Uploaded by Kevin Arthur

Journal AhmadJindanPahlevi TransnationalMoneyLaundering

advertisement
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/362646691
Transnational Money Laundering: Studi Kasus Bank HSBC Amerika Serikat
Article · August 2022
CITATIONS
READS
0
1,179
1 author:
Ahmad Jidan Pahlevi
Brawijaya University
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ahmad Jidan Pahlevi on 12 August 2022.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Transnational Money Laundering: Studi Kasus Bank HSBC
Amerika Serikat
Ahmad Jindan Pahlevi1
ABSTRACT
There are various types of Transnational Organized Crime, in which there is Money
Laundering crime as a crime problem in the contemporary era. The Money Laundering case
is very interesting to discuss, this time the author will explore the Money Laundering crime
committed by HSBC Bank in the United States. In this case, HSBC Bank is suspected of
conducting Money Laundering which has caused losses to various parties of up to billions of
dollars. HSBC Bank is also suspected of being involved in financing terrorism groups from
various countries. Therefore, the authors are interested in conducting further research to
identify the available factors in the HSBC Money Laundering Bank case.
Keyword : Money Laundering, Transnational Organized Crime, Bank HSBC, United States,
Terorism
INTRODUCTION
Transnational Organized Crime menjadi ancaman keamanan kompleks yang menuntut
pendekatan dan tanggapan berlapis. Dikarenakan tidak terlepas juga karena perkembangan
teknologi dan informasi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern telah menjadi
sumber kejahatan baru. Menurut konvensi PBB, Transnational Organized Crime merupakan
kelompok yang terdiri dari tiga maupun lebih anggota didalamnya yang terorganisir dan
diorganisir untuk jangka waktu tertentu sebelum maupun setelah mereka bertindak melakukan
“serious crime” yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, salah satunya berupa
keuntungan finansial. Transnational Organized Crime dianggap sebagai bentuk kejahatan yang
“menyediakan barang atau jasa secara ilegal untuk mendapatkan keuntungan (United Nations
Convention against Transnational Organized Crime, n.d.).”
Pada umumnya, Transnational Organized Crime terbagi atas dua bentuk, yaitu Mafia
dan Bisnis Internasional. Mafia merupakan suatu bentuk kejahatan tertentu menjual
1
Ahmad Jindan Pahlevi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional – Universitas
Brawijaya,
perlindungan pribadi, dan mafia terkadang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
pejabat maupun Lembaga pemerintah serta sering mengambil peran kuasi pemerintah dalam
masyarakat. Bentuk kejahatan ini sangat sulit dihilangkan, karena mafia secara tidak langsung
menggantikan peran negara dalam kontrak sosial, artinya Mafia mempunyai peran dan
pengaruh yang sangat kuat dalam suatu entitas politik, hal itulah yang menjadi alasan mafia
sangat sulit dibasmi. Contohnya; Mafia Sisilia, La Costra Nostra America, dan Yakuza. Yang
kedua, Transnational Organized Crime yang dimana sistemnya hampir sama dengan bisnis
Internasional. Kelompok ini melakukan tindakan kriminal lintas batas antar negara untuk
mendapatkan keuntungan secara illegal, biasanya erat dengan negara-negara yang dipengaruhi
penggunaan korupsi (UNO, 2010). Contohnya; penipuan Nigeria dan penyelundupan orang.
United Nations Convention against Transnational Organized Crime, yang diadopsi oleh
Resolusi Majelis Umum 55/25 15 November 2000, adalah instrumen internasional utama
dalam memerangi kejahatan transnasional terorganisir. Ini terbuka untuk ditandatangani oleh
Negara Anggota pada Konferensi Politik tingkat tinggi diselenggarakan untuk tujuan itu di
Palermo, Italia, pada 12-15 Desember 2000 dan mulai berlaku tanggal 29 September 2003
(Security Studies: An Introduction - Google Buku, n.d.).
United Nations Convention against Transnational Organized Crime (UNTOC) tidak
memuat definisi yang jelas mengenai transnational organized crime atau kejahatan lintas
negara terorganisir namun mendefinisikan dua elemen tindak kejahatan tersebut yaitu
“kelompok kejahatan terorganisir dan lintas negara‟. UNTOC menyebut karakteristik
kelompok kejahatan terorganisir yaitu;
1. Kelompok yang terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang dan dibentuk dengan
tujuan tertentu;
2. Eksis untuk jangka waktu tertentu;
3. Bersama-sama melakukan tindak kejahatan; dan
4. Memiliki tujuan untuk mendapat materi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Konvensi tersebut juga menyebut elemen lintas negara yaitu;
1. Dilakukan di lebih dari satu negara;
2. Dilakukan di satu negara tapi direncanakan di negara lain;
3. Dilakukan di satu negara oleh sindikat yang beroperasi di banyak negara;
4. Dilakukan di satu negara namun membawa dampak signifikan terhadap negara lain
(Security Studies, n.d.).
Transnational Organized Crime bukanlah merupakan fenomena baru dalam tatanan
global, Organized Crime yang melintasi lintas batas antar negara-negara sudah ada sejak dulu.
Istilah “Transnasional” bukan digunakan sebagai wujud baru dari kejahatan regional atau
global tetapi istilah ini diartikan sebagai pengakuan tentang bagaimana cara kelompokkelompok kejahatan ini berhasil memanfaatkan perubahan teknologi dan politik. Adanya
globalisasi dimana terjadi perubahan dalam penyebaran informasi dan komunikasi global
memberikan alat yang baru pada kelompok-kelompok kejahatan untuk melakukan bentuk
kriminalitas baru. Perubahan gepolitik selama 20 tahun terkahir juga telah membuka peluang
Transnational Crime, dampak yang positif juga akan diikuti oleh dampak yang negatif dimana
revolusi kemajuan perusahaan transnasional juga telah diikuti oleh perkembangan
Transnational Crime.
Kegiatan kriminal setidaknya telah diperkirakan menghabiskan antara 5 sampai 20%
PDB per tahun, yang menjadikan pendapatan ekonomi politik terlarang yang sangat signifikan.
