Uploaded by linataxaccsals

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI LANJUTAN BAB 2- LINA R

advertisement
MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI LANJUTAN
BAB 2
PERILAKU ETIS DALAM PROFESI AKUNTANSI
(ETHICAL BEHAVIOUR IN ACCOUNTING)
Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si
Disusun Oleh :
Lina Rosyidah (23062020018)
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Etis dalam
Profesi Akuntansi (Ethical Behaviour In Accounting)” yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Lanjutan. Sholawat serta Salam semoga tetap
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta
mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas saran, bantuan dan bimbingan
yang telah diberikan selama proses penulisan makalah ini serta kerjasamanya, yaitu
kepada:
1.
Dr. Dra. Ec. Siti Sundari, M.Si sebagai dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi
lanjutan;
2.
Semua pihak yang turut membantu penulis dalam pembuatan makalah ini baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bisa
menyusun makalah yang lebih baik kedepannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Surabaya, 26 Februari 2024
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1.
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6
1.2.
Manfaat............................................................................................................................. 6
1.3.
Tujuan............................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7
2.1. Etika ..................................................................................................................................... 7
2.1.1. Definisi ......................................................................................................................... 7
2.1.2. Mengapa Mempelajari Etika ......................................................................................... 8
2.1.3.
Bersikap Etis ............................................................................................................. 9
2.1.4. Pertanyaan untuk Ditanyakan untuk Membenarkan Suatu Tindakan: Dasar Teori Etika
............................................................................................................................................... 10
2.1.5. Menggunakan alasan ................................................................................................... 10
2.1.6. Dilema Etika ............................................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, diikuti dengan perkembangan dunia bisnis
yang semakin pesat maka peran akuntan juga akan semakin dibutuhkan. Dalam lingkungan
bisnis saat ini, manajer dan para pembuat keputusan yang lainnya dalam pengambilan
keputusan, atau untuk merencanakan strategi bisnis di masa depan akan bergantung kepada
informasi-informasi keuangan yang dapat disediakan oleh akuntan. Oleh karena itu,
perilaku etis harus dimiliki oleh seorang profesi akuntan dikarenakan informasi keuangan
yang disajikan oleh akuntan harus akurat dan dapat diandalkan.
Pada era digital dan perkembangan teknologi seperti saat ini, arus informasi
bergerak begitu cepat, teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam
mendapatkan informasi, termasuk dalam dunia akuntansi bisnis. Karena perkembangan
teknologi, saat ini bisnis membutuhkan lebih sedikit sumber daya manusia, termasuk staf
akuntansi. Hal ini berakibat pada profesi akuntan yang underestimate terkait dampak
teknologi terhadap pekerjaan akuntan. Ini menjadikan tantangan berat yang harus
diselesaikan.
Profesi akuntan memiliki tuntutan untuk dapat mengikuti perkembangan peradaban
zaman yang dinamis. Pada era kompetitif di Revolusi Industri 4.0 dan saat ini mulai
mendekati Era competitive advantage 5.0. Profesi akuntan Indonesia diharuskan untuk
merespon setiap tantangan dengan cara meningkatkan keahlian, membuka wawasan baik
secara mandiri ataupun kelompok, menanamkan nilai dan etika agar dapat berkontribusi
dan mampu survive menghadapi tekanan serta memenangkan persaingan. Selain itu,
sebagai salah satu profesi penting dalam dunia ekonomi, seorang akuntan dituntut untuk
memahami kode etik sehingga mampu menjaga mutu dan kepercayaan para penguna jasa.
Dalam kode etik akuntan publik terdapat lima prinsip dasar etika yang harus
dipatuhi oleh setiap anggotanya, Lima prinsip dasar tersebut yaitu : (1) integritas, (2)
objektivitas, (3) kompetensi dan kehati-hatian profesional, (4) kerahasiaan, dan (5)
perilaku profesional. Kode etik tersebut diharapkan dapat diterapkan oleh akuntan publik
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari. Tetapi, karena profesi
4
akuntan public semakin berkembang dan peningkatan persaingannya pun semakin tajam,
maka upaya untuk menerapkan kode etik dengan tepat menjadi semakin sulit.
