Uploaded by hanny.rini

Defisiensi Vitamin D pada Anak: Presentasi

advertisement
DEFISIENSI
VITAMIN D PADA
ANAK
MARIA THERESIA DIEGONIA
11-2015-331
P E M B I M B I N G : D R . M E L A N I R A K H M I M A N T U , S P. A
VITAMIN D
• Vitamin D: larut lemak
• Fungsi utama: mengatur keseimbangan kalsium tubuh
• Defisiensi vitamin D rickets (anak) dan osteomalacia (dewasa)
• 2 bentuk vitamin D: vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol)
Vitamin
D2
Bahan
nabati
Vitamin D3
- Bahan hewani
- Produksi
tubuh sendiri
EPIDEMIOLOGI
• Kekurangan vitamin D kekurangan nutrisi paling umum terjadi di dunia baik pada anak-anak
maupun dewasa
• Sejak ditemukan vitamin D rickets menurun drastic, namun pada dekade terakhir kasus rickets
akibat vitamin D kembali meningkat karena berbagai sebab.
• Data dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) pada anak usia 1-12,9 tahun, di 48
kabupaten di Indonesia dari bulan Januari - Desember 2011  43% anak perkotaan dan 44%
anak pedesaan mengalami defisiensi vitamin D (kadar vitamin D darah < 30 nmol/L)
ETIOLOGI
Warna kulit gelap
Penggunaan tabir
surya
Berpakaian serba
tertutup
Faktor geografi
Kurang asupan
makanan yang
diperkaya vitamin
D
Bayi prematur
PENGOBATAN YANG MEMICU TERJADINYA
DEFISIENSI VITAMIN D
• Metabolisme vitamin D di hati melalui sistem enzim sitokrom P450.
• Beberapa obat anti-epilepsi (AEDs) adalah induser dari sistem sitokrom P450 (fenitoin,
karbamazepin, oxcarbazepin, fenobarbital, dan primidona).
• Asam valproate ↑ turn over tulang melalui peningkatan aktivitas osteoklas dan oleh karena itu
dapat mengganggu keseimbangan pembentukan tulang dan resorpsi tulang
• Selain efek tulang yang merusak dari kekurangan vitamin D, penurunan kalsium yang cepat dapat
memicu kejang, yang selanjutnya menyulitkan gambaran klinis (misalnya, etiologi kejang)
SUMBER VITAMIN D
• Sinar matahari
(UVB)
Makanan
Vitamin D (IU)
Susu sapi
3-40/L
• Makanan
Susu fortifikasi
400/L
• Suplementasi
vitamin D
Mentega
35/100g
Yogurt (normal, low fat, non fat)
89/100g
Keju cheddar
12/100g
Cereal fortified
40/penyajian
Jamur shitake segar
100/100g
Kuning telur
20-25 per telur
Mackerel
345-360/100g
Minyak ikan
175 g; 1360/sendok makan
Udang
152/100g
Tuna
224-332/100 g
PATOFISIOLOGI
PERAN VITAMIN D
Usus
• Proses absorpsi
kalsium dan
fosfat dari
makanan
Skeleton
• Pembangunan
dan
pemeliharaan
mineralisasi
skeleton
Kelenjar PTH
• Produksinya
distimulasi oleh
hormon PTH, Ca
serum, fosfor
PERAN VITAMIN D
• Menginduksi transkrip gen cyclin dependent kinase inhibitor p21  dapat
membuat terhentinya pertumbuhan sel kanker
• Kontrol system renin-angiotensin meningkatkan renin plasma
KLASIFIKASI
Vitamin D
25 (OH)D level, nmol/L (ng/ml)
Severe deficiency
<12,5 (5)
Deficiency
< 37,5 (15)
Insufficiency
37,5-50,0 (15-20)
Sufficiency
50-250 (20-100)
Excess
>250 (100)
Intoxication
>375 (150)
MANIFESTASI KLINIS
1. RICKETSIA
• Penyakit pertumbuhan tulang pada anak dan remaja
• Disebabkan oleh kegagalan kalsifikasi osteoid
• Terjadi pada anak usia 6 bulan – 2,5 tahun
• Gejala : abnormalitas tulang penyangga tubuh disertai nyeri tulang, pelebaran pergelangan tangan
dan kaki, genu varum atau valgum, costhocondral junction prominen, penutupan fontanela lambat,
craniotabes, frontal bossing, erupsi gigi terlambat.
