Kerjasama Internasional Indonesia Dengan ASEAN Mengatasi Cyber Trafficking Lalu Teguh Kensha Dian Permana (Hubungan Internasional ; Universitas Mataram) (L1A020048) PENDAHULUAN Dalam dunia Internasional yang sekarang segala jenis kegiatan baik formal / nonformal, state dengan non-state, individu dengan individu lain dan masih banyak lagi jenis kegiatan yang melibatkan banyak aktor di dalamnya. Semua hal tersebut merupakan kemudahan yang ditawarkan Internet kepada banyak sekali orang, dari segala bidang dan tujuan yang berbedabeda dapat ditingkatkan efektivitasnya oleh internet, seperti pada bidang ekonomi, politik, socialbudaya, dll. Banyak yang berpendapat Internet merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap tatanan dunia namun suatu hal yang tidak dapat dilihat bentuknya ataupun sampai mana batas dari kuasa internet ini sendiri. Adapun pendapat yang melihat dari kacamata yang melihat internet dengan pemikiran ini yang di kemukakan oleh Bruce Sterling : “Although it is not exactly ‘real’, ‘cyberspace/internet’ is a genuine place. Things happen there that have very genuine consequences. This ‘place’ is not ‘real’ but it is serious, it is earnest. Ten thousands of people have dedicated their lives to it, to the public service communication by wire and electronic” Oleh karena itu internet merupakan salah satu bagian penting dalam perkembangan dunia pada zaman globalisasi sekarang, namun penggunaan dan tujuan dari internet sendiri sudah menjadi dilemma internasional karena pada dasarnya internet merupakan suatu media atau tempat yang tidak memiliki tuan atau tanpa pemilik tunggal yang menguasai setiap sudut dari internet ini yang menyebabkan tidak adanya batasan dan aturan yang absolut yang dapat mengikat internet ini. masalah batasan ini lah yang menjadi isu yang sangat gencar di perbincangan di dalam konferensi-konferensi internasional salah satunya ASEAN. Penyalahgunaan dari internet ini lah yang disebut dengan cybercrime atau kejahatan dunia Maya/siber. Cybercrime atau kejahatan siber adalah suatu istilah yang sangat sering digunakan dalam menggambarkan aktivitas kejatahan yang dalam proses nya menggunakan sarana /prasarana yang dapat terhubungan dengan media interner, layaknya computer, laptop, handphone, dan segala macam alat elektronik yang dapat mengakses internet. Penggunaan saran ini termasuk kedalam kejahatan siber ketika memiliki tujuan untuk menggunakannya dalam kegiatan-kegiatan illegal. Cybercrime ini dapat terjadi di empat bagian dari internet, yaitu : 1. Open web, merupakan bagian internet yang dapat mengakses jenis-jenis informasi yang terbatas atau informasi yang dapat diakses secara public dan address dari pengguna masih bisa terlihat. 2. Deep web, merupakan bagian dari internet yang menawarkan jenis-jenis informasi tertentu yang aksesnya masih dapat digunakan secara perorangan atau secara privat namun address dari pengguna masih dapat terlihat. 3. Dark web, merupakan bagian dari internet yang di dalam nya merupakan jenis informasi yang biasanya tidak diperuntukkan untuk publik dan biasanya bersifat illegal di berbagai negara namun masih bisa diakses oleh publik, address dari pengguna ini tidak dapat terlihat. 4. Deep and dark web, merupakan bagian dari internet yang menawarkan berbagai macam informasi legal dan illegal yang aktivitas didalamnya tidak dapat dirantai sama sekali atau dapat dikatakan tanah tak bertuan. Segala jenis kejahatan dapat terjadi dan penggunaan dari bagian internet ini hanya dapat diakses secara privat dan address dari pengguna tidak dapat dilihat atau dengan kata lain seluruh kegiatan di dalam bagian ini privat dan tersembunyi. Adapun karakteristik dari cybercrime sebagai berikut : - Merupakan kejahatan yang dapat terjadi di lingkup global - Merupakan kejahatan non-violance atau tidak melibatkan kekerasan tubuh fisik sama sekali - Pelaku kejahatan tidak terbatas oleh satu negara saja namun dapat timbul atau muncul di berbagai tempat, waktu, dan usia. Karena ketidakpastian pelaku ini bersifat universal. - Merupakan kejahatan yang menggunakan teknologi informasi. - Dampak atau jenis kerugian yang ditimbulkan bisa bersifat material atau pun nonmaterial1 Dalam hubungan internasional, kejahatan berskala internasional tentunya tidak serta merta merupakan hal yang transparan atau sesuatu yang dapat kita teliti hanya dari satu kacamata saja namun harus juga melihat dari faktor aktor, kepentingan, tujuan, dan keuntungan. Internet sendiri juga merupakan alat yang digunakan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata oleh beberapa pihak dan organisasi/kelompok krimanal sebagai alat untuk mencapai level kegiatan yang tinggi atau melakukan tindakan-tindakan krimanal pada skala transnasional. Segala jenis kegiatan kejahatan terjadi setiap harinya di dalam media internet / cyberspace, namun sedikit yang dapat terlihat di oleh mata masyarakat dunia. Oleh karena itu yang membuat banyak sekali negara-negara