Pada era Industri 4.0, era yang penuh dengan persaingan, masih banyak terjadi
pelanggaran kode etik pada profesi akuntan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang tidak beres dalam proses pemeriksaan laporan
keuangan tersebut. Pada faktanya memang selalu ada penyimpangan yang dilakukan oleh
para akuntan publik. Contoh kasus yang terkenal adalah kasus perusahaan telekomunikasi
AS Worldcom dan KAP Arthur Andersen. Selain kasus WorldCom di Amerika, masih
terdapat kasus pelanggaran kode etik auditor termasuk di Indonesia, seperti pada kasus
KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono 2001. Kasus yang terbaru adalah kasus manipulasi
laporan keuangan yang melibatkan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, yaitu PT.
Garuda Indonesia (Persero), Tbk sudah melibatkan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang dan rekan sebagai auditor yang mengaudit laporan keuangannya (Untari, 2023).
Terjadinya kasus-kasus pelanggaran kode etik tersebut menunjukkan bahwa
menegakkan kode etik akuntan publik tidaklah mudah. Skandal yang bertentangan dengan
kode etik merupakan masalah besar, karena itulah Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
mengeluarkan kode etik yang harus dipatuhi akuntan sebagai kaidah-kaidah yang menjadi
landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat.
Perumusan dan pengembangan Kode Etik Akuntan Profesional oleh IAPI
didasarkan pada perkembangan dunia bisnis global yang ditandai dengan meningkatnya
transaksi korporasi lintas negara dan tuntutan transparansi serta akuntabilitas dalam
penyajian laporan keuangan. Berdasarkan kenyataan tersebut, IAPI harus dapat
“menyesuaikan diri” dengan standar yang berlaku di dunia internasional atau global.
Diharapkan para profesional akuntansi Indonesia mampu meningkatkan kompetensi,
kualitas dan daya saingnya dengan standar dan kode etik profesi yang diakui dan diterima
secara internasional.
Pelanggaran terhadap kode etik masih sering terjadi, hanya saja tidak banyak orang
yang mengetahuinya. Salah satu penyebab yang membuat akuntan publik sampai
melanggar kode etik berawal dari dilema etis. Dari situ kemudian mereka yang melanggar
5
itu kebanyakan tidak bisa menjaga independensinya, mementingkan materi, dan juga tidak
memelihara kompetensinya.
Selain itu, pelanggaran kode etik dapat muncul karena sistem penegakan kode etik
masih lemah. Terjadinya pelanggaran etika tentu saja akan menimbulkan dampak. Akibat
dari kasus pelanggaran kode etik tersebut akan dirasakan oleh akuntan publik yang
melanggar ataupun bagi akuntan publik lain. Akuntan publik yang bersalah akan dikenakan
sanksi, sedangkan akuntan publik lain, walaupun tidak bersalah, citra profesinya akan ikut
tercemar juga.
Untuk itu penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku etis tersebut
dalam makalah yang berjudul “PERILAKU ETIS DALAM PROFESI AKUNTANSI
(ETHICAL BEHAVIOUR IN ACCOUNTING)” dalam hal ini akan dijelaskan mengenai
pentingnya akuntan untuk berperilaku etis.
1.1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka diajukan pertanyaan sebagai berikut :
1.2.
1.
Apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntansi?
2.
Mengapa kita harus berperilaku etis dalam profesi akuntansi?
3.
Bagaimana Agar kita dapat Berprilaku Etis?
Manfaat
1.
Memberikan gambaran secara umum tentang perilaku etis dalam profesi akuntansi.
2.
Memberikan tambahan pembahasan dan wawasan baik bagi seorang profesi
akuntansi maupun bagi mahasiswa mengenai perilaku etis dalam akuntansi.
1.3.
Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk :
1. Memahami mengenai etika profesi akuntansi
2. Mengetahui alasan untuk berperilaku etis dalam profesi akuntansi
3. Mengetahui cara agar kita dapat berprilaku etis
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Etika
2.1.1. Definisi
Etika menurut KBBI adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Adapun definisi etika menurut Ronald Duska
yang menjelaskan etika dalam segala bentuknya berkaitan dengan benar atau salah, baik atau
buruk. Dan ini bisa berupa seperangkat prinsip yang dipegang oleh individu atau kelompok
yang mempelajari tentang prinsip-prinsip etika tersebut.
Kata-kata "etika" dan "moral" memiliki sejumlah makna. Webster Kamus Collegiate
memberikan empat makna dasar dari kata etika yaitu sebagai berikut:
1.