Pasar kriminal sangat erat dengan meningkatkan kasus pencucian uang dan penyebaran korupsi
politik. Kegiatan kriminal transnasional terbesar yaitu; narkoba, perdagangan manusia, dan
senjata. Narkoba menjadi wadah pasar yang terbesar yang menjadi ladang perkembangan
kegiatan kriminal ini secara global. Kejahatan selalu berkembang sesuai dengan peradaban
manusia mulai dari zaman primitif hingga zaman modern. Adanya kemampuan untuk
memasuki suatu negara tanpa batas adalah salah satu faktor yang menjadi penyebab munculnya
kejahatan modern saat ini. Selain itu tidak terlepas juga dengan perkembangan teknologi dan
informasi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern saat ini. Sehingga saat ini
kejahatan tidak lagi berada dalam lingkup wilayah suatu negara saja namun dapat melampaui
batas-batas suatu wilayah negara lainnya.
Salah satu bentuk kejahatan lintas negara adalah pencucian uang (Money Laundering).
Pencucian uang merupakan metode untuk menyembunyikan, memindahkan, dan menggunakan
hasil dari suatu tindak pidana, kegiatan organisasi tindak pidana, tindak pidana ekonomi,
korupsi, perdagangan narkotika dan kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan aktivitas tindak
pidana. Hal tersebut dimulai dengan adanya transaksi keuangan, bahkan dalam transaksi
tersebut terdapat transaksi keuangan yang mencurigakan, yang terdiri dari transaksi untuk
melakukan
atau
menerima
penempatan,
penyetoran,
penarikan,
pemindahbukuan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah
uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang. 3 Institusi
perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat terkait dengan masalah pencucian uang,
makin tinggi tingkat perkembangan teknologi dan arus globalisasi di sector perbankan
membuat industri ini menjadi lahan yang empuk bagi tindak kejahatan pencucian uang.
Pada makalah ini, penulis membahas kasus money laundering pada Bank HSBC
Amerika Serikat. Bank HSBC terlibat dalam kasus penipuan dengan modus pencucian uang
(money laundering). Hong Kong and Shanghai Banking Corporation Ltd yang berkantor pusat
di London, Inggris ini diduga mengetahui aksi penipuan dengan mengizinkan pelaku
menstransfer dana bernilai puluhan juta dolar AS ke seluruh dunia, tanpa mempertanyakan asal
usul dana. Dalam kasus ini, HSBC dituntut untuk membayar kepada otoritas Amerika Serikat
sebesar 1,9 miliar dolar atau sekitar Rp18,2 triliun. Tuntutan ini muncul karena bank yang
berbasis di Inggris ini diduga telah membantu adanya pencucian uang milik kartel narkoba.
Menanggapi kasus ini, Bank HSBC pun mengakui bahwa pihaknya memang memiliki sistem
yang buruk untuk mengatasi pencucian uang. Oleh karena itu, mereka menyiapkan dana
sebesar 1,5 miliar dolar untuk menyelesaikan kasus ini.
ANALYTICAL FRAMEWORK
Transnational Organized Crime
Transnational Organized Crime menjadi isu yang sangat terkenal di berbagai penjuru
negara pada era globalisasi yang ada pada saat ini, dan juga sampai saat ini masih belum dapat
terselesaikan sehingga menarik untuk dibahas. Untuk memberantas kasus-kasus yang termasuk
dalam Transnational Organized Crime ini, dibutuhkan bantuan dari banyak pihak, termasuk
pihak pemerintah dari masing masing negara, penegak hukum, masyarakat sipil, negara transit,
juga negara tujuan, dan media nasional maupun internasional yang ikut serta membahas isuisu dari Transnational Organized Crime ini. Urgensi dari Transnational Organized Crime,
berdampak serius pada perekonomian, kerusakan lingkungkan, pendistorsian pasar, dan
pelanggaran Hak Asasi Manusia, sehingga untuk mengatasinya diperlukan kerja sama
internasional yang kuat (P. D. Williams, 2019).
Istilah "organized crime" telah muncul di Chicago pada tahun 1919, dan istilah tersebut
mempertahankan dasar dari geng-geng bajakan yang lazim selama era itu. Fenomena aktivitas
Organized Crime jauh sebelum manifestasi telah berkembang pesat sejak saat itu. Yang
bergantung pada definisi dari pelanggaran yang dapat digolongkan sebagai organized crime
selalu ada, namun belakangan ini negara-negara di dunia mulai membandingkan catatan dan
berkolaborasi dalam tanggapan kolektif demi memberantas organized crime ini (P. Williams,
1998). Dimana berbagai macam kegiatan kriminal dapat dilakukan secara transnasional dengan
cara yang terorganisir, dan bentuk kejahatan baru muncul secara konstan seiring dengan
perubahan kondisi global dan lokal dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan pesat dalam skala dan cakupan masalah di dunia pasca Perang Dingin
menyebabkan disahkannya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Transnational
Organized Crime, yang mulai berlaku pada akhir tahun 2003. Konvensi tersebut merupakan
langkah maju yang besar dalam perang melawan Transnational Organized Crime dan
menandakan pengakuan oleh Negara Anggota atas keseriusan masalah yang ditimbulkannya,
serta kebutuhan untuk membina dan meningkatkan kerjasama internasional yang erat untuk
mengatasi masalah tersebut. Negara yang meratifikasi instrumen ini berkomitmen untuk
mengambil serangkaian tindakan terhadap Transnational Organized Crime, termasuk
pembuatan tindak pidana domestik (partisipasi dalam kelompok kriminal terorganisir,
pencucian uang, korupsi dan menghalangi peradilan); adopsi kerangka kerja baru dan luas
untuk ekstradisi, bantuan hukum timbal balik dan kerja sama penegakan hukum; dan promosi
pelatihan dan bantuan teknis untuk membangun atau meningkatkan kapasitas yang diperlukan
dari otoritas nasional.
Transnational Organized Crime tentunya memberikan implikasi terhadap respon dalam
tiga tinglatan konseptual.
