kuliah-metode kualitatif s3 2009

advertisement
dr. Oedojo Soedirham, MPH, MA, PhD
Departemen Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
FKM UNAIR 2010
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
1


Lebih dari 3 dekade, sebuah revolusi metodologi
diam-2 terjadi dalam ilmu-2 sosial (Denzin &
Lincoln, 2003). Pengaburan batasan disiplin-2 telah
terjadi. Ilmu-2 sosial dan humanities secara bersama
tertarik dg fokus pada suatu pendekatan kualitatif
interpretif terhadap riset dan teori.
Meskipun kecenderungan tersebut bukanlah hal
baru, tingkat di mana “revolusi kualitatif” menyusul
ilmu-2 sosial dan bidang profesional yang berkaitan
lainnya begitu mengagumkan.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
2



Riset kualitatif mempunyai sejarah yg panjang,
berbeda, dan kadangkala menyakitkan dalam
disiplin-2 ilmu manusia (human disciplines).
Misalnya, di dalam sosiologi, karya “Chicago School”
(Mazhab Chicago) pada tahun 1920an dan 1930an
menegakkan pentingnya penelitian kualitatif untuk
studi kehidupan kelompok manusia.
Di dalam antropologi, selama pada waktu yg sama,
studi-2 Boas, Mead, Benedict, Bateson, RadcliffeBrown menggambarkan kerangka (outline) dari
metode lapangannya.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
3


Agendanya jelas: si pengamat pergi ke tempat yg
asing untuk mempelajari adat (custom) dan
kebiasaan (habit) masyarakat dan budaya yg lain.
Dg cepat, riset kualitatif dipakai dalam disiplin-2
sosial dan perilaku, termasuk pendidikan,
sejarah, ilmu politik, business, kedokteran,
keperawatan, kerja sosial, dan komunikasi.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
4




Riset Kualitatif adalah sebuah bidang penelitian di
dalam hak-haknya sendiri.
Hal tsb melintasi disiplin-2, bidang, dan subyek
masalah.
RISET KUALITATIF dikelilingi oleh sebuah kelompok
keluarga istilah, konsep, dan asumsi-2 yg saling
berkaitan.
Hal tsb mencakup tradisi yg dihubungkan dg
fondalisme, positivisme, postfondalisme,
postpositivisme, poststrukturalisme, dan/atau metode2, dihubungkan dg studi-2 kultural dan interpretif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
5

Terdapat literatur-2 yg terpisah dan rinci pada banyak
metode dan pendekatan yg termasuk dalam kategori
riset kualitatif, misalnya studi kasus, politik dan etika,
peneliitian partisipatif, pewawancaraan (interviewing),
pengamatan oleh peserta (partisipan), metode visual,
dan analiisis interpretif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
6

Di Amerika Utara (AS dan Canada) riset kualitatif
berjalan dalam bidang historis yang kompleks yg
melintas 7 momen historis yg tumpang tindih dan
secara serentak berjalan saat ini:
 Tradisional (1900 – 1950)
 Modernis / jaman keemasan (1950 – 1970)
 Blurred genre (aliran yg kabur) (1970 – 1986)
 Crisis of representation (1986 – 1990)
 Posmodern, periode eksperimental dan etnografi baru (1990
– 1995)
 Penelitian poseksperimental (1995 2000)
 Masa depan (2000 - …)
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
7


Momen yg ke 7 konsen dg wacana moral, dg
pengembangan tekstualitas “suci.” Momen ke 7
meminta ilmu-2 sosial dan humanity menjadi tempat
bagi pembicaraan yg kritikal tentang demokrasi, ras,
gender, kelas, negara-bangsa (nation-state), globalisasi,
freedom, dan masyarakat.
Setiap definisi riset kualitatif harus bekerja di dalam
bidang historis yg kompleks ini. Riset kualtitatif
berarti segala sesuatu yg berbeda di dalam setiap
momen-2 tersebut. Meskipun demikian, definisi awal
dan generik dapat ditawarkan:
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
8

Riset kualitatif adalah keadaan kegiatan yg
menempatkan si pengamat dalam dunia. Hal ini
terdiri dari sekumpulan praktek material yg interpretif
yg membuat dunia terlihat. Praktek-2 tsb mengubah
dunia. Mereka mengolah dunia ke dalam urutan
representasi, termasuk catatan lapangan, wawancara,
percakapan, fotograf, rekaman, dan memo-2 pribadi.
Pada tingkatan ini riset kualitatif melibatkan sebuah
pendekatan yg interpretif dan naturalistik terhadap
dunia. Hal itu berarti bahwa para periset kualitatif
mempelajari segala sesuatu dalam lingkup natural
mereka, upaya membuat masuk akal dari, atau,
menginterpretasikan, fenomena berkaitan dg arti yg
dibawa orang kepada mereka.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
9



