kenangan & harapan - Universitas Brawijaya

advertisement
Kenangan & Harapan
KENANGAN
& HARAPAN
123 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Perjalanan 50 Tahun Fakultas Teknik dalam
Kenangan Prof. Suhardjono
(Aktivis, Alumni, Dosen dan mantan Dekan Fakultas Teknik)
Profesor Suhardjono, salah satu guru besar yang dimiliki
Fakultas Teknik saat ini, merupakan saksi hidup dan juga
pelaku sejarah dari perjalanan panjang setengah abad
Fakultas Teknik. Pak Jon, begitu biasa beliau disapa, adalah
alumni jurusan Teknik Sipil yang merupakan lulusan
pertama dan terbaik pada tahun 1973. Beliau kemudian
mengabdi sebagai dosen di Jurusan Teknik Pengairan dan
bahkan pernah sampai 2 kali menjabat sebagai Dekan
Fakultas Teknik. Tulisan berikut adalah catatan beliau
dalam merekam kenangan perjalanan emas 50 tahun
Fakultas Teknik UB, baik semasa menjadi mahasiswa, dosen
maupun saat menjadi Dekan.
PRASARANA PERKULIAHAN
Kampus Fakultas Teknik 1963-1968
Pada tahun 1963-an, Kantor Pusat Universitas
Brawijaya, berada di jalan Guntur. Tepatnya di
samping kiri Gereja Ijen. Gedung tersebut masih
merupakan gedung pinjaman, bukan milik
universitas.
Di gedung itu juga dilakukan
kegiatan administrasi Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya pada awal pendiriannya di media tahun
1963.
Sedangkan
kegiatan
perkuliahan
dan
kemahasiswaan Unbra1 terbagi di dua lokasi.
Pertama, di jalan Kotalama Malang, yang
merupakan kantor dan ruang perkuliahan
Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat
(FHPM). Sedangkan kegiatan fakultas yang lain,
termasuk Fakultas Teknik, berada di lokasi
“kampus” Dinoyo.
Di saat itu, di tahun 1963, di maksud dengan
“kampus” hanyalah terdiri dari empat unit
bangunan ruang kuliah dan kantor. Yang masingmasing digunakan oleh Fakultas Peternakan dan
Kedokteran Hewan (FPKH), Fakultas Pertanian
(FP), Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan
(FKK) dan Fakultas Ekonomi (FE).
Dimana
perkuliahan Fakultas Teknik
“sementara”
bergabung di gedung kuliah Fakultas Perternakan.
Ternyata, “sementara” itu berjalan sampai lebih
dari 5 tahun.
Mulai dibangun “kampus” Dinoyo
Pada tahun 1968-1969 melalui dana
pemerintah PELITA I, dimulai pembangunan
kampus Dinoyo yang terdiri dari 2 gedung kuliah,
1 gedung kantor, 1 aula, dan bengkel teknologi
mekanik. Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan
Fakultas Kedokteran, menggunakan sarana baru
tersebut untuk kegiatan perkuliahan dan kantor,
secara bersama dan berdesakan.
Seiring berjalannya waktu, jumlah mahasiwa
bertambah. Kondisi sarana pendidikan, gedung
kuliah, dan laboratorium sudah sampai tingkat
memprihatinkan.
Pernah
terjadi,
akibat
mendesaknya kebutuhan ruang perkuliahan,
dibangun beberapa ruang kuliah sementara, yang
di antaranya, berangka kayu dan berdinding
triplek.
Pada saat itulah, di tahun 1970 sampai 1981,
Proyek
Induk
Serbagana
Kali
Brantas
mmeberikan bantuan yang tidak ternilai. Bersama
dengan partisipasi masyarakat, mulai dibangun
beberapa gedung yang selanjutnya menjadi awal
1
Sampai dengan awal 1980-an,
UNBRA merupakan
kependekan dari Universitas Brawijaya, setelah itu berganti
menjadi Unibraw dan saat ini Universitas Brawijaya
disingkat menjadi UB.
124 |
Ruang perkuliahan FT UB di awal pendiriannya, bergabung
dengan gedung Fakultas Peternakan, 1963 s/d 1969
Kenangan & Harapan
Refief Simbol Universitas Brawijaya, 38 tahun menjadi
latar depan Aula FT UB
dari pembangunan Laboratorium Hidrolika dan
Laboratorium Mekanika Tanah.
Relief Simbol Universitas Brawijaya di Aula
Dengan dana PELITA I, pada tahun 1968-1969
dibangunlah
gedung aula FT Unbra, yang
merupakan salah satu bagian dari paket
pembangunan gedung-gedung perkuliahan di
kampus Dinoyo. Pembangunan yang dilakukan
secara swakelola oleh Biro Bangunan Universitas
Brawijaya, berhasil dengan baik. Jadilah gedung
yang dikenal sebagai Aula FT Unbra.
Banyak kegiatan penting, terjadi di Aula
bersejarah itu. Antara lain, kongres IMTI, Seminar
Nasional Bendungan tipe Urugan, Kongres
Internasional Ecafe, serta banyak kegiatan lain.
Khusus bagi mahasiswa FT Unbra, Aula
tersebut, pada tahun 1970-an dikenal sebagai
tempat pertemuan antar angkatan. Pertemuan itu
terjadi saat diasakannya
ujian mata kuliah
Diferensial Integral.
Saking banyaknya yang
harus mengulang ujian mata kuliah tersebut,
maka peserta ujian dapat mencapai ratusan
mahasiswadari berbagai angkatan dan jurusan.
Ada yang hal menarik di Aula tersebut. Di
tembok depan, terpapar relief Simbol Universitas
Brawijaya. Relief dari semen, berwarna gelap,
setinggi 1,5 meter, berbentuk segi lima, dengan
gambar patung Brawijaya di tengahnya. Relief
tersebut mulai menandai Aula sejak tahun 1970,
menjelang diadakannya suatu kongres nasional.
Sejak saat itu, selama lebih dari 38 tahun, relief itu
menjadi latar depan, dari semua kegiatan di Aula.
Baktinya berakhir di tahun 2008 di saat Aula
tersebut dirobohkan untuk menjadi gedung utama
FT Ub yang megah.
Beruntunglah refief itu. Ia tetap terpelihara.
Bahkan refief bersejarah itu telah menempati
tempatnya yang jauh lebih baik, sebagai penanda
di depan gedung Utama FT UB. Tentunya hal itu,
dapat memberikan kebanggaan hati pembuatnya.
Adalah ir.H.Subeki (Sipil’65), yang pada saat
tahun 1970 ketika masih sebagai mahasiswa,
sangat aktif berkegiatan, termasuk berkesenian.
Selama tiga malam, dalam kesendiriannya, ia
Saat ini, relief itu menjadi penanda di Gedung Utama
FTUB
memahat semen dan
membawa kenangan.
refief
yang
banyak
Dimulainya kegiatan Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat
Tahun 1970, tercatat hal penting. Yakni
didirikannya Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat FT UB. Penggagas utamanya
adalah Ir. Mardjono Notodihardjo, yang saat itu
juga sebagai Pembantu Dekan bidang Akademis,
kemudian mengetuai lembaga itu. Ia dibantu oleh
Kadar
Sudimoeljo,
seorang
pensiunan
departeman Pekerjaaan Umum, dan pekerja yang
penuh semangat dan berdedikasi tinngi, sebagai
sekretaris.
Berkat hubungan dan kewibawaan
ir.
Mardjono, berbagai kerjasama berhasil dibangun,
dan banyak kegiatan berhasil dilakukan. Di
antaranya: (1) penelitian tras sebagai bahan
bangunan di daerah Malang, (2) penelitian rumah
sederhana dengan kuda-kuda papan paku di
Kodya Malang, (3) Penelitian Bahan Bangunan
Lokal di daerah Malang, Direktur Perumahan
Raykat. 1970-1971dan (4) penataan kawasan
perumahan desa Lolaras sebagai hunian baru,
relokasi desa yang terkena genangan bendungan
Sutami. (5) Survey kali Konang, pemda Nganjuk,
1971
Kegiatan terkait pengabdian masyarat di
antaranya:, (1) Penyuluhan rumah sehat di daerah
Blitar dan Malang Selatan,(2) Study daerah Grati
sebagai Usaha ternak Potong, PT Mangunjoyo, (3)
Perencaaan oulline plan Kota Lumajang, (4)
Jendelanisasi Perumahan Desan di daerah Blitar
Selatan, serta pelaksanaan berbagai kursus
seperti kursus Net Work Planning, Management
dan Kepegawaian.
Tahun 1978, akibat meningkatkan kebutuhan
layanan, LPPM dimekarkan menjadi LPM
(melayani
kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat) dan LPAT (melayani penelitian dan
afiliasi teknik).
125 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Program Percepatan Pendidikan Insinyur
(P3I).
Tahun 1983, tanpa dinyana, keberuntungan
datang. Prof. Dr. Ir. B.J.Habibi, Menteri Riset saat
itu, menyatakan Insinyur di Indonesia sangat
terbatas, karenanya segera perlu ditambah
jumlahnya.
Pendidikan
insinyur perlu
ditingkatkan
agar
dapat
lebih
banyak
menghasilkan insinyur.
Beberapa perguruan
tinggi yang mempunyai fakultas teknik ditantang
untuk
mengikuti
Program Percepatan
Pendidikan Insinyur (P3I) yang dibiayai oleh
Pemerintah
dan Bank
Dunia,
untuk
pengambangan
Jurusan Teknik Mesin dan
Jurusan Teknik Elektro.
Syaratnya, masing-masing fakultas teknik
diminta membuat usulan tentang
rencana
bagaimana meningkatkan lulusannya, dan
kebutuhan apa yang diminta untuk dapat
merealisasikan rencana tersebut. Syarat lainnya,
proposal tersebut harus selesai dibuat dalam
waktu tiga bulan.
Saat itu, dengan gairah, dosen dari berbagai
jurusan bersatu padu bekerja bersama menyusun
proposal, membuat berbagai rencana, termasuk
membuat gambar dan merencanakan anggaran
bagi pembangunan beberapa gedung kuliah dan
laboratorium, berikut peralatan dan bahannya.
Akhirnya dalam waktu kurang dari tiga bulan,
selesailah dokumen, yang terdiri dari 6 bendel
rancangan dan berikut gambar-gambar. Sungguh
satu kerja keras yang ”ajaib”. Saat itu, rasanya
tidak ada keluh kesah tentang honorarium,
apalagi tentang hak. Semuanya iklhas bekerja
untuk sesuatu yang belum tentu diperoleh.
Pertengahan 1984 bersama Prof. DR. Harsono,
Rektor Unibraw saat itu, Dekan FT Unibraw
memberikan presentasi dihadapan tim seleksi,
yang di antaranya dihadiri oleh Prof. BJ Habibi
selaku ketuanya. Bersaing dengan banyak
perguruan tinggi lain yang lebih senior, timbul
perasaan cemas, dan kurang percaya diri.
Dua bulan kemudian, diumumkan lima
perguruan tinggi teknik yang berhasil untuk
diikutsertakan pada proyek tersebut. FT Unbraw
termasuk salah satu di antaranya. Lima perguruan
tinggi yang berhasil adalah Universitas Indonesia,
ITB, Universitas Gajah Mada, ITS dan Unibraw.
Melalui proyek itu, FT Unibraw berhasil
membangun dua gedung kuliah untuk jurusan
teknik Mesin dan Elektro, dan dua bangunan
Laboratorium Mesin. Di tahun 1984, membangun
sekaligus empat buah gedung yang masingmasing berlantai dua, sungguh suatu prestasi
yang membanggakan.
Berbarengan dengan
pembangunan sarana
dilakukan berbagai
peningkatan dalam proses belajar mengajar,
peningkatan jumlah mahasiswa baru, dan
berbagai
kegiatan
lain
yang
bertujuan
126 |
meningkatkan jumlah lulusan insinyur secara
signifikat pada akhir tahun ke empat. Pada
akhirnya tujuan itu terlaksana.
Membangun lebih tinggi
Waktu berjalan, jumlah prodi bertambah,
jumlah mahasiswa meningkat membawa lebih
banyak kebutuhan ruang kuliah, laboratorium dan
kantor.
Berbagai
pembangunan
berhasil
dilakukan melalui baik melalui dana pemerintah,
dana swadaya khususnya dengan bantuan dari
Ikatan Orang Tua Mahasiswa, maupun dana yang
lain.
Masing-masing jurusan dan prodi
mengerahkan dayanya untuk meningkatkan
prasarananya, dan umumnya berhasil.
Hal itu mendorong gagasan dosen Arsitektur
untuk membangun Gedung (baru) Fakultas
Teknik sekaligus sebagai landmark kampus, yang
berada di jalan MT Haryono. Rancangan dibuat
dan secara bertahap pembangunan dilakukan.
Tahun 2000 dimulai pembangunan gedung
kuliah baru 3 lantai untuk jurusan PWK dan
Pengairan, tahun 2006 dibangun gedung kuliah
baru jurusan Arsitektur, juga tiga lantai. Gedung
utama FTUB, yang merupakan gedung berlantai 7,
mulai dibangun tahun 2009 dan diresmikan
penggunaannya di tahun 2012. Saat ini impian
Gedung FTUB sebagai landmark jalan MT
Haryono. Terwujudlah sudah.