-
Pertama, yaitu respon dalam level global, di mana kejahatan ‘memasuki’ norma
dan institusi yang dapat dikatakan penting untuk pemeliharaan sistem internasional
yang menimbulkan timbal balik dari aktivitas global terhadap kejahatan yang
terjadi.
-
Kedua, yaitu level regional dimana aktivitas-aktivitas illegal yang terjadi akibat
Transnational Organized Crime suatu kelompok ataupun suatu oknum yang
terorganisir dalam skala lintas batas negara menimbulkan ancaman bukan hanya
pada negara dan tatanan Internasional tetapi regional suatu Kawasan juga ikut
terancama, dikarenakan hal tersebut kita dapat menganalisa sutau bentuk Tindakan
yang dapat dilakukan suatu Kawasan secara regional dalam menanggulangi
kejahatan Transnational Organized Crime yang terjadi di Kawasan tersebut.
-
Ketiga, tingkat lokal dimana pada tingkat ini, Transnational Organized Crime
mengguncang lingkup internal negara sehingga timbul upaya sebagai bentuk
responsif suatu negara dalam penanganan kejahatan Transnational Organized
Crime.
Dalam Analisa Transnational Organized Crime juga terdapat beberap komponen
indicator variable model yang dikembangkan dengan tujuan membantu Analisa eksplisit
mengenai studi kasus kejahatan transnasional, itu meliputi;
Variabel Model of Condition
Variabel Model of Condition memberikan penjelasan mengenai kondisi yang menjadi
suatu penyebab aktivitas TOC dapat terjadi di suatu negara diterangkan melalui sejumlah
indikator meliputi political model, economic model dan social model yang mana dalam
masing-masing indikator tersebut terdapat sejumlah parameter beserta sebuah preposisi
(Williams, P., & Goodson, 2002).
Variabel Model of Operation
Variabel Model of Operation menjelaskan kondisi penyebab terjadinya aktivitas TOC
sekaligus cara kerja / operasi dari aktivitas TOC tersebut melalui indikator strategic model,
trans model (transnational) dan hybrid model (transshipment) (Williams, P., & Goodson,
2002).
RESULT AND DISCUSSION
Identifikasi Transnational Organized Crime Bank HSBC Amerika Serikat
Salah satu kasus pencucian uang yang terbesar di dunia adalah kasus pencucian uang
yang dilakukan oleh Bank HSBC pada tahun 2012 . Bank HSBS yang berbasis di Inggris
terjerat dalam Kasus pencucian uang di amerika serikat sehingga dikenakan denda sebesar 1,9
miliar dollar. Denda ini ditetapkan oleh pemerintahan Amerika Serikat dalam kasus
penyelesaian pencucian uang yang dilakukan bank HSBC. Kasus pencucian uang yang
dilakukan bank HSBC di amerika serikat adalah;
1. Bank HBSC di Amerika Serikat melayani sebagai perantara kartel narkoba Meksiko
dan menandatangani perjanjian penuntutan yang ditangguhkan menunjukkan
kurangnya proses kontrol yang memadai dalam kepatuhan dan anti pencucian uang
(Dalam laporan itu disebutkan bahwa banyak akun HSBC di Meksiko dan AS yang
digunakan oleh bandar narkoba untuk mencuci uang mereka)
2. HSBC menyediakan layanan pencucian uang lebih dari $881 juta untuk berbagai kartel
narkoba termasuk kartel Sinaloa Meksiko dan kartel Norte del Valle Kolombia.
3. HBUS menyediakan layanan perbankan koresponden, seperti transfer dana dan
pertukaran mata uang, yang merupakan sumber aliran gelap dalam menghadapi kontrol
AML yang lemah.
4. Mereka bukan satu-satunya, dimana bank termasuk ING, Barclays, dan Credit Suisse
di masa lalu semuanya telah membayar denda untuk memfasilitasi transaksi dengan
negara-negara jahat seperti Iran, Libya, Sudan, dan Myanmar yang melanggar sanksi.
5. Mengaktifkan bisnis peredaran narkoba dan terorisme yang disponsori negara dalam
mengejar
keuntungan
menyebabkan
konsekuensi
sosial
yang
mengerikan.
Menyalahkan dapat ditempatkan di kaki bank dan regulator sama.
6. Juga disebutkan bahwa HSBC secara rutin berhubungan dengan Iran, Korea Utara dan
negara lain yang terkena sanksi larangan berbisnis dari AS (Kontan.id, 2012).
Kasus pencucian uang ini terjadi karena pemotongan biaya sebagai bagian dari
restrukturisasi bank secara luas melalui penjualan bisnis tidak menguntungkan bagi Bank
HSBC, namun saat HSBC mulai menjadi perantara dalam layanan transfer uang yang
dilakukan Kartel Narkoba, transaksi tersebut menjadi penggerakan uang yang besar bagi HSBC
dan unit Bank Meksiko ke AS dan traksansi ini sedikit atau tanpa pengawasan sama sekali.
Bukti- Bukti atau Data Yang Mendukung Dugaan Pencucian Uang
1. Keterlibatan HSBC dalam penipuan USD 80 juta, atau setara Rp 1,176 triliun (kurs Rp
14.700 per dolar AS) itu tercatat dalam dokumen rahasia laporan aktivitas
mencurigakan bank, atau yang disebut File FinCEN.
2. Dokumen tersebut menunjukan penipuan investasi yang dikenal sebagai skema Ponzi
yang dimulai setelah bank tersebut terkena denda USD 1,9 miliar di Amerika Serikat
atas dugaan pencucian uang.
3. Dalam sebuah laporan berdasarkan investigasi selama setahun terhadap tindakan di
bank oleh Subkomite Permanen Senat untuk Investigasi, ketua komite Senator Carl
Levin (D-Michigan) menyatakan “HSBC menggunakan bank AS-nya sebagai pintu
gerbang ke sistem keuangan AS untuk beberapa afiliasi HSBC di seluruh dunia untuk
menyediakan layanan dolar AS kepada klien sambil bermain cepat dan longgar dengan
aturan perbankan AS. HBUS (afiliasi HSBC AS) mengekspos Amerika Serikat ke uang
narkoba Meksiko, cek perjalanan yang mencurigakan, perusahaan pembawa saham,
dan yurisdiksi nakal.
