TUGAS PROYEK BAHASA INDONESIA MENULIS TEKS ULASAN 12 JANUARI 2022 - 9 FEBRUARI 2022 NAMA : BENEDIKTA GINEVRA KRISTIAWAN. KELAS / NO. URUT : VIII (DELAPAN) / 04 (EMPAT). Judul buku : Heidi Penulis : Johanna Spyri. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Novel “Heidi” adalah novel klasik anak-anak hasil karya penulis Swiss, Johanna Spyri. Buku novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1995. Buku ini memiliki 304 halaman, dengan 23 bab didalamnya. Awalnya, “Heidi” ditulis dalam bahasa Jerman. Kemudian, cerita ini diterjemahkan kedalam lebih dari 50 bahasa. Salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Cerita “Heidi” diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Djokolelono. Ilustrasiilustrasi menarik yang ada di dalam buku ini dirancang oleh Jenny Thore. Novel bergenre klasik anak-anak ini menceritakan tentang seorang gadis cilik yatim piatu yang ditinggal kedua orangnya sejak ia kecil. Semenjak Heidi ditinggal oleh kedua orang tuanya, ia tinggal bersama bibinya, Bibi Dete. Namun, karena Bibi Dete mendapatkan tawaran pekerjaan yang mengharuskannya pergi keluar kota. Sedangkan Heidi kecil, dititipkan di rumah kakeknya. Novel dibuka dengan seorang bibi yang membawa keponakannya, Heidi, untuk tinggal bersama kakek gadis cilik itu, seorang gembala kambing yang tinggal sebatang kara di Pegunungan Alpen Swiss. Bibi Dete yang telah mengasuh dan menjaga Heidi semenjak ia bayi, ketika Heidi ditinggal oleh kedua orang tuanya, memiliki pekerjaan baru yang membuatnya tak bisa lagi mengasuh keponakannya. Namun, penduduk desa khawatir tentang Heidi yang akan tinggal bersama kakeknya. Kakek Heidi, atau yang kerap kali dikenal dengan sebutan Kakek/ Paman Alm. Dia adalah orang tua yang getir yang menjadi tertutup dan telah menolak agama. Meskipun demikian, Heidi ditinggalkan bersamanya. Namun, setelah Heidi memasuki kehidupan Kakek Alm, Heidi pun berhasil melembutkan hati lelaki tua itu. Dia dengan cepat menyukai kehidupan di gunung dan berteman dengan Peter si gembala kambing dan neneknya yang buta. Setelah tinggal bersama kakeknya, Heidi mendapatkan banyak sekali pengalaman baru. Heidi sering kali membantu kakeknya menggembala kambing, bersama sahabat barunya, Peter. Heidi membuat roti, dan memerah susu dari kambing milik kakeknya. Singkat cerita, Bibi Dete menjemput Heidi ke Pondok Alm untuk membawanya pergi ke kota, ketempat dimana majikannya tinggal, untuk menemani Clara yang cacat, anak dari majikan Bibi Dete. Pada awalnya, Heidi merasa tidak kerasan tinggal di Frankfrut, tepatnya di rumah Clara, yang penuh dengan peraturan-peraturan yang tidak biasanya Heidi rasakan ketika ia tinggal bersama kakeknya. Karena kerinduannya dengan kampung halaman dan juga kakeknya, Heidi yang ceria pun menjadi pemurung. Sebenarnya, Heidi dengan enggan untuk pergi, karena kepergiannya sangat membuat Kakeknya dan nenek Peter kecewa. Namun, perlahan-lahan Heidi bisa beradaptasi dengan kondisi rumah Clara. Heidi kecil pun mulai belajar mencintai Clara, dan ia menjadi dekat dengan nenek Clara, yang mengajarinya tentang Tuhan. Di rumah Clara, Heidi juga memperoleh banyak hal baru. Heidi yang tadinya tidak bisa membaca dan menulis, semenjak ia tinggal bersama Clara, Heidi menjadi lancar dalam hal membaca dan menulis. Bahkan, semenjak itu, membaca adalah salah satu kegemaran baru yang ia miliki. Ditengah berbagai peristiwa-peristiwa yang terjadi di rumah Clara, ada satu peristiwa yang membuat kehebohan terjadi di rumah Clara. Sebab ada hantu yang konon katanya suka bergentayangan di malam hari. Tak di sangkasangka, ternyata penampakan hantu itu tak lain tak bukan ialah menjadi Heidi, yang kerinduannya terhadap kampung halamnnya telah membuat dia tidur sambil berjalan. Tiga tahun setelah meninggalkan Heidi tinggal bersama Clara Sesemann dan keluarganya, Bibi Dete muncul kembali. Dete yakin dengan Heidi tinggal di sana untuk sementara waktu, akan memberikan perubahan yang baik untuk Heidi, mengingat karena Kakek Alm menolak mengirimnya ke sekolah ataupun gereja. Setelah sekian lama, Heidi kembali lagi ke gunung dan disambut dengan gembira. Atas dorongan dan support yang Heidi berikan kepada Kakek Alm, Kakek berdoa, dan keduanya kemudian mulai rajn pergi ke gereja. Semenjak itu pula, Kakek Alm mulai mengubah sikap dinginnya terhadap masyarakat dan tetangga-tetangga sekitar, yang tentunya membuat mereka merasa sangat senang, karena kakek Alm menjadi lebih ramah terhadap mereka. Dan ia berjanji untuk tinggal bersama Heidi di desa di kaki bukit selama musim dingin. Kemudian Clara datang berkunjung, dan Peter yang merasa cemburu membuat kursi roda milik Clara patah. Namun, dengan bantuan Heidi dan Peter pula, Clara mulai berjalan kembali. Tuan Sesemann, ayah Clara, berjanji pada Kakek Alm, bahwa ia akan menjaga Heidi ketika lelaki tua itu meninggal. Novel ini di kemas dengan sangat menarik. Baik dari bagian cover buku, sampai dengan isinya. Cover yang di desain sedemikian rupa, dengan perpaduan gambar dan gradasi warna yang serasi, semakin menggambarkan jelas isi dari novel ini. Bahasa yang digunakan di dalamnya juga mudah di cerna dan di pahami. Alur cerita juga tak kalah menarik dan ringan untuk di ikuti. Dengan bahasa-bahasa yang mudah di pahami, dan juga alur yang ringan, selain itu, buku ini tidak mengandung unsur-unsur dewasa. Sehingga buku novel ini cocok untuk dibaca oleh siapa saja, mulai dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Di dalam buku ini, juga terdapat berbagai macam pesan yang tersurat maupun tersirat, yang dapat menjadi pelajaran moral baik bagi kita.