LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG IRNA 7 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Disusun Oleh: Kelompok VI Sri Ayuni Trimariane Vera Febriana Ferdinand Virgo Mandala Putra Winarti Yoandra Resa Veronika Yudetie 20231490104070 20231490104075 20231490104079 20231490104082 20231490104083 20231490104088 20231490104090 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AKADEMIK 2024 LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG IRNA 7 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktif Profesi Keperawatan Medikal Bedah II Disusun Oleh: Kelompok VI Sri Ayuni Trimariane Vera Febriana Ferdinand Virgo Mandala Putra Winarti Yoandra Resa Veronika Yudetie 20231490104070 20231490104075 20231490104079 20231490104082 20231490104083 20231490104088 20231490104090 Pemimbing : Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners., M.Kep. i LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Kelompok : VI Anggota Kelompok : Sri Ayuni Trimariane Vera Febriana Ferdinand Virgo Mandala Putra Winarti Yoandra Resa Veronika Yudetie Program Studi : Profesi Ners Judul : Seminar kasus Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis Febris di Ruang Irna 7 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya 20231490104070 20231490104075 20231490104079 20231490104082 20231490104083 20231490104088 20231490104090 Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Stase Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah II Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. Asuhan keperawatan ini telah disetujui oleh: Pembimbing Akademik Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners., M.Kep. ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan “ Seminar kasus Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis Febris di Ruang Irna 7 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya” Asuhan keperawatan jiwa ini disusun guna melengkapi tugas Praktik klinik Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah II. Asuhan keperawatan jiwa ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya. 2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya. 3. Ibu Nia Pristina, Ners., M.Kep. dan Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Klinik Program Profesi Ners. 4. Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners, M.Kep. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini. Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan asuhan keperawatan jiwa ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 03 April 2024 Kelompok VI iii DAFTAR ISI COVER DEPAN ............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................................ 4 2.1.1 Definisi ........................................................................................ 4 2.1.2 Anatomi dan Fisiologi ................................................................. 4 2.1.3 Klasifikasi ................................................................................... 7 2.1.4 Etiologi ........................................................................................ 7 2.1.5 Patofisiologi ................................................................................ 8 2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 10 2.17 Komplikasi ................................................................................... 10 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10 2.1.9 Penatalkasanaan .......................................................................... 11 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................................ 12 2.2.1 Pengkajian ................................................................................... 12 2.2.2 Diagnosa...................................................................................... 15 2.2.3 Intervensi ..................................................................................... 16 2.2.4 Implementasi ............................................................................... 20 2.2.5 Evaluasi ....................................................................................... 20 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian ............................................................................................ 21 3.2 Diagnosa............................................................................................... 29 3.3 Intervensi .............................................................................................. 30 iv 3.4 Implementasi ........................................................................................ 32 3.5 Evaluasi ................................................................................................ 33 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ............................................................................................ 