BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian global yang semakin terkoneksi secara luas mengharuskan para pemangku kepentingan (stakeholders) sebuah perusahaan nasional ataupun multinasional mengetahui issue yang harus dijelaskan dan disebarkan kepada keseluruhan masyarakat luas. Bukan hanya untuk pemangku kepentingan (stakeholders) melainkan para pembuat kebijakan pun juga harus mengetahui perkembangan- perkembangan tersebut. Menurut Li dan Gaur, 2014, “As the worldwide economies are increasingly interconnected through trade and investment, mainly due to the growth of multinational companies from the developed countries, the issues of what to disclose have been playing, and what kind of reporting should be disclosing for national and international stakeholders become more important, not only for stakeholders but also for policy makers.” Laporan lain telah ditemukan seperti, intellectual capital statements, value reporting, dan laporan keberlanjutan yang merupakan kebutuhan baru dari para pemegang saham selain laporan keuangan yang sudah ada sebelumnya (Wulf et al.,2014). Terkait hal tersebut tentunya terdapat beberapa alat yang menjadi tolak ukur dalam mengukur kinerja performance sebuah perusahaan. Saat ini, kinerja Lingkungan, Sosial dan Tata kelola (LST) atau Economic, Sosial, and Governance (ESG) yang baik telah menjadi sebuah topik yang penting untuk diteliti sejak beberapa penelitian yang menunjukan hubungan positif antara ESG dengan kinerja keuangan sebuah perusahaan. Indikator ESG diciptakan untuk menangkap dan menjelaskan dimensi lain dari performa sebuah perusaahaan yang tidak dapat tercermin dari data akuntansi (Bassen & Kovacs, 1 2 2008). Baldini et al. (2016) berpendapat bahwa negara dengan factor yang spesifik seperti pemerintahan, tenaga kerja dan ekonomi mempengaruhi laporan ESG sebuah perusahaan secara signifikan. Hal tersebut lah yang membuat diperlukannya investigasi secara menyeluruh hubungan antara ESG dan kinerja dengan faktor spesifik dari sebuah perusahaan. Laporan keberlanjutan atau sustainability report (SR) merupakan sebuah alat baru untuk mengungkapkan filosofi yang berkonsentrasi untuk menciptakan future value yang berhubungan langsung dengan kebijakan bisnis sebuah perusahaan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sustainibility Reporting atau laporan berkelanjutan merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka untuk mengungkapkan (disclose) atau mengkomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan mengenai kinerja Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola yang baik (LST) secara akuntabel. Penerbitan laporan keberlanjutan ini hampir sebagian berdasarkan mengacu pada Global Reporting Index (GRI). Menurut Global Reporting Initiative, 2016 “An SR is a report published by a company or organization about the economic, environmental and social impacts caused by its everyday activities. An SR also presents the organization’s values and governance models and demonstrates the link between its strategy and its commitment to a sustainable global economy”. Saat ini, pengungkapan Sustainability Report di Indonesia masih bersifat sukarela. Dari 500 sekian perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sekitar 9% diantaranya telah menerbitkan laporan keberlanjutan ini. Namun demikian, laporan keberlanjutan ini nantinya akan menjadi sebuah kewajiban bagi 3 tiap-tiap perusahaan seperti yang sudah diatur dalam regulasi OJK dalam POJK nomor 51/POJK.03/2017 yang diterbitkan pada tanggal 18 Juli 2018. Good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu penelitian yang paling banyak digunakan dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan menjadi pertimbangan para investor dalam mengambil pilihan dalam berinvestasi, namun perlahan muncul sebuah tren baru dimana para investor juga mempertimbangkan faktor lainnya yaitu lingkungan, social, dan tata kelola perusahaan dengan menggunakan ESG score. ESG score nantinya akan membantu investor dalam mengetahui pengaruh dari faktor-faktor ESG tersebut terhadap kinerja keuangan yang biasanya tercermin dari return on asset, return on equity ataupun Tobin’s Q models. CFA Institute (2008) menjelaskan indikator yang terdapat pada variable ESG dan mempertimbangkan berbagai aspek di dalamnya. Dalam mengukur indikator kinerja lingkungan, kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan environmental disclosure score yang diukur