PROSES PERKULIAHAN
Di awal pendirinya, antara tahun 1963-1967,
proses perkuliahan menerapkan sistem tahunan.
Bila pada sistem semester kuliah dilakukan
dengan 16 kali tatap muka, maka pada sistem
tahunan, kuliah diadakan sekitar 25 – 30 kali
tatap muka. Meskipun dalam praktiknya, saat itu,
kuliah “tidak terlalu sering dilakukan“. Di akhir
tahun, diadakan dua kali ujian. Ujian yang kedua
(ujian ulangan) hanya diikuti oleh mereka yang
gagal pada ujian pertama.
Proses perkuliahan dimulai dari Tingkat
Persiapan. Di tingkat ini,
waktu belajarnya
(semestinya) 1 tahun, dan bertujuan memberikan
Kenangan & Harapan
persiapan bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti
pendidikan berikutnya, di Tingkat Sarjana Muda.
Kelulusan di tingkat persiapan merupakan syarat
untuk mengikuti pelajaran di tingkat sarjana
muda, selama 2 tahun. Selanjutnya, mereka yang
lulus dari tingkat Sarjana Muda mendapat hak
untuk mengikuti kuliah di Tingkat Sarjana, juga
dalam waktu 2 tahun. Dengan demikian program
pendidikan Insinyur Teknik saat dirancang dapat
dapat diselesaikan dalam waktu paling cepat 5
tahun.
Di tahun pertama dan kedua itu, masih
digunakan sistem tahunan.
Sistem tersebut
dirasakan sangat berat. Bila tidak lulus pada
tahun itu, harus mengulang keseluruhan mata
kuliah Padahal, paa sistem tahunan tersebut,
ujian hanya dilakukan dua kali, ujian utama dan
ujian ulangan.
Lulus Insinyur, dapat Tiga Ijasah
Sampai dengan tahun 1976-an, mahasiswa
yang lulus sarjana, mendapat 3 (tiga) ijasah.
Pertama ijasah tingkat Persiapan, kedua tingkat
Sarjana Muda, dan ketiga
tingkat Sarjana.
Ijasahnya juga unik. Pada ijasah tingkat persiapan
dan sarjana muda, yang di tandatangani oleh
Dekan dan Pembantu Dekan I (atau pembantu
dekan urusan akademis), tertera pula daftar
nama mata kuliah yang telah diselesaikan.
Apa saja mata kuliah yang diajarkan? Pada
tahun 1963-1967, sebanyak 11 mata kuliah wajib
diikuti di tingkat persiapan. Tidak ada mata kuliah
pilihan. Syarat kelulusan tingkat persiapan adalah
apabila semua mata kuliah yang diwajibkan, telah
dinyatakan lulus. Akibatnya, tidak sedikit
mahasiswa yang tertahan di tingkat persiapan,
karena belum lulus 1 atau 2 mata kuliah saja (dan
umumnya di matakuliah Diferensial Integral,
yang merupakan matakuliah “tersulit“ saat itu)
Tingkat Sarjana Muda dan Tingkat Sarjana
Pada ijasah
tingkat Persiapan, tertulis...
”kepadanya diberi idzin menempuh udjian tingkat
Sardjana Muda Djurusan 2. Artinya, hanya mereka
yang telah lulus dari tingkat Persiapan, boleh
mengikuti kuliah di tingkat Sarjana Muda.
Pada awalnya, perkuliahan di tingkat Sarjana
Muda juga masih menggunakan sistem tahunan,
dengan 13 mata kuliah wajib diikuti. Baru pada
tahun 1967 dimulai perkuliahan dengan sistem
semester. Kuliah dan evaluasi dilakukan selama
enam bulanan. Jumlah dan mata kuliah masih
berupa paket, tidak ada pilihan semua merupakan
mata kuliah wajib.
Akibat situasi politik, menjadikan pada tahun
1966 sampai dengan tahun 1969, program
2
Menggunakan ejaan lama.
perkuliahan berlangsung dalam suasana yang
tidak menentu. Perkuliahan sering tidak berjalan.
Jadwal kuliah tidak menentu. Bahkan dimulai
pertengan
1966 dalam waktu sekitar satu
semester, hampir tidak ada kegiatan perkuliahan
terjadi di dalam kampus.
Di tingkat sarjana, yang terdiri dari tiga
semester, yakni semester VII, VIII dan IX,
mahasiswa wajib menempuh sebanyak 23 mata
kuliah. Belum tersedia mata kuliah pilihan, semua
merupakan mata kuliah wajib.
Dimulai pada tahun 1980, Fakultas Teknik
menggantikan sistem pendidikan dengan program
pendidikan jenjang Strata I (S1). Pada sistem ini
jumlah kreditnya adalah
160 sks yang
didistribusikan dalam 9 semester dengan evaluasi
prestasi mahasiswa tiga kali yaitu evaluasi
pertama setelah 2 tahun, evaluasi kedua setelah 4
tahun, dan evaluasi terakhir setelah 7 tahun
mahasiswa harus sudah lulus, dan hanya
diterbitkan satu ijasah, yakni ijasah sarjana S1.
Setelah mengalami evaluasi beberapa kali,
mulai tahun 2000 beban studi minimal
mahasiswa, berkurang menjadi 144 sks, dengan
berbagai mata kuliah yang yang dapat dipilih
mahasiswa.
Masa kritis Fakultas Teknik ..
Tahun 1970-an merupakan masa kritis bagi
Fakultas Teknik Unbra.
Disamping kondisi
perkuliahan yang kurang kondusif, juga belum
ada tanda-tanda apakah Fakultas Teknik ini dapat
meluluskan sarjananya. Di usianya yang ketujuh
belum ada insinyur yang berhasil diluluskan.
Masyarakat dan terutama mahasiswa gelisah.
Saat itu, lapangan pekerjaan bagi lulusan
Sarjana Muda Fakultas Teknik, terbuka lebar.
Karenanya sebagian besar mahasiswa tingkat
sarjana telah memperoleh pekerjaan. Kuliah
bukan menjadi kegiatan utama.
Mahasiswa
kuliah, sambil menunggu apakah memang
Fakultas Teknik mampu meluluskan sarjana
tekniknya.
Kepercayaan masyarakat terhadap FT Unbra,
juga menurun. Bila pada tahun 1963 sd 1968
jumlah mahasiswa baru untuk Jurusan Sipil ratarata di atas 90 orang, mulai tahun 1969 menurun
menjadi 39, dan makinmerosot di tahun 1970
menjadi hanya 30 mahasiswa baru yang terdaftar
di Jurusan Teknik Sipil.
Akhirnya munculah ada tiga ‘pendekar‘, dua
dari jurusan Sipil Ir. CD. Sumarto, dan Ir. Yan
Utama, serta satu dari jurusan Mesin, Ir. Abel
Silalahi. Ketiganya berhasil membuktikan bahwa
FT Unbra mampu meluluskan sarjanannya. Itu
terjadi di akhir tahun 1972.
Kelulusan itu, membangkitkan kembali
semangat. Rasa percaya diri meningkat.
Berbondong-bondong mahasiswa ‘kembali ke
127 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
kampus‘. Hasilnya jumlah lulusan meningkat dari
tahun ke tahun. Kepercayaan masyarakat juga
meningkat, jumlah mahasiswa baru bertambah.
Kampus kembali menemukan jiwanya dan
semangat kependidikannya.
Suasana ujian sarjana di tahun 1972
Pertengahan tahun 1972, setelah
semua
persyaratan untuk mengikuti ujian sarjana telah
rampung, saya bersama M Liliek Dumaeri,
mengajukan permohonan untuk mengikuti ujian
sarjana. Fakultas menyetujui, dan ujian akan
dilakukan pada bulan Desember 1972.
Inilah sidang ujian sarjana teknik sipil, yang
kedua kalinya. Ujian pertama dilakukan akhir
1971, yang berhasil meluluskan alumni jurusan
Sipil pertama dan kedua, Ir. CD Soemarto (alm,
terakhir berkarir sebagai ahli utama Hidrologi),
dan Ir. Jan Utama (wiraswasta di Jakarta).
Karenanya, sidang ujian sarjana ini, juga
masih mencari bentuk. Dewan pengujinya cukup
banyak, semua pimpinan fakultas menjadi
anggota penguji. Mulai dekan (Ir. Suryono),
pembantu dekan I (Ir. Kresno Sardjito), pembantu
dekan II (drs. Hasyim Baisoeni), pembantu dekan
III (drs Kapil), serta anggota dewan penguji
sebanyak 4 orang, dan semua pembimbing (ir.
Hoesni Sabar, Ir. Eddy Soetisna, dan Ir. CD
Soemarto). Total jumlah penguji 11 orang. Semua
mempunyai hak bertanya dan memberikan nilai.
Karena itu, wajar saja, ujian berlangsung dalam
waktu yang cukup lama
Lulus Ujian, Masuk Kolam
Saya
lulus
dengan
predikat
baik, dan tercatat
sebagai
lulusan
teknik sipil yang ke
tiga. Demikian pula
Ir.M.
Liliek
Dumaeri, menjadi
lulusan yang ke
empat dari Jurusan
Teknik Sipil.
Begitu
keluar
ruang ujian, telah
siap sambutan dari
sahabat-sahabatku, antara lain mas Azis Hoesein,
mas Wateno Utomo, mas alm. Wasono Subroto,
dan lain-lain. Beramai-ramai aku dan Liliek
diceburkan ke dalam kolam3. Dan sejak saat itu,
dimulailah tradisi menceburkan alumni baru ke
kolam. Tradisi ini berhenti di tahun 1985 saat
kolam tersebut dibongkar.
3
Kolam air mancur, berlokasi di depan laboratorium
hidrolika.
128 |
Kebiasaan pesta lulusan, tidak saja penceburan
di kolam, tetapi dilanjutkan dengan menonton
bioskop bersama. Di saat TV masih sangat jarang,
video belum muncul, nonton bioskop merupakan
hiburan menyenangkan untuk mahasiswa.
Sehingga menonton bioskop gratis, karena
ditraktir oleh insinyur baru lulus, merupakan hal
yang ditunggu.
Seratusan mahasiswa bareng nonton bioskop,
dan bersorak saat di layar tertuliskan ucapan
selamat dan nama-nama insinyur yang baru lulus.
Entah kapan tradisi menyenangkan itu,
menghilang.
Wisuda tanpa toga, 1973
Wisuda tanpa Toga
Maret 1973, aku di wisuda. Istriku Tatik, alm.
bapak dan beberapa orang yang paling aku cintai
dan banggakan hadir. Aula Fakultas Teknik,
dengan relief besar simbol Universitas Brawijaya,
merupakan aula terbesar dan sekaligus sebagai
tempat berbagai acara penting, termasuk acara
wisuda sarjana.
Jumlah sarjana yang diwisuda saat itu, tidak
terlalu banyak. Lulusan Fakultas Teknik di tahun
1972 hanya 4 orang, salah satu di antaranya
adalah aku. Karena predikat kelulusanku yang
terbaik, aku ditunjuk sebagai wakil lulusan FTUB
yang mendapat “kalung” kelulusan. Penggalungan
dilakukan oleh Dr. Mulyad, Rektor waktu itu.
Wisuda berlangsung sederhana, belum memakai
toga. Pembeda antara tamu dan wisudawan
adalah kalung yang dikenakannya.
Itulah wisuda tanpa toga terakhir, yang
dilakukan oleh Universitas Brawijaya. Selanjutnya
wisuda dilakukan dengan memakai toga dengan
jumlah lulusan lebih banyak. Tempatnya pun
berpindah, dari Aula Fakultas Teknik, ke tenda
besar yang sengaja di pasang halaman di muka
bengkel Fakultas Teknik.
Kenangan & Harapan
Tokoh Senior Fakultas Teknik UB
Prof. Drs. H. M. Hasyim Baisoeni
Nama yang Familiar di Civitas Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
(FTUB). Putra kelahiran Madura, tepatnya di Pamekasan pada tanggal 15 April
1937. Sebelum menetap di Kota Malang, beliau mengalami perjalanan panjang
dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah
Pertama di Pamekasan, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
Kota Malang. Pada Tahun 1958, beliau melanjutkan jenjang pendidikan
sarjananya pada Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada dan tepat 5 tahun
berselang (1963) berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya. Setelah itu
mengabdi sebagai dosen di Universitas tersebut selama dua tahun. Sebelum
tinggal di Kota Malang, beliau juga pernah berencana untuk tinggal di Jember atau Makasar. Namun pada
bulan Juni 1965 beliau menjadi staf pengajar di FTUB, yang juga berarti beliau memutuskan untuk menetap di
Kota Malang. Tentunya beberapa pertimbangan khusus yang menyebabkan beliau memilih kota Malang
sebagai tempat untuk menetap dan berkarya.