4. HBUS menyediakan layanan perbankan koresponden, seperti transfer dana dan
pertukaran mata uang, yang merupakan sumber aliran gelap dalam menghadapi kontrol
AML yang lemah. Ini mengakibatkan pelanggaran Undang-Undang Kerahasiaan Bank,
Undang-Undang Perdagangan dengan Musuh, dan undang-undang AML lainnya.
Respon Studi Kasus di level Global dan Regional
Beberapa lembaga perbankan telah menjadi penuntutan pidana yang begitu besar yang
mengakibatkan
pencabutan
piagam
perbankan
dapat
berdampak
negatif
terhadap
perekonomian nasional, dan mungkin global. Jaksa Agung A.S. dan jaksa penuntut lainnya
dengan demikian ditinggalkan dengan dilema moral: memastikan keadilan melalui penuntutan
atau mengabaikan proses pidana untuk melindungi ekonomi dan masyarakat pada umumnya.
Pada bulan Desember 2012, lembaga perbankan multinasional HSBC dihukum rekor $1,92
miliar oleh Amerika Serikat karena melanggar undang-undang yang dirancang untuk
mencegah pencucian uang dan aktivitas keuangan ilegal lainnya. HSBC selalu dicurigai dan
dua kali diberi peringatan dan perintah untuk memperkuat program anti-pencucian uang oleh
AS antara tahun 2003 dan 2010 tetapi gagal melakukan penyesuaian yang tepat. Denda $ 1,92
miliar, yang dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Kerahasiaan Bank, dijatuhkan setelah
sebuah laporan dan penyelidikan selanjutnya yang mengkonfirmasi bahwa bank tersebut telah
membuat rekening luar negeri untuk kartel narkoba dan tersangka penjahat di Jersey. Eksekutif
perbankan HSBC mengaku melakukan pencucian uang sebanyak $881 miliar dolar (HSBC’s
Deferred Prosecution Agreement, 2012).
§
Players
-
HSBC North American Holdings, Inc.: perusahaan induk Grup HSBC, salah satu
grup layanan perbankan dan keuangan terbesar di dunia. HSBC memiliki lebih
dari 6900 kantor di lebih dari 80 negara.
-
HSBC Bank USA: anak perusahaan yang disewa secara federal dari HSBC North
American Holdings, Inc.; berkantor pusat di McLean, Virginia dengan kantor
utamanya di New York City. HSBC Bank USA adalah entitas khusus yang
didakwa melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Bank.
-
Eric Holder: Jaksa Agung Amerika Serikat; secara terbuka membela keputusan
untuk tidak menuntut secara pidana para eksekutif HSBC Bank USA.
-
HSBC Bank USA Executives: Khususnya mereka yang bertanggung jawab atas
lemahnya program pemantauan dan kelalaian lainnya yang melanggar UndangUndang Rahasia Bank.
-
HSBC Bank USA Employees: akan kehilangan pekerjaan mereka jika HSBC
terpaksa menghentikan operasi perbankan di Amerika Serikat.
-
Perekonomian Amerika Serikat (dan mungkin global): Sebagaimana dinyatakan
oleh Jaksa Agung Eric Holder, perekonomian nasional akan sangat menderita jika
piagam perbankan AS HSBC dicabut.
-
Departemen Keuangan Amerika Serikat: Sebagai salah satu pengatur urusan
keuangan Bank HSBC AS, Departemen Keuangan ditugaskan untuk memberi
nasihat kepada Departemen Kehakiman tentang dampak ekonomi dari penuntutan
terhadap HSBC.
-
Kantor Pengawas Keuangan: Sebagai pengatur piagam perbankan HSBC Bank
USA, Pengawas Keuangan dapat mencabut hak istimewa perbankan HSBC Bank
USA di AS jika eksekutifnya dituntut dan dihukum.
§
Instruments
-
Bank Secrecy Act (31 USC 5311): disahkan oleh Kongres untuk mewajibkan bank
dan lembaga keuangan lainnya untuk membuat dan memelihara program anti
pencucian uang dan praktik lain untuk mencegah pendanaan teroris dan kejahatan
keuangan lainnya. Selain program dan pemantauan internal, Bank Secrecy Act
(BSA) juga mewajibkan pelatihan karyawan dan uji tuntas berkelanjutan untuk
rekening koresponden asing.
-
Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan: Untuk menghindari tuntutan pidana
atas pelanggaran BSA, eksekutif HSBC setuju untuk membayar denda $1,92
miliar dan mematuhi standar pemantauan yang lebih tinggi untuk masa percobaan
lima tahun ((Bank Secrecy Act), n.d.).
Dari tahun 2003-2006, HSBC Bank USA berada di bawah kecurigaan besar oleh
regulator Amerika Serikat dan beroperasi di bawah perjanjian tertulis untuk memperbaiki
kekurangan praktik operasional mereka. HSBC Bank USA secara khusus setuju untuk
meningkatkan program anti pencucian uangnya untuk mencapai kepatuhan yang memadai
terhadap Bank Secrecy Act. Antara tahun 2006 dan 2010, HSBC Bank USA melanggar
beberapa komponen BSA: Risiko pencucian uang yang terkait dengan melakukan bisnis
dengan pelanggan Meksiko tertentu diabaikan, masalah kepatuhan di HSBC Meksiko
diabaikan, dan program anti pencucian uang yang memadai BSA tidak diterapkan. Pengadilan
mencatat empat kegagalan signifikan HSBC Bank USA:
-
HSBC gagal mendapatkan dan mempertahankan uji tuntas pada Afiliasi Grup
HSBC.
-
HSBC gagal memantau secara memadai lebih dari $200 triliun dalam transfer
kawat antara tahun 2006 dan 2009 dari pelanggan di negara-negara yang
diklasifikasikan sebagai risiko "standar" atau "sedang" ($670 miliar dalam transfer
kawat khusus dari HSBC Meksiko).
