UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AKHIRAN KONJUNGSI KAUSAL -ASEO/EOSEO DAN -(EU)NIKKA PADA MAHASISWA PRODI KOREA UNIVERSITAS INDONESIA MAKALAH NON-SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora ERRDIANSHA IBARAKI HARYONO; USMI 1706062751; 070703019 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2021 UNIVERSITAS INDONESIA PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2020-2021 Tugas akhir berjudul ‘Analisis Kesalahan Penggunaan Akhiran Konjungsi Kausal -Aseo/-Eoseo dan -(Eu)nikka pada Mahasiswa Prodi Korea Universitas Indonesia’ ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Terlampir bersama pernyataan orisinalitas ini bukti pengecekan bebas plagiarism tugas akhir saya. Nama NPM Tanggal : Errdiansha Ibaraki Haryono : 1706062751 : 25 Januari 2021 Tanda tangan : HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir ini diajukan oleh: Nama : Errdiansha Ibaraki Haryono NPM : 1706062751 Program Studi : Bahasa dan Kebudayaan Korea Judul Tugas Akhir : Analisis Kesalahan Penggunaan Akhiran Konjungsi Kausal -Aseo/-Eoseo dan -(Eu)nikka pada Mahasiswa Prodi Korea Universitas Indonesia Telah dinilai oleh Panitia Evaluasi Tugas Akhir dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. PANITIA RAPAT EVALUASI TUGAS AKHIR Ketua Rapat/Penguji : Nazarudin, M. A. ( ) Panitera/Penguji : Serly Kusumadewi M. Hum. ( ) Pembimbing/Penguji : Usmi, S.Pd., M. Hun., Ph.D. ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 18 Januari 2021 Ketua Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Usmi, S.Pd., M.Hum., Ph.D. NUP. 070703019 Formulir Persetujuan Unggah dan Perencanaan Publikasi Naskah Ringkas Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Usmi, S.Pd., M. Hum., Ph.D. NIP/NUP : 070703019 adalah pembimbing dari mahasiswa S1: Nama : Errdiansha Ibaraki Haryono NPM : 1706062751 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi : Bahasa dan Kebudayaan Korea Judul Naskah Ringkas: Analisis Kesalahan Penggunaan Akhiran Konjungsi Kausal -Aseo/Eoseo dan -(Eu)nikka Pada Mahasiswa Prodi Korea Universitas Indonesia menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk diunggah di UI-ana melalui lib.ui.ac.id/unggah. Rencana publikasi naskah ringkas ini*: ✓ Dapat diakses di UI-ana (lib.ui.ac.id) saja ☐ ☐ Akan diterbitkan pada Jurnal Program Studi /Departemen /Fakultas di UI …………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan pada ……………..……(bulan/tahun terbit) ☐ Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional …………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada……………………. (bulan/tahun terbit) ☐ Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Konferensi Internasional ………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada ……..…………….. (bulan/tahun terbit) ☐ Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu…………………………………….. yang diprediksi akan dipublikasikan pada .............................. (bulan/tahun terbit) ☐ Akan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu……………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………… yang diprediksi akan dipublikasikan pada …….…………….(bulan/tahun terbit) ☐ Akan ditunda akses dan publikasi onlinenya karena akan/sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/HKI hingga tahun…………………………………. ☐ Tidak dipublikasikan karena sedang dalam proses HKI, dan lain-lain Depok, 27 Januari tahun 2021 ( Usmi, S. Pd., M. Hum., Ph.D. ) Pembimbing Tugas Akhir Analisis Kesalahan Penggunaan Akhiran Konjungsi Kausal -Aseo/-Eeoseo dan (Eu)nikka Pada Mahasiswa Prodi Korea Universitas Indonesia Errdiansha Ibaraki Haryono Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Universitas Indonesia Email: errdiansha.ibaraki@ui.ac.id Usmi Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Universitas Indonesia Email: usmi07@ui.ac.id ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang kesalahan penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) pada angket yang telah diisi oleh 87 mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) yang dilakukan oleh mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif sekaligus menggunakan hasil isian angket yang disebar secara daring sebagai bahan analisis. Data yang telah didapat kemudian dihitung jumlah dan dikategorikan berdasarkan jenis kesalahannya dengan menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan tertinggi yang dilakukan oleh mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia baik dalam akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) maupun (eu)nikka (-(으)니까) adalah kesalahan substitusi, diikuti dengan kesalahan pengurangan dan terakhir kesalahan penambahan. Selain itu, diketahui bahwa jumlah kesalahan penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) lebih rendah dibanding jumlah kesalahan penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까). Kata kunci: analisis kesalahan; akhiran konjungsi; bahasa Korea; pelajar bahasa Korea ABSTRACT This research discussed about causal conjuction connective ending -aseo/-eoseo (-아서/-어서) and -(eu)nikka (-(으)니까) on a questionnaire filled out by 87 Korean studies‟s student Universitas Indonesia. This study aims to analyze the error of using causal conjunction connective ending -aseo/-eoseo (-아서/-어서) and -(eu)nikka (-(으)니까) done by Korean studies‟s student Universitas Indonesia. This study uses both quantitative and qualitative methods as well as using the results of questionnaires that are distributed online as material for analysis. Data that has beenobtained are then calculated and categorized based on the type of error using language error analysis theory. The result of this study indicate that the highest type of error made by Korean studies‟s student Universitas Indonesia both in the conjunction connective ending -aseo/-eoseo (아서/-어서) and -(eu)nikka (-(으)니까) using is a substitution error, followed by omission error and lastly addition error. In addition, it is known that the number of errors in the using of conjunction connective ending -aseo/-eoseo (-아서/-어서) is lower than the numbers of errors in the using of conjuncion connective ending -(eu)nikka (-(으)니까). Keywords: error analysis; connective ending; Korean language; Korean language learner 1 Universitas Indonesia PENDAHULUAN Bahasa Korea sebagai bahasa yang dipelajari orang Indonesia sebagai bahasa asing bisa dikatakan memiliki sejarah yang cukup panjang. Universitas Indonesia sebagai lembaga pendidikan tinggi di Indonesia-pun ikut andil dalam sejarah tersebut. Hal tersebut berawal dari dibukanya kelas bahasa Korea sebagai mata kuliah pilihan di Universitas Indonesia (Usmi, 2016). Tidak berhenti sampai disitu, Universitas Indonesia mulai melebarkan sayapnya di ilmu bahasa Korea dengan membuka prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea pada tahun 2006. Berawal dari situ, perkembangan pendidikan bahasa Korea bagi orang Indonesia mulai meningkat di Universitas Indonesia dan khususnya Indonesia. Ketika memelajari bahasa Korea, salah satu unsur tata bahasa yang dipelajari adalah akhiran konjungsi kausal. Dari sekian akhiran konjungsi kausal bahasa Korea yang ada, aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) adalah konjungsi yang dari awal harus dipelajari khususnya pada pembelajaran bahasa Korea di prodi Korea Universitas Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui buku ajar yang dipakai oleh prodi Korea Universitas Indonesia yaitu „Bahasa Korea Terpadu untuk Orang Indonesia Dasar 1‟ bab 13. Kedua konjungsi tersebut dalam bahasa Indonesia memiliki arti „karena‟ atau „sebab‟. Lebih lanjut, dalam penggunaannya, akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서), induk kalimatnya biasanya menggunakan akhiran bentuk lampau atau rutinitas, sedangkan (eu)nikka (-(으)니까), induk kalimatnya biasanya menggunakan akhiran yang berbentuk „ajakan‟, „perintah‟, „rutinitas‟ atau „future‟ (Usmi, 2007: 121). Dalam pada itu, Kim (2005) juga menyatakan bahwa konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) tidak dapat digunakan pada kalimat permintaan atau kalimat perintah dan tidak dapat ditempel dengan akhiran -att (-았) maupun -get (-겠). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kedua akhiran konjungsi tersebut berbeda dari segi kontruksi pembentukan kalimatnya, sementara dari segi makna berarti sama. Perbedaan segi konstruksi pembentukan kalimat inilah yang menyebabkan rentannya terjadi kesalahan penggunaan kedua konjungsi tersebut. Demi meningkatkan kemahiran berbahasa, kesalahan dalam penggunaan bahasa tersebut perlu diteliti agar mengetahui secara jelas penyebab kesalahan tersebut. Hal ini didukung dengan pendapat Tarigan, yaitu demi berkembangnya kemahiran berbahasa seseorang, kesalahan berbahasa harus diminimalisir sebagai bukti meningkatnya kemahiran berbahasa seseorang. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu 2 Universitas Indonesia dikaji secara mendalam (Tarigan, 2011). Kajian terkait seluk-beluk kesalahan berbahasa ini yang disebut sebagai analisis kesalahan berbahasa. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka ((으)니까) yang dilakukan oleh mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia. Penelitian ini dirancang untuk menjawab dua pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian pertama yaitu ada berapa jumlah kesalahan penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan (eu)nikka (-(으)니까) yang dilakukan mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia? dan kedua, bagaimana jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia dalam menggunakan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka ((으)니까)? Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur kajian bahasa Korea, khususnya kajian analisis kesalahan berbahasa Korea. Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi acuan terkait kesalahan penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아사/어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) sehingga dapat menghindari kesalahan yang dibahas pada penelitian ini dan meningkatkan efisiensi pembelajaran bahasa Korea. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian mengenai analisis kesalahan bahasa asing sudah banyak dilakukan di Indonesia, di antaranya oleh Wulandari (2015) dan Amrina (2014). Akan tetapi, penelitian yang berfokus pada kesalahan bahasa Korea, khususnya penggunaan konjungsi, masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Sejauh ini penelitian analisis kesalahan berbahasa Korea sudah dilakukan oleh Lee (2017), Usmi & Park (2015), Maria (2014), dan Lintang (2018) Penelitian terdahulu dalam literatur berbahasa Korea sudah dilakukan oleh Lee (2017) dan Usmi & Park (2015). Penelitian Lee (2017) membahas tentang kesalahan penggunaan konjungsi kausal -(eu)nikka (-(으)니까) pada tulisan pelajar bahasa Korea dari Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan konjungsi kausal -(eu)nikka (-(으)니까) memiliki banyak kesalahan substitusi dengan konjungsi kausal lainnya dan pelajar bahasa Korea dari Cina melakukan lebih banyak kesalahan kala atau tense akibat pengaruh bahasa ibunya. Di sisi lain, Usmi & Park (2015) membahas tentang kesalahan penggunaan partikel bahasa Korea pada pelajar bahasa Korea dari Indonesia sebagai pendekatan perencanaan 3 Universitas Indonesia pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 162 kesalahan yang dilakukan, jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesalahan substitusi. Sementara itu, dalam literatur berbahasa Indonesia, penelitian yang menganalisis kesalahan berbahasa sudah dilakukan Maria (2014) dan Lintang (2018). Penelitian Maria (2014) membahas tentang kesalahan ejaan dan tata bahasa Korea pada karangan yang dibuat oleh 35 mahasiswa prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia angkatan 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa Korea terjadi pada kesalahan ejaan vokal, konsonan, dan susunan kata, serta kesalahan tata bahasa yakni pada partikel, akhiran konjungsi, kala, dan struktur. Berbeda dengan Maria, Lintang (2018) meneliti tentang kesalahan penggunaan partikel –e (-에) dan –eseo (-에서) oleh mahasiswa bahasa Korea Universitas Gadjah Mada dengan cara membandingkan kesalahan antara mahasiswa level dasar dan menengah menggunakan kuesioner yang terdiri atas tes bahasa dan terjemahan yang diuji kepada 20 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan pada penggunaan partikel –e (-에) sebesar 19.29% dan 18.35% pada penggunaan partikel –eseo (-에서) dan digolongkan atas substusi (2%) dan delesi (98%). Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini berfokus pada analisis kesalahan penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa oleh Tarigan (2011) dan teori identifikasi jenis kesalahan oleh Brown (2007). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif yang mana terdapat tiga tahapan strategis yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data; analisis data; dan penyajian data (Sudaryanto, 1993). Untuk analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kesalahan berbahasa untuk mengidentifikasi kesalahan penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까). Kesalahan yang telah diidentifikasi kemudian diklasifikasi berdasarkan jumlah kesalahan dan bentuk kesalahan yang dilakukan oleh responden. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel jumlah dan persentase kesalahan, jenis kesalahan, dan analisis. Lebih lengkapnya mengenai langkah analisis, berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan analisis kesalahan berbahasa menurut Tarigan (2011) yang disesuaikan demi 4 Universitas Indonesia kebutuhan penelitian ini. Langkah pertama adalah mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh subjek penelitian yang dalam hal ini adalah hasil isian angket. Langkah kedua yaitu mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori jenis kesalahan yang mengacu pada Brown (2007). Langkah terakhir yaitu menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan dan memberikan contoh yang benar. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan angket daring. Angket terdiri dari 20 pertanyaan tertutup yang mengarahkan subjek penelitian untuk melengkapi rumpang kalimat dengan konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) atau -(eu)nikka ((으)니까) yang tepat sesuai konteksnya. Subjek penelitian ini adalah 87 mahasiswa/i program studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Universitas Indonesia yang telah memelajari kedua akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan jumlah subjek penelitian ini. Tabel 1. Rincian Subjek Penelitian Angkatan 2017 2018 2019 Jumlah Mahasiswa Laki-laki Perempuan 2 18 0 34 3 30 Total Jumlah 20 34 33 87 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini membahas tinjauan pustaka yang menjadi landasan penulis dalam penulisan penelitian ini. Tinjauan pustaka yang dibahas mencakup analisis kesalahan, jenis kesalahan berbahasa, kalimat bahasa Korea berklausa kausal, akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (아서/-어서), akhiran konjungsi kausal -(eu)nikka (-(으)니까). Analisis Kesalahan Analisis kesalahan adalah prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelaskan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis 1986: 296). James (1998: 1) menambahkan bahwa analisis kesalahan adalah proses menentukan insiden, sifat, sebab, dan konsekuensi dari ketidakberhasilan bahasa. Pendapat serupa 5 Universitas Indonesia dikemukakan oleh Ruru dkk. (1985: 2) yang berpendapat bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, menggolongkan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pemelajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur linguistik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan adalah langkah yang dilakukan untuk menemukan, mengelompokkan dan menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan subjek penelitian menggunakan teori dan prosedur linguistik. Analisis kesalahan muncul akibat ketidakmampuan analisis kontrastif dalam melihat secara mendalam kesalahan berbahasa yang dilakukan pelajar. Hal ini didukung oleh pendapat Tarigan (2011) yang berpendapat bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa kedua tetapi juga dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa ibunya. Ia menambahkan bahwa dari segi penyebab kesalahannya, diidentifikasi ada kesalahan yang disebabkan oleh interferensi bahasa ibu, ada pula yang kesalahan yang disebabkan oleh penyamarataan. Kemudian karena ahli linguistik, pengajar bahasa dan guru bahasa sependapat bahwa kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa, maka seluk-beluk kesalahan berbahasa itu perlu dikaji secara mendalam. Terdapat empat manfaat analisis kesalahan menurut Sidhar (1985: 222). Manfaat pertama adalah menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sulit. Manfaat kedua yaitu menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai hal bahan yang diajarkan. Manfaat ketiga yaitu merencanakan latihan dan pengajaran remedial. Manfaat yang terakhir yaitu memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa. Jenis Kesalahan Berbahasa Menurut Brown (2007) Penelitian ini mengacu pada kesalahan tata bahasa, maka dari itu penulis mengacu pada teori identifikasi kesalahan oleh Brown (2007: 231) yaitu penambahan (addition), pengurangan (omission), substitusi (substitution), dan urutan (ordering). Penambahan (addition) yaitu penutur menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frasa atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat. Pengurangan (omission) yaitu penutur mengurangi atau menanggalkan satu atau lebih unsurunsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frasa atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat. Substitusi (substitution) yaitu penutur mengganti satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang digunakan dalam suatu frasa atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat. Urutan (ordering) yaitu 6 Universitas Indonesia penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frasa atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frasa atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa tersebut. Dalam penelitian ini, pengurutan (ordering) tidak dimasukkan ke dalam jenis kesalahan yang dianalisis karena angket bersifat tertutup sehingga pengurutan sudah ditentukan oleh penulis. Kalimat Berklausa Kausal Pada bagian ini, akan dijelaskan terkait kalimat berklausa kausal dalam bahasa Korea dan kalimat berklausa kausal dalam bahasa Indonesia. Kalimat klausa kausal adalah kalimat dengan klausa adverbial yang menyatakan sebab-musabab atau tujuan dari apa yang disebutkan di bagian lain (Kridalaksana, 1982: 86). Dalam bahasa Korea, terdapat beberapa cara untuk membentuk kalimat berklausa kausal. Penggunaan akhiran konjungsi -aseo/eoseo (-아서/어서), -(eu)nikka (-(으)니까), -(eu)meuro (–(으)므로), dan -neurago (– 느라고) adalah cara untuk membentuk kalimat berklausa kausal (Kim, 2005: 134). Kalimat berklausa kausal yang dibentuk dengan akhiran konjungsi tersebut terdiri dari dari dua kalimat. Klausa yang berada di depan (anak kalimat) merupakan sebab dari klausa yang berada di belakang (induk kalimat) atau induk kalimat berhubungan dengan hasil atau kausal dari keseluruhan kalimat. Penelitian ini berfokus pada akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) sehingga pembahasan hanya fokus kepada dua akhiran konjungsi ini. Berikut adalah contoh pembentukan kalimat berklausa kausal dalam bahasa Korea dengan kedua konjungsi tersebut. (1) 너무 힘들어서 더 이상 걸을 수 없어. [neomu himdeureoseo deo isang georeul su eobseo.] “Karena (saya) sangat lelah, (saya) tidak bisa berjalan lebih lagi.” (2) 이 옷은 좀 작으니까 큰 것으로 바꿔 주세요. [i oseun jom jakeunikka kheun geoseuro bakkwo juseyo.] “Karena baju ini lumayan kecil, tolong diganti ke (ukuran) yang lebih besar.” (Kim, 2005: 135) Kalimat pada contoh (1) terdiri dari dua klausa. Klausa pertama yaitu karena si pembicara sangat lelah, sedangkan klausa kedua yaitu si pembicara tidak bisa berjalan lebih lagi. Kedua klausa tersebut disatukan menjadi satu kalimat dengan akhiran konjungsi kausal aseo/-eoseo (-아서/어서) sehingga membentuk kalimat majemuk berklausa kausal. Pada 7 Universitas Indonesia contoh (2), kalimat juga terdiri dari dua klausa. Klausa pertama yaitu karena baju itu lumayan kecil, sedangkan klausa kedua yaitu tolong diganti dengan yang lebih besar. Kedua klausa tersebut disatukan menjadi satu kalimat dengan akhiran konjungsi kausal -(eu)nikka ((으)니까) sehingga membentuk kalimat majemuk berklausa kausal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kalimat berklausa kausal dalam bahasa Korea terdiri atas dua klausa yang disatukan dengan akhiran konjungsi kausal. Dalam bahasa Indonesia, kalimat berklausa kausal dibentuk dengan konjungsi subordinatif sebab (Alwi dkk, 2017: 393). Konjungsi tersebut antara lain yaitu karena, sebab, oleh karena, dan oleh sebab. Berikut adalah contoh pembentukan kalimat berklausa kausal yang dibentuk dengan konjungsi subordinatif sebab. (1) Keadaan menjadi genting lagi karena musuh akan melancarkan aksinya lagi. (2) Orang itu masuk penjara akibat tindakannya yang merugikan negara. (Alwi dkk, 2017: 542) Kalimat pada contoh (1) terdiri dari dua klausa. Klausa pertama yaitu keadaan menjadi genting lagi, sedangkan klausa kedua yaitu musuh akan melancarkan aksinya lagi. Kedua klausa tersebut disatukan menjadi satu kalimat dengan konjungsi subordinatif sebab „karena‟ sehingga membentuk kalimat majemuk berklausa kausal. Pada contoh (2), kalimat juga terdiri dari dua klausa. Klausa pertama yaitu orang itu masuk penjara, sedangkan klausa kedua yaitu tindakannya yang merugikan negara. Kedua klausa tersebut disatukan menjadi satu kalimat dengan konjungsi subordinatif sebab „akibat‟ sehingga membentuk kalimat majemuk berklausa kausal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kalimat berklausa kausal dalam bahasa Indonesia juga terdiri atas dua klausa namun disatukan dengan konjungsi subordinatif sebab sehingga membentuk kalimat majemuk berklausal kausal. Akhiran Konjungsi Kausal -Aseo/-Eoseo (-아서/-어서) Menurut Kim (2005), konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) adalah salah satu akhiran konjungsi kausal yang menempel pada verba dan adjektiva yang berfungsi sebagai penanda urutan kejadian, kausal, tujuan, dan waktu kejadian. Berikut ini adalah contoh dan penjelasan masing-masing fungsi tersebut. 