hidup saya” begitu beliau berkisah. Surjamanto masih mengingat dengan baik kisah saat kuliah ketika diminta membuat gambar rumah orang tuanya. “Saya sendiri malu melihat gambar dengan kualitas garis yang buruk / tipis dan belum dirender. Tetapi dosen saya tersenyum, menghargai gambar saya, menyimpan gambar tersebut dan berjanji akan menunjukkan ke saya suatu saat nanti. Dosen saya ini sangat luar biasa”. 144 | Kenangan & Harapan Manurut beliau pendidikan tinggi teknik UB, khususnya Jurusan Teknik Arsitektur telah diselenggarakan dengan sangat baik, professional dan progresif. Hal ini yang sangat berkesan dan dirasakan memberikan banyak pengaruh bagi kesuksesannya saat ini. Terakhir, Surjamanto berharap FTUB dapat maju terus dan berperan aktif memajukan ilmu, pengetahuan dan teknologi di dunia, serta dapat berperan aktif memajukan teknologi, industry dan perekonomian bangsa Indonesia. Profil Any Virgiani, ST (PWK ’98) Any Virgiani merupakan angkatan pertama program studi PWK FTUB yang lulus pada tahun 2002. Saat ini bekerja sebagai Asisten Perencanaan Satuan Kerja Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis, di Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Dirjen CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM di Jakarta. Berikut adalah kutipan hasil wawancara singkat yang dilakukan tim FT dengan Any Virgiani. Bagaimana kesan yang yang didapatkan saat menempuh pendidikan di FTUB? Kesan sebagai angkatan pertama, kita diajarkan untuk mandiri dan kreatif dalam menyusun tugas-tugas kuliah maupun skripsi. Karena belum ada senior maupun referensi yang bisa kita dapatkan untuk dipelajari, sehingga kita harus berburu sendiri ke universitas ataupun perguruan tinggi lain. Apakah ada kenangan atau hal berkesan yang hingga saat ini masih belum dapat terlupakan selama menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya? Kesan tak terlupakan yang selalu teringat dan berkesan hingga saat ini adalah kekompakan antara pengajar dan mahasiswa dalam memajukan Prodi PWK (pada saat itu) dan FTUB secara keseluruhan. Apakah Harapan Anda ke depan untuk FTUB? Harapan ke depan: semakin banyak alumnus FTUB yang berkiprah sebagai praktisi pembangunan di seluruh penjuru Indonesia maupun international. Testimoni Andy Purwanto Total Productive Manufacturing (TPM) and Lean Manager PT. BEIERSDORF INDONESIA Mahasiswa yang terampil, beradaptasi dan berkembang dengan cepat serta berorientasi pendidikan tinggi di bidang industri dari Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya adalah solusi yang tepat dalam menjawab tantangan kebutuhan tenaga intern di Departemen TPM (Total Productive Manufacturing) yang saya pimpin. Sudah ada beberapa mahasiswa yang telah bekerja sama sampai saat ini, dan saya merasa puas atas kinerja mereka, karena bukan saja skill dan knowledge dari pendidikan formal saja yang bias mereka aplikasikan tetapi juga cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang di perusahaan. Hal lain yang membuat saya benar-benar terbantu adalah keberanian mereka dalam mengungkapkan kesalahan dari suatu sistem dan mempunyai suatu inisiatif untuk menyelesaikannya walaupun hasilnya masih belum sempurna tetapi usaha dan pendekatan masalah yang mereka lakukan sudah cukup baik untuk level mahasiswa. Sebagai kepala departemen saya juga bertanggung jawab terhadap perkembangan skill dan knowledge yang berhubungan dengan TPM tools. Coaching dan mentoring masih mereka butuhkan untuk dapat menjadi mahasiswa siap kerja yang bisa lebih diandalkan dalam dunia industri suatu saat nanti. 145 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ALBUM FOTO KENANGAN FTUB Kegiatan Lari gembira tahun 1982 Dosen Teknik tahun 1981 Dosen Teknik tahun 1983 Dosen Teknik tahun 1983 Dosen Teknik Pengairan tempo doeloe Jalan sehat tahun 1990 Jalan sehat tahun 2012 146 | Kenangan & Harapan Gedung Fakultas Teknik dari Masa ke Masa 147 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Peresmian gedung A pada tahun 1999 Peresmian gedung baru Fakultas Teknik tahun 2012 Peresmian gedung kembar FT pada tahun 2007 Kerjasama FTUB dengan Lintas Artha tahun 2013 Kerjasama FT UB dengan Universitas Yamanashi Jepang Kerjasama FTUB dengan Pukyong National University Korea Kunjungan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro ke FTUB Kunjungan Menteri Percepatan Daerah Tertinggal, Lukman Edy, (tengah) yang juga Alumni Teknik Sipil FTUB 148 | TIM PENYUSUN BUKU 50 TAHUN FTUB Penanggung Jawab : Nara Sumber : Ir. Ludfi Djakfar, MSCE., PhD Koordinator : Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS Ir. M. Julius St., MT. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D Ir. Ari Wahjudi, MT Ir. Achmad Wicaksono, M.Eng., Ph.D Ir. Sugeng P. Budio, MS Ir. Kresna Sardjito Ir. Dwi Priyantoro, MS Prof. Drs. M. Hasyim Baisoeni Dr. Ir. Sholeh Hadi P., MS Ir. Sentanu Agung Murti N., ST., MT., Ph.D. Ir. Winarno Yhadi Atmojo, MT Dr. Ir. Surjono, MTP. Ir. Wardi Kasim Nashir Widha S., ST., MT. Ir. Indra Cahya Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS Ir. Marsoedi Wirohardjo, MMT Ir. Arifi Soenaryo Ir. Unggul Wibawa, M.Sc Prof. Ir. Budiono Mismail, MSEE., Ph.D. Arief Andy Subroto, ST., M.Kom Prof. Ir. Sudjito, Ph.D Ir. Masduki, MM Ir. Imam Zaky, MT. Ir. Totok Sugiarto Prof. Ir. Harnen Sulistio, M.Sc., Ph.D Ir. Sujatmoko Amali Ir. Saifuddin Baedowi Ir. Djoko Sutikno, M.Eng Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. Tri Budi Prayogo, ST., MT Prof. Dr. Ir. Suharjono, M.Pd., Dipl.HE. Ir. Suroso, Dipl. HE., M.Eng Ir. Abdul Azis Hoesein, M.Eng.Sc., Dipl. HE. Anggota : Eko Andi Suryo, ST., MT., Ph.D Supriyadi, S.Sos Dr. Eng. Widya Wijayanti, ST., MT. Ir. Maryono, M.Agr Dr. Eng. Andre Primantyo H., ST., MT. Suryawan, S.Sos Rudy Yuwono, ST., MSc. Syaifuddin, SE Ir. Rinawati P. Handayani, MT Dyah Anggraeni, SE Eddi Basuki Jurniawan, ST., MT. Yeremia A. Dimpudus, ST. Remba Yanuar, ST., MT. Mirzah Ardiansyah, A.Md. Ir. Bambang Poerwadi, MS. Penyunting : Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT. Disain & Tata Letak : Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT. 149 | 50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya FOTO TIM PENYUSUN BUKU 50 TAHUN FAKULTAS TEKNIK UB 150 |