BAB II LANDASAN TEORI A. Guru 1. Pengertian Guru Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.1 Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab 1 pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidika formal, pendidik dasar, dan pendidikan menengah”.2 Dalam penjelasan Undang-Undang ini dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru “sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis jenjang dan pendidikan tertentu”. Guru sering disebut sebagai pendidik, karena tugas dari guru disamping mengajar juga mendidik. Kata guru juga sering diberi pengertian berasal dari kata digugu atau ditiru. Pengertian ini wajar karena dalam pandangan masyarakat 1 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 5. Undang-Undang Guru dan Dosen, (Asa mandiri, Cet. Ke-IX, 2009), h. 2. yang namanya seorang guru harus berprilaku yang dapat dijadikan contoh dan teladan bukan saja bagi peserta didiknya tapi juga oleh masyarakat. 2. Syarat-syarat Guru Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya, sebagai suatu pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus memenuhi persyaratan tertentu. Adapun diantara persyaratannya adalah: a. Harus memiliki bakat sebagai guru. b. Harus memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki kepribadian yang baik dan intrintegrasi. d. Memiliki mental sehat, e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. f. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. g. Guru adalah seorang warga negara yang baik.3 Menurut Moh. Ali suatu pekerjaan profesional memerlukan prsyaratan khusus, yaitu: a. Menurut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, b. Mendekatkan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c. Menurut adanya tingkatan pendidikan keguruan yang memadai. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekertaan yang dilaksanakannya. e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. 3 Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: 2005), h. 66. Selain persyartan di atas Uzer Usman menambahkan, yaitu: a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. b. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya. c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukaan jasanya di masyarakat.4 Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa sesuai dengan tugas dan profesinya maka persyaratan tersebut di atas dapat diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kelompok yaitu: a. Persyaratan administrasi, seperti Warga Negara Indonesia, memiliki kode etik. b. Persyaratan tehnis, seperti berijazah pendidikan guru, menguasai dan terampil dalam mengajar. c. Persyaratan fisik, seperti berbadan sehat, yakni sehat jasmani dan rohani. d. Persyaratan mental, seperti keprobadian baik, bermoral dan berguna bagi masyarakat. 3. Tugas dan Kewajiabn Guru Guru adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah dan memperkembangkan anak agar menjadi dewasa. Guru memiliki 4 Moh. Uzer Usman, Op. Cit, h. 15. banyak tugas. Baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Ada tiga jenis tugas guru yaitu: a. Tugas dalam bidang profesi, meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b. Tugas dalam bidang kemanusiaan artinya guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orangtua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. c. Tugas bidang kemasyarakatan, artinya guru mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila dan ikut serta mencerdaskan bangsa.5 Fungsi dan tugas seorang guru dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Sebagai pengajar (intruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan. b. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT. menciptakannya. c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, 5 Moh. Uzer usman, Op. Cit, h. 6-7. pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.6 Adapun yang menjadi tanggung jawab menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, pada Pasal 20 dinyatakan bahwa, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban; a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni. c. Bertindak objektif dan tidkan diskriminatif atas dasar perkembangan jenis kelamin, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika, dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.7 Selanjutnya dalam perpektif keagamaan pun (dalam hal ini Islam), menurut penulis memandang bahwa tugas sebagai guru adalah pengemban amanah ama ma’ruf nahi munkar. Sejalan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT. seperti yang terdapat pada al-Qur’an surat al-Imran ayat 104 sebagai berikut: 6 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia group, 2014), h. 91. 7 Undang-Undang Guru dan Dosen, Op. Cit, h. 11. Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran: 104)8 Dari ayat tersebut, maka fungsi seorang guru sebagai suatu golongan dari komunitas manusia yang diberikan ilmu keguruan yang paling utama adalah mengamalkan ilmunya untuk beramar ma’ruf nahi munkar, mengajak manusia dalam hal ini peserta didik kepada kebaikan (beramal shaleh) dan mencegah peserta didik berbuat yang munkar (segala bentuk kejahatan, keburukan) ilmu pengetahuan yang Allah berikan kepada kita adalah amanah, yang harus kita implementasikan haknya, yaitu dimanfaatkan untuk diamalkan, diajarkan dan ditranfer kepada peserta didik dan orang lain untuk kepentingan lain. Dalam menunaikan tugas sebagai pengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar tersebut, guru tidak cukup hanya mengajar, dalam arti menyampaikan pelajaran kepada peserta didik tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengamalkan apa yang ia sampaikan dan member suri tauladan kepada peserta didik. Karena Allah sangat murka kepada orang yang hanya bias berbicara tanpa 8 Depag RI, al-Qur’an Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2005), h. 63. mengamalkannya, sebagaimana firman-Nya pada surat as-Shaf ayat 1-3 yang artinya: 1. Bertasbih karena Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 2. Hai orang-orang yang tidak beriman, kapnkah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? 3. Amat n=besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Menurut Kulyubi Mahsan, ketiga ayat tersebut tersusun dari dua komposisi kalimat yaitu pertama ayat 1 dan yang kedua ayat 2 dan 3. Ayat 3 menjelaskan celaannya pada orang-orang mukmin yang mengatakan sesuatu tetapi tak mau melaksanakannya. Penjelasan itu berupa ancaman bahwa mereka akan mendapat murka dan kutukan Allah SWT. Jadi rumusan maksud ayatnya adalah: 1. Allah SWT. memberitahukan kepada umat Islam bahwa segala benda langit dan bumi serta segenap isinya senantiasa bertasbih, taat kepadaNya. 2. Allah SWT. mencela praktek “lain bicara lain berbuat”, dan menyatakan bahwa Dia paling benci pada orang yang berperilaku demikian”.9 9 Kulyubi Mahsan-Chairunnisa, Tafsir Tarbawi, Teori Kependidikan Agama Islam, (Fakultas Tarbiyah IAIN Bandar Lampung, 2006), h. 183. Kemudian yang berhubungan dengan kewajiban guru, guru berkewajiban mengamalkan ilmunya dengan cara mengajar, mendidik, melatih dan melakukan penilaian terhadap anak didik, yang pada akhirnya dengan menunaikan kewajibannya tersebut dengan baik peserta didik akan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula. Prestasi disini bukan hanya sekedar peserta didik paham akan pelajaran yang disampaikan guru dan mendapatkan angka nilai yang baik tetapi yang tak kalah pentingnya adalah peserta didik dapat merubah sikap, prilakunya dan mengamalkannya apa yang ia pelajari, Guru pun berkewajiban mempertanggung jawabkan tugas yang diembannya bukan saja tanggung jawab itu hanya sebatas tanggung wajab moral seorang guru terhadap peserta didik, akan tetapi jauh dari itu. Guru akan mempertanggung jawabkan atas segala tugas yang dilaksanakan kepada Allah SWT. Sebagaimana hadits Rasulullah, yang artinya “dari ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah Saw bersabda; masing-masing kamu adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap keluarganya, dan istri adalah pengembala di tengah-tengah rumah tangga suami dan terhadap anaknya. Setiap orang diantara kalian adalah pengembala, dan masing-masing bertanggung jawab atas apa yang digembalakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)”.10 Berdasarkan semua penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kewajiban guru tersebut di atas dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu: 10 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 97. 1. Tugas dan kewajiban guru sebagai profesi, artinya tugas dan kewajiban guru harus dilaksanakan secara professional. 2. Tugas dan kewajiban guru sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat, artinya tugas dan kewajiban guru didasarkan pada undang-undang dan peraturan pemerintahan agama yang dianutnya. 3. Tugas keagamaan, artinya tugas dan kewajiban guru yang dilaksanakan berdasarkan pemerintah agama yang dianutnya. Tugas dan kewajiban guru yang paling utama adalah membimbing dan mendidik peserta didik supaya mereka mendapat prestasi belajar yang baik dan dapat diamalkan ilmunya, yang pada akhirnya mereka benar-benar tumbuh menjadi seorang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Tugas mulia yang diemban guru, hanya akan berhasil bila sosok seorang guru tahu dengan tugas dan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai guru. Hal ini tentu saja membutuhkan guru yang berkompetensi dalam menjalankan tugasnya. 4. Kode Etik Guru