34 4.2 Diagnosa............................................................................................... 35 4.3 Intervensi .............................................................................................. 35 4.4 Implementasi ........................................................................................ 35 4.5 Evaluasi ................................................................................................ 35 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 37 5.2 Saran ..................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut pendapat lain Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak maupun dewasa merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat dengan infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus. Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes (Priadi, 2018). Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF). Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan 1 atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma) (Astri & Kep, 2020). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah, yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis Febris. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien DenganFebris. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan. b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasimasalah keperawatan pada kasus tersebut. c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Untuk Mahasiswa Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui dan memahami konsep Penyakit Febris dan agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami penyakit Febris. 1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum dari Febris beserta tanda gejala serta perawatanyang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam lingkungan keluarganya. 1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep Febris dan 2 ilmu tentang asuhan keperawatan anak dengan Febris . Manfaat penulisan bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan anak bagi pasien khusunya Febris. 1.4.4 Manfaat bagi IPTEK Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Febris. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit Febris 2.2.1 Definisi Menurut pendapat lain Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus. Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes.(Priadi, 2018). 2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, 4 sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut). Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah: a. Mengontrol suhu tubuh b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin c. Mengontrol asupan makanan d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan pada hewan yang sadar, sedangkan kerusakan pusat makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat. Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan berhentinya makan, sedangkan lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia dan bila ersediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik. (Priadi, 2018). 5 6 2.2.3 Klasifikasi a. Kejang Demam Sederhana Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. b. Kejang Demem Kompleks Pada umunya tetap sadar, kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6 tahun, frekuensi serangan lebih dari 4 kali/ tahun Kejang demam lebih dari 15 menit.. 2.2.4 Etiologi Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF). Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan mengevaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Pada perdarahan internal, saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula menyebabkan peningkatkan temperatur. Suatu kenyataan sering perlu diketahui dalam praktek adalah penyakit-penyakit andemik di lingkungan tempat tinggal pasien. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam (Astri & Kep, 2020). 7 2.2.5 Patofisiologi Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam waktu 8-10 Interleukin-1 menit. dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun danmetabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis. Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma. Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk ) (Astri & Kep, 2020). 8 9 2.2.6 Manifestasi Klinis a. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 sampai 15 menit , bisa juga lebih b. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung. d. Gejala bendungan system vena: Hepatomegal Peningkatan vena jugularis 2.2.7 Komplikasi a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). c. Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak. Menurut (Priadi, 2018) komplikasi febris diantaranya a. Takikardi b. Insufisiensi jantung c. Insufisiensi pulmonal d. Kejang demam 2.2.8 Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti. b. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan menginitis, yang meliputi : 1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala menginitis sering tidak jelas. 2) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan menginitis. 10 c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas. d. Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan menunjukkan neurologis gambaran karena hampir CT scan normal. semuanya atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak.(Kejang et al., 2020). 2.2.9 Penatalaksanaan a. Pemberian antipiretik Terapi antipiretik bermanfaat pada penderita berisiko tinggi yang menderita penyakit kardiopulmonal kronis, gangguan metabolik, atau penyakit neurologis dan pada mereka yang berisiko mengalami kejang demam. Selain memberikan kesembuhan simtomatis, terapi antipiretik tidak mengubah perjalanan infeksibiasa pada anak normal, dan dengan demikian penggunaannya tetap kontroversial pada penderita demam (Nelson, 2012). Indikasi pemberian antipiretik, antara lain: 1. Demam lebih dari 39̊C yang berhubungan dengan gejala nyeri atau tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun myalgia 2. Demam lebih dari 40̊C 3. Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme. Keadaan- keadaan berikut juga memerlukan pemberian antipiretik seperti gizi buruk, penyakit jantung, luka bakar, atau pascaoperasi. 4. Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam b. Metode fisik Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti memakaikan pakaian minimal, memajan kulit dengan udara, dan menurunkan suhu kamar, meningkatkan sirkulasi udara, dan pemberian kompres pada 11 bagian tubuh (misalnya di dahi) efektif jika diberikan kurang lebih1 jam setelah pemberian antipiretik sehingga set point dapat menurun. Metode penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh kehilangan panas dengan cara konduksi, konveksi, atau penguapan. Berikan minum ±1000-1.500 cc, karena adanya penguapan cairan yang berlebihanpada saat demammelalui keringat. c. Metode kompres hangat Kompres hangat adalah tindakan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit. (Astri & Kep, 2020). 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian a. Identitas pasien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama. b. Keluhan utama Pasien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah. c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi. d. Riwayat kesehatan dulu 12 Pengkajian yang ditanyakan apabila pasien pernah mengalmi penyakit sebelumnya. e. Pemeriksaan fisik A. Keadaan umum dan tanda-tanda vital : Adanya peningkatan suhu tubuh, kejang, dan batuk. Diwaspada peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan kejang a. Pernafasan (B1 : breathing) Kondisi anak mengalami gangguan karena di hidung terpasang sonde (NGT) b. Cardiovaskuler (B2 : blood) Kondisi pembuluh darah dan jantung normal tidak ada keluhan c. Persyarafan (B3 : brain) Kondisi pasien bagian kaki mengalami kelumpuhan dan tidak bias berjalan. Untuk dibagian kepala ada cairan serepspinal d. Perkemihan (B4 : bladder) Kondisi urologi pasien normal tidak ada keluhan e. Percernaan (B5 : bowel) Kondisi pencernaan pasien normal tidak ada keluhan hanya saja pasien makan menggunakan sonde (NGT) f. Integrumen (B6 : bone) Kondisi gerak sendi terbatas, ROM terbatas dan kaki mengalami pengecilan. B. Analisa Data Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan lalu dianalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan dapat dirumuskan diagnose masalah f. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama. g. Genogram 13 Petunjuk anggota keluarga kpasien. h. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak. i. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial pasien j. Kebutuhan dasar 1) Makanan dan minuman Biasa pasien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi. 2) Pola tidur Biasa pasien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena pasien merasa gelisah dan berkeringat. 3) Mandi 4) Eliminasi Eliminasi pasien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair. k. Pemeriksaan tingkat perkembangan 1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial pasien 2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. yang lain, mencoret – coret, menggunting. 3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga. 4) Kognitif dan bahasa Kemampuan pasien untuk berbicara dan berhitung. 14 l. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh pasien, seperti ibuprofen, paracetamol. 2.2.2 Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul yaitu : 1) Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas 2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan kehilngan volume cairan aktif 3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan 4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan 5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi 15 2.2.3 Intervensi Keperawatan NO. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi b/d terpapar lingkungan panas Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah di lakukan Interverensi Manajemen hipertermi Intervensi keperawatan 3x24 jam, di harapkan Observasi termoregulasi membaik - Identifikasi penyebab dengan kriteria hasil : hipertermi - Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh - Suhu tubuh membaik - Monitor haluaran urin - Suhu kulit membaik - Monitor komplikasi hipertermi Terapeutik - Longgarkan atau lepaskan pakaian - Berikan cairan oral - Lakukaan pendinginan eksternal (kompres). Edukasi - Anjurkan tirah baring Kolaborasi - Pemberian cairan dan elektrolit intravena 2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan Menajemen cairan volume cairan tindakan keperawatan Tindakan : b/d intake yang kurang dan kehilngan selama 3 x 24 jam Observasi 16 volume cairan aktif diharapkan, cairan - Monitor status terpenuhi dengan KH : dehidrasi - Asupan cairan - Monitor berat badan harian meningkat - Kelembaban membrane mukosa bibir meningkat - Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis - Asupan makanan Terapeutik meningkat - Catat intakeoutput dan - Turgor kulit menurun hitung - Berikan asupan cairan, sesuai kebuthan -Berikan cairan intravena, jika perlu Kolaborasi - Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu 3. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi intervensi keperawatan seimbang selama 3x24 jam, Tindakan : diharapkan status nutisi Observasi membaik dengan - Identifikasi nutrisi kriteria hasil : - Porsi makanan yang dihabiskan meningkat - Berat badan membaik - Nafsu makan membaik status - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi - Monitor berat badan Monitor makanan asupan Terapeutik - Lakukan oral hygiene sebelum makan Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 17 Berikan tinggi serat makanan Edukasi anjurkan makan dengan posisi duduk - ajarkan diet yang Diprogramkan kolaborasi - pemberian medikasi sebelum makan dan jenis nutrisi yang dibutuhkan 4. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen energy b.d terjadinya tindakan keperawatan Observasi kelemahan selama 3x24 jam - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang respon fisiologi terhadap aktiftas Mengakibatkan kelelahan meningkat dengan - Monitor kelelahan fisik kiteria hasil : dan emosional - kemudahan dalam aktifitas sehrai-hari - Monitor pola jam tidur Meningkat - keluhan lelahmenurun - perasaan lelah menurun - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan Terapeutik : - Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus - Lakukan rentang gerak pasif dan aktif - Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan Edukasi - Anjurkan tirah baring 18 - Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap Kolaborasi - Kolaborasi gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan. 5. Kurangnya Setelah dilakukan Edukasi kesehatan Pengetahuan b/d kurangnya informasi tindakan keperawatan Tindakan : selama 3 x 24 jam Observasi diharapkan, kurangnya pengetahuan teratasi - Identifikasi kesepian dan kemampuan menerima informasi dengan KH: - Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program Terapeutik - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan - Jadwalkan pendidkan pengobatan kesehatan sesuai kesepakatan - Pasien dan keluarga mampu melaksakan - Berikan prosedur yang dijelaskan secara benar Kesempatan untuk bertanya Edukasi - Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 19 2.2.4 Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Dan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. 2.2.5 Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018). Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti : S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana keperawatan P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh tenaga kesehehatan 20 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Keperawatan I. Data Umum 1. Identitas a. Identitas pasien Nama : An.D Agama : 9 bulan Jenis Kelamin : Perempuan Status : Anak Pendidikan : Belum sekolah Pekerjaan : Tidak bekerja Suku bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Kalilom hor Indah gg. Mangga 12-B Tanggal Masuk : 03 Maret 2024 Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2024 No. Register : 23.xx.66 Diagnosa Medis : Febris b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny.I Umur : 32 tahun Hub. Dengan Pasien : Ibu Kandung Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga) Alamat : Kalilkom hor indah gg. Mangga 12-B 2. Status kesehatan a. Status Kesehatan saat ini 1) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini) Ibu pasien mengaktakan anaknya demam tinggi sejak 3 hari yang lalu 2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanaan saat ini 21 Pada tanggal 03 maret 2024 pasien dating dibawa oleh ibunya ke rumah sakit Universitas Airlangga Surabaya dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Keluarga An.D langsung membawa An.D ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan b. Status kesehatan masa lalu 1) Penyakit yang pernah dialami Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah sakit sebelumnya 2) Pernah dirawat Ibu pasien mengatakn An.D belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. 3) Alergi Ibu pasien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan 4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll) Tidak ada kebasaan merokok, kopi, dan alkohol c. Riwayat penyakit keluarga Ny.I mengatakan keluarganya tidak memiliki Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung maupun penyakit lainnya. d. Diagnosa medis dan therapy Febris II. Pola Kesehatan Fungsional (bio-psiko-sosio-kultural-spritual) 1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Sebelum sakit : Ny.i mengatakan kesehatan sangatlah penting dan berharga akan tetapi Ny.I tidak mengatakan penyebab penyakit yang diderita Saat sakit : Ny.I ingin anaknya cepat sembuh dan menjaga kesehatan anaknya 2. Pola nutrisi dan metabolic Sebelum sakit : Ny.I mengatakan nafsu makan anaknya baik 22 Saat sakit : Ny.I mengatakan saat anaknya sakit nafsu makannya menurun 3. Pola eliminasi 1) Eliminasi Feses Sebelum sakit : BAB 1 x sehari, feses konsistensi lembek, berwarna kecoklatan Saat sakit : BAB 2 x sehari, feses sedikit cair 2) BAK Sebelum sakit : BAK 4-3 x sehari Saat sakit : BAB 4 x sehari 4. Pola aktivitas 1) Aktivitas Kemampuan Perawatan diri Makan dan minum Toileting Berpakaian Berpindah 0 1 3 3 Penilaian: 0 : Mandiri 1 : Ketergantungan minimal 2 : Ketergantungan parsial 3 : ketergantungan total 2) Latihan Sebelum sakit : An.D aktivitasnya dibantu total oleh orang tuanya dalam sehari-hari Saat sakit : Aktivitas total dibantu keluarga An.D 5. Pola kognitif dan perseptual sensori 1) Kognitif Sebelum sakit : Saat sakit : 2) Persepsi 23 Sebelum sakit : Ny.I mengatakan selalu berfikir yang baik-baik saja Saat sakit : Ny.I mengatakan bahwa ingin anaknya cepat sehat 6. Pola persepsi diri dan konsep diri 1) Persepsi diri Sebelum sakit : Saat sakit : 2) Konsep diri Sebelum sakit : Saat sakit : 7. Pola istirahat tidur Sebelum sakit : 8 jam pada malam hari, 4 jam pada siang hari Saat sakit: Ny.I mengatakan anaknya tidur lelap seperti biasa 8. Pola hubunngan dengan orang lain Sebelum sakit : Ny.I mengatakan anaknya mudah akrab pada orang lain Saat sakit : Ny.I mengatakan tidak ada masalah 9. Pola seksual-reproduksi: Sebelum sakit : Tidak dikaji Saat sakit : Tidak dikaji 10. Pola mekanisme koping Sebelum sakit : 24 Ny.I mengatakan jika ada masalah Ny.I selalu bercerita kepada keluarganya Saat Sakit : Ny.I terus berdo’a agar anaknya cepat sembuh 11. Pola nilai dan kepercayaan Sebelum sakit : Ny.I selalu berdo’a dan beribadah Saat sakit : NyI. Selalu berdo’a agar anaknya cepat sembuh III. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Tingkat kesadaran : GCS : E4 V5 M6 b. Tanda-tanda vital Nadi : 103 x/menit Suhu : 37,8 0C TD :- RR : 25 x/menit SPO2 : 99% c. Keadaan fisik 1) Kepala dan leher 1. Inspeksi : rambut tampak tipis, tidak tampak benjolan, tidak tampak secret 2. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 2) Dada 1. Paru Inspeksi : bentuk simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi :- Aukultasi : vesikuler 2. Jantung Inspeksi :- 25 Palpasi :- Perkusi :- Aukultasi : suara normal, lub dub 3) Payudara dan ketiak Inspeksi : bentuk simetris Palpasi : tidak ada benjolan 4) Abdomen Inspeksi : tidak ada asites, bentuk simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : sonor Auskultasi : 12 x/menit 5) Genetalia Inpeksi : tidak dikaji Palpasi : tidak dikaji 6) Integumen Inspeksi : kulit tampak bersih Palpasi : turgor kulit elastis, kulit teraba hangat 7) Ekstermitas 1. Atas Inspeksi : anggota gerak lengkap, bentuk simetris Palpasi : tidak ada pembengkakkan dan lesi 2. Bawah Inspeksi : angota gerak lengkap, bentuk simetris Palpasi : tidak ada pembengkakkan dan lesi 8) Neurologis 1. Status mental dan emosi An.D mudah menangis 2. Pengkajian saraf kranial An.D mampu mengedipkan mata, mempu menoleh ke kiri dan kanan, mampu menggerkan seluruh anggota tubuhnya 3. Pemeriksaan reflek Tidak dikaji 26 4. Pemeriksaan sensorik Normal, mampu mendengar dan melihat dengan jelas 5. Pemeriksaan motoric An.D mampu menggerakan anggota tubuhnya 6. Pemeriksaan rangsangan meningeal Tidak ada kaku kuduk IV. Data Penunjang 1) Data laboratorium HB.12,8 Leukosit 14.900,trombosit,159 2) Terapi farmakologi Infus, Nacl 3%, metrodinazole 12 mg, paracetamol sirup 27 B. Analisa Data 1. Analisa data No Data Intepretasi Masalah 1 DS : Infeksi baketeri dan Hipertermi Ny.I mengatakan anaknya virus demam sejak 3 hari yang lalu Proses penyakit DO : Pasien tampak Reaksi inflamasi lemas Suhu tubuh Proses demam hangat 2 Suhu 37,8 0C DS : Hipertermi Terjadinya proses Ny.I mengatakan cemas terhadap penyakit yang penyakit Kurang terpapar diderita anaknya informasi DO : Ekspresi wajah Deficit pengetahuan tampak gelisah Tampak dan ansietas cemas bertanya tentang perkembangan kesehatan anaknya 28 Ansietas 3.2 Diagnosa keperawatan No Tanggal / jam ditemukan Diagnosa keperawatan 1 06/03/2024 Hiepertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme 2 06/03/2024 Ansietas berhubungan keluarga pasien penyakit 29 dengan ketidaktahuan 3.3 Rencana Tindakan keperawatan Hari/tanggal No. diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi 06/03/2024 1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen TTD hipertermia keperawatan selama 3x7 (I.15506) jam diharapkan Observasi hipertermi teratasi dengan kritria hasil Identifikasi penyebab hipertermia 1. Suhu tubuh menurun (5) Monitor suhu tubuh Monitor kadar elektrolit Monitor komplikasi Terapeutik Longgarkan atau lepaskan pakian ketat Berikan cairan oral Edukasi 30 Anjurkan keluraga Kolaborasi Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit 06/03/2024 2 Setelah dilakukan Observasi Tindakan keperawatn selama 3x7 diharapkan jam Terapaeutik dampak Berikan yang hospis menurun 2. Keluarga Lakukan pendekatan pada keluarga pasien teratasi dengan kriteria hasil : 1. Diharapka lingkungan tenang dan nyaman pasien tampakj tenang Berikan motivasi pada keluarga pasien Edukasi Anjurkan pada keluarga untuk tengan 31 3.4 Impelemtasi No Hari/ tangal diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi proses 1 Selasa 07/03/2024 1 1. Mengidentifikasi Pada saat penyebab hipertermia dilakukan 2. monitor suhu tubuhn Tindakan pasien, 3. memonitor elektrolit pasien tampak 4. memonitor akibat demam hi[pertmia 2 Selasa 07/03/2024 2 1. melakukan pendekatan Pada pada dilakukan keluarga pasien Tindakan 2. menerapkan lingkungan saat keperawatan yang Tindakan nyaman dan tenang keperawatan 3. memberikan motivasi keluarga untuk dapat mengungkapkan apa pikiran dan perasaan disampaikan 32 pasien memahami yang TTD 3.5 evaluasi proses No Hari tanggal no Evaluaasi 1 Selasa 07/03/2024 1 S ; keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak lagi panas O : suhu tubuh menurun A : masalah teratasi Sebagian P : lanjutkan intervensi 2 Selasa 07/03/2024 2 S : keluarga pasien mengatakan cemas terhadap penyakt yang diderita anaknya O : Ny.I tapak cemas A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 33 BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung, faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada An. D dengan diagnosa medis febris di ruang IRNA 7 RSUA Surabaya. Dalam pembahasan mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi 4.1 Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data dengan cara wawancara dan observasisecara langsung dengan klien, informasi dari catatan perawat, catatan medis dan perawat ruangan. Secara teori pengkajian pada pasien dengan febris meliputifaktor predisposisi dan presipitasi diantaranya faktor predisposisi mencakup faktorbiologis, psikologis, sosial budaya pada kasus yang penulis temukan beberapa ketidaksamaan atau perbedaan dengan pada teori, yaitu faktor biologis dimana anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita febris. Sedangkan faktor presipitasi pada teori mencakup sistem pendukung dan respon klien. Sedangkan pada kasus menyatakan bahwa ibu pasien mengatakan anaknya demam 3 hari Faktor pendukung yang mempermudah penulis dalam melakukan pengkajian adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan, data klien lengkap, klien mau berinteraksi dan terlihat tenang dan kooperatif. Faktor penghambat yang ditemukan penulis adalah kurangnya data yang didapat karena penulis tidak bertemu dengan keluarga sehingga data yang didapatkan kurang lengkap. Dan penulis lakukan untuk mengatasi faktor penghambat yaitu bekerja sama dengan perawat ruangan, melihat Medical Record klien dan mengkaji klien lebih dalam dengan komunikasi singkat dan sering untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi data. 34 4.2 Diagnosa Keperawatan Pada teori diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 2 diagnosa keperawatan yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan Ansietas berhubungan dengan keluarga pasie tidaktahuan penyakit.. Faktor pendukung yang mempermudah penulis dalam menegakan diagnosa keperawatan karena berdasarkan data yang didapa sesuai dengan respon yang muncul pada An.D dan adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan untuk mendapatkan data dari medical record klien selain itu juga adanya referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menegakkan diagnosa keperawatan. 