Mata Kuliah Gender dan Keluarga BAB III PERAN GENDER DALAM KELUARGA Oleh: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc. FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA KELUARGA Unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhankebutuhan seluruh anggotanya yang meliputi kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, tempat tinggal), sosial-psikologi (pendidikan, pengasuhan, pemeliharaan, kasih saying), dan budaya (norma masyarakat, etika, kebiasaan, tradisi). Wadah yang utama dan pertama bagi setiap manusia yang memfasilitasi individu untuk dipersiapkan menjadi manusia yang seutuhnya melalui pelaksanaan fungsifungsi sosial budaya, pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, spiritual dan pengenalan lingkungan. FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA FUNGSI Fungsi dijalankan agar keseimbangan sistem dapat tercapai, baik pada tingkat individu, keluarga maupun masyarakat (Megawangi 1999). PERAN Diferensiasi peran sebagai suatu alokasi tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga (Levy dalam megawangi 1999). FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA Terminologi diferensiasi peran dapat berdasarkan pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masingmasing aktor. Alokasi Solidaritas Alokasi Integrasi dan Ekspresi Diferensi asi Peran Alokasi Politik Alokasi Ekonomi Fungsi Keluarga Responsif Gender FUNGSI KELUARGA Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994: (1) Keagamaan, (2) Sosial budaya, (3) Cinta kasih, (4) Perlindungan, (5) Reproduksi, (6) Sosialisasi dan pendidikan, (7) Ekonomi, dan (8) Pembinaan lingkungan Mattensich dan Hill (Zeitlin et al., 1995) (1) Fungsi pemeliharaan fisik (2) Sosialisasi dan pendidikan, (3) Akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, (4) Kontrol perilaku sosial dan seksual, (5) Pemeliharaan moral keluarga dan dewasa melalui pembentukan pasangan seksual dan melepaskan anggota keluarga dewasa. United Nation 1993: (1) Fungsi pengukuhan ikatan suami istri, (2) Prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, (3) Pemberian nama dan status, (4) Perawatan dasar anak, (5) Perlindungan anggota keluarga, (6) Rekreasi dan perawatan emosi, dan (7) Pertukaran barang dan jasa Contoh Aplikasi Kemitraan dan Relasi Gender dalam Pelaksanaan Fungsi Keluarga No Fungsi Keluarga Contoh Aplikasi Kemitraan dan Relasi Gender Fungsi Keluarga Menurut PP Nomor 21 Tahun 1994 1 Keagamaan Ayah dan Ibu berkewajiban untuk mendidik anak L dan P sejak dini dalam menjalankan fungsi keagamaan sebagai landasan pendidikan karakter. 2 Sosial-Budaya Ayah dan ibu melakukan sosialisasi kepada anak-anaknya tentang cinta budaya dengan tetap menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan keadilan. 3 Cinta Kasih Ayah dan ibu menebarkan cinta kasih kepada semua anggota keluarga dengan menggalang kerjasama yang baik dengan dilandasi rasa saling menghormati, menyayangi dan membutuhkan satu dengan lainnya. 4 Melindungi Orangtua melindungi anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan biologi dan perkembangan psikososialnya. Suami dan istri saling melindungi dengan cara sesuai dengan keunikan personalitas masing-masing. 5 Reproduksi 6 Sosialisasi dan Pendidikan Ekonomi 7 8 Pembinaan Lingkungan Reproduksi disini berarti menjalankan proses prokreasi keluarga yang berkaitan dengan hak atas kesehatan reproduksi baik laki-laki maupun perempuan. Suami dan istri harus saling menjaga kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksinya. Ayah dan ibu bekerjasama dalam mendidik dan mengasuh anak yang dilandasi oleh pendidikan karakter dan responsif gender, Ayah dan ibu bekerjasama dalam mencari uang dan mengelola keuangan keluarga dan memutuskan prioritas pengeluaran keuangan. Ayah dan ibu memberi arahkan dan pendidikan kepada anaknya untuk mengelola keuangan yang cenderung terbatas dan mengatur kebutuhan/keinginan yang cenderung tidak terbatas. Ayah dan ibu mengelola kehidupan keluarga dengan tetap memelihara lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial, dan lingkungan mikro, meso dan makro. Contoh Aplikasi Kemitraan dan Relasi Gender dalam Pelaksanaan Fungsi Keluarga No Fungsi Keluarga Contoh Aplikasi Kemitraan dan Relasi Gender Fungsi Keluarga Menurut United Nation Tahun 1993 1 Pengukuhan Ikatan Suami dan istri sedapat mungkin mempertahankan pernikahan dengan menyelesaikan Suami Istri masalah yang ada dengan manajemen konflik, penyesuaian konsensus dan pembaharuan komitmen. 2 Prokreasi dan Suami harus menghormati hak reproduksi istrinya dan tidak boleh memaksa istri untuk Hubungan Seksual berhubungan seksual apabila istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan tidak siap/lelah. Begitupula istri tidak boleh memaksa suami untuk berhubungan seks apabila suami tidak siap/lelah. 3 Sosialisasi dan Pendidikan Anak Pengasuhan yang responsif gender penting untuk dilakukan dalam mempersiapkan anak laki-laki dan perempuan menuju kualitas sumberdaya manusia yang prima. 4 Pemberian Nama dan Status Nama anak laki-laki dan perempuan diberikan berdasarkan kesepakatan suami dan istri yang dilatarbelakangi oleh aturan agama dan kebiasaan budaya. 5 Perawatan Dasar Anak Anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan dasar yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan psikososial. 6 Perlindungan Anggota Ayah dan ibu berkewajiban saling melindungi satu sama lain dan melindungi anakKeluarga anak secara fisik maupun sosial. Perilaku kasar yang menjurus pada pada pelecehan dan penganiayaan serta kekerasan kepada anak harus dihilangkan. 7 Rekreasi dan Perawatan Emosi 8 Pertukaran Barang dan Jasa Ayah dan ibu berkewajiban memberikan perawatan emosi kepada seluruh anggota keluarga dengan melakukan rileksasi dan rekreasi yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Dalam rangka menjaga keutuhan keluarga baik keluarga inti maupun keluarga besar, perilaku saling membantu dalam bertukar barang dan jasa akan melanggengkan hubungan/ikatan kekeluargaan (family ties) dan bonding yang kuat. Konsep Peran Gender Pembagian peran ini bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Umumnya masyarakat membagi peran berdasarkan tradisi para leluhur yang sudah dibakukan dalam internalisasi dan sosialisasi norma masyarakat. Dengan kata lain norma membatasi apa yang pantas dilakukan laki-laki dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-laki, sebaliknya juga demikian dengan perempuan. Definisi Peran/ Role The pattern of masculine or feminine behavior of an individual that is defined by a particular culture (Suatu pola maskulin atau