yang terus menerus melakukan perkembangan cybersecurity di dalam negaranya dengan melakukan banyak sekali program-program yang berhubungan dengan keamanan siber dan juga menerapkan berbagai kebijakan kepada lingkungan siber di dalam negaranya. Sedangkan dukungan lainnya khususnya dari eksternalnya, banyak negara-negara bersatu dengan melakukan hubungan diplomasi dan melakukan Kerjasama yang di sah kan di dalam bentuk perjanjian ataupun segala jenis bantuan yang dapat membantu mengembangkan cybersecurity dengan negara-negara sekitar. Banyak sekali bentuk-bentuk baru dari masalah siber seperti masalah trafficking yang menggunakan media internet yang digunakan untuk merekrut dan mempromosikan suatu kegiatan trafficking yang berkedok sebagai suatu peluang yang eksklusif 1 (Putri, 2021) bagi para korban. Oleh sebab itu tindakan pencegahan diperkukan untuk menanggulangi permasalahan ini, namun kembali lagi realita dunia internasional yang bergerak berdasarkan kepentingan negera dimana tindakan negara-negara hanya bisa terjadi ketika adanya kepentingan baik yang menguntungkan atau ada satu dan lain hal yang mengharuskan negara tersebut meminta bantuan dengan negara lain atau dengan kata lain yang merugikan negara tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu tantangan untuk dunia internasional dalam memerangi cybercrime.2 Salah satu jenis dari cybercrime adalah cyber trafficking. Menurut Greiman dan Bain cyber trafficking adalah kejahatan perdagangan/penculikan manusia menggunakan sistem computer, layanan internet, perangkat seluler, layanan papan bulletin lokal, atau perangkat apapun yang mampu menyimpan atau mentransmisikan data elektronik untuk memaksa, menipu, dan menyetujui untuk tujuan ekploitasi. Lingkup dari eksploitasi ini mencakup prostitusi atau ekploitasi seksual lainnya, pekerja paksa atau layanan, perbudakan atau praktik yang lebih mirip dengan perbudakan dan penghambaan. Sedangkan cyber trafficking dapat diartikan sebagai perekrutan, pengiklanan, pembujukan, pentransportasian/pemindahan, penyembunyian atau penerimaan manusia dengan tujuan ekploitasi dengan atau tanpa persetujuan dari manusia/korban tersebut.3 Cyber Trafficking ini banyak sekali terjadi di lingkungan masyarakat dunia, karena pelaku atau aktor di dalam kejahatan ini tidak selamanya organisasi kejahatan/terorisme namun juga datang dari perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kekuasaan yang cukup untuk mengubah kebijakan-kebijakan disekitarnya. Kemudian dengan bantuan dari internet atau media sejenisnya layaknya Instagram, Facebook, Snapchat, Kik, Meetme, dan WhatsApp menjadi sarana beberapa pihak berkepentingan untuk menjajakan atau mempromosikan hal-hal yang mereka tawarkan kepada korban eksploitasi nantinya. Layaknya lowongan pekerjaan khususnya yang mangambil tenaga kerja asing sebagai pegawainya, kebanyakan korban akan ditawarkan berbagai keuntungan yang ditawarkan perusahaan dan juga bagaimana jenjang karir yang akan korban dapatkan. Namun kebanyakan pada kenyataanya banyak sekali janji-janji tersebut dipatahkan ketika korban sudah menandatangani perjanjian, mulai dari ketidaksesuaian penempatan kerja, eksploitasi pekerja, dan rantai yang mengatas namakan kontrak mengurung mereka tanpa jalan keluar. Asean atau Association of Southeast Asian nations adalah organisasi yang didirikan oleh negara-negara di Asia Tenggara, yang beranggotakan 10 negara dan dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. tercatat diantaranya Indonesia, Malaysia, Kamboja, Laos, Vietnam, Brunei Darussalamm, Filipina, Singapura, Myanmar, dan Thailand. Pada awalnya Asean dibentuk oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Lima 2 3 (SYKIOTOU, 2017) (Bain, 2013) negara selanjutnya bergabung setelah 17 tahun organisasi ini dibuat. Urutan negara yang bergabung di tahun selanjutnya antara lain : - Brunei Darussalam (8 Januari 1984) - Vietam (28 Juli 1995) - Laos (23 Juli 1995) - Myanmar (23 Juli 1995) - Kamboja (30 April 1999) Di Asia Tenggara sendiri tingkat perdagangan manusia sangat lah tinggi, dikarenakan banyak nya jumlah manusia yang ada di dalam satu wilayah dan negara-negara di Asia Tenggara masih banyak berstatus negara berkembang. Pada kawasan Asia Tenggara bentuk dari perdagangan manusia adalah dengan kontrak kerja atau kerja paksa, tindakan ini banyak terjadi kepada pekerja imigran, wanita pada usia produktif, dan anak-anak. Setiap bentuk atau tujuan dari perdagangan akan berbeda-beda disetiap negara, ada yang bekerja sebagai pekerja seksual yang banyak terjadi di Malaysia dan Thailand, adapun sebagai pekerja paksa yang banyak terjadi di Indonesia. Selain itu, ada beberapa negara lain yang menjadi sumber perdagangan manusia. Sebagai contoh, Filipina merupakan sumber sekaligus negara transit untuk kerja paksa dan eksploitasi seksual.Laos adalah sumber kerja paksa bagi pria, wanita dan anak-anak, budak seks Kamboja telah menjadi sumber imigrasi karena tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Manajemen ekonomi yang buruk membuat Myanmar menjadi sumber perdagangan manusia pelanggaran HAM di bawah rezim militer negara RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang sudah di bahas sebelumya, makalah ini akan berfokus kepada beberapa hal yang nantinya dijadikan pertanyaan dasar dalam bagian hasil dan pembahasan. Rumusan masalah tersebut diantara lain 1. Bagaimana kondisi dan perkembangan Human Trafficking kawasan di Asia Tenggara 2. Mengapa Cybercrime menjadi isu baru di perkembangan zaman METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan suatu jawaban dari suatu subjek yang menjadi suatu fokus dari suatu permasalahan atau fenomena social yang sedang terjadi atau merupakan hal yang sudah lama berlalu dengan mencari informasi yang memiliki kebenaran didalamnya atau informasi yang valid adanya. Hasil akhir dari suatu penelitian dapat berupa fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi yang valid tersebut dibutuhkan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah. Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksaan penelitian harus ada teori, prinsip, dan asumsi ilmu pengetahuan yang mendasari suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu penelitian yang dalam proses nya rumusan masalah yang ditentukan dari sebelum penelitian dibuat lah yang nantinya akan menjadi acuan dasar dalam pengembangan hasil yang diinginkan peneliti, rumusan masalah tersebut lah yang nantinya yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi subjek yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilka data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang yang diamati, penelitian kualitatif ini berfokus pada fenomena social. Kualitatif dapat dipahami sebagai pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian seperti perilakum persepsi, minat, motivasi, tindakan, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa. Teknik Pengumpulan Data Studi Pustaka adalah Teknik pengumpulan data denga mengadakanstudi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan yang memilki hubungan dengan permasalahan yang akan diselesaikan. Teknik ini digunakan oleh peneliti bertujuan untuk mendapatkan sumber data yang nantinya menjadi landasan tertulis yang di lakukan dengan membaca dan memahami berbagai jenis literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi pusataka dalam mengumpulkan data yang digunakan sebagai sumber untuk mencari hasil Akhil dari makalah ini. sumbersumber literatur seperti Jurnal dan Artikel yang berhubungan dengan permasalahan banyak digunakan di dalam penelitian ini. Konsep Teori Strategi Keamanan Pengkajian keamanan internasional telah mengalami perkembangan yang signifikan. Pemahaman konsep keamanan pasca perang dingin tidak lagi sempit sebagai hubungan konflik atau kerjasama antar negara, tetapi juga berpusat pada keamanan untuk masyarakat. Arnold Wolfers dalam mendefinisikan keamanan sebagai berikut, “security, in any objective sense, measures the absence of threats to acquired values and in a subjective sense, the absence of fear that such values will be at tacked. Sementara itu, strategi oleh John P. Lovell diartikan sebagai “serangkaian langkahlangkah atau keputusan-keputusan yang dirancang sebelumnya dalam situasi kompetititf dimana hasil akhirnya tidak semata-mata bersifat untung-untungan. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau kepentingan dengan menggunakan power yang tersedia, termasuk juga kekuatan militer. Menurut Spiegel ancaman juga dapat berasal dari lingkungan global, yang dilakukan oleh aktor-aktor negara maupun non negara. Dimensi berikutnya adalah nature of threats, jika ancaman terhadap keamanan tradisional bersifat militer. Namun seiring berkembangnya zaman ancaman menjadi jauh lebih rumit tidak sekedar bersifat militer, melainkan muncul ancaman yang bersifat non militer, atau berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, HAM dan persoalan keamanan lainnya yang lebih komprehensif. Dalam politik luar negeri, strategi merupakan pola perencanaan yang digunakan para pembuat keputusan untuk memajukan serta mencapai kepentingan-kepentingan nasionalnya dengan disertai usaha mencegah engara lain melakukan tabrakan atau menghambat tercapainya kepentingan itu. Konsep Keamanan Siber Terdapat beragam terminologi dan interpretasi yang dihubungkan dengan konsep cyber security atau keamanan siber. Hal ini dikarenakan cyberspace merupakan ruang virtual yang terbentuk dari hasil penyatuan antara manusia dan teknologi. Teknologi yang dimaksud ialah teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, konsep keamanan siber tidak lagi hanya menyentuh wilayah teknologi tapi telah menjadi ancaman terhadap keamanan nasional. Perkembangan teknologi informasi juga telah memberikan perubahan signifikan mengenai konsep keamanan, kini ruang interaksi tidak bisa hanya dibatasi seara fisik (physic) tapi juga meluas ke dunia maya (cyber). Konsekuensinya, negara harus beradaptasi dengan perkembangan ini konsep keamanan dunia maya (cyber security) sudah saatnya ditetapkan sebagai salah satu “wilayah” negara yang jaga keamanannya sebagaimana kewajiban negara mengamankan teritorialnya. Apalagi, serangan cyber tidak hanya terjadi pada institusi publik saja, namun juga menyerang institusi pemerintah TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini penulis menggunakan bebeberapa literatur yang berhubungan dengan pembahasan yang dibahas di dalam makalah ini salah satunya adalah Jurnal Hukum Lex General dengan judul topik pembahasan “Kerjasama Indonesia dengan Asean mengenai cyber security dan cyber resilience dalam mengatasi cyber crime” yang secara garis besar membahas bagaimana perkembangan dari setiap negara yang ada di Asia Tenggara khususnya negara-negara Asean yang menghadapi permasalahan atau isu yang sama yaitu cybercrime. Seperti kebijakan-kebijakan yang berlaku namun fokus pada pembahasan ini berputar pada negara Indonesia, oleh karena itu untuk menutup kekurangan itu penulis menggunakan Jurnal Asia Pasific Studies dengan judul (Strategi Keamanan Cyber Security Di Kawasan Asia Tenggara : Self-Help Atau Multilateralism?) yang membahas mengenai ancaman cybercrime terhadap negara-negara di Asia Tenggara dan bagaimana tindakan Negara-negara di Asia Tenggara terhadap isu ini. kemudian untuk melihat bagaimana cybercrime itu bekerja dan apa yang dimaksud dengan cybercrime penulis menggunakan salah satu karya literatur milik Esther Sabatini Assa yang berjudul “Cyber Trafficking Dalam Hukum Internasional” yang membahas mengenai isu cyber crime khususnya permasalah trafficking yang terjadi melalui sudut pandang dunia internasional dan membagi kebiasan-kebiasan dunia internasional menjadi beberapa kebiasaan yang menyebabkan trafficking ini. kemudian untuk melihat relasi dari cyber dengan trafficking penulis menggunakan karya literatur milik Athanassia P. Sykiotou yang berjudul “Cyber trafficking: recruiting victims of human trafficking through the net” yang menjelaskan bagaimana Cyber berhubungan dengan trafficking dan bagaimana perkembangan teknologi ini memberikan keuntungan terhadap pelaku-pelaku kejahatan human trafficking. Untuk memperdalam pembahasan atau pemahaman penulis terhadap isu penulis menggunakan dua karya literatur milik Ahmad Baihaqi Midhol yang berjudul “Kasus Human Trafficking Di Asia Tenggara” dan karya milik Kirana Intan Mawarni yang berjudul “Isu Human Trafficking Dalam Asean Political Security Community”. Kedua karya literatur tersebut membahas mengenai isu-isu human trafficking yang terjadi di kawasan Asia Tenggara khususnya Anggota Asean. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isu Human Trafficking di Asia Tenggara Human trafficking kejahatan yang sudah ada sejak dahulu, ketika peradaban muncul, pada zaman dulu komoditas ini sangat banyak merajarela disetiap sudut dunia. Namun setelah munculnya Hak Asasi Manusia dalam tatanan dunia, komoditas ini sudah dianggap hal yang illegal dan merupakan kejahatan kemanusiaan. Lebih tepatnya pelarangan ini dimulai pada tahun 1880 an. Walaupun sekarang perdagangan manusia sudah menjadi hal yang illegal dan sudah dilarang, namun dengan perkembangan zaman bentuk dan jenis dari perbudakan atau perdagangan ini berevolusi dengan motif yang baru. Motif dari perdagangan ini juga berbeda-beda disetiap negara, faktor yang mempengaruhi keberagaman tersebut diantaranya ketidakstabilan ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan, gaya hidup dan budaya. Faktor lain juga yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pola piker manusia yang tinggal di dalam suatu negara, karena beragamnya pola piker mengenai perdagangan ini yang membuat masyarakat sendiri juga ikut bingung dengan apa dan seperti apa yang dimaksud dengan perdagangan manusia atau human terafficking. Di Asia Tenggara sendiri tingkat perdagangan manusia sangat lah tinggi, dikarenakan banyak nya jumlah manusia yang ada di dalam satu wilayah dan negaranegara di Asia Tenggara masih banyak berstatus negara berkembang. Pada kawasan Asia Tenggara bentuk dari perdagangan manusia adalah dengan kontrak kerja atau kerja paksa, tindakan ini banyak terjadi kepada pekerja imigran, wanita pada usia produktif, dan anakanak. Setiap bentuk atau tujuan dari perdagangan akan berbeda-beda disetiap negara, ada yang bekerja sebagai pekerja seksual yang banyak terjadi di Malaysia dan Thailand, adapun sebagai pekerja paksa yang banyak terjadi di Indonesia. Selain itu, ada beberapa negara lain yang menjadi sumber perdagangan manusia. Sebagai contoh, Filipina merupakan sumber sekaligus negara transit untuk kerja paksa dan eksploitasi seksual.Laos adalah sumber kerja paksa bagi pria, wanita dan anak-anak, budak seks Kamboja telah menjadi sumber imigrasi karena tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Manajemen ekonomi yang