-
HSBC Bank USA gagal memantau secara memadai miliaran dolar dalam
pembelian uang kertas AS.
-
HSBC Bank USA gagal menyediakan staf dan sumber daya yang tepat yang
diperlukan untuk mempertahankan program anti pencucian uang yang efektif.
Sebagai bagian dari Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan, HSBC Bank USA
mengakui pelanggaran berat terhadap Undang-Undang Kerahasiaan Bank, termasuk kegagalan
untuk membuat dan mempertahankan program anti pencucian uang yang efektif, kegagalan
untuk menetapkan uji tuntas, dan keterlibatan dalam pencucian lebih dari $881 miliar. Denda
yang memecahkan rekor, terdiri dari $1,256 miliar dalam bentuk penyitaan dan $665 juta dalam
hukuman perdata, memungkinkan HSBC untuk sementara menggagalkan penuntutan pidana
sambil menunggu masa percobaan kepatuhan terhadap standar anti pencucian uang. Masa
percobaan terdiri dari perjanjian lima tahun dengan Departemen Kehakiman US yang
mencakup pemantau independen program anti-pencucian uang internal HSBC, penghargaan
bonus oleh eksekutif puncak bank, dan pencabutan bonus dari beberapa eksekutif saat ini dan
mantan yang memiliki keterlibatan tertentu. dalam pelanggaran yang disengaja terhadap
peraturan AS (Mill, 1957).
Pada bulan Maret 2013, Jaksa Agung Eric Holder membela keputusan pemerintah AS
untuk tidak melanjutkan penuntutan pidana terhadap HSBC dengan mengklaim bahwa
penuntutan terhadap lembaga-lembaga besar tersebut berdampak negatif pada perekonomian
nasional. Pernyataannya memicu kemarahan. Gagasan bahwa perusahaan terbesar, yang
dianggap setara dengan orang di bawah hukum oleh Mahkamah Agung AS dalam kasus
Citizens United pada tahun 2010, sekarang juga diberikan kebebasan dari tuntutan pidana. Di
garis depan advokat penuntutan adalah Senator Elizabeth Warren, yang secara terbuka
menyuarakan penghinaannya atas keputusan untuk tidak menuntut HSBC atas pencucian uang.
Dia mengajukan pertanyaan ini kepada Departemen Kehakiman: “Berapa miliar dolar uang
narkoba yang harus Anda cuci sebelum seseorang mempertimbangkan untuk menutup bank?”
Tidak satu pun pejabat Departemen Keuangan atau Departemen Kehakiman yang menawarkan
jawaban langsung kepadanya (Stempel, 2013). Satu hal yang jelas: Departemen Kehakiman
tampaknya memegang semua kartu dalam memutuskan nasib kemampuan HSBC untuk terus
beroperasi di AS Pengawas Keuangan tidak dapat mencabut piagamnya tanpa hukuman pidana
dan peran Departemen Keuangan hanya untuk memberi tahu DEPARTEMEN KEHAKIMAN
tentang dampak institusi terhadap perekonomian. Terlepas dari alasan ekonomi, keputusan
untuk tidak menuntut mempertanyakan integritas seluruh sistem peradilan. Bisakah kita
membenarkan penundaan penuntutan untuk kegiatan kriminal yang disengaja atas nama
melindungi ekonomi nasional? Perdebatan menyajikan dilema etika antara keadilan dan
utilitarianisme.
Utilitarianisme, juga dikenal sebagai "prinsip kebahagiaan terbesar" menyatakan
bahwa keputusan dan tindakan adalah tepat selama mereka mempromosikan utilitas
proporsional, dan dengan kesepakatan yang sama tidak tepat karena mereka menghasilkan
utilitas negatif secara keseluruhan. Pandangan utilitarian, kemudian, akan menganjurkan suatu
tindakan jika manfaat yang lebih besar akan diberikan kepada lebih banyak individu dalam
masyarakat. Prinsip ini mendukung keputusan Departemen Kehakiman untuk tidak menuntut
HSBC, karena tidak menuntut HSBC menguntungkan lebih banyak individu dalam masyarakat
melalui perlindungan ekonomi dari bahaya, bahkan dengan mengorbankan tindakan kriminal
yang sebagian besar tidak dihukum.
Di bawah pandangan utilitarian tradisional, maka, keputusan Departemen Kehakiman
untuk tidak menuntut secara pidana pejabat HSBC tampaknya masuk akal, karena sebagian
besar masyarakat mendapat manfaat dari HSBC mempertahankan operasi (belum lagi jumlah
pekerjaan yang diselamatkan) dan menjaga ekonomi dari penderitaan lebih lanjut di sudah sulit
keuangan kali. Penalti moneter yang memecahkan rekor dan periode pemantauan percobaan
mungkin ditujukan untuk mencegah kesalahan di masa depan oleh HSBC dan lembaga
keuangan besar lainnya. Namun, meskipun $1,92 miliar merupakan denda terbesar yang
dikenakan pada lembaga perbankan mana pun dalam sejarah, itu tidak mencerminkan jumlah
yang dapat secara efektif menghalangi lembaga keuangan sebesar HSBC. Menurut Bankers
Almanac, laba sebelum pajak tahunan HSBC berjumlah lebih dari $23 miliar. Denda $ 1,92
miliar yang dijatuhkan oleh AS mewakili sekitar keuntungan sebulan. Jika HSBC dan bankbank besar lainnya tidak secara efektif dihalangi untuk melanjutkan praktik keuangan ilegal
dan tidak etis, pada suatu saat hasil utilitarian dari pencucian uang untuk organisasi ilegal
menjadi merugikan sebagian besar orang di masyarakat.