dan dilihat dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan dan apa dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan seperti emisi karbon yang dihasilkan, emisi gas rumah kaca, pengungkapan atau pengukuran, pelaporan, perubahan iklim (yang diakibatkan oleh operasional perusahaan), perubahan ekosistem, fasilitas yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, pemberian izin usaha, polusi, energy yang terbarukan, penipisan sumber daya alam, pembuangan limbah, penggunaan bahan kimia yang beracun, dan lain-lain. 4 Pengukuran kinerja sosial perusahaan diukur menggunakan social disclosure score dengan melihat beberapa indikator, seperti kesejahteraan lingkungan (binatang), child labor, diskriminasi, keberagaman karyawan, fasilitas yang dapat menimbulkan risiko social, permasalahan upah karyawan, kontribusi dan risiko politil, pelecehan seksual, perbudakan, pemilihan dewan penasehat pada executive compensation, dan lainnya. Indikator tata kelola (governance) perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan governance disclosure score yang melihat beberapa indikator yaitu executive compensation, hubungan antar pemangku kepentingan perusahaan (stakeholder), hak pemangku kepentingan (stakeholders), pembagian posisi jabatan, pengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain. Berdasarkan data yang diperoleh dari survey yang dilakukan CFA Institute pada tahun 2015 mengenai faktor apa yang paling banyak digunakan dalam mempertimbangkan keputusan investor dalam berinvestasi dengan melihat kinerja keuangan perusahaan, dari 44.131 responden 27% diantaranya mengatakan bahwa mereka tidak mempertimbangkan faktor ESG dalam berinvestasi, dan menunjukan 73% diantaranya mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial dan tata kelola dalam mengukur kinerja perusahaan untuk memutuskan keputusan investasi. Dari 73% responden tersebut, sebanyak 64% mayoritas mempertimbangkan tata kelola sebagai indikator yang paling dipilih untuk memutuskan penilaian investasi, 50% memilih faktor lingkungan dan 49% memilih faktor sosial. Dibawah ini merupakan hasil survey tersebut 5 Gambar 1.1 Faktor-Faktor ESG dalam Keputusan Investasi Which, if any, of the following ESG issues do you take into account in your investment analysis or decisions? 64% 50% 49% 27% Governance Environmental Social I do not take ESG factors into consideration Sumber: CFA Institute, 2015 Dari survey yang dilakukan oleh CFA Institute tersebut, membuktikan bahwa keputusan investasi investor dipengaruhi oleh ESG dari segi non-keungan. Investor pastinya memutuskan perusahaan mana yang akan diinvestasikan karena melihat kinerja yang baik dari perusahaan tersebut yang tercermin dari ESG score. Dengan semakin berkembangnya perekonomian dunia, yang saling terkoneksi antara satu sama lain mendorong kesuksesan ekonomi Indonesia dan teknologi modern yang telah mendorong pemerintah dalam menetapkan target PDB sebesar 4,0-4,5 triliun dan pertumbuhan ekonomi direntang 8-9% di periode 2015-2025. Dalam usaha untuk mencapai target ini, hal yang pasti mengikuti hal ini adalah kerusakan lingkungan dan kehidupan sosial. Untuk itu pemerintah mencanangkan keuangan berkelanjutan dalam upaya menyeimbangkan kedua hal tersebut, dan membutuhkan kontribusi dari perusahaan dalam menjalankan hal ini. 6 Dalam upaya tersebut, pemerintah menunjuk 8 bank sebagai pilot project untuk memulai hal ini. Bank sebagai salah satu akar penting dalam membantu pertumbuhan ekonomi seperti perusahaan menjadi objek penelitian karena turut mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. Di Indonesia sendiri perkembangan jumlah Lembaga Jasa Keuangan atau Non Perbankan yang telah melaporkan laporan berkelanjutan menurut OJK dapat dilihat dengan detail dibawah ini Gambar 1.2 Infografik Lembaga Jasa Keuangan dan Emiten yang menerbitkan Sustainability Report Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2017 7 Gambar diatas menunjukan signifikansi dari jumlah perusahaan perbankan yang belum menerbitkan atau membuat sustainability report sebagai salah satu laporan yang dapat digunakan para investor sebagai tolak ukur dalam menentukan keputusan investasi. Dengan berkonsentrasi pada future value yang dihubungkan dengan kebijakan bisnis masing-masing perusahaan, laporan berkelanjutan diharapkan mampu mencerminkan kinerja dari perusahaan tersebut. Menggunakan return on asset (ROA) sebagai tolak ukur dari financial performance dan nilai mendatang diukur dengan Tobin’s Q dapat memberikan penjelasan lebih mengenai pengaruh ESG tersebut terhadap kinerja perusahaan. Lebih lengkapnya, pada penelitian ini juga memasukan variable makroekonomi yaitu gross domestic products (GDP) untuk mengontrol hubungan antara ESG dengan kinerja perusahaan yang dapat diterapkan di berbagi negara. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Baldini et al. (2016) menyebutkan bahwa faktor spesifik sebuah negara seperti tata kelola, tenaga kerja dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ESG. Menurut (Wanjohi et al., 2017) semakin tinggi tingkat manajemen risiko sebuah bank makan semakin tinggi pula hasil kinerja keuangan perusahaan tersebut. Menurut Uwuigbe dan Buallay (2018) mengatakan bahwa semakin tinggi ESG score maka tercermin juga performance kinerja yang bagus dari perusahaan tersebut. Namun beberpa penelitian menunjukan hasil yang berbeda, dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa SR tidak mencerminkan hubungan dengan kinerja perusahaan yang baik. Nwobu (2015) menemukan hanya sedikit 8 korelasi positif antara sustainability report dalam menghasilkan revenue, dan juga terdapat hubungan positif yang rendah antara sustainability report terhadap kepemilikan dari pemegang saham. Penelitian-penelitian terdahulu tersbut beberapa menghasilkan penelitian yang berbeda kemungkinan dikarenakan menggunakan metode penelitian yang berbeda, menggunakan variable independent yang berbeda ataupun rentang waktu yang berbeda. Selain itu, kebanyakan penelitian yang telah dilakukan menggunakan data-data perusahaan di beberapa negara seperti perbankan Eropa. Maka dari itu penulis ingin mencoba menerapkan penelitian dan melakukan penelitian lebih jauh terhadap perusahaan perbankan di Indonesia 1.2 Rumusan Masalah Dengan mengetahui latar belakang tersebut, maka penelitian ini membantu para stakeholders ataupun para pembuat kebijakan publik untuk mengetahui hubungan antara ESG terhadap kinerja sebuah perusahaan, untuk nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga penelitian ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh ESG terhadap kinerja perusahaan (ROA)? 2. Bagaimana pengaruh ESG terhadap kinerja keuangan (ROE)? 3. Bagaimana pengaruh ESG terhadap market performance (Tobin’s Q)? 9 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan dan manfaat masingmasing. Tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara economic, social, governance (ESG) terhadap kinerja perusahaan. Adapu manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil analisa menggunakan variable-variabel tingkat kesehatan bank 2. Untuk mengetahui pengaruh dari variable-variabel tingkat kesehatan bank terhadap pergerakan harga saham perbankan 3. Memberikan rekomendasi kepada para investor dalam melakukan keputusan investasi pada perusahaan 9ector perbankan. 4. Untuk memberikan tambahan ilmu untuk orang-orang yang tertarik di pasar modal dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sustainability Report (ESG) Awal mula ESG berasal dari gagasan yang terdapat dalam bidang Sustainability Report Index (SRI). Strategi dari SRI ini tidak hanya mengambil aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan aspek lainnya seperti lingkungan, sosial dan juga tata kelola perusahaan. Laporan berkelanjutan ini merupakan sebuah tindakan yang terus diingkatkan yang mengarah kepada pengembilan keputusan eksternal internal, transparansi yang besar dan berkontribusi dalam hal lain (Eccles et al., 2015). ESG sendiri memiliki konsep yang sama dengan konsep Triple Bottom Line- People, Planet Profit- by Elkington (1997). Planet menunjuk pada pemenuhan kewajiban mengenai lingkungan dari perusahaan, People menunjuk pada pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap komunitas pekerja yang berkerja dalam perusahaan, dan ‘Profit’ yang menunjuk kepada kemampuan perusahaan dalam meyajikan nilai ekonomis dan juga keuntungan dari perusahaan (Elkington, 1997). Menurut US SIF Foundation (2012), selain lingkungan dan aspek sosial, investor institusi lebih memilih untuk menggunakan tata kelola perusahaan sebagai kriteria untuk memutuskan analisis SRI mereka. ESG diharapkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dikarenakan adanya teori pengurangan modal dari “cost of capital”, biaya yang muncul atau dikeluarkan oleh perusahaan terbentuk atau tercipta karena adanya hubungan parallel mengenai pengurangan dari cost of capital. Menurut Mackey et al., 11 responsible sosial merupaka sebuah produk yang dijual oleh perusahaan kepada investor. 