Uploaded by Alit Suastika

Hermès - A. A. Ayu Tirtamara - NIM 2280611029 - ganjil

advertisement
MANAJEMEN PEMASARAN STRATEJIK
Strategi marketing yang diterapkan Hermès pada fase pertumbuhan
Oleh :
A. A. Ayu Tirtamara
(2280611029)
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
I. Profil singkat Hermès
Hermès merupakan merek (brand) yang didirikan sejak tahun 1837 yang menciptakan
produk-produk fashion yang indah dan mewah. Dikelola oleh keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab secara sosial, perusahaan berkomitmen untuk mempertahankan sebagian
besar produksinya di Prancis, melalui 52 lokasi produksinya, sambil mengembangkan jaringan
distribusi internasionalnya yang terdiri dari 300 toko di 45 negara. Kualitas bahan,
dikombinasikan dengan kualitas produksi yang dijaga dengan baik, menghasilkan kreasi
berkelanjutan yang dicirikan oleh keanggunan & kemewahan produknya. Produk yang
diproduksi & dijual oleh Hermès terdiri dari : pakaian, tas, sepatu, parfume, make up, perhiasan
dan jam tangan. Tas keluaran Hermès terkenal dengan harganya yang mahal. Untuk memiliki
satu tas keluaran rumah mode asal Prancis ini, setidaknya harus menyiapkan dana ratusan juta
hingga miliaran rupiah. Bahkan, tas Hermès seri Himalaya dinobatkan sebagai tas termahal di
dunia yang harganya bisa setara satu mobil sport Lamborghini. Berikut contoh produk dari
Hermès.
Sumber : https://www.hermes.com/
II. Strategi marketing yang diterapkan Hermès pada fase pertumbuhan
Menurut teori dari Walker dan Mullins (2014), pada fase pertumbuhan yaitu pasar yang
berkembang pesat, permintaan melebihi penawaran. Kelebihan permintaan bahkan dapat
mendukung harga premium. Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dapat
diidentifikasi bahwa Hermès sedang berada di fase pertumbuhan yang ditandai dengan
tingginya tingkat permintaan akan produk Hermès yang melebihi penawaran. Hermès
menciptakan produk dengan eksklusif dan jumlah yang terbatas (limited edition) sehingga
konsumen perlu menunggu hingga enam tahun hanya untuk mendapatkan satu tas ini.
Tingginya permintaan akan produk Hermès yang melebihi penawaran karena limited edition
menyebabkan Hermès dapat menjual produknya dengan harga premium dan fantastis. Strategi
marketing yang diterapkan Hermès ini mampu menangkap peluang di fase pertumbuhan.
Gambar di samping merupakan salah satu tas Hermès dengan harga
paling mahal. Secara kasat mata, tas ini mungkin terlihat seperti tas kulit
buaya biasa. Tetapi itu adalah tas Hermès Himalaya Niloticus Crocodile
Diamond Birkin 35 dengan emas putih 18K dan perangkat keras berlian.
Tas ini dibuat dari kulit buaya Sungai Nil dengan hasil gradasi yang
cantik. Proses pewarnaan memakan waktu dan sulit, di mana pengrajin ahli membutuhkan
waktu hingga 40 jam untuk menghasilkan tas. Logam mulia yang digunakan pada tas ini juga
berharga tinggi. Tas itu dijual seharga €100,000 (Rp 1,8 miliar) pada tahun 2017, kemudian di
tahun 2018 harganya mencapai £ 236.750 (Rp 4,4 miliar).
Penjualan dengan harga produk yang sangat tinggi ini tentunya didukung oleh brand
image yang sangat kuat pada Hermès yang identik dengan kemewahannya. Hermès membidik
target pasar di kalangan kelas atas dengan mengamati perilaku konsumen yang senang akan
kemewahan dan eksklusifitas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wigati (2014) mengenai
karakter perempuan yang membeli tas Hermès menunjukkan bahwa perilaku konsumtif
membentuk identitas sosial para karakter yang diteliti. Bagi perempuan kelas atas, Hermès
digunakan untuk menunjukkan eksistensi mereka dan juga untuk menjaga eksklusifitas
mereka. Sedangkan bagi perempuan kelas menengah, Hermès digunakan untuk bisa bergabung
ke dalam komunitas perempuan kelas atas dan untuk meningkatkan identitas sosial mereka
agar terlihat sejajar dengan kalangan atas di mata masyarakat luas, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perempuan menjadikan Hermès sebagai media efektif untuk membentuk identitas sosial
mereka.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arezzi
(2012), fenomena deman Hermès bukan saja
terjadi di kalangan selebritas dunia. Fenomena ini
pun telah terjadi di Indonesia, khususnya kota-kota
besar di Jakarta. Semakin banyak wanita Indonesia
yang terobsesi dengan tas Hermès. Didukung oleh
teknologi informasi masa kini, Hermès pun
menerapkan strategi marketing digital dengan
website
resminya
https://www.hermes.com/
sehingga para wanita-wanita di Indonesia dapat mengakses berita fashion teraktual yang terjadi
di luar negeri. Desain dan brand Hermès telah memiliki implikasi yang jauh melampaui fungsi
dasar tas wanita. Fungsi tas yang awalnya merupakan tempat menyimpan barang kebutuhan,
terutama bagi wanita, telah bergeser fungsinya menjadi sebuah simbol status sosial.
Strategi posisi bertahan diterapkan Hermès untuk mempertahankan posisi di pangsa
pasar terdepan di fase pertumbuhannya, Hermès mempertahankan pelanggannya dengan
meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggannya dengan memberikan fasilitas perbaikan
dan perawatan produknya melalui house’s repair workshops yang tersebar di selurah dunia.
Strategi lainnya untuk mendukung Hermès di fase pertumbuhannya dengan meningkatkan
perhatian pada quality control produk melalui transmisi keterampilan dengan melatih para
pengrajinnya melalui CFA (Apprentice Training Centre) yang merupakan pusat pelatihan
magang untuk pengrajin produknya.
Hermès terus melanjutkan upaya modifikasi
dan perbaikan produk dengan terus berinovasi
menciptakan desain produk baru sehingga dapat terus
memperpanjang
siklus
produknya
di
fase
pertumbuhan. Hermès sengaja menciptakan jumlah
produk yang terbatas (limited edition) sehingga
konsumen berebut dan rela menunggu bertahun-tahun
untuk mendapatkan tas ini. Beberapa desain tas Hermès antara lain Birkin, Kelly, Constance,
Lindy, dan Bolide. Sebelum ke-populeran desain tas yang terdahulu hilang, Hermès sudah
menciptakan desain baru sehingga konsumen terus antusias untuk mengikuti trend terbaru yang
dikeluarkan oleh Hermès. Bahkan di beberapa majalah fashion yang terkenal di dunia
disebutkan bahwa deretan tas Hermès layak jadi barang investasi karena brand image yang
sangat kuat dan limited edition menyebabkan pembeli tas Hermès dapat menjual kembali tas
nya kepada konsumen lainnya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga pembelian
yang ia dapat. Kelangkaan dan brand image yang sangat kuat dapat menciptakan loyalitas
pelanggan yang rela membeli dengan harga yang lebih mahal.
Daftar Pustaka
Arezzi, Guida P. (2012). Pengaruh Tas Hermes terhadap Gaya Hidup Sosialita di Indonesia.
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Design Vol. 9 No. 2.
Walker, O. C. dan Mullins, J. W. (2014). Marketing Strategy: A Decision-Focused Approach,
8th Ed. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Wigati, Putri Anggun. (2014). Hermés Phenomenon : Social Identity Development Through
Consumptive Behaviour As Reflected In Hermés Temptation By Fitria Yusuf And
lexandra Dewi. Repository BKG (Brawijaya Knowledge Garden) Universitas Brawijaya.
Download