Ilmu yang berhubungan dengan apa yang baik dan buruk.
2.
Seperangkat prinsip atau nilai moral.
3.
Teori atau sistem nilai-nilai moral .
4.
Prinsip-prinsip perilaku yang mengatur individu atau kelompok etika,
dalam segala bentuknya, berkaitan dengan benar atau salah, baik atau
buruk.
Setiap keyakinan etis mengandung dua elemen. Ia memiliki apa yang oleh para ahli
logika disebut sebagai subjek dan predikat. Subyek adalah inti dari keyakinan tersebut.
Subyek yang lazim dalam etika adalah tindakan atau praktik seperti hukuman mati,
perzinahan, kebohongan, dan lain sebagainya. Predikat adalah apa yang dikatakan mengenai
subjek. “Salah” tentu saja merupakan predikat etis. Begitu pula dengan istilah “tidak adil”,
“tidak adil”, “buruk”, “baik”,“seharusnya dilakukan”, “hal yang benar untuk dilakukan”, dan
seterusnya. Subjek keyakinan etis biasanya berupa tindakan atau praktik, namun terkadang
berupa sistem atau institusi.
Tindakan manusia adalah subjek utama penilaian etis kita. Yang kami maksud
dengan tindakan manusia adalah perilaku atau aktivitas yang disengaja – yaitu tindakan yang
disengaja dan dipilih secara bebas oleh seseorang untuk dilakukan. Namun, tidak semua
tindakan manusia yang disengaja memiliki makna etis. Tindakan tersebut harus mempunyai
gravitasi tertentu. Tindakan yang disengaja yang kita sebut sebagai “etis” atau “tidak etis”
biasanya merupakan tindakan yang menguntungkan atau merugikan orang lain atau diri kita
7
sendiri dalam beberapa hal yang serius. Tindakan manusia bukanlah satu-satunya subjek
etika. Selain tindakan, etika memeriksa dan mengevaluasi praktik sosial. Etika juga
mengevaluasi organisasi, institusi, dan bahkan sistem sosial, politik, dan ekonomi.
2.1.2. Mengapa Mempelajari Etika
Mengapa seseorang harus mempelajari etika? Tentu setiap orang memiliki prinsip
moralitas dalam dirinya untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya baik. Meski begitu
ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Duska mengapa kita harus mempelajari etika
adalah sebagai berikut.
1. Beberapa prinsip moralitas yang dimiliki seseorang belum cukup untuk menyelesaikan
masalah etika. Alasannya sederhana karena prinsip moralitas merupakan sebuah
kepercayaan yang dimiliki seseorang. Studi etika dapat membantu individu
menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks.
2. Dalam beberapa situasi ketika ada pelanggaran etika akan menjadi sulit menentukan apa
yang harus dilakukan selanjutnya. Penalaran etika dapat memberikan wawasan tentang
cara menyelesaikan masalah antara prinsip-prinsip konflik dan juga memberikan alasan
mengapa tindakan tertentu lebih tepat daripada yang lain.
3. Seorang individu belum tentu memiliki prinsip etika yang memadai. Sebuah keyakinan
individu yang berkaitan dengan etika dapat dinilai dengan analisis kritis menggunakan
ilmu etika. Sebagai contoh ketika kita berpikir hal-hal tertentu salah kita berpikir bahwa
hal tersebut hal yang wajar. Dan kita berpikir bahwa hal tersebut akan baik-baik saja,
tetapi seketika kita berpikir bahwa hal tersebut tidak wajar. Kesimpulannya, keyakinan
berkaitan dengan etika yang dimiliki seseorang bukan hal sesuatu yang mutlak.
4. Alasan untuk mempelajari etika adalah untuk memahami apakah dan mengapa suatu
gagasan dapat dikatakan layak untuk di pertahankan.
5. Alasan terakhir untuk mempelajari etika adalah untuk mengidentifikasi prinsi-prinsip
etika dasar yang dapat diterapkan untuk bertindak. Prinsip ini menentukan sikap kita
apa yang harus dilakukan dan memahami apa yang kita lakukan. Ketika kita dihadapkan
dengan keputusan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi yang sulit, ilmu ini
akan sangat membantu dalam hal pertimbangan dasar.