2.1.2 Global Reporting Initiative (GRI) Standar GRI dirancang untuk meningkatkan daya banding di seluruh dunia dan kualitas dari informasi mengenai akibat dari hal ini. Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh organisasi-organisasi untuk melaporkan efek dari kinerja mereka yang terkait dengan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. (GRI, 2016). Standar GRI sendiri terbagi menjadi 2 bagian penting, yaitu standar universal dan juga standar untuk suatu topik yang spesifik. Standar global dari GRI terdiri dari: - GRI 101 : Landasan (Foundation) - GRI 102 : Pengungkapan Umum (General Disclosure) - GRI 103 : Pendekatan Manajemen (Management Approach) Dan diikuti dengan urutan topic spesifik yang membahas mengenai ketiga hal pokok dalam ESG yaitu, - GRI 200 : Standar Ekonomi - GRI 300 : Standar Lingkungan - GRI 400 : Standar Sosial 2.1.3 Kinerja Keuangan Definisi kinerja keuangan menurut Fahmi (2014:2) merupakan sebuah analisis untuk mengukur dan melihat sejauh mana perusahaan melaksanakan aturan-aturan keuangan dengan baik dan benar, sesuai dengan acuan yang telah 12 digunakan, contoh sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia (SAK) atau General Accepted Accountanting Principle (GAAP). Indra Bastian (2006:274) mengatakan kinerja keuangan merupakan gambaran pencapaian dari pelaksanakan program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Menurut Kasmir (2012:104), penilaian dan pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menghitung rasio-rasio keuangan, dimana rasio keuangan tersebut merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan. 2.1.3.1 Return on Asset Dari sekian banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan, salah satu yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan paling mudah yaitu menggunakan rasio profitabilitas. Kasmir (2012:196) mengatakan bawha rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Salah satunya adalah return on asset (ROA). ROA menjadi pertimbangan dalam pengukuran kinerja perusahaan karena mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau yang nantinya dapat diproyeksikan ke masa mendatang. Semakin besar ROA suatu perusahaan maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan hal tersebut mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola asset mereka. 13 Rumus 2.1 Return on Asset (ROA) 2.1.3.2 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio laba dibagi dengan ekuitas. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan modal yang dimiliki untuk memberikan laba (Fahmi, 2011). Menurut Kasmir (2014), rasio ini menunjukan tingkat efisiensi dari penggunaan modal sendiri. Tingkat ROE yang tinggi menunjukan kinerja yang semakin baik. Rumus 2.2 Return on Equity (ROE) 2.1.4 Tobin’s Q Models Tobin’s q merupakan pengukur kinerja yang membandingkan dua penilaian dari asset yang sama. Menurut Fiakas (2005), Tobin’s q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan. Fiakas (2005) menjelaskan kembali apabila perusahaan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilia dasar sebelumnya maka akan diperlukan biaya untuk meningkatkan kembali. 14 Tobin’s q secara cepat dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keputusan investas, karena mampu mencerminkan kinerja perusahaan yang baik dengan hasil perhitungan dimana modal investasi baru yang tinggi dapat memberikan keuntungan di masa depan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya investasinya (Fiakas, 2005). 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, hasil yang dihasilkan cukup bervariatif karena tidak semua menunjukan hubungan yang positif ataupun dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh sama sekali antara ESG dengan kinerja perusahaan. Menurut Steyn (2014) SR memiliki kontribusi dalam membuat bisni menjadi lebih baik dengan tingginya dan baiknya kinerja sebuah perusahaan. El Ghoul et al. (2011) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa rendahnya cost of capital maka akan menimbulkan ESG score yang tinggi yang menimbulkan sebuah ketertarikan baru terhadap teori cost of capital. Waddock and Graves (1997) menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi sebuah perusahaan terhadap kebijakan public yang dikeluarkan. Sehingga mengakibatkan timbulnya pemikiran bahwa