4/12/2015
Peneliti Kualitatif dpt melakukan citra kemajemukan
dan gender: ilmuwan, naturalis, pekerja lapangan,
wartawan, kritikus sosial, artis, performer, musisi jazz,
pembuat film, pembuat quilt, penulis essay.
Banyak praktek metodologi riset kualitatif dpt dianggap
sbg soft science, jurnalisme, etnografi, bricolage,
pembuatan quilt, atau montase.
Si peneliti, selanjutnya, dipandang sebagai bricoleur, sbg
pembuat quilt, atau seperti dlm pembuatan film, orang
yg menyusun gambar-gambar ke dlm montase.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
10



Nelson, Treichler, dan Grossberg (1992), Lévi-Strauss
(1966), dan Weinstein dan Weinstein (1961)
mengklarifikasi arti bricolage dan bricoleur:
Seorang bricoleur adalah orang yg serba tahu atau
semacam orang profesional yg do-it-yourself. Banyak
macam bricoleur – interpretif, naratif, teoretikal,
politikal – yaitu, representasi sekumpulan potongan yg
bersama-sama yg cocok dg spesifik situasi yg
kompleks.
Bricolage: sekumpulan representasi yang berasal dari
potongan-potongan, yg dicocokkan ke dalam hal yg
spesifik daripada situasi yg kompleks.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
11


“The solution {bricolage} which is the result of the
bricoleur’s method is an {emergent} construction” yg
berubah dan mengambil bentuk baru karena alat yg
berbeda, metode, dan teknik representasi dan
interpretasi ditambahkan ke dalam teka-teki (puzzle).
Nelson et al. (1992) menjelaskan metodologi stdui-2
kultural “as a bricolage. Its choice of practice, that is, is
pragmatic, strategic and self-selective.”
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
12



Peneliti Kualitatif sebagai bricoleur atau pembuat quilt
memakai estetika dan alat material dari keahliannya,
memakai strategi apapun, metode, atau material
empiris ditangannya.
Jika alat atau teknik baru harus ditemukan, atau
dikumpulkan bersama, kemudian periset akan
melakukannya. Pilihan-2 mengenai praktek interpretif
mana yg dipakai tidak perlu ditetapkan sebelumnya.
Pilihan praktek riset tergantung pada pertanyaan yg
diajukan, dan pertanyaan tgt pada konteks, apa yg
tersedia dlm konteks dan apa yg peneliti dapat
kerjakan dalam lingkup tersebut.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
13



Praktek-2 interpretif melibatkan isu-2 estetika, suatu
representasi estetika yg melampaui pragmatis atau
praktikal. Di sini konsep montase berguna.
Montase adl teknik editing gambar-gambar sinema.
(Dalam sejarah sinematografi yg terkenal: the
Battleship of Potemkin, 1925). Di dalam montage,
beberapa gambar yg berbeda diletakkan satu dg yg
lain (superimpose) untuk menciptakan sebuah gambar.
Peneliti kualitatif yg menggunakan montase seperti
pembuat quilt atau jazz improviser. Pembuat quilt
menjahit, mengedit, dan meletakkan potonganpotomgam realitas bersama. Proses tsb menciptakan
kesatuan psikologis dan emosional menuju
pengalaman interpretif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
14


Bricoleur interpretif memahami bahwa riset adalah
proses interaktif dibentuk oleh sejarah pribadinya,
biografi, gender, kelas sosial, ras, dan etnisitas, dan
oleh mereka orang-orang yg ada di dalam lingkup
penelitian.
Produk karya bricoleur interpretif adalah sebuah
collage refleksif atau montase, yg kompleks, bricolage
seperti quilt, -- sebuah kumpulan gambar dan
representasi yg mengalir dan saling berhubungan.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
15


Collage: susunan benda-2 dan potongan-2 kertas dsb.
yg. ditempelkan pd. bidang datar dan merupakan
kesatuan karya seni.
Riset Kualitatif sebagai tempat praktek interpretif
majemuk.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
16




