BAB I PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN 1.1 Latar Belakang Proses pemesinan seringkali menghasilkan produk yang cacat atau tidak sempurna. Oleh karena itu untuk menjamin kualitas produk perlu dilakukan pengukuran untuk membuat standarisasi produk yang layak pakai. Salah satu cacat yang dihasilkan dari proses pemesinan adalah kekasaran permukaan. Contohnya pada proses bubut kekasaran permukaan tergantung pada feed rate, kedalaman pemakanan (depth of cut), dan tingkat kekerasan material yang digunakan. Feed rate yang besar menghasilkan kekasaran permukaan produk yang tinggi, sebaliknya feed rate yang kecil menghasilkan kekasaran permukaan produk yang rendah. semakin meningkatnya kedalaman pemakanan (depth of cut) akan menghasilkan peningkatan getaran dan akan menghasilakan peningkatan kekasaran permukaan, semakin keras material akan menghasilkan peningkatan getaran dan akan menghasilkan meningkatkan kekasaran permukaan (Julianto et al., 2023). Kekasaran permukaan dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pada pengukuran langsung hasilnya dapat direpresentasikan dengan primary profile, roughness profile, dan waviness profile. Dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi saat ini, telah muncul suatu peralatan yang dapat menghasilkan permukaan komponen dengan ambang batas kehalusan yang sangat tinggi dan sesuai dengan standar yang digunakan selama pengukuran. Kehalusan permukaan mempertahankan peran yang sangat penting dalam perancangan komponen mekanis, terutama dalam hal lecet, pelumasan, ketahanan aus, dan kelelahan.. Oleh karena itu, perencanaan dan pembuatan harus mengembangkan lebih teliti peralatan mesin yang akan digunakan dan berapa biaya yang diperlukan untuk menyembunyikan penyimpangan tersebut (Faisal & Ansyah, 2023). Pengukuran kekasaran dilakukan untuk mengetahui hasil benda kerja setelah proses permesinan. Pengukuran kekasaran dibagi dua seperti pengukuran secara tidak langsung diantaranya yaitu dengan meraba, melihat/mengamati, menggaruk dan dengan kamera makro. Kekasaran permukaan menjadi salah satu parameter dalam menentukan kualitas produk hasil proses pemesinan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kekasaran permukaan salah satunya adalah material, sementara Geram merupakan barang sisa hasil proses pemesinan, yang keberadaanya sering kita sebut sebagai sampah. Bentuk dan geometri geram sangat beragam dan hal ini bergantung pada parameter proses pemesinan, tool dan jenis material (Mudjianto & Sutarto, 2021). 1.2 1. 2. 3. Tujuan Tujuan dari praktikum pengukuran kekasaran permukaan adalah: Memahami cara pengukuran kekasaran permukaan. Mengetahui standar-standar dan kondisi pengukuran kekasaran permukaan. Mampu menjelaskan hasil pengukuran kekasaran permukaan. 1.3 Alat dan Benda Ukur Alat dan benda ukur yang digunakan pada pengukuran kekasaran permukaan meliputi surface roughness tester Mitutoyo SJ-210, V-Block, Software SJ Communication Tool, hollow steel dan piston. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai alat ukur dan benda ukur: 1.3.1 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type Surface Roughness Tester Mitutoyo adalah alat pengukur kekasaran permukaan yang prinsip kerjanya adalah dengan menempelkan detector pada permukaan benda yang diukur. Berikut adalah spesifikasi dan gambar dari alat tersebut: • • • • • • Merek Driver Tip Radius Skid Curvature Measuring Force Stylus Material : Mitutoyo : 0 – 21 mm : 20 𝜇𝑚 : 40 𝜇𝑚 : 0,75 𝜇N : Diamond Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type terdiri dari display unit, driver unit, dan detector. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada Gambar 1.1 sebagai berikut: a b c Gambar 1. 1 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Keterangan Gambar Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type yaitu: a) Display Unit Display unit adalah bagian yang berguna untuk menampilkan data berupa grafik yang diperoleh dari pengukuran kekasaran permukaan pada suatu benda pada standar alat ukur ini yang digunakan oleh JIS pada industry (JIS-B06012001, JIS-B0601-1994, JIS B0601-1982), VDA, ISO-1997, dan ANSI. b) Driver Unit Druver unit berfungsi untuk mengendalikan pergerakan detector. Drive unit dapat disambungkan dengan kabel khusus agar pergerakkannya lebih fleksibel dengan memiliki driver range 21 mm. c) Detector Detector berfungsi untuk mendeteksi kekasaran permukaan benda dan terdiri dari skid dan stylus. 