ESG merupakan produk yang cukup berpotensi di beberapa tahun mendatang. Berbeda dengan penelitian sebelumnya Uwuigbe (2018) menemukan adanya hubungan dan pengaruh negative antara harga saham dengan sustainability 15 report, namun terdapat hubungan signifikan antara sustainability report dalam menghasilkan dan meningkatkan pendapatan. Nwobu (2015) menemukan bahwa adanya korelasi positif yang kecil antara SR index terhadap keuntungan sebuah perusahaan, dan adanya hubungan positif yang cukup rendah antara SR index dengan kepemilikan shareholders. Penelitian paling baru yang dilakukan oleh Gunarsih, Setiyono, Sayekti dan Novak juga menunjukan adanya hubungan yang positif antara GCG dengan performa perusahaan yang tercermin dari ROE dan TQ. Namun dari beberapa penelitian tersebut terdapat beberapa teori dan penelitian yang berfokus pada sisi negative dari ESG dan kinerja perusahaan. Hong dan Kaperczyk pada tahun 2009 dan Statman dengan Glushkov pada tahun 2009 menemukan bahwa hasil ESG yang sungguh sangat amat bagus tidak tercermin kepada harga sebuah saham dari salah satu nasabah mereka. 2.3 Kerangka Pemikiran ESG score Financial Leverage Total Assets GDP Financial Performance - ROA - ROE - Tobin’s q 16 Dari kerangka konseptual diatas, peneliti bermaksud untuk mencari tahu pengaruh dari variable- variable environmental disclosure, social disclosure, governance disclosure terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dari ROA (operasional), ROE (keuangan) dan juga tobin’s (market performance).sehingga nantinya dpat diketahui bersama bagaimana hubungan dan pengaruh dari ESG yang diukur dari variabel2 diats terhadap kinerja sebuah perusahaan. GDP, total asset dan financial leverage dimasukan juga untuk mengontrol variable-variabel untuk menghindari adanya variable yang berkorelasi yang dapat menyebabkan penyakit kausalitas. 2.4 Hipotesa Dari beberapa hasil temuan dari penelitian-penelitian terdahulu kebijakan ESG dalam perusahaan masih perlu dibangun untuk menguji hasilnya di Indonesia, karena hampir emua perusahaan memiliki biaya yang telah dikeluarkan untuk mengharapkan adanya tambahan performa yang positif dari biaya tersebut, pendapatan yang stabil dan pengembalian yang lebih rendah dari investor. Dengan harapan sebuah perusahaan dapat menurunkan risikonya dan menjadi lebih efisien, maka dari itu kamu menyimpulkan beberapa hipotesis H1 : Terdapat hubungan yang positif antara ESG dan kinerja operasional (ROA) Hasil dari ESG score tersebut nantinya dapat mencerminkan porsi dari goodwill sebuah perusahaan, sehingga ESG score yang positif ini dipercaya dapat mendorong bertambahnya pengembalian terhadap asset perusahaan. 17 H2 : Terdapat hubungan yang positif antara ESG dan kinerja keuangan (ROE) H3 : Terdapat hubungan positif antara ESG dengan kinerja perusahaan (Tobin’s q) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Teknik penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel. Umumnya teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Variabel yang digunakan penulis sebanyak 9 buah, dengan variabel dependen “Kinerja Peusahaan” yang tercermin dan diukur menggunakan ROA, ROE, dan Tobin’s q dan variabel independen “Environmental disclosure, sosial disclosure, governance disclosure, financial leverage, total assets, GDP”. Objek pada penelitian ini adalah 8 bank yang telah mengeluarkan sustainability report dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan metode regresi data panel dengan alat bantu e-views 9. Regresi data panel adalah analisis regresi yang menggabunggkan data time series dan cross section. Secara umum dengan menggunakan data panel akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaan sangat bergantung pada asumsi kita (Widarjono, 2009). 18 19 3.2 Variabel dan Pengukuran Pada umumnya variabel dibedakan menjadi 2 jenis, yakni variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1 Variabel Dependen dan Pengukurannya Variabel dependen pada penelitian ini adalah kinerja perusahaan Bnak di Indonesia yang dilihat dengan menggunakan return on asset, return on equity, dan Tobin’s Q models. Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Tobin’s Q models q = (MVS + D) / TA keterangan: MVS = market value of outstanding shares D = Debt TA = Total asset 20 3.2.2 Variabel Independen dan Pengukurannya Nilai dari ESG score merupakan rata-rata dari 3 disclosure dari SR indeks yaitu economi, environmental dan sosial. Indeks ini mengacu pada GRI sebagai acuan. Masing aspek SR memiliki formula sebagai berikut a. Economic disclosure dimana SRDIec n : = = k = SR disclosure index economic dimension total number of levels disclosure in economic dimension disclosed by the company total item of economic dimension published by the company b. Environmental disclosure dimana SRDIenv n : = = k = SR disclosure index environmental dimension total number of levels disclosure in economic dimension disclosed by the company total item of environmental dimension published by the company c. Social disclosure dimana SRDIsoc n : = = k = d. SR average SR disclosure index social dimension total number of levels disclosure in economic dimension disclosed by the company total item of social dimension published by the company 21 3.3 Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder yang selanjutnya diolah sesuai dengan kebutuhan. Dimana data-data tersebut diperoleh dari laporan publikasi di halaman website Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk memenuhi jumlah observasi dipakai panel data sebagai berikut: Panel data = (time series x cross section) x variable = 4 tahun x 8 perusahaan x 6 variabel = 192 Populasi pada penelitian ini ialah bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel dari populasi peneltian ini dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu metode penentuan sampel yang didasarkan atas pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu. Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan dan harus dipenuhi. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 1. Bank umum yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di bawah tahun 2013 2. Bank yang mengeluarkan Sustainability Report dari tahun 2015-2018 3. Publikasi laporan keuangan dan tahunan yang dibutuhkan selama tahun 2013-2017 Dari kriteria tersebut didapatkan hasil bank sebagai berikut: 22 Tabel 1.1 Daftar Bank yang Memenuhi Kriteria No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk PT Bank Negara Indonesia Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Tabungan Negara Tbk PT Bank Jabar Banten Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk 3.4 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi panel data. Regresi panel adalah gabungan antara data times series dan data cross section (banyak objek dan banyak waktu). Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data, yakni time series dan cross section yang mampu menyediakan data lebih banyak, sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari time series dan cross section ketika ada dapat mengatasi masalah yang timbul masalah penghilangan variabel (omitted-variabel) (Widarjono, 2009). Regresi panel juga dapat digunakan jika peneliti dihadapkan pada masalah terbatasnya jumlah sampel yang terlalu sedikit sehingga untuk menambah jumlah sampel dapat dilakukan pooling/panel. Persamaan model regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 23 Perf itg = α + β1ESGit + β2TAit + β3FLEVit + β4GDPit + eit dimana Perfitg α β1ESGit β2TAit β3FLEVit β4GDPit eit : = = = = = = = Kinerja perusahaan (ROA/ROE/Tobin’s q) konstanta ESG score / SR average Total Asset perusahaan Financial leverage GDP error Dengan keunggulan tersebut maka implikasinya adalah tidak perlu dilakukan dengan pengujian asumsi klasik terhadap variabel dependen, seberapa besar pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara mampu menerangkan variabel dependen. individual Pengujian hipotesis dilakukan melalui regresi yang menggunakan program e-views dengan membandingkan tingkat signifikasinya masing-masing variabel independen dengan tarif α (5% = 0,05) (Gujarati, 2006) 3.4.1 Metode Data Panel Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model, yaitu sebagai berikut: 3.4.1.1 Common Effect Model (Pooled Least Squares) Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series. Untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan data cross-section dengan data time series (pool data). Data gabungan ini diperlakukan sebagai suatu kesatuan pengamatan untuk mengestimasi common effect. Dengan menggabungkan data, maka kita tidak dapat melihat perbedaan baik antar individu maupun antar waktu. Diasumsikan 24 bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu (Widarjono, 2009). 