Uploaded by Anjuwita

Askep Seminar kelompok 6 (IRNA 7)

advertisement
LAPORAN SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS
FEBRIS DI RUANG IRNA 7 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
Disusun Oleh:
Kelompok VI
Sri Ayuni
Trimariane
Vera Febriana Ferdinand
Virgo Mandala Putra
Winarti
Yoandra Resa Veronika
Yudetie
20231490104070
20231490104075
20231490104079
20231490104082
20231490104083
20231490104088
20231490104090
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2024
LAPORAN SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS
FEBRIS DI RUANG IRNA 7 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktif Profesi Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun Oleh:
Kelompok VI
Sri Ayuni
Trimariane
Vera Febriana Ferdinand
Virgo Mandala Putra
Winarti
Yoandra Resa Veronika
Yudetie
20231490104070
20231490104075
20231490104079
20231490104082
20231490104083
20231490104088
20231490104090
Pemimbing :
Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners., M.Kep.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:
Kelompok
: VI
Anggota Kelompok
: Sri Ayuni
Trimariane
Vera Febriana Ferdinand
Virgo Mandala Putra
Winarti
Yoandra Resa Veronika
Yudetie
Program Studi
: Profesi Ners
Judul
: Seminar kasus Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan
Diagnosa Medis Febris di Ruang Irna 7 Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya
20231490104070
20231490104075
20231490104079
20231490104082
20231490104083
20231490104088
20231490104090
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Stase Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah II Pada Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Asuhan keperawatan ini telah disetujui oleh:
Pembimbing Akademik
Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners., M.Kep.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
“ Seminar kasus Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis Febris
di Ruang Irna 7 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya” Asuhan keperawatan
jiwa ini disusun guna melengkapi tugas Praktik klinik Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah II.
Asuhan keperawatan jiwa ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2.
Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3.
Ibu Nia Pristina, Ners., M.Kep. dan Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku
Koordinator Praktik Klinik Program Profesi Ners.
4.
Dwi Agustian Faruk Ibrahim, Ners, M.Kep. selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan asuhan keperawatan jiwa ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 03 April 2024
Kelompok VI
iii
DAFTAR ISI
COVER DEPAN ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................................ 4
2.1.1 Definisi ........................................................................................ 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi ................................................................. 4
2.1.3 Klasifikasi ................................................................................... 7
2.1.4 Etiologi ........................................................................................ 7
2.1.5 Patofisiologi ................................................................................ 8
2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 10
2.17 Komplikasi ................................................................................... 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
2.1.9 Penatalkasanaan .......................................................................... 11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................................ 12
2.2.1 Pengkajian ................................................................................... 12
2.2.2 Diagnosa...................................................................................... 15
2.2.3 Intervensi ..................................................................................... 16
2.2.4 Implementasi ............................................................................... 20
2.2.5 Evaluasi ....................................................................................... 20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ............................................................................................ 21
3.2 Diagnosa............................................................................................... 29
3.3 Intervensi .............................................................................................. 30
iv
3.4 Implementasi ........................................................................................ 32
3.5 Evaluasi ................................................................................................ 33
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................................ 34
4.2 Diagnosa............................................................................................... 35
4.3 Intervensi .............................................................................................. 35
4.4 Implementasi ........................................................................................ 35
4.5 Evaluasi ................................................................................................ 35
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 37
5.2 Saran ..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut pendapat lain Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak maupun dewasa merupakan akibat dari perubahan pada
pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik
dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian besar
kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak
sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis,
sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia,
endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa
tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat dengan
infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas
luas anak yang menderita infeksi virus. Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan
dimana seseorang yang mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus
menerus lebih dari batas normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat
berperan penting terhadap peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai
proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes (Priadi, 2018). Zat
yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen yaitu pirogen
eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan
untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam
tubuh dan memiliki kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi
kerja pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti
interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF). Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
1
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma) (Astri & Kep, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis Febris.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
DenganFebris.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasimasalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui dan
memahami konsep Penyakit Febris dan agar dapat melakukan pencegahan untuk
diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami penyakit Febris.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga dapat
mengetahui gambaran umum dari Febris beserta tanda gejala serta perawatanyang
benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam lingkungan
keluarganya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi
bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep Febris dan
2
ilmu tentang asuhan keperawatan anak dengan Febris .
Manfaat penulisan bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan anak bagi pasien khusunya
Febris.
1.4.4 Manfaat bagi IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang
kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
Febris.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Febris
2.2.1 Definisi
Menurut pendapat lain Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh
diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik
dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius
seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius,
pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam
tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah
melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi bakteri serius,
tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang
menderita infeksi virus.
Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami
atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh
yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan
perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang
berinteraksi dengan hospes.(Priadi, 2018).
2.2.2
Anatomi dan Fisiologi
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan
nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti.
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol
dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic,
4
sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting
berpengaruh antara system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama
dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan
pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan
mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga
sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan
darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah,
depresi, panic dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:
a. Mengontrol suhu tubuh
b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan
d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi
semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi
Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan
terutama bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan”
lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan
dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di
nucleus vebtromedial. Perangsangan
pusat
makan
membangkitkan
perilaku makan pada hewan yang sadar, sedangkan kerusakan pusat
makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang
sebenarnya sehat. Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan
berhentinya makan, sedangkan lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia
dan bila ersediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik.
(Priadi, 2018).
5
6
2.2.3 Klasifikasi
a. Kejang Demam Sederhana
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun, kejang berlangsung kurang
dari 15 menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama
setelah timbulnya demam.
b. Kejang Demem Kompleks
Pada umunya tetap sadar, kejang lama dan bersifat lokal, umur lebih dari 6
tahun, frekuensi serangan lebih dari 4 kali/ tahun Kejang demam lebih dari 15
menit..
2.2.4 Etiologi
Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada 2 jenis pirogen yaitu pirogen
eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan
untuk merangsang interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh
dan memiliki kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti interleukin-1,
tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF). Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan
ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan mengevaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Pada perdarahan internal, saat terjadinya reabsorpsi darah dapat
pula menyebabkan peningkatkan temperatur. Suatu kenyataan sering perlu diketahui
dalam praktek adalah penyakit-penyakit andemik di lingkungan tempat tinggal
pasien. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam
(Astri & Kep, 2020).
7
2.2.5 Patofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan
bakteri,
dan
melepaskan
zat
interleukinke
dalam cairan
tubuh
(zat
pirogen
leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus
akan
menimbulkan
demam
waktu
8-10
Interleukin-1
menit.
dengan
cara meningkatkan temperatur tubuh dalam
juga memiliki kemampuan untuk menginduksi
pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini,
kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka
simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun danmetabolisme tenaga otot dan lemak
dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini
mengarah pada ketosis.
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung pembicaraan
menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma.
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya
pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami
peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui
penyebabnya, ( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan
disertai batuk – batuk ) (Astri & Kep, 2020).
8
9
2.2.6
Manifestasi Klinis
a. Kejang
umum
biasanya
diawali
kejang
tonik
kemudian
klonik berlangsung 10 sampai 15 menit , bisa juga lebih
b. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagai akibat menurunnya curah jantung.
d. Gejala bendungan system vena:
 Hepatomegal
 Peningkatan vena jugularis
2.2.7
Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
c. Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam
24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
Kejang demam ini juga tidak membahayan otak.
Menurut (Priadi, 2018) komplikasi febris diantaranya
a. Takikardi
b. Insufisiensi jantung
c. Insufisiensi pulmonal
d. Kejang demam
2.2.8
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti.
b. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan menginitis, yang meliputi :
1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
menginitis sering tidak jelas.
2) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan
lumbal pungsi kecuali pasti bukan menginitis.
10
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak
khas.
d. Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI tidak dianjurkan pada
anak tanpa
kelainan
menunjukkan
neurologis
gambaran
karena
hampir
CT
scan
normal.
semuanya
atau
MRI
direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi
organic di otak.(Kejang et al., 2020).
2.2.9
Penatalaksanaan
a. Pemberian antipiretik
Terapi
antipiretik
bermanfaat
pada
penderita
berisiko tinggi
yang menderita penyakit kardiopulmonal kronis, gangguan metabolik,
atau penyakit neurologis dan pada mereka yang berisiko mengalami
kejang demam. Selain memberikan kesembuhan simtomatis, terapi
antipiretik tidak mengubah perjalanan infeksibiasa pada anak normal,
dan dengan demikian penggunaannya tetap kontroversial pada
penderita demam (Nelson, 2012). Indikasi pemberian antipiretik, antara
lain:
1. Demam lebih dari 39̊C yang berhubungan dengan gejala nyeri atau
tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun
myalgia
2. Demam lebih dari 40̊C
3. Demam
berhubungan
dengan
peningkatan
kebutuhan
metabolisme. Keadaan- keadaan berikut juga memerlukan
pemberian antipiretik seperti gizi buruk, penyakit jantung, luka
bakar, atau pascaoperasi.
4. Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan
demam
b. Metode fisik
Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti memakaikan pakaian
minimal, memajan kulit dengan udara, dan menurunkan suhu
kamar, meningkatkan sirkulasi udara, dan pemberian kompres pada
11
bagian tubuh (misalnya di dahi) efektif jika diberikan kurang lebih1 jam
setelah pemberian antipiretik sehingga set point dapat menurun.
Metode penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh
kehilangan panas dengan cara konduksi, konveksi, atau penguapan.
Berikan minum ±1000-1.500 cc, karena adanya penguapan cairan yang
berlebihanpada saat demammelalui keringat.
c. Metode kompres hangat
Kompres hangat adalah tindakan menggunakan kain atau handuk yang
telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu
tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif
karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler
sehingga
akan
memperluas
daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari dalam tubuh ke kulit. (Astri & Kep, 2020).
2.2
Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama
Pasien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas
> 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C,
gejala febris yang
biasanya
yang
kan
timbul
menggigil,
mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri
otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu
12
Pengkajian yang ditanyakan apabila pasien pernah mengalmi
penyakit sebelumnya.
e. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum dan tanda-tanda vital : Adanya peningkatan
suhu tubuh, kejang, dan batuk. Diwaspada peningkatan suhu
tubuh yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan kejang
a. Pernafasan (B1 : breathing)
Kondisi anak mengalami gangguan karena di hidung
terpasang sonde (NGT)
b. Cardiovaskuler (B2 : blood)
Kondisi pembuluh darah dan jantung normal tidak ada
keluhan
c. Persyarafan (B3 : brain)
Kondisi pasien bagian kaki mengalami kelumpuhan dan
tidak bias berjalan. Untuk dibagian kepala ada cairan
serepspinal
d. Perkemihan (B4 : bladder)
Kondisi urologi pasien normal tidak ada keluhan
e. Percernaan (B5 : bowel)
Kondisi pencernaan pasien normal tidak ada keluhan
hanya saja pasien makan menggunakan sonde (NGT)
f. Integrumen (B6 : bone)
Kondisi gerak sendi terbatas, ROM terbatas dan kaki
mengalami pengecilan.
B. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan
lalu dianalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah
yang timbul dan dapat dirumuskan diagnose masalah
f. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit
keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
g. Genogram
13
Petunjuk anggota keluarga kpasien.
h. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi
pada anak.
i. Riwayat sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial pasien
j. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman
Biasa pasien dengan febris mengalami nafsu makan, dan
susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa pasien dengan febris mengalami susah untuk tidur
karena pasien merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
Eliminasi pasien febris biasanya susah untuk buang air
besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab
menjadi cair.
k. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul
Aktivitas sosial pasien
2) Motorik halus
Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. yang lain, mencoret – coret, menggunting.
3) Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi
oleh kematangan fisik anak contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga.
4) Kognitif dan bahasa
Kemampuan pasien untuk berbicara dan berhitung.
14
l.
Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan
biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht
menurun.
m. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh
pasien, seperti ibuprofen, paracetamol.
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis,
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1) Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
kurang dan kehilngan volume cairan aktif
3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
makanan