Faktanya, analisis yang lebih dalam menunjukkan bahwa mengejar tuntutan pidana
terhadap eksekutif HSBC kemungkinan menghasilkan hasil utilitarian yang lebih besar dalam
jangka panjang. Sementara efek langsung dari penuntutan dapat berdampak buruk pada
sejumlah besar individu dalam masyarakat melalui pukulan terhadap ekonomi dan hilangnya
pekerjaan, efek jangka panjang dari membiarkan lembaga perbankan seperti HSBC terlibat
dalam kegiatan kriminal tanpa risiko tuntutan pidana, hukuman penjara, atau bahkan
kehilangan izin perbankannya, menghadirkan bahaya moral. Denda $1,92 miliar untuk
pencucian hingga $881 miliar sepertinya bukan insentif untuk melakukan uji tuntas dalam
praktik di masa depan. Bahkan, hasil dari kasus HSBC sebenarnya dapat memberikan insentif
bagi bank lain untuk lebih longgar dengan praktik anti pencucian uang mereka.
Di antara efek yang paling mengkhawatirkan dari keputusan non-penuntutan adalah kerugian
yang dilakukan terhadap sejumlah besar individu yang terkena dampak perdagangan narkoba.
Karena itu, keadilan dan utilitas tampaknya paling baik dilayani oleh penuntutan pidana para
eksekutif HSBC (DeGeorge, 2010).
Masyarakat selalu memiliki minat yang besar dalam memberikan keadilan atas
kesalahan individu. Mengenai pelanggaran hukum dan sanksi AS yang disengaja oleh eksekutif
HSBC, keadilan dapat segera dicari dalam bentuk retribusi dan pencegahan. Keadilan retributif
hanya memberikan hukuman yang memadai kepada pelanggar hukum sesuai dengan
pelanggarannya. Retribusi memberikan dua hasil penting: disinsentif bagi pelaku untuk
melakukan kembali tindakan yang salah dan pencegahan umum untuk seluruh masyarakat yang
mungkin berpikir untuk bertindak salah. Sementara retribusi umumnya disajikan sebagai
hukuman yang dihitung sebanding dengan tindakan yang salah, pencegahan paling sering
dilakukan dengan hukuman yang melebihi tindakan yang salah, untuk memastikan
penghindaran kesalahan di masa depan secara umum. Seringkali, hukuman ini datang dalam
bentuk denda besar.
Perilaku eksekutif HSBC yang secara sadar tidak mematuhi sanksi dan peraturan AS
tentu saja tidak adil. Dalam membuat keputusan untuk menunda penuntutan para eksekutif
HSBC Bank USA, pertimbangan utama dari pemerintah Amerika Serikat adalah untuk
mencegah kerusakan pada ekonomi yang sedang berjuang. Sementara contoh mungkin ada
ketika konsekuensi lain dapat mengurangi penerapan keadilan, efek jangka panjang dari
menghindari penuntutan atas tindak pidana HSBC terlalu besar. Ketika pemerintah
mengizinkan lembaga keuangan besar untuk sebagian besar tidak dihukum karena mencuci
uang dalam jumlah besar untuk organisasi kriminal seperti kartel narkoba, itu pada dasarnya
mendukung jumlah kerugian yang tak terukur yang terkait dengan kegiatan sehari-hari
perdagangan narkoba global. Keadilan untuk melanggengkan perusahaan kriminal seperti itu
tidak dapat diatur secara memadai hanya dengan hukuman finansial.
Pendekatan deontologis menegaskan bahwa individu secara moral berkewajiban untuk
bertindak sesuai dengan seperangkat prinsip terlepas dari hasilnya. Orang yang rasional
memiliki kewajiban untuk bertindak secara etis, apa pun konsekuensinya. Sistem peradilan
pidana Amerika Serikat sebagian besar didasarkan pada cita-cita deontologis. Jaksa memiliki
kewajiban untuk menegakkan keadilan. Jaksa dan Jaksa Agung, seperti semua pejabat
pemerintah, dipilih atau ditunjuk berdasarkan janji untuk menegakkan hukum. Jaksa, dengan
desain, dibebankan dengan tanggung jawab untuk secara adil dan tepat mengejar hukuman bagi
pelaku kesalahan di masyarakat. Sementara semua manusia memiliki kewajiban umum yang
sama untuk bertindak secara moral, jaksa mengambil kewajiban, atau tugas khusus, ketika
menjabat. Jaksa menganggap tugas yang tinggi untuk membuat keputusan tertentu sebagai
bagian dari peran mereka dalam sistem peradilan. Sebagai jaksa menerima mengambil peran
mengejar keadilan untuk perilaku ilegal, mereka menganggap kewajiban etis untuk
melakukannya secara adil dan rajin tidak peduli pelanggar.
Jaksa Agung dan Departemen Kehakiman gagal dalam tugas penuntutan mereka.
Mereka tidak menuntut pejabat HSBC karena hasil perkiraan yang tidak pasti (kerugian
ekonomi). Pada akhirnya, mereka gagal memberikan keadilan untuk kesalahan berat.
Keputusan untuk tidak menuntut juga mencegah regulator lain untuk menghukum HSBC.
Pengadilan, dalam menegakkan hukuman finansial dan keputusan Departemen Kehakiman
untuk tidak menuntut, menyatakan perlunya memberikan diskresi penuntutan yang luas kepada
Cabang Eksekutif dalam hal-hal seperti ini. Oleh karena itu, Pengawas Keuangan tidak dapat
sepenuhnya mencabut hak istimewa perbankan AS HSBC tanpa beberapa bentuk keyakinan
dari Departemen Kehakiman. Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan pada dasarnya
memungkinkan HSBC lolos dengan izin $ 1,92 miliar untuk pencucian lebih dari $ 880 miliar
(Lopez, 2013).
Analisis etik di atas menerapkan teori keadilan, utilitarianisme, dan deontologi pada
keputusan Departemen Kehakiman untuk tidak melakukan penuntutan terhadap eksekutif
HSBC. Analisis menunjukkan bahwa penuntutan pidana mungkin merupakan langkah yang
tepat, daripada perjanjian penuntutan yang ditangguhkan saat ini. Alasannya adalah:
-
Denda $1,92 miliar dan masa pemantauan percobaan selama 5 tahun tidak
mungkin mencegah pelanggaran di masa depan.
-
Konsekuensi jangka panjang dari Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan
mungkin lebih besar daripada kegunaan langsungnya.
-
Departemen Kehakiman tidak memenuhi tugas penuntutannya untuk mengejar
hukuman bagi mereka yang melanggar hukum.