3.4.1.2 Fixed Effect Model Fixed Effect disini maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant). Untuk membedakan satu objek dengan objek yang lainnya, digunakan variabel semu (dummy). Oleh karena itu model ini sering juga disebutdengan Least Squares Dummy Variables dan disingkat LSDV 3.4.1.3 Random Effect Model Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap yang menggunakan vaiabel semu (dummy), sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek random menggunakan residual (error component) yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek (Widarjono, 2009). 3.4.2 Pemilihan Model Keputusan analisis data panel didasarkan pada dua uji, yakni Chow- test dan Hausman Test untuk memutuskan model mana yang sebaiknya dipilih antara common effect, fixed effect, atau random effect. 25 3.4.2.1 Uji Chow Chow test digunakan untuk memilih kedua model diantara Model Common Effect dan Model Fixed Effect. Asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkannya setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda menjadi dasar dari uji chow. Model Common Effect akan diuji dengan model Fixed Effect dengan menggunakan Chow Test (Redundant Fixed Effect), yang menghasilkan hipotesis sebagai berikut: Ho Ha : Common Effect (Pooled Least Squares) Model : Fixed Effect Model Pada penentuan hipotesis di atas, apabila Prob. Cross-Section F < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga model Common Effect (Pooled Least Squares) terpilih. Begitu sebaliknya apabila Prob. CrossnSection F > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga model Fixed Effect Model terpilih. Jika hasil membuktikan bahwa Common Effect (Pooled Least Squares) lebih tepat maka analisa tidak dilanjutkan, tetapi jika Fixed Effect lebih tepat maka dilanjutkan dengan Random Effect. Apabila Random Effect lebih baik dari Fixed Effect maka dilanjutkan dengan Hausman Test (Widarjono, 2009). 3.4.2.2 Uji Hausman Uji hausman adalah untuk memilih apakah metode Fixed Effect dan metode Random Effect lebih baik dari metode Common Effect. Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy Variables (LSDV) dalam metode-metode Fixed Effect dan Generalized Least Squares (GLS) dalam metode 26 Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Squares (OLS) dalam metode Common Effect tidak efisien. Dilain pihak, alternatifnya adalah metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas, sehingga dapat dirumuskan hipotesis: Ho : Model Random effect Ha : Model Fixed Effect Berdasrkan hipotesis di atas, jika hasil menunjukkan Prob. Cross-section random < α 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga model yang terpilih adalah Fixed Effect. Namun jika Prob. Cross-section random > α 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga yang terpilih pada uji hausman adalah model Random Effect. 3.4.3 Uji Kecocokan Model Uji kecocokan model atau koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen yang ditunjukan pada nilai Adjusted R-squared. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya (Ghozali, 2011). Setelah melakukan semua tahapan regresi untuk menentukan pemilihan model, Uji Hipotesis, dan Uji koefisian determinasi kemudian dilakukan interpretasi hasil. 27 3.4.4 Uji Hipotesis 3.4.4.1 Uji Simultan (Uji F) Uji pengaruh simultan (F test) bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis dalam pengujian ini ialah sebgai berikut: Ho : Secara bersama-sama tidak ada pengaruh antara variable independen dan variabel dependen : Secara bersama-sama ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen Ha Keputusan hipotesis pada alat regresi e-views dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika Prob. F-stat < α = 5%, maka yang terjadi adalah Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga secara bersama-sama terdapat pengaruh antara variable independen dan variabel dependen. Begitu sebaliknya jika Prob. F-stat > α = 5%, maka yang terjadi adalah Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. 3.4.4.2 Uji Parsial (Uji-t) Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, seberapa jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual mampu menerangkan variabel dependen. Keputusan Hipotesis pada uji-t ialah sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Ha : Ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. 28 Keputusan hipotesis pada e-views ialah sebagai berikut: Prob t-stat < α = 5% : Ho ditolak, Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen Prob t-stat > α = 5% : Ho diterima, Ha ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.