Pengambilan Data dan Pengolahan Data Persentase Tutupan Kanopi 1. Struktur Kanopi Mangrove Struktur percabangan, pertumbuhan ranting, serta bentuk dan susunan daun secara bersama-sama menentukan bentuk tajuk pohon. Tajuk atau kanopi merupakan susunan dari kumpulan ranting, cabang, dan daun pada bagian atas pohon yang mendukung proses fisiologis pohon (Partomihardjo et al., 2020). Dimensi tajuk berperan penting dalam meningkatkan estimasi biomassa pohon dan menjadi indikator pertumbuhan serta pemanfaatan ruang tumbuh. Lebar tajuk dapat digunakan untuk menilai tingkat persaingan antar pohon dalam suatu tegakan (Sadono, 2018). Kanopi merupakan bagian atas tegakan pohon yang dapat menunjukkan tingkat produktivitas komunitas mangrove, tingkat penetrasi cahaya, serta celah hutan yang memengaruhi pertumbuhan bibit dalam suatu area (Dharmawan, I Wayan Eka, 2020). Mangrove yang sehat biasanya memiliki tutupan kanopi yang padat, sedangkan mangrove yang mengalami deforestasi menunjukkan penurunan tutupan kanopi (Dharmawan, I Wayan Eka, 2020). Peran kanopi mangrove dalam mempengaruhi proses fotosintesis tergantung pada bentuk dan kerapatan tajuk. Semakin rapat tajuk, semakin sulit cahaya matahari menembus kanopi pohon, sehingga mangrove kategori anakan dan semai kurang mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan (Sadono, 2018). Gambar 1. Tipe bentuk kanopi ( a) Kerucut , (b) Tabung, (c) Spreading, (d) Round (Dharmawan, I Wayan Eka, 2020). Menurut Dharmawan, (2020). bentuk kanopi tegakan mangrove bervariasi tergantung pada jenis mangrovenya, terutama terlihat pada tegakan dewasa atau pohon, sebagai berikut: a) Kerucut atau konikal, yang memungkinkan kelompok ini tumbuh sangat rapat antar tegakan, seperti pada kelompok Rhizophora. b) Tabung atau kolumnar, yang ditemukan pada jenis Lumnitzera dan beberapa famili dari Rhizophoraceae (Bruguiera dan Ceriops). c) Tersebar, keluarga Sonneratiaceae memiliki dua tipe kanopi yaitu kanopi tersebar pada jenis Sonneratia alba dan Sonneratia ovata, serta kanopi terjuntai pada jenis Sonneratia caseolaris. Tipe ini juga ditemukan pada jenis Aegiceras. d) Bulat, bentuk kanopi dari anggota Aviceniaceae cenderung berbentuk bulat, oval, dan menyebar. Salah satu metode untuk mengetahui lebar tajuk dalam suatu ekosistem adalah menggunakan fotografi hemisferis (Pretzsch et al., 2015). Fotografi hemisferis adalah metode fotografi yang digunakan untuk mengamati tutupan kanopi mangrove atau hutan darat melalui foto yang diambil dengan kamera. Dalam hal ini, kamera depan handphone (HP) digunakan karena memiliki keunggulan dalam hal waktu, tutupan awan, dan tahun. Metode fotografi hemisferis dengan kamera HP merupakan cara tidak langsung untuk mengukur transmisi cahaya. Metode fotografi hemisferis perlu dikembangkan di Indonesia karena penerapannya mudah, biayanya lebih murah, dan hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan metode citra satelit untuk mengetahui kondisi ekosistem mangrove di suatu daerah. Selain menghitung nilai kanopi pohon, metode ini juga diperlukan untuk menghitung nilai struktur dan komposisinya (Baksir et al., 2018). 1.1 Tujuan Praktikum 1) Mahasiswa mampu dapat memahami tutupan kanopi vegetasi mangrove 2) Mahasiswa mampu menganalisis persentase tutupan kanopi vegetasi mangrove 1.2 Manfaat Praktikum Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat memahami materi terkait persentase tutupan kanopi, cara pengambilan data, cara pengolahan data sebagai bekal riset dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir. 1 2. Alat dan Bahan Praktikum Tabel 1. Alat dan Bahan Alat dan Bahan Kamera/Handphone/Software Monmang Androit Komputer/Laptop (Software Image J + Excel) Keterangan Memotret Tutupan Kanopi Pengolahan Data 3. Metode Pengambilan Data 3.1 Pengambilan data persentase tutupan kanopi komunitas Mangrove Persentase tutupan mangrove dihitung dengan menggunakan metode hemisperichal photography (Gambar 20) yang membutuhkan kamera pada satu titik pengambilan foto (Jennings et al., 1999). Teknik ini cenderung cukup baru digunakan pada hutan mangrove di Indonesia, penerapannya mudah dan menghasilkan data yang lebih akurat. Gambar 1. (A) Ilustrasi metode hemisperichal photography untuk mengukur tutupan mangrove (B) hasil pemotretan dengan lensa fisheye secara vertikal. (Dharmawan, et al., 2014) Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan data dilakukan dengan kamera untuk mengambil foto yang diarahkan tegak lurus ke arah langit. 2. Setiap plot 10x10 m2 dibagi menjadi beberapa subplot/kuadran posisi pengambilan foto tergantung dari kondisi hutan mangrovenya, antara lain: • Mangrove dengan kanopi yang rapat, menutupi seluruh plot, kondisi masih sangat alami dan tegakan pohon yang tinggi, dilakukan pengambilan foto sebanyak 4 empat foto pada setiap plot. 2 • Mangrove dengan kanopi yang tinggi, kondisinya ada beberapa penebangan atau kondisi tutupan yang tidak sempurna menutup seluruh plot, maka dilakukan pengambilan foto sebanyak 5 foto pada setiap plot. • Jika pohon rendah, atau tutupan kanopi tidak beraturan, atau banyak penebangan, maka pengambilan foto dilakukan sebanyak 9 kali dalam setiap plot.Mekanisme pengambilan foto yang tergantung dari kerimbunan kanopi komunitas mangrove Gambar 2. Posisi pengambilan foto yang sesuai pada beragam kondisi kanopi Mangrove (Dharmawan, et al., 2014) 3. Titik pengambilan foto, ditempatkan di sekitar pusat plot kecil; harus berada diantara satu pohon dengan pohon lainnya; serta hindarkan pemotretan tepat disamping batang satu pohon. 4. Posisi kamera disejajarkan dengan tinggi dada peneliti/ tim pengambil foto serta tegak lurus/menghadap lurus ke langit. 5. Pada pohon yang berukuran rendah, pengambilan gambar dilakukan dibawah kanopi atau sejajar dengan batang utama Gambar 3. Letak pengambilan foto dalam setiap plot yang baik dan benar dengan mempertimbangan posisi pohon disekitarnya 3 6. Untuk membatasi tiap plot, dilakukan pengambilan gambar lingkungan atau data sheet, swafoto atau bisa dengan teknik lainnya yang hanya bertujuan untuk memisahkan foto-foto dari plot yang berbeda 7. Dihindarkan pengambilan foto ganda pada setiap kuadran untuk mencegah kebingungan dalam analisis data 8. Diminimalisir sorotan langsung sinar matahari mengenai lensa kamera untuk mendapatkan kualitas foto yang terbaik. 9. Lensa kamera yang digunakan harus kering sehingga harus dihindari dari lembab atau basah air laut, air minum ataupun keringat. Jika sudah lembab, keringkan lensa dengan lap kering sebelum menggunakannya 3.2 Analisis tutupan kanopi hutan mangrove Konsep analisis tutupan kanopi dilakukan dengan cara pemisahan pixel langit dan tutupan vegetasi sehingga persentase jumlah pixel tutupan vegetasi mangrove dapat dihitung dalam analisis gambar biner (Ishida, 2004). Foto hasil pemotretan, akan dilakukan analisis menggunakan bantuan perangkat lunak berupa software ImageJ http://imagej.nih.gov/ij/download.html. 1. Tampilan ImageJ pada Windows 7 64-bit. Gambar 4. Menu awal perangkat lunak Image 2. Pada ImageJ, buka gambar/foto dengan format .jpeg dari direktori/tempat penyimpanan foto hasil pemotretan di lapangan. File >> Open… >> [pilih foto] Gambar 5. Identitas foto akan terlihat di pojok kiri atas. Sebagai contoh, file foto yang ditampilkan bernama BTNM01.01.23 yang memiliki ukuran 4000 x 3000 pixels atau 12 juta pixel secara keseluruhan, dengan format warna masih RGB dan ukuran gambar 46 MB 3. Ubah foto menjadi 8-bit Image 4 >> Type >> 8-bit Gambar 6. Identitas foto sedikit mengalami perubahan. Warna RGB telah berubah menjadi 8-bit dan ukuran menyusut menjadi 11 MB. Warna gambar berubah menjadi abuabu/grayscale. 4. Ubah foto menjadi 8-bit Image >> Type >> 8-bit Gambar 7. Perubahan hanya terjadi pada tampilan gambar, menjadi putih (langit) dan hitam (tutupan mangrove) namun nilai digital pixel masih beragam. 5. Pisahkan nilai digitalpixel langit dan tutupan kanopi mangrove secara signifikan dan sesuaikan komposisi cahaya untuk memperoleh akurasi ratio dua tipe digital pixel tersebut yang lebih tepat. Pada kotak Threshold, sesuaikan scrool kedua (ke kiri atau kanan) sampai memperoleh komposisi yang tepat, kemudian tekan Apply (Default:B/W) 5 Gambar 8. Perubahan terjadi pada identitas foto dari hanya 8-bit menjadi 8-bit (inverting LUT). Saat ini nilai digital pixel langit = 0 (nol) dan jauh berbeda dengan nilai digital pixel tegakan = 255. 6. Dihitung banyaknya pixel yang bernilai 255 sebagai intepretasi tutupan mangrove Analyze >> Histogram Gambar 9. Jumlah pixel yang bernilai 255 pada foto contoh tersebut adalah 10.845.715 pixel 6 7. Ketika menekan Histogram, bisa juga memunculkan mode: 0 yang merupakan representasi dari jumlah pixel langit. Dibutuhkan ketelitian dalam melihat apakah histogram akan memunculkan mode 255 atau 0. Kesalahan mengintepretasikan Histogram, akan mengakibatkan kesalahan hasil pemantauan. Untuk keperluan analisis selanjutnya, nilai pixel kanopi harus dihitung terlebih dahulu dengan persamaan: Pixel Kanopi (255) = Jumlah Seluruh Pixel (Count) – Jumlah Pixel Langit (Mode: 0) Pixel Kanopi (255) = Jumlah Seluruh Pixel (Count) – Jumlah Pixel Langit (Mode: 0) Gambar 10. Mode: 0 adalah tutupan pixel langit. Untuk mendapatkan pixel kanopi (P255) maka nilai seluruh pixel (5.038.838) dikurangi pixel langit (2.743.947), yaitu: 2.294.891. 8. Persentase tutupan mangrove merupakan perbandingan dari jumlah pixel yang bernilai 255 (P255) dengan jumlah seluruh pixel (∑P) dikali 100%. % tutupan mangrove = P255/∑P * 100% Pada contoh sebelumnya: P255 = 10.845.715 pixel. ∑P = 12.000.000 pixel Sehingga, % tutupan kanopi = 10.845.715/12.000.000 x 100% = 90,381 % Catatan: Tidak semua kamera memiliki jumlah pixel yang sama tergantung dari tipe, merek dan pengaturan awal kamera. Kamera yang memiliki spesifikasi kualitas foto 12 MP, maka pada kondisi pengaturan normal ∑P = 12 juta pixel. Namun apabila diatur ulang kualitas fotonya menjadi 3 MP, maka ∑P = 3 juta pixel. 7 9. Untuk mempermudah analisis, telah dibuatkan ”template_analisis Vegetasi” dan sheet ”%cover” pada program Microsoft Excel (Gambar 32). Seluruh nilai pixel pada setiap foto dimasukan ke dalam masing – masing kolom yang disediakan. Pada template ini, tim pemantau/pengolah data hanya perlu memasukkan jumlah pixel 255 (P255) ke dalam kolom P255, maka persentase tutupan mangrove pada foto tersebut akan terhitung secara otomatis. Template ini dapat di download secara gratis dari website COREMAP LIPI, http://www. coremap.lipi.go.id atau pengajuan template bisa melalui email ke iwayanekadharmawan@ gmail.com. 10. Nilai rata-rata persentase tutupan dihitung dengan formula “=average()”, sedangkan nilai standar deviasi ditentukan dengan formula ”=stdev()”. Data yang digunakan dalam seluruh penghitungan adalah seluruh foto dalam stasiun tersebut. Gambar 11. Data yang telah dimasukkan ”Template_analisis Vegetasi” dan sheet ”% cover 11. Nilai rata-rata dan standar deviasi dirangkai dengan menambahkan tanda ”±” diantara keduanya, misalnya: 92.47±2.45% untuk dimasukkan ke dalam sheet “Tabel Besar” dalam template yang sama. 8 Gambar 12. Rata-rata dan standar deviasi yang telah dimasukkan ke dalam “Tabel Besar” pada ”Template_analisis Vegetasi”. 9 3.3 Interpretasi hasil dan penentuan status kondisi mangrove di lokasi penelitian Hasil analisis menghasilkan nilai kerapatan dalam satuan pohon/ha dan persentase tutupan dalam satuan persen (%). Hasil tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan status kondisi hutan mangrove yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu jarang, sedang dan padat. Kategori kerusakan vegetasi mangrove dapat merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 tahun 2004. Kriteria tutupan kanopi terbagi menjadi beberapa kelompok menurut KepMen LH Nomor 201 Tahun 2004 yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria tutupan kanopi mangrove (KLHK 201 2004) Kriteria Baik Rusak Padat Sedang Jarang Penutupann (%) 75 50 75 50 Kerapatan (Ind/ha) 1500 1000 1500 1000 Selain itu juga dapat merujuk pada SNI 7717 Tahun 2020. Kategori sebelumnya terdapat pengurangan kelas tutupan kanopi mangrove yaitu lebat, sedang, dan jarang. Dilakukannya pengurangan jumlah kelas ini bertujuan untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih akurat serta mendekati kondisi asli di lapangan. Baku klasifikasi tutupan mangrove menurut SNI Nomor 7717 Tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi tutupan mangrove (SNI 7717 2020) Kriteria Lebat Sedang Jarang Penutupann (%) 70 30 70 30 10 DAFTAR PUSTAKA Baksir, A., Mutmainnah, M., Akbar, N., & Ismail, F. (2018). Assesment Condition Using Hemispherical Photography Method on Mangrove Ecosystem in Coastal Minaluli, North Mangoli Subdistrict, Sula Island Regency, North Maluku Province. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 2(2), 69–80. Dharmawan, I W E, Pramudji, E., & Nontji, A. (2014). Panduan monitoring status ekosistem mangrove. Jakarta: PT Sarana Komunikasi Utama. Dharmawan, I Wayan Eka. (2020). Mangrove community structure in Papuan Small Islands, case study in Biak Regency. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 550, hal. 12002). IOP Publishing. Ishida, M. (2004). Automatic thresholding for digital hemispherical photography. Canadian Journal of Forest Research, 34(11), 2208–2216. Jennings, S. B., Brown, N. D., & Sheil, D. (1999). Assessing forest canopies and understorey illumination: canopy closure, canopy cover and other measures. Forestry, 72(1), 59–74. Partomihardjo, T., Arifiani, D., Pratama, B. A., & Mahyuni, R. (2020). Jenis-jenis pohon penting di hutan Nusakambangan. Pretzsch, H., Biber, P., Uhl, E., Dahlhausen, J., Rötzer, T., Caldentey, J., … Seifert, T. (2015). Crown size and growing space requirement of common tree species in urban centres, parks, and forests. Urban forestry & urban greening, 14(3), 466–479. Sadono, R. (2018). Prediksi lebar tajuk pohon dominan pada pertanaman jati asal kebun benih klon di Kesatuan Pemangkuan Hutan Ngawi, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Kehutanan, 12(2), 127–141. 11