Uploaded by Rifky Prayudi

ANALISIS KEGAGALAN YANG DI ALAMI TRANSMART

advertisement
ANALISIS KEGAGALAN YANG DI ALAMI TRANSMART
DARI AWAL LAUNCHING HINGGA SEKARANG
Dosen : Joko Prasetiyo , S. Pd., M. Pd.
Disusun oleh:
Muhammad Rifki Prayudi 221010551573
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023/2024
A. Sejarah Awal Mula Terbentuknya Transmart
Transmart, yang kini dikenal sebagai jaringan hipermarket dan pusat perbelanjaan
terkemuka di Indonesia, memiliki perjalanan yang kompleks dan menarik sejak awal hingga
saat ini. Transformasi dari Carrefour menjadi Transmart mencerminkan dinamika industri
ritel yang terus berkembang dan adaptasi strategis yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen Indonesia yang berubah. Perjalanan ini dimulai pada tahun 1996, ketika
perusahaan hipermarket asal Prancis, Carrefour, memutuskan untuk memasuki pasar
Indonesia. Pada awalnya, Carrefour menjalin kerja sama strategis dengan PT Tigaraksa Satria
Tbk untuk mendirikan cabang pertama mereka di Indonesia. Langkah ini menjadi tonggak
penting dalam memperkenalkan konsep hipermarket di Indonesia, yang menggabungkan
supermarket dengan department store, menyediakan berbagai macam produk di satu tempat.
Pada bulan Oktober 1998, Carrefour membuka gerai pertamanya di Cempaka Putih,
Jakarta. Ini menandai awal kehadiran Carrefour di Indonesia, yang dengan cepat
mendapatkan sambutan positif dari konsumen. Pada waktu yang bersamaan, raksasa ritel
Prancis lainnya, Continent, juga memulai operasionalnya di Indonesia dengan membuka gerai
pertamanya di Pasar Festival, Jakarta Selatan. Konsep yang diusung Continent mirip dengan
Carrefour, menawarkan pengalaman berbelanja yang luas dan beragam di satu tempat.
Keberadaan dua pemain besar ini di pasar ritel Indonesia menciptakan persaingan yang ketat
dan meningkatkan standar layanan serta variasi produk yang ditawarkan kepada konsumen.
Carrefour dan Continent, meskipun awalnya bersaing, kemudian melakukan merger
pada tahun 1999. Merger ini merupakan langkah strategis yang signifikan, menggabungkan
kekuatan kedua perusahaan dan menjadikan mereka salah satu pemain utama dalam industri
ritel global. Di Indonesia, merger ini memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin pasar
dalam segmen hipermarket. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Di tengah
kesuksesan, mereka menghadapi tantangan dari otoritas persaingan usaha dan dinamika pasar
yang terus berubah.
Pada tahun 2010, terjadi perubahan signifikan dalam kepemilikan Carrefour di
Indonesia. Chairul Tanjung, seorang pengusaha terkemuka Indonesia melalui perusahaannya
PT Trans Retail Indonesia, mengakuisisi 40% saham PT Carrefour Indonesia dengan nilai
300 juta dolar AS. Akuisisi ini menandai dimulainya transformasi besar-besaran dalam bisnis
ritel ini. Chairul Tanjung kemudian mengganti nama ritel ini menjadi Transmart, menandai
era baru dalam strategi dan operasi bisnis. Transformasi ini tidak hanya sebatas perubahan
nama, tetapi juga mencakup restrukturisasi operasional dan perubahan strategi pemasaran
untuk lebih sesuai dengan pasar Indonesia.
Transformasi yang dilakukan oleh Chairul Tanjung mencakup visi untuk membantu
semua orang menikmati kualitas hidup yang lebih baik setiap harinya. Transmart
menawarkan konsep One-Stop Shopping, yang menyediakan lebih dari 40.000 produk kepada
pelanggan di satu tempat. Visi ini menggabungkan pusat belanja dengan gaya hidup modern,
mencakup berbagai fasilitas seperti pusat elektronik, toko pakaian internasional, taman
bermain anak, restoran, dan bahkan layanan perbankan. Langkah ini bertujuan untuk
memberikan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman dan lengkap bagi konsumen,
menjadikan Transmart sebagai destinasi belanja yang menarik bagi berbagai kalangan
masyarakat.