Riset kualitatif, sebagai sekumpulan kegiatan
interpretif, menghormati tidak ada satu praktek
metodologi atas yg lain.
Sebagai tempat untuk diskusi, atau wacana, riset
kualitatif adalah susah untuk didefinisikan secara jelas.
Riset kualitatif bukan milik salah satu disiplin
keilmuan.
Para periset kualitatif menggunakan semiotik, naratif,
isi (content), wacana, arsip dan analisis fonemik,
bahkan statistik, tabel, gambar dan angka.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
17


Resistensi akademis dan disiplin thd riset
kualitatif menggambarkan politik yg melekat
dalam bidang wacana ini.
Tantangan thd riset kualitatif banyak sekali.
Peneliti kualitatif disebut sebagai wartawan,
atau ilmuwan lunak (soft scientist). Karya
mereka disebut sebagai tidak ilmiah
(unscientific), atau hanya eksploratori, atau
subyektif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
18


Kata kualitatif secara tak langsung menyatakan
suatu penekanan pada kualitas entitas dan
pada proses dan arti yang secara eksperimen
tidak terkaji atau terukur yg berkaitan dg
kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi.
Para periset kualitatif menekankan sifat realitas
yg secara sosial dikonstruksikan, hubungan
erat anatar periset dg apa yg diteliti, dan
hambatan situasional yg membentuk
penelitian.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
19

Sebaliknya, studi-2 kualitatif menekankan
ukuran dan analisis hubungan sebab-akibat
antara variabel, bukan proses. Para
pendukung studi-2 ini mengklaim bahwa
karya mereka dikerjakan dalam kerangka kerja
bebas-nilai (value-free).
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
20

Fase 1 Peneliti sbg Subyek Multikultural




Sejarah dan tradisi riset
Konsepsi diri (“self”) dan yang lain (“the other”)
Etika dan politik riset
Fase 2 Paradigma Teoritis dan Perspektif
Positivis, postpositivis
 Interpretivism, konstruktivisme, hermeunetik
 Feminisme
 Wacana rasialis
 Teori kritikal dan model Marxist
 Model studi kultural
 Teori queer

4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
21

Fase 3 Strategi Riset









4/12/2015
Rancangan studi
Studi kasus
Etnografi, observasi peran serta, etnografi
tampilan
Fenomenologi, etnometodologi
Grounded theory
Life history, testimoni
Metode historis
Riset aksi dan terapan
Riset klinis
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
22

Fase 4 Metode Pengumpulan dan Analisis
Interview
 Observasi
 Artifact, dokumen, dan catatan
 Metode visual
 Otoetnografi
 Metode manajemen data
 Analisis dg bantuan komputer
 Analisis tekstual
 Kelompok terarah
 Etnografi terapan

4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
23

Fase 5 Seni, Praktek, dan Politik Penafsiran
dan Presentasi






4/12/2015
Kriteria utk penilaian kecukupan
Praktek dan politik interpretasi
Menulis sbg interpretasi
Analisis kebijakan
Tradisi evaluasi
Riset terapan
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
24

Fase 1: PERISET




4/12/2015
Catatan yang ada tentang riset kualitatif
menunjukkan kedalaman dan kompleksitas riset
kualitatif tradisional dan terapan ke dalam mana
peneliti masuk yg secara sosial disituasikan.
Bidang ini telah ditandai dg tetap oleh
keragaman dan konflik, dan hal tsb merupakan
tradisi yg paling menetap (enduring).
Jaman penelitian disiplin-2 manusia yang valuefree sudah lewat.
Saat ini para periset berjuang untuk
mengembangkan etika situasional dan
transsituasional yang berlaku untuk semua
bentuk tindakan riset dan hubungannya dari
manusia ke manusia.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
25

Fase 2: PARADIGMA INTERPRETIF
Semua periset kualitatif adalah adalah ahli
filsafat dalam arti “universal sense in which all
human beings … are guided by highly abstract
principles.”
 Prinsip-2 tsb mengkombinasikan keyakinan
tentang ontologi (What kind of being is the
human being? What is the nature of reality?),
epistemologi (what is the relationship between
the inquirer and the known?), dan metodologi
(How do we know the world, or gain knowledge
of it?).
 Keyakinan-2 tsb membentuk bagaimana periset
kualitatif melihat dunia dan bertindak di
dalamnya.

4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
26

Fase 2: PARADIGMA INTERPRETIF



4/12/2015
Periset “bound within a net of epistemological
and ontological premises which – regardless of
ultimate truth or falacy – become partially selfvalidating.”
Jaring (net) yg terdiri dari premis epistemologis,
ontologis, dan metodologis dari periset dapat
disebut sebagai paradigma, atau sebuah
kerangka kerja interpretif, “a basic set of beliefs
that guides action.”
Semua riset adalah interpretif, hal itu dituntun
oleh sebuah kumpulan (set) keyakinan dan
perasaan tentang dunia dan bagaimana hal tsb
seharusnya difahami dan dipelajari.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
27

Fase 2: PARADIGMA INTERPRETIF



4/12/2015
Beberapa keyakinan dapat dipercayai begitu saja
(taken for granted), tak kelihatan, hanya
diasumsikan, sementara yg lain dapat sangat
problematik dan kontroverisal.
Tiap-2 paradigma interpretif membuat tuntutan
khusus pada periset, termasuk pertanyaan-2
yang ditanyakan olehnya dan interpretasi-2 yg
dibawa periset pada mereka.
Pada tingkat yg paling umum, ada 4 bentuk
paradigma interpretif utama riset kualitatif:
positivis dan positivis, konstruktivis-struktural,
kritikal (Marxist, emansipatori), dan feminispoststruktural.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
28

Fase 3: STRATEGI-2 PENELITIAN dan
PARADIGMA INTERPRETIF


4/12/2015
Fase 3 ini mulai dg rancangan riset, yg dipahami
secara luas, melibatkan suatu fokus yg jelas pada
pertanyaan riset, maksud dari studi, “what
information most appropriately will answer
specific research questions, and which strategies
are most effective for obtaining it.”
Sebuah rancangan riset menjelaskan: a flexible set
of guidelines that connect theoretical paradigms
first to strategies of inquiry and second to
methods for collecting empirical material.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
29

Fase 3: STRATEGI-2 PENELITIAN dan
PARADIGMA INTERPRETIF


4/12/2015
A research design situates researchers in the
empirical world and connects them to specific
sites, persons, groups, institutions, and bodies of
relevant interpretive material, including
documents and archives.
A research design also specifies how the
investigators will address the two critical issues
of representation and legitimation.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
30

Fase 3: STRATEGI-2 PENELITIAN dan
PARADIGMA INTERPRETIF


4/12/2015
A strategy of inquiry comprises a bundle of skills,
assumptions, and practices that the researcher
employs as he or she moves from paradigms to
the empirical world.
Strategies of inquiry put paradigms of
interpretations into motion. At the same time,
strategies of inquiry also connect the researcher
to specific methods of collecting and analyzing
empirical materials.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
31

Fase 4: METODE PENGUMPULAN dan
ANALISIS MATERIAL EMPIRIS



4/12/2015
Periset mempunyai beberapa metode untuk
mengumpulkan material empiris.
Mereka berkisar dari wawancara sampai
observasi langsung, analisis artefak, dokumen,
dan catatan kultural, dan penggunaan material
visual atau pengalaman pribadi.
Periset dapat juga menggunakan bermacam
metode yg berlainan bacaan dan analisis
interview atau teks kultural, termasuk isi, narasi,
dan strategi semiotik.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
32

Fase 4: METODE PENGUMPULAN dan
ANALISIS MATERIAL EMPIRIS

4/12/2015
Dihadapkan dg sejumlah besar material
kualitatif, si peneliti mencari jalan mengelola dan
menginterpretasikan dokumen-2 tsb dan di sini
metode pengelolaan data dab model-2 analisis yg
dibantu dg komputer mungkin berguna.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
33

Fase 5: SENI dan POLITIK INTERPRETASI
dan EVALUASI


4/12/2015
Riset kualitatif adalah kreatif dan interpretif yg
tiada akhir (endlessly). Si periset tidak hanya
meninggalkan lapangan dengan banyak material
empiris dan kemudian dengan mudahnya
menuliskan temuannya.
Interpretasi kualitatif adalah dikonstruksikan.
Pertama, si peneliti menciptakan teks bidang
(field text) terdiri dari catatan lapangan dan
dokumen dari lapangan, apa yg oleh Roger
sanjek (1990) disebutnya “indexing” dan David
Plath (1990) menyebutnya “filework.”
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
34

