Uploaded by yusufmarsallm

4e04c3c73035c5317b884d16f55e039b

advertisement
BAHAN AJAR
METABOLISME PADA TUMBUHAN
OLEH
IR. I WAYAN WIRAATMAJA, MP.
NIP. 19590418 198601 1 001
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNUD
2017
i
KATA PENGANTAR
Berkat Asung Kertha Wara Nugraha Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, maka Bahan Ajar ―METABOLISME PADA TUMBUHAN‖
ini berhasil
disusun. Penyusunan materi ini dilakukan untuk penyempurnaan bahan ajar yang
telah ada pada Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
rekan-rekan staf dosen Program Studi Agroekoteknologi
dan Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Udayana atas segala bantuannya, baik moril maupun
dorongan semangat.
Penulis menyadari bahwa Bahan Ajar ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan
saran
dan
masukan
yang
sifatnya
membangun
penyempurnaan. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Denpasar, September 2017.
Penyusun
ii
untuk
DAFTAR ISI
JUDUL
…………………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ………………………….…………………………………………….
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
iii
I.
METABOLISME PADA TUMBUHAN………………………………………………….
1
II.
ANABOLISME
2.1. Fotosintesis…… ….……………………………………………………..……..
3
2.1.1. Latar Belakang……..……..……………………………………..…….……
3
2.1.2. Sejarah Penemuan Fotosintesis………..…………………...….…….…
5
2.1.3. Proses Fotosintesis…………………………………………….……..…….
9
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Fotosintesis…………………….……..… 19
III. KATABOLISME………………………………………………………………………. 25
3.1. Respirasi……………………………………………………………………….. 25
3.1.1. Pertukaran Gas Pada Respirasi………………………………………….. 26
3.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi………………………………….. 26
3.1.3. Garis Besar Respirasi……………………………………………………… 31
3.1.3.1. Glikolisis……………………………………………………………….. 32
3.1.3.2. Fermentasi…………………………………………………………….
35
3.1.3.3. Daur Kreb……………………………………………………………..
36
3.1.3.4 Rantai Respirasi……………………………….………………………. 39-44
DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………………………………...
iii
45
I. METABOLISME PADA TUMBUHAN
Metabolisme dalam bahasa Yunani metabolismos yang berarti perubahan
adalah semua reaksi kimia yang terjadi dalam organism termasuk yang terjadi di
tingkat seluler. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme
terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Reaksi-reaksi tersebut adalah dasar
dari
kehidupan,
yang
membuat
sel
dapat
tumbuh
dan
bereproduksi,
mempertahankan strukturnya, dan merespon lingkungannya. Secara keseluruhan,
metabolisme bertanggung jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi
dari sel. Peran metabolisme inilah yang menjadikan suatu reaksi yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Tumbuhan
menghasilkan
metabolit
sekunder
yang
berfungsi
untuk
melindungi tumbuhan tersebut dari serangan bakteri, jamur, serangga dan jenis
pathogen lainnya serta tumbuhan mampu menghasilkan vitamin untuk kepentingan
tumbuhan itu sendiri dan hormone-hormon yang merupakan sarana bagi tumbuhan
untuk berkemunikasi antara organnya atau jaringannya dalam mengendalikan dan
mengkoordinasikan pertumbuhan dan perkembangannya.
Tumbuhan mengalami
proses metabolisme yang terdiri dari anabolisme,
yaitu pembentukan senyawa yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil,
yaitu
pati, selulose, protein, lemak dan asam lemak. Prioses ini membutuhkan
energi. Sedang katabolisme adalah menguraikan
molekul yang besar menjadi
molekul yang lebih kecil dan menghasilkan energy.
Sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan-lintasan metabolik yang
dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan reaksi tersebut
dengan cara memproduksi katalisator dalam jumlah yang sesuai dan tepat pada
saat dibutuhkan. Katalisator inilah yang disebut dengan enzim yang mampu
mempercepat laju reaksi berkisar antara 108 sampai 1020.
1
Secara umum, metabolisme terdiri atas 2 proses yaitu anabolisme (reaksi
penyusunan) dan katabolisme (reaksi pemecahan).
1.
Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa penyusunan senyawa kompleks dari senyawa
sederhana. Nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.
Contohnya Fotosintesis.
2.
Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kimia kompleks
yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung
energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi
yang terkandung di dalam senyawa sumber.
Contohnya Respiras
2
II. ANABOLISME
Anabolisme adalah proses sintesis (penyusunan) senyawa kompleks dari
senyawa-senyawa sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari
luar, seperti energi cahaya. Contoh : Fotosintesis.
2.1. FOTOSINTESIS
2.1.1. Latar Belakang
Fotosintesis (dari bahasa
Yunani [fóto-],
"cahaya,"
dan [sýnthesis],
"menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan
zat makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan
yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori tinggi,
makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa
jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari.
Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat
makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan
dengan
memanfaatkan
karbondioksida
dan air serta
menghasilkan
produk
buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di
Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis
juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara
langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama
energi dalam makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup
di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat
penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt, atau
kira-kira
enam
manusia.
Selain
kali
lebih
energi,
besar
daripada konsumsi
fotosintesis
juga
3
menjadi
energi
sumber
peradaban
karbon
bagi
semua senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar
100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap tahunnya.
Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada berbagai
spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan
energi
cahaya
fotosintesis.
diserap
Pada
oleh protein berklorofil
tumbuhan,
protein
ini
yang
tersimpan
disebut pusat
di
reaksi
dalam organel yang
disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran
plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam
bentuk adenosin
trifosfat (ATP).
Sisa
energinya
digunakan
untuk
memisahkan elektron dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang
mengubah karbondioksia menjadi senyawa organik.
Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, dilakukan dalam suatu rangkaian
reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan
pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak
organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan
karbondioksida.
Ini
membantu
mengurangi
proses
boros
yang
disebut fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan
selama fotosintesis.
Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta
tahun silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua bentuk
kehidupan di Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah
besar
karbondioksida.
Makhluk
memanfaatkan hidrogen atau hidrogen
hidup
ketika
sulfida—bukan
itu
sangat
air—sebagai
mungkin
sumber
elektron. Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan
secara drastis mengubah Bumi ketika mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada
sekitar 2.400 juta tahun silam. Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan
kompleks seperi protista. Pada akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam,
4
salah satu protista membentuk hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan
menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga. Kloroplas pada
Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.
2.1.2. Sejarah Penemuan Fotosintesis.
Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum
dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.
1.
Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont,
seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa
tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.
2. Pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti
ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian
makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses
tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas
yang berlainan.
3. Pada
tahun
1771, Joseph
berkebangsaan
Inggris,
Priestley,
menemukan
seorang
bahwa
ahli
kimia
ketika
dan
ia
pendeta
menutupi
sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum
lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam
toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu,
Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu
dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang
telah ―dirusak‖ oleh lilin tersebut dapat ―dipulihkan‖ oleh tumbuhan. Ia juga
5
menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di
dalamnya juga terdapat tumbuhan.