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
15
2.2.3 Intervensi Keperawatan
NO.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Hipertermi b/d
terpapar lingkungan
panas
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Setelah di lakukan
Interverensi
Manajemen hipertermi
Intervensi keperawatan
3x24 jam, di harapkan
Observasi
termoregulasi membaik
- Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil :
hipertermi
- Menggigil menurun
- Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh membaik
- Monitor haluaran urin
- Suhu kulit membaik
- Monitor komplikasi
hipertermi
Terapeutik
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Lakukaan pendinginan
eksternal
(kompres).
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2.
Resiko kekurangan
Setelah dilakukan
Menajemen cairan
volume cairan
tindakan keperawatan
Tindakan :
b/d intake yang
kurang dan kehilngan
selama 3 x 24 jam
Observasi
16
volume cairan aktif
diharapkan, cairan
- Monitor status
terpenuhi dengan KH :
dehidrasi
- Asupan cairan
- Monitor berat badan
harian
meningkat
- Kelembaban
membrane mukosa
bibir meningkat
- Monitor berat badan
sebelum dan sesudah
dialysis
- Asupan makanan
Terapeutik
meningkat
- Catat intakeoutput dan
- Turgor kulit menurun
hitung
- Berikan asupan cairan,
sesuai kebuthan
-Berikan
cairan
intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
3.
Defisit Nutrisi b/d
Ketidakmampuan
mencerna makanan
Setelah dilakukan
Manajemen nutrisi
intervensi keperawatan
seimbang
selama 3x24 jam,
Tindakan :
diharapkan status nutisi
Observasi
membaik dengan
- Identifikasi
nutrisi
kriteria hasil :
- Porsi makanan yang
dihabiskan meningkat
- Berat badan membaik
- Nafsu makan
membaik
status
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
- Monitor berat badan
Monitor
makanan
asupan
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan
Berikan
makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
17
Berikan
tinggi serat
makanan
Edukasi
anjurkan
makan
dengan posisi duduk
- ajarkan diet yang
Diprogramkan
kolaborasi
- pemberian medikasi
sebelum makan dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
4.
Intoleransi aktifitas
Setelah dilakukan
Manajemen energy
b.d terjadinya
tindakan keperawatan
Observasi
kelemahan
selama 3x24 jam
- Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
respon fisiologi
terhadap aktiftas
Mengakibatkan
kelelahan
meningkat dengan
- Monitor kelelahan fisik
kiteria hasil :
dan emosional
- kemudahan dalam
aktifitas sehrai-hari
- Monitor pola jam tidur
Meningkat
- keluhan lelahmenurun
- perasaan lelah
menurun
- Monitor lokasi
dan ketidaknyamanan
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus
- Lakukan rentang
gerak pasif dan aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
18
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.
5.
Kurangnya
Setelah dilakukan
Edukasi kesehatan
Pengetahuan b/d
kurangnya informasi
tindakan keperawatan
Tindakan :
selama 3 x 24 jam
Observasi
diharapkan, kurangnya
pengetahuan teratasi
- Identifikasi kesepian
dan kemampuan
menerima informasi
dengan KH:
- Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis, dan program
Terapeutik
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidkan
pengobatan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Pasien dan keluarga
mampu melaksakan
- Berikan
prosedur yang
dijelaskan secara benar
Kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
19
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi
keperawatan
adalah
kategori
dari
perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Dan
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi
ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi
dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional, seperti :
S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang
ada pada rencana keperawatan
P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehehatan
20
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
I. Data Umum
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama
: An.D
Agama
: 9 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Anak
Pendidikan
: Belum sekolah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Suku bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Kalilom hor Indah gg. Mangga 12-B
Tanggal Masuk
: 03 Maret 2024
Tanggal Pengkajian
: 06 Maret 2024
No. Register
: 23.xx.66
Diagnosa Medis
: Febris
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny.I
Umur
: 32 tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu Kandung
Pekerjaan
: IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat
: Kalilkom hor indah gg. Mangga 12-B
2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Ibu pasien mengaktakan anaknya demam tinggi sejak 3 hari yang lalu
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanaan saat ini
21
Pada tanggal 03 maret 2024 pasien dating dibawa oleh ibunya ke rumah
sakit Universitas Airlangga Surabaya dengan keluhan demam sejak 3 hari
lalu.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Keluarga An.D langsung membawa An.D ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah sakit sebelumnya
2) Pernah dirawat
Ibu pasien mengatakn An.D belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
3) Alergi
Ibu pasien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Tidak ada kebasaan merokok, kopi, dan alkohol
c. Riwayat penyakit keluarga
Ny.I mengatakan keluarganya tidak memiliki Riwayat penyakit seperti
diabetes, hipertensi, penyakit jantung maupun penyakit lainnya.
d. Diagnosa medis dan therapy
Febris
II.
Pola Kesehatan Fungsional (bio-psiko-sosio-kultural-spritual)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit :
Ny.i mengatakan kesehatan sangatlah penting dan berharga akan tetapi Ny.I
tidak mengatakan penyebab penyakit yang diderita
Saat sakit :
Ny.I ingin anaknya cepat sembuh dan menjaga kesehatan anaknya
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit :
Ny.I mengatakan nafsu makan anaknya baik
22
Saat sakit :
Ny.I mengatakan saat anaknya sakit nafsu makannya menurun
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelum sakit :
BAB 1 x sehari, feses konsistensi lembek, berwarna kecoklatan
Saat sakit :
BAB 2 x sehari, feses sedikit cair
2) BAK
Sebelum sakit :
BAK 4-3 x sehari
Saat sakit :
BAB 4 x sehari
4. Pola aktivitas
1) Aktivitas
Kemampuan
Perawatan diri
Makan dan minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0
1
3
3