buruk membuat Myanmar menjadi sumber perdagangan manusia pelanggaran HAM di bawah rezim militer negara.4 Adapun dampak-dampak yang ditimbulkan Human Trafficking terhadap negara asia tenggara khususnya negara-negara anggota Asean. Dampak-dampak ini dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sektor yang dipengaruhi. Sebagai berikut : 4 (Midhol, 2022) - Dampak pada Ekonomi Melemahnya perekonomian suatu daerah akan sangat berdampak dengan pola pikir yang ada di dalam masyarakat khususnya yang tinggal di daerah terpencil. Ketika terjadi perubahan pada sektor perekonomian ini berdampak pada penghasilan dari daerah-daerah terpencil yang memaksa masyarakat lokal nya untuk mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhannya, pekerjaan yang tidak membutuhkan persyaratan banyak dan banyak dicari adalah pekerja imigran. Kondisi ini lah yang akhirnya dimanfaatkan oleh aktor/pelaku dari perdagangan manusia ini masuk menjadi jembatan untuk orang-orang tersebut menjadi imigran. Namun pada kenyataan nya mereka hanya dijadikan pekerja paksa atau bahkan perkerja seksual yang dikirim ke negara lain. Human trafficking atau perdagangan manusia berdampak buruk untuk pasar tenaga kerja, hal ini dapat menimnulkan menghilangnya sumber daya manusia karena ditahan oleh pelaku-pelaku perdagangan. Kerugian yang ditimbulkan tidak dirasakan langsung namun perlahan dan pasti, karena wanita serta anakanak yang diperdagangankan tentunya akan tidak mendapatkan Pendidikan yang nantinya akan berdampak kepada pendapatan pemerintah karena menurunnya kualitas sdm dan juga menurunnya produktifitas dari perekonomian di dalam negara tersebut. - Dampak pada keamanan Perdagangan manusia merupakan kejahatan transnasional yang merupakan tindakan pidana atau kejahatan lintas batas negara yang fimana kejahatan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan. Kejahatan perdagangan manusia ini marak terjadi di negara-negara Asia Tenggara khususnya pada kawasan perbatasan antar negara yang dikarenakan kurangnya perhatian negara-negara terhadap isu ini. seharusnya permasalahan seperti ini perlu diperhatikaan oleh negara-negara karena Kerjasama antar negara khususnya anggota Asean dalam memberantas kejahatan transnasional ini yang diimplentasikan oleh para kepada delegasi Asean yang berbagi pengalaman dalam memerangi kejahatan di Asia Tenggara dan berusaha untuk meningkatkan Kerjasama antar negara anggota Asean. Dampak pada politik ASEAN adalah sebuah asosiasi yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh sepuluh negara berkembang di Asia Tenggara. Asosiasi ini didirikan oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand dengan menandatangani Deklarasi Bangkok. Kerjasama antar negara ASEAN terus berkembang dari tahun ke tahun. Berbagai sengketa yang muncul di kawasan ini selalu diupayakan untuk diselesaikan secara damai antar negara anggota. Pertemuan tingkat tinggi diadakan setiap tahun untuk membahas isu-isu terkini dan berpartisipasi dalam diskusi untuk memecahkan masalah regional secara kolektif. Pertemuan ASEAN membahas sengketa seperti sengketa perbatasan teritorial, masalah ekonomi, dan masalah kejahatan transnasional. Tujuan - ASEAN adalah untuk memelihara dan memperkuat perdamaian, keamanan, ketahanan, dan kawasan yang bebas dari senjata nuklir dan ilegal. ASEAN juga bertujuan untuk memperkuat demokrasi, mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia dan lingkungan, serta menciptakan lingkungan yang aman terhadap narkoba. Selain itu, ASEAN mengembangkan sumber daya manusia, meningkatkan partisipasi masyarakat dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu human trafficking malah akan memhambat tujuan-tujuan yang ingin di capai oleh Asean.5 B. Trafficking to Cyber Crime a. Hubungan antara Human Trafficking dengan Cyber Crime Dalam internet ada kejahatan yang disebut dengan cybercrime yang tentunya terjadi hanya di lingkungan internet itu sendiri. Kejahatan siber yang terjadi ada yang terjadi di dalan cyberspace sendiri atau ada kejahatan yang berhubungan dengan cyberspace dalam melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Contohnya kejahatan human trafficking, kemudian cyber trafficking merupakan salah satu jenis atau cara dari trafficking yang dalam proses kejahatannya memanfaatkan internet untuk merekrut dan memasarkan hal-hal yang dapat menarik minat seseorang khususnya bagi kaumkaum yang kurang mampu karena mereka lah yang paling mudah untuk diperdaya dengan tawaran-tawaran manis di awal. Dalam trafficking, pelaku kejahatan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian dari para korban yang akan di rekrut. ketika proses dari perekrutan dan pemasaran itu terjadi di dalam cyberspace maka kejahatan tersebut disebut dengan cyber trafficking. Berdasarkan Council of Eurupe Convention on Cybercrime yang dimaksud dengan cyber trafficking yaitu : - Perekrutan korban - Pemasaran ke para korban - Pemasaran melalui penawaran-penawaran