ANALISIS STRATEGI LinkAja 2019 LinkAja merupakan platform digital pembayaran digital pembayaran milik PT Fintek Karya Nusantara. Saat awal pembentukannya, fintech ini sudah memiliki 5 juta hingga 10 juta pengguna. Strategi yang diterapkan pada awal pembentukan yaitu dengan memfokuskan pembayaran pada kebutuhan sehari-hari masyarakat seerti pembayaran tagihan, belanja harian, dan transaksi sejenis., karena saat itu fintech besar OVO dan Gopay fokus pada pembayaran transportasi pribadi seperti gojek dan diskon pada merchant makanan dan minuman. Pada saat itu juga jika mengikuti arus perang perang diskon pada merchant consumer maka terlalu mahal untuk LinkAja. Untuk itu, pada tahap pertama LinkAja akan memainkan sektor transportasi umum dan public service. Ini merupakan cara bagaimana fintech LinkAja mengambil opportunities yang ada untuk mendapatkan pangsa pasar yang baik. Lebih jelasnya, menggunakan analisis SWOT berikut keadaan fintech LinkAja saat awal pembentukan atas dasar strategi tersebut. **Analisis SWOT LinkAja pada Awal Pembentukan:** 1. Kekuatan (Strengths): - Dukungan Pemerintah: LinkAja dapat memanfaatkan dukungan pemerintah Indonesia sebagai alat pembayaran digital yang diakui dan diendorse secara resmi. - Kemitraan Strategis: Kemungkinan memiliki kemitraan strategis dengan bisnis lokal dan nasional yang mendukung penetrasi pasar yang lebih baik. - Fokus pada Kebutuhan Sehari-hari: Keputusan untuk fokus pada pembayaran kebutuhan sehari-hari dapat menjadi kekuatan dengan menangkap permintaan pasar yang konstan. 2. Kelemahan (Weaknesses): - Keterbatasan Nama Brand: Pada awalnya, LinkAja mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal kesadaran merek dibandingkan dengan pesaing yang sudah mapan. - Keterbatasan Fitur dan Layanan: awalnya LinkAja memiliki keterbatasan dalam fitur dan layanannya, ini dapat menjadi kelemahan terutama jika tidak dapat bersaing dengan inovasi pesaing. 3. Peluang (Opportunities): - Peningkatan Adopsi Pembayaran Digital: Dengan tren meningkatnya adopsi pembayaran digital di Indonesia, LinkAja memiliki peluang untuk berkembang secara signifikan. - Ekspansi Layanan: LinkAja dapat memperluas layanan ke area baru atau menambah fitur tambahan yang dapat menarik lebih banyak pengguna. 4. Ancaman (Threats): - Pesatnya Persaingan: Persaingan yang intensif dalam industri fintech dapat menjadi ancaman, terutama dengan kehadiran pesaing yang sudah mapan seperti Ovo dan Gopay. - Regulasi yang Berubah-ubah: Perubahan regulasi di industri fintech dapat menjadi ancaman, dan LinkAja perlu fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. 2020 Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi pelaku usaha. Meski demikian, di tengah pandemi tahun 2020, LinkAja bisa terus bertumbuh menghadirkan layanan keuangan digital untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai uang elektronik nasional, LinkAja pun ikut andil dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Berbagai usaha dilakukan LinkAja khususnya melalui akselerasi adopsi ekosistem ekonomi digital di berbagai sektor untuk membantu masyarakat tetap produktif dalam protokol kesehatan yang meminimalkan kontak langsung. Berbagai program strategis pun dijalankan sepanjang tahun 2020 dan penyesuaian yang tepat di masa pandemi yang membawa pertumbuhan signifikan bagi perusahaan. Pengguna LinkAja meningkat hampir mencapai 65% menjadi lebih dari 61 juta pengguna. dan terjadi peningkatan transaksi dan volume transaksi sebesar lebih dari empat kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kami sangat berterima kasih terhadap kepercayaan para pengguna dan juga mitra yang percaya terhadap kinerja LinkAja. Pada tahun ini, LinkAja telah dapat digunakan di lebih dari 900,000 merchant lokal yang tumbuh lima kali lipat dari tahun sebelumnya, dan lebih dari 315.000 merchant nasional, yang bertambah sebanyak dua kali lipat dari tahun sebelumnya di seluruh Indonesia. LinkAja juga pada tahun ini menjadi alat pembayaran digital terlengkap untuk layanan transportasi publik dan online di 230 moda transportasi, 5,500 SPBU Pertamina, lebih dari 32.000 partner donasi digital, dan lebih dari 5000 e-commerce, pembayaran dan pembelian kebutuhan sehari hari seperti pulsa telekomunikasi, token listrik, tagihan rumah tangga, iuran BPJS, hingga berbagai layanan keuangan lainnya seperti transfer ke semua rekening bank dan tarik tunai tanpa kartu. Selain itu, LinkAja juga dapat digunakan di lebih dari satu juta titik transaksi untuk pengisian dan penarikan saldo, yang meliputi ATM, transfer perbankan, jaringan ritel, hingga layanan keuangan digital. Untuk Analisis SWOT pada tahun 