8
2.1.3. Bersikap Etis
Akuntan memiliki sejumlah tanggung jawab etis – terhadap diri mereka sendiri, keluarga
mereka, profesi mereka, dan klien serta perusahaan tempat mereka bekerja. Sebagai contoh
seorang akuntan yang telah diatur oleh AICPA tentang kode etik profesional, kode etik AICPA
dengan jelas mengamanatkan jenis perilaku tertentu dalam tujuh prinsipnya, sebagai berikut:
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, anggota harus menerapkan
pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktivitasnya.
(2) Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dengan cara yang melayani kepentingan
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap
profesionalisme.
(3) Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan publik, anggota harus melaksanakan semua
tanggung jawab profesionalnya dengan rasa integritas tertinggi.
(4) Seorang anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
(5) Seorang anggota yang berpraktik di bidang publik harus independen dalam hal fakta dan
penampilan ketika memberikan jasa audit dan pengesahan lainnya.
(6) Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berupaya terus menerus
meningkatkan kompetensi dan kualitas layanan, dan melaksanakan tanggung jawab
profesional sesuai kemampuan terbaiknya.
(7) Seorang anggota yang melakukan praktik publik harus memperhatikan Prinsip-Prinsip Kode
Etik Profesional dalam menentukan ruang lingkup dan sifat layanan yang akan diberikan.
lalu apa yang menjadi dasar tanggung jawab seorang akuntan? Bisa kita jawab dengan
jawaban sederhana yaitu akuntan hanya butuh melakukan pekerjaannya saja dengan
mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Itu adalah contoh hal yang bisa dikatakan etis
untuk dilakukan. Begitu juga dengan pekerjaan lainnya. Bahwa setiap individu atau
kelompok agar bisa bersikap etis harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan.
9
2.1.4. Pertanyaan untuk Ditanyakan untuk Membenarkan Suatu Tindakan: Dasar Teori Etika
Sebagai manusia, kita mempunyai beberapa tingkat kebutuhan yang sesuai dengan
beberapa dimensi sifat manusia. Ada kebutuhan material yang memenuhi dimensi jasmani –
kebutuhan akan pangan, papan, dan sandang. Di luar itu, karena manusia bersifat sosial, maka
ada kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, seperti dalam persahabatan. Inilah
kebutuhan untuk memenuhi dimensi sosial. Yang terakhir, karena manusia adalah produsen
potensial, maka diperlukan proyek, sasaran, dan tindakan yang mempunyai tujuan – singkatnya,
aktivitas yang bermakna. Inilah kebutuhan yang memenuhi dimensi aktif.
Pemenuhan kebutuhan material, sosial dan kreatif merupakan hal yang penting. alasan
untuk melakukan suatu tindakan, dan dalam beberapa kasus, kita dapat membenarkan
keyakinan kita bahwa suatu tindakan itu baik hanya dengan menunjukkan bahwa tindakan
tersebut baik bagi kita dengan cara tersebut. Namun masih ada pertanyaan lain. Adapun
beberapa pertanyaan untuk sebelum kita bertindak agar apa yang kita lakukan merupakan
tindakan yang etis
1.
Apakah tindakan tersebut baik untuk saya?
2.
Apakah tindakan tersebut baik atau merugikan bagi masyarakat?
3.
Apakah tindakan tersebut adil atau tidak adil?
4.
Apakah tindakan tersebut melanggar hak orang lain?
5.
Apakah Saya sudah membuat komitmen, tersirat atau tersurat?
Pertanyaan – pertanyaan ini merupakan intropeksi bagi diri kita agar selalu berperilaku etis.
2.1.5. Menggunakan alasan
Ada dua macam alasan untuk membenarkan keyakinan moral kita: alasan yang
membenarkan kita melakukan sesuatu dan alasan yang membenarkan kita tidak melakukan
sesuatu. Mengambil tindakan positif jauh lebih sulit daripada melarang suatu tindakan, karena
mengambil tindakan positif membuka banyak sekali pilihan. Jauh lebih jelas melarang suatu
tindakan, karena jika kita tahu bahwa suatu tindakan akan merugikan orang lain, kita hanya perlu
menghindarinya. Oleh karena itu, seringkali kita sudah jelas mengenai apa yang tidak boleh kita
lakukan (perintah negatif) namun tidak jelas tentang apa yang harus kita lakukan (tugas afirmatif).
