Surveilans AFP bwk POLIOMYELITIS Kerusakan sel motorneuron (cornu anterior) di Medula Spinalis akibat suatu peradangan yang disebabkan oleh virus polio, dengan manifestasi KELUMPUHAN. Medula spinalis Penampang horisontal Cornu anterior PENYEBARAN VIRUS POLIO DI LINGKUNGAN ANAK TERINFEKSI VIRUS POLIO, BAB VIRUS POLIO MASUK KE ANAK LAIN MELALUI MULUT ANAK SAKIT POLIO TIDAK CUCI TANGAN DENGAN BAIK SETELAH BAB MAK-MIN TERKONTAMINASI Masa Inkubasi • Inkubasi pendek: 7-14 hr (terpendek 4 hr), range 3-35 hr • Eksresi virus melalui tinja secara intermiten sampai 6-8 minggu atau melalui air ludah 1-2 setelah lumpuh. • Eksresi virus terbanyak pada: – Beberapa saat sebelum lumpuh – 2 minggu setelah lumpuh – Eksresi virus sangat menurun setelah 4 minggu lumpuh PATHOGENESIS • Virus masuk melalui mulut (oral) • Replikasi pada lapisan tonsil dan usus, serta kelenjar limfe. • Viremia melalui darah Susunan saraf pusat melalui sel saraf ke medula spinalis • Motor neuron, pada Cornu anterior medula spinalis, rusak karena replikasi virus lumpuh • Berat-ringan kelumpuhan tergantung banyaknya motor neuron yang rusak. RENUNGAN… 1.Apa maksud imunisasi rutin Polio ? 2.Apa maksud PIN, dan apa perbedaannya dengan Imunisasi Rutin Polio ? 3.Kenapa sudah PIN 3 X, masih PIN lagi 2002 & 2005, apakah PIN masih mungkin dilaksanakan lagi ? 4. Kenapa interval waktu putaran PIN I dan 2 = 1 bulan ? 5. Bagaimana mengetahui keberhasilan. Im. Polio ? 6. Dalam Surveilans AFP, kenapa melihat lumpuh layuh mendadak? 7. Apakah masih ada imunisasi polio setelah sertifikasi bebas polio ? 7. Kalau ada kasus AFP, Kenapa harus cepat lapor ? 8. Pengertian Cepat = berapa lama ? 9. Dimana ditemukan kasus AFP ? 10. Peran petugas Pusk. penting , kenapa ? 11. Apakah bila menemukan AFP, imunisasi rutin dan PIN Gagal ? 12. Apa yg harus dilakukan dengan adanya kasus VPL & VDPV ? Pilihan Strategi ERAPO Imunisasi Rutin PIN 1 paket Surv AFP 2000 Polio (Import) Mopping Up Dunia Bebas Polio Imunisasi Stop Sertifikat Bebas Polio TUJUAN Surveilans AFP 1. Sertifikasi Indonesia bebas polio tahun 2010 2. Mengidentifikasi daerah berisiko transmisi virus-polio liar (terdapat penderita polio lumpuh) 3. Monev perkembangan ERAPO DIAGRAM ERADIKASI POLIO Im. Rutin Perlin dungan Masal PIN Sweeping BIAS Polio ? Bebas Polio Mopping-Up Fokus Polio Surveilans AFP Bebas Polio Tahap Pemantauan Virus Polio Baru (import) Masih banyak negara-negara yang mempunyai penderita polio baru yang mungkin masuk ke Indonesia dan beredarnya VAPP dan VDVP yang beredar pada anak imunitas rendah Surveilans AFP (SAFP) yang berkualitas tinggi dapat menuntun kita mendeteksi daerah yang diserang oleh virus polio liar (import) atau VDVP Mopping Up dapat segera dilakukan pada daerah terbatas sehingga efisien Dipertahankan tetap bebas polio Definisi AFP • • • • Semua anak usia < 15 tahun Kelumpuhan yang sifatnya lemas (flaccid) Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari Bukan disebabkan rudapaksa / trauma – Bila ada keraguan laporkan sebagai kasus AFP Surveilans AFP lemah virus polio Liar India Surveilans AFP kuat virus polio Liar India Segera Mop-up PENYEBARAN VPL DI INDONESIA TH. 2005 virus polio Liar India Strategi Eradikasi Polio (pasca PIN) Daya Lindung Anak terhadap Polio Tinggi Imunisasi Rutin Pemantauan Virus Polio Baru harus Ketat dan Teliti Surveilans AFP BIAS SubPIN Mopping Up Kasus AFP Sebelum & sesudah Program Imunisasi Polio POLIO Non POLIO Non POLIO Sebelum Sesudah Konsep Surveilans