femini dari perilaku individu yang dibentuk oleh budaya tertentu). The actions and activities assigned to or required or expected of a person or group (Aksi dan aktivitas yang ditugaskan atau dibutuhkan atau diharapkan dari individu atau suatu kelompok). A normal or customary activity of a person in a particular social setting; "what is your role on the team (Suatu aktivitas normal atau kebiasaan dari seseorang dalam seting sosial tertentu). A set of connected behaviors, rights and obligations as conceptualized by actors in a social situation. It is an expected behavior in a given individual social status and social position (Suatu set perilaku yang saling berhubungan, hak-hak dan kewajiban seperti dikonseptualisasi oleh aktor dalam situasi sosial. Suatu perilaku yang diharapkan dalam suatu status sosial individu dan posisi sosial). Definisi Peran/ Role A position, or status, within a social structure that is shaped by relatively precise behavioral expectations (norms). A role has been described as the active component of status (Suatu posisi atau status, di dalam suatu struktur sosial yang dibentuk oleh harapan perilaku dari norma masyarakat. Suatu peran dapat di jelaskan sebagai suatu komponen aktif dari status). Identifies a function performed by an individual or organization (Identifikasi dari suatu fungsi yang dilakukan oleh individu atau organisasi). The relation one has with another node in a social network. A loving and affective relationship is the role of being a spouse (Hubungan antara simpul satu dengan lainnya dalam suatu jaringan sosial. Suatu hubungan yang afektif dan mencintai merupakan suatu peran dari suatu pasangan). Represent a logical business partner, system component or user within the process definition (Menunjukkan suatu partner bisnis yang logic, komponen sistem atau pengguna dalam suatu proses). Definisi Peran/ Role A role indicates a person's tasks, responsibilities, qualifications, or expectations in some context (Suatu peran mengindikasikan suatu tugas seseorang, tanggung jawab, kualifikasi atau sesuatu yang diharapkan). A character assigned or assumed had to take on the role of both father and mother (Suatu karakter yang ditugaskan atau diasumsikan harus dilakukan baik ayah atau ibu). A socially expected behavior pattern usually determined by an individual’s status in a particular society (Suatu pola perilaku yang diharapkan secara sosial yang biasanya ditentukan berdasarkan status individu dalam suatu masyarakat). The characteristic and expected social behavior of an individual (Karakteristik dan perilaku sosial yang diharapkan dari individu). A function or position (Suatu fungsi atau posisi). Definisi Peran/ Role The part played by a person in a particular social setting, influenced by his expectation of what is appropriate (Bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu seting sosial yang dipengaruhi oleh harapannya tentang apa yang pantas). Work that you are obliged to perform for moral or legal reasons; "the duties of the job" (Pekerjaan yang ditugaskan untuk dilakukan untuk alasan moral dan hukum, “tugas dari pekerjaan). Definisi Ketegangan Peran/ Role Strain The stress or strain experienced by an individual when incompatible behavior, expectations, or obligations are associated with a single social role (Stres atau ketegangan yang dialami oleh seseorang apabila tidak mampu berperilaku sesuai yang diharapkan atau ditugaskan terhadap suatu peran sosial). Captures the stress or tension that may arise from the performance of a role (Menangkap stres atau tensi yang mungkin ditimbulkan oleh akibat suatu peran). Definisi Ketegangan Peran Gender/ Gender Role Strain Gender role strain in men has been identified as the failure to fulfill male role expectations, the traumatic fulfillment of these expectations, and their negative consequences. One posited cause of gender role strain is the early gender role socialization process that occurs often within the family context (Ketegangan peran gender pada laki-laki dicirikan dengan kegagalan pemenuhan harapan peran laki-laki, trauma terhadap pemenuhan harapan dan konsekuensi negatifnya. Satu penyebab positif dari ketegangan peran gender adalah pada proses sosialisasi dini dari peran gender yang sering terjadi dalam konteks keluarga). Fathers' influences on the gender role socialization of boys seems to be greater than that of mothers (Ayah mempengaruhi sosialisasi peran gender pada anak laki-laki cenderung lebih besar dibandingkan dengan ibu). Definisi Konflik Peran/ Role Conflict Emotional conflict arising when competing demands are made on an individual in the fulfillment of his or her multiple social roles (Konflik emosi yang terjadi apabila ada persaingan tuntutan pada individu dalam memenuhi multi peran sosial). A situation in which a person is expected to play two incompatible roles (Situasi dimana seseorang diharapkan berperan dalam dua peran yang bertentangan). Lack of compatibility between different expectations from a job or position (Kurangnya kesesuaian antara perbedaan harapan dari suatu pekerjaan atau posisi). Definisi Peran Gender/ Gender Roles The perceived norms attributed to males or females in a given group or society. For example : boys play with trucks, girls play with dolls: woman cook and clean, men work, men did the hunting and women did the gathering (Norma yang diterima dihubungkan dengan sifat laki-laki atau perempuan dalam suatu masyarakat tertentu, contohnya: anak laki-laki bermain truk, anak perempuan bermain boneka, perempuan masak dan bersih-bersih, laki-laki bekerja, lakilaki berburu dan perempuan mengumpulkan). Definisi Peran Gender/ Gender Roles The overt expression of attitudes that indicate to others the degree of your maleness or femaleness; "your gender role is the public expression of your gender identity" (Ekspresi terangterangan dari sikap yang mengindikasikan pada lainnya tentang derajad kelelakian dan keperempuanan, “peran gendermu merupakan ekspresi publik dari identitas gendermu). Polarisation of gender roles means to go to the extreme opposites, like North and South. If a woman does all the cooking, and her husband does all the gardening and house repairs, that's polarisation of gender roles. It can be bad or good (Polarisasi peran gender berarti bergerak secara ekstrim berlawanan, seperti utara dan selatan, perempuan melakukan seluruh aktivitas masak, dan suaminya melakukan semua aktivitas berkebun dan perbaikan rumah). Definisi Peran Gender/ Gender Roles A term used in the social sciences and humanities to denote a set of behavioral norms that accompany