TEORI BELAJAR Leornard Clark Hull Kelompok 3 Anggota Kelompok Setyo Prihadi (23107010124) Muhammad Al Aththar (23107010127) Kanaya Firsta (23107010141) Shafira Hanifa (23107010159) Dira Khaira (23107010136) A. Biografi LC Hull Leonard Hull di lahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884 Ia dibesarkan di Michigan. Setelah memperoleh gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke psikologi, dan menerima Ph.D. Psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin, di mana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Pada 1929, Clark Hull melanjutkan penelitiannya di Yale University dan mulai yang serius terhadap perkembangan teori perilakunya. Pemikirian Hull sangat dipengaruhi oleh psikologi behavioristik. Dan meninggal pada 10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut. Mekanisme psikologi Clark Leonard Hull (Hull) adalah teori behaviorisme yang menganggap perilaku manusia dapat dibentuk menjadi baik atau buruk oleh lingkungan. Hull mengembangkan teori stimulus-response (S-R), yang menyatakan bahwa proses belajar merupakan respon seseorang terhadap rangsangan yang dihadapinya. B. Konsep Belajar Clark Hull memiliki beberapa konsep penting dalam teori belajar, diantaranya : 1. Konsep drive atau dorongan. 3. Konsep reinforcement atau penguatan. 2. Konsep stimulus. 4. Konsep habit atau kebiasaan. C. Tipe Belajar Hull Teori yang dikemukakan oleh Hull memiliki unsur postulat dan teorema logis seperti geometri Euclid. Postulat merupakan pernyataan umum terkait perilaku yang tidak dapat diverivikasi secara langsung, meskipun teorema yang logis berasal dari postulat dapat diuji, Hull mengemukakan terdapat 16 postulat yang dikemukakan pada 1943 yaitu ; 1. Sensing the External Environment and the Stimulus Trace. Stimulus internal memicu neural afferent, dengan durasi yang lebih panjang dibandingkan stimulus environmental. Dalam prostulat ini Hull menyatakan terdapat sebuah stimulus trace dimana hal tersebut dapat bertahan beberapa detik setelah terjadinya stimulus. Karena dorongan neural afferent ini menjadi diasosiasikan dengan suatu respons, Hull mengubah asumsinya yang sebelumnya S-R menjadi S-s-R, dengan s merupakan jejak stimulus (internal). Sehingga sebagai rumusan akhir Hull mengemukakan sebagai S-s-r-R, di mana S adalah stimulus eksternal, s adalah jejak stimulus (internal), r adalah pengaktifan neuron motor dengan merespon stimulus, dan R adalah respons yang muncul. 2. The Interaction of Sensory Impulses (s̄). Interaksi dorongan sensoris (Indra) mengindikasi kompleksitas sebuah stimulus dan kesulitan dalam menganalisis respons yang akan ditimbulkan dari stimulus. Perilaku jarang merupakan sebuah respons yang timbul dari satu stimulus yang merupakan salah satu dari berbagai rangsangan yang diberikan oleh stimulus dalam satu waktu, dimana setiap stimulus dapat berkaitan dan berinteraksi sehingga menimbulkan sebuah Respons berupa perilaku. . 2. The Interaction of Sensory Impulses (s̄). 3. Unlearned Behavior. Hull meyakini bahwasanya terdapat hierarki respons sejak dilahirkannya manusia, yang mana suatu perilaku yang tidak dipelajari akan muncul pada saat dibutuhkan. Istilah hierarki digunakan untuk dalam menyebut respons-respons yang timbul atas suatu reaksi stimulus yang terjadi. Akan tetapi, jika respons bawaan telah berhasil memenuhi kebutuhan, individu tidak memerlukan respons lainya dan tidak ada alasan untuk mempelajarinya. Sebagai contoh dalam anatomi tubuh, ketika suhu panas secara tak sadar tubuh akan mengeluarkan keringat hal tersebut bertujuan dalam menjaga suhu tubuh agar tetap normal. Akan tetapi tidak semua orang merasa hal tersebut cukup, sehingga dipelajarilah cara menjaga suhu tubuh dengan menggunakan kipas dan lainya. E = (SUR) × D E : Potensi Rangsangan, SUR : Perilaku tak dipelajari, D : Drive 4. Contiguity and Drive Reduction as