4. Pada
tahun 1778, Jan
Ingenhousz,
dokter
kerajaan Austria,
mengulangi
eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya Matahari berpengaruh
pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap
sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
5.
Akhirnya
pada
tahun 1782, Jean
Senebier,
seorang pastor Perancis,
menunjukkan bahwa udara yang "dipulihkan" dan "merusak" itu adalah karbon
dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis.
Tidak lama
kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara
hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia
menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena
penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air.
Melalui
serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan
6
persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti
glukosa).
6.
Cornelis Van Niel menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses
kimia fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau, dia
menjadi ilmuwan pertama yang menunukkan bahwa fotosintesis merupakan
reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogen mengurangi
karbondioksida.
7.
Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji produktivitas
Tumbuhan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang yang berbedabeda. Dengan hanya cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan. Ketika
cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi lebih banyak. Dengan
demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai panjang gelombang
600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal sebagai PSII, yang
kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII mengandung terutama klorofil
a dan klorofil b, di antara pigmen lainnya. Ini meliputi fikobilin, yang merupakan
pigmen merah dan biru pada alga merah dan biru, serta fukoksantol untuk alga
coklat dan diatom. Proses ini paling produktif ketika penyerapan kuantanya
seimbang untuk PSII dan PSI, menjamin bahwa masukan energi dari kompleks
antena terbagi antara sistem PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakan
fotosintesis.
8.
Robert Hill berpikir bahwa suatu kompleks reaksi terdiri atas perantara ke
kitokrom b6 (kini plastokinon), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap dalam
mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh plastokinon,
yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karena itu merupakan
reduktan yang baik.
9.
Percobaan lebih lanjut yang membuktikan bahwa oksigen berkembang pada
fotosintesis Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939. Dia
7
menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika memperleh
agen
pengurang
tak
alami
seperti besi oksalat, ferisianida atau benzokinon setelah sebelumnya diterangi
oleh cahaya. Reaksi Hill adalah sebagai berikut:
6 H2O + 6 CO2 + (cahaya, kloroplas) → C6H12O6 + 6O2
yang mana A adalah penerima elektron. Dengan demikian, dalam penerangan,
penerima elektron terkurangi dan oksigen berkembang.
10. Samuel
Ruben dan Martin
Kamen menggunakan isotop
radioaktif untuk
menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesis berasal dari
air.
11. Melvin
Calvin dan Andrew
Benson,
bersama
dengan James
Bassham,
menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada
Tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang
mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan menyebut
siklus ini sebagai Siklus Calvin-Benson, Benson-Calvin, dan beberapa bahkan
menyebutnya Siklus Calvin-Benson-Bassham (atau CBB).
12. Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan
fungsi dan manfaat dari rantai pengangkutan elektron.
13. Otto Heinrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi fotosintesis I-kuantum
yang membagi CO2, diaktifkan oleh respirasi.
14. Louis N.M. Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap satu
cahaya, mengoksidasi kitokrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan menyerap
cahaya lainnya, namun akan mengurangi kitokrom sama yang telah teroksidasi,
menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu ada dalam satu rangkaian.
8
2.1.3. Proses Fotosintesis
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan
langsung
dari
senyawa
dioksida dan air untuk
anorganik.
Tumbuhan
menggunakan karbon
menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan
sebagai
makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Berikut
ini adalah persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara
umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di
atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen
untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan
menangkap
cahaya
menggunakan
pigmen
yang
disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil
terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan
digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang
berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di
daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan
epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya
sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula
dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari
ataupun penguapan air yang berlebihan.
Fotosintesis
terjadi
dalam
dua
tahap.
Pada
tahap
pertama, reaksi
terang atau reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk
9
menghasilkan
molekul
penyimpan
energi ATP dan NADPH.
Pada
tahap
kedua, reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap dan mengurangi
karondioksida.
Sebagian besar organisme yang melakukan fotosintesis untuk menghasilkan
oksigen menggunakan cahaya nampak untuk melakukannya, meskipun setidaknya
tiga menggunakan radiasi inframerah
A. Reaksi Terang.
Reaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Reaksi terang melibatkan dua
fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I)
berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap
cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
10
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap di mana fotosistem II
menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan
menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan
mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan
dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi
plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi
keseluruhan yang terjadi di PS II adalah :
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I
dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah
bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian
ini juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi
yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah :
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem
I. Fotosistem ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tetapi mengandung
kompleks inti terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui
kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I
berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke
protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah :
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
11
Selanjutnya
elektron
dari
feredoksin
digunakan
dalam
tahap
akhir
pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini
dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam
ATP sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan
pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP
sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi)
menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai
berikut[1]:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
B. Skema Z.
Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap
pada kompleks
antena fotosistem
II penyerap
cahaya
oleh klorofil dan pigmen
aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II
memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan
dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu
feopftin, melalui sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi.
Elektron ini dipindahkan melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema
Z, yang pada awalnya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di
sepanjang membran.
Satu
enzim sintase
ATP menggunakan
potensi
kemisomosis
untuk
menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah produk dari
12
reaksi redoks terminal
pada fofosistem
II.
pada skema
Elektron
ini
Z.
Elektron
tereksitasi
masuk
karena
ke
cahaya
molekul
yang
klorofil
diserap
oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi
dilewatkan untuk menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh
penerima elektron digunakan untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang
membran tilakoid sampai ke dalam lumen.
Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi
pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada
bentuknya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi
yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah
elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul
penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya
elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus.
C. Fotolisis air
NADPH adalah agen pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber
elektron enerjik kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan
defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi
lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini digantikan dari
rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Akan tetapi, karena fotosistem
II meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk
mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada
tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air.
Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga
berturut-turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom
dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke
13
residu tirosin redoks-aktif
yang
kemudian
mereduksi
spesies
klorofil a yang
berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai
donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II.
Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu
struktur
redoks-aktif
yang
mengandung
empat
ion mangan dan
satu
ion
kalsium; kompleks evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan
empat padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi
oksidasi air.
Fotosistem II adalah satu-satunya enzim biologi yang diketahui melaksanakan
oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis
transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari
reaksi cahaya, namun sebagian besar organisme di Bumi menggunakan oksigen
untuk respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.
D. Reaksi gelap
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus
Calvin-Benson dan jalur
Hatch-Slack.
Pada
siklus
Calvin-Benson
tumbuhan
mengubah senyawa ribulosa-1,5-bisfosfat (RuBP, senyawa dengan lima atom C) dan
molekul karbondioksida menjadi dua senyawa 3-fosfogliserat (PGA) : Oleh karena
PGA memiliki tiga atom karbon tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui
jalur ini dinamakan tumbuhan C3 Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada
tumbuhan ini dibantu oleh enzim Rubisco[41], yang merupakan enzim alami yang
paling melimpah di bumi. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur HatchSlack disebut tumbuhan C4 karena senyawa pertama yang terbentuk setelah
penambatan
CO2 adalah
asam oksaloasetat yang
memiliki
karbon. Enzim yang berperan adalah fosfoenolpiruvat karboksilase .