a given gendered status (also called a gendered identity) in a given social group or system. Gender is one component of the gender/sex system, which refers to "the set of arrangements by which a society transforms biological sexuality into products of human activity, and in which these transformed needs are satisfied" (Reiter 1975: 159). Every known society has a gender/sex system, although the components and workings of this system vary widely from society to society (Suatu istilah dalam ilmu sosial dan humanitas untuk menandai suatu set norma perilaku yang menemani status gender secara pasti (juga disebut identitas gender) dalam suatu grup sosial atau sistem. Gender merupakan salah satu komponen sistem gender/jenis kelamin yang merujuk pada suatu set susunan dimana masyarakat mentransformasi jenis kelamin secara biologi ke dalam produk aktivitas manusia, untuk memenuhi kebutuhannya dengan memuaskan. Setiap masyarakat mempunyai suatu sistem gender/jenis kelamin, meskipun komponen-komponennya dan cara kerjanya bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain). Konflik Peran Gender dapat dijelaskan pada Situasi Laki-laki Sons' gender role conflict and stress were negatively related to paternal attachment. Also, men who with lower levels of gender role conflict and who perceive their fathers to experience lower levels of gender role stress perceive less psychological separation from their fathers and mothers. Both sons' gender role conflict and stress were related to estimates of both fathers, gender role conflict and stress (Konflik peran gender anak laki-laki dan stres berhubungan negatif dengan kedekatan paternal (artinya semakin tinggi konflik peran gender dan semakin tinggi stress anak laki-laki, maka akan semakin rendah kedekatan dengan orangtuanya]… Laki-laki dewasa yang mempunyai konflik peran gender tingkatan rendah dan mempunyai ayah yang mengalami stress peran gender tingkat rendah cenderung mempunyai pemisahan psikologi yang berkurang dengan ibu dan ayahnya. …Baik konflik peran gender anak laki-laki maupun stress anak laki-laki berhubungan dengan konflik peran gender ayahnya maupun stress ayahnya). 3 (tiga) Peran Gender Atau Gender Triple Roles No Peran 1 Peran Publik 2 3 Kegiatan Kegiatan Produktif Contoh Bekerja baik di luar rumah maupun di dalam rumah yang mendapatkan upah atau barang (paid works), misalnya sebagai buruh tani, buruh pabrik, pembantu, guru, guru les privat, pelatih tari/nyanyi, koki, penjahit, wirausaha, pelukis, pedagang, pejabat, dokter, dosen, dan lainnya. Peran Kegiatan Bekerja di dalam rumah sendiri dan tidak ada Domestik Reproduktif yang membayar (unpaid works) karena untuk keperluan keluarga sendiri, misalnya memasak, menjahit, membersihkan rumah, bertanam bunga/sayuran di halaman, mengasuh anak, mengajari anak belajar, melatih anak menari, memijat anak, memijat suami dan sebagainya. Peran Kegiatan Kegiatan sosial budaya yang tidak dibayar tetapi Kemasyar Sosial memberikan manfaat bagi semua, misalnya akatan pengajian, gotong royong, arisan, pertemuan adat dan sebagainya. Peran Gender menurut Talcott Parson Model A: Pemisahan Peran Total antara Laki-laki dan Perempuan Pendidikan spesifik gender, kualifikasi professional tinggi hanya penting untuk laki-laki Model B: Peleburan Total Peran antara Laki-laki dan Perempuan Sekolah bersama, kualitas kelas yang sama untuk laki-laki dan perempuan, dan kualitas pendidikan yang sama untuk lakilaki dan perempuan Profesi Tempat kerja professional bukan tempat utama perempuan, karir dan professional tinggi tidak penting untuk perempuan Pekerjaan di Rumah Pemeliharaan rumah dan pengasuhan anak merupakan fungsi utama perempuan, partisipasi laki-laki pada fungsi ini hanya sebagian saja. Karir adalah sama pentingnya untuk lakilaki dan perempuan, oleh karena itu kesetaraan kesempatan untuk berkarir professional bagi laki-laki dan perempuan sangat diperlukan. Semua pekerjaan di rumah harus dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, dengan demikian ada kontribusi yang setara antara suami dan istri. Aspek Pendidikan Pengambilan Hanya bila ada konflik, maka lakiKeputusan lakilah yang terakhir menangani, misalnya memilih tempat tinggal, memilih sekolah nak, dan keputusan untuk membeli. Pengasuhan Perempuan menangani sebagian besar Anak dan fungsi untuk mendidik anak dan Pendidikan merawatnya tiap hari. Laki-laki tidak dapat mendominasi perempuan, harus ada kesetaraan. Laki-laki dan perempuan berkontribusi secara setara dalam fungsi ini. Peran Gender menurut Talcott Parson Maskulin Feminin Peran instrumental Peran expressive Fungsi 'external‘: menyediakan kebutuhan keuangan keluarga Fungsi'internal’: menguatkan jalinan hubungan antar anggota keluarga Model Parsons digunakan untuk mengilustrasikan posisi ekstrim dari peran gender dengan menggunakan Model A yang menggambarkan pemisahan peran gender antara laki-laki dan perempuan secara total, dan Model B menjelaskan peleburan pembatas peran gender secara sempurna antara laki-laki dan perempuan (Brockhaus: Enzyklopadie der Psychologie 2001). Peran Gender menurut Talcott Parson Dalam kenyataan di masyarakat, posisi ekstrim (seperti Model A atau Model B) sangat jarang ditemui. Kenyataan yang ada adalah diantara dua kutub di atas, yaitu campuran antara Model A dan B. Model yang sangat nyata di masyararakat adalah adanya ‘double burden’ pada perempuan yang mempunyai peran ganda sebagai pekerja dan sekaligus sebagai ibu rumahtangga. Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Terdapat kritik terhadap aliran Biologi, teori awam tentang gender mengasumsikan bahwa identitas gender adalah suatu yang kodrati. Dengan adanya pengaruh kinerja para feminist selama Tahun 1980an, khususnya di Bidang Sosiologi dan Anthropologi Budaya, seperti Simone de Beauvoir dan Michel Foucault yang merefleksikan jenis kelamin, maka ide gender tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Peran Gender menurut Talcott Parson Simon Baron-Cohen,10.6 seorang profesor Psikologi dan Psikiatri dari Cambridge University, berargumen bahwa otak perempuan lebih banyak dikuasasi oleh ‘hard-wired’ untuk empati, sedangkan otak laki-laki lebih banyak dikuasasi oleh ‘hard-wired’ untuk pengertian dan membangun sistem. Perubahan global dan trend industrialisasi telah menyebabkan transformasi pada institusi sosial, komunitas dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Perubahan global ini menyebabkan perubahan berbagai aspek seperti sosial, ekonomi dan budaya yang akhirnya juga memberikan tekanan-tekanan, baik secara sosial, ekonomi maupun psikologi pada tingkatan individu, keluarga