Fase 5: SENI dan POLITIK INTERPRETASI
dan EVALUASI


4/12/2015
Si penulis-sebagai-penterjemah pindah dari teks
ini menuju sebuah teks riset: catatan dan
interpretasi berdasarkan teks lapangan. Teks ini
kemudian ditulis ulang (re-created) sebagai
dokumen kerja interpretif yg berisi upaya awal
penulis membuat masuk akal apa yg sudah dia
pelajari. Akhirnya, si penulis menghasilkan teks
publik yg datang ke pembaca.
Praktek interpretif membuat masuk akal temuan
seseorang adalah merupakan seni sekaligus
politik.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
35

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF

Kejelasan tentang maksud (purpose): tipologi
 Purpose merupakan kekuatan pengontrol dalam riset.
 Keputusan ttg rancangan, pengukuran, analisis, dan
pelaporan semuanya mengalir dari purpose.
  langkah pertama dalam sebuah proses riset adalah
kejelasan tentang purpose.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
36

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF

Kejelasan tentang maksud (purpose): tipologi
 Sentralitas purpose dalam membuat keputusan metode
adalah bukti dari pengkajian alternatif purpose:
 1. basic research to contribute to fundamental knowledge
and theory
 2. applied research to illuminate a societal concerns
 3. summative evaluation to determine program
effectiveness
 4. formative evaluation to improve a program
 5. action research to solve a specific problem
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
37

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 BASIC RESEARCH
 Tujuan dari basic research adalah pengetahuan atas
nama pengetahuan.
 Para peneliti yg terlibat dalam basic research ingin
mengerti bagaimana dunia ini berjalan. Mereka tertarik
dalam meneliti sebuah fenomena agar supaya
mendapatkan sifat-2 realitas yg berkaitan dg fenomena
tsb.
 Tujuan periset dasar (basic) adalah untuk mengerti dan
menjelaskan.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
38

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 BASIC RESEARCH
 Para periset dasar biasanya bekerja di dalam disiplin
khusus, seperti fisika, biologi, psikologi, ekonomi,
geografi, dan sosiologi.
 Pertanyaan dan masalah yg mereka pelajari muncul
dari tradisi-2 di dalam disiplin-2 tsb.
 Tiap disiplin
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
39
Discipline
Basic Questions
Anthropology
What is the nature of culture?
How does culture emerge?
How is it transmitted?
What are the functions of culture?
Psychology
Why do individuals behave as they do?
How do human beings behave, think, feel, and know?
Sociology
What holds groups and societies together?
How do various form of social organization emerge and
what are their functions?
What are the structures and processes of human social
organizations?
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
40

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 BASIC RESEARCH
 Penelitian kualitatif memberikan sumbangan pada
basic research melalui ‘grounded theory’ (Glaser and
Strauss, 1967), pada dasarnya adalah sebuah strategi
induktif untuk menghasilkan dan mengkonfirmasikan
teori yg muncul dari keterlibatan yg dekat dan kontak
langsung dengan dunia empiris.
 Riset ini biasanya meminta kerja lapangan yg lama dan
intensif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
41

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 APPLIED RESEARCH
 Para periset terapan bekerja pada masalah manusia.
 Maksudnya untuk memberikan sumbangan
pengetahuan yang akan membantu orang mengerti
sifat dari masalah sehingga orang dpt lebih mengontrol
lingkungannya secara lebih efektif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
42

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 APPLIED RESEARCH
 Sumber pertanyaan ada dalam masalah dan konsen-2
tg dialami oleh orang.
 Tujuan penelitian terapan adalah untuk menghasilkan
solusi potensial pada masalah manusia dan sosial.
 Para periset terapan mengambil temuan, pengertian,
dan eksplanasi dri basic research dan
mengaplikasikannya pada masalah dan pengalaman
dunia nyata.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
43
Applied Research Field
Illustrative Problems to be studied
Applied Anthropology
How can the culture of a small minority group be
preserved when that group is engulfed by a large
or more powerful people with a different culture?
Applied Psychology
How can individuals become aware of, take control
of, and change dysfunctional attitudes and
behaviors?
Applied Sociology
How can people of different races, religion, or
socioeconomic statuses live and work together
productively within a community?
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
44

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 EVALUATION RESEARCH
 Sekali solusi thd masalah teridentifikasi, kebijakan dan
program dirancang untuk mengintervensi dalam
masyarakat dan membawa perubahan.
 Harapannya, intervensi dan perubahan akan efektif
dlm membantu menyelesaikan masalah. Akan tetapi,
keefektivan dari setiap intervensi oleh manusia adalah
merupakan persoalan untuk diteliti.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
45

