SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT KEBANGKITAN KERAJAAN MAJAPAHIT Singhasari, kerajaan Jawa yang kuat, mengalami tekanan dari Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok, sebelum berdirinya Majapahit. Kubilai Khan mengirim utusan untuk meminta upeti dari Singhasari, tetapi Kertanagara, penguasa Singhasari saat itu, menolak membayar upeti dan bahkan merusak dan menghina utusan tersebut. Kubilai Khan marah atas hal ini, dan pada tahun 1293 dia mengirimkan pasukan besar ke Jawa. Pada saat itu, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, mengunjungi Jayakatwang, adipati Kediri yang menggulingkan Kertanagara. Atas saran penasehat kerajaan Aria Wiraraja, Jayakatwang memberi pengampunan kepada Raden Wijaya dan memberinya wilayah hutan Tarik. Raden Wijaya kemudian membangun Majapahit di wilayah itu. Majapahit didirikan pada 15 bulan Kartika tahun 1215 saka, atau 10 November 1293 Masehi. Raden Wijaya diangkat sebagai raja pertama. Meskipun Raden Wijaya membangun Majapahit, kerajaan itu tidak langsung menjadi kuat. Beberapa orang yang dia percaya, seperti Ranggalawe, Sora, dan Nambi, melakukan pemberontakan. Terlepas dari kegagalannya, pemberontakan tersebut menunjukkan masalah awal yang dihadapi Majapahit. Halyudha, yang juga dikenal sebagai mahapatih, diduga terlibat dalam konspirasi untuk mengambil alih kekuasaan, tetapi setelah pemberontakan dipadamkan, dia dihukum mati. Jayanegara, putra Raden Wijaya, menggantikan ayahnya pada tahun 1309. Namun demikian, pemerintahan Jayanegara tidak stabil, dan dia dijuluki "Kala Gemet", yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, tabib Jayanegara Tanca membunuhnya. Pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi: Setelah Jayanegara meninggal, ibu tirinya, Gayatri Rajapatni, memilih untuk meninggalkan istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni kemudian menunjuk putrinya, Tribhuwana Wijayatunggadewi, untuk menggantikan Jayanegara. Pada 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. PUNCAK KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT Pada abad keempat belas, Hayam Wuruk, yang bernama Sri Rajasanegara, memerintah Majapahit. Dia mengambil alih tahta pada usia 16 tahun setelah ibunya, Ratu Tribhuwanatunggadewi, meninggal. Mahapatih Gajah Mada, yang terkenal karena sumpahnya untuk menyatukan Nusantara di bawah Majapahit, mendampingi Hayam Wuruk. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit memperluas wilayah kekuasaannya hingga hampir seluruh Nusantara, termasuk Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Papua, Maluku, Tumasik (Singapura), dan sebagian kepulauan Filipina. Bahkan Kerajaan Ayutthaya dari Siam sempat direbut oleh Majapahit, tetapi kemudian dikembalikan kembali oleh Majapahit. Pada masa keemasan Majapahit, agama Hindu adalah agama utama, meskipun Mahapatih Gajah Mada sendiri beragama Buddha. Wilayah Majapahit disusun dengan rapi, dengan pusat pemerintahan di sekitar istana dan lokasi penting lainnya. Dengan banyak negara bawahan dan wilayah yang tunduk di bawahnya, majapahit memiliki pengaruh yang luas di seluruh Nusantara. Ini termasuk negara-negara Melayu, pulau-pulau di sekitar Jawa, pulau-pulau di sebelah timur Jawa, Bali, Lombok, Makasar, Maluku, dan Timor, antara lain. Seluruh Nusantara merasakan kemakmuran selama masa kejayaan ini. KEMUNDURAN KERAJAAN MAJAPAHIT Setelah kejayaan Majapahit pada abad keempat belas di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, konflik perebutan takhta menyebabkan kemundurannya. Majapahit menjadi lebih lemah karena perang saudara antara Wirabhumi dan Wikramawardhana, putra mahkota dan pangeran