PEMBENTUKAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DI LEMBAGA LEGISLATIF INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT Putra Dinantio Nugroho 2106746032 Makalah Ujian Akhir Semester Perbandingan Politik - A Dosen Pengampu: Dr. Phil. Aditya Perdana, S. IP., M. Si. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2023 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan data di era digital merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Data terkait pribadi atau organisasi kita sekarang bisa diakses oleh siapapun karena adanya digitalisasi dan internet. Data-data pribadi, seperti Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, dan Nomor Induk Kependudukan, yang terintegrasi di dalam internet jika tidak dilindungi secara baik akan membawa kerugian yang signifikan pada kita sendiri.1 Penegakan hukum terkait perlindungan data pribadi dapat menjadi salah satu cara untuk menjauhkan data-data pribadi masyarakat dari oknumoknum yang tidak bertanggung jawab. Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan terbaru dari National Cyber Security Index (NCSI), keamanan sibernya masih berada di peringkat bawah di dunia, yakni peringkat 84 dengan poin 38,96. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan data tersebut adalah perlindungan data pribadi.2 Oleh karena itu, perlindungan data pribadi di Indonesia masih tergolong kurang memadai. Padahal pada tahun 2022, Indonesia melalui DPR dan Presiden sudah mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi, yakni UU No. 27 Tahun 2022. UU tersebut dihadirkan untuk memungkinkan masyarakat Indonesia mendapatkan jaminan atas perlindungan data pribadi. 1 Moh, Hamzah Hizbullah, “Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi,” Jurnal Hukum Unissula, No. 2 (Desember, 2021), hal. 119-133 2 M. Irfan Dwi Putra, “Keamanan Siber di Indonesia: Apakah Kita Benar-Benar Aman di Dunia Siber?,” https://cfds.fisipol.ugm.ac.id/id/2023/03/28/keamanan-siber-di-indonesia-apakah-kita-benar-benar-aman-didunia-siber/ (akses 4 Juni 2023) 1 Sementara itu, salah satu negara terbesar di dunia, Amerika Serikat berdasarkan laporan terbaru National Cyber Security Index (NCSI) tingkat kemanan sibernya berada di urutan ke 44 di dunia dengan poin 64,94.3 Ini menunjukkan bahwa keamanan siber di Amerika lebih bagus dibandingkan dengan Indonesia. Di Amerika Serikat sendiri terdapat beberapa undang-undang yang mengatur tentang perlindungan data pribadi, seperti The Privacy Act of 1974, The Health Insurance Portability and Accountability Act, The Children’s Online Privacy Protection Act. Berangkat dari semua itu, tulisan ini akan mencoba untuk membandingkan pembuatan kebijakan tentang perlindungan data pribadi di lembaga legisatif Indonesia dan Amerika. Hal yang akan dicoba untuk ditelusuri dalam tulisan ini adalah bagaimana proses pembuatan undang-undang tentang perlindungan data pribadi di masing-masing negara dapat mempengaruhi kualitas perlindungan data pribadi di keduanya. Selain itu, di akhir nanti juga akan dibuat prediksi untuk memperkirakan kondisi tingkat perlindungan data pribadi di masing-masing negara pada masa yang akan datang. B. Deskripsi Kontekstual a. Deskripsi Kontekstual Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara federal yang memiliki lebih dari 50 negara bagian. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Amerika Serikat adalah sistem demokrasi dan presidensial. Warga Amerika Serikat tidak hanya dapat berkontribusi pada politik Amerika melalui pemilihan umum, tetapi juga bisa memberikan pendapatnya terhadap lembaga-lembaga 3 National Cyber Security Index, “United States – NCSI,” https://ncsi.ega.ee/country/us/ (akses 4 Juni 2023) 2 negara, seperti legislatif.4 Amerika Serikat juga merupakan negara yang menjalankan Trias Politica dan menerapkan sistem presidensial. Ideologi yang dianut oleh Amerika Serikat adalah demokrasi liberal. b. Deskripsi Kontekstual Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan demokrasi dalam sistem pemerintahannya.5 Indonesia juga merupakan negara yang menerapkan trias politica untuk membagi kekuasaan di pemerintahannnya. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang menganut sistem presidensial. Ideologi yang dianut oleh Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Terkait kebijakan tentang perlindungan data pribadi, Indonesia baru memiliki itu pada tahun 2022. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana perbandingan dari pembuatan kebijakan tentang perlindungan data pribadi di lembaga legislatif Indonesia dan Amerika Serikat? 2. Bagaimana pengaruh pembuatan kebijakan di lembaga legislatif Indonesia dan Amerika Serikat terhadap kualitas keamanan data pribadi di masing-masing negara tersebut? D. Uji Hipotesis Tulisan ini menawarkan hipotesis yang berisikan sebagai berikut: “Tingkat perlindungan data pribadi di Indonesia termasuk kategori buruk sehingga jumlah permasalahan terkait data pribadi dan potensi kemunculannya di masa yang akan datang cenderung tinggi,” atau “Tingkat 4 Rizki, A. A., Cici, F., & Yana, S. H., “Perbandingan Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia dan Amerika Serikat,” Jurnal Pendidikan dan Konseling, No. 1 (2023), hlm 2347-2353 5 Ibid. 3 perlindungan data di Amerika Serikat termasuk kategori baik sehingga jumlah permasalahan terkait data pribadi dan potensi kemunculannya di masa yang akan datang cenderung rendah.” 4 BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori a. Teori Sistem Politik menurut Easton Menurut Easton setidaknya terdapat tiga hal dasar yang harus dipahami dalam memahami sistem politik.6 Pertama adalah ciri khas sistem yang memuat ketergantungan antarunit di dalamnya. Oleh karena itu, koherensi dihasilkan dari itu. Kedua adalah sistem harus terbebas dari ideologi dan bersifat netral. Ketiga adalah terdapat co-varience dan ketergantungan antarunit yang membangun sistem dan dijadikan acuan oleh sistem. Sistem politik menurut Easton memiliki setidaknya empat ciri yang membedakannya dari sistem lain.7 Pertama adalah identifikasi. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi ini adalah unit-unit dalam sistem politik dan pembatasan. Unit-unit dalam sistem politik adalah tindakan politik, sedangkan pembatasan berkaitan saat kita membedakan antara lingkungan dengan sistem politik. Kedua adalah input dan output. Input yang rutin diperlukan oleh sistem politik untuk menjaga keberlangsungannya. Sementara itu, output diperlukan untuk mengevaluasi kinerja sistem politik. Ketiga adalah diferensiasi dalam sistem politik yang membagi pekerjaan tiap-tiap unit dalam sistem politik. Keempat adalah integrasi dalam sistem yang merupakan usaha untuk mengatur kekuatan dan kegiatan dalam sistem politik. 6 Toto P., Ali M., Susanti, “Pendekatan Analisis Sistem Politik,” https://pustaka.ut.ac.id/lib/wpcontent/uploads/pdfmk/ISIP421302-M1.pdf (akses 4 Juni 2023) 7 Ibid. 5 Terdapat beberapa unsur yang membentuk suatu sistem politik, seperti input, konversi, output, feedback, dan lingkungan.8 Input di dalam sistem politik bisa berupa dukungan atau tuntutan yang berasal dari masyarakat atau lingkungan. Input tersebut selanjutnya diteruskan kepada lembaga yang bertugas untuk merancang undang-undang untuk dikonversi menjadi output. Konversi ini diibaratkan sebagai black box karena tidak banyak masyarakat yang tahu tentang apa yang terjadi di dalamnya. Input yang telah dikonversi menjadi output selanjutnya mendapatkan feedback dari masyarakat atau lingkungan dan selanjutnya dapat mempengaruhi kembali input. B. Klasifikasi dalam Studi Kasus Pembuatan Kebijakan tentang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia dan Amerika Serikat a. Input Tuntutan akan pembentukan suatu undang-undang yang secara khusus mengatur tentang perlindungan data pribadi di Indonesia berasal dari masyarakat dan lingkungan itu sendiri. Sebagian masyarakat menilai bahwa undang-undang sebelumnya yang paling bisa dijadikan acuan dalam permasalahan terkait perlindungan data pribadi, yakni UU No. 19 tahun 2016 tentang ITE dinilai kurang spesifik dalam membahas “data pribadi”. Tidak adanya undangundang yang secara khusus mengatur tentang perlindungan data pribadi ini menghasilkan maraknya kasus kebocoran data dan permasalahan terkait data pribadi lainnya di Indonesia. Sanksi-sanksi pidana bagi pelanggaran terkait data pribadi ini pun belum ada sebelumnya. 