Ekspansi Transmart terus berlanjut dengan cepat. Pada puncaknya, Transmart
beroperasi dengan 86 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain gerai fisik, PT Trans
Retail Indonesia juga terlibat dalam usaha bersama yang inovatif, seperti aplikasi Allo Fresh
yang merupakan hasil kerja sama dengan Bukalapak dan Growtheum Capital Partners.
Kolaborasi ini menunjukkan komitmen Transmart untuk terus berinovasi dan beradaptasi
dengan perubahan tren belanja konsumen, termasuk pergeseran menuju belanja online yang
semakin populer. Selain itu, Transmart telah mengalami beberapa perubahan tagline, dari
"Untuk hidup yang lebih baik" hingga yang saat ini, "Transformasi Ritel Modern." Perubahan
tagline ini mencerminkan evolusi merek dan upaya berkelanjutan untuk tetap relevan dengan
kebutuhan dan harapan konsumen.
Pada tahun 2012, Chairul Tanjung secara resmi menguasai 100% saham Carrefour
Indonesia, menjadikannya pemilik tunggal. Dengan kontrol penuh atas perusahaan, Chairul
Tanjung mampu mendorong transformasi lebih lanjut dan memperkuat posisi Transmart di
pasar ritel Indonesia. Transformasi ini melibatkan pembaruan strategi bisnis, peningkatan
layanan pelanggan, dan diversifikasi produk untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin
kompleks. Hingga tahun 2024, Transmart terus bertransformasi dan berkembang, dengan
lebih dari 100 gerai yang beroperasi di seluruh Indonesia. Perkembangan ini menunjukkan
kemampuan Transmart untuk beradaptasi dengan tantangan dan peluang baru dalam industri
ritel, sambil tetap berfokus pada penyediaan nilai tambah bagi konsumen.
Perjalanan panjang dan transformasi berkelanjutan ini menjadikan Transmart sebagai
salah satu pemain utama dalam industri ritel modern di Indonesia. Dengan strategi yang
adaptif dan inovatif, Transmart terus berupaya untuk memenuhi dan melebihi harapan
konsumen, menjaga relevansi dan daya saingnya di pasar yang sangat dinamis. Transformasi
dari Carrefour menjadi Transmart mencerminkan kemampuan untuk berinovasi dan
berkembang, menjadikan mereka model bagi perusahaan ritel lain dalam menghadapi
tantangan dan peluang di pasar global
B. Faktor Penyebab Penutupan Gerai Transmart
1. Persaingan Harga
Konsumen ritel di Indonesia umumnya sangat sensitif terhadap harga. Mereka
cenderung memilih tempat belanja yang menawarkan harga lebih rendah untuk barang
yang sama. Berdasarkan survei, harga barang di Transmart lebih tinggi dibandingkan
supermarket lain seperti Superindo dan Tip Top. Hal ini menyebabkan banyak
konsumen berpindah ke tempat belanja lain yang lebih murah, mengakibatkan
penurunan jumlah pengunjung dan penjualan di gerai Transmart. Penurunan
pendapatan ini tidak mampu menutupi biaya operasional yang tinggi, sehingga
beberapa gerai harus ditutup.
2. Strategi Pemasaran
Transmart memberlakukan promo yang hanya bisa diakses dengan menjadi nasabah
Bank Mega terlebih dahulu, yang menjadi hambatan besar. Konsumen harus mendaftar
dan membuka rekening di Bank Mega untuk mendapatkan diskon dan promosi tertentu.
Banyak konsumen enggan mengikuti syarat tersebut, sehingga merasa kurang
mendapatkan nilai tambah dari berbelanja di Transmart. Ini mengurangi daya tarik
Transmart sebagai tempat belanja yang kompetitif, menurunkan jumlah pelanggan
setia, dan mempengaruhi tingkat penjualan.
