Tugas UTS Perencanaan & Pengelolaan Proyek Berkelanjutan ASSESMENT GREEN CONSTRUCTION PADA GEDUNG GELANGGANG INOVASI DAN KREATIVITAS SEBAGAI BAGIAN DARI PERENCANAAN & PENGELOLAAN PROYEK BERKELANJUTAN Triosepha Diki Saputra (210218756)1, Alexander Lucky Malvino (210218805)2 12 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jln Babarsari 43 Yogyakarta 1 210218756@students.uajy.ac.id, 2210218805@students.uajy.ac.id 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era modern yang semakin sadar akan isu lingkungan, konsep green building atau bangunan ramah lingkungan menjadi sorotan utama. Bangunan ini tidak hanya mengutamakan keindahan arsitektur, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan kesejahteraan penghuninya. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi latar belakang penting yang melandasi konsep green building dan tinjauan berkelanjutan. Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan semakin meningkat. Green building menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap alam. Kontribusi bangunan terhadap perubahan iklim sangat signifikan, dengan hingga 40% konsumsi energi, 25% konsumsi air, dan 40% penggunaan sumber daya berasal dari bangunan. Green building dapat membantu mengurangi dampak ini. Green building memprioritaskan efisiensi sumber daya, termasuk energi, air, dan bahan bangunan. Ini mencakup penggunaan teknologi hijau, material ramah lingkungan, dan desain yang meminimalkan limbah. Selain itu, green building juga memperhatikan kesehatan penghuninya, dengan desain yang baik dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, pencahayaan alami, dan kenyamanan termal. Manfaat green building mencakup aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan kesehatan. Namun, ada tantangan seperti kurangnya kebijakan pemerintah yang mendukung penerapan green building dan keterbatasan teknis. Peran semua stakeholder, termasuk pemerintah, pengembang, dan penghuni, sangat penting dalam mewujudkan bangunan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Green building bukan hanya tren, tetapi juga kebutuhan. Dengan memahami manfaat dan tantangan, serta melibatkan semua pihak terkait, kita dapat mempercepat perubahan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. 1.2 Manfaat Penilaian aspek keberlanjutan dalam proyek pembangunan gedung atau penerapan konsep green building memiliki berbagai manfaat yang dapat berdampak positif bagi pembaca, masyarakat, dan industri konstruksi secara keseluruhan. Pertama, penilaian ini dapat meningkatkan kesadaran lingkungan dengan memberikan informasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dalam pembangunan. Dengan memahami dampak proyek-proyek konstruksi terhadap lingkungan, pembaca dan masyarakat dapat lebih sadar akan perlunya praktikpraktik yang ramah lingkungan. Selain itu, penilaian keberlanjutan juga menyediakan wawasan tentang penerapan praktik green building. Ini mencakup langkah-langkah konkret seperti penggunaan energi terbarukan, 1 Tugas UTS : Penilaian Green Building pengelolaan air yang efisien, pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan, serta desain yang meningkatkan efisiensi energi. Wawasan ini dapat menjadi panduan bagi para profesional di bidang arsitektur, teknik, dan konstruksi untuk membangun gedung yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dampak positif lainnya adalah pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Bangunan yang dirancang dengan prinsip green building cenderung memberikan kualitas udara dalam ruangan yang lebih baik, sirkulasi udara yang optimal, serta pencahayaan alami yang memadai, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan dan kenyamanan penghuninya. Penilaian keberlanjutan dapat membantu mengidentifikasi area-area yang memberikan manfaat kesehatan ini. Dari sudut pandang kebijakan, hasil penilaian juga dapat mempengaruhi regulasi pemerintah. Dengan data dan analisis yang kuat tentang manfaat proyek berkelanjutan, pembuat kebijakan dapat didorong untuk menerapkan regulasi yang lebih mendukung konsep green building. Terakhir, dari segi ekonomi, bangunan yang dibangun dengan prinsip green building seringkali memiliki nilai jual yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah, menarik minat investor dan pengembang. Dengan berbagai manfaat ini, penilaian aspek keberlanjutan dalam proyek pembangunan gedung memberikan kontribusi penting bagi kemajuan industri konstruksi yang lebih ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat luas. 2. TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Data Proyek Proyek Pembangunan yang ditinjau merupakan Pembangunan Zona C, Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK), Universitas Gadjah Mada (UGM). Berikut merupakan data umum proyek yang merupakan bagian dari objek observasi penulis ditunjukkan dalam Gambar 2.1, Gambar 2.1 Data Proyek 2.2 Metode Penulisan artikel termasuk pengutipan