10
Alasan yang sangat baik untuk melakukan sesuatu adalah karena tindakan itu baik bagi
Anda, demi kepentingan atau manfaat Anda. Alasan bagus lainnya adalah tindakan tersebut baik
atau bermanfaat bagi masyarakat. Alasan bagus lainnya adalah bahwa tindakan tersebut adil atau
adil, atau karena hal tersebut adalah sesuatu yang Anda janjikan untuk dilakukan – selama apa
yang Anda janjikan tidak akan merugikan seseorang. Ada juga alasan untuk tidak melakukan
sesuatu, dan itu adalah aturan moralitas yang lebih umum. Kita tidak boleh melakukan sesuatu
karena hal itu akan merugikan atau memanfaatkan orang lain – kita tidak boleh menipu,
berbohong, atau mencuri. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau
diri kita sendiri – kita tidak boleh bersikap tidak adil atau tidak adil; kita tidak boleh mengingkari
janji.
2.1.6. Dilema Etika
Dilema etika adalah masalah yang muncul ketika alasan untuk bertindak dengan cara
tertentu diimbangi dengan alasan untuk tidak bertindak dengan cara tertentu. Untuk mengatasi
dilema ini, para ahli etika mengandalkan apa yang mereka anggap sebagai prinsip etika utama
yang mendasari tindakan mereka. Jadi, ketika dihadapkan pada suatu konflik, para ahli etika yang
mendahulukan hak atau keadilan dibandingkan kerugian akan berada dalam satu kubu, dan
mereka yang mendahulukan manfaat dibandingkan hak atau keadilan akan jatuh ke dalam kubu
yang berlawanan. dilema etika terjadi ketika terdapat konflik alasan, dan teori etika muncul untuk
menyelesaikan dilema tersebut. Masing-masing teori etika yang bersaing menyatakan bahwa
ketika ada konflik alasan, ada alasan utama yang lebih diutamakan dibandingkan alasan lainnya.
Alasan itu diartikulasikan dalam prinsip yang mengungkapkan teori. Mereka yang mengutamakan
keadilan dan hak atas konsekuensi disebut deontologis. Mereka yang lebih mengutamakan
konsekuensi daripada keadilan dan hak disebut konsekuensialis.
Contoh dilema etika diantaranya adalah keputusan Presiden Harry Truman untuk
menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki atau tidak. Para pendukung tindakan ini
percaya bahwa hilangnya 80.000 nyawa karena menjatuhkan bom adalah hal yang wajar karena
tindakan tersebut menyelamatkan sekitar 3 juta nyawa yang mungkin hilang jika Jepang diinvasi.
Mereka yang mengutuk tindakan tersebut percaya bahwa apapun konsekuensinya, tindakan
tersebut tidak bermoral dan tidak adil karena melibatkan korban jiwa yang tidak bersalah.
11
BAB III
KESIMPULAN
Adapun definisi etika menurut Ronald Duska yang menjelaskan etika dalam segala
bentuknya berkaitan dengan benar atau salah, baik atau buruk. Dan seperangkat prinsip yang
dipegang oleh individu atau kelompok yang mempelajari tentang prinsip-prinsip etika tersebut.
ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Duska mengapa kita harus mempelajari etika
diantaranya yakni : Beberapa prinsip moralitas yang dimiliki seseorang belum cukup untuk
menyelesaikan masalah etika, Penalaran etika dapat memberikan wawasan tentang cara
menyelesaikan masalah, keyakinan individu yang berkaitan dengan etika dapat dinilai dengan
analisis kritis menggunakan ilmu etika, untuk memahami apakah dan mengapa suatu gagasan
dapat dikatakan layak dan Alasan terakhir untuk mempelajari etika adalah untuk mengidentifikasi
prinsi-prinsip etika dasar yang dapat diterapkan untuk bertindak.
Menurut Ronald Dusky, setiap pekerjaan memiliki kode etik yang telah ditetapkan untuk
memenuhi standar. Sebagai orang akuntan sangat perlu untuk berperilaku etis. Sebagai contoh
kode etik yang telah ditetapkan oleh AICPA adalah sebagai berikut : tanggung jawab,
kepentingan umum, integritas, objektivitas dan independensi, due care, serta sifat dan cakupan
layanan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Duska, R. F., & Duska, B. (2018). Accounting Ethics. Blackwell Publishing.
https://www.depokpos.com/2024/01/pelanggaran-kode-etik-pada-profesi-akuntan/
13
Download