Uploaded by Kampung Mesem

Project Poster revisi (2)

advertisement
Sudah Selesai Poster ee
1. Karakteristik Fudanshi....
2. Analisis penggunaan shujoshi danseigo daroo zo Ze....
3. Japanese Diplomatic Strategy in Using Traditional Culinary as An Instrument of
Cultural Diplomacy in Indonesia
4. Gaya Bahasa dan Fungsi Iklan pada Majalah LifeWear Uniqlo: Language Style and
Function of Advertisements in Uniqlo's LifeWear Magazine
5. Proses Morfologis Verba dalam Novel Hoshi wo Ou Kodomo Karya Makoto Shinkai
Episode 1-2
6. Analisis Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Dreamcatcher Pada Album The Beginning of The
End
7. ANALISIS FUNGSI SHUUJOSHI NO DAN YO OLEH TOKOH WANITA DALAM
ANIME VIOLET EVERGARDEN EPISODE 1-9
8. Struktur Morfologis dan Makna Kata Majemuk Berunsur Kata Tatsu, Ritsu atau Tateru
(立) Dalam Kamus Tagaini Jisho
9. Elipsis Partikel Pada Anime Gokushufudou Karya Kousuke Oono
10. Sound and Form Shifting of Loanwords from Japanese in the Indonesian Language
Repisi
Kurang panjang/di parafrase lagi
Terlalu Pendek ditambah lagi
Project Design
1. ENHANCING STUDENTS’ READING COMPREHENSION BY USING
AUTHENTIC MATERIAL AT GRADE VIII B OF SMPN 57 SURABAYA
ACADEMIC YEAR 2022/2023
Tujuan Penelitian
This study aims to improve the reading comprehension of students in class VIII B of SMPN 57
Surabaya who have difficulty in reading English texts. The research focuses on whether the use of
authentic teaching materials can improve students' reading comprehension and how to identify the
factors that influence the success of this method.
Metodologi
This study used the classroom action research method with a collaborative approach, involving
researchers and English teachers as partners. The research was conducted in two cycles, each
consisting of four stages: planning, action implementation, observation, and reflection. In planning,
the researcher prepared authentic teaching materials in the form of texts from mass media, lesson
plans, and evaluation tools such as pre-test and post-test to measure students' reading comprehension.
Action involved teaching with interesting authentic teaching materials, accompanied by activities such
as group discussions, exercises to find the main idea, and summary making. Observation was
conducted to record students' responses to the learning method, while reflection was used to
evaluate the effectiveness of the action and design improvements for the next cycle. Research data
were collected through reading comprehension tests, interviews with students and teachers, and field
notes on classroom dynamics and students' progress during the study.
Hasil dan Pembahasan
The results showed that the use of authentic teaching materials significantly improved the reading
comprehension of students in class VIII B of SMPN 57 Surabaya. The average score of students' pretests was 55.5, which increased to 77.6 in the post-test after the implementation of authentic teaching
materials. In the first cycle, despite the increase in students' motivation and enthusiasm towards
learning to read using authentic teaching materials, some problems still arose. Some students still had
difficulty finding the main idea and understanding new vocabulary, and some students were less active
in group discussions. The average score of students after the first cycle increased, but not significantly,
and the classroom situation still tended to be uncontrollable in the middle of learning.
In the second cycle, after revisions were made to the teaching methods, including the implementation
of more focused group discussions and guidance on the steps of text analysis (such as prediction,
clarification, and summarisation), the results were much better. Students participated more actively
in the discussion, the classroom atmosphere was more conducive, and students' ability to understand
the text improved significantly. The average post-test score at the end of the second cycle reached
77.6, showing a marked improvement compared to the first cycle. This cycle also saw an increase in
students' courage in answering questions and making comments. Observations also noted that the
classroom atmosphere became more dynamic and interactive, with students more motivated to read
and actively involved in learning activities.
Kesimpulan
The study concluded that the use of authentic teaching materials is proven to improve students'
reading comprehension, expand their vocabulary, and encourage active engagement. This research
shows that the selection of appropriate teaching materials is crucial to creating an effective and
engaging learning process for secondary school students.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual/Kata Kunci


