Parental Development Psikologi Keluarga Pertemuan 5 ARI PRATIWI., M.PSI Transition to parenting “The transition to becoming a parent represents a major life change. Interest in this developmental change is universal. ” (Cristoph Heinicke) • Orangtua yang mampu, efisien, tidak mudah cemas, fleksibel dalam pemecahan masalah, mampu menjaga hubungan timbal balik yang positif terutama dengan pasangan serta mampu mengatur otonomi dan self esteem mereka sendiri, dianggap lebih mampu menciptakan lingkungan pengasuhan yang optimal. • Pengasuhan yang optimal mencakup responsif terhadap kebutuhan, mendorong otonomi dan eksplorasi pengalaman kognitif. Transition to parenting • Secara spesifik, pengasuhan (parenthood) dilihat pertama kali sebagai tahapan yang kuat pada perkembangan wanita (e.g., Benedek, 1959; Chodorow, 1978; Deutsch, 1945) • Lalu secara general baru meluas pada laki-laki dan perempuan (Anthony and Benedek, 1970; cf. Group for the Advancement of Psychiatry, 1975). • Cara orang dewasa untuk mengendalikan dunia baik secara sadar maupun tidak sadar akan berubah seiring perubahan mereka menjadi orangtua, seringkali mengarahkan mereka untuk menghidupkan kembali kerapuhan psikologis mereka sendiri melalui anak-anak mereka Parental Development • Masalah umum yang terjadi dalam tahapan perkembangan pengasuhan menurut Benedek (Demick, 2002) : 1) stage one, from conception to the child’s entry into school, this is a period of “total parenthood” during which parents perceive children as completely their own 2) stage two, the point in time at which the youngest child reaches adolescence and parents must deal with the “empty nest” phenomenon 3) stage three, beginning when parents become grandparents and indulge their grandchildren instinctively. Psychosocial Approach on Parental Development • Menurut Erikson: (1) pada aspek tahap psikososial, termasuk di dalamnya adalah konflik utama yang harus dipecahkan individu misalnya trust vs mistrust, autonomy bs shame & doubt, initiative vs guilt Psychosocial Approach on Parental Development Erikson proposed that : (2) Perkembangan sosial berlanjut hingga post-adolescence (walaupun secara intelektual tidak) dan mengarahkan kepada 3 tahapan perkembangan tambahan (termasuk konflik sosialnya) : • Dewasa awal (intimacy vs isolation) • Dewasa tengah (generativity versus stagnation) • Dewasa akhir (integrity versus despair) Psychosocial Approach on Parental Development Menurut Erikson inti dari pendekatan psikososial terhadap perkembangan pengasuhan : • Berinvestasi pada hidup anak mereka, berbagi pengalaman hidup mereka dan mengarahkan serta mengajar mereka • Melihat pengalaman hidup sebagai kesempatan untuk peduli pada orang lain, untuk menyadari “need to be needed,” dan untuk melatih insting bawaan untuk mengajar sebagai orangtua. Cognitive Approach (Stages) on Parental Development Sameroff (1975a, 1975b, 1975c) and Sameroff and Feil (1985) menyatakan : • Konsep perkembangan anak dibagi menjad 4 sesuai 4 tahap perkembangan intelektual yang dimiliki Piaget : • symbiotic (sensorimotor) • categorical (preoperational) • compensating (concrete operational) • perspectivistic (formal operational). Stages on Parental Development Tahapan “parental development” menurut Newberger (Demick, 2002) : (1) Egoistic orientation. Orangtua self-focused (hanya memikirkan minat dan kebutuhan mereka) dan menganggap anak sebagai proyeksi dari pengalaman mereka ( misal : berkaitan dengan efek yang dilakukan anak terhadap orangtua) (2) Conventional orientation. Orangtua memahami anak dalam kaitannya dengan definisi eksternal (misal berkaitan dengan budaya, tradisi, usia perkembangan anak) . Parenting dilihat sebagai hal yang berkaitan dengan isu tentang hal-hal yang paling benar, misalnya toilert training atau cara mendisiplinkan anak Stages on Parental Development (3) Subjective–individualistic orientation. Orangtua memandang diri mereka sebagai individu yang unik (berbeda dari definisi eksternal dan norma sosial) , memandang hubungan orangtua-anak sebagai hubungan itu sendiri. Orangtua pada level ini memperluas pemahaman mereka tentang parenting dan mengorganisasikan daripada hanya mengidentifikasi dan merespon kebutuhan tertentu dari anak. (4) Analytic–systems orientation. Orangtua memahami diri mereka maupun anak mereka sebagai hal yang kompleks dan sistem psikologis, yang berkaitan dengan interaksi mutual dalam sistem yang mempengaruhi keluarga, komunitas dan relasi global. Pada fase ini orangtua melihat perkembangan diri mereka dan perkembangan anak dalam proses yang terus berjalan sehingga orangtua menemukan cara untuk menyeimbangkan antara kebutuhan diri mereka dan kebutuhan anak mereka. Stages on Parental Development Levinson (Demick, 2002) a series of six stages (with relevant developmental tasks for parents): (1) Image-making stage (pregnancy until birth) Calon orangtua berusaha membayangkan seperti apa anak mereka, seperti apa kelahiran dan seperti apa menjadi orangtua. Termasuk di dalamnya, orangtua bersiap untuk perubahan peran, membentuk perasaan untuk anak , membandingkan image tentang anak yang akan lahir dengan “actual child” dan mempersiapkan perubahan penting lainnya dalam hubungan orang dewasa. Stages on Parental Development (2) Nurturing stage. From birth until the child is approximately 2 years of age (when the child begins to say “no”) Orangtua merasakan konflik antara harapan awal tentang anak dan aktualitas sebagai orangtua.Tugas utama pada tahap ini “ “becoming attached to the baby. . . . It took a couple of weeks until it wasn’t like having an object in our home” . Di sisi lain terjadi simbiosis antara ibu dan anak, attachment yang berakibat pada emosional dan fisik, perpisahan dan koneksi. Di tahap ini orangtua mengukur prioritas mereka, bertanya0tanya berapa banyak waktu yang harus mereka habiskan untuk bayi dan berapa banyak untuk aspek lain dalam kehidupan mereka. Stages on Parental Development (3) Authority stage. The central task of the authority stage (when the child is 2 to 5 years-old) Berfokus pada bagaimana orangtua mengatur “power”, bagaimana menerima kewajiban, berkomunikasi secara efektif, menseleksi dan memasang batasan, memutuskan sejauh mana harus memproteksi dan membiarkan anak, menyelesaikan konflik dengan anak dan menyelesaikan atau menghindari pertengkaran dengan anak. Permasalahan terkait isu otoritas tidak hanya pada anak, tapi juga berhubungan dengan orang lain yang berkaitan dengan anak termasuk kakek-nenek, pengasuh, guru, tetangga dan lain-lain. Stages on Parental Development (4) Interpretive stage. when the child is 5 to 12 years-old) Tugas utama orangtua pada tahap ini adalah menginterpretasikan dunia untuk anak mereka, membentuk konsep diri anak sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, menyiapkan skill dan informasi yang mereka perlu dan membantu mereka untuk memahami nilai-nilai kehidupan. Stages on Parental Development (5) Interdependent stage. (As the child reaches adolescence) Orangtua berhadapan dan berinteraksi dengan “new child”. Semua aspek meliputi komunikasi harus dinegosiasikan ulang dan masalah-masalah baru akan timbul (misal : seksualitas). Stages on Parental Development (6) Departure stage. (As the adolescent gets older,) Tugas utama pada fase ini menjadi “accepting one’s grown child’s separateness and individuality, while maintaining the connection ” Keluarga “The ‘old,’ ‘original,’ menjadi berubah, seiring pertumbuhan anak, dan peran orangtua menjadi berubah dan banyak orangtua “search for new ways to say they are still a family” . Pada tahap ini dikarakteristikkan dengan evaluasi. Orangtua mengevaluasi sejauh apa dan kapan anak mereka akan pergi. Mereka mengevaluasi apakah mereka akan bisa menerima perubahan bahwa anak mereka tumbuh dan peran mereka sebagai orangtua berubah. Mereka akan melihat hubungan dengan anak sebagai kesuksesan dan kegagalan.