1.3.2 V-Block V-Block berfungsi untuk mengikat benda kerja yang dikerjakan agar benda kerja tidak dapat bergerak. Alat ini dapat digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja yang bulat, sehingga pelaksanaan pengukuran bisa dilakukan dengan baik. Gambar 1.2 adalah gambar V-Block sebagai berikut: Gambar 1. 2 V-Block (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) 1.3.3 Benda Ukur Pada pengukuran kekasaran permukaan kali ini benda ukur yang diukur ada dua yaitu hollow steel dan kepala piston. Berikut akan dijabarkan table spesifikasi geometri dan gambar pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4 : Tabel 1.1 Data Benda Ukur Spesimen Diameter (d) mm Panjang (l) mm A (hollow steel) 37,92 133,6 B (kepala piston) 49,64 44,3 Gambar 1. 3 Kepala Piston (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Gambar 1. 4 Hollow steel (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) 1.3.4 Software : SJ Communication Tool SJ Communication Tool merupakan aplikasi yang digunakan untuk melihat hasil pengukuran yang dilakukan oleh alat ukur. Tampilan Software SJ Communication Tool dapat dilihat pada Gambar 1.5 sebagai berikut: Gambar 1. 5 Tampilan SJ Communication Tool (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) 1.4 Prosedur Pengukuran Pelaksanaan pengukuran kekasaran permukaan terdiri dari proses kalibrasi, set up alat dan benda ukur, penentuan sampling length, penentuan measuring condition final, dan pengukuran benda ukur. Berikut adalah prosedur dalam proses pengukuran kekasaran permukaan: 1.4.1 Kalibrasi Kalibrasi adalah proses verifikasi agar alatu ukur memiliki akurasi sesuai dengan spesifikasinya. Kalibrasi berhubungan dengan akurasi dan presisi. Berikut adalah langkah-langkah melakukan kalibrasi pada Mitutoyo SJ-210: a) Siapkan precision roughness specimen dan calibration stage. b) Buka menu Calibration Measurements. c) Masukan nilai awal precision roughness specimen ke SJ-210 sesuai yang tertera pada precision roughness specimen. d) Tempatkan SJ-210 pada calibration stage dengan benar. Dimana pergerakan stylus akan membelah kurva cembung precision roughness specimen. e) Tekan tombol [START/STOP], kemudian akan muncul Measurement Waveform pada display unit. f) Setelah stylus berhenti bergerak dan hasil kalibrasi muncul, tekan tombol [RED] (Update). 1.4.2 Setup Alat dan Benda Ukur Setelah selesai melakukan kalibrasi, tahapan selanjutnya adalah menyiapkan alat bantu dan benda ukurnya. Berikut adalah langkah-langkah setup alat dan benda ukur: a) Ukur panjang benda ukur menggunakan vernier caliper. b) Letakan benda ukur padaV-block. c) Lepaskan driver unit dari display unit dan sambungkan connectuin cable khusus. d) Sejajarkan detector dengan permukaan benda ukur. Pastikan posisi detector seperti pada Gambar 1.6. e) Sambungkan display unit ke computer dengan kabel USB. Kemudian buka SJ Communication tools seperti pada Gambar 1.7. Gambar 1. 6 Posisi Detector (Modul Praktikum Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Gambar 1. 7 Tampilan SJ Communication Tool (Laboratorium Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas) 1.4.3 Penentuan Sampling length (t) Fungsi penentuan sampling length adalah untuk memastikan bahwa data yang diambil representatif dari kondisi permukaan yang sebenarnya. Setiap benda ukur memiliki sampling length yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi perlu menentukan sampling length yang sesuai dengan kekasaran benda kerjanya. Berikut adalah langkah-langkah menentukan sampling length: a) Input measuring condition, pilih standar ISO 1997, profil roughness, parameter Ra, Rv, dan Rz. (sekaligus untuk tahap pengukuran) b) Perkirakan nilai Ra, Rz, atau Rsm specimen berdasarkan rata-rata data relevan, inspeksi visual, dan sejenisnya. c) Cari nilai sampling length sesuai yang dipilih, dengan menekan tombol [START/STOP] pada display unit, atau “Start measurement” pada SJ Communication tool. d) Bila hasil yang keluar tidak sesuai range parameternya, pilih sampling length yang lebih kecil atau besar. e) Ulangi langkah 4 dan 5 sampai menemukan sampling length yang sesuai. Tabel 1.2 Korelasi Ra dengan sampling length (Modul Praktikum Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Ra µ m Sampling Length Evaluation length (0,006) < Ra ≤ 0,02 mm 0,08 mm 0,08 (0,02) < Ra ≤ 0,1 0,25 0,25 