AFP (1) Gejala polio adalah lumpuh layuh akut Jika semua anak dengan gejala lumpuh layuh akut ditemukan buktikan bukan penderita polio Konsep Surveilans AFP (2) Penderita lumpuh belum tentu akibat virus polio Sulit ditetapkan secara klinis adanya polio diantara semua penderita dg gejala lumpuh layuh akut yg ditemukan Biakan virus Konsep Surveilans AFP (3) Jika semua penderita lumpuh layuh akut telah ditemukan (dini) Tidak ada satupun yang polio (lab) BEBAS POLIO Surveilans AFP Penemuan sedini mungkin semua AFP Pemeriksaan yang teliti (lab) Teridentifikasi polio atau bukan Konsep Surveilans AFP (4) Penemuan kasus lumpuh layuh akut secara intensif indikator Laboratorium tangguh indikator INDIKATOR 1. Semua anak lumpuh ditemukan (AFP Rate non polio 1) 2. Spesimen adekuat 80% (Tinja anak dapat diambil pada saat awal sakitnya dan dikirim ke laboratorium dengan benar) 3. Kemampuan petugas untuk menemukan anak lumpuh (zero reporting 90%) Strategi Surveilans AFP • Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 penduduk < 15 tahun • Upaya penemuan : – di Rumah Sakit – di Puskesmas dan Masyarakat • • • • Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium Keterlibatan ahli Pemeriksaan Ulang 60 hari Zero Reporting Langkah Kegiatan • Pemasaran Sosial • Merumuskan Pedoman Sistem Surveilans • Menetapkan Organisasi dan Mekanisme Kerja • Sumberdaya Manusia • Sarana Pendukung • Kegiatan Surveilans • Umpan balik, supervisi dan konsultasi • Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Lanjutan • • • • • • Membentuk tim inti yang kuat Memperkuat motivasi dan kerjasama Melakukan perbaikan terus menerus Komunikasi yang efektip dan efisien Evaluasi yang bermutu Umpan balik yang efektip Input : Supplier : 1. Data kasus AFP a. Hasil pelacakan pertama b. Hasil pemeriksaan laboratorium c. Hasil pemeriksaan resid paralisis 60 hr kelumpuhan d. Hasil klasifikasi Pokja Ahli 2. Kelengkapan Laporan mingguan 1. Petugas 2. Perangkat 3. Pendanaan 4. Tupoksi Process : 1. Koreksi 2. Rekam data 3. Validasi 4. Umpan balik Output : 1. Hasil rekam data 2. Tabel kasus AFP per Propinsi 3. Tabel Kinerja Surv AFP per Propinsi 4. Grafik bulanan kasus AFP per Propinsi 5. Peta non polio AFP Rate per Propinsi 6. Tabel kelengkapan laporan mingguan Customer : 1. SEARO 2. Direktur Jenderal PP-PL 3. Direktur Imunisasi & Karantina 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 5. PKP PD3I 6. Laboratorium polio 7. Pokja Ahli & TSN 8. Kontak person lainnya Manajemen Manajemen Data AFP & Sistem Informasi PD3I 28 Surveilans AFP Immediate Priorities: Re-established Countries Polio Cases last 6 months Chad • monthly Presidential oversight • 100 new WHO/UNICEF staff • 5 new operational hubs • full NGO mapping/engagement • routine EPI acceleration project Wild virus type 1 Wild virus type 3 Endemic country Re-infected country DR Congo • focus: Katanga & Bas Congo/BDD border • combined mop-ups & NIDs • intensified socmob for resistance WHO Data Surv. dan Lab Alur Pelaporan & Umpan Balik Data AFP GSL Feedback data mingguan Hasil Sequencing EPI Data Team (Subdit SE) Pending Sequencing Hasil Lab. mingguan Laboratorium Feedback data mingguan Hasil Lab. Final Form FP1 lengkap Kabupaten/Kota Form FP1,FPS0 & Spesimen Propinsi Pelaporan Data Umpan Balik Manajemen Data AFP & PD3I 30 Virus polio liar Dunia 1999 Developments – ‘Endemic’ Countries Polio-infected districts, last 6 Months Nigeria: 90% drop in cases / Afghanistan: major Pakistan for WPV1 24 