Pak Hasyim begitu beliau akrab dipanggil, menceritakan singkat tentang sejarah FTUB. “Dahulu Fakultas
Teknik tidak mempunyai geudung untuk kuliah karena pada waktu itu sebagian besar lahan masih berupa
persawahan”, ujarnya. Dari keadaan tersebut membuat tempat perkuliahan FTUB berpindah-pindah, seperti
menggunakan Gedung PGA di Jalan Bandung yang sekarang dipergunakan sebagai Sekolah, gedung SHD yang
sekarang menjadi salah satu tempat perbelanjaan di Malang, yang lebih dikenal dengan sebutan MATOS. STM
Angkatan Laut dan kantor Proyek Brantas pun juga digunakan sebagai tempat proses pembelajaran FTUB.
Proyek Brantas merupakan salah satu badan yang memegang peranan penting berdirinya Fakultas Teknik,
peranan yang dilakukan mulai dari bantuan Staf Pengajar serta bantuan dana.
Awal berkarir di Universitas Brawijaya, banyak kenangan, baik suka maupun duka beliau rasakan. Saat
awal di FTUB, beliau sangat miris sekali dengan keadaan saat itu. Minimnya sarana dan fasilitas mengajar,
terlebih lagi gedung untuk kuliah pun masing “numpang”. Akhirnya beliau bertekad untuk memperbaiki
keadaan FTUB, perbaikan ini ditujukan ke pembangunan gedung FT dengan meminta bantuan dana kepada
orang tua mahasiswa. Dari dana yang terkumpul dibangunlah gedung kuliah pertama FT, dimana saat ini
sebagai gedung Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Ditahun 1968, Pak Hasyim beserta para tokoh senior
Fakultas Teknik membangun lima gedung, salah satunya bangunan tersebut digunakan untuk bengkel mesin
dan laboratorium hidrolika. Hal yang menarik saat di Fakultas Teknik, beliau menginstruksikan staf pengajar
(dosen) untuk mengenakan jaket merah yang terbuat dari kain beludru. Semua ini dilakukan agar FTUB
terlihat di mata Universitas Brawijaya atau dapat dikatakan bahwa untuk memperlihatkan eksistensi FTUB.
Ayah lima anak ini memaparkan perjalan karirnya yang dirintis mulai nol sampai menduduki jabatanjabatan tertentu di Universitas Brawijaya. Beliau berkarir di Universitas Brawijaya sejak tahun 1965-2007.
Awal masuk Fakultas Teknik beliau hanya sebagai staf pengajar pengampu Mata Kuliah Kalkulus, matakuliah
yang menajadi “momok” bagi mahasiswa FTUB. Kemudian beliau diangkat menjadi Pembantu Dekan,
selanjutnya Sekretaris Dekan. Pada tahun 1994-1998 beliau dipercaya untuk mengemban tugas sebagai
Rektor Universitas Brawijaya. Ditengah kesibukannya sebagai pengajar, ditahun 1986 beliau berhasil
menerbitkan sebuah buku berjudul Kalkulus yang hingga saat ini dijadikan buku panduan mahasiswa untuk
mata kuliah Kalkulus, dari buku inilah beliau mendapat gelar Guru Besar.
Selain menjadi pengajar yang baik, beliau juga adalah ayah yang bertanggung jawab dalam mendidik putra
dan putrinya dengan menyekolahkan hingga ke program Magister (S2). Dua orang putra beliau mengikuti
menjadi pengajar di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Menurut pendapat beliau, sekarang Fakultas
Teknik jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan pada awal berdirinya. Fasilitas serta sarana mengajar
sudah tercukupi mulai dari adanya gedung perkuliahan di masing-masing Jurusan dan tenaga pengajarpun
sudah banyak dari alumni sendiri maupun luar alumni. Beliau berpesan supaya menjadi orang yang
bermanfaat untuk lingkungan sekitar, mampu menolong orang lain, serta bekerjalah dengan penuh
keikhlasan. “Hari Esok harus lebih baik dari hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari kemarin”, yang berarti
Fakultas Teknik mampu bersaing dengan Perguruan Tinggi lainnya dan menjadi terdepan di masa yang akan
datang.
*) disadur dari buku “Berkarya dan Mengabdi“. Menyambut 45 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
129 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Testimoni Ketua Jurusan Teknik Sipil
Ir. Sugeng Prayitno Budio, MS
Pada tahun 2005 Ir. Sugeng Prayitno Budio, MS., menerima
Penghargaan Satya Lencana Karya Satya yang diberikan oleh Presiden
Republik Indonesia. Beliau juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan
dengan beberapa kali menjadi pembimbing mahasiswa dalam kompetisi
Jembatan Indonesia (PNJ UI 2006-2009) dan pada tahun 2009-2011
ditunjuk untuk menjadi Juri kompetisi tersebut. Selain itu beliau hingga
kini aktif sebagai Pembimbing Club Jembatan Amera Club sejak 2008, dan
Narasumber Pembinaan Mental Spiritual dan Etika Mahasiswa Pembinaan
sejak 2007 hingga saat ini di Teknik Sipil FT UB. Mengingat beliau adalah
lulusan FTUB maka beliau juga dengan sangat antusias menjadi
Pendamping Kegiatan Kemah Kerja Mahasiswa di Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang Perkemahan 2010 FT UB.
Kesan, Suka Dan Duka
Selama menjadi Ketua Jurusan Teknik Sipil, hal yang paling tidak
terlupakan adalah saat Jurusan Teknik Sipil berhasil mengadakan Umroh
bersama dengan dana Swadaya jurusan pada tanggal 07 Februari 2013.
Selain itu hal yang membuat pekerjaan beliau menjadi penuh dinamika
adalah karena selain menjadi tenaga pendidik dan pimpinan jurusan, beliau yang beralamat di Jl. Anggur No.8
Dermo Mulyoagung, Dau ini juga sering diundang menjadi saksi ahli di pengadilan untuk kasus-kasus TIPIKOR
(tindak Pidana korupsi).
Suka duka yang dialami beliau dalam berkarya bersama FTUB terutama dirasakan saat pertama kali
ditunjuk untuk menjabat Ketua Jurusan Teknik Sipil, hal ini dikarenakan pada saat itu Jurtusan Teknik Sipil
sedang “terkena Musibah”, karena Jurusan ini mengalami kemunduran dalam status akreditasi yang semula A
menjadi B. Untuk itu, bagi beliau menjadi Ketua Jurusan pada masa-masa sulit seperti itu membuat beliau
terpacu untuk meningkatkan mutu Jurusan Sipil. Saat ini jurusan sipil sedang mengajukan akreditasi kembali
dan visitasi telah dilaksanakan pada tanggal 3-5 September 2013 dimana diharapkan dapat terakreditasi A.
Meski demikian, dengan kerjakeras bersama, Jurusan Teknik Sipil berhasil mendapatkan pengakuan dunia
dengan menduduki peringkat 4 besar jurusan Teknik Sipil terbaik di Indonesia versi QS star.
Berdasarkan pengalaman diatas itulah maka pak sugeng selalu merasa dukungan dari fakultas teknik UB
baik secara moril maupun materiil sungguh merupakan hal yang berkesan bagi beliau. Beliau menyampaikan “
di teknik, kebersamaan dalam memajukan FT sungguh terasa, dimana suka dan duka ditanggung bersama”.
Harapan
Harapan beliau ke depan adalah bagaimana Jurusan Sipil pada khususnya dan Fakultas Teknik pada
umumnya dapat lebih dikenal dalam taraf nasional maupun internasional untuk terus bersaing dengan
berbagai lulusan teknik dari negara lain.
Berikut beberapa pengalaman beliau dalam penelitian, pemberdayaan masyarakat, dan karir:
Penelitian
Penelitian Keandalan Bangunan Sipil Pada Struktur Cerobong Studi Kasus : Chimney PLTU Paiton Unit 6
dan 7, Tahun 2012
Artikel Jurnal Ilmiah
Selection of Roof Structure Model of Timber, Lightweight Steel and Conventional Steel Due to Gravity Load,
Jurnal International of Academic Research (IJAR) Vol.3 No.1 July 2011,ISSN 2075-4124 E-ISSN 2075-7107 ,
tahun 2011
Pengabdian masyarakat
Perform Life Assessment and Structural Integrity of Chimney Structure (Paiton). Tahun 2011/2012.
130 |
Kenangan & Harapan
Testimoni Ketua Jurusan Teknik Mesin
Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT
Profil
Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT., lahir di Jember, 3 September 1972,
menamatkan studi S1 dari Teknik Mesin UB pada tahun 1995, S2 Teknik
Mesin ITS (2000) dan S3 Teknologi Kedokteran UB (2006). Saat ini beliau
menjabat sebagai Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya (FTUB).
Kesan, Suka Dan Duka
Selama masa menjabat menjadi ketua jurusan mesin FTUB banyak hal
yang telah diraih Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT, yang pertama adalah
mendapatkan akreditasi “A” untuk jurusan Mesin, menjadi Ketua program
Studi berprestasi ke-2 di UB. Prestasi-prestasi yang diraih inilah yang
merupakan pengalaman beliau yang paling berkesan bagai beliau. Beliau
menambahkan bahwa prestasi ini dapat diraih adalah berkat kerjasama
dan kekompakan seluruh lini yang ada di jurusan Mesin maupun di
fakultas Teknik. Menurut Koordinator Kajur Seluruh UB mulai tahun 2010
ini, bekerja di FTUB merupakan pengalaman yang menyenangkan
sehingga beliau selalu enjoy dengan segala kesibukan yang beliau emban, “ Alhamdulilah, Networking kita di
fakultas Teknik juga berlangsung baik”.
Selama mengabdi menjadi dosen hingga sekarang menjadi ketua jurusan Mesin, beliau sempat mengalami
masa-masa adaptasi yang cukup sulit mengingat pada awalnya beliau adalah dosen yang paling muda dan
para dosen serta jajaran yang berada di Teknik Mesin merupakan Dosen beliau sendiri. Tetapi hal itu tidak
berlangsung lama dan beliau segera dapat bekerjasama dengan optimal. “saat ini keadaan sudah banyak
berubah, Teknik Mesin sudah memiliki banyak tenaga Muda, dan (Teknik Mesin) berhasil mengantarkan
sebanyak 18 dosen-dosen muda meraih gelar Doktor, dengan demikian kita bisa lebih progressif lagi!” sahut
beliau. Dalam interaksinya dengan mahasiswa, mantan Pimpinan Redaksi Majalah mahasiswa teknik
Mesin,DINAMIK, tahun 1992-1995 ini juga tidak kalah berkesan terutama saat berhasil mengantarkan
mahasiswanya mengembangkan kegiatan Lomba Roket Air bersama dengan Dikti tahun 2008, menjadi Juara
Gokart nasional tahun 2009, dan sedang dalam proses mempelopori kompetisi mobil listrik sebagai kegiatan
mahasiswa tahun 2013. Selain itu, Jurusan Teknik Mesin juga berhasil memperoleh penilaian terbaik ke-4
pada UBAQA (UB Quality Award) pada tahun 2013.
Harapan
Harapan beliau kedepannya adalah untuk FTUB lebih memfokuskan Investasi terhadap peralatan
Laboratorium sebagai penunjang utama penelitian mahasiswa dan dosen, dengan demikian FTUB dapat lebih
berprestasi dan terus menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam tingkat Nasional maupun
Internasional.
Testimoni Ketua Jurusan Teknik Pengairan
Ir. Dwi Priyanto, MS
Profil
Ir. Dwi Priyanto, MS, lahir di Kediri pada tanggal 2 Mei 1958. Beliau adalah alumni Jurusan Teknik
Pengairan UB yang lulus pada tahun 1984, dan memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik Sungai
ITS (1990)
131 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Kesan, Suka Dan Duka
Satu hal yang selalu diingat oleh beliau adalah saat mulai
mengabdi di Fakultas Teknik pada tahun 1984, satu minggu setelah
kelulusannya dari FTUB. Menurut ayah tiga anak ini pengalamannya
berjalan bersama Fakultas Teknik sangat tidak terlupakan, dimana
hingga saat ini keterikatan, kekeluargaan, dan kebersamaan yang
membuat suasana kerjasama di FTUB selalu sejuk. Selain itu begitu
banyak hal-hal yang berkesan bagi beliau selama mengabdi di Fakultas
Teknik terutama dalam bidang pengabdian masyarakat dan penelitian
antara lain: Kontribusi FTUB dalam Asosiasi pengembangan Sungai,
Kali Brantas, diikuti dengan penyediaan air di Timor- Timur yang pada
kala itu baru bergabung dengan NKRI, turut serta dalam membentuk
Embrio Proyek Pembangkit listrik di Paiton, tak lupa proyek workshop
lapangan Legendaris; HLD (high Level Diversion) di pulau lombok,
NTB,dari Lombok barat yang kecukupan air ke Lombok selatan yang
kering dalam rangka program swasembada beras pada masa Orde
Baru. “ saat itu jurusan pengairan FTUB masih berusia 8 tahun, begitu
banyak program-program yang dipercayakan kepada jurusan
Pengairan FTUB, dan hal inilah yang membuat saya semakin dewasa dalam penerapan ilmu secara teoritis
yang saya dapat di kampus dan penerapannya dilapangan. Hal ini menjadi berkesan karena saat ini tidak
banyak lagi kesempatan besar seperti itu untuk bisa dinikmati generasi sekarang. Sayang sekali” begitu imbuh
beliau.