14
empat
atom
1. Siklus Calvin-Benson
Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa
difosfat
karboksilase
(RuBP)
merupakan enzim alosetrik yang
membentuk
distimulasi
oleh
3-fosfogliserat.
tiga
jenis
RuBP
perubahan
yang
dihasilkan dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi
oleh peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke
dalam tilakoid menghasilkan
peningkatan
pH
stroma
yang
menstimulasi
enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi
ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas
diberi cahaya.
Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan
oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.
Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan
kloroplas. Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.
15
Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk
dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil
dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3Pgaldehida).
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tetapi gugus karboksil dari 3-PGA
pertama-tama
diubah
menjadi ester jenis anhidrida asam pada
bifosfogliserat
(1,3-bisPGA)
dengan
penambahan
gugus
asam
fosfat
1,3-
terakhir
dari ATP. ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA
terbentuk,
yang
diubah
kembali dengan
cepat
menjadi
ATP
oleh
reaksi
fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang
menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali
untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO2tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan
melalui stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap
molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi
RuBP, kemudian daur dimulai lagi.
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya
adalah 1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati,
sebagian lainnya dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi
konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa
fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.
16
2.
Siklus Hatch-Slack
Siklus Hatch-Slack
Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan
menjadi tumbuhan C3 dan C4. Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang
berasal dari daerah subtropis. Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan
pengolahan
CO2 melalui
siklus
Calvin,
yang
melibatkan enzim Rubisco
sebagai penambat CO2.
Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul
glukosa.[44] Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya
glukosa. Hal ini dapat terjadi jika ada fotorespirasi, di mana enzim Rubisco
tidak menambat CO2 tetapi menambat O2. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan
17
yang umumnya ditemukan di daerah tropis.[45]Tumbuhan ini melibatkan dua
enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa.[45]
Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang
akan
mengikat
CO2 dari
udara
dan
kemudian
akan
menjadi oksaloasetat.[45] Oksaloasetat akan diubah menjadi malat. Malat akan
terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali menjadi
PEPco, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung
di sel bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP. Proses ini dinamakan siklus
Hatch Slack, yang terjadi di sel mesofil. Dalam keseluruhan proses ini,
digunakan 5 ATP.
18
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat
memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak
memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang
penting bagi proses fotosintesis. Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap
beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu lingkungan,
konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai
faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.
Faktor
pembatas
tersebut
dapat
mencegah
laju
fotosintesis
mencapai
kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah
sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis
yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor
seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi memengaruhi
fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak langsung ikut
memengaruhi laju fotosintesis.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1.
Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara,
makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk
melangsungkan fotosintesis.
2.
Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat
bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
3.
Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga
fotosintesis.
19
mengurangi laju
4.
Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat
berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau
bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
5.
Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh
lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan
lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
6.
Cahaya
Dalam proses fotosintesis, tanaman tidak dapat memanfaatkan semua
pancaran radiasi matahari yg sampai ke permukaan bumi, tetapi hanya radiasi dg
panjang gelombang 340-760 um (radiasi tampak / PAR) yg dapat dimanfaatkan.
Spektrum cahaya tampak (PAR) yang paling efektif dimanfaatkan oleh tanaman
hijau untuk melakukan proses fotosintesis adalah cahaya merah dan biru.
Kelompok Tanaman Berdasarkan Responnya Thd Fotoperiodisitas
1. Tanaman hari panjang (long day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih panjang dari periode kritisnya.
2. Tanaman hari pendek (short day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih pendek dari periode kritisnya.
3. Tanaman netral (neutral day plant) akan berbunga tidak tergantung dari
panjang hari.
20
Hubungan Antara Radiasi Cahaya Dengan Tanaman tergantung dari.
1. Tipe tanaman (C , C , dan CAM)
3
4
2. Aliran CO2 ke khloroplas, suhu dsbnya
3. Umur daun (keadaan khloroplas)
Pada cahaya rendah:
Fix. Cahaya oleh C3 > C4 > CAM.
Pada cahaya tinggi:
Fix. Cahaya oleh CAM > C4 > C3.
Perbedaan Sifat Tanaman C3, C4, dan CAM..
A. Tanaman C3.
1. Lebih adaptif pada kondisi di bawah naungan atau di tempat yg intensitas
cahayanya rendah.
2. Enzim yang menyatukan CO2 dengan RuDP dalam siklus calvin , juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
3.
Karbon dioxida masuk ke siklus calvin secara langsung dari udara
4.
Disebut tumbuhan C3 karena produk awal reduksi CO2 / fiksasi CO2 dalam
siklus calvin adalah asam 3 fosfogliserat (PGA), yaitu senyawa berkarbon 3.
5.
Sebagian besar tumbuhan tinggi masuk ke dalam kelompok tumbuhan C3 :
padi, kentang, kedelai, kacang-kacangan.
6. Apabila stomata menutup akibat stress, maka akan terjadi peningkatan
fotorespirasi yaitu pengikatan O
2.
7. Fotorespirasinya tinggi.
21
B. Tanaman C4.
1. Adaptif di daerah yg intensitas cahayanya penuh, sepert jagung, tebu ,
rumput-rumputan.
2. CO2 diikat oleh PEP yang tidak dapat mengikat O2, sehingga tidak terjadi
kompetisi antara CO2 dan O2.
3. Siklus calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
4. Sel seludang pembuluh berkembang dengan baik dan banyak mengandung
kloroplas
5. Fotosintesis terjadi di dalam sel mesofil dan sel seludang pembuluh
6. Pengikatan CO2 di udara melalui siklus Daur Asam Dikarboksilat dalam sel
mesofil menghasilkan asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( asam yg
berkarbon 4) , kemudian CO2 yg dihasilkan direduksi melalui siklus calvin di
dalam sel seludang pembuluh.
7. Fotorespirasinya rendah.
C. Tanaman CAM.
1. adaptif di daerah panas dan kering, karena memiliki daun yg cukup tebal dan
sempit shg transpirasinya rendah.
2. Sikuls calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
3. Umumnya tumbuhan yang beradaptasi pada keadaan kering seperti kaktus,
anggrek dan nenas
4. Reduksi karbon pada sel mesofil melalui Daur asam dikarboksilat pada
malam hari, dan siklus calvin pada siang hari.
5. Pada malam hari asam malat tinggi, pada siang hari asam malat rendah.
22
Pada awal abad ke-120, Frederick Frost Blackman bersama dengan Albert
Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (pemancaran) dan suhu
terhadap tingkat asimilasi karbon.

Pada suhu tetap, tingkat asimilasi karbon beragam dengan pemancaran,
pada awalnya meningkat seiring peningkatan pemancaran. Akan tetapi,
pada tingkat pemancaran yang lebih tinggi, hubungan ini tidak
berlangsung lama dan tingkat asimilasi karbon menjadi konstan.

