Uploaded by alanmlutfi21

Deni Meldrik Sioh.t samp

advertisement
Deni Meldrik Sioh,2017
Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang
bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti
kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk
mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, contoh dapat dikatakan sebagai kumpulan material yang dapat mewakili jenis
batuan, formasi, atau badan penyusutan (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan
pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan
penyusutan (endapan) tersebut. Proses pengambilan contoh tersebut disebut sampling
(pemercontoan).
Pengambilan sampel dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama tahap eksplorasi, pengambilan sampel dilakukan pada badan pembekuan
(ketebalan yang dapat ditambang) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi
saja, tetapi juga pada zona-zona kadar rendah maupun material tandus, dengan
tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama tahap evaluasi, pengambilan sampel dilakukan tidak hanya pada zona
pengendapan, tetapi juga pada daerah-daerah di sekitar pengendapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berkaitan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, pengambilan sampel tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah sampel yang akan diambil tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
1. Tipe pengendapan, pola penyebaran, serta ukuran pengendapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau tandus),
4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan kondisi
batuan induk.
5. Anggaran untuk pengambilan sampel dan nilai dari ekstraksi.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar yang mengakibatkan masuknya limbah ke dalam
contoh.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang representatif.
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan karakteristik pengendapan
yang akan diambil contonya. Keterdapatan bentuk dan morfologi akan mempengaruhi tipe dan
kuantitas sampling. Aspek karakteristik yang diinginkan untuk tujuan pengambilan sampel ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada endapannya berbentuk urat
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral yang dijual dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan
sampel dengan volume yang besar agar representatif.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan dengan stope)
sehingga rentan dengan pengenceran.
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek pengenceran
pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.
5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam,
berhubungan dengan kontak batuan samping, impregnasi pada batuan samping,
serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan
ditentukan batas vena yang jelas.
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas,
serta mempunyai kadar yang sangat tidak menentu (acak/tidak beraturan) dan sulit
diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat rapuh, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit dikontrol.
8. Pengambilan sampel lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval),
karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.
Pada
pengendapan
stratiform
Endapan stratiform disini termasuk pengendapan-endapan logam dasar yang terendapkan
selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies), dimana mineral
pengemasan secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang
lain (sedimentary host). Karakteristik umum tipe pengendapan ini yang berhubungan dengan
metode sampling antara lain :
1. Memuyai ketebalan yang cukup besar.
2. Memunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat, sehingga
dapat menimbulkan masalah dalam pengambilan sampel.
4. Arah kadarnya relatif seragam dan dapat diprediksi, namun kadang-kadang dapat
terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme, atau bentuk urat.
5. Perubahan-perubahan bertahap atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh
perubahan dalam interval sampling.
6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus dan
kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan sampling.
7. Pada tipe yang dihosting oleh meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran
conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau efek nugget.
8. Suatu tempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat menyebabkan
kesalahan pada pengambilan sampel yang signifikan.
9. Cut off kadarnya dapat bertahap (tidak konstan).
Pada
pengendapan
sedimen
Pada pengendapan ini, termasuk endapan batubara, batu besi, kalium, gipsum, dan garam, yang
mempunyai karakteristik :
1. Memuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.
2. Memunyai perubahan indikator kualitas yang bersifat bertahap.
3. Pengambilan sampel sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau bagian dalam
batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.
4. Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung bertahap, sehingga anomalianomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih awal (washout, sesar, perlipatan,
dll.), sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.
5. Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan interval teratur
secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif homogen dapat
dilakukan secara komposit.
Pada
pengendapan
porfiri
Karakteristik umum dari pengendapan ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Memuyai dimensi yang besar, sehingga pengambilan sampel lebih diprioritaskan
dengan pemboran inti (diamond atau percussion).
2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang rendah dan
bersifat tidak menentu, sehingga terkadang diperlukan conto dalam jumlah
(volume) yang besar, sehingga terkadang dilakukan sampling melalui winze
percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.
3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam, seperti tipe
disseminated, stockwork, vena, atau fissure, sehingga perlu mendapat perhatian
khusus dalam pemilihan metode sampling.
4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan supergen, dan
zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.
5. Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering membiarkan sepanjang
sistem kekar sehingga penentuan orientasi sampling dan pemboran perlu
diperhatikan dengan seksama.
6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan dan
direkam sepanjang proses sampling.
7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan, sehingga
interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam fragmentasi informasi
batuan nantinya.
Ambil sampel
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara mengambil
bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu
tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat
ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran umum
kadar.
2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada material transportasi,
dengan tujuan pengecekan kualitas.
3. Pada fragment material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk memperoleh
kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
Pengambilan Sampel Massal
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara mengambil material
dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi
sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini
dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling
ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode
bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji (lihat Gambar).
Pengambilan sampel chip
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara mengumpulkan
pecahan batuan (rock chip) yang diselesaikan melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang
memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut
biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu
kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir,
jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti
urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran
fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang bermutu rendah.
Pengambilan sampel saluran
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur
(channel) sepanjang permukaan yang menampilkan jejak jejak (mineralisasi). Alur tersebut
dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal,
vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar).
Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
Gambar Sketsa pembuatan saluran sampling pada pengendapan yang berlapis (Chaussier et
al., 1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan fragmenfragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang
tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
1. Membagi saluran panjang dalam interval-interval yang seragam, yang disebabkan
oleh variasi (distribusi) zona pendapatan relatif lebar. Contohnya pada pembuatan
saluran dalam sumur uji pada pengendapan laterit atau residu.
2. Membagi saluran panjang dalam interval-interval tertentu yang disebabkan oleh
variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, memungkinkan penggabungan sub-saluran dalam satu analisis
kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau sedimen berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal
jahitan (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
Gambar Sketsa pembuatan sub-saluran pada mineralisasi berupa urat (Dimodifikasi dari
Annels, 1991)
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur adalah
sebagai berikut :
1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
2. Posisi alur (memotong vena, pemotongan vertikal bidang perlapisan, dll.).
3. Lebar atau tebal zona jurang/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).
4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau
lokasi sub-saluran.
5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan) dalam
pengambilan conto adalah :
1. Mineralogi mengeluarkan atau deskripsi pengendapan yang diambil contonya.
2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, limbah, pengotor, dll).
3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan ketinggian.
4. Deskripsi litologi atau batuan samping.
5. Dan hal lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi pengendapan.
Download