MANIFESTASI KLINIS
2. PENYAKIT INFEKSI
• Pada pasien TBC sering dijumpai kadar 25(OH)D yang rendah.
• Peran vitamin D dalam pencegahan infeksi disebabkan oleh pengaruh sistem imunitas tubuh
melalui pengaturannya yang alami dan diapat.
• Vitamin D juga mempengaruhi hasil peptide antimikroba endogen seperti cathlecidin dan
mengatur kaskade inflamasi.
MANIFESTASI KLINIS
3. PENYAKIT AUTOIMUN
• Diabetes mellitus tipe 1, multiple sclerosis, rematoid artiritis dan penyakit Chron
• 1,25(OH)D merangsang imunitas alami dengan mengaktivasi makrofag untuk menghasilkan
cathlecidin yang berpeptida antimikroba
• Vitamin D juga menekan imunitas adaptif menghambat maturase sel dendrit, mengurangi
kemampuan untuk menunjukkan sel CD4.
• Defisiensi vitamin D juga menghambat proliferasi dan diferensiasi sel CD4 menjadi Th1 dan
TH17
4. KELEMAHAN OTOT
• Jaringan otot rangka mengandung reseptor vitamin D dan memerlukan vitamin D untuk
mendapatkan fungsi maksimal
• Dapat menyebabkan peningkatan jumlah jatuh  patah tulang pinggul.
5.
ASMA
• Studi kasus control yang dilakukan di klinik alergi dan imunologi anak di Qatar.
• Tujuan penelitian: mendeskripsikan hubungan antara asma dan vitamin D pada anak-anak dan untuk
melihat perbedaan konsentrasi vitamin D pada anak-anak penderita asma (7.0 ± 3,8 tahun) dan
kontrol (8,4 ± 3,6 tahun)
• Hasil: defisiensi vitamin D ditemukan lebih banyak terjadi pada penderita asma daripada kontrol
• Nilai rata-rata vitamin D: 17,5 ± 11 ng / mL (kelompok asma) dan 20,8 ± 10,0 ng / mL (kelompok
control)
• Hal ini berarti bahwa semakin sedikit Konsentrasi vitamin D, semakin banyak peningkatan asma
subyek. Namun, kekurangan vitamin D tidak terkait dengan lamanya penyakit, jumlah rawat inap, dan
jumlah eosinofil.
6. HIPOKALSEMIA DAN TETANI
• Tetani defisiensi vitamin D biasanya terjadi pada umur 3-6 bulan
• Bayi dari ibu dengan kekurangan vitamin D dapat berkembang hipokalsemia dalam minggu
pertama
• Biasanya terjadi pada bayi yang minum ASI dengan ibu yang tidak menyadari adanya defisiensi
vitamin D pada ASI nya
• Bayi BBLR yang ibunya tidak mengkonsumsi vitamin D cukup dan hanya sedikit terpapar sinar
matahari konsentrasi 25-hidroksivitamin D plasma rendah. Defisiensi ini berhubungan dengan
frakter relative hormone paratiroid.
DIAGNOSIS
• Manifestasi klinis:
• Gambaran laboratorium
- Deformitas tulang penyangga tubuh
- Hipofosfatemia, hipokalsemia, peningkatan
alkali fosfatase (ALP)
- Tanda-tanda hipokalsemia seperti kejang atau
tetani
• Gambaran radiologis:
- Tanda-tanda osteopenia
- Penipisan korteks tulang panjang
- Patah tulang
- Pelebaran dan atau robekan metafise tulang.
- Penurunan kadar serum 25 (OH)-D. Kadar
serum 1,25 (OH)2D bisa normal atau
meningkat sebagai akibat peningkatan kadar
hormone paratiroid.