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
2. MEWUJUDKAN KESADARAN BARU DAN PERUBAHAN POSITIF DI
KOMUNITAS MAHASISWA MELALUI PELATIHAN MENULIS
MAKALAH ILMIAH
Metode
Identifikasi Kebutuhan Komunitas: Survei dan konsultasi dilakukan untuk memahami
hambatan komunitas dalam menulis makalah ilmiah, melalui wawancara dan diskusi.
Pengembangan Program Pelatihan: Program disusun berdasarkan temuan dari
identifikasi kebutuhan, mencakup pelatihan dasar penulisan ilmiah, struktur makalah,
penggunaan perpustakaan, dan etika penulisan.
Pelatihan Intensif: Pelatihan melalui lokakarya, seminar, dan konseling individu, dengan
instruktur ahli yang memberi panduan langsung serta umpan balik terhadap hasil tulisan
peserta.
Mentorship dan Pendampingan Berkelanjutan: Peserta mendapatkan pendampingan
jangka panjang untuk memastikan penerapan keterampilan yang diperoleh dalam menulis
makalah ilmiah.
Pelatihan Lanjutan: Untuk peserta yang menunjukkan potensi tinggi, pelatihan lebih
lanjut diberikan mengenai penelitian ilmiah, presentasi, dan publikasi.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini sangat positif dan berdampak signifikan bagi
komunitas dampingan. Berikut adalah rangkuman hasil yang dicapai:
1. Munculnya Pranata Baru: Peserta pelatihan kini berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi anggota lain, membantu mereka mengatasi kendala dalam menulis
makalah ilmiah dan membangun rasa percaya diri.
2. Perubahan Perilaku: Anggota komunitas yang awalnya merasa tidak percaya diri
dalam menulis kini mampu menghasilkan karya ilmiah berkualitas. Perubahan ini
mencerminkan peningkatan keterampilan dan keyakinan diri mereka sebagai penulis
ilmiah.
3. Kemunculan Pemimpin Lokal: Program ini menghasilkan pemimpin lokal yang
memiliki kemampuan dalam menulis makalah ilmiah dan memimpin kegiatan
akademik di komunitas. Mereka menjadi inspirasi dan motivator bagi anggota
lainnya.
4. Kesadaran Baru tentang Transformasi Sosial: Komunitas dampingan mulai
menyadari peran penting mereka dalam dunia akademik, merasa lebih percaya diri,
dan siap berkontribusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah bahwa program yang
dilaksanakan telah berhasil menciptakan perubahan positif yang signifikan di komunitas
dampingan. Melalui pendekatan yang terstruktur dan komprehensif, muncul pranata baru
yang berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, serta perubahan perilaku yang
menunjukkan peningkatan kemampuan menulis makalah ilmiah. Kemunculan pemimpin
lokal juga memperkuat dinamika komunitas, menginspirasi anggota lainnya untuk lebih aktif
dalam kegiatan akademik. Selain itu, terciptanya kesadaran baru mengenai peran komunitas
dalam dunia akademik dan sosial mengarah pada transformasi sosial yang diinginkan.
Program ini terbukti efektif dan mendukung teori-teori pemberdayaan masyarakat dan
transformasi sosial, menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat memberdayakan
individu untuk menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka.
Daftar Pustaka
Cahyono, D., Rohadi, M., & Nurjamal, N. (2023). Pelatihan Penulisan Artikel
Ilmiah Bagi Mahasiswa Pendidikan Jasmani Universitas Mulawarman. Ekalaya:
Jurnal PengabdianKepada Masyarakat Indonesia, 2(1), 43–50.
Fadzilah, A., Izzurrohman, M. F., & Pramesti, S. L. D. (2023). Pelatihan
Karya Tulis IlmiahUntuk Mengembangkan Pemikiran Komputasi Mahasiswa. Jurnal
Pengabdian Inovasi Masyarakat Indonesia, 2(1), 21–25.
Maleha, N. Y., & Pramita, C. (2023). Pelatihan Meningkatkan Keahlian
Mahasiswa STEBISIGMPalembang Melalui Manajemen Tools Zotero. AKM: Aksi
Kepada Masyarakat, 4(1), 123–134.
Muhammad Yahrif, & R. Supardi. (2023). Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah
Pada MahasiswaSemester Akhir. ABDI SAMULANG: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 9–15.
Mulyeni, S., Handayani, R., Rizky Shiyammurti, N., Adinda, D., & Nasional
Pasim, U. (2023). Pelatihan Penggunaan Mendeley Reference Manager Bagi
Mahasiswa UNAS PASIMBandung. Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 2(2),
53–61.
Nursalam, & Djaha, A. S. A. (2023). Pelatihan Pembuatan Kuesioner
Penelitian Bagi MahasiswaProdi Administrasi Negara Fisip Universitas Nusa
Cendana. JDistira, 3(1). Sakaria, S., Rapi, M., M, A., Ismail, A., & Haliq, A. (2023).
Pelatihan Penulisan Karya IlmiahBagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Universitas Pancasakti Makassar. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 12–
15.
Triwahyuni, E. (2023). Pelatihan Penggunaan Mendeley sebagai Alat
DalamPengorganisasianReferensi Untuk Penulisan Karya Ilmiah Pada Mahasiswa
Pascasarjana (S2) Teknologi Pembelajaran Universitas PGRI Argopuro Jember.
Pelatihan Penggunaan Mandeley (Eges Triwahyuni) Nanggroe: Jurnal Pengabdian
Cendikia, 181(4), 181–189.
Wisnumurti, W., Faulina, T., & Novari, S. (2023). Pelatihan Optimalisasi
Microsoft Office UntukMeningkatkan Kegiatan Mahasiswa Mahasiswi Pada
Pengabdian Masyarakat Di Universitas Mahakarya Asia Baturaja. BERNAS: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 410–415.
Zunaidi, A. (2022). Diklat Makalah Sebagai Implementasi Potensi
Kepenulisan DalamUpayaMeningkatkan Kualitas Mahasiswa Selama Pandemi
Covid19. Literasi: Jurnal PengabdianMasyarakat Dan Inovasi, 2(2), 1–7.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
3. IDENTIFIKASI KOMPETENSI DAN PERFORMANSI DALAM KARANGAN
BERBAHASA JEPANG
Metodologi
Penelitian ini mengkaji karangan mahasiswa Prodi Sastra Jepang Untag Surabaya
semester VI dalam mata kuliah Sakubun II, dengan fokus pada tiga aspek: kalimat
representasional, orientasi integrasi dan instrumental, serta penggunaan gramatika.
Metode yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan deskriptif kualitatif,
melalui pengumpulan data dari angket dan karangan bertema budaya Indonesia dan
Jepang. Pendekatan ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena secara sistematis
dan akurat.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Prodi Sastra Jepang Untag Surabaya semester
VI yang mengikuti mata kuliah Sakubun 2 memiliki kompetensi dan performansi yang
berkaitan dengan penggunaan pola kalimat dalam karangan berbahasa Jepang. Dari 82 bab
pola kalimat yang dipelajari dalam buku ajar wajib, mahasiswa berhasil menggunakan 69 di
antaranya, yang mencerminkan performansi mencapai 84,1%. Namun, terdapat 15,9% pola
kalimat yang tidak teridentifikasi, yang menunjukkan bahwa mahasiswa juga menggunakan
pola kalimat dari sumber lain di luar buku ajar wajib.
Hasil penelitian mendukung tiga hipotesis yang diajukan:
1. Kompetensi dan performansi mahasiswa berbanding sama, karena mahasiswa
memilih pola kalimat yang sesuai dengan tema karangan tanpa harus menggunakan
seluruh pola yang dipelajari.
2. Kompetensi mahasiswa lebih tinggi daripada performansi, terlihat dari penggunaan
pola kalimat yang lebih banyak dipelajari dibandingkan yang digunakan dalam
karangan.
3. Performansi mahasiswa terkadang lebih tinggi dari kompetensi, terbukti dengan
penggunaan pola kalimat tambahan yang tidak dipelajari dalam buku ajar resmi.
Secara keseluruhan, hasil karangan mahasiswa mencerminkan pemahaman yang baik tentang
pola kalimat yang telah dipelajari, meskipun ada pola kalimat yang tidak digunakan sesuai
dengan apa yang diajarkan dalam buku ajar.
Daftar Pustaka
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi Kelima.
Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat
Cairn, H.S and C.E. Cairns. 1976. Psycholinguistic: A Cognitive View of Language. New
York: Holt, Rinehart and Winston
Chomsky, Noam. 1965. Aspects of The Theory of Syntax. United States: The
Massachussets Institute of Technology
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT, Refika
Aditama
Kaseng, Sy. 1989. Linguistik terapan: pengantar menuju pengajaran yang sukses. Jakarta:
P2LPTK.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,.
Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. 2011. Pemahaman Individu Tekhnik Non Tes. Kudus:
Nora Media Enterprise.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
4. IMPROVING EARLY CHILDHOOD LANGUAGE DEVELOPMENT
THROUGH “KIKI MIU-MIU” YOUTUBE VIDEOS
Tujuan Penelitian
In the digital age, media such as YouTube is a potential learning resource for young children,
but it requires parental supervision to keep it safe. This study aims to examine the role of
‘Kiki Miu-Miu’ YouTube videos as an educational tool in improving early childhood
language skills.
Metodologi
This study focuses on the impact of the YouTube video "Kiki Miu-Miu" on early childhood
language development. The researcher interviewed 10 families, half with children aged 2-4
years and half with children aged 5-6 years, to explore their experiences using the video as a
learning tool. The study also involved observing the children's interaction patterns while
watching the video and documenting the interview data. The findings emphasize the
importance of parental involvement in selecting and guiding the use of digital content for
children. The collected data was analyzed descriptively to identify patterns of video use, its
influence on language development, and parental mentoring strategies. The aim of this research
is to provide a comprehensive understanding of the benefits and challenges of incorporating
digital media in early childhood language development.
Hasil dan Pembahasan
The study found that the “Kiki Miu-Miu” video can improve early childhood language skills
through vocabulary enrichment, listening skill development, and language use in everyday
contexts. Children learn to understand procedural concepts, such as the steps of washing
hands, and enhance creativity through engaging stories and visualizations. The video also
encourages active interaction between children and parents, especially when they discuss the
content of the video together. In addition, children showed improvement in understanding
abstract words and mastering more complex sentence structures after being exposed to
educational content.
However, challenges such as the risk of passive habits, dependence on digital media, and
exposure to inappropriate content are also major concerns. Children who watch unsupervised
are likely to miss out on opportunities for direct social interaction, which is important for
communication development. Active involvement of parents in limiting viewing time,
selecting quality content, and utilizing videos to support learning activities are key factors to
ensure maximum benefits. The research also highlights the importance of choosing content
from trusted sources, such as the BabyBus channel, to provide safe and positive education.
Kesimpulan
This study concludes that “Kiki Miu-Miu” videos on YouTube have significant potential to
support early childhood language development provided they are used wisely. Parents need to
ensure that children get optimal benefits through direct interaction and supervision of the
content they watch. This study shows the importance of balancing digital media utilization
with hands-on activities for children's holistic development.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
5. PELATIHAN PENGELOLAAN SDM DI ERA DIGITAL PADA UMKM
BINAAN DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL
Metodologi
1. Tatap Muka (Pengabdian Langsung ke Lokasi)
2. Demonstrasi (Pengajaran Pengelolaan Digital)
3. Tahap Persiapan (Survei Pendahuluan dan Wawancara)
4. Tahap Persiapan (Penyusunan Materi Pembelajaran)
5. Tahap Pelaksanaan (Penyuluhan dan Pengajaran Metode Picture dalam Menulis
Paragraf Narasi)
6. Tahap Evaluasi (Penilaian Hasil Kegiatan)
Hasil dan Pembahasan
Hasil pembahasan dari teks di atas dapat diringkas sebagai berikut:
1. Dominasi UMKM dalam Ekonomi Indonesia: UMKM merupakan sektor utama yang
menyumbang hampir 95% tenaga kerja di Indonesia, namun banyak UMKM menghadapi
kendala seperti keterbatasan akses ke jaringan bisnis, kesulitan keuangan, dan kurangnya
keterampilan digital.
2. Peningkatan Keterampilan SDM di Era Digital: Permintaan pelatihan bagi masyarakat
dalam pengembangan keterampilan teknologi meningkat. Pelatihan kini dapat dilakukan
melalui berbagai metode, seperti webinar, video tutorial, dan pelatihan online, yang
mempermudah akses bagi masyarakat di daerah terpencil.
3. Keterampilan Digital yang Diperlukan untuk UMKM:
o Pengurusan Website: Setiap bisnis membutuhkan website untuk
memperkenalkan produk dan terhubung dengan konsumen. Tim bisnis perlu
memiliki keterampilan dalam mengelola konten dan optimasi mesin pencari
(SEO).
o
Kreasi Visual Digital: Keterampilan membuat konten gambar yang berkualitas
penting untuk branding dan penjualan online. Bisnis harus dapat menghasilkan
konten visual yang profesional meskipun dengan anggaran terbatas.
o Penggunaan Alat Digital: Digitalisasi dalam operasional bisnis melalui aplikasi
untuk manajemen keuangan, penjualan, dan absensi sangat penting. Karyawan
perlu diberi pelatihan untuk beradaptasi dengan alat digital.
4. Evaluasi Pelatihan: Peserta pelatihan menunjukkan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam memanfaatkan teknologi, terutama dalam memasarkan produk
melalui media sosial. Hal ini mendukung peningkatan kemampuan kewirausahaan.
5. Dampak Positif Program Pembinaan UMKM: Program pelatihan berbasis teknologi
memberikan dampak positif bagi pelaku UMKM. Pelaku UMKM yang memahami
pentingnya teknologi dapat mengembangkan usaha mereka lebih lanjut, dan
pendampingan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan serta pendapatan mereka.
Kesimpulan
Kesimpulan dari teks ini adalah bahwa UMKM di Indonesia menghadapi kendala dalam
akses pasar dan keterampilan digital. Untuk mengatasi hal ini, pelatihan teknologi digital,
seperti pengelolaan website, kreasi visual, dan penggunaan alat digital, sangat penting.
Pelatihan ini telah terbukti meningkatkan keterampilan peserta, membantu pengembangan
usaha UMKM, dan meningkatkan pendapatan mereka.
Daftar Pustaka
Aidha, Z. (2017). Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan), 1(1), 42-59
Pramiswari, D. A. A., & Dharmadiaksa, I. B. (2017). Pengaruh E-Commerce Dan
Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Untuk
Berwirausaha. Ejurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20(1), 261-289.
Purwanto, H., & Trihudiyatmanto, M. (2018). Pengaruh Intensi Berwirausaha Orientasi
Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening pada
Sentra UMKM Carica di Wonosobo. Journal of Economic, Management, Accounting and
Technology, 1(1), 42–52. Https://doi.org/10.32500/jematech.v1i1.211
Rahayuningsih, P. A. (2020). Pemanfaatan Digital Kufi Dalam Meningkatkan
Technopreneurship Pada Organisasi Prisma. WIDYA LAKSANA, 9(2), 213-216.
Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di Indonesia.
Jurnal Ilmiah CanoEkonomos, 6(1), 51-58.
Susilowati, E. M. (2021). Pelatihan pembuatan masker kain dalam upaya mencegah
penularan Covid 19 di Surakarta. ABSYARA: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 2(1),
102-108
Ulrich, D.; Kryscynski, D.; Ulrich, M.; Brockbank, W. 2017. Victory Through Organization:
Why the War for Talent is Failing Your Company and What You Can Do About It. New
York: McGrawHill Education.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
6. IMPACT OF IMPLEMENTATION OF NUSANTARA MODULE ACTIVITIES
INDEPENDENT STUDENT EXCHANGE PROGRAM UNIVERSITAS 17
AGUSTUS 1945 SURABAYA
Tujuan Penelitian
In this PMM programme, the Nusantara Module is a compulsory course designed to
introduce cultural diversity, religion, ethnicity, and tolerance values. This study aims to
evaluate the impact of the Nusantara Module implementation in PMM on the cognitive,
attitudinal, and behavioural changes of participating students and to understand how the
programme supports the strengthening of students' values of tolerance, patriotism, and
competence.
Metodologi
This study used a quantitative approach with descriptive methods to evaluate the impact of the
Nusantara Module implementation in PMM. Data were collected through questionnaires
designed to measure cognitive, attitudinal, and behavioral impact indicators from inbound and
outbound students, and involved university lecturers and leaders as respondents. Research
procedures included data collection through questionnaires, focus group discussions (FGD) to
gain additional insights, and data analysis using descriptive statistical analysis techniques.
Questionnaires were administered to 32 inbound students, 167 outbound students, 10
Nusantara Module lecturers, and 9 university leaders. This research utilized total sampling to
ensure representation of the population involved in the program. Data analysis was conducted
by classifying, processing, and presenting the results in the form of meaningful numbers to
describe the impact of the program objectively. In addition, follow-up activities such as
research result seminars and scientific publications were also conducted to disseminate the
findings of this study. This approach is designed to provide a comprehensive understanding of
the effectiveness of the Nusantara Module in achieving the objectives of the PMM program.
Hasil dan Pembahasan
The Merdeka Student Exchange Program (PMM) that implements the Nusantara Module
significantly impacts inbound and outbound students. From a cognitive point of view, students
understand more about the diversity of cultures, ethnicities, and religions in Indonesia. They
also get hands-on learning experiences about local languages, local history, and traditions in
the recipient area. In terms of attitude, the students became more appreciative of differences,
increased their love for the country, and strengthened their sense of tolerance. In addition, there
are behavioral changes such as adapting to a new environment, better time discipline, and
openness to differences.
However, there are obstacles to implementing the online program, and students tend to be less
than optimal in exploring local knowledge and culture directly. Nevertheless, students'
enthusiasm remains high for learning and interacting with other participants. The program also
expands social networks, improves intercultural communication skills, and provides a unique
learning experience through direct interaction with communities in the recipient areas. Overall,
the program provides important benefits in developing social, academic, and values
competencies for students.
Kesimpulan
The Nusantara module in PMM succeeded in increasing students' tolerance, cultural
understanding, and love for their homeland. Despite technical constraints, the benefits obtained
by students, such as cross-cultural learning, broadening relationships, and increasing insight,
indicate the success of this program. This finding implies that future program management
needs to be improved, especially in ensuring offline implementation for optimal results.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
7. PODCAST-MEDIATED STUDENTS LEARNING ENGLISH IN THE SECOND
GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL
Tujuan Penelitian
Podcast media is considered as one of the innovative solutions to support the improvement of
English language learning. This study aims to find out the extent to which the use of podcasts
can assist students in achieving the learning objectives of English as a second language with a
focus on improving speaking and listening skills.
Metodologi
This study uses a qualitative approach to explore in depth how podcasts are used as a medium
for learning English, especially in improving listening and speaking skills. Data was collected
through direct observation during the learning process at SMA Negeri 1 Bekasi and structured
interviews with students and English teachers. Observations were conducted to understand
students' interactions with podcasts in daily learning activities, while interviews aimed to get
students' and teachers' perspectives on the effectiveness of podcasts. The researcher also used
an interview guide designed to explore students' experiences and challenges in using podcasts.
Data analysis was conducted using the interactive model from Miles and Huberman (2014),
which involves data reduction, data presentation, and iterative conclusion drawing. This
method allowed the researcher to comprehensively understand important patterns and the
impact of using podcasts on students' language skills.
Hasil dan Pembahasan
The use of podcasts in English language learning has various positive impacts on students'
skills, especially in listening and speaking. Podcasts offer access to authentic materials with
native accents, which help students improve pronunciation, increase vocabulary acquisition
and deepen listening comprehension. Students stated that they are more motivated to learn
because the materials presented are interesting and can be accessed at any time, either through
mobile phones or other devices. In addition, teachers also noted an increase in students'
engagement in class discussions as well as progress in their English pronunciation and
comprehension. By using podcasts, learning becomes more flexible and interactive, creating a
fun learning atmosphere and supporting the holistic development of communication skills. This
shows that podcasts are not only an effective learning tool but also help students feel more
confident in using English inside and outside the classroom.
Kesimpulan
This study concludes that podcasts are an effective learning media to support students'
vocabulary acquisition and English language skills. It increases students' learning motivation,
confidence and engagement in learning. Teachers are advised to integrate podcasts in learning
so that students can learn in a more interactive and fun way.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
8. WHY ALWAYS WOMEN?: GENDER INEQUALITY IN RUSMINI’S
“KENANGA”(A FEMINIST CRITICISM STUDY)
Tujuan Penelitian
The background of this research stems from the issue of gender inequality, which has become
a deeply rooted problem in various societies worldwide. This inequality is manifested in
multiple forms, including stereotypes that demean women, gender-based violence, and
restrictions on access to education and other opportunities. In the context of literature, this issue
often becomes a central theme explored by female authors to highlight the social realities faced
by women. Oka Rusmini, in her novel Kenanga, depicts gender injustice through the lives of
Balinese women who must endure the pressures of patriarchal culture. This research aims to
deeply analyze the forms of gender inequality experienced by the female characters in the novel.
The primary objective is to understand how these injustices are represented in literature and to
provide insights into the importance of social changes that support gender equality.
Metodologi
This study employs a descriptive qualitative method focusing on textual analysis. Data were
collected through reading and thoroughly understanding the novel Kenanga by Oka Rusmini.
The analysis process involves several stages: first, describing the data found in the novel;
second, identifying events that demonstrate forms of gender inequality; third, interpreting the
data using a feminist approach; and finally, concluding the analysis. The primary tool used in
this research is the framework of feminist criticism, which highlights issues such as gender
stereotypes, violence, marginalization, and the subordination of women. Relevant data were
extracted from quotes within the novel that depict female characters' experiences, and then
analyzed to uncover deeper meanings about the role of patriarchal culture in perpetuating
gender injustice.
Hasil dan Pembahasan
The findings reveal that the gender inequality portrayed in the novel Kenanga occurs through
various forms of injustice, including physical, psychological, and social violence experienced
by the female characters. For instance, the character Kenanga suffers sexual violence that
leaves deep trauma, while another character, Kemuning, faces forced marriage that strips her
of her right to decide her future. This inequality is also evident in the negative stereotypes
against women who choose to pursue education or careers, such as the character Intan, who is
deemed unworthy of higher education simply because of her caste status. Furthermore, the
novel highlights how patriarchal culture forces women to submit to the will of men, both within
the family and in society. Gender-based discrimination in education is another major issue,
where women from the Sudra caste are considered only suitable for basic education to meet
domestic needs. By depicting these realities, the novel Kenanga exposes how gender inequality
harms individuals and reinforces oppressive social structures.
Kesimpulan
Based on the analysis conducted, this research concludes that Oka Rusmini's novel Kenanga
illustrates various forms of gender inequality experienced by women, including violence,
stereotypes, marginalization, and subordination. These injustices reflect the strong patriarchal
culture in society, particularly within the Balinese traditions depicted in the novel. The findings
of this research underscore the importance of social changes that promote gender equality to
eliminate discrimination against women. Education and women's empowerment are key steps
to addressing these inequalities. Additionally, this novel serves as a tool for social critique,
inviting readers to reflect on the condition of women in society and the need to fight for their
rights. This research emphasizes that efforts to achieve gender equality must involve
sustainable cultural and structural changes so that women can enjoy equal positions, not out of
pity, but based on justice and their contributions to society.
Daftar Pustaka

Visual
Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
9. ANALISIS KESALAHAN EBI DALAM PAPAN MEREK TOKO JALAN RE
MARTADINATA HINGGA JALAN MURADI KOTA SUNGAI PENUH
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan dalam teks ini adalah pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Berikut adalah penjelasan ringkas mengenai metode penelitian tersebut:
1. Pendekatan Kualitatif dan Metode Deskriptif:
o Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi secara
alami, tanpa manipulasi atau eksperimen.
o Penelitian deskriptif berfokus pada penggambaran atau penentuan fenomena
yang ada dengan menggunakan data yang dikumpulkan langsung dari
sumbernya atau data yang sudah ada.
2. Tempat Penelitian:
o Penelitian dilaksanakan di kawasan Jalan R.E. Martadinata hingga Jalan
Muradi, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi.
3. Data dan Teknik Pengambilan Sampel:
o Data penelitian berupa teks pada papan merek toko di sepanjang jalan tersebut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu memilih sampel yang relevan dengan tujuan penelitian, dan sampel
diambil melalui teknik pemotretan.
4. Teknik Pengumpulan Data:
o Observasi: Mengamati langsung kondisi di lapangan.
o Dokumentasi: Mengumpulkan data dari teks papan reklame.
o Kepustakaan: Menggunakan referensi atau literatur yang relevan untuk
mendukung analisis.
5. Instrumen Pengumpulan Data:
o Peneliti sendiri yang berperan sebagai instrumen utama dalam penelitian ini,
menggunakan lembar observasi untuk mencatat kesalahan dalam penulisan
huruf kapital dan unsur serapan.
6. Validitas Data:
o Intrarater: Pengecekan data dilakukan berulang-ulang oleh peneliti untuk
memastikan keakuratan dan validitas data.
o
Interrater: Validitas data juga diperoleh dengan meminta pendapat ahli,
seperti guru Bahasa Indonesia dan dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, untuk
memeriksa dan mengkonfirmasi hasil analisis.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan diskusi dalam teks ini mengidentifikasi kesalahan penulisan pada papan reklame di
sepanjang jalan R.E. Martadinata hingga Jalan Muradi Kota Sungai Penuh. Kesalahan yang
ditemukan termasuk:
1. Kesalahan Penulisan Kata:
o Misalnya, "BOFET SATE KAMBING" seharusnya "BUFET SATAI
KAMBING". "Bofet" adalah kata yang salah, seharusnya "buffet", dan "sate"
harusnya "satai".
o Kata "PHOTO COPY" seharusnya "FOTOKOPI", sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia.
2. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital: Beberapa merek toko menggunakan huruf
kapital dengan cara yang salah, seperti menempatkan huruf kapital di tengah kata atau
seluruh kata menggunakan huruf kecil.
3. Kesalahan dalam Penulisan Kata Serapan: Banyak kesalahan terkait kata serapan
dari bahasa asing (seperti "family" yang seharusnya "famili") dan kata tidak baku
(seperti "sate" yang harusnya "satai").
Solusinya adalah dengan memperbaiki penulisan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dan aturan bahasa Indonesia yang berlaku, seperti menggunakan huruf
miring untuk kata serapan atau mengganti dengan padanan kata dalam bahasa Indonesia.
Kesimpulan
1. Dari 30 merek toko, ditemukan 3 merek toko yang mengalami kesalahan EBI berupa
pemakaian
huruf kapital yang terdapat pada tulisan papan merek toko di jalan R.E. Martadinata Sampai
Jalan
Muradi Kota Sungai Penuh.
2. Dari total 30 merek toko, ditemukan 27 merek toko yang mengalami kesalahan EBI
berupa
pemakaian unsur kata serapan yang terdapat pada tulisan papan merek toko di jalan
R.E.Martadinata Sampai Jalan Muradi Kota Sungai Penuh.
Daftar Pustaka
Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.
Chulsum, Umi dan Novia, Windi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Terbaru.
Surabaya: Kashiko Publisher.
Fahrurrozi dan Wicaksono, Andri. 2016. Sekilas Tentang Bahasa Indonesia: Catatan
Mengenai Kebijakan Bahasa, Kaidah Ejaan, Pembelajaran Sastra, Penerjemahan, dan BIPA.
Yogyakarta: Garudhawacana.
Hidayah, Nurul. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Garudhawacana.
Madjadikara, Agus S. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan: Bimbingan Praktis
Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Markhamah. 2014. Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenadamedia Group.
Permendiknas Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Sriyanto. 2014. Ejaan. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Pengajaran dan
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawah Pustaka.
Yendra. 2018. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta: Deepublish.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
10. WASEI EIGO AND GAIRAIGO IN INSTAGRAM
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
11. MAJAS DALAM HAIKU KARYA MATSUO BASHO
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan stilistika, yang fokus pada
analisis sistem linguistik karya sastra untuk mengungkapkan makna estetis keseluruhan dari
karya tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji gaya bahasa kiasan dalam
kumpulan haiku karya Matsuo Basho. Berikut langkah-langkah metode yang digunakan:
1. Metode Struktural: Haiku diterjemahkan dari bahasa Jepang dan Inggris ke dalam
bahasa Indonesia untuk memahami makna keseluruhan puisi. Setelah itu, jenis-jenis
gaya bahasa (majas) yang ditemukan dianalisis.
2. Teknik Pengumpulan Data: Data dikumpulkan dengan metode simak, yaitu dengan
cara menyimak dan mencatat haiku dari buku Basho's Haiku: Selected Poems of
Matsuo Basho (2004). Data sekunder diambil dari referensi penelitian terdahulu.
3. Analisis Kualitatif: Data dianalisis secara kualitatif, yakni dengan mendeskripsikan
narasi dalam kata-kata tanpa analisis statistik.
4. Metode Agih: Analisis dilakukan dengan metode agih, yaitu teknik yang
memisahkan unsur bahasa yang diteliti menggunakan teknik Pilah Unsur Penentu
(PUP), yang mengelompokkan data sebelum dianalisis dan disimpulkan.
Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi dan memahami penggunaan gaya
bahasa serta fungsinya dalam karya sastra haiku Basho.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pembahasan dari teks tersebut menjelaskan berbagai majas (gaya bahasa) yang
digunakan oleh Matsuo Basho dalam haiku-haiku karyanya, serta makna dan konteks di balik
penggunaan gaya bahasa tersebut. Berikut adalah uraian dari masing-masing gaya bahasa
yang dibahas:
1. Majas Litotes:
o Pembahasan: Litotes digunakan untuk merendahkan atau mengecilkan
kenyataan. Dalam haiku ini, Basho menggambarkan dirinya yang sedang
beristirahat di alam terbuka, namun ia menggunakan perbandingan dengan
anjing untuk menekankan betapa minimnya kenyamanan dalam perjalanannya.
2.
3.
4.
5.
6.
Meskipun ia beristirahat di atas rumput di tengah hujan musim dingin, ia
masih memikirkan kondisi makhluk lain, seperti anjing yang mungkin juga
kehujanan.
Majas Oksimoron:
o Pembahasan: Oksimoron menggabungkan dua konsep yang bertentangan,
dalam hal ini bulan yang terlihat tetapi terasa tidak ada. Haiku ini
menggambarkan suasana lengang di Suma, di mana meskipun bulan terlihat,
keberadaannya tidak terasa karena kesunyian dan ketenangan musim panas di
tempat tersebut.
Majas Zeugma:
o Pembahasan: Zeugma adalah gaya bahasa di mana dua kata yang
bertentangan digabungkan untuk menyampaikan makna yang lebih dalam.
Basho menggunakan "timur ke barat" untuk menunjukkan bahwa kesedihan
yang dialami oleh seseorang adalah sesuatu yang universal, yang hadir di
mana saja, seperti angin musim gugur yang berhembus tanpa memandang
arah.
Majas Metonimia:
o Contoh: Saigyō no / iori mo aran / hana no niwa ("Pertapaan Saigyō pasti ada
di sini, taman berbunga.")
o Pembahasan: Dalam metonimia, nama satu objek digunakan untuk
menggantikan objek lain yang berhubungan erat. Basho menggunakan nama
Saigyō, seorang biarawan terkenal, untuk menggantikan tempat tinggal Naitō
Rosen, di mana Basho sedang bertamu. Dengan demikian, meskipun ia berada
di rumah Naitō Rosen, Basho merasakan suasana yang mengingatkan pada
tempat pertapaan Saigyō.
Majas Sinekdoke:
o Contoh: Sakazuki ni / mitsu no na o nomu / koyoi kana ("Dalam cangkir,
meminum tiga nama, malam ini.")
o Pembahasan: Sinekdoke digunakan untuk menggantikan keseluruhan dengan
sebagian. Dalam haiku ini, Basho menggunakan "tiga nama" untuk
menggantikan nama tiga tamunya yang datang ke gubuknya. Ini memberikan
kesan bahwa Basho hanya perlu menyebutkan sebagian (nama) untuk
menggambarkan seluruh peristiwa tersebut.
Majas Alusi:
o Contoh: Kyōku kogarashi no / mi wa Chikusai ni / nitaru kana ("Puisi gila:
pada angin musim dingin, tidakkah tubuhku mirip Chikusai.")
o Pembahasan: Alusi merujuk pada tokoh atau peristiwa tertentu yang dikenal
bersama oleh penulis dan pembaca. Dalam haiku ini, Basho mengaitkan
dirinya dengan Chikusai, seorang dokter jenaka yang terkenal karena puisi
gilanya dan kehilangan pasiennya. Basho, yang sedang dalam perjalanan
musim dingin dan tampak lusuh, merasa dirinya mirip dengan Chikusai yang
juga tampak tidak terawat akibat keterlarutannya dalam puisi.
Secara keseluruhan, teks ini menggambarkan berbagai majas yang digunakan oleh Basho
dalam karyanya untuk memperkaya makna dan menggambarkan suasana hati, kondisi, serta
interaksi antara alam, manusia, dan kehidupan yang penuh kefanaan.
Kesimpulan
Berikut adalah 6 kesimpulan yang dapat diambil dari teks di atas:
1. Penggunaan Majas Litotes untuk Merendahkan Kenyataan
Basho menggunakan majas litotes untuk merendahkan kenyataan tentang dirinya yang
sedang beristirahat di alam terbuka, dengan membandingkannya dengan anjing yang
mungkin juga kehujanan. Hal ini menggambarkan suasana yang sederhana dan
kekurangan kenyamanan dalam perjalanan.
2. Eksplorasi Majas Oksimoron untuk Menciptakan Kontras
Dalam haiku tentang bulan di Suma, Basho menggabungkan dua konsep yang
bertentangan melalui oksimoron. Meskipun bulan terlihat, keberadaannya terasa absen
karena kesunyian yang melingkupi Suma, menggambarkan ketidakhadiran meskipun
secara fisik ada.
3. Penerapan Majas Zeugma untuk Menyampaikan Makna Universal
Basho menggunakan majas zeugma untuk menunjukkan bahwa kesedihan adalah
sesuatu yang universal, dengan frasa "timur ke barat" yang menggambarkan
kesedihan yang sama, di mana pun, seperti angin musim gugur yang tidak
memandang arah.
4. Metonimia Sebagai Pengganti Tempat yang Terkait
Dalam penggunaan majas metonimia, Basho menggantikan tempat tinggal Naitō
Rosen dengan nama Saigyō, seorang biarawan terkenal. Hal ini menambah dimensi
makna bahwa suasana tempat tersebut mengingatkan pada pertapaan Saigyō
meskipun sebenarnya berada di rumah Naitō Rosen.
5. Sinekdoke untuk Menggambarkan Keseluruhan dengan Sebagian
Basho menggunakan majas sinekdoke dengan menyebutkan "tiga nama" untuk
menggambarkan keseluruhan peristiwa yang melibatkan tiga tamunya. Hal ini
menunjukkan cara Basho merangkum peristiwa tersebut dalam bentuk yang lebih
singkat dan padat.
6. Alusi untuk Mengaitkan Diri dengan Tokoh yang Dikenal
Dalam haiku musim dingin, Basho mengaitkan dirinya dengan Chikusai, seorang
tokoh dalam cerita rakyat Jepang, untuk menggambarkan kondisinya yang lusuh dan
kumal. Alusi ini memberi pembaca pemahaman bahwa Basho merasa dirinya dalam
keadaan terpuruk seperti Chikusai, yang juga tampak tidak terawat karena fokusnya
pada puisi.
Daftar Pustaka
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Barnhill, David Landis. 2004. Basho’s Haiku: Selected Poems of Matsuo Basho. Albany:
State University of New York Press.
Barnhill, David Landis. 2005. Basho’s Journey: The Literary Prose of Matsuo Basho.
Albany: State University of New York Press.
Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Matsura, Kenji. 1994. 日本語―インドネシア語辞典. Kyoto: Kyoto Sangyo University
Press.
Nasir, M.L., (2018) “Analisis Haiku Karya Matsuo Basho: Kajian Stilistika”. Prodi
Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.
Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Sulistianingrum, (2016) “Majas dalam Lirik Lagu Yoshioka Yui di Album Green Garden
Pop: Kajian Stilistika”. Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro Semarang.
Supriyanto, Teguh. 2009. Penelitian Stilistika dalam Prosa. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendididikan Nasional.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Terebess,
Gábor, “Matsuo Bashō’s Complete Haiku in Japanese.”
Terebess Asia Online (2011). Waluyo, Herman J. 1995. Pengkajian Cerita Fiksi.
Surakarta: Sebelas Maret Universty Press.
Warriner, John E., et al. 1977. Advanced Composition: A Book of Models for Writing.
New York: Harcourt Brace Jovanovic.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
12. UNGKAPAN DAN EKSPRESI MARAH DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN
VOLUME 18 KARYA YOSHITO USUI
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ungkapan emosional kemarahan yang
ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam komik Crayon Shinchan volume 18. Penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi bentuk ungkapan kemarahan melalui onomatope, akhiran "yo", dan
bentuk perintah.
2. Menyusun ekspresi marah tokoh dalam bentuk gerakan tubuh dan perubahan wajah.
3. Menjelaskan hubungan antara bahasa verbal dan ekspresi visual dalam
menyampaikan emosi marah.
Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk memahami cara kemarahan diekspresikan
dalam komik melalui bahasa dan visual.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan
dari teks yang diberikan adalah sebagai berikut:
Hasil:
1. Ungkapan Kemarahan dengan Onomatope: Tokoh dalam komik Crayon Shinchan
menggunakan berbagai bentuk onomatope untuk mengekspresikan kemarahan, seperti
"Nunu~", "Koras", dan "Eeit". Ungkapan ini sering diikuti oleh kalimat yang
menggambarkan situasi yang memicu kemarahan mereka, misalnya krisis umat
manusia atau perasaan tersinggung.
2. Penggunaan Akhiran "yo": Tokoh yang sedang marah sering menggunakan akhiran
"yo" untuk mempertegas atau mengingatkan lawan bicara tentang suatu keadaan yang
mereka anggap penting. Penggunaan ini menunjukkan intensitas emosi marah, seperti
dalam ungkapan "Anta mo shitsurei dayo" (Anda juga tidak sopan lho!).
3. Bentuk Perintah dan Larangan: Beberapa bentuk perintah dan larangan juga
diungkapkan saat kemarahan, seperti "Jangan memutar boneka terus!!" atau "Diam!!".
Ini menunjukkan ekspresi kemarahan yang langsung pada perilaku atau tindakan
lawan bicara.
4. Ekspresi Marah melalui Tubuh dan Wajah: Terdapat sembilan bentuk ekspresi
marah yang ditunjukkan melalui sikap tubuh dan gerakan wajah tokoh. Ekspresi ini
termasuk mulut menganga, menggertakkan gigi, mata melotot, berkacak pinggang,
mencakar wajah, dan mengepal tangan, yang masing-masing mengindikasikan tingkat
kemarahan yang berbeda, mulai dari kesal hingga marah besar atau mengamuk.
Pembahasan: Teks ini menjelaskan bagaimana Crayon Shinchan menggambarkan
kemarahan tokoh-tokohnya melalui dua aspek utama: ungkapan verbal dan ekspresi tubuh.
Penggunaan onomatope, akhiran "yo", dan bentuk perintah atau larangan menggambarkan
intensitas dan tujuan komunikasi kemarahan secara langsung. Sementara itu, ekspresi fisik,
seperti mulut menganga, mata melotot, atau mengepalkan tangan, mengindikasikan
perubahan emosional yang lebih dalam, sesuai dengan teori emosi yang dijelaskan oleh
Goleman dan Hamzah. Dengan cara ini, komik ini menyampaikan berbagai nuansa
kemarahan dengan cara yang dapat dipahami secara visual maupun verbal oleh pembaca.
Kesimpulan
 Ekspresi Kemarahan Secara Verbal
Dalam komik Crayon Shinchan volume 18, ungkapan kemarahan sering diungkapkan melalui
penggunaan onomatope, seperti "Nunu~" dan "Koras", yang menyertai kalimat untuk
