Psi keluarga 2014 pertemuan 5

advertisement
Parental
Development
Psikologi Keluarga
Pertemuan 5
ARI PRATIWI., M.PSI
Transition to parenting
“The transition to becoming a parent
represents a major life change. Interest in
this developmental change is universal. ”
(Cristoph Heinicke)
• Orangtua yang mampu, efisien, tidak
mudah cemas, fleksibel dalam pemecahan
masalah, mampu menjaga hubungan
timbal balik yang positif terutama dengan
pasangan serta mampu mengatur otonomi
dan self esteem mereka sendiri, dianggap
lebih mampu menciptakan lingkungan
pengasuhan yang optimal.
• Pengasuhan yang optimal mencakup
responsif terhadap kebutuhan, mendorong
otonomi dan eksplorasi pengalaman
kognitif.
Transition to parenting
• Secara spesifik, pengasuhan (parenthood)
dilihat pertama kali sebagai tahapan yang
kuat pada perkembangan wanita (e.g.,
Benedek, 1959; Chodorow, 1978; Deutsch,
1945)
• Lalu secara general baru meluas pada laki-laki
dan perempuan (Anthony and Benedek,
1970; cf. Group for the Advancement of
Psychiatry, 1975).
• Cara orang dewasa untuk mengendalikan
dunia baik secara sadar maupun tidak sadar
akan berubah seiring perubahan mereka
menjadi orangtua, seringkali mengarahkan
mereka untuk menghidupkan kembali
kerapuhan psikologis mereka sendiri melalui
anak-anak mereka
Parental Development
• Masalah umum yang terjadi dalam tahapan
perkembangan pengasuhan menurut
Benedek (Demick, 2002) :
1) stage one, from conception to the child’s
entry into school, this is a period of “total
parenthood” during which parents perceive
children as completely their own
2) stage two, the point in time at which the
youngest child reaches adolescence and
parents must deal with the “empty nest”
phenomenon
3) stage three, beginning when parents become
grandparents and indulge their grandchildren
instinctively.
Psychosocial Approach on
Parental Development
• Menurut Erikson:
(1) pada aspek tahap psikososial,
termasuk di dalamnya adalah
konflik utama yang harus
dipecahkan individu misalnya
trust vs mistrust, autonomy bs
shame & doubt, initiative vs guilt
Psychosocial Approach on
Parental Development
Erikson proposed that :
(2) Perkembangan sosial berlanjut hingga
post-adolescence (walaupun secara
intelektual tidak) dan mengarahkan
kepada 3 tahapan perkembangan
tambahan (termasuk konflik sosialnya) :
• Dewasa awal (intimacy vs isolation)
• Dewasa tengah (generativity versus
stagnation)
• Dewasa akhir (integrity versus despair)
Psychosocial Approach on
Parental Development
Menurut Erikson inti dari pendekatan
psikososial terhadap perkembangan
pengasuhan :
• Berinvestasi pada hidup anak mereka,
berbagi pengalaman hidup mereka dan
mengarahkan serta mengajar mereka
• Melihat pengalaman hidup sebagai
kesempatan untuk peduli pada orang
lain, untuk menyadari “need to be
needed,” dan untuk melatih insting
bawaan untuk mengajar sebagai
orangtua.
Cognitive Approach (Stages) on
Parental Development
Sameroff (1975a, 1975b, 1975c) and
Sameroff and Feil (1985)
menyatakan :
• Konsep perkembangan anak dibagi
menjad 4 sesuai 4 tahap
perkembangan intelektual yang
dimiliki Piaget :
• symbiotic (sensorimotor)
• categorical (preoperational)
• compensating (concrete
operational)
• perspectivistic (formal operational).
Stages on Parental
Development
Tahapan “parental development” menurut
Newberger (Demick, 2002) :
(1) Egoistic orientation.
Orangtua self-focused (hanya memikirkan
minat dan kebutuhan mereka) dan menganggap
anak sebagai proyeksi dari pengalaman mereka
( misal : berkaitan dengan efek yang dilakukan
anak terhadap orangtua)
(2) Conventional orientation.
Orangtua memahami anak dalam kaitannya
dengan definisi eksternal (misal berkaitan
dengan budaya, tradisi, usia perkembangan
anak) . Parenting dilihat sebagai hal yang
berkaitan dengan isu tentang hal-hal yang paling
benar, misalnya toilert training atau cara
mendisiplinkan anak
Stages on Parental
Development
(3) Subjective–individualistic orientation.
Orangtua memandang diri mereka sebagai
individu yang unik (berbeda dari definisi eksternal
dan norma sosial) , memandang hubungan
orangtua-anak sebagai hubungan itu sendiri.
Orangtua pada level ini memperluas pemahaman
mereka tentang parenting dan
mengorganisasikan daripada hanya
mengidentifikasi dan merespon kebutuhan
tertentu dari anak.
(4) Analytic–systems orientation.
Orangtua memahami diri mereka maupun anak
mereka sebagai hal yang kompleks dan sistem
psikologis, yang berkaitan dengan interaksi
mutual dalam sistem yang mempengaruhi
keluarga, komunitas dan relasi global. Pada fase
ini orangtua melihat perkembangan diri mereka
dan perkembangan anak dalam proses yang terus
berjalan sehingga orangtua menemukan cara
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan diri
mereka dan kebutuhan anak mereka.
Stages on Parental
Development
Levinson (Demick, 2002) a series of six stages (with
relevant developmental tasks for parents):
(1) Image-making stage (pregnancy until
birth)
Calon orangtua berusaha membayangkan
seperti apa anak mereka, seperti apa kelahiran
dan seperti apa menjadi orangtua.
Termasuk di dalamnya, orangtua bersiap untuk
perubahan peran, membentuk perasaan untuk
anak , membandingkan image tentang anak
yang akan lahir dengan “actual child” dan
mempersiapkan perubahan penting lainnya
dalam hubungan orang dewasa.
Stages on Parental
Development
(2) Nurturing stage. From birth until the child
is approximately 2 years of age (when the
child begins to say “no”)
Orangtua merasakan konflik antara harapan
awal tentang anak dan aktualitas sebagai
orangtua.Tugas utama pada tahap ini “
“becoming attached to the baby. . . . It took
a couple of weeks until it wasn’t like having
an object in our home” .
Di sisi lain terjadi simbiosis antara ibu dan
anak, attachment yang berakibat pada
emosional dan fisik, perpisahan dan
koneksi. Di tahap ini orangtua mengukur
prioritas mereka, bertanya0tanya berapa
banyak waktu yang harus mereka habiskan
untuk bayi dan berapa banyak untuk aspek
lain dalam kehidupan mereka.
Stages on Parental
Development
(3) Authority stage. The central task of the
authority stage (when the child is 2 to 5
years-old)
Berfokus pada bagaimana orangtua
mengatur “power”, bagaimana menerima
kewajiban, berkomunikasi secara efektif,
menseleksi dan memasang batasan,
memutuskan sejauh mana harus
memproteksi dan membiarkan anak,
menyelesaikan konflik dengan anak dan
menyelesaikan atau menghindari
pertengkaran dengan anak. Permasalahan
terkait isu otoritas tidak hanya pada anak,
tapi juga berhubungan dengan orang lain
yang berkaitan dengan anak termasuk
kakek-nenek, pengasuh, guru, tetangga
dan lain-lain.
Stages on Parental
Development
(4) Interpretive stage. when the
child is 5 to 12 years-old)
Tugas utama orangtua pada
tahap ini adalah
menginterpretasikan dunia untuk
anak mereka, membentuk konsep
diri anak sekaligus menjawab
pertanyaan-pertanyaan mereka,
menyiapkan skill dan informasi
yang mereka perlu dan
membantu mereka untuk
memahami nilai-nilai kehidupan.
Stages on Parental
Development
(5) Interdependent stage. (As the
child reaches adolescence)
Orangtua berhadapan dan
berinteraksi dengan “new child”.
Semua aspek meliputi komunikasi
harus dinegosiasikan ulang dan
masalah-masalah baru akan
timbul (misal : seksualitas).
Stages on Parental
Development
(6) Departure stage. (As the adolescent gets older,)
Tugas utama pada fase ini menjadi “accepting one’s
grown child’s separateness and individuality, while
maintaining the connection ” Keluarga “The ‘old,’
‘original,’ menjadi berubah, seiring pertumbuhan
anak, dan peran orangtua menjadi berubah dan
banyak orangtua “search for new ways to say they
are still a family” .
Pada tahap ini dikarakteristikkan dengan evaluasi.
Orangtua mengevaluasi sejauh apa dan kapan anak
mereka akan pergi. Mereka mengevaluasi apakah
mereka akan bisa menerima perubahan bahwa anak
mereka tumbuh dan peran mereka sebagai orangtua
berubah. Mereka akan melihat hubungan dengan
anak sebagai kesuksesan dan kegagalan.
Download