Sumber Hukum Internasional_cekli

advertisement
SOURCES OF
INTERNATIONAL LAW
(Sumber Hukum Internasional)
Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M.
Email: ceklipratiwi@yahoo.com
Homepage://legal.daily-thought.info
I: Apakah hubungan antara Sumber Hukum
Primer dan Subsider dalam HI?
II: Apakah berlaku hirariki peraturan perUUan
dalam Sumber Hukum Primer?
III: Bagaimanakah hubungan antara Sumber
Hukum Primer dan sumber hukum subsider
dalam HI?
IV: Apakah pengertian “perjanjian
internasional” menurut Konvensi Viena?
V: Apakah pengertian “perjainjian
internasional” menurut UU di Indonesia?
MATERI:
A.
B.
C.
D.
E.
ARTICLE 38 (1) ICJ Statute
PENGERTIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
PENGERTIAN PI MENURUT UU DI INDONESIA
KARAKTERISTIK PERJANJIAN INTERNASIONAL
PENGGUNAAN ISTILAH PERJANJIAN INT.
Article 38 (1) The Statute of ICJ
“ The court whoese function is to decide in accordance with
international law such dispute as are submitted to it, shall apply:
a)
International conventions, whether general or particular,
establishing rules expressly recognized by the contesting
States;
b)
International custom, as evidence of a general practisce
accepted as law;
c)
The general principles of law recognized by civilized
nations;
d)
Judicial decisions and the teachings of the most
qualified publicist of the various nations, as subsidiary
maens for the determination of rules of law.
Article 38 (2)
This provision shall not prejudice the
power of the Court to decide a case ex
auequo et bono, if the parties agree
thereto.
Article 59
The decision of the Court has no
binding force except between the
parties and in the respect of that
particular case.
1. Perjanjian Internasional
Pada pasal 38 ayat 1 huruf a di atas disebutkan
bahwa: “International conventions,
whether general or particular, establishing
rules expressly recognized by the contesting
States”;
Kata international convention berarti treaty atau
perjanjian internasional.
A. Pengertian PI
1. UN Charter: no definition
2. Regulations to give effect to Article 102 (GA 1946)
Article 1:“whatever its form and descriptive name”
3. Based on Draft provision by International Law Comission,
1962:
“a treaty as any International agreement in written form, whether embodied in a single
instrument or in two or more related instruments and whatever its particular
designed (treaty, convention, protocol, covenants, charter, statute, act, declaration,
concordat, exchange of notes, agreed minute, memorandum of agreement, modus
vivendi or other appellation), concluded between two or more States or other
subjects of International Law and governed by International Law”
4. Viena Convention on the Law of Treaties
Article 2 (I) a: “treaty as an international agreement concluded between States in
written form and governed by International Law, whether embodied in a single
instrument or two or more related instruments and whatever its particular
designation”
B. Pengertian PI menurut UU INDONESIA
1. Pasal 1(3)UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Internasional?
Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan
sebutan apapun, yang diatur oleh hukum Internasional dan dibuat
secara tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau
lebih negara, organisasi Internasional, atau subyek Hukum
Internasional Lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada
Pemerintah RI yang bersifat hukum publik.
2.
PASAL 1 UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama
tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara
tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.
C. Karakteristik PI
a. Yg dpt didaftarkan
SUBYEK: Dibuat oleh min. 2 pihak : treaty-making capacity
(ps.6 KW) (Kehendak untuk melaksanakan kewajiban
menurut HI) Mengikat dan diatur menurut HI (Ps.36 KW)
BENTUK: tertulis, Entry into force: krn waktu dan cara
PELAKU: Full powers and signature: (kepala negara,
pemerintah, departemen)
b. Yg tidak dapat didaftarkan
Hanya pernyataan politik
Persetujuan yang didasarkan pada hukum nasional
Tdk dapat otomatis berlaku; tdk ada penandatanganan
D. Penggunaan Istilah PI
Treaty: prinsip, perlu pengesahan (Southeast Asia
Nuclear Weapon Free Zone Treaty, 1995).
Convention: multilateral, law-making (Konvensi Jenewa
1949, Konvensi Wina 1963, Konvensi Wina 1969,
K.Jenewa 1958)
Protocol: Tambahan, penafsiran pasal,(Optional
Protocol)
Covenants:
charter,
statute,
Act:keasksian berakhirnya suatu proses perjanjian
(GATT, 1994)
Declaration: ketentuan umum, tdk menginkat
Agreement
---------------------------------------Concordat,
exchange of notes,
agreed minutes: catatan mengenai hasil perundingan
memorandum of agreement:memo saling pengertian tdk
perlu pengesahan
modus vivendi or other appellation):sementara, tdk
resmi
D. Tahap pembuatan PI
Dilakukan oleh Kepala Negara atau Menlu: Full Powers (Ps.7-11
KW)Ps 27 GA: credential
Perundingan: amandemen
Penyusunan:pembukaan, batang tubuh, penutup, annex
Penerimaan:adoption of the text
Kesaksian Naskah
Penandatanganan
Pengesahan(ratification)
Reservasi (pensyaratan)
Entry into force:waktu dan cara
Pertukaran Piagam Pengesahan
Penyimpanan Piagam Pengesahan
D. Akibat-akibat PI
Akibat thd negara-negara pihak
Akibat thd negara lain
Implementasi perjanjian thd peraturan
Perundang-undangan
E.Batal dan Berakhirnya PI
Bentuk perjanjian yang salah atau
bertentangan dengan hukum nasional
Kekeliruan mengenai dasar perjanjian (Ps. 48
KW) atau penipuan (Ps. 49 KW) atau korupsi
wakil negara (ps.50 K), kekerasan (Ps.51)
Jika bertentang dengan perjanjian
sebelumnya maka tdp persoalan prioritas
pelaksanaan.