Pada pemancaran tetap, tingkat asimilasi karbon meningkat seiring suhu
meningkat pada cakupan terbatas. Pengaruh ini dapat dilihat hanya pada
tingkat pemancaran yang tinggi. Pada pemancaran yang rendah,
peningkatan suhu hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap tingkat
asimilasi karbon.
23
Dua
eksperimen
ini
menggambarkan
poin
penting:
Pertama,
dari penelitian ini diketahui bahwa, secara umum, reaksi fotokimia tidak
dipengaruhi oleh suhu. Akan tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas
bahwa suhu mempengaruhi tingkat asimilasi karbon, jadi pasti ada dua
rangkaian reaksi pada proses lengkap asimilasi karbon. Ini adalah
tahap 'fotokimia' bergantung cahaya dan tahap bergantung suhu tetapi tak
bergantung
udara.
Yang
kedua,
percobaan
Blackman
menunjukkan
konsep faktor pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang
cahaya. Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak
dapat memperoleh panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk
menghasilkan pemisahan bertenaga fotoinduksi pada pigmen fotosintesis
konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein
dengan
pigmen-pigmen
berbeda
disebut fikobilisome.
24
mengelilingi
pusat
reaksi.
Unit
ini
III. KATABOLISME
Katabolisme adalah reaksi pemecahan / penguraian senyawa kompleks yang
mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana. Tujuan utama katabolisme
adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa tsb.
3.1. Respirasi
Respirasi berasal dari kata latin
bernapas.
respirare, yang secara harfiah berarti
Semua sel yang aktif terus menerus melakukan respirasi. Respirasi
bukan hanya sekedar pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi oksidasi-reduksi
yaitu senyawa (substrat respirasi) dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang
diserap direduksi membentuk H2O.
Pada tahun 1780-an, seorang ahli kimia bangsa prancis yaitu Lavoisier yang
menyatakan bahwa respirasi adalah pembakaran yang diinterprestasikan secara
tepat sebagai kombinasi kimia dari senyawa yang terbakar dengan oksigen. Ia juga
dapat menunjukkan bahwa udara yang dikeluarkan pada waktu bernapas
mengandung uap air. Dengan demikian, ia merupakan orang yang pertama dapat
menunjukkan bahwa respirasi menghasilkan CO2 dan H2O.
Gula cadangan yang terlarut (glukosa, fruktosa, sukrosa), lemak, protein,
dan asam organik dapat berfungsi sebagai substrat respirasi. Glukosa merupakan
substrat respirasi utama di dalam sel tumbuhan, dengan persamaan reaksi dapat
ditulis sebagai berikut:
C6H12O6
+
6 O2
6 CO2 +
6 H2O
Reaksi diatas memberikan gambaran yang mengaburkan, karena sebenarnya O 2 di
dalam respirasi tidak bereaksi secara langsung dengan glukosa. Seharusnya ada
molekul-molekul air yang ditambahkan kepada produk intermediat penguraian
25
glukosa, yaiu satu molekul air untuk setiap atom C dalam glukosa, dan atom H di
dalam produk intermediat bereaksi dengan O2 yang direduksikan menjadi air.
Reaksi respirasi yang lebih terperinci adalah:
C6H12O6 + 6 H2O + 6 O2
6 CO2 + 12 H2O
3.1.1. Pertukaran Gas dalam Respirasi
Pertukaran gas dalam respirasi antara tumbuhan dengan lingkungan terjadi
secara difusi.
O2 yang digunakan
dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel
tumbuhan secara difusi melalui ruang interselular antara sel, demikian pula halnya
CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dalam ruang interselular.
O2 di dalam air daya larutnya rendah, hal ini menyebabkan tanah-tanah yang
tergenang
air pada umumnya kekurangan
O2,
sehingga banyak tanaman
pertumbuhannya mengalami gangguan. Walaupun demikian, terdapat jenis tanaman
tertentu seperti padi dapat tumbuh secara alami dengan perakarannya terendam
dalam air dan dapat menyesuaikan dirinya pada keadaan tersebut, karena tanaman
padi mempunyai rongga udara (aerenkima) disepanjang tubunya.
O 2 masuk ke
dalam tubuh tanaman melalui bagian tanaman yang berada di atas tanah yang
tergenang, kemudian O2 berdifusi melalui rongga udara sehingga sampai ke sel
meristem yang ada di ujung akar.
3.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
Proses respirasi pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Substrat respirasi.
Respirasi sangat dipengaruhi oleh jenis
substrat
respirasi yang digunakan, hal ini terlihat dari nilai RQ yang dihasilkan.
Respirasi quotien (RQ) adalah perbandingan antara CO2 yang dihasilkan
26
dengan O2 yang digunakan. RQ sangat dipengaruhi oleh jenis substrat
yang digunakan, jika substrat respirasinya adalah karbohidrat (sukrosa
dan pati) maka volume
dilepaskan
O2 yang diambil
sehingga nilai RQ =1.
sama dengan CO2 yang
Sedangkan bila protein dan lemak
sebagai substrat respirasi maka RQ-nya kurang dari 1, sebab
banyak O2 yang diperlukan untuk mengubah
lebih
karbon menjadi CO 2 dan
hidrogen menjadi H2O. Apabila gliserol trioleat sebagai substrat maka
reaksi respirasinya adalah:
C57H104O6 + 83 O2
57 C02 + 52 H2O
Sedangkan bila asam organik seperti asam sitrat sebagai substrat
respirasi, maka nilai RQ –nya lebih dari 1.
2 C6H8O7 + 9 O2
12 CO2 + 8 H2O
Selain substrat respirasi, ada beberapa hal yang menyebabkan
nilai RQ
yang dihasilkan sulit diprediksi, seperti:
a. Adanya dua jenis substrat respirasi yang digunakan bersamaan
b. Perbedaan kelarutan dan difusi CO2 atau O2
Sekalipun RQ relatif lebih mudah diukur dan digunakan, namun indikator ini
tidak dapat
menggambarkan keadaan yang diharapkan, sebab ada
berbagai reaksi dalam sel yang tidak berkaitan langsung dengan
respirasi.
Sebagai gambaran tanaman sekulen yang tergolong CAM,
semua CO2 yang dihasilkan respirasi dapat diikat menjadi asam organik
pada malam hari, sehingga menyebabkan nilai RQ-nya turun menjadi nol.
Perbedaan kandungan gula akibat tidak berimbangnya laju fotosintasis
27
menyebabkan perbedaan laju respirasi. Sebagai contoh laju respirasi
pada daun akan lebih cepat pada saat menjelang matahari tenggelam
dibanding dengan menjelang matahari terbit, sebab pada saat menjelang
matahari tenggelam kandungan gula yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis lebih banyak.
Selain itu, daun yang berada di bagian bawah
atau yang ternaungi biasanya respirasinya lebih lambat daripada daun
yang berada di sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak, dan bila
hal ini tidak terjadi maka daun disebelah bawah akan cepat mati. Apabila
substrat
gula habis maka substrat protein dapat digunakan, tetapi
pertama-tama dihidrolisis
terlebih dahulu menjadi asam amino (asam
glutamat dan aspartat), kemudian baru dirombak oleh reaksi glikolisis
dan daur Krebs.
Asam glutamat dan aspartat pada daur Krebs masing-
masing akan dirubah menjadi asam
@
- ketoglutarat dan
asam
oksaloasetat.
2. Umur jaringan dan tipe jaringan. Jaringan muda dan dewasa respirasinya
lebih kuat daripada jaringan tua, karena jaringan tersebut
lebih aktif
sehingga lebih banyak memerlukan energi. Sebagai contoh, kecepatan
respirasi pada daun meningkat selama pertumbuhan, kemudian turun dan
tetap saat memasuki periode pemasakan (maturity).
Macam jaringan
juga mempengaruhi kecepatan respirasi (Tabel 4.1).
Tabel 1. Kecepatan respirasi pada berbagai jaringan tumbuhan
Jaringan
Kecepatan respirasi
( mikro mol O2 / jam)
Berat segar (g)
Biji kedelai
0,003
Kecambah gandum
65
28
Berat kering (g)
-
Daun gandum umur 5 hari
22
-
Daun gandum umur 1 hari
8
-
Akar wortel
1
-
Umbi kentang
0,3
-
Buah apel masak
0,5
-
Ujung akar tomat
-
300
Daun bunga matahari
-
60
Biji kacang kapri
-
70
3. Suhu
sampai
batas - batas tertentu (10o C – 300 C)
menyebabkan
kecepatan respirasi menjadi 2-2,5 kali lebih cepat untuk setiap kenaikan
suhu 10o C. Secara kuantitatif dapat dinyatakan bahwa:
Q1O = Kecepatan pada (t + 1O)o C
Kecepatan pada t o C
Apabila suhunya tinggi ( > 350C maka kecepatan respirasinya menurun, hal
ini disebabkan oleh rusaknya ensim yang mempengaruhi proses tersebut,
terbatasnya O2 karena berkurangnya kelarutan, dan lambatnya proses
difusi.
4. Oksigen (O2). Persediaan oksigen sangat mempengaruhi proses respirasi,
tetapi peranannya tergantung pada jenis tumbuhan.
Pada umumnya,
sistem udara antar sel dari daun ke akar sangat penting bagi tumbuhan
berbatang hampa (rumput dan teki), sehingga lebih toleran terhadap
penggenangan.
Perendaman dalam jangka waktu yang lama
akan
menyebabkan keracunan hampir disemua tumbuhan, terutama bila tidak
ada oksigen disekitar akar
sehingga keadaan ini menjadi anaerob.
29
Diantara tanaman budidaya, hanya padi yang dikenal toleran terhadap
anoksia untuk jangka waktu yang lama. Pada tumbuhan bakau tropika
seperti Rhizophora mangle dan Avicennia nitida akarnya yang tumbuh
tegak diatas air mengangkut oksigen ke akar yang terendam. Jadi akar
yang terendam bukanlah anoksik, tetapi hipoksik (berada pada tingkat
oksigen yang kurang).
Beberapa spesies tanaman membentuk sistem
akar serabut yang banyak ketika batangnya terendam, dan akar tesebut
membantu penyerapan garam mineral dan air.
Adaptasi morfologis
lainnya dari akar terhadap hipoksia adalah pembentukan jaringan
aerenkima, yaitu jaringan yang terbentuk bila ada kerusakan dan
perombakan pada beberapa sel korteks dewasa, sehingga merupakan
sebuah jaringan yang banyak ruang udara.
Aerenkima memungkinkan
difusi oksigen yang lebih cepat dari pucuk ke akar, yang akan membantu
respirasi pada akar.
Penyebab terbentuknya aerenkima
nampaknya
adalah etilen, dan gas ini dihasilkan dalam keadaan tanaman mengalami
stres, tapi pada tanah yang tergenang etilen tidak dapat cepat berdifusi
keluar.
Selain itu kekurangan oksigen menyebabkan terhambatnya
pengangkutan hormon sitokinin dari akar muda ke batang. Kekurangan
oksigen juga menyebabkan terhambatnya penyerapan nitrogen sehingga
menyebabkan lambatnya fotosintesis dan translokasi karbohidrat, sebab
kekurangan oksigen akan menurunkan permeabilitas akar terhadap air,
dan akumulasi bahan beracun yang disebabkan oleh mikroba di sekitar
akar. Pasokan ATP menjadi terbatas karena pengangkutan elektron dan
daur Krebs tidak dapat berfungsi tanpa oksigen.
Selanjutnya produk
fermentasi, khususnya etanol, asam laktat, asam malat dan sedikit gliserol
terhimpun sampai jumlah tertentu.
Respirasi aerob memerlukan adanya
oksigen, tetapi apabila tidak ada oksigen maka
30
yang terjadi adalah
respirasi anaerob atau fermentasi. Sebagai contoh biji melakukan
fermentasi selama imbibisi air sehingga biji dapat berkecambah
5. Karbon dioksida (CO2). Apabila kandungan CO2 – nya tinggi (>0,03%) maka
kecepatan respirasinya menurun, hal ini disebabkan oleh terhambatnya
difusi O2 akibat menutupnya stomata.
6. Luka dan rangsangan mekanik. Pelukaan dan rangsangan mekanik seperti
melengkungkan batang dapat meningkatkan respirasi, sebab:
a. Terjadi peningkatan aktifitas ensim sehingga proses glikolisis
dan
katabolisme oksidatif meningkat.
b. Diperlukan lebih banyak energi untuk memperbaiki bagian tanaman yang
rusak yang diikuti oleh pembentukan kalus.
3.1.3. Garis Besar Metabolisme Respirasi.
Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa secara garis besar proses respirasi
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Glikolisis
2. Siklus krebs / daur asam trikarboksilat
3. Rantai respirasi / rantai transpor electron
31
Sitoplasma
Mitokondria
Glukosa
NAD+
Asam Piruvat
DAUR
KREBSK
rebs
O2
RANTAI
RESPIRASI
Rantai
NADH
H2O
Lintasan utama metabolisme respirasi dalam sel tumbuhan
3.1.3.1. Glikolisis
Glikolisis merupakan tahap pertama dari tiga fase respirasi, selanjutnya
diikuti oleh daur krebs dan pengangkutan elektron yang terjadi di mitokondria
(Gambar 2). Glikolisis mempunyai beberapa fungsi:
1. Mengubah satu molekul heksosa menjadi dua molekul asam piruvat. Setiap
perubahan heksosa, dua molekul NAD+ direduksi menjadi NADPH (+2H+).
