Uploaded by md.melody7

Pendahuluan ESG dan Laporan Keberlanjutan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian global yang semakin terkoneksi secara luas mengharuskan
para pemangku kepentingan (stakeholders) sebuah perusahaan nasional ataupun
multinasional mengetahui issue yang harus dijelaskan dan disebarkan kepada
keseluruhan masyarakat luas. Bukan hanya untuk pemangku kepentingan
(stakeholders) melainkan para pembuat kebijakan pun juga harus mengetahui
perkembangan- perkembangan tersebut. Menurut Li dan Gaur, 2014,
“As the worldwide economies are increasingly interconnected through trade and
investment, mainly due to the growth of multinational companies from the
developed countries, the issues of what to disclose have been playing, and what
kind of reporting should be disclosing for national and international stakeholders
become more important, not only for stakeholders but also for policy makers.”
Laporan lain telah ditemukan seperti, intellectual capital statements, value
reporting, dan laporan keberlanjutan yang merupakan kebutuhan baru dari para
pemegang saham selain laporan keuangan yang sudah ada sebelumnya (Wulf et
al.,2014). Terkait hal tersebut tentunya terdapat beberapa alat yang menjadi tolak
ukur dalam mengukur kinerja performance sebuah perusahaan.
Saat ini, kinerja Lingkungan, Sosial dan Tata kelola (LST) atau Economic,
Sosial, and Governance (ESG) yang baik telah menjadi sebuah topik yang penting
untuk diteliti sejak beberapa penelitian yang menunjukan hubungan positif antara
ESG dengan kinerja keuangan sebuah perusahaan. Indikator ESG diciptakan
untuk menangkap dan menjelaskan dimensi lain dari performa sebuah
perusaahaan yang tidak dapat tercermin dari data akuntansi (Bassen & Kovacs,
1
2
2008). Baldini et al. (2016) berpendapat bahwa negara dengan factor yang spesifik
seperti pemerintahan, tenaga kerja dan ekonomi mempengaruhi laporan ESG
sebuah perusahaan secara signifikan. Hal tersebut lah yang membuat
diperlukannya investigasi secara menyeluruh hubungan antara ESG dan kinerja
dengan faktor spesifik dari sebuah perusahaan.
Laporan keberlanjutan atau sustainability report (SR) merupakan sebuah
alat baru untuk mengungkapkan filosofi yang berkonsentrasi untuk menciptakan
future value yang berhubungan langsung dengan kebijakan bisnis sebuah
perusahaan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sustainibility Reporting atau
laporan berkelanjutan merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan
dalam
rangka
untuk
mengungkapkan
(disclose)
atau
mengkomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan mengenai kinerja
Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola yang baik (LST) secara akuntabel.
Penerbitan laporan keberlanjutan ini hampir sebagian berdasarkan
mengacu pada Global Reporting Index (GRI). Menurut Global Reporting
Initiative, 2016
“An SR is a report published by a company or organization about the economic,
environmental and social impacts caused by its everyday activities. An SR also
presents the organization’s values and governance models and demonstrates the
link between its strategy and its commitment to a sustainable global economy”.
Saat ini, pengungkapan Sustainability Report di Indonesia masih bersifat
sukarela. Dari 500 sekian perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sekitar 9% diantaranya telah menerbitkan laporan keberlanjutan ini. Namun
demikian, laporan keberlanjutan ini nantinya akan menjadi sebuah kewajiban bagi
3
tiap-tiap perusahaan seperti yang sudah diatur dalam regulasi OJK dalam POJK
nomor 51/POJK.03/2017 yang diterbitkan pada tanggal 18 Juli 2018.
Good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu penelitian yang
paling banyak digunakan dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan menjadi
pertimbangan para investor dalam mengambil pilihan dalam berinvestasi, namun
perlahan muncul sebuah tren baru dimana para investor juga mempertimbangkan
faktor lainnya yaitu lingkungan, social, dan tata kelola perusahaan dengan
menggunakan ESG score.
ESG score nantinya akan membantu investor dalam mengetahui pengaruh
dari faktor-faktor ESG tersebut terhadap kinerja keuangan yang biasanya
tercermin dari return on asset, return on equity ataupun Tobin’s Q models. CFA
Institute (2008) menjelaskan indikator yang terdapat pada variable ESG dan
mempertimbangkan berbagai aspek di dalamnya.
Dalam mengukur indikator kinerja lingkungan, kinerja perusahaan diukur
dengan menggunakan environmental disclosure score yang diukur dan dilihat dari
kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan dan apa dampak yang
dihasilkan terhadap lingkungan seperti emisi karbon yang dihasilkan, emisi gas
rumah kaca, pengungkapan atau pengukuran, pelaporan, perubahan iklim (yang
diakibatkan oleh operasional perusahaan), perubahan ekosistem, fasilitas yang
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, pemberian izin usaha, polusi, energy
yang terbarukan, penipisan sumber daya alam, pembuangan limbah, penggunaan
bahan kimia yang beracun, dan lain-lain.
4
Pengukuran kinerja sosial perusahaan diukur menggunakan social
disclosure score dengan melihat beberapa indikator, seperti kesejahteraan
lingkungan (binatang), child labor, diskriminasi, keberagaman karyawan, fasilitas
yang dapat menimbulkan risiko social, permasalahan upah karyawan, kontribusi
dan risiko politil, pelecehan seksual, perbudakan, pemilihan dewan penasehat
pada executive compensation, dan lainnya.
Indikator tata kelola (governance) perusahaan dalam penelitian ini diukur
menggunakan governance disclosure score yang melihat beberapa indikator yaitu
executive compensation, hubungan antar pemangku kepentingan perusahaan
(stakeholder), hak pemangku kepentingan (stakeholders), pembagian posisi
jabatan, pengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survey yang dilakukan CFA Institute
pada tahun 2015 mengenai faktor apa yang paling banyak digunakan dalam
mempertimbangkan keputusan investor dalam berinvestasi dengan melihat kinerja
keuangan perusahaan, dari 44.131 responden 27% diantaranya mengatakan bahwa
mereka tidak mempertimbangkan faktor ESG dalam berinvestasi, dan menunjukan
73% diantaranya mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, sosial dan tata
kelola dalam mengukur kinerja perusahaan untuk memutuskan keputusan
investasi.
Dari
73%
responden
tersebut,
sebanyak
64%
mayoritas
mempertimbangkan tata kelola sebagai indikator yang paling dipilih untuk
memutuskan penilaian investasi, 50% memilih faktor lingkungan dan 49%
memilih faktor sosial. Dibawah ini merupakan hasil survey tersebut
5
Gambar 1.1
Faktor-Faktor ESG dalam Keputusan Investasi
Which, if any, of the following ESG issues do you take into
account in your investment analysis or decisions?
64%
50%
49%
27%
Governance
Environmental
Social
I do not take ESG
factors into
consideration
Sumber: CFA Institute, 2015
Dari survey yang dilakukan oleh CFA Institute tersebut, membuktikan
bahwa keputusan investasi investor dipengaruhi oleh ESG dari segi non-keungan.
Investor pastinya memutuskan perusahaan mana yang akan diinvestasikan karena
melihat kinerja yang baik dari perusahaan tersebut yang tercermin dari ESG score.
Dengan semakin berkembangnya perekonomian dunia, yang saling
terkoneksi antara satu sama lain mendorong kesuksesan ekonomi Indonesia dan
teknologi modern yang telah mendorong pemerintah dalam menetapkan target
PDB sebesar 4,0-4,5 triliun dan pertumbuhan ekonomi direntang 8-9% di periode
2015-2025. Dalam usaha untuk mencapai target ini, hal yang pasti mengikuti hal
ini adalah kerusakan lingkungan dan kehidupan sosial. Untuk itu pemerintah
mencanangkan keuangan berkelanjutan dalam upaya menyeimbangkan kedua hal
tersebut, dan membutuhkan kontribusi dari perusahaan dalam menjalankan hal ini.
