PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Contract Guide Book for Sales Departement 2024 Prepared by Reza Aldo Agusta rezaaldoagusta4@gmail.com PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PT ________________ DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………….. B. TUJUAN …………………………………………………………………………………….. C. JENIS – JENIS PERJANJIAN DISTRIBUSI ………………………………………….. D. HUBUNGAN ANTARA PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR …………………………. E. PRAKTIK YANG DILARANG …………………………………………………………….. 1. RESALE PRICE MAINTANANCE ………………………………………………….. 2. EXCLUSIVE AGREEMENT …………………………………………………………. 3. PENGUASAAN PASAR ………………………………………………………………. F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ……………………………………………. 1 2 2 2 3 3 4 6 7 BAB II KERANGKA PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI A. JUDUL ………………………………………………………………………………………. B. PEMBUKAAN ………………………………………………………………………………. C. KOMPARISI ………………………………………………………………………………… D. RECITAL ……………………………………………………………………………………. E. ISI …………………………………………………………………………………………….. 1. OBJEK DAN RUANG LINGKUP …………………………………………………… 2. SPESIFIKASI DAN PRODUK ……………………………………………………….. 3. HARGA DAN PENAGIHAN ………………………………………………………….. 4. JANGKA WAKTU ……………………………………………………………………… 5. WILAYAH DISTRIBUSI ………………………………………………………………. 6. KOMITMEN DAN PERNYATAAN ………………………………………………….. 7. PEMBATALAN ATAU PENUNDAAN ………………………………………………. 8. GARANSI ……………………………………………………………………………….. F. KLAUSA ANTISIPASI …………………………………………………………………….. 1. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ………………………………………………….. 2. PEMBERITAHUAN …………………………………………………………………… 3. INFORMASI RAHASIA ………………………………………………………………. 4. PENGHENTIAN ……………………………………………………………………….. 5. KEADAAN KAHAR ……………………………………………………………………. 6. BAHASA ………………………………………………………………………………… 7. PENYELESAIAN PERSELISIHAN …………………………………………………. 8. HUKUM YANG BERLAKU ………………………………………………………….. G. PENUTUP …………………………………………………………………………………… ATURAN PENUTUP ………………………………………………………………………. 9 9 9 10 10 10 11 12 12 13 14 15 15 17 17 18 19 20 20 21 22 22 22 22 BAB III STANDARD OPERATING PROCEDURE A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………..…… B. TUJUAN …………………………………………………………………………………….. C. RUANG LINGKUP …………………………………………………………………………. D. ISTILAH ATAU DEFINISI ………………………………………………………………... E. KETENTUAN UMUM …………………………………………………………………….. F. PROSEDUR ………………………………………………………………………………… 24 24 24 24 25 25 LAMPIRAN I BERITA ACARA NEGOSIASI ……………………………………………….. LAMPIRAN II FORM PENGAJUAN ………………………………………………………… LAMPIRAN III PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI …………………………….. 26 27 29 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi ini, kemitraan bisnis menjadi fondasi yang kuat dalam memperluas jangkauan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu bentuk kemitraan yang paling masif adalah Kerja Sama Distribusi. Kerja Sama tersebut membutuhkan landasan untuk mencapai kolaborasi yang saling menguntungkan yakni Perjanjian Kerja Sama antara Produsen dan Distributor. Persaingan bisnis yang semakin ketat, para Produsen memahami betapa pentingnya menjalin hubungan yang kokoh dan berkelanjutan dengan Distributor. Distributor tidak hanya menjadi rekan dalam mendistribusikan produk, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan produk dengan konsumen akhir. Dengan demikian, keberhasilan sebuah Perjanjian Kerja Sama Distribusi tidak hanya tercermin dari kesepakatan hukum yang kuat, tetapi juga dari kesamaan visi, nilai, dan komitmen antara kedua belah pihak. Guna menghadapi dinamika pasar yang terus berkembang, fleksibilitas dan ketepatan waktu dalam menyesuaikan strategi distribusi menjadi kunci keberhasilan bagi setiap Produsen. Oleh karena itu, penyusunan Pedoman Perjanjian Kerja Sama Distribusi bukanlah sekadar upaya formalitas, melainkan sebuah inisiatif strategis untuk memberikan arahan yang jelas dan terinci bagi semua pihak yang terlibat. Dengan semangat kolaborasi dan keinginan untuk mencapai kesuksesan bersama, penyusunan Pedoman Perjanjian Kerja Sama Distribusi ini menjadi momentum penting dalam membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Diharapkan bahwa melalui pedoman ini, para Produsen dapat menjalin kemitraan yang berkesinambungan, memperluas jangkauan pasar, dan menginspirasi inovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen. B. TUJUAN Pedoman Perjanjian Kerja Sama Distribusi diharapkan dapat menjadi alat yang efektif dalam memastikan keberhasilan dan keberlanjutan kerjasama antara Produsen dan Distributor dalam mengoptimalkan distribusi produk, yang memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan Panduan yang Jelas Untuk memberikan panduan yang jelas dan terinci kepada semua pihak yang terlibat dalam Perjanjian Kerja Sama Distribusi. Dengan demikian, setiap pihak akan memahami dengan baik hak, kewajiban, dan prosedur yang harus diikuti sesuai dengan perjanjian. 2. Memastikan Kepatuhan Hukum Untuk memastikan bahwa semua kegiatan distribusi yang dilakukan oleh Produsen sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal tersebut, meliputi aspek-aspek perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat. 3. Mendorong Kerjasama yang Berkelanjutan Dengan memberikan arahan yang jelas dan adil bagi Produsen dan Distributor. Hal ini meliputi pengembangan hubungan yang saling menguntungkan, komunikasi yang efektif, dan penyelesaian konflik secara konstruktif. 1 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 4. Meminimalkan Risiko dan Sengketa Untuk meminimalkan risiko dan potensi sengketa antara Produsen dan Distributor dengan menyediakan pedoman yang jelas mengenai pemenuhan kewajiban, penyelesaian perselisihan, dan mekanisme penegakan hukum. C. JENIS-JENIS PERJANJIAN DISTRIBUSI Setiap jenis Perjanjian Kerja Sama Distribusi memiliki karakteristik dan pertimbangan hukum yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk merancang perjanjian yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis secara spesifik, adapun terbagi menjadi 2 (dua) jenis Perjanjian Distribusi: a. Perjanjian Distribusi Hak Eksklusif Perjanjian yang memberikan hak kepada Distributor untuk menjadi satu-satunya distributor yang diberi wewenang untuk mendistribusikan produk di wilayah tertentu. Dalam perjanjian ini, terdapat target penjualan yang harus dicapai oleh Distributor untuk mempertahankan eksklusivitasnya. b. Perjanjian Distribusi Non-Hak Eksklusif Perjanjian yang memberikan kebebasan kepada Produsen untuk menggunakan beberapa Distributor dalam wilayah yang sama. Distributor tidak memiliki hak eksklusif untuk mendistribusikan produk di wilayah yang ditunjuk. D. HUBUNGAN ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR Pelaku Usaha sebagai Produsen yang memproduksi diwajibkan melakukan penjualan dengan mekanisme Distribusi secara tidak langsung. Produsen skala usaha besar dilarang mendistribusikan barang kepada Pengecer ataupun langsung menjual kepada Konsumen akhir. Produsen harus mendistribusikan barang melalui Distributor sebagaimana diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2014 tentang Perdagangan (“UU 7/2014”) jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Bidang Perdagangan (“PP 29/2021”) Pasal 7 UU 7/2014 jo Pasal 34 dan 35 PP 29/2021: 1) “Distribusi Barang yang diperdagangkan di dalam negeri secara tidak langsung atau langsung kepada Konsumen dapat dilakukan melalui Pelaku Usaha Distribusi. 2) Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan rantai Distribusi yang bersifat umum: a. distributor dan jaringannya; b. agen dan jaringannya; atau c. waralaba. Pasal 55 ayat (1) PP 29/2021: “Produsen, Distributor, dan Grosir/Perkulakan dilarang mendistribusikan Barang secara eceran kepada Konsumen.” Hubungan antara Produsen dan Distributor adalah komponen krusial dalam rantai distribusi. Hubungan ini harus didasarkan pada kepercayaan, transparansi, dan kesepahaman yang jelas mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang wajib dimuat dalam suatu perjanjian yang sebagaimana juga tertuang dalam Pasal 34 PP 29/2021, yang berbunyi: “Distribusi Barang secara tidak langsung dilakukan oleh Pelaku Usaha Distribusi melalui perikatan yang dapat dibuktikan dengan adanya perjanjian, penunjukan, dan/atau bukti transaksi secara tertulis.” 2 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Selanjutnya, dalam membuat Perjanjian—Produsen dengan Distributor wajib memuat sekurangkurangnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2021 tentang Perikatan Untuk Pendistribusian Barang oleh Distributor atau Agen (“Permendag 24/2021”). Pasal 6 ayat (3) Permendag 24/2021: “Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling sedikit memuat: a. nama dan alamat lengkap pihak-pihak yang membuat perjanjian; b. maksud dan tujuan perjanjian; c. status keagenan atau kedistributoran; d. jenis Barang yang diperjanjikan; e. wilayah pemasaran; f. hak dan kewajiban masing-masing pihak; g. kewenangan; h. jangka waktu perj an j ian; i. cara pengakhiran perjanjian; j. cara penyelesaian perselisihan; k. hukum yang dipergunakan; dan l. tenggang waktu penyelesaian.” E. PRAKTIK YANG DILARANG Perusahaan wajib memperhatikan dan menghindari Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam menjalankan kerja sama distribusi. Hal tersebut, guna untuk mencegah pelanggaran hukum serta menjaga reputasi Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berikut adalah praktikpraktik yang dilarang dalam kerja sama distribusi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU 5/1999”): 1. Resale Price Maintance (Penetapan Harga Jual Kembali) a) Pengertian Resale Price Maintenance (RPM) adalah praktik usaha Produsen untuk mengontrol harga pada saat barang / jasa dijual dari Distributor kepada konsumen akhir. RPM yang dilarang dalam praktik usaha adalah Penetapan Minimum Harga Jual Kembali yang mana Distributor tidak diizinkan untuk menjual produk di bawah harga yang ditetapkan oleh Produsen. RPM bertentangan dengan kebijakan harga yang bebas atau kompetisi harga, di mana Distributor biasanya memiliki kebebasan untuk menetapkan harga jual mereka sendiri. Hal tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU 5/1999 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan/atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.” b) Bentuk Perjanjian yang Dilarang Adapun bentuk-bentuk Perjanjian Penetapan Minimum Harga Jual Kembali yang dilarang dalam UU 5/1999: 1) Produsen menentukan harga jual minimum untuk penjualan kembali produknya; 2) Produsen mensyaratkan Distributor agar tidak menjual produknya lebih rendah dari harga jual minimum yang telah ditentukan; 3) Produsen melakukan perjanjian dengan Distributor dalam pengadaan suatu barang dimana terdapat persyaratan mengenai harga jual minimum tertentu; 3 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 4) Produsen akan menghentikan atau menahan pasokan barang kepada Distributor kecuali jika Distributor menyetujui untuk tidak menjual produk di bawah harga jual minimum yang telah ditentukan; dan/atau 5) Produsen menahan pasokan barang kepada Distributor karena Distributor telah menjual produk di bawah harga jual minimum yang telah ditentukan. c) Sanksi Apabila Perusahaan terbukti melakukan praktik Penetapan Minimum Harga Jual Kembali, maka dapat dikenakan Sanksi Administratif maupun Sanksi Pidana yang diatur dalam UU 5/1999: 2) Sanksi Administratif Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) berwenang dapat menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Penetapan Minimum Harga Jual Kembali yang diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf (a), (c), (f) dan (g UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 47 ayat (2) huruf (a), (c), (f) dan (g) UU 5/1999: a. “Penetapan Pembatalan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 16; c. Perintah kepada pelaku usaha untuk kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat.” f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) 3) Sanksi Pidana Pokok Selain sanksi administratif terdapat sanksi pidana yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Penetepaan Minimum Harga Jual Kembali yang diatur dalam Pasal 48 ayat (2) UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 48 ayat (2) UU 5/1999: “Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana serendah-rendahnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan setinggitingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.” 4) Sanksi Pidana Tambahan Sanksi Pidana Tambahan yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Penetepaan Minimum Harga Jual Kembali yang diatur dalam Pasal 49 UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 49 UU 5/1999: a. “Pencabutan izin usaha; atau b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang ini untuk menduduki jabatan Direksi atau Komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.” 2. Exclusive Agreement (Perjanjian Tertutup) a) Pengertian Terdapat beberapa bentuk yang termuat dalam Exlusive Agrement yang dilarang dalam praktik usaha, sebagai berikut: 4 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 1) Exclusive Distribution Agreement Perjanjian antara Produsen dengan Distributor yang memuat persyaratan bahwa Distributor yang diperjanjikan kepada pihak tertentu atau di tempat tertentu saja. Pasal 15 ayat (1) UU 5/1999: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.” 2) Tying Agreement Perjanjian antara Produsen dengan Distributor yang memuat ketentuan bahwa Distributor diperbolehkan untuk membeli barang dari Produsen dengan syarat harus membeli barang lain juga dari Distributor. Pasal 15 ayat (2) UU 5/1999: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.” 3) Special Discout Perjanjian antara Produsen dengan Distributor yang memuat ketentuan bahwa Distributor ingin mendapatkan harga diskon untuk suatu produk tertentu yang dibelinya dari Produsen, maka Distributor harus bersedia membeli produk lain dari Produsen atau tidak akan membeli produk yang sama atau sejenis dari Pihak lain yang menjadi pesaing Produsen. Pasal 15 ayat (3) UU 5/1999: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok: a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; atau b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha b) Bentuk Perjanjian yang Dilarang 1) Perjanjian Distribusi Eksklusif; 2) Perjanjian Penjualan/Pembelian Barang dan/atau Jasa yang bersifat mengikat (Tying Agreement); 3) Perjanjian penetapan harga dan/atau diskon tertentu yang dikaitkan dengan Tying Agreement; atau 4) Perjanjian penetapan harga dan/atau diskon tertentu yang dikaitkan dengan pelarangan untuk membeli barang dan/atau jasa dari pesaing (Exclusive Dealing dikaitkan dengan potongan harga) c) Sanksi Apabila Perusahaan terbukti melakukan praktik Perjanjian Tertutup, maka dapat dikenakan Sanksi Administratif maupun Sanksi Pidana yang diatur dalam UU 5/1999: 1) Sanksi Administratif Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) berwenang dapat menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Perjanjian Tertutup yang diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf (a), (c), (f) dan (g)) UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 47 ayat (2) huruf (a), (c), (f) dan (g) UU 5/1999: 5 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI a) “Penetapan Pembatalan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 16; c. Perintah kepada pelaku usaha untuk kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat. f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).” 2) Sanksi Pidana Pokok Selain sanksi administratif terdapat sanksi pidana yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Perjanjian Terturup yang diatur dalam Pasal 48 ayat (2) UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 48 ayat (2) UU 5/1999: “Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana serendah-rendahnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan setinggitingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.” 3) Sanksi Pidana Tambahan Sanksi Pidana Tambahan yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Perjanjian Tertutup yang diatur dalam Pasal 49 UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 49 UU 5/1999: a. “Pencabutan izin usaha; atau b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang ini untuk menduduki jabatan Direksi atau Komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.” 3. Pengusaan Pasar a) Pengertian Produsen dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya praktek persaingan usaha tidak sehat dengan cara menghalangi Pelaku Usaha lain dengan membatasi peredaran dan/atau penjualan barang di wilayah tertentu. Pasal 19 huruf (c) UU 5/1999: “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau b) Bentuk Perjanjian yang Dilarang 1) Produsen menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama dengan Distributor. 2) Produsen membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada wilayah Distributor; 3) Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. 6 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI c) Sanksi Apabila Perusahaan terbukti melakukan praktik Perjanjian Tertutup, maka dapat dikenakan Sanksi Administratif maupun Sanksi Pidana yang diatur dalam UU 5/1999: 1) Sanksi Administratif Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) berwenang dapat menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Perjanjian Tertutup yang diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf (c), (f) dan (g)) UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 47 ayat (2) huruf (c), (f) dan (g) UU 5/1999: c. Perintah kepada pelaku usaha untuk kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat. f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).” 2) Sanksi Pidana Pokok Selain sanksi administratif terdapat sanksi pidana yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Penguasaan Pasar yang diatur dalam Pasal 48 ayat (1) UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 48 ayat (1) UU 5/1999: “Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.” 3) Sanksi Pidana Tambahan Sanksi Pidana Tambahan yang dapat menjerat Perusahaan bila terbukti melakukan praktik Penetepaan Minimum Harga Jual Kembali yang diatur dalam Pasal 49 UU 5/1999, yang berbunyi: Pasal 49 UU 5/1999: a. “Pencabutan izin usaha; atau b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang ini untuk menduduki jabatan Direksi atau Komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.” F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Berikut adalah poin-poin yang perlu diperhatikan bagi Perusahaan dalam menjalin Kerja Sama Distribusi dengan Distributor: 1. Legalitas Distributor Pastikan Distributor merupakan Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum atau bukan Badan Hukum yang didirikan dan berkedudukan di wilayah Indonesia. Hal tersebut, dapat dibuktikan dengan Akta Pendirian, SK Kemenkumham. 7 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 2. Tempat Usaha yang jelas dan terdaftar Pastikan Distributor memiliki Tempat Usaha dan Gudang dengan alamat yang jelas dan terdaftar. Hal tersebut, dapat dibuktikan dengan Nomor Induk Berusaha (“NIB”). Selanjutnya, dengan dibuktikkan nya NIB, Produsen dapat melihat apakah Distributor memiliki izin Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Perdagangan. Bila tidak terdapat, maka hal tersebut memiliki risiko kemudian hari seperti aktifitas perusahaan Distributor terhenti karena tidak memiliki izin. Kewajiban Distributor untuk memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana diatur dalam PP 29/2021, yakni: Pasal 36 PP 29/2021: “Distributor atau Agen yang mendistribusikan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) wajib memiliki Perizinan Berusaha sebagai Distributor atau Agen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” Pasal 38 huruf (a) PP 29/2021: “Distributor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a, wajib memenuhi ketentuan: c. memiliki Perizinan Berusaha sebagai Distributor; d. memiliki atau menguasai tempat usaha dengan alamat yang benar, tetap, dan jelas” 3. Gudang yang jelas dan terdaftar Pastikan Distributor memiliki Gudang dengan alamat yang jelas dan terdaftar . Hal tersebut, dapat dibuktikan dengan Tanda Daftar Gudang. Alasan perlu mengetahui legalitas Gudang, yakni Distributor sebagai kepanjangan tangan Produsen memiliki tanggung jawab untuk mendistribusikan produknya secara langsung kepada Konsumen. Apabila terjadi permasalahan terhadap produksi dari Produsen—Distributor dapat mengantisipasi hal tersebut dengan persediaan stock yang dimiliki. Kewajiban Distributor untuk memiliki Gudang yang jelas dan terdaftar sebagaimana diatur dalam PP 29/2021, yakni: Pasal 38 huruf (c) PP 29/2021: “Distributor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a, wajib memenuhi ketentuan: e. memiliki atau menguasai Gudang yang sudah terdaftar dengan alamat yang benar, tetap, dan jelas” 4. Wilayah Distribusi Pastikan Wilayah Distribusi produk yang akan dipasarkan oleh Distributor. Dalam hal ini, untuk menghindari adanya persaingan usaha antara Para Distributor serta memberikan batasan kepada mereka untuk tidak melewati batas-batas mendistribusikan produk maupun layanan diluar wilayah yang telah ditetapkan. 5. Harga Wewenang untuk menetapkan harga produk merupakan sepenuhnya hak Distributor. Akan tetapi, Produsen dapat menyarankan rentang harga kepada Distributor guna menjaga stabilitas harga. 6. Plafon Perlu adanya pembatasan pesanan pembelian kepada Distributor untuk kredit produk pada waktu tertentu. Dikarenakan, untuk mengantispasi penumpukan stock dan tunggakan pembayaran oleh Distributor. 8 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI BAB II KERANGKA PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI A. JUDUL Judul wajib dibuat menurut jenis Perjanjian yang akan disepakati. Hal tersebut, guna mencerminkan dengan tepat isi dari Perjanjian. PERJAJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI NO. (____________) B. PEMBUKAAN Pembukaan mencakup keerangan mengenai lokasi dan tanggal Perjanjian dibuat, Hal tersebut, guna memberikan informasi mengenai tempat berlakunya hukum dan waktu dimulainya Perjanjian. Perjanjian Kerja Sama Distribusi (“Perjanjian”) dibuat di ((____________)) pada tanggal ((____________), oleh dan antara: C. KOMPARISI Komparisi memberikan identifikasi yang jelas perihal Pihak yang terlibat dalam Perjanjian. Sehingga, tidak ada kebingungan mengenai siapa pihak yang terlibat dalam kesepakatan. 1. PT ________, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan kantornya beralamat di ____________, dalam hal ini diwakili oleh ____________, dalam hal ini bertindak selaku Direktur dari dan oleh karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT ____________. Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. 2. PT ________, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan kantornya beralamat di ____________, dalam hal ini diwakili oleh ____________, dalam hal ini bertindak selaku ____________, dari dan oleh karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT ____________. Bertindak berdasarkan Surat Kuasa dari Direktur pada Surat Kuasa No. (____________)) tertanggal (____________) dan dengan demikian sah bertindak untuk atas nama PT. (____________). Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut sebagai "PARA PIHAK", dan masingmasing selanjutnya disebut sebagai "PIHAK"). Catatan: Perusahaan wajib diwakili Direktur secara langsung tidak dapat diwakilkan, karena Perjanjian Kerja Sama Distribusi bersifat penting. 9 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”). “Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.” Pasal 95 UU PT: “Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).” D. RECITAL Recital membantu memperjelas niat dan maksud PARA PIHAK dalam Perjanjian dan memberikan gambaran umum yang membantu memahami substansi Perjanjian. PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya tersebut diatas, dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: 1. PIHAK PERTAMA adalah ________________. 2. PIHAK KEDUA adalah __________________. 3. Pokok Perjanjian ini adalah PIHAK PERTAMA bekerja sama dengan PIHAK KEDUA untuk meningkatkan usahanya ke berbagai lapisan konsumen di bidang penjualan produk pada wilayah yang akan ditentukan dalam Perjanjian ini. PIHAK KEDUA merupakan perluasan struktur komersial PIHAK PERTAMA dan terpadu ke dalam kebijakan komersial. 4. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini bersedia untuk menandatangani Perjanjian ini dengan persetujuan bersama untuk tujuan distribusi, pemasaran dan penjualan Produk kepada Pelanggan di Wilayah. E. ISI Isi Perjanjian Kerja Sama Distribusi dirancang untuk mencapai beberapa tujuan penting, yakni mendefinisikan, mengatur, dan merinci hak, kewajiban, dan tanggung jawab dari PARA PIHAK yang terlibat dalam kesepakatan Perjanjian. Berikut adalah Pasal-Pasal yang penting dari bagian Isi Perjanjian: 1. OBJEK DAN RUANG LINGKUP Klausa ini bertujuan untuk menetapkan secara jelas yang menjadi objek dan ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama Distribusi. Selanjutnya, untuk memastikan bahwa semua aktivitas distribusi dilakukan dalam kerangka yang telah disepakati, sehingga meminimalisir potensi konflik dan meningkatkan efisiensi operasional. PIHAK PERTAMA dengan ini menunjuk PIHAK KEDUA sebagai Distributor resmi (Authorized Partner) dengan ketentuan Hak Ekslusif. PIHAK KEDUA akan membeli Produk dari PIHAK PERTAMA dan menjualnya kembali kepada Pelanggan di Wilayahnya, atas nama dirinya sendiri menanggung segala risiko terkait dengan penjualan kepada Pelanggan dan tanpa batasan subordinasi apa pun terhadap PIHAK PERTAMA. Produk akan dijual dalam kondisi yang sama seperti yang diterima dari PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA tidak boleh, kecuali diizinkan oleh PIHAK PERTAMA secara tertulis, memodifikasi atau mengubah Produk maupun suku cadangnya. Untuk menghindari keraguan, PIHAK KEDUA juga setuju untuk tidak mengubah, menghilangkan atau dengan cara apa pun, nomor atau merek dagang apa pun yang dibubuhkan atau dicetak pada Produk atau kemasan Produk dan/atau pada suku cadangnya. 10 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PARA PIHAK dengan ini sepakat bahwa, dalam melaksanakan kewajiban masing-masing berdasarkan Perjanjian ini, mereka adalah dan akan tetap menjadi Produsen dan Distributor. Perjanjian ini bukan merupakan hubungan kerja, perwakilan, usaha patungan, atau kemitraan antara PARA PIHAK. PIHAK KEDUA tidak boleh dianggap sebagai agen penjualan dan/atau kuasa PIHAK PERTAMA dalam hal apa pun. Untuk menghindari keraguan, Perjanjian ini tidak memberikan PIHAK KEDUA hak atau wewenang apa pun untuk melakukan atau menimbulkan tanggung jawab apa pun, tersurat maupun tersirat, antara PIHAK PERTAMA dan pihak ketiga mana pun. Catatan: Perusahaan dan Distributor adalah pihak-pihak yang independen dan tidak ada hubungan kemitraan, usaha patungan, agen, atau hubungan kerja. Masing-masing pihak bertanggung jawab atas tindakan dan kelalaiannya sendiri. 2. SPESIFIKASI DAN PEMESANAN PRODUK Klausa ini bertujuan untuk memandu cara produk dipesan oleh Distributor guna memastikan bahwa proses pemesanan berjalan efisien. Selanjutnya, dengan memiliki persyaratan spesifikasi dan pemesanan yang terperinci dalam perjanjian, risiko perselisihan antara Perusahaan dengan Distributor dapat dihindari. Jika terjadi ketidaksepakatan, klausa ini dapat menjadi acuan yang jelas untuk menyelesaikan konflik. PIHAK PERTAMA akan memasok Produk yang akan dirinci pada lampiran “Daftar Spesifikasi dan Harga Produk” yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. PARA PIHAK sepakat melakukan pemesanan produk, kemudian dilanjutkan dengan pemesanan Pesanan Pembelian (“PO”). Surat PO sekurang-kurangnya memuat informasi berikut: a. Dekskripsi Produk; b. Nomor surat PO; c. Tanggal Pengiriman; d. Jumlah Produk; dan e. Harga. PIHAK PERTAMA dapat meminta waktu tunggu selama 7 (tujuh) hari kerja untuk mengkonfirmasi Surat PO. Catatan: a. PO merupakan Perjanjian Payung dari Perjanjian Kerja Sama Distribusi yang memiliki kekuatan hukum yang sama, sebagaimana yang tertuang dalam Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1506 K/Pdt/2002 “Purchase Order yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak yang mengikat diri merupakan kesepakatan, Sehingga berlaku sebagai Undang-Undang yang mengikat Kedua Belah Pihak.” b. Perusahaan dapat menolak PO yang dikeluarkan oleh Distributor, apabila dirasa tidak memungkinkan dalam produksi maupun pengiriman. 11 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 3. HARGA DAN PENAGIHAN Klausa ini bertujuan untuk menetapkan batas waktu Perjanjian Kerja Sama Distribusi sehingga PARA PIHAK dapat mengetahui mulai dan berakhirnya Perjanjian. Harga produk ("Harga") ditentukan dalam lampiran “Daftar Spesifikasi dan Harga Produk” yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA. PIHAK PERTAMA berhak merevisi harga Produk setiap triwulan. Dalam hal perubahan harga Produk mengakibatkan kenaikan harga Produk lebih dari 10% (sepuluh persen) dari daftar harga sebelumnya, PIHAK KEDUA berhak memilih untuk tidak menerima kenaikan tersebut dan berhak untuk menolak. menarik diri dari Perjanjian ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK PERTAMA tidak kurang dari 60 (enam puluh) hari kalender sebelumnya. PARA PIHAK sepakat bahwa pesanan harus dibayar oleh PIHAK KEDUA pada Batas Kredit Rp _______ dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari. PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk membayar denda keterlambatan pembayaran atas jumlah tagihan yang belum dibayarkan yang sudah jatuh tempo dengan tarif denda keterlambatan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per hari kalender dari nilai produk dengan batas maksimum denda keterlambatan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Perjanjian. Catatan: a. Perusahaan dapat menentukan termin pembayaran 30 hari, 60 hari atau 90 hari pada setiap pembayaran. b. Untuk menghindari, kelalaian pembayaran setiap pemesanan produk dibatasi dengan plafon yang disepakati nominalnya. c. Jangka waktu pembayaran wajib disertakan untuk menghindari ketidakpastian hukum serta menjadi dalil dalam menjatuhkan wanprestasi. Hal tersebut, sesuai dengan pandangan Hakim Pengadilan Negeri, sebagai berikut: Pengadilan Negeri Batam Nomor 72/Pdt.G/2020?PN Btm, halaman 9 “Menimbang, bahwa sebagaimana uraian gugatan dan pembuktian yang diajukan oleh Penggugat dan Tergugat dipersidangan, Hakim menilai bahwa sengketa utang piutang sejumlah Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah rupiah) sebagaimana bukti surat P1, P-2, P-3 dan P-4 dihubungkan dengan saksi penggugat Nasrul Umahi, kemudian dihubungkan pula dengan bantahan Tergugat, bahwa Perjanjian Utang Piutang yang telah dibuat Penggugat dengan Tergugat tidak terdapat jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh keduabelah pihak, khususnya bagi Tergugat untuk melaksanakan kewajibannya untuk mengembalikan sejumlah uang yang telah diterimanya dari penggugat pada waktu dan jumlah tertentunya, sehingga dengan demikian unsur tidak dapat melaksanakan kewajiban yang harus dibebankan kepada tergugat yang dianggap melakukan ingkar janji atau wanprestasi tidak terpenuhi.” 