Berikut adalah ringkasan Bab 1 “Pengenalan Falsafah” dalam dokumen “Falsafah Pendidikan Kontemporari”: 1. Pengenalan Falsafah: o Falsafah berasal dari istilah Yunani yang berarti “cinta akan kebijaksanaan” atau “cinta akan pengetahuan, kebenaran, dan keutamaan”. Falsafah adalah usaha mencari kebenaran atau keyakinan tentang sesuatu hal dengan menggunakan akal fikiran. o Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu sejak kecil. Anak-anak menunjukkan keinginan ini dengan mengajukan berbagai pertanyaan seperti apa, mengapa, bagaimana, dan siapa. Semangat ingin tahu ini semakin bertambah saat mereka dewasa dan berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi keinginan ini. 2. Konsep Falsafah: o Falsafah lebih memberatkan kepada pendidikan, yaitu lebih mementingkan tujuan dan matlamat pendidikan suatu masyarakat atau suatu bangsa. o Berfikir secara falsafah harus memiliki ciri-ciri seperti berfikir secara radikal (mendalam hingga ke akar umbi atau asal usulnya dan hakikatnya), berfikir secara universal (menurut pengalaman manusia umumnya), dan berfikir secara integral (berpadu secara lengkap). 3. Falsafah Pendidikan Kontemporari: o Buku “Falsafah Pendidikan Kontemporari” ini ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan falsafah dalam konteks kontemporari. o Buku ini memiliki 10 bab secara umumnya. Bab pertama adalah pengenalan falsafah, kedua komponen aliran falsafah, ketiga adalah aliran Falsafah Pragmatisme, keempat adalah aliran Falsafah Eksistensialisme, kelima adalah Aliran Falsafah Idealisme Plato, keenam adalah Aliran Realisme serta tokohnya Aristotle, ketujuh Falsafah Politik Plato, kelapan adalah Falsafah Moden, kesembilan adalah Ahli Falsafah Islam, dan bab sepuluh adalah Falsafah Sains. Bab 2 Bab ini membincangkan tentang konsep falsafah dan bagaimana ia digunakan dalam bidang pendidikan. Falsafah lebih memberatkan kepada pendidikan, yaitu lebih mementingkan tujuan dan matlamat pendidikan suatu masyarakat atau suatu bangsa. Berfikir secara falsafah harus memiliki ciri-ciri seperti berikut: Berfikir secara radikal, yaitu secara mendalam hingga ke akar umbinya atau asal usulnya dan hakikatnya. Berfikir secara universal, yaitu menurut pengalaman manusia umumnya (common experience of mankind), bukannya secara khusus dan terbatas seperti dalam disiplin ilmu yang tertentu. Berfikir secara integral, yaitu berpadu secara lengkap. Bab 3 Bab ini membincangkan tentang aliran falsafah pragmatisme. Pragmatisme adalah aliran falsafah yang menekankan pada hasil atau akibat sebagai ukuran kebenaran. Dalam konteks pendidikan, pragmatisme menekankan pada pengalaman praktis dan aplikasi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa poin penting dari bab ini: Pengenalan Pragmatisme: Pragmatisme berasal dari kata ‘pragma’ yang berarti tindakan. Oleh karena itu, pragmatisme menekankan pada tindakan dan hasil daripada tindakan tersebut. Pragmatisme melihat bahwa pengetahuan dan kebenaran adalah relatif dan berubahubah berdasarkan pengalaman dan konteks. Pragmatisme dalam Pendidikan: Dalam pendidikan, pragmatisme menekankan pada belajar melalui pengalaman. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar harus berorientasi pada aktivitas dan pengalaman nyata siswa. Pragmatisme juga menekankan pada pentingnya keterampilan dan kompetensi yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh Pragmatisme: Beberapa tokoh penting dalam aliran pragmatisme antara lain adalah John Dewey, William James, dan Charles Sanders Peirce. Mereka berkontribusi besar dalam pengembangan pemikiran pragmatisme, khususnya dalam konteks pendidikan. Bab 4 Bab ini membincangkan tentang aliran falsafah eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran falsafah yang menekankan pada kebebasan individu, pilihan, dan tanggung jawab pribadi. Dalam konteks pendidikan, eksistensialisme menekankan pada pengembangan individu melalui pengalaman dan refleksi pribadi. Berikut adalah beberapa poin penting dari bab ini: Pengenalan Eksistensialisme: Eksistensialisme berasal dari kata ‘existential’ yang berarti keberadaan atau eksistensi. Oleh karena itu, eksistensialisme menekankan pada keberadaan individu dan bagaimana individu tersebut memaknai hidup dan eksistensinya. Eksistensialisme melihat bahwa kehidupan tidak memiliki makna objektif, dan makna hidup adalah sesuatu yang harus diciptakan oleh individu itu sendiri melalui pilihan dan tindakannya. Eksistensialisme dalam Pendidikan: Dalam pendidikan, eksistensialisme menekankan pada pengembangan individu sebagai individu unik dan otonom. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar harus berorientasi pada pengembangan potensi individu dan bukan hanya penyerapan pengetahuan. Eksistensialisme juga menekankan pada pentingnya refleksi dan introspeksi dalam proses belajar. Melalui refleksi, siswa dapat memahami diri mereka sendiri dan dunia sekeliling mereka dengan lebih baik. Tokoh Eksistensialisme: Beberapa tokoh penting dalam aliran eksistensialisme antara lain adalah Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Jean-Paul Sartre, dan Albert Camus. Mereka berkontribusi besar dalam pengembangan pemikiran eksistensialisme, khususnya dalam konteks pendidikan. Bab 5 Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK): FPK menekankan perkembangan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu. Tujuan FPK adalah untuk menghasilkan manusia yang unggul dan bertaqwa baik di dunia maupun di akhirat. FPK memandang pendidikan sebagai usaha manusia dewasa yang sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta pandangan hidup kepada generasi muda. Impak FPK pada Pembangunan Modal Insan: FPK berperan dalam membentuk modal insan yang berkualitas. Modal insan yang berkualitas akan berdampak positif pada pembangunan negara, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan budaya. FPK memastikan pendidikan berfokus pada pengembangan potensi individu, bukan hanya penyerapan pengetahuan semata. Pentingnya FPK dalam Konteks Pendidikan: FPK memberikan arah dan landasan bagi sistem pendidikan nasional. FPK memastikan pendidikan mencakup nilai-nilai kebangsaan, moral, dan etika. Bab 6 Bab ini membincangkan tentang aliran falsafah realisme dan tokoh utamanya, Aristotle. Realisme adalah aliran falsafah yang menekankan pada realiti atau kebenaran objektif yang dapat dikenali melalui pengalaman dan akal budi. Berikut adalah beberapa poin penting dari bab ini: Pengenalan Realisme: Realisme berasal dari kata ‘real’ yang berarti nyata atau sebenarnya. Oleh karena itu, realisme menekankan pada pengenalan terhadap realiti atau kebenaran objektif. Realisme melihat bahwa pengetahuan dan kebenaran adalah sesuatu yang objektif dan dapat dikenali melalui pengalaman dan akal budi. Realisme dalam Pendidikan: Dalam pendidikan, realisme menekankan pada pengenalan terhadap dunia nyata. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar harus berorientasi pada pengenalan dan pemahaman terhadap realiti atau kebenaran objektif. Realisme juga menekankan pada pentingnya pengalaman dan akal budi dalam proses belajar. Melalui pengalaman dan akal budi, siswa dapat memahami dan mengenali realiti atau kebenaran objektif. Tokoh Realisme: Aristotle: Aristotle adalah salah satu tokoh utama dalam aliran realisme. Ia berkontribusi besar dalam pengembangan pemikiran realisme, khususnya dalam konteks pendidikan. Bab 7 