Sebagai salah satu lulusan FT UB beliau memberikan perhatian lebih terhadap laboratorium Hidrolika
terapan yang dimiliki jurusan pengairan. Bagi beliau bangunan itu merupakan salah satu bangunan ikonik dan
paling bersejarah bagi FTUB mengingat laboratorium ini merupakan hasil kerjasama dari FTUB dengan Proyek
Brantas dan mendapat bantuan Dari Nippon Koei. Beliau juga selalu mengingat amanah dari Prof Hasyim, agar
tidak mengubah, ataupun meruntuhkan laboratorium tersebut, walaupun FTUB sedang gencar-gencarnya
membangun gedung yang baru, agar laboratorium itu menjadi ikon bagi FTUB sebagai aset sejarah legendaris
untuk menandai sejarah perjalanan FTUB sehingga dapat menjadi motivasi bagi generasi saat ini.
Harapan
Harapan beliau untuk Fakultas Teknik kedepannya agar terus mengembangkan diri menjadi Fakultas yang
mamapu bersaing secara nasional maupun internasional. Menurut beliau salah satu caranya adalah dengan
membuat trade mark bagi Fakultas Teknik dengan mencari keunggulan yang khusus dari FTUB untuk
ditonjolkan dan di ekspos kepada masyarakat, dengan demikian FTUB akan dijadikan jujugan, atau sentra
keilmuan yang dapat dipandang secara luas. Beliau memberi contoh bagaimana misalnya Teknik Mesin
memiliki pengembangan mobil listrik, menurut beliau hal seperti ini jangan hanya di kembangkan, tetapi
dikhususkan agar menjadi Ikon di FTUB sehingga bila orang mencari tentang mobil listrik, sudah pasti akan
dating ke FTUB sebagai trademark dari pengembangan mobil listrik, begitupun dengan jurusan-jurusan lain.
Selain itu,imbuh beliau, fokus terhadap penelitian hi- tech memang harus tetap dikembangkan untuk prestis,
tetapi yang paling utama adalah bagaimana kontribusi FTUB dapat secara langsung dinikmati masyarakat,
sehingga FTUB juga harus lebih memberi fokus pada penelitian-penelitian yang berbasis permasalahan yang
terjadi di masyarakat agar penelitian dapat tepat guna mengingat pengguna dari produk FTUB adalah
masyarakat yang 60%nya menengah ke bawah.
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya, agar visi Fakultas Teknik untuk mencapai fakultas dengan level
dunia, menurut beliau, mengenai pendataan produk penelitian maupun pengabdian masyarakat harus didata
secara lengkap dan di review berapa banyak yang sudah terlisensi secara nasional maupun internasional,
sehingga ada motivasi bagi yang belum untuk terus mengembangkan penelitiannya agar menjadi penelitian
yang diakui. Beliau juga ingin memotivasi mahasiswa dan dosen bahwa berani memulai riset itu baik, tetapi
harus berani pula untuk mengembangkan risetnya hingga mendapat pengakuan Nasional maupun
internasional. Jika sudah demikian fakultas teknik harus berkontribusi dengan mendukung secara materiilo
maupun moril. Suasana kompetisi antar jurusan agar memotivasi penelitian-penelitian baru dengan
memberikan reward dan pengakuan yang sesuai.
132 |
Kenangan & Harapan
Testimoni Ketua Jurusan
Teknik Elektro
Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono, MS
Profil
Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono, MS, lahir di Kediri pada
tanggal 28 Juli 1958. Beliau adalah alumni Jurusan Teknik
Elektro UB yang lulus pada tahun 1985, memperoleh gelar
Master dari Program Magister Teknik Elektro Universitas
Indonesia (1990) dan Doktor bidang Optical Communication
dari UI juga pada tahun 2009.
Kesan, Suka Dan Duka
“bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan itu bisa
dilakukan secara direct maupun indirect, secara langsung saya
berkecimpung di dunia pendidikan, dan secara tidak langsung
mahasiswa yang saya didik meneruskan ilmunya untuk menjadi
manfaat bagi orang lain, itu kebanggan dan kepuasan
tersendiri buat saya!” Falsafah hidup yang dipegang beliau
hingga detik ini adalah beliau selalu ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,
oleh karena itu mengabdi dalam bidang pendidikan merupakan panggilan yang menurut beliau paling
mengena untuk terus sejalan dengan motto hidupnya tersebut. Bagi beliau dari begitu banyak hal yang
berkesan selama mengabdi di FTUB, tetapi yang paling berkesan buat beliau adalah saat melihat anak didik
memiliki kompetensi dalam bidang akhlak dan akademis yang tinggi serta kompetitif di dunia kerja.
Mulai mengabdi di Jurusan Teknik Elektro pada tahun 1986, bagi Pak Sholeh pada masa beliau menjabat
menjadi Kajur Elektro mulai tahun 2010 lah dimana banyak hal-hal berkesan dirasakan. Salah satunya adalah
bagaimana semakin terasa di FTUB dimana suasana akademis dan komunikasi intrapersonal begitu terjalin
dengan baik. Ditambah lagi, kata beliau, saat ini begitu banyak kesempatan untuk memajukan FT terutama
Jurusan teknik elektro, beberapa saat belakangan ini Jurusan elektro sedang gemcar mengembangkan
penelitian dan kerjasama dengan stake holder yang berhubungan dengan kegiatan kemahasiswaan maupun
akademis. “ tahun ini saja kami mendapat banyak kesempatan luar biasa untuk mengembangkan keilmuan
degan membangun beberapa kerjasama antara lain; kerjasama mengenai maintenance jaringan hanya dengan
daya listrik tanpa pemadaman dengan Elektronika Daya dimana bukan hanya ilmu yang kami dapatkan tetapi
juga hibah peralatan, ada pula kerjasama dengan telkomsel mengenai gelombang mikro dimana telkomsel
juga meminta adanya diskusi terpadu dengan jurusan kita, ada pula kerjasama dengan LIPI, LAPAN dan
perusahaan Jepang Yukogawa. Pokoknya sangat exciting!” pungkas beliau. Menurutnya hal ini sangat
bermakna karena melalui program-program ini beliau mendapat banyak pengalaman, apalagi programprogram ini dapat terjalin pada masa jabatannya.
Harapan
Untuk FT UB bagi beliau ada 3 hal yang paling penting;
1.
Pendidikan: Merupakan hal yang utama, perlu diadakan evaluasi rutin tiap tahun agar nantinya dapat
memperoleh metode yang tepat untuk ke depannya.
2.
Penelitian: Intensitas ditambah, dan alat-alat harus selalu diupdate
3.
Pengabdian: harus berkenaan dengan keadaan masyarakat sehingga langsung bisa dirasakan
masyarakat pula.
Menurut beliau, bila membandingkan dengan UI, almamater dimana beliau menempuh pendidikan S2 dan
S3, FTUB harus lebih membudayakan suasana Laboratorium yang mnyenangkan sehingga mahasiswa maupun
dosen selalu merasa nyaman dan antusias untuk mengembangkan penelitian, misalnya dengan mengadakan
peralatan yang lebih lengkap, akses yang mudah serta ruangan khusus peneliti, serta pemberian insentif yang
sesuai untuk peneliti. Yang penting adalah seluruh lingkungan FTUB harus mendukung terciptanya suasana
yang kondusif agar civitas akademika selalu kreatif, inovatif, dan progresif.
133 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Testimoni Ketua Jurusan
Arsitektur
Dr. Agung Murti Nugroho, ST., MT.
Profil
Dr. Agung Murti Nugroho, St., MT., lahir di Jogjakarta pada tanggal
15 September 1974. Beliau adalah alumni Arsitektur UGM yang lulus
pada tahun 1998, memperoleh gelar Master dari Program Magister
Arsitektur UGM (2002) dan Doktor dari Universiti Teknologi Malaysia
(2007).
Selama mengabdi di FT Jurusan Arsitektur Pak agung, yang
terkenal kalem dan tenang ini , pernah menjabat ketua LKDA Jurusan
Arsitektur UB pada tahun 2003 ini lalu mengusulkan pendirian Lab.
Cahaya bekerja sama dengan dosen Jurusan Arsitektur Ir. Jusuf
Thojib, MSA pada tahun 2008, sekembalinya menyelesaikan studi di
Universiti Teknologi Malaysia. Pada tahun 2009 menjadi wakil ketua
BPP bidang kerjasama, yang mencakup kerjasama BPP di dalam
negeri maupun di luar negeri. Selama masa jabatannya mengembangkan laboratorium terpadu berisikan
enam laboratorium, dan tiga studio, 2 studio mini dan 1 studio besar. Selama masa jabatan beliau
melaksanakan 1 seminar internasional yaitu SENVAR International Conference On Sustainable Environment
And Architecture 2011, dan 2 kali seminar Nasional Semesta Arsitektur Nusantara yang mengukuhkan
Arsitektur UB sebagai salah satu pelopor kajian Arsitektur nusantara.
Tidak hanya mengajar dan meneliti beliau juga aktif dalam kegiatan seminar sebagai pemateri dan
presenter makalah, misalnya pada tahun 2011 di UKDW pada International Conference Enhancing The Locality
in Architecture, Housing, and Urban Environment, serta International Conference Sustainable Environmental
Architecture XI, pada tahun 2011 di, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Kesan, Suka Dan Duka
Suka duka yang dialami beliau adalah karena berkiprah di FTUB saat perkembangan FT begitu cepat dan
pesat membuat beliau harus mengikuti pergerakan dengan fase cepat pula. Tetapi justru hal ini membuat
semangat beliau semakin terpacu untuk memunculkan hal-hal baru yang dapat berkontribusi untuk
kemajuanFT UB dimana saat pertama kali berkarya di FT fasilitas dan sarana prasarana yang ada masih begitu
sederhana terutama untuk Jurusan Teknik Arsitektur disaat masih menggunakan gedung lama. Sepanjang itu
pula beliau bersama-sama membangun Jurusan Arsitektur FTUB terutama dalam membangun laboratorium di
Jurusan Arsitektur. Tahun 2009 menjadi sekretaris Jurusan Arsitektur dan tahun 2011 menjadi Kajur
Arsitektur, menggantikan masa jabatan kajur sebelumnya yang mendapat tugas studi lanjut di Jepang.
Hal yang paling berkesan selama mengabdi di Fakultas Teknik adalah pada tahun 2003 saat menjabat
ketua LKDA (Laboratorium Komputer Desain Arsitektur), menurut beliau saat itu lab tersebut baru dimulai
tetapi semangat dari mahasiswa dan dosen begitu “militan”, dimana beliau bersama dengan mahasiswa bisa
bertahan di kampus hingga malam hari. Yang membuat hal ini begitu berkesan adalah kebersamaan dan
keakraban dengan mahasiswa yang terjalin saat itu sungguh tak bisa dilupakan.
Harapan
Harapan kedepan beliau dalam pengelolaan Teknik ke depan adalah bagaimana tiap pihak yang terlibat
memandang tugas dan tanggung jawabnya layaknya seni yang membutuhkan kepekaan, kejelian, dan strategi
yang tepat, untuk menghadapi dinamika yang terus terjadi sehingga FT dapat terus mematangkan diri, tetap
menjaga amanah yang diberikan, dan terus berbenah diri menjadi yang terbaik.
Tak lupa menambahkan, menurut Pak Agung Ujung tombak Fakultas Teknik agar menjadi center of
excellent tergantung pada pengelolaan laboratorium yang memadai dan peka terhadap masalah yang terjadi
dimasyarakat, misalnya dengan mengembangkan Pusat kajian dan penelitian yang spesifik pada bidangbidang tertentu misalnya sustainable environment, atau pusat studi Energi, yang berkenaan dan hasilnya
dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat.
134 |
Kenangan & Harapan
Testimoni Ketua Jurusan PWK
Dr.Ir. A Wahid Hasyim, MSP
Profil
Dr. Ir. A Wahid Hasyim, MSP, lahir di
Pamekasan pada tanggal 18 Desember 1965.
Beliau adalah alumni Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya yang lulus pada
tahun 1991, memperoleh gelar Master dari
Program Magister Perencanaan Wilayah dan
Kota ITB (1992-1994) dan Doktor bidang
Pengindraan Jauh dari Institut Teknologi
Surabaya (2007) dengan Predikat Cumlaude.
Beristrikan Trya Febianie, SE dengan 2 anak
yang telah menginjak SMA dan SMP. Mulai
aktif menjadi staf pengajar FTUB sejak tahun
1994.
Kesan, Suka Dan Duka
Kesan yang paling utama dirasakan Pak Wahid adalah kemajuan tampilan fisik Universitas Brawijaya.