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 EVALUATION RESEARCH
 Jadi langkah lanjut pada kontinuum riset adalah
melakukan riset evaluasi dan kebijakan untuk menguji
keefektivan solusi spesifik dan intervensi manusia.
 Riset evaluasi mengkaji proses dan outcome yang
ditujukan oleh upaya solusi.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
46

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 ACTION RESEARCH
 Action research bertujuan menyelesaikan masalah
spesifik di dalam sebuah program, organisasi, atau
masyarakat.
 Secara eksplisit dan purposefully menjadi bagian
daripada proses perubahan dengan melibatkan orang
di dalam program atau organisasi dalam mengkaji
masalah mereka sendiri agar supaya menyelesaikan
masalah tersebut.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
47

1. MERANCANG STUDI KUALITATIF
 ACTION RESEARCH
 Sebagai hasilnya, perbedaan antara riset dan action
menjadi sangat kabur dan metode riset cenderung
untuk kurang sistematis, lebih informal, dan sangat
spesifik pada masalah, orang, dan organisasi di mana
riset tsb dilakukan.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
48
RESEARCH
EXAMPLES
Basic research
What are the variations in types of families and what
functions do those variations serve?
Applied research
What is the divorce rate among different kinds of
families in Indonesia and what explains different rates
of divorce among different groups?
Summative
evaluation research
What is the effectiveness of a federal and state-funded
educational program teaching family members
communication skills?
Formative evaluation
research
How can the communication program teaching family
coping skills be improved? What are the program’s
strengths and weaknesses?
Action research
A self-study by family members in a particular
mosque, organization, or community to figure how
they can be more supportive of and help each other.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
49

PURPOSEFUL SAMPLING
 Penelitian kualitatif biasanya berfokus pada kedalaman
(in-depth) pada sampel yg secara relatif kecil, bahkan
hanya single case (n = 1), dipilih secara purposif.
Sebaliknya penelitian kuantitatif tergantung pada
sampel yg besar dan dipilih secara acak.
 Tidak hanya teknik sampling nya berbeda, tetapi logika
setiap pendekatan adalah unik karena tujuan masing-2
strategi berbeda.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
50

PURPOSEFUL SAMPLING
 Logika dan kekuatan purposeful sampling terletak
pada pemilihan information-rich cases untuk studi
dalam kedalaman.
 Information-rich case adl mereka darimana seseorang
dapat mengerti sesuatu yg berharga tentang isu-2
sentral pentingnya thd tujuan daripada riset, jadi
istilahnya purposeful sampling.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
51

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 Folk wisdom about human observation. What people
“see” is highly dependent on their interests, biases, and
backgrounds. Our culture tells us what to see our early
childhood socialization instructs us in how to look at
the world, and our value systems tell us how to
interpret what passes before our eyes.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
52

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 The of observational data is to describe the setting that
was observed, the activities that took place in that
setting, the people who participated in those activities,
and the meanings of what was observed from the
perspective of those observed.
 The description must be factual, accurate, and thorough
without being cluttered by irrelevant minutiae and
trivia.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
53

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 Variations in observational methods
 Variations in Observer Involvement
(Participant or Onlooker)
 Overt or Covert Observation
 Variations in Duration of Observations
 Variations in Observational Focus
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
54

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 What to observe: a sensitizing framework










4/12/2015
Context
Goals
Inputs
Recruitment
Intake
Implementation
Processes
Outcomes
Products
Impacts
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
55

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 Folk wisdom about human observation
 The value of observational data
 Variations in observational methods
 What to observe: a sensitizing framework
 Source of data
 Doing fieldwork: the data gathering process
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
56

2. STRATEGI LAPANGAN DAN METODE
OBSERVASI
 Observations,interviews, and documentation:
 Bringing together multiple perspectives on a program
 The stages of fieldwork
 Entry into the field
 What you say and what you do
 Routinization of fieldwork
 Bringing fieldwork to a close
 Summary guidelines for fieldwork
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
57

3. WAWANCARA KUALITATIF
 Inner perspectives
 Maksud dari interviewing adl menemukan apa yg ada
di dalam dan pada pikiran seseorang.
 Tujuan open-ended interviewing adl untuk mengakses
perspektif orang yg sedang diinterview. Kita
menginterview orang untuk mendapatkan segala
sesuatu yg tidak dapat kita observasi secara langsung
(perasaan, dsb). Isunya bukan apakah data observasi
lebih diinginkan, valid, atau berarti ketimbang data
self-report.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
58