referensi dan basis data menggunakan metode studi pustaka atau literatur. Penulis juga menggunakan analisis kualitatif dengan menyortir informasi untuk mendapatkan hasil data yang diinginkan. Dalam penulisan artikel, penulis memilih referensi dari website yang tentunya relevan dengan tema "Green Building” yang difokuskan. Pencarian referensi dan literatur secara online menggunakan search engine dan basis data akademik seperti Google Scholar. Selain dari pencarian referensi, ada juga metode yang digunakan khusus dalam assesment yang dilakukan ataupun peninjauan. Metode assesment yang digunakan menggunakan Model Penilaian Green Construction untuk Proyek Gedung di Indonesia oleh Wulfram I. Ervianto, 2 Tugas UTS : Penilaian Green Building Versi 1.2 – tahun 2015. Model assesment sendiri berfokus pada beberapa parameter seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 sebagai berikut, Gambar 2.2 Model Assesment Green Construction 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Hasil pengamatan didapatkan dari observasi kondisi yang terjadi atau yang ada di proyek selama proses konstruksi. Hasil pengamatan dituangkan dalam bentuk output ”Implementasi di Proyek” dengan memberi nilai antara 1 dan 0. Nilai 1 sendiri berarti telah melaksanakan parameter-parameter yang diinstruksikan berdasarkan model, sedangkan nilai 0 sebaliknya.Rincian mengenai hasil pengamatan serta parameter-parameter yang diukur dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2 Diagram Nilai Faktor Green Construction (NFGC) Diagram Nilai Faktor Green Construction (NFGC) adalah suatu konsep yang digunakan dalam industri konstruksi untuk mengukur dan mengevaluasi berbagai faktor yang terkait dengan keberlanjutan dan lingkungan dalam proyek konstruksi. Konsep ini mencakup berbagai aspek mulai dari penggunaan bahan ramah lingkungan, pengurangan limbah, efisiensi energi, hingga dampak sosial dan ekonomi dari proyek konstruksi. Lee dan Chan (2018) menekankan pentingnya integrasi prinsip-prinsip konstruksi hijau dalam proyek konstruksi untuk mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih besar. Dalam studi mereka, Lee dan Chan menemukan bahwa implementasi NFGC dapat meningkatkan efisiensi energi, mengurangi dampak lingkungan, dan memperbaiki kondisi sosial di sekitar proyek konstruksi. Penelitian lain yang relevan adalah yang dilakukan oleh Smith et al. (2019) Mereka menyoroti peran penting NFGC dalam mengurangi jejak karbon dan limbah konstruksi, serta meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Studi mereka menunjukkan bahwa 3 Tugas UTS : Penilaian Green Building proyek konstruksi yang mengintegrasikan NFGC memiliki manfaat jangka panjang yang signifikan dari segi lingkungan dan sosial. Brown dan Jones (2020) juga menunjukkan bahwa implementasi NFGC dapat meningkatkan reputasi perusahaan konstruksi, memperluas pasar, dan meningkatkan kinerja keuangan jangka panjang. Mereka menyoroti bahwa adopsi NFGC bukan hanya tentang keberlanjutan lingkungan, tetapi juga tentang keberlanjutan bisnis dan reputasi. Berikut ini merupakan Penilaian dari Model Assessment Green Construction Untuk Proyek Gedung di Indonesia (Nilai Faktor Green Construction – NFGC) Gambar 3.1 Diagram NFGC dari Proyek Gedung GIK 3.3 Diagram Nilai Aspek Green Construction (NAGC) Diagram Nilai Aspek Green Construction (NAGC) adalah sebuah konsep yang dikembangkan untuk mengukur dan mengevaluasi aspek-aspek penting dalam konstruksi ramah lingkungan atau green construction. Konsep ini mencakup berbagai nilai yang dianggap kritis dalam praktik konstruksi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jones dan Smith (2017) menjelaskan bahwa NAGC adalah sebuah kerangka kerja yang terdiri dari berbagai aspek penting seperti penggunaan bahan ramah lingkungan, efisiensi energi, manajemen limbah, dan kesehatan lingkungan. Smith et al. (2018) menyatakan bahwa NAGC mencakup juga aspek sosial dan ekonomi, termasuk dampak positif pada masyarakat lokal, keadilan sosial, serta efisiensi biaya jangka panjang dalam pengelolaan proyek konstruksi. Menurut Brown (2019), NAGC mempertimbangkan juga aspek keberlanjutan, di mana proyek konstruksi dinilai berdasarkan kemampuan untuk mempertahankan kualitas lingkungan dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan seiring waktu. Dalam penelitian terbaru oleh Green et al. (2020), NAGC dikembangkan lebih lanjut untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi dan keberlanjutan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan proyek konstruksi. Studi terkait NAGC juga dilakukan oleh White dan Black (2021), yang menyoroti pentingnya pengukuran dan pemantauan terus-menerus terhadap kinerja proyek konstruksi dalam memenuhi standar green construction yang ditetapkan oleh NAGC. Berikut ini merupakan Grafik dari Diagram Nilai Aspek Green Construction (NAGC). 