4. JANGKA WAKTU Klausa ini bertujuan untuk menetapkan batas waktu Perjanjian Kerja Sama Distribusi sehingga PARA PIHAK dapat mengetahui mulai dan berakhirnya Perjanjian. Jangka waktu berlakunya Perjanjian ini berlaku dan mengikat PARA PIHAK untuk jangka waktu selama __ (__), terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian ini oleh PARA PIHAK dan 12 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI berakhir hingga tanggal _____, terkecuali dalam hal diperpanjang berdasarkan persetujuan PARA PIHAK yang dibuat secara tertulis. Apabila, salah satu PIHAK berkehendak untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian, maka PIHAK tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK lainnya selambatlambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelum jangka waktu perjanjian berakhir. Catatan: a. Jangka waktu yang jelas dan spesifik membantu menghindari ketidakpastian hukum terkait dengan status perjanjian setelah berakhirnya periode tertentu. b. Jangka waktu yang diperbolehkan untuk menunjuk Distributor paling sedikit 5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang 1 (satu) tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Bidang Perdagangan (“PP 29/2021”). Pasal 35 PP 29/2021 “Masa berlaku penunjukan Distributor tunggal paling sedikit selama 5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang 1 (satu) kali.” 5. WILAYAH DISTRIBUSI Klausa ini bertujuan untuk menetapkan batasan-batasan geografis yang jelas terkait dengan wilayah yang akan dilayani oleh Distributor. Hal ini membantu menghindari tumpang tindih atau persaingan yang tidak diinginkan antara Distributor. Selanjutnya, untuk meningkatkan komitmen Distributor terhadap pengembangan pasar di wilayah yang ditugaskan. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kepada PIHAK KEDUA Hak eksklusif untuk mendistribusikan Produk kepada Pelanggan di Wilayah ______ (“Wilayah”). Sebagai konsekuensi dari eksklusivitas ini, PIHAK PERTAMA dengan tegas tidak diperbolehkan untuk melakukan penjualan langsung di Wilayah dan dengan bebas menunjuk distributor, agen, atau perantara tambahan di Wilayah untuk tujuan mendistribusikan dan menjual Produk. Dalam hal pesanan dan/atau pelanggan berasal dari luar Wilayah PIHAK KEDUA, maka PHAK KEDUA diwajibkan untuk merujuk pesanan tersebut kepada Distributor yang wilayah kerjanya sesuai dengan sumber pesanan agar dilayani sebagaimana mestinya, atau dirujuk langsung ke PIHAK PERTAMA. Apabila, PIHAK KEDUA terbukti melayani pesanan yang berasal dari luar Wilayahnya dengan tanpa mengindahkan ketentuan ayat (3) pasal ini, maka PIHAK PERTAMA memberikan peringatan secara tertulis dan akan dipertimbangkan sebagai performa Distributor. Catatan: Perusahaan wajib merancang perjanjian yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis secara spesifik. Adapun 2 (dua) bentuk perjanjian distribusi, sebagai berikut: a. Perjanjian Distribusi Hak Eksklusif Perjanjian yang memberikan hak kepada Distributor untuk menjadi satu-satunya distributor yang diberi wewenang untuk mendistribusikan produk di wilayah tertentu. Dalam perjanjian ini, terdapat target penjualan yang harus dicapai oleh Distributor untuk mempertahankan eksklusivitasnya. b. Perjanjian Distribusi Non-Hak Eksklusif 13 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Perjanjian yang memberikan kebebasan kepada Produsen untuk menggunakan beberapa Distributor dalam wilayah yang sama. Distributor tidak memiliki hak eksklusif untuk mendistribusikan produk di wilayah yang ditunjuk. 6. KOMITMEN DAN PERNYATAAN Klausa ini bertujuan untuk menetapkan tanggung jawab dan kewajiban Distributor terkait dengan pelaksanaan perjanjian ini serta untuk memastikan berkomitmen dalam mematuhi semua persyaratan, ketentuan, dan target yang telah disepakati dalam perjanjian ini. PIHAK KEDUA harus melakukan upaya terbaiknya untuk mempromosikan dan mengembangkan distribusi Produk di Wilayahnya dan menjaga nama baik komersial serta itikad baik PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA juga harus mengatur dan memelihara, dengan biaya dan pengeluarannya sendiri, dukungan pelanggan purna jual yang efisien. PIHAK KEDUA setuju bahwa dukungan pelanggan purna jual hanya akan menggunakan dan merekomendasikan penggunaan suku cadang asli PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA dengan ini setuju bahwa semua biaya yang berkaitan dengan pendistribusian dan penjualan Produk di Wilayah tersebut (termasuk pembayaran komisi, biaya, dan segala imbalan atau tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada agen, atau personel lainnya) akan menjadi tanggung jawabnya sendiri dan biaya. PIHAK PERTAMA tidak diharuskan menanggung biaya-biaya ini. PIHAK KEDUA akan, berdasarkan kebijakannya sendiri dan mutlak, menentukan harga jual Produk yang didistribusikan olehnya. Dalam menentukan harga jual ini, PIHAK KEDUA harus mempertimbangkan kebutuhan untuk melindungi nama baik komersial PIHAK PERTAMA. PIHAK PERTAMA dapat memberikan harga jual yang disarankan, namun PIHAK KEDUA tidak berkewajiban untuk menerima saran PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa: a. Perusahaannya terorganisir dengan baik, berdiri secara sah dan bereputasi baik di wilayah kedudukan hukum organisasinya; b. Memenuhi syarat untuk menjalankan bisnis dan mempunyai reputasi yang baik di setiap yurisdiksi di mana kualifikasi tersebut diperlukan untuk tujuan Perjanjian ini; c. Mempunyai hak penuh, kekuasaan dan wewenang korporasi untuk mengadakan Perjanjian ini, untuk memberikan hak dan lisensi yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini dan untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini; dan d. Pelaksanaan Perjanjian ini oleh perwakilannya yang tanda tangannya tercantum di bagian akhir Perjanjian ini telah diberi wewenang oleh semua tindakan korporasi PIHAK KEDUA yang diperlukan. Catatan: Distributor memiliki kewajiban untuk memiliki perizinan berusaha yang sah secara hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 36 PP 29/2021, yang berbunyi: “Distributor atau Agen yang mendistribusikan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) wajib memiliki Perizinan Berusaha sebagai Distributor atau Agen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” 14 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 7. PEMBATALAN ATAU PENUNDAAN Klausa ini bertujuan untuk memberikan ketentuan yang jelas dan adil bagi PARA PIHAK dalam mengatasi situasi di mana pelaksanaan perjanjian tidak dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Selanjutnya, untuk melindungi kepentingan dan menjaga hubungan baik antara Produsen dan Distributor dalam menghadapi peristiwa yang tidak terduga atau keadaan yang mengharuskan pembatalan atau penundaan pelaksanaan perjanjian. Selain dengan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA tidak memiliki hak untuk membatalkan pemesanan yang disampaikan kepada PIHAK PERTAMA atau untuk apapun menunda pengiriman. Apabila, PIHAK PERTAMA memungkinkan PIHAK KEDUA untuk membatalkan pemesanan atau menunda pengiriman, setelah diskusi dan membuat perjanjian secara tertulis PIHAK KEDUA tidak dikenakan pembayaran. Akan tetapi, apabila PIHAK KEDUA membatalkan pemesanan atau menunda pengiriman sebelum didiskusikan dan tanpa ada perjanjian tertulis PIHAK KEDUA harus membayar semua biaya PIHAK PERTAMA yang telah terjadi. Catatan: a. Distributor wajib memberitahukan dan seizin Perusahaan untuk membatalkan pemesanan, karena Perusahaan telah mengeluarkan biaya produksi. Apabila tidak, maka wajib membayar sesuai Purchase Order yang telah dikirimkan. b. Distributor dilarang untuk menunda pengiriman sesuai yang disepakati, karena akan menggangu lajur dari operasional Warehouse Perusahaan. 8. GARANSI Klausa ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepada Distributor bahwa produk yang didistribusikan oleh Perusahaan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya, untuk melindungi kepentingan Distributor dari kerugian finansial atau reputasi akibat cacat produk atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang dijanjikan. PIHAK PERTAMA memberikan garansi Produk selama 24 (dua puluh empat) bulan kepada PIHAK KEDUA. Garansi ini terbatas pada setiap Barang Cacat, masalah kualitas dan/atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi produk yang menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA, yang terjadi dalam waktu 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan Produk, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA memberi tahu PIHAK PERTAMA perihal Barang Cacat, masalah kualitas dan/atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi produk sesuai dengan ayat (2) Pasal ini. Pemberitahuan tertulis mengenai setiap Barang cacat yang terlihat harus disampaikan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak PIHAK KEDUA menerima Produk dan, dalam hal apa pun, selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan. Pemberitahuan tertulis mengenai barang cacat harus diberikan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak ditemukannya Cacat Produk dan, dalam hal apa pun, selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan. Kegagalan PIHAK KEDUA untuk memberikan pemberitahuan tertulis akan mengakibatkan hilangnya hak PIHAK KEDUA untuk mengajukan klaim berdasarkan garansi dan sebagai pengakhiran garansi. Setelah diberitahu mengenai Barang Cacat oleh PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat, berdasarkan kebijaksanaannya, meminta PIHAK KEDUA membongkar dan mengirimkan Produk yang diduga cacat ke PIHAK PERTAMA (atau alamat lain yang diberikan oleh PIHAK 15 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PERTAMA) untuk diperiksa, dengan biaya PIHAK PERTAMA. Selama pembongkaran dan pengiriman tersebut, PIHAK KEDUA wajib mematuhi secara ketat pedoman dan arahan tertulis PIHAK PERTAMA. Alternatifnya, PIHAK PERTAMA dapat mengirimkan personelnya untuk memeriksa dugaan Produk cacat. PIHAK PERTAMA kemudian akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Produk yang diduga cacat. Apabila, hasil pemeriksaan tersebut menghasilkan tidak adanya Cacat pada Produk yang secara langsung disebabkan oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA berhak meminta penggantian biaya dari PIHAK KEDUA dari semua biaya dan pengeluaran yang berkaitan dengan pembongkaran, pengiriman, dan Pemeriksaan Produk tersebut. Produk apa pun yang diperbaiki atau diganti sesuai dengan garansi yang dijelaskan dalam Perjanjian ini, akan dikenakan garansi 6 (enam) bulan, terhitung sejak dan sejak tanggal perbaikan, penggantian, atau penyerahan kepada PIHAK KEDUA, mana saja yang terjadi kemudian. Garansi 6 (enam) bulan ini akan diberikan dengan syarat dan ketentuan yang pada dasarnya sama (dengan pengecualian jangka waktu) dengan garansi 24 (dua puluh empat) bulan. Semua komponen dan perangkat yang cacat akan tetap menjadi milik PIHAK KEDUA, meskipun ada pengangkutan atau pengiriman komponen dan perangkat yang cacat tersebut ke PIHAK PERTAMA untuk diperiksa. Catatan: a. Perusahaan wajib melakukan penggantian produk atas kerusakan atau cacat tersembunyi selama jangka waktu garansi. Perlindungan konsumen atas kerusakan atau cacat tersembunyi diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU 8/1999”), sebagai berikut: Pasal 4 huruf (f) UU 8/1999: “Hak Konsumen adalah: f. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;” Pasal 25 ayat (1) UU 8/1999: “Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun wajib menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan.” b. Perusahaan wajib memberikan jaminan bahwa produk yang dijual kepada Distributor dan diterima oleh Konsumen memiliki kualitas baik, sebagaimana diatur sebagai berikut: Pasal 7 huruf (d) dan huruf (f) UU 8/1999: “Kewajiban pelaku usaha adalah: d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; f. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;” c. Sanksi bagi Perusahaan yang tidak melaksanakan garansi atas kerusakan atau cacat tersembunyi produk yang dijual dapat dikenakan sanksi administtatif, sebagai berikut: 16 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Pasal 60 ayat (1) dan ayat (2) UU 8/1999: 1) “Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26. 2) Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).” F. KLAUSA ANTISIPASI Klausa antisipasi adalah bagian dari perjanjian yang mengatur atau menetapkan kondisi di mana salah satu pihak melanggar perjanjian sebelum waktu yang ditentukan, memungkinkan pihak lain untuk mengambil tindakan tertentu. Selanjutnya, dirancang untuk melindungi kepentingan pihak yang tidak melanggar Perjanjian jika mereka memperoleh informasi atau keyakinan bahwa pihak lain tidak akan memenuhi kewajibannya di masa depan. Klausul ini dapat memberikan dasar hukum bagi pihak yang tidak melanggar perjanjian untuk bertindak lebih awal daripada menunggu pelanggaran aktual terjadi. Berikut adalah Pasal-Pasal yang penting dalam bagian Klausa Antisipasi Perjanjian Kerja Sama Distribusi: 1. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Klausa ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua Hak Kekayaan Intelektual yang dimiliki oleh Perusahaan tetap dilindungi sepenuhnya dan tidak dimanfaatkan tanpa izin serta semua penggunaan Hak Kekayaan Intelektual sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah yang relevan, serta menjaga agar tidak melanggar hak pihak lainnya. PIHAK KEDUA diberi wewenang untuk menggunakan Merek Dagang dan/atau Hak Kekayaan Intelektual (“HKI”) PIHAK PERTAMA dalam pemasaran dan penjualan Produk di Wilayahnya. PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan menggunakan HKI untuk tujuan lain apa pun serta mengakui dan menyetujui bahwa HKI milik eksklusif PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA menegaskan bahwa ia tidak berhak meminta sendiri lisensi atau hak tambahan apa pun atas HKI atau memberikan lisensi atau hak apa pun atas HKI kepada pihak ketiga. PIHAK KEDUA berjanji untuk: Tidak menggunakan HKI untuk tujuan selain pemasaran atau penjualan Produk sesuai dengan pelaksanaan kewajibannya dalam Perjanjian ini; Tidak mendaftar atau mengajukan pendaftaran (termasuk di yurisdiksi mana pun di mana HKI tidak terdaftar atau terkait dengan kelas produk apa pun yang terkait dengan HKI tidak didaftarkan) atau merek dagang apa pun yang identik atau mirip dengan HKI atau yang menyertakan HKI di dalamnya seluruhnya atau sebagian; a. Memberikan pemberitahuan tertulis sebelumnya kepada PIHAK PERTAMA, apabila terdapat aktivitas atau komunikasi pemasaran apa pun, yang menggunakan HKI; b. Tidak memodifikasi, memalsukan atau mencocokkan, tidak sebagian, dan tidak menggunakan HKI untuk menimbulkan kebingungan atau melemahkan ciri khasnya; c. Segera memberi tahu PIHAK PERTAMA tentang setiap pelanggaran HKI yang mungkin diketahuinya selama jangka waktu Perjanjian dan jika diminta, membantu PIHAK PERTAMA dalam setiap proses yang dimulai oleh PIHAK PERYAMA di Wilayah sebagai tanggapan terhadap pelanggaran tersebut; dan 17 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI d. Tidak merekayasa balik Produk dengan alasan apa pun, termasuk namun tidak terbatas pada pembuatan produk turunan dan/atau untuk memperoleh informasi teknis mengenai Produk. Untuk tujuan mencegah peredaran produk palsu dan/atau palsu di Wilayahnya, PIHAK KEDUA dengan ini setuju untuk segera memberi tahu PIHAK PERTAMA tentang tawaran apa pun yang diterima PIHAK KEDUA untuk membeli produk apa pun yang tampaknya diproduksi oleh PIHAK PERTAMA dari pihak ketiga mana pun. Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini, apapun yang timbul, PIHAK KEDUA harus segera menghentikan penggunaan, mengiklankan, mempromosikan atau menampilkan HKI, nama dagang, atau sebutan produk atau bagian mana pun dari Perjanjian ini yang serupa. atau mirip dengan HKI PIHAK PERTAMA dan harus mengembalikan kepada PIHAK PERTAMA semua dokumen yang berisi atau ditempelkan dengan HKI, termasuk semua dokumen promosi yang dimiliki dan/atau dikuasai PIHAK KEDUA, atas biaya PIHAK KEDUA sendiri dan pengeluaran. 2. PEMBERITAHUAN Klausa ini bertujuan untuk mengatur persyaratan dan prosedur pengiriman pemberitahuan antara Perusahaan dengan Distributor. Selain itu, sebagai pemberitahuan yang sah dan dapat digunakan sebagai dasar hukum apabila ada sengketa di kemudian hari. Semua surat menyurat atau pemberitahuan – pemberitahuan yang harus dikirim oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lain melalui ekspedisi/kurir intern. PIHAK PERTAMA PT. A Alamat : (to be inserted) Telepon : (to be inserted) Email : (to be inserted) PIHAK KEDUA PT. B Alamat : (to be inserted) Telepon : (to be inserted) Email : (to be inserted) Setiap alamat, nomor fax,alamat surat elektronik, atau departemen atau pegawai pengganti yang akan diberitahukan oleh Pihak bersangkutan kepada Pihak lainnya dalam jangka waktu tidak kurang dari 14 (empat belas) hari kerja sebelumnya. Masing-masing pihak dapat mengubah titik kontaknya dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya. Catatan: Alamat dalam klausul Pemberitahuan dapat menjadi petunjuk untuk menjadi dalil atau dasar gugatan apabila terjadi sengketa di kemudian hari. Dalil atau dasar gugatannya, yaitu: Actor Sequitur Forum Rei artinya kewenangan mengadili sengketa adalah Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat tergugat bertempat tinggal, sebagaimana diatu dalam Pasal 118 ayat (1) HIR yang berbunyi: 18 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI “Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang daerah hukumnya, meliputi: Dimana tergugat bertempat tinggal. Dimana tergugat sebenarnya berdiam (jikalau tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya).” 3. INFORMASI RAHASIA Klausa ini bertujuan untuk mengatur perlindungan informasi rahasia yang mencakup Hak Kekayaan Intelektual dan Rahasia Dagang PARA PIHAK dalam Perjanjian Kerja Sama Distribusi serta meningkatkan kepercayaan dan kerja sama antara PARA PIHAK. PIHAK KEDUA mengakui bahwa PIHAK PERTAMA dapat mengungkapkan atau menyediakan Informasi Rahasia kepada PIHAK KEDUA selama jangka waktu Perjanjian ini. PIHAK KEDUA tidak boleh kapan pun atau dengan cara apa pun menggunakan, menyalin, mengungkapkan, membocorkan, mentransmisikan, menyampaikan, mentransfer, atau mengomunikasikan Informasi Rahasia apa pun kepada orang atau badan mana pun, baik secara langsung atau tidak langsung, tanpa izin tertulis sebelumnya dari PIHAK PERTAMA, kecuali jika hal tersebut penggunaan, penyalinan, pengungkapan, pengungkapan, transmisi, penyampaian, transfer atau komunikasi harus dilakukan kepada karyawan atau agen PIHAK KEDUA sehubungan dengan dan dalam rangka pemasaran atau penjualan Produk oleh PIHAK KEDUA. PIHAK KEDUA juga harus melindungi dan menjaga kerahasiaan Informasi Rahasia dengan setidaknya tingkat kehati-hatian yang sama dengan informasi rahasia milik PIHAK KEDUA, namun dalam hal apa pun dengan tingkat kehati-hatian yang wajar secara komersial. Ketentuan Informasi Rahasian ini akan berlaku dan berlaku selama jangka waktu Perjanjian ini dan akan tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun berikutnya setelah pengakhiran atau habis masa berlakunya karena alasan apa pun. Catatan: a. Informasi Rahasia Perjanjian Kerja Sama Distribusi merupakan Rahasia Dagang yang wajib dijaga, disimpan, serta tidak boleh disebarluaskan oleh Distributor tanpa izin dari Produsen, sebagaimana ketentuan sebagai berikut: Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasian Dagang (“”UU Rahasia Dagang”): 1) “Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya. 2) Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.” Pasal 13 UU Rahasia Dagang: “Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.” b. Perusahaan dapat mengenakan tuntutan kepada Distributor bila terbukti menggunakan Rahasia Dagang tanpa persetujuan, sebagaimana ketentuan sebagai berikut: 19 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Pasal 17 UU Rahasia Dagang: “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).” 4. PENGHENTIAN Klausa ini bertujuan untuk menentukan hal-hal yang memungkinkan salah satu PIHAK untuk mengakhiri Perjanjian Kerja Sama Disribusi atas pelanggaran, ketidakpatuhan, dalam Perjanjian maupun Peraturan Perundang-undangan. Seluruh aktifitas yang tertulis dalam Perjanjian disediakan selama jangka waktu yang tercantum dalam Perjanjian. Selanjutnya, dapat diperbarui atau diperpanjang oleh PARA PIHAK secara tertulis yang telah disepakati. PIHAK KEDUA harus segera berhenti memasarkan dan mendistribusikan Produk, dan harus segera berhenti menggunakan HKI serta materi periklanan atau perdagangan apa pun yang mempromosikan atau berkaitan dengan Produk atau yang mana Merek Dagang tersebut ditempelkan, dan harus segera mengirimkan ke PIHAK PERTAMA rincian inventaris Produk yang masih tersimpan di gudangnya. PIHAK PERTAMA hanya akan melaksanakan pesanan yang telah dikonfirmasi sebelum tanggal pengakhiran Perjanjian ini, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA membayar Produk sebelum pengiriman atau pembuatan Produk. Apabila, salah satu Pihak mengajukan permohonan untuk likuidasinya atau mengadakan rapat untuk mengusulkan keputusan likuidasinya atau mengajukan permohonan untuk pengangkatan seorang pengurus atau telah ditunjuk seorang kurator atau kurator administratif atasnya atau salah satu kekayaannya atau membuat perjanjian sukarela dengan para krediturnya. Maka, Pihak lain dapat segera mengakhiri kontrak ini dengan pemberitahuan tertulis kepada pihak yang disebutkan pertama. PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata terkait dengan diperlukannya keputusan pengadilan untuk melakukan pembatalan terhadap Perjanjian ini. Catatan: Dikarenakan Perjanjian Kerja Sama Distribusi merupakan pelaksanaan pekerjaan yang bukan skala besar. Guna menghindari pengeluaran biaya operasional untuk penyelesaian perselisihan serta Perjanjian Kerja Sama Distribusi adanya pengakhiran Perjanjian ditengah jalannya Proyek, maka apabila salah satu PIHAK yang bermaksud mengakhiri perjanjian, wajib meminta ke Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1266 KUHper: “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.” 5. KEADAAN KAHAR Klausa ini bertujuan untuk melindungi PARA PIHAK dari risiko yang tidak dapat diprediksi. Dalam hal terjadi keadaan kahar, klausul ini dapat memberikan kepastian hukum bagi PARA PIHAK sehingga perjanjian tetap dapat dilaksanakan dengan baik. 20 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI Keadaan kahar dalam Perjanjian adalah kejadian-kejadian yang terjadi di luar kemampuan dan/atau kekuasaan salah satu PIHAK serta tidak dapat diduga sebelumnya sehingga secara langsung mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian. Berikan daftar peristiwa Keadaan Kahar dalam Perjanjian seperti, kebakaran, banjir,badai, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, kebakaran, banjir, badai, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, dan perubahan peraturan yang disahkan Pemerintah yang mempengaruhi secara langsung terhadap pelaksanaan Perjanjian. PIHAK yang mengalami keadaan kahar wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak terjadinya keadaan kahar tersebut, dengan memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Bukti yang memadai perihal terjadinya keadaan kahar; 2. Kewajiban yang ditangguhkan; 3. Estimasi waktu untuk memulihkan keadaan kembali normal; dan 4. Tindakan yang akan dilakukan guna memenuhi kewaiban yang ditangguhkan. Dalam Perjanjian harus merumuskan dampak pada pelaksanaan Perjanjian KSO apabila terjadinya Keadaan Kahar. Terdapat 3 (tiga) opsi, yakni: 1. Penundaan Pelaksanaan Perjanjian; 2. Pembatalan Perjanjian; dan 3. Ganti Rugi. Catatan: Apabila salah satu PIHAK tidak dapat membuktikkan keadaan kahar, maka konsekuensinya adalah Ganti Rugi atas pekerjaan yang belum diselesaikan sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawabnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1244 KUHPer: “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya.” 6. BAHASA Klausa ini bertujuan untuk menentukan bahasa resmi yang digunakan dalam Perjanjian. Selain itu, meminimalisir risiko kesalahpahaman karena adanya perbedaan Bahasa. Perjanjian dibuat bilingual dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Apabila, terjadi perbedaan maka teks bahasa Indonesia yang berlaku. Catatan: Perjanjian Kerja Sama Distribusi tidak wajib dibuat memakai bahasa Indonesia bila PARA PIHAK sudah menyepakati bahwa bila ada perselisihan maka dilakukan melalui Lembaga Arbitrase, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. (“UU 30/1999”). “Arbiter atau majelis arbitrase dapat memerintahkan agar setiap dokumen atau bukti disertai dengan terjemahan ke dalam bahasa yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase.” 21 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 7. PENYELESAIAN PERSELISIHAN Klausa ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang efektif dan efisien. Selanjutnya, memberikan ketentuan cara dan waktu yang dilakukan sebelum memulai proses penyelesaian perselisihan. Apabila, terjadi perselisihan diselesaikan dahulu dengan musyawarah dan mufakat, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari. Selanjutnya, bila gagal maka PARA PIHAK sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya secara Arbitrase. Catatan: Umumnya dalam Perjanjian Kerja Sama Distribusi diselesaikan secara Arbitrase melalui Lembaga Arbitrase yang akan dipilih Para Pihak sesuai dengan Perjanjian. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa: “Dalam hal para pihak telah menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan diselesaikan melalui arbitrase dan para pihak telah memberikan wewenang, maka arbiter berwenang menentukan dalam putusannya mengenai hak dan kewajiban para pihak jika hal ini tidak diatur dalam perjanjian mereka.” 8. HUKUM YANG BERLAKU Klausa ini bertujuan untuk menentukan yuridiksi hukum yang mengatur dan menafisirkan Perjanjian. Perjanjian akan diatur oleh dan diinterpretasikan berdasarkan Hukum Republik Indonesia. G. PENUTUP Penutup memberikan klarifikasi dan penegasan perihal implementasi Perjanjian Kerja Sama Distribusi serta membantu menghindari keraguan dan mendorong konsistensi dalam pelaksanaan Perjanjian. ATURAN PENUTUP Perjanjian ini tidak dapat diubah, dimodifikasi dan atau ditambah, baik untuk seluruhnya maupun untuk sebagian, kecuali apabila perubahan, modifikasi dan atau penambahan tersebut dibuat dalam suatu Perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam Perjanjian ini. PIHAK PERTAMA berhak untuk merujuk Perjanjian ini kepada induk Perusahaan atau afiliasinya tanpa pemberitahuan sebelumnya sebatas tidak merugikan PIHAK KEDUA. Rujukan tersebut akan diberitahukan secara resmi kepada PIHAK KEDUA dalam waktu 1 (satu) bulan pada saat pelaksanaannya. Ketidakberlakuan sebagian: a. Apabila salah satu atau lebih ketentuan yang terkandung dalam Perjanjian ini menjadi tidak sah, tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuan-ketentuan lainnya dalam hal apapun juga tidak akan terpengaruh dan akan terus berlaku dan mengikat PARA PIHAK, kecuali ketentuan yang dianggap tidak sah tersebut mengubah maksud dan tujuan Perjanjian ini. 22 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI b. PARA PIHAK selanjutnya setuju bahwa terhadap ketentuan yang tidak sah atau tidak dapat diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian akan diganti atau dibuatkan adendum dengan ketentuan yang sah menurut hukum dan mencerminkan maksud dan tujuan komersial dibuatnya ketentuan tersebut oleh PARA PIHAK. Semua lampiran yang disebutkan dalam Perjanjian ini atau lampiran-lampiran yang akan dibuat kemudian oleh PARA PIHAK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. Catatan: Apabila antara pihak melakukan pemutusan Perjanjian secara sepihak maka dapat dikenakan gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Kaidah Hukum “Pemutusan perjanjian secara sepihak termasuk dalam perbuatan melawan hukum.” Yurisprudensi Mahkamah Agung 1051/K/Pdt/2014 halaman 17, tertanggal 12 November 2023: “Bahwa perbuatan Tergugat/Pemohon Kasasi yang telah membatalkan perjanjian yang dibuatnya dengan Penggugat/Termohon Kasasi secara sepihak tersebut dikualifisir sebagai perbuatan melawan hukum karena bertentangan dengan Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak;” 23 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI BAB III STANDARD OPERATING PROCEDURE PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI A. LATAR BELAKANG Standard Operating Prosedur (“SOP”) Perjanjian Kerja Sama Distribusi dirancang untuk memenuhi kebutuhan legal dan bisnis Perusahaan. Perjanjian Kerja Sama Distribusi adalah dokumen penting yang digunakan untuk memastikan bahwa semua proses distribusi dilakukan dengan efisien, efektif, dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara Perusahaan dengan Distributor. Dengan adanya SOP ini, diharapkan proses pembuatan, penandatanganan, dan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Distribusi dapat dilakukan secara konsisten dan sesuai dengan hukum yang berlaku. B. TUJUAN 1. Memberikan pedoman atau panduan kepada Perusahaan untuk menjalin hubungan kerjasama dengan Distributor. 2. Memastikan Perjanjian Kerja Sama Distribusi yang dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Melindungi hak dan kewajiban Para Pihak yang terlibat dalam Perjanjian Kerja Sama Distribusi. 4. Petunjuk pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Distribusi. C. RUANG LINGKUP 1. Ketentuan pengelolaan Kerjasama antara Perusahaan dengan Distributor. 2. Prosedur pelaksanaan Kerjasama antara Perusahaan dengan Distributor. 3. Perusahaan dan Distributor sepakat untuk melakukan kegiatan yang menguntungkan. saling D. ISTILAH ATAU DEFINISI 1. Perjanjian Kerja Sama Distribusi adalah dokumen penting yang digunakan untuk memastikan bahwa semua proses distribusi dilakukan dengan efisien, efektif, dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara Perusahaan dengan Distributor. 2. Hubungan Kerjasama adalah pelaksanaan kesepakatan untuk menjalin kerjasama antara Perusahaan dengan Distributor. 3. Perusahaan adalah PT ________ yang bertindak sebagai Produsen dalam memproduksi Barang. 4. Distributor adalah Pelaku Usaha Distribusi yang bertindak atas namanya sendiri dan/atau atas penunjukan dari Perusahaan. 5. Berita Acara Negosiasi adalah dokumen yang mencatat secara rinci seluruh proses dan hasil dari suatu negosiasi yang dilakukan antara Produsen dengan Distributor. 6. Form Pengajuan adalah dokumen untuk mengajukan permintaan pembuatan suatu Perjanjian Formulir ini berisi beberapa bagian yang harus diisi oleh pemohon dengan informasi yang relevan dan diperlukan untuk proses pengajuan Perjanjian. 7. Unit adalah Departemen yang bertanggung jawab dalam menjalin kerja sama dengan Distributor. 24 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI E. KETENTUAN UMUM 1. Kegiatan kerjasama bersifat menguntungkan kedua belah pihak, dalam Perjanjian Kerja Sama Distribusi harus mencantumkan ruang lingkup serta waktu pelaksanaan kesepakatan. 2. Kerjasama yang dijalin antara kedua belah pihak dapat terus dilakukan sepanjangan Perjanjian Kerja Sama Distribusi masih berlaku dan apabila berakhir dapat diperpanjang jika kedua belah pihak menghendakinya. 3. Semua kerjasama yang berlandaskan Perjanjian Kerja Sama Distribusi harus melibatkan Direktur sebagai pimpinan yang memberikan persetujuan. 4. Kegiatan kerjasama dapat dihentikan apabila kedua belah pihak menganggap kerjasama tersebut tidak perlu lagi dan/atau terjadi permasalahan yang tidak menemukan titik temu penyelesaian masalah. 5. Masing-masing Pihak dapat mengajukan keberatan atau koreksi apabila materi Perjanjian Kerja Sama Distribusi menyimpang dari apa yang telah disepakati bersama. F. PROSEDUR 1. Unit melakukan permintaan Perjanjian Kerja Sama Distribusi melalui tertulis dengan rujukan Berita Acara Negosiasi atau Form Pengajuan. 2. Legal menerima permintaan Perjanjian Kerja Sama Distribusi dari Unit. 3. Legal mengirimkan Draft Perjanjian Kerja Sama Distribusi kepada Unit. 4. Unit mengirimkan kepada Distributor untuk di-review. 5. Distributor mengirimkan kembali Draft Perjanjian Kerja Sama Distribusi kepada Unit. 6. Legal menyerahkan Perjanjian Kerja Sama Distribusi final kepada Direktur. 7. Persetujuan dan penandatangan naskah Perjanjian Kerja Sama Distribusi oleh kedua belah pihak. 25 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI LAMPSIRAN 1 BERITA ACARA NEGOSIASI BERITA ACARA NEGOSIASI Nomor : __________________ Tanggal: __________________ (Masukkan Nama Perjanjian / Kegiatan) Pada hari ini _____, tanggal _____, telah diadakan Negosisasi untuk (Masukkan Nama Perjanjian / Kegiatan) antara PT. _____, dengan PT. _____, dengan hasil sebagai berikut: Nama Perjanjian : Tanggal Perjanjian Jangka Waktu Perjanjian Jangka Waktu Pengiriman Rincian Harga Metode Pembayaran Dokumen Pembayaran : : : : : : ☐ Copy Perjanjian ☐ Asli Invoice ☐ Copy Purchase Order ☐ Asli Delivery Order ☐ Asli Goods Receiving Notes ☐ Faktur Pajak (2 lembar) Dokumen yang ditukarkan : ☐ Akta Pendirian ☐ Anggaran Dasar ☐ Nomor Induk Berusaha (NIB) ☐ Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Penyelesaian Perselisihan : Demikian Berita Acara Negosiasi ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PT. _____ PT. _____ NAMA Jabatan NAMA Jabatan 26 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI LAMPIRAN II FORM PENGAJUAN FORM PENGAJUAN PERJANJIAN Detail Pengajuan Departemen Masukkan nama Departemen Nama Pemilik Perjanjian Masukkan nama User E-mail Masukkan nama email User Telepon Masukkan nomor telepon User Detail Perjanjian Judul Perjanjian Masukkan nama Perjanjian /program/pengadaan Nama Entitas Partner Masukkan Nama Entitas Partner Alamat Entitas Partner Masukkan Alamat Entitas Partner Nama PIC Partner Masukkan Nama PIC Partner Jabatan PIC Partner Masukkan Jabatan PIC Partner E-mail PIC Partner Masukkan Nama E-mail PIC Partner File / Nomor Perjanjian File/nomor referensi Deskripsi Kontrak Berikan penjelasan singkat tentang teridentifikasi dan hasil/hasil yang Perjanjian. kebutuhan yang diharapkan dari Pilih opsi: ☐ Pesanan Jual Beli ☐ Perjanjian Kerahasiaan ☐ Perjanjian Sewa Menyewa ☐ Perjanjian Distribusi ☐ Perjanjian Kerja Sama Operasi ☐ Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ☐ Nota Kesepahaman ☐ Lainnya (detail) : _________________ Jenis Perjanjian Jangka Waktu Perjanjian Masukkan tanggal mulai Perjanjian Tanggal Mulai Perjanjian Masukkan tanggal mulai Perjanjian Tanggal Perjanjian Masukkan tanggal berakhirnya Perjanjian Berakhirnya Total Jangka Perjanjian Persyaratan Pemberitahuan Waktu Masukkan tanggal jangka waktu Perjanjian Cantumkan persyaratan pemberitahuan yang relevan terkait dengan berakhirnya Perjanjian, yaitu: - Periode pemberitahuan untuk penghentian dini 27 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI - Periode pemberitahuan untuk melaksanakan opsi perpanjangan (atau tidak) Periode pemberitahuan untuk kadaluarsa alami (jika relevan) Bentuk Perjanjian Tidak Berlanjut ☐ Berlanjut ☐ Pertanggungan Perjanjian diharuskan untuk adanya asuransi berikut selama jangka waktu kontrak: Detail jenis asuransi & perlindungan yang diperlukan. Misalnya Asuransi Pengiriman Asuransi Produk Informasi Ringkasan Perjanjian lain yang relevan Misalnya: - Badan hukum, multi-lembaga, lintas pemerintahan - Cakupan geografis - Detail subkontraktor Detail Keuangan Nilai Perjanjian Rp dasar nilai Perjanjian Informasi Harga Pilih opsi ☐ Variabel Nilai Tukar ☐ Tetap ☐ Lainnya (detail). _____________ Pengaturan Pembayaran Misalnya: - Pendanaan dibayarkan setiap termin - Uang Muka - Setelah menyelesaikan pencapaian, sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Cara Pembayaran Misalnya: - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) - Bank Garansi - Telegraph Transfer (T.T) Detail Dokumen Kelengkapan Dokumen ☐ Akta Pendirian ☐ Anggaran Dasar ☐ Nomor Induk Berusaha (NIB) ☐ Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ☐ Berita Acara Negosiasi 28 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI LAMPIRAN III PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI (COOPERATION DISTRIBUTION OF AGREEMENT) ANTARA PT ____________ DAN PT ____________ 29 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI COOPERATION DISTRIBUTION OF AGREEMENT Perjanjian Kerja Sama Distribusi (“Perjanjian”) ini ditandatangani dan berlaku sejak (tanggal). Cooperation Distribution of Agreement ("Agreement") are signed and effective as of (date). 1. PT ________, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan kantornya beralamat di ____________, dalam hal ini diwakili oleh ____________, dalam hal ini bertindak selaku Direktur dari dan oleh karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT ____________. 1. PT ________, a limited liability company duly organized and existing under the laws of the Republic of Indonesia and having its registered office ____________, in this matter represented by ____________, as Direktur, therefore it is legitimate to act for and on behalf of PT ____________. Selanjutnya PERTAMA disebut sebagai PIHAK 2. PT ________, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan kantornya beralamat di ____________, dalam hal ini diwakili oleh ____________, dalam hal ini bertindak selaku Direktur dari dan oleh karena itu sah bertindak untuk dan atas nama PT ____________. Selanjutnya KEDUA disebut sebagai PIHAK Referred to as the THE FIRST PARTY 2. PT ________, a limited liability company duly organized and existing under the laws of the Republic of Indonesia and having its registered office ____________, in this matter represented by ____________, as Direktur, therefore it is legitimate to act for and on behalf of PT ____________. Referred to as the THE SECOND PARTY ___ dan ___ selanjutnya disebut sebagai "PARA PIHAK", dan masing-masing selanjutnya disebut sebagai "PIHAK"). (___ and ___ are hereinafter referred to as the “PARTIES” and, each as a “PARTY”). PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya tersebut diatas, dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: The PARTIES, respectively acting in the above position, hereby explain in advance the following matters: BAHWA 1. PIHAK PERTAMA adalah ________________. WHEREAS 1. THE FIRST PARTY is ____________________. 2. PIHAK KEDUA adalah __________________. 2. THE SECOND PARTY is _________________. 3. Pokok Perjanjian ini adalah PIHAK PERTAMA bekerja sama dengan PIHAK KEDUA untuk meningkatkan usahanya ke berbagai lapisan konsumen di bidang penjualan produk pada wilayah yang 3. The subject of this Agreement is that the FIRST PARTY cooperates with the SECOND PARTY to increase its business to various layers of consumers in the field of product sales in the area to be determined in this 30 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI akan ditentukan dalam Perjanjian ini. PIHAK KEDUA merupakan perluasan struktur komersial PIHAK PERTAMA dan terpadu ke dalam kebijakan komersial. Agreement. The SECOND PARTY is an extension of the commercial structure of the FIRST PARTY and is integrated into the commercial policy. 4. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini bersedia untuk menandatangani Perjanjian ini dengan persetujuan bersama untuk tujuan distribusi, pemasaran dan penjualan Produk kepada Pelanggan di Wilayah. 4. The FIRST PARTY and the SECOND PARTY are hereby willing to enter into this Agreement by mutual consent for the purpose of distribution, marketing and sale of the Products to Customers in the Territory. PASAL 1 OBJEK DAN RUANG LINGKUP ARTICLE 1 OBJECT AND SCOPE 1. PIHAK PERTAMA dengan ini menunjuk PIHAK KEDUA sebagai Distributor resmi (Authorized Partner) dengan ketentuan Hak Ekslusif. 1. The FIRST PARTY hereby appoints the SECOND PARTY as an Authorised Partner with the provision of Exclusive Rights. 2. PIHAK KEDUA akan membeli Produk dari PIHAK PERTAMA dan menjualnya kembali kepada Pelanggan di Wilayahnya, atas nama dirinya sendiri menanggung segala risiko terkait dengan penjualan kepada Pelanggan dan tanpa batasan subordinasi apa pun terhadap PIHAK PERTAMA. Produk akan dijual dalam kondisi yang sama seperti yang diterima dari PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA tidak boleh, kecuali diizinkan oleh PIHAK PERTAMA secara tertulis, memodifikasi atau mengubah Produk maupun suku cadangnya. Untuk menghindari keraguan, PIHAK KEDUA juga setuju untuk tidak mengubah, menghilangkan atau dengan cara apa pun, nomor atau merek dagang apa pun yang dibubuhkan atau dicetak pada Produk atau kemasan Produk dan/atau pada suku cadangnya. 2. The SECOND PARTY shall purchase the Products from the FIRST PARTY and resell them to the Customer in the Territory, on its own behalf assuming any risks associated with the sale to the Customer and without any limitation of subordination to the FIRST PARTY. The Products shall be sold in the same condition as received from the FIRST PARTY. The SECOND PARTY shall not, unless authorised by the FIRST PARTY in writing, modify or alter the Products or their parts. For the avoidance of doubt, the SECOND PARTY also agrees not to alter, remove or in any way, any numbers or trade marks affixed or printed on the Products or the packaging of the Products and/or on the spare parts thereof. 3. PARA PIHAK dengan ini sepakat bahwa, dalam melaksanakan kewajiban masingmasing berdasarkan Perjanjian ini, mereka adalah dan akan tetap menjadi Produsen dan Distributor. Perjanjian ini bukan merupakan hubungan kerja, perwakilan, usaha patungan, atau kemitraan antara PARA PIHAK. PIHAK KEDUA tidak boleh dianggap sebagai agen 3. The PARTIES hereby agree that in performing their respective obligations under this Agreement, they are and shall remain the Manufacturer and Distributor. This Agreement does not create an employment, agency, joint venture or partnership relationship between the parties. The SECOND PARTY shall not be deemed to be an agent and/or representative of the FIRST PARTY in any 31 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI penjualan dan/atau kuasa PIHAK PERTAMA dalam hal apa pun. Untuk menghindari keraguan, Perjanjian ini tidak memberikan PIHAK KEDUA hak atau wewenang apa pun untuk melakukan atau menimbulkan tanggung jawab apa pun, tersurat maupun tersirat, antara PIHAK PERTAMA dan pihak ketiga mana pun. respect. For the avoidance of doubt, nothing in this Agreement shall give the Second Party any right or authority to bind or incur any liability, express or implied, between the First Party and any third party. PASAL 2 SPESIFIKASI DAN PEMESANAN PRODUK ARTICLE 2 PRODUCT SPECIFICATIONS AND ORDERING 1. PIHAK PERTAMA akan memasok Produk yang akan dirinci pada lampiran “Daftar Spesifikasi dan Harga Produk” yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. 1. The FIRST PARTY shall supply the Products as specified in the Schedule “List of Product Specifications and Prices” which forms an integral part of this Agreement. 2. PARA PIHAK sepakat melakukan pemesanan produk, kemudian dilanjutkan dengan pemesanan Pesanan Pembelian (“PO”). 2. The PARTIES agree to place an order for products, which will be followed by a Purchase Order (“PO”). 3. Surat PO sekurang-kurangnya memuat informasi berikut: f. Dekskripsi Produk; g. Nomor surat PO; h. Tanggal Pengiriman; i. Jumlah Produk; dan j. Harga. 3. The PO letter should contain at least the following information: a. Product description; b. PO letter number; c. Delivery date; d. Product quantity; and e. Price. 4. PIHAK PERTAMA dapat meminta waktu tunggu selama 7 (tujuh) hari kerja untuk mengkonfirmasi Surat PO. 4. The FIRST PARTY may request a waiting period of 7 (seven) working days to confirm the PO Letter. PASAL 3 HARGA DAN PENAGIHAN ARTICLE 3 PRICE ANDA BILLING 1. Harga produk ("Harga") ditentukan dalam lampiran “Daftar Spesifikasi dan Harga Produk” yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA. 1. The price of the Products ("Price") is set out in the Schedule "List of Product Specifications and Prices" provided by the FIRST PARTY. 2. PIHAK PERTAMA berhak merevisi harga Produk setiap triwulan. Dalam hal perubahan harga Produk mengakibatkan kenaikan harga Produk lebih dari 10% (sepuluh persen) dari daftar harga sebelumnya, PIHAK KEDUA berhak memilih untuk tidak menerima kenaikan 2. The FIRST PARTY reserves the right to review the price of the Products on a quarterly basis. In the event that the change in the price of the Products results in an increase in the price of the Products of more than 10% (ten per cent) from the previous price list, the SECOND PARTY 32 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI tersebut dan berhak untuk menolak. menarik diri dari Perjanjian ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK PERTAMA tidak kurang dari 60 (enam puluh) hari kalender sebelumnya. shall have the right to elect not to accept such increase and shall have the right to terminate this Agreement by giving the FIRST PARTY not less than 60 (sixty) calendar days written notice. 3. PARA PIHAK sepakat bahwa pesanan harus dibayar oleh PIHAK KEDUA pada Batas Kredit Rp _______ dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari. 3. The PARTIES agree that the order shall be paid by the SECOND PARTY at the Credit Limit of Rp _______ within a period not later than 60 (sixty) days. 4. PIHAK KEDUA harus membayar semua jumlah tagihan atas Harga secara tepat waktu tanpa kompensasi atau pengurangan apapun yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini. 4. THE SECOND PARTY shall pay all invoiced amounts for the price in a timely manner, without any compensation or deduction as specified in the agreement. 5. PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk membayar denda keterlambatan pembayaran atas jumlah tagihan yang belum dibayarkan yang sudah jatuh tempo dengan tarif denda keterlambatan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per hari kalender dari nilai produk dengan batas maksimum denda keterlambatan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Perjanjian. 5. The second party is responsible for the payment of late payment penalties on unpaid invoices. These penalties are calculated at a rate of 0.1% (zero point one per cent) per calendar day of the lease of product, with a maximum limit of 5% (five percent) of the agreement. PASAL 4 JANGKA WAKTU ARTICLE TERM 1. Jangka waktu berlakunya Perjanjian ini berlaku dan mengikat PARA PIHAK untuk jangka waktu selama __ (__), terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian ini oleh PARA PIHAK dan berakhir hingga tanggal _____, terkecuali dalam hal diperpanjang berdasarkan persetujuan PARA PIHAK yang dibuat secara tertulis. 1. The period of validity of this Agreement shall be valid and binding on THE PARTIES for a period of __ (__), commencing from the date on which this Agreement is signed by THE PARTIES and ending on _____, unless ;.extended based on the agreement of THE PARTIES made in writing. 2. Apabila, salah satu PIHAK berkehendak untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian, maka PIHAK tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK lainnya selambatlambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelum jangka waktu perjanjian berakhir. 2. If, one of THE PARTIES wishes to extend the term of the agreement, it shall give written notice to the other PARTIES no later than 60 (sixty) calendar days before the term of the agreement expires. 33 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PASAL 5 WILAYAH DISTRIBUSI ARTICLE 5 DISTRIBUTION AREA 1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kepada PIHAK KEDUA Hak eksklusif untuk mendistribusikan Produk kepada Pelanggan di Wilayah ______ (Wilayah). Sebagai konsekuensi dari eksklusivitas ini, PIHAK PERTAMA dengan tegas tidak diperbolehkan untuk melakukan penjualan langsung di Wilayah dan dengan bebas menunjuk distributor, agen, atau perantara tambahan di Wilayah untuk tujuan mendistribusikan dan menjual Produk. 1. The FIRST PARTY hereby grants to the SECOND PARTY the exclusive right to sell the Products to customers in the territory ______ (Territory). As a consequence of this exclusivity, the FIRST PARTY is expressly prohibited from making direct sales in the Territory and is free to appoint additional distributors, agents or intermediaries in the Territory for the purpose of distributing and selling the Products. The price of the Products ('Price') is set out in the Schedule 'List of Product Specifications and Prices' provided by the FIRST PARTY. 2. PIHAK KEDUA diwajibkan untuk fokus melayani distribusi Produk hanya dalam Wilayah, dan berkewajiban memenuhi permintaan yang berasal dari pelanggan di Wilayah PIHAK KEDUA. 2. The SECOND PARTY is obliged to concentrate on the distribution of the Products within the Territory only and is obliged to fulfil requests from customers in the Territory of the SECOND PARTY. 3. Dalam hal pesanan dan/atau pelanggan berasal dari luar Wilayah PIHAK KEDUA, maka PHAK KEDUA diwajibkan untuk merujuk pesanan tersebut kepada Distributor yang wilayah kerjanya sesuai dengan sumber pesanan agar dilayani sebagaimana mestinya, atau dirujuk langsung ke PIHAK PERTAMA. 3. In the event that orders and/or customers originate from outside the SECOND PARTY's Territory, the SECOND PARTY is required to refer the order to the Distributor whose working area is in accordance with the source of the order to be served accordingly, or referred directly to the FIRST PARTY. 4. Apabila, PIHAK KEDUA terbukti melayani pesanan yang berasal dari luar Wilayahnya dengan tanpa mengindahkan ketentuan ayat (3) pasal ini, maka PIHAK PERTAMA memberikan peringatan secara tertulis dan akan dipertimbangkan sebagai performa Distributor. 4. In the event that the SECOND PARTY is proven to be serving orders originating from outside its territory without complying with the provisions of paragraph (3) of this Article, the FIRST PARTY shall issue a written warning and shall be deemed to have acted as a Distributor. PASAL 6 KOMITMEN DAN PERNYATAAN ARTICLE 6 COMMITMENT AND STATEMENT 1. PIHAK KEDUA harus melakukan upaya terbaiknya untuk mempromosikan dan mengembangkan distribusi Produk di Wilayahnya dan menjaga nama baik komersial serta itikad baik PIHAK PERTAMA. 1. The Second Party shall use its best endeavours to promote and develop the distribution of the Products in its territory and to maintain the commercial goodwill and good faith of the First Party. 34 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 2. PIHAK KEDUA juga harus mengatur dan memelihara, dengan biaya dan pengeluarannya sendiri, dukungan pelanggan purna jual yang efisien. PIHAK KEDUA setuju bahwa dukungan pelanggan purna jual hanya akan menggunakan dan merekomendasikan penggunaan suku cadang asli PIHAK PERTAMA. 2. The SECOND PARTY shall also, at its own cost and expense, organise and maintain an effective after-sales service. The SECOND PARTY agrees that the after-sales service shall use and recommend the use of only genuine FIRST PARTY spare parts. 3. PIHAK KEDUA dengan ini setuju bahwa semua biaya yang berkaitan dengan pendistribusian dan penjualan Produk di Wilayah tersebut (termasuk pembayaran komisi, biaya, dan segala imbalan atau tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada agen, atau personel lainnya) akan menjadi tanggung jawabnya sendiri dan biaya. PIHAK PERTAMA tidak diharuskan menanggung biaya-biaya ini. 3. The Second Party hereby agrees that all costs associated with the distribution and sale of the Products in the Territory (including the payment of commissions, fees and any other remuneration or benefits payable to agents or other personnel) shall be its sole responsibility and expense. The FIRST PARTY shall not be liable for any such costs. 4. PIHAK KEDUA akan, berdasarkan kebijakannya sendiri dan mutlak, menentukan harga jual Produk yang didistribusikan olehnya. Dalam menentukan harga jual ini, PIHAK KEDUA harus mempertimbangkan kebutuhan untuk melindungi nama baik komersial PIHAK PERTAMA. PIHAK PERTAMA dapat memberikan harga jual yang disarankan, namun PIHAK KEDUA tidak berkewajiban untuk menerima saran PIHAK PERTAMA. 4. The SECOND PARTY shall determine, in its sole and absolute discretion, the selling price of the Products it distributes. In determining such selling price, the SECOND PARTY shall have regard to the need to protect the commercial goodwill of the FIRST PARTY. The FIRST PARTY may provide suggested selling prices but the SECOND PARTY shall not be obliged to accept the FIRST PARTY's suggestions. 5. PIHAK KEDUA menyatakan dan menjamin kepada PIHAK PERTAMA bahwa: 5. The SECOND PARTY represents warrants to the FIRST PARTY that: and a. Perusahaannya terorganisir dengan baik, berdiri secara sah dan bereputasi baik di wilayah kedudukan hukum organisasinya; a. The company is well organised, legally established and in good standing in the jurisdiction of the organisation's registered office; b. Memenuhi syarat untuk menjalankan bisnis dan mempunyai reputasi yang baik di setiap yurisdiksi di mana kualifikasi tersebut diperlukan untuk tujuan Perjanjian ini; c. Mempunyai hak penuh, kekuasaan dan wewenang korporasi untuk mengadakan Perjanjian ini, untuk b. Be qualified to do business and be in good standing in each jurisdiction where such qualification is required for the purposes of this Agreement; c. Has the full right, power and authority of the Company to enter into this Agreement, to grant the rights and 35 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI memberikan hak dan lisensi yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini dan untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini; dan licences hereunder and to perform its obligations hereunder; and d. Pelaksanaan Perjanjian ini oleh perwakilannya yang tanda tangannya tercantum di bagian akhir Perjanjian ini telah diberi wewenang oleh semua tindakan korporasi PIHAK KEDUA yang diperlukan. d. The execution of this Agreement by its representatives whose signatures appear at the end of this Agreement has been authorised by all necessary corporate action of the SECOND PARTY. PASAL 7 PEMBATALAN ATAU PENUNDAAN ARTICLE 7 CANCELLATION OR DELAY 1. Selain dengan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA tidak memiliki hak untuk membatalkan pemesanan yang disampaikan kepada PIHAK PERTAMA atau untuk apapun menunda pengiriman. 1. THE SECOND PARTY shall not have the right to cancel an order submitted to the FIRST PARTY or for any reason delay delivery, unless the FIRST PARTY has granted written consent. 2. Apabila, PIHAK PERTAMA memungkinkan PIHAK KEDUA untuk membatalkan pemesanan atau menunda pengiriman, setelah diskusi dan membuat perjanjian secara tertulis PIHAK KEDUA tidak dikenakan pembayaran. 2. In the event that the FIRST PARTY permits the SECOND PARTY to cancel the order or delay delivery, following a discussion and written agreement, the SECOND PARTY shall not be liable for payment. 3. Akan tetapi, apabila PIHAK KEDUA membatalkan pemesanan atau menunda pengiriman sebelum didiskusikan dan tanpa ada perjanjian tertulis PIHAK KEDUA harus membayar semua biaya PIHAK PERTAMA yang telah terjadi. 3. Nevertheless, should THE SECOND PARTY cancel the order or delay delivery prior to discussion and without any written agreement, the second party shall be liable for all costs incurred by THE FIRST PARTY. PASAL 8 GARANSI ARTICLE 8 WARRANTY 1. PIHAK PERTAMA memberikan garansi Produk selama 24 (dua puluh empat) bulan kepada PIHAK KEDUA. Garansi ini terbatas pada setiap Barang Cacat, masalah kualitas dan/atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi produk yang menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA, yang terjadi dalam waktu 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan Produk, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA memberi 1. The FIRST PARTY provides the SECOND PARTY with a 24 (twenty-four) month Product Warranty. This warranty shall be limited to any defects, quality problems and/or non-compliance with product specifications for which the FIRST PARTY is responsible that occur within 24 (twentyfour) months from the date of delivery of the Products, provided that the SECOND PARTY notifies the FIRST PARTY of any defects, quality problems and/or non- 36 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI tahu PIHAK PERTAMA perihal Barang Cacat, masalah kualitas dan/atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi produk sesuai dengan ayat (2) Pasal ini. compliance with product specifications in accordance with paragraph (2) of this Article. 2. Pemberitahuan tertulis mengenai setiap Barang cacat yang terlihat harus disampaikan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak PIHAK KEDUA menerima Produk dan, dalam hal apa pun, selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan. Pemberitahuan tertulis mengenai barang cacat harus diberikan kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak ditemukannya Cacat Produk dan, dalam hal apa pun, selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal penyerahan. Kegagalan PIHAK KEDUA untuk memberikan pemberitahuan tertulis akan mengakibatkan hilangnya hak PIHAK KEDUA untuk mengajukan klaim berdasarkan garansi dan sebagai pengakhiran garansi. 2. Written notice of any visible defects shall be given to the FIRST PARTY within 10 (ten) Business Days of receipt of the Products by the SECOND PARTY and in any event not later than 24 (twenty-four) months from the date of delivery. The FIRST PARTY must be notified in writing of any defect in the Products within 10 (ten) Business Days of the discovery of the defect and in any event no later than 24 (twenty-four) months from the date of delivery. Failure by the SECOND PARTY to give written notice shall result in the loss of the SECOND PARTY's right to claim under the Warranty and the termination of the Warranty. 