NADH berperanan sangat penting, sebab
akan dioksidasi oleh 0 2 di
mitokondria menghasilkan NAD+ dan dua molekul ATP. Sedangkan NADH
32
yang
tidak masuk ke mitokondria akan digunakan di dalam sitosol untuk
meningkatkan berbagai proses reduktif anabolik Disini terlihat bahwa NADH
dibentuk hanya pada satu tahap di glikolisis, yaitu saat oksidasi 3
posfogliseraldehid menjadi asam 1,3 diposfogliserat
2. Menghasilkan ATP. Secara keseluruhan glikolisis menghasilkan ATP, akan
tetapi pada tahap awal terjadi penggunaan ATP. Ketiga glukosa atau fruktosa
masuk glikolisis, masing-masing diposforilasi oleh ATP dan dikatalisis oleh
heksikinase atau fruktokinase
3. Menghasilkan glukose 6 posfat dan fruktosa 6 posfat. Selanjutnya, fruktose 6
posfat diposforilasi pada karbon 1 oleh ATP lain untuk membentuk fruktosa
1,6 diposfat. Ensim yang berperanan dalam posforilasi ini dinamakan ATPPosfofruktokinase (ATP-PFK). Pada reaksi ini bisa terjadi dua rute yaitu:
a. Pengubahan fruktosa 6 posfat menjadi fruktosa 1,6 di posfat., dengan
bantuan ensim ATP- Posfofruktokinase (ATP-PFK). Perubahan glukosa
atau fruktosa menjadi fruktosa 1,6 diposfat memerlukan dua ATP. Hal ini
terjadi pada sel yang dewasa atau hampir dewasa.
b. Melibatkan posforilasi karbon 1 dari fruktosa 6 fosfat dengan pirofosfat
sebagai
penyumbang
posfat,
dengan
bantuan
ensim
pirofosfat
posfofruktokinase (PPi-PFK). Jadi perubahan glukosa atau fruktosa menjadi
fruktosa 1,6 difosfat melalui rute ini memerlukan satu ATP. Reaksi lain dari
glikolisis adalah fruktosa 1,6 difosfat dipecah menjadi dua gula dengan tiga
karbon terposforilasi, dan triosa posfat ini kemudian dioksidasi menjadi asam
piruvat. Langkah ini menghasilkan dua ATP dari setiap triosa posfat, menjadi
empat ATP untuk setiap glukosa atau fruktosa yang terespirasi. Hasil empat
ATP dikurangi dua (atau satu) yang diperlukan untuk membentuk fruktosa 1,6
diposfat,
sehingga menghasilkan
neto dua atau tiga ATP untuk setiap
heksosa yang digunakan dalam glikolisis. Reaksi di bawah menunjukkan
33
bahwa dua ATP sebagai produk neto, tetapi melalui rute PPi-PFK akan
menghasilkan tiga ATP. Rangkuman persamaan reaksi glikolisis adalah:
Glukosa +2 NAD + + 2 ADP 2- + 2 H2PO4- --- 2 Piruvat + 2 NADH + 2H+ + 2 ATP
3-
+ 2H2O.
Reaksi Glikolisis
34
3.1.3.2.
Fermentasi
Walaupun glikolisis dapat berfungsi dengan baik tanpa O2, akan tetapi
oksidasi lebih lanjut dari piruvat dan NADH oleh mitokondria memerlukan oksigen.
Karena itu, bila oksigen terbatas maka NADH dan piruvat mulai tertimbun. Keadaan
ini menyebabkan tumbuhan melakukan respirasi anaerobik atau fermentasi, yaitu
membentuk etanol atau asam laktat seperti terlihat pada gambar 4.3. Pertama-tama
terjadi reaksi dekarboksilasi untuk membentuk asetaldehid, kemudian direduksi
oleh NADH membentuk etanol. Semua reaksi dikatalisis oleh ensim asam piruvat
dekarboksilase dan alkohol dehidrogenase. Beberapa sel mengandung asam laktat
dehidrogenase yang menggunakan NADH untuk mereduksi piruvat menjadi asam
laktat. Etanol atau asam laktat, atau keduanya merupakan produk fermentasi. Pada
setiap keadaan, NADH pereduksi dan hanya pada keadaan anaerobiklah NADH
tersedia dalam
35
CO2
CH3 - C – COOH
NADH + H+
NAD+
CH3 - C- H
O
O
asam piruvat
Asetaldehid
CH3 – CH2OH
Etanol
NADH + H+
CH3 – CH - COOH
NAD+
OH
Asam laktat
jumlah yang cukup banyak untuk menjalankan reduksi. Lebih jauh pada beberapa
tumbuhan, NADH digunakan untuk menimbun senyawa lain bila O2 terbatas terutama
asam malat dan gliserol.
3.1.3.3.
Daur Krebs / Daur Asam Trikarboksilat (TCA)
Langkah awal menuju daur krebs menyangkut oksidasi dan hilangnya CO2
dari piruvat, dan penggabungan sisa unit asetat 2 karbon dengan senyawa yang
mengandung belerang, yakni ko-ensim A (COA) membentuk asetil COA:
36
CH3 - C - ScoA
O
Peran CoA dalam daur krebs ini menyebabkan mengapa belerang termasuk hara
esensial.
Reaksi dekarboksilasi piruvat
juga melibatkan
(vitamin B1) sebagai gugus prostetik, hal ini yang menyebabkan
terfosforilasi tiamin
bahwa pentingnya
vitamin B1 pada tumbuhan dan hewan. Disamping hilangnya CO2, dua atom hidrogen
diambil dari asam piruvat selama pembentukan asetil CoA.
Ensim yang
mengkatalisisnya secara lengkap ialah asam piruvat dehidrogenase.
hidrogen
Atom
yang diambil dari piruvat akhirnya diterima oleh NAD+, menghasilkan
NADH. Reaksi ini dan reaksi daur Krebs lainnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Daur Krebs melakukan pengambilan beberapa elektron dari asam organik
antara dan mengangkut elektron tersebut ke NAD+ atau ke ubikuinon. Tidak ada
ensim dehidrogenase dari daur ini yang menggunakan NADP+ sebagai penerima
elektron, dan NADP+ biasanya hampir tidak terdeteksi
di dalam mitokondria
tumbuhan. Keadaan yang berlawanan dengan kloroplas adalah kandungan NADP
pada kloroplas sangat berlimpah, sedangkan NAD+ lebih sedikit. Tidak saja NADH
dan ubikuinol merupakan produk penting dari krebs, tetapi juga satu molekul ATP
dibentuk dari ADP dan Pi selama pengubahan suksinat koensim A menjadi asam
suksinat.
Dua molekul CO2 tambahan (Gambar 4.4) dilepas selama reaksi daur
Krebs, sehingga terjadi kehilangan neto kedua atom karbon dari
Pelepasan CO2 pada daur Krebs menjelaskan
asetil CoA.
bahwa adanya produk CO2 dari
rangkuman respirasi, tetapi tidak ada O2 yang diserap selama reaksi daur Krebs.
37
Fungsi utama daur Krebs ialah sebagai berikut:
1. Reduksi NAD+ dan ubikuinon menjadi elektron donor NADH dan ubikuinol,
yang akan dioksidasi untuk menghasilkan ATP.