6
Dalam upaya tersebut, pemerintah menunjuk 8 bank sebagai pilot project
untuk memulai hal ini. Bank sebagai salah satu akar penting dalam membantu
pertumbuhan ekonomi seperti perusahaan menjadi objek penelitian karena turut
mendukung pembangunan ekonomi dan sosial.
Di Indonesia sendiri perkembangan jumlah Lembaga Jasa Keuangan atau
Non Perbankan yang telah melaporkan laporan berkelanjutan menurut OJK dapat
dilihat dengan detail dibawah ini
Gambar 1.2
Infografik Lembaga Jasa Keuangan dan Emiten yang menerbitkan
Sustainability Report
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2017
7
Gambar diatas menunjukan signifikansi dari jumlah perusahaan perbankan yang
belum menerbitkan atau membuat sustainability report sebagai salah satu laporan
yang dapat digunakan para investor sebagai tolak ukur dalam menentukan
keputusan investasi.
Dengan berkonsentrasi pada future value yang dihubungkan dengan
kebijakan bisnis masing-masing perusahaan, laporan berkelanjutan diharapkan
mampu mencerminkan kinerja dari perusahaan tersebut. Menggunakan return on
asset (ROA) sebagai tolak ukur dari financial performance dan nilai mendatang
diukur dengan Tobin’s Q dapat memberikan penjelasan lebih mengenai pengaruh
ESG tersebut terhadap kinerja perusahaan. Lebih lengkapnya, pada penelitian ini
juga memasukan variable makroekonomi yaitu gross domestic products (GDP)
untuk mengontrol hubungan antara ESG dengan kinerja perusahaan yang dapat
diterapkan di berbagi negara.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Baldini et al. (2016)
menyebutkan bahwa faktor spesifik sebuah negara seperti tata kelola, tenaga kerja
dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ESG.
Menurut (Wanjohi et al., 2017) semakin tinggi tingkat manajemen risiko sebuah
bank makan semakin tinggi pula hasil kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Menurut Uwuigbe dan Buallay (2018) mengatakan bahwa semakin tinggi ESG
score maka tercermin juga performance kinerja yang bagus dari perusahaan
tersebut. Namun beberpa penelitian menunjukan hasil yang berbeda, dimana hasil
dari penelitian tersebut menunjukan bahwa SR tidak mencerminkan hubungan
dengan kinerja perusahaan yang baik. Nwobu (2015) menemukan hanya sedikit
8
korelasi positif antara sustainability report dalam menghasilkan revenue, dan juga
terdapat hubungan positif yang rendah antara sustainability report terhadap
kepemilikan dari pemegang saham.
Penelitian-penelitian terdahulu tersbut beberapa menghasilkan penelitian
yang berbeda kemungkinan dikarenakan menggunakan metode penelitian yang
berbeda, menggunakan variable independent yang berbeda ataupun rentang waktu
yang berbeda. Selain itu, kebanyakan penelitian yang telah dilakukan
menggunakan data-data perusahaan di beberapa negara seperti perbankan Eropa.
Maka dari itu penulis ingin mencoba menerapkan penelitian dan melakukan
penelitian lebih jauh terhadap perusahaan perbankan di Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Dengan mengetahui latar belakang tersebut, maka penelitian ini membantu
para stakeholders ataupun para pembuat kebijakan publik untuk mengetahui
hubungan antara ESG terhadap kinerja sebuah perusahaan, untuk nantinya dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga
penelitian ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh ESG terhadap kinerja perusahaan (ROA)?
2. Bagaimana pengaruh ESG terhadap kinerja keuangan (ROE)?
3. Bagaimana pengaruh ESG terhadap market performance (Tobin’s Q)?
9
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan dan manfaat masingmasing. Tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dan hubungan antara economic, social, governance (ESG) terhadap kinerja
perusahaan. Adapu manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil analisa menggunakan variable-variabel
tingkat kesehatan bank
2. Untuk mengetahui pengaruh dari variable-variabel tingkat kesehatan
bank terhadap pergerakan harga saham perbankan
3. Memberikan rekomendasi kepada para investor dalam
melakukan keputusan investasi pada perusahaan 9ector perbankan.
4. Untuk memberikan tambahan ilmu untuk orang-orang yang tertarik
di pasar modal dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sustainability Report (ESG)
Awal mula ESG berasal dari gagasan yang terdapat dalam bidang
Sustainability Report Index (SRI). Strategi dari SRI ini tidak hanya mengambil
aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan aspek lainnya seperti lingkungan, sosial
dan juga tata kelola perusahaan. Laporan berkelanjutan ini merupakan sebuah
tindakan yang terus diingkatkan yang mengarah kepada pengembilan keputusan
eksternal internal, transparansi yang besar dan berkontribusi dalam hal lain
(Eccles et al., 2015). ESG sendiri memiliki konsep yang sama dengan konsep
Triple Bottom Line- People, Planet Profit- by Elkington (1997). Planet menunjuk
pada pemenuhan kewajiban mengenai lingkungan dari perusahaan, People
menunjuk pada pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap komunitas pekerja
yang berkerja dalam perusahaan, dan ‘Profit’ yang menunjuk kepada kemampuan
perusahaan dalam meyajikan nilai ekonomis dan juga keuntungan dari perusahaan
(Elkington, 1997). Menurut US SIF Foundation (2012), selain lingkungan dan
aspek sosial, investor institusi lebih memilih untuk menggunakan tata kelola
perusahaan sebagai kriteria untuk memutuskan analisis SRI mereka.
ESG diharapkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dikarenakan
adanya teori pengurangan modal dari “cost of capital”, biaya yang muncul atau
dikeluarkan oleh perusahaan terbentuk atau tercipta karena adanya hubungan
parallel mengenai pengurangan dari cost of capital. Menurut Mackey et al.,
11
responsible sosial merupaka sebuah produk yang dijual oleh perusahaan kepada
investor.
2.1.2 Global Reporting Initiative (GRI)
Standar GRI dirancang untuk meningkatkan daya banding di seluruh dunia
dan kualitas dari informasi mengenai akibat dari hal ini. Standar ini dimaksudkan
untuk digunakan oleh organisasi-organisasi untuk melaporkan efek dari kinerja
mereka yang terkait dengan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. (GRI, 2016).
Standar GRI sendiri terbagi menjadi 2 bagian penting, yaitu standar
universal dan juga standar untuk suatu topik yang spesifik. Standar global dari
GRI terdiri dari:
- GRI 101 : Landasan (Foundation)
- GRI 102 : Pengungkapan Umum (General Disclosure)
- GRI 103 : Pendekatan Manajemen (Management Approach)
Dan diikuti dengan urutan topic spesifik yang membahas mengenai ketiga hal
pokok dalam ESG yaitu,
- GRI 200 : Standar Ekonomi
- GRI 300 : Standar Lingkungan
- GRI 400 : Standar Sosial
2.1.3 Kinerja Keuangan
Definisi kinerja keuangan menurut Fahmi (2014:2) merupakan sebuah
analisis untuk mengukur dan melihat sejauh mana perusahaan melaksanakan
aturan-aturan keuangan dengan baik dan benar, sesuai dengan acuan yang telah
12
digunakan, contoh sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia (SAK) atau
General Accepted Accountanting Principle (GAAP). Indra Bastian (2006:274)
mengatakan kinerja keuangan merupakan gambaran pencapaian dari pelaksanakan
program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu
organisasi.
Menurut Kasmir (2012:104), penilaian dan pengukuran kinerja keuangan
dapat dilakukan dengan menghitung rasio-rasio keuangan, dimana rasio keuangan
tersebut merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang terdapat dalam
laporan keuangan.
2.1.3.1 Return on Asset
Dari sekian banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dan menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan, salah satu
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan paling mudah yaitu
menggunakan rasio profitabilitas. Kasmir (2012:196) mengatakan bawha rasio
profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Salah satunya adalah return on asset
(ROA). ROA menjadi pertimbangan dalam pengukuran kinerja perusahaan karena
mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa
lampau yang nantinya dapat diproyeksikan ke masa mendatang. Semakin besar
ROA suatu perusahaan maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
perusahaan dan hal tersebut mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola
asset mereka.
13
Rumus 2.1 Return on Asset (ROA)
2.1.3.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio laba dibagi dengan ekuitas.
Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan modal yang
dimiliki untuk memberikan laba (Fahmi, 2011). Menurut Kasmir (2014), rasio ini
menunjukan tingkat efisiensi dari penggunaan modal sendiri. Tingkat ROE yang
tinggi menunjukan kinerja yang semakin baik.
Rumus 2.2 Return on Equity (ROE)
2.1.4 Tobin’s Q Models
Tobin’s q merupakan pengukur kinerja yang membandingkan dua
penilaian dari asset yang sama. Menurut Fiakas (2005), Tobin’s q merupakan
rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar asset
perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan
hutang terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan. Fiakas (2005)
menjelaskan kembali apabila perusahaan memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan nilia dasar sebelumnya maka akan diperlukan biaya untuk
meningkatkan kembali.
14
Tobin’s q secara cepat dapat digunakan sebagai alat ukur dalam
menentukan keputusan investas, karena mampu mencerminkan kinerja perusahaan
yang baik dengan hasil perhitungan dimana modal investasi baru yang tinggi
dapat memberikan keuntungan di masa depan dapat dijual dengan harga yang
lebih tinggi dari biaya investasinya (Fiakas, 2005).
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, hasil
yang dihasilkan cukup bervariatif karena tidak semua menunjukan hubungan yang
positif ataupun dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh sama sekali antara ESG
dengan kinerja perusahaan. Menurut Steyn (2014) SR memiliki kontribusi dalam
membuat bisni menjadi lebih baik dengan tingginya dan baiknya kinerja sebuah
perusahaan.
El Ghoul et al. (2011) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa
rendahnya cost of capital maka akan menimbulkan ESG score yang tinggi yang
menimbulkan sebuah ketertarikan baru terhadap teori cost of capital.
Waddock and Graves (1997) menemukan hubungan yang signifikan antara
reputasi sebuah perusahaan
terhadap kebijakan public yang dikeluarkan.
Sehingga mengakibatkan timbulnya pemikiran bahwa ESG merupakan produk
yang cukup berpotensi di beberapa tahun mendatang.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya Uwuigbe (2018) menemukan
adanya hubungan dan pengaruh negative antara harga saham dengan sustainability
15
report, namun terdapat hubungan signifikan antara sustainability report dalam
menghasilkan dan meningkatkan pendapatan.
Nwobu (2015) menemukan bahwa adanya korelasi positif yang kecil
antara SR index terhadap keuntungan sebuah perusahaan, dan adanya hubungan
positif yang cukup rendah antara SR index dengan kepemilikan shareholders.
Penelitian paling baru yang dilakukan oleh Gunarsih, Setiyono, Sayekti
dan Novak juga menunjukan adanya hubungan yang positif antara GCG dengan
performa perusahaan yang tercermin dari ROE dan TQ.
Namun dari beberapa penelitian tersebut terdapat beberapa teori dan
penelitian yang berfokus pada sisi negative dari ESG dan kinerja perusahaan.
Hong dan Kaperczyk pada tahun 2009 dan Statman dengan Glushkov pada tahun
2009 menemukan bahwa hasil ESG yang sungguh sangat amat bagus tidak
tercermin kepada harga sebuah saham dari salah satu nasabah mereka.
2.3 Kerangka Pemikiran
ESG score
Financial Leverage
Total Assets
GDP
Financial Performance
- ROA
- ROE
- Tobin’s q
16
Dari kerangka konseptual diatas, peneliti bermaksud untuk mencari tahu
pengaruh dari variable- variable environmental disclosure, social disclosure,
governance disclosure terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dari ROA
(operasional), ROE (keuangan) dan juga tobin’s (market performance).sehingga
nantinya dpat diketahui bersama bagaimana hubungan dan pengaruh dari ESG
yang diukur dari variabel2 diats terhadap kinerja sebuah perusahaan. GDP, total
asset dan financial leverage dimasukan juga untuk mengontrol variable-variabel
untuk menghindari adanya variable yang berkorelasi yang dapat menyebabkan
penyakit kausalitas.
2.4 Hipotesa
Dari beberapa hasil temuan dari penelitian-penelitian terdahulu kebijakan
ESG dalam perusahaan masih perlu dibangun untuk menguji hasilnya di Indonesia,
karena hampir emua perusahaan memiliki biaya yang telah dikeluarkan untuk
mengharapkan adanya tambahan performa yang positif dari biaya tersebut,
pendapatan yang stabil dan pengembalian yang lebih rendah dari investor. Dengan
harapan sebuah perusahaan dapat menurunkan risikonya dan menjadi lebih efisien,
maka dari itu kamu menyimpulkan beberapa hipotesis
H1 : Terdapat hubungan yang positif antara ESG dan kinerja operasional
(ROA)
Hasil dari ESG score tersebut nantinya dapat mencerminkan porsi dari goodwill
sebuah perusahaan, sehingga ESG score yang positif ini dipercaya dapat
mendorong bertambahnya pengembalian terhadap asset perusahaan.
17
H2 : Terdapat hubungan yang positif antara ESG dan kinerja keuangan
(ROE)
H3 : Terdapat hubungan positif antara ESG dengan kinerja perusahaan
(Tobin’s q)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Teknik
penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti populasi atau sampel. Umumnya teknik pengambilan sampel dilakukan
secara acak, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
Variabel yang digunakan penulis sebanyak 9 buah, dengan variabel
dependen “Kinerja Peusahaan” yang tercermin dan diukur menggunakan ROA,
ROE, dan Tobin’s q dan variabel independen “Environmental disclosure, sosial
disclosure, governance disclosure, financial leverage, total assets, GDP”.
Objek pada penelitian ini adalah 8 bank yang telah mengeluarkan
sustainability report dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia dan
menggunakan metode regresi data panel dengan alat bantu e-views 9. Regresi data
panel adalah analisis regresi yang menggabunggkan data time series dan cross
section. Secara umum dengan menggunakan data panel akan menghasilkan
intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap
periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persamaan sangat
bergantung pada asumsi kita (Widarjono, 2009).
18
19
3.2
Variabel dan Pengukuran
Pada umumnya variabel dibedakan menjadi 2 jenis, yakni variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Berdasarkan tinjauan pustaka dan
perumusan hipotesis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.2.1
Variabel Dependen dan Pengukurannya
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kinerja perusahaan
Bnak di Indonesia yang dilihat dengan menggunakan return on asset, return on
equity, dan Tobin’s Q models.
Return on Asset (ROA)
Return on Equity (ROE)
Tobin’s Q models
q = (MVS + D) / TA
keterangan:
MVS = market value of outstanding shares
D
= Debt
TA
= Total asset
20
3.2.2 Variabel Independen dan Pengukurannya
Nilai dari ESG score merupakan rata-rata dari 3 disclosure dari SR indeks
yaitu economi, environmental dan sosial. Indeks ini mengacu pada GRI
sebagai acuan. Masing aspek SR memiliki formula sebagai berikut
a. Economic disclosure
dimana
SRDIec
n
:
=
=
k
=
SR disclosure index economic dimension
total number of levels disclosure in economic
dimension disclosed by the company
total item of economic dimension published by the
company
b. Environmental disclosure
dimana
SRDIenv
n
:
=
=
k
=
SR disclosure index environmental dimension
total number of levels disclosure in economic
dimension disclosed by the company
total item of environmental dimension published by
the company
c. Social disclosure
dimana
SRDIsoc
n
:
=
=
k
=
d. SR average
SR disclosure index social dimension
total number of levels disclosure in economic
dimension disclosed by the company
total item of social dimension published by the
company
21
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
sekunder yang selanjutnya diolah sesuai dengan kebutuhan. Dimana data-data
tersebut diperoleh dari laporan publikasi di halaman website Bursa Efek
Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Untuk memenuhi jumlah observasi dipakai panel data sebagai berikut:
Panel data
= (time series x cross section) x variable
= 4 tahun x 8 perusahaan x 6 variabel
= 192
Populasi pada penelitian ini ialah bank umum konvensional yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penarikan sampel dari populasi peneltian ini dilakukan
dengan metode purposive sampling yaitu metode penentuan sampel yang
didasarkan atas pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu. Sampel dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan dan harus dipenuhi. Kriteria
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
1. Bank umum yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di bawah
tahun 2013
2.