atau service yang mereka akan dapatkan - Menarik para client yang nantinya menggunakan jasa pekerja yang sudah direkrut. b. Internet sebagai Jalur Baru bagi Pelaku Trafficking Internet tentunya merupakan terobosan manusia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dunia sekarang, ada banyak sekali hal yang ditawarkan didalamnya. Halhal layaknya pengetahuan, hiburan, dan memberikan kita akses terhadap koneksi yaitu sudah tidak ada lagi batasan jarak yang memisahkan manusia yang hidup di wilayah yang berbeda. Keuntungan ini juga tidak selamanya berdampak baik karena dampak ini atau keuntungan yang diberikan internet ini juga dirasakan oleh pelakupelaku criminal/kejahatan yang membolehkan mereka menaikan skala kejatahan mereka ke negara lain. Berikut beberapa keuntungan yang mereka dapatkan : - Kemudahan dalam mengakses internet 5 (MAWARNI & INTAN, 2017) - Meningkatnya teknologi sekelas internet dengan harga yang murah Adanya fitur penyamaran yang dapat digunakan oleh para pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan dan mengurangi resiko dari kejahatan tersebut Hanya meninggal kan jejak digital Memberikan akses kejahatan dimana saja dan kapan saja dengan kata lain dimana pun tempatnya mereka tetep dapat beroperasi Mudah digunakan Susah dilacak apalagi jika pelaku berada di negara lain Korban tidak dapat melaporkan pelaku karena kemungkinan pelaku menggunakan fitur penyamaran Tingginya angka kejahatan terkait dengan investasi Kurangnya kebijakan dan undang-undang Negara yang tepat dan kurangnya pembentukan undang-undang internasional tentang perdagangan dan kejahatan dunia maya yang menimbulkan masalah tidak hanya dalam penuntutan tetapi dalam yurisdiksi 6 Penggunaan internet juga semakin mendukung kegiatan kejahatan karena luasanya internet seperti media social yang memberikan akses yang lebih luas lagi dengan memberikan kemungkinan merekrut lebih banyak calon korban dari segala skala umur dari manapun itu. Keuntungan sebesar ini tentunya membuat Cyber Trafficking semakin menjadi-jadi dimasa globalisasi sekarang di berbagai negara. c. Bentuk-bentuk Human Trafficking a. Pekerja Migran Pemahaman mengenai pekerja migran yaitu ketika manusia yang bermigrasi dari wilayah asalnya tempat ia dilahirkan ke wilayah lain untuk nantinya bekerja di wilayah baru tersebut dalam jangka waktu tertentu. Kemudian imigran sendiri dapat di bedakan menjadi dua berdasarkan tempat ia bekerja, yaitu imigran internal dan eksternal. Imigran internal adalah pekerja yang bekerja masih di dalam wilayah kekuasan suatu aktor dalam dunia internasional atau yang dikenal dengan urbanisasi. Imigran eksternal adalah pekerja yang bekerja diluar wilayah tempat ia berasal dan pindah ke wilayah aktor internasional lain dengan tujuan untuk bekerja. Kedua jenis imigran ini tentunya memiliki resikonya masing-masing, namun tingkat resiko yang dimiliki imigran eksternal lebih tinggi dibandingkan imigran internal yang masih berkerja di dalam wilayah kelahirannya. Pekerja imigran eksternal ini rentah terhadap ekploitasi mulai dari perekrutan selama perantauan tersebut, sehingga mereka dipaksa untuk bekeja dengan upah yang sangat minim dan tidak terkadang tidak sesuai denga apa yang ada di dalam kontrak yang ditandatangani dengan memberika sanksi-sanksi yang tidak manusiawi, kemudian dengan alasan tersebut juga upah mereka dipotong secara perlahan. 6 (SYKIOTOU, 2017) Adapun beberapa pelanggaran yang sering terjadi kepada pekerja imigran eksternal yang terjadi pada wilayah/negara tempat mereka menetap sebagai pekerja imigran : - Pelanggaran kontrak kerja - Kondisi kerja dan kondisi hidup yang buruk - Terbatasnya kebebasan untuk bergerak - Pelecahan dan kekerasan - Kurangnya perlindungan social Penyebab dari beberapa permasalahan tersebut kembali ke regulasi yang ada dan kurangnya pemahaman para imigran terhadap kebijakan serta regulasi yang digunakan dalam proses mereka hingga bisa bekerja di suatu wilayah baru. Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya mengetahui hak-hak hukum yang mereka miliki. Karena dengan pemahaman tersebut mereka dapat mengurangi kemungkinan-kemungkunan eksploitasi di wilayah tersebut, namun memang kurangnya perhatian pemerintah atau penguasa dari negara asal mereka menjadi problema lain yang perlu diperhatikan. Karena secara hukum pekerja hanya bisa meminta bantuan kepada pemerintah/penguasa wilayah asalnya, namun kenyataan nya banyak yang tidak sesuai dengan fungsi dan tujuan dari Lembaga pemerintah yang bersangkutan. Kemudian permasalahan regulasi yang berhubungan atau memiliki keterkaitan dengan masalah dari sedikitnya pemahaman dari imgran, banyak sekali pekerja imigran yang bekerja tanpa mengikuti prosedur-prosedur yang seharusnya dilakukan yang berakibat dari semakin susah bagi pihak pemerintah dari wilayah asalnya untuk membantu permasalah yang mereka hadapi. b. Pekerja Anak Peradagangan anak dapat di definisikan sebagai segala