Epistemologi: Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan, bagaimana kita memperolehnya, dan apa yang dapat dianggap sebagai pengetahuan yang sah. Dalam pendidikan, epistemologi membahas tentang metode dan proses memperoleh pengetahuan. Ini termasuk pertanyaan tentang apa yang dapat dianggap sebagai bukti yang sah, bagaimana kita memahami realitas, dan bagaimana kita memastikan kebenaran pengetahuan. Isu Semasa dalam Pendidikan dan Falsafah: Bab ini membahas isu-isu kontemporari yang relevan dengan pendidikan dan falsafah. Beberapa isu yang mungkin dibahas meliputi: Teknologi: Bagaimana teknologi memengaruhi proses belajar mengajar dan bagaimana kita memahami pengetahuan? Multikulturalisme: Bagaimana kita menghargai dan memahami perbedaan budaya dalam pendidikan? Etika: Bagaimana kita mengajarkan nilai-nilai etika dan moral kepada generasi muda? Krisis Lingkungan: Bagaimana pendidikan dapat membantu mengatasi krisis lingkungan dan mempromosikan kesadaran tentang keberlanjutan? Pentingnya Memahami Epistemologi dan Isu Semasa: Memahami epistemologi membantu kita memahami dasar-dasar pengetahuan dan metode ilmiah. Memahami isu-isu semasa membantu kita menghadapi tantangan dan perubahan dalam dunia pendidikan dengan bijaksana. Bab 8 Pengenalan Dekolonisasi: Dekolonisasi merujuk pada proses menghilangkan pengaruh kolonialisme dan memulihkan kedaulatan serta identitas budaya suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan, dekolonisasi berarti mengatasi warisan kolonial dalam sistem pendidikan dan memperkuat pendekatan yang lebih otonom dan sesuai dengan budaya lokal. Tujuan Dekolonisasi dalam Pendidikan: Menggali kembali pengetahuan dan tradisi lokal yang terpinggirkan selama masa kolonial. Mempromosikan bahasa dan budaya lokal sebagai bagian integral dari pendidikan. Mengkritisi kurikulum yang masih terpengaruh oleh pandangan kolonial. Tantangan Dekolonisasi: Menghadapi resistensi dari struktur pendidikan yang masih terikat pada norma-norma kolonial. Memastikan bahwa dekolonisasi tidak hanya berbicara tentang simbolisme, tetapi juga mengubah praktik dan kebijakan pendidikan. Dekolonisasi adalah langkah penting untuk membebaskan pendidikan dari beban sejarah kolonial dan memastikan bahwa pendidikan mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya lokal. Bab 9 Pengenalan Falsafah Pendidikan Islam: Falsafah Pendidikan Islam (FPI) adalah pandangan dan prinsip yang mendasari sistem pendidikan Islam. FPI menekankan pada pengembangan potensi individu secara holistik, dengan memperhatikan aspek rohaniah, intelektual, dan sosial. Tujuan FPI: Menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Menghasilkan generasi yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan negara. Prinsip-Prinsip FPI: Tauhid: Mengakui keesaan Allah dan mengintegrasikan ajaran-Nya dalam pendidikan. Akhlak: Menanamkan nilai-nilai moral dan etika dalam pendidikan. Ilmu: Mengutamakan pengetahuan dan pengembangan intelektual. Amal: Mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya FPI dalam Pendidikan: FPI memberikan landasan moral dan spiritual bagi pendidikan Islam. FPI memastikan pendidikan mencakup aspek agama dan dunia. Bab 10 Pengenalan Falsafah Sains: Falsafah sains adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang sains, metode ilmiah, dan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pengetahuan. Falsafah sains mencakup pertanyaan tentang apa yang dapat dianggap sebagai bukti yang sah, bagaimana kita memahami realitas, dan bagaimana kita memastikan kebenaran pengetahuan. Tujuan Falsafah Sains dalam Pendidikan: Memahami dasar-dasar pengetahuan dan metode ilmiah. Mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi fenomena alam dan