Laila Nur Fitri (P24571078) / Sherly Nanda Oktavia (P24571090) Ruang Kolaborasi T1.4 3) Kasus 3 Satu semester akhirnya berhasil dilalui oleh Butet dengan segala tantangan dan peristiwa yang beragam. Butet merasa senang walaupun masih sering khawatir dirinya belum mampu menjadi contoh yang baik untuk anak-anak. Beberapa kali di kelas, Butet sering berteriak saat ingin diperhatikan. Butet merasa bersalah karena harus berteriak-teriak seperti itu, namun Butet pun bingung harus bagaimana mencari perhatian siswa-siswanya itu. Akhirnya Butet pun memutuskan untuk memberikan tugas di beberapa mata pelajaran. Hal ini dilakukan Butet dengan harapan ada siswa yang bingung dan bertanya kepada Butet terkait tugas tersebut. Setelah tugas diberikan, Butet menanti siswa-siswinya akan bertanya, namun kenyataannya tidak ada yang bertanya. Butet kemudian merasa diabaikan dan merasa dirinya semakin tidak berdaya. Pertanyaan diskusi: 1. Apakah masalah yang dihadapi Butet? Uraikan dengan padat dan jelas. 2. Sesuai dengan yang sudah dipelajari pada bagian sebelumnya, bagaimana penerapan kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut? 3. Berdasarkan studi kasus yang Anda diskusikan, tuliskan refleksi yang Anda peroleh dan diskusikan dengan mahasiswa lain! Jawab : 1. Masalah yang dihadapi Butet: Butet menghadapi masalah dalam mengelola perhatian dan interaksi dengan siswa-siswanya. Ia merasa kesulitan untuk menarik perhatian siswa di kelas, sering kali terpaksa berteriak agar diperhatikan. Hal ini membuatnya merasa bersalah karena tidak ingin menjadi guru yang berteriak-teriak, tetapi ia bingung bagaimana cara yang lebih efektif untuk mendapatkan perhatian siswa. Ketika memberikan tugas dengan harapan ada siswa yang akan bertanya, Butet justru merasa diabaikan karena tidak ada siswa yang bertanya. Perasaan diabaikan ini membuat Butet merasa semakin tidak berdaya dan kurang efektif dalam menjalankan perannya sebagai guru. 2. Penerapan Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) pada masalah tersebut: Dalam menghadapi masalah ini, penerapan Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) sangat penting bagi Butet. a. Kesadaran diri sangat diperlukan untuk mengenali perasaan Butet yang merasa bersalah dan bingung. Dengan memahami perasaannya, Butet bisa lebih bijaksana dalam merespons situasi tersebut. b. Butet perlu mengelola emosi diri dengan cara yang lebih konstruktif, seperti mencari cara untuk tetap tenang dan mengurangi rasa frustrasi ketika siswa tidak memberikan respons yang diharapkan. c. Kesadaran sosial juga penting untuk memahami bahwa siswa mungkin memiliki alasan tertentu mengapa mereka tidak bertanya atau tidak memberikan perhatian yang diinginkan, seperti ketidaknyamanan atau kebiasaan yang sudah terbentuk. d. Keterampilan sosial bisa diterapkan dengan mencoba mencari cara yang lebih efektif untuk berkomunikasi dengan siswa, seperti menggunakan pendekatan yang lebih menarik atau melibatkan mereka dalam diskusi yang lebih interaktif. e. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab perlu dilakukan Butet untuk mencari solusi yang lebih baik dalam menghadapi situasi ini, seperti mengubah strategi pengajaran atau memberikan tugas yang lebih jelas dan menarik agar siswa lebih terlibat. 3. Refleksi: Dari studi kasus ini, saya belajar bahwa sebagai seorang guru, kita tidak hanya perlu menguasai materi, tetapi juga harus mengelola dinamika kelas dengan baik, termasuk cara berinteraksi dengan siswa. Menggunakan pendekatan yang lebih empatik dan memahami perasaan siswa serta mengelola emosi diri sendiri sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif. Selain itu, penting untuk mencari berbagai cara agar siswa merasa lebih terlibat, bukan hanya mengandalkan pemberian tugas. Saya juga menyadari bahwa berteriak atau merasa diabaikan bukanlah solusi yang efektif, dan kita perlu terus mencari cara untuk meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi dengan siswa. Diskusi ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kita semua untuk lebih memahami pentingnya penerapan KSE dalam profesi guru. Selain itu, saya juga menyadari bahwa sebagai guru, kita perlu fleksibel dan terbuka terhadap berbagai pendekatan dalam mengelola kelas. Setiap siswa memiliki cara belajar dan kebutuhan yang berbeda, sehingga pendekatan yang sama mungkin tidak selalu efektif. Dalam kasus Butet, memberikan tugas tanpa komunikasi yang jelas atau pendekatan yang lebih menarik bisa membuat siswa merasa kurang terlibat. Oleh karena itu, penting untuk terus berinovasi dalam metode pengajaran, seperti menggunakan teknik yang lebih interaktif atau membangun hubungan yang lebih personal dengan siswa. Lebih lanjut, penting juga bagi guru untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan akademik dan kesejahteraan emosional siswa. Sebagai guru, kita bukan hanya bertanggung jawab untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa. Ini mengharuskan kita untuk terus mengasah keterampilan sosial dan emosional kita sendiri, agar bisa lebih efektif dalam berinteraksi dan memahami kebutuhan siswa. Dengan demikian, penerapan KSE tidak hanya membantu kita dalam mengelola kelas, tetapi juga dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan siswa dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna.