Bagus Wahyu Purnomo, S.Pd. 23660057 Format Refleksi Pengalaman Belajar Setiap Mata kuliah (LK 2) Indikator Nama Pertanyaan Identifikasi Diri Filosofi Pendidikan Indonesia mata kuliah Reviu 1. Pengalaman belajar apa yang berguna dan menarik? pengalam Topik 1 Perjalanan Pendidikan Nasional an belajar Sebelum kemerdekaan, pendidikan sangat dipengaruhi oleh pemerintah kolonial. Sistem pendidikan didesain untuk memenuhi kepentingan kolonial, sehingga mereduksi peran pendidikan dalam meningkatkan kesadaran nasional dan kemandirian bangsa. Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan akses pendidikan untuk semua lapisan masyarakat, ia mendirikan Taman Siswa. Beliau merancang kurikulum pendidikan yang lebih relevan, mendukung pendidikan karakter, mendukung penggunaan bahasa ibu untuk mempermudah siswa dan munumbuhkan nasionalisme. Ki Hadjar Dewantara berhasil mengubah pendidikan dari alat kolonial menjadi alat pembebasan dan peningkatan martabat bangsa. Visinya untuk pendidikan yang inklusif, dan berorientasi pada karakter tetap relevan hingga hari ini. Perspektif beliau menjadi landasan yang kuat dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk bangsa ini. Topik 2 Dasar-dasar Pendidikan KHD. Proses menuntun dilakukan dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan tempat anak berada. Kodrat zaman adalah perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, guru harus bisa mengembangkan kompetensinya dan dituntut untuk selalu update terhadap perubahan dan perkembangan zaman, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu meningkatkan minat anak dalam belajar. Sistem Among Ing ngarso sung tulodho Ing madyo mangun karso Tut wuri handayani Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Dalam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain. 2. Pengalaman belajar apa yang berguna tetapi kurang menarik? Topik 3 Identitas Manusia Indonesia Manusia Indonesia berarti identitas manusia yang manghayati nilainilai kemanusiaan khas Indonesia. Kemanusiaan Indonesia mencakup nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas, relasionalitas, genuitas, dialogalitas, dan berbagai tradisi manusia Indonesia dari waktu ke waktu. Setidaknya ada 3 hal hakiki yang layak ditegaskan sebagai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yakni niali kebhinekatunggalikaan, nilainilai Pancasila, dan religiulitas. Ciri khas manusia Indonesia adalah keberagaman suku, ras, budaya, bahasa, dan agama. Meskipun Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman, Indonesia tetap memiliki satu pandangan dan satu tujuan yang berpegang pada semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Hal tersebut dibuktikan dengan persatuan rakyat Indonesia ketika mengusir penjajah hingga akhirnya menjadi bangsa yang merdeka. Ciri khas yang lain adalah nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia yang dikristalisasi dalam Pancasila. Nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia antara lain: bersatu, bertanggung jawab, bekerja sama, hidup adil, bermusyawarah, dan bergotong royong. Selain itu, ciri khas manusia Indonesia adalah religius. Kedalaman dan kekayaan religius memberi pengaruh besar pada praktik kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dillihat melalui upacara adat dan tarian tradisional. Topik 4 Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia Para pendiri bangsa telah menggali nilai-nilai filsafat hidup berbangsa dirumuskan dalam Dasar Negara Pancasila. Oleh karena itu Pancasila merupakan entitas dan identitas Bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan transfomatif untuk melestarikan kemajemukan budaya, agama, ras, dan suku di tengah tantangan dan ancaman keterpecahan hidup berbangsa. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah berubah, ia tetap relevan mengikuti perkembangan zaman dalam penerapannya di bidang pendidikan. Adanya konsep pembelajaran paradigma baru atau kurikulum merdeka, nilai-nilai Pancasila memuat 6 dimensi yang terdapat dalam Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan yang dibutuhkan pada abad 21. Topik 5 Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan Pendidikan yang memerdekakan merupakan pendidikan yang menitikberatkan perubahan secara menyeluruh baik lahir maupun batin berdasarkan kodrat yang dimiliki setiap individu. Pendidikan yang memerdekakan yakni pendidikan yang berpihak pada peserta didik, bertujuan membuat setiap peserta didik bisa belajar tanpa sebuah paksaan sesuai harapan dan cita-cita hidupnya. Pada pendidikan yang memerdekakan, peserta didik diberikan kebebasan yang seluasluasnya sesuai dengan kodrat mereka. Tetapi tetap dengan aturan dan kesadaran selaku peserta didik maupun guru, pendidikan yang memerdekakan adalah suatu proses yang meletakkan unsur kebebasan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. 3. Pengalaman belajar apa yang menarik tapi kurang berguna? Tidak ada pengalaman belajar yang kurang berguna. Setiap pengalaman belajar Filosofi Pendidikan Indonesia berguna khususnya saya sebagai calon guru, untuk mempersiapkan proses kegiatan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik. 4. Pengalaman belajar apa yang tidak menarik dan tidak berguna dalam konteks sebagai calon guru? Tidak ada pengalaman belajar yang tidak menarik dan tidak berguna. Setiap pengalaman belajar Filosofi Pendidikan Indonesia tidak akan didapatkan dalam mata kuliah lain. Sehingga menambah pemahaman baru dan memperluas cara pandang saya sebagai seorang calon guru. Refleksi Saya tertarik untuk merefleksikan pengalaman belajar pada topik 1 pengalam Perjalanan Pendidikan Nasional, karena merupakan pengetahuan baru an belajar bagi saya mengenai sejarah pendidikan Indonesia. Mulai Dari Diri Pada tahap ini saya membuat sebuah tulisan reflektif tentang sebuah keputusan besar dalam hidup saya memilih profesi guru sebagai pilihan yang mulia. Saya menonton video “Mengenal Diri dan Perannya sebagai Guru” dan “Mendidik Menyeluruh”. Eksplorasi Konsep Pada tahap ini saya membuat tulisan argumentasi kritis mengenai tulisan Ki Hadjar Dewantara dan video Pendidikan Zaman Kolonial. Ruang Kolaborasi Pada tahap ini saya berkolaborasi dengan kelompok membuat argumen kritis dalam memahami ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’. Kami memperkaya referensi pemahaman dengan mempelajari perjuangan para pemuda seperti perkumpulan Budi Utomo dan Gerakan perubahan R. A. Kartini serta tokoh-tokoh pergerakan Nasional yang relevan. Demonstrasi Kontekstual Pada tahap ini saya membuat visualisasi gambar untuk menggambarkan pemahaman dan argumen tentang Perjalanan Pendidikan Nasional. Elaborasi Pemahaman Pada tahap ini merupakan ruang perjumpaan antara mahasiswa dengan dosen. mahasiswa. Dosen memfasilitasi proses dialog bersama Koneksi Antar Materi Pada tahap ini saya meninjau ulang keseluruhan materi dari ‘Mulai dari Diri’ hingga ‘Elaborasi Pemahaman’ untuk membuat kesimpulan dan refleksi penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ dalam bentuk video. Aksi Nyata Pada tahap ini saya menjawab tiga pertanyaan yang telah disiapkan terkait Perjalanan Pendidikan Nasional. Analisis 1. Artefak-artefak pembelajaran mana yang dapat saya jadikan artefak bukti dukung hasil refleksi pengalaman belajar? pembelaja Artefak 1 ran https://drive.google.com/file/d/1B2SF80-Zge7Em9nGmfyQ283ANEpiIea/view?usp=sharing Artefak 2 https://drive.google.com/file/d/1TyvmxG90ihR2Weued6gvgCXZP3rFv Ke0/view?usp=sharing Artefak 3 https://youtu.be/ALNtQvZdIE4?si=ano-vndrok-Ugrt0 2. Mengapa artefak ini yang saya pilih? Karena artefak tersebut untuk memenuhi tugas pada topik 1 Perjalanan Pendidikan Nasional khususnya pada bagian demonstrasi Kontekstual, ruang kolaborasi, dan aksi nyata. Alasan saya memilih artefak 1 karena melalui artefak tersebut saya menuliskan secara kronologis perjalanan pendidikan Indonesia dari sebelum hingga sesudah kemerdekaan dalam satu halaman desain infografis. Alasan saya memilih artefak 2 karena merupakan hasil kolaborasi kelompok mengenai perjalanan pendidikan Indonesia dalam bentuk PPT. Alasan saya memilih artefak 3 karena merupakan kesimpulan dan refleksi mengenai perjalanan pendidikan Indonesia dalam bentuk video. 3. Bagian mana dari artefak ini yang mendukung hasil refleksi saya? Bagian dari artefak tersebut yang mendukung hasil refleksi saya adalah ketika saya menunjukkan hasil demonstrasi kontekstual berupa info grafis yang berisi sekolah zaman Hindia-Belanda, pergerakan pendidikan nasional, dan dampak pada pendidikan Indonesia. Saya belajar banyak hal baru pada topik 1 sehingga memperluas perspektif saya mengenai pendidikan Indonesia terutama dalam sudut pandang sejarah. Rumusan Apabila saya mengajar atau membahas topik ini, dengan hasil mempertimbangkan refleksi berpusat kepada siswa, perubahan apa yang akan saya lakukan? berupa Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan Indonesia, saya menyadari prinsip pembelajaran bermakna yang pembelaja bahwa, seyogyanya guru dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak ran pada peserta didik sesuai dengan keberagaman konteks sosial budaya bermakna dan nilai-nilai luhur Indonesia, memberikan pendidikan yang memerdekakan artinya proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianiah, serta memberikan pendidikan yang memanusiakan, artinya pendidikan yang membentuk hakikat insani melalui pendidikan karakter. Guru juga harus menghormati dan memperlakukan peserta didik dengan sebaikbaiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya, serta menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Guru juga harus memberikan pendidikan yang dapat menghayati dan melestarikan nilainilai kemanusiaan khas Indonesia yang meliputi nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Untuk itu guru dapat menerapkan program Profil Pelajar Pancasila di sekolah sebagai bentuk pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia dan dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara.