Apa Yang Membedakan Kita Sebagai Mahasiswa Desain di Era Semua Orang Bisa Mendesain? 332022016 MUHAMMAD PEBY MARDIANSYAH – DKV A KVB-206 Creative Writing – Tugas Kaidah Kebahasaan Institut Teknologi Nasional. ITENAS-Bandung Desain Komunikasi Visual Di era digital hari ini, aksesibilitas terhadap desain (dalam konteks ini, desain grafis) semakin mudah dan terbuka. Kesadaran akan kebutuhan dan peran desain kian hari kian krusial dan tak terelakkan. Hampir semua orang memiliki akses yang mudah terhadap tools dan platform desain secara online. Platform seperti Canva dan Adobe Spark memudahkan semua orang untuk membuat desain terlihat profesional hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa pengalaman mendesain. Setiap orang bisa membuat desain secara instan, lantas bagaimana kekuatan aksesibilitas ini menjadi tantangan terhadap mahasiswa desain untuk bisa stand out di tengah keramaian “desainer” dadakan ini? Pertanyaan krusial yang mestinya bisa kita jawab untuk menemukan nilai dan peran apa yang bisa kita tawarkan sebagai individu yang menempuh pendidikan desain yang terstruktur. Sebagai mahasiswa desain, kesadaran yang harus ditanamkan sejak awal adalah bagaimana intensi kita untuk mendesain berlandaskan value dan tujuan, yang membedakan kita sebagai mahasiswa desain adalah pendekatan desain melalui “cara berpikir” dan proses desain yang kita lakukan, dengan menggunakan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip desain, critical thinking skills, dan creative problemsolving abilities. Kita tidak hanya menggunakan software desain secara teknis tapi kita berpikir konseptual secara holistik, mengembangkan meaningful narratives, dan berkomunikasi visual secara efektif melalui desain. Kemampuan ini untuk mengejawantahkan ide-ide visual yang kreatif untuk menciptakan impactful experiences. Seperti yang pernah disampaikan oleh Hermawan Tanzil (Principal Designer LeBoYe) salah satu desainer yang berpengaruh di Indonesia, beliau menyampaikan bahwa supaya tidak menjadi komoditas semata: “Design itself can create its own culture and bring good value. Moreover, good design can subtly educate people about good quality and good value”. Sebaiknya desain yang baik bisa membuat perubahan terhadap kehidupan, membuat sebuah perbedaan, dan memiliki kontribusi terhadap sekitar. Pak Hermawan pernah mengatakan “Desain adalah hidup”, gagasan mengenai hubungan desain dengan posisi kita sebagai manusia: emosi (emotions), kecerdasan (intellect), dan kesadaran (consciousness), yang mana sama pentingnya dengan “hidup”, bahwa sebagai desainer kita berpikir, berempati, dan sadar secara emosional untuk menciptakan sebuah karya yang bermakna. Kesadaran ini yang perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa desain, bahwa kesadaran intelektual dan kesadaran emosional lebih penting daripada keahlian teknis desain (design skillset) semata, kita memiliki tanggung jawab sosial terhadap apa yang kita ciptakan melalui desain. Kepedulian terhadap tujuan dan value yang membuat kita berbeda, seperti sebuah ungkapan: “If we are not careful, a design will be tasteless“. Taste menjadi penting, karena semua orang bisa mendesain, tetapi tidak semua orang memiliki taste yang baik. Mahasiswa desain diharapkan memiliki taste yang baik. Di era dimana semua orang dapat mendesain, tercipta kecenderungan karya-karya desain yang sama atau similar satu-sama lain karena mengikuti tren yang umum, sebagai mahasiswa desain kita bisa menciptakan karya yang menonjol dengan memaksimalkan crafting dan kreativitas tanpa batas. Menghadirkan pengalaman yang bermakna. Upaya ini menjadi kekuatan kita ditengah banyaknya karya yang “medioker” dan minim kreativitas. Pada akhirnya, sebagai mahasiswa desain, yang membedakan kita bukan hanya keterampilan teknis desain saja, tetapi kemampuan untuk berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, dan menciptakan pengalaman visual yang berdampak. Dengan berpegang teguh pada pemahaman prinsip-prinsip desain, berkolaborasi untuk menciptakan peluang baru, mengasah keterampilan dan bergagasan, kita bisa berkembang lebih jauh di era ini, yang merupakan tantangan dan sekaligus peluang, sejauh mata kita bisa memaksimalkan potensi yang kita miliki.