bentuk eksploitasu terhadap anak yang diantara nya perekrutan, transporati/pemindahan dalam negeri atau negeri. kegiatan yang berhubungan dengan jual/beli, pengiriman, penerimaan anak dengan cara menipu, kekerasan, hutang, dan memiliki tujuan untuk memanfaatkan. Pemanfaatan atau eksploitasi ini dapat dipahami sebagai tindakan dengan atau persetujuan korban yang meliputi terhadap pelacuran, organ reproduksi, memanfaatkan tenaga oleh pihak yang mendapatkan keuntungan berupa keuntungan materi ataupun non-materi. Perekrutan anak-anak umumnya terjadi pada daerah-daerah terpencil atau wilayah yang memiliki daerah dengan perekonomian yang sangat buruk, banyak perekrutan ini menargetkan kota-kota besar sebagai target pasar dari penjualan anak sebagai pekerja rumah tangga. Para pelaku perekrutan biasanya menipu anak-anak ini denga janji-janji palsu tentang upah yang ditawarkan lebih besar jika bekerja di kota-kota besar. Selain tawaran dengan upah yang besar, ada juga penawaran untuk memberikan Pendidikan yang memadai kepada calon korbannya. c. Kejahatan Prostitusi Merupakan kejahatan yang memjual/belikan jasa wanita untuk dijadikan pemuas seksual untuk lelaki atau sebaliknya, prostitusi ini dapat di artikan sebagai pertukaran hubungan seksual dengan uang atau bonus sebagai suatu transaksi perdagangan. Prostitusi ini sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu prostitusi di mana wanita dewasa sebagai komoditi perdagangan dan prostitusi dimana anak perempuan menjadi komoditi perdagangan. prostitusi anak dapat diartikan sebagai tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak oleh seseorang atau kepada orang lainnyadengan imbalan uang atau imbalan lainnya 7 C. Bentuk Kerjasama Internasional Asean Di wilayah Asean kesepakatan yang mengikat mengenai kejahatan trafficking sayangnya masih belum ada. Negara-negara anggota Asean masih menggunakan perjanjian internasional sebagai landasan dasar dalam pengatasi permasalahan trafficking, namun ada 29 November 2004 dikeluarkan sebuah deklarasi Asean menentang human trafficking khususnya terhadap kejahatan terhadap wanita dan anak-anak. Pendeklarasian ini dilakukan untuk mempertahankan dan merupakan bentuk respon dari negara -negara Asean dalam menanggapi isu human trafficking yang masih banyak terjadi di kawasan Asian Tenggara. Berikut isi deklarasi tersebut: 1. Membangun jaringan regional untukmencegah dan memerangi human trafficking di kawasan Asean 2. Melindungi integrasi dari paspor, identitas, dokumen perjalanan dinas dan lainya dari penipuan 3. Melakukan pertukaran regular dari informasi tentang arus migrasi yang relevan 4. Mengintensifkan natara imigrasi dengan penegak hukum lain yang berwenang 5. Membedakan para korban human trafficking dengan pelaku dan memastikan korban diperlakukan secara menusiawi serta diberikan bantuan medis serta bantuan penting lainnya oleh masing-masing negara yang terlibat termasuk repatriasi cepat di negara asala masing-masing 6. Melakukan tindakan menjaga dan melindungi martabat dan Hak Asasi Manusia dari korban human trafficking tetapi, dalam menindaklanjuti masalah seperti perdagangan manusia antar negara dengan cakupan wilayah yang lebih sempit seperti Asia Tenggara, maka upaya dari Deklarasi Asean sengat kecil terlihat Kemudian untuk menindaklanjuti permasalahan perdagangan manusia di tingkat regional melalui konferensi Kepolisian Asean (ASEANPOL) yang membahas mengenai kejahatan lintas batas negara temasuk human security dan menyepakati mengenai Kerjasama regional untuk mengatasi permalsuan dokumen perjalanan, penipuan lintas negara serta perdagangan mannusia. Kemudian dilaksanakan pertemuan kembali yaitu Pertemuan Tingkat Menteri Asean (AMMTC) di Hanoi pada 2005 yang dilaksanakan dalam rangka memperkuat hasil dari pertemuan selanjutnya, pertemuan ini membahas mengenai kejahatan transnasional ke-5. Kemudian pada tahun 2011 melalui KTT Asean ke-18 dilakukan Kerjasama regional dalam upaya peningkatan pemberantasan human 7 (MAWARNI & INTAN, 2017) trafficking. Namun kembali ke realita yang terjadi hasil yang dapat dilihat dari sekian pertemuan tersebut belum dapat dilihat secara langsung.8 KESIMPULAN Dalam hubungan internasional, kejahatan berskala internasional tentunya tidak serta merta merupakan hal yang transparan atau sesuatu yang dapat kita teliti hanya dari satu kacamata saja namun harus juga melihat dari faktor aktor, kepentingan, tujuan, dan keuntungan. Internet sendiri juga merupakan alat yang digunakan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata oleh beberapa pihak dan organisasi/kelompok krimanal sebagai alat untuk mencapai level kegiatan yang tinggi atau melakukan tindakan-tindakan krimanal pada skala transnasional. Segala jenis kegiatan kejahatan terjadi setiap harinya di dalam media internet / cyberspace, namun sedikit yang dapat terlihat di oleh mata masyarakat dunia. Oleh karena itu yang membuat banyak sekali negara-negara yang terus menerus