PENATALAKSANAAN
• Terapi vitamin D untuk bayi dan anak-anak yang menunjukkan gambaran klinis hipokalsemia
(kekurangan vitamin D) atau rakhitis dan bila kadar vitamin D dalam kisaran kurang (<20 ng/mL)
• Dosis:
Usia anak
Dosis vitamin D, IU/hari
< 1 bulan
1000
1-12 bulan
1000-5000
> 12 bulan
> 5000
• Penyembuhan berdasarkan radiologis (dalam 2-4 minggu). Setelah itu dosis vitamin D dapat dikurangi
menjadi 400 IU / hari.
• Kurangnya kepatuhan adalah penyebab penting terhadap kurangnya respons.
PENATALAKSANAAN
• Untuk mempercepat peningkatan kadar 25(OH)-D suplementasi vitamin D2 50.000 IU /
minggu selama 8 minggu.
• Bila anak defisiensi vitamin D berat suplementasi vitamin D2 50.000 IU / minggu dapat
ditambahkan selama 8 minggu berikutnya.
• Hipokalsemia  suplemen kalsium. Kalsium parenteral sebagai kalsium glukonat (10-20
mg/kg IV perlahan selama 5-10 menit) jika terjadi tetani atau kejang
TERAPI PADA RICKETS DEFISIENSI VITAMIN D DAN
SUPLEMENTASI KALSIUM
Vitamin D (ergocalciferol)
- Double-dose vitamin D: 20 μg (800 IU)/d × 3–4 bulan, atau
- Vitamin D: 25–125 μg (1000–10 000 IU) / hari selama 8–12 minggu (tergantung usia anak) kemudian
maintain : 10–25 μg (400–1000 IU) / hari, atau
- Stoss therapy: ∼2.5–15.0 mg (100.000–600.000 IU) vitamin D oral (1–5 hari), kemudian maintain 10–25
μg (400–1000 IU) vitamin D/hari, atau 1.25 mg (50 000 IU) vitamin D2/minggu (8 minggu) oral (remaja
dan dewasa)
Kalsium
- 30–75 mg/kg/hari kalsium 3 dosis pemberian
MONITORING
Monitoring
1 bulan: kalsium, fosfor,ALP
3 bulan: kalsium, fosfor, magnesium, ALP, PTH, 25(OH)-D, urine calcium/creatinine ratio (frequency
depends on severity of rickets and hypocalcemia); ulang pemeriksaan radiologi dalam3 bulan
> 1 tahun: 25(OH)-D
PENCEGAHAN
• American Academy of Pediatrics (Aap) tahun 2004 merekomendasikan suplemen vitamin D 400
IU/hari pada keadaan:
- Bayi yang memperoleh ASI eksklusif direkomendasikan suplementasi vitamin D 400 IU/hari
sejak beberapa hari setelah lahir
- Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, suplementasi vitamin D 400 IU/hari diberikan apabila
suus formula yang dikonsumsi < 1000mL/hari
- Remaja yang tidak mendapat susu formula atau makanan fortifikasi vitamin D
- Kadar 25(OH)-D serum bayi dan anak dipertahankan >20ng/mL
- Anak beresiko tinggi defisiensi vitamin D suplementasi vitamin D lebih tinggi.
KESIMPULAN
Defisiensi vitamin D merupakan masalah mendunia yang masih tinggi angka
kejadiannya. Di Indonesia sendiri, defisiensi vitamin D banyak menyerang masyarakat baik
anak maupun dewasa.
Berdasarkan data SEANUTS, defisinsi vitamin D pada anak sekitar 43% anak
pedesaan dan 44% pada anak perkotaan di Indonesia. Beberapa penyebabnya antara lain
karena warna kulit yang gelap, penggunaan tabir surya, berpakaian serba tertutup, serta
kurangnya asupan makanan yang diperkaya vitamin D.
Defisiensi vitamin D pada anak dapat menyebabkan rickets dan osteomalasia
pada orang dewasa. Maka untuk penatalaksanaanya, dapat diberikan vitamin D dosis
harian sesuai dengan usia anak sehingga angka defisiensi di Indonesia dapat menurun.
TERIMAKASIH
Download