Penilaian:
0 : Mandiri
1 : Ketergantungan minimal
2 : Ketergantungan parsial
3 : ketergantungan total
2) Latihan
Sebelum sakit :
An.D aktivitasnya dibantu total oleh orang tuanya dalam sehari-hari
Saat sakit :
Aktivitas total dibantu keluarga An.D
5. Pola kognitif dan perseptual sensori
1) Kognitif
Sebelum sakit :
Saat sakit :
2) Persepsi
23
Sebelum sakit :
Ny.I mengatakan selalu berfikir yang baik-baik saja
Saat sakit :
Ny.I mengatakan bahwa ingin anaknya cepat sehat
6. Pola persepsi diri dan konsep diri
1) Persepsi diri
Sebelum sakit :
Saat sakit :
2) Konsep diri
Sebelum sakit :
Saat sakit :
7. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
8 jam pada malam hari, 4 jam pada siang hari
Saat sakit:
Ny.I mengatakan anaknya tidur lelap seperti biasa
8. Pola hubunngan dengan orang lain
Sebelum sakit :
Ny.I mengatakan anaknya mudah akrab pada orang lain
Saat sakit :
Ny.I mengatakan tidak ada masalah
9. Pola seksual-reproduksi:
Sebelum sakit :
Tidak dikaji
Saat sakit :
Tidak dikaji
10. Pola mekanisme koping
Sebelum sakit :
24
Ny.I mengatakan jika ada masalah Ny.I selalu bercerita kepada keluarganya
Saat Sakit :
Ny.I terus berdo’a agar anaknya cepat sembuh
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit :
Ny.I selalu berdo’a dan beribadah
Saat sakit :
NyI. Selalu berdo’a agar anaknya cepat sembuh
III. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran :
GCS : E4 V5 M6
b. Tanda-tanda vital
Nadi
: 103 x/menit
Suhu
: 37,8 0C
TD
:-
RR
: 25 x/menit
SPO2
: 99%
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher
1. Inspeksi : rambut tampak tipis, tidak tampak benjolan, tidak tampak
secret
2. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2) Dada
1. Paru
Inspeksi
: bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:-
Aukultasi : vesikuler
2. Jantung
Inspeksi
:-
25
Palpasi
:-
Perkusi
:-
Aukultasi : suara normal, lub dub
3) Payudara dan ketiak
Inspeksi
: bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada benjolan
4) Abdomen
Inspeksi
: tidak ada asites, bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: 12 x/menit
5) Genetalia
Inpeksi
: tidak dikaji
Palpasi
: tidak dikaji
6) Integumen
Inspeksi
: kulit tampak bersih
Palpasi
: turgor kulit elastis, kulit teraba hangat
7) Ekstermitas
1. Atas
Inspeksi
: anggota gerak lengkap, bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada pembengkakkan dan lesi
2. Bawah
Inspeksi
: angota gerak lengkap, bentuk simetris
Palpasi
: tidak ada pembengkakkan dan lesi
8) Neurologis
1. Status mental dan emosi
An.D mudah menangis
2. Pengkajian saraf kranial
An.D mampu mengedipkan mata, mempu menoleh ke kiri dan kanan,
mampu menggerkan seluruh anggota tubuhnya
3. Pemeriksaan reflek
Tidak dikaji
26
4. Pemeriksaan sensorik
Normal, mampu mendengar dan melihat dengan jelas
5. Pemeriksaan motoric
An.D mampu menggerakan anggota tubuhnya
6. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Tidak ada kaku kuduk
IV. Data Penunjang
1) Data laboratorium
HB.12,8 Leukosit 14.900,trombosit,159
2) Terapi farmakologi
Infus, Nacl 3%, metrodinazole 12 mg, paracetamol sirup
27
B. Analisa Data
1. Analisa data
No
Data
Intepretasi
Masalah
1
DS :
Infeksi baketeri dan
Hipertermi
Ny.I
mengatakan
anaknya
virus
demam
sejak 3 hari yang lalu
Proses penyakit
DO :