2020 adalah sebagai berikut: Kekuatan (Strengths) - Memiliki dukungan dari BUMN, sehingga memiliki jaringan yang luas dan kuat. - Memiliki fitur yang lengkap dan beragam, seperti transfer, pembayaran, dan top-up. - Memiliki program promo dan diskon yang menarik. - Memiliki kerja sama dengan berbagai merchant, baik offline maupun online. Kelemahan (Weaknesses) - Brand awareness masih kurang dibandingkan dengan pesaingnya. - Masih terdapat beberapa fitur yang belum optimal. - Masih terdapat beberapa merchant yang belum menerima LinkAja. Peluang (Opportunities) - Pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di Indonesia. - Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya transaksi nontunai. - Semakin banyaknya merchant yang menerima pembayaran digital. Ancaman (Threats) - Persaingan yang semakin ketat dari pemain-pemain lain di industri mobile payment. - Perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi bisnis mobile payment. - Tren teknologi yang terus berkembang. Menggunakan SWOT tersebut, LinkAja melihat potensi Indonesia yang berpeluang menjadi pusat ekonomi syariah global dan menyadari kebutuhan masyarakat muslim di Indonesia terhadap alat pembayaran elektronik berlandaskan kaidah syariah, LinkAja menghadirkan Layanan Syariah LinkAja yang merupakan uang elektronik syariah pertama dan satu-satunya di Indonesia untuk memfasilitasi berbagai jenis pembayaran sesuai kaidah syariat Islam. Layanan Syariah LinkAja dapat digunakan di seluruh ekosistem LinkAja dan memiliki ekosistem khusus Syariah, yang mencakup masjid, lembaga amil zakat, pusat kuliner halal, modern retail lokal, pesantren, bank syariah, sekolah Islam, dan Universitas Islam. Pada tahun ini Layanan Syariah LinkAja telah memiliki lebih dari 1,6 juta pengguna, yang akan terus meningkat sejalan dengan adanya komitmen dari beberapa partner strategis seperti Pemerintah Daerah dan institusi lainnya untuk berkolaborasi demi perluasan ekosistem digital Syariah di seluruh Indonesia. Sejak diluncurkan 14 April 2020, kehadiran Layanan Syariah LinkAja sebagai uang elektronik pertama dan satu-satunya di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dalam satu tahun perjalanannya, berbagai program dan kegiatan telah dilakukan tidak hanya untuk mengakselerasi adopsi penggunaan uang elektronik dengan prinsip syariah, tetapi juga untuk mengedukasi publik mengenai pentingnya transaksi elektronik bagi kemajuan dan kemudahan hidup masyarakat dengan tetap memberikan Berkah untuk semua dengan berlandaskan pada kaidah prinsip syariah. 2021 Analisis SWOT LinkAja pada tahun 2021 Kekuatan (Strengths) - Memiliki dukungan dari BUMN, sehingga memiliki jaringan yang luas dan kuat. - Memiliki fitur yang lengkap dan beragam, seperti transfer, pembayaran, dan top-up. - Memiliki program promo dan diskon yang menarik. - Memiliki kerja sama dengan berbagai merchant, baik offline maupun online. - Memiliki brand awareness yang semakin meningkat. - Beberapa fitur telah dioptimalkan, seperti fitur transfer antar bank. - Jumlah merchant yang menerima LinkAja semakin meningkat. Kelemahan (Weaknesses) - Masih terdapat beberapa fitur yang belum optimal, seperti fitur tarik tunai. - Masih terdapat beberapa merchant yang belum menerima LinkAja secara penuh. Peluang (Opportunities) - Pertumbuhan ekonomi digital yang semakin pesat di Indonesia. - Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya transaksi nontunai. - Semakin banyaknya merchant yang menerima pembayaran digital. - Meningkatnya penggunaan aplikasi dompet digital di kalangan UMKM. Ancaman (Threats) - Persaingan yang semakin ketat dari pemain-pemain lain di industri mobile payment. - Perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi bisnis mobile payment. - Tren teknologi yang terus berkembang. Pada tahun ini LinkAja memfokuskan pada bisnis lending dimana LinkAja mengakuisisi digital lending iGrow pada tahun ini. Melalui bisnis lending LinkAja diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas untuk mendukung ekosistemnya secara closed-loop, terutama di dalam ekosistem BUMN serta membentuk infrastruktur layanan keuangan digital yang komprehensif dan inklusif. Namun, bisnis lending iGrow tidak berjalan mulus karena saat itu tengah dihadapkan permasalahan gagal bayar dengan kerugian saenilai sekitar Rp 3 miliar dan telah digugat oleh 40 lender ke pengadilan. Selain itu, LinkAja juga mengakusisi digital lending yang ditransformasi menjadi LinkAja Modalin. Melalui lini bisnis ini, LinkAja akan meningkatkan kapabilitasnya untuk mendukung ekosistemnya, secara closed-loop terutama didalam ekosistem BUMN. Cakupan bisnis LinkAja Modalin mencakup tiga pembiayaan, yaitu Invoice Financing, Retailer Financing serta Agri ecosystem Financing. Beberapa mitranya antra lain: Telkomsel, SIG, dan e-fishery. 