months outbreak (PAK: BAL, KP) AFG: Southern Region, elsewhere) India: > 12 months with no polio for 1st time in history. wild virus type 1 wild virus type 3 Developments: Re-established Countries Polio-infected districts, last 6 Months Chad: continued major WPV1 outbreak South Sudan: > 26 months with no polio. Angola: Luanda & Benguela silent for > 12 months DR Congo: persistent focus in Katanga (east), also Bas Congo wild virus type 1 wild virus type 3 Ongoing Outbreaks Polio-infected districts, last 6 Months West Africa (type 3, last case 3 August, Mali) Re-infection of Central African Republic Re-infection of China Persistent, 'missed' outbreak Kenya/Uganda wild virus type 1 wild virus type 3 Overall Status Endemic: on track: India at risk: Nigeria off track: Pakistan/Afghanistan 2011 Re-established: Total Wild polio cases: 642 on track: South Sudan Wild polio P1: 576 late: Angola off track: Chad & DR Congo Wild polio P3: 66 Endemic Countries: 335 Outbreaks: on track: 18 countries (<6 mos) Non-endemic Countries: 307 off track: Kenya/Uganda Major Setbacks/Risks Pakistan: epidemic type 1 & persistent type 3 Nigeria: Kano reinfected; 5 x 2010 cases; cVDPV2 Afghanistan: epidemic type 1 DR Congo & Chad: persistent outbreaks Outbreaks: 'too many new suprises' Key actions April – December 2011 Heads of Agency quarterly review of issues: Every quarter after IMB report Major expansion of partner agency teams: Angola, DRC, Chad, Nigeria, Pakistan Improved direct Head of State engagement: Chad, DRC, Angola, Nigeria (National Task Force) Expansion of innovative approaches: SIADs, GPS mapping, Communications, LQAS Operational Priorities Immediate Priorities: Endemic Countries Polio cases last 6 months Afghanistan • 'routine polio immunization' strategy • Governor / province advocacy (south) • review district/prov mgmt capacity Pakistan • 'rethink‘ implementation • recruit 727 sub-district staff Nigeria • Accountability Frameworks (GoN's 'Special Task Force') Wild virus type 1 • focus: chronic Wild virus type 3 missed children country • Endemic recruit 1000+ community Re-infected country mobilizers • recruit add'l 80 district tech staff • routine EPI acceleration • direct vaccinator payments • NGO outsourcing • accountability structures Cross-Cutting Initiatives (1) 1. Enhanced Surge Capacity: manage & coordinate WHO, UNICEF, CDC, BMGF surge (national/internationals) 2. More Aggressive Outbreak Response: 'emergency protocols' & rapid assessments at 3 months (incl. surv). 3. Further Scale-up Communications/SocMob: fully integrate in data collection, strategy. 4. Tighter Monitoring of Plans: use of standard frameworks to track/address 'why' of failing programmes Cross-Cutting Initiatives (2) 5. Expand/Intensify 'Innovation': immediately expand 'technical' innovation to include management/culture. 6. Internal Accountability: establish tight accountability mechanisms (build on India/NPSP model, monitor data). 7. Campaign Monitoring: review 'Independent Monitoring' processes & quality controls (including scale-up of LQAS linked to accountability processes). Summary of Priorities Priorities Opportunities India, DR Congo, Angola Type 3 virus (esp. west Africa) Wild virus type 1 Wild virus type 3 Endemic country Importation country Primary Risks Pakistan, Nigeria/Chad Secondary Risks Kenya/Uganda, China Distribusi AFP Di Kabupaten Sumenep, 2005 VDPV DLM PROSES NEGATIV P1 PENDING 23 Jul 17 Mei 27 Jul 26 Jul 16 Mei 30 Mar 8 