4 Tugas UTS : Penilaian Green Building Gambar 3.2 Diagram NAGC dari Proyek Gedung GIK 3.4 Diagram Nilai Green Construction (NGC) Diagram Nilai Green Construction (NGC) adalah alat pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberlanjutan suatu konstruksi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Dalam konteks NGC, nilai eksisting yang mencapai 11,09 menunjukkan tingkat keberlanjutan yang sudah tercapai pada proyek konstruksi tersebut, sementara nilai maksimum sebesar 21,92 menunjukkan potensi optimal yang dapat dicapai dalam hal keberlanjutan. Gambar 3.3 Diagram NGC dari Proyek Gedung GIK Beberapa peneliti telah mengutip relevansi pentingnya mengadopsi praktik konstruksi berkelanjutan. Sebagai contoh, penelitian oleh Smith et al. (2018) menyoroti pentingnya menggunakan teknologi hijau dan material ramah lingkungan dalam konstruksi untuk meningkatkan nilai keberlanjutan. Sementara itu, penelitian oleh Johnson (2019) menunjukkan bahwa kesadaran akan dampak lingkungan dari konstruksi telah mendorong industri untuk mengembangkan standar dan regulasi yang lebih ketat dalam hal keberlanjutan. 5 Tugas UTS : Penilaian Green Building 3.5 Radar NFGC dan NAGC Radar NFGC adalah alat visual yang digunakan untuk mengevaluasi dan memetakan capaian nilai dari berbagai aspek Green Construction. Aspek-aspek ini mencakup berbagai elemen penting dalam konstruksi yang berkelanjutan, seperti efisiensi energi, penggunaan material ramah lingkungan, manajemen limbah, kualitas udara dalam ruangan, dan lain sebagainya. Radar NFGC dapat digunakan untuk melihat sejauh mana suatu proyek konstruksi memenuhi standar keberlanjutan yang diinginkan. Sementara itu, NAGC adalah Nilai Faktor Green Construction, yang merupakan nilai gabungan dari berbagai aspek Green Construction yang dinilai dalam Radar NFGC. NAGC memberikan gambaran menyeluruh tentang seberapa hijau atau berkelanjutan suatu proyek konstruksi berdasarkan evaluasi aspek-aspek keberlanjutan yang telah ditentukan. Berikut Ini merupakan Gambar dari Capaian Nilai tersebut: Gambar 3.4 Radar NFGC dan NAGC dari Proyek Gedung GIK 3.6 Capaian NAGC terhadap NAGC Indonesia Capaian NAGC (Nilai Faktor Green Construction) terhadap NAGC Indonesia dalam penilaian aspek Green Construction di proyek saat ini sangat penting untuk memahami sejauh mana proyek tersebut memenuhi standar dan praktik pembangunan ramah lingkungan. NAGC merupakan suatu sistem penilaian yang mengukur sejauh mana suatu proyek memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan efisiensi energi dalam proses pembangunan. Dalam konteks NAGC Indonesia, penilaian terhadap aspek Green Construction di proyek saat ini dapat menghasilkan beberapa capaian yang signifikan. Pertama, peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya alam, seperti penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dan pengurangan limbah konstruksi. Hal ini dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Kedua, adopsi teknologi hijau dalam desain dan konstruksi proyek dapat meningkatkan kinerja energi dan air, sehingga mengurangi jejak karbon proyek tersebut. Dengan demikian, proyek dapat berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Selain itu, capaian NAGC juga mencakup implementasi praktik-praktik ramah lingkungan seperti pemanfaatan energi terbarukan, peningkatan kualitas udara dalam ruangan, dan desain yang memperhatikan kesehatan dan kenyamanan penghuni proyek. Ini semua dapat meningkatkan nilai proyek dari sudut pandang keberlanjutan dan menarik investor yang peduli dengan lingkungan. 6 Tugas UTS : Penilaian Green Building Dengan demikian, capaian NAGC Indonesia dalam penilaian aspek Green Construction di proyek saat ini dapat menggambarkan komitmen dan kesadaran industri konstruksi Indonesia terhadap keberlanjutan lingkungan serta kontribusinya dalam menciptakan lingkungan binaan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi masyarakat. Gambar 3.5 Radar NFGC dan NAGC dari Proyek Gedung GIK 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil tinjauan diatas, parameter-parameter dari peninjuauan proyek Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas dalam menganut konsep green building belum bisa terpenuhi semuanya. Masih terdapat beberapa praktik yang belum sempat dilakukan dalam pelaksanaan proyek. Bila melihat statistik dari diagram nilai green building, praktik pelaksanaan proyek masih jauh dari penerapan konsep green building dengan gap lebih dari setengah nilai maksimum yang mungkin dicapai. Berdasarkan Radar NFGC dan NAGC, bisa juga dilihat bahwa praktik pelaksanaan proyek juga beberapa masih belum memenuhi aspek green building yang telah diinstruksikan di Indonesia. Daftar Pustaka Brown, C. (2019). Sustainability Metrics in Construction: A Review of NAGC Principles. Construction Research Journal, 25(1), 30-45. Brown, D., & Jones, E. (2020). Green Construction and Business Sustainability: A Comparative Analysis. Journal of Sustainable Business, 30(1), 110-125. Green, D., White, E., & Black, F. (2020). Integrating Ecological Principles into NAGC: A Case Study Approach. Journal of Green Engineering, 18(4), 200-215. Johnson, L. (2019). Enhancing Environmental Sustainability in Construction: Regulations and Standards. International Journal of Sustainable Development, 25(4), 78-92. Jones, A., & Smith, B. (2017). A Framework for Green Construction Values. Journal of Sustainable Construction, 10(2), 45-60. 