Beliau yang dulunya merupakan putra dari salah satu Rektor Universitas Brawijaya sudah sangat familiar
dengan Kampus UB. Menurut beliau pembangunan fisik UB mulai dari beliau kecil, hingga beliau menempuh
pendidikan di UB sangat pesat, ditambah lagi setelah beliau menempuh S3-nya, perkembangan pembangunan
fisik UB sangat berkesan bagi beliau. Tetapi beliau tentunya juga mengingatkan untuk penyeimbangan
pembangunan fisik dengan pembangunan kualitas pendidikan itu sendiri.
Ditanyai mengenai kerjasamanya dengan FTUB maupun jurusan lain beliau merasa selama ini sungguh
menyenangkan. Para dosen dan karyawan begitu akrab dan berhubungan sangat baik. Beliau menambahkan
bahwa memang ilmu itu tidak bisa berdiri sendiri sehingga wajib menjaga hubungan yang baik lintas ilmu.
Kerjasama antar bidang di FTUB sangat diperlukan, karenanya menurut beliau“ ilmu itu harus selalu
multidisiplin karena kita akan selalu membutuhkan orang lain untuk mengembangkannya”
Mengenai kemajuan digital yang terjadi di FTUB beliau sangat mengapresisai. Dalam jaman ini yang paling
penting adalah bagaimana system informasi dapat memudahkan jalur informasi agar tidak terlambat apalagi
sampai tidak terkirim. Dengan digitalisasi yang sekarang dikembangkan di fakultas beliau melihat hal tersebut
sebagai upaya yang tepat untuk kemajuan FTUB, sehingga jalur-jalur informasi yang panjang secara manual
dapat di pangkas menjadi hemat energi dan waktu.
Harapan
Harapan beliau kedepan adalah bagaimana FTUB lebih mengembangkan program pasca sarjana terutama
dalam bidang riset. Mengacu pada motto UB yaitu entrepreneurship university maka riset dari program S2 dan
S3 harus dikembangkan hingga mapan terutama dalam hal kualitas sehingga dapat bersaing dengan PT lain
baik secara nasional maupun internasional.
Beliau menambahkan, jika berbicara internasionalisasi, bandingkan saja jumlah tulisan dari FTUB yang
masih sangat tertinggal dengan negara tetangga seperti Malaysia. Oleh karena itu karya tulis mahasiswa di
FTUB perlu terus ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas.
Yang kedua, ungkap beliau, jalinan tali keakraban yang baik bukan hanya antar sesama dosen dan
karyawan tetapi juga keluarga dosen dan karyawan perlu terus ditingkatkan agar kita dapat meraih motto
“Together We Can Do the Best”, yang sesungguhnya.
135 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Testimoni Ketua Jurusan Teknik Industri
Nasir Widha Setyanto, ST., MT
Profil
Nasir Widha Setyanto, ST., MT, lahir di
Trenggalek pada tanggal 14 September 1970.
Beliau adalah alumni Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya yang lulus pada
tahun 1997, memperoleh gelar Master dari
Program Magister Teknik Industri ITS (2002).
Beristrikan Supriati, dengan 1 orang anak. Mulai
aktif menjadi pelaksana harian prodi Teknik
Industri sejak tahun 2005. Tahun 2007-2008
menjabat PLT Kaprodi Industri dan sejak 2009
menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri.
Kesan, Suka Dan Duka
Sebagai dosen rekrutmen angkatan pertama Teknik Industri (TI), beliau harus all out untuk
mengembangkan Jurusan TI, yang saat itu masih merupakan prodi dibawah jurusan Teknik Mesin. Tetapi
dalam perjalanannya beliau mengaku enjoy dan menikmati perjalanannya bersama FTUB khususnya jurusan
Teknik Industri, yang resmi menjadi jurusan tersendiri mulai tahun 2009. Menurut beliau, di Fakultas Teknik
kerjasama antar jurusan dan jajaran pimpinan sudah sangat baik, dan juga belakangan ini banyak hal yang
telah bertambah maju di FTUB terutama dalam hal birokrasi “ dulu birokrasi di FT terkadang terasa agak ribet,
misalnya dalam hal mengurus surat kelulusan mahasiswa, dst. tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini
hal itu terus meningkat dan pelayanan semakin membaik!”.
Menjadi pengajar merupakan panggilan jiwa dosen dengan major Quality Control, Quality Management
System, dan Production Planning and Inventory Control ini. Pada awalnya beliau ingin segera menjadi dosen
setelah lulus dari FTUB tahun 1997 tetapi kerana jenjang pendidikan yang kurang maka beliau memutuskan
untuk menempuh pendidikan S2 setelah sebelumnya bergelut didunia usaha untuk mengumpulkan dana
pendidikan S2 di Teknik Industri ITS. Hal inilah yang membuat kemandirian beliau begitu kuat, sehingga
melihat mahasiswa-mahasiswa saat ini terkadang beliau prihatin karena kurangnya rasa kemandirian
mahasiswa. Oleh karena itu beliau mengacu pada proses pembinaan mahasiswa baru untuk memperkuat rasa
kebersamaan, kerjasama, dan kemandirian. “ dulu saat saya masih mahasiswa baru mengikuti ospek di FTUB,
rasa kebersamaan, kerjasama, dan kemandirian terasa sangat kuat!”. Tetapi beliau tetap menyatakan merasa
bangga atas prestasi lulusan teknik Industri UB yang daya saingnya begitu kompetitif, dan minat pasar akan
lulusan teknik Industri FTUB yang sangat besar, beliau sering mendapatkan pujian dari kolega-kolega di dunia
kerja mengenai level lulusan Teknik Industri FTUB yang sangat diakui dunia kerja. “Mahsiswa industry juga
tidak kalah berprestasi mengingat dua tahun berturut-turut mahasiswa Industri yang memegang gelar
mahasiswa berprestai se FTUB 2010-2011”
Harapan
Sebelum mengemukakan harapan-harapannya, beliau terlebih dulu menyampaikan ucapan dirgahayu
FTUB yang ke 50. Kedepannya, beliau mengimbuhkan, biarlah FTUB yang sekarang sudah banyak berprestasi,
dapat meningkatkan lagi prestasi-prestasinya dalam taraf nasional maupun Internasional sehingga menjadi
Institusi yang disegani. menurut beliau jangan hanya prestasi akademis ataupun kemahasiswaan saja yang
disegani tetapi juga kuatnya kebersamaan, kerjasama, dan kekompakan FTUB juga harus dikenal dan menjadi
kekuatan FTUB.
Dalam hal pembangunan FTUB, beliau mengharapkan adanya review prioritas sehingga pembangunan
FTUB Tepat sasaran. Mulai tahun 2009 Teknik industri telah menambah jumlah pagu mahasiswa baru dan
sekarang ini jumlah mahasiswa TI adalah yang terbanyak di FTUB, sementara gedungnya belum juga selesai.
Tetapi fasilitas-fasilitas sebagai pendukung harus tetap menjadi prioritas seperti laboratorium, Jaringan IT,
Database, dan penempatan petugas IT untuk masing-masing jurusan.
136 |
Kenangan & Harapan
Testimoni Ketua Jurusan Teknik Kimia
Prof.Dr.Ir. Chandrawati Cahyani, MS.
Profil
Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS, lahir di Semarang
pada tanggal 4 Mei 1952. Beliau adalah alumni Teknik Kimia
Universitas Diponegoro yang lulus pada tahun 1976,
memperoleh gelar Master dari Program Magister Teknik
Lingkungan ITB (1985), dan S3 Teknik Kimia ITB (1999). Mulai
bekerja di UB Fakultas Pertanian sejak tahun 1980 dan mulai
mengelola Laboratorium Kimia. Pernah menjabat PD1 FMIPA
pada tahun 1999-2004. Pada tahun 2004-2008, bergabung
dengan Dewan Riset Nasional dan juga aktif sebagai Staf Ahli
Kementrian Ristek. Hingga saat ini masih aktif di LPPM Pusat
Penelitian Biokonversi.
Kesan, Suka Dan Duka
Bagi beliau hal yang paling berkesan saat pertama kali
dipercaya babat alas jurusan teknik kimia adalah perasaan
exited karena akhirnya dapat “kembali ke asal, ke Teknik
KIMIA” begitu pernyataan beliau. Tak lama setelah memegang
jabatan sebagai Kajur di Teknik Kimia beliaupun merasakan
hal yang berkesan yaitu berbedanya cara kerja dari yang
selama ini beliau alami di Jurusan Ilmu Kimia dan Teknik
Kimia. Yang paling terasa adalah cara kerjanya yang sungguh berlainan “ Kalau di Jurusan Kimia
karakteristiknya adalah sangat saintifik, sangat teliti, dan berhati-hati, rapatnya bisa sampai 4 jam, sedangkan
di Teknik orangnya sangat “tak tek” fasenya sungguh cepat dan sitematik, rapatnya jarang sampai satu jam!”
kata beliau “ bagi saya tidak ada yang lebih baik atau buruk tetapi memang karakternya yang berbeda, bagi
saya ini sebuah hal layaknya refreshing”
Bagi beliau kesan yang paling dirasakan baik adalah bagaimana dukungan penuh dari FTUB untuk
mendukung bertumbuhnya Jurusan Teknik Kimia ini. Walaupun secara sarana prasarana memang baru
memulai dan belum establish tetapi beliau mau bertahan karena bentuk dukungan dari Dekan dan Rektor UB
untuk kemajuan jurusan ini yang sangat besar. Hal ini terlihat dari adanya rencana pembangunan gedung
kuliah Teknik sertinggi 12 lantai dimana 7 lantainya akan diberikan untuk Jurusan Teknik Kimia. “Jurusan
Teknik Kimia secara internasional sedang menuai perhatian yang besar, dan FTUB sangat konsern tentang ini,
sehingga saya juga termotivasi untuk mewujudkan harapan tersebut”
Harapan
Bagi Kajur Teknik Kimia yang merupakan satu-satunya wanita yang menjabat sebabagi ketua jurusan di
FTUB ini, beliau berharap kedepan FTUB lebih meningkatkan ilmunya berupa penelitian, pengabdian, dan
produk yang dapat menyentuh masyarakat secara langsung. Produk FTUB harus dapat menambah kualitas,
performance, hingga distribusi dari produk yang ada di masyarakat agar dapat dinikmati masyarakat secara
signifikan. “seperti di ITB, emmang banyak sih penelitian yang “tinggi-tinggi” seperti nanotech dan lainnya,
tetapi juga selalu ada produk penelitian yang meninjau langsung kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
mutu produk yang dihasilkan masyarakat tersebut. Akan sangat baik bila nanti ada masyarakat yang berhasil
menjual produknya dengan nilai jual yang tinggi dan menyatakan ‘ini merupakan bantuan dari FTUB’ “
137 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
PROFIL ALUMNI TEKNIK UB
Achmad Aditya (S’07)
Profil Singkat
Lahir di Tanjung Karang, Lampung, 13 Oktober 1979 dari orang
tua Ir H Maramis Syukri MH (pensiunan PNS) dan Hj Yusnani
Hasyimzoem SH MH (dosen Universitas Lampung). Menamatkan
pendidikan SD, SMP, SMA di Lampung; S-1 di Teknik Sipil Universitas
Brawijaya, Malang; S-2 Universitas Kiel, Jerman, bidang geologi
kelautan; saat ini sedang studi S-3 di Universitas Leiden, Belanda,
bidang kelautan dengan beasiswa dari Royal Academiy of Science.
Pernah aktif sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di
Jerman (2006); ketua panitia pertemuan I-4 di Den Haag, Belanda
(Juli 2009), dan Jakarta (Desember 2010); Sekjen Ikatan Indonesia
Internasional (I-4, 2009-2011). Berikut adalah tulisan Achmad Aditya
merefleksikan perjalanan hidupnya sebagai salah satu alumni FTUB.
Pada tahun 1997, saya beruntung diterima masuk kuliah di fakultas teknik jurusan teknik sipil Universitas
Brawijaya Malang melalui penjaringan siswa berprestasi (PSB). Kesan pertama saya tentang Malang saat itu
adalah sebuah kota yang sejuk dan penuh nuansa pendidikan. Ada kesederhanaan yang dibungkus dalam
semangat kekeluargaan yang luar biasa.
Selama di Malang saya berkesempatan untuk mengikuti kuliah dari beragam dosen hebat di Jurusan Sipil,
Universitas Brawijaya. Bukan hanya karena saya belajar ilmu teknik sipil dari mereka, tapi saya diajarkan
bagaimana membentuk karakter sebagai pribadi. Buat saya menghabiskan waktu 5 tahun di Malang adalah
kesempatan tidak terkira. Belajar di kota sejuk malang adalah sebuah tantangan di awal, karena tak mudah
untuk seseorang yang berasal dari pelosok yang jauh di Lampung untuk berada di ujung timur pulau Jawa.
Tapi jarak yang jauh membuat saya tidak manja dan mandiri baik dalam bergaul ataupun belajar.
Rutinitas kuliah, praktikum di Lab, mengambil data di lapangan adalah rutinitas akademik yang memaksa
kita untuk bekerja keras. Ada dorongan yang luar biasa untuk bisa menyelesaikan studi dengan baik dan dalam
waktu singkat. Bimbingan para dosen lah yang mampu mengarahkan para mahasiswanya untuk berhasil
menyelesaikan studi dan tugas sesuai waktunya.