2. Sintesis langsung ATP dalam jumlah terbatas (satu ATP untuk setiap piruvat
yang dioksidasi).
3. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk mensintesis
asam amino tertentu yang kemudian akan diubah menjadi molekul yang lebih
besar (Gambar 4).
38
Dua piruvat yang dihasilkan dalam glikolisis dari tiap glukosa menyebabkan reaksi
keseluruhan daur Krebs dapat ditulis sebagai berikut:
2 piruvat + 8 NAD+ + 2 ubikuinon + 2 ADP2- + 2 H2PO4- + 4H2O
6CO2 + 2ATP3-
+ 8 NADH + 8H+ + 2 ubikuinol.
3.1.3.4. Rantai Respirasi
Oksidatif
NADH yang ada
glikolisis, daur
/
Sistem
Pengangkutan
Elektron
dan
Fosforilasi
di mitokondria berasal dari tiga proses utama, yaitu
Krebs, dan oksidasi glisin
(di daun ) yang dihasilkan selama
fotorespirasi. Bila NADH dioksidasi akan dihasilkan ATP, dengan cara yang serupa
ubikuinol yang dihasilkan oleh asam suksinat dehidrogenase dalam daur Krebs juga
dioksidasi untuk menghasilkan ATP. Walaupun oksidasi ini melibatkan pengambilan
O2 dan pembentukan H20, baik NADH ataupun ubikuinol tidak dapat bergabung
secara langsung dengan O2 untuk membentuk H2O. Yang terjadi, elektronnya
ditransfer melalui beberapa senyawa antara sebelum H2O terbentuk. Pembawa
elektron ini merupakan sistem pengangkutan elektron mitokondria. Pengangkutan
elektron dimulai dari pembawa elektron yang secara termodinamika sulit untuk
direduksi,
yaitu yang mempunyai potensial reduksi negatif ke pembawa yang
mempunyai potensial reduksi yang positif. Oksigen mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk menerima elektron guna membentuk H2O. Setiap pembawa dari
sistem tersebut biasanya
menerima elektron
dari pembawa sebelumnya yang
terdekat.
Seperti
pengangkutan elektron pada kloroplas,
transfer elektron dari
molekul air ke sistem mitokondria melibatkan sitokrom (empat jenis b dan dua jenis
C)
dan beberapa kuinon khususnya ubikuinon.
Juga terdapat beberapa
flavoprotein (riboflavin yang mengandung protein), beberapa protein besi-belerang
39
(Fe-S) yang serupa dengan feredoksin, sebuah ensim sitokrom
oksidase, dan
beberapa pembawa elektron lainnya yang belum diidentitifikasi.
Sitokrom dan
sitokrom oksidase mengandung besi sebagai bagian dari gugus heme. Flavoprotein
mengandung flavin adenin dinukleotida (FAD) atau flavin adenin dinukleotida (FMN)
sebagai gugus prostetik.
Sitokrom dan protein Fe-S setiap kali
hanya dapat menerima atau
mentransfer satu eketron. Ubikuinon seperti plastokuinon kloroplas, menerima dan
mentransfer dua elektron dan dua H+, hal yang sama juga terjadi pada flavoprotein.
Ubikuinon dan flavoprotein sangat penting dalam pembentukan gradien pH antara
matrik (pH sekitar 8,5) yang melintasi membran dalam ke ruang antar membran (pH
mendekati 7), sebab menurut teori kemiosmotik Mitchell gradien pH ini mendorong
pembentukan ATP dan ADP dan Pi.
Pembentukan ATP dari ADP dan Pi di mitokondria, secara tidak langsung
didorong oleh kecendrungan O2 secara termodinamika untuk tereduksi, dan proses
ini disebut fosforilasi oksidatif. Di kloroplas, fosforilasi dikatalisis oleh ATP sintase
tilakoid, dan melintasi membran dalam.
ATP yang terbentuk diangkut menuju
sitosol oleh transpor balasan dengan ADP berikutnya.
ATP kemudian
segera
dipindahkan dengan cara melintasi membran luar yang jauh lebih permeabel menuju
sitosol.
Membran
luar mempunyai porin dan saluran yang mampu dilalui oleh
molekul dengan bobot kurang dari 5 kDa, sehingga dengan mudah nukleotida dan
berbagai metabolik lainnya dapat melewati membran itu .
Posfat juga diperlukan dalam pembentukan ATP, dan akan dibawa melewati
membran dalam yang jauh kurang permeabel ke dalam matrik oleh dua sistem
transpor yang sacara bersamaan membawa OH- atau asam dikarboksilat, misalnya
asam malat keluar dari matrik menuju ruang antar membran.
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa lintasan utama pengangkutan elktron
dimulai dari NADH + H+ yang terbentuk dimatrik oleh ensim daur Krebs. Kedua
40
elektron dan kedua H+ menuju flavoprotein yang mengandung FMN, lalu membawa
elektron ke protein Fe-S. Besi dalam Fe-S ini dapat menerima hanya satu elektron
dan tidak menerima H+ , kedua H+ ditransfer ke dalam ruang antar membran. Ini
merupakan langkah pertama dari empat langkah yang dilakukan sepasang H + untuk
pindah dari matrik melawati membran dalam mitokondria bersama-sama dengan
dua elektron.
Fe-S tereduksi akan memindahkan elektron ke ubikuinon (UQ),
dengan cara 2H+ yang diambil dari matriks akan tereduksi menjadi ubikuinol (UQH2).
Dari UQH2, elektron akan pindah satu persatu menuju keberbagai sitokrom b.
Kedua H+ dari UQH2 ditransfer ke luar ruangan antarmembran. Protein Fe-S lainnya
akan menerima dan mentransfer elektron ke Fe3+ di sitokrom C1 dengan
pengeluaran ketiga dari sepasang H+.
cara
Dari sitokrom C1, elektron diterima oleh
sitokrom C kemudian ditransfer ke O2 membentuk H2O yang dikatalisis oleh sitokrom
oksidase. Oksidase ini mengandung komponen a dan a3 yang tidak terpisahkan, dan
juga beberapa polipeptida lainnya yang total mengandung dua ion tembaga yang
menjalani oksidasi-reduksi antara bentuk Cu+ dan Cu
2+.
Kedua tembaga tersebut
terlibat dalam pengangkutan elektron antara komponen besi dari sitokrom a dan a 3.
Oksidasi sitokrom C oleh sitokrom oksidase dengan cara memindahkan sepasang H +
dari matriks ke ruang antarmembran (Gambar 4.6).