dan masyarakat. Peran Gender menurut Talcott Parson Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Pergeseran nilai keluarga tercermin dari meningkatnya kemitraan gender (gender relations/parternship) dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang ditunjukkan dengan saling dukungan dalam generating income keluarga. Kemitraan Gender dan Pembentukan Jejaring Keluarga Melalui Relasi Peran Gender Kemitraan Gender dalam Keluarga: Ayah, Ibu, Anak-Anak Laki-Laki dan Perempuan Mencerminkan transparansi, akuntabilitas, dan good governance di tingkat keluarga Peran Publik dengan Kegiatan Produktif Peran Domestik dengan Kegiatan Reproduktif Peran Sosial dengan Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Gender menyangkut perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, kebutuhan, dan status sosial antara laki-laki dan perempuan berdasarkan bentukan/konstruksi dari budaya masyarakat. Peran sosial dari gender adalah bukan kodrati, tetapi berdasarkan kesepakatan masyarakat. Peran sosial dapat dipertukarkan dan dapat berubah tergantung dari kondisi budaya setempat dan waktu/era Contoh Aplikasi Kemitraan Suami Istri dalam Kehidupan Keluarga Cerminan Kemitraan 1 Pembagian Tugas dan Peran dalam keluarga No Contoh Aplikasi Kemitraan Suami Istri Berdasarkan pembagian tugas, istri bertugas sebagai manajer rumahtangga, namun suami sering memberikan ide dalam mengatur dan merencanakan furnitur ruangan, lay out atau interior design ruangan, dan landscape pekarangan. Jadi, meskipun istri berperan sebagai manajer utama rumahtangga, suami juga berkontribusi melalui kontribusi ide, uang dan perhatian, namun kontribusi tenaga dan waktunya sangat terbatas. Berdasarkan pembagian tugas, istri bertugas sebagai pendidik dan pengasuh anak-anak, namun suami sering mengingatkan anak untuk rajin belajar dan menjaga diri serta berhati-hati di jalan dan di sekolah. Jadi, meskipun istri berperan sebagai pengasuh dan pendidik utama anak, suami juga berkontribusi secara rutin dan aktif melalui kontribusi ide dan perhatian, namun kontribusi tenaga dan waktunya sangat terbatas. Berdasarkan pembagian tugas, suami bertugas sebagai pencari nafkah utama keluarga, namun istri berkontribusi secara rutin melalui penyiapan tas kerja, pakaian kerja, dan perlengkapan pekerjaan lain yang diperlukan suami. 2 Transparansi Meskipun istri memegang keuangan keluarga (suami secara rutin memberikan sebagian besar dalam pendapatannya kepada istri), bahkan istri menyimpan uang keluarga dalam tabungan keluarga di bank keluarga (atas nama istri), namun istri selalu mengkomunikasikan dan menunjukkan kepada suami laporan keuangan keluarga dan secara garis besar jumlah pengeluaran keluarga kepada suami. Sebaliknya, suami selalu melaporkan perolehan pendapatannya dan prediksi pendapatan selanjutnya. Perencanaan keuangan dilakukan bersama antara suami istri dan bahkan dengan anak-anak apabila diperlukan berkaitan dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang keluarga. Penggunaan dan perencanaan sumberdaya materi dan non materi keluarga dikomunikasikan dengan baik secara terbuka pada semua anggota keluarga, terutama antara suami dan istri. Contoh Aplikasi Kemitraan Suami Istri dalam Kehidupan Keluarga No 3 4 Cerminan Kemitraan Akuntabilitas dalam keluarga Contoh Aplikasi Kemitraan Suami Istri Penggunaan dan perencanaan sumberdaya keluarga harus jelas dan terukur. Suami memberitahu istri secara jelas dan terukur tentang penggunaan dan perencanaan sumberdaya keluarga, dan sebaliknya istri memberitahu suami secara jelas dan terukur semua perencanaan dan penggunaan sumberdaya keluarga. Monitoring, checking, kontrol terhadap semua penggunaan sumberdaya berikut akses terhadap sumberdaya di luar siste keluarga harus diperkirakan dan dihitung secara jelas dan terukur, sepengetahuan pasangan suami dan istri. Good Meskipun suami sebagai kepala keluarga, namun dalam menjalankan perannya tidak governance semena-mena semaunya sendiri, tidak boleh otoriter, namun harus dijalankan secara dalam keluarga bijaksana dan mengakomodasi saran dan ide baik dari istrinya maupun anak-anaknya. Pasangan suami istri tidak boleh menggunakan kewenangannya sebagai orangtua untuk mengeksploitasi anak-anaknya; Suami tidak boleh mengeksploitasi istri untuk kepentingannya sendiri. Di dalam menjalankan peran dan tugasnya, baik suami maupun istri saling bekerjasama dalam menstabilkan keadaaan keluarga, berusaha untuk mempertahan hidup keluarga dengan cara-cara yang baik, meningkatkan kreatifitas dalam menyejahterakan keluarga dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Seandainya ketidaksepahaman antara suami istri, maka dicari solusi yang baik agar dapat memahami perbedaan permasalahan dan menyamakan persepsi untuk menuju tujuan keluarga bersama. Kemitraan Gender dan Pembentukan Jejaring Keluarga Melalui Relasi Peran Gender Moore (2011) mengatakan bahwa terdapat hal-hal yang mendasar dalam jejaring, yaitu: The shaping of desired outcomes operates through a set of relationships (a network) that share a common terminology (discourse, idiom) and expectations concerning appropriate practices (Pembentukan hasil yang diinginkan terjadi melalui suatu set hubungan (jejaring) atas dasar suatu kesamaan terminology dan harapan tentang praktek-praktek/kegiatan yang pantas). Networks shaping decision making are composed of network segments which may be either autonomous or dependent (Jejaring membentuk pengambilan keputusan yang dihimpun dari segmen-segmen jejaring yang kemungkinan otonomi ataupun dependen). Kemitraan Gender dan Pembentukan Jejaring Keluarga Melalui Relasi Peran Gender Struktur komponen dalam metodologi menganalisis jejaring meliputi nodes dan ties (Moore 2011): Node merujuk pada individu, organisasi, atau entities penting dan barang. Node dapat terlihat sebagai aktor yang mempunyai kemandirian sebagai agen. Node mempunyai dua dimensi yaitu: 1. Secara struktural, nodes dapat dijelaskan sebagai suatu simpul yang secara relatif stabil dan dikonstruksi secara sosial. Struktur ini dapat dikuatkan oleh aktor yang terdaftar (berwenang) dan dapat diterjemahkan dari pemaknaan terhadap rangkaian praktek perilaku tertentu dan hubungan jejaring. 