8 Ibid. 6 Sementara itu, di Amerika Serikat munculnya undang-undang yang mengatur tentang perlindungan data pribadi, yakni The Privacy Act 1974 didasari atas tuntutan dari luar terhadap kongres yang prihatin dengan penyelidikan illegal terhadap individu oleh agen federal yang terungkap dalam skandal Watergate. Itu juga berangkat dari tuntutan masyarakat atas kekhawatirannya terkait potensi penyalahgunaan yang ditimbulkan oleh penggunaan komputer oleh pemerintah untuk menyimpan dan mengambil data pribadi melalui pengidentifikasi universal.9 b. Konversi dalam Lembaga Legislatif Di Indonesia, RUU PDP ini sejatinya sudah diinisiasi sejak 2016 lalu. RUU PDP ini lebih lanjut menjadi inisiatif pemerintah yang diprioritaskan pada tahun 2019 untuk dibahas oleh DPR. Per Oktober 2019, RUU PDP itu telah menyelesaikan proses harmonisasi antar lembaga. Pada tahuh 2020, RUU PDP akhirnya dikirimkan kepada DPR untuk diproses ke dalam dua tahap, yakni pendahuluan dan pembicaraan tingkat I. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembahasan itu di antaranya adalah Menkominfo, Mendagri, Menkumham, dan Tim Panja Pemerintah. Setelah melalui proses pembahasan yang panjang, pada tahun 2022, RUU PDP akhirnya disahkan dalam pembahasan tingkat II dan memuat 16 bab dan 76 pasal.10 Sementara itu, di Amerika Serikat, The Privacy Act 1974 didasarkan atas dua kompromi terpisah, satu diperkenalkan di Kongress dan satunya di senat. RUU senat, S. 3418, cenderung 9 Office of Justice Programs, “Privacy Act of 1974, 5 U.S.C. SS 552a,” https://bja.ojp.gov/program/it/privacy-civil- liberties/authorities/statutes/1279 (akses 4 Juni 2023) 10 Andrean W. Finaka, “Perjalanan UU Perlindungan Data Pribadi,” https://indonesiabaik.id/infografis/perjalanan- uu-perlindungan-data-pribadi (akses 4 Juni 2023) 7 memiliki persyaratan yang lebih ketat dengan pemerintah dibandingkan RUU Kongress. Itu termasuk hukuman yang lebih keras untuk pelanggaran undang-undang dan pembentukan komisi perlindungan privasi untuk mengawasi jalannya penerapan undang-undang tersebut. Kedua badan akhirnya mempertimbangkan tagihan yang berbeda di akhir sesi dan selanjutnya memutuskan untuk mendamaikan bahasa tersebut dalam pertemuan informal antara Kongress dan Senat. Kompromi yang terbentuk dan perubahan yang terakhir dilakukan oleh senat akhirnya disahkan pada 17 Desember 1974 dan keesokan harinya oleh Kongress. Pada tahun 1975 presiden Ford akhirnya menandatangani Privacy Act menjadi undang-undang.11 c. Output Di Indonesia output dari tuntutan tentang urgensi kehadiran undang-undang yang khusus mengatur tentang perlindungan data pribadi terwujud ke dalam UU No. 27 Tahun 2022 atau UU PDP. UU ini menyatakan bahwa orang perorangan termasuk yang melakukan kegiatan bisnis atau e-commerce di rumah dapat dimasukkan ke dalam kategori pengendali data pribadi. Oleh karena itu, ia bertanggung jawab secara hukum atas pemrosesan data pribadi yang dikerjakannya dan memenuhi ketentuan yang ada dalam UU PDP.12 Secara umum, UU PDP ini merupakan instrumen hukum yang mengatur secara spesifik perlindungan data pribadi di Indonesia.13 11 EPIC, “The Privacy Act of 1974,” https://epic.org/the-privacy-act-of-1974/ (akses 4 Juni 2023) 12 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Pemerintah: UU Perlindungan Data Pribadi Beri Perlindungan Hukum,” https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18915 (akses 4 Juni 2023) 13 Badan Pemeriksa Keuangan, “UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/229798/uu-no-27-tahun-2022 (akses 4 Juni 2023) 8 Data Pribadi,” Sementara itu, di Amerika Serikat, output kebijakan tentang perlindungan data pribadi salah satunya terwujud ke dalam The Privacy Act 1974. Undang-undang tersebut memiliki beberapa fungsi, seperti melindungi catatan individu yang diambil dengan pengidentifikasi pribadi, melarang pengungkapan catatan tersebut tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari individuindividu terkait, dan memuat aturan yang mengatur tentang pengumpulan nomor jaminan sosial.14 Selain itu, sebenarnya di Amerika Serikat juga terdapat undang-undang yang membahas tentang perlindungan data pribadi, seperti The Health Insurance Portability and Accountability Act, The Gramm-Leach-Bliley Act, The Children's Online Privacy Protection Act. C. Analisis Meskipun UU yang mengatur secara khusus tentang perlindungan data pribadi di Indonesia sudah disahkan nyatanya Indonesia masih mengalami permasalahan terkait kebocoran data. Hal itu salah satunya ditunjukkan saat Hacker bernama Bjorka dengan mudahnya mencuri data-data pribadi masyarakat Indonesia dan tidak diproses secara hukum. Menurut, Juru Bicara BSSN, Ariandi Putra, meskipun serangan siber mulai menurun pada akhir tahun 2022 tetapi kebocoran data masih menghantui masyarakat.15 Dengan demikian, implementasi dari UU 14 Health and Human Services, “The Privacy Act | HHS.gov,” https://www.hhs.gov/foia/privacy/index.html (akses 4 Juni 2023) 15 Kharismaningtyas, “Cyber Security Summit 2023 Bahas Penanggulangan Kebocoran Data Pribadi Masyarakat Indonesia,” https://www.kompas.tv/article/370603/cyber-security-summit-2023-bahas-penanggulangan- kebocoran-data-pribadi-masyarakat-indonesia (akses 4 Juni 2023) 9 PDP ini masih bisa dibilang kurang efektif dan ditambah dengan kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap perlindungan data pribadi. Menurut National Cyber Security Index pula, tingkat keamanan siber di Indonesia masih berada di peringkat bawah. Sementara itu, Amerika Serikat cenderung memiliki tingkat perlindungan data pribadi yang lebih baik. Hal ini salah satunya ditujukkan oleh data perusahaan keamanan siber, Surshark, Amerika satu peringkat lebih rendah dibandingkan Indonesia dalam kasus kebocoran data. Indonesia mencatatkan 12.742.013 akun yang diretas sementara amerika hanya 4.827.286 akun.16 Selain itu, menurut National Cyber Security Index, Amerika Serikat berada di urutan 44 dalam hal keamanan siber. Itu berbeda jauh dengan Indonesia yang berada di urutan 84. Di sisi lain, masyarakat di Amerika Serikat juga lebih melek terkait perlindugan data pribadi. D. Lampiran a. Tabel Perbandingan No Variabel Indonesia Amerika Serikat 1. Contextual Background Indonesia merupakan negara penganut sistem presidensial dan demokrasi. Indonesia juga merupakan negara yang menganut Trias Politica dan berideologi demokrasi Pancasila. Amerika Serikat merupakan negara federal yang nenganut sistem demokrasi dan presidensial. Amerika Serikat juga merupakan negara yang menganut Trias Politica dan berideologi demokrasi liberal. 2. Classification Input dari kebijakan tentang perlindungan data pribadi di Indonesia berasal dari tuntutan akan dibentuknya undang-undang Input dari kebijakan tentang perlindungan data pribadi di Amerika Serikat berasal dari tuntutan dari luar terhadap kongres 16 Cindy Mutia Annur, “Indonesia Masuk 3 Besar Negara dengan Kasus Kebocoran Data di Dunia,” https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/13/indonesia-masuk-3-besar-negara-dengan-kasuskebocoran-data-terbanyak-dunia (akses 4 Juni 2023) 10 yang secara spesifik tentang perlindungan data dan penegakan hukumnya. Konversi input ke output di Indonesia dilakukan oleh DPR dan disahkan oleh presiden yang berlangsung dari tahun 2016 sampai 2022. Output dari itu semua adalah UU No. 27 Tahun 2022. yang prihatin dengan pembatasan pengawasan dan penyelidikan illegal terhadap individu oleh agen federal yang terungkap dalam skandal Watergate dan tuntutan masyarakat atas kekhawatirannya terkait potensi penyalahgunaan yang ditimbulkan oleh penggunaan komputer oleh pemerintah untuk menyimpan dan mengambil data pribadi. Sementara itu, konversi input terkait kebijakan tersebut di Amerika Serikat oleh lembaga legislatifnya dilakukan bersama senat. Output dari itu semua adalah The Privacy Act of 1974. Selain itu, ada juga The Health Insurance Portability and Accountability Act, The Gramm-Leach-Bliley Act, The Children's Online Privacy Protection Act. 3. Hypothesis Tingkat perlindungan data pribadi di Indonesia termasuk kategori buruk sehingga jumlah permasalahan terkait data pribadi dan potensi kemunculannya di masa yang akan datang cenderung tinggi Tingkat perlindungan data di Amerika Serikat termasuk kategori baik sehingga jumlah permasalahan terkait data pribadi dan potensi kemunculannya di masa yang akan datang cenderung rendah 4. Prediction Indonesia masih akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh tingkat keamanan data pribadi yang miripmirip dengan Amerika sekarang. Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan memiliki tingkat keamanan data pribadi yang lebih baik dibandingkan sebelum ia memiliki undang-undang yang secara khusus mengatur tentang perlindungan data pribadi. Tingkat perlindungan data pribadi di Amerika Serikat akan cenderung stabil dan bahkan lebih baik tergantung penegakan undangundang tentang perlindungan data pribadi yang dimilikinya 11 BAB III PENUTUP E. Kesimpulan Pembuatan undang-undang tentang perlindungan data pribadi di Indonesia dan Amerika Serikat sama-sama dilakukan oleh lembaga legislatif, Indonesia oleh DPR dan Amerika oleh kongres dan senat, dalam periode waktu yang berbeda. Indonesia sendiri baru membuat kebijakan tentang itu pada 2016 dan baru disahkan pada tahun 2022. Sementara itu, Amerika Serikat sudah memiliki undang-undang tersebut sejak 1974. Proses pembuatan undang-undang di Indonesia tersebut meskipun dilakukan lebih lama, tetapi masih belum menghasilkan dampak positif yang signifikan bagi perlindungan data pribadi di Indonesia. Di sisi lain, Amerika yang hanya perlu setahun untuk membuat undang-undang itu cenderung lebih baik dalam hal keamanan data. Berdasarkan semua temuan di atas, Indonesia masih akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh tingkat keamanan data pribadi yang mirip-mirip dengan Amerika sekarang. Hal itu selanjutnya juga perlu diiringi dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya melindungi data pribadi. Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan lebih mungkin untuk mengalami jumlah kebocoran data yang lebih besar dibandingkan Amerika Serikat tetapi itu setidaknya lebih baik daripada sebelum undang-undang tentang perlindungan data pribadi di Indonesia disahkan. Indonesia akan bisa lebih baik jika memiliki undang-undang tentang perlindungan data pribadi yang lebih beragam seperti Amerika Serikat. Di sisi lain, tingkat perlindungan data pribadi di Amerika Serikat akan cenderung stabil dan bahkan lebih baik tergantung penegakan undang-undang tentang perlindungan data pribadi yang dimilikinya. 12 DAFTAR PUSTAKA Adinda, R. A., Hijri, Y. S. & Fatmala, C. (2023). Perbandingan Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia dan Amerika Serikat. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 5 (1), hlm 2347-2353. Diakses dari: https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/11325/8718 Annur, C. M. (2022). Indonesia Masuk 3 Besar Negara dengan Kasus Kebocoran Data di Dunia. Diakses dari: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/13/indonesia-masuk-3besar-negara-dengan-kasus-kebocoran-data-terbanyak-dunia HHS. (2022). The Privacy Act | HHS.gov. Diakses dari: https://www.hhs.gov/foia/privacy/index.html Hisbulloh, M. H.. (2021). Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi. Jurnal Hukum Unissula, 37(2), hlm 119-133. Diakses dari: https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jurnalhukum/article/view/16272/6156 Finaka, A. W. (2022). Perjalanan UU Perlindungan Data Pribadi. Diakses dari: https://indonesiabaik.id/infografis/perjalanan-uu-perlindungan-data-pribadi NCSI. (2023). United States - NCSI. Diakses dari: https://ncsi.ega.ee/country/us/ Putra, M. I. D. (2023). Keamanan Siber di Indonesia: Apakah Kita Benar-Benar Aman di Dunia Siber?. Diakses dari: https://cfds.fisipol.ugm.ac.id/id/2023/03/28/keamanan-siber-di- indonesia-apakah-kita-benar-benar-aman-di-dunia-siber/ Kharismaningtyas. (2023). Cyber Security Summit 2023 Bahas Penanggulangan Kebocoran Data Pribadi Masyarakat Indonesia. Diakses dari: https://www.kompas.tv/article/370603/cybersecurity-summit-2023-bahas-penanggulangan-kebocoran-data-pribadi-masyarakat-indonesia 13 MKRI. (2023). Pemerintah: UU Perlindungan Data Pribadi Beri Perlindungan Hukum . Diakses dari: https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18915 OJP. (2023). Privacy Act of 1974, 5 U.S.C. SS 552a. Diakses dari: https://bja.ojp.gov/program/it/privacy-civil-liberties/authorities/statutes/1279 Pribadi, T., Muhyidin, A., & Susanti (2014). Pendekatan Analisis Sistem Politik. Diakses dari: https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ISIP421302-M1.pdf BPK. (2022). UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi. Diakses dari: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/229798/uu-no-27-tahun-2022 EPIC. (2023). The Privacy Act of 1974. Diakses dari: https://epic.org/the-privacy-act-of-1974/ 14