2022 Analisis SWOT LinkAja pada tahun 2022 Kekuatan (Strengths) - Memiliki dukungan dari BUMN, sehingga memiliki jaringan yang luas dan kuat. - Memiliki fitur yang lengkap dan beragam, seperti transfer, pembayaran, dan top-up. - Memiliki program promo dan diskon yang menarik. - Memiliki kerja sama dengan berbagai merchant, baik offline maupun online. - Memiliki brand awareness yang tinggi. - Fitur-fitur telah dioptimalkan, seperti fitur tarik tunai. - Jumlah merchant yang menerima LinkAja semakin luas. Kelemahan (Weaknesses) - Masih terdapat beberapa fitur yang belum dikembangkan, seperti fitur investasi. Peluang (Opportunities) - Pertumbuhan ekonomi digital yang semakin pesat di Indonesia. - Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya transaksi nontunai. - Semakin banyaknya merchant yang menerima pembayaran digital. - Meningkatnya penggunaan aplikasi dompet digital di kalangan UMKM. - Penerapan teknologi blockchain dan metaverse dalam industri digital. Ancaman (Threats) - Persaingan yang semakin ketat dari pemain-pemain lain di industri mobile payment. - Perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi bisnis mobile payment. - Tren teknologi yang terus berkembang. LinkAja berhasil mencapai perbaikan profitabilitas yang signifikan sepanjang tahun 2022, dimana pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh memuaskan sebesar hampir 30% dan beban operasional (operational expense) turun drastis sebesar lebih dari 50%. Hal ini sejalan dengan fokus perusahaan dalam memperkuat fundamental bisnis yang sustainable, demi mengakselerasi pencapaian positive EBITDA dalam waktu dekat. Sejak awal tahun 2022, LinkAja memfokuskan diri melalui bisnis model dua sisi (two-sided business model) B2B2C (Business to Business to Consumer). Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention. Sedangkan, fokus segmen B2B berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital. Pada tahun 2022, LinkAja masih mengimplementasikan digital financial solutions dengan berfokus pada kolaborasi sinergi BUMN, terutama di dalam ekosistem Telkomsel, Pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara). Untuk ekosistem Telkomsel, LinkAja telah mendigitalisasi supply chain tradisional Telkomsel di lebih dari 300 ribu retailer dengan kenaikan pendapatan mencapai hampir 90%. Ke depannya, digitalisasi ekosistem tradisional Telkomsel ini akan berlanjut ke tingkat distributor. Untuk ekosistem Pertamina, LinkAja semakin memperkuat positioning di aplikasi MyPertamina, yang disertai pertumbuhan pendapatan eksponensial sebesar 1600%. Di samping itu, use-case terkait layanan Himbara juga memperlihatkan pertumbuhan pendapatan yang sangat signifikan, yakni sebesar 80%. LinkAja berhasil mencapai perbaikan profitabilitas yang signifikan sepanjang tahun 2022, dimana pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh memuaskan sebesar hampir 30% dan beban operasional (operational expense) turun drastis sebesar lebih dari 50%. Hal ini sejalan dengan fokus perusahaan dalam memperkuat fundamental bisnis yang sustainable, demi mengakselerasi pencapaian positive EBITDA dalam waktu dekat. Didukung dengan ekosistem BUMN sebagai key competitive advantage dan model bisnis dua sisi yang efisien, LinkAja juga mampu menurunkan biaya dengan tetap meningkatkan pendapatan. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, komponen biaya pemasaran (marketing expense) serta operations & maintenance (O&M expense) masing-masing mampu diturunkan sebesar lebih dari 90% dan 30%. Rasio pendapatan terhadap biaya promosi juga bisa ditekan dari 1.3x menjadi 0.1x, yang mengindikasikan penurunan dependensi pendapatan operasional perusahaan terhadap short-term incentive seperti cash-back. Selain itu, terjadi juga kenaikan kualitas pengguna terlihat dari Average Revenue per User (ARPU) yang meningkat signifikan sebesar 215%, basket size sebesar 55% hingga pencapaian retention rate sebesar lebih dari 70%. Sebagai hasil, EBITDA loss sepanjang tahun 2022 mampu ditekan sebesar lebih dari 60% dibandingkan dengan 2021, yang memperlihatkan bahwa perusahaan semakin on-track untuk merealisasikan komitmen pencapaian profit dalam waktu dekat. Model bisnis ini juga terbukti mampu membuat LinkAja menjadi antitesis industri digital sebagaimana terlihat dari kinerja finansial sepanjang tahun 2022, dimana terjadi kenaikan pendapatan yang signifikan dan penurunan biaya yang drastis, walaupun di tengah situasi industri teknologi yang sangat challenging.