3. WAWANCARA KUALITATIF
 Variations in qualitative interviewing
 Ada 3 pendekatan dasar untuk mengumpulkan data
kualitatif melalui interview open-ended. Masing-2
melibatkan jenis persiapan , konseptualisasi, dan
instrumentasi yg berbeda.
 1. informal conversational interview
 2. general interview guide approach
 3. standardized open-ended interview
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
59

3. WAWANCARA KUALITATIF
 Variations in qualitative interviewing (lanj.)
 Ke 3 pendekatan tsb berbeda dlm tingkatan pada mana
pertanyaan ditentukan dan distandarkan sebelum
interview terjadi.
 Informal conversational interview mengandalkan
selruhnya pada pertanyaan-2 spontan dalam alur yg
alamiah dari suatu interaksi, biasanya interview ini
terjadi sebagai bagian dari participant observation.
Selama interview ini orang tsb mungkin tidak merasa
bahwa mereka sedang diinterview.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
60

3. WAWANCARA KUALITATIF
 Variations in qualitative interviewing (lanj.)
 General interview guide approach melibatkan garis besar
(outline) sekumpulan isu yg akan dijajaki dg masing-2
responden sebelum interview dimulai.
 Susunan tidak perlu kusus dan kata-2 pertanyaan utk
mendapatkan respon ttg isu-2 tidak ditentukan sejak awal.
 Penuntun interview hanya sebagai daftar tilik dasar selama
interview utk meyakinkan bahwa ada informasi yg sama yg
harus didapatkan dari masing-2 informan, tetapi tidak ada
standar pertanyaan yg ditentukan sebelumnya.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
61

3. WAWANCARA KUALITATIF
 Variations in qualitative interviewing (lanj.)
 Standardized open-ended terdiri dari sekumpulan
pertanyaan yg secara hati-2 kata-2nya disusun dg
maksud sekuensnya sama, dengan pertanyaan yg
esensinya sama.
 Fleksibilitas dalam probing kurang lebih terbatas,
tergantung pada sifat intervuiew dan keterampilan
interviewer.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
62

3. WAWANCARA KUALITATIF
 The interview guide
 Adalah daftar pertanyaan atau isu yang akan dijajaki selama
dalam interview.
 Disiapkan agar dpt yakin bahwa pada dasarnya informasi yg
sama didapatkan dari sejumlah orang dengan mencakup
material yg sama.
 Daftar ini menyediakan topik-2 atau subyek di dalam mana
si periset bebas menjajaki, probe, dan bertanya yg akan
membentangkan dan menjelaskan subyek tsb. Jadi
pewawancara bebas melakukan percakapan dalam subyek,
bertanya spontan.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
63

3. WAWANCARA KUALITATIF
 The interview guide (lanj.)
 Keuntungan penuntun ini meyakinkan bahwa pewawancara
telah hati-2 memutuskan bagaiman yg terbaik menggunakan
waktu.
 Penuntun ini khususnya berguna dalam melakukan
interview kelompok.
 Penuntun ini dapat dikembangkan lebih kurang rinci,
tergantung pada tingkat pada mana periset mampu
menspesifikasi isu-2 penting sebelumnya dan pada tingkat
mana dirasakan bahwa sekuens kusus pertanyaan penting
ditanyakan dalam cara yg sama atau dalam urutan yg sama.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
64

3. WAWANCARA KUALITATIF
 The content of interviews
 Sejumlah keputusan harus dibuat dalam perencanaan
interview. Apakah interview itu spontan atau
disiapkan secara hati-2
 What questions to ask? How to sequence questions?
How much detail to solicit? How long to make the
interview? How to word the actual questions?
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
65

3. WAWANCARA KUALITATIF
 The content of interviews
 Hal-2 tsb adalah pertanyaan ukuran yang akan
mempengaruhi kualitas respon interview.
 Ada 6 macam pertanyaan dasar:






4/12/2015
Experience /Behavior questions (does/have done)
Opinion/Value questions (cognitive/interpretive process)
Feeling questions (emotional response)
Knowledge questions (factual information)
Sensory questions (what is seen, heard, touched, etc)
Background/Demographic questions (characteristics)
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
66
 FOCUSING THE ANALYSIS
 ORGANIZING THE DATA
 CONTENT ANALYSIS
 INDUCTIVE ANALYSIS
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
67