Bank yang mengeluarkan Sustainability Report dari tahun 2015-2018
3. Publikasi laporan keuangan dan tahunan yang dibutuhkan selama tahun
2013-2017
Dari kriteria tersebut didapatkan hasil bank sebagai berikut:
22
Tabel 1.1
Daftar Bank yang Memenuhi Kriteria
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama Perusahaan
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT Bank Negara Indonesia Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank Tabungan Negara Tbk
PT Bank Jabar Banten Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk
3.4 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi panel data.
Regresi panel adalah gabungan antara data times series dan data cross section
(banyak objek dan banyak waktu). Penggunaan data panel dalam sebuah
observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel
yang merupakan gabungan dua data, yakni time series dan cross section yang
mampu menyediakan data lebih banyak, sehingga akan lebih menghasilkan
degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari
time series dan cross section
ketika
ada
dapat
mengatasi
masalah
yang
timbul
masalah penghilangan variabel (omitted-variabel) (Widarjono,
2009).
Regresi panel juga dapat digunakan jika peneliti dihadapkan pada
masalah terbatasnya jumlah sampel yang terlalu sedikit sehingga untuk
menambah jumlah sampel dapat dilakukan pooling/panel. Persamaan model
regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
23
Perf itg = α + β1ESGit + β2TAit + β3FLEVit + β4GDPit + eit
dimana
Perfitg
α
β1ESGit
β2TAit
β3FLEVit
β4GDPit
eit
:
=
=
=
=
=
=
=
Kinerja perusahaan (ROA/ROE/Tobin’s q)
konstanta
ESG score / SR average
Total Asset perusahaan
Financial leverage
GDP
error
Dengan keunggulan tersebut maka implikasinya adalah tidak perlu dilakukan
dengan pengujian asumsi klasik terhadap variabel dependen, seberapa besar
pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara
mampu
menerangkan
variabel
dependen.
individual
Pengujian hipotesis dilakukan
melalui regresi yang menggunakan program e-views dengan membandingkan
tingkat signifikasinya masing-masing variabel independen dengan tarif α (5% =
0,05) (Gujarati, 2006)
3.4.1 Metode Data Panel
Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model, yaitu sebagai berikut:
3.4.1.1 Common Effect Model (Pooled Least Squares)
Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross
section atau time series. Untuk data panel, sebelum membuat regresi kita
harus menggabungkan data cross-section dengan data time series (pool data).
Data gabungan ini diperlakukan sebagai suatu kesatuan pengamatan untuk
mengestimasi common effect. Dengan menggabungkan data, maka kita tidak dapat
melihat perbedaan baik antar individu maupun antar waktu. Diasumsikan
24
bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu
(Widarjono, 2009).
3.4.1.2 Fixed Effect Model
Fixed Effect disini maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki konstan
yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan
koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant). Untuk
membedakan satu objek dengan objek yang lainnya, digunakan variabel semu
(dummy). Oleh karena itu model ini sering juga disebutdengan Least Squares
Dummy Variables dan disingkat LSDV
3.4.1.3 Random Effect Model
Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek
tetap yang menggunakan vaiabel semu (dummy), sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual (error component) yang diduga memiliki hubungan antar
waktu dan antar objek (Widarjono, 2009).
3.4.2
Pemilihan Model
Keputusan analisis data panel didasarkan pada dua uji, yakni Chow- test dan
Hausman Test untuk memutuskan model mana yang sebaiknya dipilih antara
common effect, fixed effect, atau random effect.