Setiap NADH yang di lepas pada glikolisis (Gambar 4.6), dan setiap ubikuinol
yang dibentuk pada daur Krebs oleh oksidasi suksinat hanya dua ATP yang
terbentuk, sebab molekul NADH dan UQH2 menyumbang elektron
ke rantai
pengangkutan hanya setelah pasangan pertama H+ di lintasan utama telah menuju
ruang antar membran, sehingga terjadi perbedaan pH yang lebih kecil sepanjang
membran dibanding ketika dioksidasi. Setiap NADH yang berasal dari glikolisis di
sitosol, dua flavoprotein (FP) yang mengandung NADH dehidrogenase akan muncul
dipermukaan luar membran dalam, seperti tampak pada gambar 4.6. Selanjutnya
NADPH
(sebagai lintasan pentosa fosfat dapat dioksidasi oleh dehidrogenase).
41
Kemampuan mitokondria tumbuhan untuk mengoksidasi NADH dan NADPH sitosol
secara langsung, tidak ada pada mitokondria hewan (hewan mempunyai ensim
transhidrogenase yang mengangkut elektron dari NADPH ke NAD+, membentuk
NADP+ dan NADH, dan mereka menggunakan pembawa khusus untuk memindahkan
pasangan elektron dari NADH ke matrik). Ubikuinol yang dihasilkan di daur Krebs
dioksidasi serupa dengan yang di mitokondria
tumbuhan maupun hewan,
elektronnya diambil dari sitokrom b sehingga H-nya akan melintasi membran ke
ruang antarmembran. Dua ATP terbentuk dari setiap ubikuinol yang berasal dari
suksinat di daur Krebs.
Fosforilasi oksidatif dari semua substrat yang ada di mitokondria dilepas dari
pengangkutan elektron oleh berbagai senyawa pemecah, sama seperti di kloroplas.
Sebagian besar senyawa ini menetralkan gradien pH dengan membawa H + ke dalam
matriks dan mencegah fosforilasi oksidatif,
akan tetapi tetap mempertahankan
kelangsungan pengangkutan elektron. Kadangkala pengangkutan ini berlangsung
lebih cepat, kemungkinan karena adanya tekanan balik dari gradien pH.
Dinitrofenol memecahkan lebih efektif di mitokondria daripada di kloroplas,
demikian juga berbagai senyawa lainnya. Pada konsentrasi yang tepat, dinitrofenol
dapat
mempercepat
memperkecil
pengangkutan
elektron
dan
respirasi,
karena
dapat
gradien pH sepanjang membran dalam dan memungkinkan H +
diangkut keluar dengan lebih mudah oleh faktor perangkai ATP-ase. Ion amonium
yang secara kuat melepaskan
fosforilasi fotosintesis di kloroplas, dinitrofenol
merupakan penghambat yang kurang potensial dibanding dengan fosforilasi
oksidatif di mitokondria. Bahkan mitokondria toleran terhadap NH4+ sampai dengan
20 mM. Sebagian dari ketahanan ini berhubungan dengan melimpahnya NH4 + di
dalam mitokondria yang timbul di daun dari dekarboksilasi oksidatif glisin selama
fotorespirasi.
42
Ada juga senyawa lain yang menghambat fosforilasi oksidatif atau
pengangkut elektron. Sebagai contoh, dua penghambat fosforilasi yang potensial
adalah oligomisin, yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Streptomyces, dan
asam bongkrekat yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Pseudomonas yang
tumbuh pada ampas kelapa yang terinfeksi oleh jemur bongkrek.
Oligomisin
menghambat pembentukan ATP oleh ATP- ase, sedangkan asam bongkrekat
menghambat pembentukan ATP dengan menghadang sistem transpor balasan yang
membawa ADP dari ruang antarmembran menuju matrik dalam pertukaran dengan
ATP. Tanpa ADP ini, fosforilasi oksidatif tidak akan berlangsung, Antimisin A, juga
dari Streptomyces, menghadang pengangkutan elektron pada atau dekat tahap
sitokrom b ke protein Fe-S (Gambar 4.6).
3.3.5. Perhitungan Energi Glikolisis, Daur Krebs, dan Rantai Respirasi.
Bila seluruh heksosa dioksidasi menjadi CO2 dan H2O menggunakan tiga
proses tersebut, maka
energi sebagai produk sebagian besar
terdapat dalam
bentuk ATP. Namun, berapa banyak yang terdapat di ATP dan berapa yang hilang
sebagai bahan. Untuk menjawab pertanyaan itu, perhatikan pada glikolisis yaitu
perubahan glukosa menjadi fruktosa 1,6 diposfat memerlukan dua ATP, akan tetapi
segera akan menghasilkan ATP yaitu pada perubahan asam 1,3 diposfogliserat
menjadi asam 3 posfogliserat, dan asam posfoenol piruvat menjadi asam piruvat,
masing-masing dua molekul ATP. Disamping itu Dua molekul NADH (Satu NADH
setara dengan tiga ATP) dihasilkan pada proses oksidasi gliseraldehid 3 posfat
menjadi asam 1,3 diposfogliserat, sehingga jumlah neto tenaga yang dihasilkan
menjadi 8 ATP. Ini berarti hanya kira-kira 60 kcal (8x -7300 cal) / molekul glukosa
atau kira-kira 10% daripada jumlah tenaga yang tersedia di dalam glukosa yang
dibebaskan.
Beberapa tenaga yang dibebaskan pada perubahan glukosa menjadi
asam piruvat dalam bentuk panas, tetapi lebih besar tenaga yang ada pada glukosa
43
masih tersimpan di dalam molekul asam piruvat dan tenaga ini akan dibebaskan
pada reaksi daur Krebs.
dua piruvat
Daur Kreb menyumbang dua ATP per heksosa atau per
bila suksinil CoA dipecah menjadi suksinat dan CoASH (Gambar 1.4).
Daur ini juga menghasilkan delapan NADH per heksosa di matriks mitokondria,
melalui fosforilasi oksidatif tiap NADH menghasilkan tiga ATP, atau 24 ATP per
heksosa. Selain itu daur Kreb juga menghasilkan dua molekul ubikuinol ( satu
ubikuinol setara dengan dua ATP)
atau empat ATP per heksosa atau per dua
piruvat. Jadi total ATP sumbangan Daur Kreb ialah 30 ATP, ditambah 8 ATP dari
glikolisis sehingga menjadi 38 ATP per heksosa.
Oksidasi sempurna satu molekul glukosa menjadi CO2 + H2O menghasilkan
tenaga bebas – 686.000 cal. Tetapi melalui proses glikolisis dan daur Kreb,
menghasilkan 38 ATP (38x -7300 cal) = -277.000 cal. Jadi panas yang dibebaskan
dapat dikurangi menjadi -686.000 cal – (-277.000 cal) = - 409.000 cal.
pengubahan tenaganya + -277.000/ -686.000 x 100% = 40 %.
44
Efisiensi
DAFTAR PUSTAKA
Bidwell, R.G.S. 1979. Plant Physiology. Second ed., Macmillan Publishing Co. Inc.
New York.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Penerbit ITB. Bandung.
Noggle, R.R., G.J. Fritz. 1977. Introductory Plant Physiology. Printice Hall Of India
Prive Limited, New Delhi.
Suseno, H. 1074. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya.
Departemen Botani. Fakultas Pertanian, IPB Bogor.
45
Download