menggambarkan situasi yang memicu kemarahan tokoh.
 Penggunaan Akhiran "yo"
Akhiran "yo" digunakan oleh tokoh yang sedang marah untuk mempertegas atau
mengingatkan lawan bicara tentang keadaan atau informasi tertentu. Hal ini menunjukkan
intensitas emosi yang kuat, terutama saat tokoh merasa frustrasi atau tidak dipahami.
 Bentuk Perintah dan Larangan
Perintah dan larangan seperti "Diam!!" atau "Keluar!!" juga merupakan cara tokoh
mengekspresikan kemarahan secara langsung, menunjukkan ketegasan dalam menghadapi
situasi yang dianggap mengganggu atau tidak sesuai.
 Ekspresi Marah Melalui Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah, seperti mulut menganga, mata melotot, atau mengerutkan dahi,
mengindikasikan kemarahan yang intens. Ciri fisik tersebut menggambarkan perubahan
emosional yang signifikan, yang sering disertai dengan gerakan tubuh yang lebih agresif.
 Gerakan Tubuh sebagai Ekspresi Kemarahan
Selain ekspresi wajah, postur tubuh seperti berkacak pinggang, mencakar wajah, dan
mengepalkan tangan adalah bentuk ekspresi non-verbal yang digunakan oleh tokoh untuk
menyampaikan kemarahan mereka. Gerakan ini memperjelas emosi yang sedang dialami.
 Komunikasi Emosional melalui Verbal dan Visual
Secara keseluruhan, komik ini menggunakan kombinasi bahasa verbal dan ekspresi visual
untuk menggambarkan berbagai nuansa kemarahan. Kedua elemen ini bekerja sama untuk
menyampaikan perasaan marah tokoh dengan cara yang mudah dipahami oleh pembaca, baik
dari segi intensitas maupun jenis emosi yang muncul.
Daftar Pustaka
 Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa & Sastra. Malang:
Yayasan Asah Asih Asuh.
 Chaer, A. 2009. Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
 Dardjowidjojo, S. 2003. Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
 Dirgagunarsa, S. 1992. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
 Dewie, R. 2015. “Kisah Tragis Serial Anak ‘Crayon Shinchan’”. www.kompasiana.com (diakses
tanggal 19 Oktober 2017).
 Goleman, D. 2004. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
 Hutomo, D. 2014. “Hal Unik di balik Crayon Shinchan”. https://jadiberita.com/20627/hal-unik-dibalik-crayon-shinchan.html (diakses tanggal 19 Oktober 2017).
 Kartono, K. 1980. Teori Kepribadian. Bandung: Alumni.
 Maqassary, Aldi A. 2013. Pengertian Komik. http://www.ejurnal.com/2013/04/pengertiankomik.html (diakses tanggal 17 Oktober 2017).
 Mezurashii Vol. 2 No. 1 Bulan Januari 2020.
 Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
 Penny, D. H. 1975. Petunjuk-petunjuk Untuk Pekerja Penelitian di Bidang Ilmu-ilmu Sosial.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Ekonomi FE UGM.
 Purbani, Widyastuti. 2006. Jurnal Diksi: Membaca Komik Crayon Shinchan Dengan Wacana
Posmodernisme. www.portalgaruda.org (diakses tanggal 17 Oktober 2017).
 Rviana, Nessa. 2017. Teori Komik. www.scribd.com (diakses tanggal 12 Januari 2018).
 Safaria, T. & Saputra, N. E. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
 Sarwono, S. W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
 Sevilla, C. G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.
 Sihabudin, A. 2013. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
 Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
 Usui, Yoshito. 1990. Komik Crayon Shinchan. Japan: Futabasha.
https://www.lightnovel.cn/thread-766461-1-1.html (diakses tanggal 17 Oktober 2017).
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
13. MAKNA KANYOUKU ME (MATA) DALAM NOVEL KOIZORA KARYA MIKA
Okta Pratiwi Wijayanto Sujarwo Umul Khasanah
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis makna leksikal dan idiomatik dari
kanyouku yang menggunakan kata "me" (mata) dalam novel Koizora karya Mika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai makna yang terkandung
dalam ungkapan-ungkapan tersebut dan menjelaskan bagaimana kata "me" digunakan
dalam konteks yang berbeda, seperti penglihatan, ekspresi wajah, dan alat untuk
menggambarkan kejadian.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai metode yang dipakai:
1. Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendalami
makna dan konteks yang terkandung dalam data, tanpa mengutamakan pengukuran
numerik atau statistik. Penelitian kualitatif cocok untuk memahami fenomena bahasa,
seperti ungkapan (kanyouku) yang digunakan dalam novel.
2. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kanyouku yang menggunakan kata
"me" (mata) yang terdapat dalam novel Koizora karya Mika. Data ini diambil
berdasarkan contoh ungkapan dalam teks tersebut yang mengandung kata "me".
3. Metode Deskriptif
Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan makna dari
kanyouku yang terkandung dalam kata "me". Penelitian ini berfokus pada penguraian
makna leksikal (makna harfiah) dan makna idiomatik (makna yang terbentuk dalam
budaya atau konteks tertentu) dari kanyouku tersebut. Metode deskriptif
memungkinkan peneliti untuk menjelaskan secara mendetail arti dan fungsi kata atau
ungkapan dalam konteksnya.
4. Analisis Makna Leksikal dan Idiomatik
Analisis dilakukan untuk memeriksa bagaimana kata "me" (mata) dalam kanyouku
mengandung berbagai makna. Penelitian ini membagi kanyouku yang mengandung
kata "me" ke dalam beberapa kategori berdasarkan maknanya, yaitu makna mata
terbuka dan melihat, ekspresi tersenyum, alat untuk menggambarkan kejadian,
ekspresi kebahagiaan, serta makna penglihatan atau pandangan.
5. Hasil Analisis
Dalam penelitian ini, ditemukan 18 data kanyouku yang dianalisis. Dari jumlah
tersebut, 6 kanyouku mengandung makna terkait dengan "mata terbuka" atau
"melihat", 1 kanyouku yang menggambarkan ekspresi tersenyum, 2 kanyouku yang
menggambarkan kejadian yang telah diketahui, 1 kanyouku yang menggambarkan
ekspresi kebahagiaan, dan 8 kanyouku yang berhubungan dengan penglihatan atau
pandangan.
Metode deskriptif dalam penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan secara sistematis makna dari kanyouku yang digunakan dalam novel tersebut,
dengan memusatkan perhatian pada arti kata dalam konteks budaya dan naratif yang ada
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan dalam teks ini dapat dibagi menjadi enam bagian utama sebagai
berikut:
1. Bagian Pertama: Analisis Makna Kanyouku "Me ga sameru"
o Data pertama membahas makna kanyouku 目が覚める (me ga sameru), yang
secara leksikal berarti "membuka mata," namun secara idiomatik memiliki arti
"mulai sadar atau memahami setelah keraguan." Hal ini menunjukkan bahwa
dalam konteks cerita, tokoh mulai mengatasi keraguannya.
2. Bagian Kedua: Kanyouku "Me o nusumu" dan "Me o toosu"
o Pada kanyouku 目を盗む (me o nusumu), makna idiomatiknya adalah
"melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi," yang menggambarkan
tindakan yang dilakukan secara diam-diam oleh tokoh. Kemudian, pada 目を
通す (me o toosu), makna idiomatiknya adalah "melihat dengan seksama,"
yang menggambarkan perhatian penuh terhadap objek atau situasi.
3. Bagian Ketiga: Kanyouku "Me ni yaki tsuku" dan "Me ni ukabu"
o Kanyouku 目に焼き付く (me ni yaki tsuku) memiliki makna "kesan atau
ingatan yang akan selalu teringat," yang mengungkapkan perasaan yang
mendalam tentang sebuah pengalaman. Sedangkan 目に浮かぶ (me ni ukabu)
berarti "membayangkan atau membayangkan dalam pikiran," yang
menggambarkan ingatan atau perasaan yang muncul kembali dalam benak
tokoh.
4. Bagian Keempat: Kanyouku "Me o ubau" dan "Me o hosomeru"
o Kanyouku 目を奪う (me o ubau) menjelaskan tentang rasa terpikat atau
terpesona oleh sesuatu, menunjukkan betapa kuatnya perhatian yang terfokus
pada suatu objek. Di sisi lain, 目を細める (me o hosomeru) menggambarkan
ekspresi wajah yang menunjukkan kebahagiaan atau perasaan tersentuh,
biasanya terjadi ketika seseorang tersenyum dengan senang hati.
5. Bagian Kelima: Kanyouku "Me ga hanasenai" dan "Me o hiraku"
o 目が離せない (me ga hanasenai) mengandung makna "selalu memperhatikan
atau mengawasi sesuatu dengan cermat," menunjukkan pengawasan yang
penuh perhatian. Sementara 目を開く (me o hiraku) berarti "memahami atau
memperoleh pengetahuan," yang mengisyaratkan bahwa tokoh mulai
memahami kenyataan atau situasi yang baru.
6. Bagian Keenam: Kanyouku "Me ni hairu" dan "Me o kagayakaseru"
o Kanyouku 目に入る (me ni hairu) berarti "melihat atau memperhatikan
sesuatu," yang menunjukkan bagaimana perhatian seseorang tertuju pada suatu
objek secara tidak sengaja. Terakhir, 目を輝かせる (me o kagayakaseru)
menggambarkan perasaan penuh harapan dan kebahagiaan yang memancar
melalui mata tokoh, sering kali dalam situasi yang menggembirakan atau
penuh harapan.
Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang dibagi menjadi enam bagian:
1. Pendahuluan
Analisis ini bertujuan untuk mengkaji makna kanyouku (ungkapan yang
menggunakan kata "mata") dalam novel Koizora karya Mika. Fokus utama adalah
bagaimana ungkapan tersebut menggambarkan perasaan dan situasi yang dialami oleh
karakter-karakter dalam cerita.
2. Makna Leksikal dan Idiomatik
Ungkapan yang menggunakan kata "mata" dalam Koizora memiliki makna leksikal
(makna harfiah) dan makna idiomatik (makna yang berkembang dalam konteks
budaya atau sosial). Perbedaan ini menunjukkan bagaimana kata yang sama bisa
memiliki arti berbeda tergantung pada konteks penggunaannya.
3. Contoh Ungkapan dalam Novel
Dalam novel ini, terdapat ungkapan seperti 目が覚める (me ga sameru) yang berarti
"membuka mata" atau "menyadari sesuatu", dan 目を盗む (me o nusumu) yang
bermakna "mencuri mata" atau "berpura-pura tidak dilihat". Setiap ungkapan ini
memiliki makna yang dalam dan sesuai dengan alur cerita.
4. Emosi dan Perasaan Karakter
Ungkapan-ungkapan ini berfungsi untuk menggambarkan emosi dan perasaan
karakter-karakter dalam novel, seperti perasaan terkejut, cemas, atau perubahan dalam
pandangan hidup mereka. Ini menambah kedalaman pemahaman pembaca terhadap
karakter-karakter tersebut.
5. Dinamika Hubungan Antar Karakter
Kanyouku yang digunakan dalam teks ini juga mencerminkan dinamika hubungan
antar karakter. Melalui ungkapan yang mengandung makna tersembunyi, pembaca
bisa merasakan ketegangan, harapan, atau perasaan yang sulit diungkapkan secara
langsung oleh karakter.
6. Kesimpulan
Secara keseluruhan, penggunaan kanyouku dalam Koizora tidak hanya sebagai
ungkapan harfiah tetapi juga mengandung makna kontekstual yang memperkaya
cerita. Pemahaman terhadap makna leksikal dan idiomatik kanyouku membantu
pembaca lebih memahami perasaan, hubungan antar karakter, serta dinamika
perubahan yang terjadi dalam cerita.
Daftar Pustaka
Abdul Chaer. 1993. Kamus Idiom Bahasa Indonesia. Ende, Flores: Nusa Indah.
Abdul Chaer. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Abdul Chaer. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Akimoto, Miharu. 2002. Yoku Wakaru Goi (Nihongo Kyoushi • Bunyabetsu Masuta-ShiriZu). Tokyo: Aruku.
Daiji, Shiraishi. 1983. Kokugo Kanyouku Daijiten. Tokyo: Tokyodou.
Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT
Refika Aditama.
Fatimah Djajasudarma. 2009. Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT
Refika Aditama.
Goro Taniguchi. 2000. Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Geoffrey Leech. 1976. Semantics. Utrecht/Antwerpen: Uitgeverij Het Spectrum.
Harimurti Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik: Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
Gengogaku no Susume. Tokyo: Taishuukan Shoten.
Kinanti Larasati. 2012. Makna Dan Majas Dalam Idiom (Kanyouku) Yang Berunsur Mata
(Me) Dan Mulut (Kuchi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Mansur Pateda. 1986. Semantik Leksikal. Ende, Flores: Nusa Indah.
Mika. 2006. Koizora: Setsunai Koi Monogatari. Tokyo: Starts Publications.
Reikai Kanyouku Jiten. Tokyo: Soutakusha.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
1994. Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Pateda, Mansur. 1986. Semantik Leksikal. Ende, Flores: Nusa Indah.
Course in General Linguistics. New York: McGraw Hill
Book Company.
Nihongo Tango Doriru. Tokyo: Ask Publishing.
Siti Rokhani. 45 Contoh Kalimat Ungkapan Dalam Bahasa Indonesia.
https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-ungkapan diakses pada 31 Oktober 2017.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yutaka, Miyaji. 1984. Kanyouku no Imi to Yohou. Tokyo: Majishoin.
Yukiko, Sakata. 1995. Sanseido Jitsuyou Kanyouku Jiten. Tokyo: Sanseido Heshuujo.
Ini Admin. Idiom Bahasa Jepang – Kao Ga Hiroi. https://inijapanese.id/idiom-bahasajepang-kao-ga-hiroi/ diakses pada 19 Oktober 2017.
Ini Admin. Idiom Bahasa Jepang – Abata mo Ekubo. https://inijapanese.id/idiom-bahasajepang-abatamoekubo/ diakses pada 19 Oktober 2017
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
14. NASE MITSUKI'S USE OF SHUUJOSHI JOSEIGO IN KYOUKAI NO KANATA
Tujuan Penelitian
The background of this study focuses on female language variation (joseigo) in Japanese,
especially sentence-ending particles (shuujoshi) used by the character Nase Mitsuki in the
anime Kyoukai no Kanata. The purpose of this study is to describe the types and functions of
the use of shuujoshi joseigo based on the context of the conversation displayed in the anime.
Metodologi
This study employs a sociolinguistic approach with a qualitative descriptive method, aiming to
analyze the forms and functions of shuujoshi joseigo based on their usage contexts. The data
analyzed consist of dialogues spoken by Nase Mitsuki in episodes 1 to 6 of the anime Kyoukai
no Kanata. Data collection was conducted using recording and note-taking techniques to
capture dialogues containing shuujoshi joseigo. The data collection process involved several
stages: selecting the data source from the anime script, reading and recording relevant
dialogues, and organizing the data into tables to facilitate analysis. The collected data were
then analyzed by identifying the types of shuujoshi joseigo, connecting them to the
conversational contexts, and evaluating their functions in various situations. The analysis was
carried out comprehensively to describe the variations in particle usage and to identify
linguistic patterns reflecting the interplay between language, culture, and gender.
Hasil dan Pembahasan
This study found 99 data on Nase Mitsuki's use of shuujoshi joseigo, which is divided into 13
particle types: no, wa, yo, ne, kashira, noyo, wayo, none, wane, kotone, wayone, noyone, and
nanoyo. The functions of these particles include statement softening, question marking, opinion
indicating, affirmation, and expression of feelings such as admiration, complaint, doubt, and
criticism. For example, no is often used to convey a subtle statement, while yo indicates an
invitation or expression of annoyance. In addition, compound particles such as noyo or wane
exhibit dual functions, such as indicating opinions as well as expressing feelings. These
findings show that the varied use of shuujoshi joseigo not only emphasizes the femininity of
characters, but also becomes an effective communication tool to portray emotions, social
relationships, and the dynamics of interactions between characters in an anime context. This
reflects how cultural and gender elements influence language representation in fictional media.
Kesimpulan
This study concludes that the character Nase Mitsuki uses 13 types of shuujoshi joseigo with
diverse functions to reflect various emotional and social nuances. The findings show that
gendered language variations are still relevant in certain contexts, especially in the
representation of fictional characters such as in anime. The results also imply the importance
of understanding cultural and gender contexts in linguistic analyses.
Daftar Pustaka