melakukan perkembangan cybersecurity di dalam negaranya dengan melakukan banyak sekali program-program yang berhubungan dengan keamanan siber dan juga menerapkan berbagai kebijakan kepada lingkungan siber di dalam negaranya. Sedangkan dukungan lainnya khususnya dari eksternalnya, banyak negara-negara bersatu dengan melakukan hubungan diplomasi dan melakukan Kerjasama yang di sah kan di dalam bentuk perjanjian ataupun segala jenis bantuan yang dapat membantu mengembangkan cybersecurity den negara-negara sekitar. Asean atau Association of Southeast Asian nations adalah organisasi yang didirikan oleh negara-negara di Asia Tenggara, yang beranggotakan 10 negara dan dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. tercatat diantaranya Indonesia, Malaysia, Kamboja, Laos, Vietnam, Brunei Darussalamm, Filipina, Singapura, Myanmar, dan Thailand. Pada awalnya Asean dibentuk oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Lima negara selanjutnya bergabung setelah 17 tahun organisasi ini dibuat. Urutan negara yang bergabung di tahun selanjutnya antara lain : - Brunei Darussalam (8 Januari 1984) - Vietam (28 Juli 1995) - Laos (23 Juli 1995) - Myanmar (23 Juli 1995) - Kamboja (30 April 1999) Di Asia Tenggara sendiri tingkat perdagangan manusia sangat lah tinggi, dikarenakan banyak nya jumlah manusia yang ada di dalam satu wilayah dan negara-negara di Asia Tenggara masih banyak berstatus negara berkembang. Pada kawasan Asia Tenggara bentuk dari perdagangan manusia adalah dengan kontrak kerja atau kerja paksa. Kemudian dampak dari human trafficking ini sendiri dapat berdampak kebeberapa sektor yang ada, layaknya ekonomi, kemanan, dan politik. Pada sektor ekonomi khususnya di Asia Tenggara human trafficking ini berdampak pada pasar tenaga kerja asing yang membuat menurunnya kualitas serta jumlah tenaga kerja yang tersedia, karena imigran illegal yang marak terjadi serta pelaku-pelaku human trafficking yang banyak menipu imigran ke dalam perangkap kontrak yang tidak manusiawi. Kemudian pada 8 (Midhol, 2022) sektor keamanan tentunya sudah pasti menjadi hal yang sangat berdampak kepada keamanan kawasan Asua Tenggara karena mengancam keamanan setiap negara khususnya di daerah pinggiran dan daerah miskin. Kemudian pada sektor perpolitik tentunya bedampak kepada semakin banyaknya Kerjasama yang dilakukan negara-negara mengenai isu ini dan juga isu ini akan berdampak pada penghambatan dari realisasi tujuan-tujuan yang disepakati negara-negara di Asia Tenggara. Hal lain yang dapat dilihat adalah bahwa perkembangan dari cyber crime di kawasan Asia Tenggara cukup memprihatinkan karena pada dasarnya Negra-negara pada kawasan ini merupakan negara-negara berkembang yang bisa dikatakan perkembangan teknologi yang dimiliki masih jauh dari kata cukup dengan level teknologi informasi yang sudah ada pada zaman ini. walaupun ada negara-negara sepertu Singapura yang menjadi pusat dari teknologi di kawasan Asia Tenggara namun satu negara ini tentunya tidak bisa menjadi satu-satunya negara yang dapat menyelesaikan masalah ini tanpa bantuan dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan Kerjasama diantara negara-negara dengan melakukannya dengan perjanjian-perjanjian yang membahas permasalahan ini, namun itupun tidak cukup harus adanya kesadaran dari setiap negara mengenai isu ini, karena perjanjian tersebut yang sudah disetujui negara-negara tanpa adanya tindakan untuk meninjak lanjuti kesepakatan yang sebelumnya sudah disetujui. Kemudian terkait kesadaran para korban atau imigran tentunya juga memiliki peran penting dalam penyelesaian isu cyber trafficking ini, karena mereka lah yang merasakan kekejaman dari kejahatan transnasional ini. kebanyakan kasus yang ada di lapangan atau realita para imigran tidak memahami dan mengerti bagaimana hak dan kewajiban yang mereka miliki sebagai imigran di kawasan lain yang menyebabkan terjadinya eksploitasi tanpa mereka sadari. References Assa, E. S., & Salain, M. S. (2019). CYBER TRAFFICKING DALAM HUKUM INTERNASIONAL. Kertha Negara, 1-10. Bain, V. G. (2013). The Emergence of Cyber Activity as a Gateway to Human Trafficking. Journal of Information Warfare, 41-49. MAWARNI, & INTAN, K. (2017). ISU HUMAN TRAFFICKING DALAM ASEAN POLITICAL SECURITY COMMUNITY. Retrieved from onesearch: https://onesearch.id/Record/IOS4109.36201/TOC#description Midhol, A. B. (2022). KASUS HUMAN TRAFFICKING DI ASIA TENGGARA. Retrieved from osf.io: https://osf.io/preprints/rvmzn/ Putri, K. V. (2021). Kerjasama Indonesia Dengan ASEAN Mengenai Cyber Security dan Cyber Resilience Dalam Mengatasi Cyber Crime. Jurnal Hukum Lex Generalis, 542-551. Ramadhan, I. (2019). STRATEGI KEAMANAN CYBER SECURITYDI KAWASAN ASIA TENGGARA:SELF-HELP ATAU MULTILATERALISM? urnal Asia Pacific Studies, 181-192. SYKIOTOU, A. P. (2017). Cyber trafficking: recruiting victims of human trafficking through the net. Europe in Crisis: Crime, Criminal, Justice, and The Way Forward, 1548-1583.