Sementara beberapa orang mungkin percaya bahwa Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan
mempromosikan kepentingan terbaik Amerika Serikat, efek jangka panjangnya pada akhirnya
dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar.
Respon Studi Kasus di level Lokal
Dalam kasus Money Laundering yang terjadi pada Bank HSBC Amerika Serikat,
terdapat beberapa respon dan sanksi yang dikenakan yaitu :
1. Dalam kasus ini, HSBC dituntut untuk membayar kepada otoritas Amerika Serikat
sebesar 1,9 miliar dolar atau sekitar Rp18,2 triliun kepada pemerintah AS dalam
penyelesaian kasus pencucian uang.
2. Selain HSBC, bank Standard Chartered Inggris juga akan membayar denda sebesar 300
juta dollar AS atau sekitar Rp2,8 triliun karena melanggar kebijakan sanksi AS.
3. Biaya penyelesaian HSBC sebesar 1,9 miliar dollar AS ini diperkirakan termasuk denda
1,25 miliar dollar AS dan denda sipil sebesar 650 juta dollar AS.2
Pemahaman negara Lokal tentang Citra HSBC adalah baik, sehingga dalam kasus yang tak
terduga setiap negara termaksud Indonesia sangat merespon kejadian ini sebagai sebuah
pembelajaran untuk lebih meningkatkan tingkat keamanan dan evaluasi dalam setiap bank agar
tidak terjadi kasus yang seperti ini. Untuk tidak campur tangan langsung, setiap negara
termaksud Indonesia tidak mengambil bagian apa-apa dan membiarkan urusan terjadi antara
negara yang saling bersangkutan.
Model of Conditions
Dalam Analisa kasus Transnational Organized Crime mengenai Money Laundering
yang telah dipaparkan diatas, kita dapat mengelaborasi mengenai Model of Transnational
Organized Crime. Model of Transnational Organized Crime ini merupakan konsep yang
diperkenalkan oleh Phil Williams dan Roy Godson, di mana terdapat dua kerangka besar dalam
konsep ini yaitu Model of Conditions dan Model of Operations3. Model of Conditions
menjelaskan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi perluasan suatu kejahatan
transnasional dimana terdapat tiga komponen faktor dalam Model of Conditions, yaitu Political
Models, Economic Models, dan Social Models. Dalam hal ini, penulis akan menganalisa kasus
2
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2012/12/121211_hsbc_bayar_denda_ke_as
Widya Utari Oktaviani, “PENGARUH FAKTOR POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL TERHADAP
HUMAN TRAFFICKING DI INDIA PADA TAHUN 2013-2016,” n.d.
3
Money Laundering melalui faktor economic models dalam mengindentifikasi kasusu Money
Laundering Bank HSBC Amerika Serikat mengakurasi tingkat keamanan dan pertahanan
tatanan Internasional.
Economic models menjelaskan bahwa munculnya kejahatan transnasional disebabkan
oleh adanya permintaan pasar (market dynamics) ditambah lagi terkait timpangnya suplay and
demand (Williams, P., & Goodson, 2002). Money Laundering yang dilakukan HSBC Amerika
Serikat didorong oleh adanya permintaan dengan skala yang besar dari oknum-oknum yang
diduga sebagai pihak kartel narkoba. Didorong oleh faktor ekonomi dengan cara penangguhan
serta mengurangi proses kontrolisasi dalam bank melalui akun-akun bank HSBC di Meksiko
dan AS yang digunakan oleh bandar narkoba untuk mencuci uang mereka. Keterlibatan antara
Bank HSBC dan oknum kartel narkoba dilandasi oleh kepentingan ekonomi masing-masing
maka Economic Models dalam kasus ini sangat terlihat.
Economic models juga terdapat enterprise model, yang menjelaskan bahwa kejahatan
transnasional dalam kasus Money Laudenring ini dilihat melalui keuntungan yang didapat oleh
kedua belah pihak. Dana yang diberikan oleh oknum-oknum terhadap Bank HSBC sangat besar
sedangkan oknum tersebut akan mendapat keleluasan dalam melakukan pencucian uang
ilegalnya. Kemudian HSBC juga menyediakan layanan pencucian uang lebih dari $881 juta
untuk berbagai kartel narkoba termasuk kartel Sinaloa Meksiko dan kartel Norte del Valle
Kolombia serta HBUS menyediakan layanan perbankan koresponden, seperti transfer dana dan
pertukaran mata uang, yang merupakan sumber aliran gelap dalam menghadapi kontrol AML
yang lemah.
Model of Operation
Kasus Money Laundering Bank HSBC Amerika Serikat dapat dieksplorasi melalui
Strategis Model yang lebih terspesifikasi pada Risk Prevention. Dalam melalukan suatu
kejahatan Transnasional biasanya kelompok teorgansir melakukan peminimalisir resiko, ini
dilakukan denga napa yang disebut safe haven dimana terdapat tempat aman dengan tujuan
pengurangan risiko yang diterima. Money Laundering yang dilakukan HSBC Amerika Serikat
yang dapat kita singkat HBUS melakukan pengurangan risiko melalui penyediaan layanan
koresponden, itu meliputi transfer mengenai uang serta pertukaran mata uang dengan tujuan
mengakurasi kemampuan kontrol AML dalam mengidentifikasi kejahatan yang mereka
lakukan. Hal tersebut tentunya berimplikasi pada pelanggaran Hukum Internasional.