Pasien tampak
Reaksi inflamasi
lemas

Suhu
tubuh
Proses demam
hangat

2
Suhu 37,8 0C
DS :
Hipertermi
Terjadinya proses
Ny.I
mengatakan
cemas
terhadap
penyakit
yang
penyakit
Kurang terpapar
diderita anaknya
informasi
DO :

Ekspresi
wajah
Deficit pengetahuan
tampak gelisah

Tampak
dan
ansietas
cemas
bertanya
tentang
perkembangan
kesehatan
anaknya
28
Ansietas
3.2 Diagnosa keperawatan
No
Tanggal / jam ditemukan
Diagnosa keperawatan
1
06/03/2024
Hiepertermi
berhubungan
dengan
peningkatan laju metabolisme
2
06/03/2024
Ansietas
berhubungan
keluarga
pasien
penyakit
29
dengan
ketidaktahuan
3.3 Rencana Tindakan keperawatan
Hari/tanggal
No. diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
06/03/2024
1
Setelah dilakukan asuhan Manajemen
TTD
hipertermia
keperawatan selama 3x7 (I.15506)
jam
diharapkan Observasi
hipertermi teratasi dengan

kritria hasil
Identifikasi penyebab
hipertermia
1. Suhu tubuh menurun
(5)

Monitor suhu tubuh

Monitor
kadar
elektrolit

Monitor komplikasi
Terapeutik

Longgarkan
atau
lepaskan pakian ketat

Berikan cairan oral
Edukasi

30
Anjurkan keluraga
Kolaborasi

Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit
06/03/2024
2
Setelah
dilakukan Observasi
Tindakan
keperawatn
selama
3x7
diharapkan
jam
Terapaeutik

dampak
Berikan
yang
hospis menurun
2. Keluarga
Lakukan pendekatan
pada keluarga pasien
teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Diharapka