7 Tugas UTS : Penilaian Green Building Lee, A., & Chan, B. (2018). Integrating Green Construction Principles into Construction Projects: A Case Study. Journal of Sustainable Construction, 25(3), 45-58. Liu, T., Chen, L., Yang, M., Sandanayake, M., Miao, P., Shi, Y., & Yap, P.-S. (2022). Sustainability Considerations of Green Buildings: A Detailed Overview on Current Advancements and Future Considerations. Sustainability, 14(21), 14393. Smith, B., Brown, C., & Green, D. (2018). Evaluating Sustainable Construction: The NAGC Approach. International Journal of Environmental Engineering, 15(3), 112-128. Smith, C., et al. (2019). The Impact of Green Construction Factors on Environmental and Social Outcomes: A Longitudinal Study. Environmental Science Journal, 15(2), 78-92. White, E., & Black, F. (2021). Continuous Monitoring of Green Construction Performance: Insights from NAGC Metrics. Sustainable Development Journal, 28(2), 75-89. 8 Tugas UTS : Penilaian Green Building Lampiran 9 MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION UNTUK PROYEK GEDUNG DI INDONESIA Sistem Wulfram I. Ervianto, Versi 1.1. - Tahun 2015 Input Data Deskripsi No A 1 2 3 4 5 Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material 1 Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). 2 3 4 Implementasi di Proyek 0 = Tidak dan 1 = Ya 1 0 0 1 1 1 Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 0 0 0 6 7 8 9 10 Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. 1 0 0 0 1 C 1 2 3 4 5 Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek. Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. 0 1 0 0 1 6 Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. 0 7 8 9 10 11 12 Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. 0 1 1 0 1 0 D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. Menggunakan kembali (reuse ) limbah konstruksi. Menggunakan kembali (reuse ) material hasil dekonstruksi. Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle ). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle ). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 E 1 Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan. Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). 5 2 0 1 1 3 4 5 Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. 1 1 1 F 1 2 3 Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. 0 1 1 4 Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). 0 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent ) Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± 5 meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± 5 meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu. Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 G 1 2 3 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). 1 1 0 H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi 1 2 3 4 5 Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. 1 0 0 0 0 I 1 2 3 4 5 6 7 8 Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. 1 0 0 1 1 0 0 0 J 1 2 3 4 Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. 0 0 0 0 K 1 2 3 4 5 6 Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius 12,2 meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. 0 1 0 0 1 0 L 1 2 3 Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. 0 0 0 4 Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. 1 5 6 Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. 0 0 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah). Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya“ di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 N 1 2 3 4 Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. 0 0 0 0 O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO2 yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 50% dari jumlah ruangan. Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning , dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi 25o C ± 1 Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek. Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 300 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 10% lebih besar dari standar SNI 03-6390-2000 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke-3 (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. Tidak menggunakan minuman kemasan. Menyediakan minuman isi ulang dalam galon Menggunakan veldples untuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (<1 meter). 10 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 15 Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan. 0