pengetahuan ilmiah. Pentingnya Falsafah Sains dalam Konteks Pendidikan: Falsafah sains memberikan landasan moral dan intelektual bagi pendidikan ilmiah. Falsafah sains memastikan pendidikan mencakup aspek epistemologi dan metode ilmiah. Rumusan Keseluruhan Bab 1 hingga Bab 10 dalam “Falsafah Pendidikan Kontemporari” Buku “Falsafah Pendidikan Kontemporari” menggali berbagai aspek falsafah dan isu-isu semasa dalam pendidikan. Dari pengenalan falsafah hingga pertimbangan epistemologi dan isu-isu kontemporari, buku ini memberikan wawasan tentang bagaimana pemikiran dan pandangan kita membentuk pendidikan dan masyarakat. Perbincangan Artikel “Falsafah Pendidikan Kontemporari” ini membahas berbagai aspek penting dalam falsafah dan pendidikan. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diulas: Peningkatan Martabat: Artikel ini membahas tentang peningkatan martabat dari yang paling rendah hingga yang paling sempurna. Ini mencakup konsep tentang keberadaan dan bagaimana tidak ada yang bisa menyamai atau menandingi tingkat keberadaan tertentu. Kebenaran Individu: Menurut Socrates, kebenaran ada pada setiap individu, bukan pada tradisi atau buku-buku agama. Setiap individu memiliki prinsipnya sendiri tentang bagaimana berpikir dan bertindak. Falsafah Islam: Artikel ini juga membahas tentang falsafah Islam dan bagaimana beberapa pemikir telah mencoba mendefinisikan kembali kebenaran dalam falsafah Islam. Falsafah Islam diasaskan di atas kekuatan wahyu dan akal memperkukuhkannya. Determinisme dan Indeterminisme: Artikel ini juga membahas konsep determinisme dan indeterminisme dalam fisika dan bagaimana mereka mempengaruhi pemahaman kita tentang dunia. Ahli Falsafah Islam: Artikel ini juga membahas beberapa tokoh terkenal dalam falsafah Islam seperti Ibnu Rusyd dan bagaimana karya mereka telah mempengaruhi perkembangan falsafah. Secara keseluruhan, artikel ini memberikan pandangan yang mendalam tentang berbagai aspek falsafah dan pendidikan, dengan fokus khusus pada falsafah Islam. Artikel ini juga menyoroti pentingnya pemikiran kritis dan individual dalam mencari kebenaran. Artikel ini juga menekankan pentingnya memahami dan menerima perbedaan pendapat dan perspektif dalam mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dunia. Berdasarkan artikel “Falsafah Pendidikan Kontemporari”, berikut adalah beberapa solusi yang diusulkan untuk mengatasi kritik terhadap sistem pendidikan saat ini: Penerapan Kaedah Saintifik: Artikel ini menyarankan penerapan kaedah saintifik dalam pendidikan untuk membentuk individu yang lengkap. Melalui kaedah penyelesaian masalah, pelajar akan belajar untuk mengaplikasikan proses tersebut di dalam, atau di luar sekolah. Ini dapat mengurangkan masalah pengasingan sekolah daripada masyarakat. Membuat Kelas sebagai Komuniti: Guru yang Pragmatist cuba menjadikan kelas sebagai satu komuniti. Mereka menggalakkan pelajar untuk berkongsi minat, mengambil berat dan berkongsi masalah antara mereka. Peran Guru sebagai Pemudahcara: Guru yang Pragmatist tidak akan membiarkan kepentingan sesuatu matapelajaran itu tetapi akan cuba mencari penyelesaiannya. Tambahan pula, guru tersebut tidak akan cuba untuk menguasai proses pengajaran tetapi sepatutnya cuba bertindak sebagai pemudahcara kepada pelajar. Pendidikan Berbasis Kebajikan: Al-Farabi berpendapat bahwa kebahagiaan sejati sentiasa dengan suatu tindakan-tindakan yang mulia, kebajikan-kebajikan dan keutamaan-keutamaan maka untuk menuju ke arah itu terwujud melalui kepimpinan yang tegak dan benar. Pendidikan Berbasis Sains: Artikel ini juga menekankan pentingnya pendidikan berbasis sains, di mana pelajar diajarkan untuk menerapkan metode ilmiah dalam proses pembelajaran mereka.