lingkungan
tenang
dan
nyaman
pasien 
tampakj tenang
Berikan motivasi pada
keluarga pasien
Edukasi
Anjurkan pada keluarga
untuk tengan
31
3.4 Impelemtasi
No
Hari/ tangal
diagnosa
Tindakan keperawatan
Evaluasi proses
1
Selasa 07/03/2024
1
1. Mengidentifikasi
Pada
saat
penyebab hipertermia dilakukan
2. monitor suhu tubuhn
Tindakan
pasien,
3. memonitor elektrolit
pasien
tampak
4. memonitor
akibat demam
hi[pertmia
2
Selasa 07/03/2024
2
1. melakukan
pendekatan
Pada
pada dilakukan
keluarga pasien
Tindakan
2. menerapkan
lingkungan
saat
keperawatan
yang Tindakan
nyaman dan tenang
keperawatan
3. memberikan motivasi keluarga
untuk
dapat
mengungkapkan
apa
pikiran dan perasaan
disampaikan
32
pasien
memahami
yang
TTD
3.5 evaluasi proses
No
Hari tanggal
no
Evaluaasi
1
Selasa 07/03/2024
1
S ; keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak lagi panas
O : suhu tubuh menurun
A : masalah teratasi Sebagian
P : lanjutkan intervensi
2
Selasa 07/03/2024
2
S : keluarga pasien mengatakan cemas terhadap penyakt
yang diderita anaknya
O : Ny.I tapak cemas
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
33
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan dengan
teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung, faktor
penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada An. D
dengan diagnosa medis febris di ruang IRNA 7 RSUA Surabaya. Dalam
pembahasan mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan dengan
tujuan untuk mengumpulkan data-data dengan cara wawancara dan observasisecara
langsung dengan klien, informasi dari catatan perawat, catatan medis dan perawat
ruangan.
Secara teori pengkajian pada pasien dengan febris meliputifaktor predisposisi
dan presipitasi diantaranya faktor predisposisi mencakup faktorbiologis, psikologis,
sosial budaya pada kasus yang penulis temukan beberapa ketidaksamaan atau
perbedaan dengan pada teori, yaitu faktor biologis dimana anggota keluarga pasien
tidak ada yang menderita febris. Sedangkan faktor presipitasi pada teori mencakup
sistem pendukung dan respon klien. Sedangkan pada kasus menyatakan bahwa ibu
pasien mengatakan anaknya demam 3 hari
Faktor pendukung yang mempermudah penulis dalam melakukan pengkajian
adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan, data klien
lengkap, klien mau berinteraksi dan terlihat tenang dan kooperatif. Faktor
penghambat yang ditemukan penulis adalah kurangnya data yang didapat karena
penulis tidak bertemu dengan keluarga sehingga data yang didapatkan kurang
lengkap. Dan penulis lakukan untuk mengatasi faktor penghambat yaitu bekerja
sama dengan perawat ruangan, melihat Medical Record klien dan mengkaji klien
lebih dalam dengan komunikasi singkat dan sering untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi data.
34
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada teori diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 2 diagnosa
keperawatan yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
dan Ansietas berhubungan dengan keluarga pasie tidaktahuan penyakit.. Faktor
pendukung yang mempermudah penulis dalam menegakan diagnosa keperawatan
karena berdasarkan data yang didapa sesuai dengan respon yang muncul pada
An.D dan adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan untuk
mendapatkan data dari medical record klien selain itu juga adanya referensi yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menegakkan diagnosa keperawatan.
4.1 Intervensi Keperawatan
Penulis menyusun rencana keperawatan berdasarkan yang muncul dan
sesuai dengan teori yang ada yakni berdasarkan prioritas masalah, tujuan baik
tujuan umum maupun khusus, kriteria evaluasi, dan intervensi.
Diagnosa yang menjadi prioritas adalah Hipertemi. Dari diagnosa tersebut
terdapat kriteria hasil yaitu, ibu pasien dapat mengidentifikasi penyebab
hipertemia, memonitor suhu tubuh, melonggarkan atau melepaskan pakaian ketat,
memberikan cairan oral.
Dalam penyusunan rencana tindakan penulis tidak ada hambatan karena
penulis dapat bertemu dengan ibu klien dan memudahkan penulis untuk
mendapatkan informasi.
4.2
Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini, penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori
yang berdasarkan dari strategi pelaksanaan, yaitu diagnosa 1 pada strategi
pelaksanaan ke 1, yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermi, memonitor suhu
tubuh, memonitor kadar elektrolit, melonggarkan atau melepaskan pakaian ketat,
memberikan cairan oral Faktor pendukung yang mempermudahkan penulis dalam
melakukan tindakan keperawatan adalah pasien yang mau berinteraksi dan
kooperatif. Sedangkan faktor penghambat yang ditemukan pada saat melakukan
tindakan keperawatan adalah terkadang pasien rewel saat melakukan pemeriksaan
4.1 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
35
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan. Maka
penulis menggunakan pendokumentasian dalam bentuk catatan keperawatan
berupa respon hasil setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi akhir yang berupa
catatan perkembangan (SOAP) berdasarkan strategi pelaksanaan mulai dari
Hipertermi yang tercapai strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 2.
36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. D usia 9 bulan di rawat
di IRNA 7 Rumah Sakit Universitas Airlangga , Surabaya selama 3
hari dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kedua pasien menunjukkan bahwa
An.D memiliki keluhan utama yang sama yaitu demam dengan suhu yang
tinggi lebih dari normal (36,5 0C – 37,5 0C ) dan terjadi masalah keperawatan
utama yaitu Hipertermi.
2. Berdasarkan data yang telah ditemukan diagnosa yang dirumuskan sesuai
dengan Manajemen
Hipertermia
( SIKI I. 15506 ) yaitu Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus.
3. Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
untuk mengatasi masalah hipertermi rencana tindakan yang dilakukan pada
kedua pasien sama yaitu memonitor tanda-tanda vital, batasi aktivitas anak,
longgarkan pakaian anak, basahi permukaan tubuhnya, anjurkan klien untuk
banyak minum dan berikan terapi nonfarmakologi dengan kompres hangat
serta kolaborasikan dengan
4. dokter pemberian obat penurun panas.
5. Evaluasi menunjukkan bahwa klien menunjukkan perubahan suhu badan yang
normal (36,5
C – 37,5
C), Nadi dalam rentang normal (60-80 x/mnt), RR
dalam rentang normal (16-20 x/mnt), tidak ada perubahan warna kulit, dan
tidak ada pusing. (Nurarif dan Kusuma, 2015)
5.2 Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada kedua pasien
dengan Hipertermia , maka saran yang dapat diberikan :
37
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk dijadikan konsep pemberian kompres hangat untuk membantu
menurunkan hipertermi pada pasien thypus abdominalis dengan fokus studi
gangguan pengaturan suhu.
2. Bagi Perawat
Perawat dapat memonitor tanda-tanda vital, membatasi aktivitas anak,
melonggarkan pakaian anak, membasahi permukaan tubuhnya, menganjurkan klien
untuk banyak minum dan memberikan terapi nonfarmakologi dengan kompres
hangat serta kolaborasikan dengan dokter pemberian obat penurun panas.
3. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Kepada keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada klien
penderita thypus abdominalis serta dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung dan nyaman bagi klien khususnya untuk klien. Bagi masyarakat juga
sangat dibutuhkan kerja sama dalam memberikan dukungan kepada klien dan
diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan,tidak membiarkan anak- anak
untuk makan makanan yang dibeli di pinggir jalan. Membiasakan anak- anak
makan makanan yang dibawakan dari rumah, supaya tidak menimbulkan
kekambuhan penyakit yang sewaktu-waktu terjadi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penunrunan
suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS Telogorejo Semarang.
Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani, (2018)
Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Keperawatan
Volume
4,
No.
1,
45.
Diakses
dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris
Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinnggi Tahun
2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti.Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012
39
Download