Tantangan
 Maksud dari penelitian kualitatif adalah menghasilkan
temuan. Proses pengumpulan data bukan akhir dari
segalanya. Puncak kegiatan penelitian kualitatif adalah
analisis, interpretasi, dan presentasi temuan.
 Tantangannya adl membuat masuk akal sejumlah data
yg besar, mengurangi volume informasi tsb,
mengidentifikasi pola yg bermakna, dan
mengkonstruksikan kerangkakerja untuk
mengkomunikasikan esensi dari apa yg diungkapkan
oleh data.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
68

Tantangan (lanj.)
 Masalahnya adl “we have few agreed-on canons for
qualitative data analysis, in this sense of shared ground
rules for drawing conclusions and verifying their
sturdiness (Miles and Huberman, 1984).
 Tidak ada formula utk menentukan kemaknaan. Tidak
ada cara-2 yg secara sempurna mengulangi proses
pemikiran analitik dari periset.
 Tidak ada tes reliability dan validity yg langsung.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
69

Tantangan (lanj.)
 Singkatnya, tidak ada aturan absolut kecuali
mengerjakan yg terbaik dg kepandaian yg penuh untuk
secara adil menggambarkan data dan
mengomunikasikannya apa yg diungkap oleh data
sesuai dg tujuan dari studi.
 Hal in tidak berarti tidak ada tuntuan yg membantu
dalam menganalisis data. Tetapi tuntunan dan saran
prosedural bukan aturan (rule). Penggunaan tuntunan
menuntut pertimbangan dan kreativitas.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
70


Tugas pertama dalam analisis kualitatif adalah
deskripsi. Analisis deskriptif menjawab pertanyaan
dasar.
Deskripsi harus dipisahkan secara hati-2 dari
interpretasi. Interpretasi melibatkan penjelasan
temuan, menjawab pertanyaan “mengapa” melekatkan
kemaknaan pada hasil kusus, dan meletakkan pola-2
ke dalam kerangkakerja analitik.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
71




Data yg dihasilkan oleh metode kualitatif sangatlah
banyak.
Pertamakali yg harus dikerjakan adalah yakin bahwa
semuanya sudah ada di sana.
Kemudian analisis formal dimulai.
Pada dasarnya pengaturan (penyimpanan) data
merupakan kerja yg kreatif  tidak ada cara yg baku
tentang mengorganisir data, menganalisis data, dan
menginterpretasikan data kualitatif.
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
72

Content analysis adl proses pengidentifikasian, coding,
dan pengkategorian pola primer dalam data. Hal ini
berarti penganalisisan content interview dan observasi.

4/12/2015
Coding Notes:
 Dibaca semua catatan lapangan atau interview dan membuat
komentar di pinggir atau bahkan melekatkan kertas tempel
yg berisi dugaan/ide/gagasan tentang apa yg dapat
dikerjakan dg bagian data yg berlainan.
 Bisa memakai singkatan-2 seperti: P = program; Obs =
observasi; dsb.
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
73

Inductive analysis berarti bahwa pola-2, tema-2, dan
kategori
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
74
Perspective
Discipline Roots
Central Questions
1. Ethnography
Anthropology
What is the culture of this group of
people?
2. Phenomenology
Philosophy
What is the structure and essence of
experience of this phenomenon for
these people?
3. Ethnomethodology
Sociology
How do people make sense of their
everyday activities so as to behave in
socially acceptable ways?
Social Psychology
What common set of symbols and
understandings have emerged to give
meaning to people’s interaction?
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
75
Perspective
Discipline Roots
Central Questions
6. Ecological
Psychology
Ecology, psychology
How do individuals attempt to
accomplish their goals through
specific behaviors in specific
environments?
7. Systems theory
Interdisciplinary
How and why does this system
function as a whole?
8. Chaos theory:
nonlinear dynamics
Theoretical physics,
natural sciences
What is the underlying order, if any,
of disorderly phenomenon?
9. Hermeneutics
Theology, philosophy,
literary criticism
What are the conditions under which
a human act took place or a product
was produced that makes it possible
to interpret its meanings?
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
76
Perspective
10. Orientational,
qualitative
4/12/2015
Discipline Roots
Ideologies, political
economy
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
Central Questions
How is X ideological
perspective manifest in this
phenomenon
77
4/12/2015
oedojo soedirham (oedojo@yahoo.com)
78
Related documents
Download