3. Setelah diberitahu mengenai Barang Cacat oleh PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat, berdasarkan kebijaksanaannya, meminta PIHAK KEDUA membongkar dan mengirimkan Produk yang diduga cacat ke PIHAK PERTAMA (atau alamat lain yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA) untuk diperiksa, dengan biaya PIHAK PERTAMA. Selama pembongkaran dan pengiriman tersebut, PIHAK KEDUA wajib mematuhi secara ketat pedoman dan arahan tertulis PIHAK PERTAMA. Alternatifnya, PIHAK PERTAMA dapat mengirimkan personelnya untuk memeriksa dugaan Produk cacat. PIHAK PERTAMA kemudian akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Produk yang diduga cacat. Apabila, hasil pemeriksaan tersebut menghasilkan tidak adanya Cacat pada Produk yang secara langsung disebabkan oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA berhak meminta penggantian biaya dari PIHAK KEDUA dari semua biaya dan pengeluaran yang berkaitan 3. Upon notice of Defective Goods from the SECOND PARTY, the FIRST PARTY may, at its discretion, require the SECOND PARTY to disassemble and deliver the allegedly defective Products to the FIRST PARTY (or such other address as the FIRST PARTY may specify) for inspection at the FIRST PARTY's expense. During such disassembly and delivery, the SECOND PARTY shall strictly comply with the written guidelines and instructions of the FIRST PARTY. Alternatively, the FIRST PARTY may send its personnel to inspect the allegedly defective Products. The FIRST PARTY shall then carry out a thorough inspection of the allegedly defective Products: if the results of such inspection show that there are no defects in the Products directly caused by the FIRST PARTY, the FIRST PARTY shall be entitled to recover from the SECOND PARTY all costs and expenses incurred in connection with the unloading, delivery and inspection of such Products. 37 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI dengan pembongkaran, pengiriman, dan Pemeriksaan Produk tersebut. 4. Produk apa pun yang diperbaiki atau diganti sesuai dengan garansi yang dijelaskan dalam Perjanjian ini, akan dikenakan garansi 6 (enam) bulan, terhitung sejak dan sejak tanggal perbaikan, penggantian, atau penyerahan kepada PIHAK KEDUA, mana saja yang terjadi kemudian. Garansi 6 (enam) bulan ini akan diberikan dengan syarat dan ketentuan yang pada dasarnya sama (dengan pengecualian jangka waktu) dengan garansi 24 (dua puluh empat) bulan. 4. Any Product repaired or replaced under the warranty described in this Agreement shall be warranted for a period of 6 (six) months from and after the date of repair, replacement or delivery to the SECOND PARTY, whichever is later. This 6 (six) month warranty is provided under substantially the same terms and conditions (other than the term) as the 24 (twenty-four) month warranty. 5. Apabila, pemeriksaan menentukan bahwa barang cacat disebabkan langsung oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA berdasarkan kebijakannya sendiri dan mutlak, memilih antara memperbaiki atau mengganti Produk yang cacat, dengan pengecualian perbaikan dan/atau kompensasi lebih lanjut yang menjadi hak PIHAK KEDUA. Untuk menghindari keraguan, PARA PIHAK dengan ini sepakat bahwa satu-satunya kewajiban PIHAK PERTAMA jika terjadi Cacat pada Produk adalah memperbaiki atau mengganti Produk yang cacat dan PIHAK KEDUA hanya berhak meminta PIHAK PERTAMA untuk memperbaiki atau mengganti Produk cacat tersebut. Setelah perbaikan atau penggantian Produk cacat tersebut, PIHAK PERTAMA dianggap telah memenuhi seluruh kewajibannya kepada PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini dan/atau berdasarkan hukum dan PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas restitusi atau kompensasi lebih lanjut kepada PIHAK KEDUA. 5. If the inspection reveals that the defect was directly caused by the FIRST PARTY, the FIRST PARTY shall, at its sole and absolute discretion, either repair or replace the defective Products, without prejudice to any further repairs and/or compensation to which the SECOND PARTY may be entitled. For the avoidance of doubt, the parties hereby agree that the sole obligation of the FIRST PARTY in the event of a defect in the Products shall be to repair or replace the defective Products and the SECOND PARTY shall only be entitled to require the FIRST PARTY to repair or replace such defective Products. Upon repair or replacement of such defective Products, the FIRST PARTY shall be deemed to have discharged all of its obligations to the SECOND PARTY under this Agreement and/or at law and the FIRST PARTY shall not be liable for any further restitution or compensation to the SECOND PARTY. 6. Garansi yang dijelaskan dalam Perjanjian ini secara tegas dikecualikan dalam hal berikut: a. Apabila cacat, masalah kualitas dan/atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi produk timbul akibat kegagalan PIHAK KEDUA dalam 6. The warranties described in this Agreement are expressly excluded in the following cases: a. Where defects, quality problems and/or non-compliance with product specifications arise as a result of the SECOND PARTY's failure to use the 38 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI menggunakan Produk sesuai dengan pedoman lisan atau tertulis PIHAK PERTAMA mengenai penyimpanan, pemasangan, penggunaan, pembongkaran dan/atau pelestarian Produk atau, jika tidak ada pedoman, praktik teknis dan perdagangan yang lazim; products in accordance with the FIRST PARTY's oral or written instructions regarding the storage, installation, use, dismantling and/or preservation of the products or, in the absence of such instructions, in accordance with customary technical and trade practices; b. Apabila, PIHAK KEDUA melakukan penyesuaian, perbaikan atau pergantian Produk tanpa izin tertulis sebelumnya dari PIHAK PERTAMA; dan/atau b. If the SECOND PARTY makes any adjustment, repair or replacement of the PRODUCTS without the prior written consent of the FIRST PARTY; and/or c. Apabila, cacat tersebut timbul karena kelalaian, standar penyimpanan yang tidak sesuai dengan standar industri, atau kondisi kerja PIHAK KEDUA. c. If such defects are due to negligence, storage standards not in accordance with industry standards or working conditions of the SECOND PARTY. 7. Semua komponen dan perangkat yang cacat akan tetap menjadi milik PIHAK KEDUA, meskipun ada pengangkutan atau pengiriman komponen dan perangkat yang cacat tersebut ke PIHAK PERTAMA untuk diperiksa. 7. All defective parts and devices shall remain the property of the SECOND PARTY, notwithstanding any transport or delivery of such defective parts and devices to the FIRST PARTY for inspection. PASAL 9 HAK KEKAYAAN INTEKTUAL PASAL 9 INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS 1. PIHAK KEDUA diberi wewenang untuk menggunakan Merek Dagang dan/atau Hak Kekayaan Intelektual (“HKI”) PIHAK PERTAMA dalam pemasaran dan penjualan Produk di Wilayahnya. PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan menggunakan HKI untuk tujuan lain apa pun serta mengakui dan menyetujui bahwa HKI milik eksklusif PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA menegaskan bahwa ia tidak berhak meminta sendiri lisensi atau hak tambahan apa pun atas HKI atau memberikan lisensi atau hak apa pun atas HKI kepada pihak ketiga. 1. The Second Party shall be entitled to use the First Party's trade marks and/or intellectual property rights ("IPR") in the marketing and sale of the Products in its territory. The Second Party shall not use the IPR for any other purpose and acknowledges and agrees that the IPR is the exclusive property of the First Party. The SECOND PARTY confirms that it shall not be entitled to seek any additional licences or rights over the IPR for itself or to grant any licences or rights over the IPR to any third party. 2. PIHAK KEDUA berjanji untuk: 2. The SECOND PARTY undertakes to: a. Tidak menggunakan HKI untuk tujuan selain pemasaran atau penjualan Produk sesuai dengan a. Not to use the IPR for any purpose other than the marketing or sale of the Products in accordance with the 39 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI dalam performance of its obligations under this Agreement; b. Tidak mendaftar atau mengajukan pendaftaran (termasuk di yurisdiksi mana pun di mana HKI tidak terdaftar atau terkait dengan kelas produk apa pun yang terkait dengan HKI tidak didaftarkan) atau merek dagang apa pun yang identik atau mirip dengan HKI atau yang menyertakan HKI di dalamnya seluruhnya atau sebagian; b. Not to register or apply for registration (including in any jurisdiction in which the IPR is not registered or in respect of any class of goods in respect of which the IPR is not registered) of any trade mark which is identical or similar to the IPR or which incorporates the IPR in whole or in part; c. Memberikan pemberitahuan tertulis sebelumnya kepada PIHAK PERTAMA, apabila terdapat aktivitas atau komunikasi pemasaran apa pun, yang menggunakan HKI; c. d. Tidak memodifikasi, memalsukan atau mencocokkan, tidak sebagian, dan tidak menggunakan HKI untuk menimbulkan kebingungan atau melemahkan ciri khasnya; d. Not to modify, counterfeit or copy, even partially, the IPR, nor to use them in such a way as to cause confusion or weaken their distinctive features; e. Segera memberi tahu PIHAK PERTAMA tentang setiap pelanggaran HKI yang mungkin diketahuinya selama jangka waktu Perjanjian dan jika diminta, membantu PIHAK PERTAMA dalam setiap proses yang dimulai oleh PIHAK PERYAMA di Wilayah sebagai tanggapan terhadap pelanggaran tersebut; dan e. Promptly notify the FIRST PARTY of any IPR infringement of which it becomes aware during the term of the Agreement and, if requested, assist the FIRST PARTY in any proceedings brought by the FIRST PARTY in the Territory in response to such infringement; and f. f. pelaksanaan kewajibannya Perjanjian ini; 3. Tidak merekayasa balik Produk dengan alasan apa pun, termasuk namun tidak terbatas pada pembuatan produk turunan dan/atau untuk memperoleh informasi teknis mengenai Produk. Untuk tujuan mencegah peredaran produk palsu dan/atau palsu di Wilayahnya, PIHAK KEDUA dengan ini setuju untuk segera memberi tahu PIHAK PERTAMA tentang tawaran apa pun yang diterima PIHAK KEDUA untuk membeli produk apa pun yang tampaknya diproduksi oleh PIHAK PERTAMA dari pihak ketiga mana pun. Inform the FIRST PARTY in advance and in writing of any marketing activities or communications which make use of the IPRs; Not to reverse engineer the Product for any reason, including but not limited to the manufacture of derivative products and/or to obtain technical information about the Product. 3. In order to prevent the circulation of counterfeit and/or falsified products in its territory, the SECOND PARTY hereby agrees to notify the FIRST PARTY immediately of any offer received by the SECOND PARTY to purchase from a third party a product which appears to have been manufactured by the FIRST PARTY. 40 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 4. Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini, apapun yang timbul, PIHAK KEDUA harus segera menghentikan penggunaan, mengiklankan, mempromosikan atau menampilkan HKI, nama dagang, atau sebutan produk atau bagian mana pun dari Perjanjian ini yang serupa. atau mirip dengan HKI PIHAK PERTAMA dan harus mengembalikan kepada PIHAK PERTAMA semua dokumen yang berisi atau ditempelkan dengan HKI, termasuk semua dokumen promosi yang dimiliki dan/atau dikuasai PIHAK KEDUA, atas biaya PIHAK KEDUA sendiri dan pengeluaran. 4. Upon termination of this Agreement for any reason, the Second Party shall immediately cease to use, advertise, promote or display any IPR, trade name or product designation or any part of this Agreement that is similar or confusingly similar to the First Party's IPR and shall return to the First Party, at the First Party's sole cost and expense, all documents containing or bearing any IPR, including all promotional materials in the SECOND PARTY possession and/or control. PASAL 10 PEMBERITAHUAN ARTICLE 10 NOTICES 1. Setiap pemberitahuan, surat-menyurat, tawaran, permintaan, persetujuan dan lain sebagainya sehubungan dengan Kesepakatan ini harus dilakukan secara tertulis dan dikirimkan secara langsung, melalui : 1. Every notification, correspondence, offer, agreement, approval, and others in connection with this agreement must be made in writing and sent in person, via: PT ___________ Jalan ____________ Telepon : ____________ E-mail : ____________ Untuk perhatian : ____________ PT ___________ Jalan ____________ Phone : ____________ E-mail : ____________ To Attention : ____________ PT ___________ Jalan ____________ Telepon : ____________ Email : ____________ Untuk perhatian : ____________ PT ___________ Jalan ____________ Phone : ____________ E-mail : ____________ To Attention : ____________ 2. Setiap alamat, nomor fax, alamat surat elektronik, atau departemen atau pegawai pengganti yang akan diberitahukan oleh Pihak bersangkutan kepada Pihak lainnya dalam jangka waktu tidak kurang dari 14 (empat belas) hari kerja sebelumnya. 2. any address, fax number, electronic mail address, or a substitute department or employee that will be notified by the concerned Party to the other Party within a period of not less than 14 (fourteen) working days in advance. 41 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 3. Masing-masing pihak dapat mengubah titik kontaknya dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya. 3. Each party may change its point of contact by giving written notice to the other party PASAL 11 INFORMASI RAHASIA ARTICLE 11 CONFIDENTIAL INFORMATION 1. PIHAK KEDUA mengakui bahwa PIHAK PERTAMA dapat mengungkapkan atau menyediakan Informasi Rahasia kepada PIHAK KEDUA selama jangka waktu Perjanjian ini. 1. The SECOND PARTY acknowledges that the FIRST PARTY may disclose or make available Confidential Information to the SECOND PARTY during the term of this Agreement. 2. PIHAK KEDUA tidak boleh kapan pun atau dengan cara apa pun menggunakan, menyalin, mengungkapkan, membocorkan, mentransmisikan, menyampaikan, mentransfer, atau mengomunikasikan Informasi Rahasia apa pun kepada orang atau badan mana pun, baik secara langsung atau tidak langsung, tanpa izin tertulis sebelumnya dari PIHAK PERTAMA, kecuali jika hal tersebut penggunaan, penyalinan, pengungkapan, pengungkapan, transmisi, penyampaian, transfer atau komunikasi harus dilakukan kepada karyawan atau agen PIHAK KEDUA sehubungan dengan dan dalam rangka pemasaran atau penjualan Produk oleh PIHAK KEDUA. 2. The SECOND PARTY shall not at any time or in any manner use, copy, disclose, divulge, transmit, convey, transfer or communicate any Confidential Information to any person or entity, directly or indirectly, without the prior written consent of the FIRST PARTY, except that such use, copy, disclosure, divulge, transmit, convey, transfer or communicate may be made to employees or agents of the SECOND PARTY in connection with and in the course of the marketing or sale of Products by the SECOND PARTY. 3. Informasi Rahasia tidak mencakup: 3. Confidential Information does not include: a. Informasi yang berada di ranah publik atau masuk ke ranah publik, bukan karena pelanggaran terhadap Perjanjian ini oleh satu pihak dalam Perjanjian ini; a. Information which has been the public domain or into the public domain, not because of a violation of this Contract by either Party to this Contract; b. Informasi yang sudah tersedia bagi satu Pihak atas dasar bukan rahasia sebelum Perjanjian ini diadakan; dan b. Information which has been available to either Parties on the basis of non‐ confidential before entering into this Contract; and c. Informasi yang diwajibkan untuk dibuka berdasarkan Undang‐undang, perintah pemerintah, keputusan, peraturan, atau aturan kepada mana c. Information which must be disclosed under the law, government orders, decisions, regulations, or rules to which 42 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI satu Pihak atau perusahaan induknya tunduk. 