2. Secara pemaknaan (meaningfull), nodes merupakan suatu fungsi kisah cerita, dan idiom yang merasionalisasi perilaku tertentu dan struktur yang diharapkan dari suatu posisi. Kemitraan Gender dan Pembentukan Jejaring Keluarga Melalui Relasi Peran Gender Ties are the relationships between nodes which are bound together in some meaningful fashion (Ties (tali) merupakan jalinan hubungan antara node satu dengan node lain yang terjalin bersama dalam suatu pemaknaan yang berarti). Jejaring hubungan peran dalam keluarga (modifikasi dari Model Moore 2011) Ay IAy 1Ay 2Ay Keterangan: Ay adalah aktor A=Ayah; I= Ibu; 1= Anak ke-1; 2= Anak ke-2. adalah aktor anggota keluarga besar, misalnya orangtua masing-masing A dan I. adalah aktor bukan anggota keluarga, misalnya teman kerja, teman sosial, dll. Hal-hal yang dianjurkan dan yang harus dihindari dalam kemitraan dalam perkawinan Hal-hal yang Dianjurkan Hal-hal yang Harus Dihindari Berkata sopan dan menghargai, seperti istriku/suamiku yang baik, saya bersyukur punya istri/suami sepertimu, terima kasih atas makannya, masakannya enak, dll Berharap optimis pada keadaan keluarga Berkata kasar dan menghina, seperti bodoh kamu, goblok, dasar perempuan/lelaki, lelaki hidung belang, perempuan jalang, dll Selalu introspeksi diri Sering meminta maaf Sering berterima kasih Berbagi tugas secara fleksibel Selalu berdedikasi untuk keluarga Selalu kompak tolong menolong Suami membantu istri dalam peran domestik Suami menghargai istri dalam peran publik Suami dan istri bersama menjalankan peran sosial Menyerah tanpa harap dan pesimis pada keadaan keluarga Selalu membenarkan diri Sulit meminta maaf Sulit berterima kasih Berbagi tugas secara kaku atau bahkan sendiri-sendiri Menyampingkan/ mengabaikan keluarga, seperti Saling egois dan tidak berbagi, seperti Suami membiarkan istri sendirian untuk menjalankan peran domestik Suami melarang istri menjalankan peran publik Suami mendominasi peran sosial kemasyarakatan Anjuran Kemitraan Gender dalam Manajemen Waktu Dan Pekerjaan Keluarga 1. Bagilah waktu sebaik mungkin pada kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi keluarga. 2. Buatlah skedul pembagian waktu dan pekerjaan antara ayah dan ibu, anak lakilaki dan anak perempuan agar keluarga terawat dan terpelihara dengan baik. 3. Buatlah daftar harian apa yang harus dilakukan/ menyimpan sebuah kalender. 4. Kurangi pertemuan yang tidak perlu. 5. Pembagian waktu dan pekerjaaan yang tidak baik akan menyengsarakan semua anggota keluarga dan mengundang konflik. 6. Buat pembagian kerja yang adil gender dengan pembagian peran sesuai dengan kebutuhan keluarga. 7. Berbagilah beban pekerjaan rumahtangga antara suami-istri dan anak-anak melalui komunikasi yang baik dan kesepakatan yang adil. 8. Bertanggung jawablah pada pembagian tugas yang telah disepakati. 9. Komunikasikan segala keluhan yang ada dalam keluarga. 10. Kesuksesan pelaksanaan pekerjaan adalah kesuksesan keluarga. 11. Tidak dibenarkan untuk menyerahkan semua tanggung jawab pekerjaan rumahtangga pada ibu saja, Ayah harus ikut ambil peranan dalam tanggung jawab pekerjaan rumahtangga. Anjuran Kemitraan Gender dalam Manajemen Waktu Dan Pekerjaan Keluarga 12. Seorang istri bukanlah seorang pembantu dan seorang suami bukan seorang majikan. 13. Tidak pantang bagi seorang suami untuk membantu istri di dapur dan mengasuh anak. 14. Ayah berusaha membantu pekerjaan domestik seperti memberikan perhatian kepada kegiatan rumahtangga. 15. Ayah berusaha untuk ikutserta dalam pengasuhan anak agar bonding antara ayah dan anak lebih erat. 16. Ajari anak sendini mungkin untuk ambil peran dalam pembagian pekerjaan rumahtangga 17. Anak laki-laki dan perempuan membantu pekerjaan rumahtangga. 18. Tidak ada perbedaan peran antara anak perempuan dan anak laki-laki. 19. Ibu yang bekerja senantiasa memperhatikan kebutuhan keluarga dengan baik. 20. Ibu bekerja perlu memikirkan kalau ada tambahan waktu bekerja, maka siapa yang akan mengasuh dan menjaga anak? Perlu orang yang dapat mensubstitusi perannya dalam mengasuh anak, apakah minta tolong pada saudara/orangtua atau menggaji pembantu/babysitter?. 21. Gunakan telepon dan sumberdaya komunikasi dimanapun bila perlu. Jaga komunikasi secara efektif dan efisien. 22. Seandainya terjangkau secara ekonomi, gunakan teknologi ; mesin cuci, vaccum cleaner untuk membantu pekerjaan domestik. 23. Penggunaan jasa komersial; pembantu, cleaning service merupakan alternatif yang perlu dipikirkan. Anjuran Kemitraan Gender dalam Manajemen Keuangan 1. Catat semua Pendapatan dan Pengeluaran Aktual dengan rutin harian. 2. Buat rekap keuangan setiap bulan. 3. Lakukan pengecekan keuangan secara teratur dan disiplin. 4. Pisahkan keuangan keluarga dan keuangan usaha/bisnis. 5. Hati-hati dalam mengambil kredit. 6. Tabungkan segera uang sisa kas atau pendapatan tidak terduga. 7. Lakukan penyesuaian keuangan setiap saat. 8. Evaluasi pengelolaan keuangan. 9. Upaya pembagian tugas dan kerjasama yang baik antara suami, istri dan anak-anak. 10.Lakukan kerjasama yang erat dan harmonis antara ayah dan ibu tanpa memperhatikan siapa yang memperoleh penghasilan lebih. Apabila Keuangan Keluarga Menjadi Suatu Masalah 1. Bicarakanlah dengan suami/ istri dan anak-anak secara terbuka dan terus terang agar dapat mencari jalan keluar yang bijaksana. 2. Berilah pengertian pada anak laki-laki dan perempuan dengan penuh kasih sayang bahwa orang tua tidak mempunyai uang. Tidak ada keistimewaan perlakuan pada anak dengan salah satu jenis kelamin tertentu. 3. Manfaatkan waktu luang untuk mencari usaha agar dapat mendatangkan penghasilan baik berupa uang atau barang. 4. Carilah jalan keluar agar keluarga dapat menambah penghasilan dengan cara yang halal. 5. Menghindari kebiasaan yang kurang baik seperti boros, merokok, jajan dan sering keluyuran. 6. Mendahulukan kebutuhan yang paling utama dahulu terutama untuk pangan dan pendidikan anak-anak. 7. Jangan malu meminta pekerjaan pada orang lain. 8. Jangan sering menyalahkan nasib dan ’uring-uringan’ pada suami/istri dan dilampiaskan juga kepada anak. 9. Harus percaya bahwa semua ini cobaan dari Allah dan kembalikan kepada Nya dengan senantiasa berdoa dan berusaha. 10. Manfaatkan sumberdaya keluarga secara maksimal seperti penanaman pekarangan dengan apotik hidup dan sayuran. 