25
3.4.2.1
Uji Chow
Chow test digunakan untuk memilih kedua model diantara Model Common Effect
dan Model Fixed Effect. Asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkannya setiap
unit cross section memiliki perilaku yang berbeda menjadi dasar dari uji chow.
Model Common Effect akan diuji dengan model Fixed Effect dengan
menggunakan Chow Test (Redundant Fixed Effect), yang menghasilkan hipotesis
sebagai berikut:
Ho
Ha
: Common Effect (Pooled Least Squares) Model
: Fixed Effect Model
Pada penentuan hipotesis di atas, apabila Prob. Cross-Section F < α 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga model Common Effect (Pooled Least
Squares) terpilih. Begitu sebaliknya apabila Prob. CrossnSection F > α 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga model Fixed Effect Model terpilih.
Jika hasil membuktikan bahwa Common Effect (Pooled Least Squares) lebih tepat
maka analisa tidak dilanjutkan, tetapi jika Fixed Effect lebih tepat maka
dilanjutkan dengan Random Effect. Apabila Random Effect lebih baik dari Fixed
Effect maka dilanjutkan dengan Hausman Test (Widarjono, 2009).
3.4.2.2 Uji Hausman
Uji hausman adalah untuk memilih apakah metode Fixed Effect dan metode
Random Effect lebih baik dari metode Common Effect. Uji Hausman ini
didasarkan pada ide bahwa Least Squares Dummy Variables (LSDV) dalam
metode-metode Fixed Effect dan Generalized Least Squares (GLS) dalam metode
26
Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Squares (OLS) dalam
metode Common Effect tidak efisien. Dilain pihak, alternatifnya adalah metode
OLS efisien dan GLS tidak efisien. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi
statistik Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebas,
sehingga dapat dirumuskan hipotesis:
Ho : Model Random effect
Ha : Model Fixed Effect
Berdasrkan hipotesis di atas, jika hasil menunjukkan Prob. Cross-section random
< α 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga model yang terpilih adalah
Fixed Effect. Namun jika Prob. Cross-section random > α 0,05, maka Ho
diterima dan Ha ditolak, sehingga yang terpilih pada uji hausman adalah
model Random Effect.
3.4.3
Uji Kecocokan Model
Uji kecocokan model atau koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel
dependen yang ditunjukan pada nilai Adjusted R-squared. Nilai koefisien
determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai koefisien determinasi semakin
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga
sebaliknya (Ghozali, 2011). Setelah melakukan semua tahapan regresi untuk
menentukan pemilihan model, Uji Hipotesis, dan Uji koefisian determinasi
kemudian dilakukan interpretasi hasil.
27
3.4.4 Uji Hipotesis
3.4.4.1 Uji Simultan (Uji F)
Uji pengaruh simultan (F test) bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel dependen.
Hipotesis dalam pengujian ini ialah sebgai berikut:
Ho
: Secara bersama-sama tidak ada pengaruh antara variable
independen dan variabel dependen
: Secara bersama-sama ada pengaruh antara variabel
independen dan variabel dependen
Ha
Keputusan hipotesis pada alat regresi e-views dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jika Prob. F-stat < α = 5%, maka yang terjadi adalah Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga secara bersama-sama terdapat pengaruh antara variable independen dan
variabel dependen. Begitu sebaliknya jika Prob. F-stat > α = 5%, maka yang
terjadi adalah Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga secara bersama-sama tidak
terdapat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.
3.4.4.2 Uji Parsial (Uji-t)
Uji
parsial
(t-test)
bertujuan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara
individual mampu menerangkan variabel dependen.
Keputusan Hipotesis pada uji-t ialah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh antara variabel independen dan variabel
dependen.
Ha :
Ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.
28
Keputusan hipotesis pada e-views ialah sebagai berikut:
Prob t-stat < α = 5% : Ho ditolak, Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen Prob t-stat > α = 5% : Ho diterima,
Ha ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Download