4. PIHAK KEDUA juga harus melindungi dan menjaga kerahasiaan Informasi Rahasia dengan setidaknya tingkat kehati-hatian yang sama dengan informasi rahasia milik PIHAK KEDUA, namun dalam hal apa pun dengan tingkat kehati-hatian yang wajar secara komersial. 5. Ketentuan Informasi Rahasian ini akan berlaku dan berlaku selama jangka waktu Perjanjian ini dan akan tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun berikutnya setelah pengakhiran atau habis masa berlakunya karena alasan apa pun. either Party or its parent company is subject to. 4. The SECOND PARTY shall also protect and maintain the confidentiality of the Confidential Information with at least the same degree of care as the SECOND PARTY's own Confidential Information, but in any event with a commercially reasonable degree of care. 5. These Confidential Information Terms shall be in force and effect during the term of this Agreement and shall remain in force for a further period of 2 (two) years following its termination or expiry for any reason. PASAL 12 PENGHENTIAN ARTICLE 12 TERMINATION 1. Seluruh aktifitas yang tertulis dalam Perjanjian disediakan selama jangka waktu yang tercantum dalam Perjanjian. Selanjutnya, dapat diperbarui atau diperpanjang oleh PARA PIHAK secara tertulis yang telah disepakati. 1. All activities written in the Agreement are provided during the period stated in the Contract. Furthermore, it can be renewed or extended by the PARTIES in writing that has been agreed upon. 2. PIHAK KEDUA harus segera berhenti memasarkan dan mendistribusikan Produk, dan harus segera berhenti menggunakan HKI serta materi periklanan atau perdagangan apa pun yang mempromosikan atau berkaitan dengan Produk atau yang mana Merek Dagang tersebut ditempelkan, dan harus segera mengirimkan ke PIHAK PERTAMA rincian inventaris Produk yang masih tersimpan di gudangnya. 2. The SECOND PARTY shall immediately cease marketing and distributing the Products, and shall immediately cease using the IPRs and any advertising or trade materials promoting or relating to the Products or to which the Trademarks are affixed, and shall immediately deliver to the FIRST PARTY details of the inventory of Products still held in its warehouse. 3. PIHAK PERTAMA dapat, berdasarkan kebijakannya sendiri dan mutlak, membeli kembali seluruh atau sebagian Produk yang disimpan di gudang PIHAK KEDUA pada saat pengakhiran Perjanjian ini dengan harga pembelian awal. 3. The FIRST PARTY may, at its sole and absolute discretion, repurchase all or part of the Products stored in the SECOND PARTY's warehouse upon termination of this Agreement at the original purchase price. 4. The FIRST PARTY shall only execute orders confirmed prior to the termination date of this Agreement, provided that the SECOND 43 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 4. PIHAK PERTAMA hanya akan melaksanakan pesanan yang telah dikonfirmasi sebelum tanggal pengakhiran Perjanjian ini, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA membayar Produk sebelum pengiriman atau pembuatan Produk. 5. Apabila, PIHAK KEDUA melanggar ketentuan Perjanjian ini dan pelanggaran tersebut tidak diperbaiki setelah pemberitahuan tertulis 30 (tiga puluh) hari kerja dari PIHAK PERTAMA. Maka, PIHAK PERTAMA dapat segera menghentikan seluruh ketentuan Perjanjian ini tanpa adanya tuntutan ganti rugi apapun. 6. Apabila, salah satu Pihak mengajukan permohonan untuk likuidasinya atau mengadakan rapat untuk mengusulkan keputusan likuidasinya atau mengajukan permohonan untuk pengangkatan seorang pengurus atau telah ditunjuk seorang kurator atau kurator administratif atasnya atau salah satu kekayaannya atau membuat perjanjian sukarela dengan para krediturnya. Maka, Pihak lain dapat segera mengakhiri kontrak ini dengan pemberitahuan tertulis kepada pihak yang disebutkan pertama. 7. PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata terkait dengan diperlukannya keputusan pengadilan untuk melakukan pembatalan terhadap Perjanjian ini. PARTY pays for the Products prior to delivery or manufacture of the Products. 5. In the event that the SECOND PARTY violates the terms of this Agreement and such violation is not corrected after 30 (thirty) working days written notice from the FIRST PARTY. Then, the FIRST PARTY may immediately terminate all provisions of this Agreement without any claim for compensation. 6. In the event that either party files an application for its liquidation, convenes a meeting to propose a resolution for its liquidation, files an application for the appointment of an administrator, has been appointed a curator or administrative curator over it or any of its assets, or makes a voluntary agreement with its creditors, the other party may immediately terminate this contract by written notice to the first mentioned party. 7. The PARTIES agree to waive the provisions of Article 1266 of the Civil Code regarding the need for a court decision to cancel this Agreement. PASAL 13 KEADAAN KAHAR ARTICLE 13 FORCE MAJURE 1. Tidak ada satu pihak yang akan bertanggung jawab kepada pihak lain atas keterlambatan atau kegagalan pelaksanaan secara penuh dimana keterlambatan dan kegagalan berdasarkan karena terjadinya Keadaan Kahar. 1. Neither party shall be liable to the other for any delay or failure to perform fully where such delay or failure under the Agreement due to Force Majeure. 44 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI 2. Pihak tersebut wajib memberikan pemberitahuan selambat-lambantnya 7 (tujuh) hari kalender kepada Pihak yang lainnya dan pelaksanaanya atas Perjanjian akan dikecualikan untuk sementara waktu. 2. Such Party shall give prompt notice to the other Party, and its performance under the Agreement shall be temporarily excused. 3. Pihak yang menerima imbas akan mengambil tindakan yang secara komersial wajar untuk menangani efek dari Keadaan Kahar dan untuk melanjutkan pelaksanaan Perjanjian segera mungkin. Tunduk pada ketentuan berikut, dengan pemberitahuan, pihak yang tidak terdampak dapat memilih untuk memperpanjang jangka waktu untuk pengecualian sementara karena Keadaan kahar. 3. The affected party will use commercially reasonable efforts to mitigate the effects of the Force Majeure and to resume performance as soon as practicable. Subject to the following sentence, upon notice, the unaffected party may elect to extend the term for the period of delay or inability to perform due to the Force Majeure. 4. Dalam hal Keadaan Kahar mencegah pelaksanaan Perjanjian lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja, maka pihak yang tidak terdampak dapat sewaktu- waktu, selama terjadinya Keadaan Kahar, dengan pemberitahuan, mengakhiri Perjanjian dengan segera. 4. In the event that Force Majeure prevents the performance of the Agreement for more than 30 (thirty) working days, the nonaffected party may at any time, during the occurrence of Force Majeure, by notice, terminate the Agreement immediately. PASAL 14 BAHASA ARTICLE 14 LANGUAGE Perjanjian ini dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam hal terdapat ketidaksesuaian dan perbedaan antara teks bahasa Inggris dan teks Bahasa Indonesia, maka teks bahasa Indonesia yang akan berlaku dan teks bahasa Inggris akan secara otomatis diubah untuk menyesuaikan dengan dan untuk membuat teks bahasa Inggris konsisten dengan teks bahasa Indonesia. This Agreement is drawn up in English and Bahasa Indonesia. In the event of any inconsistency or discrepancy between the English text and the Bahasa Indonesia text, the Bahasa Indonesia text shall prevail and the English text shall be automatically amended to conform and make the English text consistent with the Bahasa Indonesia text. PASAL 15 PENYELESAIAN PERSELISIHAN PASAL 15 SETTLEMENT OF DISPUTE 1. Setiap perselisihan atau tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan setiap Pesanan / Perjanjian ini tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak musyawarah pertama kali dilakukan, maka PARA 1. If any dispute or claim arising out of or in connection with any Order / Agreement cannot be resolved by consultation within 30 (thirty) days from the first consultation, then the PARTIES agree to submit its legal settlement through the Indonesian National 45 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PIHAK sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya secara hukum melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”) di Jakarta, Indonesia. 2. Majelis terdiri dari tiga arbiter. Masingmasing Pihak akan menunjuk satu arbiter. Ketua majelis akan ditunjuk oleh Kepala BANI. 3. Bahasa dari arbitrase adalah Bahasa Indonesia. Segala komunikasi yang dilakukan selama proses arbitrase adalah Bahasa Indonesia. Dengan menerima penunjukan sebagai arbiter maka setiap arbiter dianggap setuju untuk penggunaan Bahasa Indonesia sehubungan dengan proses arbitrase. 4. Pengadilan akan terikat pada ketentuan hukum dalam membuat putusannya dan tidak diperkenankan mengambil keputusan berdasarkan prinsip keadilan semata. Putusan dari majelis akan bersifat final san mengikat terhadap PARA PIHAK dan PARA PIHAK dengan ini secara tanpa dapat dicabut kembali mengesampingkan haknya untuk mendaftarkan atau mengajukan banding kepada pengadilan dalam jurisdiksi manapun sehubungan dengan segala hal yang timbul sepanjang proses arbitrase atau terkait dengan putusan yang diterbitkan. 5. Biaya atas arbitrase akan dibayarkan sesuai dengan putusan majelis arbitrase. 6. PARA PIHAK dengan ini dengan tanpa dapat dicabut kembali menyetujui bahwa mandat dari majelis yang disampaikan berkaitan dengan ketentuan Perjanjian akan tetap berlaku hingga putusan final diterbitkan oleh majelis dan dengan ini mengesampingkan ketentuan, suatu peraturan atau undang-undang yang akan mengatur sebaliknya. Arbitration Board ("BANI") in Jakarta, Indonesia. 2. The tribunal shall consist of three arbitrators. Each Party shall appoint one arbitrator. The Chairman of the tribunal shall be appointed by the Chairman of BANI. 3. The language of the arbitration shall be Indonesian language. All communications during the arbitration proceedings shall be in Indonesian language. By accepting appointment as an arbitrator, each arbitrator shall be deemed to have agreed to the use of Indonesian language in and for all purposes connected to the arbitration. 4. The tribunal shall be bound by strict rules of law in making its decision and may not pronounce judgment only on the basis of equitable principles. The award of the tribunal shall be final and binding on the Parties and the Parties hereby irrevocably exclude any right of application or appeal to any court in any jurisdiction whatsoever in connection with any question arising in the course of any arbitration or in respect of any award made. 5. The costs of any arbitration shall be borne in accordance with the determination of the arbitrator or the board of arbitration. 6. The Parties hereby irrevocably agree that the mandate of the tribunal duly constituted in accordance with the terms of the Agreement shall remain in effect until a final arbitration award has been issued by the tribunal and hereby irrevocably waive the provisions, any rules or regulations that would provide otherwise. 46 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI PASAL 16 HUKUM YANG BERLAKU ARTICLE 16 GOVERNING LAW Perjanjian ini dan segala perselisihan atau klaim yang timbul akan diatur oleh dan diinterpretasikan berdasarkan Hukum Republik Indonesia. This Agreement and any dispute or claim arising hereunder shall be governed by and construed in accordance with the laws of the Republic of Indonesia. PASAL 17 PENUTUP ARTICLE 17 CLOSING 1. Perjanjian ini tidak dapat diubah, dimodifikasi dan atau ditambah, baik untuk seluruhnya maupun untuk sebagian, kecuali apabila perubahan, modifikasi dan atau penambahan tersebut dibuat dalam suatu Perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam Perjanjian ini. 1. This Agreement may not be amended, modified and or added, either for all parts or any part thereof, unless if such amendment, modification and or addition is made in a written agreement duly signed by the PARTIES in this Agreement. 2. PIHAK PERTAMA berhak untuk merujuk Perjanjian ini kepada induk Perusahaan atau afiliasinya tanpa pemberitahuan sebelumnya sebatas tidak merugikan PIHAK KEDUA. Rujukan tersebut akan diberitahukan secara resmi kepada PIHAK KEDUA dalam waktu 1 (satu) bulan pada saat pelaksanaannya. 2. The FIRST PARTY reserves the right to refer this Agreement to its parent company or affiliate without prior notice to the extent not detrimental to the SECOND PARTY. Such referral shall be formally notified to the SECOND PARTY within 1 (one) month at the the time of its execution. 3. Ketidakberlakuan sebagian: 3. Severability: a. Apabila salah satu atau lebih ketentuan yang terkandung dalam Perjanjian ini menjadi tidak sah, tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuanketentuan lainnya dalam hal apapun juga tidak akan terpengaruh dan akan terus berlaku dan mengikat PARA PIHAK, kecuali ketentuan yang dianggap tidak sah tersebut mengubah maksud dan tujuan Perjanjian ini. a. If one or more provisions contained in this Agreement shall become invalid, illegal or unenforceable, then the other provisions in any matter whatsoever will not be affected and will remain to be in force and binding to the PARTIES, unless the provision deemed to be invalid abovementioned shall change the aim and objective of this Agreement. b. PARA PIHAK selanjutnya setuju bahwa terhadap ketentuan yang tidak sah atau tidak dapat diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian akan diganti atau dibuatkan adendum dengan ketentuan yang sah menurut hukum b. The PARTIES there after agree that against the invalid or unenforceable provision as prescribed in this Agreement will be made into an addendum under the legal provision according to the law and reflecting the 47 PEDOMAN PERJANJIAN KERJA SAMA DISTRIBUSI dan mencerminkan maksud dan tujuan komersial dibuatnya ketentuan tersebut oleh PARA PIHAK. 4. Semua lampiran yang disebutkan dalam Perjanjian ini atau lampiran-lampiran yang akan dibuat kemudian oleh PARA PIHAK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. commercial aim and objective of making such provision by the PARTIES. 4. All Attachments stated in this Agreement or the Attachments which will be made afterward by the PARTIES shall constitute an integral and inseparable part of this Agreement. Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) Perjanjian asli yang sama, masing-masing satu untuk setiap Pihak. This Contract has been made in 2 (two) identical original Contracts, one for each Party here to. PIHAK PERTAMA/THE FIRST PARTY PIHAK KEDUA/THE SECOND PARTY _____________________ Direktur/Director _____________________ Direktur/Director 48