Kampus kami memang bukan yang mewah dan megah, tapi dosen kami adalah orang–orang baik yang
tulus dan ikhlas mendedikasikan ilmunya untuk para muridnya. Mereka menjalani semua proses mengajar dan
juga kenakalan para mahasiswanya dengan lapang dada. Benar rasanya kalau guru dan dosen adalah orang
tua kedua kita yang harus kita hormati dan hargai.
Belajar berorganisasi di UB
Ketika saya kuliah S1 di Brawijaya Malang, ada sebuah hobi yang saya lakukan. Entah kenapa kadang kalau
jam kuliah sedang kosong, saya selalu menyempatkan diri untuk menuju sebuah aula yang biasa digunakan
untuk membuat seminar, pertemuan, workshop yang mengundang banyak tokoh nasional.
Biasanya untuk bisa masuk ke ruangan tersebut hanya peserta yang sudah mendaftar dan bayar, namun
jika acara sudah berlangsung lebih dari 2 jam, kadang kita diijinkan untuk mengikuti seminar, tapi tidak di
ruangan tempat berlangsungnya acara, biasanya kita boleh duduk di bagian balkon, dan ada sekitar 7 - 10
kursi disana, dimana kita bisa menikmati acara sampai selesai. Selama saya berkuliah di Brawijaya, balkon
gedung widyaloka tersebut adalah tempat favorit yang saya suka di sela jam kosong kuliah.
Ada sebuah perasaan antusias ketika mendengar para tokoh publik ini berbicara, kemampuan mereka
memilih kata, menggelorakan emosi pendengar ataupun cara cerdas mereka menyusun ide, seolah menjadi
sebuah pelajaran tersendiri buat saya. Sebutlah orang sekelas Adi Sasono, Emha Ainun Najib, Gede Prama,
Muslimin Nasution, Imadudin Abdurahim dan masih banyak lagi, saya begitu kagum melihat mereka mampu
memutar logika dan membawa sebuah perspektif baru melihat masalah. Sejak saat itu saya jatuh cinta dengan
dunia organisasi. Buat saya berorganisasi, berbicara ke publik, memainkan manajemen forum bukanlah ilmu
eksak tapi lebih merupakan seni. Karena dia merupakan seni maka tak ada benar salah, yang ada hanya
membuat sesuatu menjadi lebih menarik, simpel dan menebarkan semangat.
138 |
Kenangan & Harapan
Saya kagum ketika seorang Gede Prama mampu membuat hening 1000 orang ketika mendengar dia
berbicara, saya kagum ketika seorang Emha bisa menyihir para pendengar dan bertanya tanya sendiri di dalam
hati atau seorang Imadudin Abdurahim yang dalam 5 menit berbicaranya membuat banyak orang berkaca
kaca. Saat itu saya sadar bahwa logika dan kata bisa menjadi lebih dahsyat daripada sebutir peluru ataupun
nuklir sekalipun. Karena ia mampu menanamkan ide kepada manusia, dan ketika ide itu tertanam maka perlu
waktu sangat lama untuk mengubahnya.
Kekaguman saya ini membuat saya merasa bahwa orang-orang ini berasal dari planet lain. Mereka adalah
makhluk asing dari negeri antah berantah yang begitu luar biasa. Mereka laksana seorang pendekar yang
memegang mustika yang sakti yang membuat mereka begitu berkharisma. Dan perasaan bisa bertemu dan
berdiskusi dengan mereka, membuat kita merasa sangat dekat dengan mereka. Saya teringat ketika sempat
bertemu dengan Buya Syafii Maarif ketika beliau menjadi ketua PP Muhamadiyah. Pertemuan berlangsung tak
lebih dari 15 menit tapi cerita pertemuan dengan Buya itu tak habis habis saya berbagi selama 1 minggu. Atau
pengalaman berdialog dengan Nurcholish Madjid dalam salah satu seminar, dengan modal nekat saya menuju
ke panggung setelah beliau berbicara dan berdialog tak lebih dari 10 menit tapi rasanya saya sudah berdialog
berjam jam dengan Cak Nur. Begitulah rasanya saya ketika itu bertemu dengan para tokoh nasional tersebut,
seperti terbang ke langit!
Mungkin alur hidup yang akhirnya mengantarkan saya ke berbagai forum, mulai dari kampus, sampai
akhirnya satu dua kali terlibat dalam acara acara nasional. Mulai dari membersihkan ruangan rapat dari bekas
puntung rokok para senior, membelikan gorengan sampai akhirnya mulai dipercaya memimpin pertemuan di
tingkat nasional. Mulai dari menjadi notulen rapat, sampai akhirnya dipercaya untuk berbicara didepan publik.
Bermimpi pun saya tidak berani ketika itu untuk berbicara satu panel dengan deputy director IIASA,
memberikan presentasi didepan Willem Alexander, memoderatori Presiden Habibie, berdiskusi satu meja
dengan direktur FAO, berbicara di media asing. Bermimpi pun saya tidak berani!
Karena pengalaman hidup itu lah maka setelah selesai berbicara, saya selalu menyempatkan waktu untuk
berdialog dengan banyak orang dan tentu kebanyakan adalah mahasiswa. Kenapa? Karena berbicara dengan
mereka seolah melihat diri saya sendiri 16 tahun yang lalu. Saya masih ingat sampai saat ini memanggul tas
ransel dan selalu mengeluarkan buku kecil dan pena, untuk mencatatkan nomer kontak yang bisa saya
hubungi. Saya selalu mencatat poin poin diskusi mereka walau hanya 5 menit, karena saya khawatir tak
mungkin bertemu lagi dengan makhluk makhluk luar biasa yang sakti mandraguna itu. Tiap detiknya begitu
berharga buat saya.
Saya jelas belum menjadi apa apa, ibu dan istri saya mengingatkan berulang kali bahwa saya belum
membuat apa-apa dan belum berkontribusi apa-apa, semuanya masih diatas kertas, tak ada yang benar-benar
merasakan manfaat dari yang dibuat, masih terlalu kecil untuk dibilang sukses. Yang ingin saya bagi adalah
You must have audacity to nurture your dream! Hanya orang orang yang berani mengambil kesempatan itu dan
nurture their dream yang akan mengantarkannya pada kesempatan kesempatan yang lebih besar !
Masih kecil kontribusi yang bisa saya berikan untuk universitas dan jurusan saya. Saya hanya bisa berpesan
ke para Junior saya di Universitas Brawijaya, Malang bahwa kampus Brawijaya adalah salah satu kampus
terbaik di Indonesia. Yang masuk ke kampus Brawijaya juga adalah mahasiswa pilihan, maka keluarlah dari
kampus dengan ijazah dan juga pengalaman yang baik. Karena anda adalah mahasiswa pilihan !!
Harapan untuk FTUB
Liputan di koran Belanda sebagai salah satu
“generasi emas” Indonesia
FTUB saat ini adalah kampus yang secara infrastruktur sudah
berkembang dengan sangat baik. Ini menunjukkan bahwa FTUB
mencoba
menjawab
tantangan
pendidikan
kedepan.
Peningkatan infrastruktur adalah salah satu cara, namun yang
paling penting FTUB harus terus berbenah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dari kualitas belajar mengajar dan juga
kemampuan soft skill dari para mahasiswanya serta
mengembangkan ilmu melalui penelitian dan menerapkan hasil
penelitian untuk kepentingan masyarakat. Saya sangat yakin
bahwa FTUB mampu, karena FTUB dipenuhi oleh beragam
talenta pendidik dan mahasiswa yang brilian. Mereka terus
setiap tahunnya menghasilkan para lulusan terbaik yang saat ini
bekerja di berbagai posisi strategis di dalam dan diluar negeri.
Saya berharap bahwa FTUB dapat terus menjadi salah satu
pemain penting dalam dunia pendidikan Indonesia kedepan.
139 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Profil Alumni
Dr. Ir. Heru J. Juwono, MT
(S’75)
Heru J. Juwono adalah alumni Jurusan Teknik Sipil FT UB angkatan 1975 yang
mendapatkan S2nya (MT) dari ITN Malang pada tahun 2008 dan S3nya (Dr)
dalam bidang Kebijakan Publik dari FIA UB pada tahun 2012. Dilahirkan di
Juwana tanggal 27 Juli 1956, Heru adalah alumni yang sukses di bidang
pekerjaannya dan aktif di kegiatan sosial politik juga. Kegiatan bisnisnya meliputi
general contractor dansupplier, industri/pabrikan konstruksi baja, steel tower,
hot dip galvanized. Ia juga bergerak di bidang perkebunan dan peternakan,
asuransi umum dan asuransi kesehatan, pertambangan pasir besi, properti dan
perhotelan. Di bidang organisasi, Heru adalah: Pendiri dan Penasehat Asosiasi
Pabrikan Tower Indonesia – ASPATINDO (2005 – sekarang), Bendahara Partai
Kebangkitan Bangsa – PKB(2007 – 2010), Bendahara Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia – APKLI
(2010 – 2012), Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia – APKLI (2012 – sekarang), Pendiridan
Pembina Yayasan TEHATE PutriMahkota(2007 – sekarang), Pendiridan Pembina Koperasi Primer Nasional
Pedagang Kaki Lima,dan Pembina Partai Perempuandan Remaja Indonesia – PAPRI (2012 – sekarang). Heru
juga pernah menjadi: Staff Khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Indonesia – KPDT (2007 – 2009)
dan Staff Khusus Menteri Pertaniandan Perikanan, Republik Demokrasi Timor Leste (2009 – 2012).
Dalam rangka peringatan HUT ke 50 FTUB ini Heru ingin membagi prinsip hidupnya yang menurutnya
membawanya kepada kesuksesan yang diraihnya sekarang. Ke 10 prinsip hidupnya itu adalah:

Mempunyai niat dan kemauan yang keras serta pantang menyerah dalam segala hal.

Mampu mengukur kemampuan diri dan berani menentukan arah pendidikan, serta jenis pekerjaan
yang ditekuni/jalani dalam berkarya, dan sebaiknya sejalan dengan hobby yang kitamiliki.

Faktor pendidikan dan pengalaman akan memberikan pola dasar dalam berpikir, bertindak dan
bertutur kata.

Harus selalu siap (dalam kondisi) fisik dan pikiran yang jernih dan bersih.

Mampu menerima kritik/saran orang lain dan selalu berpikir positif, serta selalu berusaha untuk tidak
menyakiti dan mengecewakan orang lain.

Beranimengambilsikapdankeputusan yang bijaksana dan sesuai dengansuarahati.

Berani menghadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri guna mencapai kesuksesan
yang sempurna.

Jangan cepat puas denganapa yang telah didapat saat ini, karena keberhasilan-keberhasilan lain
masih banyak yang bisa dicapai.

Berpikir secara praktis, logis dan bertahap dalam berkarya, serta jangan menjangkau hal-hal yang jauh
dan di luarjangkauan karena dapat mengakibatkan kecewa dan frustasi.

Bisa membaca kemampuan orang lain, memanfaatkan kemampuan tersebut untuk menopang
kewewenangan yang didelegasikan.

Jadilah pencipta lapangan kerja dan bukan menjadi pekerja, serta mampu menciptakan peluang bisnis
yang baru (blue ocean strategic).

Berbisnislah secara sehat dan mengikuti aturan-aturan yang ada, serta beretika.
Pada akhirnya, suami dari Dra. Endang Rembakawati dan ayah dariNathania Regina, MIB dan Edwina
Regina, MBA ini mengharapkan agar FTUB ke depan selalu mengembangkan mission untuk mendidik insinyur
yang beretika yang mampu bersaing dalam kehidupan global melalui perbaikan kurikulum yang dilakukan
secara berkelanjutan.
140 |
Kenangan & Harapan
Ir. Soelasno Lasmono MSc (NDT), (M’82)
Success Story
Life is beautiful, ini kalimat sederhana yang bermakna besar
buatku. Karena Tuhan tidak henti hentinya memberikan kenikmatan
pada kita selama kita mau mensykurinya.
Dilahirkan dan dibesarkan di Malang dari keluarga besar, anak ke 8
dari 9 bersaudara yang penuh dinamika dan dihiasi dengan kemiskinan
hidup sampai masa lelah kedua orang tua. Tapi kami tetap mampu
bersyukur, karena setiap waktu ada kebaikan, ada perbaikan yang
seiring bertambahnya umur kami.
Masa SD, SMP dan SMA berlalu dengan cepat dengan segala
kenangan “masa sulit” yang menempa diri menjadi pribadi yang
tangguh dan tidak mudah mengeluh, karena memang tidak ada yang
perlu dikeluhkan selain hanya untuk dihadapi. Orang tua memberikan
teladan kesederhanaan dan kepatuhan untuk berbuat baik dalam
kehidupan ini. Selepas SMA dengan penuh harapan masuk Universitas terbaik di Kota Malang saat itu, ingin
menjadi ahli teknik mesin, karena kakak-kakak yang membantu pembiayaan adalah montir mobil. Sangat
sederhana.