2. Teknis pengawasan PI
Pelapran scr berkala setelah ratifikasi-
UNCHR
Fact-finding: working Group expert
Pengawasan secara politis: Resolusi GA
Pelaporan individual
Pelaporan oleh negara anggota
Pengawasan oleh pengadilan
Negosiasi dan konsiliasi
Inspeksi
PI dalam Praktek di Indonesia
Perjanjian YANG MELIBATKAN MNCs:MULTI NATIONAL COORPORATIONs
Menurut:Louis Henkin et.all, Int.Law Case and Material, 1993:
Bukan sbg bentuk Perjanjian Internasional:
law-making traety
Tdk memiliki hak dan kewajiban berdasarkan
Hukum Internasional melainkan
Internationalized contracts
MNCs tdk berstatus International Legal
Person
Perjanjian dua pihak tdk lewat ratifikasi
Contoh: Exxon mobil, Freeport, Shell
Sebelum Amandemen UUD 1945
Praktek Pembuatan dan ratifikasi PI di Indonesia
Sebelum Amandemen UUD 1945
Dasar hukum: Ps. 11 UUD 1945
Surat Presiden RI No. 2826/HK/1960: perjanjian yang penting
dibuat oleh Presiden harus persetujuan DPR, yang tidak penting
hanya untuk diketahui oleh DPR setelah disahkan oelh Presiden.
Dalam praktek: politik, hukum, ekonomi dibuat dlm bentuk
perjanjian (disahkan dg UU) ex; Perjanjian RI-Arab Saudi, UU
9/71, RI dengan Siangapura: 7/1973
sdg ekonomi, keuangan dan pinjaman dibuat dg persetujuan
saja (disahkan dg Keppres)
Setelah Amandemen UUD 1945
Setelah Amandemen UUD 1945
1. Dasar Hukum : UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
2. Pengertian PI (ps.1)
3. Harus Persetujuan DPR:
a. Masalah politik, perdaimaian, pertahanan,keamanan negara
b. Perubahan wilayah dan penetapan batas wilayah
c. Keadulatan atau hak berdaulat
d. HAM
e. Pembentukan kaidah hkm baru
f. Pinjaman Luar negeri
Contoh Multilateral Agreements
Since then:
Focus 2001 - Rights of Women and Children;
Focus 2002 - Sustainable Development
Focus 2003 - Treaties Against Transnational
Organized Crime and Terrorism;
Focus 2004 – Protection of Civilians;
Focus 2005 – Responding to Global
Challenges (Liberia undertook 83 treaty
actions).
Recent treaties adopted by Sixth
Committee/General Assembly
Convention on Safety of UN and Associated
Personnel, 1994;
Convention on the Law of Non-Navigational Uses of
International Watercourses, 1997;
International Convention for the Suppression of
Terrorist Bombings, 1997;
International Convention for the Suppression of the
Financing of Terrorism, 1999;
UN Convention on the Jurisdictional Immunities of
States and Their Property, 2005;
International Convention for the Suppression of Acts
of Nuclear Terrorism, 2005.
International Law Commission
Background
Established by the GA in 1947;
Promotes the progressive development of
international law and its codification;
34 members elected by GA for five year terms;
Meets annually;
Members serve in individual capacity (not as
representatives of their Governments);
Members must have recognized competence in
international law;
Commission members represent the principal world
legal systems (geographic representation ensured);
Professor Alain Pellet, Special Rapporteur
2. International Custom
What is International Custom?
1. International custom, as evidence of a
general practise accepted as law” (Article 38
(1).
2. International custom is a general recognition
among States of a certain prectoce as
obligatory (Brierly).
3. International custom is a general practice
which reflect a legal obligation (opinio Jurist)
What are diferencies between International
Custom and International Usage?
Ceremonial solut at sea
The personal baggage of diplomatic
agents
Diplomatic correspondence
The opinion of official legal advisers
Executive decision and practices
A patern of treaties in the same form
3. General Principles of Law
Article 38 (1) (c): of the Statute of
International Court refres to...
“the general principles of law
recognized by civilized nations’
Responsibility of the state for the acts of its agens,
including judicial officers
Res judicata pro varitate habituur
Equality of the states
The legal validity of agreements
Good faith
Domestice jurisdiction
The freedom of the seas
Jus cogens
4. Judicial decisions
Decisions and advisory opinions in the
case of
1. Reparation
2. Genocide
3. Fisheries
4. Interpretation of Peace Treaties
Jus Cogen: yaitu serangkaian prinsip
atau norma yang tidak dapat diubah
(peremtory) yang tidak boleh diabaikan
dan yang kareanya dapat berlaku untuk
membatalkan suatu perjanjian antara
negara-negara dalam hal perjanjiann
tidak sesuai dengan salah satu prinsip
atau norma tersebut.
Jus cogen: hanya dapat dirubah oleh
norma hukum Internasional yang
muncul kemudian yang jga memiliki
karakter yang sama” (Ps. 53 Konvensi
Roma)
Example:
1. Pelarangan menggunakan tindakan
ancaman kekerasan atau penggunaan
kekerasan (ps.2 ayat 4 Piagam PBB)
2. Pacta sunt servanda (ps. 26 konvensi
Wina)
3. Persamaan kedaulatan negara
4. Penyelesaian sengketa secara damai
1.
2.
3.
4.
Larangan genocide
Larangan Perbudakan
Larangan Diskriminasi rasial
Perlindungan HAM
Download