saudaranya. Ekspedisi laut Cheng Ho dari Dinasti Ming menciptakan komunitas Muslim di Jawa Utara selama pemerintahan Wikramawardhana, dan Kesultanan Malaka muncul sebagai kekuatan perdagangan Islam di barat Nusantara. Pada akhir abad keempat belas dan awal abad kelima belas, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Kesultanan Malaka mulai menguasai Selat Malaka ketika wilayah taklukannya di Semenanjung Malaya dan Sumatra memerdekakan diri. Kekuasaan Majapahit di Sumatra terbatas pada Indragiri, Jambi, dan Palembang selama pemerintahan Wikramawardhana. Setelah beberapa penguasa berikutnya, Majapahit menjadi lebih lemah karena konflik pewarisan takhta, dan kerajaan-kerajaan baru seperti Kesultanan Demak muncul. KERUNTUHAN KERAJAAN MAJAPAHIT Setelah kejayaan Majapahit pada abad keempat belas di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, konflik perebutan takhta menyebabkan kemundurannya. Majapahit menjadi lebih lemah karena perang saudara antara Wirabhumi dan Wikramawardhana, putra mahkota dan pangeran saudaranya. Ekspedisi laut Cheng Ho dari Dinasti Ming menciptakan komunitas Muslim di Jawa Utara selama pemerintahan Wikramawardhana, dan Kesultanan Malaka muncul sebagai kekuatan perdagangan Islam di barat Nusantara. Pada akhir abad keempat belas dan awal abad kelima belas, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Kesultanan Malaka mulai menguasai Selat Malaka ketika wilayah taklukannya di Semenanjung Malaya dan Sumatra memerdekakan diri. Kekuasaan Majapahit di Sumatra terbatas pada Indragiri, Jambi, dan Palembang selama pemerintahan Wikramawardhana. Setelah beberapa penguasa berikutnya, Majapahit menjadi lebih lemah karena konflik pewarisan takhta, dan kerajaan-kerajaan baru seperti Kesultanan Demak muncul. Menurut cerita, keruntuhan Majapahit adalah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada abad ke-15. Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha yang pernah menjadi pusat kebudayaan dan politik di Jawa. Namun, setelah beberapa abad, kerajaan ini mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. Penyebab keruntuhan Majapahit dapat dilihat dari beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah adanya perang saudara yang terjadi di dalam kerajaan. Perang saudara ini menyebabkan kerajaan menjadi lemah dan tidak mampu untuk menghadapi ancaman dari luar. Selain itu, Majapahit juga mengalami kemunduran ekonomi dan politik, yang membuat kerajaan ini tidak mampu untuk mempertahankan kekuasaannya. Dampak keruntuhan Majapahit sangat besar. Kerajaan ini tidak hanya mengalami kemunduran, tapi juga mengalami perubahan agama. Agama Islam mulai menyebar di Jawa dan akhirnya menjadi agama dominan di pulau ini. Perubahan agama ini menyebabkan perubahan budaya dan politik di Jawa, yang akhirnya membentuk identitas budaya dan politik yang berbeda dari masa lalu. Proses keruntuhan Majapahit juga dapat dilihat dari peran Sunan Giri dalam proses Islamisasi di Jawa. Sunan Giri adalah salah satu dari Wali Songo, yaitu para wali yang berperan penting dalam menyebarluaskan agama Islam di Jawa. Sunan Giri memegang peranan penting dalam proses Islamisasi di Jawa, yang akhirnya membantu dalam runtuhnya Majapahit. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang keruntuhan Majapahit. Salah satu penelitian yang menarik adalah penelitian tentang peran Demak terhadap runtuhnya Majapahit. Penelitian ini menunjukkan bahwa Demak, sebuah kerajaan Islam, berperan penting dalam runtuhnya Majapahit. Demak menguasai beberapa daerah yang dahulu di bawah naungan Majapahit, yang menyebabkan Majapahit mengalami kehancuran. di teliti ulang oleh Nadine Dania Junaidi.