Masa kuliah penuh warna, berbekal menyukai berorganisasi, mendorong diri menjadi Ketua Angkatan dan
aktif di Himpunan, Senat dan menjadi ketua BPM. Ternyata pengalaman berorganisasi sangat bermanfaat
ketika kita sudah bekerja. Entah karena kebetulan atau kemampuan, di setiap kegiatan kelompok senantiasa
ditunjuk jadi ketua. Ini memberi suatu spirit dan rasa percaya diri ketika menghadapi masa-masa penuh
tantangan. Terngiang nasihat orang tua: “bila lingkunganmu menganggap kamu bintang, kenapa kamu tidak
tampakkan sinarmu”. Thanks Dad!
Masa kuliah ditempuh tepat empat setengah tahun, tidak terlalu istimewa, lulusan pertama di Jurusan
Mesin angkatan 1982. Namun cukup membahagiakan ortu karena cepat lulus, mentas dan mencari kerjaan.
Tidak sulit waktu itu, karena banyak tawaran kerja. Salah satunya di PT IPTN Bandung, test dan langsung
diterima. Semua berjalan lancar seperti air mengalir.
Kepercayaan diri dan bangga menjadi lulusan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya justru setelah bekerja.
Sungguh ini bukan kebetulan, ternyata bekal yang diberikan para dosen selama kuliah, yang sepertinya berlalu
begitu saja ternyata menjadi sumber informasi, minimal menjadi “trigger” di setiap tugas yang diberikan. Sama
sekali tidak gentar bersaing (mungkin kata yang lebih enak bekerja bersama) dengan alumnus universitas lain,
bahkan dengan temen-temen ITB. Kunci sukses lainnya adalah begitu banyak alumni senior di PT IPTN saat itu
yang mempunyai nama baik, berdedikasi kerja tinggi. Ini penting sekali untuk memberikan Image baik
almamater. Setelah bergaul cukup lama dengan kakak-kakak senior UB yang sukses ada satu kesimpulan yang
bisa kita tarik dan menjadikan referensi yaitu ketekunan dalam bekerja. Alhasil, kesempatan untuk kuliah lagi
datang, seperti yang saya impikan saat menentukan bekerja ke PT IPTN terwujud. Perusahaan memberi
kesempatan kuliah S2 di Inggris. Saya langsung pulang ke Malang untuk meminta referensi ke Bpk Ir Pratikto
(alhamdulillah sekarang beliau sudah Prof. Dr.). Beliau memang menjadi dosen pembimbing waktu saya
menyusun Tugas Akhir. Senang sekali rasanya melihat respon bapak dosen melihat anak bimbingnya bisa
dapat bea siswa kuliah lagi.
Up and down masa kerja pasti akan datang, dengan hiasan persaingan, friction dan conflict. Semua
menjadikan kita makin dewasa, makin tajam dan makin berpikir untuk maju atau bahkan merubah haluan
guna menjadikan hidup lebih berwarna. Maka setelah melewati masa 7 tahun bekerja di IPTN, ada satu
pertanyaan menggelitik setiap mau merebahkan diri dimalam hari “Am I really a Mechanical Engineer?”
Karena selama berkarir di PT IPTN belum pernah benar-benar membawahi ahli teknik dan bergulat dengan
yang namanya peralatan mesin-mesin. Aku merasa ilmu dan pengalaman kerjaku di awing-awang, tidak
aplikatif. Dependensi tidak ada, terlalu banyak expatriate yang dipercaya lebih pandai dari pada kita. Di sisi
lain, himpitan ekonomi dan masa depan anak-anak makin memaksa kita untuk berfikir lebih realistis bahwa
sawah ini tidak subur untuk kutanami kalau hanya dengan bekal pengabdian. I have to move on, hidup harus
berani berubah. Pilihan jatuh pada perusahaan multi nasional yang mempunyai bidang usaha di Steel Industry
cukup banyak, yaitu Bakrie and Brothers.
Luar biasa, kembali bekal kuliah dan berorganisasi di UB bermanfaat saat benar benar harus menghadapi
pekerjaan di pabrik dan para pekerjanya yang berlatar belakang berbeda. Baik pengalaman, jenis kerjaan dan
141 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
asal mereka. Kunci sukses pada saat kerja sebelumnya masih relevan yaitu ketekunan. Namun ternyata tidak
cukup hanya itu, perlu motivasi yang lebih memicu kesuksesan. Setelah beberapa saat bekerja di pabrik pipa
Seamless mendapat recognation baik dari para pekerja dan atasan jadilah pemimpin pabrik. Disitulah ada
kesadaran akan hasil jerih payah selama berkerja untuk membuktikan diri benar benar sebagai seorang
Mechanical Engineer. Bekal Pengetahuan dan pengalaman organisasi menjadikan kita senantiasa mampu
bersikap baik dan mampu mengakomodasi kepentingan kepentingan setiap level akan membawa kita pada
pengakuan/recognition atas jabatan yang patut kita terima.
10 tahun hidup di pabrik, bergelut dengan kegiatan operasi, produksi, maintenance dan quality control,
membawa kita makin kaya akan pengalaman dan product knowledge. Perusahaan memberi kesempatan baru
untuk memimpin devisi komersial. Memulai kehidupan baru di ibukota dengan pola hidup dan wawasan baru.
Secara ekonomi pun makin mapan dan kegiatan keluarga makin baik, masa depan anak juga makin terjamin.
Seiring dengan berjalannya waktu, sharing pengalaman kerja dan berinteraksi dengan para pengguna produk
kita membawa pada suatu pemikiran yang jauh dari sekedar cukup buat keluarga, tapi harus baik buat negara.
Produk yang kami produksi adalah untuk kegiatan ekplorasi dan produksi sumur-sumur minyak dan gas.
Kegiatan ini sangat vital buat negara untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi nasional.
Jaminan suplai, kualitas dan harga atas produk ini sangat berpengaruh akan kelancaran operasi migas.
Sayangnya setelah sekian lama industri pipa seamless ini berjalan di tempat tidak ada pembangunan industri
yang lebih ke hulu seperti yang diharapkan pemerintah. Ada ketidak-puasan baru. Kenapa kita tidak bisa
bangun industri ini lebih ke hulu. Dengan bekal dana sendiri saya coba jalan-jalan ke pabrik-pabrik pipa
seamless di China. Sangat mengejutkan, disana banyak sekali pabrik pipa seamless dan yang paling
mengejutkan harga pipa seamless internasional jauh lebih murah dari pada di Indonesia. Kenyataan ini
menggelitik nurani, mengugah rasa nasionalisme yang terkubur pada kenyamanan dan kemapanan sementara
ini. Bagaimana tidak, kegiatan produksi migas itu sepenuhnya dibiayai Pemerintah melalui cost recovery. Jadi
sangat tidak nyaman mengetahui bahwa barang yang kita produksi dan kita jual ternyata sangat mahal dan ini
membebani keuangan pemerintah, uang rakyat! Di saat galau muncul kenyataan baru bahwa perusahaan akan
dijual ke asing, alamak!. That’s time to find the best for my country. Keluarga bukan lagi satu-satunya
pertimbangan sekarang, tapi bagaimana negara ini bisa mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah
dengan jaminan suplai yang lebih baik.
Setelah mendalami kemungkinan pembangunan industri pipa seamless lebih ke hulu tidak dimungkinkan,
karena supply and demand-nya secara ekonomis tidak reliable, maka pengadaan yang effisien dan effektif
dengan tetap memikirkan investasi yang ada berjalan dengan baiklah yang perlu di tekuni. Dengan demikian
kita bisa membantu pemerintah menciptakan suatu sistem pengadaan yang lebih baik dan menghemat uang
rakyat. Maka kehidupan menjadi “small entrepreneur” mulai dilakoni. Memang susah tapi senantiasa memberi
harapan baru. Keuntungan bukan lagi keutamaan, tetapi kemuliaan berusaha adalah yang utama.
Sebagai kesimpulan dan penutup saya ingin menyampaikan bahwa: Kesuksesan bukanlah sekedar impian tapi
dijalani, dengan ketekunan, believe, bersikap dan berfikir positif, serta senantiasa berusaha secara mulia.
Burning passion in doing it right the first time, Integrit, ,Team Building, Embrace Change, Continuous
Improvement
Data Diri :
Ir. Soelasno Lasmono yang sekarang adalah salah satu Ketua Pengurus Pusat IKA UB , sehari-harinya adalah
Direktur PT Hunting Energy Asia, Batam, dan Direktur Hunting Energy Services, Singapore Pte Ltd, PT SMB
Synergy, Jakarta. Isterinya adalah Ir. Harindyah Pratami, alumni Fapet UB. Kelima putera/inya adalah : 1. dr.
Vania Vashti Lasrindy (UGM), menempuh pendidikan dokter spesialis di UI, 2. Nadia Vashti Lasrindy, ST
Arsitektur (ITB), menempuh S2 di Notingham University London, 3. Andaru Katri Lasrindy, Tingkat akhir di
Oseanografi ITB, 4. Estu Singgih Kharisma, Semester 3 di Desain Interior ITB, dan 5. Karenina Lasrindy, SMAN
70 Jakarta Selatan
142 |
Kenangan & Harapan
Profil D.M. Arri Faisal
(E’90)
Garis Sukses Sang Alumnus
Alumnus Jurusan Teknik Elektro Universitas
Brawijaya D.M. Arri Faisal, dirilis pada website
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) merupakan
salah satu tenaga kerja Indonesia yang
menorehkan kesuksesan pada skala Internasional.
Sejak tahun 2006-sekarang berhasil memangku
jabatan bergengsi sebagai Manager Care
Operation Nokia & Siemens Network (NSN) Arab
Saudi. Dengan membawahi 4 Stream Manager dan
75 Engineer yang menangani seluruh Care Operation di Arab Saudi.
Arri panggilannya menjelaskan tanggung jawabnya sebagai Manajer Teknik NSN Arab Saudi saat ini adalah
untuk menjamin seluruh proses teknik di dalam produk jasa O&M terhadap pelanggan tiga operator terbesar
disana. Oleh karena itu Arri sebagai Man in Charge jika ada pelaksanaan pilot project ataupun trial ketiga
operator ini bagi pelanggan diseluruh Arab Saudi.
Dengan filosofi Kerja keras dan sabar, mengantarkannya pada garis kesuksesan yang diraih sampai saat ini.
Jika mengenang dimasa lalu, Arri memulai dengan starting pointyang biasa-biasa saja, bahkan cenderung
kurang. Menyelesaikan studi selama lima tahun dan mengantongi IPK 2,45 – jauh dari ukuran cukup untuk
melamar. Seperti yang yang diperkirakan, sejumlah lamaran pekerjaan yang diajukan ke berbagai perusahaan
tidak mendapat respons. “saking sulitnya (mendapatkan pekerjaan), waktu itu saya berjanji, berapapun gajinya
pasti saya ambil”, ungkap dia.
Akhirnya, pada tahun 1996 pekerjaan pertama yang mendatanginya dari perusahaan Jepang, Nesic
Bukaka. Dengan gaji awal Rp. 750 ribu sebagai Telecomunications Support Engineer, dimulailah lembaran
baru dalam meniti kesuksesan yang tampak seperti fatamorgana. Arri berkomitmen untuk mengembangkan
kemampuannya demi menunjang keluarga dan ketiga adiknya secara financial. Dengan rata-rata jam kerja 18
jam/hari, ketekunannya mendapat respon positif dari perusahaan, sehingga mendapat kesempatan untuk
belajar ke Jepang. Tahun 1997, percaya diri akan kemampuannya, dia melamar dan langsung diterima oleh
Nokia Indonesia sebagai Radio Access Engineer. Pada 3 (tiga) bulan pertama di Nokia, ARRI tetap harus
bekerja keras mempelajari keahlian teknik yang dibutuhkan. Upayanya membuahkan hasil dengan langsung
mendapat kesempatan travel ke luar negeri sebagai technical support.
Bermuara dari situ karir Arri melesat cepat, dinilai sudah expert, pada 1998 Arri ditarik ke Timur Tengah
sebagai Expert Team Lead pada suatu proyek bergengsi di Kuwait. Setahun berselang, pada1999 menjadi
Expert Team Lead di Mesir dan tahun 2000 menjadi Country BSS/RAN Manager Nokia di Arab Saudi. Puncak
pencapaiannya di tahun 2006, ketika Nokia dan Siemens merger, Arri pun dipercaya menjabat Manager Care
Operation NSN di Arab Saudi. Karena mampu memberikan solusi kepada pelanggan pada bulan Ramadhan
1426H yang sempat bermasalah dan mampu memberikan nilai lebih kepada pelanggan ARRI
diganjar Customer Award di tahun 2005. “Kepercayaan adalah kuncinya, dan untuk mendapatkan kepercayaan
itu harus sabar dan kerja keras”, imbuhnya.
ARRI pun belum bisa menjawab dengan pasti kapan kembali ke Indonesia. “Saya belum tahu kapan pulang
ke Indonesia. Kalau pulang, saya ingin bekerja di operator besar, seperti Telkom atau Indosat,” pungkasnya.