Visual
Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
15. MULTICULTURAL-BASED CHARACTER EDUCATION IN AN EFFORT TO
MAINTAIN THE SPIRIT OF UNITY AND ONENESS OF INDONESIA
Tujuan Penelitian
This research was initiated because of the diversity of ethnicity, race, religion, language, and
values in Indonesia, which is often a source of conflict that can threaten national integration.
This research aims to understand multicultural-based character education as an effort to
maintain the spirit of unity and integrity of the Indonesian nation.
Metodologi
The methodology of this study employed a qualitative descriptive approach aimed at describing
and analyzing multicultural-based character education in efforts to maintain national unity.
Data were collected through literature studies and documentation, which involved an in-depth
review of various relevant literature, theories, and research findings related to the topic. The
literature study included gathering information from books, scientific journals, and research
reports, while documentation involved analyzing documents and regulations related to the
research variables. The collected data were then systematically analyzed to be interpreted and
presented in a qualitative descriptive format, providing a comprehensive overview of the
relationship between multicultural-based character education and efforts to preserve
Indonesia's spirit of unity.
Hasil dan Pembahasan
Multicultural-based character education is seen as crucial in Indonesia to promote national
unity in the face of its diverse population. The education system aims to cultivate values such
as tolerance, good manners, hospitality, democracy, national spirit, nationalism, patriotism,
love for the country, friendly attitude, and peace. Tolerance is highlighted as fundamental for
respecting differences and preventing conflicts, while good manners and hospitality foster
harmonious social relations. Democracy is promoted as a way of life, with an emphasis on
respecting individual rights and responsibilities, as well as conflict resolution through dialogue.
National identity and patriotism are also emphasized to cultivate respect for diversity as a
valuable national asset. Additionally, the importance of peaceful and communicative characters
is emphasized to enhance problem-solving abilities and create harmony. This holistic approach
to character education aims to develop a society that is tolerant, united, and capable of
coexisting harmoniously amidst cultural diversity.
Kesimpulan
This research concludes that multicultural-based character education is very important in
maintaining the unity of Indonesia. Values such as tolerance, love for the country, and national
spirit must be instilled from an early age to form citizens who respect diversity and are able to
live in harmony amidst cultural plurality.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
16. PERSEPSI TERHADAP TOKOH WANITA DALAM ANIME 2D MENURUT
PARA PECINTA ANIME DI INDONESIA
Tujuan Penelitian
dalah untuk menganalisis persepsi pecinta anime di Indonesia terhadap tokoh wanita dalam anime
2D. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana para pecinta anime memilih,
menginterpretasikan, dan bereaksi terhadap tokoh wanita dalam anime, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kesukaan mereka terhadap tokoh tersebut. Dengan menggunakan metode
campuran, penelitian ini ingin memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai pandangan dan
perilaku para pecinta anime terkait tokoh wanita 2D dalam budaya Jepang.
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode campuran (mixed
method), yang menggabungkan pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai metode ini:
1. Metode Campuran (Mixed Method):
Penelitian ini menggabungkan kedua pendekatan (kuantitatif dan kualitatif) untuk
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai persepsi pecinta anime
terhadap tokoh wanita dalam anime 2D. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data yang lebih mendalam dan luas, serta menganalisis data dengan lebih lengkap
melalui dua jenis pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi.
2. Deskriptif Kuantitatif:
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data numerik mengenai
persepsi responden terhadap tokoh wanita dalam anime 2D. Data ini diolah secara
statistik untuk menggambarkan pola atau kecenderungan yang muncul dari sampel
yang diteliti. Data kuantitatif diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada 124
responden.
3. Deskriptif Kualitatif:
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami lebih dalam mengenai pengalaman,
perasaan, dan makna yang diberikan responden terhadap tokoh wanita dalam anime
2D. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi tema-tema yang muncul
dari jawaban responden dalam angket yang bersifat terbuka atau mendalam.
4. Pengumpulan Data:
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang
disebarkan secara online menggunakan Google Form. Angket ini dirancang untuk
memperoleh data terkait persepsi responden terhadap tokoh wanita dalam anime 2D.
5. Populasi dan Sampel:
Populasi dalam penelitian ini adalah pecinta anime di Indonesia. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 124 orang yang dipilih menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu
yang relevan dengan tujuan penelitian.
6. Analisis Data:
Data yang diperoleh dari angket akan dianalisis dengan mengintegrasikan hasil
temuan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yang kemudian digunakan untuk
menarik kesimpulan secara inferensial. Integrasi hasil dari kedua metode ini
memungkinkan peneliti untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
persepsi pecinta anime terhadap tokoh wanita dalam anime 2D.
Dengan menggunakan metode campuran, penelitian ini dapat menggali data secara lebih luas
dan mendalam, serta memberikan pemahaman yang lebih holistik mengenai topik yang
diteliti.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini melibatkan 124 pecinta anime dari Indonesia yang dipilih menggunakan
metode purposive sampling. Responden terdiri dari laki-laki (80 orang) dan perempuan (44
orang) dengan usia bervariasi, namun mayoritas berada pada rentang usia 16-20 tahun (67
orang). Sebagian besar responden (123 orang) mengenal tokoh wanita dalam anime 2D, dan
106 orang memiliki tokoh wanita yang mereka sukai. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis persepsi para pecinta anime terhadap tokoh wanita dalam anime 2D.
Persepsi terhadap Tokoh Wanita dalam Anime 2D:
Penelitian ini mengidentifikasi tiga tahapan persepsi, yaitu seleksi, interpretasi, dan reaksi.
1. Seleksi:
Pada tahap ini, responden memilih media yang mereka gunakan untuk mengenal
tokoh wanita dalam anime 2D dan jumlah tokoh wanita yang mereka ketahui.
2. Interpretasi:
Di tahap ini, responden mengungkapkan preferensi mereka terhadap jumlah dan jenis
karakter wanita dalam anime 2D yang disukai, serta perasaan dan anggapan mereka
tentang tokoh tersebut. Mereka juga mengungkapkan keinginan agar tokoh yang
disukai bisa hidup di dunia nyata.
3. Reaksi:
Responden menyatakan cara mereka mengekspresikan rasa suka terhadap tokoh
wanita yang disukai, reaksi jika tokoh tersebut dianggap buruk oleh orang lain, serta
barang-barang yang mereka koleksi terkait tokoh tersebut.
Pembahasan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi para pecinta anime terbentuk melalui proses
seleksi, interpretasi, dan reaksi. Mereka mengenal tokoh wanita 2D melalui berbagai media
dan memberikan makna khusus terhadap tokoh tersebut. Selain itu, mereka mengungkapkan
reaksi terhadap tokoh yang disukai, seperti membeli barang yang terkait dengan tokoh
tersebut, tetapi tetap bersikap rasional meskipun tokoh tersebut dianggap buruk oleh orang
lain.
Kesimpulan
 Karakteristik Responden:
Penelitian ini melibatkan 124 responden yang merupakan pecinta anime di Indonesia.
Mayoritas responden berusia 16-20 tahun, dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan
yang seimbang.
 Pengetahuan tentang Tokoh Wanita 2D:
Sebagian besar responden (123 orang) mengenal tokoh wanita dalam anime 2D,
menunjukkan bahwa karakter wanita dalam anime sangat dikenal di kalangan pecinta anime
Indonesia.
 Preferensi Terhadap Tokoh Wanita:
Sebagian besar responden (106 orang) memiliki tokoh wanita 2D yang disukai, dengan
beragam jenis karakter yang menjadi favorit, mencerminkan keberagaman dalam preferensi
karakter anime.
 Tahapan Persepsi – Seleksi:
Pada tahap seleksi, responden memilih media yang mereka gunakan untuk mengenal tokoh
wanita 2D dan mengidentifikasi banyaknya tokoh wanita dalam anime yang mereka ketahui,
yang memengaruhi pembentukan persepsi mereka.
 Tahapan Persepsi – Interpretasi:
Pada tahap interpretasi, responden memberi makna khusus terhadap tokoh yang disukai,
seperti menganggap tokoh wanita 2D tersebut memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka
dan bahkan berharap tokoh tersebut bisa hidup di dunia nyata.
 Tahapan Persepsi – Reaksi:
Pada tahap reaksi, responden mengekspresikan rasa suka terhadap tokoh wanita yang disukai
dengan cara tertentu, seperti membeli barang terkait tokoh tersebut, dan tetap bersikap
rasional meskipun tokoh yang disukai dianggap buruk oleh orang lain.
Daftar Pustaka
 Cresswell, J. W., & Plano Clark, V. L. (2011). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Lincoln: SAGE.
 Gibson, J. L. (1989). Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur. Jakarta: Erlangga.
 McCloud, S. (2001). Memahami Komik Understanding (The Invisible Art). Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
 Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
 Eduardus. (2015). Analisis Tokoh Nijikon dalam Animasi Melalui Teori Psikologi
Abnormalitas. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.
 JepangNet. (2010). Orang Korea menikah dengan guling. Diakses dari
http://www.jepang.net/2010/03/orang-korea-menikah-denganguling.html pada tanggal 26
Mei 2019 pukul 20.55 WIB.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
17. PROSES MORFOLOGIS VERBA DALAM NOVEL HOSHI WO OU KODOMO
KARYA MAKOTO SHINKAI EPISODE 1-2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari teks di atas adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis proses
morfologis verba yang terjadi dalam novel Hoshi wo Ou Kodomo karya Makoto Shinkai
(episode 1-2). Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menemukan verba yang mengalami proses morfologis.
2. Menganalisis proses morfologis yang terjadi pada verba tersebut menggunakan teori
yang relevan.
3. Menggolongkan verba sesuai dengan bentuk dan jenis yang dihasilkan melalui proses
morfologis tersebut.
Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana verba
mengalami perubahan bentuk dalam konteks novel tersebut.
Metodologi
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan morfologis untuk menganalisis verba dalam hal
pembentukan kata. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang bertujuan mengungkap fakta
terkait proses morfologis verba dalam novel Hoshi wo Ou Kodomo episode 1-2. Langkah-langkah
penelitian meliputi membaca novel, mengidentifikasi verba yang mengalami proses morfologis, dan
mengumpulkan data dengan mencatat verba yang relevan. Teknik analisis melibatkan
pengelompokkan verba berdasarkan teori morfologis, deskripsi proses morfologis, dan
penggolongan verba sesuai teori yang digunakan. Data diperoleh melalui teknik baca dan catat.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, ditemukan sebanyak 104 verba yang mengalami berbagai proses
morfologi dalam bahasa Jepang. Verba-verba ini mencakup bentuk-bentuk seperti haseigo
(penambahan sufiks pada verba yang membentuk satu kata), fukugougo (gabungan dua kata),
serta berbagai bentuk kata kerja seperti kakokei (lampau), shuushikei (predikatif), teineikei
(sopan), dan lainnya.
Beberapa contoh data yang dianalisis antara lain:
1. Verba taterareta (dibangun) mengalami dua proses morfologi, yaitu pembentukan
pasif dan lampau.
2. Verba henkyakusuru (mengembalikan) adalah gabungan dari dua kata, membentuk
verba baru melalui penggabungan.
3. Verba ganbarimashita (sudah bekerja keras) merupakan bentuk lampau dan sopan.
Verba lainnya seperti totteshimaoukaa (hendak mendapatkan), tsuduiteiru (dalam proses),
dan mirareteinai (tidak terlihat) menunjukkan variasi bentuk kata yang lebih kompleks,
termasuk potensi, negasi, dan tindakan berkelanjutan. Semua verba ini mengalami perubahan
morfologis yang menciptakan kata-kata baru yang tergolong dalam jenis verba tertentu,
sesuai dengan fungsi gramatikal dalam kalimat.
Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa dari 104 verba yang dianalisis, terdapat berbagai
kategori, seperti 40 verba kakokei (bentuk lampau), 18 verba shuushikei (predikatif), dan
berbagai bentuk lainnya. Verba-verbanya memperlihatkan variasi dalam penggunaan bentukbentuk morfologi bahasa Jepang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada 104 data verba yang mengalami proses morfologis dan
bentuk verba dalam novel Hoshi wo Ou Kodomo Karya Makoto Shinkai pada episode 1-2
dapat disimpulkan sebagai berikut. Proses morfologis verba ditemukan sebanyak 86 verba
haseigo dan 18 verba fukugougo; verba bentukan hasil proses morfologis terdiri dari 40
verba kakokei, 18 verba shuushikei, 1 verba teineikei, 3 verba ikoukei, 3 bentuk –teiru, 19
verba renyookei, 13 verba mizenkei, 3 verba kateikei, 1 verba meireikei, 2 bentuk –tai, dan 1
verba kanoukei.
Daftar Pustaka