Apr 27 Ags 6 Mei 26 Jan DISTRIBUSI KASUS AFP MENURUT TGL SAKIT DI KAB. PAMEKASAN 8 Jul 20 Jul 25 Ags 28 Agsl 29 Ags 22 Ags 14 Jul 1 Ags 10 Jul 17 Jul 18 Jul TAK ADA SPESIMEN 5 Jul 26 Jun 21 Jul VAKSIN 21 Peb 4 Sep 26 Jul 18 Jul 13 Agsl 13 Jun MATI 16 Jul NEGATIV 19 Jul 14 Jan PENDING ITD VDPV DLM PROSES DISTRIBUSI KASUS AFP DI KAB. BANGKALAN 2005 VDPV DLM PROSES 17 Ags NEGATIV 20 Ags 14 Ags 13 Jul 14 Jun 1 Jul 2 Jun 28 Jun P1 PENDING 26 Jul 13 Ags 6 Ags 13 Jul 2 Ags 10 Jun 8 Ags 26 Jul 4 Ags AFP Di Kab Sampang 2005 3 Jul Ketapang Banyuates 23 Jul 26 Jul 2 Ags 15 Jul 12 Ags 6 Mei 12 Ags Sukobanah 4 Ags 27 Jul 22 Ags 20 Jul 11 Jun 25 Jul 9 Ags 14 Ags 14 apr 27 Jul Robatal Kedundung 30 Jul 23 Jul Tambelangan 7 Ags PENDING ITD 15 Ags 17 Ags MATI Omben 12 Ags Jrengek 20 Ags VAKSIN Sampang Camplong Sreseh Torjun TAK ADA SPES. VPDV NEGATIVl active hospital based surveillance • Ketenagaan di Rumah Sakit – Contact Person (Jumlah dan Tempat) – supervisor • Manajemen – Mobilisasi – Evaluasi – Pemeriksaan Buku Register – Semua entry dijaga – Zero reporting community based surveillance • Ketenagaan – Tenaga (Jumlah dan Tempat) – Rate pergantian tetap/sementara • Manajemen – Sosialisasi (petugas dan kader) – Mobilisasi – Pemeriksaan Buku Register – Zero Reporting • Sarana Pencarian kasus AFP di RS-Puskesmas • Harus melibatkan dokter dan perawat • Perhatikan kasus anak dengan muntah-muntah, diare, gizi buruk, efek samping obat • Tanyakan setiap pasien di rawat apa ada kelemahan pada ekstremitas • Laporkan dahulu kasus yang dicurigai AFP tanpa menunggu diagnosis • Perlu penyegaran ilmu kembali perawat-perawat di bangsal tentang kasus AFP KESIMPULAN • Mari kita buat mudah pelaporan AFP – Anak < 15 tahun lumpuh layuh – Terjadi dalam 2 minggu • Perlu mengingatkan kembali dokter/perawat tentang diagnosis - tatalaksana kasus AFP dan campak • Pelaporan AFP akan meningkat bila pengamatan pasien rawat inap – rawat jalan di bangsal lebih ditingkatkan Tenaga Ahli • • • • Tidak ada tenaga ahli Tenaga ahli statis Perbedaan penetapan kasus AFP Penetapan diagnosis akhir Pertemuan Review S-AFP • • • • Searah Diskusi tanpa dialog Pejabat kurang atensi Rangkuman, kesepakatan dan rekomendasi • Tindak Lanjut ADA KLB VPL & VDPV, YG HARUS DILAKUKAN : - TINGKATKAN SOSIALISASI DAN PENEMUAN KASUS SECEPATNYA - INVENTARISASI DAERAH RISIKO TINGGI (PD3I) - TINGKATKAN KUALITAS CAKUPAN IMUNISASI - PELAKSANAAN PIN HARUS SUKSES ( SEMUA BALITA DAPAT TETESAN) - PEMANTAUAN DAERAH RISTI (KHUSUSNYA CAKUPAN PIN 1 & 2 ) - KUALITAS SPESIMEN HARUS BENAR2 ADEKUAT Keterangan : -Total kasus AFP s/d 16 Sept 2005 -VDPV -Pending ITD sebanyak : 76 kasus : 20 kasus : 13 kasus - Positip vaksin - Mati - Dalam proses Tanggal (mingguan) : 2 kasus : 4 kasus : 37 kasus 27 Nop-03 Des (48) 20-26 Nop (47) Mulai KLB SUM 13-19 Nop (46) 06-12 Nop (45) 30 Okt-5 Nop (44) 23-29 Okt (43) 16-22 Okt (42) 09-15 Okt (41) 02-08 Okt (40) PIN 1 25Sep-1 Okt (39) 18-24 Sep (38) 11-17 Sep (37) Dlm proses 04-10 Sept (36) Mulai KLB BKL 28-03 Sept (35) 21-27 Agt (34) Mulai KLB PAM 14-20 Agt (33) 7-13Agt (32) Non Polio 31Jul - 6Agt (31) 24-30 Jul (30) 17-23 Jul (29) 10-16 Jul (28) 3-9 Jul (27) 26Jun -2Jul (26) 19-25 Jun (25) 12-18 Jun (24) 5-11 Jun (23) 29 Mei-4 Jun (22) 22-28 Mei (21) 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 15-21 Mei (20) 08-14 Mei (19) 01-07 Mei (18) Orang AFP DI KAB SUMENEP TAHUN 2005 (SD. 10 Sep 2005) Pending ITD KLB STOP ? Mulai KLB SAM ORI PIN 2 Jawaban 3 x Yes Ke