8 Universitas Indonesia (1) 친구와 만나서 영화를 보았어요. [chinguwa mannaseo yeonghwareul boasseoyo.] “Setelah (saya) bertemu teman, (saya) menonton film (bentuk lampau).” (2) 형은 도서관에 가서 공부하니? [hyeongeun doseogwane gaseo gongbuhani?] “Apakah kakak pergi ke perpustakaan untuk belajar?” (Kim, 2005: 528-529) Contoh (1) dan (2) merupakan contoh penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (아서/-어서) sebagai penanda urutan kejadian. Pada contoh kalimat (1), kalimatnya dapat berarti „Setelah saya bertemu teman, saya menonton film dengan teman saya‟ dan dapat juga berarti „Setelah saya bertemu teman, saya menonton film (tidak dengan teman yang dia temui di anak kalimat)‟. Contoh (2) kalimatnya berarti adik menanyakan apakah kakak pergi ke perpustakaan untuk belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) sebagai penanda urutan kejadian, kegiatan yang dilakukan pada induk kalimat dilakukan setelah kegiatan yang dilakukan pada anak kalimat. (3) 머리가 아파서 회사에 안 나갔어요. [Meoriga aphaseo hwesae an nagasseoyo.] “Karena kepala (saya) sakit, jadi saya tidak pergi ke kantor (bentuk lampau).” (4) 전 아직 고등학생이어서 술을 마시면 안 돼요. [Jeon ajik godeunghaksaeongieoseo sureul masimyeon an dwaeyo.] “Karena saya masih anak SMA, jadi saya tidak boleh minum alkohol.” (Kim, 2005: 529) Contoh (3) dan (4) merupakan contoh penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) sebagai penanda kausal. Pada kaidah penggunaan penanda kausal, konjungsi -aseo/eoseo (-아서/-어서) tidak dapat digunakan pada kalimat berpola saran maupun kalimat perintah. Kalimat pada contoh (3) berarti karena kepalanya sakit, akibatnya dia tidak dapat pergi ke kantor. Kalimat pada contoh (4) berarti karena si pembicara masih anak SMA, akibatnya dia tidak boleh minum alkohol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa 9 Universitas Indonesia penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) sebagai penanda kausal tidak dapat digunakan pada kalimat berpola saran atau perintah, dan kondisi yang ada pada anak kalimat mengakibatkan terjadinya kondisi pada induk kalimat. (5) 엄마는 가출한 동생을 찾아서 전국을 돌아다녔어. [Eommaneun gachulhan dongsaengeul chajaseo jeongugeul doradanyeosseo.] “Ibu pergi ke seluruh penjuru negeri demi mencari adik yang kabur.” (Kim, 2005: 529) Contoh (5) merupakan contoh penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) sebagai penanda tujuan. Kalimat pada contoh (5) berarti demi mencari anaknya, akhirnya sang ibu pergi ke seluruh penjuru negeri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) sebagai penanda tujuan digunakan saat kalimat yang dibuat menekankan demi mencapai kondisi dari anak kalimat, maka dilakukan kegiatan pada induk kalimat. (6) 남편은 요즘 12 시가 넘어서 들어와. [Nampyeoneun yojeum 12siga neomeoseo deureowa.] “Belakangan ini suami (saya) pulang (ke rumah) setelah jam 12 lewat.” (7) 밤 열 시가 지나서 회의가 끝났어. [Bam yeol siga jinaseo haeiga kkeutnasseo.] “Rapat selesai setelah malam hari jam 12.” (Kim, 2005: 529) Contoh (6) dan (7) merupakan contoh penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) sebagai penanda waktu kejadian. Kalimat pada contoh (6) berarti belakangan ini suaminya pulang setelah melewati jam 12. Contoh (7) berarti rapat selesai setelah melewati jam 10 malam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akhiran konjungsi aseo/-eoseo (-아서/-어서) sebagai penanda waktu kejadian adalah ketika ditempelkan pada kata kerja yang berkonotasi dengan waktu seperti melewati saat tertentu. 10 Universitas Indonesia Akhiran Konjungsi Kausal -(Eu)nikka (-(으)니까) Berdasarkan pendapat Kim (2005), konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) adalah salah satu akhiran konjungsi yang menempel dengan verba maupun adjektiva dan berfungsi sebagai pembentuk kalimat kausal. Berikut adalah contoh penggunaan dan fungsi akhiran konjungsi (eu)nikka (-(으)니까). (8) 오늘은 피곤하니까 내일 이야기합시다. [oneureun pigonhanikka naeil iyagihapsida.] “Karena hari ini (saya) lelah, mari kita bicara besok.” (9) 이 영화는 봤으니까 다른 영화를 보고 싶어요. [i yeonghwaneun bwasseunika dareun yeonghwareul bogo sipheoyo.] “Karena (saya) sudah menonton film ini, jadi (saya) ingin menonton film lain.” (Kim, 2005: 619) Contoh (8) dan (9) merupakan contoh penggunaan -(eu)nikka (-(으)니까) sebagai penanda kausal atau landasan suatu penilaian dari anak kalimat. Kalimat contoh (8) berarti setelah mendengarkan perkataan tersebut, akhirnya si pembicara mengetahui bahwa hal tersebut ternyata indah. Kalimat contoh (9) berarti setelah kegiatan saling berbicara, akhirnya si pembicara mengetahui bahwa ternyata mereka (pembicara dan orang yang sebelumnya diajak berbicara) pernah satu sekolah. Akan tetapi, pada kaidah penggunaan kedua, konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) tidak dapat digunakan saat anak kalimat menempel dengan akhiran att (-았) maupun -gett (-겠). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) sebagai penanda kebenaran yang terungkap dari kegiatan yang dilakukan sebelumnya membutuhkan terjadi suatu kegiatan tertentu terjadi dahulu sebelum mengetahui kebenaran. Selain itu, fungsi kedua ini juga tidak dapat menempel dengan kata kerja berkala lampau maupun kala masa depan. (10) 그 말을 듣고 보니까 이곳이 정말 아름답군요. [geu mareul deudgo bonikka igosi jeongmal areumdapgunyo] “Setelah mendengar perkataan tersebut, ternyata ini sangat indah.” (11) 서로 이야기를 하다 보니까 같은 학교 동창이었어요. [Seoro iyagireul hada bonikka gateun hakyo dongchangiyeosseoyo.] 11 Universitas Indonesia “Setelah saling mengobrol, ternyata (kami) pernah satu sekolah.” (Kim, 2005: 619) Contoh (10) dan (11) merupakan contoh penggunaan -(eu)nikka (-(으)니까) sebagai penanda kebenaran yang terungkap dari kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Kalimat contoh (10) berarti setelah mendengarkan perkataan tersebut, akhirnya si pembicara mengetahui bahwa hal tersebut ternyata indah. Kalimat contoh (11) berarti setelah kegiatan saling berbicara, akhirnya si pembicara mengetahui bahwa ternyata mereka (pembicara dan orang yang sebelumnya diajak berbicara) pernah satu sekolah. Akan tetapi, pada kaidah penggunaan kedua, konjungsi „-(eu)nikka (-(으)니까)‟ tidak dapat digunakan saat anak kalimat menempel dengan akhiran -att (-았) maupun -gett (-겠). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) sebagai penanda kebenaran yang terungkap dari kegiatan yang dilakukan sebelumnya membutuhkan terjadi suatu kegiatan tertentu terjadi dahulu sebelum mengetahui kebenaran. Selain itu, fungsi kedua ini juga tidak dapat menempel dengan kata kerja berkala lampau maupun kala masa depan. Perbedaan Penggunaan Akhiran Konjungsi -Aseo/-Eoseo (-아서/-어서) dan -(Eu)nikka (-(으)니까) Secara mendasar, kedua konjungsi ini memiliki arti yang sama yaitu „karena‟. Akan tetapi, akibat konstruksi kalimat yang berbeda dari kedua konjungsi ini, pemelajar berkemungkinan besar kesulitan untuk membedakan penggunaan akhiran konjungsi tersebut karena keduanya menyatakan sebuah alasan. Menambahkan pemaparan sebelumnya terkait kedua konjungsi dari Usmi (2007), Kim (2005) juga menambahkan bahwa dalam penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까), anak kalimat harus ada alasan subjektif/ sebab untuk menerangkan induk kalimat dan tidak boleh menempel dengan kata-kata seperti bangabda (반갑다), gomabda (고맙다), gamsahada (감사하다), mianhada (미안하다). Contoh dari penjelasan tersebut adalah kalimat 초대해주니까 고마워요 (chodaehaejunikka gomawoyo.) yang berarti „terima kasih (karena) telah mengundang saya. Penggunaan -(eu)nikka ((으)니까) pada kalimat tersebut tidak sesuai karena induk kalimat menjelaskan perasaan „rasa berterima kasih‟. Pada kalimat tersebut, akhiran konjungsi yang tepat untuk digunakan pada kalimat tersebut seharusnya ialah -aseo/-eoseo (-아서/-어서) sehingga merubah 12 Universitas Indonesia kalimat menjadi chodaehaejueoseo gomawoyo (초대해주어서 고마워요) yang berarti sama dengan kalimat sebelumnya namun menggunakan akhiran konjungsi yang tepat secara aturan bahasa Korea. Penjelasan terkait perbandingan penggunaan kedua akhiran konjungsi adalah sebagai berikut. (1) Penggunaan konjungsi „-(eu)nikka (-(으)니까)‟ dapat menempel dengan kalimat kala lampau dan kala masa depan. Contoh 1: 우리가 조국을 위해 열심히 싸우니까 왕이 큰 상을 내렸다. [Uriga jogugeul wihae yeolsimhi ssaunikka/ssaumeuro wangi keun sangeul naeryeottda.] Karena kita telah giat bertarung demi negeri ini, maka raja menurunkan hadiah yang besar. Contoh 2: 좀 더 자세히 들어야 하겠으니까 따로 전화를 주세요. [Jom deo jasehi deureoya hagesseunikka/hagesseumeuro ddaro jeonhwareul juseyo.] Karena saya akan perlu mendengar penjelasan yang lebih detil, jadi tolong hubungi saya secara pribadi. (Kim, 2005: 135) (2) Penggunakan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) tidak dapat ditempelkan dengan akhiran „-att (-았)‟ maupun „-gett (-겠)‟. (3) Penggunaan konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) tidak dapat digunakan untuk menjelaskan perasaan atau keadaan diri sendiri, melainkan harus menggunakan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서). Contoh Salah: 배가 아프니까 어제 학교에 못 왔어요. [Baega apheunikka eoje hakkyoe mot wasseoyo.] “Karena perut (saya) sakit, jadi kemarin (saya) tidak bisa datang (lampau) ke sekolah.” Contoh Benar: 배가 아파서 어제 학교에 못 왔어요. [Baega aphaseo eoje hakkyoe mot wasseoyo.] “Karena perut (saya) sakit, jadi kemarin (saya) tidak bisa datang (lampau) ke sekolah.” 13 Universitas Indonesia (Kim, 2005: 620) Dari penjelasan (1), (2) dan (3), kesimpulan perbandingan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 2. Perbandingan Konjungsi -Aseo/-Eoseo (-아서/어서) dan -(Eu)nikka (-(으)니까) oleh Kim (2005: 226) Kasus Penggunaan Kausal Penggunaan pada kalimat permintaan/perintah Menempel dengan akhiran „-att (-았)‟ atau „-gett (-겠)‟ Digunakan dengan kata „bangabda (반갑다)‟, „gomabda (고맙다)‟, „gamsahada (감사하다), „mianhada (미안하다)‟ Untuk menjelaskan perasaan atau keadaan diri sendiri -Aseo/-Eoseo (-아서/-어서) Tidak dapat digunakan -(Eu)nikka (-(으)니까) Dapat digunakan Tidak dapat digunakan karena dalam penggunaan konjungsi „-aseo/-eoseo (아서/-어서)‟, akhiran „-att (-았)‟ ditempel di induk kalimat. Dapat digunakan. Dapat digunakan Dapat digunakan Tidak dapat digunakan Tidak dapat digunakan ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI -ASEO/-EOSEO DAN (EU)NIKKA PADA MAHASISWA PRODI KOREA FIB UI Pada bagian ini dibahas hasil analisis kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/eoseo (-아서/어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) yang dilakukan oleh subjek penelitian. Dari 87 orang subjek penelitian dan 20 soal, ditemukan 815 kesalahan. Jika dianggap 1 soal berkemungkinan melakukan 1 kesalahan, maka total kesalahan yang mungkin dilakukan oleh seluruh subjek penelitian berjumlah 1.740 kesalahan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persentase kesalahan yang dilakukan oleh keseluruhan subjek penelitian adalah 46.84%. Temuan kesalahan diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahan yang dikemukakan oleh Brown (2007). Pembahasan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, paparan jumlah kesalahan per soal. Bagian kedua, paparan jumlah kesalahan berdasarkan jenisnya. 14 Universitas Indonesia Jumlah Kesalahan Per Soal Tabel 3 di bawah ini menunjukkan jumlah kesalahan per soal. Tabel 3. Jumlah Kesalahan Per Soal Soal Ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total 2017 Jumlah % 5 0.61 0 0 5 0.61 12 1.47 5 0.61 4 0.49 3 0.37 5 0.61 4 0.49 4 0.49 20 2.45 3 0.37 3 0.37 17 2.09 13 1.6 19 2.33 13 1.6 8 0.98 19 2.33 15 0.61 177 21.72 Jumlah Kesalahan 2018 2019 Jumlah % Jumlah % 2 0.25 18 2.21 0 0 0 0 6 0.74 13 1.60 6 0.74 7 0.86 1 0.12 5 0.61 10 1.23 13 1.60 3 0.37 6 0.74 13 1.60 14 1.72 13 1.60 18 2.21 11 1.35 16 1.96 35 4.29 28 3.44 9 1.10 8 0.98 17 2.09 6 0.74 34 4.17 31 3.8 21 2.58 25 3.07 33 4.05 25 3.07 20 2.45 24 2.94 19 2.33 19 2.33 34 4.17 27 3.31 22 2.70 26 3.19 309 37.91 329 40.37 Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa total jumlah kesalahan yang dilakukan oleh 87 subjek penelitian di 20 soal yang diujikan sebanyak 815 kesalahan. Dari 815 kesalahan, angkatan 2017 melakukan 177 (21.72%) kesalahan, angkatan 2018 melakukan 309 (37.91%) kesalahan, dan angkatan 2019 melakukan 329 (40.37%) kesalahan. Kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh angkatan 2017 berada di soal nomor 11 yaitu 20 (2.45%) kesalahan, kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh angkatan 2018 juga berada di soal nomor 11 yaitu 35 (4.29%) kesalahan, sedangkan kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh angkatan 2019 berada di soal nomor 14 yaitu 31 (3.8%) kesalahan. Di sisi lain, kesalahan paling sedikit yang dilakukan angkatan 2017, 2018 maupun 2019 berada di soal nomor 2 yaitu 0 (0%) kesalahan. Hal ini berkemungkinan terjadi akibat tingkat kemahiran bahasa yang dibutuhkan untuk memahami soal dapat dikatakan cukup mendasar. Adapun soal 2 adalah sebagai berikut. (soal 2) 여려분, ( 만나다 ) 반가워요. [yeoreobun ( mannada ) bangawoyo.] “Senang bertemu dengan kalian, semuanya.” 15 Universitas Indonesia Dari (soal 2) di atas, sebagaimana yang disebutkan di tinjauan pustaka, kata mannada (만나다) tidak dapat ditempelkan dengan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) sehingga jawaban yang tepat untuk menjawab (soal 2) adalah mannaseo (만나서). Kalimat yang berhubungan dengan perkenalan diajarkan di awal tahun di prodi Korea Universitas Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui buku ajar „Bahasa Korea Terpadu untuk Orang Indonesia Dasar 1‟ bab 1. Dari data di atas, pertanyaan penelitian pertama yaitu “ada berapa jumlah kesalahan penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka ((으)니까) yang dilakukan mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia?” dapat terjawab dengan hasil jumlah kesalahan sebanyak 815 kesalahan dari 87 subjek penelitian dan 20 soal. Jumlah Kesalahan Berdasarkan Jenisnya. Pada bagian kedua penelitian ini, akan dilakukan analisis jumlah kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) yang dikategorikan berdasarkan jenisnya. Hal ini dilakukan demi menjawab pertanyaan penelitian kedua yaitu “bagaimana jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia dalam penggunaan konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka ((으)니까)?”. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan jumlah kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/-어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까) yang dikategorikan berdasarkan jenis kesalahan menurut Brown (2007). Tabel 4. Jumlah Kesalahan Penggunaan Akhiran Konjungsi Kausal ‘-Aseo/-Eoseo (-아서/-어서)’ dan ‘-(Eu)nikka (-(으)니까)’ Berdasarkan Kategori Jenis Kesalahan Konjungsi -Aseo /-Eoseo (-아서 /-어서) -(eu)nikka ((으)니까) Jenis Kesalahan Penambahan (Addition) 2017 % 2018 Jumlah Kesalahan % 2019 % Jumlah (%) 7 0.86 4 0.49 15 1.84 26 (3.19) Pengurangan (Omission) 15 1.84 22 2.7 19 2.33 56 (6.87) Substitusi (Substitution) 25 3.07 39 4.79 76 9.33 140 (17.18) Penambahan (Addition) 4 0.49 8 0.98 11 1.35 23 (2.82) Pengurangan (Omission) 56 6.87 103 12.64 99 12.15 258 (31.66) Substitusi (Substitution) 70 8.59 133 16.32 109 13.37 312 (38.28) TOTAL 177 21.72 309 37.91 329 40.37 815 (100) 16 Universitas Indonesia Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jenis kesalahan tertinggi yang dilakukan subjek penelitian pada penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서) adalah jenis kesalahan substitusi (substitution) dengan jumlah 140 (17.18%) kesalahan. Selaras dengan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서), jenis kesalahan tertinggi yang dilakukan subjek penelitian pada penggunaan akhiran konjungsi kausal (eu)nikka (-(으)니까) adalah jenis kesalahan substitusi dengan jumlah 312 (38.28%) kesalahan. Di sisi lain, kesalahan penambahan (addition) baik dalam kesalahan penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서) maupun -(eu)nikka (-(으)니까) samasama berada di jenis kesalahan dengan jumlah terendah. Hal ini ditunjukkan dengan data tabel 4 yaitu pada penggunaan -aseo/-eoseo (-아서/어서) sebanyak 26 (3.19%) kesalahan, dan -(eu)nikka (-(으)니까) sebanyak 23 (2.82%) kesalahan. Kemudian jenis kesalahan pengurangan (omission) merupakan jenis kesalahan dengan jumlah kesalahan tertinggi kedua. Hal ini dapat dilihat dari data di atas yang menunjukkan 56 (6.87%) kesalahan pada penggunaan akhiran konjungsi kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서) dan 258 (31.66%) kesalahan pada penggunaan akhiran konjungsi kausal -(eu)nikka (-(으)니까). Berikut ini adalah analisis kesalahan per jenis kesalahan berdasarkan pengkategorian oleh Brown (2007). 1. Kesalahan Penambahan (Addition) Berikut adalah salah satu soal yang ditemukan adanya jenis kesalahan penambahan (addition). (soal 6) 아침에 늦게 ( 일어나다 ) 늦었어요. [achime neutke ( ireonada ) neujeosseoyo.] “Karena saya terlambat bangun, jadi saya terlambat.” Induk kalimat pada (soal 6) merupakan pola kalimat kala lampau. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah ireonaseo (일어나서). Penggunaan akhiran -att (-았) tidak dapat ditempelkan dengan -aseo/-eoseo (-아서/어서) karena akhiran -att (-았) ditempel pada induk kalimat dan bukan anak kalimat pada pola kalimat kausal -aseo/-eoseo (-아서/어서). Kesalahan penambahan akhiran -att (-았) ini dilakukan oleh 2 subjek penelitian dari angkatan 2017, 2 orang dari angkatan 2018, dan 4 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penambahan (addition) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 6) berjumlah 8 kesalahan. 17 Universitas Indonesia Kemudian berikut adalah contoh soal kedua yang ditemukan adanya jenis kesalahan penambahan (addition) (soal 11) 아침에는 비가 ( 오다 ) 우산을 가져가세요. [achimeneun biga ( oda ) usaneul gayeogaseyo.] Karena tadi pagi hujan, jadi tolong bawa payung. Induk kalimat pada (soal 11) berpola/berbentuk kalimat perintah/saran. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah wasseunikka (왔으니까). Penggunaan akhiran -att (-았) diperlukan karena dalam kalimat tersebut terdapat penanda waktu, yaitu achimeneun (아침에는) yang berarti „tadi pagi‟. Penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) dalam kalimat rumpang (soal 11) dikatakan tidak tepat karena induk kalimat memiliki akhiran perintah/saran. Jenis kesalahan penambahan yang dilakukan subjek penelitian pada (soal 11) adalah dengan menambahkan tata bahasa lain yaitu eul geot (ㄹ 것) sebelum penghilangan akhiran -(eu)nikka (-(으)니까). Berdasarkan data, kesalahan ini dilakukan oleh 2 orang dari angkatan 2018 dan 1 orang dari angkatan 2019. Akan tetapi, 1 orang dari angkatan 2017 melakukan kesalahan rancu antara penambahan (addition) atau pengurangan (omission) karena subjek tersebut menjawab dengan jawaban wanikka (와니까). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penambahan (addition) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 11) berjumlah 4 kesalahan. Kemudian berikut adalah contoh soal ketiga yang ditemukan adanya jenis kesalahan penambahan (addition) (soal 13) 오늘은( 바쁘다 ) 내일에 만나자. [oneureun ( babbeuda ) naeil mannaja.] Karena hari ini saya sibuk, jadi ayo kita bertemu besok. Induk kalimat pada (soal 13) berpola/berbentuk kalimat ajakan. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah babbeunikka (바쁘니까). Penggunaan akhiran -att (-았) tidak diperlukan karena dalam kalimat tersebut terdapat penanda waktu, yaitu oneureun (오늘은) yang berarti „hari ini‟ sehingga kesibukannya masih belum berlalu. Penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (아서/어서) dalam kalimat rumpang (soal 13) dikatakan tidak tepat karena induk kalimat 18 Universitas Indonesia berbentuk kalimat ajakan. Jenis kesalahan penambahan yang dilakukan subjek penelitian pada (soal 13) adalah dengan menambahkan a (아) pada kata babbeuda (바쁘다) sebelum ditempel akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까). Berdasarkan data, kesalahan ini dilakukan oleh 2 orang dari angkatan 2018. Akan tetapi, 1 orang dari angkatan 2017 dan 1 orang dari angkatan 2019 melakukan kesalahan penambahan (addition) berbentuk lain yaitu dengan menambahkan akhiran -att (-았) sebelum menempelkan akhiran konjungsi (eu)nikka (-(으)니까). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penambahan (addition) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 13) berjumlah 4 kesalahan. Kemudian berikut adalah contoh soal keempat yang ditemukan adanya jenis kesalahan penambahan (addition) (soal 5) 가. 치엔 씨는 요즘 배드민턴을 자주 쳐요? 나. 아니요. 좀 ( 바쁘다 ) 가끔 쳐요. [Ga. Chien ssineun yeojeum baedeumintheoneul jaju chyeoyo?] [Na. aniyo. Jom ( babbeuda ) gakkeum chyeoyo.] “Ga. Chien, belakangan ini kamu sering main badminton?” “Na. Tidak. Karena (saya) cukup sibuk jadi jarang main (badminton).” Induk kalimat pada (soal 5) berpola/berbentuk kalimat rutinitas. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah babbaseo (바빠서). Penggunaan akhiran -att (-았) tidak diperlukan karena akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (아서/어서) dalam kalimat tersebut tidak dapat ditempel dengan akhiran -att (-았). Pada kalimat ini, penggunaan konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) tidak tepat karena induk kalimatnya berbentuk kalimat rutinitas dan bukan kalimat ajakan maupun perintah. Jenis kesalahan penambahan yang dilakukan subjek penelitian pada (soal 5) adalah dengan menambahkan akhiran -att (-았) pada akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서). Berdasarkan data, kesalahan ini dilakukan hanya oleh 1 orang dari angkatan 2017. Akan tetapi, orang yang sama juga melakukan kesalahan yang sama di soal lain dengan jawaban penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penambahan (addition) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 5) berjumlah 1 kesalahan. 19 Universitas Indonesia 2. Kesalahan Pengurangan (Omission) Berikut adalah salah satu soal yang ditemukan adanya jenis kesalahan pengurangan (omission). (soal 16) 수업에 벌써 ( 늦다 ) 빨리 뛰어갑시다. [Sueobe beolsseo ( netta ) bballi ddwieogabsida.] “Karena sudah terlambat kelas, ayo (kita) lari dengan cepat.” Induk kalimat pada (soal 16) berpola/berbentuk kalimat ajakan. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah nejeosseunikka (늦었으니까). Penggunaan akhiran -att (-았) diperlukan karena dalam kalimat tersebut terdapat penanda bentuk lampau, yaitu beolsseo (벌써) yang berarti „sudah‟. Penggunaan akhiran konjungsi aseo/-eoseo (-아서/어서) dalam kalimat rumpang (soal 16) dikatakan tidak tepat karena induk kalimat memiliki akhiran ajakan. Kesalahan penghilangan akhiran -att (-았) ini dilakukan oleh 15 subjek penelitian dari angkatan 2017, 23 orang dari angkatan 2018, dan 17 orang dari angkatan 2019. Selain itu, 1 orang dari angkatan 2019 melakukan kesalahan penghilangan ganda yaitu dengan menghilangkan akhiran -att (-았) dan menghilangkan eu (으) pada akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan pengurangan (omission) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 16) berjumlah 55 kesalahan Kemudian berikut adalah contoh soal kedua yang ditemukan adanya jenis kesalahan pengurangan (omission). (soal 11) 아침에는 비가 ( 오다 ) 우산을 가져가세요. [achimeneun biga ( oda ) usaneul gayeogaseyo.] “Karena tadi pagi hujan, jadi tolong bawa payung.” Induk kalimat pada (soal 11) berpola/berbentuk kalimat perintah/saran. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah wasseunikka (왔으니까). Penggunaan akhiran -att (-았) diperlukan karena dalam kalimat tersebut terdapat penanda waktu, yaitu achimeneun (아침에는) yang berarti „tadi pagi‟. Penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) dalam kalimat rumpang (soal 11) dikatakan 20 Universitas Indonesia tidak tepat karena induk kalimat memiliki akhiran perintah/saran. Kesalahan penghilangan akhiran -att (-았) ini dilakukan oleh 14 subjek penelitian dari angkatan 2017, 26 orang dari angkatan 2018, dan 25 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan pengurangan (omission) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 11) berjumlah 65 kesalahan. Soal berikut adalah contoh soal ketiga yang ditemukan adanya jenis kesalahan pengurangan. (soal 8) 길이 ( 좁다 ) 차 한 대만 지나갈 수 있어요. [giri ( jobta ) cha han daeman jinagal su isseoyo.] “Karena jalannya sempit, jadi hanya bisa dilewati satu unit mobil.” Induk kalimat pada (soal 8) berpola/berbentuk kalimat pernyataan. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah jobasseo (좁아서). Kesalahan penghilangan dengan peleburan biep (ㅂ) adalah kesalahan yang dilakukan oleh subjek penelitian pada (soal 8) ini. Berdasarkan data, kesalahan peleburan biep (ㅂ) dilakukan oleh 2 subjek penelitian dari angkatan 2017, 8 orang dari angkatan 2018, dan 5 orang dari angkatan 2019. Akan tetapi, 2 subjek penelitian dari angkatan 2018 melakukan kesalahan penghilangan dengan menggunakan konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) namun menghilangkan eu (으). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penghilangan (omission) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 8) berjumlah 17 kesalahan. Soal berikut adalah contoh soal keempat yang ditemukan adanya jenis kesalahan pengurangan (omission). (soal 9) 골문 앞에서 상대편 선수의 진로를 심하게 ( 방해하다 ) 경고를 받았다. [golmun apheseo sangdaepyeon seonsue jinroreul simhage ( banghaehada ) gyeonggoreul badattda.] “Aku telah diperingati karena mengganggu secara parah jalan lawan di depan gawang.” Induk kalimat pada (soal 9) berpola/berbentuk kalimat pernyataan dan berkala lampau. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah banghaehaseo (방해하서). Kesalahan penghilangan (omission) yang dilakukan subjek 21 Universitas Indonesia penelitian pada (soal 9) adalah dengan penghilangan hada (하다) pada kata banghaehada (방해하다). Berdasarkan data, kesalahan penghilangan hada (하다) dilakukan oleh 2 orang dari angkatan 2018, dan 2 orang dari angkatan 2019. Akan tetapi, 2 subjek penelitian dari angkatan 2019 melakukan kesalahan penghilangan dengan menggunakan menghilangkan eo (어) pada haeseo (해서) menjadi haseo (하서). Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan penghilangan (omission) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 9) berjumlah 6 kesalahan. 3. Kesalahan Substitusi (Substitution) Berikut adalah contoh soal yang ditemukan adanya jenis kesalahan substitusi (substitution). (soal 10) 그동안 정부가 지원한 주택들은 도시에서 멀리 ( 떨어져 있다 ) 국민들의 호응을 얻지 못했다. [geudongan jeongbuga jiwonhan jutaekdeureun dosieseo meolli ( tteoreojyeo itda ) gungmindeurui hoeungeul eotji mothaetda.] “Hingga saat ini, rumah yang dibiayai pemerintah berada jauh dari kota sehingga belum diterima dengan baik oleh masyarakat.” Pada kalimat ini, penggunaan konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) tidak salah secara kaidah bahasa namun konjungsi yang tepat untuk digunakan adalah konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) karena induk kalimatnya berkala lampau dan tidak menyatakan kalimat ajakan maupun perintah. Kesalahan substitusi yang dilakukan oleh subjek penelitian pada (soal 10) adalah dengan menggunakan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) dalam kalimat rumpang tersebut. Berdasarkan data, kesalahan substitusi konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) dilakukan oleh 4 subjek penelitian dari angkatan 2017, 11 orang dari angkatan 2018, dan 15 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 10) berjumlah 30 kesalahan. Selanjutnya berikut ini adalah contoh soal kedua yang ditemukan adanya kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan oleh subjek penelitian. (soal 9) 제가 다른 때보다 열심히 ( 공부하다 ) 좋은 결과를 기대하세요. 22 Universitas Indonesia [Jega dareun ddaeboda yeolsimhi ( gongbuhada ) joheun gyeolgwareul gidaehaseyo.] “Karena aku belajar lebih giat dibanding di saat lain (sebelumnya), (jadi) silahkan tunggu hasil baiknya.” Pada (soal 9), bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah gongbuhaesseunikka (공부했으니까). Hal ini terjadi karena kalimat (soal 9) memiliki induk kalimat yang berbentuk kalimat perintah, sehingga penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) lebih tepat digunakan dibanding penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (아서/어서). Kesalahan substitusi yang dilakukan oleh subjek penelitian pada (soal 9) adalah dengan menggunakan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) dalam kalimat rumpang tersebut. Berdasarkan data, kesalahan substitusi konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) dilakukan oleh 7 subjek penelitian dari angkatan 2017, 7 orang dari angkatan 2018, dan 1 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 9) berjumlah 15 kesalahan. Selanjutnya berikut ini adalah contoh soal ketiga yang ditemukan adanya kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan oleh subjek penelitian. (soal 7) 가. 자전거를 자주 타요? 나. 네, 날씨가 ( 좋다 ) 자주 타요. [Ga. jajeongeoreul jaju thayo?] [Na. ne, nalssiga ( johta ) jaju thayo.] “Ga. Apakah kamu sering naik sepeda?” “Na. Iya, aku sering naik sepeda karena cuacanya bagus.” Pada (soal 7), bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah johaseo (좋아서). Hal ini terjadi karena kalimat (soal 7) memiliki induk kalimat yang berbentuk kalimat rutinitas, sehingga penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (아서/어서) lebih tepat digunakan dibanding penggunaan akhiran konjungsi -(eu)nikka ((으)니까). Pada (soal 7), seluruh subjek penelitian melakukan kesalahan substitusi (substitution). Kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan oleh subjek penelitian pada (soal 7) adalah dengan menggunakan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) dalam kalimat rumpang tersebut. Berdasarkan data, kesalahan substitusi konjungsi -aseo/-eoseo (23 Universitas Indonesia 아서/어서) dilakukan oleh 3 subjek penelitian dari angkatan 2017, 3 orang dari angkatan 2018, dan 6 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 7) berjumlah 12 kesalahan.Berikut adalah contoh soal keempat yang ditemukan adanya jenis kesalahan substitusi (substitution). (soal 1) 수업 시간에 ( 늦다 ) 대충 아무 옷이나 입고 허둥지둥 학교로 뛰어갔다. [sueob sigane ( netda ) daechung amu osina ibko heodungjidung hakkyeoro ddwieogattda.] “Aku lari ke sekolah memakai baju apapun yang aku bisa pakai karena aku terlambat kelas.” Induk kalimat pada (soal 1) berpola kalimat masa lampau. Dengan demikian, bentuk yang tepat untuk melengkapi kalimat rumpang di atas adalah neujeoseo (늦어서). Pada kalimat ini, penggunaan konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) tidak salah secara kaidah bahasa namun konjungsi yang tepat untuk digunakan adalah konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) karena induk kalimatnya berkala lampau dan tidak menyatakan kalimat ajakan maupun perintah. Kesalahan substitusi yang dilakukan oleh subjek penelitian pada (soal 1) adalah dengan menggunakan akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) dalam kalimat rumpang tersebut. Berdasarkan data, kesalahan substitusi akhiran konjungsi -(eu)nikka (-(으)니까) dilakukan oleh 4 subjek penelitian dari angkatan 2017, 2 orang dari angkatan 2018, dan 11 orang dari angkatan 2019. Dengan demikian, total keseluruhan jenis kesalahan substitusi (substitution) yang dilakukan seluruh subjek penelitian di (soal 1) berjumlah 17 kesalahan. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal terkait penelitian ini sebagai berikut. Pertama, dari 20 soal yang ada, jumlah kesalahan yang dilakukan 87 mahasiswa prodi Korea Universitas Indonesia baik pada penggunaan akhiran konjungsi (eu)nikka (-(으)니까) maupun penggunaan akhiran konjungsi -aseo/-eoseo (-아서/어서) berjumlah 815 (100%) kesalahan. Kedua, jenis kesalahan yang dilakukan subjek penelitian didominasi oleh kesalahan substitusi yang berjumlah 452 (55.46%) kesalahan, yang 24 Universitas Indonesia kemudian disusul oleh kesalahan pengurangan yang berjumlah 314 (38.53%) kesalahan, dan terakhir kesalahan penambahan yang berjumlah 49 (6.01%) kesalahan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah kesalahan dalam penggunaan akhiran konjungsi kausal aseo/-eoseo lebih rendah dengan jumlah kesalahan yaitu 222 (27.24%) kesalahan, dibanding jumlah kesalahan dalam penggunaan akhiran konjungsi kausal -(eu)nikka dengan jumlah kesalahan yaitu 593 (72.76%) kesalahan. Penelitian ini masih terbatas karena cakupannya yang sempit yaitu hanya berfokus pada penggunaan dua akhiran konjungsi kausal dan data penelitian diperoleh melalui angket daring berbentuk tes penggunaan akhiran konjungsi klausal. Selain itu fokus penelitian ini hanya tertuju pada analisis kesalahan yang hasilnya adalah jumlah kesalahan sekaligus jenis kesalahannya saja. Ditambah penelitian ini ditulis saat terjadi pandemi COVID-19 yang mengakibatkan sulitnya mencari bahan referensi literatur secara luring maupun daring. Akan tetapi, sekiranya hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lain yang ingin berfokus pada analisis kesalahan bahasa Korea khususnya penggunaan konjungsi klausal aseo/-eoseo (-아서/어서) dan -(eu)nikka (-(으)니까). Jika diadakan penelitian serupa di kemudian hari, penelitian yang direkomendasikan adalah penelitian berfokus analisis kesalahan penggunaan konjungsi bahasa Korea lainnya. 25 Universitas Indonesia BIODATA PENULIS Errdiansha Ibaraki Haryono merupakan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Errdiansha aktif dalam kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia sebagai Wakil Kepala Tim Satuan Pengendali Internal. Errdiansha dapat dihubungi melalui alamat surel errdiansha.ibaraki@ui.ac.id Usmi, Ph.D. adalah dosen tetap Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Usmi dapat dihubungi melalui alamat surel usmi07@ui.ac.id 26 Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA Alwi, H. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Amrina, L. A. (2014). Analisis Kesalahan Gramatika Pada Karangan Bahasa Inggris Siswa Kelas Bilingual SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, H. D. (2007). Principles of Language and Teaching (5th edition). New York: Longman. Dewi, M. T. (2014). Analisis Kesalahan Berbahasa Korea: Studi Kasus Karangan Mahasiswa Pembelajar Bahasa Korea Tingkat Awal (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Depok: Universitas Indonesia. Dulay, H. dkk. (1982). Language Two. Oxford: Oxford University Press. Ellis, R. (1986). Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press. James, C. (1998). Errors In Language Learning And Use: Exploring Error Analysis. London: Longman. Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah Kim, J.S. dkk. (2005). Wegugineul wihan hangugeo munbeob 1 (외국인을 위한 한국어 문법 1). Seoul: Communication Books. Kim, J.S. dkk. (2005). Wegugineul wihan hangugeo munbeob 2 (외국인을 위한 한국어 문법 2). Seoul: Communication Books. Kridalaksana, H. (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Lee, H. (2016). A Study on the Error of Particles in the Spoken Language of Indonesian Korean Learners (Tesis yang tidak dipublikasikan). Korea: Kyunghee University Thesis. Lintang, R. G. & Hwang, W. Y. (2018). Analisis Kesalahan Penggunaan Partikel –E Dan –Eseo Oleh Orang Indonesia Pembelajar Bahasa Korea. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ruru, S.A.A. dkk. (1985). Penggunaan Analisis Kesalahan, Analisis Kontrastif dan Penerjemahan dalam Pengajaran Bahasa (Makalah yang tidak dipublikasikan). Makalah untuk Bulan Bahasa. Ujung Pandang: Panitia Bulan Bahasa Universitas Hasanuddin. Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Tehnik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, H. G. dkk. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Usmi. (2007). Tiga Langkah Menguasai Bahasa Korea. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Usmi. (2016). Persepsi Pengajar dan Pembelajar Bahasa Korea Terhadap Buku „Bahasa Korea 27 Universitas Indonesia Terpadu Tingkat Dasar Untuk Orang Indonesia‟. Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 14, 403-408. Usmi & Park, D.Y. (2015). A Study on Error Analysis of Korean Particles Used by Indonesian Learners and Teaching Methods. Journal of Education and Cultures, 21(6), 371-400. Wulandari, N. (2015). Analisis Kesalahan Gramatikal Pada Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Tahun Pertama (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 28 Universitas Indonesia