0,1 < Ra ≤ 2 0,8 0,8 2 < Ra ≤ 10 2,5 2,5 10 < Ra ≤ 80 8 8 Tabel 1.3 Korelasi Rz dengan sampling length (Modul Praktikum Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Rz Rz1ma xµm Sampling Length Evaluation length mm mm (0,025) < Rz, Rz1max ≤ 0,08 0,08 0,1 0,1 < Rz, Rz1max ≤ 0,5 0,25 0,25 0,5 < Rz, Rz1max ≤ 10 0,8 0,8 10 < Rz, Rz1max ≤ 50 2,5 2,5 50 < Rz, Rz1max ≤ 200 8 8 Tabel 1.4 Korelasi Rsm dengan sampling length (Modul Praktikum Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) Rsm Sampling Length Evaluation length µm mm mm (0,013) < Rsm ≤ 0,04 0,08 0,08 0,04 < Rsm ≤ 0,13 0,25 0,25 0,13 < Rsm ≤ 0,4 0,8 0,8 04 < Rsm ≤ 1,3 2,5 2,5 1,3 < Rsm ≤ 4 8 8 1.4.4 Pengukuran Proses pengukuran kekasaran permukaan memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a) Atur jumlah pengambilan sampel (n) pada measuring condition. Sesuaikan dengan panjang benda ukur dan nomenklatur pada Gambar 1.8 b) Pastikan kondisi detector tetap sesuai dengan kondisi yang benar. c) Kembali ke halaman utama pada display unit. d) Tekan tombol [START/STOP] pada display unit, atau menggunakan SJ Communication Tools, klik “Start Measurement” e) Tunguu sampai detector berhenti bergerak. Catat hasil pengukuran. f) Simpan data pengukuran dengan meng-export ke Excel melalui SJ Communication Tools. g) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap specimen. Ulangi langkah 2-6 pada titik pengukuran berbeda. Gambar 1. 8 Transversal Length untuk GAUSS filter (Modul Praktikum Metrologi Industri dan Kontrol Kualitas, 2024) 1.5 Pengolahan Data 1.5.1 Data Hasil Pengukuran Data hasil praktikum pengukuran kekasaran akan diolah untuk menghasilkan nilai rata-rata dari specimen A dan B. Dibawah ini adalah hasil pengukuran kekasaran permukaan yang diambil selama proses praktikum: Tabel 1.5 Data Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Ra Spesime Measurin n g (µm) Conditio n λc = 0,8 Pengukur an I = 0,153 λs = 2,5 II = 0,161 N=5 λc = 2,5 III = 0,159 I = 1,771 λs = 8 II = 1,861 N=5 III = 1,835 A B Rv (µm) Rz (µm) Rata Pengukuran -rata Ratarata Pengukura n I = 0,931 1,415 II = 0,779 I = 1,359 0,157 1,822 II = 1,346 III = 1,542 III = 1,026 I = 7,970 I = 4,075 II = 7,726 III = 7,399 7,698 II = 3,877 Ratarata 0,912 3,851 III = 3,603 1.5.2 Pengolahan Data Data yang telah diperoleh akan diolah untuk mencari nilai Rp menggunakan rumus sebagai berikut: Rp = Rz – Rv Berikut adalah table hasil perhitungan Rp dari specimen A dan specimen B sebagai berikut: Rz Rv Rp=Rz-Rv Ratarata A B I = 1,359 I = 0,931 0,428 II = 1,346 II = 0,779 0,567 III = 1,542 III = 1,026 0,516 I = 7,970 I = 4,075 3,895 II = 7,726 II = 3,877 3,849 III = 7,399 III = 3,603 3,796 0,503 3,846 1.5.3 Pembahasan Data-data ang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan akan ditampilkan pada grafik pada software SJ Communication Tool. Berikut adalah grafik-grafik dari hasil pengukuran kekasaran permukaan : [µm] 1. Spesimen A a) Pengukuran I Pada hasil pengukuran I specimen A didapatkan hasil Ra = 0,153 µm, Rz = 1,359 µm, Rv = 0,931 µm, dan Rp = 0,428 µm. Evaluation Profile 1.0 0.5 Rp 0.0 Rz -0.5 Rv -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 00 01 b) Pengukuran II 01 02 02 03 03 04 04 [mm] [µm] Evaluation Profile 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 00 01 01 02 02 03 03 04 04 [mm] [µm] c) Pengukuran III Evaluation Profile 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 -3.0 -3.5 -4.0 00 01 01 02 02 03 03 04 04 [mm] [µm] 2. Spesimen B a) Pengukuran I Evaluation Profile 6.0 4.0 2.0 0.0 -2.0 -4.0 -6.0 00 01 01 02 02 03 03 04 04 [mm] [µm] b) Pengukuran II Evaluation Profile 6.0 4.0 2.0 0.0 -2.0 -4.0 -6.0 00 01 01 02 02 03 03 04 04 [mm] 03 04 04 [mm] [µm] c) Pengukuran III Evaluation Profile 6.0 4.0 2.0 0.0 -2.0 -4.0 -6.0 00 1.6 01 01 02 02 03 Aplikasi Pengukuran Kekasaran Permukaan Contoh aplikasi pengukuran kekasaran permukaan adalah pada pelumasan journal bearing. Pada journal bearing Tingkat kekasaran shaft sangat berpengaruh terhadap kemampuan hidrodinamik dari lubrikasi. Journal bearing dengan stator yang divariasikan tingkat kekasaran permukaannya ternyata memiliki kemampuan hidrodinamik yang lebih baik daripada dengan journal bearing biasa. Hal ini karena journal bearing dengan grooved membuat cairan lubrikasi terjebak dalam grooved tersebut yang membuat meningkatnya momentum yang dihasilkan sehingga bearing akan lebih mudah berputar.