3. Lokasi Strategis yang Mahal
Lokasi gerai Transmart yang berada di tempat strategis seperti pusat kota dan mal besar
meningkatkan biaya sewa dan operasional. Biaya operasional yang tinggi memaksa
Transmart untuk menetapkan harga lebih tinggi pada produk mereka untuk menutupi
biaya tersebut. Hal ini membuat harga di Transmart kurang kompetitif dibandingkan
dengan ritel lain yang memiliki biaya operasional lebih rendah, sehingga mengurangi
jumlah konsumen yang berbelanja di sana.
4. Perubahan Gaya Hidup dan Pandemi
Pandemi COVID-19 mengubah kebiasaan belanja masyarakat menjadi lebih sering
berbelanja secara online. Pembatasan sosial dan lockdown juga mengurangi jumlah
pengunjung ke toko fisik. Penurunan drastis jumlah pengunjung ke gerai fisik
mengurangi penjualan secara signifikan. Meski beberapa ritel mampu beradaptasi
dengan memperkuat kehadiran online mereka, Transmart tampaknya belum berhasil
sepenuhnya mengalihkan bisnis mereka ke platform digital, memperparah penurunan
penjualan.
5. Differensiasi yang Kurang Jelas
Transmart belum memiliki Unique Selling Point (USP) yang jelas dan diferensiasi yang
kuat. Banyak konsumen tidak melihat alasan yang kuat untuk memilih Transmart
dibandingkan dengan ritel lain. Ketidakjelasan dalam positioning dan value proposition
membuat Transmart sulit bersaing di pasar yang sangat kompetitif. Konsumen lebih
memilih ritel lain yang memiliki USP dan keunggulan yang lebih menonjol, sehingga
Transmart kehilangan daya tariknya di mata konsumen.
C. Dampak yang ditimbulkan
1. Dampak Ekonomi
Penurunan jumlah pengunjung dan penjualan langsung mempengaruhi pendapatan
Transmart. Dengan lebih sedikit pendapatan, kemampuan Transmart untuk menutupi
biaya operasional dan investasi menjadi terbatas. Untuk mengurangi kerugian,
Transmart terpaksa menutup beberapa gerai yang kinerjanya buruk, seperti yang terjadi
di ITC Kuningan, Permata Hijau, dan lainnya. Ini mengurangi jaringan ritel Transmart
dan mempengaruhi skala operasional mereka.
2. Dampak Sosial
Penutupan gerai mengakibatkan pengurangan tenaga kerja. Banyak karyawan yang
kehilangan pekerjaan, berdampak pada kesejahteraan mereka dan keluarganya.
Penutupan gerai di beberapa lokasi strategis memaksa konsumen mencari alternatif lain
untuk kebutuhan belanja mereka, yang bisa mengganggu kebiasaan belanja mereka.
3. Dampak Kompetitif
Penutupan gerai Transmart memberi peluang bagi pesaing seperti Superindo dan Tip
Top untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Pesaing yang lebih efisien dan memiliki
harga lebih kompetitif akan mendapatkan keuntungan dari penurunan Transmart.
Penutupan gerai dalam jumlah besar bisa merusak reputasi Transmart di mata
konsumen dan mitra bisnis. Hal ini bisa berdampak jangka panjang pada kepercayaan
konsumen dan hubungan bisnis mereka.
4. Dampak pada Strategi Bisnis
Penutupan gerai besar-besaran memaksa manajemen Transmart untuk mengevaluasi
ulang strategi bisnis mereka. Mereka perlu mengidentifikasi kesalahan dalam strategi
sebelumnya dan mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan pasar. Untuk
bertahan, Transmart perlu berinovasi dalam model bisnis dan adaptasi dengan tren
pasar, seperti memperkuat kehadiran online, menurunkan harga, atau mengubah
segmentasi pasar.
Download