CONCLUSION
Transnational Organized Crime telah menjadi perahtian utama dalam tatanan global
dikarenakan kejahatan ini memiliki implikasi yang sangat kompleks dan komprehensif
terhadap negara-negara. kejahatan transnasional telah melewati lintas batas suatu negara,
dalam kasus diatas kejahatan transnasional yang di highlight adalah mengenai Money
Laundering bank HSBC Bank Amerika Serikat. Tulisan diatas telah mengeksplorasi
bagaimana Bank HSBC dapat terlibat dalam kasus penipuan uang dengan modus pencucian
uang atau yang biasa disebut sebagai Money Laundering. Dengan kompleksitas dari kasus
tersebut dapat dianalisa melalui beberapa level seperti level lokal, regional dan global. Menurut
laporan Bank HSBC memberikan izin transfer bernilai puluhan juta dolar AS ke penjuru dunia
tanpa adanya kalkulasi yang jelas. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa pencucian uang
tersebut berkaitan dengan pencucian uang dinaungi kejahatan terorisme. Bank HSBC
dikenakan denda sebesar miliar dolar dalam kasus tersebut, dalam level regional Bank HSBC
terlibat dalam beberapa kartel narkoba seperti Meksiko dan Kolombia dimana beberapa negara
dalam Kawasan regional Amerika Serikat berkaitan dengan apa yang terjadi terkait Bank
HSBC. Dalam kasus regional maka dapat dilihat bahwa kejahatan transnasionalisme ini
mengakurasi kemanan negara-negara regional Amerika Serikat. Mengaktifkan bisnis
peredaran narkoba dan terorisme yang disponsori negara dalam mengejar keuntungan
menyebabkan konsekuensi sosial yang mengerikan. Menyalahkan dapat ditempatkan di kaki
bank dan regulator sama.
Dalam level Global, studi kasus Bank HSBC menimbulkan perhatian yang lebih kepada
dunia Internasional. lembaga perbankan multinasional HSBC dihukum rekor $1,92 miliar oleh
Amerika Serikat karena melanggar undang-undang yang dirancang untuk mencegah pencucian
uang dan aktivitas keuangan ilegal lainnya. HSBC selalu dicurigai dan dua kali diberi
peringatan dan perintah untuk memperkuat program anti-pencucian uang oleh AS antara tahun
2003 dan 2010 tetapi gagal melakukan penyesuaian yang tepat. Denda $ 1,92 miliar, yang
dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Kerahasiaan. Amerika Serikat menjadi aktor yang
dapat dikatakan berperan tinggi dalam respon kasus tersebut. Dalam level lokal Citra HSBC
adalah baik, sehingga dalam kasus yang tak terduga setiap negara termaksud Indonesia sangat
merespon kejadian ini sebagai sebuah pembelajaran untuk lebih meningkatkan tingkat
keamanan dan evaluasi dalam setiap bank agar tidak terjadi kasus yang seperti ini. Untuk tidak
campur tangan langsung, setiap negara termaksud Indonesia tidak mengambil bagian apa-apa
dan membiarkan urusan terjadi antara negara yang saling bersangkutan.
Pada akhirnya denda yang dikenakan dan pelanggaran yang dijatuhkan kepada Bank
HSBC menimbulkan perdebatan yang serius, Denda $1,92 miliar dan masa pemantauan
percobaan selama 5 tahun tidak mungkin mencegah pelanggaran di masa depan serta
Konsekuensi jangka panjang dari Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan mungkin lebih
besar daripada kegunaan langsungnya. Ditambah lagi Departemen Kehakiman tidak memenuhi
tugas penuntutannya untuk mengejar hukuman bagi mereka yang melanggar hukum.
Sementara beberapa orang mungkin percaya bahwa Perjanjian Penuntutan yang Ditangguhkan
mempromosikan kepentingan terbaik Amerika Serikat, efek jangka panjangnya pada akhirnya
dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar.
REFERENCE :
(Bank Secrecy Act). (n.d.). Declaration of Purpose. Accessed online:
http://www.law.cornell.edu/uscode/text/31/5311.
DeGeorge, R. T. (2010). Business Ethics, Seventh Edition. Pearson Education, Inc. 2010.
HSBC’s Deferred Prosecution Agreement. (2012). HSBC’s Deferred Prosecution Agreement,
Statement of Facts. Case 1:12-cr-00763-ILG Document 3-3, December 11, 2012.
Kontan.id. (2012). https://internasional.kontan.co.id/news/hsbc-didenda-dalam-kasuspencucian-uang.
Lopez, L. (2013). Elizabeth Warren Savaged A Treasury Official During A Hearing On
HSBC’s International Money Laundering Scandal. Business Insider. March 7, 2013.
Accessed online: http://www.businessinsider.com/elizabeth-warren-hsbc-moneylaundering-2013-3.
Mill, J. S. (1957). Utilitarianism. Edited by Oskar Piest. Prentice-Hall, Inc. 1957.
Security Studies: An Introduction - Google Buku. (n.d.). Retrieved November 16, 2020, from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=isnfBQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&ot
s=qxcKgWJDDI&sig=3119wIrVV_RMrH8GpLAqWHxa2h0&redir_esc=y#v=onepage
&q&f=false
Security Studies. (n.d.). : An Introduction - from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=isnfBQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&o
t s=qxcKgWJDDI&sig=3119wIrVV_RMrH8GpLAqWHxa2h0&redir_esc=y#v=onepage
&q&f=false.
Stempel, J. (2013). HSBC Wins OK of Record $1.92 Billion Money Laundering Settlement.
Reuters. Accessed online: http://www.reuters.com/article/2013/07/02/us-hsbcsettlement-laundering-idUSBRE9611B220130702.
United Nations Convention against Transnational Organized Crime. (n.d.). Retrieved
December 4, 2020, from https://www.unodc.org/unodc/en/organizedcrime/intro/UNTOC.html
UNO, D. (2010). The Globalization of Crime: A Transnational Organized Crime Threat
Assessment. Documentation, New York. Retrivied November 17, 2020, from https://
www.unodc.org/documents/toc/factsheets/TOC12_fs_general_EN_HIRES.pdf.
Williams, P., & Goodson, R. (2002). Anticipating organized and transnational crime. Crime,
Law and Social Changne, 37, 311–355.
https://doi.org/https://doi.org/10.1023/A:1016095317864.
Williams, P. (1998). Transnational Organized Crime and National and International
Security : a Global Assesment. In Under Siege : Crime,Violence and Illegal Weapons.
Halfway House. Retrieved from
https://openlibrary.org/books/OL6830570M/Society_under_siege.
Williams, P. D. (2019). S Ecurity S Tudies : a N I Ntroduction. 356.
View publication stats
Download