4.1 Intervensi Keperawatan Penulis menyusun rencana keperawatan berdasarkan yang muncul dan sesuai dengan teori yang ada yakni berdasarkan prioritas masalah, tujuan baik tujuan umum maupun khusus, kriteria evaluasi, dan intervensi. Diagnosa yang menjadi prioritas adalah Hipertemi. Dari diagnosa tersebut terdapat kriteria hasil yaitu, ibu pasien dapat mengidentifikasi penyebab hipertemia, memonitor suhu tubuh, melonggarkan atau melepaskan pakaian ketat, memberikan cairan oral. Dalam penyusunan rencana tindakan penulis tidak ada hambatan karena penulis dapat bertemu dengan ibu klien dan memudahkan penulis untuk mendapatkan informasi. 4.2 Implementasi Keperawatan Pada tahap ini, penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori yang berdasarkan dari strategi pelaksanaan, yaitu diagnosa 1 pada strategi pelaksanaan ke 1, yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermi, memonitor suhu tubuh, memonitor kadar elektrolit, melonggarkan atau melepaskan pakaian ketat, memberikan cairan oral Faktor pendukung yang mempermudahkan penulis dalam melakukan tindakan keperawatan adalah pasien yang mau berinteraksi dan kooperatif. Sedangkan faktor penghambat yang ditemukan pada saat melakukan tindakan keperawatan adalah terkadang pasien rewel saat melakukan pemeriksaan 4.1 Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan 35 yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan. Maka penulis menggunakan pendokumentasian dalam bentuk catatan keperawatan berupa respon hasil setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi akhir yang berupa catatan perkembangan (SOAP) berdasarkan strategi pelaksanaan mulai dari Hipertermi yang tercapai strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 2. 36 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. D usia 9 bulan di rawat di IRNA 7 Rumah Sakit Universitas Airlangga , Surabaya selama 3 hari dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kedua pasien menunjukkan bahwa An.D memiliki keluhan utama yang sama yaitu demam dengan suhu yang tinggi lebih dari normal (36,5 0C – 37,5 0C ) dan terjadi masalah keperawatan utama yaitu Hipertermi. 2. Berdasarkan data yang telah ditemukan diagnosa yang dirumuskan sesuai dengan Manajemen Hipertermia ( SIKI I. 15506 ) yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus. 3. Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun untuk mengatasi masalah hipertermi rencana tindakan yang dilakukan pada kedua pasien sama yaitu memonitor tanda-tanda vital, batasi aktivitas anak, longgarkan pakaian anak, basahi permukaan tubuhnya, anjurkan klien untuk banyak minum dan berikan terapi nonfarmakologi dengan kompres hangat serta kolaborasikan dengan 4. dokter pemberian obat penurun panas. 5. Evaluasi menunjukkan bahwa klien menunjukkan perubahan suhu badan yang normal (36,5 C – 37,5 C), Nadi dalam rentang normal (60-80 x/mnt), RR dalam rentang normal (16-20 x/mnt), tidak ada perubahan warna kulit, dan tidak ada pusing. (Nurarif dan Kusuma, 2015) 5.2 Saran Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada kedua pasien dengan Hipertermia , maka saran yang dapat diberikan : 37 1. Bagi Institusi Pendidikan Untuk dijadikan konsep pemberian kompres hangat untuk membantu menurunkan hipertermi pada pasien thypus abdominalis dengan fokus studi gangguan pengaturan suhu. 2. Bagi Perawat Perawat dapat memonitor tanda-tanda vital, membatasi aktivitas anak, melonggarkan pakaian anak, membasahi permukaan tubuhnya, menganjurkan klien untuk banyak minum dan memberikan terapi nonfarmakologi dengan kompres hangat serta kolaborasikan dengan dokter pemberian obat penurun panas. 3. Bagi Keluarga dan Masyarakat Kepada keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada klien penderita thypus abdominalis serta dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan nyaman bagi klien khususnya untuk klien. Bagi masyarakat juga sangat dibutuhkan kerja sama dalam memberikan dukungan kepada klien dan diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan,tidak membiarkan anak- anak untuk makan makanan yang dibeli di pinggir jalan. Membiasakan anak- anak makan makanan yang dibawakan dari rumah, supaya tidak menimbulkan kekambuhan penyakit yang sewaktu-waktu terjadi. 38 DAFTAR PUSTAKA Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek. Yogyakarta : Arr-Ruzz Media Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/ Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94 Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinnggi Tahun 2018 .Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti.Pdf Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012 39