Amalijah, Eva, dan Aksanu, N. (2022). Bentuk dan Makna Variasi Wakamono Kotoba
Penggemar Grup SHINee di Twitter. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Chaer, Abdul. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Kamiya, Taeko. (2001). The Handbook of Japanese Verbs. Tokyo: Kodansha
International.
Khasanah, Bahalwan, Andari. (2019). Identifikasi Kompetensi Dan Performasi Dalam
Karangan Berbahasa Jepang. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Khasanah, dan Alim. (2023). Struktur Morfologis dan Makna Kata Majemuk
Berunsur Kata Tatsu, Ritsu atau Tateru (立) dalam Kamus Tagaini Jisho. Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya.
Kobayashi, Mayumi. (2015). Japanese Computational Lexicon: A Computational
Dictionary of Japanese Verb Forms. Texas: University of Texas at El Paso.
Koizumi, Tamotsu. (1993). Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishuukan Shoten.








Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, Metode Dan
Tekniknya. Jakarta: Rajawali.
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shinkai, Makoto. (2018). 星を追う子ども/hoshi wo ou kodomo/. Japan: Kadokawa
Tsubasa Bunko.
Situmorang, Hamzon. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU
Press.
Sudjianto, dan Dahidi. (2021). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint
Blanc.
Terada, Takanao. (1984). Chuugakusei no Kokubunpoo. Tokyo: Shoryudo.
Verhaar, J.M.W. (2010). Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
00. M, M.(2022). PODCAST-MEDIATED STUDENTS LEARNING
ENGLISH IN THE SECOND GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL.
QALAMUNA: JURNAL PENDIDIKAN, SOSIAL, DAN AGAMA, 14 (2),
1011-1024
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
18. REDUNDANSI BAHASA RAGAM BERITA PERSPEKTIF STILISTIKA,
SEMANTIK, ANALISIS WACANA, SOSIOLINGUISTIK
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan

Tidak ditemukan.
Kesimpulan
Kesimpulan ini menyatakan bahwa pemakaian bahasa dalam rubrik berita mengacu pada prinsip
kehematan, keindahan, koherensi, dan kekhasan. Redundansi dalam bahasa berita dipandang
berbeda oleh berbagai disiplin ilmu: stilistika dan semantik melihatnya sebagai hal yang wajar dan
alami, sementara analisis wacana dan sosiolinguistik menganggapnya sebagai kesalahan yang perlu
dihindari. Meskipun tradisi bahasa berita sudah dianggap ekonomis, kelimpahan bahasa tetap terjadi
dengan cara baru. Oleh karena itu, kajian ini masih relevan dan perlu diperluas, termasuk dengan
melibatkan data dari media elektronik.
Daftar Pustaka




Ahmadi, M. (1997). Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa
Karangan. Malang: YA3.
Aitchison, J. (1995). Linguistics. London: Hodder and Stoughton.
Allan, K. (2001). Natural Language Semantics. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.
Anwar, H.R. (1998). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita.

























Crystal, D. (1997). The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge:
Cambridge University Press.
Dalwiningsih. (2007). “Kohesi Gramatikal dalam Berita pada Surat Kabar di Jawa
Timur.” Medan Bahasa, 2(1), 41–50.
Gunarwan, A. (1992). “Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di
antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta.” In B.K. Purwo (Ed.), PELBA 5 (pp.
179–215). Yogyakarta: Kanisius.
Hilton, E. (1987). Exposition: A Rhetoric and Reader with Literary Emphasis.
Belmont, California: Wadsworth Publishing Co.
Horn, L.R. (2000). "Economy and Redundancy in a Dualistic Model of Natural
Language." Retrieved from
www.yale.edu/linguist/faculty/RTP_version_of_sky_paper.rtf
Hendarin, Y. (2003). “Meneropong Bahasa Media Massa.” Retrieved from
www.pikiranrakyat.com/cetak/0103/20/teropong_lainnya01.htm
Jupriono, D. (2004). “Pemborosan Bahasa dalam Ragam Berita: Bentuk ‘Baru’
Kelimpahan Kata dalam Ragam Berita Surat Kabar.” Parafrase, 4(1), 34–44.
Jupriono, D. (2009). “Beberapa Pandangan terhadap Daripada: Tinjauan
Kepustakaan.” Retrieved from http://sastra-bahasa.blogspot.com/2009
Jupriono, D. (2009a). Bahasa Indonesia untuk Karya Tulis Ilmiah (BIKTI). (For
internal use). Surabaya: Fak. Sastra & FISIP, Untag Surabaya.
Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Levinson, S.C. (1995). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
Lyons, J. (1998). Introduction to Theoretical Linguistics. New York: The Macmillan
Co.
Muhtadi, A.S. (1999). Jurnalistik: Pendekatan, Teori, dan Praktek. Jakarta: Logos.
Palmer, F.R. (1997). Semantics: A New Outline. Cambridge: Cambridge University
Press.
Samsuri. (1998). “Analisis Wacana.” Materi Kuliah Umum bagi Dosen-dosen
Fakultas Sastra, Untag Surabaya.
Siregar, B.U. (2003). “Metaphors of Governance in the Language of the Indonesian
Press.” In Language, Linguistics and the Real World: Language Practices in the
Workplace. Kuala Lumpur: UMP.
Soedjatmiko, W. (1992). “Aspek Linguistik dan Sosiokultural di dalam Humor.” In
B.K. Purwo (Ed.), PELBA 5 (pp. 69–96). Yogyakarta: Kanisius.
Subrata. (1997). “Penggunaan Bahasa Jurnalistik pada Media Massa: Pendekatan
Empiris.” In Sudaryanto & Sulistiyo (Eds.), Ragam Bahasa Jurnalistik dan
Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.
Sudaryanto. (2003). “Efisiensi Bahasa Bisa Berbuntut Kebingungan.” Retrieved from
www.suaramerdeka.com/harian/0210/30/kot13.htm
Sulistiyo. (2001). “Struktur Wacana Berita Surat Kabar Berbahasa Indonesia.” Lingua
Artistika, 24(3), 427–441.
Suriasumantri, J.S. (Ed.). (1994). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Suroso. (2003). “Bahasa Jurnalistik Perspektif Berita Utama Politik Surat Kabar
Indonesia pada Awal Era Reformasi (1999).” Doctoral dissertation, UNJ Jakarta.
van Peursen, C.A. (1995). Susunan Ilmu Pengetahuan Pengantar Filsafat Ilmu.
Jakarta: PT Gramedia.
Verhaar, J.W.M. (1986). Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univ. Press.
Wijana, I D.P. (1996). “Wacana Kartun Bahasa Indonesia.” Prisma, 1, 1–15.


Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Yule, G. (1996a). The Study of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
19. UPAYA MENINGKATKAN PROMOSI WISATA MELALUI PEMBUATAN
MEDIA PROMOSI DIGITAL DI KAMPUNG WISATA KETANDAN
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi
Metode Pelaksanaan KKN terdiri dari tiga tahap utama: Pra Pelaksanaan, Masa
Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
1. Pra Pelaksanaan: Tahap ini mencakup beberapa kegiatan persiapan, yaitu
pembekalan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), konsultasi
dengan dosen pembimbing tentang alur kegiatan KKN, dan diskusi dengan pimpinan
kampung mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Masa Pelaksanaan: Pada tahap ini, dilakukan perkenalan dan pendekatan dengan
warga kampung, termasuk perangkat kampung yang akan berkolaborasi, seperti
RT/RW, kelompok sadar wisata, dan Karang Taruna. Pengumpulan data dilakukan
melalui teknik observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk menggali
informasi terkait aktivitas atau lokasi, sedangkan wawancara mendalam dengan
narasumber bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Kegiatan utama di
tahap ini adalah pembuatan pamflet wisata dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan
Jepang, serta pendokumentasian seluruh kegiatan.
3. Pasca Pelaksanaan: Setelah kegiatan selesai, tahap ini melibatkan penyusunan
laporan kegiatan, artikel untuk publikasi di media massa, serta artikel ilmiah untuk
prosiding atau seminar nasional. Pembuatan video inspiratif juga menjadi output
wajib dari kegiatan KKN.
Secara keseluruhan, metode pelaksanaan KKN mencakup langkah-langkah seperti menggali
dan merumuskan permasalahan, survei kebutuhan, menyusun program kerja, serta persiapan
bahan dan materi untuk pelaksanaan program yang diharapkan memberikan manfaat
maksimal bagi masyarakat dan mahasiswa yang terlibat
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan Pembahasan:
1. Inovasi dalam Pendekatan Promosi
Untuk meningkatkan promosi wisata di Kampung Ketandan, dibutuhkan pendekatan
promosi yang inovatif. Metode yang digunakan mencakup pembuatan pamflet wisata,
katalog wisata, dan video promosi. Promosi yang menarik dapat menarik perhatian
masyarakat dan meningkatkan minat untuk mengunjungi destinasi wisata.
2. Pamflet Wisata
Pamflet wisata Kampung Ketandan dirancang sebagai media promosi yang ringkas
dan informatif. Pamflet ini berisi gambar-gambar menarik dan teks yang menggugah
minat wisatawan, serta informasi mengenai destinasi wisata utama di kampung
tersebut, seperti Masjid An-Nur dan Balai Budaya Cak Markeso. Penyusunan pamflet
ini menggunakan aplikasi Canva dan disebarkan melalui cetakan untuk publikasi.
3. Katalog Wisata
Katalog wisata berisi informasi lengkap mengenai Kampung Ketandan, termasuk
sejarah kampung, objek wisata, dan fasilitas yang ada. Katalog ini disajikan dalam
bahasa Indonesia dan Jepang, dengan informasi sistematis dan foto yang menarik. Ini
bertujuan untuk mempermudah wisatawan dalam merencanakan perjalanan mereka
dan memilih destinasi sesuai dengan minat mereka.
4. Video Promosi
Video promosi berdurasi tiga menit dirancang untuk memperkenalkan destinasi
wisata di Kampung Ketandan. Video ini menampilkan berbagai tempat menarik,
seperti Makam Mbah Tondo dan dinding mural Kampung Ketandan. Video ini juga
dilengkapi dengan dubbing dalam bahasa Indonesia dan subtitle dalam bahasa Inggris
untuk memperluas jangkauan audiens, termasuk wisatawan internasional.
5. Penggunaan Media Sosial dan Digital
Video promosi dan pamflet akan dipublikasikan melalui media sosial seperti
Instagram, YouTube, dan Facebook. Penggunaan platform digital ini memungkinkan
promosi menjangkau audiens yang lebih luas, baik lokal maupun internasional.
Dengan promosi yang kreatif dan menarik, media sosial menjadi kunci untuk
meningkatkan kesadaran tentang pesona dan potensi wisata Kampung Ketandan.
6. Keberhasilan Kampanye Promosi
Integrasi antara metode promosi konvensional (pamflet dan katalog) dengan media
digital (video promosi dan sosial media) diharapkan dapat menciptakan kampanye
yang efektif dan menyeluruh. Pendekatan ini akan meningkatkan visibilitas Kampung
Ketandan sebagai destinasi wisata yang menarik dan layak untuk dikunjungi, serta
memperkenalkan keindahan dan budaya lokal kepada audiens yang lebih besar.
Kesimpulan
Kesimpulannya, untuk meningkatkan promosi wisata di Kampung Ketandan, perlu
diterapkan metode inovatif seperti pembuatan pamflet, katalog wisata, dan video promosi.
Pamflet memberikan informasi singkat namun menarik, sementara katalog wisata
membantu wisatawan merencanakan perjalanan dengan informasi yang sistematis. Video
promosi, dengan kemampuan visual dan auditifnya, memberikan pengalaman yang lebih
mendalam kepada calon wisatawan. Pemanfaatan media sosial seperti Instagram, YouTube,
dan Facebook juga sangat penting untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Kombinasi
antara promosi konvensional dan digital dapat menciptakan kampanye yang efektif dan
holistik.
Daftar Pustaka
 Agnes Z. Y. 2022. “Pamflet Adalah: Manfaat, Jenis, dan Contohnya.” Detik Bali, Desember 14,
2022. https://www.detik.com/bali/berita/d-6461412/pamflet-adalah-manfaatjenisdancontohnya#:~:text=Menurut%20e%2Dbook%20berjudul%20Ekosistem,berasal%20da
ri%20bahasa%20Inggris%2C%20pamphlet.
 BPS Provinsi Jawa Timur. 2023. Statistik Pariwisata Provinsi Jawa Timur 2022. Provinsi Jawa Timur:
Badan Pusat Statistik.
https://jatim.bps.go.id/publication/2023/07/03/5bab263b9158357b69bc9309/statist ik-pariwisataprovinsi-jawa-timur-2022.html.
 Fathmi, & Adriati. 2004. Katalogisasi: Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
 Fikri M. I. 2019. “Perancangan Video Promosi Untuk Meningkatkan Pengunjung di Wisata Alam
Desa Danawarih.” Politeknik Harapan Bersama, Tegal.
 Mapaliey, V. L. & Idajati H. 2022. “Potensi dan Kendala Dalam Pengembangan Kampung Wisata
Sebagai Upaya Pemeliharaan Kualitas Lingkungan Permukiman di Kampung Sasirangan,
Banjarmasin.” Jurnal Penataan Ruang, vol. 17, no. 1 (2022): 1-2.
http://dx.doi.org/10.12962/j2716179X.v17i1.9301.
 Pemerintah Kota Surabaya. 2016. “Kampung Ketandan dan Kebangsren, Destinasi Wisata Baru
Tunjungan.” Pemerintah Kota Surabaya, Maret 22, 2016.
https://surabaya.go.id/id/berita/10393/kampung-.
 Pemerintah Kota Surabaya. 2019. “Kampung Tua Yang Terus Dipertahankan di Tengah Gedung
Menjulang.” Pemerintah Kota Surabaya, Januari 16, 2019.
https://surabaya.go.id/id/berita/50126/kampung-tua-yang-terus-dipertah.
 Puspitasari R. 2021. “Kajian Citra dan Identitas Jayengan Kampung Permata Sebagai Kampung
Wisata di Surakarta.” Universitas Diponegoro, Semarang.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
20. PEMBUATAN GAMBAR PETUNJUK ARAH DAN TEMPAT WISATA BARU
UNTUK MENINGKATKAN KEMBALI WISATAWAN DI KAMPUNG
WISATAWAN KETANDAN SURABAYA
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
21. USING MOBILE PHONE AIZUCHI BASIC-SKILL TEACHING
Tujuan Penelitian
This study examines the learning of aizuchi skills using mobile phones in basic Japanese
language learning. Technological tools, especially mobile phones, have been used as effective
educational media, including in foreign language teaching, but the application in teaching
aizuchi is still rare. This study aims to develop and evaluate mobile phone-based teaching
materials for aizuchi skills to improve the speaking competence of 2nd semester students in
the Japanese Literature Study Programme at Hasanuddin University.
Metodologi
This study used action research to improve Japanese speaking classes at Hasanuddin University.
The research was conducted over one year and involved four stages: planning, implementation,
observation, and reflection. The sample consisted of 24 students in their second semester. The
study used observation sheets, questionnaires, and role-play video assessments as research
instruments. The teaching materials were developed using Kemp's material development model
and adapted for Android-based mobile phones. The first stage involved analysing the students'
and lecturers' needs, developing a syllabus, and creating multimedia teaching materials. The
second stage focused on implementing the materials in both small and large group settings,
with online classes held via the Zoom application. The third stage involved collecting data
through role-play videos, questionnaires, and observation notes. The final stage was reflection,
which included evaluating the effectiveness of the teaching materials through statistical tests.
Overall, this study aimed to improve Japanese speaking competence through the use of
technology-based teaching materials.
Hasil dan Pembahasan
The results showed that the use of mobile phone-based teaching materials significantly
improved students' speaking competence in Japanese, especially in aizuchi skills. The average
post-test score of students was 82.54, which showed an increase compared to the pre-test score
of 70.89. This improvement was seen in the aspects of interaction, expression, and responding
skills. Students are not only able to use various types of aizuchi, such as “sou desuka” and
“hai”, but also understand the functions of aizuchi according to the context of the conversation.
Students were able to use various types of aizuchi and understand their functions in different
contexts. The teaching materials allowed for independent learning through videos, modules,
and exercises accessed directly through mobile phones, providing flexibility and repetition
opportunities. Students' feedback on the materials was positive, as they found it easier to
understand and practice aizuchi compared to traditional methods. Challenges, such as limited
internet signal in remote areas, were acknowledged. Overall, mobile phone-based teaching
proved effective in enhancing students' speaking competence in Japanese, particularly in
aizuchi skills.
Kesimpulan
This study concludes that mobile phone-based teaching materials are effective in teaching
aizuchi skills, allowing students to speak longer and more naturally in Japanese. However,
limited internet signal in remote areas is a challenge. Further development is recommended to
enhance the pronunciation and gender features in aizuchi.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
01. NONLINGUISTICAL AIZUCHI IN KEIJI MITA'S ANIME"
KIMI NO SUIZOU WO TABETAI
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
22. GAYA BAHASA DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DARI WEBSITE
RESMI PERUSAHAAN SUNTORY
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
02. M, M.(2022). PODCAST-MEDIATED ENGLISH LEARNING FOR SECOND
GRADE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS. QALAMUNA: JOURNAL OF
EDUCATION, SOCIAL, AND RELIGIOUS STUDIES, 14 (2), 1011-1024
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
23. MICRO AND MACRO APPROACHES IN LINGUISTICS FOR METHOD
DEVELOPMENT
Tujuan Penelitian
This study aims to combine micro and macro approaches in linguistics, particularly Japanese.
The micro approach emphasizes the technical structure of language, such as phonology,
morphology, and syntax, while the macro approach focuses on language use in a broader
social context. Combining these two approaches is expected to provide a more thorough
understanding of the dynamics of language use in formal or informal situations.
Metodologi
This study uses a mixed method combining quantitative and qualitative approaches to gain a
comprehensive understanding of Japanese language use. Quantitative data was collected
through a questionnaire involving 52 native Japanese speakers, covering a variety of social
contexts such as education, business, and social media. Meanwhile, qualitative data was
obtained through in-depth interviews with 10 participants, who were purposively selected to
represent the variety of language use in different social strata. The questionnaire was designed
to measure understanding of language structure and perceptions of social variation, while the
in-depth interviews aimed to explore the influence of culture and social norms on language
choice. Analysis was conducted in two stages, with quantitative data analysed using descriptive
statistics to identify patterns of language use, and qualitative data analysed through a discourse
analysis approach to understand the social context that influences language dynamics.
Hasil dan Pembahasan
The results show that a technical understanding of language structures aids communication in
formal contexts such as the workplace, while social adaptation is required in casual situations
such as social media. A total of 70% of respondents understood Japanese syntax in depth, and
50% recognized the existence of language variation depending on the social context.
Participants also demonstrated linguistic flexibility by adapting to social norms in each
situation. The integration of micro and macro approaches allows for a more comprehensive
understanding of how language is used in everyday life. The data results are below:
Kesimpulan
This study concludes that the integration of micro and macro approaches in linguistics provides
a more holistic understanding of language use, particularly Japanese, in various social contexts.
The understanding of technical structures of language such as syntax and morphology must be
complemented with sensitivity to social contexts to produce effective communication. The
results of this study demonstrate the importance of an integrated approach to enhance the
relevance of linguistic research, with implications for language education and the development
of linguistic technologies capable of adapting to formal and informal variations in
communication.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
24. THE USE OF AIZUCHI NON LINGUISTICS FORM ON KEIJI MITA'S ANIME
KIMI NO SUIZOU WO TABETAI
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
25. ANALISIS SHOURYAKUGO DALAM ANIME" KEIKENZUMI NA KIMI TO
KEIKEN ZERO NA ORE GA OTSUKIAI SURU HANASHI" EPISODE 1-3
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi
Pendekatan morfologi dalam penelitian ini digunakan untuk memahami sekaligus
menganalisis struktur dan pembentukan shouryakugo, dikarenakan shouryakugo merupakan
salah satu jenis dari pembentukan kata dan pembentukan kata merupakan proses dari
morfologi.
Setiap episode diteliti dengan cermat untuk mengidentifikasi dialog yang mengandung
shouryakugo atau kata yang dipendekkan. Setelah data shouryakugo ditemukan dalam
dialog karakter, langkah berikutnya adalah mencatat data tersebut dengan rinci. Pencatatan
dilakukan untuk setiap kemunculan shouryakugo, memastikan bahwa semua contoh yang
relevan terdokumentasi dengan baik.
Data shouryakugo yang telah terkumpul dari dialog karakter dalam anime Kimizero
diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis shouryakugo menurut teori Kindaichi. Setelah
shouryakugo diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan proses
pembentukannya sesuai dengan jenis-jenis yang telah diidentifikasi.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.

Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
26. ANALISIS KANJOU HYOUGEN DALAM NOVEL “KOKUHAKU” KARYA
MINATO KANAE
Tujuan Penelitian


This study aims to understand the meaning associations of words representing seasons
in Japanese, namely haru, natsu, aki, and fuyu contained in kotowaza.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.

Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
27. THE MEANINGS OF HARU, NATSU, AKI, FUYU IN KOTOWAZA
Tujuan Penelitian
This study aims to determine the associative meanings of words representing seasons in
Japanese, namely haru, natsu, aki, and fuyu found in kotowaza, explain how these words
contain denotative, connotative, and associative meanings in the Japanese context, and
provide insights that can help Japanese language learners to better understand the culture and
life values represented through kotowaza.
Metodologi


The method used in this research is the language analysis method with a qualitative
descriptive method approach. This research begins by collecting kotowaza containing
the words haru, natsu, aki, and fuyu, appearing as kun-yomi and on-yomi. Next, it
studies the meaning of each kotowaza. Then it analyses and describes the meanings of
the associations in each word haru, natsu, aki, and fuyu.
Data were obtained from the Android application “Kotowaza-Yoji jukugo-Nandoku
Kanji version 3.6.9,” which is popular among Japanese language learners, focusing on
kotowaza containing the words haru, natsu, aki, and fuyu. The research process includes
collecting kotowaza, interpreting denotative and connotative meanings, and analyzing
the meaning of the associations contained. The research is supported by literature and
dictionaries such as Gendai ni Ikiru Koji Kotowaza Jiten (Miyakoshi, 1983) and
Daijisen (Matsumura, 1995), using computers or software for data analysis, to provide
an in-depth understanding of the cultural meanings in kotowaza.
Hasil dan Pembahasan
The results of this study show that Japanese season words – haru, natsu, aki, and fuyu – have
associative meanings that reflect the activities, feelings, moods, and human traits associated
with the characteristics of each season. The word haru symbolises the beginning of life and
happiness, natsu represents intense activity and high temperature conditions, aki depicts
melancholic beauty and change, while fuyu reflects a frozen atmosphere that brings challenges.
This research uses a qualitative descriptive method by analysing the meanings of kotowaza
taken from the Kotowaza Android App. The results show that these associative meanings
provide insights into the worldview and norms of Japanese society, as well as enriching the
understanding of the Japanese language, especially in understanding the connotative meanings
contained in proverbs.
Kesimpulan
This study has concluded that Japanese season words, such as haru, natsu, aki, and fuyu, have
both literal and associative meanings. These words not only describe the changing seasons, but
also illustrate human traits, emotions, and activities associated with each season. For example,
haru represents happiness and the start of life, natsu signifies intense activity, aki relates to
melancholic beauty, and fuyu symbolizes challenges and self-reflection. The research suggests
that these findings shed light on how Japanese culture reflects its worldview and societal norms
through proverbs kotowaza. Furthermore, the study contributes to Japanese language learning
by helping learners understand the connotative meanings of words, which deepens their cultural
understanding and appreciation for the language's connection to daily life and traditional
Japanese society.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
28. REPRESENTATIONAL FUNCTION OF LANGUAGE IN JAPANESE
LANGUAGE ESSAY THEMED INDONESIAN CULTURE AND JAPANESE
CULTURE
Tujuan Penelitian


Ringkasan singkat mengenai latar belakang penelitian.
Tujuan dari penelitian.
Metodologi


Deskripsikan metode yang digunakan dalam penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan, jika relevan.
Hasil dan Pembahasan


Sajikan data atau temuan utama dengan grafik, tabel, atau diagram.
Sorot hasil yang paling signifikan.
Kesimpulan

Ringkasan dari temuan dan implikasi penelitian.
Daftar Pustaka

Sertakan beberapa referensi kunci yang diambil dari Google Scholar.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
29. KESALAHAN BAHASA TULIS KALIMAT BAHASA INDONESIA OLEH
PEMELAJAR BIPA DI THAILAND SELATAN
Tujuan Penelitian
Penelitian pada paper ini adalah analisis kesalahan bahasa tulis kalimat bahasa Indonesia
oleh pemelajar BIPA di Thailand Selatan.
Metodologi
Berikut adalah enam metode yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pewarnaan teks: Menggunakan fitur highlight color di Microsoft Office Word 2013
untuk memberi warna berbeda pada kesalahan bahasa tulis berdasarkan jenisnya.
2. Penghitungan kesalahan: Kesalahan yang ditemukan dihitung dan dimasukkan ke
Microsoft Office Excel untuk analisis lebih lanjut.
3. Kategorisasi kesalahan: Kesalahan dengan jenis yang sama dihitung satu kali,
sementara kesalahan dengan kata yang berbeda dihitung terpisah.
4. Analisis frekuensi dan persentase: Menghitung frekuensi, persentase, dan tingkat
kesalahan menggunakan Microsoft Office Excel 2013.
5. Visualisasi data: Menyajikan frekuensi dan persentase kesalahan dalam bentuk grafik
yang dihasilkan dari penghitungan Excel.
6. Wawancara informal: Melakukan wawancara beberapa hari setelah penulisan untuk
menggali faktor penyebab kesalahan bahasa tulis.
Hasil dan Pembahasan
Jenis Kesalahan Bahasa Tulis: Terdapat 12 jenis kesalahan bahasa tulis yang ditemukan,
termasuk kalimat tidak lengkap, susunan kata, tanda baca, huruf kapital, struktur paralel,
gramatika struktural, pronomina, kata depan, pilihan kata, ejaan, kata hubung, dan imbuhan.
Frekuensi Kesalahan: Beberapa kesalahan memiliki frekuensi yang lebih tinggi, seperti
kesalahan dalam pilihan kata (158 kali) dan tanda baca (135 kali), yang merupakan kesalahan
yang paling dominan.
Pengaruh Bahasa Ibu (Bahasa Melayu): Kesalahan bahasa tulis yang terjadi pada
pemelajar BIPA dipengaruhi oleh bahasa Melayu sebagai bahasa ibu mereka, seperti dalam
kesalahan penggunaan frasa "bola sepak" yang seharusnya "sepak bola".
Kurangnya Pengajaran Tanda Baca: Pemelajar BIPA belum menerima pengajaran
tentang penggunaan tanda baca secara eksplisit, yang berkontribusi pada kesalahan dalam
penggunaan tanda baca.
Pemahaman Tata Bahasa yang Belum Penuh: Pemelajar BIPA, khususnya pada tingkat
pemula, belum sepenuhnya memahami tata bahasa Indonesia, yang menyebabkan kesalahan
dalam struktur kalimat dan gramatika.
Faktor Kelalaian: Selain pengaruh bahasa ibu dan kurangnya pengajaran tanda baca,
faktor kelalaian atau kurangnya kehati-hatian pemelajar saat menulis juga menjadi penyebab
kesalahan bahasa tulis.
Kesimpulan
Penelitian ini mengidentifikasi kesalahan bahasa tulis yang sering terjadi pada
pemelajar BIPA di Thailand Selatan, khususnya pada pemula. Kesalahan tersebut
meliputi kalimat tidak lengkap, susunan kata, tanda baca, huruf kapital, dan lainnya.
Pilihan kata dan tanda baca menjadi kesalahan paling dominan. Faktor penyebabnya
antara lain pengaruh bahasa Melayu, kurangnya pemahaman tentang tata bahasa dan
tanda baca, serta kelalaian. Penelitian ini menyarankan materi ajar BIPA yang lebih
fokus pada aspek kesalahan bahasa tulis dan perhatian lebih dari pengajar terhadap
kesalahan pemelajar. Hasil ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut
untuk verifikasi.
Daftar Pustaka
College Composition and Communication,
31(3), 253-269.
International Review of Applied
Linguistics in Language Teaching, 5(4), 161-170.
Al-Turas, XX(2), 245-258.
n J. C. Richards
(Ed.), Error analysis: Perspectives on second language acquisition (pp. 95-123). Longman.
System, 33(2), 209-224.
Linguistics across cultures. University of Michigan Press.
-based language teaching. In R. Lambert & E.
Shohamy (Eds.), Language policy and pedagogy: Essays in honor of A. Ronald Walton (pp.
179-192). John Benjamins Publishing Company.
& Robinson, P. (1998). Focus on form: Theory, research, and practice. In C.
Doughty & J. Williams (Eds.), Focus on form in second language acquisition (pp. 15-41).
Cambridge University Press.
ion: A research synthesis and
quantitative meta-analysis. Language Learning, 50(3), 417-528.
Nurlina, L., & Israhayu, E. S. (2016). Analisis kesalahan penulisan berbahasa Indonesia
pada tugas karangan narasi mahasiswa Thailand. Diunduh dari
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/22/ pada tanggal 02 Desember 2017.
Nurulhuda, J. (2015). Analisis kesalahan berbahasa Indonesia mahasiswa Thailand serta
pemanfaatannya sebagai alternatif bahan ajar BIPA (Tesis S2, Universitas Pendidikan
Indonesia).
in improving grammatical accuracy of EFL learners’ writing. International Journal of
Language and Linguistics, 3(6), 51-59.
Interlanguage Studies Bulletin, 7(1), 101-123.
Siagian, E. N. (2017). Analisis kesalahan berbahasa (tulis) mahasiswa BIPA tingkat lanjut
Universitas Yale, USA. Prosiding Seminar Nasional: Bahasa dan Sastra Indonesia dalam
Konteks Global (pp. 11-22). Universitas Jember.
Skehan, P., & Foster, P. (2001). Cognition and tasks. In P. Robinson (Ed.), Cognition and
second language instruction (pp. 183-205). Cambridge University Press.
Visual


Gunakan grafik, gambar, atau ikon untuk memperjelas informasi.
Pastikan tata letak bersih dan mudah dibaca.
Download