Necessary Conditions for Learning. Alam postulat ini Hull sependapat dengan hukun Thorndike yang telah direvisi. Akan tetapi Hull lebih spesifik dalam membahas “keadaan yang memuaskan”. Reinforcement (penguatan) primer menurut Hull harus memuaskan kebutuhan. Dalam postulat 4 juga mendeskripsikan reinforcer (penguat) sekunder sebagai “stimulus yang diasosiasikan secara erat dan konsisten dengan pengurangan kebutuhan” (Hull, 1943, h. 178). Dibandingkan dengan Thorndike dan Skinner, teori penguatan yang dikemukakan Hull lebih spesifik. Seperti Thorndike dan Skinner, meskipun Hull adalah teoretisi penguatan, namun ia lebih spesifik tentang definisi penguatannya. 5. Stimulus Generalization. Kemampuan suatu stimulus (selain pengkondisian) dalam memunculkan respons yang dikondisikan ditentukan oleh kemiripan atas stimulus yang diberikan sewaktu pelatihan (Training). Sehingga S H R akan degeneralisasi dari satu stimulus menuju stimulus lain dengan syarat stimulus tersebut sama. Postulat ini meyakini pengalaman yang ada akan memengaruhi proses belajar, sehingga belajar yang lalu dengan kondisi yang sama akan ditransfer menuju situasi belajar yang baru. 6. Stimuli Associated with Drives. Defisiensi Biologis akan menghasilkan dorongan (drive), dengan setiap dorongan berkaitan dengan stimulus spesifik. Dengan keberadaan stimulus spesifik memungkinkan dilakukannya percobaan terhadap hewan supaya dapat berperilaku sesuai dorongan dan berperilaku yang berbeda dengan dorongan yang berbeda. Sebagai contoh, bintang diajarkan pada jalan berbentuk-T untuk bergerak menuju arah kanan ketika lapar dan ke arah iri ketika merasa haus. 7. Reaction Potential as a Function od Drive and Habit Strength. Reaction potential merupakan sebuah kemungkinan munculnya suatu respons yang telah dipelajari. dorongan yang muncul tidak tidaklah mengarahkan perilaku, tetapi membangkitan dan mengintensifkannya. Dalam kasus hewan pada percobaan Skinner, hewan tersebut tidak akan melakukan respons tanpa adanya dorongan meski telah dilakukan penguatan. Hewan tersebut hanya akan menekan tuas dengan dorongan lapar untuk mendapatkan makanan. 7. Reaction Potential as a Function od Drive and Habit Strength. 8. Responding Cause Fatigue, Which Operates Againts the Elictation of a Conditional Response. Respons memerlukan kerja, sedangkan kerja menyebabkan kelelahan yang menghambat respons. Karena bentuk penghambat ini berhubungan dengan rasa lelah, maka hal tersebut akan hilang jika organisme menghentikan aktivitasnya. Konsep ini dipakai untuk menjelaskan pemulihan spontan atas respons yang terkondisikan setelah pelenyapan ( extinction ). Hambatan reaktif ini juga digunakan Hull dalam meneliti Reminiscence effect, yang mana kinerja akan meningkat setelah diberhentikan. Sebagai contoh subjek diminta untuk memutar cakram, secara bertahap subjek tersebut akan mencapai asimpotik. Jika subjek kemudian diistirahatkan dan setelah pulih diarahkan untuk memutar cakram lagi, maka kemampuan subjek dalam memutar cakram akan melewati level asimpotik. 9. The Learned Response of Not Responding. Rasa lelah merupakan dorongan negatif, dan karena tidak memberi respons maka hal tersebut berupa penguatan. Ketika tidak memberikan respons, I R akan menghilang sehingga mengurangi dorongan rasa lelah. Respons untuk tidak merespons diistilahkan dengan hambatan yang dikondisikan atau Conditioned Inhibition. 9. The Learned Response of Not Responding. 10. Factor Tending to Inhibit a Learned Response Change from Moment to Moment. Terdapat potensi penghambat dalam munculnya respons atas sesuatu yang dipelajari dari waktu ke waktu, Hull menyatakan hal tersebut sebagai efek guncangan atau Oscillation Effect. Efek guncangan tersebut dikenal dengan istilah “ wild card ”, hal tersebut digunakan sebagai probabilistik atau prediksi perilaku. Menurut Hull terdapat hambatan atas respons yang didapat dari proses belajar dengan dampak yang beragam berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi dengan nilai yang beragam. Efek guncangan ini menjelaskan mengapa respons yang telah dipelajari mungkin muncul pada satu percobaan tetapi tidak muncul pada percobaan selanjutnya. 11. Momentary Effect Reaction Potential Must Exceed a Certain Value Before a Learned Response Can Occur. Reaction threshold ( S L R ) mengharuskan nilai S Ē ̇ R lebih tinggi sebelum respons terorganisir muncul. Hal tersebut dikarenakan respons hanya akan muncul jika S Ē ̇ R lebih besar daripada S L R . 12. The Probability That a Learned Response Will Be Made Is a Combined Function of SĒ̇ R, SOR , and SLR. Dalam tahap awal training, setelah beberapa percobaan yang diperkuat, SER akan berhubungan dengan SLR, sehingga, efek dari SOR, respons yang terkondisikan akan muncul dalam beberapa percobaan. Hal tersebut didasarkan pada beberapa percobaan dengan nilai SOR yang dikurangi dari SĒR akan cukup besar untuk mereduksi SĒR ke nilai di bawah SLR. Setelah training dilanjutkan, dilaksanakan percobaan dengan mengurangi SOR dari SĒR akan mengurangi efek sebab nilai SĒR akan menjadi lebih besar ketimbang nilai SLR. Bahkan setelah banyak latihan, memungkinkan SOR mendapatkan nilai yang lebih besar. 13. The Greater the Balue of SĒ̇ R the shorter Will Be the Latency between S and R. Latensi ( s t r ), merupakan sebuah waktu antara keberadaan stimulus pada organisme dan respons yang dipelajarinya. Dalam postulat ini didapati nilai S Ē ̇ R berbanding terbalik dengan waktu reaksi stimulus — respons. 14. The Value of SĒ̇ R Will Determine Resistance to Extinction (n). Nilai S Ē ̇ R pada akhir training menentukan resistensi atas pelenyapan, yaitu berapa jumlah respons yang tidak diperkuat sebelum terjadi pelenyapan. Semakin tinggi nilai S Ē ̇ R , semakin besar pula jumlah respons tak diperkuat 15. The Amplitude of a Conditioned Response Varies Directly with SĒR (n). Sebagian respons yang dipelajari terjadi secara bertingkat. Sebagai contoh dalam keluarnya Galvanic Skin Response (GSR) atau air liur. Ketika respons terkondisikan terjadi secara bertingkat, besaranya akan berhubungan dengan S Ē ̇ R , potensi reaktif potensial. Dengan A sebagai lambang Amplitudo. 16. When Two or More Incompatible Response Tend to Be Elicited in the Same. Situation, the One with the Greatest SĒ̇ R Will Occur. D. Motivasi Insentif (K) Dalam teorinya versi tahun 1943, Hull membahas besaran penguatan sebagai variabel belajar: Semakin besar jumlah penguatan, semakin besar jumlah reduksi dorongan, dan karenanya semakin besar peningkatan dalam SHR. isalnya, ketika hewan dilatih untuk berlari lurus untuk mendapatkan satu penguat kemudian dialihkan untuk mendapatkan penguat yang lebih besar, kecepatannya larinya tiba-tiba bertambah. Ketika hewan yang dilatih dengan penguat yang besar dialihkan ke penguat yang lebih kecil, kecepatan larinya menurun. Contoh Rumus Hasil menunjukkan bahwa keika binatang dilaih pada penguat besar (256 potongan makanan) dan kemudian dipindah ke penguat yang lebih kecil (16 potongan makanan), kinerjanya turun drasis. Demikian pula, keika hewan dilaih pada penguat kecil (1 potong makanan) ke penguat yang lebih besar (16 pelet makanan), kinerjanya meningkat cepat. E. Dinamisme Intensitas-Stimulus Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism (dinamisme intensitas-stimulus) adalah variabel pengintervensi yang bervariasi menurut intensitas stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme intensitas-stimulus menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu stimulus, semakin besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari. Jadi, kita harus merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara: Contoh Rumus Menarik untuk dicatat bahwa karena SHR, D, V, dan K dikalikan bersama-sama, maka