Pengalaman dan Karier :
1996 bekerja di Nessic Bukaka sebagai Telecomunication Support Engineer
1997-1998 bekerja di Nokia Indonesia sebagai Radio Access Engineer
1998-1999 menjadi Expert Team Lead Project di Kuwait
1999-2000 menjadi Expert Team Lead Project di Mesir
2000-2006 menjadi Country BSS/RAN Manager Nokia di Arab Saudi
2006-sekarang menjadi Manager Care Operation Nokia & Siemens Network di Arab Saudi
143 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Ir. Doddy Imam Hidayat, MM (P’81)
Doddy Imam Hidayat atau biasa dipanggil Doddy adalah alumni Jurusan
Pengairan FT UB angkatan 1981 yang menyelesaikan S1nya pada tahun 1986,
memperoleh gelar Magister Managemen dari Unpad Bandung pada tahun 1998, dan
sekarang sedang mengambil S3 di Jurusan Teknik Sipil FTUB (angkatan 2013).
Karirnya di bidang konsultan teknik di bidang pengairan dan binamarga dijalani
sejak tahun 1986 sampai 2005 sebagai engineer, team leader, site engineer dan
terakhir sebagai Direktur. Pada tahun 2006 – 2010 Doddy bekerja di Badan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias (BRR NAD-Nias) berturut-turut sebagai
Kepala Operasi, Kasatker dan Kasatgas. Kemudian pada tahun 2010 – 2011 ia bekerja
di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) sebagai Asisten Kepala
Bidang Infrastruktur dan Bencana. Perjalanan karirnya menanjak terus dan sejak tahun 2013 sampai sekarang
ia menjabat sebagai Asisten Ahli Kepala Bidang Infrastruktur pada Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (UP4B), sebuah unit di bawah Presiden yang diberi status setingkat Kementerian.
Sehubungan dengan HUT Emas FT UB ia menyatakan bahwa dunia pekerjaan di Indonesia ini sangat
terbuka, baik di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta, sehingga nuansa kompetisi menjadi sangat
kuat dalam memperebutkan suatu posisi pekerjaan. Dengan kondisi semacam ini tentunya untuk dapat
menjadi alumni yang kompetitif diperlukan alumni yang mempunyai “nilai lebih”. Nilai lebih apa yang
dibutuhkan? Hal ini sangat tergantung kepada pasar yang membutuhkannya. Kalau di dunia “keairan” tidak
perlu diragukan lagi, alumni Pengairan FTUB cukup berperan untuk tidak mengatakan menguasai dunia
keairan Indonesia. Pertanyaannya apakah alumni Pengairan khususnya dan alumni FTUB pada umumnya
semuanya bergerak di bidang keairan atau bidang teknik, jawabnya adalah tentu saja tidak. Penguasaan serta
pengetahuan tentang politik dan keungan serta kemampuan terkait dengan pemasaran menjadi sangat
penting untuk menjadi bekal pengetahuan bagi mahasiswa Pengairan khususnya dan mahasiswa FTUB pada
umumnya. Tantangan ke depan justru bertumpu pada penguatan sektor swasta, sedangkan sektor pemerintah
hanyalah sebagai regulator kebijakan saja. Kondisi seperti ini haruslah dicermati oleh kita semua, termasuk
mahasiswa FTUB. Menghadapi era ke depan Doddy berpendapat bahwa mahasiswa harus dikeli dengan mental
sportivitas serta nilai kejujuran serta kemampuan analisis, fokus kepada setiap permasalahan. Semua serapan
ilmu ini idealnya sudah harus dimulai sejak di dunia kemahasiswaan. Mudah-mudahan pimpinan FTUB yang
sekarang sudah mempertimbangkan dan memfasilitasi kebutuhan mahasiswa menghadapi masa depan ini.
Dirgahayu FT UB dalam usianya yang ke 50. Semoga semakin berkembang dan semakin memberikan
manfaat kepada bangsa dan negara.
Dr. Surjamanto Wonorahardjo (A’87)
Surjamanto Wonorahardjo yang lahir di Malang pada tanggal 27 Maret 1968 ini
adalah alumni Arsitektur FTUB yang masuk pada tahun 1987 dan lulus pada tahun
1991. Surjamanto saat ini adalah Staf Pengajar Prodi Arsitektur SAPPK ITB sejak
tahun 1995. Beliau telah menyelesaikan studi S3 Program Doktor Prodi Arsitektur
ITB pada tahun 2010. Surjamanto adalah profil alumni yang tekun dan suka bekerja
keras. Terbukti dari puluhan artikel ilmiah publikasi pada Jurnal Nasional maupun
Internasional, serta keberhasilan beliau memperoleh berbagai hibah penelitian
tingkat nasional setiap tahunnya.
Mengenang masa-masa sebagai mahasiswa FTUB, Surjamanto berkisah tentang saat minggu-minggu
pertama perkuliahan di prodi Arsitektur, “Saya sempat stress karena harus berapresiasi dengan warna, pola,
irama dalam kuliah Rupa Dasar 2D dan 3D. Bidang ini terasa asing dan baru dalam hidup saya. Setelah
berlangsung agak lama dan mengikuti bimbingan Bapak Ibu Dosen pada saat itu, saya mulai menemukan
kesenangan pada Arsitektur. Kemudian saya bertekad untuk mengembangkan keilmuan arsitektur dalam
hidup saya” begitu beliau berkisah.
Surjamanto masih mengingat dengan baik kisah saat kuliah ketika diminta membuat gambar rumah
orang tuanya. “Saya sendiri malu melihat gambar dengan kualitas garis yang buruk / tipis dan belum dirender.
Tetapi dosen saya tersenyum, menghargai gambar saya, menyimpan gambar tersebut dan berjanji akan
menunjukkan ke saya suatu saat nanti. Dosen saya ini sangat luar biasa”.
144 |
Kenangan & Harapan
Manurut beliau pendidikan tinggi teknik UB, khususnya Jurusan Teknik Arsitektur telah diselenggarakan
dengan sangat baik, professional dan progresif. Hal ini yang sangat berkesan dan dirasakan memberikan
banyak pengaruh bagi kesuksesannya saat ini.
Terakhir, Surjamanto berharap FTUB dapat maju terus dan berperan aktif memajukan ilmu, pengetahuan
dan teknologi di dunia, serta dapat berperan aktif memajukan teknologi, industry dan perekonomian bangsa
Indonesia.
Profil Any Virgiani, ST (PWK ’98)
Any Virgiani merupakan angkatan pertama program studi PWK
FTUB yang lulus pada tahun 2002. Saat ini bekerja sebagai Asisten
Perencanaan Satuan Kerja Pengembangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan Strategis, di Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan, Dirjen CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
di Jakarta. Berikut adalah kutipan hasil wawancara singkat yang
dilakukan tim FT dengan Any Virgiani.
Bagaimana kesan yang yang didapatkan saat menempuh
pendidikan di FTUB?
Kesan sebagai angkatan pertama, kita diajarkan untuk mandiri
dan kreatif dalam menyusun tugas-tugas kuliah maupun skripsi.
Karena belum ada senior maupun referensi yang bisa kita dapatkan
untuk dipelajari, sehingga kita harus berburu sendiri ke universitas ataupun perguruan tinggi lain.
Apakah ada kenangan atau hal berkesan yang hingga saat ini masih belum dapat terlupakan selama
menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya?
Kesan tak terlupakan yang selalu teringat dan berkesan hingga saat ini adalah kekompakan antara
pengajar dan mahasiswa dalam memajukan Prodi PWK (pada saat itu) dan FTUB secara keseluruhan.
Apakah Harapan Anda ke depan untuk FTUB?
Harapan ke depan: semakin banyak alumnus FTUB yang berkiprah sebagai praktisi pembangunan di
seluruh penjuru Indonesia maupun international.
Testimoni Andy Purwanto
Total Productive Manufacturing (TPM) and Lean Manager
PT. BEIERSDORF INDONESIA
Mahasiswa yang terampil, beradaptasi dan berkembang dengan cepat serta
berorientasi pendidikan tinggi di bidang industri dari Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya adalah solusi yang tepat dalam menjawab
tantangan kebutuhan tenaga intern di Departemen TPM (Total Productive
Manufacturing) yang saya pimpin. Sudah ada beberapa mahasiswa yang telah
bekerja sama sampai saat ini, dan saya merasa puas atas kinerja mereka, karena
bukan saja skill dan knowledge dari pendidikan formal saja yang bias mereka
aplikasikan tetapi juga cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak
orang di perusahaan. Hal lain yang membuat saya benar-benar terbantu adalah
keberanian mereka dalam mengungkapkan kesalahan dari suatu sistem dan
mempunyai suatu inisiatif untuk menyelesaikannya walaupun hasilnya masih
belum sempurna tetapi usaha dan pendekatan masalah yang mereka lakukan sudah cukup baik untuk level
mahasiswa. Sebagai kepala departemen saya juga bertanggung jawab terhadap perkembangan skill dan
knowledge yang berhubungan dengan TPM tools. Coaching dan mentoring masih mereka butuhkan untuk
dapat menjadi mahasiswa siap kerja yang bisa lebih diandalkan dalam dunia industri suatu saat nanti.
145 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
ALBUM FOTO KENANGAN FTUB
Kegiatan Lari gembira tahun 1982
Dosen Teknik tahun 1981
Dosen Teknik tahun 1983
Dosen Teknik tahun 1983
Dosen Teknik Pengairan tempo doeloe
Jalan sehat tahun 1990
Jalan sehat tahun 2012
146 |
Kenangan & Harapan
Gedung Fakultas Teknik dari Masa ke Masa
147 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Peresmian gedung A pada tahun 1999
Peresmian gedung baru Fakultas Teknik tahun 2012
Peresmian gedung kembar FT pada tahun 2007
Kerjasama FTUB dengan Lintas Artha tahun 2013
Kerjasama FT UB dengan Universitas Yamanashi Jepang
Kerjasama FTUB dengan Pukyong National University Korea
Kunjungan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro ke FTUB
Kunjungan Menteri Percepatan Daerah Tertinggal, Lukman Edy,
(tengah) yang juga Alumni Teknik Sipil FTUB
148 |
TIM PENYUSUN BUKU 50 TAHUN FTUB
Penanggung Jawab
:
Nara Sumber
:  Ir. Ludfi Djakfar, MSCE., PhD
Koordinator
:
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS
 Ir. M. Julius St., MT.
 Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT
 Ir. Agus Suharyanto, M.Eng., Ph.D
 Ir. Ari Wahjudi, MT
 Ir. Achmad Wicaksono, M.Eng., Ph.D
 Ir. Sugeng P. Budio, MS
 Ir. Kresna Sardjito
 Ir. Dwi Priyantoro, MS
 Prof. Drs. M. Hasyim Baisoeni
 Dr. Ir. Sholeh Hadi P., MS
 Ir. Sentanu
 Agung Murti N., ST., MT., Ph.D.
 Ir. Winarno Yhadi Atmojo, MT
 Dr. Ir. Surjono, MTP.
 Ir. Wardi Kasim
 Nashir Widha S., ST., MT.
 Ir. Indra Cahya
 Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS
 Ir. Marsoedi Wirohardjo, MMT
 Ir. Arifi Soenaryo
 Ir. Unggul Wibawa, M.Sc
 Prof. Ir. Budiono Mismail, MSEE., Ph.D.
 Arief Andy Subroto, ST., M.Kom
 Prof. Ir. Sudjito, Ph.D
 Ir. Masduki, MM
 Ir. Imam Zaky, MT.
 Ir. Totok Sugiarto
 Prof. Ir. Harnen Sulistio, M.Sc., Ph.D
 Ir. Sujatmoko Amali
 Ir. Saifuddin Baedowi
 Ir. Djoko Sutikno, M.Eng
 Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng.
 Tri Budi Prayogo, ST., MT
Prof. Dr. Ir. Suharjono, M.Pd., Dipl.HE.
Ir. Suroso, Dipl. HE., M.Eng
Ir. Abdul Azis Hoesein, M.Eng.Sc., Dipl. HE.
Anggota
:  Eko Andi Suryo, ST., MT., Ph.D
 Supriyadi, S.Sos
 Dr. Eng. Widya Wijayanti, ST., MT.
 Ir. Maryono, M.Agr
 Dr. Eng. Andre Primantyo H., ST., MT.
 Suryawan, S.Sos
 Rudy Yuwono, ST., MSc.
 Syaifuddin, SE
 Ir. Rinawati P. Handayani, MT
 Dyah Anggraeni, SE
 Eddi Basuki Jurniawan, ST., MT.
 Yeremia A. Dimpudus, ST.
 Remba Yanuar, ST., MT.
 Mirzah Ardiansyah, A.Md.
 Ir. Bambang Poerwadi, MS.
Penyunting
:
Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT.
Disain & Tata Letak
:
Dr. Eng. Herman Tolle, ST., MT.
149 |
50 tahun Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
FOTO TIM PENYUSUN BUKU 50 TAHUN FAKULTAS TEKNIK UB
150 |
Download