11. Lakukan pengehematan disegala bidang. Kemitraan dan relasi gender yang harmonisasi dalam keluarga Kesetaraan Gender dalam Hak, Akses, Kontrol, Partisipasi dan Manfaat dari Sumberdaya Keluarga Aktivitas Domestik Aktivitas Publik Kemasyarakt. Fungsi Keluarga Pengasuhan& Sosialisasi Akses ke Psr Tenaga Kerja, Informasi, & Teknologi Partisipasi Sosial, Agama dan Aktivitas Politik Kesejahteraan Keluarga & Keadilan & Kesetaraan Gender (Sosial, Ekonomi, Psikologi, Spiritual) Relasi Gender Harmonis Pilihan Prioritas Hidup melalui Perencanaan dan Pelaksanaan Manajemen Sumberdaya Keluarga Berwawasan gender Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dan dilakukan dari bulan April sampai Agustus 2008. Contoh penelitian ini dipilih secara simple random sampling sebanyak 350 keluarga. Namun demikian contoh yang digunakan pada tulisan ini dipilih secara purposive sebanyak 110 keluarga yang tidak mempunyai anak balita dan hanya tinggal di Desa Hambaro. Responden pada penelitian ini adalah ibu atau istri. Analisis gender yang digunakan dalam pembagian peran keluarga adalah Analisis Gender Model Harvard dan Model Moser yang membagi profil kegiatan ke dalam peran produktif, peran domestik, dan peran kemasyarakatan (KPP, 2004) Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Secara garis besar ditemukan bahwa sebagian besar contoh melakukan kerjasama pembagian peran dalam kegiatan keluarga baik kegiatan domestik, usahatani (produktif) maupun sosial kemasyarakatan. Hasil uji regresi berganda membuktikan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam keluarga adalah pendapatan/ kapita/ bulan, frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum keluarga yang dihadapi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembagian peran gender dalam dalam usahatani adalah jumlah anggota keluarga , frekuensi perencanaan, dan permasalahan umum keluarga yang dihadapi. Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Pembagian peran gender dalam aktivitas keluarga (n=110) Aktivitas yang Didominasi Istri Merencanakan keuangan keluarga Mengelola uang keluarga Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga Mengontrol pengeluaran keuangan keluarga Mencari pinjaman tetangga/keluarga Mengatur penyediaan makanan keluarga Perawatan fisik anak sehar-hari (pengasuhan) Perawatan pada saat anak sakit Mendampingi anak belajar Memandikan anak Menyuapi anak makan Menidurkan anak Mengatur kegiatan rumahtangga Membersihkan rumah (menyapu dan mengepel rumah) Mencuci pakaian Menyetrika pakaian Menyediakan makanan Belanja kebutuhan sehari-hari Belanja peralatan rumahtangga Mengambil air Menyapu halaman Menata ruangan Aktivitas setara Suami dan Istri Mencari jalan pemecahan masalah keuangan keluarga Aktivitas yang Didominasi Suami Tidak ada Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Pembagian peran gender dalam strategi pertahanan hidup keluarga (n=110). Aktivitas yang Didominasi Istri Mengatur pengeluaran keuangan Memegang keuangan keluarga Menentukan pengeluaran untuk pangan Mempunyai ide untuk mengurangi kebutuhan pangan Mengurangi konsumsi pangan Mengatur kebutuhan pangan sehari-hari Mengatur menu makanan di rumah Membeli pakaian santai keluarga Membeli peralatan dapur Aktivitas setara Suami dan Istri Membuat rencana keuangan dengan disiplin Mengontrol keluarga dalam menjalankan aktivitas keuangan Mengevaluasi anggota keluarga atas tindakan yang dilakukan Membuat prioritas kebutuhan Makan di luar rumah Menentukan anak sekolah atau tidak Memilih pendidikan anak Mengatur pengeluaran untuk pendidikan Mengurangi biaya pendidikan anak (putus sekolah/sering bolos) Menentukan pengeluaran untuk keperluan kesehatan Menentukan tempat berobat Mempunyai ide u/ menangguhkan pengobatan Mengurangi biaya kesehatan Mengurangi biaya transport dengan naik sepeda/jalan/numpang. Membeli perabotan kamar tamu Membeli perhiasan Menjual/menggadaikan perabotan Menjual/menggadaikan barang Menjual aset Hutang/meminjam uang Mencari tambahan pekerjaan Menyuruh anak membantu pekerjaan Menyuruh istri bekerja Menentukan tempat menabung Menentukan mengambil tabungan Aktivitas yang Didominasi Suami Tidak ada Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Pembagian peran gender dalam akses, kontrol dan manfaat dari aktivitas usahatani (n=110). Dominasi Istri Tidak ada Setara Suami dan Istri Akses informasi harga produkproduk pertanian Manfaat usaha Manfaat input produksi Manfaat teknologi pengolahan Manfaat training keterampilan Manfaat informasi harga produkproduk pertanian Manfaat pemasaran produk-produk pertanian Manfaat kepemilkan lahan Manfaat tenaga kerja pertanian Dominasi Suami Akses kredit usaha Akses input produksi Akses teknologi produksi Akses teknologi pengolahan Akses training keterampilan Akses pemasaran produk-produk pertanian Akses organisasi pemasaran/usahatani Akses kepemilikan lahan Akses tenaga kerja pertanian Kontrol usaha Kontrol input produksi Kontrol teknologi produksi Kontrol teknologi pengolahan Kontrol training keterampilan Kontrol informasi harga produk-produk pertanian Kontrol pemasaran produk-produk pertanian Kontrol organisasi pemasaran/usaha tani Kontrol kepemilikan lahan Kontrol tenaga kerja pertanian Manfaat teknologi produksi Manfaat organisasi pemasaran/usahatani Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Pembagian peran gender dalam aktivitas usahatani (n=110) Aktivitas yang Didominasi Istri Penanaman Ngoyos Penyiangan Pemeliharaan Penjualan Penerima uang Pengelola uang usaha pertanian Pengelola uang keluarga Aktivitas setara Suami dan Istri Pembibitan Pemanenan Aktivitas yang Didominasi Suami Persiapan lahan Penyiraman Pemupukan Penyemprotan Pencucian Persiapan dijual Pengangkutan Kasus 1: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Pembagian peran gender dalam aktivitas sosial kemasyarakatan (n=110). Dominasi Istri Arisan Pengajian Setara Suami dan Istri Pengajian Kerja bakti Dominasi Suami Rapat desa Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Pemilihan lokasi penelitian dan pemilihan contoh dilakukan secara purposive. Populasi contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor Tingkat III yang mengambil Mata Kuliah Gender dan Keluarga dan Metode Penelitian Keluarga. Contoh dalam penelitian adalah 146 mahasiswa yang terdiri dari 43 lakilaki dan 103 perempuan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2008. Masalah kesenjangan gender di bidang pendidikan terbukti dengan masih adanya pemisahan pemilihan jurusan/ program studi yang bersifat stereotipe dimana hard science (Ilmu Eksakta) lebih didominasi laki-laki dan soft science (Ilmu Sosial) lebih didominasi oleh perempuan. Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Kesenjangan gender lainnya adalah masih adanya kesenjangan gender pada tenaga pendidik, dimana tenaga pendidik PAUD, TK dan SD pada umumnya lebih didominasi perempuan, sedangkan pada jenjang SMP ke atas lebih didominasi laki-laki. Kajian persepsi mahasiswa laki-laki dan perempuan tentang pemilihan jenis pekerjaan dan program studi yang layak dilakukan oleh kaum laki-laki maupun perempuan sangat penting untuk diketahui, khususnya di kalangan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa. Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Persepsi mahasiswa tentang peran gender dalam aktivitas domestik (n=146). Lebih Baik Laki-Laki Memperbaiki elektronik/ listrik Memperbaiki kendaraan Mencuci kendaraan Mencangkul Menebang pohon Menyetir truk Menyetir becak Menyetir traktor Lebih Baik Perempuan Mencuci pakaian Menyeterika pakaian Memasak Berbelanja bahan makanan Menyusun menu/ gizi Menyiapkan makanan Mencuci peralatan makan dan minum Mengatur keuangan keluarga Netral Memelihara lingkungan rumah Mencuci pakaian Mencuci peralatan makan dan minum Merawat kesehatan keluarga Menyediakan air untuk mandi Membuat peraturan untuk anggota keluarga Mendidik/ mengasuh anak Membacakan cerita anak Memilih pendidikan untuk anak Mengatur keuangan usaha ekonomi keluarga Merencanakan keuangan keluarga Hutang/meminjam uang Mencari jalan pemecahan masalah keuangan Membuat prioritas kebutuhan keluarga Menentukan pengeluaran untuk pangan Menentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan keluarga Menanam pohon atau bunga Memupuk tanaman Memanen tanaman Menyetir mobil Naik sepeda / sepeda motor Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Persepsi mahasiswa tentang peran gender dalam aktivitas publik dan sosial (n=146) Lebih Baik Laki-Laki Mencari nafkah untuk keluarga Mengikuti kerja bakti Lebih Baik Perempuan Mengikuti arisan atau pengajian Netral Mencari tambahan pekerjaan Mengikuti kerja bakti Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Persepsi mahasiswa tentang jenis pekerjaan kelas menengah ke bawah berdasarkan analisis gender (n=146) Lebih Baik Laki-Laki Status Pencari nafkah utama Pedagang asongan Satpam perusahaan Satpam perguruan tinggi Nelayan Militer tingkat menengah ke bawah Tukang ojeg/ supir Lebih Baik Perempuan Status pencari nafkah tambahan Pedagang warungan di rumah Pengasuh anak Pembantu umum Perawat Sekretaris Pembantu rumahtangga Resepsionis Pengusaha hiasan/ bunga Pedagang jamu/ gendongan Netral Tenaga Kerja Indonesia Pesuruh kantor Penjahit Pengolah hasil laut Pembantu rumahtangga Tukang pijat Pekerja di Industri Kecil Pekerja di Industri Besar Pekerja di sektor pertanian Pekerja di sektor kehutanan Resepsionis Pedagang (berjualan) di pasar Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Persepsi mahasiswa tentang jenis pekerjaan kelas menengah ke atas berdasarkan analisis gender (n=146) Lebih Baik Laki-Laki Direktur perusahaan industri Militer tingkat perwira ke atas Presiden/Wakil Presiden Ulama Pilot/Astonout Lebih Baik Perempuan Tidak ada Netral Direktur perusahaan perkebunan Direktur perusahaan rekaman Direktur perusahaan industri Diplomat Koki Desainer Anggota DPR/ DPRD Pekerja LSM Dokter Pelukis Bintang sinetron/ artis Desainer interior/ pertamanan Kasus 2: Persepsi Mahasiswa terhadap Jenis Pekerjaan Kelas Menengah Ke Bawah dan Kelas Atas serta Pemilihan Program Studi Persepsi mahasiswa tentang pemilihan program studi di perguruan tinggi berdasarkan analisis gender (n=146) Lebih Baik Laki-Laki Akademi Kepolisian Sekolah MenengahTehnik Industri (STM) PS Tehnik Lebih Baik Perempuan Sekolah MenengahKepandaian Putri (SMKK) PS Kebidanan Netral Sekolah MenengahEkonomi dan Manajemen (SMEA) PS KPM (Komunikasi Pengembangan Masyarakat) PS IKK (Ilmu Keluarga Dan Konsumen) PS MAB (Manajemen Agrobisnis) PS Ekonomi Sumberdaya Lingkungan PS Psikologi Akademi Kepolisian PS MIPA PS GM (Gizi Masyarakat) PS Ilmu Tanah PS Arsitektur Pertamanan PS Hortikultura PS HPT (Hama Dan Penyakit Tanaman) PS IT (Informatika) PS Kehutanan PS Kedokteran PS Kedokteran Gigi PS Dokter Spesialis PS Kesehatan Masyarakat PS Gizi PS Farmasi PS Perikanan PS Peternakan PS Kedokteran Hewan Kasus 3: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Hortikultura Ekologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari saling ketergantungan antara keluarga dengan lingkungan di sekitarnya, yaitu pengaruh lingkungan terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap lingkungan di sekitarnya seperti lingkungan tetangga, social dan fisik (Deacon & Firebaugh, 1988; Hill, 1985). Salah satu aplikasi dari ekologi keluarga adalah kerjasama peran gender dalam keluarga untuk melakukan usaha produksi di pekarangan dan usaha domestik di dapur. Kasus 3: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Hortikultura Pemetaan sumberdaya gender: akses, kontrol dan tenaga kerja di pekarangan rumah keluarga petani sayuran Aktivitas Membersihkan kamar mandi dan menyediakan air keluarga Memetik dan menjual bunga potong Menanam, memelihara dan menjual sayuran Menebang dan menjual pohon Menaman, memelihara dan menjual buahbuahan Mencuci persediaan air/ bak air Menyimpan pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian Memelihara dan menjual ayam, sebagian untuk konsumsi keluarga Memelihara dan menjual kambing Memelihara kelinci Membersihkan kamar mandi Akses L P L P L L L L P P P L L L L L L Kontrol L P L P L L L P P P L L P L P L L L Tenaga Kerja L P P L L L P P P L L P L P L L P P Kasus 3: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Hortikultura Pemetaan Sumberdaya Gender: Akses, Kontrol dan Tenaga Kerja di Ruangan Dapur Keluarga Petani Sayuran Aktivitas Menyiapkan meja makan Membersihkan kompor Membeli gas/minyak dan memasangnya Membersihkan rak makanan Membersihkan rak piring dan mencuci piring Membersihkan rice cooker Mempersiapkan makanan dan memasak Membersihkan dapur Mengumpulkan kayu bakar untuk masak Menyimpan pupuk dan pestisida L L L P P P L L P P Kontro l L P L P P L P P P L L P P P P P P Akses L L L L L Tenaga Kerja L P P P P P P P P L L Kasus 3: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Hortikultura Peran gender di dalam keluarga berkaitan dengan ‘siapa yang memutuskan?’. Studi ini menjelaskan bahwa: Laki-laki adalah aktor yang memutuskan ditempat mana menyimpan pestisida dan bagaimana menggunakan pestisida. Laki-laki memutuskan aktivitas produkstif termasuk akses, control dan tenaga kerja yang berkaitan dengan tanaman/pohon, kolam ikan, gudang, pemeliharaan kambing dan kelinci di halaman pekarangan. Perempuan memutuskan aktivitas domestik/ reproduktif di dalam rumah termasuk aktivitas di ruangan dapur baik dalam akses, kontrol dan partisipasi. Kasus 3: Analisis Pembagian Peran Gender pada Keluarga Petani Hortikultura Peran gender di masyarakat keluarga berkaitan dengan ‘siapa yang mengikuti berbagai macam pelatihan?’ Perempuan dilatih untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan aktivitas domestik seperti masak dan menjahit. Pelatihan tehnik-tehnik pertanian termasuk Integrated Pest Management (IPM) biasanya dilakukan untuk laki-laki. Laki-laki membuat keputusan berkaitan dengan programprogram pemerintah daerah Kasus 4: Analisis Pembagian Peran Gender pada Pemasaran Usahatani Kegiatan pemasaran sayuran pada kelompok perempuan menghasilkan pendapatan yang digunakan untuk keperluan rumahtangga dan memberikan manfaat seperti: Terbantunya pemenuhan kebutuhan pengeluaran keluarga berkaitan dengan kebutuhan dasar konsumsi harian. Terbantunya biaya sekolah anak termasuk uang jajan, buku, dan keperluan sekolah lainnya. Penambahan modal usaha untuk kegiatan usahatani. Tersisihnya sebagian pendapatan dalam bentuk simpanan tabungan di bank dengan membuka rekening bank atas nama perempuan. Tersisihnya sebagian pendapatan dalam bentuk simpanan tabungan uang tunai di celengan di rumah. Terbantunya keluarga dalam membeli perabotan rumahtangga dan peralatan dapur. Kasus 4: Analisis Pembagian Peran Gender pada Pemasaran Usahatani Ruang gerak laki-laki dan perempuan dalam lingkup produksi prosesing buah-buahan dan sayuran No Ruang Gerak Laki-laki Keterangan Produksi Peran Menanam, memanen 1 Ruang Lingkup Daerah secara Fisik Pemrosesan Peran 2 Ruang Lingkup Daerah secara Fisik Pemasaran Peran Desa Menanam, memelihara, dan memanen Kampung dan dusun di sekitar tempat tinggal Tidak memproses Akses ke teknologi pertanian dan informasi tinggi Tidak memproses Akses ke teknologi pertanian dan informasi terbatas Pemasaran produksi pertanian ke formal market Pemasaran produksi pertanian ke informal market dan keliling kampong dan tetangga di sekitarnya Sangat terbatas, umumnya informal ke tetangga di sekitarnya 3 Ruang Lingkup Daerah secara Fisik Ruang Gerak Perempuan Sangat besar, formal market dan bahkan keluarga daerah Kasus 4: Analisis Pembagian Peran Gender pada Pemasaran Usahatani Junaedi (Leuwisadeng Entis Pasar Besar (Jakarta) Encep (Leuwisadeng) Melati Jambu Rohman (Hambaro) Pembeli (Bogor) Melda Kastolani (Cinangneng) Katuk Jahe Agro. Exp. Station (Hambaro) Tetangga Pasar (Leuwiliang) Kasus-kasus kegiatan pemasaran sayuran dari pedagang perempuan dan laki-laki di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Kasus 4: Analisis Pembagian Peran Gender pada Pemasaran Usahatani Pasar Besar (Jakarta) H. Soleh (Hambaro) Pasar di Leuwiliang Jagung Madhari Jambu Rohman (Hambaro) Encep (Leuwisadeng) Mamah Rohmah Kangkung Katuk Kastolani (Cinangneng) Tetangga Kasus-kasus kegiatan pemasaran sayuran dari pedagang perempuan dan laki-laki di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Kasus 5: Analisis alokasi kegiatan anggota Keluarga Alokasi kegiatan anggota rumahtangga di Cigasong Majalengka dan di Cikalukur Tasikmalaya (disarikan dari Renyasih 2002) Anggota Jenis Pekerjaan Keluarga Domestik Personal Mengambil air bersih. Mandi. Bapak Menyiapkan kayu bakar. Shalat. Pergi ke sawah. Membaca Ngambi rumput untuk ternak. Al-Qur’an. Tidur. Memperbaiki rumah dan atau peralatan rumahtangga. Mengambil ikan dari kolam atau mencari ikan ke sungai. Mengangkat hasil panen. Membereskan tempat tidur. Mandi. Ibu Memasak (menyiapkan makan pagi keluarga). Shalat. Beres-beres rumah. Membaca Belanja ke warung. Al-Qur’an. Mencuci piring dan pakaian. Dandan. Menyiapkan dan mengirimkan makanan ke sawah. Tidur. Mengerjakan kegiatan usahatani. Mengurus anak-anak. Menyiapkan makan sore atau malam. Membantu anak-anak belajar (agama dan umum). Sosial Pengajian. Diskusi Kelompok. Mengontrol air. untuk bertani. Leisure Nonton TV bareng keluarga. Mendengark an radio. Ngobrol. Pengajian. Arisan. Bantu tetangga (kalau hajatan, dukacita dsb). Nonton. Ngobrol. Kasus 5: Analisis alokasi kegiatan anggota Keluarga Alokasi kegiatan anggota rumahtangga di Cigasong Majalengka dan di Cikalukur Tasikmalaya (disarikan dari Renyasih 2002) Anggota Keluarga Anak Laki-laki Anak Perempua n Jenis Pekerjaan Domestik Personal Membereskan tempat tidur. Mandi. Membantu bapak (mengambil air, kayu Shalat. bakar). Menyiapkan pekerjaan Membantu usahatani. rumah. Memelihara ternak. Makan Mengangkat hasil panen. Sekolah Belajar agama dan umum. Tidur. Membereskan tempat tidur. Mandi. Membantu ibu di dapur. Shalat. Bantu ibu belanja ke warung. Beres-beres tempat tidur. Membantu membersihkan rumah. Makan minum. Ikut membantu ibu mengasuh adik yang Mendengarkan radio. masih kecil Menonton televisi. Mencuci pakaian. Belajar agama dan umum. Mengantarkan makanan ke sawah. Menyeterika. Mengangkat dan membereskan hasil cucian. Mandi. Menyeterika pakaian keluarga. Dandan. Membantu ibu menjemur hasil panen. Tidur. Sosial Olah raga. Gotong royong. Ngaji ke masjid. Leisure Bermain. Ngobrol/ nongkrong. Nonton bareng. Pengajian di masjid. Ikut arisan dengan ibu. Ngobrol sesame teman. Nonton bersama keluarga. Ringkasan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, fungsi keluarga terdiri atas fungsi-fungsi: (1) Keagamaan, (2) Sosial budaya, (3) Cinta kasih, (4) Perlindungan, (5) Reproduksi, (6) Sosialisasi dan pendidikan, (7) Ekonomi, dan (8) Pembinaan lingkungan. Berdasarkan umumnya budaya patriarki, ada pembagian peran gender yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan dengan derajat dari mulai pembagian peran yang sangat kaku sampai dengan sangat fleksibel. Pembagian peran ini bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Dengan adanya pengaruh kinerja para feminist selama Tahun 1980an, khususnya di Bidang Sosiologi dan Anthropologi Budaya, seperti Simone de Beauvoir dan Michel Foucault yang merefleksikan jenis kelamin, maka ide gender tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Seseorang dapat lahir dengan jenis kelamin laki-laki namun mempunyai sifat gender feminin. Ringkasan Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Kemitraan gender (gender partnership) dalam keluarga adalah kerjasama secara setara dan berkeadilan antara suami dan istri serta anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dalam melakukan semua fungsi keluarga melalui pembagian pekerjaan dan peran baik peran publik, domestik maupun sosial kemasyarakatan. Pertanyaan Berikan contoh aplikasi kemitraan dan relasi gender dalam kehidupan keluarga. Berikan ilustrasi pembentukan jejaring keluarga melalui relasi peran gender dan kaitannya dengan konflik peran. Kata Kunci Relasi gender, peran gender, ketegangan peran, konflik peran, jejaring keluarga. Fungsi keluarga responsif gender, gender triple roles, kemitraan gender. Kegiatan reproduktif, kegiatan produktif, kegiatan sosial kemasyarakatan. “Berdasarkan umumnya budaya patriarki, ada pembagian peran gender yang bervariasi antara laki-laki dan perempuan dengan derajat dari mulai pembagian peran yang sangat kaku sampai dengan sangat fleksibel. Pembagian peran ini bertujuan untuk mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat”.