jika salah satu dari nilai ini adalah nol, maka potensi reaksinya akan nol. Misalnya, mungkin ada banyak pasangan penguatan antara S dan R SHR, namun jika dorongannya nol, penguatan itu tidak akan ada, atau organisme tidak bisa mendeteksi stimulus, dan respons yang telah dipelajari tidak akan muncul. F. Ekstingsi (Hambatan berhenti) Ekstingsi ialah proses di mana suatu operant yang telah terbentuk tidak mendapat reinforcement lagi. Ekstingsi dilakukan dengan membuat/meniadakan peristiwa-peristiwa penguat tingkah laku. Ekstingsi dapat dipakai bersama-sama dengan metode lain seperti “ modelling dan social reinforcement ”. Misalnya, Ana salah seorang siswi kelas tiga selalu mengacungkan tangan ketika guru meminta para siswa untuk menjawab pertanyaan. Tetapi guru tidak memberikan perhatian pada Ana yang ingin menjawab pertanyaan gurunya tersebut. Suatu ketika Ana tidak mau lagi mengacungkan tangan ketika guru meminta para siswa untuk menjawab meskipun ia bisa menjawabnya. pertanyannya G. Transfer Belajar Istilah transfer belajar berasal dari bahasa inggris "transfer of learning " dan berarti : pemindahan atau pengalihan basil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah. Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai berikut: Transfer Positif Guru membantu siswa belajar sehingga siswa dapat belajar dalam kondisi tertenti Transfer Vertikal Pelajaran yang telah didapat membantu dalam menyelesaikan proses belajar yang lebih rumit Transfer Negatif PTerjadi ketika kondisi tertentu dapat mengganggu proses belajar Transfer Lateral Pelajaran yang telah didapat d dapat menyelesaikan masalah berbeda pada tingkat yang sama. H. Penerapan 1. Pendidikan = Teori belajar Hull digunakan dalam pendidikan untuk menggambarkan pentingnya interaksi antara stimulus dan respons. 2. Manajemen Perilaku = Teori belajar Hull dapat digunakan dalam manajemen perilaku untuk mengidentifikasi stimulus yang dapat membuat orang lakukan perilaku tertentu. 3. Mental = Teori belajar Hull dapat digunakan dalam kesehatan mental untuk mengidentifikasi stimulus yang dapat membuat seseorang lebih efisien atau lebih produktif. I. Akuisisi Bandura menyakini bahwasanya belajar dalam observasi tidak sekedar imitasi, tetapi melibatkan akuisisi informasi tentang konsekuensi. sehingga penguji cobaan dalam memberi hukuman dalam suatu kelompok mengakibatkan terjadi kegagalan dalam peniruan. Akan tetapi mereka memungkinkan dalam memnculkan respons atau sikap baru berdasarkan apa yang mereka lihat dengan tambahan inhibition dan disinhibition yang muncul didasarkan atas pengetahuan yang ada. Hasil akhir yang ada juga memiliki kemungkinan dalam memunculkan primming effect atau facillitation J. Pandangan Hull mengenai Pendidikan Hull dengan teliti membatasi teori serta implikasinya terhadap tikus percobaan dengan aturan ketat. Hull sepakat dengan Thorndike terkait spesifiabilitas tujuan, ketertiban kelas, dan proses belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, namun menurutnya, belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi. Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai berikut: Drive Cue Response Reinforcement Pembelajar harus menginginkan sesuatu Pembelajar harus melakukan sesuatu Pembelajar harus memerhatikan sesuatu Respon pembelajar harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Kesimpulan Teori yang dikembangkan Hull menggunakan hubungan antara Stimulus-Respons, dengan belajar tidak dapat terjadi tanpa hubungan S-R. selain itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) sebagai posisi sentral dalam manusia Kontribusi teori Hull mengenai Drive reduction menjadi populer pada awal abad ke-20 dalam menginspirasi penelitian psikologi. Sayangnya kepopuleran teori ini menurun pada abad ke-21 dikarenakan teorinya yang dianggap tidak saintifik dan sulit digeneralisasi. TERIMA KASIH